Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan...

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar bekang Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca- inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah. Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dengan menggunakan metode, secara sistematis dan saling berkaitan antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lainya dimana terkadang adanya suatu realita yang akhirnya mampu menjelaskan Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 1

Transcript of Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan...

Page 1: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar bekang

Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa

terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu

oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi

itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah.

Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak

menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu

apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu

mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika

proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara

mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu

pengetahuan.

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dengan menggunakan

metode, secara sistematis dan saling berkaitan antara bidang ilmu yang satu

dengan bidang ilmu yang lainya dimana terkadang adanya suatu realita yang

akhirnya mampu menjelaskan tanda-tanda bahwa ilmu pengetahuan tersebut

dapat dimanfaatkan oleh manusia atau dapat merugikan manusia.Makin ilmu

pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan

(realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh

kenyataan (realitas).

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita

sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu

kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu

memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka

lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah

jawaban filsafati.

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 1

Page 2: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang

merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh

mungkin bagi manusia . Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat

pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari

segala kebenaran (Al-Kindi, 801 - 873 M).

Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio

yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas

filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan

kebijaksanaan universal.

Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentag

bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang

pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about thinking.

Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang

filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu

filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya,

karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya,

sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas.

Tapi justru karena itulah mengapa fisafat begitu layak untuk dikaji demi

mencari serta memaknai esensi kehidupan .

Dengan adanya berbagai macam pertanyaan maka munculah ahli – ahli

filosof , dimana pada makalah ini akan membahas tentang Aristoteles (384-

322 SM) yang mengalami puncak kejayaan filsafat di Yunani yang terkernal

dengan Logika Aristoteles.

B. Tujuan

Mengenal lebih lanjut tentang ahli filsafat pada zaman yunani kuno yaitu

Aristoteles (384-322 SM)dimana pemikiran aristoteles hingga saat ini banyak

digunakan dalam kehidupan sehari – hari yaitu tentang logika, metafisika ,

fisika , etika dan ekonomi .

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 2

Page 3: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal

makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau

hanya dengan panca indera manusia sekalipun.Bidang filsafat sangatlah

luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh

pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang

asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa

yang merupakan tujuan hidupnya. Filsafat menggunakan bahan-bahan

dasar deskriptif yang disajikan bidang-bidang studi khusus dan

melampaui deskripsi tersebut dengan menyelidiki atau menanyakan sifat

dasarnya, nila-nilainya dan kemungkinannya.Tujuannya adalah

pemahaman dan kebijaksanaan. Karena itulah filsafat merupakan

pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia. Suatu

bidang yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman

manusia.

Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas segala benda.

Oleh karena itu dia menamakan filsafat sebagai teologi. Filsafat sebagai

refleksi dari pemikiran sistematis manusia atas realitas dan sekitarnya,

tentunya tidak berdiri sendiri, tidak tumbuh diruang dan tempat yang

kosong. Lingkungan keluarga, sosial alam dan potensi diri akan ikut

mempengaruhi seseorang dalam melakukan refleksi filosofis. Oleh

karenanya dalam sejarah pemikiran manusia terdapat tokoh pemikir

ataupun filosof yang selalu saja muncul dari zaman ke zaman dengan

tema yang berbeda-beda . Aristoteles (381 SM-322 SM) mengatakan

bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung

didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan

estetika.

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 3

Page 4: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

Pembagian filsafat menurut Aristoteles

1. Logika yaitu tentang bentuk susunan pikiran

2. Filososfi teoritika yang diperinci atas

a. Fisika yaitu tentang dunia materiil (ilmu alam dan sebagainya)

b. Matematika yaitu tentang barang menurut kuantitasnya.

c. Metafiska yaitu tentang ada

d. Filosofia praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat)

e. Etika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup perorangan.

f. Ekonomi yaitu tentang kesusilaan dalam kekeluargaan.

g. Politika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup kenegaraan.

h. Filosofia poetika/aktiva (pencipta).

Pembagian ini meliputi seluruh ilmu pengetahuan waktu itu, jadi

apa yang sekarang dipandang termasuk ilmu pengetahuan,

dimasukkan didalamnya (khususnya bagian fisika). Sekarang

dengan tugas dibedakan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.

Maka pembagian filsafat seperti yang dikemukakan oleh

Aristoteles telah ketinggalan, jadi harus disesuaikan dengan

perkembangan.

B. Riwayat Aristoteles

Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Trasia, suatu kota di Yunani

Utara, bapaknya bernama Machon yang berpropesi sebagai dokter,

keluarganya adalagh orang-orang yang tertarik pada ilmu kedokteran, ia

banyak mempelajari filsafat, Matematika, Astronomi, Retorika dan ilmu-

ilmu lainnya. Pada usia 17/18 tahun Aristoteles dikirim ke Athena untuk

belajar di academia Plato. Ia tinggal disana sampai Plato meninggal dunia

pada tahun 347/348, jadi kita-kira 20 tahun ia belajar akepada Plato.

Sewaktu ia belajar di academia, ia menerbitkan beberapa karya. Selain itu

juga ia belajar ilmu astronomi kepada eudotos dan kaippos yang pada

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 4

Page 5: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

masa itu terkenal asebagai ahli astronomi. Aristoteles juga menmgajarkan

anggota-anggota akademoa yang lebih muda tentang logika dan retorika.

Di Athena ia mendirikan sekolah yang bernama Lyceum. Dari sekolah itu

banyak menghasilkan hasil penelitian yang tidak hanya dapat

menjelaskan prinsip-prinsip sains tetapi juga politik, retorika dan lain

sebagainya. Namun lama kelamaan posisi Aristoteles di Athena tidak

aman, karena aia orang asing. Lebih dari itu ia diisukan sebagai pnyebar

pengaruh yang bersifat subversif dan dituduh Atheis. Kemudian akhirnya

ia meninggalkan Athena dan pindah ke Cahalcis dan meninggal disana

pada tahun 322 SM.

Aristoteles adalah salah seorang yang pernah mengalahkan pemikiran-

pemikiran orang Yunani secara ilmiah dengan pernyataan-pernyataan

yang logis dan brilian, pernyataan-pernyataan tersebut aia peroleh melalui

diskusi dengan murid-muridnya. Keberhasilannya mengahsilkan

menyusun tekhnik berfikir sistematis dan benar sekaligus hukum-

hukumnya, telah mengangkatnya mejadi guru pertama logika di dunia

sampaikemasaini.

C. Pandangan Aristoteles

Aristoteles sependapat dengan gurunya Plato, yaitu tujuan terakhir

daripada filosofi adalah pengetahuan tentang wujud/adanya dan yang

umum. Dia juga mempunyai keyakinan tentang kebenaran yang

sebenarnya hanya dapat dicapai dengan jelas pengertian, bagaimana

memikirkan adanya itu? Menurut Aristoteles adanya itu tidak dapat

diketahui dari materi benda belaka, tidak pula dari pemikiran yang

bersifat umum semata. Seperti pendapat Plato tentang adanya itu terletak

dalam barang satu-satunya, selama barang tersebut ditentukan oleh yang

umum. Pandangannya juga yang realis dari pandanganan Plato yang

selalu didasarkan pada yang abstrak. Ini semua disebabkan dari

pendidikannya diwaktu kecil yang senantiasa mengharapkan adanya bukti

dan kenyataan. Ia terlebih dahulu memandang yang konkrit, bermula dari

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 5

Page 6: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

mengumpulkan fakta-fakta yang ada kemudian disusun menurut ragam

dan jenis atau sifatnya dalam suatu sistem setelah itu ia meninjaunya

kembali dan disangkutpautkan satu sama lain.

Bila orang-orang shopis banyak yang menganggap manusia tidak akan

mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam metaphysics

menyatakan abahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Tuhan itu

menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak

berhubungan dengan (idak memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona, ia

tidak memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan

kita tidak usah mengharapkan ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan

tertinggi dan kita mencontoh ke sana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran

kita.

Pandangan filsafatnya tentang etika adalah bahwa etika adalah sarana

untuk mencapai kebahagiaan dan merupakan sebagai barang yang

tertinggi dalam kehidupan. Etika dapat mendidik manusia supaya

memiliki sikap ayang pantas dalam segala perbuatan. Lebih lanjut ia

menjelaskan bahwa kebaikan terletak ditengah-tengah antara dua ujung

yag paliang jauh. Contohnya pemberani adalah sifat baik yang terletak di

antara pengecut dan nekad, dermawan terletak di antara kikir adan

pemboros, renadah hati terletak diantara  berjiwa budi dan sombong, dan

lain sebagainya. Orang harus pandai mengusai diri agar tidak terombang-

ambing oleh hawa nafsu.

Namun, dalam pemahamannya selain dalam permasalahan etik ia juga

menyinggung masalah  tentang nilai-nilai matematika, fisika, astronomi

dan filsafat. Ia menyatakan bahwa putra-putri semu warga negara

sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan mereka, sesuatu pandangan

mereka yang sama dengan doktrin Plato tentang keberadaan individual,

disiplin merupakan hal yang essensial untuk mengajarkan para pemuda

dan kaum laki-laki muda untuk mematuhi perintah-perintah dan

Mengendalikan gerakan hati mereka.

Aristoteles seorang filusuf yang terbesar, memberikan definisi bahwa

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 6

Page 7: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

manusia itu adalah hewan yang berakal sehat yang mengeluarkan

pendapatnya yang bebicara berdasarkan akal pikirannya. (the animal that

reasons)

Dia pun mengajukan rumusan lain yaitu manusia itu adalah hewan yang

berpolitik (zoon politicion, political animal) hewan yang membangun

masyarakat diatas family-family menjadi pengelompokkan yang

impersonal dari opada kamapung dan negara. Ditambahnya pula bahwa

manusia itu political karena dia memiliki bahasa. Hal ini membawa

kepada kesimpulan bahwa semua hewan sosial (social animal) seperti

lebah dan semut, mempunyai beberapa pengucapan  atau komunikasi.

Akan tetapi Aristoteles selanjutnya menerangkan pula bahwa keadilan

umpamanya tanpa idea-idea termaksud maka jenis masyarakat hewan

sering mempunyai organisasi yang menarik perhatian dan prilaku para

anggotanya tertib dalam pengertian garis-garis insting yang terbatas, akan

tetapi kita tidak berpendapat bahwa hewan-hewan tersebut tidak

menginsafi aturan-aturan dan mengubahnya dari waktauke waktu mereka

tetap tidak pernah beruasaha memikirkan suatu cita keadilan.

D. Pemikiran Aristoteles Tentang Filsafat

Pemikiran kefilsafatan memiliki cirri-ciri khas (karateristik) tertentu,

sebagian besar filosof berbeda pendapat mengenai karateristik pemikiran

kefilsafatan. Apabila perbedaan pendapat tersebut dipahami secara teliti

dan mendalam, maka karateristik pemikiran kefilsafatan tersebut terdiri

dari:

1. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, pemikiran yang meliputi

beberapa sudut pandang. Pemikiran kefilsafatan meliputi beberapa

cabang ilmu, dan pemikiran semacam ini ingin mengetahui hubungan

antara cabang ilmu yang satu dengan yang lainnya. Integralitas

pemikiran kefilsafatan juga memikirkan hubungan ilmu dengan moral,

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 7

Page 8: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

Senidan pandanganhidup.

2. Mendasar, artinya pemikiran mendalam sampai kepada hasil yang

fundamental (keluar dari gejala). Hasil pemikiran tersebut dapat

dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan masalah-masalah keilmuan

(science).

3. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar

bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya dan hasil pemikirannya selalu

dimaksudkan sebagai medan garapan (obyek) yang baru pula.

Keadaan ini senantiasa bertambah dan berkembang meskipun

demikian bukan berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan,

karena tidak pernah selesai seperti ilmu-ilmu diluar filsafat.

Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas segala benda.

Oleh karena itu dia menamakan filsafat sebagai teologi. Filsafat

sebagai refleksi dari pemikiran sistematis manusia atas realitas dan

sekitarnya, tentunya tidak berdiri sendiri, tidak tumbuh diruang dan

tempat yang kosong. Lingkungan keluarga, sosial alam dan potensi

diri akan ikut mempengaruhi seseorang dalam melakukan refleksi

filosofis. Oleh karenanya dalam sejarah pemikiran manusia terdapat

tokoh pemikir ataupun filosof yang selalu saja muncul dari zaman ke

zaman dengantemayangberbeda-beda.

Aristoteles (381 SM-322 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu

yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu

metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

Pembagianfilsafat menurut Aristoteles

1. Logika yaitu tentang bentuk susunan pikiran.

2. Filosofia teoritika yang diperinci atas

a. Fisika yaitu tentang dunia materiil (ilmu alam dan sebagainya).

b. Matematika yaitu tentang barang menurut kuantitasnya.

c. Metafisika yaitu tentang ada.

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 8

Page 9: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

3. Filosofia praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat)

a. Etika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup perorangan.

b. Ekonomi yaitu tentang kesusilaan dalam kekeluargaan.

c. Politika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup kenegaraan.

4.Filosofia poetika/aktiva (pencipta)

Pembagian ini meliputi seluruh ilmu pengetahuan waktu itu, jadi apa yang

sekarang dipandang termasuk ilmu pengetahuan, dimasukkan didalamnya

(khususnya bagian fisika). Sekarang dengan tugas dibedakan antara

filsafat dan ilmu pengetahuan. Maka pembagian filsafat seperti yang

dikemukakan oleh Aristoteles telah ketinggalan, jadi harus disesuaikan

dengan perkembangan modern.

E. Karya Aristoteles

Karya Aristoteles amat banyak dan terwariskan kepada kita. Ia bukan

saja ahli filsafat, akan tetapi ahli semua ilmu yang terkenal pada waktu

itu. Biasanya karya Aristoteles dibagi atas empat golongan:

1. Logika : biasanya disebut organon (alat) membentangkan tentang

pengertian, putusan, syllogismus, bukti dan lain-lainnya.

2. Fisika : tentang alam, langit, bintang, hewan, jiwa dan lain-lainnya.

3. Metafisika : buku-buku yang terutama tentang filsafat.

4. Pengetahuan praktis : Ethica Eudemia, Ethica Nichomachea, kedua-

keduanya tentang tingkah laku, Republica Atheniensium (tatanegara

Atena), Rhetorica (tentang berceramah dan berpidato) dan Poetica.

1) Logika

Buah ajaran Aristoteles tentang logika berdasarkan ajaran tentang

jalan pikiran (ratiocinium) dan bukti. Jalan pikiran itu baginya

berupa syllogismus, yaitu putusan dua yang tersusun demikian rupa

sehingga melahirkan putusan yang ketiga.

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 9

Page 10: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

2) Ontologia

Ajaran Aristoteles tentang fisika dan metafisika umum (ontologia)

tidak selalu dapat dibeda-bedakan atau dipisah-pisahkan. Yang

penting bagi kita ialah metafisikanya. Menurutnya yang sungguh-

sungguh ada itu bukanlah yang umum, melainkan yang khusus,

satu per satu.

3) Hule dan Morfe

Unsur yang menjadi dasar permacam-macaman ini disebut oleh

Aristoteles hule, adapun unsur kesatuan itu sebutnya morfe. Tiap-

tiap benda yang konkrit terdiri dari hule dan morfe, karena hulenya

maka benda itu benda itulah (bukan benda yang lain), karena

morfenya mempunyai inti dan dari itu termasuk pada suatu macam

dan dapat ditangkap oleh budi. Jadi menurut saya hule dan morfe

saling mengisi dan ada keterkaitannya. Hule dan morfe ini

merupakan satu kesatuan dan tak dapat dipisahkan, tak ada hule

tanpa morfe, begitu pula sebaiknya.

4) Aktus dan Potensia

Pontesia ialah dasar kemungkinan, sedangkan aktus ialah dasar

kesungguhannya. Barang sesuatu mungkin karena potensinya. Ia

sudah ada karena aktusnya. Dalam hal yang konkrit itu maka hule

merupakan potensia sedangkan morfenya merupakan aktus

5) Abstraksi

Idea tidaklah merupakan realitas tersendiri didunia sendiri,

melainkan sifat-sifat yang sama terdapat pada hal-hal yang

kongkrit. Oleh karena semua hal yang semacam itu memiliki sifat

itu, maka umumlah, oleh karena semua hal yang semacam itu harus

memiliki sifat itu, maka mutlaklah ia, tetap tak berubah.

6) Antropologi dan Etika

Filsafat Aristoteles tentang manusia sebetulnya tidak begitu terang

seperti ajarannya tentang hal-hal diatas. Baginya manusia itu hal

yang istimewa ia membeda-bedakan ada menurut kesempurnaan

masing-masing. Ada terdapat ada segitu saja seperti logam dan

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 10

Page 11: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

lain-lain, terdapat pula ada hidup vegetatif, seperti tumbuh-

tumbuhan, terdapat pula yang kecuali ada dan hidup vegetatif

masih berasa, jadi sensitif, seperti binatang. Manusia disamping

kesempurnaan ada yang ketiga diatas itu masihlah pula berbudi.

Manusia tidak hanya ada saja dan pula hidup vegeatif serta sensitif,

melainkan juga rasionil. Baginya yang sensitif dan vegetatif itu

kena rusak maka karena itu akan mati, adapun rasionil tidaklah

kena mati, karena merupakan roh. Bagian yang roh dan bagian

yang mendukung budinya ini akan terus ada, setelah manusia

meninggal.

Menurut Aristoteles tujuan tertinggi yang dicapai ialah

kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan ini bukan kebahagiaan

yang subjektif, tetapi suatu keadaan yang sedemikian rupa,

sehingga segala sesuatu yang termasuk keadaan bahagia itu

terdapat pada manusia. Tujuan yang dikejar adalah demi

kepentingan diri sendiri, bukan demi kepentingan orang lain. Isi

kebahagiaan tiap makhluk yang berbuat ialah, bahwa perbuatan

sendiri bersifatnya khusus itu disempurnakan. Jadi kebahagiaan

manusia terletak disini, bahwa aktifitas yang khas miliknya sebagai

manusia itu disempurnakan. Padahal cirri khas manusia ialah

bahwa ia adalah makhluk rasional. Jadi puncak perbuatan

kesusilaan manusia terletak dalam perkiraan murni. Kebahagiaan

manusia yang tertinggi, yang dikejar oleh tiap manusia ialah

berpikir murni. Tetapi puncak itu hanya dicapai oleh para dewa,

manusia hanya dapat mencoba mendekatinya dengan mengatur

keinginannya.

Aristoteles menganggap Plato (gurunya) telah menjungkir-balikkan

segalanya. Dia setuju dengan gurunya bahwa kuda tertentu

“berubah” (menjadi besar dan tegap, misalnya), dan bahwa tidak

ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga setuju bahwa bentuk

nyata dari kuda itu kekal abadi. Tetapi idea-kuda adalah konsep

yang dibentuk manusia sesudah melihat (mengamati, mengalami)

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 11

Page 12: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

sejumlah kuda. Idea-kuda tidak memiliki eksistensinya sendiri:

idea-kuda tercipta dari ciri-ciri yang ada pada (sekurang-

kurangnya) sejumlah kuda. Bagi Aristoteles, idea ada dalam benda-

benda.

Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal.

Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan

akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang

kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal

bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan

bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya oleh

pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang

merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-

makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia

mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia

tidak ada idea-bawaan.

Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan

kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru,

yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Dalam

metode rasional-deduktif dari premis dua pernyataan yang benar,

dibuat konklusi yang berupa pernyataan ketiga yang mengandung

unsur-unsur dalam kedua premis itu. Inilah silogisme, yang

merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang filsafat yang

secara khusus menguji keabsahan cara berfikir. Logika dibentuk

dari kata,, dan berarti sesuatu yang diutarakan.

Daripadanya logika berarti pertimbangan pikiran atau akal yang

dinyatakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.

Dalam metode empiris-induktif pengamatan-pengamatan indrawi

yang sifatnya partikular dipakai sebagai basis untuk berabstraksi

menyusun pernyataan yang berlaku universal.

Aristoteles mengandalkan pengamatan inderawi sebagai basis

untuk mencapai pengetahuan yang sempurna. Itu berbeda dari

Plato. Berbeda dari Plato pula, Aristoteles menolak dualisme

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 12

Page 13: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

tentang manusia dan memilih “hylemorfisme”: apa saja yang

dijumpai di dunia secara terpadu merupakan pengejawantahan

material (“hyle”) sana-sini dari bentuk (“morphe”) yang sama.

Bentuk memberi aktualitas atas materi (atau substansi) dalam

individu yang bersangkutan. Materi (substansi) memberi

kemungkinan (“dynamis”, Latin: “potentia”) untuk

pengejawantahan (aktualitas) bentuk dalam setiap individu dengan

cara berbeda-beda. Maka ada banyak individu yang berbeda-beda

dalam jenis yang sama. Pertentangan Herakleitos dan Parmendides

diatasi dengan menekankan kesatuan dasar antara kedua gejala

yang “tetap” dan yang “berubah”.

Dalam konteks ini dapat dimengerti bila Aristoteles ada pada

pandangan bahwa wanita adalah “pria yang belum lengkap”.

Dalam reproduksi, wanita bersifat pasif dan reseptif, sedang pria

aktif dan produktif. Semua sifat yang aktual ada pada anak

potensial terkumpul lengkap dalam sperma pria. Wanita adalah

“ladang”, yang menerima dan menumbuhkan benih, sementara pria

adalah “yang menanam”. Dalam bahasa filsafat Aristoteles, pria

menyediakan “bentuk”, sedang wanita menyumbangkan

“substansi”.

Dalam makluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia), bentuk diberi

nama “jiwa” (“psyche”, Latin: anima). Tetapi jiwa pada manusia

memiliki sifat istimewa: berkat jiwanya, manusia dapat

“mengamati” dunia secara inderawi, tetapi juga sanggup

“mengerti” dunia dalam dirinya. Jiwa manusia dilengkapi dengan

“nous” (Latin: “ratio” atau “intellectus”) yang membuat manusia

mampu mengucapkan dan menerima “logoz”. Itu membuat

manusia memilki bahasa.

Pemikiran Aristoteles merupakan harta karun umat manusia yang

berbudaya. Pengaruhnya terasa sampai kini, — itu berkat kekuatan

sintesis dan konsistensi argumentasi filsafatinya, dan cara kerjanya

yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data.

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 13

Page 14: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

Singkatnya, ia berhasil dengan gemilang menggabungkan

(melakukan sintesis) metode empiris-induktif dan rasional-deduktif

tersebut diatas.

Aristoteles adalah guru Iskandar Agung, raja yang berhasil

membangun kekaisaran dalam wilayah yang sangat besar dari

Yunani-Mesir sampai ke India-Himalaya. Dengan itu, Helenisme

(Hellas = Yunani) menjadi salah satu faktor penting bagi

perkembangan pemikiran filsafati dan kebudayaan di wilayah timur

tengah juga .

Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh

untuk mempelajari realitas. Studi tentang logika atau pengetahuan

tentang penalaran, berperan sebagai organon (“alat”) untuk sampai

kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk selanjutnya

diolah dalam theoria yang membawa kepada praxis. Aristoteles

mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak langsung

mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani, zoologi,

ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika. Ada benang merah yang

nyata, antara sumbangan pemikiran dalam Physica (yang

ditulisnya), dengan Almagest (oleh Ptolemeus), Principia dan

Opticks (dari Newton), serta Experiments on Electricity (oleh

Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology (ditulis oleh Lyell),

dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin). Masing-

masing merupakan produk refleksi para pemikir itu dalam situasi

dan tradisi yang tersedia dalam zamannya masing-masing.

Dari segi rujukan (reference), nama diri mengacu kepada

"substansi", sementara yang dirujuk oleh kata sifat yang universal

adalah nama kelompok. Bertrand Russell mengambil contoh

permainan sepak bola untuk menjelaskan teori universalitas dan

partikularitas ini. Permainan sepak bola adalah suatu universalitas

karena merujuk kepada suatu aspek global atau aspek yang

mendunia karena tidak terikat kepada kontek ruang dan waktu

dimana permainan itu dilansungkan. Sementara mengatakan bahwa

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 14

Page 15: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

permainan sepak bola tanpa eksisnya pemain yang memainkan olah

raga itu, maka hal itu tidak bisa diterima akal. Pemain sepak bola

merupakan partikularitas sejauh dia terikat kepada person, manusia,

dalam kontek kapan dan dimana manusia itu bermain. Dan itu

merupakan hal yang partikular. Ronaldo, Zidane, Beckham dan

lain-lain merupakan partikularis.

Zidane akan tetap Zidane meski selama hidupnya dia tidak pernah

menjadi pemain sepak bola. Zidane tidak akan berhenti menjadi

dirinya hanya karena dia kebetulan tidak pernah senang olah raga

apapun. Begitu pun sebaliknya, sepak bola akan tetap eksis meski

Zidane atau Ronaldo tidak pernah lahir ke dunia. Dengan cara ini,

Aristoteles membuktikan ketiadaaan hubungan timbal balik antara

Universalitas dan partikularis.

Namun penting dicatat, tidak berarti universalitas bisa hadir tanpa

subyek yang partikular, begitupun partikularitas tidak mungkin

muncul tanpa universalitas. Dengan kata lain, sepak bola bisa tetap

eksis meski tanpa Zidane, akan tetapi tidak mungkin eksis tanpa

ada orang yang memainkannya sama sekali. Sama halnya dengan

kita mengatakan bahwa biru masih bisa eksis meski tidak ada langit

atau lautan yang merepresentasikan kualitas warna tersebut, karena

warna biru bisa melekat pada benda lain. Namun tidak mungkin

warna tersebut eksis tanpa suatu subyek yang menampung

keberadaannya. Suatu subyek itulah partikularitas, dan warna biru

adalah universalitas. Kualitas warna biru, dengan demikian,

merupakan universalitas yang melekat pada partilukularitas, seperti

langit, lautan, atau pada suatu baju.

Contoh lain, "Moh. Sanusi adalah mahasiswa Ushuluddin yang

Bodoh, Sementara Fulan adalah mahasiswa Ushuluddin yang

Pandai." Dengan cara pandang Aristoles, "Moh. Sanusi" dan

"Fulan" adalah partikular, dan karenanya merupakan substansi,

sementara "Bodoh" dan "Pandai" merupakan universalitas, dan

karenanya bukan merupakan substansi, sebab sewaktu-waktu bisa

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 15

Page 16: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

hilang dari kedua orang tersebut, ketika Fulan belajar dengan giat

sementara Moh. Sanusi tidak lagi mau belajar.

Dalam analisis lebih jauh, setiap benda, selain mempunya dimensi

sifat-sifat universal yang melekat pada suatu subyek, dalam dirinya

subyek itu juga mempunyai bahan dasar (substratum) dimana

kepadanya aspek universal tadi melekat. Inilah yang diklaimnya

sebagai substansi. Suatu bahan dasar yang tidak lenyap meski sifat-

sifat unirvesal tadi telah lenyap. Contoh tambahan, misalnya

Aristoteles menjadi uban atau botak di hari tuanya, tidak seperti

ketika di masa muda dia memiliki rambut hitam yang lebat. Dalam

teori ini, dia akan tetap sebagai Aristoteles. Akan tetapi beda

apabila Aristoteles berubah menjadi seekor Kodok, dimana hal ini

tentu saja berbeda dengan ketika Aristoteles masih sebagai manusia

atau filosof, maka dia tidak lagi bisa dikatan Aristoteles, sebab

bahan dasar yang partikular tadi telah berubah atau lenyap.

Pemikiran ini menyisakan celah dan kelemahan, sebab

partikularitas yang diasumsikan Aristoteles sebagai substansi,

justru kabur dan tidak bisa teridentifikasi secara obyektif.

Mengatakan bahwa subyek yang menanggung atribut universalitas

bisa saja melepaskan universalitasnya itu tanpa kehilangan dimensi

partikularitasnya adalah pemikiran yang cacat, sebab bagaimana

kita bisa mendeteksi partikularitas itu kecuali sebuah entitas yang

juga dimiliki masing-maisng individu. Entitas personal pada diri

Moh. Sanusi misalnya, adalah entitas yang juga dimiliki oleh orang

lain. Katakanlah hidung, mata, alis, atau hal yang berkaitan dengan

organ tubuh adalah juga dimiliki orang lain. Dalam hal ini kedirian

(personality) Moh. Sanusi sama seperti kedirian Fulan, Aristoteles

atau orang lain, yang juga sama-sama memiliki mata, hidung,

mulut dan organ lainnya. Lalu dengan apa kita bisa mengatakan

bahwa Moh. Sanusi dan Fulan merukan dua pribadi yang masing-

masingnya diidentifikasi sebagai yang partikular, dan karenanya

memiliki substansi berbeda? Benarkah jika kita mengatakan bahwa

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 16

Page 17: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

Moh. Sanusi dan Fulan merupakan universalitas, karena keduanya

tidak benar-benar memiliki hal yang partikular yang khas dalam

dirinya sendiri?.

Dalam hal ini, kesalahan Aristoteles adalah tidak merinci secara

detail mana atribut dari subyek yang diasumsikan sebagai

partikular. Pengaburan standar ini berbahaya karena berpotensi

terjebak kepada category mistake seperti yang disinyalir Gilbert

Ryle. Kategori hidung, mata, telinga, dan organ lainnya tidak

seharusnya dilihat sebagai yang partikular lagi karena dalam skop

manusia, organ-organ tersebut masih bersifat universal. Begitupun

jiwa, pengalaman, emosi, ide atau situasi mental yang terdapat

dalam masing-masing orang. Setiap orang memiliki hal tersebut,

dan dalam hal tertentu, pengalaman mereka masih bisa dikatakan

universal, bukan partikular. Pengalaman cinta, misalnya, adalah

gejala universal. Lalu sampai sejauh mana Moh. Sanusi dan Fulan

memiliki pengalaman cinta yang sama dan bersifat partikular?

Inilah yang dilalaikan Aristoteles, bahwa detail atau standar yang

obyektif belum dia upayakan dalam pembedaan (distance) yang

jelas (distinct).

Forma Dan materi

Persoalan selanjutnya dalam metafisika Aristoteles adalah

pembedaan forma (form) dan materi (matter). Materi di sini bukan

dalam pengertian materi yang berlawanan dengan jiwa, akan tetapi

materi yang berlawanan dengan forma atau bentuk. Sama seperti

kasus universalitas dan partikularitas di atas, persoalannya pada

mulanya sederhana. Yakni pilihan Aristoteles menarik garis

demarkasi atau pembedaan antara forma atau bentuk dengan

materi. Seperti yang dicontohkan Bertrand Russell, tentang sebuah

arca yang terbuat dari pualam. Dalam hal ini pualam adalah materi,

sementara bentuk arca yang diciptakan oleh seorang pemahat

merupakan forma. Atau mengambil contoh dari Aristoteles, jika

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 17

Page 18: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

seorang membuat bola perunggu, maka perunggu adalah materi,

dan sifat kebolaan atau bundar adalah forma. Dalam kasus lain, kita

bisa mengatakan bahwa paku yang bentuk bulat-lonjong adalah

paku. Baja yang merupakan bahan dari paku adalah materi,

sementara bulat-lonjong yang merupakan dimensi dari paku adalah

forma.

Dalam pandangan Aristoteles, berkat forma, materi bisa menjadi

suatu tertentu, dan inilah substansi sesuatu. Sesuatu materi harus

terbatas, dan batas inilah yang dia sebut formanya. Kita tidak bisa

melihat materi tanpa sekaligus melihat formanya. Karena forma

adalah aktualitas dari setiap materi yang ditangkap oleh indera.

Perubahan dari pualam menuju arca adalah perubahan forma, yang

dengan itu berarti merupakan perubahan dari potensialitas menuju

aktualitas. Sebab, dalam bagian tertentu, pualam tadi tidak

mengalami perubahan seperti keadaannya semula sebagai

bongkahan batu.

Sejauh ini, konsep ini memang sangat masuk akal. Akan tetapi

dalam perkembangan selanjutnya, banyak kekeliruan yang patut

kita cermati. Seperti apa yang dikatakan Aristoteles bahwa forma

merupakan substansi, dan oleh karenanya bukan universal. Dan

kerena forma merupakan substansi, maka konsekuensi logisnya

forma tidak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, karena

semua substansi tidak akan pernah bisa dirujuk dalam konteks

universalitas. Kelemahannya adalah bahwa bukan mustahil

manusia menciptakan forma yang persis sama antara satu benda

dengan benda yang lain. Bukan hanya itu, manusia modern, dengan

bantuan mesin cetak atau mesin produksi berteknologi tinggi, bisa

menciptakan forma yang sama meski dengan materi yang berbeda.

Sebagai contoh, dua Patung tokoh terkenal yang terbuat dari lilin

dan patung yang terbuat dari perunggu bisa dijadikan contoh. Dari

segi materi, lilin dan perunggu jelas berbeda, akan tetapi bukan

perkara sulit membuat patung dari kedua bahan berbeda tersebut ke

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 18

Page 19: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

dalam bentuk kembar yang persis sama.

Sampai di sini, pendirian Arisoteles bahwa tidak mungkin ada

forma yang persis sama, telah runtuh. Dan pandangan Aristoteles

sendiri bahwa forma merupakan substansi yang darinya benda-

benda mengaktualkan dirinya otomatis juga kehilangan

relevansinya secara signifikan. Jika forma betul-betul substansi,

tentu tidak ada kemiripan antara yang satu dengan yang lain karena

substansi tidak mungkin diduplikasi. Dengan catatan bahwa kita

menganalisa persoalan ini dengan kosisten mengadopsi sistem

pemikiran Aristoteles sendiri tentang partikularitas dan

universalitas seperti yang diuraikan di atas.

Selanjutnya dikatakan bahwa forma tidak diciptakan, yang

dilakukan hanyalah menyatukan materi dan forma, karena menurut

Aristoteles forma adalah eksis sebagai faktor mendasar untuk

mengaktualisasikan potensi materi. Dalam kasus arca pualam,

potensi adalah pualamnya, sementara aktualisasinya merupakan

forma atau bentuk arca. Yang dilakukan pemahat hanyalah

menggabungkan keduanya, yakni materi dan forma, bukan

menciptakan. Berbagai hal meningkat aktualisasinya karena

menerima forma; materi tanpa forma hanya berupa potensi,

demikian pemikiran Aristoteles.

Hal ini juga rancu karena bagaimana mungkin forma lebih real dari

materi hanya karena alasan bahwa forma merupakan substansi yang

terpisah dari materi. Dalam hal ini Aristoteles belum sampai

kepada alternatif pemikiran bahwa forma sebenarnya merupakan

aksiden saja dari adanya materi. Konsekuensi logis bahwa apa bila

materi ada, maka forma juga ada sebagai akibat dari eksistensinya.

Kedua hal ini tidak bisa saling mendahului, apa lagi dibalik, dengan

mengatakan ketika forma tercipta, maka eksistensi materi

kemudian teraktualisasi.

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 19

Page 20: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

Indra kita tidak bisa berinteraksi dengan materi tertentu tanpa

berurusan dengan forma sekaligus materinya. Tangan manusia

tetap mampu menyentuh suatu materi dengan tangannya, atau

membaui dengan hidungnya, meski forma itu sendiri tidak

diketahui dengan jelas. Tapi bukan berarti formanya tidaka ada.

Begitupun bagi orang buta, forma bagi orang buta tidak bisa dinilai

eksis, atau minimal lebih eksis materinya ketimbang formanya,

namun jelas hal itu merupakan pandangan yang jauh dari sikap

obyektif.

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 20

Page 21: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

BAB III

PENUTUP

Dengan demikian, persoalan forma dan dalam sistem filsafat Aristoteles kemudian

tidak bisa mengabaikan unifikasi, yakni saling hubungan, dan bukan distansi. Tidak

ada yang lebih real antara materi dan forma, karena semuanya satu tanpa dapat

didistorsi ke dalam superioritas satu entitas saja. Dalam hal ini, pernyataan

Aristoteles bahwa forma lebih real ketimbang materi telah tertolak.

Maka jelaslah, inkonsistensi dalam pemikiran metafisika Aristoteles, khususnya

dalam pembahasan tentang tema-tema yang dibahas seperti di atas. Diferensiasi yang

dibuat olehnya terbukti mulai tidak proporsional, seperti yang diuraikan dalam

pembahasan tentang forma dan materi di atas. Oleh karena itulah, kritik di sini layak

dilihat sebagai pembacaan terhadap kemungkinan lain dari seorang pemikir besar

Yunani Kuno.

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 21

Page 22: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

BIOGRAFI PENULIS

NAMA : Ns. ARI SUSIANI,Skep

TEMPAT/TGL LAHIR : TEGAL/ 9 FEBRUARI 1979

ALAMAT KANTOR : JLN. CUMI NO.37 TANJUNG PRIOK JAKARTA

UTARA

NO HP : 085285093979/085718311218

E-MAIL : [email protected]

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 22

Page 23: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

Daftar Pustaka

Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta : Kanisius

Russel, B. 1946. History of Western Philosophy. London : LTD

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 23

Page 24: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas penyertaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kelompok telah

menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “PEMIKIRAN TOKOH

FILOSOFI YUNANI ARISTOTELES”. Penyusunan makalah ini untuk melengkapi

tugas . Lewat makalah ini Kelompok berharap dapat menambah wawasan dan

pengetahuan khususnya dalam bidang filsafat . Serta pembaca dapat mengetahui

tentang pemikiran ahli filsafat yunani Aristoteles . Menyadari banyaknya kekurangan

dalam penulisan makalah ini. Karena itu, kelompok sangat mengharapakan kritikan

dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari

makalah ini.

Kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah

membantu selama proses penyusunan makalah ini, baik secara moril maupun

material, anatara lain :

1. Dosen mata ajar Filsafat Ilmu sebagai dosesn pembimbing

2. kedua Orang Tua yang sangat Kami kasihi dan cintai

3.Teman-temanku sekalian angkatan I Program Magister Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta .

Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk smuanya. Amiin

Jakarta , Januari 2012

Penulis

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 24

Page 25: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

PEMIKIRAN AHLI FILOSOFI YUNANIARISTOTELES

Dalam rangka memenuhi Tugas akhir Mata kuliah Filsafat

Disusun Oleh :

ARI SUSIANI

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 25

Page 26: Web viewKegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia

Dosen: Dr.H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 26