Velg Racing
-
Upload
wahyu-untag -
Category
Documents
-
view
411 -
download
7
Transcript of Velg Racing
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era modern ini pemakaian velg racing sangatlah berpengaruh keindahan kendaraan kita khususnya
mobil dan motor kita maka dari itu dalam makalah ini kita akan membahas tentang pembuatan velg
racing
1.2 Tujuan Pemakalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui tentang Proses Pengecoran dan Material yang di gunakan
( almilenium)
2. Kegunaan almilenium dan kekurangan terhadap pengecoran
3. Bahan-bahan yang terkandung didalam pengecoran velg sepeda motor
4. Mengetahui penandaan kelebihan almilenium
5. Mengetahu nilai-nilai almilenium
6. Mengetahui jenis-jenis almilenium yang berkualitas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Paduan Aluminium
Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan korosi yang baik.
Material ini digunakan dalam bidang yang luas bukan hanya untuk peralatan rumah tangga saja tetapi
juga dipakai untuk kepentingan industri, misalnya untuk industri pesawat terbang, komponen-
komponen mobil, komponen regulator dan konstruksi-konstruksi yang lain.
Menurut Aluminum Association (AA) dapat diidentifikasi dengan system empat digit
berdasarkan komposisi paduan seperti xxx.1 dan xxx.2 untuk ingot yang dilebur kembali. Sedangkan
simbol xxx.0 untuk menentukan batas komposisi pengecoran dan simbol A356, B356 dan C356 untuk
paduan cor gravitasi. Masingmasing paduan ini identik dengan kandungan yang mendominasi tetapi
berkurang batas penggunaan karena impuritinya, khususnya kandungan besi. Batas komposisi
berdasarkan Aluminum Association (AA) telah terdaftar pada paduan cor aluminium.
•
• Bahan baku alumunium alloy
Gambar 2.1 Material ( alumunium alloy )
2.2 Proses Pembuatan Velg Recing
a. Casting ( Pengecoran )
Pengecorang merupakan unit yang paling signifikan funsinya di perusahaan. Karena diketahui
semua produksi mengambil alur mula dari pongecoran. Pembahasan berikut akan di khususkan poada
produk Velg Recing sepeda motor , didasarkan bahwa produk tersebut menjadi focus utama
perusahaan saat ini.
b. Bahan baku Velg
Dalam proses produksi pengecoran velg recing sepeda motor memerlukan bahan baku
Alumunium Alloy. Bahan baku yang digunakan sebagian besar bersal dari Velg recing bekas mobil
yang tentunya berbahan Alumunium maupun alumunium batangan. Bahan – bahan tersebut kemudian
akan di cairkan pada tungku menjadi alumunium cair (adonan) untuk kemudian dilakukan penuangan
kembali nsesuai dengan c etakan velg recing yang ada.
2.3 Peleburan (melting)
Untuk Peleburan paduan aluminium dapat dilakukan pada tanur krus besi cor, tanur krus dan
tanur nyala api. Logam yang dimasukan pada dapur terdiri dari sekrap (remelt) dan aluminium ingot.
Aluminium paduan tuang bentuk ingot didapatkan dari peleburan primer dan sekunder serta
pemurnian. Kebanyakan kontrol analisa didapatkan dari analisis pengisian yang diketahui, yaitu
ketelitian pemisahan tuang ulang dan ingot aluminium baru. Ketika perlu ditambahkan elemen pada
aluminium, untuk logam yang mempunyai titik lebur rendah seperti seng dan magnesium dapat
ditambahkan dalam bentuk elemental. Sekrap dari bermacam–macam logam tidak dapat dicampurkan
bersama ingot dan tuang ulang apabila standar ditentukan. Praktek peluburan yang baik mengharuskan
dapur dan logam yang dimasukan dalam keadaan bersih.
Untuk menghemat waktu peleburan dan mengurangi kehilangan karena oksidasi lebih baik
memotong logam menjadi potongan kecil yang kemudian dipanaskan untuk di jadikan ingot. Kalau
bahan sudah mulai mencair, fluks harus ditaburkan untuk mengurangi oksidasi dan absorbsi gas.
Bentuk oksidasi tergantung Selama pencairan, permukaan harus ditutup fluk dan cairan diaduk pada
jangka waktu tertentu untuk mencegah segresi.
Hidrogen adalah satu-satunya gas yang dapat timbul dalam aluminium dan paduannya.
Persentase timbulnya gas hidrogen lebih banyak terdapat pada aluminium dalam bentuk cair daripada
dalam bentuk padat. Beberapa sumber potensial timbulnya hidrogen pada aluminium antara lain:
1. Udara dalam tungku (furnace) menggunakan bahan bakar terkadang menimbulkan gas hidrogen
yang disebabkan oleh reaksi pembakaran bahan bakar yang kurang sempurna.
2. Terjadinya asap hasil pembakaran pada waktu proses peleburan.
3. Reaksi antara aluminium cair dengan cetakan
Sebelum dilakukan peleburan di dalam tungku sebaiknya logam dipotong menjadi kecil-kecil,
hal ini bertujuan untuk menghemat waktu peleburan dan mengurangi kehilangan komposisi karena
oksidasi. Setelah material mencair, fluks dimasukkan ke dalam coran, yang bertujuan untuk
mengurangi oksidasi dan absorbs gas serta dapat bertujuan untuk mengangkat kotoran-kotoran yang
menempel padam aluminium.
Selama pencairan, permukaan harus ditutup fluks dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu
untuk mencegah segresi (surdia, 1991). Kemudian kotoran yang muncul di ambil dan dibuang. Setelah
pada suhu kurang lebih 725oC aluminium di tuang ke dalam cetakan. Adapun untuk remelting, material
hasil peleburan di atas dilebur kembali.
Tungku Pencairan Bahan Baku
Tungku pencairan alumunium untuk velg recing ada dua macam :
a) Tungku Peleburan
Tungku peleburan terbuat dari tanah liat yang di bakar yang sering disebut dengan kuali.
Kapasitasnya antara 40 Kg sampai dengan 50 Kg, pemanasan yang dilakukan adalah pemanasan
kompor dengan bahan bakar minyak tanah yang di tekan dengan tekanan udara dari kompresor untuk
menyemprotkan minyak menjadi kabut yang nantinya mudah terbakar dan memiliki suhu pemanasan
cukup tinggi yaitu sekitar 800˚C.
Di tungku ini, bahan baku alumunium alloy di cairkan dan mendapat beberapa perlakuan antara lain :
a. Pemanasan alumunium alloy diawali dengan penataan alumunium alloy di sekeliling tungku
peleburan. Setelah berubah warna menjadi Orange silver, maka alumunium alloy di masukkan ke
tungku.
b. Dilakukan penekanan dengan menggunakan stick untuk lebih memudahkan nyala api memanas
sehingga memudahkan proses pencairan.
c. Setelah mencair maka dilakukan pemberian serbuk Flux, yang berfungsi untuk memisahkan antara
kotoran dengan cairan alumunium yang terbentuk.
d. Kotoran yang terbentuk dipisahkan menggunakan saringan manual dengan cara diangkat dari kuali
sehingga didapatkan cairan alumunium yang cukup bersih.
e. Langkah terakhir adalah memindahkan cairan alumunium tersebut ke tungku selanjutnya yaitu
tungku untuk penuangan cairan.
b) Tungku Penuangan Cairan.
Tungku ini terbuat dari bahan besi baja atau juga besi cor. Kapasitasnya sekitar 2,5 kuintal.
Cairan alumunium dari tungku peleburan di tuangkan ke tungku penuangan ini untuk kemudian di
tuangkan ke cetakan. Untuk memudahkan dan menberi sekat antara cairan alumunium dan dinding
tungku, maka diding di beri sejenis cairan kapur yang kemudian sering di sebut denga koting. Dan
proses pelapisan ini dinamakan pengkotingan.Koting ini sangat besar perannya dalam pembersihan dan
pemisahan cairan sehingga sewaktu – waktu dilakukan pembersihan tungku, proses ini dapat di
lakukan dengan mudah. Dan pelaksanaan proses penggantian atau prembersian di lakukan ritin
makasimal 1 (satu) bulan sekali.
Bahan pemanas sama dengan tungku peleburan yaitu sistem pemanas terbuka dari kompor gas
dan minyak tanah sebagai bahan bakar minyak. Minyak tanah ini di beri tekanan tinggi dengan
kompresor untuk pengabutan minyak sehingga minyak mudah terbakar dan diperoleh nyala dan suhu
yang cukup tinggi.
Cairan alumunium di tungku ini mendapat perlakuan panas antar suhu 700˚C sampai dengan
750˚C dari yang sebelumnya hanya mencapai titik lebur (600˚C-680˚C) saja. Perlakuan cairan sebelum
dituang ke dalam tungku, penuangan ini adalah menaikkan suhu dari cairan dan fungsinya untuk
menkondisikan agar kekentalan cairan yang diharapakn tercapai yang akhirnya cairan akan dapat
memenuhi cetakan saat penuangan dan menghasilkan coran yang baik.
Perlakuan yang diberikan pada proses ini selanjunya adalah pemberian flux untuk
menbersihkan kotoran yang masih ada pada pencairan awal dan memisahkan aluminium yang tidak
dapat mencair dengan suhu kompor yang ada. Sisa aluminium yang tidak dapat dicairka ini kemudian
diangkat dan disendirikan yang nantinya diambil untuk di jual di perusahaan pencairan aluminium.
Dan dilakukan pengadukan adonan untuk meratakan suhu pada cairan.
c) Alat pengukur suhu peleburan
Termometer digital
Termometer digital pada gambar 3.8 digunakan untuk mengukur temperatur ruangan, temperatur
pemanasan cetakan dan temperature penuangan.
Gambar 2.2 Termometer digital
Gambar 2.3 Saat Peleburan
2.4 Cetakan
Cetakan yang digunakan dalam pengecran menggunakan system cetakan tetap, dikarenakan
produksi terus menerus dan permintaan pasar yang semakin meningkat. Faktor lain yang harus
diperhatiakn adalah sipat dari cairan Aluminium silicon yang memiliki sipat penyusutan rendah dan
kejernihan yang baik sehingga cetakan tetap menjadi pilihan yang sesuai dalam proses produksi.
Bahan cetakan dari besi tuang yang telah mendapat perlakuan panas sehingga mengurangi
unsure karbon. Hal tersebut menbuat cetakan menjadi lebih liat dan dapat diproses permesinan.
Cetakan dan sistem saluran
Meski saat ini sudah banyak home industri yang membuat velg racing untuk berbagai jenis
kendaraan bermotor, tetapi tetap saja model baru bisa dijadikan suatu pilihan. Untuk itulah dirancang
pembuatan velg racing dengan proses pengecoran menggunakan pasir cetak. Perancangan pembuatan
cetakan untuk velg racing ini menggunakan perhitungan sistem saluran. Perancangan proses
pengecoran velg racing ini menggunakan bahan baku untuk coran adalah paduan aluminium standart
Alcan dengan nomor bahan B135, bahan baku untuk pola adalah kayu mahoni, bahan baku untuk
cetakan adalah pasir kering dengan bahan pengikat semen serta rangka cetakan dari kayu papan.
Setelah diketahui nilai volume dari coran sebesar 1.527,47 cm3 akhirnya diketahui pula berat
coran sebesar 4,1 kg, waktu penuangan 12 detik, volume tuang 145.522,39 mm3/det. Untuk saluran
turun tingginya 274,3 mm, diameternya 15 mm, luas irisannya 176,6 mm2, choke area 62,76 mm2.
Untuk saluran masuk luas irisannya 353,25 mm2, panjangnya 188 mm. Untuk cawan tuang
kedalamannya 67,5 mm, panjangnya 150 mm, lebarnya 60 mm. Untuk saluran penambah diameternya
119,2 mm, tingginya 238,5 mm. Untuk lubang angin diameternya 5mm, tingginya 238,5 mm,
jumlahnya 2 buah. Ukuran rangka cetakan 930 x 740 x 384 (mm). Proses finishingnya yaitu dengan
proses pembersihan, proses pemesinan dengan pembubutan dan penggerindaan, proses penghalusan
permukaan dan yang terakhir proses pengecatan.
Gambar 2.4 Proses Pembuatan cetakan
Gambar 2.5 Cetakan Pasir
2.5 Proses Penuangan
Sebelum cairan aluminum dituang kecetakan, cetakan harus benar-benar dalam kondisi siap.
Tahap-tahap penyiapan cetakan adalah sebagai berikut :
1. Pembersiah cetakan dari debu kotoran.
Debu dan kotoran yang ada pada cetakan akan menimbulkan kerusakan pada hasil cetakan /
coran. Kotoran sisa pengecoran sebelumnya baik sedikit maupun banyaknya debu akan menghalangi
proses cairan untuk masuk dan menempati bentuk cetakan. Sehinggga untuk mendapat hasil coran
yang baik maka debu dan kotoran yang menempel pada cetakan disemprot dengan udara bertekanan
dengan menggunakan kompresor sebelum dilakukan penuangan.
2. Pemberian koting ke semua perukaan cetakan.
Setelah permukaan cetakan dibersihkan, langkah berikunya adalah pemberian caiaran koting ke
semua permukaan cetakan yang nantinya akan bersinggungan dengan cairan aluminium. Fungsi darim
koting ini adalah untuk menberikan sekat antara cairan dengan catakan sehingga ketika hasil cor
dilepas dari catakan dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu pemberian koting juga berpengaruh
terhadap hasil cor terutama terhadap permukaan hasil cor. Dengan pemberian koting yang merata dan
cukup ketebalannya akan menbuat permukaan hasil pengecoran halus dan cacat coran dapat sedikit
dikurangi. Bila pemberian koting berlebihan dan tidak merata maka akan menimbulkan cacat “lubang
jarum” dan permukaan hasil pengecoran menjadi kasar. Hal ini dikarenakan lubang pembuangan gas
bias tersumbat dengan koting yang terlalu tebal tersebut.
Pemberian koting adapat puka dilakukan ketika terjadi perombakan jenis cetakan velg yang di
peasan atau diproduksi. Sehingga pengkotingan dilakukan setelah pembersiahna permukaan cetakan
dari koting awal.Pemberian koting dalam proses ini didahului dengan pemanasan cetakan sampai 80˚C
- 100˚C baru kemudian permukaan cetakan disemprot dengan koting.
3. Pemanasan catakan sebelum penuangan
Setelah pengkotingan awal, cetakan dipanaskan dengan menggunakan nyala api dari brender
dengan bahan bakar elpiji. Pemanasan ini dilakukan kurang lebih satu jam untuk mengkondisikan agar
suhu cetakan sesuai dengan suhu cairan alumunium yang akan dituang.
Cetakan velg recing terpasang dalam mesin cetak, dan ada duajenis pemegang mesin cetakan.
Mesin pertama menggunakan sistrem hidrolik secara keseluruahn dan mesin kedua menggunakan
system mekanis dan hidrolis.
Cetakan untuk velg dengan kualifikasi disk atau rem cakram sering dilakukan pada mesin cor mekanis
dan hidrolis namun untuk pengecoran velg dengan kualifikasi velg tromol menggunakan mesuin cor
hidrolis secara keseluruhan (semi otomatis).
4. Proses Penuangan Cairan Alumunium
Setelah cairan sudah siap dengan rentang temperature 700˚C - 750˚C maka proses penuangan
cairan alumunium siap untuk dilakukan. Langkah Pelaksanaan penuangan cairan alumunium ke
cetakan adalah :
1. Cetakan yang terdiri dari empat bagian yang ditangkupkan, dengan pusat penangkupan adalah
cetakan bagian bawah, kemudian dua cetakan samping juga ditangkupkan maka terbentuklah kup.
Untuk yang terakhir adalah penangkapan cetakan bagian atas selaku drag. Dari cetakan yang telah
ditangkupkan terdapat 3 lubang pemasukan yang memiliki fungsi untuk memasukkan cairan
alumunium kedalam cetakan. Sebagai pemasukan utama berada di samping-samping cetakan dan
sebagai pemasukan akhir berada di drag cetakan atas sekaligus sebagai pusat utama poros dari velg.
2. Kemudian cairan dari tungku penuangan cairan yaitu tungku untuk menaikkan suhu cairan dari
660˚C menjadi kira-kira 700˚C sampai 750˚C diembil dengan menggunakan canting manual. Dan
dilakukan penuangan cairan kedalam cetakan. Urutan penuangan cairan, didahului dari luabnga
pemasukan samping, setelah beberapa detik kemudian dilakukan penuangan dari lubang tengah.
Dalam proses penuangan secra manual diperlukan keterampilan dan pengalaman yang cukup
karena sering sekali terjadi cacat pada hasil cor dikarenakan kurangnya ke sesuaian pertemuan
carian didalam cetakan dank arena kurang sinerginya proses penuangan ini. Proses ini memakan
waktu sekitar 9 menit.
3. Selanjunya cairan yang barada dicetakan ditahan sekitar 15 detik, kemudian dibuka hanya
menberikan rongga udara pada coran. Coran yang masih didalam cetakan didinginkan selama
sekitar 3,5 menit sampai 4 menit yang memiliki fungsi untuk menberi kesempatan penyusutan dari
velg yang awalnya memiliki suhu cair untuk kemudian menjadi padat. Selain itu untuk
mendiamkan selama 3,5 menit sampai 4 menitberfungsi untuk menguatkan jalinan Kristal-kristal
alumunium agar sewaktu dilepas dari cetakan agar tidak mengalami difleksi.
4. Setelah rentang waktu 3,5 sampai 4 menit maka coran velg alumunium diangkat dari cetakan
dengan menggunkan system mekanik dan hidrolik. Kemudian pemanasan dengan menggunakan
brender pada cpran diberiakan sedikit 30 detik untuk menpermudah memisahkan hasil coran
dengan cetakan atas.
5. Langkah berikunya yaitu menbawa hasil coran ke bagian control pada unit pengecoran. Pada
bagian control ini hasil pengecoran diperiksa, dengan kulaifikasi cacat cor yang sering terjadi yaitu
kesentrisan velg tidak sempurna, permukaan velg kasar, dan difleksi. Dan kondisi hasil coran ini di
infokan kepada pekerja pada mesin dengan adanya papan info yang memaparkan hasil dari
pengecoran yang baru dilakukan berupa hasil pengecoran baik ataupun hasil pengecoran
mengalami cacat cor.
6. Setelah hasil cor sesuai dengan batas mnimal kualitas pengecoran maka hasil coran ditata di bagian
sendiri untuk menurunkan suhunya karena velg yang baru di lepas dari cetakan tersebut masih
memiliki temperaur yang cukup tinggi yaitu sekitar 200˚C-400˚C. Untuk pengecoran awal, hasil
coran setelah diperiksa kondisi fisiknya dibagian control pengecoran segera akan dicek peda bagian
permesinan untuk mengetahui kesentrisan dari velg. Setelah diketahui velg layak kerja pemesinan
maka pengecoran dilanjutkan, namun jika kondisi velg hasil cor mengalami oleng atau tidak
simetris dan kurang baaik untuk dilakukan pemesinan, maka bagian unit pengecoran hrus
mengvaluasi pada cetakan atau pada system pemanasan yang dilakukan sebelumnya, sebelum
melanjutkan proses pengecoran.
7. Untuk kondisi hasil pengecoran yang telah sesuai maka akan segera dikirim ke unit potong dan
gerinda untuk pemotongan sisa bagian pemasukan. Lubang pemasukan akan meninggalkan batang
Alumunium pada kondisi velg Yang utuh, maka sisa pemasukan ini harus dipotong dan digerinda
sebelum dikirim ke unit pemesinan.
Alur Pengcoran velg Sepeda motor
Bahan baku alumunium alloy
Tungku peleburan bahan baku
Tungku penuangan cairan
Penuangan cairan ke cetakan
Pelepasan hasil cetakan dari cetakan
Pemeriksaan dari cetakan
Unit gerinda dan potong
Bagai permesinan
Gambar 2.7 Alur Pengecoran
2.6 Machining
Proses machining merupakan pekerjaan lanjutan dari proses pembuatan velg recing setelah
proses casting. Gambaran umum proses permesinan antara lain pemotongan sisa antisipasi
penyusutan coran, penyentrisan velg, pembubutan bentuk bulat dengan diameter 426 mm,
pembubutan sudut 15˚, pembubutan profil velg ban, pembubutan disk dan tromol, pembubutan
sudut 3˚ dan pengeboran dob. Tahap machining memanfaatkan dua jenis mesin yaitu CNC bubut
dan CNC borring.
a) CNC Bubut
Pemotongan dan penggerindaan
Pemotongan dalam proses permesinan dilakukan pada unit potong dan gerinda.
Pemotongan dalam hal ini merupakan pemotongan sisa lubang pemasukan dan penggerindaan
terhadap hasil rembesan cairan sewaktu dicetak. Pemotongan ini menggunakan mesin gergaji
putar dengan gigi gergaji dari cutter HSS. Karena dari pemotongan ini masih terdapat
permukaan – permukaan yang taqjam maka penggerindaan permukaan tadi diperlukan sebelum
velg ini dimesinkan. Setelah pemotongan sisa luabang tuang, langkah berikutnya adalah
Bahan baku alumunium alloy
tungku peleburan dan tungku penuagan alumunium alloy
pelepasan hasil cetakan dari cetakan
pemeriksaan hasil cetakan
pemotongan dengan gerindabagian permesinan dan finishing
velg pun skaniap dipasar
pemotongan dengan alokasi penyusutan dan luabang tuang pada poros senter velg. Pemotongan
berikunya adalah pemotongan terhadap diameter velg menjadi diameter 462 mm, hasil
pemotongan ini masih diberikan toleransi karena pengerjaan permesinan lain masih perlu
dikerjakan.
Pembubutan Velg
Proses machining banyak didominasi oleh poros bubut. Proses pembubutan yang dilakukan
yaitu :
1. Pembubutan 15˚
Pada profil velg terdapat bagian sudut 15˚, profil ini mendapat perlakuan awal yaitu
pembubutan karena nantinya akan dijadikan dasar pembubutan untuk kesimetrisan bagian
lainnya.
2. Pembubutan profil diameter tengah poros.
Setelah pembubutan profil 15˚, pemesinan berikutnya b erfungsi untuk menbentuk poros tenga
velg. Proses pembubutan ini tetap menggunkan basic sentrisasi dari permukaan bersudut ban.
3. Pembubutan profil ban
Tahapan pembubutan berikutnya adalah pembub utan profil ban. Bagian ini mengalami
perlakuan finishing dengan pahat tenga setelah proses pembubutan selesai.
4. Pengerjaan lubang leher atau rumah leher.
Proses ini merupakan proses yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi, karena kebutuhan
ketelitian tinggi dan menggunakan toleransi internasional karena untuk leher itu sendiri telah
memiliki standar internasional baik ukuran maupun kekerasan permukaannya.
5. Pembubutan tromol dan tempat cakram.
Velg terbagi ats dua komponen tambahan terutama dalam aksesories kendali atau ren yaitu
memakai disk atau rem cakram dan tromol. Untuk velg yang menggunkan cakram sebagai
pelengkap maka poros tengah akan dibubut dengan mal yang telah ada terutama sesuai denga
jenis velg motor yang diproduksi. Tentang proses pembubutaqn tromol, lubang tromol yang ada
hanya tinggal di bubut hinggga diameter sesuai ukuran yang beredar di pasaran. Proses
pembubutan tromol dan cakram dilakukan dengan system termal.
6. Pembubutan profil 3˚.
Bentuk profil yang terakhir dibubut adalah pembubutan bersudut 3˚. Dan merupakan tahap
akhir proses pembubutan.
b) CNC Boring
1. Pengefresan Velg
Pekerjaan pemesinan dalam proses pembubutan velg sebagian besar dilakukan pada mesin
bubut, namun dalam proses tertentu missal unutk menbersihkan sisa bagian lubang
pembuangan, pembuatan lubang baut pada cakram maka digunakan mesin freis unutk
kesempurnaan hasil, kemudahan dan ketelitian yang diharapkan.
2. Pengeboran
Pengeboran dalam proses machining diutamakan untuk menbantu proses yang sederhana
seperti pengeboran cop. Proses akhir machining sebelum masuk pada unit finishing adalah
pembuatan ulir pada lubang penempat baut cakram.
Finishing
Sesuai dengan fungsinya, finishing adalah pekerjaan penyelesaian dari suatu produk. Proses
finishing dilakukan untuk meningkatkan nilai, kulaitas performance dari produk yang di
produksi oleh perusahaan dalam hal ini adalah velg raching.
Setelah Velek mendapat perlakuan permesinan, maka velg akan mendapat perlakuan finishing
di unit finishing, antara lain pekerjaan mengikir di kerja bangku, pemilihan untuk menentukan
apakah produk akan di cat oven di chrom polish.
a) Kerja Bangku
Pekerjaan yang dilakukan pada kerja bangku adalah mengikir bagian-bagian sambungan
dari alur cetakan yang tidak adapat dikerjakan pada proses pemesinan.
Bagian – abgian sambungan dan tepi dari cetakan akan meninggalkan garis menonjol yang
tidak dapat dijangkau oleh proses pemesinan. Selain itu pada kerja bangku akan dilakukan
penghalusan permukaan yang kasar dari hasil coran yang telah dikerjakan pada pemesinan,
pembulatan permukaan dan penyempurnaan bentuk yang mengalami cacat coran.
Setelah pengerjaan kerja bangku maka velg setengah jadi tersebut akan dipilah menjadi dua
dengan ketentuan, untuk hasil coran velg yang baik dan tidak mengalami cacat cor yang cukuop
parah akan di bawa ke unit chrom polish, sedangkan untuk velg yang mengalami cacat cor yang
pada unit kerja bangku tidak dapat diperbaiki maka akan dibawa ke unit cat oven dengan
mendapatkan perlakuan finishing terlebih dahulu.
b) Pengecatan
Untuk pegecatan terbagi atas dua jenis yaitu chrom polish dan cat oven.
Chrom Polish
Velg yang sudah dipilih dan memenuhi standar untuk chrom polish akan mengalami beberapa
pengerjaan pada unit ini, diantaranya :
Pengampelasan.
Pengamplasan terdiri atas 3 proses :
Pengamplasan kasar dengan menggunakan ampelas dengan tingkat kekerasan 150.
Pengamplasan halus dengan menggunakan ampelas dengan tingkat kekerasan 180.
Pengampelasan berikutnya adalah dengan menggunkan oker dengan bahan perekat lem jenis
Anchor Chrystal. Pengampelasan ini merupakan pengampelasan terakhir.
Polish
Proses yang dilakukan setelah pengampelasan adalah proses polish. Peralatan yang digunakan
adalah poros putara yang digerakkan dengan motor listrik. Dan pada poros ini di pasangkan roda
pemoles. Pekerjaan polis dilakukan manual dengan cara mengikis permukaan velg dengan roda
pemoles yang terpasang pada poros yang digerakkan motor listrik dengan putaran 1390 rpm.
Untuk pekerjaan terakhir adalah penempelan merek produk pada velg yang telah selesai. Velg
yang telah selesai dimasukkan ke dalam gudang unit finishing sebelum di packing dan siap untuk
didistribusikan.
A. Cat Oven
Untuk velg yang mengalami cacat cor namun masih dalam standar kualitas dan setelah
penegrjaan pemesinan masih Nampak, maka akan mengalami penanganan finishing dengan cat
oven dengan tahapan sebagai berikut :
1. Penambahan bagian yang kurang, seperti jari yang tidak sempurna dengan dempul, kemudian velg
yang sudah ditambah ini disemprot dengan cat dasar dempul untuk kemudian dimasukkan dalam
tungku ocen sampai kering denga lama pemanasan sekitar 20 sampai 30 menit. Setelah kering
maka velg dihaluskan dengan amplas dan pekerjaan ini dikerjakan secara manual.
2. Langkah pekerjaan selanjutnya adalah mengecat dasar velg yang sudah di amplas dengan cat dasar
warna hijau atau putih, dan mengenai pemilihan warna yang digunakan tergantung pada warna cat
selanjunya, sehingga tidak harus dengan warna tersebut.
3. Setelah pengecatan dasar maka langkah berikutnya adalah pengecatan denag warna yang sesuai
permintaan dan tren pasar. Pengecatan ini menggunkan penyemprotan dengan tekanan dari
kompresor. Pengectan ini dilanjutkan dengan penyemprotan cleaner yang berfunsi untukanti gores
dan pengkilap dari warna cat.
4. Setelah penyemprotan cleaner, veleg dimasukkan ke dalam Oven dan di panaskan dengan suhu
sekitar 40˚C sampai 60˚C, dan dilakukan selama kurang lebih 30 menit. Pengovenan ini berfungsi
untuk lebih merekatkan cat dengan alumunium dan untuk menyatukan ikatan butir – butir cat.
5. Untuk Pekerjaan terakhir adalah penempelan merek produk pada velg yang telah di cat. Velg yang
telah selesai di masukkan ke dalam gudang unit finishing sebelum di packing dan siap untuk
didistribusikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembuatan makalah proses pengecoran alumunium tentang pembuatan velg sepeda motor
yang telah dilakukan maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari beberapa pengujian yang memiliki sifat mekanik paling optimal pada komposisi 25% PB + 75
ADC 12 + suhu Penuangan 700C + insert alumunium cor
2. Insert yang memiliki sifat mekanik paling baik pada alumunium cor karena memiliki titik lebur
mendekati temperatur pemanasan awal
3. Temperatur penuangan semakin rendah, kekerasan semakin meningkat, ikatan interface
semakin rapat.
4. Nilai kekerasan daur ulang velg paling tinggi yaitu 113.2 HVN jika dibandingkan dengan
kekerasan material velg original Daihatsu 139 HVN masih dibawahnya. Dan dari uji komposisi
terdapat perbedaan komposisi unsure Si 8,7 wt % (velg daur ulang) dan Si 10,7 wt % (velg
Daihatsu). Karena sifat mekanik daur ulang velg masih dibawah standar maka perlu dilakukan
perlakuan panas (Heat treatment).
3.2 Saran
Pengecoran velg pada makalah ini menggunakan metode pengecoran gravitasi, sehingga masih
banyak diperlukan data-data lanjutan untuk mendalami proses pengecoran sentrifugal, cetak tekan,
die casting yang dapat meningkatkan sifat mekaniknya.
Pada penelitian ini hanya terbatas tiga parameter yaitu komposisi paduan, insert alur ring dan suhu
penuangan, sehingga sifat mekanik masih kurang maksimal.
Material velg bekas banyak impuriti karena kurangnya kebersihan menyebabkan sifat mekaniknya
menurun. Maka penelitian lanjutan pada material velg bekas yang sama perlu dilakukan
pembersihan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
AFS Sand And Core Testing Handbook., 2004.
ASM International. All Rights Reserved Aluminum-Silicon Casting Alloys: Atlas
Microfractographs, 2004
ASM Handbook,Volume 1., 2005 Properties and Selection.
ASM Metal Handbook Vol.8 ., 1998
ASM Handbook, Vol. 15., 1998
ASTM Handbook E18 ., 2002.
ASTM Handbook E92., 2004.
Budinski., 2001,” Engineering Materials Properties and Selection,” PHI New Delhi,
pp. 517–536.
Begüm Akkayan, DDS, PhD, Burcu Sahin, DDS, and Hubert Gaucher, DDS, MScD.,
2008, The Effect of Different Surface Treatments on the Bond Strength of Two Esthetic Post
Systems,
B. H. Amstead, Teknologi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta, 1987.
Bambang Suharno., 2007., Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Reaksi Antarmuka Paduan
Aluminium 7%-Si dan Aluminium 11%Si Dengan Baja cetakan SKD 61. 85-91.