Wakaf Instrumen PENDONGKRAK Ekonomi Umat
-
Upload
mohammad-subhan -
Category
Education
-
view
1.518 -
download
3
description
Transcript of Wakaf Instrumen PENDONGKRAK Ekonomi Umat
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
Wakaf Tunai Sebagai AlternatifPengembangan Ekonomi Umat
Oleh: Moh Subhan
A. PENDAHULUAN
Wakaf secara etimologi berasal dari bahasa arab "waqafa" yang berarti berhenti,
menahan, atau diam. Oleh karena itu, tempat parkir disebut mauqif karena di situlah
berhentinya kendaraan, demikian juga padang Arafah disebut juga Mauqif di mana para
jamaah berdiam untuk wukuf. Secara teknis syariah, wakaf berarti aset atau harta
seseorang atau kaum muslimin yang diperuntukkan untuk kemaslahatan umum (public
property) dan diambil benefit atau keuntungannya sedangkan pokoknya yang ditahan.1
Wakaf akan valid sebagai amal jariyah setelah benar-benar pemiliknya
menyatakan aset yang diwakafkannya tersebut telah menjadi aset publik dan ia bekukan
haknya untuk kemaslahatan umat. Wakaf tidak akan bernilai amal jariyah sampai benar-
benar didayagunakan secara produktif sehingga berkembang atau bermanfaat tanpa
menggerus habis aset pokoknya. Semakin banyak hasil wakaf yang dinikmati oleh yang
berhak menerima wakaf maka semakin besar pula reward (pahala) yang akan diterima
oleh wakif dari Allah.
Wakaf merupakan salah satu lembaga penting dalam sistem
sosio-ekonomi Islam. Wakaf memainkan peranan penting sepanjang
sejarah Islam, khususnya semasa kekholifahan Utsmani (1516-1800 M).
Banyak lembaga, organisasi bahkan fasilitas infrastruktur yang
dibangun dari properti wakaf. Posisi pentingnya wakaf adalah pada
bentuk properti yang didonasikan dan dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam keperluan yang berkaitan dengan kepentingan
umum.2
1 Faisal Haq dan Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di I.ndonesia, Pasuruan, Garoeda, 1993, hlm. 2 Proceding Simposium Ekonomi Islamy, Kontribusi Pengembangan Wakaf (tinai) di Indonesia, 494.
1
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
Seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat yang cenderung
berhadapan dengan kehidupan global, maka hal-hal yang spesifik pengembangan ekonomi
yang mensejahterakan umat menjadi incaran. Dalam Islam, pemberdayaan ekonomi bukan
hanya bisa dilakukan melalui zakat, infaq atau shadaqah, melainkan bisa juga melalaui
wakaf yang dinilai sebagai alternatif yang cukup memadai. Pada akhir abad ke-19, di
beberapa negara muslim seperti Aljazair, Mesir, Arab saudi, Yordania, bahkan negara
Singapura dan Srilanka yang notabene bukan tergolong negara muslim, telah
mengembangakan sistem pengelolaan wakaf secara profesional. Bahkan Akhir-akhir ini
telah muncul wacana baru dalam menggali potensi ummat yang bisa didayagunakan untuk
membangun solidaritas masyarakat melalaui konsep wakaf tunai (cash wakaf/waqf al-
nuqud).
Berangkat dari preposisi di atas, penulis bermaksud untuk memaparkan konsep
wakaf tunai (cash wakaf/waqf al-nuqud) dari aspek historitasnya, potensi dan upaya
pengelolaannya. Karena makalah ini ingin mengeksplor bagaimana kegiatan wakaf pada
masa awal Islam dan bagaimana peran yang dimainkan oleh lembaga ini pada masa
sekarang, maka penulis memakai pendekatan deskriptif eksploratif.
B. Pengertian dan Landasan Tekstual-Teologis tentang Wakaf
Wakaf berasal dari kata kerja bahasa Arab ‘waqafa’. Secara makna bahasa
berarti menahan atau berhenti. Dalam hukum Islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak
milik yang tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa
perorangan maupun badan pengelola, dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya
digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan ajaran syari’at Islam. Harta yang telah
diwakafkan keluar dari hak milik yang mewakafkan, dan bukan pula menjadi hak milik
nadzir, tetapi menjadi hak milik Allah dalam pengertian hak masyarakat umum.
Dasar Hukum Wakaf diambil dari al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ ulama. Firman
Allah, Surat Ali Imran; 29
2
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
وا حتى البر لوا تنا لن ا تنفق ون مم ا تحب وا وم تنفق
3 عليم به الله ن فا شيئ من
Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan (mewakafkan) sebagaian harta yang kamu sukai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran: 92)
ع+ل+ى 1و/ا +ع+او+ن 7 و+ت /م 7ث /إل ا ع+ل+ى 1و/ا +ع+او+ن ت + و+ال <ق/و+ى و+الت A7ر /ب /ع1د/و+ان7 ال 4 و+ال
Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian
tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan … (QS. Al Maidah: 2)
Landasan dari hadith
: مات اذا وسلم عليه الله صلى الله ل رسو ان عنه الله رضى هريرة ابى عن
او به ينتفع علم او رية جا صدقة من ااال ثة ثال من اال عمله عنه قطع ان نسان اال
( مسلم ( رواه له عو يد لح صا 5ولد
Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Apabila manusia telah
mati, terputuslah amal perbuatannya, kecuali dari tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu
pengetahuan yang dimanfaatkan atau anak yang shaleh yang mendoakannya.” (HR.
Muslim).
Para ulama menafsirkan sabda rasul ‘sedekah jariyah’ sebagai wakaf, bukan
sebagai wasiat memanfaatkan harta. Secara historis, wakaf mulai dipraktekkan sejak masa
Rasulullah saw, diantara buktinya ialah wakah Umar bin Khaththab ra sebagai warga
sederhana yang bersedia secara ikhlas atas petunjuk Nabi saw untuk mewakafkan satu-
satunya aset berharga yang dimilikinya berupa sebidang tanah di Khaibar untuk
kemaslahatan umat. Sebagaimana tertera dalam sebuah hadith :
3 Departemen Agama RI, Al Qur’ān, 3: 294 Depag RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang , 1995, hlm 1565 Imam Muslim, Shahih Muslim, Mesir, Isa al Baby al Halaby, Juz II, 1972, hlm. 14
3
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
ر اب�ن! ع ن� ال ع"م اب ق ص ر" أ ا ع"م ض) ر�
ي�ب ر أ أ ت ى ب!خ ل-ى الن-ب!ي- ف ص
ل-م ع ل ي�ه! الل-ه" ال و س ق ب�ت" ف ص ا أ ض) ر�
ب� ل م� أ اال) أ"ص! أ ن�ف س ق ط3 م
ن�د!ي ك ي�ف ع! ر" ف م"ال ب!ه! ت أ� ئ�ت إ!ن� ق ت ش! ب-س� ا ح ل ه ص�
د-ق�ت أ ت ص و
ا د-ق ب!ه ت ص ا ف ال أ ن� ع ل ى ب!ه
وه ب و ال ت"ب اع " ث و ال ت ور " اء! ف!ي ت ر ق ب ى ال�ف" ر� " ال�ق اب! و ق Eو الر
ب!يل! و ف!ي ه! س - ي�ف! الل - اب�ن! و الض ب!يل! و - اح ال الس ن م ن� ع ل ى ج"
ا ل!ي ه ا ي أ�ك"ل أ ن� و ن�ه وف! م! ع�ر" ي"ط�ع!م ب!ال�م ا و د!يق) ر ص � وEلP غ ي ت م م"
يه! 6( مسلم رواه) ف!
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ra., bahwa ‘Umar bin Khaţţāb
telah mendapatkan sebidang tanah di Khaybar. Lalu ia menghadap
Rasulullāh SAW, untuk memohon petunjuknya, apa yang sepatutnya
dilakukan buat tanah tersebut. ‘Umar berkata kepada Rasulullāh
SAW,: Ya Rasulullāh! Saya memperoleh sebidang tanah di Khaybar
dan saya belum pernah mendapat harta lebih baik dari tanah di
Khaybar itu. Karena itu saya mohon petunjukmu tentang apa yang
sepatutnya saya lakukan pada tanah itu. Rasulullāh SAW, bersabda:
“Jika engkau mau, maka tahanlah zat (asal) bendanya dan
sedekahkanlah hasilnya (manfaatnya)”. ‘Umar menyedekahkannya
dan mewasiatkan bahwa tanah tersebut tidak boleh dijual, tidak
boleh dihibahkan dan tidak boleh diwarisi. ‘Umar menyalurkan hasil
tanah itu bagi orang-orangorang fakir, keluarganya, membebaskan
budak, orang-orang yang berjuang di jalan Allah, orang-orang yang
kehabisan bekal di perjalanan dan tamu. Dan tidak berdosa bagi
orang yang mengurusi harta wakaf tersebut makan dari hasil wakaf
6 Ibid, hlm. 14
4
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
tersebut dalam batas kewajaran atau memberi makan orang lain
dari hasil wakaf tersebut”. (HR. al-Nasā’i)
Sumber-sumber menyebutkan bahwa wakaf Umar bin Khattab itu adalah wakaf
yang pertama dalam Islam.7 Imam Nawawi menarik beberapa kesimpulan penting dari
hadits di atas, diantaranya:
a. Hadits ini menjadi dasar sahnya wakaf dalam Islam.
b. Harta wakaf tidak boleh dijual atau dihibahkan atau diwariskan.
c. Syarat-syarat wakif (pemberi wakaf) perlu diperhatikan.
d. Pentingnya memberikan dana melalui wakaf kepada kaum muslimin.
e. Pentingnya mengadakan musyawarah dengan orang yang pandai untuk menetapkan pe
manfaatan suatu harta atau cara pengelolaan suatu kekayaan.
Sedangkan dalil Ijma, sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Al-Qurthuby
bahwasannya permasalahan wakaf adalah ijma (sudah disepakati) diantara para sahabat
Nabi; yang demikian karena Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Aisyah, Fathimah, Amr ibn
Al-Ash, Ibnu Zubair, dan Jabir, seluruhnya mengamalkan syariat wakaf, dan wakaf-wakaf
mereka, baik di Makkah maupun Madinah, sudah dikenal masyhur oleh khalayak ramai. 8
Imam Al-Baghawy dalam kitab Syarh Al-Sunnah juz 8 hal. 288, berkata: Bahwa
wakaf telah diamalkan oleh seluruh ulama, baik dari generasi sahabat, maupun orang
setelah mereka, seperti ulama mutaqaddimin; mereka tidak berselisih pandangan tentang
bolehnya wakaf tanah maupun wakaf harta-barang bergerak; para sahabat Muhajirin dan
Anshar melakukan wakaf, baik di Madinah maupun di daerah lainnya; tidak ada riwayat
satupun dari mereka yang mengingkari adanya syariat wakaf; bahkan tidak pernah ada
dari mereka yang mencabut kembali wakafnya dengan alasan dirinya masih
membutuhkannya.”
C. Historitas Wakaf
7 Isa al Halaby, Ianathut Thalibin, Kairo, III, hlm. 1588 Al Qurtuby, Tafsir al Qurtuby, Kairo: Dar al Katib al Arabi, 1387 H, hlm 339
5
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
1. Wakaf pada Zaman Rasulullah dan Shahabat
Sebenarnya praktik wakaf produktif sudah dimulai sejak zaman sahabat Nabi
Muhammad saw. Sahabat mewakafkan tanah pertanian untuk dikelola dan diambil
hasilnya, guna dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat. Beberapa sahabat terdekat Nabi
saw, bahkan berniat mewakafkan seluruh tanah perkebunan dan harta miliknya. Hal ini
bisa kita lihat bagaimana Umar bin Khathab dengan ihlas mewakafkan tanahnya yang ada di
Khaibar.9 Nabi Muhammad saw, pernah bersabda bahwa ada tiga perbuatan yang tak
putus pahalanya kendati orang itu sudah meninggal yakni anak shaleh, ilmu yang
bermanfaat, dan sedekah jariyah. Wakaf adalah sedekah jariyah yang dimaksud. Hal itu
karena manfaat wakaf mengalir terus. Berbeda dengan infak yang bermanfaat hanya
sesaat.
Pada periode awal harta wakaf hanya berbentuk benda-benda yang mempunyai
kekalan dzatnya. Benda atau harta wakaf tersebut diproduktifkan untuk kepentingan umat
Islam, baik untuk sarana ibadah maupun sosial sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat
Umar bin Khaththab. Oleh karena itu maka harta wakaf adalah penyerahan sebagian harta
untuk kepentingan umat Islam yang berlaku selama-lamanya. Dengan demikian, harta
wakaf adalah modal yang tak boleh berkurang. Sedangkan manfaatnya terus-menerus.
2. Wakaf pada Zaman Tabi'in
Pada abad kedua hijriah, di mana umat Islam mulai memasuki babak kemajuan,
wilayah Islam menyebar luas sampai ke Irak, Persia dan Afrika. Perkembangan peradaban
dan pemikiran mewarnai umat Islam dengan munculnya paradigma baru tentang cara
mengistinbathkan hukum. Seorang ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin al hadits
Imam Az-Zuhri (124 H) telah menetapkan fatwa bolehnya wakaf tunai (cash waqf), baik
dengan menggunakan dinar dan dirham untuk pembangunan sarana dakwah, sosial, serta
pendidikan umat Islam. Caranya, menjadikan uang itu sebagai modal usaha kemudian
menyalurkan keuntungannya untuk wakaf. Maka aset wakaf tidak hanya meliputi benda-
9 CD, Opcit, (Kitab al-Ahbas), 3542
6
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
benda yang tidak bergerak saja, benda-benda seperti uang, bahkan komoditas yang dapat
ditimbang dan ditakar sah dijadikan wakaf.
Dalam kitab ”Al-Is’af fi Ahkam Al-Awqaf”, Al-Tharablis mengungkapkan bahwa
sebagian ulama klasik merasa aneh ketika mendengar fatwa yang dikeluarkan oleh
Muhammad bin Abdullah al-Anshari, murid dari Zufar, sahabat Abu Hanifah, tentang
bolehnya berwakaf dalam bentuk uang kontan; dirham atau dinar, dan dalam bentuk
komoditas yang dapat ditimbang dan ditakar, seperti kurma dan gandum. Mereka merasa
heran karena tidak mungkin menyewakan benda-benda seperti itu. Oleh karena itu, mereka
mempermasalahkan dengan mempertanyakan apa yang dapat dilakukan dengan dana tunai
dirham. Atas pertanyaan ini Muhammad bin Abdullah al-Anshari menjelaskan dengan
mengatakan, “kita investasikan dana itu dengan cara mudharabah dan labanya kita
sedekahkan. Kita jual benda makanan itu, harta kita putar dengan usaha mudharabah
kemudian hasilnya disedekahkan”
Di kalangan Malikiyah telah populer pendapat yang membolehkan berwakaf dalam
bentuk uang tunai. Sebagaimana pernyataan Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ “Dan
para sahabat kita berbeda pendapat tentang berwakaf dengan dana dirham dan dinar. Mereka
yang membolehkan menpersewakan dinar dan dirham membolehkan berwakaf dengannya,
sedangkan yang tidak memperbolehkan mempersewakan tidak mewakafkannya.” Ibnu
Taimiyah dalam kitabnya 'Majmu' al-Fatwa', meriwayatkan satu pendapat dari kalangan
Hanabilah yang membolehkan berwakaf dalam bentuk uang dan hal yang sama dikatakan
pula oleh Ibnu Qudamah dalam kitabnya ”Al-Mughni”.
Dari beberapa uraian tadi, pemahaman yang dapat kita ambil bahwa wakaf benda-
benda yang tidak bergerak, termasuk uang dan bahan komoditi dari aspek fikih hukumnya
adalah diperbolehkan (jawaz).
3. Wakaf di Era Modern
7
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
Perkembangan kehidupan masyarakat yang cenderung berhadapan dengan
kehidupan global, maka perlu adanya sebuah alternatif untuk mengembangkan
perekonomian umat. Dalam Islam, pemberdayaan ekonomi bukan hanya bisa dilakukan
melalui zakat, infaq atau shadaqah, melainkan bisa juga melalaui wakaf yang dinilai
sebagai alternatif yang cukup memadai. Pada akhir abad ke-19, di beberapa negara
muslim seperti Aljazair, Mesir, Arab saudi, Yordania, bahkan negara Singapura dan
Srilanka yang notabene bukan tergolong negara muslim, telah mengembangakan sistem
pengelolaan wakaf secara profesional. Bahkan Akhir-akhir ini telah muncul wacana baru
dalam menggali potensi ummat yang bisa didayagunakan untuk membangun solidaritas
masyarakat melalaui konsep wakaf tunai (cash wakaf/waqf al-nuqud). 10
Di Era modern wakaf tunai sudah lama dipraktikkan. Misalnya di Mesir,
Universitas Al Azhar menjalankan aktivitasnya dengan menggunakan dana wakaf.
Universitas tersebut mengelola gudang atau perusahaan di Terusan Suez. Universitas Al
Azhar selaku nadzir atau pengelola wakaf hanya mengambil hasilnya untuk keperluan
pendidikan. Bahkan kemudian pemerintah Mesir meminjam dana wakaf Al Azhar untuk
operasionalnya. Di Qatar dan Kuwait, dana wakaf tunai sudah berbentuk bangunan
perkantoran. Areal tersebut disewakan dan hasilnya digunakan untuk kegiatan umat Islam.
Bisa dibayangkan bagaimana lembaga-lembaga pendidikan Islam semacam Al- Azhar
University di Kairo, Universitas Zaituniyyah di Tunis, serta Madaris Imam Lisesi di Turki
begitu besar dan mampu bertahan hingga kini meski mereka tak berorientasi pada
keuntungan. Mereka tak hanya mengandalkan dana pengembangan dari pemerintah,
melainkan pada wakaf tunai sebagai sumber pembiayaan segala aktivitas baik
administratif maupun akademis.
Eksperimen manajemen wakaf di Sudan dimulai pada tahun 1987 dengan
kembali mengatur manajemen wakaf dengan nama badan wakaf Islam untuk bekerja tanpa
ada keterikatakn secara biroktratis dengan kementrian wakaf. Badan wakaf ini telah diberi
10 Perwakafan di Yordania, Uswatun Hasanah, www.modalonline.com, 21 April 2004
8
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
wewenang yang luas dalam memanaj dan melaksanakan semua tugas yang berhubungan
dengan wakaf yang tidak diketahui akte dan syarat-syarat wakifnya. Pembaharuan
dilakukan pada sistem pengaturan pada program penggalakan wakaf tunai dan sistem
pengaturan pada manajemen dan investasi harta wakaf yang ada.
Belum lama ini, Kementrian Wakaf Kuwait melakukan penertiban semua
manajemen wakaf yang ada di Kuwait dalam bentuk yang hampir sama dengan apa yang
dilakukan di Sudan. Pada tahun 1993, kementrian wakaf sengaja membentuk semacam
persekutuan wakaf di Kuwait untuk menanggung semua beban wakaf, baik itu wakaf lama
maupun mendorong terbentuknya wakaf baru. Ada dua hal yang dilakukan, yaitu
membentuk manajemen investasi harta wakaf dan manajemen harta wakaf pada bagian
wakaf.
Istilah wakaf tunai kembali dipopulerkan oleh Prof. MA Mannan, seorang pakar
ekonomi syariah asal Bangladesh, melalui pendirian Social Investment Bank (SIB), bank
yang berfungsi mengelola dana wakaf.11 Di Indonesia sendiri, Majelis Ulama Indonesia
(MUI) tanggal 11 Mei 2002 menetapkan fatwa, bahwa wakaf tunai meliputi; Pertama,
wakaf tunai (cash wakaf / waqf al-nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok
orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Kedua, termasuk ke dalam
pengertian uang adalah surat-surat berharga. Ketiga, wakaf tunai hukumnya jawaz (boleh).
Keempat, wakaf tunai hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan
secara syar’i. Kelima, nilai pokok wakaf tunai harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan. Bahkan pemerintah melalui DPR juga telah
mengesahkan UU No. 41/2004 tentang wakaf, yang di dalamnya juga mengatur bolehnya
wakaf berupa uang (wakaf tunai).12
11 Achmad Junaidi & Thobieb Al Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, MA Press, Jakarta, 2006, vi12 Depag, Peraturan Perundangan Perwakafan, 2006.
9
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
D. Wakaf Tunai di Indonesia
Di Indonesia, praktek wakaf tunai (cash waqf) masih tergolong baru. Pondok
Pesantren Gontor di Jawa Timur merupakan salah satu contoh lembaga yang dibiayai dari
wakaf. Sedangkan yang tidak kalah monumental adalah Layanan Kesehatan Cuma-Cuma
(LKC) Dompet Dhuafa Republika. Lembaga otonom Dompet Dhuafa Republika ini
memberikan fasilitas permanen untuk kaum dhuafa di gedung berlantai empat, lengkap
dengan operasional medis 24 jam dan mobile-service. LKC adalah obyek wakaf tunai
yang efektif, memberi cercah harapan semangat hidup sehat kaum dhuafa. Dengan adanya
lembaga layanan kesehatan ini, golongan masyarakat yang dhuafa bisa memperoleh
haknya tanpa perlu dibebankan oleh biaya-biaya seperti halnya rumah –rumah sakit
konvensional.
Wakaf tunai dapat menjadi instrumen ekonomi untuk menyelesaikan masalah
perekonomian yang membelit. Paling tidak, wakaf tunai yang diperkenalkan oleh Prof Dr
MA Mannan melalui pendirian Social Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh.
SIBL menancapkan tonggak sejarah dalam dunia perbankan dengan mengenalkan Cash
Wakaf Certificate atau Sertifikat Wakaf Tunai. Menurutnya, melalui sertifikat ini SIBL
mengelola harta si kaya kemudian mendistribusikan keuntungannya kepada kaum papa.
Dapat dikatakan bahwa wakaf tunai ini merupakan sumber pendanaan yang dihasilkan
dari swadaya masyarakat karena sertifikat wakaf tunai ini adalah untuk menggalang
tabungan sosial serta mentransformasikannya menjadi modal sosial dan membantu
mengembangkan pasar modal sosial. Selanjutnya melalui sertifikat ini berarti menyisihkan
sebagian keuntungan dari sumber daya orang kaya kepada fakir miskin.
Dengan demikian akan menumbuhkan tanggung jawab sosial mereka pada
masyarakat sekitarnya yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan umat. Wakaf
tunai produktif dianggap sebagai sumber dana yang sangat bisa diandalkan untuk
menyejahterakan rakyat miskin.
10
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
E. Potensi Wakaf Tunai di Indonesia
Wakaf merupakan salah satu lembaga sosial ekonomi Islam yang potensinya
belum sepenuhnya digali dan dikembangkan. Potensi wakaf, terutama wakaf tunai
produktif dapat digunakan sebagai alternatif pendanaan pada masjid dan pondok pesantren
dalam rangka menuju kemandirian finansial yang bermuara pada kemaslahatan umat.
Umat Islam di Indonesia telah akrab dengan kata wakaf. Akan tetapi, keakraban
tersebut tidak membuat mereka mengerti benar tentang wakaf. Hingga kini, mereka
beranggapan bahwa wakaf hanyalah berupa masjid dan kuburan. Padahal wakaf telah
mengalami perkembangan, dan tampil dalam wujud lain, wakaf produktif atau wakaf
tunai. Wakaf tak hanya kuburan dan masjid namun potensi wakaf bisa dikembangkan
untuk hal produktif yang akan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat luas.
Bagi umat Islam Indonesia, wacana wakaf tunai produktif memang masih relatif
baru. Bisa dilihat dari peraturan yang melandasinya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru
memfatwakannya pertengahan Mei 2002. Selama ini, wakaf yang populer di kalangan
umat Islam Indonesia terbatas tanah dan bangunan yang diperuntukkan tempat ibadah,
rumah sakit dan pendidikan. Potensi wakaf tunai di Indonesia diperkirakan cukup besar.
Musthafa Edwin Nasution mengatakan bahwa potensi wakaf tunai yang bisa dihimpun
dari 10 juta penduduk muslim adalah sekitar Rp 3 triliun per tahun. Hal yang senada
disampaikan pula oleh Dian Masyita Telaga. Potensi wakaf tunai yang bisa dihimpun di
Indonesia mencapai Rp 7,2 triliun dalam setahun dengan asumsi jumlah penduduk muslim
20 juta dengan menyisihkan Rp 1.000 per hari atau Rp 30.000 tiap bulannya. Sedemikian
besarnya potensi yang dikandung, maka pengelolaan secara tekun, amanah, profesional
dan penuh komitmen tentu akan mampu melepaskan ketergantungan Indonesia terhadap
utang luar negeri.13
13 Suara Hidayatullah, Mei 2007
11
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
Dengan pengelolaan wakaf tunai secara proporsional, Indonesia tidak perlu lagi
berutang kepada lembaga-lembaga kreditor multilateral sebagai salah satu sumber
pembiayaan pembangunannya, karena dana wakaf tunai sendiri telah mampu melengkapi
penerimaan negara di samping pajak, zakat dan pendapatan lainnya. Melalui berbagai
pemikiran dan kajian, peran wakaf tunai tidak dalam pelepasan ketergantungan ekonomi
dari lembaga-lembaga kreditor multilateral semata, instrumen ini juga mampu menjadi
komponen pertumbuhan ekonomi.
Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, eksistensi instrumen sya -
riah ini akan sangat acceptable sehingga wakaf tunai diperkirakan akan memberikan
kontribusi besar bagi percepatan pembangunan di Indonesia. Dari perspektif teori ekonomi
makro, instrumen wakaf bisa dimasukkan ke dalam instrumen fiskal yaitu sebagai sumber
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Atau bisa pula dimasukkan ke dalam kategori
investasi jika pengeluaran untuk wakaf tidak dikelola oleh pemerintah tetapi oleh badan-
badan usaha milik swasta. Pendapatan nasional dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga,
pengeluaran untuk investasi oleh badan-badan usaha, pengeluaran pemerintah dan net
export (ekspor bersih). Investasi adalah fungsi dari tingkat bunga dan pengeluaran untuk
wakaf tunai. Sedangkan pengeluaran pemerintah merupakan fungsi dari wakaf tunai serta
penerimaan pajak sehingga perubahan pada investasi atau pengeluaran pemerintah akan
mengubah pula posisi pendapatan nasional. Pertambahan investasi atau peningkatan
pengeluaran pemerintah akan menggeser kurva IS ke kanan. Akibatnya adalah
peningkatan pendapatan nasional dengan asumsi ceteris paribus. Peningkatan pendapatan
nasional merupakan satu langkah maju menuju pemeratan pembangunan dan hasil-
hasilnya.
Wakaf tunai tidak hanya memberi kesempatan beramal pada orang – orang kaya
saja. Wakaf tunai akan memperbesar kesempatan bagi siapa pun untuk berwakaf. Tak
harus menunggu mereka sampai menjadi saudagar kaya atau tuan tanah, karena wakaf
tunai jumlahnya bisa variatif. Bila wakaf dalam bentuk bangunan atau rumah
membutuhkan dana besar atau melibatkan segelintir orang saja, wakaf tunai produktif bisa
12
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
menjangkau lapisan menengah. Kita bisa menyerahkan uang senilai Rp 500 ribu, Rp 1 juta
atau lebih. Dari segi jumlah tentu tak terlalu besar. Namun, banyak kalangan menengah
bisa melakukannya ketimbang menyumbangkan sebuah bangunan. Perolehan wakaf tunai
pun bisa jadi lebih besar. Bila ada sepuluh juta orang mampu mewakafkan Rp 1 juta, nilai
seluruhnya mencapai Rp 10 triliun. Dengan dana sebesar itu maka banyak hal yang bisa
dilakukan umat Islam. Dana wakaf bisa digunakan untuk mendirikan perusahaan, pusat
perbelanjaan, perkebunan, atau apa saja yang bernilai ekonomis.
F. Analisa
Adanya wacana bolehnya wakaf dengan uang (cash waqf) sebagaimana uraian di
atas, memperlihatkan adanya upaya yang terus menerus untuk memaksimalkan sumber
dana wakaf. Karena semakin banyak dana wakaf yang dapat dihimpun, berarti semakin
banyak pula kebaikan yang mengalir kepada pihak yang berwakaf. Dengan demikian,
pendapat ulama yang membolehkan berwakaf dalam bentuk uang, membuka peluang bagi
aset wakaf untuk memasuki berbagai macam usaha investasi seperti syirkah, mudharabah
dan lainnya. Dari berbagai pandangan ulama tentang wakaf tunai tersebut menunjukkan
adanya kehati-hatian para ulama dalam memberikan fatwa sah atau tidak sahnya suatu
praktek wakaf. Hal ini disebabkan harta wakaf adalah harta amanah yang terletak di
tangan nadzir pengelola wakaf). Sebagai harta amanah, maka nadzir hanya boleh
melakukan hal-hal yang mendatangkan kemaslahatan bagi harta wakaf. Berdasarkan
pertimbangan ini, jika kita akan memilih pendapat yang membolehkan berwakaf dalam
bentuk tunai, maka yang perlu dipikirkan adalah bagaimana langkah melakukan antisipasi
adanya resiko kerugian yang akan mengancam eksistensi dan kesinambungan aset wakaf.
Pengelolaan dana wakaf juga harus disadari merupakan pengelolaan dana publik
yang manfaatnya pun akan disalurkan kembali kepada publik. Untuk itu tidak saja
pengelolaaannya yang harus dilakukan secara profesional, akan tetapi juga budaya
transparansi serta akuntabilitas merupakan satu faktor yang harus diwujudkan.
Pentingnya budaya ini ditegakkan karena di satu sisi hak wakif atas aset (wakaf tunai)
13
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
telah hilang, sehingga dengan adanya budaya pengelolaan yang profesional, transparansi
serta akuntabilitas, maka beberapa hak konsumen (wakif) akan terpenuhi.
Hal yang sangat menarik untuk dicermati adalah, bahwa aset wakaf di Indonesia
yang sangat potensial, tetapi sampai saat ini asset itu belum mampu memberikan
sumbangan yang signifikan terhadap perekonomian umat. Salah satu faktor penyebabnya
adalah pengelola wakaf (nadzir) yang masih tradisional (kurang profesional) dan kurang
transparan. Padahal, nadzir sebagai pihak yang diberikan kepercayaan dalam mengelola
dan mendayagunakan wakaf. Peranan yang amat penting ini, jika tidak diimbangi dengan
profesionalitas yang memadai dan transparansi, maka asset wakaf yang begitu basar tidak
akan berfungsi secara optimal.
Kegiatan wakaf bagi sebagian besar kalangan Muslim di tanah air, masih
terfokus pada tanah dan bangunan. Padahal secara filosofis harta wakaf tak semestinya
didiamkan dan tidak memberikan hasil bermanfaat. Di atas pijakan filosofis ini, wakaf
seharusnya menumbuhkan dampak kesejahteraan bagi mereka yang berhak menerimanya
tanpa mengenal batas pula. Maka penulis sepakat dengan adanya wakaf tunai sebagai asset
produktif yang dipergunakan untuk kepentingan umat. Tetapi kita tahu bahwa mayoritas
masyarakat muslim Indonesia adalah bermadzhab Syafi’i, yang notabene tidak
memperbolehkan wakah uang merupakan kendala tersendiri yang harus dicermati. Oleh
karena itu perlu adanya sosialisasi yang terus-menerus sehingga tercipta sebuah
pemahaman yang fleksibel mengenai konsep wakaf tunai.
G. Kesimpulan
1. Dalil pensyariatan wakaf adalah berdasarkan Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’ sahabat
2. Hukum wakaf ada tujuan yang bersifat global yang mencakup pelaksanaan
kewajiban kepada Allah, berupa saling bekerja sama, bahu-membahu, dan saling
mencintai sesama muslimin; dan ada tujuan spesifik yang tercakup padanya
14
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
tercapainya keinginan pribadi pewakaf, baik pembelaan terhadap agama,
empowering, dan sosio-kultur masyarakat muslim.
3. Kaum muslimin generasi awal telah memberikan contoh teladan yang baik, baik
para pemimpinnya atau rakyatnya dalam mempraktikkan syariat wakaf, baik untuk
pengembangan ilmu maupun segala hal yang terkait dengannya, semisal
pembangunan sekolah-sekolah, perguruan tinggi, perpustakaan, dan yang lainnya.
4. Wakaf Tunai hukumnya boleh (jaiz), dan bisa berupa surat-surat berharga, giro dan
uang.
5. Solusi syar’iy untuk mengarahkan wakaf tunai untuk tujuan membantu berbagai
institusi Islam adalah sangat banyak, baik dalam segmen da’wah, politik dan
pemerintahan, maupun segmen pengembangan ekonomi Islam.
Han’s
15
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Junaidi & Thobieb Al Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta, MA Press,
2006
Abu Zahra Tanzim al lstam-li-'lmujtama'; Abu Saud, M, Main Features of Islamic
Economy (Arabic);
AI-Qardawi, Yusuf.: Fiqh al-Zakat, p. 43,. Vol. I and p. 851, Vol. 11: 1969.
Al Bakri, I’anatu Ath Thalibin, Kairo,: Isa Halabi, tt
Bukhari, Shahih al Bukhari, Mesir, Bulaq, 1314 H
Depag, Peraturan Perundangan Perwakafan, Jakarta, 2006
Harian Umum Republika, Mempertegas Pembangunan Ekonomi Kerakyatan, Nopember
2001.
Ibn-'Ashur, M. T., Principles of Social Organisation in Islam (Arabic), pp. 190-1970,
Maktabah al-Rasmiyeh, Tunis, 1964.
Lewis, W. A., The Theory of Economic Growth, London: 1963
MA. Manan, sertifikat Wakaf Tunai, Jakarta, Cyber, 2001
Mawdud Economic Problem of Man and its Islamic Solution. Maktabah Jamaat-ilslamic
Delhi.
Muslim, Shahih Musli, Dar Ath Thiba'ah al Amirah, 1329 H
Nahdh Misr and Abu Yusuf, Al-Kharaj, Al-Matba' al-Salafiya.
16
Wakaf Tunai (Cash Wakaf)
Qutb, Syed: Social Justice in Islam (Arabic Ghazali, M, Islam and Economic
Organisation (Arabic), Cairo; Copyright © Rumah Zakat Indonesia 11
Perwakafan di Yordania, Uswatun Hasanah, www.modalonline.com, 21 April 2004
Suara Hidayatullah, , Sukuk dan Pemberdayaan Wakaf, Juni 2007
Taimiyah, Ahmad bin, Majmu' al Fatawa, Ar Riyadh, 1382 H
Zadi, A. M., "The Role of Zakat in the Islamic System Economics of Curing the Poverty
Dilemma" in AMSS
Ziauddin Rees, M., Al-Kharaj in An Islamic State (Arabic);
17