VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM …/Variasi...Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu...
Transcript of VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM …/Variasi...Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu...
1
VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
DALAM PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK
Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Keolahragaan Pada Fakultas Keguruan dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Sebelas Maret
Diucapakan Di Muka sidang Senat terbuka Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Tanggal ……
Oleh
Soedjarwo
SEBELAS MARET UNIVERSITY PRESS SURAKARTA
2004
2
Prof. Dr. Soedjarwo, M. Pd
Guru Besar Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
3
PIDATO PENGUKUHAN JABATAN GURU BESAR Yang terhormat Bapak Rektor/Ketua Senat, Sekretaris Senat, Para anggota Senat
Universitas Sebelas Maret.
Yang terhormat Ketua dan para anggota Dewan Penyantun Universitas Sebelas
Maret.
Yang terhormat para Pimpinan Fakultas di lingkungan Universitas Sebelas Maret
Yang terhormat para Pembesar Sipil dan militer
Yang terhormat para Sivitas Akademika Universitas Sebelas Maret Surakarta
Yang terhormat tamu undangan, teman sejawat dan Handai Taulan serta segenap
Hadirin yang saya muliakan,
Assalamu’alaikum warakhmatullahi warakatuh,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu
wata’ala, atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita sekaliyan
sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang terhormat ini untuk mensyukuri
nikmat dan karunia-Nya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih
kepada Pemerintah khususnya Bapak Menteri Pendidikan Nasioanal Republik
Indonesia, yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada saya untuk
diangkat sebagai Guru Besar dalam ilmu Keolahragaan pada Fakulatas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Ucapan terima kasih saya sampaikan
pula kepada Bapak Rektor/Ketua Senat, Sekretaris Senat dan Komisi E Senat
Universitas Sebelas Maret atas dorongannya, yang akhirnya mengantar saya
mendapat kesempatan memangku jabatan akademik tertinggi, yang pada hari ini
diselenggarakan pengukuhannya.
Selanjutnya perkenankanlah pula saya menyampaikan rasa terima kasih
kepada segenap hadirin dan tamu undangan, yang bersabar diri meluangkan waktu
4
untuk menghadiri dan mendengarkan pidato pengukuhan saya pada acara sidang
senat terbuka Universitas Sebelas Maret hari ini.
Suatu pidato pengukuhan dalam rangka memenuhi kewajiban dan tradisi
akademik yang terpuji, sebagai disyaratkan oleh senat Universitas Sebelas Maret dan
juga merupakan pertanggung jawaban profesional pada diri seseorang pengajar di
Perguruan Tinggi untuk memangku jabatan Akademik tertinggi.
Hadirin yang saya muliakan,
Dalam rangka memenuhi kewajiban dan tradisi akademik tersebut, saya akan
menyapaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Ilmu Keolahragaan dengan
mengambil pokok pengakajian yang berjudul VARIASI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI DALAM PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK.
Judul tersebut saya pilih sehubungan dengan kenyataan bahwa anak-anak pada usia
sekolah paling banyak melakukan gerak, ternasuk bermain. Oleh karena itu
hendaknya gerak-gerak yang dilakukan anak tersebut dipantau, dibina dan
dikembangkan agar dapat diarahkan bagi pembinaan bakat dan minatnya.
Setiap individu apapun peranannya dalam masyarakat membutuhkan selama
pendewasaannya suatu keseimbangan dalam perkembangan intelek, fisik, moral dan
estetis yang semua ini harus tercermin dalam kurikulum, pada program pembinaan
dan pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah. Pendidikan jasmani
merupakan salah satu sarana pendidikan yang sangat penting bagi anak-anak. Gerak
merupakan salah kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam pendidikan
jasmani dapat diciptakan kondisi yang dapat merangsang pertumbuhan dan
perkembangan diri anak secara utuh melalui rangsangan yang bersifat fisik, mental,
sosial dan estetis. Peran pendidikan jasmani pada pengembangan fisik meliputi
peningkatan kesegaran jasmani, peningkatan kesehatan, dan peningkatan kemampuan
kualitas jasmani. Peningkatan kesegaran jasmani dan kesehatan mempunyai
hubungan positif terhadap pengembangan kecerdasan. Kesegaran jasmani bukan
5
hanya sekedar sehat, tetapi juga menjadi dasar aktivitas intelektual yang dinamis dan
kreatif. Namun demikian pengajaran pendidikan jasmani disekolah bukan sekedar
membekali siswa dengan aktifitas fisik dan keterampilan gerak olahraga saja, tetapi
banyak tujuan lain yang ingin dicapai. Salah satu keberhasilan dalam pembelajaran
pendidikan jasmani adalah pengembangan potensi kreativitas siswa agar siswa
memiliki kemampuan menghadapi tantangan masa depan. Oleh karena itu pendidikan
jasmani di sekolah perlu dikelola dengan baik sebagai salah satu bidang studi yang
banyak memberikan sumbangan dalam meningkatkan kreativitas anak.
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreatif meskipun dengan kadar
yang berbeda-beda. Kreativitas seperti halnya potensi yang lain, perlu diberi
kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang sebagai aktivitas
berpikir yang menghasilkan gagasan atau sesuatu yang baku, serta mempunyai nilai
bagi diri sendiri maupun lingkungan. Kemampuan kreatif dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan
penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru,
berguna dan dapat dimengerti. Baru artinya inovatif, belum ada sebelumnya, segar,
menarik, aneh, dan mengejutkan. Berguna artinya lebih enak, lebih praktis,
mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik,
memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan
hasil banyak dan baik (Cambell, 1986 : 11).
Hadirin yang saya muliakan,
Mengingat pentingnya kreativitas di era globalisasi dan latar belakang
masalah yang telah saya sampaikan diatas, maka akan saya kemukakan lebih lanjut
mengenai pendidikan jasmani dan olahraga, proses kreativitas, serta peran pendidikan
jasmani dalam meningkatkan kreativitas anak.
6
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SEKOLAH
Pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang
harus dimasukkan dalam kurikulum di semua jenjang dan jenis sekolah. Agar
program pendidikan jasmani dapat dilaksanakan dengan baik, perlu dipersiapkan
guru pendidikan jasmani yang berwenang dan berkemampuan. Kewenangan
mengajar dapat diperoleh oleh seorang guru pendidikan jasmani dari lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan seperti IKIP atau FKIP yang memiliki Fakultas
atau Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang pendidikan jasmani, maka perlu
dikaji lebih dahulu dari arti pendidikan itu sendiri. “Pendidikan dalam arti luas
meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada
generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi
hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah”. Sedangkan menurun Undang-
Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 1 di jelaskan, “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Usaha sadar tersebut
dilakukan oleh para pendidik, yang pertama dan utama adalah dari orang tua di
lingkungan keluarga, di pendidikan formal (sekolah) dan di masyarakat.
Menurut Raka Joni (1981 : 14), hakikat pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan meruapakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subyek didik dengan kewibawaan pendidik.
2. Pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi
lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu dan
teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
7
Selanjutnya dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Fungsi Pendidikan Nasional adalah
mengembangkan dan serta meningkatkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan mertabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan
Nasional.
Setelah mengetahui hakekat dan makna pendidikan, maka perlu dibahas
lebih lanjut tentang pendidikan jasmani. Istilah pendidikan jasmani sendiri masih
sering dipertanyakan, apakah berarti pendidikan dari jasmani atau pendidikan
,melalui jasmani ? Pakar pendidikan jasmani yang pertama kali berpendapat
adalah dari Amerika, Williams (1964 : 3) yang menyatakan bahwa pendidikan
jasmani adalah pendidikan melalui jasmani yang berupa aktivits manusia yang
dipilih jenisnya dan dilaksanakan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Singer (1976 : 9), pendidikan jasmani sebagai pendidikan dari
jasmani yang berbentuk satu sistem atau program aktivitas jasmani yang intensif,
melibatkan otot-otot besar yang dirancang untuk merangsang organ-organ tubuh
agar bermanfaat bagi kesehatan pelakunya. Memberikan makna pendidikan
jasmani sebagai pendidikan melalui jasmani berbentuk satu program aktivitas
jasmani yang medianya gerak tubuh yang dirancang untuk menghasilkan
beragam pengalaman dan tujuan antara lain belajar, sosial, intelektual, keindahan
dan kesehatan.
Pembahasan pendidikan jasmani dalam Undang-Undang tentang sistem
Pendidikan Nasional tidak nampak, tetapi dalam Undang-Undang No. 4 tahun
1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran Bab VI pasal 9 tentang
pendidikan jasmani yang berbunyi: Pendidikan Jasmani menuju kepada
keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan
suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia yang sehat dan kuat lahir dan
batin, diberikan kepada segala jenis sekolah “Dalam hal ini juga tidak ada
penjelasan tentang makna pendidikan jasmani, hanya ada tujuan yang ingin
8
dicapai, yaitu untuk keselarasan tumbuhnya badan dan perkembagan jiwa serta
untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat, lahir dan
batin.
Salah satu pendapat tentang pendidikan jasmani dari tokoh olahraga
adalah dari Abdul Gafur (1983 : 6) : “Pendidikan jasmani adalah suatu proses
pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat
yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang
intensif dalam rangka memperoleh peningkatan/kemampuan dan keterampilan
jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak”. Jadi hakekat
pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar
melalui kegiatan jasmani yang intensif.
Dalan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomer II/MPR/1988 tentang GBHN sektor pendidikan dapat dipelajari uraian
tentang pendidikan jasmani dan olahraga :
1. Pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dari upaya
peningkatan kualitas manusia Indonesia.
2. Tujuannya untuk peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh
masyarakat, pemupukan watak, disiplin dan sportivitis serta pengembangan
prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional.
3. Perlu ditingkatkan pendidikan jasmani dan olahraga di lingkungan sekolah,
pengembangan prestasi olahraga.
4. Upaya memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat serta
menciptakan iklim yang lebih mendorong masyakat untuk berpartisipasi
serta bertanggung jawab dalam membina dan mengembangkan olahraga.
Isi GBHN tersebut juga tidak membahas makna pendidikan jasmani
secara khusus, tetapi memberikan penekanan bahwa pendidikan jasmani dan
olahraga perlu ditingkatkan di lingkungan sekolah. Meskipun tidak dijelaskan
tentang perbedaan antara pendidikan jasmani dan olahraga, kedua program
tersebut perlu dilaksanakan. Dengan demikian guru pendidikan jasmani
9
mempunyai tugas ganda, yakni mengajarkan pendidikan jasmani sebagai
kegiatan kurikuler dan program olahraga yang bertujuan meningkatkan prestasi
sebagai kegiatan ekstra kurikuler.
Menurut Dewan Internasional Olahraga dan Pendidikan jasmani atau
International Council Of Sport and Physical Education, olahraga adalah aktivitas
jasmani apapun yang memiliki ciri permainan dan ada unsur satu perjuangan
dengan diri sendiri, atau dengan orang lain atau satu tantangan dengan alam.
Selanjutnya dejelaskan bahwa aktivitas ini mempunyai unsur kompetisi dan
dilaksanakan dengan semangat sportivitas atau “Fair play”. Olahraga juga
merupakan alat pendidikan yang baik, bercirikan permainan yang penuh
tantangan dan harus dihadapi secara sportif dan fair play. Olahraga merupakan
bagian integral dari pendidikan keseluruhan peserta didik. Kegiatan olahraga
yang dirancang dan dilaksanakan dilembaga pendidikan harus berimplikasikan
pendidikan. Program-program olahraga yang disusun harus dapat digunakan
untuk mengajarkan nilai-nilai, menggabungkan kepribadian dan perilaku yang
baik, menguasai keterampilan, memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani.
Kegiatan olahraga di sekolah merupakan bagian dari kurikulum, oleh
karena itu harus berkaitan dengan pendidikan, kesejahteraan dan keselamatan
peserta didik lebih diutamakan dari pada sekedar meraih kemenangan demi
gengsi sekolah.
Menurut tiga orang pakar pendidikan jasmani Amerika Siedentop, Mand
dan Tanggart (1986 : 186) “Pendidikan Olahraga” suatu istilah yang tidak asing
lagi di Indonesia, terutam bagi guru pendidikan jasmani yang mengalami
perubahan nama maka pelajaran kegiatan jasmani di sekolah, mulai zaman
penjajahan sampai sekarang, seperti gimnastiek (Belanda), taiso (Jepang), gerak
badan, pendidikan jasmani, pendidikan olahraga dan kesehatan menjadi
pendidikan jasmani dan kesehatan dan akhirnya kembali lagi menjadi pendidikan
jasmani sampai sekarang ini Pendapat dari ketiga pakar tersebut adalah, bahwa
tujuan pendidikan olahraga adalah untuk mendidik peserta didik dalam berbagai
10
macam jenis olahraga, yaitu untuk mengajar menjadi pemain yang sesungguhnya
dalam mengikuti kompetisi formal atau suatu kejuaraan. Selain kompetisi formal,
karakteristik lain dari olahraga adalah adanya pencatatan data atau nilai yang
telah dicapai oleh seorang pemain/altet dalam usaha meningkatkan latihan guna
menunjang prestasi yang diinginkan.
Pendidikan olahraga berusaha untuk memasukkan karakteristik tersebut
ke dalam program pendidikan jasmani guna mengembangkan program olahraga
untuk semua peserta didik disekolah dan bukan antar sekolah (inter scholastic).
Olahraga antar sekolah hanya diikuti bagi pemain-pemain yang baik yang ingin
memperluas pengalamannya bertanding dengan pemain yang baik pula dari
sekolah lain.
Perkembangan ilmu olahraga semakin pesat sejak diadakan pertemuan
tentang olahraga yang diadakan bersamaan dengan penyelenggaraan Olympiade
musim panas yang dimulai pertama kali di Tokyo tahun 1964, selanjutnya dalam
pertemuan “Olympic Scintific Congress”, yang berlangsung di Montreal tahun
1976, ilmu olahraga dinamakan “Exercise Science” dan dikelompokkan oleh
Haag (1983 : 44) sebagai berikut :
1. Ilmu-ilmu biologi (Biological Science) yang terdiri dari (a) fisiologi
olahraga, (b) kedokteran olahraga (Sport Medicine), (c) Biomekanika
olahraga dan (d) Kinantropometri.
2. Ilmu-ilmu perilaku (Behavioral Science), seperti (a) pedagogi olahraga, (b)
psikologi olahraga dan (c) sosiologi olahraga,
3. Humanitas, seperti (a) filsafat olahraga, (b) sejarah olahraga dan (c) teologi
olahraga
4. Ilmu Manageman, seperti (a) managemen olahraga dan (b) infrastruktur
olahraga.
11
PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI
Hadirin yang saya muliakan
Semua manusia memiliki potensi untuk menjadi kreatif, dengan kata lain
kreativitas merupakan indikasi dari keberadaan manusia yang membedakaannya
dengan mahkluk hidup lain. Bila manusia terlibat dalam tindakan kreatif, maka hal
tersebut akan lebih menumbuhkan konsep diri yang dimiliki dan akhirnya akan
membuat manusia lebih sadar sebagai individu, sehingga akan memperluas perspektif
yang dimilikinya serta dapat membuka pengalaman-pengalaman baru. Sebaliknya
bila kesempatan berekspresi secara kreatif tidak ada, maka potensi yang dimilikinya
akan menurun dan ini dapat mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan mental
(Carin dan Suad, 1978 : 77).
Potensi kreatif yang demikian seseorang berbeda-beda dalam tingkat untuk
menyadarinya. Banyak orang yang memiliki potensi kreatif tetapi terpendam, kecuali
mereka yang harus menunjukkan dalam kehidupan nyata, dengan menggunakan
sumber kreatif yang dimilikinya. Hal tersebut sejalan dengan pandangan dari Julius
Chandra (1994 : 12) yang menyatakan, bahwa “Pada dasarnya semua orang
mempunyai potensi kreatif lebih banyak dari yang biasa digunakan. Kesanggupan
mencipta atau mencari pemecahan masalah dengan tepat, tidak terbatas pada orang
yang mempunyai bakat luar biasa saja, melainkan juga dimiliki oleh setiap orang
yang bakatnya mungkin hanya rata-rata. Kemampuan untuk melahirkan ide-ide yang
unik pada saat dibutuhkan, pada umumnya dimiliki oleh orang-orang yang cukup
terlatih dan ini dapat dikembangkan”.
Definisi atau pengertian kreativitas telah banyak dekemukakan oleh para ahli,
misalnya pendapat dari Hurlock (1990 : 2 – 4) yang mengatakan, bahwa “kreativitas
sebagai aktivitas berfikir yang menghasilkan sesuatu yang baru atau cara baru untuk
melihat sesuatu masalah atau situasi, merupakan proses, yaitu proses adanya sesuatu
12
yang baru apakah itu gagasan atau benda, sudah bentuk atau dalam rangkaian yang
baru dihasilkan. Penekanannya pada “tindakan menghasilkan” dari pada “hasil akhir
dari tindakan”, dan hal ini merupakan inti dari konsep kreativitas.
Selanjutnya pengertian kreativitas dari Ausubel (1962 : 98) mengemukakan,
bahwa berfikir kreatif sebagai proses untuk merasakan adanya kesenjangan atau
gangguan, kehilangan unsur-unsur tertentu; membangun gagasan atau hipotesis
mengenai hal tersebut menguji hipotesis dan mengkomunikasikan hasilnya, serta bila
perlu melakukan modifikasi dan pengujian kembali terhadap hipotesis tersebut.
Aspek-aspek fungsi intelektual tersebut tampaknya termasuk dalam ciri-ciri
kompenen kreativitas, yaitu orisinalitas, mendefinisikan kembali, fleksibilatas
adaptif, fleksibilitas spontan, kelancaran menggunakan melalui kata-kata, kelancaran
mengungkapkan melalui ekspresi, kelancaran dalam melakukan asosiasi, dan
kepekaan terhadap masalah.
Kreativitas dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang bersifat divergen
sebab kreativitas adalah kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara yang baru
dan tidak umum untuk dapat menemukan pemecahan masalah yang unik. Pada
tingkat tertentu intelegensi dibutuhkan untuk dapat kreatif, namun orang-orang yang
sangat tinggi tingkat inteligensinya bukanlah orang yang kreatif (Santrock, 1988 :
273). Perbedaan intelegensi dan kreativitas karena kedua hal terbentuk dirancukan
pengertiannya. Hal ini disebabkan karena kriativitas biasanya dianggap sebagai
atribut yang memiliki nilai “positif” (positive value), Sedangkan. Inteligensi juga
dinilai dengan “ tinggi ” (high value). Nilai “positif dan tinggi ” ini sering dianggap
sejajar. Selanjutnya dinyatakan bahwa bahwa tes intelegensi hanya mendekati
sebagian kecil dari keseluruhan fungsi fikiran. Penekanan tes inteligensi pada berfikir
konvergen sementara tes kreativitas mengukur kemampuan berfikir divergen,
meskipun keduanya adalah bagian dari proses kognitif.
Pengertian kreatifitas berkaitan dengan pemecahan masalah, dikemukakan
oleh Bower, Bootzin, dan Zajonc (1987 : 229 ), bahwa : kreatifitas adalah suatu yang
tidak berwujud atau suatu kualitas yang tak jelas. Namun gagasan kreatif tidak
13
dengan begitu saja muncul. Gagasan ini tergantung pada baiknya percakapan panjang
yang dilakukan oleh para penulis, artis, komposer dan ilmuwan yang profesional.
Hampir disemua bidang orang kreatif membangun dari sesuatu yang telah ada
sebelumnya atau wawasan yang lama. Jadi kreatifitas adalah penjajaran gagasan-
gagasan dengan cara baru dan tidak biasa. Meskipun demikian gagasan kreatif adalah
hal yang lebih dari hanya sekedar sesuatu yang tidak biasa, karena juga harus
merupakan sesuatu yang dapat dipraktekkan atau direlevan dengan tujuan. Bakat
kreatif dimiliki oleh setiap orang tanpa pandang bulu, dan yang lebih penting ditinjau
dari segi pendidikan, bakat kreatif itu dapat ditingkatkan (Munander, 1992 : 54 – 55).
Kreativitas seperti halnya potensi yang lain, perlu diberi kesempatan dan rangsangan
oleh lingkungan untuk berkembang.
Perkembangan kreativitas mengikuti pola yang dapat diramalkan. Hal ini
nampak pada awal kehidupan anak dan pertama-tama terlekat dalam permainan anak,
kemudian secara bertahap dalam kehidupan lainnya, seperti pekerjaan sekolah,
kegiatan rekreasi dan pekerjaan yang lain. Menurut Hurlock (1990 : 8 – 9), “hasil
kreatif biasanya mencapai puncaknya pada usia 30 tahun dan 40 tahun, setelah itu
tetap mendasar dan secara bertahap menurun sampai terjadinya stagnasi pada usia
menengah sebagai usia krisis.
Selama masa kanak-kanak dan remaja perkembangan kreativitas mungkin
terhambat pada beberapa “periode kritis”. Beberapa anak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang menyebabkan kebekuan kreativitas mereka pada periode ini,
sedangkan anak yang lain dengan usia yang sama tidak mengalaminya. Anak yang
masuk taman kanak-kanak mungkin menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari
pada anak yang belum masuk sekolah. Hal ini dikarenakan lingkungan taman kanak-
kanak memperkenalkan kreativitas dan tidak begitu terstruktur dan evaluatif
dibanding lingkungan rumah dan sekitarnya.
Periode kritis dalam perkembangan kreativitas anak meliputi :
a) 5 sampai 6 tahun
14
Sebelum anak siap memasuki sekolah mereka belajar bahwa mereka harus
menerima dan menyesuaikan diri dengan peraturan perintah orang dewasa di
rumah dan di sekolah, semakin keras kekuasaan orang dewasa semakin beku
kreativitas anak tersebut
b) 8 sampai 10 tahun
Keinginan untuk diterima sebagai anggota mencapai pada usia ini. Kebanyakan
anak merasa bahwa untuk dapat diterima mereka harus dapat menyesuaikan diri
dengan pola kelompok yang telah di tentukan dan setiap peyimpangan
membahayakan proses penerimaan
c) 13 sampai 15 tahun
Upaya untuk memperoleh persetujuan teman sebaya terutama dari anggota jenis
kelamin yang berlawanan, mengendalikan pola perilaku anak remaja. Seperti
halnya anak yang berada pada usia kelompok remaja menyesuaikan dirinya
dengan harapan untuk mendapatkan persetujuan dan penerimaan.
d) 17 sampai 19 tahun
Pada usia ini upaya untuk memperoleh persetujuan dan penerimaan dan juga
latihan untuk pekerjaan yang diperoleh, mungkin akan mengekang kreativitas
Apabila pekerjaan menuntut konformitas dengan pola standar serta keharusan
mengikuti perintah dan peraturan tertentu, sebagaimana halnya dengan
kebanyakan pekerjaan rutin, hal itu akan membekukan kreativitas.
Selain periode kritis dalam perkembangan kreativitas sebagai pola yang dapat
diramalkan, masih ada beberapa faktor yang ikut menimbulkan variasi dalam pola ini,
antara lain :
- Jenis Kelamin.
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan,
terutama setelah berlalunya masa kakak-kakak. Hal ini disebabkan perbedaan
perlakuan, umumnya anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri,
desakan dari teman sebayanya untuk lebih mengambil resiko, dan dorongan dari
orang tua atau guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
15
- Urutan Kelahiran
Hasil beberapa studi mengenai urutan kelahiran dan pengaruhnya terhadap
perkembangan anak melaporkan, bahwa anak dari berbagai urutan kelahiran
menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Penjelasan mengenai perbedaan
ini lebih menekankan lingkungan dari pada bawaan. Anak yang lahir di tengah,
lahir belakangan, dan anak tunggal mungkin lebih kreatif dari yang lahir pertama.
Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan
harapan orang tua. Tekanan tersebut lebih mendorong anak untuk menjadi
penurut dari pada pencipta. Demikian pula anak tunggal agak bebas dari tekanan
orang tua dan diberi kesempatan untuk mengembangkan individualitasnya.
- Ukuran Keluarga
Dalam kondisi yang sama, anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif dair
anak keluarga besar. Keluarga besar umumnya mendidik anak dengan cara
otoriter dan kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan mungkin lebih
mempengaruhi perkembangan kreativitas. Anak dari lingkungan yang kekurangan
hanya mempunyai sedikit bahan kreatif untuk bermain dan sedikit dorongan
untuk bereksperimen dengan berbagai bahan bermain yang diperlukan dibanding
dengan anak dari lingkungan sosio ekonomi yang lebih baik.
- Lingkungan kota versus lingkungan pedesaan
Anak lingkungan kota cenderung lebih kreatif dan anak pedesaan. Anak pedesaan
umumnya di didik secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang
kreativitas dibanding lingkungan kota.
Berdasarkan kajian-kajian sebalumnya maka pengertian kreativitas, adalah
aktivitas berfikir yang menghasilkan sesuatu, baik berupa gagasan atau benda dalam
rangkaian yang bersifat baru, serta mempunyai nilai atau kegunaan bagi diri sendiri
maupun lingkungannya. Kemampuan kreatif dalam digunakan dalam memecahkan
masalah yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
16
Kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungan, atau sebagai
interaksi sosial-psikologis. Hal ini berarti bahwa dalam pengembangan kreativitas
anak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan bermain dimana anak berada.
Berbagai kegiatan termasuk aktivitas gerak dan bermain pada dasarnya dapat
diarahkan untuk kepentingan pengembangan kreativitas anak. Aktivitas gerak dan
bermain merupakan kegiatan yang secara langsung melibatkan anak dengan upaya
mewujudkan gagasan menjadi suatu bentuk nyata. Usaha ini memungkinkan anak
untuk bertindak secara kreatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas
gerak dan bermain memiliki potensi untuk mengembangkan kreativitas anak.
Keberadaan pedidikan jasmani sebagai rangakaian isi kurikulum sekolah
bukanlah tanpa alasan. Kurikulum yang merupakan seperangkat pengetahuan dan
keterampilan merupakan upaya sistematis untuk membekali anak didik menjadi
manusia lengkap dan utuh. Pendidikan tidak lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan
tidak ada pendidikan jasmani tanpa media gerak. Gerak sebagai aktivitas jasmani
merupakan dasar alami bagi manusia untuk belajar untuk mengenal dunia dan dirinya
sendiri. Hal ini juga selaras dengan faham monodualisme yang utuh, sehingga
muncul istilah yang lebih dikenal dengan pendidikan manusia seutuhnya (Cholik
Mutohir, 1996 : 6).
Budaya memperoleh pengalaman yang bernilai, baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi lingkungan, melalui aktivitas jasmani yang terseleksi, terprogram dan
terarah, perlu disosialisasikan sejak usia dini. Dalam upaya memperdayakan
pendidikan jasmani di sekolah dipelukan inovasi model-model pembelajaran yang
memadai.
Banyak model-model pembelajaran yang telah dikembangkan, salah satu
diantaranya adalah pendekatan “Movement Education Experiences’. Pendekatan ini
lebih menekankan pada pemahaman dan pengembangan konsep gerak, penyelesaian
masalah dan peningkatan keterampilan, serta mengembangkan kemampuan
intelektual melalui aktivitas jasmani.
17
Kesesuaian dalam memilih model pembelajaran sangat penting, karena proses
pembelajaran pendidikan jasmani itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang
mempunyai pengaruh nyata pada anak didik. Dalam menyusun suatu model
pembelajaran harus memperhatikan beberapa faktor yang saling terkait, selain guru
itu sendiri, yakni faktor pendukung seperti, ruang, alokasi waktu, alat, lingkungan
atau sumber belajar yang lain serta pemilihan metode yang digunakan. Hak ini perlu
diperhatikan, karena fleksibelitas suatu model pembelajaran harus cukup tinggi.
Fakor-faktor tersebut diatas selain saling terkait, juga saling mendukung untuk
menjamin efektivitas model (Grennesky, 1988 : 912).
Sebagai contoh adalah metode pembelajaran untuk untuk tingkat Sekolah
Dasar yang melibatkan rentang usia dalam periode perkembangan, yaitu realisme
intelektual dan realisme visual yang selanjutnya akan mendominasi tingkat
perkembangan daya cipta anak. Dengan demikian metode yang digunakan harus
mengacu pada karakteristik perkembangan tersebut, pada masa realisme intelektual
anak melakukan gerak berdasarkan apa yang mereka ketahui, bukan tentang apa yang
mereka lihat. Oleh karena itu kebebasan berekspresi merupakan faktor yang
memberikan dukungan bagi pengembangan kualitas anak. Kebiasaan memaksakan
gerakan dalam pendidikan jasmani perlu dihindarkan karena akan mematikan
kreativitas anak, sebab bagaimanapun persepsi anak terhadap suatu obyek sangat
berbeda dengan orang dewasa. Dengan membiarkan anak memilih gagasannya
sendiri untuk divisualisaikan dalam bentuk gerakan akan lebih memungkinkan
pengembangan kreativitasnya. Sedangkan bantuan yang diberikan guru yang dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan kreativitas adalah bagaimana melatih anak
menggunakan alat dalam memujudkan gagasan yang sesuai dengan pelajaran.
Demikian pula pada jenjang realisme awal yang ditandai dengan kesadaran terhadap
realitas obyek, anak mulai ragu dalam mengungkapkan gagasan dalam bentuk
gerakan, takut berbuat salah, sehingga spontanitas geraknya mulai menurun. Pada
saat itu anak perlu diberi dukungan dan motivasi yang dapat menimbulkan perasaan
18
berani berkarya sehingga kegiatan pendidikan jasmani tetap berfungsi sebagai sarana
pengembangan kreativitas.
Dalam upaya pengembangan kreativitas anak, model pendidikan integratif
yang digambarkan sebagai suatu lingkaran yang dibagi menjadi empat. Setiap bagian
menampilkan suatu fungsi dari otak yang berinteraksi dan mendukung dengan fungsi-
fungsi lain jika anak belajar. Keempat fungsi ini ialah, fungsi berfikir (kognitif),
fungsi perasaan emosi (afektif), fungsi fisik (pengindraan) dan fungsi firasat
(mempunyai insight, kreatif). Garis-garis terputus yang memisahkan fungsi-fungsi itu
melambangkan cara fungsi-fungsi itu bekerja sama (Barbara Clark, 1988:47).
Keadaan kesadaran yang lebih tinggi-tidak dalam alam pikiran sadar rasional, tetapi
diperoleh dari alam pra-sadar atau tidak sadar. Meningkatkan pertumbuhan kearah “enlightenment”
Intuisi (Firasat) Keadaan berpikir Keadaan merasa Rasional , dapat membebaskan energi Diukur. Dapat emosional dari pencipta, Dikembangkan Kreativitas mengalihkan energi ini ke Dengan latihan sadar pengamat memperoleh Dan sengaja respons emosional Berfikir perasaan
Keadaan talenta menciptakan produk baru yang diterima orang lain (dilihat atau didengar).
memerlukan perkembangan fisik atau mental tingkat tinggi, ketrampilan tingkat tinggi dan bidang talenta
Pengindraan
Model Pendidikan Terpadu dari Clark
Fungsi kognitif meliputi kekhususan dari belahan otak kiri yang analitis,
memecahkan masalah, sekuensial, evaluatif, dan kekhususan dari belahan otak kanan
yang lebih berorientasi spasial (keruangan) dan gestalt (keseluruhan). Fungsi afektif
diungkapkan dalam perasaan dan emosi dan merupakan pintu gerbang untuk
meningkatkan atau membatasi fungsi kognitif yang lebih tinggi. Fungsi fisik meliputi
gerakan, penglihatan, pandangan penemuan, pengucapan dan perabaan yang
menentukan bagaimana kita mengamati realitas. Sedangkan fungsi firasat adalah
19
pemahaman secara menyeluruh, secara langsung memperoleh suatu konsep dalam
keseluruhannya, dan sebagian merupakan hasil dari tingkat sekunder yang tinggi dari
semua fungsi otak.
Kreativitas yang secara sosial bermanfaat mensyaratkan kerjasama yang
sinergis dari seluruh kepribadian, termasuk mekanisme fisik. Salah satu karakteristik
anak kreatif, ialah mempunyai yang siap dipergunakan setiap diperlukan (Clark : 66 –
68).
20
Tahap Dalam Proses Kreatif
Pemahaman proses kreatif akan membantu guru mengidentifikasi parilaku
kreatif dan situasi ini akan memberikan dorongan dan pengembangan
Graham Wallas Dan Bonanno (1979 : 36) mendefinisikan proses kreatif
melalui empat tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi dan verivikasi. DePorter
dan Hernacki (2001) mengemukakan lima tahap dengan menambah langkah kelima
yaitu aplikasi.
1. Persiapan
Persiapan individu menentukan masalah, mengumpulkan fakta dan pada
umumnya belajar masalah sebanyak mungkin. Pada masa ini dapat diartikan
sebagai masa mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.
Pada periode persiapan ini melibatkan semua pengalaman anak
sebelumnya yang berkaitan dengan objek atau situasi tertentu. Pengalaman anak
sebelumnya ini akan berkembang jika masalah tersebut ditentukan yang berkaitan
dengan obyek atau situasi sehari-hari, atau minimal situasi tersebut telah dialami
sekali atau dua kali.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam tahap persiapan ini.
Bertindak sebagai sumber utama, guru dapat membantu anak menentukan masalah,
berani mengambil resiko tentang pencarian jawaban.
2. Inkubasi
Inkubasi merupakan periode individu secara aktif mencari jawaban
terhadap masalah yang dihadapi. Hilangnya waktu tidaklah penting mungkin
memerlukan waktu beberapa detik, beberapa hari, dan beberapa bulan. Meskipun
individu mungkin secara tidak sengaja menyadari pencarian jawaban tersebut,
beberapa peneliti telah mengobservasi bahwa ia tampaknya asyik dengan berusaha
menemukan suatu jawaban. Dalam kondisi ini. Individu seringkali resah atau tidak
menentu. Guru harus berhati-hati selama tahap ini individu seringkali mengalami
21
perasaan rendah diri dan mungkin akan membutuhkan penentraman atau
penenangan hati.
Pada tahap ini pada dasarnya merupakan proses mencerna fakta-fakta dan
mengolahnya dalam pikiran.
3. Iluminasi
Inkubasi berakhir jika menampakkan ide yang bagus. Setelah
menyelesaikan tahap inkubasi, selanjutnya individu memasuki tahap iluminasi.
Tahap ini dikarakterisasikan dengan cara berprestasi. Individu puas dengan ide dan
perasaanya harus disampaikan kepada yang lain.
Tahap ini merupakan tahap munculnya ide-ide atau gagasan-gagasan.
4. Verivikasi
Aktivitas sharing, evaluasi dan menentukan ide atau iluminasi disebut
verivikasi. Verivikasi merupakan tahap akhir dari poses kreatf. Guru harus
bersifat mendukung pada proses ini. Dengan demikian pada tahap ini memastikan
dan menguji apakah solusi ini benar-benar memecahkan masalah
5. Aplikasi
Mengambil langkahp-langkah untuk menindak lanjuti solusi tersebut.
Ciri-Ciri Orang Kreatif
DePorter dan Hernacki (1999 : 293) mengatakan bahwa orang yang kreatif
selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain, intuitif. Selanjutnya mereka
menyatakan bahwa orang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua
memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan mereka memandang segala
sesuatu dengan cara-cara baru. Pemecahan masalah adalah kombinasi dari pemikiran
logis dan kreatif.
22
1. Kelincahan mental (mental agility)
Kamampuan untuk bermain dengan ide-ide, gagasan-gagasan, konsep, lambang,
kata-kata, angka-angka, dan khususnya melihat hubungan-hubungan yang tidak
biasa antara ide-ide, gagasan-gagasan dan sebaginya.
2. Berfikir dari segala arah (covergent thinking)
Kamampuan untuk melihat masalah dari berbagai arah, segi, dan mengumpulkan
berbagai fakta yang penting dan mengarahkan fakta itu pada masalah yang
dihadapi. Dengan cara demikian ada kemungkinan besar bahwa dihasilkan
pemecahan yang tepat mengenai masalah tersebut.
3. Berfikir kesegala arah (divergent thinking)
Kamampuan untuk berfikir dari suatu ide, gagasan, menyebar ke segala arah.
4. Fleksibilitas konseptual (conceptual flexibility)
Kamampuan secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan, kerja yang
tidak berjalan
5. Orisinalitas (originality)
Kamampuan untuk menelorkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak
lazim, bahkan mengejutkan.
6. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas
- Lebih memilih kerumitan daripada kemudahan
- Lebih memilih tantangan daripada tidak menantang.
7. Latar belakang yang menantang ( stimulating background)
8. Kecakapan dalam banyak hal (multiple skills)
Pengembangan kreativitas
E. Paul Torrence dalam Dougherty dan Bonano (1979 : 36) memberikan
saran-saran praktis dalam mengidentifikasikan dan mengembangkan kreativitas :
(1) Menghargai pemikiran kreatif
(2) Membuat anak lebih sensitif terhadap stimulus lingkungan
(3) Mendorong manipulasi objek atau ide
23
(4) Mengajarkan cara-cara menguji setiap ide secara sistematis
(5) Mengembangkan toleransi atau daya tahan terhadap ide baru
(6) Waspada terhadap pola pemaksaan
(7) Membangun dan mengembangkan suasana yang kreatif
(8) Mendidik anak menghargai pemikiran kreatifnya
(9) Mengajarkan ketrampilan-ketrampilan untuk menghindari tekanan-tekanan
teman sebayanya.
(10) Memberikan informasi tentang proses kreatif
(11) Mengahalau rasa kagum terhadap suatu karya
(12) Mendorong dan mengevaluasi belajar yang diawali diri sendiri
(13) Menciptakan hal yang kontroversial atau pertanyaan yang tidak ada
jawabanya yang dapat menghasilkan pemikiran kreatif
(14) Menciptakan kebutuhan akan pemikiran kreatif
(15) Memberiakan untuk aktif dan tenang
(16) Menjadikan sumber-sumber yang ada untuk melatih dan menyusun ide-ide
(17) Mendorong kebiasaan melatih dan menyusun implikasi ide secara penuh
(18) Mengembangkan kritik yang membangun bukan asal memberika kritik
(19) Mendorong perolehan atau kemahiran pengetahuan dalam berbagai bidang
(20) Mengembangkan jiwa berani dan dijiwai pemimpin
Ms. Wilson dalam Dougherty dan Bonanno (1979 : 39) meminta kepada
siswa untuk menciptakan rangakaian gerak dalam olahraga senam dengan
menggunakan kriteria berikut ini.
Tiap rangkaian gerak harus mencakup :
(1) Tiga gerakan rolling
(2) Tiga ketrampilan gerak lokomotor
(3) Dua gerakan transisional
(4) Empat posisi keseimbangan
(5) Satu posisi menelungkup
24
(6) Satu gerakan meroda
Demikian juga Mr. Grant dan Mr. Howart dalam Dougherty dan Bonano
(1979 : 41) mengemukakan metode pembelajaran pendidikan yang dikemas dalam
tiga unsur, yaitu :
(1) Peraturan
Berisi peran atau tugas yang harus dilakukan siswa
(2) Peralatan
Berbagai peralatan yang disediakan oleh guru yang akan digunakan oleh siswa
(3) Tanggung jawab
Peran atau tugas yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran berjalan
sesuai dengan tujuan
Mengajar pendidikan jasmani dengan kreativitas
Alex Oborn dalam Doughterty dan Bonanno (1979 : 45) merancang
sebuah checklist untuk membantu seseorang mengembangkan kemampuanya untuk
menyusun ide-ide kreatif. Bagi guru pendidikan jasmani, teknik ini dapat menjadi
sesuatu yang tak ternilai harganya jika ia mencoba merancang suatu peralatan baru
atau modifikasi yang sudah ada. Osborn menyarankan agar bahwa individu
menanyakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Penggunaan hal baru (new use)
Apakah penggunaan hal baru dapat saya temukan untuk objek ini dalam
kondisi orisinil? Apakah penggunaan hal yang baru dapat saya temukan untuk
objek atau ide ini jika saya memodifikasi hak tersebut ?
2. Kemampuan beradaptasi (adaptibility)
Apakah ide atau objek lain dapat membantu mengingatkanku ?
Apakah ide atau objek lain memenuhi saran ini ?
25
MR. GRANT MR. HOWARD
Aturan :
1. Tiap anak harus terlibat dalam aktivitas
2. Jika aktivitas telah di pilih anda harus
tetap pada area tersebut hingga
terdengar bunyi peluit
3. Jika peluit berbunyi anda harus memilih
aktivitas lain
4. Peralatan hanya dapat digunakan untuk
aktivitas yang ditunjuk
5. Semua aturan pengamanan harus diikuti
Aturan :
1. Tiap anak harus terlibat dalam aktivitas
2. Semua aturan pengamanan harus diikuti
3. Anda tidak dapat meninggalkan area
umum
Peralatan :
1. 6 buah lompat tali
2. 1 buah bola basket
3. 6 buah sepeda dorong
4. Hula-Hoops
5. 2 buah bola playground
6. 3 buah keet/matras
7. 1 buah tempat pijakan
Peralatan :
1. 2 buah kotak lemari es besar
2. 6 buah ban
3. 2 buah tali dengan ukuran 20 kaki
4. 12 buah balon
5. 3 buah bola playground
6. 6 buah kerucut
7. 1 buah kotak kapur
8. 1 set jangkauan (stilt)
9. 12 buah karton susu yang berat
10. 12 buah keset/matras
26
Tanggung jawab :
1. Mendorong siswa terlibat dalam suatu
aktivitas
2. Mendorong anak menggunakan
peralatan dengan tepat
3. Wasitilah (oleh guru) jika diperlukan
4. Membantu siswa meningkatkan
ketrampilan
Tanggung jawab :
1. Mendorong siswa untuk melihat
hubungan antara tiap peralatan yang
berbeda
2. Mendorong siswa menggunakan
peralatan dengan cara tidak menjiplak
3. menciotakan ketenangan dan juga area
aktif untuk bermain
3. Memodifikasi (modify)
Dapatkah saya merubah makna, warna, suara, bau, rasa, bentuk, tujuan…?
4. Memperbesar/menambah (magnify)
Apakah saya dapat manambah? Dapatkan saya membuat yang lebih tinggi , lebih
kuat, lebih panjang, lebih kurus…?
5. Memperkecil/mengurangi (minify)
Apakah saya dapat mengurangi? Dapatkah saya membuat yag lebih pendek, lebih
kecil, lebih ringan, lebih rendah…?
6. Mengganti (subtitute)
Apakah saya dapat mengganti? Apakah saya dapat mengganti dengan bahan,
unsur, tempat, proses, yang lain…?
7. Menyusun kembali (rearrange)
Dapatkah saya menyusun kembali pola, rangkaian, tata letak, jadwal, tempat…?
8. Melakukan kebalikanya (reserve)
Dapatkah saya melakukan kebalikanya peran-peran ?
Ada bermacam-macam tipe checklist yang dapat digunakan untuk
meningkatkan roduktivitas. Kemungkinan cara terbaik adalah guru dapat
27
menggunakan rancanganya sendiri, dimana guru dapat dengan mudah mengingat dan
lebih praktis dalam penerapanya dilapangan
Robert Crawford mengembangkan teknik dengan mendaftar atribut atau
ciri-ciri objek atau ide dalam kata-kata deskriptif dan kemudian meneruskan dengan
memodifikasi satu atau lebih atribut sehingga menjadi lebih baik yang sesuai dengan
kebutuhanya. Berikut contoh daftar atribut sederhana olah raga bola voli :
(1) Bermain pada lapangan segi empat;
(2) Lapangan segi empat dibagi menjadi dua bagian;
(3) Net dipasang melintang panjang lapangan dengan ketinggian sekurang-
kurangnya 7 kaki;
(4) Mainkan dengan dua team (masing-masing team 6 orang);
(5) Mainkan dengan bola kulit yang ringan;
(6) Nilai diperoleh melalui servis;
(7) Satu permainan terdiri dari 15 orang;
(8) Sasaran permainan adalah menjadikan bola jatuh dilapangan lawan; dan
(9) Permainan dimulai dengan pukulan servis.
28
Kesimpulan
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreatif meskipun dengan kadar
yang berbeda. Kreativitas seperti halnya potensi yang lain, perlu diberikan
kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang sebagai aktivitas
pikir yang menghasilkan gagasan atau suatu yang baru serta mempunyai nilai bagi
diri sendiri maupaun lingkungannya. Kemampuan kreativitas dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan penemuan-
penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Pengembangan kreativitas anak melalui pendidikan jasmani sudah harus
disiapkan saat perencanaan pelajaran. Tujuan yang ingian dicapai pada setiap
pembelajaran berlangsung harus seimbangan antara kepentingan penguasaan
keterampilan dengan peningkatan kreativitas. Penanganan alat-alat dalam
pembelajaran pendidikan jasmani harus sedapat mungkin memberikan kemudahan
bagi anak untuk mengungkapkan gagasan yang dimilikinya. Guru pendidikan jasmani
harus dapat memberikan bantuan secara individual bagi masalah-masalah spesifik
yang dihadapi setiap anak, sehingga memungkinkan anak dapat dengan lancar
mengungkapkan gagasa kreatifnya melalui pendidikan jasmani. Dengen demikian
metode yang digunakan harus fleksibel, bervariasi, menyesuaikan dengan karateristik
anak, situasi, dan mata pelajaran yang diberikan agar anak menyalurkan imajinasi
kreatifnya secara optimal.
29
Penutup
Hadirin yang saya muliakan
Sebagai penutup pidato pengukuhan ini, perkenankanlah saya sekali lagi
menyampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahkmat dan
barokah kepada saya sekeluarga. Selanjutnya pada kesempatan yang bahagia ini, juga
akan saya gunakan untuk menyampaikan curuhan perasaan yang paling dalam kepada
barbagai pihak yang telah banyak memberikan jasanya di dalam perjalanan hidup
saya meniti karir.
Rasa terima kasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada :
· Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan
kepercayaan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar FKIP-Universitas
Sebelas Maret
· Rektor Universitas Sebelas Maret yang juga Ketua Senat Universitas : Dr. dr. H.
Much. Syamsulhadi, Sp. KJ dan mantan Rektor Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA,
Ph. D. Sekretaris Senat Universitas : Prof. Dr, Sunardi dan mantan sekretaris
Prof. Drs. H. Sukiyo, beserta seluruh anggota Senat Universitas, yang telah
mengusulkan saya untuk memangku jabatan Guru Besar FKIP Universitas
Sebelas Maret.
· Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret yang juga Ketua Senat Fakultas: Bp.Drs.
H. Trisno Martono, M. M beserta seluruh anggota senat Fakultas, yang telah
memberikan kemudahan dan bantuan sehingga pengusulan jabatan guru besar
saya berjalan lancar.
· Para pendidik sejak dilingkungan keluarga yaitu kedua orang tua saya Bapak
Soekodarsono almarhum dan Ibu Kartini almarhumah yang dengan
kesederhanaan dan kasih sayangnya telah mengasuh, mendidik dan membesarkan
saya; Segenap guru-guruj saya sejak jenjang SR/SD, SMP dan SGPD, serta para
dosen saya di STO maupun Pasca Sarjana IKIP Jakarta yang tidak dapat saya
sebut satu persatu nama-nama beliau yang telah turut memberikan sumbangan-
30
sumbangan dalam pengembangan kemampuan akademik saya. Beberapa nama
yang saya ingat dalam penyelesaian studi akhir (S3), adalah para pembimbing
dan penguji, yakni Bp. Prof. Dr. AOB Situmorang MA, Ibu Prof. A. Suhaena
Suparno, Ibu Prof. Dr. Conny R Semiawan, Prof. Dr. Jujun Suriasumantri. , Prof.
Dr. Soetarman dan Prof. Drs. Ratal Wiryo Santoso MP.
· Rekan-rekan sejawat di jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. FKIP
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan dorongan dan kesempatan
untuk menempuh Program Pascasarjana, serta para senior saya yang tak henti-
hentinya memberikan semangat dan dorongan untuk maju, yakni Bp. Prof. Drs.
H. Soekiyo, Bp. Prof. Drs. Soemarno almarhum dan Bp. Drs. Sunaryo
Basuki,serta Bp. Prof Dr. Soehardjo Danusastro almahum bahkan semuanya
hadir dan memberi dorongan semangat waktu saya mempertahankan disertasi.
· Secara khusus rasa terimasih yang mendalam saya tujukan kepada keluarga,
almarhumah isteri tercinta dan anak-anak tersayang, karena dukungan dan
pengorbanannya selama saya menempuh studi di samping telah menciptakan
suasana keluarga yang menyejukkan sehingga memungkinkan saya meniti karir
akademik dan mencapai jabatan Guru Besar ini.
Akhirul kalam, saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
semua hadirin, yang dengan sabar mengikuti Sidang Senat Terbuka ini sampai
selesai. Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan pahalanya serta memberikan
ganjaran yang berlipat ganda. Amiin.
Wabillahitaufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum warakhmatullahi warabarakhatuh.
31
Daftar Pustaka
Abdul Gafur. (1983). Olahraga : Unsur Pembinaan Bangsa Dan Pembangunan
Negara. Jakarta : Kantor Menteri Negara Pemuda Dan Olahraga.
Ausubel, D.P. (1962). The Psyehology Of Meanigful Verbal Learning : An
Instroduetion To School Learning. New York : Grume & Straston
Barbara Glark (1988). Growing Up Gifted : Developing The Postential Of Children
At Home And At School. Colembus. OH : Merrill Publishing
Company.
Bower, G. H, Bootzin, R. R, dan Lajone, R. B. (1987). Principles Of Psyekology
Today. New York : Random House.
Carin, A dan Sund, R. B. (1978). Creative Questioning And Sensitive Listening
Techniques : A Self Concept Approacl Columbus : Charles E. Marrill
Publishing Company.
Campbell, David. (1986). Mengembangkan Kreativitas. Disadur Oleh. A. M.
Mangunhardjana Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Cerney, J. V. (1987). Berfikir Secara Dinamis, Bandung : C. V. Peonir Jaya.
Chandra, Julius (1994), Kreativitas. Yogyakarta : Kanisius.
Cholik Mutohir, T. dkk. (1996). Pengembangan Model Pengajaran Pendidikan
Jasmani di SD. Lembaga Penelitian : IKIP Surabaya.
Cholik Mutohir, T. (2000). Pengembangan kurikulum pendidikan jasmani
yang Seimbang dan Efektif. Malang : Panitia Seminar Imiah PON ke – XV
tahun 2000 Jawa Tengah.
De Porter, Bobbi dan Hernachi, Mike (1999). Quantum Learning : Membiasakan
Belajar Nyaman Dan Menyenangkan Terjemahan Alwiyah Abdulrahman.
Bandung : Penerbit Kaifa Grnesky, Steven. (1988). The Teaching And
Learning Of Physical Education For Young Children. JOPED : 59 : 5 : 91 –
94, May – June.
32
Hurlock, E.B. (1990). Perkembangan Anak. Jilid 2 Terjemahan : Tjandrasa,
Meitasari, Jakarta : Erlangga.
Kafie Jamaludin (1989). Berfikir : Apa Dan Bagaimana ? Surabaya : Penerbit Indah.
Mertodipuro, Sumantri (T th). Memperkuat Daya Kemauan. Jakarta : Penerbit
Gunung Jati.
Munandar, S.C.U. (1997). Creative And Educatin A Study Of The Ralationship
Bettwen Measures Of Creativty Thinking And A Number Of
Educational Veriables In Indonesia Primary And Yunior School .
Jakarta : Depdikbud, Derjendikti.
(1980). Masalah Pengembangan Kretivitas Pada Anak. (Sebuah
Tinjauan). Jakarta : Fakultas Psikology Universitas Indonesia.
(1992). Mengembangkan Bakat Krativitas Anak Sekolah. Jakarta :
Gratindo.
Santrock, J.W. (1988). Psychology : The Science Of Mind And Behavior. Dubuque,
Iowa : Wim C. Brown Publishers.
Semiawan, Conny R , Putrawan. I. Made Dan Setiawan, Th I (1988). Dimensi Kreatif
Dalam Filsafat Ilmu. Bandung : C.V. Remaga Karya.
William, J.F. (1964), The Principles Of Physical Education. (4 Th Ed). Philadelphia :
W.B. Sauders Compan. 334s
33
RIWAYAT HIDUP DAN PEKERJAAN
1. Data Pribadi :
Nama : Soedjarwo
Tempat dan tanggal lahir : Blitar, 15 Juli 1939
Agama : Islam
Jabatan/Golongan : Guru Besar / NC
Alamat rumah : Perumahan UNS, Griyan Baru V/26, Baturan,
Surakarta – 57171
Alamat kantor : FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A
Surakarta.
Istri : Sri Sumarwati (Almarhumah)
Anak : 1). Dody Handoko (Almarhum)
2). Yuddy Hanantyo
3). Nova Hendratwati, ST
4). Novi Hendrastuti , ST
5). Bintang Pamungkas Heryunindyo
2. Pendidikan :
a. SR Blitar, tamat tahun 1954
b. SMPB, Blitar, tamat tahun 1957
c. SGPD Surabaya, tamat tahun 1961
d. Sarjana Muda STO Surakarta, tamat tahun 1968
e. Sarjana (S1) STO Surakarta, tamat tahun 1972
f. Magister Pendidikan Olahraga IKIP Jakarta, tamat tahun 1983
g. Doktor Pendidikan Olahraga IKIP Jakarta, tamat tahun 1990
34
3. Pekerjaan/Jabatan :
a. - Guru STN di Blitar, tahun 1962 – 1964
- Guru tugas belajar di STO Surakarta, tahun 1964 - 1968
- Asisten Dosen STO Surakarta, tahun 1968 – 1972
- Dosen STO Surakarta, tahun 1972 – 1976
- Dosen FIP – UNS Surakarta, tahun 1976 – 1983
- Dosen FKIP UNS Surakarta 1983 - Sekarang
- Dosen Pasca Sarjana IKIP Jakarta KPK Universitas Sebelas Maret
Surakarta, tahun 1993 – 1999
- Dosen Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, tahun 1999 - Sekarang
b. - Pembantu Dekan I FKIP – Universitas Sebelas Maret Surakarta, tahun
1993 – 1995
- Dekan FKIP – Universitas Sebelas Maret, tahun 1995 – 1998
- Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Pasca Sarjana – Universitas
Sebelas Maret Surakarta, tahun 2003 – sekarang
4. Kursus dan Penataran :
a. Wasit Hockey tingkat Nasional, tahun 1972 di Jakarta
b. Tes dan Pengukuran, Evaluasi dan Ilmu Coaching Olahraga, tahun 1976 di
Yogyakarta
c. Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris tahun 1980 – 1981 di Sukarta
d. P4 Tingkat Propensi Daerah Tingkat I Jawa Tengah di Surakarta, tahun 1980
e. Pelatihan Tenis untuk Yunior dan Dewasa oleh Van Der Meer – Tennis
University, tahun 1983 di Jakarta
f. Program Akta mengajar Lima Format Tatap Muka, tahun 1983 / 1984 di
Jakarta
g. Dosen PGSD Penjaskes, tahun 1991 di Yogyakarta
h. Penatar Tingkat Nasional / Manggala Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P-4) tahun 1995 di Istana Bogor
35
5. Piagam Penghargaan :
a. Sebagai penatar cabang olahraga Anggar pada Panataran Ketuadan Pelatih.
b. Sebagai Refree pada kejuaran Tenis Yunior beragu, oleh Pengurus Besar
PELTI di Surakarta, tahun 1985
c. Panitia Pelaksana Pertandingan Anggar dalam penyelenggaraan FESPIC
GAMES IV, 31 agustus – 7 september 1986 di Surakarta oleh Gubernur
Kepala daerah Tinggkat I Jawa Tengah.
d. Satyalacana Kaya Sakya xxx lahan oleh Presiden R.I., tahun 1996.
6. Organisasi :
a. Pengurus KONISurakarta, tahun 1978 – sekarang
b. Pengurus PELTI cabang Surakarta , tahun 1975 – 2000
c. Anggota tim evaluasi kontingan PON XII Jawa Tengah, tahun 1989
d. Pengurus BPOC pusat di Surakarta tahun 1983 – sekarang
e. Pengurus Bapomi Jawa Tengah, tahun 1991 – 1994
f. Ketua Panpel Anggar FESPIC GAMES N di Surakarta, tahun 1986
g. Pelatih kontingen BPOC Indonesia pada FESPIC GAMES di Beijing China
h. Penyunting Jurnal ahli jadwal Dwija Wacana FKIP - Universitas Sebelas
Maret, tahun 2003 - sekarang.
7. Karya Tulis :
a. Permainan Tenis Meja
b. Srategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
c. Penyusunan Rangkaian Tes Kemampuan Gerak Dasar Dan Kesegaran
Jasmani.
d. Penyusunan Rangkaian Tes Keterampilan Tenis
e. Perkembangan Dan Belajar Gerak
f. Penyusunan Tes Keterampilan Hockey
g. Metode Penelitian
36
h. Metode Kepelatihan Olahraga
8. Mengiluti Seminar / Lokakarya Atau Aktivitas Lain :
a. Peserta Simposium Dan Diskusi Panel Peningkatan Prestasi Olahraga Di
Semarang Tahun 1985
b. Notulis Sedang Simposium Nasional Pembinaan Manusia Indonesia Di
Surakarta, tahun 1986.
c. Peseta Simposium Olahraga Menuju Berat Badan Ideal di Surakarta, tahun
1988
d. Modrator Simposium Tentang Senam Dan Kesegaran Jasmani Di Surakarta,
tahun 1990.
e. Moderator dalam Ceramah Dan Diskusi Model Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tinggi Keolahragaan Indonesia, di Surakarta , tahun 1991.
f. Seminar “Meningkatkan Prestasi Olahraga Dan Menunjang Pariwisata
Melalui Peristiwa Olahraga”, tahun 1991.
g. Penatar dalam Penataran Pelatih Olahraga Cacat Nasional Anggkata Ke III
Di Surakata, tahun 1992.
h. Rapat Koordinasi Nasional Kepemudaan Dan Olahraga Di Jakarta, tahun
1993.
i. Rapat Koordinasi Nasional Bidang Keolahragaan Menyongsong PJPT II
Khusus Pelita VI di Jakarta, tahun 1993.
j. Peserta Temu Karya Pengembangan Lembaga Sumber Belajar, di Jakarta
tahun 1993
k. Peserta Temu Karya FIP – IKIP / FKIP – Univ / STIP se Indonesia, di
Bandung, tahun 1994
l. Peserta Seminar Ilmah Nasional Dalam Rangka Dies Natalis ke 19
Universitas Sebelas Maret tentang Pengelolaan Lanjut Usia Sebagai Bagian
Upaya Peningkatan Kealitas Sumber Daya Manusia Indonesia, tahun 1995
37
m. Peserta Seminar Ilmiah Mental Training dan Tenaga Dalam, di Yogyakarta
tahun 1995
n. Peserta seminar dalam rangka Memperingati Hari Olahraga Nasional XVI,
di Surakarta, tahun 1999
o. Peserta Temu Karya Fakultas / Jurusan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia,
di Jakarta, tahun 1997
p. Rapat Koordinasi Pimpinan FPOK / JPOK se Indonesia, di Padang, tahun
1997
q. Peserta Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Bandung
tahun 1997
r. Peserta Seminar Nasional Pengembangan FKIP sebagai lembaga Pendidikan
Guru di Perguruan Tinggi, di Surakarta tahun 2001
s. Rapar Kerja Nasional Kelembagaan Penelitian dan Kelembagaan
Pengabdian pada masyarakat Perguruan Tinggi dan Koperasi Seluruh
Indonesia, di Jakarta tahun 2001
t. Peserta Seminar / Lokakarya Pengembangan Pendidikan Dasar Terpadu, di
Surakarta tahun 2001
u. Peserta Seminar Paradigma Pendidikan Jasmani, Peningkatan Mutu
Implementasi Pembelajaran, di Surakarta tahun 2002
v. Pemakalah Seminar / Lokakarya Nasional Antisipasi dan Implementasi
Kurikulum Pendidikan Jasmani dalam Menghadapi Era Global dan Otonimi
Daerah, di Surakarta tahun 2002
w. Pemakalah Seminar Nasional Inovasi Pendidikan IPTEK dan Humaniora
Menghadapi abad ke 21, di Jember tahun 1996
x. Peserta Seminar Revitalisasi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda, di Menado tahun
1996
y. Peserta Semiloka Peran Ilmu Kedokteran dalam Menunjang Prestasi
Olahraga, di Surakarta tahun 1996
38
z. Peserta Seminar Reformasi Pembangunan keolahragaan Nasional, di
Surakarta tahun 1999
9. Penelitian :
a. Penyusunan Rangkaian Tes Keterampilan Hockey, 1970. Skripsi Sarjana
b. Pengaruh Frekuensi Latihan Senam, Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin
Terhadap Kemampuan Gerak Dasar Siswa Sekolah Dasar, 1983. Tesis.
c. Hubungan Antara Tinggi Badan, Berat Badan, Panjang Lengan Dan Panjang
Tarikan Dengan Prestasi Panahan Ronde Perpani Pemanah Pria Jawa Tengah,
1983.
d. Pengaruh Latihan Senam Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar
Anak, 1984
e. Pengaruh Latihan Erobik Terhadap Penurunan Berat Badan Bagi Wanita
Kegemukan, 1989
f. Hasil Belajar Ketrampilan Tenis Ditinjau Dari Kemampuan Motorik, Persepsi
Kenestetik Dan Waktu Reaksi Siswa Sekolah Dasar, 1990
g. Hubungan Waktu Reaksi Dan Kelincahan Dengan Ground Strikes Pemain
Tenis Pemula, 1991.
h. Hubungan Kekuatan Lengan Dan Power Tungkai Dengan Prestasi Tolak
Peluru Mahasiswa Olahraga Dan Kesehatan, 1991
i. Kadar Kecanggihan Perangkat Uji Ketrampilan Olahraga Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Keolahragaan, 1992
j. Pengaruh Pegangan Dan Posisi Lengan Bawah Terhadap Daya Tahan
Bergantung Statik Dan Dinamik, 1993
k. Hubungan Persepsi Kinestetik Dengan Hasil Belajar Keterampilan Bulu
tangkis Pemain Putra, 1993
l. Sumbangan Tinggi Badan, Koordinasi Mata Tangan Dan Persepsi Kinestetik
Terhadap Keterampilan Servis Atas Bola Voli, 1994
m. Dampak Tingkah Laku Pimpinan Dan Peran Perbedaan Individual Pada
Produktivitas Pegawai Tata Usaha, 1995