agnettadotcom.files.wordpress.com€¦ · Web viewSuka Jawa dengan sekelumit kebudayaannya...
Transcript of agnettadotcom.files.wordpress.com€¦ · Web viewSuka Jawa dengan sekelumit kebudayaannya...
Upacara Adat Tradisi Pernikahan
Didesa Cerbonan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar
Provinsi Jawa Tengah
Tugas ini di susun untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
yang diampu oleh Bp.Syakuri
Oleh :
Agnetta Eka Putri
A.410080345 / VII ( Revisi )
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat yang majemuk yang memiliki
keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan
didalam masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat
kita pungkiri bahwa budaya merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi
sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia. Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak
memiliki kebudayaan. Begitu pula sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa adanya
masyarakat. Ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dan masyarakat.
Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural makan akan terlihat
pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa inilah yang kemudian
mempunyai ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda. Suku Jawa adalah salah satu suku
bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia, suku Jawa memiliki
kharakteristik yang tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama,
mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya.
Suka Jawa dengan sekelumit kebudayaannya merupakan salah satu hal yang
menarik untuk ditelaah dan dijadikan pengetahuan bagi yang membaca.Secara kodrati,
manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruum : 21) dengan di harapkan mampu
hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini tampak bahwa sampai
kapan pun, manusia tidak mampu hidup seorang diri, tanpa bantuan dan kehadiran orang
lain. Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan bersatunya dua insan yang
berlainan jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah pernikahan. Masing-masing
daerah mempunyai tata upacara pernikahannya sendiri-sendiri. Dalam bahasan ini, saya
akan mendeskripsikan tata upacara pernikahan adat yang masih ada di desa Karanganyar
tempat tinggal saya. Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang
kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-
istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna melakukan
prosesi pernikahan, orang Jawa selalu mencari hari maka perlu dimintakan pertimbangan
dari ahli penghitungan hari berdasarkan patokan Primbon Jawa.
b. Letak Geografis
Kabupaten Karanganyar terletak pada 110040’ – 110070’ BT , 7028’ – 7070’ BT
Batas Wilayah :
Utara : Kab. Sragen
Timur : Prop. Jawa Timur
Selatan: Kab. Wonogiri, Kab. Sukoharjo
Barat : Kota Surakarta, kab. Boyolali
Luas Wilayah :
Luas Wilayah : 773, 78 km2
Terbagi dalam : 17 kecamatan, 162 desa, 15 kelurahan, 1.091 dusun, 2.313 dukuh,
1.871 RW, 6.130 RT
Iklim dan suhu :
Iklim : Tropis
Suhu : 2000C - 3100C
c. Mata Pencaharian penduduk
Dilihat dari aspek mata pencahariaanya, sebagian besar mata pencaharian utama
penduduk adalah bertani, berkebun, berternak dan berdagang. Hal ini dapat dilihat dari
penggunaan lahan yang masih berupa hamparan sawah-sawah yang luas dan perbukitan
yang berada di sebelah utara. Namun, sebagian besar penduduk usia muda melakukan
migrasi ke kota-kota besar dan bekerja diberbagai sektor mulai sebagai buruh lepas sampai
dengan eksekutif. Banyaknya orang yang merantau disebabkan karena tidak ada lapangan
kerja yang memadai dan tersedia di Karanganyar.
d. Komposisi Penduduk berdasarkan :
a) Profesi
Sesuai dengan kondisi alam Kabupaten Karanganyar yang agraris, maka
sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian
(petani sendiri dan buruh tani), yaitu 222.811 orang (30,58%). Kemudian
sebagai buruh industri sebanyak 105.536 orang (14, 49%), buruh bangunan
49.619 orang (6,81 %) dan pedagang sebanyak 45.320 orang (6,22 %).
Selebihnya adalah sebagai pengusaha, di sektor pengangkutan, PNS/TNI/Polri,
pensiunan, jasa-jasa dan lain-lain.
b) Agama
Dilihat dari aspek keagamaan, mayoritas penduduk Kecamatan Karanganyar
memeluk agam Islam. Pada tahun 2009, jumlah pemeluk agama Islam sebanyak
825.816 orang (94,61 %), Katholik sebesar 18.675 orang (2,14 %), Kristen Protestan
sebanyak 21.628 (2,48 %) orang, Hindu sebesar 6.057 orang (0,69 %) orang dan
Budha sebanyak 645 orang (0,07 %). Jumlah tempat ibadah, yaitu masjid 2.112
bangunan, mushola 768 bangunan, gereja 139 bangunan, pura 17 bangunan dan
vihara sebanyak 4 bangunan.
c) Tingkat Pendidikan
Menurut data dari Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan transmigrasi (
KTT ) Kabupaten Karanganyar pada tahun 2009 jumlah pencari kerja tercatat
sebanyak 9.780 orang dengan rincian laki-laki 4.279 orang dan perempuan
5.534 orang. Dibandingkan tahun 2008, maka secara total terjadi penurunan
pencari kerja dari data yang terdaftar di Dinas KTT Kabupaten Karanganyar.
Dari jumlah tersebut, lulusan SLTA tercatat yang paling besar, yaitu 4.336
orang, sebelumnya mencapai 5.689 orang . Lulusan Sarjana menempati posisi
berikutnya yakni sebanyak 3.157 orang diikuti oleh Sarjana muda (D III) 1.404
orang dan paling sedikit adalah lulusan SD, yaitu 121 orang . Pencari kerja
yang sudah ditempatkan pada tahun 2009 sebanyak 4.351 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa masih ada sekitar 55,51 persen pencari kerja yang belum
mendapatkan pekerjaan/ belum disalurkan. Jika dibandingkan berdasarkan angka
absolute terlihat bahwa banyak lulusan SMA yang belum terserap, namun
berdasarkan persentase hanya sekitar 51,27 % pencari kerja yang belum disalurkan,
sedangkan untuk pendidikan dengan kualifikasi Sarjana muda dan sarjana masih
sekitar 61,97 % dan 57,36 % yang belum disalurkan.
II. ISI
Upacara adat tradisi yang masih di lestarikan di desa karanganyar yaitu :
1. Pernikahan
2. Mitoni ( 7 Bulanan )
3. Upacara Kematian
4. Slametan setelah orang meninggal : 3 harinan ( 3 dinanan ), 7 harinan ( pitung
dinanan), 40 harinan, 100 harinan, Pendak 1 ( satu tahun ), pendak 2, 1000
harinan ( nyewu ).
Prosesi Upacara adat pernikahan di desa karanganyar
Babak I (Tahap Pembicaraan)
Yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak
calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar dan menentukan
hari penentuan (gethok dina).
Babak II (Tahap Kesaksian)
Babak ini merupakan peneguhan pembicaaan yang disaksikan oleh pihak ketiga,
yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh di kanan-kiri tempat tinggalnya, melalui
acara-acara sebagai berikut :
1. Srah-srahan
Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan
pelaksanaan acara sampai hajat berakhir. Untuk itu diadakan simbol-simbol
barang-barang yang mempunyai arti dan makna khusus, berupa cincin,
seperangkat busana putri, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih dan uang.
Adapun makna dan maksud benda-benda tersebut adalah :
Cincin emas
yang dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cinta mereka abadi
tidak terputus sepanjang hidup.
Seperangkat busana putri
bermakna masing-masing pihak harus pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain.
Perhiasan yang terbuat dari emas, intan dan berlian
mengandung makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk tetap bersinar dan tidak membuat kecewa.
Makanan tradisional
terdiri dari jadah, lapis, wajik, jenang; semuanya terbuat dari beras ketan.
Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak, menjadi
lengket. Begitu pula harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon
pengantin selalu lengket selama-lamanya.
Buah-buahan
bermakna penuh harap agar cinta mereka menghasilkan buah kasih yang
bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
Daun sirih
Daun ini muka dan punggungnya berbeda rupa, tetapi kalau digigit sama
rasanya. Hal ini bermakna satu hati, berbulat tekad tanpa harus
mengorbankan perbedaan.
2. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan
yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.
3. Asok tukon
Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk
membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri.
4. Gethok dina
Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari
hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam
perhitungan Jawa.
Babak III (Tahap Siaga)
Pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak
saudara untuk membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-acara pada
waktu sebelum, bertepatan, dan sesudah hajatan.
1. Sedhahan
Yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan.
2. Kumbakarnan
Pertemuan membentuk panitia hajatan mantu, dengan cara :
a. pemberitahuan dan permohonan bantuan kepada sanak saudara, keluarga,
tetangga, handai taulan, dan kenalan.
b. adanya rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
c. mencukupi segala kerepotan dan keperluan selama hajatan.
d. pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan serta telah selesainya pembuatan
undangan.
3. Jenggolan atau Jonggolan
Saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili calon
pengantin putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya
memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu, dengan cara
ijab.
Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara)
Tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba.
Ada beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :
1. Pasang tratag dan tarub
Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai
tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub
dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri kahs tarub adalah dominasi hiasan daun
kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang disertai dengan ubarampe
berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.
2. Kembar mayang
Berasal dari kata kembar artinya sama dan mayang artinya bunga pohon jambe
atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan
keselamatan. Jika pawiwahan telah selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang
di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat
asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang
Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang adalah :
a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang
terbuat dari kuningan.
b. Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya.
c. Janur kuning, ± 4 pelepah.
d. Daun-daunan : daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-
apa, daun girang dan daun andong.
e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih.
g. Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah.
Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air
tidak tumpah.
3. Pasang tuwuhan (pasren)
Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan
biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna :
a. Janur
Harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang
Maha Kuasa.
b. Daun kluwih
Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih
(luwih) dari yang diperhitungkan.
c. Daun beringin dan ranting-rantingnya
Diambil dari kata ingin, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang
didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana.
d. Daun dadap serep
Berasal dari suku kata rep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada
gangguan apa pun.
e. Seuntai padi (pari sewuli)
Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin
berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan
selalu siap membantu sesama yang kekurangan.
f. Cengkir gadhing
Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini
diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
g. Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja)
Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta,
mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
h. Tebu wulung watangan (batang tebu hitam)
Kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah mantap menentukan pilihan
sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
i. Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas)
Harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan,
dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan.
j. Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam bokor)
Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di
taman.
5. Siraman
Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil
dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar,
melati dan kenanga. Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut :
- calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya.
- calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman.
- calon pengatin disiram oleh pinisepuh, orangtuanya dan beberapa wakil yang
ditunjuk.
- yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan
ke muka, kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu
dipecah sambil berkata Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore
anakku wadon.
5. Adol dhawet
Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin
putri yang dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang
pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat
upacara panggih dan resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang.
6. Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang
bagi kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin
perempuan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin
laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon
pengantin perempuan benar-benar siap melakukan prosesi pernikahan di hari
berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodareni (bidadari), lalu menjadi
midodareniyang berarti membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari.�
Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin
diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.
Babak V (Tahap Puncak Acara)
1. Ijab qobul
Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana sepasang calon
pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang
tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari
kedua pihak, tidak memakai subang atau giwang guna memperlihatkan
keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake
anak.
2. Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
a. Liron kembar mayang
Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa
dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.
b. Gantal
Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh
masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang
terkena lemparan itu.
c. Ngidak endhog
Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual
kedua pengantin sudah pecah pamornya.
d. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra
Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang
diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
e. Minum air degan
Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).
f. Di-kepyok dengan bunga warna-warni
Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat
berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin.
g. Masuk ke pasangan
Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya
melaksanakan kewajiban.
h. Sindur
Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur.
Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat
berani karena benar.
Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di
sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :
i. Timbangan
Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan
diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat
antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing
pengantin sudah seimbang.
j. Kacar-kucur
Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang
receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan
bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya.
k. Dulangan
Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan
laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara
dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung)
dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang bermakna :
- tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang memberi hidup.
- tumpeng puput : berani mandiri.
- tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita.
- tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua.
- tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil.
- tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa.
- tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi.
- tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua.
- tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.
3. Sungkeman
Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu.
Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut
orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin
putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.
Nilai edukasi dari prosesi upacara adat pernikahan tersebut adalah :
Bahwa setiap prosesi tersebut memiliki makna yang baik. Tujuannya untuk
melestarikan nilai- nilai budaya yang sudah ada sejak dahulu .
Setiap prosesi tersebut mempunyai arti sendiri – sendiri yang bertujuan positif.
Kita dapat mengetahui detail prosesi pernikahan yang ada di desa cerbonan
kecamatan karanganyar kabupaten karanganyar.
Menurut saya perlu atau tidak kah tradisi ini di lestarikan ??
Menurut saya, kalo selama bertujuan baik dan tidak bertentangan dengan agama
kenapa tidak untuk di lestarikan tradisi seperti ini. Tradisi kebudayaan alangkah
baiknya kita lestarikan agar tidak pudar.
III. PENUTUP
Kesimpulan
Setiap adat memiliki upacara pernikahan yang berbeda-beda beserta ritual yang
berbeda-beda pula hal ini dilaksanakan berdasarkan tradisi dan kepercayaan
masing-masing. Di desa cerbonan pun sebagian masih ada yang melakasanakan
prosesi pernikahan seperti itu.
Saran
Selama tidak bertentangan dengan agama, diharapkan agar budaya seperti ini
tetap lestari sebagai salah satu ciri kemajemukan budaya Indonesia.