karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/01/MAKALAH... · Web viewDalam hal...
Transcript of karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/01/MAKALAH... · Web viewDalam hal...
MAKALAH“URBANISASI DI INDONESIA”
MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir.MAMIK SUENDARI, M.P
PROGRAM STUDI PASCA SARJANAKEPENDIDIKAN MIPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI2014
DISUSUN OLEH:
RR PADMA DEWI S (20137279072)M ARDIANSYAH (20137279091)
KATA PENGANTARSegala puji bagi Allah Subhânahû wa Ta`âlâ yang telah memberikan karunia dan
rahmat-Nya kepada penulis, hingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
Kami menyadari, bahwa makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada
semua pihak yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam penyusunan
makalah ini. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen
pengampu yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Demikian pula dengan penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangatlah kami
harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Semoga
makalah ini menjadi tambahan khazanah pengetahuan bagi siapa pun yang
membacanya.
Jakarta, 19 Oktober 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ……. 6
2.1 Hakikat Urbanisasi di Indonesia.............................................................................6
1) Pengertian Pengertian Urbanisasi.........................................................................6
2) Latar Belakang timbulnya Urbanisasi……………………………………… 63) Urbanisasi Industri....................................................................................................6
4) Dampak yang ditimbulkan Urbanisasi....................................................................9
5). Pemecahan masalah urbanisasi……………………………………………… 10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………… ……..23
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA……………………..23
3
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSemua kota di dunia dan disetiap peradaban tak pernah luput dari
fenomena urbanisasi, seiring berkembangnya kota sebagai pusat aktivitas
maka daya tariknya semakin meluas terhadap perpindahan orang, barang
dan jasa yang masuk dan keluar wilayah kota atau sekadar berputar dan
berkembang di sekitar wilayah kota.
Wilayah kota ini jika tidak sedini mungkin diantisipasi oleh pemerintah
kota maka dapat dipastikan di masa mendatang wilayah dan lingkungan kota
tersebut akan menghadapi permasalahan-permasalahan sosial-ekonomi yang
pelik. Terjadinya urbanisasi disebabkan tersedianya segala macam fasilitas
hidup yang tidak bisa didapatkan di wilayah perdesaan, akan tetapi proses
pada akhirnya menimbulkan banyak permasalahan, misalnya untuk wilayah
kota dengan timbulnya proses urbanisasi tersebut maka pemerintah yang ada
perlu untuk memikirkan dan merencanakan penyediaan pusat-pusat
permukiman dan perumahan baru serta infrastruktur pendukungnya
utamanya bagi para pencari kerja di kota yang berprofesi sebagai tenaga
kerja kelas bawah. Akibat terbatasnya daya tampung lapangan kerja yang
disediakan di kota maka banyak dari pencari kerja yang akhirnya tidak
memiliki pekerjaan tetap, dapat disimpulkan bahwa urbanisasi yaitu
Kesalahan pola pikir warga desa yang beranggapan bahwa kota besar dan
ibukota adalah kota impian yang menjanjikan kehidupan layak bagi mereka.
Padahal, untuk menjalankan impian mereka dibutuhkan pengalaman tinggi,
kemampuan, ilmu, pengalaman kerja, dan gaya hidup yang sesuai untuk
hidup di kota.
4
2Di Indonesia, Jakarta merupakan salah satu kota terbesar di pulau jawa,
karena Jakarta merupakan daerah industri besar seperti : AHM, YAMAHA,
DAIHATSU, dll. Mereka berpikir peluang untuk membuka usaha itu sangat
besar. Berdasarkan data dari Dukcapil DKI Jakarta, jumlah pendatang baru
pasca Lebaran ke DKI Jakarta dalam kerangka urbanisasi pada dasarnya
menunjukkan trend menurun. Pada 2003 (204.830), 2004(190.356), 2005
(180.767), 2006 (124.427), 2007 (109.617), 2008 (88.473), 2009 (69.554),
2010 (59.215).Prediksi pada 2011 akan berkurang sekitar 15 persen,
sehingga pendatang baru diprediksi sekitar 50.000orang (Sumber : Suku
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi )
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah Hakikat Urbanisasi ?
2. Apakah Latar belakang urbanisasi di Indonesia?
3. Apakah Urbanisassi Industri?
4. Bagaimana akibat dari urbanisasi di Indonesia?
5. Bagaimana Pemecahan masalah urbanisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memperkenalkan hakikat Urbanisasi di Indonesia
2. Menggali Penyebab Urbanisasi di Indonesia,
3. Menggali akibat urbanisasi di Indonesia
5
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Hakikat Urbanisasi
1) Pengertian Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi
adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk
yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai
permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan
penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah
lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan,
penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang
harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi
berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan
manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi.
Perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni migrasi penduduk dan
mobilitas penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari
desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota, sedangkan
Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat
sementara saja atau tidak menetap.
Pengertian Urbanisasi Menurut Para Ahli
1. Menurut J.H. De Goede Urbanisasi diartikan sebagai proses pertambahan
penduduk pada suatu wilayahperkotaan (urban) ataupun proses transformasi
suatuwilayah berkarakter perdesaan (rural) menjadi urban.
2. Menurut Kantsebovskaya (1976) Urbanisasi merupakangejala, atau proses
yang sifatnya multi-sektoral, baikditinjau dari sebab maupun akibat yang
ditimbulkan.
3. Urbanisasi dapat diartikan sebagai pertambahanpenduduk perkotaan
(Shryyock dan Siegel, 1976)
6
PengertianUrbanisasi Dari BeberapaDisiplin Ilmu
1. Perspektif ilmu pengetahuan social melihaturbanisasi sebagai tambahan
proses-prosesyang bersifat kekotaan.
2. Perspektif ilmu kependudukan, definisiurbanisasi berarti persentase
penduduk yangtinggal di daerah perkotaan.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa,
seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk
ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi,
dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong,
memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam
bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah
beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan
seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke
perkotaan.
2) Latar Belakang timbulnya Urbanisasi
Latar belakang terjadinya urbanisasi pada negara indusrti maju dengan negara
yang berkembang mempunyai beberapa perbedaan yang terdiri dari:
Negara Industri Maju
1. pada negara industri maju, urbanisasi dimulai sejak industrialisasi, jadi
industri merupakan titik tolak terjadinya urbanisasi
2. penduduk kota meningkat lebih lambat dibandungkan di negara
berkembang
3. pertumbuhan kota relatif lebih imbang (perbedaan tidak besar)
“proses urbanisasi merupakan proses ekonomi”
7
Negara Sedang Berkembang
1. urbanisasi pada negara berkembang dimulai sejak PD II, urbanisasi
merupakan titik tolak terjadinya industri (kebalikan dari negara industri
maju)
2. penduduk kota meningkat cepat
3. urbanisasi tidak terbagi rata, semakin besar kotanya, semakin cepat
proses urbanisasinya, adanya konsep “Primate City”
“proses urbanisasi bersifat demografi”
Dari uraian di atas, jelas bahwa sejak PD II, proses urbanisasi di negara
berkembang terjadi terlebih dulu dan kemudian menjadi titik tolak terjadinya
industrialisasi. Pada kenyataannnya, saat ini seperti yang terjadi di Cibinong,
urbanisasi terjadi setelah adanya industri (dibangunnya daerah-daerah industri
baru). Selain itu pada daerah pinggiran Jakarta dibangun beberapa daerah
industri yang berfungsi untuk mendukung kegiatan kota Jakarta, selain itu juga
terjadi peningkatan ekonomi wilayah pinggiran tersebut sehingga wilayah
tersebut berangsur-angsur menjadi kota. Oleh karena itu konsep bahwa
urbanisasi merupakan titik tolak terjadinya industri menjadi kurang tepat karena
sesungguhnya keduanya saling mempengaruhi.
3). Urbanisasi Industri
Selain itu telah disebutkan bahwa urbanisasi adalah proses kenaikan proporsi
jumlah penduduk kota, dalam buku Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan
Prospek, oleh BN Marbun, disebutkan bahwa kenaikan jumlah penduduk ini
diantaranya disebabkan oleh:
1. gejala alami, yaitu kelahiran
2. masuknya orang-orang yang pindah dari daerah pedesaan ke perkotaan,
ataupun dari daerah perkotaan ke daerah perkotaan yang lebih besar atau
yang disebut migrasi (rural-urban, urban-urban)
Kedua hal ini biasanya disebut sebagai komponen urbanisasi. Dari kedua
komponen tersebut biasanya, pengaruh perpindahan penduduk dari pedesaan ke
8
perkotaan ataupun perpindahan daeri perkotaan ke kota yang lebih besar akan
mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh jumlah
kelahiran.
Banyak orang berpendapat bahwa alasan utama kepindahan seseorang
atau sekelompok orang dari daerahnya ke tempat lain adalah karena terdorong
oleh faktor-faktor penarik daerah kota atau daerah tersebut serta anggapan dari
masyarakat desa bahwa kota dapat memberikan lapangan/ kesempatan kerja
dengan memberikan upah yang besar. Namun dalam kenyataannya sebagian
besar penyebab terjadinya migrasi ini adalah karena tidak adanya pekerjaan
yang sesuai dengan keahlian yang mereka miliki, sehingga timbul
kecenderungan untuk keluar dari desa atau daerah mereka untuk pindah ke kota.
Selain itu banyak juga para ahli ekonomi yang berpendapat bahwa
urbanisasi merupakan suatu syarat utama bagi perkembangan ekonomi. Hal ini
karena biasanya yang melakukan migrasi adalah orang-orang muda yang
mempunyai kemauan yang keras demi kemajuan hidupnya, pada akhirnya timbul
suatu proses industrialisasi yang akan memberikan kesempatan kerja yang
banyak bagi para pendatang baru. Hal ini berbeda situasinya dengan Indonesia,
karena arus urbanisasi di Indoensia tidak seimbang dengan adalanya perluasan
kesempatan kerja di kota-kota baik di sektor industri maupun di sektor jasa atau
kesempatan membuka usaha sendiri.
Secara terperinci faktor penyebab adanya urbanisasi adalah karena adanya
faktor utama yang klasik yaitu kemiskinan di daerah pedesaan. Faktor utama ini
melahirkan dua faktor penyebab adanya urbanisasi yaitu:
(diambil dari buku Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan Prospek oleh BN Marbun)
Faktor-faktor urbanisasi• Faktor ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor utama yang meyumbang kepada berlakunya
proses migrasi ini. Kedudukan ekonomi yang mantap dan kukuh menyebabkan
wujudnya banyak sektor-sektor pertanian, pembinaan dan perkilangan, sekaligus
9
membuka peluang kepada rakyat sesebuah negara termasuk juga golongan
pendatang yang datang khususnya untuk mencari rezeki di negara orang.
• Faktor Sosio-Budaya
Sebenarnya faktor sosio-budaya juga memainkan peranan utama menyebabkan
pendatang Indonesia semakin bertambah dari hari ke hari ke negara kita. Bahkan
boleh dikatakan faktor sosiobudaya ini memainkan peranan yang sama
pentingnya dengan faktor ekonomi, mennjadi daya tarikan kepada pendatang
Indonesia ini.
• Faktor Kestabilan Politik
Kestabilan politik sesebuah negara memainkan peranan yang penting dan
berkait rapat dengan ekonomi negara dan proses migrasi antarabangsa. Sebuah
negara yang aman dan makmur secara tidak langsung dapat mengelakkan
berlakunya migrasi penduduk negara tersebut ke negara lain, sebaliknya
menyebabkan penduduk negara lain berhijrah ke negara tersebut.
faktor penarik (pull factors)
orang desa tertarik ke kota adalah suatu yang lumrah yang sebab-sebabnya
bagi individu atau kelompok mungkin berbeda satu sama lain dilihat dari
kepentingan individu tadi. Beberapa alasan yang menarik mereka pindah ke
kota diantaranya adalah:
1. melanjutkan sekolah, karena di desa tidak ada fasilitasnya atau mutu
kurang
2. pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau
mudahnya membuka usaha kecil-kecilan
3. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
4. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
5. Banyaknya lapangan pekerjaan di kota
10
6. tingkat upah di kota yang lebih tinggi
7. keamanan di kota lebih terjamin
8. hiburan lebih banyak
9. kebebasan pribadi lebih luas
10. adat atau agama lebih longgar
Faktor pendorong (Push factors)
Di sisi lain kota mempunyai daya tarik, di pihak lain keadaan tingkat hidup di
desa umumnya mempercepat proses urbanisasi tersebut, hal ini menjadi
faktor pendorong tumbulnya urbanisasi. Faktor pendorong yang dimaksud
diantaranya adalah:
1. keadaan desa yang umumnya mempunyai kehidupan yang statis
2. keadaan kemiskinan desa yang seakan-akan abadi
3. lapangan kerja yang hampir tidak ada
4. pendapatan yang rendah
5. keamanan yang kurang
6. adat istiadat yang ketat
7. kurang fasilitas pendidikan
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya
urbanisasi yang paling kuat adalah faktor ekonomi (menjadi motif utama para
migran), selain itu disusul dengan faktor tingkat pendidikan. Penyebab lain
dari terjadinya urbanisasi adalah karena terjadinya “overruralisasi” yaitu
tingkat dan cara produksi di pedesaan terdapat terlalu banyak orang. Berbeda
dengan jaman sebelum terjadinya industrialisasi, pada jaman tersebut proses
timbulnya kota-kota di negara-negara wilayah Asia dipengaruhi oleh faktor-
faktor:
1. ekologi: adanya lingkungan alamiah yang menguntungkan dapat
memperngaruhi tumbuhnya suatu kota
2. teknologi: adanya perkembangan teknologi sesuai kemajuan jaman
3. organisasi sosial: ditandai dengan adanya pembagian kerja
11
Sedangkan faktor penggerak terjadinya urbanisasi sebelum industrialisasi
adalah:
1. lembaga militer
2. agama, penyebaran dan misi agama
3. politik
4. DAMPAK YANG DITIMBULKAN URBANISASI
Pertambahan penduduk kota yang berlebihan dan tak terduga akan menjadi
beban kota. Dan perpindahan ini akan menjadi masalah ketika perpindahan
tersebut menimbulkan masalah sosial baik bagi penduduk kota yang didatangi
maupun bagi si pendatang atau secara luas bagi negara. Tetapi kota yang statis
dan jumlah pertambahan penduduk kota yang tidak mampu mengisi
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang deras arusnya, juga akan
kurang menguntungkan perkembangan dan pertumbuhan kota itu sendiri.
Kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di kota mengakibatkan timbulnya
pengaruh baik yang positif maupun yang negatif bagi kota maupun bagi desa.
Dalam buku BN Marbun, disebutkan dampak tersebut adalah sebagai berikut:
dampak positif
Pandangan yang positif terhadap urbanisasi, melihat urbanisasi sebagai
usaha pembangunan yang menyeluruh, tidak terbatas dalam pagar
administrasi kota. Selain itu kota dianggap sebagai “agen modernisasi dan
perubahan”. Mereka melihat kota sebagai suatu tempat pemusatan modal,
keahlian, daya kreasi dan segala macam fasilitas yang mutlak diperlukan bagi
pembangunan.
Tanggapan lain adalah bahwa kita tidak mungkin membayangkan bagaimana
pertumbuhan dan keadaan Jakarta sekarang ini dan juga pusat-pusat industri
di dunia lainnya bias tercapai bila seandainya tidak ada urbanisasi
Di samping itu, ada suatu kelompok yang tergolong dalam Group Optimistik
(disadur dari bahan kuliah Teori Perencanaan permukiman 2) yang
berpendapat bahwa proses urbanisasi hanyalah suatu fenomena temporer
12
yang tidak menghambat pembangunan. Dan menekankan bahwa kota
merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi, sosial dan
politik. Urbansiasi merupakan variable independen yang memajukan
pembangunan ekonomi.
Dampak negatif
Tanggapan negatif terhadap urbanisasi adalah karena adanya akibat buruk
yang timbul karena adanya urbansiasi. Beberapa akibat dari urbansiasi yang
tidak terkendali adalah:
a. masalah rumah dan tempat tinggal
pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan
perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran
tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk
membangun atau membeli perumahan yang layak bagi mereka sendiri.
Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah
pemerintah.
b. masalah pedagang kaki lima
c. masalah gelandangan
d. masalah pengangguran yang meningkat
e. masalah transportasi
f. masalah ekologi
Dampak Urbanisasi dalam Aspek Sosial EkonomiSekalipun para urbanisan umumnya bekerja di sektor informal, tetapi
dari segi penghasilan, dapat dikatakan cukup lumayan.Paling tidak, jauh lebih
tinggi bila dibandingkan dengan peng-hasilan yang bisa diperoleh di desa
asalnya. Menurut I nforman, seorang penjual jamu dalam sehari memperoleh
penghasilan Rp 20.000,- atau lebih, demikian juga pedagang yang lain
pendapatan yang diperoleh tidak kurang dari Rp 10.000,- per hari. Upah
sebagai buruh tani di desa paling tinggi Rp 5000,-. Peng-hasilan yang
diperoleh para migran asal Desa Jetis nampaknya sesuai dengan temuan
Papanek (1986:230) yang menunjukkan bahwa para migran ke kota
13
umumnya bernasib lebih baik daripada ketika masih di pedesaan.
Pendapatan mereka rata-rata meningkat dua pertiga kali lipat.
Tingginya kesenjangan pendapatan antara yang diperoleh di desa
dengan di kota inilah barangkali yang menjadi penyebab utama banyaknya
penduduk Desa Jetis melakukan urbanisasi. Temuan di atas nampaknya
sejalan dengan pemikiran (Todaro, 1970:126) yang menyatakan bahwa
keputusan bermigrasi merupakan suatu respons terhadap harapan tentang
penghasil-an yang akan diperoleh di kota dibanding dengan yang diterima di
desa, dan kemung-kinan memperoleh pekerjaan di kota.
Dijelaskan oleh beberapa informan bahwa tidak semua yang
berurbanisasi dapat atau berhasil meningkatkan kehidupannya, ada di
antaranya yang gagal sehingga memilih kembali tinggal di desa, namun tidak
sedikit yang masih tetap bertahan tinggal di kota, meski dengan kondisinya
sangat memprihatinkan, sehingga hampir tidak mampu untuk menyisihkan
sebagian peng-hasilannya untuk ditabung. Secara lebih detail dapat
dikemukakan tentang dampak urbanisasi dalam aspek sosial ekonomi.
Pertama, keberhasilan para migran yang melakukan urbanisasi dalam
meningkatkan pendapatannya sebagian digunakan untuk membangun rumah
di desa.Kenyataan itu dapat dilihat di desa Jetis, seperti misalnya banyak
pembangunan rumah-rumah baru yang lebih permanen dan memenuhi syarat
kesehatan. Rumah-rumah baru yang mereka bangun tersebut telah
dilengkapi dengan perabotan rumah tangga modern, misalnya TV, Radio
tape, kulkas, sepeda motor, dsb. Kemampuan untuk membangun rumah baru
dan membeli perlengkapan rumah tangga ini tentu saja sesuai dengan
kemampuan masing-masing migran.Berdasarkan pengamatan ada rumah
yang dibangun bertingkat, pada hal menurut informasi pemilik rumah tidak
lulus SD, dan bekerja sebagai pedagang di Jakarta. Kondisi tempat tinggal
yang mereka miliki di desa ini seringkali bertolak belakang dengan kondisi
tempat tinggal mereka selama hidup di kota, sebagaimana telah disinggung
terdahulu.
14
Rumah-rumah baru umumnya dibangun dengan arsitektur model,
akibatnya berdampak pada pembongkaran rumah tradisional yang kemudian
dirubah menjadi model baru. Hal ini amat disayangkan karena rumah-rumah
dengan arsitektur tradisional yang sebagian besar bahannya terbuat dari kayu
semakin berkurang jumlahnya, dan dikhawatirkan nantinya akan semakin
langka.
Kelebihan penghasilan yang diwujudkan dalam bentuk bangunan rumah
ini juga menunjukkan keterbatasan imajinasi budaya mereka.Barangkali
dilihat dari kacamata pemikiran rasional ekonomis, kelebihan penghasilan itu
dapat digunakan oleh mereka untuk memperkuat modal usaha, tetapi hal ini
nampaknya tidak banyak dilakukan oleh penduduk desa Jetis. Kelebihan
penghasilan justru mereka guna-kan untuk membangun rumah baru di desa
sementara mereka sendiri bekerja di kota, sehingga rumah-rumah yang telah
terbangun megah tersebut ada yang tidak berpenghuni, atau hanya dihuni di
saat mereka pulang kampung saja; tetapi ada juga yang ditem-pati oleh anak-
anaknya saja sementara orang tuanya berada di kota; dan ada juga meminta
kerabatnya, biasanya yang sudah tua, atau orangtuanya untuk menunggui
rumah. Beberapa rumah bahkan ditempati orang dari luar daerah yang
bekerja di sekitar desa, sementara mereka belum memiliki
rumah sendiri.Dalam kasus demikian, biasanya mereka tidak diminta untuk
membayar sewa rumah, melainkan hanya diminta merawat selama
menempati rumah tersebut.
Kedua, ada yang memiliki kemampuan untuk menginvestasikan
kelebihan penghasilannya dalam bentuk sawah dan pekarangan di desa. Hal
ini dipandang sebagai dampak positif, artinya mereka telah mempunyai
orientasi ke masa depan. Keinginaan menginvestasikan uang dalam bentuk
tanah dan pekarangan di desa asal ini berkait dengan keinginan sebagian
besar migran yang nantinya setelah tua mereka kembali ke desa.
Ketiga, keberhasilan migran di kota memberikan dampak pada
kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan. Dengan kelebihan penghasilan
selama mereka bekerja di kota, akan berimbas pada keluarganya yang
15
ditinggal di desa, sehingga dari segi pemenuhan kebutuhan hidup menjadi
lebih baik. Sebagai orang desa yang hidup dalam keadaan subsistensi,
ukuran kesejahteraan bagi mereka adalah terpenuhinya kebutuhan hidup
mereka secara ekonomi, apalagi bila ada kelebihan penghasilan yang dapat
diinvestasikan dalam bentuk lain. Bagi mereka, nampaknya tidak terlalu
mempersoalkan apakah mereka berkumpul terus dengan keluarganya atau
tidak, yang dipentingkan adalah terpenuhinya kebutuhan ekonomi.Hal ini
dibuktikan dari ungkapan beberapa informan yang menyatakan bahwa
dewasa ini mereka merasa lebih sejahtera dan lebih tenteran hidupnya,
sekalipun harus berpisah sementara dengan keluarganya.
Keempat, keberhasilan meningkatkan penghasilan ini juga berdampak
pada perbaikan fasilitas umum yang pembiaya-annya dilakukan
secara swadaya.Dana untuk membangun fasilitas umum tersebut sebagian
besar diperoleh dari penduduk yang melakukan urbanisasi.Berbagai fasilitas
umum yang mengalami perbaikan di antaranya jalan-jalan desa yang
sebagaian besar sudah diaspal, jembatan, dan tempat peribadatan. Dengan
perbaikan prasarana jalan ini akan sedikit banyak mempengaruhi
perekonomian desa.
Kelima, dalam bidang pertanian, keberhasilan dalam urbanisasi ini
membawa dampak yang kurang mengun-tungkan.Kegiatan pertanian yang
kurang diperhatikan sejak keber-hasilan penduduk Desa Jetis dalam bidang
industri tenun pada beberapa dekade sebelumnya terus berlanjut hingga
sekarang, apalagi sebagian penduduk berurbanisasi.Pada saat industri tenun
masih jaya, banyak di antara pemilik sawah yang juga sebagai pengusaha
tenun tidak mengerjakan sendiri sawah miliknya, karena penghasilan yang
diperoleh waktu itu lebih kecil dibanding penghasilan dalam bidang industri
tenun.Demikian juga penghasilan sebagai buruh tani lebih kecil dibanding
sebagai buruh industri.Akibatnya pekerjaan di bidang pertanian lebih banyak
dilakukan dengan mendatangkan buruh dari luar daerah.Saat ini,
keberhasilan urbanisasi menyebabkan mere-ka semakin enggan pergi ke
sawah, apalagi untuk generasi mudanya yang umumnya hampir tidak pernah
bekerja di bidang pertanian.Karena itu, dewasa ini kesulitan yang dihadapi
pemilik sawah adalah men-cari buruh tani, karena desa-desa lain di
16
sekitarnya banyak warganya yang sekarang juga melakukan
urbanisasi.Akibatnya, para pemilik sawah seringkali harus menda-tangkan
buruh tani dari wilayah Kabupaten Purwodadi untuk menggarap
sawahnya.Bahkan kadang-kadang ada sawah milik warga Desa Jetis yang
terpaksa terbengkelai tidak tergarap karena kesulitan mencari buruh tani
untuk menggarapnya.
Dampak Urbanisasi dalam Aspek Sosial-BudayaPerbincangan mengenai akibat urbanisasi bagi masyarakat desa,
selama ini lebih banyak mengungkapkan pada aspek sosial ekonomi,
sementara sorotan terhadap aspek sosial budaya dirasakan masih kurang.
Pada hal sebagaimana dinyatakan beberapa ahli seperti Zelinsky (1971:222)
dan Lewis (1982:168) bahwa mobilitas penduduk me-megang peranan
penting dalam perubahan sosial-budaya dengan cara membawa ma-syarakat
dari kehidupan tradisional ke sua-sana dan cara hidup modern yang dibawa
dari luar. Perubahan tersebut termasuk per-geseran nilai dan norma serta
jaringan dan pola hubungan kekerabatan di pedesaan.
Sebenarnya tidaklah mudah menge-mukakan perubahan yang terjadi
pada aspek sosial budaya ini, karena tidak begitu nampak secara nyata
seperti halnya pada perubahan sosial ekonomi.Sehingga untuk
mengetahuinya diperlukan pengamatan yang agak intensif dan wawancara
mendalam dengan beberapa tokoh masyarakat yang benar-benar menguasai
pemasalahan. Bebe-rapa perubahan dalam aspek sosial budaya antara lain
tersebut di bawah ini.
Pertama, perubahan yang paling nampak dalam aspek sosial budaya
adalah dalam bidang pendidikan.Beberapa infor-man mengemukakan bahwa
sejak sekitar dua puluh tahun terakhir ini, yaitu sejak berangsurnya penduduk
Desa Jetis melaku-kan urbanisasi, maka kesadaran penduduk untuk
menyekolahkan semakin meningkat. Bila pada tahun 1970-an kebanyakan
orang tua hanya menyekolahkan hingga tamat SD, dan sangat sedikit yang
menyekolahkan hingga sekolah lanjutan, kini sebagian besar telah
17
menyekolahkan anak-anak mereka hingga ke jenjang sekolah lanjutan atas,
bahkan hingga perguruan tinggi. Di desa Jetis, tidaklah aneh bila orang
tuanya bekerja di kota sebagai pedagang bakso, sementara anaknya kuliah
di perguruan tinggi. Tanpa mengabaikan pengaruh varia-bel lain, misalnya
fasilitas pendidikan yang semakin banyak hingga ke pelosok desa, urbanisasi
berdampak pada peningkatan kesadaran menyekolahkan anak, wawasan dan
pemikiran semakin terbuka setelah ba-nyak berhubungan dengan masyarakat
luar, dan melihat perkembangan pembangunan yang terjadi di tempat lain.
Apalagi ke-sadaran ini semakin ditunjang peningkatan pendapatan sehingga
mereka mampu membiayai pendidikan anaknya.
Kedua, urbanisasi juga berdampak pada perubahan peranan dan
tanggung jawab wanita. Kenyataan ini terutama nampak pada wanita yang
ditinggal suaminya bekerja di kota, mereka harus bertindak sebagai kepala
rumah tangga selama suaminya tidak ada di rumah. Wanita tidak hanya
bertanggung jawab atas kegiatan di dalam rumah tangga, tetapi juga harus
melakukan kegiatan kemasyarakatan atas nama suami. Secara tidak
langsung mengubah kebiasaan menempat-kan kaum wanita hanya sebagai
ibu rumah tangga serta berurusan dengan kegiatan wanita saja.Sebagaimana
program pemerintah yang menuntut kaum wanita untuk turut serta dalam
kegiatan di luar rumah tangga.
Ketiga, dampak urbanisasi juga ter-lihat pada kelembagaan keluarga,
khususnya dalam sistem perkawinan, di mana sekarang ini orang tua tidak
lagi dominan dalam menentukan pilihan jodoh bagi anaknya. Dalam kasus di
Desa Jetis ini, banyak di antara pemuda-pemudinya yang memperoleh
pasangan hidup dari luar daerah atas dasar pilihannya sendiri, dan
kebanyakan jodohnya tersebut diperoleh di kota tempat mereka bekerja.
Dampak lain adalah semakin meningkatnya usia perka-winan. Kalau pada
tahun 1970-an anak gadis yang belum berumur 18 tahun sudah di-nikahkan,
kini umur kawin telah meningkat dan cenderung “diprogram” oleh mereka
sendiri.
18
Keempat, urbanisasi memberikan pengaruh pada meluasnya kerangka
pemi-kiran penduduk desa serta mengubah perilaku masyarakat dari orientasi
sosial ke orientasi komersial. Dalam hal ini telah terjadi perubahan apresiasi
nilai uang pada seluruh warga desa, atau dengan kata lain meminjam istilah
beberapa ahli, di desa tersebut telah terjadi monetisasi dan komersialisasi
aktivitas yang semula bersifat sosial. Kegiatan gotong-royong yang selama ini
dipandang merupakan aktivitas luhur yang kita banggakan kini semakin
luntur. Contoh nyata dalam hal ini adalah bahwa dewasa ini kegiatan
memperbaiki rumah, membangun pagar, membuat sumur, dan kegiatan-
kegiatan lain di sekitar rumah tangga sekarang tidak lagi dilakukan dengan
cara sambatan atau tolong-menolong antar tetangga, melainkan dilakukan
dengan membayar tenaga tukang.
Kelima, dari segi hubungan kekera-batan, urbanisasi sering
diasosiasikan dengan melemahnya atau longgar-nya hubungan kekerabatan.
Dengan kata lain, makin meningkat kegiatan mobilitas penduduk akan
semakin melonggarkan ke-terikatan mereka dengan kehidupan pen-duduk
setempat. Lemahnya hubungan keke-rabatan sebenarnya tergantung dari
persepsi yang diberikan.Secara fisik, memang kepergian mereka ke luar desa
mengaki-batkan semakin berkurangnya kesempatan mereka untuk mengikuti
acara atau peris-tiwa sosial di desa.Tetapi secara batiniah hubungan dan
ikatan dengan daerah asal itu ada beragam perilaku.Ada yang memang
merasa masih memiliki ikatan kuat dengan kerabatnya di desa.Hal ini
ditunjukkan dengan perilaku kepulangan mereka setiap saat ke desa
asal.Tetapi ada pula yang sudah mulai “ogah-ogahan” pulang ke desa, dan
dengan demikian ikatan kekerabatan juga sudah melonggar.
Keenam, secara sosial, urbanisasi akan berpengaruh pada
kesejahteraan ke-luarga migran yang bersangkutan. Hal ini berkait dengan
kehidupan keluarga mereka yang terpaksa harus hidup terpisah sampai
jangka waktu yang tidak diketahui batasnya. Sekalipun mereka pada waktu-
waktu ter-tentu pulang ke desa, namun kese-jahteraan keluarga akan lebih
terjamin bila mereka selalu berkumpul dalam satu rumah. Namun demikian,
hal ini nampaknya tidak terlalu dirisaukan oleh orang desa, sebagai
19
masyarakat desa yang biasa hidup sub-sistensi, nampaknya pemenuhan
kebutuhan ekonomi lebih mendominasi pemikiran mereka dalam soal
kesejahteraan hidupnya.
Ketujuh, orang-orang “sukses” di kota ini dapat menumbuhkan
kemampuan dan keinginan untuk berkompetisi atau bersaing. Dari sisi positif
kompetisi dan persaingan ini akan sehat dan baik apabila mendorong mereka
terpacu dan semakin giat bekerja, sehingga keberhasilan ini akan semakin
dapat dirasakan penduduk desa. Di sisi lain kompetisi dan persaingan ini
akan menjadi tidak sehat karena membuahkan perilaku budaya baru yang
disebut dengan budaya “pamer” dengan menggunakan ke-kuatan ekonomi.
Karena budaya “pamer” ini tidak sesuai dengan budaya Jawa yang berusaha
untuk konform dengan lingkungan sekitar.Dalam hal ini, orang mencari
penga-kuan dan kehormatan melalui kekayaannya. Data di atas sesuai
dengan sinyalemen Saefullah (1994:40) yang menyatakan penggunaan uang
untuk membeli tanah, mendirikan rumah, membeli sepeda motor, dan alat-
alat rumah tangga modern tam-paknya terdorong oleh apirasi mobilitas sosial.
Kedelapan, pengaruh urbanisasi juga nampak pada kebiasaan
berpakaian dan makan.Perubahan dalam hal berpakaian tidak semata-mata
karena evolusi alamiah, melainkan juga karena ada kontak dengan dunia luar
atau ada pihak yang memper-kenalkan. Media massa dan iklan dapat
mempengaruhi kebiasaan masyarakat dalam berpakaian dan makan, tetapi
dampaknya tidak akan efektif apabila tidak ada orang yang memberikan
contoh nyata dalam kesehariannya. Setelah melihat cara-cara baru
berpakaian dan mengenal macam-macam makanan modern sekembalinya ke
desa diperlihatkan kepada orang-orang desa.
Kesembilan, perubahan juga nampak pada pergaulan remaja, serta
interaksi antara generasi muda dengan orang tua.Dari sisi positif, urbanisasi
mendorong penduduk untuk memperluas pergaulan dan penga-laman,
dengan akibat lebih lanjut pada keinginan mereka untuk meningkatkan ke-
mampuan diri. Sedangkan di pihak lain sebagian remaja yang pergi ke kota
mem-bawa kebiasaan baru yang bersifat negatif yang diperolehnya di kota
20
seperti minum-minuman yang mengandung alkohol, ber-judi. Dampak negatif
yang lain adalah mulai berkurangnya penghormatan terhadap orang tua.
Memang hanya sedikit warga Desa Jetis yang melakukan kegiatan negatif
semacam itu, meskipun demikian perilakunya dapat mengganggu kehidupan
masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal interaksi antara generasi muda
dengn orang tua seringkali ditemui adanya kesenjangan, baik dalam hal nilai,
norma dan berakibat pada perilaku kesehariannya.
Dampak Urbanisasi terhadap Lingkungan kota
Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak
terhadap lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun
keadaan sekitarnya.
rus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana
pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan
pengendalian pemerintah kota. Beebrapa akibat negatif tersebut akan meningkat
pada masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan.
Dampak negatif lainnnya adalah terjadinya “overurbanisasi” yaitu dimana
prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan
perkembangan ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “underruralisasi” yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi
yang ada. (diambil dari buku Kota di Dunia Ketiga, PJM Nas)
Pada dampak negatif ini, diuraikan oleh pendapat Group Pesimistik. Kelompok ini
berpendapat bahwa kota mendominasi fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan
hirarki urban. Hal ini menimbulkan terjadinya pengangguran dan
underemployment. Kota dipandang sebagai inefisien dan artificial proses
“pseudo-urbanisastion”. Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen
terhadap pertumbuhan ekonomi. (disadur dari Kuliah Teori Perencanaan
Permukiman 2).
5. PEMECAHAN MASALAH URBANISASI
21
Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju pertumbuhan
populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa, adapun program-
program yang dikembangkan diantaranya:
intensifikasi pertanian
mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan
kelahiran, yaitu program Keluarga Berencana
memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di
pedesaan
program pelaksanaan transmigrasi
memperluas dan mengembangkan lapangan pekerjaan di kota
penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah
pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa
perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti
reformasi tanah
22
BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Konsep urbanisasi mencakup diantaranya:
1. Urbanisasi merupakan pertumbuhan dari desa menjadi kota
2. Perpindahan penduduk dari desa ke kota
3. Kenaikan prosentase penduduk kota
Angkatan kerja kota-kota di Dunia terus meningkat, tak hanya
disebabkan pertambahan penduduk secara ilmiah, tapi terutama karena
urbanisasi dari desa atau kota-kota kecil ke kota-kota besar. Pertambahan
penduduk perkotaan karena migrasi di negara-negara dunia di perkirakan
mencapai lebih setengah dari tingkat pertambahan penduduk perkotaan.
Urbanisai akan menjadi persoalan bila melebihi tingkat industrialisasi di
perkotaan, karena kemampuan industry menyediakan kesempatan kerja akan
kalah dari tingkat migrasi.
3.2 Saran1. Kita sebagai generasi bangsa Indonesia diharapkan bisa membuka
lapangan kerja sehingga dapat mengurangi urbanisasi di Indonesia
2. Kita kembangkan pendidikan kita yang sesuai dengan kebudayaan
bangsa untuk meraih kesuksesan di masa mendatang
DAFTAR PUSTAKA
wikipedia.org/wiki/Urbanisasihttp://www.artikata.com/arti-355989-urbanisasi.html
http://galihwe.blogspot.com . 2010 . “Urbanisasi dan Dampak Negatifnya,” dalam Blogspot.com. Diunduh Sabtu, 18 Oktober 2014
Rustiadi, Ernan dkk. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta :
Soetomo, Sugiono. 2009. Urbanisasi dan Morfologi. Yogyakarta : Graha Ilmu diakses pada 18 Oktober 2014
23