Video

8
VIDIO MISTERI Libur di akhir pekan. Ijin sudah di peroleh, bahkan uang saku didapat lebih dari yang diharapkan. Tentu saja semua karena pilihan gladys jatuh kerumah Opa Bram. Sudah lama Opa tidak dikunjungi dan Mama sering mengeluh rindu tapi tak punya waktu untuk bertemu. Lalu ada perasaan bersalah, karena sebagai anak, seharusnya Mama tidak boleh terlalu lama tidak menjenguk kedua orang tuanya di kota danau jingga. “Aku mengajak serta Inggrid, mom !”Seru gladys sambil memasukan dua stel pakaian ke dalam tasnya. “kamu harus punya ijin dari orangtuanya, kan ?” “Sudah Mom. Mom tahu, anak itu bahkan boleh pergi ke ujung dunia sekalipun asalkan bersamaku.” Kata gladys dengan seulas senyum pongah di bibir tipisnya. “Ya kalian memang lebih mirip sepasang saudara kembar.” Gladys tidak bisa menolak ketika tas punggungnya jadi penuh sesak dan berat karena Mama menjejalinya dengan sekian banyak oleh-oleh buat Opa dan Oma. Apalagi ketika melihat gladys bersungut, mama kembali menjejalkan beberapa lembar uang ke sakunya. Mama sendiri yang akhirnya mengantar gladys dan inggrid ke terminal bahkan mengantar keduanya ke atas bis sebelum bis itu berangkat menuju danau jingga. “Jangan terlalu asyik berenang. Jaga stamina, karena kalian harus tetap masuk hari senin,” pesan mama. “Beres tante !” Inggrid menhadiahkan sebuah kecuoan hangat dan bersuara keras di pipi kakan mama.

description

misteri

Transcript of Video

Page 1: Video

VIDIO MISTERI

Libur di akhir pekan. Ijin sudah di peroleh, bahkan uang saku didapat lebih dari yang diharapkan. Tentu saja semua karena pilihan gladys jatuh kerumah Opa Bram. Sudah lama Opa tidak dikunjungi dan Mama sering mengeluh rindu tapi tak punya waktu untuk bertemu. Lalu ada perasaan bersalah, karena sebagai anak, seharusnya Mama tidak boleh terlalu lama tidak menjenguk kedua orang tuanya di kota danau jingga.

“Aku mengajak serta Inggrid, mom !”Seru gladys sambil memasukan dua stel pakaian ke dalam tasnya.

“kamu harus punya ijin dari orangtuanya, kan ?”“Sudah Mom. Mom tahu, anak itu bahkan boleh pergi ke ujung dunia

sekalipun asalkan bersamaku.” Kata gladys dengan seulas senyum pongah di bibir tipisnya.

“Ya kalian memang lebih mirip sepasang saudara kembar.”

Gladys tidak bisa menolak ketika tas punggungnya jadi penuh sesak dan berat karena Mama menjejalinya dengan sekian banyak oleh-oleh buat Opa dan Oma. Apalagi ketika melihat gladys bersungut, mama kembali menjejalkan beberapa lembar uang ke sakunya.

Mama sendiri yang akhirnya mengantar gladys dan inggrid ke terminal bahkan mengantar keduanya ke atas bis sebelum bis itu berangkat menuju danau jingga.

“Jangan terlalu asyik berenang. Jaga stamina, karena kalian harus tetap masuk hari senin,” pesan mama.

“Beres tante !” Inggrid menhadiahkan sebuah kecuoan hangat dan bersuara keras di pipi kakan mama.

Riang-rian hati keduanya sepanjang perjalanan menuju danau jingga. Dan sudah pasti Inggrid tidak bisa berhenti berkicau tentang hasratnya menikmati sjuknya air di Danau Jingga. Belum lagi pemandangan danau yang bluar bias di sore hari. Selama ini Inggrid memang hanya mendengar kisah-kisah menawan dari mulut Gladys.

Konon Danau Jingga adalah tempat yang menawan. Kota itu memiliki nama yang sama dengan sebuah danau yang terletak disana. Sebuah danau yang tidak terlalu lebar, katanya hanya sekitar dua hektar luasnya. Tapi indahnya luar biasa, karena di kelilingi oleh bukit-bukit yang hijau.

Disebut Danau Jingga, karena danau itu punya keunikan ketika sore hari. Menjelang matahari terbenanm, seluruh perrmukaan air danau seakan berwarna jingga. Warna itu sebenarnya merupakan pantulan dari matahari senja hari.

Page 2: Video

“Kamu boleh nggak punya pacar,tapi jangan nggak punya pengalaman menikmati Danau Jingga,” kata Gladys berkali-kali berlebihan.

Sekarang saatnya telah tiba. Hanya tiga jam lagi mereka akan tiba di Danau Jingga.Gladys nyaris tertidur sepanjang perjalanan. Ia yang sudah puluhan kali datang ke Danau Jingga merasa agak bosan dengan perjalanan yang bahkan telah sangat dihafalnya.

Ia nsengaja meminum obat anti mabuk dengan tujuan agar matanya mengantuk dan ia berharap membuka mata ketika telah tiba di tujuan. Inngrid berkutat dengan ipod-nya setelah gagal mengisengi Gladys agar tidak tidur.

Benar Gladys baru bangun setelah inggrid memukul pipinya cukup keras.

“Bangun pemalas ! kita sudah sampai!”Gladys mengeliat senang. Tapi senyumnya hilang saat melihat

suasana luar. Ia yang lebih dulu turun dari bis dan berlarian ke arah deratan toko-toko kecil itu untuk berteduh.

“Seharusnya kupikirkan tentang hujan!” Gladys menyeka mukanya yang basah oleh air hujan.

“kenapa risau ? sudah tahu bahwa sekarang memang musim hujan.”“ah... kamu nggak tahu ya ? Musim hujan disini lebih gila. Bisa hujan

sepanjang hari dan nggak ada redanya.” Gladys menengadah menatap langit yang pekat oleh mendung.

Inggrid seperti tidak peduli, merogoh sebatang coklat yang telah gepeng dari saku bajunya dan memakannya dengan gigitan yang besar. Gladys mengeluarkan kamera videonya dan merekam suasana terminal kecil itu. Mengabadikan curah hujan dan kemudian merasa menemukan momen lucu ketika coklat di tangan Inggrid terjatuh, entah karena apa dan masuk genangan air.

Sudah setengah jam hujan tidak juga reda. Galdys memutuskan membeli payung.

“kita Cuma berjalan limabelas menit untuk sampai ke rumah Opa Bram.”

Mereka berjalan berhimpitan di bawah payung,menerobos derasnya hujan. Inggrid baru sadar bahwa sekujur tubuhnya mulai mengigil dan giginya bergemerutuk.

“Dingin banget !jeritnya”“Ya.. jauh lebih dingin karena lagi hujan. Mungkin.....” Gladys tak

segera meneruskan ucapannya.“Mungkin kenapa ?”“Mungkin kita nggak bisa berenang.”

Page 3: Video

“Kenapa ?”“Air di danau pasti sedingin es. Sangat tidak bagus untuk berenang.

Kita bisa sakit.”“Aku lebih baik sakit asalkan bisa berenang.”“Sebaiknya jangan, jika cuaca masih seperti sekarang.”Huh ! Inggrid

mendengus kesal.“Percuma jauh-jauh kesini kalau nggak berenang !”“Kita massih punya besok,Ing. Jangan teralau bernafsu ! Danau itu toh

nggak akan lari ke mana !”

Inggrid tetap bersungut. Berenang adalah agendanya yang pertama dan utama di Danau Jingga.

***

Mereka tiba di rumah Opa Bram dan di sambut sangat meriah penuh sukacita. Oma menghidangkan kopi panas dan mulai sibuk menyiapkan makan siang yang agak istimewa.

“Ibumu pasti senang karena kamu sekarang sudah layak mewakilinya datang kemari.” Sindir Oma sambil tersenyum.

Gladys akhirnya berlindung dan mencari kehangatan di kamar yang telah di siapkan oleh mereka. Gladys meringkuk di bawah selimut tebal, sementara Inggrid justru seperti cacing yang kepanasan.

“Aku mau berenang sekarang !” Inggrid sudah tahu, bahwa untuk mencapai danau Cuma butuh waktu sepuluh menit berjalan kaki dari rumah ini.

“Hujan masih gila begini,Ing. Kamu bisa jadi hidangan beku kalau masuk ke air !”

“Percuma kalau datang kemari Cuma untuk pindah tidur!” Inggrid keluar kamar tanpa permisi.

Gladys tersenyum kecut. Ia mencoba memejamkan mata tapi tak bisa. Ia sudah hampir tiga jam tidur di sepanjang perjalanan.bosan melamun, ia menggapai kamera video tanpa merubah letak selimutnya.

Gladys membuka layar monitor dan menekan tombol untuk menyaksikan hasil bidikannya seturun dari bis tadi. Layar biru itu tak segera menampilkan gambar. Tapi kemudian menampilkan gambar jutaan semut mulai terlihat. Gladys mengkerutkankan keningnya. Ia berpikir ada yang tidak beres dengan rekamannya.

Tapi tiba-tiba gambar mulai tersaji di layar monitor mungilnya itu. Dan lagi-lagi Gladys mengerutkan keningnya. Ia mengambil posisi duduk untuk bisa memperhatikan gambar itu.

Page 4: Video

Kapan gambar ini di ambil ? Gladys tidak melihat suasana terminal kecil dalam guyuran hujan. Tidak pula setengah batang coklat Inggrid yang jatuh dan masuk ke dalam genangan air.

Yang ia lihat adalah Inggrid berlari-lari kecil di bawah hujan. Inggrid dengan baju renangnya, berdiri di atas sebongkah batu sebesar anak kerbau di tepi danau. Inggrid tertawa ketika melompat dalam air. Tapi tawa itu tiba-tiba berhenti dan berubah menjadi teriakan

Dilayar monitor itu terlihat tangan Inggrid yang menggapai-gapai keluar dari air. Inggrid meronta sebisanya. Mulutnya berteriak meminta tolong. Kamera vidio itu terlepas dari tangan gladys dan jatuh ke diatas kasur. Hanya kurang dari sepuluh detik gladys tercengang, setelah itu ia melompat dan menghambur ke luar kamar.

“Inggrid ?! Kamu dimana ??!”Opa Bram menurunkan korannya sambil tersenyum.

“Kamu kedinginan dan tertidur? Temanmu periang benar dan tidak peduli oada cuaca buruk.”

“Dimana Inggrid ?” Gladys bertanya dengan panik.“Katanya mau jalan-jlan ke danau. Biar sja, toh dia tidak mungkin

tersesat di kota sekecil ini.”“Tapi......????? Gladys melirik suasana buruk di luar rumah. Hujan

masih teramat ders. Serangkaian adegan di layar kamera videonya terbayang dengan mudah.”

Tiba-tiba Gladys sudah berlari ke luar dan mnerjang derasnya hujan. Ia menulikan telinganya atas teriakan opanya. Gladys terus berlari, menerjang hujan dan menerjang genangan air. Ia merasa harus secepatnya tiba di tepi danau !

“Inggrid!!!!!!” Gladys berteriak cemas bercamour lega ketika di kejauhan dilihatnya Inggrid sudah mengenakan baju renang tengah berdirir di atas batu sebesar anak kerbau di tepi danau. Inggrid tertawa-tawa, persis seperti adegan yang terlihat di kamera video. Mungkin ia merasa amat bebas karena tak ada orang lain di sekitar danau dan ia merasa boleh bersikap smaunya.

“Inggrid jangaaaaaaaaaaaaaaaaan !!!”Terlambat ! tubuh mungil itu sudah melanting ke udara dan kemudian menukik, terjun ke dalam air.

Tapi tawa riang itu seketika berubah menjadi teriakan ketakutan ketika tubuh itu tellah berada dalam air. Sepasang tangan Inggrid menggapai-gapi ssamampunya, tapi tubuhya terlihat semakin tenggelam. Gladys tahu apa yang terjadi. Inggrid mengalami kram entah kaki entah perut. Tanpa pikir panjang Gladys segera terjun ke air dan berenang sekuat tenaga untuk mencapai posisi Inggrid.

Page 5: Video

Air sedingin es tak lagi dirasakannya. Yang ia pikirkan hanyalah menyelamatkan Inggrid sebelum semua menjadi fatal. Tangan yang menggapai-gapi itu akhirnya bisa diraih oleh Gladys dan denagn sekuat tenaga menyeret tubuih Inggrid ke tepi.

“Jangan banyak bergerak! Kamu menyulitkan aku! Aku menolongmu!” teriak Gladys yang mulai terkuras tenangnya. Sangat berat berenang sambil menarik tubuh Inggrid.

Sepuluh menit kemudian Inggrid pulih kesadrannya. Sekujur tubuhnya terasa lngket oleh balsam yang panasnya luar biasa. Beberapa orang yang tinggal di sekitar danau telah menolongnya, dan kini mengerumuninya.

“Untung kamu punya t”man yang pandai berenang dan pemberani. Jika tidak, entah apa yang terjadi.

“Seharusnya kalian tidak berenang disaat hujan dan cuaca sedingin ini,” kata seseorang.Inggrid masih menangis begitu juga Gladys.

***

Malam harinya mereka masih tetap membicarakan peristiwa yang hampir merenggut nyawa Inggrid itu. Opa dan Oma merasa sedih karena mereka merasa seharusnya bisa dan mencegah ulah kedua tamu belianya itu.

Tapi satu hal yang tidak bisa diterima oleh akal sehat adalah tentang serangkaian adegan di kamera video Gladys. Gladys sudah memutarnya puluhan kali dan yang ia temukan Cuma adegan di terminal kecil hingga terjatuhnya coklat Inggrid.

Gambar-gambar itu sudah hilang dan hanya Gladys yang pernah melihatnya.

Nama : Dielan NovalinKelas : Xb