labkom34.files.wordpress.com€¦ · Web view · 2016-07-28BAB 1. PENDAPATAN NASIONAL (oleh :...
Transcript of labkom34.files.wordpress.com€¦ · Web view · 2016-07-28BAB 1. PENDAPATAN NASIONAL (oleh :...
BAB 1. PENDAPATAN NASIONAL
(oleh : TRIWAHONO)
KOMPETENSI INTI
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KOMPETENSI DASAR
3.3. Memahami konsep, metode, dan manfaat perhitungan pendapatan
nasional
PETA KONSEP
KATA KUNCI:1. Pendapatan nasional 5. Distribusi pendapatan 9. Pendapatan perkapita2. Pengeluaran nasional 6. Pendekatan produksi 10. Koefisien Gini3. Nilai tambah 7. Pendekatan pengeluaran 11. Kesejahteraan4. Tingkat kesejahteraan 8. Pendekatan pendapatan 12. Produk Domestik Bruto
1
T U J U A N P E M B E L A J A R A NSetelah mempelajari bab ini anda diharapkan dapat:
● Menjelaskan definisi dan cara menganalisis pendapatan nasional
berdasarkan pendekatan yang ada
● Menjelaskan hubungan PDB, pendapatan nasional, personal income, dan
Disposable income
● Menjelaskan hubungan pendapatan nasional, pendapatan perkapita, dan
distribusi pendapatan
● Membandingkan pendapatan nasional antar negara
● Mendiskripsikan manfaat perhitungan pendapatan nasional.
● Mendiskripsikan tujuan perhitungan pendapatan nasional
● Menghitung pendapatan nasional
PENDAHULUAN
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan nominal pendapatan per kapita
Indonesia 2013 mencapai Rp 36,5 juta. Naik sebesar Rp 3 juta ketimbang
pendapatan per kapita tahun sebelumnya sebesar Rp 33,5 juta.
Berdasarkan gambar dan ilustrasi di atas coba anda amati dan berilah suatu
simpulan atau diskripsi menurut anda apa yang terpikir oleh anda jika dikaitkan
dengan bahasan tentang pendapatan nasional. Pertanyaan-pertanyaan apakah yang
akan muncul dari diri anda dari hasil pengamatan gambar tersebut ?. Dari
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari diri anda cobalah anda jawab menurut
anda sendiri.Jika anda ingin lebih mengetahui tentang masalah tersebut
pelajarilah pengembangan konsep berikut ini!
PENGEMBANGAN KONSEP
2
Pada konteks makro ekonomi, tolak ukur keberhasilan perekonomian
suatu negara antara lain adalah pendapatan nasional, pendapatan per kapita,
tingkat kesempatan kerja, tingkat harga, dan posisi neraca pembayaran luar
negeri. Suatu negara dikatakan baik perekonomiannya apabila pendapatan
nasional dan pendapatan perkapita tinggi, tingkat kesempatan kerja tinggi,
tingkat harga stabil, dan neraca pembayarannya surplus.
Pada bab ini kita akan membahas salah satunya, yaitu mengenai
pendapatan nasional sebagai indikator pertama stabilitas makroekonomi.
Pendapatan perkapita sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat
serta ketimpangan pembagian pendapatan nasional juga menjadi bagian
pembahasan pada bab ini.
A. PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan nasional suatu negara biasanya dijadikan salah satu tolok
ukur dalam menentukan tingkat kemakmuran masyarakat negara tersebut,
meskipun masih ada indikator yang lain yang masih harus diperhatikan, seperti
halnya tingkat pemerataan pendapatan dan sebagainya.
1. Definisi Pendapatan Nasional
Untuk memahami mengenai pendapatan nasional, kita lebih dahulu perlu
memahami dasar pemikiran yang ada di balik konsep tersebut. Caranya melalui
penyederhanaan arus lingkaran output, pengeluaran, dan pendapatan antara
perusahaan dan rumah tangga. Simaklah bagan pada PERAGA 3.1!
PERAGA3.1. Arus lingkaran output, pengeluaran, dan pendapatan secara
sederhana.
3
Andaikan kegiatan ekonomi suatu negara dapat disederhanakan seperti
pada PERAGA 3.1. Perusahaan memproduksi barang dan jasa yang disebut
dengan istilah output nasional atau produk nasional. Kemudian, perusahaan
menjual barang dan jasa ke sektor rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga
untuk membeli barang dan jasa tersebut dinamakan pengeluaran nasional
(gambar anak panah di tengah bagan). Dari hasil penjualan barang dan jasa,
perusahaan harus membayar balas jasa terhadap faktor--faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Pendapatan yang
diterima rumah tangga atas jasa faktor produksi dinamakan pendapatan
nasional (gambar anak panah di kanan bagan). Berdasarkan tiga konsep di atas,
yaitu produk nasional, pengeluaran nasional, dan pendapatan nasional, dapat
ditarik disimpulkan bahwa nilai barang dan jasa yang dihasilkan (output
nasional) sama dengan pengeluaran untuk membeli barang dan jasa tersebut
(pengeluaran nasional). Selain itu, nilai barang dan jasa tersebut juga sama
dengan pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi dalam perekonomian
(pendapatan nasional). Dari sini kita dapat mendefinisikan pendapatan nasional
melalui tiga pendekatan sebagai berikut.
a. Nilai barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara dalam suatu periode
tertentu (satu tahun);
b. Jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa dalam satu tahun;
4
c. Jumlah pengeluaran nasional untuk membeli barang dan jasa yang
dihasilkan.
Gambar 3.1.
2. Tujuan mempelajari pendapatan nasional
Tujuan mempelajari pendapatan nasional pada dasarnya berisi Untuk
mengetahui tingkat kemakmuran suatu Negara, Untuk memperoleh taksiran
yang akurat nilai barang/jasa yang dihasilkan dalam 1 tahun. Secara lebih
terinci tujuan mempelajari perhitungan pendapatan nasional adalah sebagai
berikut:
a). Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu Negara
Bila kita menghitung pendapatan nasional suatu negara, kita dapat pula
mengukur tingkat kemakmuran suatu negara. Hal ini dikarenakan dalam
perhitungan ppendapatan nasional akan dihitung semua sumber yang
mendatangkan hasil selama 1 tahun. Semakin tinggi nilai pendapatan
nasional semakin tinggi tingkat kemakmuran negara
b). Untuk memperoleh taksiran yang akurat nilai barang/jasa yang dihasilkan
dalam 1 tahun
Bila kita menghitung pendapatan nasional suatu negara, kita dapat pula
memperoleh taksiran yang akurat nilai barang/jasa yang dihasilkan dalam 1
tahun. Hal ini dikarenakan dalam perhitungan ppendapatan nasional akan
dihitung semua sumber yang mendatangkan hasil selama 1 tahun
c). Untuk membantu membuat rencana pelaksanaan program pembangunan
yang berjangka. Tujuan menghitung pendapatan nasional suatu negara
adalah Untuk membantu membuat rencana pelaksanaan program
pembangunan yang berjangka. Hal ini dikarenakan unutuk membuat rencana
pelaksanaan program yang pembangunan yang berjangka dananya harus
5
disesuaikan dengan pendapatan nasional. Jika tidka disesuaikan maka
negara akan defisit
3. Manfaat perhitungan pendapatan nasional.
Untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara serta sektor
mana yang lebih dominan menyumbang pendapatan nasional suatu negara,
maka perlu dianalisa secara mendetail dan cermat. Ada beberapa manfaat
dalam mempelajari pendapatan nasional diantaranya:
a). Mengetahui dan menelaah struktur perekonomian
Dari perhitungan pendapatan naisonal, kita dapat menggolongkan suatu
negara sebagai negara industry,pertanian atau jasa selanjutnya diteliti
susunan sector lapanagan usaha perekonomiannya. Jika pendapatan
nasional dominan dari sector agraris maka struktur perekonomiannya
agraris
b). Mengetahui pertumbuhan perekonomian
Perhitungan pendapatan nasional dilaksanakan setiap tahun segingga
dapat dibandingkan dari tahun ke tahun. Dengan demikian dapat
diketahui kenaikan pendapatan atau penurunan pendapatan penduduk
dihubungkan dengan jumlah penduduk
c). Membandingkan perekonomian antardaerah dan antarnegara
Selain pendapatan naisonal, dapat dihitung pendapatan untuk propinsi
yang disebut pendapatan regional. Dengan demikian, dapat diketahui
struktur perekonomian setiap daerah dan dapat dibandingkan dengan
daerah lainnya.
d). Membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu
Data mengenai pendapatan pendapatan naisonal dibuat dari tahun ke
tahun, sehingga kita dapat membandingkan data besarnya pendpatan
naisonal dari tahun ke tahun
e). Membantu merumuskan kebijakan pemerintah.
6
Perhitungan pendapatan naisonal berguna pula untuk membantu
merumuskan kebijakan pemerintah. Seandainya kita menginginkan
pertumbuhan produk nasional 8%, maka perhitungan pendapatan
nasional inilah yang kita lihat. Dengan mengetahui proporsi maisng
masing sector, pertanian 8% itu dialokasikan kepada sector pertanian
misalnya 5%,sector industri15%,pertambangan 12% dan seterusnya. Dari
percepatan pertambahan sector pertanian dala subsector tanaman
bahan makanan, pemerintah dapat menentukan kenijakan pengadaan
pangan. Misalnya dapat tidaknya bahan makanan disediakan dari
produksi dalam negeri dan seberapa besar masih harus diimpor.
Berdasarkan pendapata perkapita, pemerintah dapat pula menentukan
gamabaran kebijakan kependudukan dan penggunaan dana investasi
4. Perhitungan Pendapatan Nasional
Definisi pendapatan nasional memberikan gambaran kepada kita bahwa
pendapatan nasional dapat dipahami dalam tiga pendekatan. Oleh karena itu,
dalam perhitungannya, pendapatan nasional dapat dilakukan dalam tiga
pendekatan pula: (1) pendekatan produksi, (2) pendekatan pendapatan, dan (3)
pendekatan pengeluaran.
a. Pendekatan Produksi.
Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan
menjumlahkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan
usaha (sektor) dalam suatu negara selama satu tahun. Di Indonesia, sektor-
sektor produksi dibagi menjadi 9 sektor, yaitu: (1)pertanian; (2)industri
pengolahan; (3)pertambangan dan galian; (4)listrik, air dan gas; (5)bangunan;
(6)pengangkutan dan komunikasi; (7)perdagangan, hotel, dan restoran; (8)bank
dan lembaga keuangan, dan sewa perusahaan; (9) jasa-jasa lain. Yang
dijumlahkan dalam perhitungan ini bukanlah nilai akhir dari barang dan jasa,
melainkan nilai tambah dari barang dan jasa.
PERAGA 3.2. Proses produksi kemeja
7
Coba perhatikan rangkaian gambar di atas. Untuk memproduksi kemeja
harus diproduksi lebih dulu kain, benang, dan kapas. Kemeja dibuat dari kain,
kain dibuat dari benang, dan benang dibuat dari kapas. Jika kita menjumlahkan
nilai akhir (harga dikalikan dengan volume yang diproduksi) dari kemeja, kain,
benang, dan kapas, maka akan timbul apa yang dinamakan penghitungan ganda
( double counting). Hal ini terjadi karena dalam nilai akhir kemeja sudah
terkandung sebagian nilai akhir kain. Dalam nilai akhir kain sudah terkandung
nilai akhir benang dan dalam nilai benang terdapat nilai akhir dari kapas. Begitu
seterusnya. Oleh karena itulah, untuk memperoleh total produk yang dihasilkan
suatu negara, harus digunakan nilai tambah ( value added).
Di bawah ini kita akan menyimak contoh perhitungan nilai tambah yang
disajikan dalam tabel 3.1. Diasumsikan bahwa volume masing-masing produk
yang diproduksi adalah satu. Bila harga masing-masing barang diketahui, maka
nilai tambah dapat dihitung.
TABEL 3.1 Contoh perhitungan nilai tambah
Jenis Barang Harga Nilai TambahKapas Rp 5.000,00 Rp 5.000,00 Benang Rp 7.500,00 Rp 2.500,00 Kain Rp 12.500,00 Rp 5.000,00 Kemeja Rp 20.000,00 Rp 7.500,00 Rp 45.000,00 Rp 20.000,00
Menurut TABEL 3.1, sumbangan empat jenis barang tersebut bagi
pendapatan nasional adalah jumlah seluruh nilai tambah, yakni Rp 20.000,00,
dan bukan Rp 45.000,00. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan
produksi sangat terkait dengan dua konsep produksi nasional, yaitu Gross
Domestic Product (GDP) dan Gross Nasional Produk (GNP). Perbedaan keduanya
terletak pada sudut pandang pihak yang melakukan produksi. Pada GNP,
digunakan istilah “ national’ karena sudut pandang yang digunakan adalah status
kewarganegaraan.
Dengan batasan ini, GNP hanya mencakup jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh warga suatu negara baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
8
Pada GDP, digunakan istilah “ domestic” karena sudut pandang yang digunakan
adalah wilayah suatu negara.
Dengan batasan ini, GDP hanya mencakup jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan dalam suatu negara, baik warga negara maupun warga asing.
GDP dapat lebih besar atau lebih kecil dari pada GNP. Jika GDP suatu
negara lebih besar dari GNP-nya, maka peranaman modal asing (PMA atau
investasi asing) di negara itu lebih besar daripada peranaman modal negara itu
di luar negeri. Kondisi ini sering terjadi pada negara-negara yang sedang
berkembang. Selisih jumlah GDP dengan GNP disebut Net Factor Payment atau
Net-Factor Income to Abroad. Net factor payment ini adalah jumlah neto dari
pendapatan orang asing di dalam negeri dikurangi dengan pendapatan warga
negara sendiri di luar negeri. Jadi, dapat dikatakan pula bahwa GNP adalah GDP
dikurangi Net Factor Payment.
Untuk menentukan besarnya pendapatan nasional dengan pendekatan ini
adalah dengan menentukan dan selanjutnya menjumlahkan nilai produksi yang
dihasilkan seluruh sektor produksi yang ada dalam perekonomian. Pendapatan
nasional yang didapatkan dengan pendekatan (metode) produksi dinamakan
Gross Domestik Brutto (GDB). Agar supaya tidak terjadi perhitungan ganda,
maka dalam metode produksi ini yang dihitung hanyalah nilai tambah (value
added) yang diciptakan. Di dalam pendekatan (metode) produksi ini terdapat
sembilan sektor produktif yang dapat dihitung untuk menghasilkan nilai GDB
yaitu :
1) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan.
2) Pertambangan dan penggalian.
3) Industri pengolahan.
4) Listrik, gas dan air bersih.
5) Bangunan.
6) Perdagangan, hotel dan restoran.
7) Pengangkutan dan komunikasi.
8) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
9
9) Jasa-jasa
Untuk menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan produksi
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Pendapatan nasional
Pqn = Harga produk dari sector n
Q1, Q2,….Q9 = Jumlah produk dari masing-masing sector.
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dalam pendekatan produksi yang
dihitung hanya nilai tambah (NTB) agar tidak terjadi perhitungan ganda, dengan
demikian rumusnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dalam perhitungan nilai tambah dapat diberikan contoh sebagai berikut :
Perhitungan nilai tambah kain batik (dalam jutaan rupiah)
Tahap Produksi Harga
(Rp)
Pemakaian Bahan
(Rp)
Nilai Tambah
(Rp)
Bahan mentah berupa
kapas
45.500 0 45.500
Benang pintal 70.600 45.500 25.100
Kain putih 136.000 70.600 65.400
Kain batik 200.000 136.000 64.000
Jumlah 452.100 252.100 200.000
10
Dalam tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai jual kain batik sebesar
Rp.200.000.000.000,00 sama dengan jumlah nilai tambah produksi beberapa
bidang usaha yang terkait. Dalam perhitungan nilai tambah berdasarkan alasan
tertentu ada produk barang / jasa yang nilai tambahnya tidak dimasukkan dalam
perhitungan pendapatan nasional diantaranya adalah :
1) Barang / jasa karena diproduksi untuk digunakan sendiri oleh yang
bersangkutan. Misalnya hasil pertanian yang dipanen sendiri dari kebunnya
untuk digunakan sendiri, pakaian yang dijahitnya sendiri dan sebagainya.
2) Barang / jasa yang diproduksi secara ilegal, misalnya barang selundupan
dan sebagainya.
3) Produksi barang / jasa yang diberikan kepada pihak lain tanpa imbalan.
4) Berdasarkan perhitungan nilai tambah dari sembilan sektor produksi dapat
diberikan contoh perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan
(metode) produksi sebagai berikut :
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi (dalam
milayaran rupiah).
Produksi / lapangan usaha
Nilai tambah
a. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. 78.400
b. Pertambangan dan penggalian. 43.200
c. Industri pengolahan.
54.000
d. Listrik, gas dan air bersih.
7.100
e. Bangunan
13.400
f. Perdagangan, hotel dan restoran
35.700
g. Pengangkutan dan komunikasi 21.000
h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 26.900
11
i. Jasa-jasa
10.000 (+)
Produk domestik Bruto (PDB)
289.700
Pendapatan Notto luar negeri
300 _ (+)
Produk Nasional Bruto (PNB)
290.000
Penyusutan dan replacment
15.400 (-)
Produk Nasional Netto
284.600
Pajak tidak langsung
21.000 (-)
Pendapatan Nasional Netto
263.600
b. Pendekatan Pendapatan.
Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan
menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi
yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang diproduksi di suatu
negara selama satu tahun. Faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, tenaga,
dan wiraswasta ( entrepreneur) yang digunakan dalam proses produksi
diberikan balas jasa berupa sewa, bunga, upah atau gaji, dan laba. Karena
faktor--faktor produksi tersebut dimiliki oleh seorang atau sekelompok orang
dalam masyarakat, maka balas jasanya kembali pada masyarakat sebagai
pendapatan nasional. Pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan
dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:
di mana: 12
NI = national income (pendapatan nasional)
w = wage (upah) i = interest (bunga)
r = rent (sewa) p= profit (laba)
Pendapatan nasional yang dihitung dengan pendekatan pendapatan dikenal
dengan sebutan Gross National Income (GNI). Jika GNI dikurangi dengan
penyusutan barang-barang modal disebut Net National Income (NNI). Contoh
Soal:
Dalam suatu negara terdapat data sebagai berikut:
- Penghasilan masyarakat dari faktor produksi alam yang berupa sewa (rent)
sebesar Rp2.000.000.000,00
- Penghasilan masyarakat dari faktor produksi tenaga kerja berupa gaji
(wage) sebesar Rp6.000.000.000,00
- Penghasilan masyarakat dari faktor produksi modal berupa bunga (interest)
sebesar Rp3.000.000.000,00
- Penghasilan masyarakat dari faktor produksi skill (enterpreneur) berupa
laba usaha (profit) sebesar Rp1.000.000.000,00
Berdasarkan data di atas maka besarnya pendapatan nasional berdasarkan
pendekatan pendapatan adalah
NI = w + i + r + p
NI = Rp6.000.000.000,00 + Rp3.000.000.000,00 + Rp2.000.000.000,00 + sebesar
Rp1.000.000.000,00
NI = Rp12.000.000.000,00
Gambar 3.2.
c. Pendekatan Pengeluaran.
Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan
menjumlahkan seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang
13
diproduksi di suatu negara dalam satu tahun. Pengeluaran yang dijumlahkan itu
terdiri atas:
1) Pengeluaran konsumsi perorangan dari rumah tangga (personal
consumption expenditure), berupa pengeluaran untuk pembelian barang
dan jasa untuk pemenuhan kebutuhan saat ini.
2) Investasi domestik bruto, berupa: bangunan-bangunan baru, alat-alat
produksi yang tahan lama, dan persedian barang-barang oleh perusahaan.
Termasuk pula di dalamnya adalah investasi yang dilakukan oleh
pemerintah, seperti membangun jembatan, jalan, dan jaringan irigasi.
Dalam konteks Indonesia, investasi ini sering disebut dengan Pembentukan
Modal Tetap Domestik Bruto
3) Pengeluaran konsumsi pemerintah ( government expenditure) yang terlihat
dalam pengeluaran rutin pemerintah, seperti membayar gaji pegawai
negeri dan membeli peralatan kantor.
4) Ekspor neto, yaitu selisih antara ekspor dengan impor. Ekspor merupakan
sejumlah barang dan jasa dalam negeri yang dibeli oleh pihak luar negeri
sehingga menambah pendapatan nasional. Sementara impor merupakan
sejumlah barang dan jasa luar negeri yang dibeli oleh pihak dalam negeri.
Pada perhitungan pendapatan nasional, impor merupakan faktor
pengurang perhitungan karena produksi barang impor dilakukan di luar
negeri sehingga tidak masuk dalam pendapatan nasional. Secara
matematis, perhitungan pendekatan pengeluaran dapat ditulis sebagai
berikut:
di mana:
NI = national income (pendapatan nasional)
C = consumption (konsumsi rumah tangga)
I = investment (investasi)
G = government expenditure (pengeluaran pemerintah)14
X = export
M = import
Contoh soal :
Data yang dimiliki suatu negara untuk perhitungan pendapatan nasionalnya
sebagai berikut:
- Pengeluaran negara Rp 4.000.000.000,00
- Pengeluaran masyarakat Rp 8.000.000.000,00
- Pengeluaran rumah tangga usaha Rp 12.000.000.000,00
- Ekspor Rp 1.500.000.000,00
- Impor Rp 1.000.000.000,00
Berdasarkan data di atas maka besarnya pendapatan nasional berdasarkan
pendekatan pengeluaran adalah:
NI = C + I + G + (X – M)
NI = Rp8.000.000.000,00 + Rp12.000.000.000,00 + Rp4.000.000.000,00 +
(Rp1.500.000.000,00 - Rp1.000.000.000,00)
= Rp24.000.000.000 + Rp500.000.000,00
= Rp24.500.000.000,00
Gambar 3.3.
5. Analisa Pendapatan Nasional
Analisa pendapatan nasional tidak hanya sebatas penentuan besarnya
pendapatan nasional, tetapi juga sumber-sumber pendapatan nasional. Analisa
ini bergantung pada pendekatan yang digunakan dalam menghitung pendapatan
nasional. Misalnya, pada pendekatan produksi kita dapat menganalisa lapangan
usaha mana yang paling berkontribusi dalam pendapatan nasional sebuah
15
negara. Demikian halnya dengan pendekatan perhitungan yang lain. Di
Indonesia, perhitungan pendapatan nasional yang dilakukan oleh pemerintah
lebih menekankan penggunaan pendekatan produksi dan pengeluaran.
Pendekatan pendapatan hampir tidak pernah dipergunakan karena
perhitungannya dirasa lebih sulit dibandingkan dua pendekatan yang lain. Itulah
sebabnya, Badan Pusat Statistik (BPS) hanya mengeluarkan perhitungan
pendapatan nasional berdasarkan pendekatan produksi dan pendekatan
pengeluaran. Selanjutnya, kita akan melakukan analisa terhadap pendapatan
nasional berdasarkan dua pendekatan tersebut, yaitu pendekatan produksi dan
pendekatan pengeluaran. Analisa perhitungan pendapatan nasional dengan
pendekatan produksi diawali dengan menentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
melalui penjumlahan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai
lapangan usaha (sektor) di suatu negara selama satu tahun. Tujuannya adalah
untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor dalam mewujudkan
pendapatan nasional. Kita dapat mengambil contoh PDB Indonesia menurut
lapangan usaha 2012 pada TABEL 7.3
TABEL 3.2 Produk Domestik Bruto menurut lapangan usaha Triwulan II dan III.
2012 atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2.000 (trilyun rupiah)
No Lapangan Usaha Haarga Berlaku Harga Konstan
2.000
Trw. II Trw III Trw. II Trw III
1 Pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan
303,0 327,2 84,4 89,5
2 Pertambangan dan penggalian 248,5 242,3 47,8 47,9
3 Industri pengolahan 484,1 506,6 165,3 171,9
4 Listrik, gas dan air bersih 15,5 15,7 5,0 5,0
5 Konstruksi 210,4 221,7 42,2 43,9
6 Perdagangan, hotel dan restoran 283,7 293,2 117,6 119,7
7 Pengangkutan dan komunikasi 132,8 141,9 65,0 67,8
16
8 Keuangan, real estate dan jasa
perusahaan
146,7 152,6 62,6 64,0
9 Jasa-jasa 226,6 221,6 60,7 61,8
PDB 2.051,3 2.122,8 650,6 671,5
PDB tanpa gas 1.887,9 1.962,8 616,2 637,2
Sumber : Berita statistik No. 73/11/Th.XV, 5 Nopember 2012
Berdasarkan TABEL 3.2, diperoleh bahwa PDB Indonesia untuk tahun 2012
semester II sebesar 2.051,3 trilyun rupiah dan semester III tahun 2012 sebesar
2.122,8 trilyun rupiah. Dari besaran PDB tersebut, sumbangan terbesar diberikan
oleh sektor industri pengolahan sebesar 506,6 trilyun atau sebesar 23,86% dari
PDB total. Sementara sumbangan terkecil diberikan sektor listrik, gas, dan air
minum yaitu sebesar 15,7 trilyun atau sebesar 0,7% dari PDB total. Selanjutnya,
bila PDB berdasarkan harga konstan 2.000 besarnya 671,5 trilyun rupiah.
penyumbang terbesar yaitu sektor Industri pengolahan yaitu sebesar 171,9 atau
sebesar 25,60 %
6. Komponen dalam perhitungan pendapatan nasional
Komponen dalam perhitungan pendapatan nasional atau istilah-istilah yang
terkait dengan pendapatan nasional diantaranya adalah :
a. Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Product (GDP)
Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Product (GDP) adalah
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara baik yang
dihasilkan dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau warga negara
maupun Penanaman Modal Asing (PMA) atau warga Negara asing, tetapi tidak
termasuk hasil barang dan jasa warga Negara yang bekerja di luar negeri
Dalam konsep perhitungan Produk Nasional Bruto dengan Produk Domestik
Bruto terdapat unsur hasil produk yang melibatkan negara lain yaitu :
1) Hasil produk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara di luar negeri, di
mana unsur ini akan dimasukan dalam perhitungan Produk Nasional Bruto
(PNB) atau Gross National Product (GNP).
17
2) Hasil produk barang dan jasa warga negara asing atau perusahaan asing di
suatu Negara, di mana unsur ini tidak dimasukkan dalam perhitungan
Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP).
Selisih antara hasil produk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara di
luar negeri (point 1) dengan hasil produk barang dan jasa warga Negara asing
(point 2) disebut Pendapatan Neto terhadap Luar Negeri (PNLN). Jika kita
simpulkan dari hasil perbandingan di atas maka terdapat dua kesimpulan
sebagai berikut :
1) Negara yang hasil produk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara di
luar negeri lebih besar dari hasil produk barang dan jasa warga negara asing
di negaranya, maka PNLN nya akan positif sehingga PNB > PDB. Jika PNB >
PDB menunjukan bahwa perekonomian negara tersebut telah maju, hal ini
menunjukan bahwa investasi negara tersebut di luar negeri lebih besar
dibandingkan investasi negara asing di negara tersebut.
2) Negara yang hasil produk barang dan jasa yang dihasilkan warga Negara di
luar negeri lebih kecil dari hasil produk barang dan jasa warga negara asing
di negaranya, maka PNLN nya akan negatif sehingga PNB < PDB. Jika PNB <
PDB menunjukan bahwa perekonomian Negara tersebut belum maju, hal
ini menunjukan bahwa investasi negara tersebut di luar negeri lebih kecil
dibandingkan investasi negara asing di negara tersebut
b. Produk Nasional Bruto ( PNB) / Gross National Product (GNP)
Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) adalah
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara selama satu
tahun ditambah hasil barang dan jasa yang dihasilkan warga negara tersebut
yang bekerja di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil barang dan jasa
perusahaan asing / warga negara asing yang beroperasi di negara tersebut.
Jika pengertian penduduk suatu negara adalah seluruh orang yang
bertempat tinggal di negara tersebut tidak membedakan apakah warga negara
atau warga negara asing, maka Produk Nasional Bruto dapat dirumuskan secara
matematik sebagai berikut :
18
Keterangan :
PNB / GNP = Produk Nasional Bruto atau Gross National Product
GDP = Jumlah produk barang dan jasa penduduk suatu negara
Produk WNA = Jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara
asing /PMA di negara tersebut
Produk WNI di LN= Jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara
di luar negeri.
Jika Produk PMA lebih kecil dari Produk WNI di luar negeri maka selisihnya
merupakan pendapatan netto atas luar negeri yang akan menambah terhadap
GDP atau sebaliknya.
c. Produk Nasional Neto (PNN) / Net National Product (NNP)
Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP) yaitu produk
nasional bersih yang dicari dengan mengurangkan antara Produk Nasional Bruto
(PNB) dengan penyusutan dan penggantian alat yang telah aus/usang
(replacement). Penyusutan adalah pengurangan nilai suatu aktiva karena telah
digunakan untuk produksi sedangkan replacement merupakan penggantian
suatu aktiva karena telah aus digunakan untuk produksi. Secara matematika
menghitung PNN atau NNP dapat dirumuskan sebagai berikut :
d. Pendapatan Nasional Neto / Net Nasional Income (NNI).
Pendapatan Nasional Neto / Net Nasional Income (NNI). Merupakan
pendapatan nasional bersih setelah pajak tidak langsung. Untuk menghitung
besarnya NNI dilakukan dengan mengurangkan antara NNP dengan pajak tidak
langsung, sehingga secara matematik dapat dilambangkan dengan notasi :
e. Pendapatan Perorangan / Personal Income (PI).
19
Pendapatan perorangan / Personal Income (PI) adalah pendapatan yang
benar-benar dapat dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan . Pendapatan
perorangan secara matematika dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pendapatan perorangan = NNI + Transfer payment – ( Jaminan sosial +
pajak penghasilan perusahaan + laba tidak dibagikan.
Dari perhitungan pendapatan perorangan dikenal adanya transfer payment
yaitu penerimaan yang diperoleh bukan dari aktivitas produktif sehingga tidak
termasuk dalam pendapatan. Pada dasarnya terdapat tiga jenis transfer
payment yaitu :
1) Goverment transfer payment ( pembayaran transfer pemerintah ) yaitu
pemberian tansfer oleh pemerintah kepada perorangan, misalnya
tunjangan yang diberikan kepada veteran, tunjangan anak dan pegawai
negeri sipil.
2) Business transfer payment (pembayaran transfer bisnis) misalnya utang
ragu-ragu.
3) Interpersonal transfer payment (pembayaran transfer perorangan) yaitu
pemberian dari seorang teman / keluarga kepada seorang teman / keluarga
lainnya.
f. Pendapatan Disposibel / Disposible Income (DI).
Pendapaan Disposibel / Disposible Income (DI) yaitu pendapatan yang dapat
dibelanjakan oleh keluarga. Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut
:
Yang termasuk pajak langsung adalah kewajiban-kewajiban pajak yang
harus dibayar oleh rumah tangga, misalnya pajak penghasilan.
Contoh perhitungan:
20
Data pendapatan nasional negara Kertagama pada tahun anggaran 2013 terlihat
sbb:
- Produksi GDP Rp 950.000.000.000,00
- Produksi perusahaan asing Rp 75.000.000.000,00
- Produksi warga negara di luar negeri Rp 30.000.000.000,00
- Pajak langsung Rp 50.000.000.000,00
- Pajak tidak langsung Rp 100.000.000.000,00
- Pajak perseroan Rp 20.000.000.000,00
- Iuran dana pensiun Rp 5.000.000.000,00
- Laba ditahan Rp 150.000.000.000,00
- Transfer paymant Rp 25.000.000.000,00
- Penyusutan Rp 30.000.000.000,00
Perhitungannya:
- GDB Rp 950.000.000.000,00
- Produksi perusahaan asing Rp 75.000.000.000,00 (-)
Rp 875.000.000.000,00
- Produksi warga negara di luar negeri Rp _ 30.000.000.000,00 (+)
- GNP Rp 905.000.000.000,00
- Penyusutan Rp 30.000.000.000,00 (-)
- Produk Nasional Netto Rp 875.000.000.000,00
- Pajak tidak langsung Rp 100.000.000.000,00 (-)
- Nett National Income Rp 775.000.000.000,00
- Transfer paymant Rp 25.000.000.000,00 (+)
Rp 800.000.000.000,00
Dikurangi:
- Pajak perseroan Rp 20.000.000.000,00
- Iuran dana pensiun Rp 5.000.000.000,00
- Laba ditahan Rp 150.000.000.000,00 (+)
Rp 175.000.000.000,00 (-)
21
- Personal Income Rp 625.000.000.000,00
- Pajak langsung Rp 50.000.000.000,00 (-)
- Disposibel income Rp 575.000.000.000,00
7. Perbandingan Pendapatan Antar provinsi di Indonesia
Salah satu manfaat yang dapat kita peroleh dari perhitungan pendapatan
nasional adalah kita dapat membandingkan perekonomian tiap regional yang
ada dalam sebuah negara. Untuk lingkup Indonesia, perbandingan ini dapat
dilakukan dalam lingkup provinsi.Pendapatan tiap provinsi di Indonesia dapat
diketahui dari data pendapatan regional (Produk Domestik Regional Bruto) yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Gambaran pendapatan regional 2011 -
2012 adalah sebagai berikut.
TABEL 3.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
menurut provinsi, 2010 – 2012. Peranan wilayah/pulau dalam pembentukan
PDB Nasional
No
Wilayah/pulau 2010%
2011 %
2012 %
Twl II Twl III1 Sumatera 23,11 23,53 23,5
723,83
2 Jawa 50,07 57,63 57,62
57,52
3 Bali dan Nusa Tenggara 2,72 2,55 2,49 2,514 Kalimantan 9,16 9,55 9,49 9,265 Sulawesi 4,52 4,61 4,72 4,756 Maluku dan Papua 2,42 2,13 2,11 2,13
Total 100 100 100 100 Sumber : .......................
8. Perbandingan Pendapatan Nasional Negara-negara Dunia
Pendapatan nasional negara-negara dunia dapat diketahui dari data yang
secara teratur dikeluarkan oleh Bank Dunia, yaitu word indicators database.
Data tersebut memuat secara rinci Gross National Income atau GNI (sebelumnya
disebut Gross National Product atau
22
GNP) negara-negara dari yang tertinggi sampai yang terendah. Gambaran
GNI negara-negara di dunia untuk tahun 2005- 2009 adalah sebagai berikut :
Tabel . 3.4 Pendapatan nasional beberapa negara di dunia.
No Negara 2005 2006 2007 2008 2009
1 Australia 30,400 34,300 37,140 41,890 43,770
2 Ethiopia 160 190 220 280 330
3 Germany 35,080 37,410 39,460 42,670 42,450
4 India 750 850 990 1,080 1,180
5 Indonesia 1,170 1,300 1,520 1,880 2,050
6 Iran, Islamic Rep. of 2,570 2,960 3,540 4,120 4,530
7 Italy 30,550 32,190 33,610 35,350 35,110
8 Japan 38,940 38,590 37,770 38,000 38,080
9 Luxembourg 69,290 67,720 78,770 81,970 76,710
1
0Malaysia 5,200 5,720 6,420 7,270 7,350
1
1Mexico 8,080 8,730 9,400 10,000 8,960
1
2Mexico 8,080 8,730 9,400 10,000 8,960
1
3Pakistan 720 790 860 940 1,000
1
4Pakistan 720 790 860 940 1,000
1
5Peru 2,650 2,920 3,340 3,990 4,200
1
6Portugal 17,990 18,650 19,910 21,530 21,910
1
7Spain 25,450 27,470 29,410 31,790 32,120
1 Denmark 48,600 52,260 54,680 58,570 59,060
23
8
1
9Philippines 1,260 1,370 1,600 1,890 2,050
2
0China 1,760 2,050 2,490 3,050 3,650
2
1Singapore 28,340 31,380 34,640 37,650 37,220
Sumber : data.worldbank.org
Keterangan :
● GNI per kapita (dahulu GNP per kapita) adalah pendapatan nasional bruto,
dikonversi ke dolar AS dengan menggunakan metode Atlas Bank Dunia ,
dibagi dengan penduduk pertengahan tahun.
● Negara Indonesia tercinta masih dibawah US$ 5000 yaitu tahun 2005 1,170
$, 2006 1,300 $, tahun 2007 1,520 $, tahun 2008 1,880 $ dan tahun 2009
2,050 $…
Meskipun begitu, perlu diketahui bahwa tingginya pendapatan nasional
tidak secara otomatis menunjukkan tingginya tingkat kesejahteraan suatu
negara. Justru sebaliknya, beberapa negara dengan pendapatan nasional lebih
rendah dari Indonesia, dikatakan lebih sejahtera dari Indonesia. Mengapa
demikian? Ini disebabkan perhitungan pendapatan nasional merupakan
perhitungan total, tidak mencerminkan pendapatan yang diterima masing-
masing penduduk di negara tersebut. Bisa jadi, negara dengan pendapatan
nasional tinggi kesejahteraannya lebih rendah dari negara berpendapatan
nasional rendah karena negara berpendapatan tinggi tersebut memiliki
penduduk yang jauh lebih banyak. Untuk menghindari kekurangtepatan analisa
akibat paradoks ini, maka dikembangkan perhitungan pendapatan perkapita
yang akan kita bahas setelah ini.
Gambar 3.4
24
B. PENDAPATAN PER KAPITA
Pembahasan pendapatan nasional menjadi lebih berarti bila dilanjutkan
dengan pembahasan mengenai pendapatan per kapita.
Data pendapatan nasional sebetulnya tidak bisa secara langsung digunakan
untuk melihat kesejahteraan dan standar hidup suatu negara. Telah dikatakan
sebelumnya, meskipun pendapatan nasional negara X sama dengan pendapatan
nasional negara Y, kita tidak bisa mengatakan secara langsung bahwa tingkat
kesejahteraan penduduk negara X sama dengan negara Y. Mengapa demikian?
Alasannya, kita belum memperhitungkan jumlah penduduk kedua negara
tersebut serta bagaimana pendapatan nasional itu didistribusikan.25
Mari kita ambil contoh sederhana. Pada tahun tertentu, pendapatan
nasional negara X dan negara Y sama-sama Rp 500 juta. Namun, jumlah
penduduk negara X adalah 1.000 orang, sementara negara Y hanya 500 orang.
Jika pendapatan negara X dan negara Y dibagikan atau didistribusikan, maka
pendapatan rata-rata per orang atau pendapatan per kapita di negara X adalah
Rp 500.000,00 sementara di negara Y adalah Rp l.000.000,00. Jelas bahwa
kemampuan atau kesejahteraan rara-rata penduduk di negara X lebih kecil
dibanding kesejahteraan rata-rata penduduk negara Y, meskipun pendapatan
nasional mereka sama besarnya. Dalam contoh tadi, kita umpamakan
pendapatan kedua negara tersebut dibagikan atau didistribusikan secara
merata. Artinya, masing-masing penduduk menerima bagian pendapatan yang
sama.
Namun, bagaimana apabila pendapatan tersebut tidak terdistribusikan
secara merata? Meskipun menurut perhitungan pendapatan per kapita, rata-
rata penduduk negara Y lebih makmur dari rata-rata penduduk negara X, kita
belum melihat bagaimana distribusi pendapatan di kedua negara tersebut.
Misalnya, sebagian besar sumber ekonomi di negara Y ternyata dikuasai oleh
segelintir orang saja. Dari 500 penduduknya, ternyata hanya 10 orang saja yang
memiliki perusahaan-perusahaan raksasa yang membidangi semua jenis usaha
di negara Y, sementara penduduk sisanya praktis hanya berperan sebagai
pegawai dan buruh kasar. Sebagian besar pendapatan nasional negara Y akan
diperoleh para pemodal dan pengusaha raksasa tersebut. Bagaimana tingkat
kesejahteraan masing-masing penduduk negara Y sekarang? Penduduk yang
memperoleh bagian pendapatan yang lebih besar akan lebih makmur ketimbang
penduduk lainnya yang menerima pendapatan yang kecil. Jadi, di samping
konsep pendapatan per kapita, kita pun perlu melihat bagaimana pendapatan
nasional suatu negara didistribusikan. Oleh karena itu, untuk melengkapi
pembahasan mengenai pendapatan per kapita, pada bagian akhir bab ini kita
akan membahas secara sekilas mengenai distribusi pendapatan.
26
1. Fungsi Perhitungan Pendapatan Perkapita
Pendapatan per kapita dapat digunakan untuk membandingkan
kesejahteraan atau standar hidup suatu negara dari tahun ke tahun. Dengan
melakukan perbandingan seperti itu, kita dapat mengamati apakah
kesejahteraan masyarakat suatu negara secara rata-rata telah meningkat.
Pendapatan per kapita yang meningkat merupakan salah satu tanda bahwa rata-
rata kesejahteraan penduduk telah meningkat. Pendapatan per kapita
menunjukkan pula apakah pembangunan yang telah dilaksanakan oleh
pemerintah telah berhasil, seberapa besar keberhasilan tersebut, dan akibat apa
yang ditimbulkan oleh peningkatan tersebut. Berikut ini adalah beberapa fungsi
perhitungan pendapatan nasional. Indikator Tingkat Kesejahteraan Negara.
Untuk melihat apakah
tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara telah meningkat, kita harus
melihatnya dari pendapatan per kapita riil. Artinya, pendapatan per kapita yang
telah memperhitungkan harga-harga atau inflasi. Kita lihat lagi negara X dalam
contoh tadi. Pendapatan per kapitanya pada tahun pertama adalah Rp
500.000,00. Lalu, pada tahun kedua pendapatan per kapita mereka meningkat
menjadi Rp l.000.000,00, atau dua kali lipatnya. Jika kita lihat dari nilai nominal
itu, kita bisa langsung mengatakan bahwa kesejahteraan penduduk negara X
telah meningkat. Namun, pada tahun kedua itu, harga-harga ternyata juga
meningkat sebesar dua kali lipat. Barang-barang dan jasa yang tadinya bisa dibeli
seharga Rp 500.000,00, kini harus dibeli dengan harga Rp 1.000.000,00.
Kenaikan pendapatan per kapita negara X tidak mempunyai arti sama sekali
terhadap kesejahteraan penduduknya. Daya beli serta kesejahteraan mereka di
tahun kedua tetap tidak berubah. Kesimpulannya, jika diukur berdasarkan harga
konstan tahun pertama, maka pendapatan per kapita riil penduduk negara X
pada tahun kedua ternyata tetap Rp 500.000,00. Lain halnya ketika pendapatan
perkapita secara riil mengalami pertumbuhan. Dalam konteks ini, dikatakan
bahwa kesejahteraan sebuah negara memang benar-benar meningkat. Naiknya
pendapatan perkapita masyrakat berarti pula naiknya daya beli masyarakat
27
sehingga mampu mengkonsumsi barang dan jasa lebih banyak dibandingkan
periode sebelumnya.
Indikator Standar Kehidupan Negara. Selain untuk membandingkan tingkat
kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun, pendapatan per kapita dapat
digunakan pula untuk membandingkan standar hidup beberapa negara atau
untuk mengelompokkan negara-negara di dunia ke dalam kelompok pendapatan
rendah, menengah, atau tinggi. Tentu saja jika nilai pendapatan per kapita
tersebut dinyatakan dalam satuan uang yang sama. Satuan uang yang umum
dipakai oleh seluruh negara adalah dolar Amerika Serikat.
Bank Dunia melaporkan bahwa pada tahun 2011, pendapatan per kapita
penduduk Singapura adalah US$ 50,714, sementara pendapatan per kapita
penduduk India pada tahun 2009 hanya US$ 1,180. Dapat kita bayargkan betapa
jauhnya perbedaan kesejahteraan di antara kedua negara tersebut. Dengan
pendapatan per kapita sebanyak itu, rata-rata penduduk Singapura bisa
mempunyai mobil, barang-barang elektronik yang canggih atau berlibur ke
seluruh penjuru dunia. Sebalik-nya, dengan pendapatan per kapita sekecil itu,
tidak begitu banyak pilihan yang bisa dilakukan oleh rata-rata penduduk India.
Sebagian besar dari mereka mungkin sudah merasa senang jika seluruh
kebutuhan pokok telah dapat dipenuhi. Kemampuan pendapatan perkapita
dalam mengukur tingkat kesejahteraan negara dan sebagai indikator standar
kehidupan negara, menjadikannya sebagai salah satu alat analisa ekonomi bagi
pemerintah maupun organisasi-organisasi ekonomi untuk mengambil berbagai
kebijakan ekonomi. Secara ringkas, beberapa manfaat perhitungan pendapatan
perkapita adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu negara dari
tahun ke tahun
b. Mengetahui data-data perbandingan tingkat kesejahtenaan penduduk
suatu negara dengan negara lain
c. Pedoman evaluasi kebijakan dalam bidang ekonomi.
d. Bahan perencanaan pembangunan di masa yang akan datang.
28
e. Membandingkan standar hidup beberapa negara dalam kelompok rendah,
menengah, dan tinggi.
2. Hubungan Pendapatan Nasional, Penduduk, dan Pendapatan Perkapita
Telah kita pahami, pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan
nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara
pada tahun tersebut. Pendapatan nasional dapat dilihat dari beberapa
pendekatan. Definisi mana yang akan dipakai? Konsep pendapatan nasional
yang biasa dipakai dalam menghitung pendapatan per kapita oleh pemerintah
suatu negara pada umumnya adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk
Nasional Bruto (PNB). Dengan demikian, pendapatan per kapita dapat dihitung
dengan menggunakan salah satu rumus berikut ini.
TABEL 3.5 Pendapatan per Kapita Negara ASEAN Tahun 2010 & 2011
No. Negara Pendapatan
Perkapita
2010
Pendapatan Perkapita
2011
1 Singapore US$ 41,122 US$ 50,714
2 Brunei US$ 33,000 US$ 36,521
3 Malaysia US$ 8,373 US$ 8,617
4 Thailand US$ 4,608 US$ 5,281
5 Indonesia US$ 2,946 US$ 3,469
6 Philippines US$ 2,140 US$ 2,255
7 Vietnam US$ 1,224 US$ 1,362
8 Laos US$ 1,177 US$ 1,204
9 Myanmar US$ 800 US$ 804
10 Kamboja US$ 795 US$ 912
Sumber : International Monetary Fund29
Contoh dalam TABEL 3.5 di atas ini memperlihatkan perhitungan
pendapatan per kapita dan PNB untuk beberapa negara ASEAN pada tahun 2010
dan 2011. Mari kita lihat kembali contoh negara Singapura dan Indonesia.
Jumlah pendapatan nasional Indonesia pada tahun 2011 kurang dari 10% dari
pendapatan nasional Singapura. Dari TABEL 3.5 di atas juga dapat kita simpulkan
urutan ke 5 dari 10 negara ASEAN serta dari 10 negara ASEAN urutan yang
terendah pendapatan perkaitanya adalah Kamboja.
3. Upaya Meningkatkan Pendapatan per Kapita
Upaya pemerintah setiap negara di dunia ini adalah bagaimana
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagi negara-negara berkembarg
seperti Indonesia, masalah peningkatan kesejahteraan rakyat mendapat
prioritas utama. Peningkatan kesejahteraan rakyat harus dilaksanakan melalui
pembangunan, terutama pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan di
bidang ekonomi artinya mengubah kekuatan ekonomi potensial menjadi
kekuatan ekonomi riil atau lebih spesifik lagi meningkatkan pendapatan per
kapita. Usaha meningkatkan pendapatan per kapita dilaksanakan melalui segala
sektor, seperti pertanian, industri, perdagangan, dan sektor usaha jasa. Usaha
perdagangan luar negeri, misalnya ekspor nonmigas, semakin mendapat
perhatian dan dorongan dari pemerintah. Melalui berbagai kebijakan, peraturan
pemerintah serta undang-undang, pemerintah berusaha untuk membuka
peluang serta kemudahan yang semakin besar bagi para eksportir untuk
melakukan kegiatannya. Contoh ekspor sektor nonmigas antara lain adalah hasil
perkebunan, pertanian, dan hasil industri. Pembangunan yang meningkatkan
kegiatan ekonomi di segala sektor berarti akan mengakibatkan bertambahnya
pendapatan perkapita masyarakat yang ikut serta di dalam kegiatan ekonomi
sektor tersebut.
Bertambahnya pendapatan per kapita berarti meningkatkan pula
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Bila pendapatan per kapita
meningkat, maka tingkat kemakmuran/ kesejahteraan rakyat menjadi semakin
30
bertambah baik. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia dari tahun 1996
sampai 2001. Menurut Kurun waktu tersebut menarik untuk diamati karena
pendapatan per kapita Indonesia mengalami pasang surut yang ekstrem
(mencolok). Tahun 1996-1997, pendapatan perkapita Indonesia masih cukup
tinggi. Namun selanjutnya menurun di tahun 1998, sebagai akibat krisis ekonomi
yang melanda negara kita sejak pertengahan 1997. Sampai tahun 2001,
pendapatan per kapita masih belum menggembirakan. Namun melihat data
tahun 2004, dengan pendapatan per kapita sebesar US $ 1.267, dan pada tahun
2011 menurut IMF pendapatan perkapita Indonesia kembali menuju pemulihan
yaitu sebesar US$ 3,469
4. Pendapatan Negara-negara di ASEAN
Kita telah mengetahui bahwa di tingkat dunia, Indonesia termasuk negara
dengan pendapatan menengah ke bawah dengan kisaran US$1.267 di tahun
2004 dan sebesar US$ 3,469 pada tahun 2011.
Lalu, bagaimana sebenarnya kondisi persebaran pendapatan perkapita
negara-negara yang ada di seluruh dunia? Kedua tabel berikut ini, TABEL 3.6 dan
TABEL 3.7. menyajikan daftar 10 negara dengan pendapatan per kapita tertinggi,
dan 10 negara dengan pendapatan per kapita terendah.
TABEL 3.6 10 Negara berpendapatan nasional paling tinggi
N
o
Nama Negara PDB (juta $
USD)
1 Amerika Serikat 14,991,300
2 China 7,203,784
3 Jepang 5,870,357
4 Jerman 3,604,061
5 Prancis 2,775,518
6 Brazilia 2,476,651
7 Inggris 2,429,184
31
8 Italia 2,195,937
9 India 1,897,608
10 Rusia 1,857,770
Sepuluh Negara terbesar dengan PDB nominal tahun 2012, menurut IMF.
Menurut IMF pada tahun 2012 terdapat 10 negara yang PDB nya tertinggi
di dunia yaitu Amerika Serikat dengan PDB sebesar $USD 14,991,300,000,000
dan beberapa negara di Asia seperti Jepang, China, India seperti terlihat pada
TABEL 3.6 di atas
Berikut daftar 10 negara termiskin berdasarkan data yang didapat dari IMF
dan CIA World Factbook. 9 dari 10 negara termiskin ini terletak di benua Afrika.
Kekayaan dari negara ini dihitung berdasarkan GDP per kapita. Republik
Demokrasi Kongo
TABEL 3.7 10 Negara berpendapatan nasional paling rendah
No Nama Negara GDP perkapita (USD$)
1 Republik Demokrasi Kongo US$328
2 Zimbabwe US$395
3 Liberia US$392
4 Burundi US$410
5 Somalia US$600
6 Eritrea US$681
7 Republik Afrika Tengah US$ 744
8 Niger US$755
9 Sierra Leone US$759
10 Afganistan US$906
Sumber :..................
TABEL 3.6 memberikan informasi pada kita bahwa kelompok
berpendapatan paling tinggi didominasi oleh negara-negara Eropa plus Amerika
Serikat, Austria yang nienempati posisi ke-10, pendapatan per kapitanya (US
32
$23.860) sudah jauh di atas standar high income economies (US $9.386).
Sebaliknya, di TABEL 3.7, kelompok berpendapatan paling rendah didominasi
oleh sejumlah negara di Asia dan Afrika. Rata-rata pendapatan 10 negara
berpendapatan per kapita terendah hanya sebesar US $142. Dapat disimpulkan
bahwa persebaran kesejahteraan dunia masih terpusat pada negara-negara
Eropa dan Amerika Serikat, sementara kemiskinan masih mendominasi wilayah
Asia dan Afrika. TABEL 3.8. dibawah menggambarkan pendapatan nasional
negara-negara ASEAN tahun 2011
TABEL 3.8. Pendapatan nasional negara-negara ASEAN tahun 2011
No Nama Negara Pendapatan Nasional
(US$)
1. Indonesia US$ 1,057,563,929,760
2. Thailand US$ 560,632,715,289
3. Malaysia US$ 343,498,804,646
4. Philippines US$ 321,250,321,325
5. Vietnam US$ 308,018,454,550
6. Singapura US$ 249,208,127,534
7. Myanmar US$ 53,229,364,216
8. Kamboja US$ 27,876,096,206
9. Brunei
Darussalam
US$ 17,239,847,200
10. Laos US$ 13,712,909,475
11. Timor Leste US$ 1,936,578,800
Sumber :........................
Gambar 3.5
33
C. KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
Telah dikemukakan bahwa tingkat kemakmuran suatu bangsa berhubungan
erat dengan pendapatan perkapita dari negara yang bersangkutan. Semakin
tinggi pendapatan per kapita, semakin makmur suatu bangsa. Namun, tingginya
pendapatan per kapita tidak menjamin bahwa seluruh masyarakat telah
menikmati kemakmuran. Angka-angka pendapatan per kapita tidak
menunjukkan bagaimana kenyataannya pendapatan nasional dibagikan.
Misalnya, dengan meningkatnya pendapatan per kapita, kita tetap tidak
mengetahui apakah keadaan sebagian besar warga miskin telah membaik atau
tidak. Pendapatan per kapita hanya merupakan gambaran secara umum dari
kesejahteraan penduduk suatu negara.
Struktur distribusi pendapatan nasional akan menentukan bagaimana
pendapatan nasional yang tinggi mampu menciptakan perubahan dan perbaikan
dalam masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan kesulitan
lain dalam masyarakat. Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata tidak
akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum. Sistem distribusi
34
yang tidak merata hanya akan menciptakan kemakmuran bagi golongan
tertentu. Sejumlah ahli ekonomi berpendapat bahwa perbedaan pendapatan
timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor
produksi, terutama kepemilikan barang modal. Jadi, seperti telah dikemukakan
pada awal pembahasan ini, pihak yang memiliki barang modal lebih banyak akan
memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula dibandingkan dengan pihak
yang memiliki sedikit barang modal.
Menurut teori neoklasik, perbedaan kepemilikan awal faktor produksi
tersebut lama kelamaan akan hilang atau berkurang melalui suatu proses
penyesuaian otomatis. Bila proses otomatis tersebut masih belum mampu
menurunkan perbedaan pendapatan yang sangat timpang, maka dapat
dilakukan pendekatan melalui sistem perpajakan dan subsidi. Kedua sistem itu
dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan redistribusi pendapatan
1. Indikator Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Ada sejumlah indikator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan. Indikator yang lazim digunakan adalah Koefisien Gini ( Gini Ratio)
dan cara perhitungan yang digunakan oleh Bank Dunia. Koefisien Gini biasanya
diperlihatkan oleh kurva yang dinamakan dengan kurva lorenz. Kurva tersebut
dapat dilihat dalam Peraga . 3.3.
Kurva Lorenz. Garis diagonal OE merupakan garis kemerataan sempurna
karena setiap titik pada garis tersebut menunjukkan persentase penduduk yang
sama dengan persentase penerimaan pendapatan. Sedangkan Koefisien Gini
(Gini Ratio) adalah perbandingan antara luas bidang A dengan ruas segitiga OPE.
35
PERAGA 3.3 Kurva Lorenz
Kurva Lorenz memperlihatkan kepada kita pemetaan persentase kumulatif
pendapatan nasional sebuah negara dengan persentase kumulatif penduduknya.
Pada kurva lorenz, sumbu horizontal menggambarkan persentase kumulatif
penduduk, sementara sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan
yang diterima oleh masing--masing persentase penduduk tersebut. Sementara
itu, garis diagonal di tengah disebut sebagai “garis kemerataan sempurna”
karena setiap titik pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan persentase
penduduk yang sama dengan persentase penerimaan pendapatan. Sebagai
contoh, titik tengah garis diagonal menunjukkan 50% dari pendapatan
didistribusikan persis untuk 50% dari jumlah penduduk.
Semakin jauh jarak garis kurva lonenz dan garis diagonal (garis kemerataan
sempurna), semakin tinggi tingkat ketidak-merataannya. Sebaliknya, semakin
dekat jarak kurva lorenz dan garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan
distribusi pendapatan. Pada PERAGA 3.3, besarnya ketimpangan digambarkan
sebagai
daerah A.
36
Pada kasus ekstrem, yaitu jika pendapatan didistribusikan secara merata,
maka semua titik akan terletak pada garis diagonal dan daerah A akan bernilai
nol. Sebaliknya pada ekstrem lain, yaitu bila hanya satu pihak saja yang
menerima seluruh pendapatan, maka luas daerah A akan sama dengan luas
segitiga, sehingga angka Koefisieni Gininya adalah satu. Kesimpulan suatu
distribusi pendapatan makin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0).
Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai
Koefisien Gininya makin mendekati satu. Berdasarkan kesimpulan di atas, TABEL
3.9 berikut ini memperlihatkan patokan yang mengkategorikan ketimpangan
distribusi berdasarkan nilai Koefisien Gini termasuk tinggi, sedang, atau rendah.
TABEL 3.9 Patokan nilai koefisien Gini
Nilai Koefisien Distribusi Pendapatan< 0,4 tingkat ketimpangan rendah
0,4 - 0,5 tingkat ketimpangan sedang> 0,5 tinkat ketimpangan tinggi
2. Contoh Hasil Perhitungan Koefisien Gini
Perhitungan Koefisien Gini ( Gini Ratio) secara detail akan lebih banyak
dibahas dalam pelajaran Matematika. Dalam pembahasan kita ini, akan lebih
ditekankan pada interpretasi hasil perhitungannya. Untuk memberi gambaran
nyata tentang besarnya Koefisien Gini perhatikan contoh TABEL 3.9. Pada tabel
tersebut diperlihatkan hasil perhitungan besarnya Koefisien Gini di seluruh
provinsi Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Bila kita amati
tabel tersebut serta melihat patokan nilai Koefisien Gini pada TABEL 3.10. dapat
kita simpulkan bahwa selama tahun 2005 hingga 2009, Indonesia memiliki
tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang rendah. Nilai Koefisien Gini
Indonesia selama lima tahun terakhir ternyata hanya berkisar dan 0,343 - 0,376,
atau lebih kecil dari 0,4.
TABEL 3.10. Rasio Gini di Indonesia Menurut Daerah (2005-2009)
37
TahunRasio Gini
Kota Desa Kota+Desa
2005 0,338 0,264 0,343
2006 0,350 0,276 0,357
2007 0,374 0,302 0,376
2008 0,367 0,300 0,368
2009 0,362 0,288 0,357
Sumber: Badan Pusat Statistik 2009, diolah dari Susenas Modul Konsumsi.
3. Ketimpangan Distribusi Pendapatan menurut Kriteria Bank Dunia
Selain penggunaan Koefisien Gini, terdapat cara lain untuk melihat
distribusi pendapatan, antara lain kriteria sebagaimana dikemukakan oleh Bank
Dunia ( World Bank). Bank Dunia mengukur ketimpangan distribusi pendapatan
suatu negara dengan melihat besarnya kontribusi dari 40% penduduk termiskin.
Kriteria yang digunakan oleh Bank Dunia dapat dilihat pada TABEL 3.9.
Pengukuran tersebut dapat dilihat dari sisi pendapatan maupun pengeluaran.
TABEL 3.11. Indikator/kriteria ketimpangan distribusi pendapatan menurut Bank
Dunia
Distribusi Pendapatan Tingkat KetimpanganKelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya < 12% dari keseluruhan pengeluaran
tinggi
Kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya 12% - 17% dari keseluruhan pengeluaran
sedang
Kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya > 17% dari keseluruhan pengeluaran
rendah
TABEL 3.11 memperlihatkan hasil survei mengenai persentase pembagian
pendapatan di Indonesia yang dilakukan oleh BPS. Secara nasional, kelompok
40% penduduk termiskin Indonesia sejak tahun 2005 hingga 2009 menerima
rata-rata di atas 20% dari keseluruhan pendapatan penduduk Indonesia (lebih
dari 17%). Jadi, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan Indonesia tergolong
rendah. Baik berdasarkan Koefisien Gini maupun kriteria tingkat ketimpangan
38
distribusi pendapatan menurut Bank Dunia, Indonesia termasuk negara dengan
tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan yang rendah.
TABEL. 3.12 Persentase Pembagian Pendapatan Nasional di Antara 3 Lapisan
Pendapatan
2007 2008 2009 2010 2011
40% pendapatan terendah 19,10 19,56 21,22* 18,05* 16,85*
40% pendapatan menengah 36,11 35,67 37,54* 36,48* 34,73*
20% pendapatan tertinggi 44,79 44,77 41,24* 45,47* 48,42*
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan
2005 (2003, 2004 dan 2006 hanya mencakup panel 10.000 rumahtangga,
sedangkan 2007, 2008, 2009, dan 2010 mencakup panel 68.800 rumah tangga),
Tahun 2011 merupakan data Susenas Triwulan I (Maret 2011) dengan sampel
75.000 rumah tangga
* Dihitung dengan menggunakan data individu bukan data kelompok
pengeluaran seperti pada tahun sebelumnya.
4. Efek Pajak Penghasilan Progresif Terhadap Distribusi Pendapatan
Pajak progresif pada intinya adalah pajak yang dikenakan dengan
persentase yang makin tinggi jika pendapatan juga tinggi. Misalnya, orang yang
memiliki pendapatan di atas Rp 50 juta setahun dikenai pajak 35%, sementara
orang yang memiliki pendapatan di bawah Rp 10 juta hanya dikenai pajak 0-15%.
Untuk menggambarkan pengaruh pajak progresif terhadap perbaikan tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan. Seperti diketahui, pajak mengambil atau
mengalihkan uang dari warga negara yang satu ke yang lain. Struktur pajak
progresif menyebabkan kurva distribusi pendapatan sesudah dipungut pajak
lebih dekat dengan garis kemerataan. Sebaliknya, struktur pajak yang regresif,
yaitu pajak yang dikenakan dengan persentase yang makin rendah jika
pendapatan semakin tinggi,
39
5. Pengaruh Pajak Progresif
Pengenaan pajak progresif mendekatkan garis lengkung kurva Lorenz ke
garis diagonal mengakibatkan distribusi pendapatan semakin timpang sesudah
pemungutan pajak. Dapat dibayangkan, pajak seperti itu menggeser distribusi
pendapatan menjauh dari garis sebelum pemungutan pajak.
PERAGA 3.4. Kurva Lorenz
Gambar 3.6
TUGAS 40
EKONOMIKA
Pendapatan rata-rata penduduk Indonesia 2013 Rp 36,5 juta
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan nominal pendapatan per kapita Indonesia 2013 mencapai Rp 36,5 juta. Naik sebesar Rp 3 juta ketimbang pendapatan per kapita tahun sebelumnya sebesar Rp 33,5 juta."Ini tren positif karena tiga tahun berturut-turut Produk Domestik Bruto per kapita kita meningkat," kata Kepala BPS Suryamin saat jumpa pers di kantornya, Jakarta, Rabu (5/2).Kendati demikian, jika dikonversi ke dalam dolar Amerika Serikat, maka PDB per kapita 2013 hanya sebesar USD 3.499. Menurun ketimbang tahun sebelumnya USD 3.583. "Ini akibat pelemah Rupiah terhadap Dolar," kata Suryamin.Pendapatan per kapita dihitung berdasarkan pendapatan nasional dibagi jumlah penduduk. Adapun Produk Nasional Bruto per kapita tahun lalu Rp 35,4 juta, juga meningkat 8,72 persen dibanding 2012.Sementara, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 2013 tumbuh 5,7 persen. Konsumsi masyarakat masih menjadi mesin pertumbuhan utama ekonomi Indonesia dengan berkontribusi sebesar 5,28 persen, disusul konsumsi pemerintah 4,8 persen. Kemudian, investasi 4,71 persen, ekspor 5,3 persen, dan impor 1,21 persen.
41
Menurut Suryamin, konsumsi masyarakat masih tumbuh stabil lantaran terbantu oleh penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung. Tahun lalu, terdapat lebih dari 190 pilkada, lebih tinggi ketimbang tahun sebelumnya."Masyarakat kan dapat kaos, dapat nasi bungkus dalam penghitungan PDB itu harus dihitung. Pendapatan itu kita hitung, dan dikeluarkan sebagai konsumsi," ujarnya.Selain itu, konsumsi masyarakat juga di dorong oleh program sosial yang dilancarkan pemerintah di paruh akhir 2013. Diantaranya, penyaluran beras miskin (raskin), bantuan langsung tunai (BLT), dan pembangunan infrastruktur desa.Sumber:
http://profil.merdeka.com/indonesia/b/badan-pusat-statistik/
D. RANGKUMAN
1. Terdapat tiga definisi pendapatan nasional, yakni berdasarkan:
a. Arus barang dan jasa yang dihasilkan.
b. Arus pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan
tersebut.
c. Arus pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.
2. Berdasarkan tiga definisi tersebut, perhitungan pendapatan nasional dapat
dilakukan dengan tiga pendekatan, yakni:
a. pendekatan produksi,
b. pendekatan pengeluaran, dan
c. pendekatan pendapatan.
3. Perhitungan pendapatan nasional Indonesia dilakukan dengan pendekatan
produksi dan pendekatan pengeluaran.
42
4. Pendekatan produksi dilakukan dengan mengelompokkan kegiatan-
kegiatan ekonomi ke dalam 9 lapangan usaha (sektor) utama.
5. Pendekatan pengeluaran dilakukan dengan mengelompokkan pengeluaran
ke dalam komponen: pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto,
perubahan stok, dan ekspor barang-barang dan jasa-jasa dikurangi dengan
impor barang-barang dan jasajasa.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain:
a. besarnya pendapatan rumah tangga setelah dikurangi pajak dan
potongan-potongan lain,
b. komposisi rumah tangga, dan
c. tuntutan lingkungan.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan antara lain:
a. pendapatan yang diterima dan besarnya bagian yang akan digunakan
untuk konsumsi,
b. besarnya pendapatan yang digunakan untuk berjaga-jaga, dan
c. tingkat bunga.
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi antara lain:
a. tingkat bunga, dan
b. kekuatan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa.
9. Indikator yang banyak digunakan untuk mengukur perubahan standar
kehidupan suatu negara adalah pendapatan per kapita.
10. Pendapatan per kapita merupakan jumlah (nilai) barang dan jasa rata-rata
yang tersedia bagi setiap orang dalam satu tahun.
11. Perhitungan Koefisien Gini berasal dari usaha pengukuran luas suatu kurva
yang menggambarkan distribusi pendapatan untuk seluruh kelompok
pendapatan. Kurva yang digunakan untuk perhitungan Koefisien Gini
dinamakan kurva Lorenz.
12. Salah satu cara untuk memperbaiki pemerataan distribusi pendapatan
adalah dengan melalui sistem perpajakan dan subsidi.
43
E. EVALUASI
1. Soal Uraian
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
1. Buatlah bagan arus lingkaran pendapatan nasional secara sederhana!
2. Uraikan 3 (tiga) pendekatan perhitungan pendapatan nasional!
3. Jelaskan manfaat dan tujuan mempelajari pendekatan pendapatan
nasional!
4. Uraikan dengan singkat komponen pendapatan nasional dengan
pendekatan pendapatan!
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tabungan, konsumsi, dan
investasi? Jelaskan!
6. Jelaskan hubungan antara Koefisien Gini dengan Kurva Lorenz!
7. Jelaskan bagaimana Bank Dunia mengelompokkan tingkat ketimpangan dan
distribusi pendapatan dari suatu negara!
8. Jelaskan mengapa perhitungan pendapatan per kapita harus disertai pula
dengan perhitungan tingkat pemerataan pendapatan?
9. Apa yang terjadi bila Kurva Lorenz bersinggungan dengan garis diagonal?
Apakah keadaan seperti itu dapat terjadi dalam dunia nyata?
10. Sebutkan kebijakan-kebijakan yang dapat mengurangi tingkat kesenjangan
distribusi pendapatan!
REFLEKSI DIRI :
Setelah anda mempelajari tentang pendapatan nasional diharapkan dapat
terbentuk karakter:
1. Religius, dengan mempelajari tentang pendapatan nasional diharapkan
dapat terbentuk rasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Jujur, dengan mempelajari tentang pendapatan nasional diharapkan dapat
terbentuk sikap jujur sehingga dapat mengaplikasikan dalam mengelola
44
pendapatan uang saku, sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Tanggung jawab, dengan mempelajari pendapatan nasional diharapkan
dapat terbentuk sikap tanggung jawab dalam mengelola pendapatan uang
saku, sehingga dapat bermanfaat pada masa yang akan datang dalam
mengelola penghasilan keluarga dapat dipertanggung jawabkan dalam
penggunaannya.
4. Disiplin, dengan mempelajari pendapatan nasional diharapkan dapat
terbentuk disiplin dalam mengelola pendapatan uang saku oleh karena
penggunaan atau pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan keluarga.
5. Responsif, dengan mempelajari pendapatan nasional diharapkan dapat
terbentuk
Sikap responsif dalam mengelola pendapatan uang saku oleh karena dapat
menentukan dan membedakan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan
produktif dalam kehidupan sehari-hari
6. Kerjasama, dengan mempelajari pendapatan nasional diharapkan dapat
terbentuk sikap kerjasama, sehingga dapat diterapkan dalam pengelolaan
pembagian pendapatan uang saku dari keluarga.
PENILAIAN DIRI.
Setelah mempelajari masalah pendapatan nasional lakukanlah penilaian diri
tentang sikap anda dengan memberikan tanda (V) pada pernnyataan di bawah
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bacalah pernyataan-pernyataan dalam kolom secara teliti.
b. Berilah tanda (v) sesuai dengan kondisi dan keadaan anda sehari-hari secara
jujur dengan kriteria sebagai berikut:
4 = Selalu, apabila secara terus menerus melakukan aspek yang diamati.
3 = Sering, apabila cenderung lebih banyak melakukan aspek yang diamati
2 = Kadang-kadang, , apabila cenderung lebih melakukan aspek yang diamati
1 = Tidak pernah, , apabila tidak pernah melakukan aspek yang diamati
45
c. Jika anda mendapatkan jumlah skor dari masing-masing aspek yang
diamati/dinilai maka disimpulkan sebagai berikut:
1. Kurang
2. Sedang
3. Baik
4. Amat baik
Nama Peserta Didik :..........................................................
K e l a s : X (.......)
Materi Pokok : Refleksi diri tentang pendapatan nasional
Tanggal Penilaian : ...........................
No PERNYATAAN NILAI JUMLAH
SKOR1 2 3 4
1 Saya bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena telah memahami dan
menghayati materi pendapatan
nasional.
2 Dalam mengelola uang saku saya akan
bersikap jujur dengan orang tua dan
tidak akan berbohong.
3 Jika saya mengelola pendapatan uang
saku akan bertanggung jawab kepada
orang tua dan tidak akan
menyelewengkan untuk hal-hal yang
tidak bermanfaat.
4 Saya akan disiplin dalam mengelola
pendapatan uang saku.
5 Saya akan bersikap responsif, dalam
mengelola pendapatan uang saku.
6 Saya akan bekerjasama dalam
46
pengelolaan pembagian pendapatan
uang saku dari keluarga.
47