V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat...

12
FTIP001657/001 [2] [3] [1] HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan 35 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat pada Saccharomyces cerevisiae Hasil analisis statistik luas areal hambat ekstrak akar kawao terhadap pertumbuhan S. cerevisiae (Lampiran 3) menunjukkan bahwa suhu dan lama maserasi akar kawao tidak menunjukkan interaksi terhadap luas areal hambat pertumbuhan S.cerevisiae sehingga dilanjutkan dengan pengujian mandiri untuk masing-masing faktor. Hasil uji mandiri luas areal hambat ekstrak akar kawao terhadap pertumbuhan S. cerevisiae disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Lama Maserasi Ekstrak Akar Kawao Terhadap Luas Areal Hambat S. cerevisiae (mm 2 ) Perlakuan Rata-rata (mm 2 ) Hasil Uji Suhu Maserasi 25 o C (a 1 ) 54.63 a 30 o C (a 2 ) 56.18 a 35 o C (a 3 ) 59.40 a Lama Maserasi 18 jam (b 1 ) 50.85 b 24 jam (b 2 ) 62.16 a 30 jam (b 3 ) 57.19 ab Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak berganda Duncan Berdasarkan Tabel 5, pengaruh suhu maserasi terhadap luas areal hambat S.cerevisiae menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada suhu maserasi 25 o C, 30 o C dan 35 o C. Hal ini disebabkan karena senyawa-senyawa yang terekstrak pada akar kawao untuk suhu maserasi 25 o C, 30 o C dan 35 o C memberikan hasil yang tidak berbeda jauh terhadap luas areal hambat S.cerevisiae. Menurut Hartati (2010), peningkatan suhu maserasi akan meningkatkan kelarutan senyawa aktif di dalam

Transcript of V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat...

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/001

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Daya Hambat pada Saccharomyces cerevisiae

Hasil analisis statistik luas areal hambat ekstrak akar kawao terhadap

pertumbuhan S. cerevisiae (Lampiran 3) menunjukkan bahwa suhu dan lama maserasi

akar kawao tidak menunjukkan interaksi terhadap luas areal hambat pertumbuhan

S.cerevisiae sehingga dilanjutkan dengan pengujian mandiri untuk masing-masing

faktor. Hasil uji mandiri luas areal hambat ekstrak akar kawao terhadap pertumbuhan

S. cerevisiae disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Lama Maserasi Ekstrak Akar KawaoTerhadap Luas Areal Hambat S. cerevisiae (mm2)

Perlakuan Rata-rata (mm2) Hasil UjiSuhu Maserasi

25oC (a1) 54.63 a30oC (a2) 56.18 a35oC (a3) 59.40 a

Lama Maserasi18 jam (b1) 50.85 b24 jam (b2) 62.16 a30 jam (b3) 57.19 ab

Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata padataraf 5% menurut uji jarak berganda Duncan

Berdasarkan Tabel 5, pengaruh suhu maserasi terhadap luas areal hambat

S.cerevisiae menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada suhu maserasi

25oC, 30oC dan 35oC. Hal ini disebabkan karena senyawa-senyawa yang terekstrak

pada akar kawao untuk suhu maserasi 25oC, 30oC dan 35oC memberikan hasil yang

tidak berbeda jauh terhadap luas areal hambat S.cerevisiae. Menurut Hartati (2010),

peningkatan suhu maserasi akan meningkatkan kelarutan senyawa aktif di dalam

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/002

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

36

pelarut sehingga jenis senyawa yang terekstrak lebih beragam. Peningkatan jenis

senyawa aktif nampaknya tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan luas areal

hambat pada S.cerevisiae.

Berdasarkan luas areal hambat yang terbentuk, S.cerevisiae lebih tahan

terhadap aktivitas antimikroba ekstrak akar kawao dibandingkan dengan

L.mesenteroides dan E. coli. Hal tersebut dapat terjadi karena S.cerevisiae memiliki

mekanisme pertahanan tubuh terhadap antimikroba. Menurut Ahmad (2005), dinding

sel S.cerevisiae mengandung substansi β-D Glukan yang memiliki kemampuan

sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap zat-zat asing. Sistem pertahanan tersebut

dapat menghambat pengaruh aktivitas akar kawao terhadap pertumbuhan

S.cerevisiae. Hal tersebut menyebabkan luas areal hambat yang terbentuk menjadi

lebih kecil dibandingkan L. mesenteroides dan E. coli.

Pengaruh lama maserasi terhadap luas areal hambat (Tabel 5) menunjukkan

pada lama maserasi 18 jam menghasilkan luas areal hambat S.cerevisiae yang

berbeda nyata terhadap lama maserasi 24 jam. Lama maserasi 24 jam menunjukkan

penghambatan yang optimum terhadap S.cerevisiae dengan luas areal hambat sebesar

62,16 mm2. Luas areal hambat tersebut lebih besar dibandingkan dengan luas areal

hambat daun ekstrak dandang gendis (Clinacanthus nutans) pada konsentrasi 1000

ppm yang dilakukan oleh Sofyan (2008) dengan luas sebesar 24,03 mm2. Hal ini

memperlihatkan bahwa ekstrak akar kawao memiliki daya hambat terhadap

S.cerevisiae yang lebih besar.

Pada lama maserasi 30 jam menghasilkan luas areal hambat S.cerevisiae yang

tidak berbeda nyata terhadap lama maserasi 18 jam dan 24 jam. Pada kondisi tersebut

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/003

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

37

diduga terjadi kerusakan alkaloid sehingga aktivitas antimikrobanya menurun yang

berimbas terhadap penghambatan S. cerevisiae. Menurut Lenny (2006), terbebasnya

alkaloid dari dalam sel menyebabkan senyawa tersebut mudah mengalami

dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Menurut Sarker

et. al. (2006), tanaman yang mengandung metabolit sekunder seharusnya dikeringkan

dibawah suhu 30⁰C untuk menghindari dekomposisi senyawa yang tidak tahan panas.

Areal hambat yang terbentuk disekitar paper disk menunjukkan terjadinya

penghambatan pertumbuhan S.cerevisiae yang disebabkan adanya senyawa alkaloid

yang terkandung di dalam ekstrak akar kawao. Alkaloid dapat menghambat sintesis

dinding sel sehingga pertumbuhan mikroorganisme menjadi terhambat. Alkaloid pada

umumnya mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom

nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dalam sistem siklik. Alkaloid

biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal

tetapi hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar

(Harborne, 1987).

Menurut Lingga dan Rustama (2005), alkaloid mengandung racun yang

mampu menghambat pertumbuhan mikroba atau dapat menyebabkan sel mikroba

menjadi lisis bila terpapar zat tersebut. Alkaloid menyebabkan kondisi lingkungan

menjadi lebih basa sehingga menyebabkan pertumbuhan S.cerevisiae terhambat

karena memiliki pH optimum pada kondisi sedikit asam yaitu pada pH 4,0 - 4,5

(Fardiaz, 1992). Hal tersebut membuktikan bahwa akar kawao mampu untuk

menghambat laju pertumbuhan dari S.cerevisiae.

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/004

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

38

S.cerevisiae merupakan jenis khamir yang bersifat fermentatif kuat (Fardiaz,

1992). Substrat yang mengandung glukosa, fruktosa dan sukrosa secara cepat akan

digunakan oleh S.cerevisieae pada tahap awal fermentasi. Sukrosa dihidrolisa oleh

enzim invertase yang berada di luar membran sel dan dibatasi dinding sel. Sedangkan

glukosa dan fruktosa yang ada akan ditranspor ke dalam sel. S.cerevisiae memiliki

kemampuan yang baik dalam adaptasi dengan lingkungannya karena memiliki

dinding sel yang tegar dan mampu tumbuh hingga suhu 37oC dan suhu minimumnya

9-11oC (Walker, 1998). Ketegaran dinding sel tersebut dikarenakan S.cerevisiae

mengandung glukan 30-35% dari berat kering dinding selnya yang disusun oleh

polisakarida kompleks terdiri dari unit D-mannosa dengan ikatan α-1,6, α -1,2 dan

sedikit α-1,3 (Fardiaz, 1992).

Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

penyadapan. S. cerevisiae menyebabkan terjadinya proses fermentasi nira (Tjahjadi

et. al., 1994). Dalam nira segar, enzim invertase dari S. cerevisiae memecah sukrosa

menjadi glukosa yang kemudian dengan adanya bakteri penghasil asam seperti

Clostridium sp dan Acetobacter aceti akan membentuk asam asetat yang membuat

nira menjadi asam dan rusak. Degradasi sukrosa tersebut menyebabkan penurunan

kualitas gula yang dihasilkan, dimana gula tersebut menjadi lembek serta terjadi

penurunan rendemen gula (Dirga, 2011).

5.2. Daya Hambat pada Leuconostoc mesenteroides

Hasil analisis statistik luas areal hambat ekstrak akar kawao terhadap

pertumbuhan L. mesenteroides (Lampiran 4) menunjukkan bahwa suhu dan lama

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/005

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

39

maserasi akar kawao memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap luas areal

hambat pertumbuhan L. mesenteroides dan terjadi interaksi antara kedua faktor

sehingga dilanjutkan dengan pengujian pengaruh dari masing-masing faktor.

Pengaruh interaksi antara faktor suhu maserasi dan lama maserasi terhadap luas areal

hambat L. mesenteroides disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Interaksi Antara Suhu Maserasi dengan Lama Maserasi terhadapLuas Areal Hambat L. mesenteroides (mm2)

Faktor BFaktor A Lama Maserasi

Suhu Maserasi 18 jam (b1) 24 jam (b2) 30 jam (b3)

25oC (a1)54.11 A

a50.09 B

a47.79 A

a

30oC (a2)71.88 A

a50.71 B

a56.15 A

a

35oC (a3)59.52 A

b90.34 A

a43.75 A

bKeterangan : Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai huruf besar yang sama arah vertikal dan huruf

kecil yang sama arah horizontal tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan

Uji hambat pertumbuhan L. mesenteroides dengan ekstrak akar kawao pada

suhu maserasi 25oC dan 30oC menghasilkan luas areal hambat yang tidak berbeda

nyata pada tiap lama maserasi. Pada suhu maserasi 35oC, lama maserasi pada 24 jam

berbeda nyata dengan lama maserasi 18 jam dan 30 jam sedangkan lama maserasi 18

jam tidak berbeda nyata dengan lama maserasi 30 jam. Hal tersebut terjadi karena

penambahan lama maserasi dapat mencapai titik optimumnya, namun apabila proses

ekstraksi dilanjutkan akan menyebabkan kerusakan senyawa yang telah terekstrak

sebelumnya, terlihat pada perlakuan 30 jam mengalami penurunan luas areal hambat.

Kerusakan senyawa alkaloid yang telah terekstrak pada akar kawao sejalan dengan

hasil penelitian Hartati (2010) mengenai ekstraksi alkaloid pada tepung gadung

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/006

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

40

(Discorea hispida Dennst) dimana rendemen alkaloid meningkat seiring dengan

peningkatan lama maserasi, namun rendemen alkaloid mengalami penurunan setelah

melewati titik optimumnya karena mengalami penurunan solubilitas dan terjadinya

kerusakan.

Kerusakan alkaloid dapat terjadi karena bertambahnya waktu kontak dengan

panas. Menurut Lenny (2006), alkaloid yang telah terbebas dari bahan akan

mengalami kerusakan karena adanya oksidasi, semakin lama alkaloid yang bereaksi

dengan oksigen maka kerusakan senyawa alkaloid akan semakin banyak. Kerusakan

yang terjadi menyebabkan jumlah atau konsentrasi alkaloid pada pelarut berkurang.

Penurunan konsentrasi senyawa alkaloid pada ekstrak akar kawao akan menurunkan

luas areal hambat yang terbentuk. Menurut Dirga (2011), penurunan konsentrasi

ekstrak akar kawao dapat menurunkan luas areal hambat yang terbentuk terhadap

mikroorganisme kontaminan pada nira.

Uji hambat pertumbuhan L. mesenteroides dengan ekstrak akar kawao pada

lama maserasi 18 jam dan 30 jam menghasilkan luas areal hambat yang tidak berbeda

nyata pada tiap suhu maserasi. Lama maserasi 24 jam menghasilkan luas areal

hambat yang berbeda nyata pada suhu maserasi. Pada lama maserasi 24 jam, suhu

maserasi 35oC berbeda nyata dengan suhu maserasi 25oC dan 30oC sedangkan suhu

maserasi 25oC tidak berbeda nyata dengan suhu maserasi 30oC. Pada perlakuan

ekstraksi akar kawao dengan lama maserasi 24 jam dan suhu 35oC menghasilkan luas

areal hambat tertinggi sebesar 90,34 mm2 karena pada kondisi ini senyawa alkaloid

yang terekstrak masih mengalami peningkatan.

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/007

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

41

Peningkatan suhu maserasi meningkatkan jumlah senyawa aktif yang dapat

diekstrak pada akar kawao. Peningkatan suhu akan menyebabkan gerakan molekul

pelarut semakin cepat dan acak dan menyebabkan pori-pori padatan mengembang

sehingga memudahkan pelarut untuk mendifusi masuk ke dalam pori-pori padatan

akar kawao dan melarutkan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya. Semakin

tinggi suhu ekstraksi yang digunakan maka viskositas pelarut akan semakin kecil.

Semakin kecil viskositas pelarut maka kemampuan pelarut berdifusi ke dalam bahan

semakin besar sehingga komponen yang akan diekstrak akan semakin banyak terlarut

dalam pelarutnya (Budiyanto dan Yulianingsih, 2008). Hal tersebut sejalan dengan

hasil penelitian Hartati (2010) mengenai ekstraksi alkaloid pada tepung gadung

(Discorea hispida Dennst) dimana rendemen alkaloid meningkat seiring dengan

peningkatan suhu ekstraksi.

Kandungan alkaloid pada ekstrak akar kawao memberikan kontribusi yang

besar terhadap terhadap proses penghambatan bakteri L. messenteroides. Mekanisme

penghambatan pertumbuhan bakteri L. messenteroides diduga karena terganggunya

pembentukan dinding sel. Menurut Robinson (1991) alkaloid dapat menghambat

pertumbuhan bakteri dengan cara mengganggu terbentuknya jembatan silang

komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga dinding sel tidak

terbentuk secara utuh. Hal tersebut yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan

pada saat regenerasi dengan melakukan pembelahan biner pada fase logaritmik

menjadi terganggu akibat defisiensi fungsi dinding sel. Mekanisme penghambatan

sintesis dinding sel oleh antimikroba disajikan pada Gambar 7.

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/008

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

42

Gambar 7. Mekanisme Penghambatan Sintesis Dinding Sel Oleh Antimikroba(Aguskrisno, 2002)

Bakteri L. messenteroides bersifat anaerob fakultatif yang membutuhkan

faktor tumbuh (growth factor) komplek meliputi asam amino, peptida, karbohidrat,

vitamin dan ion logam. Kerusakan membran sel ini menyebabkan terganggunya

keluar masuk nutrien dan senyawa lainnya melalui membran sel sehingga

menyebabkan terjadinya kerusakan dan kematian sel bakteri tersebut (Fardiaz, 1992).

Keberadaan bakteri L. mesenteroides dalam nira menyebabkan penurunan

kualitas gula yang dihasilkan. L. mesenteroides memiliki kemampuan untuk

menguraikan sukrosa menjadi glukosa yang selanjutnya diubah menjadi senyawa

polimer glukosa yang disebut dekstran oleh enzim dekstran-sukrase (Theresia et. al.,

2008). Senyawa dekstran tersebut sangat tidak diinginkan dalam pengolahan gula

karena dapat menyebabkan kesulitan dalam pengolahan gula dan menurunkan

produktivitas gula (Ramos et. al., 1992).

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/009

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

43

5.3. Daya Hambat pada Eschericia coli

Hasil analisis statistik luas areal hambat ekstrak akar kawao terhadap

pertumbuhan E. coli (Lampiran 5) menunjukkan bahwa suhu dan lama maserasi akar

kawao tidak menunjukkan interaksi terhadap luas areal hambat pertumbuhan E. coli

sehingga dilanjutkan dengan pengujian mandiri untuk masing-masing faktor. Hasil uji

mandiri luas areal hambat ekstrak akar kawao terhadap pertumbuhan E. coli disajikan

pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Kombinasi Suhu dan Lama Maserasi Ekstrak Akar Kawaoterhadap Luas Areal Hambat E. coli (mm2)

Perlakuan Rata-rata (mm2) Hasil UjiSuhu Maserasi

25oC (a1) 58.87 b30oC (a2) 71.99 ab35oC (a3) 76.08 a

Lama Maserasi18 jam (b1) 67.59 a24 jam (b2) 68.03 a30 jam (b3) 71.32 a

Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata padataraf 5% menurut uji jarak berganda Duncan

Uji hambat pertumbuhan E. coli dengan ekstrak akar kawao pada suhu

maserasi terhadap 25oC menghasilkan luas areal hambat E. coli yang berbeda nyata

terhadap suhu maserasi 35oC. Pada suhu maserasi 30oC menghasilkan luas areal

hambat E. coli yang tidak berbeda nyata terhadap suhu maserasi 25oC dan 35oC.

Pengaruh lama maserasi terhadap luas areal hambat E.coli menunjukkan tidak

terdapat perbedaan yang nyata pada lama maserasi 18 jam, 24 jam dan 30 jam.

Berbeda dengan uji S. cerevisiae dan L. mesenteroides yang memiliki titik optimum

untuk perlakuan lama maserasi yang diujikan. Hal tersebut diduga karena jenis

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/010

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

44

senyawa alkaloid yang berpengaruh terhadap pertumbuhan E. coli lebih banyak

termasuk senyawa alkaloid yang menghambat pertumbuhan S. cerevisiae dan

L.mesenteroides, namun penambahan senyawa alkaloid yang terekstrak dengan

adanya peningkatan lama maserasi diikuti dengan kerusakan alkaloid yang telah

terekstrak sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa E. coli lebih sensitif

terhadap ekstrak akar kawao.

Menurut Poeloengan et. al. (2007), perbedaan sensitivitas mikroorganisme

terhadap zat antimikroba kemungkinan terjadi karena perbedaan struktur dinding sel,

seperti jumlah peptidoglikan, jumlah lipid, ikatan silang dan aktivitas enzim yang

menentukan penetrasi, pengikatan dan aktivitas antimikroba. E.coli termasuk

kelompok bakteri gram negatif dengan struktur dinding sel yang terbentuk oleh

senyawa lipoprotein yang diduga terganggu pembentukannya karena adanya senyawa

alkaloid pada ekstrak akar kawao (Poeloengan et. al., 2007). Dinding sel yang tidak

terbentuk secara sempurna menyebabkan penetrasi senyawa antimikroba pada ekstrak

akar kawao menjadi lebih mudah sehingga pertumbuhan E.coli menjadi terhambat

serta dapat mengakibatkan kematian.

Penghambatan pertumbuhan E. coli oleh ekstrak akar kawao jauh lebih besar

jika dibandingkan penghambatan pertumbuhan E. coli oleh ekstrak jambu lokal

dengan konsentrasi 90 % (b/v) yang dilakukan dalam penelitian Rahman (2010)

dengan luas areal hambat rata-rata sebesar 8,29 mm2. Pada konsentrasi 20 % (b/v)

ekstrak akar kawao menghasilkan luas areal hambat tertinggi sebesar 76,075 mm2.

Dari perbandingan ini dapat terlihat bahwa akar kawao masih lebih baik dalam

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/011

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

45

menghambat pertumbuhan E. coli jika dibandingkan dengan ekstrak jambu lokal

dengan konsentrasi 90 % (b/v).

Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli diduga karena

terjadinya kerusakan pada komponen struktural dinding sel dan mengganggu proses

terbentuknya dinding sel. Hal tersebut terjadi karena di dalam ekstrak akar kawao

terkandung senyawa alkaloid. Alkaloid mampu merusak membran sel sehingga

transpor nutrient mengalami gangguan sehingga pertumbuhan E. coli terhambat.

Berdasarkan hasil penelitian ini uji penghambatan E. coli lebih besar dibandingkan

dengan L. mesenteroides. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan komposisi

peptidoglikannya. Dinding sel bakteri gram positif terdiri atas 90 % lapisan

peptidoglikan sedangkan pada bakteri gram negatif terdiri atas 5 – 20 % lapisan

peptidoglikan dan lapisan lain meliputi protein, lipopolisakarida dan lipoprotein

(Fardiaz, 1992). E. coli termasuk golongan bakteri gram negatif sedangkan

L.mesenteroides termasuk bakteri gram positif. Kandungan peptidoglikan yang lebih

rendah pada E. coli menyebabkan alkaloid merusak dan menghambat dinding sel

sehingga kerusakan sel yang terjadi akan lebih besar (Robinson, 1991).

Menurut Fardiaz (1992) bakteri E.coli memproduksi lebih banyak asam

didalam medium glukosa. Unsur atom C didalam glukosa disintesis menjadi energi.

Bakteri ini mengoksidasi karbohidrat secara lengkap menjadi CO2 dan H2O atau

memecahnya menjadi asam, alkohol, aldehid atau keton. Membran sel yang

mengandung lipid (11-22%) memudahkan bakteri E.coli untuk menyerap semua

nutrien masuk kedalam tubuh. Gangguan transpor nutrient juga menyebabkan proses

regenerasi sel saat terjadi pembelahan biner pada fase logaritmik menjadi terganggu

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Daya Hambat padamedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_5_3510.pdf · Keberadaan S. cerevisiae pada nira terdapat secara alami selama proses

FTIP001657/012

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

46

akibat defisiensi fungsi membran sel. Adanya E. coli dalam nira merupakan indikasi

bahwa nira tidak higienis dan jika dikonsumsi oleh manusia akan dapat

mengakibatkan gangguan percernaan. E. coli dapat mengkontaminasi nira diduga

pada saat peletakan alat penampungan nira serta proses penyadapan yang dilakukan

secara tidak higienis.