Olehme.elektro.ub.ac.id/wp-content/uploads/2020/10/Buku... · Web viewapabila terjadi hal-hal yang...

95
LAPORAN PRAKTIKUM MESIN ELEKTRIK Oleh Nama : ................................ .......... NIM : ................................ .......... Periode : ……………………………… Tanggal : ................................ .......... LABORATORIUM MESIN ELEKTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS

Transcript of Olehme.elektro.ub.ac.id/wp-content/uploads/2020/10/Buku... · Web viewapabila terjadi hal-hal yang...

LAPORANPRAKTIKUM

MESIN ELEKTRIK

Oleh

Nama: ..........................................

NIM: ..........................................

Periode : ………………………………

Tanggal: ..........................................

LABORATORIUM MESIN ELEKTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

DAFTAR ISI

1. PERCOBAAN 11

TRANSFORMATOR

2. PERCOBAAN 2

PARAMETER MESIN SINKRON TIGA FASA

9

3. PERCOBAAN 3

KERJA PARALEL GENERATOR SINKRON

17

4. PERCOBAAN 4

MOTOR SINKRON TIGA FASA

20

5. PERCOBAAN 5

MOTOR INDUKSI TIGA FASA

27

6. PERCOBAAN 6

STARTING MOTOR INDUKSI TIGA FASA

37

7. PERCOBAAN 7

GENERATOR DC PENGUAT SHUNT DAN

KOMPON

43

8. PERCOBAAN 8

49

MOTOR DC PENGUAT TERPISAH DAN SHUNT

PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM MESIN ELEKTRIK

1. Praktikan wajib memiliki dan membawa modul praktikum pada saat praktikum.

2. Modul praktikum wajib dilengkapi dengan pasfoto (3x4cm).

3. Sebelum praktikum dimulai, pratikan harus sudah hadir di Laboratorium Mesin Elektrik, apabila melanggar praktikan akan dikenakan :

a. Terlambat 5 menit poin 1 (satu)

b. Terlambat 10 menit poin 2 (dua)

c. Terlambat 15 menit poin 3 (tiga)

4. Apabila memang ada urusan yang mendesak izin terlambat dapat diajukan pada masing-masing asisten maksimal 3 jam sebelum praktikum dimulai.

5. Pratikan harus berpakaian rapi serta sopan dan bersepatu pada waktu praktikum apabila ditemukan pelanggaran akan diberikan poin 2 (dua).

6. Praktikan diwajibkan memakai jas laboratorium (biru muda), apabila melanggar praktikan akan dikenakan poin 2 (dua).

7. Selama praktikum atau dalam ruangan praktikum, praktikan dilarang merokok, makan atau minum dan harus menjaga ketertiban selama praktikum apabila ditemukan hal semacam ini praktikan akan dikenai poin 2 (dua).

8. Sebelum mengerjakan praktikum, praktikan diwajibkan menguasai teori yang berhubungan dengan praktikum yang dilaksanakan, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang tidak sesuai dengan prosedur asisten segala kerugian materil sepenuhnya akan ditanggung oleh praktikan yang bersangkutan.

9. Setelah menyusun suatu rangkaian sesuai petunjuk praktikum, praktikan harus segera melapor kepada asisten praktikum, dilarang menghubungkan rangkaian dengan sumber tegangan sebelum mendapatkan izin dari asisten praktikum yang bersangkutan.

10. Waktu asistensi praktikum 1x24 jam (kecuali mendapatkan izin/kesepakatan dari asisten yang bersangkutan), apabila melebihi batas waktu yang ditentukan praktikan akan dikenakan poin 1 (satu).

11. Praktikan yang tidak mengikuti minimal 1 (satu) bab praktikum, maka dinyatakan gugur.

12. Praktikan yang telah memperoleh 3 poin maka dinyatakan gugur.

13. Surat pindah jadwal diberikan maksimal 5 jam sebelum praktikum dimulai, disertai dengan asisten yang bersangkutan dan koordinator asisten.

14. Peraturan dapat bertambah atau berkurang lagi sesuai kesepakatan koordinator laboratorium beserta asisten laboratorium dan yang terkait.

15. Kebijakan yang dibuat oleh asisten dan koordinator asisten bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

KARTU ASISTENSI PRAKTIKUM

(Foto 3x4)NAMA: ............................................................

NIM: ............................................................

Percobaan

Judul Percobaan

Asisten Praktikum

Tanda

Tangan

Tanggal

1

Transformator

2

Parameter Mesin Sinkron Tiga Fasa

3

Kerja Paralel Generator Sinkron

4

Motor Sinkron Tiga Fasa

5

Motor Induksi Tiga Fasa

6

Starting Motor Induksi Tiga Fasa

7

Generator DC Penguat Shunt Dan Kompon

8

Motor DC Penguat Terpisah Dan Shunt

Malang, …………………..

Mengetahui :Koordinator Asisten,

Kepala Laboratorium Mesin Elektrik

Ir. Wijono, MT., Ph.D()

NIP. 19621111 198903 1 003

(PERCOBAAN 1)

TRANSFORMATOR

1.1 POLARITAS TRANSFORMATOR

I. Tujuan Percobaan

Menentukan polaritas transformator dan pemberiaan tanda pada terminalnya.

II. Peralatan Yang Digunakan

Transformator 1 fasa Pengatur tegangan Voltmeter AC

III. Teori Dasar

Pada pemakaian tansformator, pemberian tanda polaritas pada transformator amatlah penting antara lain untuk keperluan kerja paralel dan pada hubungan transformator 3 fasa.

Polaritas transformator dapat diketahui dengan test polaritas. Polaritas transformator dibedakan menjadi:

Polaritas penjumlahan Polaritas pengurangan

Perbedaan polaritas transformator disebabkan cara melilitkan belitan pada inti besi yang berbeda arahnya.

a). Polaritas Penjumlahanb). Polaritas Pengurangan

Gambar 1.1 Polaritas Transformator

IV. Rangkaian Percobaan

(~VAT TT RVB)

Gambar 1.2 Rangkaian Percobaan Pengujian Polaritas

1

V. Pelaksanaan Percobaan

1. Rangkaian percobaan terlihat seperti gambar 1.2.

2. Masukkan tegangan sumber melalui pengatur tegangan dengan tegangan jangan sampai melebihi tegangan nominal transformator yang diuji..

3. Kemudian catat penunjukkan voltmeter VA dan VB.

VI. Tugas

1. Tentukan polaritas transformator.

2. Berikan tanda pada terminal transformator dan berikan kesimpulan.

Data Transformator :

Daya

=

watt

Frekuensi=

Hz.

Teg. Primer

=

volt

Teg. Sekunder =

volt

Arus Primer

=

ampere

Arus Sekunder =

ampere

Data Percobaan Penentuan Polaritas Transformator

VA(volt)

VB(volt)

Kesimpulan :

(6)

1.2 ANGKA JAM TRANSFORMATOR 3 FASA

I. Tujuan Percobaan

Menentukan angka jam (group Vektor) dari transformator 3 fasa.

II. Peralatan Yang Digunakan Transformator 3 fasa Pengatur tegangan Voltmeter AC

III. Teori Dasar

Angka jam pada umumnya sudah tertera pada plat nama dari transformator daya tiga fasa. Namun kemungkinan diperlukan pengecekan angka jam disebabkan plat nama tersebut rusak atau hilang.

Angka jam dapat berbeda, karena cara menghubungkan transformator dalam hubungan 3 fasa, dikenal sebagai angka jam standart yaitu angka jam 0, angka jam 6, angka jam 11 dan angka jam 5

Angka jam dapat diketahui dengan pengujian sebagai berikut:

Dua terminal yang bersamaan hurufnya pada sisi tegangan tinggi dan tegangan rendah dihubungkan, misal terminal (W) dihubungkan dengan terminal (w). Kemudian transformator pada sisi tegangan tinggi disuplai dengan tegangan dibawah tegangan nominal. Selanjutnya diukur tegangan-tegangan antara fasa : (U – u), (V – v), (U – v), (V – u).

Dibawah ini diberikan ringkasan rumus-rumus yang berlaku untuk golongan hubungan standart angka jam transformator, yang dihitung dari diagram vektor tegangannya.

E – Tegangan antar saluran belitan sisi tegangan tinggi

e - Tegangan antar saluran belitan sisi tegangan rendah

IV. Rangkaian Percobaan

(TTTRWVTRAFO3 FASAPT)U

u

~v

w

Gambar 1.3 Rangkaian Percobaan Angka Jam Transformator 3 Fasa

V. Pelaksanaan percobaan

1. Hubungkan transformator 3 fasa dalam hubungan Y –Y.

2. Kemudian salah satu fasa, misalnya (w) pada belitan sekunder dihubungkan dengan (W) pada belitan primer.

3. Transformator yang diuji dihubungkan dengan sumber tegangan melalui pengatur tegangan.

4. Naikkan tegangan masukan dan jangan sampai melebihi tegangan nominal dari transformator 3 fasa.

5. Selanjutnya diukur besar tegangan antara terminal-terminalnya.

VI. Tugas

Tentukan angka jam dari transformator

hubungan (Y-Y)

dan

transformator

hubungan (Y-∆) serta berikan kesimpulan.

Data Transformator :

Daya=watt

Frekuensi=

Hz.

Teg. Primer=volt

Arus Primer=ampere

Teg. Sekunder =

Arus Sekunder =

volt

ampere

Data Percobaan Angka Jam Transformator 3 Fasa

No.

Terminal

Hubungan (Y – Y) Tegangan (volt)

Hubungan (Y - ∆) Tegangan (volt)

1

U – V

2

U – W

3

V – W

4

u - v

5

u - w

6

v - w

7

U – u

8

U – v

9

V – u

10

V – v

Analisis dan Kesimpulan :

1.3 KERJA PARALEL TRANSFORMATOR

I. Tujuan Percobaan

Mengetahui dan menentukan pembagian beban pada paralel dua transformator.

II. Peralatan Yang Digunakan

Transformator 1 fasa Pengatur tegangan Voltmeter AC Ampermeter AC

III. Teori Dasar

Jika beban bertambah besar maka kemampuan transformator harus bertambah besar pula. Ada dua cara mengatasinya, yaitu mengganti transformator dengan transformator yang kapasitasnya lebih besar atau menambah satu buah transformator dengan daya yang sama. Juga untuk mempertinggi keandalan atau karena pertimbangan ekonomis dilakukan kerja paralel transformator. Tentu hal tersebut akan terlaksana secara baik, jika transformator tersebut benar-benar sama secara elektris dan mekanis serta dibuat oleh pabrik yang sama. Jika terdapat perbedaan tegangan pada kedua transformator tersebut, maka akan mengalir arus listrik dari transformator pertama ke transformator kedua atau sebaliknya. Arus tersebut dikenal sebagai arus sirkulasi.

Syarat kerja paralel dua transformator atau lebih:

Tegangan nominal dan angka transformasi harus sama. Polaritas transformartor harus sama.

Frekuensi kerja harus sama.

Prosentase tegangan impedansi harus sama.

Gambar 1.4 Rangkaian Pengganti Dua Transformator Paralel

Pada transformator I dan transformator II: I1 . Ze1 = I2 . Ze2

Maka :

I1Ze 2

I2Ze1

Pembagian arus pada transformator :

(Ze1Ze1Ze2) (Ze2Ze1Ze2)I1II2I

Daya Transformator I dan II:

S1

V1.I1

S2V2.I2

IV. Rangkaian Percobaan

Gambar 1.5 Rangkaian Percobaan Transformator Paralel

V. Pelaksanaan Percobaan

1. Rangkaian Percobaan seperti pada gambar 1.5.

2. Saklar S dalam keadaan terbuka (keadaan tanpa beban).

3. Hidupkan sumber tegangan dan pengaturan tegangan dinaikkan sampai mancapai harga tegangan nominal transformator.

4. Beban dimasukkan, mulai percobaan dengan harga arus terkecil kemudian dinaikkan secara bertahap sampai harga nominalnya.

5. Tiap perubahan beban, catat voltmeter dan amperemeter: V1, V2, A1, A2, A3.

V.Tugas

Berikan analisis pembagian beban kerja paralel kedua transformator tersebut.

Data Transformator :

Daya

=

watt

Frekuensi=

Hz.

Teg. Primer

=

volt

Teg. Sekunder =

volt

Arus Primer

=

ampere

Arus Sekunder =

ampere

Data Percobaan Kerja Paralel Transformator

No.

I1 (A)

I2 (A)

I3 (A)

V1 (V)

V2 (V)

1.

2.

3.

4.

5.

Analisis dan Kesimpulan :

(PERCOBAAN 2)

PARAMETER MESIN SINKRON TIGA FASA

2.1. PARAMETER MESIN SINKRON (Xs, Xd, Xq)

I. Tujuan Percobaan

1. Menentukan besarnya reaktansi sinkron (Xs)

2. Menerapkan metode pengujian dengan slip rendah untuk mencari parameter mesin, reaktansi membujur (direct) dan reaktansi lintang (quadrature) Xd dan Xq

II. Peralatan Yang Digunakan

· Dynamometer

· Mesin sinkron 3 fasa

· Voltmeter AC

· Amperemeter AC

· Wattmeter

· Osiloskop

III. Teori Dasar

Dalam aplikasi tensor pada generator sinkron yang sudah tersusun yang dapat dilakukan hanyalah menghitung/mencari parameter generator sinkron dari beberapa metode yang selanjutnya dianalisis dengan tensor transformasi.

Dengan berubahnya posisi rotor menyebabkan berubahnya variabel atau parameter, di mana pada posisi sumbu fasa jangkar berimpit dengan sumbu membujur dari rotor akan didapatkan harga reaktansi maksimum yang disebut X q atau reaktansi lintang.

Jika mesin dalam keadaan jenuh tegangan diambil dari garis celah udara. Dari garis celah udara tersebut diambil satu titik (pada nilai nominalnya) kemudian diproyeksikan pada sumbu arus penguatan seperti yang terlihat dalam gambar (2.1.). Dari garis proyektor tersebut diperoleh titik potong pada karakteristik arus hubung singkat yaitu titik B, maka besarnya reaktansi sumbu membujur dinyatakan sebagai:

(9)

Xd ACBC

(ohm)

Sedangkan arus medan yang digunakan untuk menghasilkan tegangan

nominal beban nol ( I foc )

= OC dan arus medan yang digunakan untuk

(I)menghasilkan arus hubung singkat yang sama dengan arus beban nominal adalah

fsc

= OH, maka

X d dalam per unit:

Xd OC OH

(p.u)

Pada mesin sinkron kutub menonjol (salient pole) besarnya reaktansi sumbu langsung / bujur (direct reactance) tidak sama dengan reaktansi sumbu lintang

(quadrature reactance) : Xd Xq

Pada mesin sinkron kutub silindris (non salient pole) : Xd

Xs – reaktansi sinkron

Xq Xs

Gambar 2.1 Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat Generator Sinkron

Mesin sinkron 3 fasa dengan kutub menonjol reaktansi membujur dan reaktansi melintang besarnya tidak sama.

(10)

Apabila

X dtelahdidapatkanmakadapatdilakukanperhitunganuntuk

menentukan besarnya bawah ini:

X q dengan menggunakan rumus dimensi mesin seperti di

X q 1 sin ka ka ( 14)coska

2 ka

2

Dimana:

X d

k a bpf p

1 sin ka

ka

bp lebar kutub

f p jarak kutub

Pada mesin sinkron kutub menonjol, bentuk gelombang tegangan dan arus dari hasil slip test, diperoleh bentuk gelombang sebagai berikut :

Besar Xd dan Xq dapat dihitung dengan rumus :

(makI VminqminXI Vmak dX)

IV. Rangkaian Percobaan

tegangan jangkar

arus jangkar

Gambar 2.2 Rangkaian Percobaan Generator Sinkron Tanpa Beban

Gambar 2.3 Rangkaian Percobaan Generator Sinkron Hubung Singkat

Gambar 2.4 Rangkaian Percobaan untuk mencari Xd dan Xq

V. Pelaksanaan Percobaan

Pengujian Tanpa Beban dan Pengujian Hubung Singkat

1. Rangkaian percobaan seperti pada gambar 2.2.

2. Rotor generator diputar pada putaran nominal

3. Kumparan medan diberi arus penguatan secara bertahap

4. Catat setiap kenaikan arus penguatan dan kenaikan tegangan fasa sampai harga nominal

5. Untuk percobaan hubung singkat dilakukan seperti pada pengujian tanpa beban tetapi ujung-ujung fasa terminal dihubung singkat, seperti terlihat pada gambar 2.3. dan kenaikan arus penguatannya harus dijaga agar arus fasa hubung singkat ini tidak melebihi arus nominalnya.

Pengukuran reaktansi bujur dan reaktansi lintang (Xd dan Xq)

1. Generator sinkron dirangkaikan seperti gambar 2.4. rotor dikopel dengan penggerak (motor listrik) dan belitan medannya dilepas (dibiarkan kondisi terbuka). Belitan jangkar dihubungkan Y dan disuplai dengan sumber tegangan arus bolak-balik 3 fasa.

2. Putar generator sampai mendekati putaran nominal (slip rendah). Periksa tegangan keluaran belitan medan akibat magnet remanensi. Pastikan tegangannya ≤ 5 %. Bila tidak, magnet remanensi harus dilemahkan atau didemagnetisasikan dengan memberikan sumber tegangan bolak-balik (AC).

3. Belitan jangkar diberikan tegangan 3 fasa sebesar ≤ 10% dari tegangan nominal.

4. Catat besarnya tegangan dan arus pada penunjuk osiloskop.

5 .Untuk menentukan besarnya tegangan dan arus pada osiloskop dengan cara sebagai berikut :

R – tahanan seri yang terhubung dengan terminal osiloskop

IV. Tugas

1. Tentukan besar parameter mesin sinkron, Reaktansi sinkron tak jenuh dan reaktansi sinkron jenuh.

2. Tentukan besar reaktansi sumbu langsung (Xd) dan reaktansi sumbu lintang (Xq)

1. (DayaHubungan Tegangan===VAVArus=APutarancos=rpm)Reaktansi Sinkron tak Jenuh dan reaktansi Sinkron Jenuh Data Mesin Sinkron 3 Fasa

=

Pengujian Generator Sinkron keadaan tanpa beban Putaran =rpm

No.

If (ampere)

V (volt)

1

2

3

4

5

Pengujian Generator Sinkron keadaan hubung singkat

No.

If (ampere)

Isc (ampere)

1

2

3

4

5

Karakteristik tanpa beban dan hubung singkat :

Analisis dan Kesimpulan.

2. (DayaHubungan Tegangan===VAVArus=APutaran=rpmCos φ=)Reaktansi bujur dan reaktansi lintang Xd dan Xq Data Mesin Sinkron:

1. Pengukuran Tegangan

Volt/div = Time/div =

Vmaks (div)

Vmin (div)

Putaran (rpm)

Slip

2. Pengukuran Arus

Volt/div = Time/div =

Vmaks (div)

Vmin (div)

R(ohm)

Putaran (rpm)

Gambar gelombang tegangan dan arus :

Analisis dan Kesimpulan.

1. Pengukuran Tegangan

Vmaks = V min =

2. Pengukuran Arus

Imaks = I min =

(PERCOBAAN 3)

KERJA PARAREL GENERATOR SINKRON

I. Tujuan Percobaan

Melakukan kerja pararel antara dua generator sinkron 3 fasa dengan menggunakan sistem lampu (sinkronoskop lampu)

II. Peralatan Yang Digunakan

· Dynamometer

· Generator sinkron 3 fasa

· Voltmeter AC

· Indikator urutan fasa

· Penunjuk urutan fasa

· Frekuensi meter

III. Teori dasar

Generator G1 dan Generator G2 seperti pada gambar 3.1. berikut akan dilakukan kerja pararel.

Gambar 3.1 Kerja Paralel Antara Dua Generator Sinkron

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kerja pararel adalah sebagai berikut :

1. Tegangan dari Generator G1 dan G2 harus sama (V1=V2).

2. Tegangan generator G1 dan G2 harus mempunyai frekuensi yang sama (f1 = f2).

3. Generator G1 dan G2 harus mempunyai fasa dan urutan fasa yang sama.

Apabila syarat di atas sudah dipenuhi, maka pada kedua generator dapat dilakukan kerja paralel. Pada gambar (3.1.), misalnya generator G1 menghasilkan tegangan V1 dengan frekuensi f1, sedangkan generator G2 menghasilkan tegangan V2 dengan frekuensi f2, dimana:

V1 V2 dan f1 f2

Karena kedua tegangan tidak sama, maka antara kedua ujung 1 dan 2 pada saklar S terdapat perbedaan tegangan sebesar V, dimana:

V = V1-V2

Besarnya V menjadi nol hanya pada beberapa saat tertentu, misalnya pada saat tA dan tB seperti terlihat pada gambar (3.2), apabila saklar S ditutup maka perbedaan tegangan V akan mengakibatkan mengalirnya arus-arus penyesuaian dalam rangkaian yang menghubungkan generator G1 dan G2, yang dapat

17

(V)membahayakan kedua generator sinkron dan seluruh jaringan listrik yang terhubung dengan kedua generator tersebut.

Gambar 3.2 Bentuk Gelombang Tegangan dari Generator G1 dan G2

Dapat dilihat bahwa untuk dapat menghubungkan generator G1 dan G2 dengan menutup saklar S maka perbedaan tegangan V harus sebesar nol setiap saat.

Salah satu metode sederhana untuk mensinkronkan dua generator sinkron atau mensinkronkan sebuah generator sinkron dengan jaringan listrik, adalah dengan menggunakan sinkronoskop lampu.

Ada beberapa metode untuk menghubungkan sinkronoskop lampu, yaitu:

· Sinkronoskop lampu hubungan terang

· Sinkronoskop lampu hubungan gelap

· Sinkronoskop lampu hubungan gelap-terang

IV. Rangkaian Percobaan

Gambar 3.3 Kerja Paralel Generator Sinkron dengan Jala-Jala mengunakan Sinkronoskop Lampu Hubungan Gelap –Terang

V. Pelaksanaan Percobaan

1. Jalankan Generator sinkron, dengan menggunakan dynamometer/motor listrik.

2. Hubungkan sinkronoskop lampu hubungan gelap-terang.

3. Putaran diatur mendekati putaran nominal generator sinkron, arus penguatan dinaikkan sampai tegangan terminal generator mendekati tegangan nominal.

4. Putaran diatur nominal, tegangan dijaga jangan mendekati atau sama dengan tegangan jala-jala PLN. Apabila lampu L1 mati, dan L2, L3 menyala, pada saat ini, segera saklar penghubung dimasukkan.

5. Generator sinkron telah kerja paralel dengan jala-jala PLN.

6. Ulangi dengan menggunakan sinkronoskop lampu hubungan gelap.

(18)

VI. Tugas

1. Jelaskan saat kapan yang paling tepat kedua generator dapat diparalel, dengan sinkronoskop lampu hubungan gelap-terang dan sinkronoskop lampu hubungan gelap.

2. Jelaskan arah urutan nyala lampu pada sinkronoskop lampu hubungan gelap- terang pada putaran/frekuensi tegangan generator lebih rendah dari frekuensi jala-jala PLN.

Analisis dan Kesimpulan:

(PERCOBAAN 4)

MOTOR SINKRON 3 FASA

I. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui perubahan beban (arus jangkar) terhadap putaran motor sinkron 3 fasa

2. Mengetahui dan memahami karakteristik pengaturan motor sinkron 3 fasa.

II. Peralatan Yang Digunakan

· Motor Sinkron 3 fasa

· Beban mekanik

· Amperemeter DC

· Amperemeter AC

· Voltmeter AC

· Frekuensimeter

· Tachometer

· Cos φ meter

· Sinkronoskop Lampu

III. Teori Dasar

Besarnya putaran motor sinkron ditentukan oleh frekuensi sumber (f) dan jumlah pasang kutub (p). Apabila ditulis secara matematis adalah sebagai berikut:

n 60f

p

(rpm)

Motor sinkron memiliki putaran yang konstan selama berbeban di bawah beban nominal hingga beban nominalnya.

Salah satu karakteristik dari motor sinkron yang paling utama adalah karakteristik pengaturan, yang pada umumnya disebut dengan “Lengkung V” seperti pada gambar 4.1 bawah ini.

Gambar 4.1 Karakteristik Pengaturan Motor Sinkron 3 Fasa

Motor sinkron dalam keadaan tanpa beban maupun dalam keadaan berbeban, apabila arus penguatan secara berlebih (over-excited) maka motor sinkron akan bekerja sebagai beban kapasitif. Arus jangkar (I) yang mengalir pada motor sinkron akan mendahului (leading) terhadap tegangan. Hal ini terjadi karena kelebihan flux (ditandai dengan fasor tegangan terinduksi, Em yang lebih besar dari tegangan jangkar, V) harus diimbangi sehingga kumparan jangkar akan menarik arus yang bersifat kapasitif dari jala- jala, dengan demikian motor akan bekerja pada faktor daya (cos φ) yang mendahului.

20

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat diagram fasor motor sinkron pada keadaan penguatan berlebih di bawah ini.

Gambar 4. 2 Diagram Fasor Motor Sinkron Kondisi Penguatan Berlebih (Over-Excited)

IV. Rangkaian Percobaan

Gambar 4.3 Rangkaian Percobaan Motor Sinkron

V. Pelaksanaan Percobaan

A. Prosedur Start Motor Sinkron

1. Mesin sinkron diputar dengan penggerak mula, hingga putarannya mendekati putaran nominal mesin sinkron

2. Arus penguatan (If) dimasukkan hingga tegangan keluaran pada mesin sinkron sama dengan tegangan sumber (jala-jala)

3. Putaran penggerak mula dan besarnya arus penguatan diatur lagi sedemikian rupa hingga syarat ”kerja paralel” dipenuhi (tegangan, frekuensi, dsb)

4. Saat kondisi ”tepat sinkron” dicapai (diketahui dari sinkronoskop dan sinkronoskop lampu), maka saklar 3 kutub dapat ditutup

5. Mesin penggerak mula dipadamkan sehingga mesin sinkron bekerja sebagai motor sinkron

(23)

B. Percobaan: Karakteristik Putaran Motor Sinkron

1. Lakukan langkah no. 1 s/d 5

2. Arus jangkar (Ia) diubah step demi step dengan mengubah torsi beban mekanik

3. Catat putaran motor sinkron untuk setiap nilai arus jangkar (Ia) tertentu

C. Percobaan: Karakteristik Pengaturan Motor Sinkron

1. Lakukan langkah no. 1s/d 5, dalam keadaan tanpa beban mekanik

2. Arus penguat (If) diubah step demi step

3. Catat hasil penunjukkan arus jangkar, cos φ untuk setiap nilai arus penguat.

4. Lakukan percobaan dalam keadaan berbeban

VI. Tugas

1. Gambarkan karakteristik putaran motor sinkron 3 fasa, serta berikan kesimpulan.

2. Gambarkan karakteristik pengaturan motor sinkron 3 fasa, berikan kesimpulan.

Data Motor Sinkron 3 Fasa :

Daya Hubungan

Tegangan

=

=

=

W

V

Arus

=

A

Teg. Penguatan

=

V

Arus penguatan

=

A

Putaran

=

rpm

Cos φ

=

Data Karakteristik Putaran Motor Sinkron 3 Fasa

No.

Ia (ampere)

n (rpm)

1

2

3

4

5

Karakteristik putaran sebagai fungsi arus jangkar (beban mekanik) : n = f (Ia)

Kesimpulan :

Data karakteristik Pengaturan Motor Sinkron 3 Fasa

No

V (volt)

If (ampere)

Ia (ampere)

Cos φ

Tanpa beban

Berbeban

Tanpa beban

Berbeban

1.

2.

3.

4.

5.

Karakteristik pengaturan motor sinkron 3 fasa :Ia = f (If)

Kesimpulan :

(PERCOBAAN 5)

MOTOR INDUKSI 3 FASA

5.1 PENGUJIAN MOTOR INDUKSI 3 FASA TANPA BEBAN

I. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui dan menghitung rugi-rugi, yaitu rugi inti, rugi tembaga belitan stator, rugi gesek bantalan dan angin.

2. Menghitung reaktansi magnetisasi (Xm)

II. Peralatan Yang Digunakan

· Motor Induksi 3 fasa

· Pengatur tegangan 3 fasa

· Voltmeter AC

· Amperemeter AC

· Wattmeter 1 fasa

· Tachometer

III. Teori Dasar

Pada waktu keadaan tanpa beban, maka daya masuk P0 terdiri dari rugi inti, rugi tembaga beban nol dan rugi gesek bantalan dan angin. Apabila dituliskan secara matematis adalah sebagai berikut:

Dimana: Pi= Daya masuk

Pc= Rugi inti besi

Pf+w= Rugi gesek dan angin

Io1 R1 = Rugi tembaga belitan stator Io2 R2 = Rugi tembaga belitan rotor

Karena slip kecil pada keadaan tanpa beban maka rugi tembaga rotor dapat diabaikan dan rangkaian pengganti dapat digambarkan seperti pada gambar 5.1.

Gambar 5.1 Rangkaian Pengganti Motor Induksi Tanpa Beban

Jadi : Pi Pc Pf w 3Io1R1

Rugi tembaga stator cukup besar sehingga perlu diperhitungkan rugi-rugi konstan:

Pc Pf w

Pi 3Io1R1

Untuk memisahkan Pc dan Pf+w dapat dilakukan dengan membuat lengkung

Pi f(V) seperti pada gambar 5.2.

Dan dapat dilihat pula gambar arus Io f(V)

27

(A)

Gambar 5.2 Lengkung Daya dan Arus Sebagai Fungsi Tegangan

(28)

Rugi Pf w

dapat diambil sama dengan daya masuk pada tegangan minimum saat

motor akan berputar, karena pada saat ini rugi inti dapat diabaikan.

Dari lengkung Pi f(V) pencatatan hanya dapat dilakukan sampai titik A, dengan memperpanjang lengkung ini sampai memotong sumbu V= O di titik B, maka rugi

gesek dan angin Pf w OB

IV. Rangkaian Percobaan

Gambar 5.3 Motor Induksi Tanpa Beban

V. Pelaksanaan Percobaan

1. Motor induksi tiga fasa dihubungkan dengan sumber tegangan melalui pengatur tegangan 3 fasa seperti pada gambar 5.3.

2. Atur tegangan sumber sampai harga nominal tegangan dari motor induksi

3. Turunkan tegangan sumber step demi step, setiap step catat (Pi), (V) dan Arus (I0).

4. Setiap menurunkan tegangan, putaran motor dipertahankan konstan (pengukuran dilakukan sampai putaran berubah)

5. Tahanan belitan tembaga stator (R1) diukur dengan Ohmmeter.

VI. Tugas

Hitung besarnya rugi inti besi, rugi belitan tembaga , rugi gesek bantalan dan angin serta berikan kesimpulan.

Data motor induksi tiga fasa :

Daya

Hubungan Tegangan

=

=

=

/

W

V

Arus Nom.

=

A

Frekuensi

=

Hz.

Putaran

cos

=

=

rpm

Data Pengukuran Motor Induksi 3 Fasa Tanpa Beban.

No

V1 (volt)

I0 (amp)

Pi (watt)

n (rpm)

1

2

3

4

5

Karakteristik Daya Masuk Sebagai Fungsi Tegangan :

Pi f (V)

Analisis dan Kesimpulan :

5.2 PENGUJIAN ROTOR DITAHAN MOTOR INDUKSI 3 FASA

I. Tujuan Percobaan

Menentukan parameter motor induksi tiga fasa

II. Peralatan Yang Digunakan

· Motor induksi 3 fasa

· Wattmeter

· Voltmeter AC

· Amperemeter AC

· Pengaturan tegangan 3 fasa

· Tachometer

III. Teori Dasar

Rangkaian pengganti motor induksi dalam keadaan rotor ditahan (hubung singkat) seperti pada gambar 5.4.

Gambar 5.4 Rangkaian Pengganti Hubung Singkat Motor Induksi

1. Pada pengukuran tanpa beban

XTB

VTB(LL ) ,V

- Tegangan Nominal

(3ITB) (TB)Xm XTB X1

ITB - Arus tanpa beban

2. Pada pengukuran rotor ditahan

ZBR

VBR(LL ) ,

RBR

PBR (3)

3I2 nom

(3 Inom) (Z2 BR R2 BR) (12)XBR

XBR

X X '

Pembagian X1 dan X2’ secara empiris :

Kelas Motor Induksi

X 1 X BR

X2 '

X BR

Klas

A

0,5

0,5

Klas

B

0,4

0,6

Klas

C

0,3

0,7

Klas

D

0,5

0,5

Rotor belitan

0,5

0,5

Tahanan belitan stator (R1) diukur dengan ohmmeter pada tiap fasa

IV. Rangkaian Percobaan

Gambar 5.5 Rangkaian Percobaan Blocked Rotor Motor Induksi

V. Pelaksanaan Percobaan

1. Rangkaian percobaan seperti pada gambar 5.5, rotor ditahan sehingga tidak berputar.

2. Atur tegangan masukan melalui pengaturan tegangan 3 fasa hingga mencapai arus nominal motor induksi

3. Catat penunjukan voltmeter, ampermeter dan wattmeter.

VI. Tugas

Hitung besarnya parameter motor induksi.

(R1, X1, R2’, X2’, Xm)

Data pengukuran rotor ditahan.

Isc = Inom =A

Vsc (volt)

Psc (watt)

R1 (Ω)

Analisis dan Kesimpulan :

5.3 PENGUJIAN MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBEBAN

I. Tujuan Percobaan.

1. Menggambarkan karakteristik arus beban, kopel beban sebagai fungsi putaran.

2. Menghitung efisiensi motor induksi 3 fasa

II. Peralatan Yang Digunakan

· Motor induksi 3 fasa

· Wattmeter

· Voltmeter AC

· Amperemeter AC

· Pengaturan tegangan 3 fasa

· Tachometer

III. Teori Dasar

Torsi (Torque) adalah gaya yang dimiliki oleh benda yang berputar. Karakteristik torsi motor induksi menunjukkan kemampuan untuk memikul beban dengan karakteristik tertentu. Besarnya torsi mekanik untuk motor induksi adalah:

mek

Pmek

Pmek

r

(2) Pi Pcu1 Pcu2 Pc

Pcu2

I2

'2 R '

per fasa

Torsi mekanik besarnya sama dengan torsi elektromagnetik. Besar efisiensi Motor induksi:

Pout

Pin

x100%

dengan

Pout

Pmek

· Pf w

.

IV. Rangkaian Percobaan

Gambar 5.6 Rangkaian Percobaan Berbeban Motor Induksi

V. Pelaksanaan Percobaan

1. Motor induksi dihubungkan seperti gambar 5.6, dimana sebagai beban mekanik digunakan rem magnetik atau generator DC

2. Motor dijalankan dengan tegangan nominal

3. Atur beban step demi step sesuai dengan besar arus yang diinginkan

4. Catat penunjukkan voltmeter, ampermeter, wattmeter dan putaran.

VI. Tugas

1. Gambarkan karakteristik torsi sebagai fungsi putaran motor induksi 3 fasa, serta berikan kesimpulan

2. Hitung efisiensi motor induksi 3 fasa, serta berikan kesimpulan

Data Pengukuran Motor Induksi 3 Fasa Berbeban. V1 (nominal) =volt

No

I (amp)

Pi (watt)

n (rpm)

Pout (watt)

1

2

3

4

5

Karakteristik torsi motor induksi 3 fasa : T = f (n)

Analisis dan Kesimpulan :

(PERCOBAAN 6)

STARTING MOTOR INDUKSI 3 FASA

I. Tujuan percobaan

1. Mengetahui cara starting motor induksi 3 fasa

2. Mengetahui besarnya arus starting untuk hubungan bintang maupun segitiga dan arus starting menggunakan saklar (Y-∆) manual maupun otomatis

II. Peralatan Yang Digunakan

· Motor induksi 3 fasa

· Pengatur tegangan 3 fasa

· Osiloskop

· Amperemeter AC, Voltmeter AC

· Saklar (Y-) manual/otomatis

· AC motor controls trainer

III. Teori Dasar

Pada saat starting, motor dalam keadaan diam sehingga GGL lawan yang dibangkitkan pada belitan rotor sama dengan nol, jadi arus yang mengalir pada belitan stator sangat besar. Arus tersebut dapat merusak isolasi belitan. Apabila motor tersebut berkapasitas besar, maka arus starting tersebut dapat mengganggu sistem dengan adanya goncangan tegangan (fluktuasi tegangan).

Gambar 4.1. Rangkaian Pengganti Motor Induksi

Secara analisis rangkaian, pada saat motor dalam kondisi diam, ketika motor dinyalakan, hambatan R2’ akan nol(short circuit) karena saat starting kecepatan medan stator sudah ada sedangkan rotor belum berputar, maka sesuai persamaan

(r)s ns nr 100% , ketika putaran rotor(n sama dengan nol maka slip akan sama

n

dengan satu dan sesuai dengan persamaan R2’ = R2 . (1-s)/ s maka besarnya akan sama

dengan nol dan mengakibatkan rangkaian pengganti motor induksi dihubung singkat dan menyebabkan arus yang mengalir menjadi sangat tinggi (4 s/d 7) x Inom

Untuk mengurangi besarnya arus starting pada motor induksi dapat dilakukan berbagai cara, antara lain sebagai berikut :

1. Menaikkan tegangan secara bertahap dengan autotrafo

2. Menggunakan saklar Y-

3. Menggunakan reaktor/autotrafo

4. Menggunakan tahanan tambahan pada rotor, untuk rotor belitan

5. Menggunakan peralatan start elektronik

37

IV. Rangkaian Percobaan

1. Starting langsung hubungan Y

2. Starting langsung hubungan

3. Starting menggunakan saklar (Y-) manual/otomatis

V. Pelaksanaan Percobaan

◊ Starting Langsung Hubungan Y

1. Rangkaian percobaan seperti pada gambar 4.2

2. Naikkan tegangan pengatur tegangan sampai tegangan antar saluran sama dengan tegangan nominal motor induksi 3 fasa.

3. Hidupkan motor induksi 3 fasa dengan menekan saklar

4. Pada saat yang bersamaan, amati perubahan gelombang yang ditampilkan osiloskop.

5. Catat besarnya lonjakan gelombang arus dalam tampilan osiloskop.

6. Catat besar penunjukkan ampermeter ketika gelombang sudah konstan

Gambar 4.2. Rangkaian Percobaan Starting Langsung Hubungan Y

◊ Starting Langsung Hubungan

1. Rangkaian percobaan seperti pada gambar 4.3

2. Naikkan tegangan pengatur tegangan sampai tegangan antar saluran sama dengan tegangan nominal motor induksi 3 fasa.

3. Hidupkan motor induksi 3 fasa dengan menekan saklar

4. Pada saat yang bersamaan, amati perubahan gelombang yang ditampilkan osiloskop.

5. Catat besarnya lonjakan gelombang arus dalam tampilan osiloskop

6. Catat besar penunjukkan ampermeter ketika gelombang sudah konstan

(38)

Gambar 4.3. Rangkaian Percobaan Starting Langsung Hubungan Δ

◊ Starting dengan Menggunakan Saklar (Y-) Manual/Otomatis

1. Rangkaian percobaan seperti gambar 4.4

2. Naikkan tegangan pengatur tegangan sampai tegangan antar saluran sama dengan tegangan nominal motor induksi 3 fasa.(hubungan ∆)

3. Hidupkan motor induksi 3 fasa dengan saklar (Y-∆)

4. Catat besarnya lonjakan gelombang arus, ketika rangkaian dihubungkan dengan saklar (Y- ∆) dalam tampilan osiloskop.

5. Catat besar penunjukkan amperemeter ketika gelombang sudah konstan

6. Lakukan starting dengan saklar (Y-∆) otomatis.

Gambar 4.4 Rangkaian Percobaan Starting dengan Saklar (Y-∆)

VI. Tugas

Berikan perbandingan antara besarnya arus start langsung dengan arus start dengan menggunakan saklar (Y-∆)

Data motor induksi 3 fasa :

Daya

Tegangan(Y/) Arus(Y/)

=

=

=

W

V A

Frekuensi

=

Hz

Putaran

Cos

=

=

rpm

Data hasil pengujian:

1. Start Langsung Hubungan Y

Volt/div

=

V/div

Time/div

=

s/div

Lonjakan Gelombang arus (div)

Gelombang arus Steady State (div)

Perbandingan kenaikan arus starting :

lonjakan gelombang arus start (nilai maksimum gelombang)

n

2. Start Langsung Hubungan

gelombang arus

steady

state

Volt/div

=

V/div

Time/div

=

s/div

Lonjakan Gelombang arus (div)

Gelombang arus Steady State (div)

Perbandingan kenaikan arus starting :

lonjakan gelombang arus start (nilai maksimum gelombang)

n

gelombang arus steady

state

3. Start Y- dengan Saklar Manual/otomatis

Volt/div

=

V/div

Time/div

=

s/div

Lonjakan Gelombang arus (div)

Gelombang arus Steady State (div)

Perbandingan kenaikan arus starting :

lonjakan gelombang arus start (nilai maksimum gelombang)

n

gelombang arus steady state

Analisis dan Kesimpulan :

(PERCOBAAN 7)

GENERATOR DC PENGUAT SHUNT DAN KOMPON

7. 1 GENERATOR DC PENGUAT SHUNT BERBEBAN

I. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui perubahan arus beban terhadap tegangan jangkar dari generator DC penguat shunt.

2. Menggambarkan karakteristik generator arus searah penguat shunt.

II. Peralatan Yang Digunakan

· Dynamometer

· Generator DC shunt

· Amperemeter DC, Voltmeter DC

· Tahanan geser

III. Rangkaian Percobaan

Gambar 7.1 Rangkaian Percobaan Generator DC Penguat Shunt

IV. Pelaksanaan Percobaan

1. Generator shunt dihubungkan seperti rangkaian percobaan gambar 7.1.

2. Generator shunt diputar sampai pada putaran nominal.

3. Masukkan arus penguatan (If)dengan melepas beban listrik terlebih dahulu, kemudain catat besarnya (If) dan tegangan jangkar (Va)

4. Sambungkan beban listrik dengan generator shunt, kemudian masukkan beban step demi step , catat arus beban (Ia) dan besar tegangan jangkar (Va)

5. Pada setiap perubahan arus beban, putaran harus dijaga konstan.

V. Tugas

Gambarkan karakteristik berbeban generator DC penguat shunt, serta berikan kesimpulan

43

Data Generator DC penguat Shunt :

Daya=watt

Tegangan jangkar=volt

Arus jangkar=ampere

Tegangan penguatan =volt

Arus penguatan=ampere

Putaran=rpm

Data Pengukuran Generator DC Shunt Berbeban.

Arus Penguatan ( If ) :A

Putaran:rpm

No.

Vt (volt)

I (ampere)

1

2

3

4

5

Karakteristik Berbeban Generator DC Shunt :Vt = f (I)

Kesimpulan :

(44)

7.2 GENERATOR DC PENGUAT KOMPON BERBEBAN

I. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui perubahan arus beban terhadap tegangan keluaran generator DC penguat kompon.

2. Menggambar karakteristik berbeban generator DC penguat kompon.

II. Peralatan Yang Digunakan

· Generator DC kompon

· Ampermeter DC

· Voltmeter DC

· Tahanan geser

III. Teori Dasar

Generator DC kompon mempunyai dua macam belitan penguat yang pada umumnya disebut dengan belitan seri dan belitan shunt. Dengan adanya kedua macam belitan ini, maka karakteristik luar generator kompon terletak di antara karakteristik luar generator DC seri dan generator DC shunt.

Ditinjau dari penyambungan belitan penguatnya, generator ini dapat di kelompok kan seperti pada gambar 7.2 berikut ini:

Generator DC Kompon PendekGenerator DC Kompon Panjang

Gambar 7.2 Belitan Penguat Generator DC Kompon

IV. Rangkaian Percobaan

Gambar 7.3 Rangkaian Percobaan Generator DC Kompon Lawan

Gambar 7.4 Rangkaian Percobaan Generator DC Kompon Bantu

V. Pelaksanaan Percobaan

A. Sebagai Kompon Lawan

1. Generator DC kompon dihubungkan sebagai kompon pendek lawan seperti pada gambar 7.3

2. Rb diletakkan pada posisi open circuit.

3. Generator diputar oleh motor DC hingga mencapai putaran nominal.

4. Atur masukan hingga tegangan terminal generator mencapai nominal.

5. Masukkan beban step demi step hingga, tegangan generator mendekati nol.

6. Turunkan beban hingga Ib = 0.

7. Setiap perubahan beban dicatat harga Ib (arus beban) dan tegangan generator.

8. Selama percobaan putaran, Rs dan R shunt dibuat konstan.

B. Sebagai Kompon Bantu

1. Generator DC kompon dihubungkan sebagai generator DC kompon pendek bantu seperti pada gambar 7.4

2. Beban pada posisi nol.

3. Generator diputar hingga mencapai putaran nominal.

4. Atur tegangan jepit generator mencapai nominal.

5. Masukkan beban step demi step hingga arus beban nominal dan catat harga Ib (arus beban) dan tegangan generator.

6. Selama percobaan putaran, Rs dan R shunt dibuat konstan.

VI. Tugas

1. Gambarkan karakteristik berbeban generator DC kompon pendek lawan dan berikan kesimpulan

2. Gambarkan karakteristik berbeban generator DC kompon pendek bantu dan berikan kesimpulan

Data Generator DC penguat Kompon :

Daya

=

watt

Tegangan jangkar

=

volt

Arus jangkar

=

ampere

Tegangan shunt/seri

=

volt

Arus shunt/seri

=

ampere

Putaran

=

rpm

(46)

1. Data Pengukuran Generator DC Penguat Kompon Lawan.

If =ampere

n =rpm

No.

Vt (volt)

I (ampere)

1

2

3

4

5

Karakteristik Berbeban Generator DC Kompon Lawan : Vt = f (I)

Kesimpulan :

2. Data Pengukuran Generator DC Penguat Kompon Bantu.

If =ampere

n =rpm

No.

Vt (volt)

I (ampere)

1

2

3

4

5

Karakteristik Berbeban Generator DC Kompon Bantu : Vt = f (I)

Kesimpulan :

(PERCOBAAN 8)

MOTOR DC PENGUAT TERPISAH DAN SHUNT

8.1. MOTOR DC PENGUAT TERPISAH BERBEBAN

I. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui pengaruh perubahan beban mekanik terhadap arus belitan jangkar motor DC peguat terpisah.

2. Mengetahui pengaruh perubahan beban mekanik terhadap putaran motor DC penguat terpisah

II. Peralatan Yang Digunakan

· Mesin DC Shunt

· Sumber tegangan DC

· Voltmeter DC, Ampermeter DC

· Tachometer

III. Teori Dasar

Pada motor DC penguat terpisah rumus yang digunakan sama dengan rumus motor DC Shunt, tetapi penguatannya dari sumber DC sendiri, sehingga untuk ini digunakan dua sumber DC, yaitu satu sumber untuk penguatan dan satu sumber lagi untuk kumparan jangkar Rumus-rumus yang berhubungan untuk motor DC penguat terpisah yaitu:

E V Ia .Ra

E C.n.

n V Ia .Ra

C.

n V Ia .R a

C.If

Tb Tm K.Ia

karena

f (I f ) I f

Perubahan beban mekanik akan mempengaruhi besarnya arus jangkar dan putaran motor DC penguat terpisah.

III. Rangkaian Percobaan

Gambar 8.1 Rangkaian Percobaan Motor DC Penguat Terpisah Berbeban

IV. Pelaksanaan percobaan

1. Rangkaian percobaan dihubungkan seperti gambar 8.1

2. Atur skala alat ukur sesuai dengan batas ukur

3. Untuk percobaan Ia = f (Tb), dan n = f (Tb) belitan jangkar dari motor DC penguat terpisah diberi tegangan nominal. Kemudian motor diputar sampai putaran nominal. Catatan: beban mekanik belum terhubung

4. Setiap perubahan beban mekanik, catat besar arus jangkar (I) dan putaran (n)

V. Tugas

1. Gambarkan karakteristik arus jangkar sebagai fungsi torsi beban mekanik motor DC penguat terpisah serta berikan kesimpulan.

2. Gambarkan kerakteristik putaran sebagai fungsi torsi beban mekanik motor DC penguat terpisah, serta berikan kesimpulan.

Data Motor DC penguat terpisah:

Daya=watt

Tegangan jangkar=volt

Arus jangkar=ampere

Tegangan penguatan =volt

Arus penguatan=ampere

Putaran=rpm

Data Pengukuran Motor DC Penguat Terpisah Berbeban.

V =volt

If =ampere

No.

Pb (W)

I (amp)

n (rpm)

1

2

3

4

5

(50)

Karakteristik Arus Jangkar sebagai fungsi Torsi beban : Ia = f (Tb)

Kesimpulan :

Karakteristik Putaran sebagai fungsi Torsi beben : n = f (Tb)

Kesimpulan :

8.2. MOTOR DC PENGUAT SHUNT

I. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui pengaruh perubahan arus penguat medan terhadap putaran motor DC Shunt dalam keadaan berbeban.

2. Menggambarkan karakteristik putaran motor DC Shunt keadaan berbeban, yaitu

n f(If ) untuk tegangan terminal jangkar nominal.

II. Peralatan Yang Digunakan

· Mesin DC Shunt

· Amperemeter DC

· Voltmeter DC

· Tahanan geser

· Sumber tegangan DC

· Tachometer

III. Teori Dasar

Pada motor DC Shunt memberikan hubungan:

E V Ia .Ra

E C.n.

n V Ia .Ra

C.

n V Ia .R a

C.If

karena

f (I f ) I f

Dari rumus di atas, tampak putaran (n) berbanding terbalik dengan arus penguatan (If). Arus penguatan (If) diatur lewat tahanan geser.

IV. Rangkaian Percobaan

Gambar 8.2. Rangkaian Percobaan Motor DC Shunt Berbeban

V. Pelaksanaan Percobaan

1. Rangkaian percobaan dihubungkan seperti gambar 8.2.

2. Atur skala alat ukur sesuai dengan batas ukurnya

3. Letakkan posisi tahanan geser (seri) dengan belitan medan shunt pada posisi paling kecil untuk menjalankan motor DC Shunt

4. Hubungkan motor DC Shunt dengan sumber tegangan. Atur sumber tegangan sampai posisi harga nominal tegangan motor

5. Beban mekanik dinaikkan sampai nilai tertentu

6. Atur posisi tahanan geser, arus penguat ( If ) akan diturunkan step demi step

7. Catat setiap perubahan arus penguat ( If ) dan putaran .

VI. Tugas

Gambar karakteristik putaran motor DC Shunt keadaan berbeban serta berikan kesimpulan

Data motor DC Penguat Shunt:

Daya=watt

Tegangan=volt

Arus jangkar=ampere

Tegangan penguatan =volt

Arus penguatan=ampere

Putaran=rpm

Data Pengukuran Motor DC Penguat Shunt Berbeban. V =volt

Ia =ampere

No.

If (ampere)

n (rpm)

I (ampere)

1

2

3

4

5

Karakteristik Putaran Motor DC Penguat Shunt : n = f (If)

Kesimpulan :