USULAN PENELITIAN 2
-
Upload
nurul-fitri-rasyid -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of USULAN PENELITIAN 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebelum Tamangapa dibangun sebagai lahan TPA, sampah padat
perkotaan dibuang di Panampu, Kecamatan Ujung Tanah, pada tahun
1979.Karena lokasi yang dekat dengan laut, tempat pembuangan sampah itu
dipindahkan ke Kantinasang, Kecamatan Biringkanaya pada tahun 1980. Akibat
menurunnya kualitas air, maka pada tahun 1984, pemerintah kota Makassar
membangun TPA baru di Tanjung Bunga, Kecamatan Tamalate. Akan tetapi,
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan pendirian wilayah perumahan
di sekitar Kecamatan Tamalate mendorong pemerintah kota pada tahun 1992
memilih Tamangapa sebagai lahan TPA untuk kota Makassar. Lalu pada tahun
1993, Tamangapa ditetapkan sebagai lokasi TPA hingga saat ini. TPA
Tamanggapa memiliki luas sekitar 14,3 hektar. (Imran, 2005).
Di sekitar TPA terdapat beberapa pusat aktivitas seperti tempat ibadah,
sekolah, perkantoran dan pemukiman penduduk yang berlokasi kurang dari 1 km
dari TPA. Berbagai perumahan telah didirikan sejak tahun 2000, seperti
Perumahan Antang, Perumahan TNI Angkatan Laut, Perumahan Graha Janah,
Perumahan Griya Tamangapa, dan Perumahan Taman Asri Indah yang lokasinya
berdekatan dengan TPA Tamangapa. Ada pula dua buah rawa yang berdekatan
dengan perumahan tersebut, yaitu Rawa Borong yang berlokasi di sebelah utara
dan Rawa Mangara yang bertempat di sebelah timur. Air dari Rawa Mangara
mengalir menuju Sungai Tallo dan air dari Rawa Borong mengalir menuju saluran
air Borong.
1
Berdasarkan catatan dinas kebersihan dan lingkungan hidup, Makassar
dengan jumlah penduduk lokal mencapai sekitar 1,3 juta jiwa, menghasilkan
sekitar 3.800 m3 atau setara dengan 300 ton sampah perkotaan setiap harinya.
Padahal kapasitas maksimum dari TPA Tamangapa hanya sekitar 2.800 m3
sampah perkotaan setiap harinya.Diperlukan tambahan lahan TPA untuk
pembuangan 1000 m3 sisa sampah.Sekitar 87% sampah di Makassar merupakan
sampah organik dan sekitar 13% adalah sampah anorganik, seperti plastik dan
kertas.
Sebagian besar sampah berasal dari aktivitas penduduk seperti pasar, pusat
perdagangan, rumah makan, dan hotel. Apabila tidak terdapat rencana dan
pengelolaan sampah padat perkotaan yang memadai, ini jelas akan menjadi
masalah yang serius.
Maka dari itu, kami mengadakan survei di daerah tersebut dengan
mengangkat tema “Partisipasi Masyarakat” dengan judul “Dampak keberadaan
tpa tamangapa terhadap kegiatan masyarakat di sekitarnya”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di
bahas dalam proposal ini adalah:
a. Bagaimana kehidupan para pemulung di Tempat Pembuangan Sampah
Tamangapa, Antang?
b. Bagaimana konstribusi dan keterlibatan masyarakat sekitar terhadap
keadaan para pemulung di Tempat Pembuagan Akhir Tamangapa,
Antang?
1.3. Tujuan Penelitian
2
Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui kehidupan para pemulung di Tempat Pembuangan Sampah
Tamangappa, Antang.
b. Mengetahui konstribusi dan keterlibatan masyarakat sekitar terhadap
keadaan para pemulung di Tempat Pembuagan Akhir Tamangappa,
Antang.
1.4.Kegunaan Penelitian
1.4.1.Kegunaan Teoritis
Bagi Penulis :
1. Sebagai pembelajaran atas teori-teori yang didapatkan di bangku kuliah
dengan kenyataan yang terjadi.
2. Membantu penulis dalam memahami dan mendalami masalah dampak
keberadaan TPA Tamangapa terhadap kegiatan masyarakat di sekitarnya.
Bagi Universitas :
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
pegembangan penelitian selanjutnya.
2. Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi yang memerlukan sehingga
dapat menambah pengetahuan.
1.4.2.Kegunaan Praktis
1. Sebagai implementasi ilmu pengetahuan yang didapatkan oleh penulis di
bangku kuliah
1.5.Sistematika Pembahasan
3
Rencana sistematika yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat
dirinci satu persatu sebagai berikut :
Bab pertama pendahuluan yang berisikan, latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua tinjauan pustaka yang berisikan pengertian partisipasi
masyarakat, bentuk dan tipe partisipasi masyarakat, tingkat dan peran serta
masyarakat, tempat pembuangan akhir, pengertian sampah dan pemulung.
Bab ketiga metode penelitian yang berisikan jenis penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,
teknik dan alat pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan teknik
analisis data.
Bab keempat hasil dan pembahasan terdiri dari uraian mengenai gambaran
kehidupan para pemulung sampah dan konstribusi masyarakat sekitar terhadap
pemulung di TPA Tamangappa, hasil- hasil data survei yang diteliti dan di
analisis.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan yang
dibuat berdasarkan hasil penelitian dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian partisipasi masyarakat
Istilah partisipasi telah cukup lama dikenal khususnya di dalam pengkajian
peranan anggota di dalam suatu organisasi, baik organisasi yang sifatnya tidak
sukarela maupun yang sukarela.Namun demikian, didalam percakapan tentang
pembangunan, istilah partisipasi merupakan suatu istilah yang relatif masih
baru.Istilah ini telah digunakan di dalam konteks yang beraneka ragam. Istilah
partisipasi sering diartikan dalam kaitannya dengan pembangunan sebagai
pembangunan masyarakat yang mandiri, perwakilan, mobilisasi sosial, pembagian
sosial yang merata terhadap hasil-hasil pembangunan, penetapan kelembagaan
khusus, demokrasi politik dan sosial, reformasi sosial, atau bahkan yang disebut
revolusi rakyat.
Penggunaan istilah itu sebenarnya bukan menjelaskan arti yang
sebenarnya dari partisipasi, akan tetapi hanya hal-hal yang berkaitan dengannya.
Oleh sebab itu, Dusseldorp menyatakan bahwa banyak literature tentang
partisipasi memulai pernyataannya bahwa partisipasi digunakan dengan cara yang
bercampur aduk, tidak ajeg, dan bahkan secara retorik.
Untuk memberi arti partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yang
menarik adalah hasil rumusan PBB. Dalam berbagai resolusi, PBB secara jelas
menunjukkan bahwa ada tiga cara memandang partisipasi masyarakat dalam
pembangunan. Pertama adalah pembagian massal dari hasil-hasil
pembangunan.Kedua, sumbangan massal terhadap jerih payah
pembangunan.Ketiga, pembuatan keputusan didalam pembangunan.
Oleh karena partisipasi dilihat dalam hubungannya dengan pembangunan,
maka kiranya adalah ada gunanya untuk sedikit menyinggung konsep
5
pembangunan.Banyak literatur yang membicarakan sekaligus memberikan keritik
terhadap suatu model pembangunan.Salah satunya adalah pembangunan
masyarakat.Selain itu, disajikan pula pengertian partisipasi menutrut para ahli,
diantaranya :
1. KeithDavis
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi orang-orang
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk
menyumbangkan pada tujuan-tujuan kelompok dan bersama-sama
bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut.
2. Mubyarto(1997)
Partisipasi adalah tindakan mengambil bagian dalam kegiatan,
sedangkan partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat
dalam suatu proses pembangunan di mana masyarakat ikut terlibat
mulai dari tahap penyusunan program, perencanaan dan pembangunan,
perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.
3. Sulaiman (1985:6)
Partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat
secara perorangan, kelompok, atau dalam kesatuan masyarakat dalam
proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan
program serta usaha pelayanan dan pembangunan kesejahteraan sosial
di dalam dan atau di luar lingkungan masyarakat atas dasar rasa
kesadaran tanggung jawab sosialnya.
4. Ach. Wazir Ws
Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara
sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan
pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya
dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan
6
orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggungjawab bersama.
5. Isbandi (2007: 27)
Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam
proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,
pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang
terjadi
6. Mikkelsen (1999: 64)
Dalam mendefenisikan partisipasi, Mikkelsen membaginya ke
dalam 6 bagian yaitu :(1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari
masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan
keputusan;(2) Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak
masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan
untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan;(3) Partisipasi adalah
keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri;(4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif,
yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait,
mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan
hal itu;(5) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat
setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan,
monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai
konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;(6)Partisipasi adalah
keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan
lingkungan mereka.
Dari beberapa defenisi partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi
masyarakat adalah sesuatu melibatkan masyarakat bukan hanya kepada proses
7
pelaksanaan kegiatan saja, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam hal
perencanaan dan pengembangan dari pelaksanaan program tersebut, termasuk
menikmati hasil dari pelaksanaan program tersebut.
Lebih lanjut secara sederhana partisipasi masyarakat adalah keterlibatan
seseorang (individu) atau sekelompok masyarakat secara sukarela, dalam suatu
kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai kepada
proses pengembangan kegiatan atau program tersebut.
2.2. Bentuk dan tipe partisipasi masyarakat
Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam
suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda,
partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi
sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi
representatif.
Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka
bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi
yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi
yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak).Bentuk partisipasi yang nyata
misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk
partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial,
pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.
Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-
usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan
Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,
biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi
yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat
menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu
memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota
8
masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut
dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan
ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program
maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk
mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna
mengembangkan kegiatan yang diikutinya.Partisipasi sosial diberikan oleh
partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan
lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka
memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.
Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat terlibat
dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang
terkait dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif
dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang
duduk dalam organisasi atau panitia. Penjelasan mengenai bentuk-bentuk
partisipasi dan beberapa ahli dapat dilihat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi
Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi
(Hamijoyo, 2007: 21;
Chapin, 2002: 43 &
Holil, 1980: 81)
Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk
memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian
kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.
(Hamijoyo, 2007: 21;
Holil, 1980: 81 &
Pasaribu dan
Simanjutak, 2005: 11)
Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam
bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa
alat-alat kerja atau perkakas.
(Hamijoyo, 2007: 21 &
Pasaribu dan
Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan
dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha
9
Simanjutak, 2005: 11) yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.
(Hamijoyo, 2007: 21 &
Pasaribu dan
Simanjutak, 2005: 11)
Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan
melalui keterampilan yang dimilikinya kepada
anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.
Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
sosialnya.
(Hamijoyo, 2007: 21 &
Pasaribu dan
Simanjutak, 2005: 11)
Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa
sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran
konstruktif, baik untuk menyusun program maupun
untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga
untuk mewujudkannya dengan memberikan
pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan
kegiatan yang diikutinya.
(Hamijoyo, 2007: 21 &
Pasaribu dan
Simanjutak, 2005: 11)
Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh
partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan,
menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga
sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam
rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.
(Chapin, 2002: 43 &
Holil, 1980: 81)
Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam
rangka untuk mengambil keputusan yang terkait
dengan kepentingan bersama.
Berdasarkan bentuk-bentuk partisipasi yang telah dianalisis, dapat ditarik
sebuah kesimpulan mengenai tipe partisipasi yang diberikan masyarakat.Tipe
partisipasi masyarakat pada dasarnya dapat kita sebut juga sebagai tingkatan
10
partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat. Sekretariat Bina Desa (1999: 32-33)
mengidentifikasikan partisipasi masyarakat menjadi 7 (tujuh) tipe berdasarkan
karakteristiknya, yaitu partisipasi pasif/manipulatif, partisipasi dengan cara
memberikan informasi, partisipasi melalui konsultasi, partisipasi untuk insentif
materil, partisipasi fungsional, partisipasi interaktif, dan self mobilization. Untuk
lebih jelasnya lihat Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Tipe Partisipasi
No. Tipologi Karakteristik
1. Partisipasi pasif/
manipulative
a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu
apa yang sedang atau telah terjadi; b. Pengumuman
sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek
tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat; c.
Informasi yang dipertukarkan terbatas pada
kalangan profesional di luar kelompok sasaran.
2. Partisipasi dengan
cara memberikan
informasi
a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti
dalam kuesioner atau sejenisnya; b. Masyarakat
tidak punya kesempatan untuk terlibat dan
mempengaruhi proses penyelesaian; c. Akurasi
hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.
3. Partisipasi melalui
konsultasi
(a)Masyarakat berpartisipasi dengan cara
berkonsultasi;(b) Orang luar mendengarkan dan
membangun pandangan-pandangannya sendiri
untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan
pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-
tanggapan masyarakat; (c) Tidak ada peluang bagi
pembuat keputusan bersama;(d) Para profesional
tidak berkewajiban mengajukan pandangan-
11
pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk
ditindaklanjuti.
4. Partisipasi untuk
insentif materil
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara
menyediakan sumber daya seperti tenaga kerja,
demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan
sebagainya;(b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam
eksperimen atau proses pembelajarannya; (c)
Masyarakat tidak mempunyai andil untuk
melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada saat insentif yang disediakan/diterima habis.
5. Partisipasi
fungsional
(a)Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk
kelompok untuk mencapai tujuan yang
berhubungan dengan proyek;(b)Pembentukan
kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-
keputusan utama yang disepakati; (c)Pada awalnya,
kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak
luar (fasilitator) tetapi pada saatnya mampu
mandiri.
6. Partisipasi
interaktif
(a)Masyarakat berpartisipasi dalam analisis
bersama yang mengarah pada perencanaan kegiatan
dan pembentukan lembaga sosial baru atau
penguatan kelembagaan yang telah ada;(b)
Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-
disiplin yang mencari keragaman perspektif dalam
proses belajar yang terstruktur dan sistematik; (c)
Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai
peran kontrol atas keputusan-keputusan mereka,
sehingga mereka mempunyai andil dalam seluruh
12
penyelenggaraan kegiatan.
7. Self mobilization (a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil
inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan
pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau
nilai-nilai yang mereka miliki;(b) Masyarakat
mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga
lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis
dan sumberdaya yang dibutuhkan; (c) Masyarakat
memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya
yang ada.
Pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu program akan
berkelanjutan melalui partisipasi semata. Keberhasilannya tergantung sampai
pada tipe macam apa partisipasi masyarakat dalam proses penerapannya. Artinya,
sampai sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap suatu program sehingga ia
turut berpartisipasi.
2.3. Tingkat peran serta masyarakat
Mekipun masalah peran serta masyarakat telah banyak di bicarakan, yang
sering kali masih menjadi pertanyaan adalah seberapa jauh tingkat peran serta
masyrakat di perlukan agar usaha tersebut dapat berhasil dengan baik.Hal ini
perlu di fikirkan dengan baik, karena pada kenyataannya terdapat berbagai macam
tingkat peran serta masyarakat yang tidak mudah di klasifikasikan.
Secara garis besar topologi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Manipulation atau manipulasi
13
Tingkatan ini adalah paling rendah, karena masyarakat hanya dipakai
namanya sebagai anggota dalam berbagai badan penasihat advising board,
dalam hal ini : tidak ada peran serta masyarakat yang sebenarnya tulus, tetapi
diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi dari pihak penguasa.
2) Therapy atau penyembuhan
Istilah ini di ambil dari group therapy atau kelompok penyembuhan.
Dengan kedok melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, para
perancang memerlukan anggota seperti proses penyembuhan penyakit jiwa
dalam group therapy. Meskipun masyarakat terlibat pada banyak kegiatan,
pada umumnya kegiatan tersebut lebih banyak untuk mengubah pola pikir
masyarakat yang bersangkutan dari pada mendapatkan masukan atau usulan-
usulan dari mereka.
3) Informing atau pemberian informasi
Memberi informasi kepada masyarakat tentang hak-hak mereka,
tanggung jawab dan berbagai pilihan dapat menjadi langkah pertama yang
sangat penting dalam pelaksanaan peran serta masyarakat.Mekipun demikian
yang sering terjadi penekanannya lebih pada pemberian informasi satu arah
dari pihak pemegang kuasa kepada masyarakat.Tanpa adanya kemungkinan
untuk memberikan umpan balik atau kekuatan untuk negosiasi dari
masyarakat. Dalam keadaan semacam ini, terutama bila informasi di berikan
pada saat-saat terakhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit
kesempatan untuk mempengaruhi rencana program tersebut agar dapat
menguntungkan mereka. Alat-alat yang sering digunakan untuk komunikasi
searah adalah media berita.Pamflet, poster, dan tanggapan atas pertanyaan-
pertanyaan.
4) Consultation atau konsultasi
14
Mengubah opini masyarakat, setelah memberi informasi kepada
mereka, dapat merupakan langkah penting dalam menuju peran serta penuh
dari masyarakat. Akan tetapi, bila konsultasi dengan masyarakat tersebut di
sertai dengan cara-cara peran serta yang lain, cara ini tingkat keberhasilannya
rendah, karena tidak adanya jaminan bahwa kepedulian dan ide masyrakat
akan di perhatikan. Metode yang sering digunakan adalah attitude survey atau
survey tentang arah fikir masyarakat, neghbourhood meeting atau pertemuan
lingkungan masyarakat dan public hearing atau dengar pendapat dengan
masyarakat.
5) Placation atau perujukan
Pada tingkat ini masyarakat mulai mempunyai beberapa pengaruh
meskipun beberapa hal masih tetap di tentukan oleh pihak yang mempunyai
kekuasaan. Dalam pelaksanaan, beberapa anggota masyarakat yang dianggap
dapat di masukkan sebagi anggota dalam badan-badan kerja sama
pengembangan kelompok masyarakat yang anggota-anggota lainnya wakil-
wakil dan berbagian instansi pemerintahan. Dengan sistem ini usul-usul atau
keinginan dari masyarakat berpenghasilan rendah dapat di kemukakan.
Namun, sering kali suara dari masyarakat tersebut tidak di perhitungkan
karenan kemampuan dan kedudukannya relatif lebih rendah. Atau jumlah
mereka terlalu sedikit bila dibandingkan dengan anggota-anggota instansi
pemerintahan yang lain.
6) Partnership atau kemitraan
Pada tingkatan ini, atas kesepakatan bersama, kekuasaan dalam
berbagai hal di bagi dari pihak masyarakat dengan pihak pemegang
kekuasaan.Dalam hal ini di sepakati bersama untuk saling berbagi tanggung
jawab dalam perencanaan, pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan dan
pemecahan berbagai masalah yang di hadapi.Setelah adanya
kesepakatantentang peraturan dasar tersebut maka tidak di benarkan adanya
perubahan-perubahan yang di lakukan secara sepihak oleh pihak apapun.
15
7) Delegated power atau pelimpahan kekuasaan
Pada tingkat ini, masyarakat di berikan limpahan kewenangan untuk
membuat keputusan pada rencana atau program tertentu. Pada tahap ini
masyarakat memiliki kewenangan untuk memperhitungkan bahwa program-
program yang akan dilaksanakan bermanfaat bagi mereka. Untuk
memecahkan perbedaan yang muncul, pemilik kekuasaan yang dalam hal ini
adalah pemerintahanharus mengadakan tawar menawar dengan masyrakat dan
tidak dapat memberi tekanan-tekanan dari atas.
8) Citizen control atau masyarakat yang mengontrol
Pada tingkat ini masyarakat memiliki kekuasaan unyuk mengontrol
program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan
mereka.Mereka mempunyai wewenang penuh di bidang kebijaksanaan, aspek-
aspek pengelolaan dan dapat mengadakan negosiasi dengan “pihak-pihak
luar” yang hendak melakukan perubahan.
Dalam hal ini usaha bersam warga atau neigh bourhood corporation, dapat
langsung berhubungan dengan sumber-sumber dana untuk mendapatkan bantuan
atau pinjaman dana, tanpa melewati pihak ketiga. Dari delapan tipologi tersebut,
menurut arnstein secara umum dapat di kelompokkan dalam 3 kelompok besar,
yaitu sebagai berikut:
a. Tidak ada peran serta atau non partisipation yang meliputi peran serta
pada tingkat manipulation therapy.
b. Peran serta masyarakat dalam bentuk tinggal menerima beberapa
ketentuan yang di berikan atau degrees of tokenism yang meliputi peran
serta tingkat informing, consultation, dan placation.
c. Peran serta masyarakat dalam bentuk mempunyai kekuasaan atau degrees
of citize power yang meliputi peran serta pada tingkat partnership,
delegated power dan citize contro.
16
Meskipun topologi tersebut di atas berdasarkan kasus-kasus peremajaan
kota, program anti kemiskinan dan kota model di amerika serikat, dapat pula di
pakai sebagai gambar atau contoh pada kegiatan-kegiatan lain.
2.4. Tempat pembuangan akhir
Tempat Pembuangan Akhir adalah tempat mengkarantinakan sampah atau
menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak
mengganggu lingkungan.Sebelum kita membuat atau merencanakan membangun
Tempat Pambuangan Akhir Sampah, terlebih dahulu harus dilakukan Study Andal
karena suatu TPA Sampah sudah pasti akan menimbulkan dampak negatif.
Dengan melalui Study Andal maka beberapa dampak negatif yang telah
diprediksi akan timbul diusahakan dikelola sehingga tidak melampaui nilai
ambang batas yang telah ditetukan oleh Pemerintah RI dalam Peraturan Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (AMDAL). Bila melalui Study Andal tersebut
lokasi terpilih tidak memenuhi syarat maka harus dicari lagi lokasi lain yang
sesuai dengan SK_SNI mengenai TPA Sampah dan hasil dari Study Andal
dampak negatip yang diprediksi akan timbul tersebut harus dikelola sehingga
tidak mencemari lingkungan.
2.5. Pengertian Sampah
17
Dalam keseharian kita, sampah sudah menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan kita. Berikut ini adalah pengertian atau definisi
definisi sampah menurut beberapa ahli:
1. Tanjung, Dr. M.Sc
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh
pemiliknya atau pemakai semula.
2. Radyastuti, W. Prof. Ir (1996)
Sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai.
3. Basriyanta
Sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan
dibuang oleh pemilik / pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai atau
dikelola dengan prosedur yang benar.
4. Kamus Lingkungan (1994)
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga
untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian;
barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau materi berlebihan atau
buangan.
5. Ecolink (1996)
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber
hasil aktivitas manusia meupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomis
6. Setyo Purwendro
Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga,
pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri ataupun
aktivitas manusia lainnya sehingga dengan kata lain, sampah merupakan hasil
sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai.
2.6. Pemulung
18
Pemulung adalah orang yang berhubungan dengan kurangnya ekonomi
walaupun kata “miskin” adalah relatif tergantung dari bagaimana orang
memandang dirinya sendiri.Dengan kerelatifan itu maka dari segala sudut kita
dapat melihat bagaimana kemiskinan itu sendiri.istilah pemulung sering di
identikkan dengan kata “orang miskin” yang arti sederhananya adalah orang yang
berhubungan dengan keadaan ekonomi serba kekurangan dan kehidupan sosial
yang selalu dikucilkan atau tidak diperhatikan orang. Tetapi istilah “pemulung”
yang sama dengan miskin ini bukanlah istilah yang mutlak tetapi istilah yang
relatif.
Wolfgang Stegemann menuliskan bahwa: “Kemiskinan adalah istilah yang
relatif. Pengertian semula dari istilah ini menggambarkan syarat kehidupan
manusia secara lahiriah, ekonomis dan social.Kenyataan hidup yang digambarkan
di dalam pengertian ini tentunya sangat bergantung pada situasi sosial ekonomi
masyarakat umumnya dan tempat yang bersangkutan itu sendiri secara khusus”.
BAB III
19
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengkaji mengenai kehidupan para pemulung serta
keterlibatan masyarakat disekitar lokasi TPA Tamangapa, Antang.Dalam
mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, yakni penelitian yang memusatkan perhatian
kepada masalah-masalah aktual, sebagaimana adanya pada masa sekarang, pada
saat penelitian dilakukan.Secara keseluruhan kegiatan penelitian ini dapat
dijabarkan ke dalam bagan alur seperti pada gambar berikut:
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
20
Pengumpulan Data
Inventarisasi Kebutuhan
Studi Kasus Metode Survei Metode Wawancara
Mulai
Survei Data Primer
Survei wawancara dan kuesioner
Survei Data Sekunder
Kantor Dinas Pertamanan dan Kebersihan.
Analisis
Dampak terhadap kesehatan pemulung Dampak terhadap pendidikan dan perekonomian pemulung Keterlibatan masyarakat terhadap pemulung
Studi
Identifikasi
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 1.1 Bagan alur kegiatan penelitian
Lokasi penelitian yaitu di sekitar TPA Tamangapa, Antang, yang
dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2013.
Gambar 1.2 Lokasi TPA Tamangappa (dokumentasi Google Earth)
3.3. Variabel Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak keberadaan TPA
Tamangapa, Antang terhadap kegiatan masyarakat. Berdasarkan tujuan penelitian
yang telah ditetapkan, maka variabel penelitian yang akan diteliti yaitu sebagai
berikut:
1. Variable bebas: Adanya TPA yang berada di tengah pemukiman
masyarakat.
2. Variable terikat : Kegiatan masyarakat di sekitar lokasi TPA
Tamangapa, Antang.
3.4. Populasi dan Sampel
21
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kompleks
TPA Tamangapa, Antang.
2. Sampel
a. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemulung serta
pengusaha-pengusaha yang ada sebanyak 50 orang.
b. Metode Sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bagian dari
populasi yang dianggap dapat mewakili untuk diteliti. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode strarifed
random sampling yaitumetode pemilihan sampel dengan cara membagi
populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut
strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap populasi
tersebut.
3.5. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data diperoleh dari kuesioner, wawancara, dan observasi secara
langsung dengan berkunjung ke tempat penelitian untuk memperoleh data
tentang kehidupan para pemulung serta keterlibatan masyarakat disekitar TPA
Tamangapa. Tahap pengumpulan data antara lain:
a. Melakukan observasi di lokasi penelitian.
b. Menentukan responden yang akan diwawancarai dengan
menggunakan metode strarifed random sampling.
c. Menanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai dan
meyakinkan bahwa identitas sampel tidak akan dipublikasikan.
d. Bila responden bersedia diwawancarai, maka proses wawancara
dapat dilakukan berdasarkan pada kuesioner penelitian.
e. Setelah semua pertanyaan selesai ditanyakan, maka peneliti
mengucapkan terima kasih.
22
f. Melakukan kembali proses pewawancaraan sampai jumlah
responden yang diinginkan terpenuhi.
g. Meninggalkan lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder dapat diperoleh dari Kantor Dinas Pertamanan dan
Kebersihan.
3.6. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi Langsung
Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung adalah
pengamatan langsung terhadap objek maupun subjek penelitian untuk
mendapatkan data. Dengan cara pengamatan langsung peneliti dapat
mencatat segala sesuatu kejadian yang sedang terjadi pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Dari pengamatan langsung peneliti dapat
memperoleh data dari subjek, baik yang tidak dapat berkomunikasi secara
verbal atau yangtidak mau berkomunikasi secara verbal. (Nazir,
2009:175).
b. Teknik Wawancara
Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara
sipewawancara (peneliti) dan responden, menggunakan alat
yangdinamakan panduan wawancara. (Nazir, 2009:193-194)
c. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi ialah cara peneliti untuk memperoleh
informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang
berupa gambar, foto dan lampiran dari responden yang mendukung
penelitian. (Sukardi, 2009:81)
2. Alat pengumpulan data
23
a. Lembar Observasi.
b. Lembar Wawancara dan kuesioner.
c. Dokumentasi
3.7. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan pengumpulan data yang diperoleh
dan melakukan diskusi.
2. Penyajian data
Data yang telah dianalisis dapat disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi untuk membahas hasil penelitian.
3.8. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif.Analisis data secara kualitatif berarti suatu proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil catatan observasi,
wawancara, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari sehingga mampu
untuk dipahami.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lokasi penelitian, selama di lokasi penelitian, dan setelah selesai
melakukan penelitian.Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution dalam buku yang
dikarang oleh Sugiyono, menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan
dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus
sampai penulisan hasil penelitian.Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian
selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”. (Nasution dalam
Sugiyono, 1988: 89 – 90).Berdasarkan pendapat tersebut maka penelitian ini
24
dianalisis sebelum peneliti terjun ke lapangan, selanjutnya saat di lapangan,
hingga juga pada saat selesai di lapangan.
3.9. Teknik Analisis Data
Adapun secara lebih rinci teknik analisis data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Reduksi data
Data yang diperoleh dalam lokasi ditulis atau diketik dalam bentuk
uraian atau laporan yang terperinci.Selanjutnya direduksi, dirangkum, dipilih
hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, diberi susunan yang
lebih sistematis, sehingga dapat lebih mudah dikendalikan.(Nasution,
1988:129).
2. Penyajian data
Untuk menganalisis data selanjutnya yang sudah menumpuk dalam
jumlah yang banyak maka diperlukan pentabelan agar peneliti mudah
membaca data, baik data observasi berupa catatan-catatan kehidupan para
pemulung, maupun keterlibatan masyarakat di lokasi TPA Tamangapa.
3. Kesimpulan dan verifikasi
Verifikasi berarti memeriksa kebenaran laporan, dengan melalui
rekaman yang dapat didengar atau dilihat mengenai kehidupan masyarakat
disekitar wilayah TPA Tamangapa, serta dengan wawancara yang sudah
diperoleh.Kemudian menyimpulkan semua data yang telah diperoleh.
BAB IV
25
PEMBAHASAN MASALAH
4.1. Kehidupan para pemulung di Tempat Pembuangan Sampah
Tamangappa, Antang
Setelah melakukan peninjauan langsung ke lapangan, tepatnya TPA
Tamangappa, Antang, bidang pokok yang menonjol utamanya terdapat pada 4
bidang kehidupan.Keempatnya adalah bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan
dan sosial.Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkapnya.
1. Dalam Bidang Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan, para pemulung di TPA
Tamanggappa sangatlah minim.Hal ini dibuktikan saat kami
mewawancarai salah satu pemulung di TPA tersebut, dengan kosa kata
yang sangat minim dan agak sulit untuk di mengerti pemulung tersebut
manjawab beberapa pertanyaan yang kami ajukan.Hal ini telah
menggambarkan dengan jelas betapa beberapa program pendidikan disana
yang kurang terlaksana.Dan dari beberapa anak pemulung yang
diwawancarai, hanya sebagian kecil yang masih tetap bersekolah.
Gambar 1.3 Kondisi anak pemulung di TPA Tamangappa
(dokumentasi pribadi)
Dari survei yang telah dilakukan, adapun faktor-faktor yang
menyebabkan mereka putus sekolah, sebagai berikut.
26
Tabel 1.3 Faktor
anak-anak TPA
Tamangappa tidak sekolah.
Gambar 1.4 Persentase faktor anak-anak TPA Tamangappa tidak sekolah.
Namun,di salah satu sudut TPA Tamanggappa, berdiri dengan
kokohnya sebuah sekolah sosial dibawah bimbingan salah satu Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Lembaga terdiri atas beberapa sukarelawan
yang jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah murid (dalam hal ini
adalah anak-anak pemulung) di sekolah binaan tersebut.
LSM ini berada di bawah salah satu Yayasan Swasta Pa’battaumi,
sekolah ini didirikan dan beroperasi pada tahun 1993, namun baru
mendapatkan izin tahun 1997. Sekolah ini dididirikan bertujuan untuk
meningkatkan semangat menuntut ilmu para anak-anak pemulung dan
sebagai fasilitator yang menawarkan kemudahan untuk anak-anak
pemulung yang memiliki semangat belajar yang tinggi namun bermasalah
27
No Faktor tidak sekolah Jumlah anak1 Malas 52 Cari uang 73 Dilarang orang tua 34 Tidak ada biaya 8
∑ 23
dengan pembiayaannya.LSM ini disamping memberikan pendidikan bagi
anak-anak pemulung, juga memberikan pendidikan dan pelatihan bagi
orang tua (terutama ibu-ibu) tentang pendidikan bahkan kesehatan.
Dalam tiga kali dalam seminggu diadakan kegiatan belajar
mengajar.Dengan jumlah murid kurang lebih 300 orang yang dibagi ke
dalam tiga golongan.Golongan pertama anak kelas 1 sampai kelas 3 SD,
golongan yang kedua anak kelas 4-6 SD, dan yang terakhir golongan
ketiga anak yang telah duduk di bangku SMP dan SMA.Walau dengan
kelas yang sederhana, para pemulung tersebut bisa memperoleh informasi
dan mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.
Gambar 1.5 Gedung sekolah dikelola LSM Pa’battaumi (dokumentasi pribadi).
Walau termasuk sekolah yang informal, sekolah sosial ini tak
pernah tertinggal dengan perkembangan yang ada. Selain itu metode
pengajaran yang diberikan juga tergolong efektif.Salah satunya adalah
dengan sering mengikut sertakan para siswa didiknya ke ajang-ajang
perlombaan olahraga pada berbagai tingkat daerah.
Sekolah sosial ini dulunya adalah sebuah rumah panggung, namun
pada tanggal 17 Juli 2011, nasib malang melandanya. Terjadi sebuah
28
kebakaran yang menyebabkan seluruh koleksi buku (sekitar 5000 buah),
alat-alat bermain bagi TK, dan beberapa sarana serta prasarana sekolah
juga ikut terlahap. Namun, hal itu tidak melenyapkan semangat para
sukarelawan dalam mewujudkan salah satu cita-cita bangsa Indonesia,
yakni “turut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Perlu diketahui juga bahwa para tenaga sukarela di sekolah sosial
tersebut, dulunya juga merupakan para pemulung.Mereka adalah para
pemulung yang memiliki semangat perubahan dan kepedulian yang tinggi
terhadap kondisi dan keadaanya.Untuk itu, setelah mengikuti pelatihan
yang dulunya diadakan oleh pihak yayasan, maka mereka kini bertekad
untuk memperbaiki taraf kehidupan di daerahnya, dalam hal ini terfokus
pada pendidikan.
2. Dalam Bidang Ekonomi
Jika hanya dilihat sebelah mata, orang akan berpendapat bahwa
para pemulung hanya menghasilkan uang untuk membeli makanan untuk
hari itu saja. Namun, kondisi nyata di lapangan menunjukkan bahwa tidak
semua dari para pemulung tersebut hidup dalam kondisi yang
dikategorikan dalam keadaan miskin
Gambar 1.6 Kegiatan pemulung di TPA Tamangappa (dokumentasi pribadi)
29
Data yang kami peroleh di lapangan terbagi atas penghasilan
perhari dewasa dan anak. Bagi anak-anak, mereka mampu memperoleh
penghasilan rata-rata minimal Rp 30.000 - Rp 50.000 per hari. Sedangkan
untuk kategoi dewasa, penghasilan rata-rata minimal Rp 150.000,00 - Rp
250.000,00 perhari.Itupun belum termasuk penghasilan perbulannya bila
dia termasuk ke dalam kategori pemulung yang dipekerjakan oleh para
pengelola pabrik-pabrik pressing kecil yang bisa menerima penghasilan
mencapai satu juta perbulannya. Jadi para pemulung sedikitnya
berpenghasilan Rp 5.000.000,00 perbulannya.
Pada awalnya, keberadaan TPA ini ditolak oleh sebagian besar
warga di Tamangappa.Salah satu alasannya disebabkan oleh prasangka
masyarakat yang memandang konotasi dari TPA itu kurang baik.Mereka
tidak ingin manjadikan daerah yang mereka huni sebagai tempat
pembuangan sampah-sampah para penduduk. Namun, setelah berjalan
beberapa waktu dan melihat adanya “sumber dana” dari tumpukan sampah
tersebut, para warga di daerah tersebut kini menikmati profesinya sebagai
pemulung. Bahkan tidak ingin bila TPA tersebut dipindahkan.
3. Dalam Bidang Kesehatan
Ditinjau dari segi kesehatan pemulung merupakan salah satu
pekerjaan yang mempunyai resiko tinggi dalam kesehatan. Setiap harinya
pemulung bekerja memilah-milah barang dari tumpukan sampah
Semangat kerja yang antusias yang ditunjukan oleh pemulung
ternyata mampu mengalahkan perasaan jijik ataupun bau busuk yang
menusuk hidung.Bahkan, mereka tidak memikirkan bahwa dihadapan
mereka tertimbun racun dan berbagai bibit penyakit yang setiap saat
mengancam dan membahayakan kesehatan dan jiwa mereka.Risiko yang
paling dekat dengan pemulung sampah adalah terjangkitnya penyakit
akibat sampah seperti diare, penyakit jamur kulit (gatal-gatal), penyakit
30
cacingan, dan flu.Penyakit ,tersebut disebabkan karena kontak langsung
dengan sampah serta tidak memperhatikan personal hygiene.
Dari hasil survei yang kami lakukan, berikut persentase penyakit
yang diderita pemulung di TPA Tamangappa.
No Penyakit Jumlah pemulung1 Flu 142 Jamur kulit 213 Cacingan 34 Diare 12
∑ 50
Tabel 1.4Penyakit yang diderita oleh pemulung.
Gambar 1.7Persentase penyakit yang diderita oleh pemulung.
4. Dalam Bidang Sosial
Keadaan para pemulung ditinjau dari bidang sosial menunjukkan
pola hidup dan keseharian para pemulung yang kebanyakan masih
“diramaikan” dengan aktifitas seperti mabuk-mabukan, judi, dan
pertikaian antar kelompok tertentu. Salah satu penyebabnya adalah faktor
sifat “kedaerahan” yang kental pada masyarakat.
31
Namun, hal ini telah terminimalisir semenjak dibangunnya sebuah
tempat ibadah (masjid) di daerah tersebut.Secara tidak sadar,
pembangunan tersebut telah mempengaruhi pola hidup masyarakat di
daerah tersebut.Hal ini seperti yang diutarakan oleh salah seorang
warga.Sehingga, kegiatan-kegiatan yang awalnya meresahkan tersebut
dapat dikendalikan sedikit demi sedikit.
Namun demikian, sisi positif yang kami temukan di daerah
tersebut adalah rasa kekeluargaan yang tinggi diantara sesama
pemulung.Contohnya adalah tidak ada kegiatan saling menguntungkan
diri sendiri dalam hal mencari rejeki di TPA ini.
4.2. Konstribusi dan keterlibatan masyarakat sekitar terhadap para
pemulung di Tempat Pembuangan Akhir Tamangappa, Antang
Kondisi para pemulung di Tempat Pembuagan Akhir Tamangappa,
Antang pada awalnya sangat memprihatinkan.Sebab, awalnya para pemulung
hanya bekerja sebagai “pemulung biasa”.Namun, setelah para pendatang
berdatangan dan melihat adanya peluang usaha dari tumpukan sampah tersebut,
maka beberapa diantaranya membuka usaha “Press Sampah”.
Salah satu yang memanfaatkan kesempatan tersebut adalah Ibu H. Suryani
(75).Beliau membuka usaha tersebut sekitar tahun 2003.Menurut pengakuan
beliau, yang menganjurkan untuk membuka usaha ini berawal dari suami Ibu
Suryani yang bekerja sebagai pegawai (supir) di Dinas Kesehatan setempat.Para
pemulung yang berada di daerah tersebut kemudian dijadikan karyawan.Hingga
saat ini, jumlah karyawan yang dimiliki mencapai 20 sampai 30 orang.
32
Gambar 1.8 Ibu H. Suryani, Salah satu pengelola pabrik pressing di TPA
Tamangappa (dokumentasi pribadi).
Setelah hasil dari pengumpulan sampah dilakukan, maka sampah
tersebut dipisahkan berdasarkan jenisnya, misalnya kaleng, plastik, karton,
dan lain-lain. Proses pemisahan ini kebanyakan dilakukan oleh para kaum
wanita, sedangkan untuk proses pengumpulan, pressing, dan penyaluran hasil
press dilakukan oleh kaum pria. Hasil pressing ini kemudian dikirim ke
daerah-daerah sekitar yang kemudian akan diolah lebih lanjut, bahkan hingga
ke Surabaya. Berikut gambar sampah yang sebelum di press dan sesudah di
press.
33
sebelum sesudah
Gambar 1.9 Sampah-sampah hasil pressing (dokumentasi pribadi).
Proses penggajian para karyawan dilakukan secara bervariasi. Ada yang
digaji per minggu ( Rp 20.000- Rp 40.000), per bulan ( sekitar Rp 1.000.000), dan
secara borongan (Rp 500 per kilogram). Proses penggajian secara borongan ini
kebanyakan dilakukan oleh para pemulung yang bukan menjadi karyawan tetap,
namun oleh para pemulung harian. Dari hasil tersebutlah mereka membiayai
hidup.
Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat peran serta masyarakat di daerah
tersebut termasuk dalam kategori perujukan (placation).Hal ini dikarenakan pada
tingkat ini masyarakat mulai mempunyai beberapa pengaruh meskipun beberapa
hal masih tetap di tentukan oleh pihak yang mempunyai kekuasaan. Dalam
pelaksanaan, beberapa anggota masyarakat (contohya suami Ibu Suryani) yang
dianggap dapat di masukkan sebagai anggota dalam badan-badan kerja sama
pengembangan kelompok masyarakat yang anggota-anggota lainnya wakil-wakil
dan berbagian instansi pemerintahan. Dengan sistem ini usul-usul atau keinginan
dari masyarakat berpenghasilan rendah dapat di kemukakan. Namun, sering kali
suara dari masyarakat tersebut tidak di perhitungkan karenan kemampuan dan
kedudukannya relatif lebih rendah. Atau jumlah mereka terlalu sedikit bila
dibandingkan dengan anggota-anggota instansi pemerintahan yang lain.
Satu lagi kontribusi dari masyarakat yang tinggal di sekitar TPA
Tamangappa yaitu masyarakat di sana membuatkan shelter bagi pemulung untuk
mengurangi resiko kecelakaan kerja. Jadi setelah sampah di turunkan, para
34
pemulung dapat dengan aman memilah sampah. Sisa sampah yang tidak dapat
dimamfaatkan di buang ke lokasi yang sudah ditetapkan dan di harapkan
pemulung sudah tidak lagi mengais di lokasi tersebut.
Selain itu ada juga yayasan YPKB (Yayasan Pembina Kader Indonesia)
yang didirikan oleh mahasiswa dan tokoh masyarakat setempat yang tinggal di
sekitar TPA Tamangappa, lembaga ini membantu dalam pendidikan informal bagi
anak-anak pemulung. Kontribusi masyarakat setempat yang tinggal di sekitar
TPA Tamangappa yaitu menjadi donatur untuk membantu penyelenggarakan
pendidikan YPKB, terutama yang tinggal di daerah perumahan dan warga
masyarakat di Kelurahan Tamangappa. Namun terjadi masalah dalam hal ini
dimana jumlah donatur setiap tahunnya selalu berubah karena tidak ada satu pun
yang tetap. Sedangkan instansi pemerintah melalui dinas pendidikan adalah
sumbangan buku pengajaran yang setiap tahunnya selalu diberikan kepada
yayasan dan dana operasional sebesar Rp. 150.00/bulan.
4.3. Tanggung jawab pemerintah terhadap masalah masyarakat yang berada
di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Tamangappa, Antang
Sejauh info yang kami dapatkan di lapangan, tanggung jawab yang
ditunjukkan pemerintah utamanya pada bidang pengontrolan terhadap
kebersihan.Hal ini ditunjukkan dengan kerjasama yang dilakukan pemerintah
dengan para pengusaha asing yang tertarik untuk mengolah sampah-sampah yang
terdapat di daerah tersebut.Contohnya adalah GIKOKO, perusahaan yang
mengolah gas metan pada sampah menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Gas.
Contoh lainnya adalah perusahaan ORGI yang mengolah sampah-sampah tersebut
menjadi pupuk.
Selain kegiatan kerjasama tersebut, pemerintah juga telah merencanakan
perluasan wilayah terhadap TPA Tamangappa.Hal ini dikemukakan oleh salah
seorang petugas di Dinas Pertamanan dan Kebersihan. Beliau menjelaskan bahwa
35
pemerintah akan memperluas wilayah TPA Tamangappa seluas 2 hektar lagi. Hal
ini dimaksudkan sebab luas wilayah yang tersedia tidak mampu mengimbangi
jumlah sampah yang makin meningkat.
Berkaitan dengan tanggung jawab pemerintah di bidang lain, misalnya
keamanan, pemerintah telah menyediakan pos polisi. Namun, keberadaan polisi
tersebut tidak terlalu berdampak pada perubahan kondisi di Tamangappa
berkaitan dengan kriminalitas.Hal ini dianggukkan oleh para warga yang kami
wawancarai.
Bila dilihat dari tanggung jawab terhadap kesehatan, pemerintah telah
mendirikan sebuah PUSTU. PUSTU tersebut memberikan bantuan jasa kepada
para warga dan pemulung dengan program kesehatan gratis. Hal ini tentunya
disambut baik bagi para warga dan pemulung, walaupun bentuk pelayanan tidak
sebaik di Puskesmas.Selain itu, pemerintah juga menyediakan RASKIN bagi para
pemulung dan warga sekitar yang kurang mampu.
36
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lokasi Tempat
Pembuangan Sampah Tamangappa Antang, maka dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya TPA Tamangappa dapat berdampak pada kehidupan masyarakat
dan pemulung baik pada bidang pendidikan, bidang ekonomi, bidang kesehatan
maupun bidang sosial. Hal ini dapat berdampak positif dan berdampak negatif,
seperti yang telah dituliskan dalam pembahasan sebelumnya. Misalnya pada
bidang ekonomi, akan berdampak positif bagi pemulung karena TPA tersebut
dapat menjadi sumber penghasilan bagi setiap pemulung serta masyarakat sebagai
pengusaha di wilayah tersebut. Sedangkan pada bidang pendidikan, akan
berdampak negatif karena minimnya pengetahuan yang kuasai oleh anak-anak
pemulung.
Keterlibatan atau tingkat peran serta masyarakat tersebut terhadap
pemulung di daerah tersebut termasuk dalam kategori perujukan (placation).Hal
ini dikarenakan pada tingkat ini masyarakat mulai mempunyai beberapa pengaruh
meskipun beberapa hal masih tetap di tentukan oleh pihak yang mempunyai
kekuasaan.
Sejauh ini keberadaan pemulung kurang diperhatikan ditengah kehidupan
warga kelurahan Tamangappa. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya
kontribusi dari masyarakat disana. Melihat kenyataan itu, sudah sepatutnya
37
masyarakat tersadarkan bahwa di balik profesi para pemulung itu sebenarnya
mereka telah memberikan kontribusi besar dalam penyelamatan lingkungan hidup
jika tidak ada mereka siapa yang akan memunguti sampah-sampah yang kita
hasilkan setiap hari disamping petugas resmi yang ada, jadi sepatutnya berterima
kasihlah kepada mereka. Dan perlu diketahui juga bahwa profesi pemulung
bukanlah sebuah profesi yang terpaksa harus dilakukan. Tetapi, profesi pemulung
dapat menjadi profesi yang menjanjikan.
5.2. Saran
Penulis mengharapkan agar peneliti selanjutnya dapat terinspirasi dengan
laporan penelitian ini, sehingga dapat melakukan penelitian selanjutnya.Semoga
dengan adanya laporan penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya
untuk bisa melakukan penelitian yang lebih baik lagi mengenai kehidupan
masyarakat disekitar TPA Tamangapa, Antang.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ach. Wazir Ws.,et al., ed. 1999. Panduan Penguatan Manajemen LSM. Jakarta:
Sekretariat Bina Desa dengan dukungan AusAIDS melalui Indonesia
HIV/AIDS and STD Prevention and Care Project.
Agus Supendie. 2009. Tempat Pembuangan Akhir Sampah (online).http://tpa-
sampah.blogspot.com . 12 Desember 2013 (11.38 am).
Holil Soelaiman. 1980. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.
Bandung.
Ine Wahyuni. 2012. Berkat Sampah TPA Tamangapa, Antang
(online).http://riakangin.blogspot.com . 12 Desember 2013 (11.29 am).
Khairil Anas. 2012. Melongok TPA Tamangapa
(online).http://herycfart.wordpress.com . 12 Desember 2013 (11.23 am).
Lidya Wehti. 2009. Pemulung
(online).http://lidyasosialjob2705pemulung.blogspot.com . 12 Desember
2013 (11.25 am)
Luly Wahyuni. 2011. Studi tentang Perbedaan Jarak Pemukiman
(online).http://laboratoriumlingkungan.blogspot.com . 12 Desember 2013
(11.34 am).
Yaszer. 2011. Mengintip TPA Tamangapa Antang, Makassar
(online).http://yaszero.blogspot.com. 12 Desember 2013 (11.18 am).
39
LAMPIRAN GAMBAR
Kondisi TPA Tamangappa, Antang
40
Kegiatan para pemulung TPA Tamangappa, Antang
41
Proses pewawancaraan terhadap para pemulung, pengusaha, dan staff Dinas
Pertanaman dan Kebersihan
42
Kondisi LSM di sekitar TPA Tamangappa, Antang
Kantor Dinas Pertamanan dan Kebersihan di TPA Tamangappa, Antang
43