widyaucit.files.wordpress.com€¦ · Web viewDalam perkembangannya dari zaman ke zaman...
Transcript of widyaucit.files.wordpress.com€¦ · Web viewDalam perkembangannya dari zaman ke zaman...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan perubahan sosial, keduanya saling bertautan satu dengan yang
lain. Keduanya saling mempengaruhi, sehingga berdampak luas di masyarakat.
Pendidikan adalah lembaga yang dapat dijadikan sebagai agen
pembaharu/perubahan sosial dan sekaligus menentukan arah perubahan sosial
yang disebut dengan pembangunan masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat setiap kalinya dapat direncanakan dengan arah
perubahan yang ingin dicapai. Namun perubahan sosial juga dapat terjadi setiap
saat tanpa harus direncanakan terlebih dahulu disebabkan pengaruh budaya luar.
Pendidikan sejak dulu sampai sekarang merupakan hal terpenting dalam hidup
manusia. Pendidikan memberikan kemajuan pemikiran umat manusia, sehingga
taraf hidup mereka meningkat. Dalam perkembangannya dari zaman ke zaman
pendidikan berubah menjadi suatu sistem. Suatu sistem pendidikan yang tersusun
secara sistematis diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun
2003 tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 ayat 1, yang
menjelaskan bahwa pendidikan dilaksanakan melalui 3 jalur yaitu pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Ketiga jalur pendidikan ini satu sama lain saling
berkait dan membutuhkan untuk melakukan perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat kelak. Selain ketiga jalur tersebut anak-anak Indonesia wajib
menempuh pendidikan “wajib belajar 9 tahun”, sebagai program pemerintah
dalam meningkatkan SDM masyarakat Indonesia.
Pendidikan mempengaruhi masyarakat yang pada akhirnya terjadi perubahan
sosial. Perubahan sosial sebagai bentuk inovasi yang berkaiatan dengan seluruh
aspek kehidupan manusia yang bertujuan meningkatkan kemakmuran. Bermacam
konsep perubahan sosial disodorkan para ahli dalam menganalisis fenomena
tersebut yaitu, konsep kemajuan sosial, konsep sosialistik, konsep perubahan
1
siklus, teori sejarah, teori pertikularistik, teori sosiologi serta sosiologi dan
perubahan sosial.
Di masa depan pendidikan dalam prespektif perubahan sosial banyak
dikonsepkan oleh sebagian ahli, pendidikan adalah sebagai proses yang dapat
mengubah perilaku individu dalam konteks teori perubahan sosial akan
mempunyai dampak terjadinya perubahan baik pada tingkat individu sebagai agen
maupun tingkat kelembagaan yang mampu mengubah struktur sosial yang ada di
masyarakat. Diharapakan pendidikan dalam perubahan sosial dapat
menghasilakan generasi yang kritis serta solusif dalam menghadapi permasalahan
sebagai bagian perubahan sosial masyarakat dewasa ini dan selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian pendidikan?
2. Apakah pengertian perubahan sosial?
3. Apa sajakah konsep-konsep dari perubahan sosial?
4. Bagaimana pendidikan dalam prespektif perubahan sosial?
5. Mengapa pendidikan berkaitan dengan perubahan sosial?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalh adalah
untuk mendeskripsikan hal-hal berikut:
1. Pengertian pendidikan.
2. Pengartian perubahan sosial.
3. Macam-macam konsep perubahan sosial.
4. Pendidikan dalam prespektif perubahan sosial.
5. Pendidikan dan Perubahan Sosial.
2
BAB II
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah upaya yang sadar dilakuakan untuk meningkatkan
kemampuan individu agar dapat menentukan kehidupan secara mandiri. Definisi
pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai pola pikir dan paradigma yang dianut,
karena dengan paradigma tersebut seseorang akan mengikuti teori dan menerapkan
dalam kehidupan keseharian. Contohnya antara penganut paradigma “positivisme”
dan “subjektivis”. Paradigma “positivisme” mengembangkan teori pendidikan
behavioris yang menekankan bahwa perilaku manusia dapat diatur dan dikendalikan
dengan menberikan pelatihan. Paradigma “subjektivis” mengembangkan teori
humanisnya agar para peserta didik dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
Pendidikan dalam pengertian modern diartikan sebagai proses formal dan
direncanakan dimana warisan kebudayaan dan norma-norma sebuah masyarakat
ditransmisikan dari generasi ke generasi, dan melalui tranmisi warisan itu
dikembangkan melalui penemuan ilmiah. Sedangkan pendidikan dalam pengertian
konvesional dipahami dengan memberikan meteri-materi kebudayaan dimaksudkan
agar pengetahuan anak tentang budaya manusia bertambah, jika kegiatan tersebut
dilanjutkan kepada usaha membentuk/membimbing kepribadian anak.
Definisi pendidikan diartikan menurut paham atau aliaran yang mereka anut.
Analisis terhadap sistem pendidikan dapat dilakuakn dari in-put, proses, out-put dan
out-come. In-put sangat menetukan proses pendidikan, dan proses akan menentukan
out-put pendidikan. Out-come berpengaruh terhadap perubahan sosial yang akan
terjadi. Pendidkan memiliki andil besar dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu
berikut ini fungsi pendidikan yang berhungan dengan perubahan sosial di masyarakat,
yaitu:
3
1. Fungsi pendidikan sebagai perubahan sosial.
Pada fungsi ini pendidikan berperan sebagai pencetak penemu-penemu baru
dengan hasil temuan mereka akan mempengaruhi kebudayaan masyarakat
sehingga mengakibatkan perubahan sosial yang cukup menyeluruh.
Contohnya, penemuan komputer, rice cooker, pesawat terbang, televisi, listrik
generator, diessel dan sebagainya.
2. Fungsi memindahkan nilai-nilai budaya (trasformasi kebudayaan).
Pendidikan dapat dirumuskan sebagai proses kegiatan yang direncanakan
untuk memindahkan pengetahuan, sikap, nilai-nilai, serta kemampuan-
kemapuan mental lainnya dari satu generasi ke generasi lebih muda, seperti
proses interaksi guru dan murid di kelas dan sekolah ataupun di kelompok-
kelompok warga belajar serta keluarga.
3. Fungsi mengembangkan dan memantapkan hubungan-hubungan sosial.
Fungsi ini membentuk peserta didik lebih mengetahui, memahami dan
mengerti kelompok-kelompok sosial yang ada di lingkungan sosial mereka.
Dalam proses ini yang lebih berperan adalah pendidikan nonformal dan
informal, tetapi pendidikan formal juga mempengaruhi sebagai wadah pengembangan
secara akademis. Wajarlah kesempatan pendidikan terbuka lebar untuk mendukung
keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini berarti memperbaiki citra masyarakat
dari lingkungan primitif menuju ke masyarakat yang modern dan berpandangan luas
terhadap dunianya. Pendidikan membawa masyarakat ke arah perubahan yang
menuju keperbaikan.
1. Pendididkan sebagai suatu sistem
Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 11 ayat 1, yang menjelaskan bahwa pendidikan
dilaksanakan melalui 3 jalur yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal,
dan pendidikan informal dimana ketiga jalur tersebut saling melengkapi dan
memperkaya. Pendidikan sebagai suatu sistem yang terorganisir dengan baik
serta memiliki proses tersendiri. Proses pendidikan adalah proses pemberian
4
stimulasi pada seseorang secara di sengaja untuk mendorong terjadinya proses
perkembangan manusiawi ke tingkat yang lebih baik. Sistem pendidikan di
Indonesia terbagi atas tiga jalur dengan masing-masing jalur memiliki sistem
tersendiri, yaitu:
a) Pendidikan formal adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan melalui
sistem persekolahan yang memiliki ciri-ciri antara lain terstruktur secara
mapan, kurikulum diatur secara nasional, memiliki jenjang yang mengikat,
memiliki aturan yang ketat dalam prosedur penerimaan murid baru
(rekrutmen warga belajar), memiliki tata tertib yang ketat dalam proses
belajarnya. Pendidikan persekolahan sebagai satuan pendidikan formal
dimulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi
merupakan jenjang yang mengikat karena masing-masing jenjang di
bawahnya merupakan persyaratan jejang selanjutnya. Yehudi cohen
mengemukakan bahwa:
“sekolah pada jaman kuno muncul sebagai instrumen politik untuk
mencapai tujuan-tujuan politik. Sekolah yaitu suatu institusi yang
disediakan untuk pembelajaran dengan personil yang terspesilisasi,
struktur fisik, yang permanen, peralatan khusus (di mana buku-buku
teks merupakan bagian penting), sarana-sarana pembelajaran formal
dan stereotip, sebuah kurikulum dan tujuan-tujuan khusus yang
didefinisikan secara optimal.1
George Kneller menganggap bahwa munculnya sekolah memiliki
kaitan dengan kompleksitas organisasi sosial dan lembaga-lembaga sosial.
Semakin meningkatnya kompleksitas masyarakat, tranmisi keterampilan
dan pengetahuan secara spesilissasi dari generasi ke generasi yang tidak
dapat dipisahkan dari pendidikan tradisional, sehingga agen spesialisasi
yang menjalankan fungsi-fungsi tersebut adalah guru. Oleh karena itu
sekolah disebut sebagai salah satu agen pembaharu (agent of change) pada 1 ............, Difusi Inovasi, hal 98
5
perubahan sosial.
b) Pendidikan nonformal adalah lembaga pendidikan di luar sistem
persekolahan merupakan jalur penyelenggaraan pendidikan yang berbeda
dengan pendidikan persekolahan. Pendidikan nonformal menurut Coombs
(1973) adalah aktivitas pendidikan yang terorgasir di luar sistem
pendidikan persekolahan baik yang dilaksanakan secara serempak atau
terpisah untuk melayani tujuan dan kebutuhan belajar peserta didik. Dalam
UU RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
pasal 1 ayat 12, dijelaskan bahwa pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 26 ayat 1
bahwa penyelenggaraan pendidikan nonformal berfungsi sebagai
pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Berikut ini penjelasan dari pasal
26 ayat 1, yaitu:
1) Pengganti memiliki makna bahwa seseorang yang tidak dapat
menempuh pendidikan formal karena berbagai hal dapat menempuh
jalur pendidikan nonformal dan akan memperoleh penghargaan yang
sama dengan pendidikan formal setelah dilakukan penilaian sesuai
dengan atuaran yang mengacu pada standar nasional pendidikan.2
2) Pelengkap mempunyai makna bahwa pendidikan sepanjang hayat
berlaku kepada setiap warga negara, untuk selalu melengkapi
pendidikan nonformal sebelumnya.
3) Penambah bermakna seseorang yang sudah memperoleh pendidikan
tertentu dapat menmbah pendidikan dengan berbagai jenis yang ada
dalam jalur pendidikan nonformal.
4) Pengganti bermakna pendidikan tersebut menggantikan program
pendidikan formal pada jenjang tertentu yang tidak dapat diselesasikan 2 UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 26 ayat 6.
6
oleh peserta didik karena berbagai hal.bentuk sajian program untuk
peserta didik yaitu: a) Program paket A (setara dengan pendidikan
sekolah dasar); b) Program paket B (setara dengan pendididkan SLTP);
c) Program paket C (setara dengan pendidikan SLTA).
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional
sebagai bekal kehidupan mereka kelak dan mampu serta siap
menghadapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat
dari fenomena-fenomena yang mereka lakukan dan terjadi tanpa
perencanaan dahulu.
Tipe ideal pendidikan formal dan nonformal.
a. berdasarkan tujuan; (1) umum dan jangka panjang, spesifik dan
jangka pendek; (2) Credential-based, Non Credential-based.
b. Berdasarkan waktu: (1) putaran waktu yang panjang, putaran waktu
yang pendek; (2) waktu penyiapan, waktu pengulangan; (3) penuh
waktu, paruh waktu.
c. Berdasarkan isi (content): (1.) masukan terstandar dan terpusat,
keluaran terpusat dan individual; (2) bersifat akademiker sifat
praktis; (3) peserta ditentukan oleh persyaratan penerimaan,
persyaratan penerimaan ditentukan oleh peserta.
d. Sistem penyampaian: (1) Berdasarkan lembaga, berdasarkan
lingkungan; (2) terisolasi, berhubungan dengan masyarakat; (3)
diatur secara ketat, diatur secara lentur; (4) berorientasi pada guru,
berorientasi pada peserta; (5) narasumber terproggram secara
intensif, narasumber berbeda di masyarakat.
e. Kontrol: (1) terkontrol secara eksternal, terkontrol secara mandiri;
(2) dikontrol secara hierarkis, dikontrol secara demokratis.
c) Pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh
7
keluarga dan berbagai satuan yang ada di masyarakat sesuai dengan
kebutuhan belajar masyarakat. Pendidikan informal memiliki ciri lebih
fleksibel dibanding jalur pendidikan formal dan pendidikan nonformal.
Contohnya; pendidikan dalam keluarga dapat menyelenggarakan
pendidikan sendiri di dalam keluarganya sesuai kebutuhan belajar yang
dirumuskan dalam keluarga tersebut berdasarkan filosofi dan pendangan
hidupnya. Pendidikan informal dalam UU RI No. 20 Th 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 13 dikemukakan bahwa
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Sedangkan pada pasal 27 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan informal
adalah pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri.
Jadi pendidikan informal adalah proses pendidikan yang
diselenggarakan dalam keluarga atau pendidikan yang terselenggara di
dalam lingkungan masyarakat baik disengaja dalam proses belajar atau
berjalan dalam proses alami tanpa disengaja untuk belajar.
Karakteristik pendidikan informal antara lain tidak terancang, tidak
terorganisir, tujuan tidak dinyatakan secara eksplisit namun proses
pendidikan tetap berjalan sesuai dengan pola budaya dan falsafah hidup
yang dianut dalam keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat tempat
mereka berada. Pendidikan informal berbeda dengan pendidikan formal
dan nonformal dilihat dari aspek tujuan, isi, waktu penyelenggaraan, sistem
penyelenggaraan, dan sistem pengawasannya.
1) Dari sudut tujuan, pendidikan informal tidak secara eksplisit tujuan
disampaikan kepada warga belajar namun tersirat bahwa tujuan
pendidikan memang dicanangkan secara komprehensif pada saat unit
keluarga ingin membentuk norma keluarga.
2) Dari sudut isi (content) atau materi bahan ajar, pendidikan informal
mempunyai acuan normatif yang dikembangkan dari falsafah hidup
8
keluarga yang umumnya berisi pola-pola budaya, nilai hidup yang ingin
disampaikan kepada anak-anak mereka sebagai peserta didiknya.
Disamping itu juga terdapat materi pembelajaran yang bersifat praktis
sebagai bekal hidup setelah dewasa.
3) Dari sudut waktu penyelenggaraan, pendidikan informal sangat fleksibel
dan tidak terikat oleh waktu.
4) Dari sudut sistem penyelenggaraan, pendidikan informal terlaksana
tanpa sistem, karena komponen sistem tidak secara eksplisit dinyatakan
dalam bentuk komponen sistem, misalnya seorang fasilitator dalam
proses pembelajaran pendidikan informal tidak terdapat kualifikasi
secara jelas sebagai seorang fasilitator.
5) Dari segi sistem pengawasan, pendidikan informal tidak memiliki
lembaga yang bertanggung jawab atas terselenggaranya proses
pendidikan tersebut. Pengawasan pendidikan dalam keluarga sangat
tergantung pada tingkat keketatan atau kedisiplinan dalam keluarga
tersebut.
Kekuatan Pendidikan Dasar untuk melihat betapa pentingnya pendidikan
dasar sebagaimana diuraikan oleh UNESCO akan diuraikan beberapa butir yang
terkait secara langsung terhadap kesejahteraan manusia dalam berbangsa dan
bernegara. Butir tersebut adalah sebagai berikut:
1). Pertumbuhan Ekonomi (Ekonomic Growth)
2). Produktivitas Pertanian (Agricultuzal Productivity)
3). Kematian Bayi (Infant Mortality)
4). Pertumbuhan Pendudukan (Population Growth)
B. Pengertian Perubahan Sosial
9
Setiap inovasi merupakan pemanfaatan unsur-unsur budaya yang tidak dapat
dipungkiri dan pelanggaran terhadap aspek-aspek status quo budaya. Sejarah
mencatat bahwa yang diinginkan bukan sekedar perubahan tetapi lebih pada
stabilitas. Masyarakat berusaha memelihara kontinyuitas kehidupan sosial, baik
dalam keadaan stabil maupun dalam proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah
perubahan untuk mencapai ketentraman sosial yang stabil. Stabilitas tidak hanya pada
kondisi sosial yang ideal, tetapi juga pada kodisi normal.
Menurut Zaltman dan Duncan menyimpulkan bahwa perubahan sosial adalah
pembelajaran kembali individu atau kelompok sebagai reaksi terhadap adanya
tuntutan aktivitas dalam situasi yang baru, yang menghasilkan perubahan baik, dalam
bentuk dan atau fungsi sistem sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi
perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial3. Setiap masyarakat senantiasa
berada dalam proses sosial. Dengan adanya perubahan sosial merupakan gejala yang
melekat di masyarakat yang dapat diketahui dengan membandingkan keadaan
masyarakat pada masa lampau.
Laju kecepatan perubahan sosial tidak sama antara satu masyarakat dengan
yang lainnya. Misalnya antara masyarakat desa dengan masyarakat kota. Masyarakat
yang terisolasi mempunyai laju perubahan yang lambat, sehingga disebut masyarakat
statis. Sedangkan masyarakat yang terbuka hubungannya dengan masyarakat luas
menalami perubahan yang cepat, sering pula disebut masyarakat dinamis. Perubahan
sosial akan merubah struktur dan fungsi dari unsur-unsur sosial dalam masyarakat.
Dengan demikian, perubahan sosial dalam masyarakat mengandung pengertian
ketidak sesuaian diantara unsur-unsur sosial yang saling berbeda dalam masyarakat
sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi
masyarakat yang bersangkutan.4Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
3 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 207.4Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani,
2003, h. 192-193.
10
a. Pandangan intelektual yang berubah
b. Industri dan produknya (teknologi)
c. Orientasi demokrasi dan praktiknya.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya
kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan
IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-
kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif
terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila
terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.5
Para pakar sosiologi telah mengumpulkan dan menganalisis berbagai studi
mengenai perubahan sosial (sosial changes). Dari berbagai studi tersebut dapat
digolongkan penelaahan perubahan sosial tersebut berputar kepada enam persoalan
pokok, yaitu:
a. Apakah sebenarnya yang berubah? Pertanyaan ini tertuju kepada
struktur sosial yang mengalami berbagai perubahan. Struktur sosial
misalnya keluarga. Lembaga-lembaga sosial, lembaga-lembaga
keagamaan, lembaga-lembaga politik dan bermacam-macam jenis
lembaga yang ada di dalam suatu masyarakat. Perubahan tersebut ada
yang lambat ada pula yang berjalan dengan cepat.
b. Bagaimana hal tersebut itu berubah? Perubahan sosial tersebut
tentunya mengambil berbagai bentuk perubahan sesuai dengan kondisi
dimana perubahan terjadi.
c. Apa tujuan perubahan itu? Sudah tentu perubahan sosial yang terjadi
bukanlah suatu perubahan yang otomatis dan mekanistis, tetapi tentunya
mempunyai suatu tujuan.
d. Seberapa cepat perubahan itu? Perubahan sosial ada yang secara
revolusioner, mungkin ada yang berjalan secara bertahap. Perubahan
5 www. id.wikipedia.org diakses 10 April 2012.
11
secara bertahap pun berjenis-jenis, ada yang cepat ada yang lambat.
e. Mengapa terjadi perubahan? Seperti yang telah kita lihat dalam
pertanyaan nomor 3, perubahan sosial selalu mempunyai tujuan. Oleh
sebab itu, tentunya ada sebab-sebab mengapa terjadi perubahan.
f. faktor-faktor apa saja yang berperan di dalam perubahan tersebut?
Suatu perubahan sosial mengenai kehidupan bersama manusia tentunya
mempunyai berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri,
tetapi merupakan suatu jaringan dari berbagai faktor yang telah
menyababkan perubahan sosial tersebut. Pertanyaan 2,3, dan 4
memerlukan tinjauan histories. 6
Struktur sosial merupakan bentuk jalinan diantara unsur-unsur sosial yang
pokok dalam masyarakat yang menunjukkan pada bentuk seluruh jaringan pada
hubungan antar individu dalam masyarakat dimana terjalin interaksi dan komunikasi
sosial. Sedangkan sistem sosial menunjukkan pada bagaimana hubungan antar unsur-
unsur sosial dalam masyarakat sehingga membentuk suatu kebulatan (totalitas) yang
berfungsi. Ada sejumlah teori tentang evolusi, yang dapat digolongkan ke dalam
beberapa katagori:7
1. Unilinear Theories of Evolution
2. Universal Theory of Evolution
3. Multilined Theorities of Evolution
Sistem pendidikan yang maju, sikap menghargai pendapat/ karya milik orang
lain, orientasi masa depan, penduduk yang heterogen, serta sistem pelapisan
masyarakat yang terbuka. Hal-hal tersebut merupakan faktor pendorong dalam
perubahan sosial. Dalam pembahasan ini yang sangat mempengaruhi perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat dewasa ini adalah orientasi kehidupan ke masa
6 H.A.R. Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia., hal. 3-4.7 Ibid., h. 209.
12
depan sehingga memajukan sistem pendidikan agar dapat mencetak penemuan-
penemuan baru yang akhirnya mampu menggeser tatanan yang berlaku di masyarakat
C. Macam-macam Konsep Perubahan Sosial
1. Konsep Kemajuan Sosial
Reformasi pada abad ke 16 menghasilkan perubahan di bidang religi dan
organisasi yang menimbulkan banyak perubahan. Condorent memberikan gambaran
bahwa masyarakat dapat meningkatkan hubungan sosial dan mengembangkan
teknologi, walaupun pihak kerajaan berusaha menentangnya. Dia berpendapat bahwa
pada abad ke 18 perubahan memang diinginkan, sedangkan pada abad 19 perubahan
selain diinginkan juga tidak teratur. Hal ini merupkan hasil pemikiran intelektulisme
Perancis dan Inggris. Pada abad 18 Condorent memberikan gambaran bahwa
masyarakat dapat meningkatkan interaksi sosial seperti mengembangkan teknologi.
Sedangkan pada abad ke 19 perubahan berdasarkan asumsi yang dikemukakan oleh
Saint Simon dengan gagasan sosialis dan mengalami modifikasi dan diterjemahkan
dengan tindakan setelah revolusi Rusia. Gagasan kemajuan sosial, menimbulkan
keretakan yang tajam dengan pemikiran sosialis yang banyak dianut pada
pertengahan abad ke 19 yang dikenal sebagai inovasi ideologi. Hal tersebut terkait
dengan gagasan tradisional yang dipropagandakan pihak gereja bahwa kehidupan di
dunia adalah penderitaan setelah menerima hukuman Tuhan diturunkan dari surga.
Sedangkan gagasan kemajuan sosial berbeda bahwa kehidupan manusia ditemukan
oleh manusia sendiri. Manusia membentuk masyarakat dan berusaha memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. Gagasan kemajuan menyangkut banyak aspek, seperti
rencana politik dan kehidupan yang lebih baik. Berikut ini merupakan beberapa
konsep mengenai kemajuan sosial:
a. Evolusionisme
Gagasan memungkinkan masyarakat untuk berkembang melalui upaya yang
hati-hati dalam satu bentuk atau yang lain dan mencakup berbagai segmen
masyarakat seperti yang kita temukan saat ini. Comte sebagai “bapak”
13
sosiologi melengkapi konsep kemajuan sosial bahwa setiap masyarakat harus
berkembang dari tahap teologi sampai tahap ilmiah. Pada tahap akhir, yakni
tahap ilmih, kontrol rasional pada manusia menjadi mungkin. Masyarakat
barat setelah mengenal sosiologi dapat mencapai tingkat pemikiran ilmiah,
sehingga dapat menyusun sistem pengembangan kehidupan sosial.
b. Neo Evolusionisme
Ide tentang perubahan sosial sebagai sesuatu yang normal dan tidak dapat
dielakkan perubahan dari buruk ke baik dan dari baik ke lebih baik merupakan
warisan intelektual yang tak dapat dihilangkan oleh ahli sosiologi modern.
Lester F. Ward memadukan positivisme Comte dengan Darwinisme dan
kepercayaan tradisional Amerika pada keuntungan sosial pendidikan sekolah
luar negeri untuk menghasilkan konsep kemajuan sosial. Ward percaya bahwa
aplikasi ilmu pengetahuan terjadi melalui tingkah laku yang rasional pada
anggota masyarakat, sehingga dia dianggap sebagai bapak teori pendidikan.
Ward adalah satu-satunya ahli sosiologi Amerika yang terkenal membuat
konsep evolusioner sebagai perhatian utamanya. Perubahan sosial di Inggris
diberi sentuhan para ilmuan sosial pada abad ke 20 dengan tokoh-tokohnya
Graham Wallas, Leonard Hobhouse dan Morris Ginsburg. Mereka percaya
bahwa perubahan sosial tidak dpat terelakkan dan mereka berpendapat bahwa
arah perubahan sosial adalah bentuk organisasi yang sederhana sangat
berbeda, tetapi pda saat yang sama sangat terpadu yang menjadi karakteristik
masyarakat modern.
2. Konsep Sosialistik Mengenai Perubahan
Evolusionisme cenderung mendominasi pikiran sosial abad 19 sampai abad
ini; tetapi hal tersebut sering kali digabungkan dengan konsep kemajuan melalui
tindakan sosial yang rasional untuk membenarkan suatu bentuk program reformasi.
3. Teori Perubahan Siklus
Evolusionis termasuk Marx menampilkan fakta-fakta yang dipilih dari
perkembangan sejarah atau untuk membedakan antara masyarakat primitif dengan
14
masyarakat barat yang kontemporer. Tingkat perubahan sosial sangat berbeda dari
masyarakat ke masyarakat yang lain, dari waktu ke waktu dalam masyarakat tertentu.
Demikian juga arah perubahan yang terjadi juga berbeda-beda.
4. Teori Sejarah
Antitesis terhadap teori bahwa perubahan sosial menuju ke arah
kesempurnaan adalah kuno dan menimbulkan ide bahwa perubahan sosial tidak
menuju kesempurnaan tetapi menuju kepunahan. Muncul dan menurunnya peradaban
dimasa lalu dapat disamakan dengan siklus hidup, manusia lahir, tumbuh dewasa, tua
dan mati. Teori dapat didiskreditkan oleh berbagai bukti yang mendasarinya, karena
catatan sejarah mengindikasikan bahwa peradaban naik turun, tetapi dengan cara
yang tidak konsisten, memiliki banyak tempat dan bagian dalam setiap peradaban.
Bacaan penutup dari catatan sejarah memberi kesan tidak adanya banyak siklus
sejarah, tetapi siklus dalam siklus dimana masing-masing siklus masih ada siklus-
siklus masih ada siklus-siklus yang lebih kecil.
5. Teori Partikularistik dari Perubahan Sosial
Mereka menggambarkan bahaya dalam analisis perubahan sosial, yaitu
menerapkan konsep sebab dan akibat yang sederhana yang secara ilmiah tidak dapat
dipertahankan.
a. Difusionisme
Dalam beberapa periode sejarah suatu masyarakat mempertahankan suatu
bentuk dominasi budaya terhadap banyak budaya lain, biasanya dengan
memberikan ide baru, alat dan bentuk organisasi. G.Elliot Smith
menyimpulkan bahwa penemuan masyarakat Mesir pada tahun 3000 SM
merupakan penyebab perubahan sosial di berbagai masyarakat dunia, bahwa
apa yang ditemukan masyarakat Mesir tersebar (diffused) ke masyarakat lain
dan oleh mereka.
b. Determinisme Geografis
Terdapat kepercayaan bahwa masyarakat yang hidup di belahan utara
memiliki karakter keras dan kuat dan sebaliknya di belahan selatan memiliki
15
karakteristik yang tenang, cenderung agak malas. Hasilnya adalah teori
inklusif mengenai determinisme geografis.
c. Determinisme Biologis
Inti dari determinisme biologis adalah asumsi bahwa masyarakat dunia dibagi
menjadi ras-ras, kelompok-kelompok yang berbeda secara biologis, bahwa ras
memiliki kemampuan yang berbeda untuk mengembangkan dan memelihara
kehidupan sosial, dan bahwa bentuk dan kualitas kehidupan sosial, dan bahwa
bentuk dan kualitas kehidupan sosial yang mengarahkan masyarakat
merupakan indikator dari kualitas rasial masyarakat itu. Perubahan dalam
habitat biologis, dan berlaku juga untuk perubahan habitat fisik, bukan
penyebab perubahan sosial.
6. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial
Pada permulaan abad ini pembentukan sistem interpretasi perubahan sosial
berlaku dan kegagalan para filosof sosial untuk menghasilkan konsep ilmiah yang
dapat dilaksanakan sebagian bertanggung jawab atas ketertinggalan pendekatan
historis untuk perubahan sosial dan studi sosiologi tentang perubahan itu sendiri.
a. Asimilasi
Asimilasi adalah mengembangkan sikap-sikap yang sama, walaupun kadang-
kang bersifat emosional bertujuan mencapai kesatuan atau paling sedikit
mencapai integrasi dalam organisasi sehingga dua kelompok yang
berasimilasi akan menghilangkan perbedaan diantara mereka. Seseorang yang
berasimilasi terhadap suatu kelompok tidak akan membedakan dirinya dengan
para anggota kelompok tersebut. Proses yang dilalui para imigran di Amerika
untuk mengambil alih adat, cara, nilai dan sebagainya dari masyarakat
Amerika disebut asimilasi. Hal ini secara sosiologis sejajar dengan studi
akulturasi masyarakat primitif dan petani kedalam teknik, nilai dan
sebagainya dari kehidupan perindustrian.
b. Ekologi sosial
16
Para ahli ekologi sosial menerapkan konsep ekologi pada studi tentang
hubungan spasial berbagai kelas dalam populasi perkotaan, masing-masing
kelas di anggap setara dengan spesies tanaman atau hewan. Gagal mengetahui
bahwa perubahan sosial merupakan fenomena yang kompleks dan tidak pasti
yang tidak dapat dijelaskan dari segi yang setara dengan ilmu fisika atau
biologi.
c. Ketertinggalan sosial
Dengan kemajuan teknologi terjadi gangguan pada tatanan sosial yang ada,
sehingga menimbulkan ketegangan antara teknik baru dengan berbagai aspek
organisasional dari sistem sosial. Hasilnya adalah ketertinggalan sosial, yaitu
ketidak seimbangan antara teknologi baru dengan organisasi sosial yang lama.
Inti dari teori Ogburn adalah ide bahwa perubahan pertama kali terjadi dalam
teknologi bahan.
d. Akselerasi budaya
Hart menyimpulkan bahwa perubahan sosial bersifat linear dan akseleratif
(cepat), dan bahwa arah perubahan menuju peningkatan efisiensi dan
efektivitas. Kesalahan dasar Hart adalah menggunakan kriteria kuantitatif
sebagai indikator tingkat perubahan dalam struktur masyarakat. Dengan data
kuantitatif dia menarik kesimpulan sifat dari elemen masyarakat, tidak hanya
sifat tentang karakteristik teknologi tetapi juga karakteristik ideologi dan
organisasi.
7. Sosiologi dan perubahan sosial.
Para sosiolog Amerika mengatakan bahwa kekuatan yang membuat perubahan
social semuanya berada pada masa sekarang, sehingga melalui studi masa kini, segala
sesuatunya akan diketahui masa lalu dan masa depan. Evolusionis abad 19 berasumsi
bahwa perubahan social terjadi melalui proses yang di bangun masyarakat secara
melekat. Berbeda dengan para soaiolog abad 20 yang menganggap penemuan sebagai
bukti masyarakat menghasilkan inovasi dan muncul sebagai produk sosial.
Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat bersifat asosial; perubahan bukan
17
merupakan produk mayarakat atau konsekuensi dari hokum kehidupan universal dan
tidak berbeda. Perubahan social tidak setara dengan perubahan yang terjadi pada
organisme hidup. Perubahan terjadi dalam masyarakat jauh lebih setara dengan
pelanggaran proses organic yang normal. Kekuatan yang membuat perubahan sosial
bersifat abnormal, pelanggaran proses normal di mana sistem sosial diteruskan dari
generasi ke generasi berikutnya.
D. Pendidikan dalam Perspektif Perubahan Sosial
Pendidikan sebagai suatu proses yang mengubah perilaku individu dalam
konteks teori perubahan sosial akan mempunyai dampak terjadinya perubahan baik
pada tingkat individu sebagai agen maupun tingkat kelembagaan yang mampu
mengubah struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Pendidikan dapat
menimbulkan perubahan dalam masyarakat dan sebaliknya, jika masyarakat
mengalami perubahan, secara tidak langsung sitem pendidikan juga mengalami
perubahan.
Arah pembangunan dibidang pendidikan sangat ditentukan oleh tuntutan
masyarakat sesuai dengan kebudayaan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah,
pemerintah daerah memegang peranan penting karena daerah mempunyai
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku. Terdapat beberapa faktor terjadinya tuntutan
penerapan desentralisasi pendidikan (NCREL, 1995), antara lain sebagai berikut:
1. Tuntutan orang tua, kelompok masyarakat, para legislator, bisnis dan
perhimpunan guru untuk turut serta mengotrol sekolah dan penilaian
pendidikan.
2. Adanya anggapan bahwa struktur pendidikan yang terpusat tidak dapat
bekerja dengan baik dalam meningkatkan partisipasi siswa.
3. Ketidakmampuan birokrasi yang ada untuk merespon secara efektif kebutuhan
sekolah setempat dan masyarakat yang beragam.
18
4. Penampilan fisik sekolah dinilai tidak memenuhi tunututan baru dari
masyarakat.
5. Tumbuhnya persaingan dalam memperoleh bantuan pendanaan dari
privatisasi.
Disamping beberapa faktor tersebut, terdapat beberapa faktor yang lain
tentang desentarlisasi pendidikan di Indonesia. Beberapa faktor tersebut menurut
Sutopo (2004) antara lain sebagai berikut:
1. Terjadinya tuntutan reformasi di segala bidang termasuk bidang pendidikan
2. Kurangnya persaingan antar daerah dalam memajukan pendidikan karena
tuntutan nasional yang seragam.
3. Tuntutan masyarakat untuk mandiri sesuai dengan kemampuan daerah untuk
menyelenggarakan dan memajukan bidang pendidikan.
4. Ketidaksesuaian tuntutan nasional dengan potensi sumber daya yang dimiliki
daerah.
5. Adanya ketergantungan pemerintah daerah ke pemerintah pusat.
6. Kurangnya kreatifitas daerah, sekolah dan personil penyelenggara dan lain-
lainnya.
7. Kurangnya kemandirian lembaga pengelola dan pelaksana pendidikan karena
besarnya ketergantungan terhadap pemerintah.
Berdasarkan tuntutan desentralisasi tersebut, maka sistem pendidikan juga
mengalami perubahan dan demikian pula implementasinya, semua daerah merasa
mempunyai kepentingan untuk mengembangkan daerahnya melalui pendidikan.
Pemerintah daerah berusaha untuk menemukan potensi yang ada di daerahnya dan
dikembangkan sedemikian rupa menjadi paket-paket pendidikan yang kental dengan
karakteristik kedaerahannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan potensi daerah,
pengajaran tidak lagi menggunakan pola-pola pengajaran terpusat pada guru tetapi
terpusat pada murid berdasarkan potensi masing-masing.
Dalam UU RI NO 20 Tahun 2003 pada pasal 1,2,3, dalam ayat-ayat tersebut
dapat diartikan bahwa penyelenggara pendidikan berkembang sesuai dengan
19
perkembangan daerah masing-masing, baik dalam hal pendanaan, manajemen,
kurikulum dan system evaluasinya. Pendidikan Berbasis Masyarakat dimaknai sesuai
dengan pemahaman masing-masing daerah berdasarkan kondisi social ekonomi.
Owens (1996) mengemukakan bebebrapa asumsi penting yang dapat dijadikan
landasan PBM. Beberapa asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan harus dipandang sebagi suatu bentuk keberlanjutan sejak usia
prasekolah hingga melalui proses pendidikan sepanjang hayat.
b. Belajar adalah apa yang kita lakukan untuk kita sendiri. Oleh sebab itu si
pembelajar harus sadar keterlibatannya dalam proses pembelajaran.
c. Pekerjaan di masa mendatang tidak hanya memerlukan latar belakang
pendidikan yang lebih tinggi namun juga memerlukan latar belakang yang
berbeda termasuk di dalamnya yang mampu membelajarkan cara belajar
kritis, membangun sebuah tim, serta kemampuan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan.
d. Orang dewasa perlu terlibat dalam urusan masyarakat serta memberikan
perhatian seimbang kepada pekerjaan, keluarga dan masyarakat.
e. Masalah-masalah yang dapat di atasi sekolah. Oleh karena itu keterlibatan
keluarga, dunia kerja, masyarakat serta pihak-pihak lain yng terkait menjadi
sangat penting.
Adanya resistensi dari guru, sekolah dan masyarakat terhadap perubahan-
perubahan sebagaimana tersebut di atas harus diakui keberadaanya sehingga
memerlukan bantuan agar resistensi dapat dikelola dengan baik oleh para pemimpin
dunia pendidikan untuk mencapai visi pendidikan abad 21.
E. Pendidikan dan Perubahan Sosial
20
Pertama, perubahan sosial ditinjau dari pendidikan tradisional, pedagogik
tradisional memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu dari struktur sosial
dan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Lembaga pendidikan seperti sekolah, perlu
disiapkan agar lembaga tersebut dapat berfungsi sesuai dengan perubahan sosial yang
terjadi. Apabila lembaga sekolah tidak dapat mengikuti perubahan sosial maka dia
kehilangan fungsinya dan kemungkinan besar dia di tinggalkan masyarakat.8
Sebagai lembaga sosial, proses belajar di sekolah disesuaikan dengan fungsi
dan peran lembaga pendidikan. Fungsi sekolah ialah mentransmisikan nilai-nilai yang
hidup di masyarakat kebudayaan pada saat itu. Dalam pedagogik tradisional, tempat
individu adalah sebagai objek perubahan sosial. Dalam perencanaan pendidikan kita
mengenal empat pendekatan: (1) social demand approach (pendekatan kebutuhan
sosial); (2) man power approach (pendekatan ketenagakerjaan); (3) cost and benefit
(pendekatan untung-rugi); (4) cost effectiveness (evektivitas)9. Pendekatan ini
mencoba memberikan alternatif pendidikan agar sesuai dengan perubahan sosial.
Kedua, perubahan sosial ditinjau dari pedagogik modern (pedagogik
transformatif). Titik tolak dari pedagogik transformatif adalah “individu yang
menjadi”. Hal ini berarti seorang individu hanya dapt berkembang di dalam
interaksinya dengan tatanan kehidupan sosial budaya dimana dia hidup. Adanya suatu
pengakuan peran aktif partisipatif dari individu yang menjadi dalam tatanan
kehidupan sosial dan budayanya. Pandangan pedagogik transformatif terhadap
individu bukanlah sebagai suatu entity yang telah jadi, tetapi yang sedang menjadi.
Individu mempunyai peran emansipatif di dalam kehidupan sosial budaya, temasuk
melalui proses pendidikan dalam lingkungan keluarga (batih) dan sekolah.dalam
peran tersebut individu bukan hanya sebagai objek dari perubahan sosial, tetapi
berperan sebagai faktor dari pengubah dan pengarah dari perubahan sosial10 atau
sebagai agen perubahan (the agent of social change).
8 H.A.R. Tilaar. Perubahan Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,2002,) h. 5. 9 Abdullah Idi. 2002. Sosiologi Pendidikan, op.cit., h. 220.10 Ibid., h. 6
21
Peran guru hanya sebagai pendorong dan motivator, kita ingat filosofi Ki
Hajar Dewantara yang berbunyi: Tut Wuri Handayani artinya dari belakang
memberikan dorongan dan arahan. Guru perlu menjadi fasilitator agar dorongan dan
bimbingan dapat terwujud dalam perubahan prilaku peserta didik.11
Sebagai antisipasi perubahan sosial yang senantiasa dinamis dan mondial,
diupayakan suatu persiapan generasi masa depan yang dapat hidup sesuai dengan
zamannya. Karena itu dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, diperlukan standar nasional pendidikan di
seluruh wilayah NKRI. Setidaknya terdapat delapan standar nasional pendidikan:
standar isi; standar proses; standar kompetensi lulusan; standar pendidik dan tenaga
kependidikan; standar saran dan prasarana; standar pengelolaan; standar pembiayaan;
dan standar penilaian pendidikan.12
Dengan melihat nilai-nilai perubahan yang terangkum dalam fungsi
pendidikan nasional, dapat dipahami bahwa pendidikan nasional memiliki muatan
nilai sebagai pendorong terjadi perubahan sosial, khususnya pengembangan
potensi/kompetensi peserta didik sebagai salah satu bagian dari masyarakat.
Keberadaan pendidikan sebagai faktor perubahan sosial, guru memiliki peran
strategis dalam mewujudkan anak didik agar siap dalam menghadapi perubahan
sosial yang diharapkan. Pendidikan sebagai suatu proses sosial dan terdapat berbagai
jenis masyarakat, suatu kriteria untuk mengkritisi dan membangun pendidikan
berimplikasi pada suatu masyarakat yang ideal. Terdapat dua hal penting dalam
mengukur suatu bentuk masyarakat yang dikatakan ideal adalah sejauh mana
keinginan (interest) dari suatu kelompok dapat diperoleh semua anggota masyarakat
tersebut dan pemenuhan serta kebebasan dalam berinteraksi, berkomunikasi dengan
kelompok masyarakat di mana suatu perubahan sosial tanpa mengakibatkan
11 Ella Yulaelawati. Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori, dan Aplikasi. (Bandung: Pakar Ray, 2004), h. 2.12 Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, terutama Bab I Pasal 1 dan Bab II Pasal 2. Penjelasan lebih lanjut tentang Standar Nasional Pendidikan.
22
ketidakteraturan (disorder). Dalam teks klasik, John Dewey (2006), The Democratic
Conseption in Education, dalam Hugh Lauder et.al. (eds.) (2006) diungkapkan:
An undesirable society, in other words, is one which internally and externally
sets up barriers to free intercourse and communication of experience. A society which
makes provision for participation in its good of all its member on equal terms and
which secures flexible readjustment of its institutions through interaction which gives
individuals as personal interest in social relationships and control, and the habits of
mind which secure social changes without introducing disorder.13
Post-modernisme global telah membawa dua krisis sekaligus: a crisis in
rationality dan pluralisasi budaya yang secara fundamental menempatkan tujuan
pendidikan berubah sebagai a unified ‘project’. Pendidikan dalam waktu tidak lama
lagi, akan mengontrol atau dikontrol, dimana fungsi pendidikan berubah sebagai
suatu instrumen penyiapan reproduksi budaya atau sebagai insrtumen rekayasa oleh
sosial skala besar dengan penempatan progresif dari standar universal sisitem
pendidikan dengan menggunakan belajar jaringan internet (network), sekolah
bersentuhan pada tindakan mengedepankan rasionalitas, disiplin pengetahuan,
sosialisasi tereduksi untuk pengembangan dan sertivikasi kompetensi individu.
Sejumlah tujuan pendidikan dibatasi untuk memenuhi berbagai persyaratan ekonomi
di bawah sejumlah kondisi kompetisi global.14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan dan perubahan sosial merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan dan sangat berkaitan antara satu dengan yang lain. Pendidikan sebagai
lembaga yang dapat dijadikan sebagai agen perubahan sosial dan menentukan arah 13 Hugh Lauder, et al. (Eds), Education, Globalization & Social Change, Oxford University Press, 2006, p. 100.14 Andy Green, “Education, Globalization, and the Nation States”, in Hugh Lauder, et.al.(eds), Education, Globalization & Social Change, Oxford University Press, UK, 2006, p. 193.
23
perubahan sosial yang disebut dengan pembangunan masyarakat. Perubahan sosial
yang terjadi dalam masyarakat dapat dirancang sesuai dengan arah perubahan, tetapi
perubahan juga terjadi setiap saat tanpa dirancang karena pengaruh budaya dari luar.
Analisis terhadap sistem pendidikan dapat dilakukan dari input, output dan outcome,
input sangat menentukan proses pendidikan dan proses akan menentukan output
pendidikan. Outcome berpengaruh terhadap perubahan sosial yang terjadi.
Pendidikan dapat menimbulkan perubahan dalam masyarakat dan sebaliknya
jika masyarakat mengalami perubahan, secara tidak langsung sistem pendidikan juga
mengalami perubahan. Perubahan sosial dan pendidikan saling mempengaruhi satu
sama lain yang pada akhirnya masyarakat yang akan mengontrolnya,meyempurnakan
dan menolaknya agar keseimbangan yang ada tetap terjaga. Perspektif pendidikan
dalam perubahan sosial harus dipekirkan sungguh-sungguh kerena pendidikan ke
depan akan menjadi perancang dalam perubahan sistem sosial yang tertata di
masyarakat saat ini.
B. Saran
Sebagai calon pendidik kita harus mempunyai kesadaran bahwa pendidikan
dan perubahan social memiliki kaitan yang sangat kuat. Pendidikan dapat
menimbulkan perubahan dalam masyarakat dan sebaliknya.
Pendidikan dasar pada hakikatnya merupakan pendidikan yang memberikan
kesanggupan pada peserta didik bagi perkembangan kehidupanya baik untuk pribadi
maupun masyarakat. Oleh karena itu setiap warga negara harus diberi kesempatan
yang seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan dasar (wajib belajar 9 tahun).
DAFTAR PUSTAKA
Coffey, Amanda. 2001. Education and Social Change. USA: Open University Press.
Green, Andy. 2006. Education, Globalization, and the Nation States, in Lauder, Hugh
et.al.(eds), Education, Globalization & Social Change. 2006. UK: Oxford
University Press.
24
Noer Aly, Hery dan S. Munzier. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska
Agung Insani.
Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Lauder, Hugh. 2006. Education, Globalization & Social Change. UK: Oxford
University Press.
Mbulu, Joseph dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Malang: Laboratorium Teknologi
Pendidikan.
Muhadjir, Noeng. 1981. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Sarasin
Mundzir, H.S dan Sanapiah Faisal Saleh. 2006. Sosiologi Pendidikan. Malang: FIP
Universitas Negeri Malang.
Pabbdja, Sardin dan R. Tillar. 1979. Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat.
Jakarta:PT. RoraKarya.
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan, terutama Bab I Pasal 1 dan Bab II Pasal 2. Penjelasan
lebih lanjut tentang Standar Nasional Pendidikan.
Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Winataputra, Udin S. dkk. 2004. Materi dan Pembelajaran IPS Sekolah Dasar.
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wuradji.1988. Sosiologi Pendididkan: sebuah pendekatan Soio-Antro. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi.
www. id.wikipedia.org. diakses 10 April 2012
Yulaela, Wati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Pakar Ray.
25
Pertanyaan diskusi:
Q : Saefullah, berikan penjelasan mengenai teori evolusi?
A : Teori evolusi pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses
yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang
26
harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-
macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa
kategori, yaitu unilinear theories of evolution, universal theories of evolution,
dan multilined theories of evolution.
a. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaan-
nya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu
dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna.
Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.
b. Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui
tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu
garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah
bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen
menjadi kelompok yang heterogen.
c. Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkemban-
gan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian ten-
tang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem perta-
nian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.
Q : Sastria Dewantara, mengapa teori partikularistik merupakan bagian dari
perubahan sosial?
A : Karena teori partikularistik menggambarkan bahaya dalam analisis perubahan
sosial, yaitu menerapkan konsep sebab dan akibat yang sederhana yang secara
ilmiah tidak dapat dipertahankan.
27
Q : Rudini Irawan, apakah yang mendominasi, pendidikan yang merubah
sosial atau sebaliknya?
A : Pada dasarnya, pendidikan dan perubahan sosial merupakan dua hal yang tidak
bisa dipisahkan dan sangat berkaitan antara satu dengan yang lain. Namun
kenyataannya dewasa ini perubahan sosial yang cenderung mendominasi
dibandingkan dengan pendidikan. Oleh karena itu, sistem pendidikan kini
dirancang sesuai dengan perubahan sosial yang ada di masyarakat. Perubahan
sosial dan pendidikan saling mempengaruhi satu sama lain yang pada
akhirnya masyarakat yang akan mengontrolnya, meyempurnakan dan
menolaknya agar keseimbangan yang ada tetap terjaga. Perspektif pendidikan
modern dalam perubahan sosial harus dipikirkan sungguh-sungguh kerena
pendidikan ke depan akan menjadi perancang dalam perubahan sistem sosial
yang tertata di masyarakat saat ini. Pendidikan sebagai lembaga yang dapat
dijadikan sebagai agen perubahan sosial dan menentukan arah perubahan
sosial yang disebut dengan pembangunan masyarakat. Perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat dapat dirancang sesuai dengan arah perubahan,
tetapi perubahan juga terjadi setiap saat tanpa dirancang karena pengaruh
budaya dari luar. Analisis terhadap sistem pendidikan dapat dilakukan dari
input, output dan outcome, input sangat menentukan proses pendidikan dan
proses akan menentukan output pendidikan. Outcome berpengaruh terhadap
perubahan sosial yang terjadi.
28