jurnalunaonline.files.wordpress.com · Web viewMenurut Sudjana (2007) mengatakan hasil belajar...
-
Upload
duongduong -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of jurnalunaonline.files.wordpress.com · Web viewMenurut Sudjana (2007) mengatakan hasil belajar...
1
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENULIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKE
( KUPON BICARA )
Bambang [email protected]
Dosen Kopertis Wilayah I DPK pada Universitas AsahanJl.Jendral Ahmad Yani Kisaran
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terdiri
dari empat aspek yaitu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pada
umumnya siswa menganggap pelajaran Bahasa Indonesia sebagai pelajaran yang
sulit, rumit, dan membosankan, karena terlalu banyak aspek yang harus mereka
pahami.
Di antara ke empat aspek tersebut, di SD Negeri Kabupaten Asahan, siswa
sangat rendah pemahamannya pada aspek menulis dan berbicara. Menulis
merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis
kepada orang lain, sedangkan berbicara adalah kegiatan menyampaikan informasi
secara lisan atau kegiatan mencari informasi yang dilakukan secara langsung oleh
siswa seperti mengeluarkan pendapat, mengomentari fakta- fakta atau pun
menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti.
Dalam menulis siswa kurang memperhatikan kaedah-kaedah penulisan
yang benar, sehingga mereka kurang paham terhadap apa yang mereka tulis.
Dan ketika mereka mampu untuk menulis mereka tak mampu untuk
mengemukakan atau pun membacakan hal-hal yang mereka tulis karena
kurangnya rasa percaya diri siswa untuk mengemukakan hasil yang mereka
dapat, oleh karena itu ketika diadakan formatif untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia pada aspek menulis dan berbicara siswa mendapat nilainya rendah
sekali, yaitu di bawah KKM, dimana KKM yang telah ditentukan adalah 75.
Untuk mengatasi persoalan di atas, khususnya untuk memperbaiki kinerja
guru perlu mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri
2
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki diri dan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Dari berbagai masalah di atas, permasalahan yang sangat meresahkan guru
adalah rendahnya hasil belajar siswa untuk pelajaran Bahasa Indonesia dalam
aspek menulis dan berbicara ,untuk itu diambil satu materi pelajaran yang
dianggap dapat mewakili pencapaian hasil belajar dari aspek menulis dan
berbicara tersebut yaitu materi pelajaran Mengomentari Persoalan.
Dari penjelasan di atas pada kesempatan ini penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang permasalahan yang dihadapi guru di kelas V SD
Negeri Kabupaten Asahan dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
dalam menulis Dengan Model Pembelajaran Time Token (Kupon Bicara) di
Kelas V SD Negeri Kabupaten Asahan”.
Meningkatkan hasil belajar siswa serta mencapai tujuan dari
pembelajaran dan merangsang siswa untuk dapat mengomentari sebuah
persoalan baik secara tertulis maupun lisan dan juga mengembangkan rasa
percaya diri siswa pada materi pelajaran Bahasa Indonesia melalui model
pembelajaran time token.
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang
dikemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil
belajar siswa di kelas V SD Negeri Kabupaten Asahan pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan materi pelajaran Mengomentari Persoalan melalui
penerapan model pembelajaran time token dapat meningkat ?
Tujuan dari penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
materi pelajaran Mengomentari Persoalan melalui penerapan model pembelajaran
Time Token di kelas V SD Negeri Kabupaten Asahan.
3
Menurut Bloom, dkk (dalam Hernawan, 2011) mengatakan tujuan dan
hasil belajar digolongkan menjadi tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik .
Gagne (dalam Hernawan, 2011) mengemukakan lima kategori hasil
belajar. Pertama Informasi Verbal (Verbal Information); kedua, Keterampilan
Intelektual ( Intelektual Skiil ); ketiga, Strategi Kognitif (Cognitive Strategies) ;
keempat, Sikap (Attitude); kelima Keterampilan Motorik (Motor Skill) .
Hasil belajar merupakan acuan pada segala sesuatu tujuan pembelajaran
yang dilakukan siswa dan guru. Hal ini berarti keberhasilan atau kegagalan
belajar mengajar ditentukan oleh proses belajar mengajar yang dialami siswa. Hal
ini senada dengan pendapat Croncbach (dalam Djamarah, 1999) bahwa belajar
adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Howard (dalam Djamarah, 1999) mengatakan bahwa Belajar
adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan .
Menurut Sudjana (2007) mengatakan hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses belajar dengan menggunakan penggukuran yaitu tes yang disusun secara
terencana, tes lisan maupun tes perbuatan .
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dari seorang individu yang
belajar. Salah satu tanda siswa yang mencapai hasil belajar yaitu, adanya
perubahan tingkah laku dalam diri yang belajar baik bersifat pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan
sikap (afektif).
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang
optimal dapat dilihat pada ciri-ciri siswa sebagai berikut:
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri
individu siswa.
2. Siswa memiliki keyakinan yang positif pada kemampuan dirinya sendiri.
3. Hasil belajar yang dicapai siswa akan lebih bermakna bagi diri individu
siswa.
4. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan soal latihan,
penilaian hasil belajar siswa dinilai dari cara siswa menjawab soal latihan
tersebut yaitu ketuntasan pengerjaan soal latihan.
4
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup yang menghasilkan perubahan tingkah laku
pada diri individu maupun siswa yang sedang belajar. Perubahan tingkah laku
yang diharapkan dari siswa seperti proses mental peserta didik yang mengarah
pada penguasaan materi. Sedangkan mengajar adalah penyampaian pengetahuan
kepada siswa.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apersepsi
terhadap hasil karya kesastraan manusia indonesia.
Seperti pendapat Bredekamp (1987) menyatakan bahwa anak berkembang
dalam semua aspek perkembangannya baik fisik, emosional, sosial, maupun
kognitif. Tidak ada jalan lain kecuali guru memiliki tanggungjawab dan perhatian
penuh bagi keutuhan perkembangan anak.
Googman (dalam Akhadiah, 1994) menyatakan bahwa (1) belajar bahasa
lebih mudah terjadi jika bahasa itu disajikan secara holistik nyata, relevan,
bermakna serta fungsional jika bahasa itu disajikan dalam bentuk konteks dan
dipilih peserta didik untuk digunakan, (2) belajar bahasa adalah belajar
bbagaimana mengungkapkan maksud sesuai dengan konteks lingkungan orang
tua, kerabat, dan kebudayaan terdapat interdependensi antara perkembangan
kognitif dan perkembangan kemampuan bahasa yang meliputi pikiran bergantung
kepada bahasa dan bahasa bergantung pada pikiran.
Goodman, Suriasumantri (1995) menyatakan bahwa belajar Bahasa
Indonesia akan lebih mudah jika pembelarajan bersifat holistik, realistik, relevan,
bermakna, dan fungsional, serta tidak terlepas dari konteks pembicaraan.
Pendekatan pembelajaran terpadu pengajaran bahasa sebenarnya dilandasi oleh
pandangan bahsa holistik (whole language) yang memperlakukan bahasa sebagai
sesuatu yang bulat dan utuh, dan dalam proses belajar sesuai dengan
perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran bahasa holistik guru
menjadi model dalam berbahasa ( membaca dan menulis ) serta bertindak sebagai
fasilitator dan memberikan umpan balik yang positif.
5
Model Pembelajaran Time Token
Joice dan Weil (dalam Anitah W, 2008) Mengatakan bahwa model –
model sosial dirancang untuk menilai keberhasilan dan tujuan akademik,
termasuk studi tentang nilai- nilai sosial, kebijakan publik, dan pemecahan
masalah. Dimana dalam berbagai rumpun model mengajar, rumpun model sosial
dipaparkan pertama kali karena perkembangan sosial pebelajar sangat penting
pada semua kegiatan pembelajaran. Salah satu modelnya adalah model
pembelajaran time token.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran berkelompok
yang berbentuk model berstruktur yang menggunakan kupon berbicara yang
setiap kupon diberi waktu tertentu sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin
dicapai dan kupon tersebut diberikan ke pada setiap siswa dalam kelompok.
Model pembelajaran time token merupakan model pembelajaran yang
bertujuan agar masing-masing anggota dalam kelompok diskusi mendapatkan
kesempatan untuk memberikan pendapat mereka dan mendengarkan pandangan
serta untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau menghindari siswa
yang diam sama sekali.
Langkah –langkah pembelajaran time token:
a. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi ( cooperative learning/ CL)
b. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu 30 detik
c. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan
d. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap
berbicara 1 kupon
e. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi, yang masih pegang
kupon harus bicara sampai kuponnya habis
Model pembelajaran time token ini memiliki kelebihan :
a. Semua siswa aktif dalam mengeluarkan pendapatnya dan berpartisipasi
dalam diskusi.
b. Dapat menumbuhkan dan melatih keberanian siswa dalam berpendapat bagi
siswa yang pemalu dan sukar bicara.
c. Semua siswa mendapatkan waktu bicara yang sama sehingga tidak akan
terjadi pendominasian pembicaraan dalam berlangsungnya diskusi.
6
Akan tetapi model pembelajaran time token juga memiliki kelemahan
yaitu siswa yang memiliki banyak pendapat akan sulit mengutarakan pendapatnya
karena waktu yang diberikan terbatas.
Untuk melakukan pengembangan rencana pembelajaran banyak model
yang dapat digunakan (Buku Materi Pokok Akta 8811 Desain Pembelajaran Oleh
Robinson Situmorong, Atwi Supermen, Rudi Susilana) yaitu:
1. Model Banathy adapun langkah-langkahnya yaitu:
Merumuskan tujuan
Mengembangkan tes
Menganalis kegiatan belajar
Mendesain sistem instruksional
Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
Mengadakan perbaikan
2. Model Kemp adapun langkah-langkahnya yaitu:
Menentukan tujuan pembelajaran umum
Menentukan tujuan analisis tentang karakter siswa
Menentukan tujuan pembelajaran secara spesifik
Menentukan materi atau bahan pelajaran sesuai dengan PTK
Menentukan pengajaran awal.
3. Model Gerlacb dan Ely, adapun langkah-langkahnya yaitu:
Spesifikasi isi pokok bahasan
Spesifikasi tujaan pengajaran
Pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa
Penentuan cara pendekatan, motode dan teknik mengajar
Pengelompokan siswa
Penyediaan waktu
Pengaturan ruang
Pemilihan media
Evaluasi
4. Model PPSI, adapun langkah-langkahnya yaitu:
Merumuskan tujuan
Menyusun alat evaluasi
Menentukan kegiatan belajar dan materi pelajaran
Merencanakan program kegiatan
7
Melaksanakan program
5. Picture And Picture, adapun langkah-langkahnya yaitu
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Menyajikan materi sebagai pengantar
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambaran-gambaran kegiatan yang
berkaitan dengan materi
Guru menunjuk dan memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menambahkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Kesimpulan dan rangkuman
Dalam menerapkan model pembelajaran ini, karakteristik siswa juga harus
diperhatikan. Untuk lebih mengetahui karakteristik siswa kita harus mengetahui
fase perkembangan anak menurut usia, seperti pendapat Santok dan Yussen
(1992) membagi atas lima yaitu: fase pranata (saat dalam kandungan); fase bayi;
fase kanak – kanak awal, fase anak akhir, dan fase remaja.
Santok dan Yussen (dalam Sumantri, 2009) mengatakan perkiraan waktu
menurut fase yaitu fase pranata ( saat dalam kandungan ) ada waktu yang terletak
antara masa pembuahan dan masa kelahiran; fase bayi adalah saat anak
perkembangan yang berlangsung sajak lahir sampai 18 atau 24 bulan, masa ini
adalah masa yang sangat tergantung kepada orang tua. Banyak kegiatan –
kegiatan psikologi yang baru dimulai misalnya; bahasa, koordinasi sensori motor
dan sosialisasi; fase kanak – kanak awal adalah fase perkembangan yang
berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang – kadang
disebut masa pra sekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri
banyak hal dan berkembang keterampilan – keterampilan yang berkaitan dengan
kesiapan untuk sekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk
bermain sendiri maupun dengan temannya. Memasuki kelas I menandai
berakhirnya fase ini; fase anak akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung
sejak kira – kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar.
Anak – anak menguasai keterampilan – keterampilan dasar membaca, menulis,
dan berhitung, secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas
dengan budaya, pencapain prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan
8
pengendalian diri sendiri bertambah pula; dan fase remaja adalah masa
perkembangan yang merupakan transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa
awal, yaitu mulai kira – kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira – kira
umur 18 sampai 22 tahun remaja mengalami perubahan perubahan perbandingan
ukuran bagian –bagian badan, berkembangnya karakteristik seksual seperti
membesarnya payu darah, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu dan perubahan
suara. Pada fase ini dilakukan upaya – upaya untuk mandiri dan pencarian
identitas diri. Pemikirannya lebih logis, abstrak dan idialis. Semangkin lama
waktu dimanfaatkan diluar keluarga.
Dengan diketahuinya model dan karakter dari fase perkembangan peserta
didik untuk membuat rencana pembelajaran perbaikan tiap siklus perlu juga
dipertimbangkan beberapa karakteristik rencana pembelajaran. Pertimbangan
takala menyusun rencana pembelajaran yaitu:
1. Ditujukan untuk siswa belajar
2. Memiliki tahapan-tahapan yaitu
a. Tahapan persiapan
b. Tahapan pelaksanaan
c. Tahapan evaluasi
d. Tahapan tindak lanjut
3. Sistematis
4. Pendekatan sistem
5. Didasarkan pada proses belajar manusia.
Rangkaian perencanaan tindakan kelas menurut Arikunto (2008)
Perencanaan
Refleksi Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan II
Pengamatan II
9
Gambar 2.1 Perencanaan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
A. Mengomentari Persoalan
Badudu (1999) mengatakan mengomentari adalah mengulas, memberikan
komentar, perbahasan, perdebatan, perbincangan, perkara, masalah, problem, hal
ini sependapat dengan Darsiman (2002) yang mengatakan mengomentari berarti
memberi alasan atau tanggapan yang disertai dengan alasan.
Mengomentari persoalan adalah memberikan alasan untuk suatu masalah
atau berita yang didengar atau dilihat baik secara lisan maupun tulisan.
Mengomentari merupakan sebuah keterampilan bahasa dalam aspek tertulis dan
berbicara, mendengar serta membaca.
Tujuan mengomentari untuk lebih menerangkan atau menjelaskan. Hal
yang bisa dikomentari antara lain adalah berita, pidato, cerita, dan suatu persoalan
baik yang dilihat, didengar, ataupun dibaca.
Refleksi Refleksi II SIKLUS II Pelaksanaan II
?
SIKLUS III Pelaksanaan IIRefleksi II
10
Penelitian dilakukan di SD Negeri Kabupaten Asahan, terletak di
kecamatan Air Joman kabupaten Asahan. Subjek penelitian adalah siswa kelas
V SD Negeri Kabupaten Asahan sebanyak 18 orang siswa yang terdiri dari
laki-laki 8 orang siswa dan perempuan 10 orang siswa.
Siswa kelas V SD Negeri Kabupaten Asahan berjumlah 18 orang
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, antara lain:
a. Tingkat konsentrasi dalam mengikuti pelajaran
b. Keaktifan siswa belajar
c. Keadaan tingkat sosial
d. Keadaan tingkat ekonomi
e. Watak dan sifat
Berdasarkan 3 siklus di atas dapat diuraikan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:
a. Siklus I
1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa
b. Membuat skenario pelaksanaan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi pelajaran Mengomentari Persoalan
c. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi proses
pembelajaran di kelas
d. Membuat evaluasi, untuk melihat hasil belajar siswa telah meningkat
atau belum setelah dilakukan penerapan pembelajaran time token
2. Pelaksanaan perbaikan
Pada tahap ini yang dilaksanakan adalah melaksanakan skenario
kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada awal pelaksanaan membuat
kelompok secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok diminta untuk
berbicara sesuai jumlah kupon dan sesuai dengan waktu yang diberikan.
Selanjutnya pemberian kuis.
3. Pengamatan (observasi)
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan ( observasi ) terhadap
pelaksanaan perbaikan dengan menggunakan lembar observasi yang
11
telah dibuat dan mengumpulkan data yang diperlukan. Observasi
dilakukan oleh supervisor 2. Hasil diskusi selanjutnya didiskusikan
dengan supervisor 2 terutama untuk menentukan perbaikan pada siklus
selanjutnya.
4. Refleksi
Hasil yang didapat saat pelaksanaan siklus 1 yang didapat dari
pengamatan observasi yang telah dikumpulkan. Dari hasil observasi
peneliti menemukan bahwa pada siklus I hasil belajar yang dicapai
belum tuntas secara klasikal maka siklus dilanjutkan ke siklus II.
b. Siklus II
Tahapan-tahapan siklus II sebagai berikut.
1. Perencanaan
Dari hasil yang didapat dari siklus I maka dibuat kembali perencanaan
tindakan II. Sebagai upaya menimbulkan minat belajar siswa yang
belum tercapai pada siklus I. Perencanaan tindakan dilakukan seperti
pada siklus I, hanya saja pada siklus II ini ada pertukaran anggota pada
setiap kelompok .
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa.
b) Membuat skenario pelaksanaan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi pelajaran Mengomentari Persoalan
c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi proses
pembelajaran di kelas.
d) Membuat evaluasi, apakah hasil belajar siswa telah meningkat atau
belum setelah dilakukan penerapan model pembelajaran time token.
2. Pelaksanaan perbaikan II
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan
skenario kegiatan yang telah disusun pada perencanaan. Selama
pelaksanaan, penelitian dilaksanakan oleh peneliti dan diamati oleh
supervisor.
3. Pengamatan (observasi) II
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan (observasi) terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
12
telah dibuat dan mengumpulkan data yang diperlukan. Pengamatan
dilakukan supervisor 2 dengan mengisi lembar observasi
4. Refleksi II
Dari hasil observasi dan pemberian kuis, dapat merefleksikan diri
dengan melihat hasil instrumen, apakah kegiatan yang dilakukan pada
siklus II ini telah berhasil atau belum. Jika hasil belajar yang didapat
telah tuntas secara klasikal maka siklus II menjadi siklus terakhir dan
jika, hasil belajar siswa yang didapat dari evaluasi masih rendah, maka
perlu diadakan siklus siklus selanjutnya. Dan dari uraian di atas pada
siklus II juga belum belum mencapai hasil yang optimal. Maka
dilanjutkan ke siklus III.
c. Siklus III
Tahapan-tahapan siklus III sebagai berikut. Pada siklus III ini dilakukan
perubahan anggota kelompok.
1. Perencanaan
Dari hasil yang didapat dari siklus II maka dibuat kembali perencanaan
tindakan III. Sebagai upaya menimbulkan minat belajar siswa yang
belum tercapai pada siklus I dan II. Perencanaan tindakan dilakukan
seperti pada siklus I dan II, hanya saja pada siklus III ini ada pertukaran
anggota pada setiap kelompok .
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa.
b) Membuat skenario pelaksanaan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi pelajaran Mengomentari Persoalan
c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi proses
pembelajaran di kelas.
d) Membuat evaluasi, apakah hasil belajar siswa telah meningkat atau
belum setelah dilakukan penerapan model pembelajaran time token.
2. Pelaksanaan tindakan III
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan
skenario kegiatan yang telah disusun pada perencanaan. Selama
pelaksanaan, penelitian dilaksanakan oleh peneliti
13
3. Pengamatan (observasi) III
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan (observasi) terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat dan mengumpulkan data yang diperlukan. Observasi
dilakukan oleh supervisor 2 , dengan mengisi lembar observasi.
4. Refleksi III
Dari hasil observasi dan pemberian kuis , dapat merefleksikan diri
dengan melihat hasil instrumen, apakah kegiatan yang dilakukan pada
siklus III ini telah berhasil atau belum. Jika, hasil belajar yang didapat
telah tuntas secara klasikal maka siklus III menjadi siklus terakhir dan
jika, hasil belajar siswa yang didapat dari evaluasi masih rendah, maka
perlu diadakan siklus siklus selanjutnya.
Hal ini dilakukan sesuai dengan Rangkaian perencanaan tindakan kelas
menurut Arikunto ( 2008 )
Perencanaan
Refleksi Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan II
Refleksi Refleksi II SIKLUS II Pelaksanaan II
Pengamatan II
?
SIKLUS III
Perencanaan III
Pelaksanaan II
Pengamatan II
Refleksi II
14
Gambar 3.1 Perencanaan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
A. Teknik Analisis Data
Pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan hasil untuk
menentukan ketuntasan belajar siswa secara individual digunakan rumus
ketuntasan belajar siswa.
Hasil jawaban tes diberi nilai dengan cara sebagai berikut:
KB = Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor total x 100 =
Keterangan:
KB = ketuntasan belajar siswa (Trianto, 2010 )
Setiap siswa dikatakan tuntas belajar jika, jawaban benar siswa 71
sesuai dengan KKM, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika
dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya
Depdikbut ( dalam Trianto, 2010 )
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dalam tiga siklus,
setiap siklus meliputi tahapan-tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
a. Hasil Penelitian Siklus I
1. Perencanaan Siklus I
a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa.
Setelah diadakan identifikasi masalah di kelas, terdapat masalah yang
terjadi yaitu siswa terlihat tidak aktif saat proses belajar mengajar di
kelas, hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa tidak maksimal.
b) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran time token pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
materi pembelajaran Mengomentari Persoalan.
15
c) Merancang kelompok siswa, kelas dibagi menjadi 4 kelompok diskusi
kecil, 2 kelompok beranggotakan 4 orang siswa dan 2 kelompok lagi
beranggotakan 5 orang siswa.
d) Membuat RPP, lembar observasi belajar siswa, dan membuat lembar
observasi guru .
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I dimulai pada tanggal 13 Mei 2013,
dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran 1 kali pertemuan yang memiliki waktu
70 menit. Pada pertemuan selama 2 x 35 menit dilaksanakan kegiatan
proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran time
token. Pelaksanaan kegiatan dapat dilihat sebagai berikut:
a) Guru menyampaikan materi pelajaran yang telah direncanakan pada
perencanaan siklus I
b) Membagi siswa ke dalam kelompok diskusi, dan guru membagikan
kupon bicara yang berisi waktu 30 detik kepada setiap siswa.
c) Guru mengawasi kegiatan diskusi. Pada waktu siswa berdiskusi guru
meminta siswa untuk berpendapat tentang materi yang telah disampaikan
oleh guru.
d) Setelah selesai berdiskusi, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat
duduk mereka masing-masing.
e) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari.
f) Untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru mengadakan tes hasil belajar
sesuai dengan soal tes siklus I yang telah direncanakan.
3. Pengamatan (Observasi) Siklus I
Hasil dari pengamatan pada siklus I yaitu:
a) Proses belajar mengajar di kelas tidak berlangsung dengan efektif
b) Siswa tidak memberi respon yang baik terhadap meteri yang disajikan
oleh guru.
c) Keterampilan guru membuka pelajaran, perumusan materi dan penyajian
materi oleh guru kurang maksimal.
4. Refleksi Siklus I
Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran di kelas pada siklus I
hasil belajar yang didapat belum sesuai dengan yang diharapkan, banyak
16
kendala yang didapat pada saat pelaksanaan penelitian. Kendala muncul
tidak hanya dari guru, tetapi kendala juga datang dari siswa. Adapun
kendala-kendala yang muncul pada saat pelaksanaan penelitian adalah:
a. Kendala yang didapat pada Guru
Penyampaian materi yang disampaikan oleh guru kurang optimal,
kebanyakan siswa ribut, ini disebabkan karena guru tidak menguasai
kelas dengan baik. Keadaan kelaspun tidak kondusif. Selain itu, masalah
yang muncul ialah pemanfaatan waktu oleh guru saat proses belajar
mengajar di kelas kurang optimal, ini disebabkan karena waktu banyak
pergunakan untuk mengenal karakteristik siswa.
b. Kendala yang didapat pada siswa
a) Pada saat proses belajar mengajar akan dimulai siswa belum
menyiapkan alat-alat untuk belajar. Siswa masih menunggu perintah
dari guru.
b) Pada waktu pembagian kelompok, siswa masih sulit dikondisikan.
c) Pada waktu penerapan model pembelajaran time token, siswa kurang
merespon guru. Kebanyakan siswa terlihat kebingungan dan ketakutan
untuk berbicara memberi pendapat atau memberi komentar.
d) Dalam menyelesaikan soal tes, terlihat siswa kurang serius dalam
menjawab soal tes.
e) Secara umum pelaksanaan siklus I dapat dikatakan kurang baik. Siswa
yang mampu menguasai materi hanya 4 siswa artinya 22,22 % siswa
yang memenuhi target KKM yang telah ditentukan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil lembar jawaban yang telah diisi siswa dan yang
mereka sampaikan di depan kelas, karena hasil persentase dari siklus I
tidak tuntas, maka penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan ke siklus
II.
Berikut ini tabel perolehan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 010245
Pasar Lembu Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan pada Siklus I.
b. Hasil Penelitian Siklus II
1. Perencanaan tindakan siklus II
Pada perencanaan siklus II ini ada beberapa hal yang akan direncanakan.
a) Merencanakan keefesienan waktu pembelajaran.
b) Merencanakan materi yang akan disampaikan.
17
c) Merancang kelompok siswa. Untuk menghindari kebingungan siswa,
kelompok yang sudah ditentukan pada siklus I tidak diubah lagi.
d) Merancang proses pembelajaran dan soal tes seperti pada siklus I.
e) Membuat RPP, lembar observasi belajar siswa, dan membuat lembar
observasi guru.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei
2013, 1 kali pertemuan 2 jam pelajaran dimana 1 jam pelajaran terdapat
waktu 35 menit, dalam waktu 2 x 35 menit yang terbagi menjadi 10 menit
untuk kegiatan awal pelajaran, 50 menit dipakai untuk menjelaskan materi
pelajaran dan mengerjakan soal tes siklus II yang telah direncanakan, dan 10
menit untuk kegiatan penutup.
a) Pada tahap ini guru meminta siswa untuk lebih serius pada saat proses
belajar mengajar berlangsung.
b) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok seperti pada siklus I.
c) Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan langkah-
langkah pembelajaran time token.
d) Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, guru memberi himbauan
kepada siswa yang memegang kupon untuk mengerjakan soal latihan
dengan serius dan membacakan hasil kerja sementaranya
e) Selesai berdiskusi guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk
masing-masing.
f) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran.
3. Pengamatan (Observasi) Siklus II
Hasil dari pengamatan pada siklus II yaitu:
1. Proses belajar mengajar di kelas berlangsung cukup baik
2. Siswa memberi respon yang baik terhadap meteri yang disajikan oleh
guru.
3. Keterampilan guru membuka pelajaran, perumusan materi dan penyajian
materi oleh guru cukup maksimal.
4. Refleksi Siklus II
Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus II. Hasil yang didapat
lebih baik dibandingkan pada siklus I. Masalah yang muncul pada
pelaksanaan siklus II ini tidak sebanyak pada pelaksanaan siklus I.
18
Kemampuan guru menguasai kelas dapat dikatakan optimal, walaupun ada
beberapa siswa belum bisa dikondisikan dengan baik. Hal ini membuat proses
belajar mengajar di kelas berjalan dengan baik. Selain kemampuan
penguasaan guru di kelas lebih optimal, respon siswa pun menjadi lebih baik,
hal ini dapat dilihat:
a) Pada saat pembentukan kelompok, siswa tidak terlalu sulit dikondisikan.
b) Pada saat proses belajar mengajar akan berlangsung, hampir semua siswa
menyiapkan alat-alat pembelajaran, namun ada beberapa siswa yang
belum siap untuk menerima pelajaran.
c) Pada saat penerapan model pembelajaran time token, siswa mulai
memahami langkah-langkah pembelajaran time token. Penggunaan waktu
pada saat penerapan model pembelajaran time token pada siklus II ini
lebih efektif.
d) Dalam mengerjakan soal tes siklus II, siswa terlihat lebih serius walaupun
ada beberapa siswa yang kurang serius.
e) Secara umum hasil pelaksanaan siklus II dapat dikatakan baik. Siswa yang
tuntas belajar berjumlah 10 orang siswa dan siswa yang tidak tuntas
belajar berjumlah 8 orang dengan persentase ketuntasan belajar adalah 55,
56 %, artinya pada siklus II ini keberhasilan naik 33,34 % dari hasil
siklus I, secara klasikal hasil belajar pada siklus II ini dikatakan belum
tuntas. Karena pada siklus II ini hasil yang didapat belum memuaskan,
maka diadakan siklus selanjutnya.
Berikut ini tabel perolehan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 010245
Pasar Lembu Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan pada Siklus II.
c. Hasil Penelitian Siklus III
1. Penerencanaan Tindakan Siklus III
a) Guru merancang keefesienan waktu yang digunakan untuk melakukan
proses belajar dan pengerjaan soal tes siklus III.
b) Merencanakan materi yang akan disampaikan.
c) Guru merancang kelompok diskusi yang baru.
d) Membuat RPP, lembar observasi belajar siswa, dan membuat lembar
observasi guru.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
19
Pelaksanaan tindakan pada siklus III ini dilaksanakan pada tanggal 20 Mei
2013 dalam waktu 2 x 35 menit yang terbagi 35 menit untuk menjelaskan
materi pelajaran dan 35 menit digunakan untuk mengerjakan soal tes siklus
III yang telah direncanakan.
a) Pada tahap ini guru lebih menekankan kepada siswa untuk lebih serius lagi
agar pada siklus III ini hasil yang didapat lebih memuaskan.
b) Guru menyampaikan materi pembelajaran.
c) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan susunan
kelompok yang telah direncanakan pada perencanaan siklus III.
d) Pada saat proses belajar berlangsung, guru memberi himbauan kapada
siswa untuk berpendapat dan berkomentar tentang materi yang diajarkan.
e) Selesai berdiskusi guru meminta siswa unutk kembali ke tempat duduk
masing-masing.
f) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah diajarkan.
g) Guru memberi soal tes siklus III. Hal ini dilakukan untuk melihat
peningkatan hasil belajar siswa.
3. Pengamatan Siklus III
Hasil dari pengamatan pada siklus I yaitu:
1. Proses belajar mengajar di kelas berlangsung sangat baik
2. Siswa memberi respon yang sangat baik terhadap meteri yang disajikan
oleh guru.
3. Keterampilan guru membuka pelajaran, perumusan materi dan penyajian
materi oleh guru sangat maksimal.
4. Refleksi Siklus III
Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan siklus III. Hasil yang didapat sangat
baik, penguasaan kelas dan penyampain materi oleh guru berjalan dengan
baik. Selain itu respon siswa pun pada pelaksanaan siklus III ini sangat baik,
hal ini dapat dilihat:
a) Pada saat proses belajar mengajar akan berlangsung, keseluruhan siswa
telah menyiapkan alat-alat untuk belajar tanpa ada himbauan dari guru.
b) Pada saat pembagian kelompok, siswa tidak sulit untuk dikondisikan dan
penggunaan waktu sangat efektif.
c) Pada saat penerapan model pembelajaran time token, siswa merespon
dengan baik. Banyak siswa yang bertanya, berpendapat dan memberi
20
komentar sesuai dengan materi pelajaran, dan cara penyampaian kalimat
siswa sangat baik.
d) Dalam menyelesaikan soal tes, seluruh siswa terlihat sangat serius,
penggunaan waktu sangat efesien.
e) Secara umum pelaksanaan dan pengamatan pada siklus III ini sangat
baik. Siswa yang tuntas belajar berjumlah 16 orang siswa dan siswa yang
tidak tuntas belajar berjumlah 2 orang siswa dengan persentase
ketuntasan belajara adalah 88,89 %, dari hasil ini dikatakan sangat baik.
Secara klasikal hasil belajar siswa pada siklus III ini dikatakan telah
tuntas. Persentase hasil belajar siswa pada siklus III didapat lebih besar
dibandingkan nilai ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yaitu 89 %
85%.
Berikut ini tabel perolehan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 010245
Pasar Lembu Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan pada Siklus III.
A. Pembahasan Dari Setiap Siklus
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan 3 kali pertemuan 6 jam pelajaran.
Dimana tiap 1 jam pelajaran terdapat waktu 35 menit. Pada siklus I sebanyak 1
kali pertemuan 2 x 35 menit, siklus II sebanyak 1 kali pertemuan 2 x 35
menit, dan pada siklus III sebanyak 1 kali pertemuan 2 x 35 menit. Pada siklus I
hasil yang didapat belum memuaskan, siswa masih terlihat kaku, kacau, bingung
dan tidak serius dalam belajar. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran
time token baru pertama kali diterapkan di kelas V. Pada siklus I siswa yang
tuntas dalam belajar hanya 4 orang siswa dari 18 orang siswa, yaitu 22,22 % dari
seluruh siswa, Setelah itu dilakukan penyusunan perencanaan untuk siklus II dan
berusaha memperbaiki cara pengajaran guru dan hasil yang didapat pada siklus II
lebih baik dari pada siklus I, seperti berikut 55,56 % 22,22 %. Setelah siklus II
selesai seperti yang telah diuraikan pada hasil penelitian, hasil belajar siswa belum
tuntas secara klasikal. Guru kembali membuat penyusunan rencana untuk
berlanjut ke siklus III. Pada siklus III setelah dilaksanakan pengamatan dan
refleksi hasil didapat sangat memuaskan. Hasil belajar siswa pada siklus III jauh
lebih baik dibandingkan siklus II, dapat dilihat 88,89 % 56 % dan siklus III,
dari pada ketuntasan secara klasikal, dapat dilihat 89 % 85%. Artinya
21
pembelajaran yang dilakukan tuntas dengan mengunakan model pembelajaran
time token.
Berikut ini disajikan rekapitulasi hasil belajar siswa pada mata
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Mengomentari Persoalan
menggunakan model pembelajaran time token dari siklus I, II, dan III.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia Dengan Materi Mengomentari Persoalan
Menggunakan Model Pembelajaran Time Token Dari Siklus I,
II, Dan III.
No Siklus Nilai rata-rata siswa
Persentase Siswa Tuntas
Persentase Siswa Yang
Tidak Tuntas1. I 68,00 22,22 % 77,78 %
2. II 72,17 55,56 % 44,44 %
3. III 75,50 88,89 % 11,11 %
GAMBAR 4.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia Dengan Materi Mengomentari Persoalan Menggunakan Model
Pembelajaran Time Token Dari Siklus I, II, Dan III.
22
SIKLUS I SIKLUS
II SIKLUS III
0102030405060708090
NILAI RATA - RATA PERSENTASE SISWA TUNTAS
PERSENTASE SISWA TIDAK ...
NILAI RATA - RATA
PERSENTASE SISWA TUNTAS
PERSENTASE SISWA TIDAK TUNTAS
23
A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemilihan strategi belajar yang tepat mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa
2. Memberikan contoh – contoh latihan yang menyentuh sesuai dengan
pengalaman kehidupan sehari – hari siswa dapat mempermudah pemahaman
dan kemegertian siswa pada materi pelajaran
3. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa ternyata dapat
memudahkan guru dalam mengajarkan materi pelajaran
4. Penerapan model pembelajaran time token sesuai dengan langkah – langkah
pembelajaran telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri
010245 Pasar Lembu Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan, pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pelajaran Mengomentari
Persoalan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Alkhadiah, Sabarti. ( 1997 ). “ Menulis I: Buku Materi Pokok EPNS 2203 / 2 Sks /
Modul 1- 6 “ . Jakarta . Dirjen Dikdasmen, Depdikbud
Anitah, Sri W. ( 2008 ). “ Strategi Pembelajaran di SD “. Jakarta : Universitas
Terbuka
Arikunto, suharsimi. ( 2008 ). “ Penelitian tindakan kelas” . Jakarta. Bumi aksara
Arikunto, Suharsini. ( 2009 ). “ Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan ”. Jakarta :
Bumi Aksara
Badudu. ( 1999 ). “ Kamus Umum Bahasa Indonesia “. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Darsiman, Muh ( 2002 ). “ Mudah Belajar Bahasa Indonesia “. Jakarta: Yudistira
Djamarah, Syaiful Bahri. ( 1999 ). “ Psikologi Pendidikan ”. Jakarta. Reneke
Cipta
Gagne & R. Ibrahim. ( 2007 ). “ Strategi Belajar Mengajar “. Jakarta : Universitas
Terbuka
Hernawan, Asep Herry, dkk . ( 2011 ) . “ Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran “ . Jakarta : Universitas Terbuka
Keraf . Groys. ( 1986 ). “ Tata Bahasa Indonesia “. Jakarta: Nusa Indah
PERMENDIKNAS Nomor 22. ( 2006 ). “ Standar Isi “. Jakarta : Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Samsuri. ( 1994 ). “ Analisa Wacana “. Malang: IKIP Malang
Sandrok , J.W., dan Yussen, S,R. ( 1992 ). “ Wm, C,Brown Pub “. Dubuque.
Sujana, Nana. ( 1987 ). “ Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar “.
Bandung. :Sinar Baru Algensindo
Sumantri, Mulyani & Syaodih Nana. ( 2009 ). “ Perkembangan Peserta Didik. ”.
Jakarta: Universitas Terbuka