V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan/Penggunaan … · 5.1 Penutupan/Penggunaan Lahan daerah...
Transcript of V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan/Penggunaan … · 5.1 Penutupan/Penggunaan Lahan daerah...
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penutupan/Penggunaan Lahan daerah Indramayu
Kabupaten Indramayu berdasarkan hasil intrepertasi citra Landsat 7 ETM+
Juni 2009, mempunyai 13 penggunaan lahan yaitu, hutan, kebun campuran, lahan
terbangun, perkebunan, permukiman, pertanian lahan kering, sawah, semak,
tambak, tanah terbuka, tegalan, tubuh air, dan perkebunan. Peta hasil interpretasi
citra dapat dilihat pada Gambar 7. Penggunaan lahan yang terluas adalah sawah
(117.451 ha) kemudian diikuti oleh kebun campuran (24.814 ha), permukiman
(21.317 ha), perkebunan (15.361 ha) dan tambak (14.609 ha). Luas masing-
masing jenis penutupan/penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 9.
Gambar 7. Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Kabupaten Indramayu
25
Tabel 9. Luas Penutupan/Penggunaan Lahan Kabupaten Indramayu Penutupan/Penggunaan Lahan Luas (ha) Luas (%) Hutan 7.513 3,59 Kebun Campuran 24.814 11,85 Lahan Terbangun 816 0,39 Perkebunan 15.361 7,34 Permukiman 21.317 10,18 Pertanian Lahan Kering 11 0,01 Sawah 117.451 56,10 Semak 1.516 0,72 Tambak 14.609 6,98 Tanah Terbuka 1.611 0,77 Tegalan 1.192 0,57 Tubuh Air 2.581 1,23 Perkebunan 553 0,26 Total 209.349 100
5.2 Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan
Wilayah rawan kekeringan dapat diartikan sebagai daerah yang peluang
terjadinya kekeringan cukup tinggi karena curah hujan rendah dan sumber air
tanah terbatas, atau daerah yang mempunyai faktor fisik lahan/tanah yang dapat
mempercepat timbulnya kekeringan. Dalam penelitian ini parameter curah hujan
yang digunakan dibedakan dalam (i) curah hujan rata-rata tahunan dan (ii) curah
hujan rata-rata musim kering, sementara pembobotan parameter biofisik
dibedakan dalam (i) bobot berbeda dengan parameter curah hujan paling tinggi,
dan (ii) bobot sama, sehingga dihasilkan empat peta rawan kekeringan..
5.2.1 Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan untuk Curah Hujan Rata-rata Tahunan
Curah hujan rata-rata tahunan dari 19 titik stasiun di Kabupaten Indramayu
adalah 1.471 mm/tahun. Curah hujan tertinggi adalah 1.948 mm, sedangkan curah
hujan terendah ± 971 mm. Peta curah hujan rata-rata tahunan dapat dilihat pada
Gambar 8. Curah hujan yang dominan turun di daerah Indramayu adalah <1500
mm/tahun, sehingga dapat diasumsikan bahwa daerah Indramayu berpotensi
terjadi kekeringan bila dilihat dari parameter curah hujannya. Penyebaran kelas
curah hujan <1500 mm/tahun berada di sebelah utara peta yaitu yang berbatasan
dengan laut jawa, dan berada di sebelah tenggara yang berbatasan dengan
Kabupaten Cirebon.
26
Gambar 8. Peta Curah Hujan Rata-Rata Tahunan
a Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Tahunan
Gambar 9 menunjukkan Peta rawan kekeringan dengan menggunakan
bobot parameter berbeda dan curah hujan tahunan. Pemodelan ini menghasilkan
dua kelas kekeringan, yaitu, kelas cukup rawan dan kelas rawan. Kecamatan yang
berpotensi kekeringan untuk kelas cukup rawan hampir merata keseluruh wilayah
dari Kabupaten Indramayu (Lampiran 3).
1. Kelas Cukup Rawan
Daerah cukup rawan ini mempunyai luasan 159.502 ha (77,24%). Curah
hujan yang ada pada kelas ini berkisar antara 1501 - 2000 mm/tahun dan <1500
mm/tahun. Bentuk lahan yang banyak dijumpai dikelas ini adalah dataran Aluvial
dan dataran, dengan penggunaan lahan berpotensi rawan kekeringan adalah
sawah, kebun campuran, tambak, permukiman, dan perkebunan. Kemiringan
lereng kelas ini berada pada kisaran 0 - 8%, drainase yang dimiliki kelas ini
sangat buruk sampai buruk, dan berada pada buffer sungai >500 m.
27
2. Kelas Rawan
Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 46.992 ha (22,76%) dengan curah
hujan berada pada kisaran 1501 – 2000 mm/tahun dan <1500 mm/tahun. Kelas ini
didominasi oleh bentuk lahan dataran Aluvial dengan kemiringan lereng 0 - 8%
dan mempunyai drainase buruk sampai baik. Penggunaan lahan yang banyak
dijumpai di kelas ini adalah sawah, permukiman, kebun campuran, perkebunan,
dan tanah terbuka. Daerah yang berpotensi rawan kekeringan berada pada buffer
sungai >500m.
Adapun luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas
rawan kekeringan disajikan pada Tabel 10.
Kecamatan terluas yang berpotensi rawan kekeringan untuk kelas cukup
rawan sampai rawan adalah Kecamatan Gantar, Kecamatan Trisi, Kecamatan
Cikedung, Kecamatan Losarang, Kecamatan Pasekan, Kecamatan Anjatan, dan
Kecamatan Gabuswetan. Dari kecamatan-kecamatan ini penggunaan lahan yang
akan mendapat dampak paling besar terhadap kekeringan adalah sawah, karena
penggunaan lahan ini paling luas ditemukan pada tujuh kecamatan tersebut.
Karakteristik utama dari kecamatan-kecamatan tersebut adalah bentuk lahan
dataran aluvial, kemiringan lereng 0 - 3%, dengan drainase sangat buruk sampai
baik, curah hujan <2000 mm/tahun dan berada pada buffer sungai >500m.
Tabel 10. Penggunaan Lahan/Penutupan Lahan yang Berpotensi Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda
Penggunaan lahan Kelas (ha)
Cukup rawan Rawan Hutan 7.064 448 Kebun Campuran 21.047 3.767 Lahan Terbangun 592 223 Perkebunan 13.703 2.207 Permukiman 14.185 7.127 Pertanian Lahan Kering 10 0,5 Sawah 86.288 31.16 Semak 1.076 440 Tambak 14.442 166 Tanah Terbuka 222 1.388 Tegalan 868 63,1 Total 159.502 46.992,6
28
Gambar 9. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah
Hujan Tahunan
b. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Tahunan
Gambar 10 menunjukkan peta rawan kekeringan dengan bobot parameter
sama dengan empat kelas kekeringan, yaitu kelas tidak rawan, kelas cukup rawan,
kelas rawan, dan kelas sangat rawan. Hampir semua kecamatan mengalami kelas
cukup rawan dan rawan kekeringan, sedangkan yang mengalami kelas tidak
rawan hanya tersebar di beberapa kecamatan saja (Lampiran 4).
1. Kelas Tidak Rawan
Daerah dengan kelas kekeringan tidak rawan mempunyai luasan paling
kecil yaitu 144 ha (0,07%) dari total luasan daerah penelitian. Daerah ini
mempunyai curah hujan 1501 - 2000 mm/tahun. Penggunaaan lahan yang
dominan dalam kelas ini adalah tambak, perkebunan, dan kebun campuran,
dengan kemiringan lereng 0 - 3%. Kelas ini mempunyai bentuk lahan dataran
Aluvial dengan drainase sangat buruk dan berada pada buffer sungai 0 - 100 m.
29
2. Kelas Cukup Rawan
Daerah cukup rawan ini memiiliki luasan yang paling besar yaitu 157.476
ha (76,26%). Curah hujan yang dominan di kelas ini adalah <1500mm/tahun dan
1500 - 2000mm/tahun. Penggunaan lahan yang banyak dijumpai adalah sawah,
kebun campuran, tambak, perkebunan, dan permukiman. Kemiringan lereng kelas
ini berkisar antara 0 - 8%. Bentuk lahan adalah dataran Aluvial, mempunyai
drainase sangat buruk sampai buruk, dan berada pada buffer sungai >500 m.
3. Kelas Rawan
Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 48.651 ha (23,56%) dengan curah
hujan yang dominan adalah <1500mm/tahun dan 1500 - 2000 mm/tahun.
Penggunaan lahan yang banyak mengalami rawan kekeringan adalah sawah,
permukiman, kebun campuran, perkebunan, dan tanah terbuka. kemiringan lereng
0 - 8 % dan mempunyai drainase baik sampai buruk. Kelas ini didominasi oleh
bentuk lahan dataran Aluvial dan berada pada buffer sungai >500m.
4. Kelas Sangat Rawan
Kelas sangat rawan mempunyai luasan sebesar 223 ha (0,11%) dari total
luasan. Curah hujan pada kelas ini berada pada kisaran 2001 – 2500mm/tahun
dengan penggunaan lahan yang berada pada keadaan sangat rawan adalah tanah
terbuka. Kemiringan lereng pada kelas sangat rawan adalah 8 – 15% dengan
bentuk lahan perbukitan dan berada pada buffer sungai >500m.
Luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas rawan
kekeringan disajikan pada Tabel 11, dimana penggunaan lahan yang dominan
berpotensi kekeringan adalah penggunaan lahan sawah.
Secara umum karakteristik wilayah dari kelas cukup rawan sampai sangat
rawan kekeringan untuk bobot parameter sama dan curah hujan tahunan adalah
curah hujan <1500mm/tahun dan 1500 - 2000 mm/tahun, bentuk lahan dataran
aluvial, penggunaan lahan sawah, kelas kemiringan 0 – 15%, berdrainase sangat
buruk sampai baik dan berada pada buffer >500m. Kecamatan terluas yang
berpotensi kekeringan untuk kelas cukup rawan sampai sangat rawan adalah
Kecamatan Trisi, Kecamatan Gantar, Kecamatan Losarang, Kecamatan Cikedung,
Kecamatan Kroya, Kecamatan Anjatan, Kecamatan Tukdana, Kecamatan Sukra,
30
Kecamatan Haurgeulis dengan penggunaan lahan sawah yang paling besar yang
akan mendapat dampak dari kekeringan.
Gambar 10. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah
Hujan Tahunan
Tabel 11. Penggunaan Lahan/Penutupan Lahan yang Berpotensi Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama
Penggunaan lahan
Kelas (ha)
Tidak Rawan Cukup rawan Rawan Sangat Rawan Hutan 7.064 448 Kebun Campuran 21.302 3.512 Lahan Terbangun 384 431 Perkebunan 94 14.178 1.638 Permukiman 13.280 8.032 Pertanian Lahan Kering 9 2 Sawah 84.967 32.481 Semak 874 641 Tambak 49 14.424 134 Tanah Terbuka 121 1.265 223 Tegalan 868 63 Total (Ha) 143 157.476 48.651 223
31
5.2.2 Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan untuk Curah Hujan Rata-rata Musim Kering
Sebaran curah hujan rata-rata per bulan dari tiga bulan terkering (Juli –
September) dapat dilihat pada Gambar 11. Peta tersebut menunjukkan bahwa
wilayah dari Kabupaten Indramayu didominasi oleh curah hujan pada musim
kering dengan besaran 30-40 mm/bulan. Curah hujan rata-rata musim kering
sebesar 25 mm/bulan dengan curah hujan terendah adalah 13 mm/bulan dan
tertingginya sebesar 51 mm/bulan.
Gambar 11. Peta Curah Hujan Rata-Rata Musim kering
a. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Musim Kering
Pada peta rawan kekeringan dengan bobot berbeda hanya terdapat tiga
kelas, yaitu kelas tidak rawan, cukup rawan dan rawan. Hampir semua kecamatan
pada peta yang berbobot beda berpotensi rawan kekeringan dengan kelas cukup
rawan dan rawan, sedangkan untuk kelas tidak rawan hanya dialami oleh sedikit
wilayah kecamatan (Lampiran 5). Bentuk peta dengan bobot parameter beda
untuk curah hujan musim kering ditunjukkan pada Gambar 12.
32
1. Kelas Tidak Rawan
Daerah dengan kelas kekeringan tidak rawan mempunyai luasan paling
kecil yaitu 1.523 ha (0,74%) dari total luasan daerah penelitian. Daerah ini
mempunyai curah hujan <20mm/bln dan 21 - 30mm/bulan. Penggunaaan lahan
yang dominan dalam kelas ini adalah sawah, kebun campuran, perkebunan, dan
permukiman dengan kemiringan lereng 0 - 3%. Kelas ini mempunyai bentuk
lahan dataran Aluvial dengan drainase buruk dan berada pada buffer sungai 0 -
300 m.
2. Kelas Cukup Rawan
Daerah cukup rawan ini memiiliki luasan yang paling besar yaitu 175.938
ha (85,20%). Curah hujan yang dominan di daerah ini adalah <20 dan 21 -
30mm/bulan. Penggunaan lahan yang banyak dijumpai dalam kelas ini adalah
sawah, kebun campuran, permukiman, perkebunan, dan tambak dengan
kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk lahan adalah dataran Aluvial, mempunyai
drainase buruk sampai dengan sangat buruk, dan berada pada buffer sungai >500
m.
3. Kelas Rawan
Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 29.033 ha (14,06%) dengan curah
hujan yang dominan adalah <20mm/bln dan 21 - 30 mm/bulan. Penggunaan lahan
yang berpotensi rawan kekeringan adalah sawah, permukiman, tanah terbuka,
perkebunan, dan semak. Kemiringan lereng untuk kelas ini adalah 0 - 8% dan
mempunyai drainase baik sampai buruk. Kelas ini didominasi oleh bentuk lahan
dataran Aluvial dan berada pada buffer sungai >500m.
Adapun luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas
rawan kekeringan disajikan pada Tabel 12.
Kecamatan terluas yang berpotensi rawan kekeringan untuk kelas cukup
rawan sampai rawan adalah Kecamatan Gantar, Kecamatan Trisi, Kecamatan
Cikedung, Kecamatan Kroya, Kecamatan Losarang, Kecamatan Anjatan,
Kecamatan Tukdana, dan Kecamatan Sukra. Dari kecamatan-kecamatan ini
penggunaan lahan yang akan mendapat dampak paling besar terhadap kekeringan
adalah sawah. Karakteristik utama yang ditemukan pada kecamatan-kecamatan
33
tersebut adalah bentuk lahan dataran aluvial, kemiringan lereng 0 - 3%, curah
hujan 30 - 40mm/bulan, drainase sangat buruk untuk kelas cukup rawan dan
drainase baik untuk kelas rawan, dan buffer >500m.
Gambar 12. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah
Hujan Musim Kering
Tabel 12. Penggunaan Lahan/Penutupan Lahan yang Berpotensi Rawan Kekeringan dengan Bobot parameter Beda untuk Curah Hujan Musim Kering
Penggunaan lahan Kelas (ha)
Tidak rawan Cukup rawan Rawan Hutan 7.091 421 Kebun Campuran 23.893 623 297 Lahan Terbangun 677 138 Perkebunan 14.861 916 132 Permukiman 16.274 4.945 92 Pertanian Lahan Kering 10
Sawah 96.580 19.869 1 Semak 829 687 Tambak 14.596 12 Tanah Terbuka 222 1.388 Tegalan 901 30 Total 175.938 29.033 1.523
34
b. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Musim Kering
Gambar 13 menunjukkan peta rawan kekeringan dengan bobot parameter
sama dan dimana terdapat empat kelas kekeringan, yaitu kelas tidak rawan, kelas
cukup rawan, kelas rawan, dan sangat rawan. Sebagian besar kecamatan termasuk
ke dalam kelas cukup rawan dan rawan kekeringan, sedangkan kelas tidak rawan
dan sangat rawan hanya terjadi di beberapa kecamatan saja (Lampiran 6).
1. Kelas Tidak Rawan
Daerah tidak rawan ini memiiliki luasan 979 ha (0,47%) dengan curah
hujan 20 - 40 mm/bln. Bentuk lahan yang banyak dijumpai dikelas ini adalah
dataran Aluvial bentuk lahan lain yang berada pada kondisi tidak rawan adalah
daerah pantai, rawa pasang surut dan dataran. Penggunaan lahan yang tidak
berpotensi kekeringan tambak, kebun campuran dan perkebunan. Kemiringan
lereng kelas ini 0 - 3%, mempunyai drainase buruk sampai dengan sangat buruk,
dan berada pada buffer sungai 0 - 100 m.
2. Kelas Cukup Rawan
Kelas cukup rawan mempunyai luasan sebesar 173.711 ha (84,12%)
dengan curah hujan berkisar antara 30 - 40mm/bln. Kelas ini didominasi oleh
bentuk lahan dataran Aluvial dan dataran dengan kemiringan lereng 0 - 8% dan
mempunyai drainase buruk sampai dengan sangat buruk. Penggunaan lahan yang
banyak berpotensi cukup rawan kekeringan adalah sawah, kebun campuran,
permukiman, perkebunan, dan tambak dengan berada pada buffer sungai >500m.
3. Kelas Rawan
Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 31.559 ha (15,28%) dengan curah
hujan berkisar antara 20 - 40mm/bln. Kelas ini didominasi oleh bentuk lahan
dataran Aluvial dengan kemiringan lereng 0 - 8% dan mempunyai drainase buruk
sampai baik. Penggunaan lahan yang berpotensi adalah sawah, permukiman, tanah
terbuka, perkebunan, dan semak dengan berada pada buffer sungai >500m.
4. Kelas Sangat Rawan
Luasan wilayah yang berpotensi kekeringan pada kelas sangat rawan
adalah 244 ha (0,47%) dengan kisaran curah hujan 20 - 30mm/bln. Kelas ini
35
didominasi oleh bentuk lahan perbukitan dengan kemiringan lereng 8 - 15% dan
mempunyai drainase baik. Penggunaan lahan yang berpotensi sangat rawan
kekeringan adalah tanah terbuka dan berada pada buffer sungai >500m.
Adapun luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas
rawan kekeringan disajikan pada Tabel 13, dimana penggunaan lahan yang
dominan berpotensi kekeringan adalah penggunaan lahan sawah.
Secara umum karakteristik wilayah dari kelas cukup rawan sampai sangat
rawan kekeringan untuk bobot parameter sama dengan curah hujan musim kering
adalah bentuk lahan dataran aluvial, dengan penggunaan lahan sawah, kelas
kelerengan 0 - 3%, drainase buruk sampai dengan sangat buruk, curah hujan 30 -
40mm/bulan, dan pada buffer sungai >500m. Kecamatan terluas yang berpotensi
kekeringan adalah Kecamatan Gantar, Kecamatan Trisi, Kecamatan Losarang,
Kecamatan Cikedung, Kecamatan Kroya, Kecamatan Anjatan, Kecamatan
Tukdana, Kecamatan Sukra, dan Kecamatan Haurgeulis.
Tabel 13. Penggunaan Lahan/Penutupan Lahan yang Berpotensi Rawan Kekeringan dengan Bobot parameter Sama
Penggunaan Lahan
Kelas (ha)
Cukup Rawan Rawan Sangat Rawan Hutan 7.091 421 Kebun Campuran 23.968 621 Lahan Terbangun 393 422 Perkebunan 14.586 920 Permukiman 15.357 5.955 Pertanian Lahan Kering 10 Sawah 96.234 21.214 Semak 790 726 Tambak 14.255 2 Tanah Terbuka 121 1.244 244 Tegalan 901 30 Total 173.711 31.559 244
36
Gambar 13. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah
Hujan Musim Kering
5.3 Perbedaan Antara Peta dengan Bobot Parameter Beda dan Bobot Parameter Sama untuk Curah hujan Tahunan dan Curah Hujan Musim Kering
Perbedaan pertama yang dapat dilihat dari hasil peta adalah jumlah kelas
rawan kekeringan untuk setiap jenis peta. Untuk curah hujan tahunan, pada peta
dengan bobot parameter sama menghasilkan empat kelas yaitu tidak rawan, cukup
rawan, rawan dan sangat rawan, sedangkan pada peta dengan bobot parameter
beda menghasilkan dua kelas rawan kekeringan yaitu kelas cukup rawan dan kelas
rawan. Hal yang sama juga terjadi pada curah hujan musim kering, pada peta
dengan bobot parameter sama menghasilkan empat kelas dan dengan pada bobot
parameter beda menghasilkan tiga kelas, yaitu kelas tidak rawan, cukup rawan,
dan kelas rawan. Dalam penelitian ini perbedaan luas untuk kelas cukup rawan
dan rawan pada kedua jenis peta tidak terlalu besar, hal ini berarti luasan kejadian
kekeringan relatif hampir sama. Untuk melihat perbedaan lainnya, hasil analisis
dihubungkan dengan kejadian nyata yang terjadi di lapang, beberapa kecamatan
yang mengalami kejadian kekeringan yang dikumpulkan dari berbagai sumber
37
berita di media online, pada tahun 2002, 2007, 2008, dan 2009 akan dsajikan pada
Tabel 14.
Tabel 14 menunjukkan beberapa kecamatan yang mengalami kekeringan
dan terkena gagal panen, beberapa diantaranya juga merupakan kecamatan terluas
yang berpotensi mengalami kekeringan paling luas pada identifikasi kekeringan
dengan menggunakan curah hujan rata-rata tahunan, yaitu untuk peta dengan
bobot parameter berbeda ada lima kecamatan antara lain, Kecamatan Trisi,
Gantar, Losarang, Cikedung, dan Gabuswetan, dan untuk peta dengan bobot
parameter sama terdapat enam kecamatan yaitu, Kecamatan Trisi, Gantar,
Losarang, Cikedung, Gabuswetan, dan Haurgeulis. Untuk identifikasi rawan
kekeringan dengan menggunakan curah hujan rata-rata musim kering, kecamatan
yang termasuk dalam beberapa kecamatan yang mengalami rawan kekeringan
dengan menggunakan bobot parameter beda dihubungkan dengan kejadian nyata
adalah Kecamatan Gantar, Trisi, Losarang, Kroya, dan Cikedung, dan untuk peta
dengan bobot parameter sama adalah Kecamatan Trisi, Gantar, Losarang,
Cikedung, Kroya dan Haurgeulis. Tabel luasan kecamatan terluas yang berpotensi
rawan kekeringan disajikan pada Tabel 15 – 18.
Berdasarkan Tabel 15 dan Tabel 16 dapat dilihat bahwa peta dengan curah
hujan tahunan, data kecamatan yang lebih banyak dijumpai kesamaan dengan
kejadian kekeringan dilapang adalah peta dengan bobot parameter sama.
Berdasarkan Tabel 17 dan Tabel 18, peta dengan bobot sama juga lebih
menunjukkan kecamatan yang lebih mempunyai kesamaan dengan kejadian nyata.
Jika dilihat dari jenis peta dengan jenis curah hujannya, kedua peta
tersebut hampir mempunyai jumlah kecamatan yang sama dengan kejadian nyata
di lapang.
38
Tabel 14. Kecamatan yang Mengalami Kejadian Kekeringan Berdasar Data Lapang
Tahun Kecamatan Luas Kekeringan (ha)
2002
Cikedung 70 Lelea 75 Gabuswetan 235 Kandanghaur 565 Kroya 1.602
2007
Haurgeulis
>10.000
Gantar Trisi Karangampel Kedokan Bunder Sliyeg Indramayu Lohbener Kandanghaur Balongan Cantigi Arahan
2008
Losarang 3.078 Cikedung 2.686 Trisi 1.894 Lelea 1.713 Sliyeg 1.455
2009
Krangkeng
no data
Karangampel Jati Barang Cikedung Trisi Bongas
Sumber : (Trinugroho, 2002), Harian Umum Pelita, Antara Jawa Barat, Suara karya Online.
39
Tabel 15. Lima Kecamatan Terluas yang Berpotensi Mengalami Rawan Kekeringan Pada Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Rata-Rata Tahunan.
Kelas Kecamatan Luas (ha)
Cukup Rawan
Gantar 12.520 Trisi 12.387 Cikedung 10.511 Losarang 9.744 Pasekan 8.888
Rawan
Anjatan 5.760 Gantar 3.947 Losarang 3.135 Trisi 3.134 Gabuswetan 3.01
Tabel 16. Lima Kecamatan Terluas yang Berpotensi Mengalami Rawan Kekeringan Pada Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Rata-Rata Tahunan
Kelas Kecamatan Luas (ha)
Cukup Rawan
Trisi 12.204 Gantar 11.288 Losarng 10.296 Cikedung 10.265 Pasekan 8.772
Rawan
Anjatan 5.677 Gantar 5.773 Trisi 3.203 Gabuswetan 2.874 Tukdana 2.695
Sangat Rawan
Trisi 114 Cikedung 91 Haurgeulis 11 Gantar 5
40
Tabel 17. Lima Kecamatan Terluas yang Berpotensi Mengalami Rawan Kekeringan Pada Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Rata-Rata Musim Kering
Kelas Kecamatan Luas (ha)
Cukup Rawan
Gantar 14.512 Trisi 15.454 Cikedung 10.697 Kroya 10.063 Losarang 9.974
Rawan
Anajatan 3.642 Losarang 2.905 Tukdana 2.646 Sukra 2.563 Gantar 1.955
Tabel 18. Lima Kecamatan Terluas yang Berpotensi Mengalami Rawan
Kekeringan Pada Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Rata-Rata Musim Kering
Kelas Kecamatan Luas (ha)
Cukup Rawan
Trisi 14.130 Gantar 13.436 Losarang 10.516 Cikedung 10.453 Kroya 9.230
Rawan
Anjatan 3.578 Gantar 3.020 Tukdana 2.654 Sukra 2.409 Losarang 2.363
Sangat Rawan
Trisi 126 Cikedung 96 Haurgeulis 11 Gantar 10