USu

download USu

of 118

description

vvsdsdvs

Transcript of USu

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    ANALISA POTENSI LIKUIFAKSI PADA AREA APRON

    BANDAR UDARA MEDAN BARU

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan

    Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian

    Sarjana Teknik Sipil

    Disusun Oleh :

    040404062 MUHAMMAD MABRUR

    BIDANG STUDI GEOTEKNIK

    DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    2009

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    LEMBAR PENGESAHAN

    ANALISA POTENSI LIKUIFAKSI PADA AREA APRON BANDAR UDARA MEDAN BARU

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk

    Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

    Disusun oleh:

    04 0404 062 MUHAMMAD MABRUR

    Dosen Pembimbing

    NIP. 131 945 813 Ir. Rudi Iskandar, M.T.

    Penguji I

    NIP. 130 905 362 Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan

    Penguji II

    NIP. 131 419 761 Dr.Ir.Roesyanto, M.Sc

    Penguji III

    NIP. 19770807 2008122002 Ika Puji Hastuti, ST, MT

    Mengesahkan : Ketua Departemen Teknik Sipil

    NIP. 130 905 362 Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan

    SUB JURUSAN GEOTEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2009

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    ABSTRAK

    Salah satu dampak yang disebabkan oleh gempa bumi adalah fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat getaran yang disebut dengan likuifaksi. Likuifaksi pada umumnya terjadi pada tanah pasir yang bergradasi buruk. Tanah seperti ini juga dijumpai di wilayah pembangunan Bandar Udara Medan Baru di Desa Kualanamu. Oleh karena itu, analisis terhadap potensi likuifaksi menjadi hal penting dilakukan dalam perencanaan bandar udara tersebut.

    Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat potensi terjadinya likuifaksi pada lokasi apron bandar udara tersebut sebelum dilakukannya ground treatment, sehingga diharapkan hasilnya dapat dijadikan masukan atau pertimbangan bagi pemerintah, instansi terkait, dan pihak pengembang Bandar Udara Medan Baru dalam perencanaan apron bandar udara tersebut.

    Analisis terhadap likuifaksi dilakukan dengan mengumpulkan data sejarah gempa yang pernah terjadi dan data lapisan tanah yang terdapat di lokasi apron Bandar Udara Medan Baru. Dari data tersebut dapat dihitung besar nilai Cyclic Stress Ratio (CSR) dan Cyclic Resistant Ratio (CRR) pada daerah itu. Dengan menghubungkan nilai nilai tersebut pada grafik yang dikemukakan oleh Seed et al, dapat ditentukan lapisan lapisan tanah yang akan terlikufaksi pada saat terjadi gempa.

    Berdasarkan analisa perhitungan yang dilakukan, disimpulkan bahwa pada area apron Bandar Udara Medan Baru terdapat tanah yang berpotensi untuk terikuifaksi yaitu pada kedalaman 0 sampai 4,5 meter.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah

    limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas

    akhir ini, yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam ujian sarjana Teknik Sipil

    bidang studi geoteknik pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

    Salawat dan salam tak lupa pula hamba haturkan kepada Sang inspirasi

    nabi Muhammad SAW, yang telah membawa banyak perubahan dan kebaikan

    bagi seluruh umat manusia.

    Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah Analisa Potensi Likuifaksi

    Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru .

    Penulis telah berusaha dengan seluruh daya upaya dalam

    menyelesaikan tugas akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak

    kekurangan dari setiap sisi. Keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pengalaman

    merupakan penyebab dari ketidaksempurnaan tugas akhir ini. Oleh karena itu,

    penulis mengharapkan kritik dan saran dari Bapak dan Ibu dosen serta rekan

    rekan mahasiswa demi kemajuan penulis nantinya.

    Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

    tingginya atas bimbingan dan bantuan yang diberikan untuk terselesaikannya

    tugas akhir ini kepada:

    Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT selaku pembimbing yang telah banyak

    meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

    masukan kepada penulis.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Bapak Prof. Dr. Ing. Johanes Tarigan sebagai Ketua Departemen Teknik

    Sipil, Universitas Sumatera Utara.

    Bapak Ir. Terunajaya, MSc, sebagai sekretaris Departemen Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

    Bapak/Ibu dosen di lingkungan Departemen Tenik Sipil, Universitas

    Sumatera Utara.

    Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil yang telah

    memberikan bantuan-bantuannya.

    Bapak Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen

    (PPK) dan seluruh staf yang terlibat dalam proses pembangunan apron

    Bandar Udara Medan Baru

    Bapak Project Manager PT. Persero Waskita Karya dan seluruh staf yang

    terlibat dalam proses pembangunan apron Bandar Udara Medan Baru

    Teristimewa kepada Kedua orang tua saya serta abang dan kakak saya

    yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi kepada saya

    selama penulisan tugas akhir ini.

    Seluruh rekan-rekan stambuk 2004, khususnya yang sudah duluan sarjana,

    (Aswin, Nailul, Erick, Ian, Aca, dini, nova, dkk) yang sudah memberikan

    semangat kepada saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini

    Teman teman di KOMPOSITS (Faisal, Ilham, Nasrul, Delfi, Emma,

    Rhini, Aprizal, Maulana, Yudi, Anggi dkk), teruslah bersemangat dalam

    menebar kebaikan dan kebenaran di manapun kita berada.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Sahabat sahabat di organisasi KAMMI (BFais, Amin, Wahid, David,

    Qurthubi, Aulia, Asrul, Hakim, Indra, Ade, Rico, dll) yang telah banyak

    memberikan nasehat nasehat kepada saya.

    Teman teman pengurus Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Teknik,

    (Freddy, Diana, Muhfi, Nella, Riki, dkk), terima kasih atas segala

    bantuannya selama menjalani amanah di PEMA FT USU.

    Keluarga keduaku di kos-an Sofyan 100 yang menjadi sahabat di kala suka

    dan duka

    Abang abang senior, adik adik, serta teman lainnya yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu.

    Sebagai hamba yang tak luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa

    tugas akhir yang telah terselesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

    karenanya, dengan ikhlas hati penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan

    ke depan nantinya. Harapan penulis, agar kiranya tugas akhir ini dapat bermanfaat

    bagi kita semua.

    Medan,11 Juni 2009

    04 0404 062

    Muhammad Mabrur

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR NOTASI

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

    1.2. Permasalahan............................................................................ 2

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 3

    1.3.1. Tujuan Penelitian............................................................ 3

    1.3.2. Manfaat Penelitian.......................................................... 4

    1.4. Pembatasan Masalah................................................................. 4

    1.5 Metodologi Penelitian............................................................... 4

    BAB II STUDI LITERATUR

    2.1 Gempa Bumi............................................................................. 6

    2.1 Definisi Tanah........................................................................... 8

    2.3 Definisi Likuifaksi ................................................................... 9

    2.3.1. Pengertian likuifaksi ...................................................... 9

    2.3.2. Syarat terjadinya likuifaksi ............................................ 10

    2.3.3. Proses terjadinya likuifaksi ............................................ 12

    2.3.4. Dampak dari terjadinya likuifaksi .................................. 15

    2.4. Faktor Faktor yang Dapat Meningkatkan Potensi Terjadinya

    Likuifaksi pada Suatu Lapisan Tanah ...................................... 16

    2.5. Parameter-Parameter yang Mempengaruhi Potensi Likuifaksi

    Pada Suatu Lahan.... 26

    2.3.1. Tegangan vertikal total (v) dan tegangan vertikal

    Efektif(v). 26

    2.3.2. Percepatan Gempa (amax) 27

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    2.3.3. Nilai SPT (Standard Penetrometer Test......................... 31

    2.3.4. Shear modulus maximum (Gmax) 31

    2.3.5. Faktor reduksi (rd) 33

    2.3.6. Cyclic stress ratio (CSR).. 34

    2.3.7. Cyclic resistant ratio (CRR). 35

    2.3.8. Relatif Density (Dr) 36

    2.6. Usaha perbaikan tanah yang dapat dilakukan untuk mencegah

    terjadinya likuifaksi ................................................................. 37

    2.7. Analisa Potensi Likuifaksi Pada Suatu Lapisan Tanah ........... 39

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Data Umum .............................................................................. 43

    3.2 Metode Pengumpulan data ....................................................... 45

    3.2.1. Metode dan lokasi Pengumpulan data gempa. 45

    3.2.2. Metode Pengambilan data Tanah... 49

    3.3. Metode Analisis........................................................................ 51

    3.4. Bagan prosedur penelitian.51

    3.5. Lokasi Pengambilan sampel tanah dan pengujian SPT............ 52

    BAB IV ANALISA DATA

    4.1. Pemeriksaan Tanah... 54

    4.1.1. Pemeriksaan Jenis dan sifat tanah... 54

    4.1.2. Perhitungan nilai Dr.... 55

    4.1.3. Letak geologis..... 57

    4.2. Menghitung Percepatan Gempa di Batuan Dasar .................... 57

    4.2.1. Berdasarkan Fungsi Atenuase Joyner and Boore57

    4.2.2. Berdasarkan Fungsi Atenuase Crouse.... 61

    4.3. Menghitung Percepatan Gempa di Permukaan Tanah ............. 64

    4.3.1. Perhitungan pada Lokasi BH III..65

    4.3.2. Perhitungan Pada Lokasi BH IV. 67

    4.4. Menghitung Cyclic Stress Ratio............................................... 69

    4.4.1. Pehitungan nilai CSR Lokasi BH III.. 69

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    4.4.2. Pehitungan nilai CSR Lokasi BH IV.. 71

    4.5. Menghitung Cyclic Resistant Ratio ......................................... 74

    4.6. Analisa Likuifaksi di setiap lapisan tanah ............................... 76

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    V.1. Kesimpulan .............................................................................. 84

    V.2. Saran ........................................................................................ 84

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    DAFTAR TABEL

    Tabel

    2.1 : Korelasi antara Magnetude Local (ML), Percepatan Gempa (amax), Waktu

    Gempa, dan Skala Intensitas MMI.......................................................... 11

    2.2 : Potensi terjadinya likuifaksi pada jenis jenis lapisan tanah apabila

    terjadinya gempa besar............................................................................ 24

    2.3 : Hubungan antara Plastik Indeks dengan nilai K pada rumus Shear Modulus

    Maximum................................................................................................ 32

    2.4 : Tabel Faktor koreksi magnitude untuk pendekatan tegangan siklis...... 43

    3.1 : Rencana Fasilitas Bandar Udara Medan Baru........................................ 43

    4.1 : Data sifat tanah pada Lokasi III 54

    4.2 : Data sifat tanah pada Lokasi IV 54

    4.3 : Perhitungan Tegangan vertikal efektif pada lokasi III. 55

    4.4 : Perhitungan Tegangan vertikal efektif pada lokasi IV. 56

    4.5 : Perhitungan nilai Dr pada lokasi III.. 56

    4.6 : Perhitungan nilai Dr pada lokasi IV. 56

    4.7 : Daftar kejadian gempa dengan PGA terbesar tiap tahunnya (berdasarkan

    fungsi atenuase joyner and Boore)... 58

    4.8 : Metode Perhitungan percepatan rencana menurut gumble (berdasarkan fungi

    atenuase Joyner and Boore)......... 59

    4.9 : Daftar kejadian gempa dengan PGA terbesar tiap tahunnya (berdasarkan

    fungsi atenuase Crouse). 61

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    4.10 : Metode perhitungan percepatan rencana menurut gumble (berdasarkan

    fungi atenuase Joyner and Boore) 62

    4.11 : Pembagian kasus yang kemungkinan terjadipada kedua lokasi tanah. 65

    4.12 : Data lapisan lokasi III yang dibutuhkan untuk aplikasi Edu Shake.. 65

    4.13 : Percepatan gempa pada lokasi IV... 67

    4.14 : Data lapisan lokasi IV yang dibutuhkan untuk aplikasi Edu Shake 67

    4.15 : Percepatan gempa pada lokasi IV 68

    4.16 : Perhitungan Nilai Faktor koreksi. 69

    4.17 : nilai tegangan total dan tegangan vertikal efektif pada lokasi III 69

    4.18 : perhitungan nilai CSR pada kasus I di lokasi III 70

    4.19 : perhitungan nilai CSR pada kasus II di lokasi III70

    4.20 : perhitungan nilai CSR pada kasus III di lokasi III. 71

    4.21 : perhitungan nilai CSR pada kasus IV di lokasi III. 71

    4.22 : Nilai tegangan total dan tegangan vertikal efektif pada lokasi IV. 72

    4.23 : perhitungan nilai CSR pada kasus I di lokasi IV.72

    4.24 : perhitungan nilai CSR pada kasus II di lokasi IV... 72

    4.25 : perhitungan nilai CSR pada kasus III di lokasi IV. 73

    4.26 : Perhitungan nilai CSR pada kasus IV di lokasi IV. 73

    4.27 : Perhitungan nilai N(60) pada Lokasi BH III. 74

    4.28 : Perhitungan nilai N1(60) pada Lokasi BH III.. 75

    4.29 : Perhitungan nilai N(60) pada Lokasi BH IV 75

    4.30 : Perhitungan nilai N1(60) pada Lokasi BH IV.. 76

    4.31 : Korelasi hasil perhitungan CSR dan CRR pada Lokasi III.................. 76

    4.32 : Korelasi hasil perhitungan CSR dan CRR pada Lokasi IV.................. 76

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    4.33 : Hasil analisa pada lokasi III.................................................................. 79

    4.34 : Hasil analisa pada lokasi IV.................................................................. 79

    4.35 : Evaluasi potensi likuifaksi pada Lokasi III (kasus I)............................ 80

    4.36 : Evaluasi potensi likuifaksi pada Lokasi III (kasus II)........................... 80

    4.37 : Evaluasi potensi likuifaksi pada Lokasi III (kasus III).......................... 81

    4.38 : Evaluasi potensi likuifaksi pada Lokasi III (kasus IV).......................... 81

    4.39 : Evaluasi potensi likuifaksi pada Lokasi IV (kasus I)............................ 82

    4.40 : Evaluasi potensi likuifaksi pada Lokasi IV (kasus II)........................... 82

    4.41 : Evaluasi potensi likuifaksi pada Lokasi IV (kasus III).......................... 83

    4.42 : Evaluasi potensi likuifaksi pada Lokasi IV (kasus IV).......................... 83

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    DAFTAR GAMBAR Gambar

    2.1 : Kondisi partikel tanah saat normal (sebelum terjadinya kenaikan tegangan

    air pori)..................................................................................................... 13

    2.2 : Kondisi partikel tanah saat menerima getaran (saat terjadinya kenaikan

    tegangan air pori)..................................................................................... 14

    2.3 : Bangunan yang Ambles karena hilangnya daya dukung tanah akibat

    likuifaksi.................................................................................................. 15

    2.4 : Tangki yang muncul ke permukaan tanah tekanan tekanan ke atas akibat

    likuifaksi.................................................................................................. 15

    2.5 : Peta zona gempa dipermukaan tanah tahun 1987.................................... 29

    2.6 : Peta zona gempa dan percepatan gempa dipermukaan tanah tahun

    2002......................................................................................................... 30

    2.7 : Peta zona gempa dan percepatan gempa dipermukaan tanah tahun

    2007......................................................................................................... 30

    2.8 : Grafik Faktor reduksi, rd (Seed and Idriss, 1971)................................... 33

    2.9 : Grafik Hubungan antar Cyclic Stress Ratio ( 'v

    cyc

    )dengan (N1)60 untuk

    magnitude gampa, M 7,5 (Seed et al)...................................................... 42

    3.1: Rancangan Bandar Udara Medan Baru..................................................... 44

    3.2 : Peta Lokasi Bandar Udara Medan baru.................................................... 44

    3.3 : Asumsi Kejadian gempa menurut Gumble... 47

    3.4: Proses Pengambilan sampel tanah serta Uji SPT tanah dengan menggunakan

    Bor Mesin 50

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    3.5 : Bagan prosedur penelitian.... 52

    3.6 : Lokasi pengambilan data lapisan tanah 53

    4.1 :Sampel tanah yang mengandung fosil kerang... 57

    4.2 : Grafik Percepatan gempa pada lapisan tanah lokasi III 66

    4.3 : Grafik Percepatan gempa pada lapisan tanah lokasi IV... 68

    4.4 : hubungan antara CSR dan CRR pada Grafik Seed et al (lokasi III)......... 77

    4.5 : hubungan antara CSR dan CRR pada Grafik Seed et al (lokasi IV)......... 78

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    DAFTAR NOTASI

    Notasi

    amax = Percepatan gempa maksimum

    Cb = Korelasi diameter borelog.

    Cr = Panjang rod

    CRR = Cyclic Resistant Ratio

    CSR = Cyclic Stress Ratio

    CSRM = CSR pada magnetude = M

    Dr = Relatif Density

    e = Angka Pori

    Em = Efesiensi hammer

    g = Grafitasi

    Gmax = Modulus Geser maksimum

    Gs = Specific Grafity (Berat jenis tanah)

    h = Kedalaman fokus

    H = Tebal Lapisan Tanah

    Ko = Koefisien tekanan tanah dalam

    LL = Liquid Limit

    M = Magnetude Gempa

    MMI = Modified Mercally Intensity

    Mw = Momen magnetude gempa

    N SPT = hasil test SPT

    (N)60 = Nilai N SPT yang dikoreksi terhadap prosedur pengujian lapangan

    OCR = Over Consolidated Ratio

    PGA = Peak Ground Acceleration, dalam gal (1g = 1000 gal)

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    PI = Indeks Plastisitas

    R = Jarak Hipocentre (Km), R2 = ro + h2

    rd = Faktor Reduksi

    ro = Jarak terdekat dari lokasi ke proyeksi vertikal dari gempa akibat

    aktivitas pada permukaan tanah (epicentre)

    SPT = Standard Penetration Test

    T = Periode Ulang

    w = Kadar Air

    = Jumlah gempa rata rata pertahun (Metode Gumble)

    = Parameter yang menyatakan hubungan antara distribusi gempa dengan

    magnetude (Metode Gumble)

    = Berat isi tanah

    sat = Berat isi Jenuh Tanah

    w = Berat isi air

    cyc = Tegangan geser rata rata

    0 = Tegangan efektif octahedral = )2(31

    0 vv K +

    'v = Tegangan vertikal efektif

    v = Tegangan vertikal total

    = Tegangan air pori

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia termasuk daerah yang memiliki aktifitas gempa yang

    tinggi. Hal ini disebabkan lokasi Indonesia yang terletak pada pertemuan

    empat lempeng tektonik utama bumi yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia,

    Pasifik dan Philipine.

    Oleh sebab itu, setiap perencanaan pembangunan di Indonesia, perlu

    juga memperhitungkan resiko resiko yang disebabkan oleh terjadinya

    gempa. Resiko resiko tersebut, bukanlah hanya resiko terjadi pada

    kegagalan pada struktur bangunan saja, namun juga resiko kegagalan yang

    akan terjadi pada struktur tanah yang mendukung / menopang bangunan di

    atasnya.

    Dalam tugas akhir ini, penulis akan membahas salah satu kegagalan

    yang terjadi pada struktur tanah sehingga menjadikan tanah tersebut tidak

    memiliki kekuatan untuk mendukung / menopang bangunan di atasnya yang

    disebut likuifaksi.

    Likuifaksi adalah proses hilangnya kekuatan tanah akibat tegangan

    air pori yang timbul akibat beban siklis (berulang). Sehingga tegangan tanah

    total hampir seluruhnya digantikan oleh tegangan air pori (Persamaan 1.1).

    0' = vv .(1.1)

    Dimana :

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    'v = Tegangan vertikal efektif

    v = Tegangan vertikal total

    = Tegangan air pori

    Perhitungan likuifaksi pada umumnya dilakukan pada tanah yang

    memiliki gradasi buruk seperti SP (Sandy Poor) atau yang disebut dengan

    pasir lepas, karena pada tanah seperti ini lebih banyak berpotensi

    menyimpan air dibandingkan dengan tanah yang bergradasi baik.

    Likuifaksi akan menyebabkan kerusakan pada struktur tanah antara

    lain Lateral Spreading ataupun Sand Boiling secara tiba tiba saat

    terjadinya gempa, sehingga struktur di atas tanah tersebut umumnya tidak

    dapat dipergunakan lagi.

    1.2. Permasalahan

    Secara umum Indonesia di bagi menjadi 6 wilayah gempa. Wilayah

    tersebut terbagi menurut tingkat aktifitas gempa yang terjadi. Kota Medan

    Provinsi Sumatera Utara terletak pada wilayah 4, dimana percepatan gempa

    standar di permukaan tanah pada wilayah ini adalah 0.25 g (1g = 9.8m/s).

    Namun nilai percepatan ini tidak dapat digunakan di seluruh tanah di Kota

    Medan, sebab nilai ini sangat dipengaruhi oleh sifat sifat lapisan tanah.

    Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan kembali terhadap nilai

    percepatan tanah di permukaan tanah, sebab hal ini sangat berpengaruh

    terhadap pembangunan fisik yang akan dilaksanakan pada Kota Medan,

    termasuk pembangunan bangunan strutur pada Bandar Udara Medan Baru di

    Desa Kuala Namu.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Pada masa lampau wilayah Desa Kuala Namu merupakan wilayah

    lautan, namun lama kelamaan permukaan air laut mengalami penurunan,

    sehingga daerah tersebut menjadi sebuah daratan dan akhirnya menjadi

    sebuah pedesaan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya fosil kerang pada

    saat dilakukan investigasi tanah di lokasi ini. Selain itu, dari hasil investigasi

    yang telah dilakukan juga dapat disimpulkan bahwa tanah yang terdapat di

    lokasi apron Bandar Udara Medan Baru adalah tanah berjenis SP (Sandy

    poor) atau tanah pasir yang bergradasi buruk.

    Oleh karena itu, secara teoritis dapat disimpulkan bahwa wilayah

    pembangunan apron Bandar Udara Medan Baru adalah wilayah yang

    berpotensi terjadinya likuifaksi. Namun karena hal tersebut masih

    merupakan teori, maka melalui tugas akhir ini akan diperhitungkan potensi

    terjadinya likuifaksi secara analitis.

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

    1. Untuk mengetahui tingkat potensi terjadinya likuifaksi pada

    lokasi apron Bandar Udara Medan Baru sebelum dilakukannya

    ground treatment pada lahan tersebut.

    2. Untuk mengetahui perubahan nilai percepatan gempa dari batuan

    dasar sampai ke permukaan tanah di lokasi apron Bandar Udara

    Medan Baru.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    1.3.2. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau

    pertimbangan bagi pemerintah, instansi terkait, dan pihak

    pengembang Bandar Udara Medan Baru dalam perencanaan apron

    Bandar Udara Medan Baru.

    1.4. Pembatasan Masalah

    Pembatasan masalah yang diambil untuk mempermudah

    penyelesaian penelitian ini adalah :

    1. Area yang diteliti adalah area apron Bandar Udara Medan Baru dan

    belum diadakan perbaikan ataupun penimbunan.

    2. Data tanah yang digunakan diambil dari dua lokasi yang dinilai paling

    kritis dari beberapa lokasi investigasi yang dilakukan oleh PT. Waskita

    Karya Pesero.

    3. Fungsi atenuase yang digunakan dalam analisa resiko gempa adalah

    fungsi atenuase Joyner & Boore (1988) dan Crouse (1991).

    4. Input gempa yang digunakan adalah Treasure Island dan Elcentro.

    1.5. Metodologi Penelitian

    Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan metodologi sebagai

    berikut :

    1. Mengumpulkan data gempa dengan magnitude di atas 5 Skala Richter

    (SR) yang terjadi dalam radius 500 km dari lokasi apron Bandar Udara

    Medan Baru dari tahun 1973 sampai tahun 2008.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    2. Menghitung percepatan tanah di batuan dasar dengan menggunakan

    metode Gumble untuk priode ulang 200 tahun.

    3. Menghitung percepatan tanah di permukaan tanah dengan

    menggunakan program Edu Shake.

    4. Menghitung potensi terjadinya likuifaksi dengan menggunakan grafik

    hubungan Cyclic Stress Ratio (CSR) dengan Cyclic Resistant Ratio

    (CRR) yang dikemukaan oleh Seed et al.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    BAB II

    STUDI LITERATUR

    2.1. Gempa Bumi

    Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi. Gempa

    bumi dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah keruntuhan

    tanah di dalam gua, tumbukan antara meteor dan permukaan bumi, serta

    peristiwa vulkanik. Namun pada umumnya gempa bumi disebabkan oleh

    pergerakan lempengan bumi (peristiwa tektonik).

    Walaupun bumi ini padat, namun lempeng bumi selalu bergerak,

    pergesekan antara lempeng bumi menimbulkan tekanan berupa desakan

    antara kedua lempeng, apabila tekanan tersebut tidak tertahankan lagi, maka

    akan terjadi gempa bumi.

    Setiap hari bumi mengalami gempa, namun kebanyakan dalam skala

    kecil dan tidak menyebabkan kerusakan apa apa. Gempa bumi kecil dapat

    juga mengiringi gempa bumi besar, dan dapat terjadi sesudah, sebelum, atau

    selepas gempa bumi besar tersebut.

    Secara geografis Pulau Sumatera terletak di antara 6 LU dan 6 LS,

    serta di antara 95 BT dan 107 BT. Pada bagian barat Pulau Sumatera

    terdapat pertemuan atau benturan dari dua lempeng bumi yaitu Lempeng

    Eurasia dan Lempeng India Australia. Zona ini disebut juga zona subduction

    karena Lempeng Samudra Hindia - Australia terus aktif bergerak

    menghujam ke dalam Lempeng Eurasia (Eropa Asia). Gerakan Lempeng

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Samudera Hindia Australia lebih aktif dibandingkan dengan Lempeng

    Benua Eurasia. Dorongan lempeng itu terhadap bagian Pulau Sumatera

    adalah sebesar 5,2 cm/tahun, sedangkan terhadap bagian selatan Pulau

    Sumatera adalah sebesar 6 cm/tahun.

    Akibat dorongan itu, Pulau Sumatera terbelah menjadi dua secara

    memanjang pulau. Lokasi belahan tersebut disebut dengan sesar (Sesar

    Semangko). Bagian patahan yang kecil (sebelah barat daya) bergerak ke

    arah barat laut, sedangkan bagian yang besar (sebelah timur laut) bergerak

    ke tenggara. Pada daerah patahan, desakan dilawan oleh Lempeng Eurasia

    dengan gerakan ke arah barat daya. Bagian utara bergerak dengan kecepatan

    2,7 cm/tahun, sedangkan bagian selatan bergerak dengan kecepatan 1

    cm/tahun. Akibat gerakan gerakan ini, wilayah Pulau Sumatera menjadi

    daerah yang memiliki seismisitas cukup tinggi.

    Pada beberapa tahun terakhir ini bencana alam berupa gempa bumi

    makin sering terjadi di Pulau Sumatera khususnya bagian utara, rangkaian

    gempa ini bermula sejak Gempa Simeulu pada tahun 2002 dengan

    magnetude 7.4 SR. Sejak terjadinya gempa tersebut, Pulau Sumatera

    semakin sering mengalami gempa baik gempa berskala besar maupun kecil,

    sehingga puncaknya adalah Gempa Aceh pada tanggal 26 Desember 2004

    dengan magnetude 9.0 SR yang juga memicu terjadinya tsunami serta

    menewaskan ribuan jiwa. Setelah itu terjadi lagi Gempa Nias pada tangga 25

    maret 2005 dengan magnetude 8.6 SR.

    Ada fenomena kerusakan yang luar biasa terjadi pada saat terjadi

    bencana di atas. Dari pemantauan yang dilakukan, terdapat beberapa kasus

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    likuifaksi terjadi di beberapa daerah di Aceh dan Nias. Hal ini

    mengindikasikan beberapa dataran di Pulau Sumatera tidak aman terhadap

    bahaya likuifaksi apabila terjadinya gempa besar.

    2.2. Definisi Tanah

    Pada kondisi alami, tanah terdiri dari campuran butiran butiran

    mineral dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran butiran

    tersebut dapat dengan mudah dipisahkan satu sama lain dengan kocokan air.

    Tanah berasal dari pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-

    sifat teknis tanah, kecuali oleh sifat batuan induk yang merupakan material

    asal, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab

    terjadinya pelapukan batuan tersebut.

    Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung digunakan

    dalam teknik sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam,

    tanah dapat terdiri dari dua atau lebih campuran jenis-jenis tanah dan

    kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan organik. Material

    campurannya kemudian dipakai sebagai nama tambahan di belakang

    material unsur utamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah

    lempung yang mengandung lanau dengan material utamanya adalah

    lempung dan sebagainya.

    Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat.

    Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat

    mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butiran-butiran,

    sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila

    rongga terisi udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially

    saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama

    sekali atau kadar airnya nol.

    Tanah pada kondisi jenuh, umumnya tanah lebih berbahaya terhadap

    bangunan struktur dibandingkan dengan tanah dalam kondisi kering.

    Likuifaksi merupakan salah satu bahaya yang berpotensi terjadi pada tanah

    dalam kondisi jenuh.

    2.3. Definisi Likuifaksi

    2.3.1. Pengertian Likuifaksi

    Likuifaksi merupakan fenomena hilangnya kekuatan lapisan

    tanah akibat getaran. Getaran yang dimaksud dapat berupa getaran

    yang berasal dari gempa bumi maupun yang berasal dari

    pembebenan cepat lainnya.

    Ketika mengalami getaran tersebut sifat lapisan tanah

    berubah menjadi seperti cairan sehingga tak mampu menopang

    beban bangunan di dalam atau di atasnya.

    Likuifaksi biasanya terjadi pada tanah yang jenuh air, dimana

    seluruh rongga-rongga dari tanah tersebut dipenuhi oleh air. Pada

    saat mengalami getaran, air ini memberikan suatu tekanan di

    partikel-partikel tanah sehingga mempengaruhi kepadatan dari tanah

    tersebut.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Sebelum terjadinya gempa bumi, tekanan air pada suatu tanah

    secara relatif rendah. Namun setelah menerima getaran, tekanan air

    dalam tanah meningkat, sehingga dapat menggerakkan partikel-

    partikel tanah dengan mudah.

    Setelah digerakkan oleh air, maka partikel tanah tidak

    memiliki lagi kekuatan atau daya dukung, sehingga daya dukung

    tanah sepenuhnya berasal dari tegangan air pori. Pada kondisi ini,

    tanah sudah berbentuk cairan yang tidak lagi memiliki kestabilan,

    sehingga beban - beban yang ada di atas tanah tersebut seperti beban

    dari struktur bangunan akan ambles kedalam tanah. Sebaliknya

    tangki tangki yang berada di dalam tanah akan mengapung dan

    muncul kepermukaan tanah.

    Penggetaran pada tanah yang paling sering memicu

    peningkatan tegangan air pori adalah penggetaran yang berasal dari

    gempa bumi, tetapi aktivitas-aktivitas yang berkaitan konstruksi

    seperti peledakan dapat juga menyebabkan peningkatan tegangan air

    pori tersebut.

    2.3.2. Syarat terjadinya likuifaksi

    Likuifaksi hanya bisa terjadi dengan syarat tertentu, apabila

    suatu tanah tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka tanah

    tersebut tidak berpotensi untuk terjadi likuifaksi. Oleh karena itu

    perencana pembangunan harus menghindari tanah-tanah yang telah

    memenuhi syarat-syarat terjadinya likuifaksi.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Likuifaksi biasanya terjadi pada tanah atau lahan yang tidak

    padat. Misalnya tanah yang terbentuk dari pasir, endapan bekas delta

    sungai, dan bahan-bahan lainnya. Tanah semacam itu cenderung

    tidak padat sehingga memiliki rongga yang banyak.

    Syarat kedua adalah sumber air yang dangkal, misalnya,

    kedalamannya hanya 2 hingga 4 meter di bawah permukaan tanah.

    Likuifaksi di daerah yang disebutkan di atas akan terjadi jika

    adanya gempa dengan kekuatan mencapai MMI (Modified Mercally

    Intensity) VI. MMI mengukur kekuatan gempa berdasarkan

    dampaknya, dengan skala I hingga XII. Pembagian skala MMI dapat

    dilihat pada Tabel 2.1:

    Tabel 2.1 : Korelasi antara Magnetude Local (ML), Percepatan Gempa (amax), Waktu Gempa, dan Skala Intensitas MMI Menurut Yaets et al., Gere and Shah dan Housner

    Lokal Magnitude

    (ML)

    Percepatan gempa

    amax

    Waktu Gempa (det)

    Skala Intensitas MMI

    2 - - I II

    3 - - III

    4 - - IV V

    5 0.09 g 2 VI VII

    6 0.22 g 12 VII VIII

    7 0.32 g 24 IX X

    8 0.50 g 34 XI - XII

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Pada skala MMI I, getaran tidak dirasakan, kecuali dalam

    keadaan luar biasa oleh beberapa orang. MMI XII terjadi jika

    bangunan-bangunan yang kena gempa hancur sama sekali. Pada

    kondisi ini, gelombang tampak pada permukaan tanah, pemandangan

    menjadi gelap dan benda-benda terlempar ke udara.

    Likuifaksi dapat terjadi pada MMI VI contohnya pada 1883,

    ketika gunung Krakatau meletus, Jakarta mengalami gempa dengan

    kekuatan MMI VI. Pada saat itu, banyak bangunan hancur. Sejumlah

    lahan juga ambles.

    Secara umum dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat

    terjadinya likuifaksi pada suatu wilayah adalah :

    a. Lapisan tanah berupa pasir atau lanau,

    b. Lapisan tanah jenuh air,

    c. Lapisan tanah bersifat lepas (tidak padat),

    d. Terjadi gempa bermagnitudo di atas 5,0, dan

    e. Berkecepatan gempa lebih dari 0.1 g.

    Menurut Adrin Tohari, ketua Tim Kajian Likuifaksi dan

    Sumber Daya Air Pusat Penelitian (Puslit) Geoteknologi LIPI

    Kelima syarat itu harus ada untuk menyatakan terjadi likuifaksi.

    2.3.3. Proses terjadinya likuifaksi

    Untuk memahami proses terjadinya likuifaksi, perlu kita

    pahami terlebih dahulu bahwa suatu endapan tanah terdiri dari

    partikel-partikel. Jika kita perhatikan setiap partikel tersebut letaknya

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    saling berdekatan, sehingga setiap partikel memiliki kontak dengan

    partikel yang lain (Gambar 2.1). Dengan adanya kontak antar

    partikel tersebut, tanah menjadi memiliki suatu kekuatan untuk

    memikul beban diatasnya, sebab kondisi seperti ini menjadikan

    beban yang berada di atas tanah akan dipikul secara bersamaan oleh

    seluruh partikel. Dan akhirnya beban tersebut akan di salurkan ke

    lapisan batuan dasar di bagian bawah lapisan tanah tersebut tanah.

    Gambar 2.1 : Kondisi partikel tanah saat normal (sebelum terjadinya kenaikan tegangan air pori)

    Pada kondisi tanah seperti Gambar 2.1 tampak bahwa banyak

    rongga antar partikel tanah yang penuhi air. Pada kondisi nomal, air

    tersebut memiliki tekanan air pori yang relatif rendah.

    Pada saat menerima tekanan dari getaran secara tiba - tiba, air

    tesebut akan terdesak sehingga ia akan menaikkan tekanannya untuk

    dapat mencari jalan keluar. Namun, pada saat tejadinya gempa, air

    tersebut tidak memiliki cukup waktu untuk berdisipasi keluar dari

    tanah melalui rongga-rongga tanah, sehingga sebagai gantinya air

    tesebut mendorong partikel-partikel tanah sehingga beberapa partikel

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    tanah sebelumnya berhubungan menjadi menjauh (Gambar 2.2). Dan

    akhirnya partikel tanah tidak dapat mendistribusikan beban lagi

    dengan maksimal.

    Gambar 2.2 : Kondisi partikel tanah saat mengalami getaran. (saat terjadinya kenaikan tegangan air pori)

    Pada kondisi seperti ini, sebagian besar beban dipikul oleh

    air. Sehingga pemikulan beban pada tanah tersebut menjadi tidak

    stabil. Kondisi ini dapat dianalogikan seperti beban sebuah kapal

    yang mengapung diatas air. Apabila air tidak dapat memilikul beban

    dari kapal tersebut, maka kapal tersebut akan tenggelam ke dalam

    air.

    Hal tersebut terjadi juga pada beban dari gedung pada tanah

    yang mengalami likuifaksi, maka gedung tersebut akan tenggelam ke

    dalam tanah.

    Dalam satu kejadian yang lebih ekstrim lagi, tekanan air pori

    dapat menjadi sangat tinggi sehingga banyak lebih banyak lagi

    partikel yang tedorong sehingga tidak ada lagi yang berhubungan.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Dalam kasus-kasus yang demikian, kekuatan tanah itu akan menjadi

    sangat kecil, dan akan bertindak lebih seperti suatu zat cair dibanding

    suatu padat.

    2.3.4. Dampak dari terjadinya likuifaksi

    Likuifaksi telah banyak menjadi penyebab dari hancurnya

    bangunan struktur di beberapa kejadian gempa bumi. Berdasarkan

    simulasi yang dilakukan di Jepang, goncangan akibat gempa,

    membuat bangunan di atasnya ambles (Gambar 2.3), sedangkan

    benda di dalam tanah seperti tangki minyak muncul ke permukaan

    (Gambar 2.4). Seperti yang terjadi di Kota Cilacap, terdapat dua

    tangki yang berdekatan dengan pantai, yaitu tangki Pertamina dan

    Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang muncul ke permukaan

    tanah pasca kejadian gempa.

    Manhole

    Manhole

    Sand Boiling

    Rigid pipe

    Flexible pipe

    Lift Up Force

    Rigid pipe

    Flexible pipe

    Gambar 2.3 : Bangunan yang ambles karena hilangnya daya dukung tanah akibat likuifaksi

    Gambar 2.4 : Tangki yang muncul ke permukaan tanah tekanan

    tekanan ke atas akibat likuifaksi

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Selain hal di atas, beberapa fenomena likuifaksi yang pernah

    ditemui di Indonesia di kawasan pascagempa, di antaranya berupa

    semburan pasir yang menyumbat sumur artesis/gali seperti di Bantul,

    dan perpindahan lateral pada permukaan datar yang terlihat retakan

    seperti di Bandara Adisucipto, Yogyakarta. Ada pula longsoran

    lereng tanah, kegagalan pondasi jembatan (loss of bearing capacity),

    dan bangunan ambles (ground settlement).

    2.4. Faktor Faktor yang dapat meningkatkan potensi terjadinya likuifaksi

    pada suatu lapisan tanah

    Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan potensi terjadinya

    proses likuifaksi pada suatu lapisan tanah. Berdasarkan hasil observasi-

    observasi lapangan dan uji laboratorium, serta studi-studi yang telah

    dilakukan para ahli maka dapat disimpulkan faktor yang berpengaruh dalam

    meningkatkan potensi terjadinya likuifaksi pada suatu lapisan tanah adalah

    sebagai berikut:

    1. Intensitas dan durasi dari gempa yang terjadi

    Getaran adalah syarat utama untuk terjadinya likuifaksi. Sumber

    getaran yang paling umum terjadi adalah getaran yang berasal dari

    gempa bumi. Karakter dari gerakan gempa bumi, seperti percepatan dan

    jangka waktu penggetaran sangat menentukan regangan geser yang akan

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    mendorong partikel-partikel tanah. Dorongan terhadap partikel inilah

    yang menyebabkan berkurangnya kontraksi atau ikatan antar butiran

    partikel tanah tersebut yang pada akhirnya menjadi penyebab terjadinya

    likuifaksi.

    Efek dari gempa bumi yang paling berpengaruh dalam

    meningkatkan potensi terjadinya likuifaksi adalah energi yang

    dilepaskan ketika terjadinya gempa bumi. Potensi untuk terjadinya

    likuifaksi akan meningkat ketika intensitas gempa bumi dan jangka

    waktu penggetaran juga meningkat. Maka gempa bumi yang paling

    berbahaya adalah gempa bumi yang bermagnetudo besar dalam jangka

    waktu yang lama.

    Dari data yang telah dikumpulkan oleh para ahli, ditemukan

    bahwa batas dari nilai percepatan gempa yang dapat mengakibatkan

    likuifaksi pada suatu lokasi adalah 0.1g, dan magnetude lokal adalah 5.0

    (National Research Council 1985, Ishihara). Dengan demikian, suatu

    analisis terhadap likuifaksi umumnya tidak diperlukan lagi pada lokasi-

    lokasi yang mempunyai percepatan gempa kurang dari 0,10g atau yang

    bermagnetudo lokal kurang dari 5,0 SR.

    Di samping gempa bumi, kondisi-kondisi lain dapat

    menyebabkan likuifaksi, seperti peledakan yang di bawah permukaan

    tanah, pemancangan tiang pondasi, serta getaran getaran dari lalu lintas

    dan kereta api.

    2. Posisi letak permukaan air tanah

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Kondisi tanah yang berpotensi tejadinya likuifaksi adalah tanah

    yang memiliki permukaan air tanah dekat dengan permukaan tanah.

    Lapisan tanah yang tak jenuh air di atas permukaan air tanah tidak akan

    terlikuifaksi.

    Hal ini menunjukkan bahwa lapisan tanah yang berada di atas

    permukaan tanah yang tidak mungkin terendam air, maka tidak mungkin

    terjadi likuifaksi. Untuk lahan-lahan seperti itu secara umum tidak perlu

    untuk dievaluasi untuk potensi likuifaksi.

    Pada lokasi-lokasi di mana permukaan air tanah sering berubah -

    ubah, maka potensi terjadinya likuifaksi akan juga berubah-ubah. Secara

    umum, tingkatan permukaan air tanah tertinggi dalam sejarah harus

    digunakan dalam analisis likuifaksi, kecuali jika informasi yang lain

    menandai adanya suatu tingkat yang lebih rendah atau yang lebih tinggi.

    3. Jenis Tanah

    Pada Umumnya, kebanyakan dari jenis tanah di bumi berpotensi

    untuk terjadinya likuifaksi. Ishihara (1985) mengatakan bahwa "Tanah

    yang telah diketahui akan beresiko untuk terjadinya likuifaksi selama

    gempa bumi dapat ditemui di dalam lapisan tanah yang terdiri butiran

    pasir kecil hingga butiran pasir medium serta pasir yang berisi debu yang

    berplastisitas rendah. Namun adakalanya, terjadi juga kasus-kasus

    likuifaksi pada tanah yang berkerikil".

    Dengan demikian, jenis tanah yang rentan kepada likuifaksi

    adalah tanah yang bersifat tidak berplastisitas (non plasticity) atau tanah

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    yang berplastisitas rendah (low plasticity). Jika diurutkan dari yang

    paling kecil sampai yang paling besar daya tahannya terhadap

    likuifaksinya maka akan di peroleh data sebagai berikut:

    a. Pasir bersih

    b. Pasir berlanau tidak berplastisitas

    c. Lanau tidak berplastisitas

    d. Kerikil-kerikil

    Seed et al. (1983) menyatakan bahwa berdasar pada uji

    laboratorium dan uji lapangan, mayoritas tanah kohesif tidak akan

    terlkuifaksi jika terjadi gempa bumi. Namun sesudah itu, pada tahun

    1999, dengan menggunakan kriteria Seed dan Idriss tersebut Youd dan

    Gilstrap, mengemukakan bahwa tanah kohesif dapat terlikuifaksi jika

    memenuhi tiga kriteria. Ketiga syarat yang dimaksud adalah sebagai

    berikut:

    a. Jumlah butiran partikel yang lebih kecil dari 0.005 mm harus kurang

    dari 15 % berat kering tanah tersebut.

    b. Tanah harus mempunyai suatu batas cair (LL) yang kurang dari 35 %

    (LL < 35)

    c. Kadar air (w), tanah harus lebih besar dari 0.9 dari batas cair tanah

    tersebut [w > 09 (LL)].

    Jika satu saja dari parameter di atas tidak dipenuhi dari suatu

    tanah yang kohesif maka tanah tesebut tidak berpotensi terjadi likuifaksi.

    Walaupun tanah yang kohesif tersebut tidak mungkin terlikuifaksi,

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    namun pada tanah tersebut masih ada kemungkinan terjadinya

    pengurangan kekuatan geser bersama terjadinya getaran.

    4. Rapat relatif tanah (Dr)

    Berdasarkan uji lapangan, tanah yang berkohesi rendah dan

    memiliki rapat relatif yang rendah diketahui bahwa memiliki potensi

    likuifaksi yang tinggi. Pada pasir lepas yang tidak berplastisitas kenaikan

    tegangan air pori pada saat terjadinya gempa akan lebih cepat

    dibandingkan dengan pasir yang padat.

    Poulos et al. (1985) menyatakan bahwa jika suatu lapisan tanah

    bersifat delative tidak perlu di evaluasi terhadap likuifaksi, sebab

    tegangan geser basah pada tanah yang dilative lebih besar dibandingkan

    dengan tegangan geser keringnya.

    5. Gradasi ukuran partikel

    Bentuk butiran tanah yang seragam cenderung membentuk tanah

    yang kurang stabil dibandingkan dengan tanah yang bergradasi baik.

    Pada tanah yang bergradasi baik, butiran yang lebih kecil

    mengisi spasi/rongga yang ada sehingga dapat mengurangi ruang

    ruang yang dapat diisi oleh air. Hal ini dapat mengurangi tekanan air

    pori pada saat terjadinya gempa.

    Menurut Kramer, kebanyakan dari kejadian likuifaksi terjadi ada

    tanah yang bergradasi buruk.

    6. Letak geologis tanah

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Tanah yang terletak dalam air lebih cenderung untuk terlikuifaksi

    karena struktur tanah pada daerah tersebut biasanya memiliki sifat

    butiran partikel yang saling lepas. Sebagai contohnya, tanah-tanah yang

    terdapat dalam sungai, danau, atau pun samudera akan memiliki partikel

    tanah yang tidak mengikat satu sama lainnya.

    Apabila terjadi goncangan maka tanah yang memiliki sifat

    butirannya saling lepas akan teruirai lebih cepat dibandingkan dengan

    tanah yang memiliki ikatan antar partikelnya. Sehingga potensi

    terjadinya likuifaksi lebih besar pada tanah yang berbutir lepas.

    Jenis tanah yang memiliki butiran yang cenderung lepas yaitu

    lakustrin (danau), tanah endapan, dan tanah atau daratan yang terbentuk

    akibat turunnya muka air laut seperti tanah yang terdapat pada Desa

    Kuala Namu.

    7. Kondisi - kondisi drainase

    Jika air yang terkandung pada suatu lapisan tanah dapat dengan

    segera dialirkan, maka lahan tersebut tidak akan terjadi likuifaksi. Oleh

    karena itu pembangunan drainase pada suatu lahan yang berpotensi

    terjadi likuifaksi sangat penting dilakukan agar air yang terdapat dalam

    lahan dapat dengan segera dialirkan keluar dari lahan.

    8. Tegangan Selimut (Confining Pressures)

    Semakin besar semakin Confining Pressures pada suatu lapisan

    tanah, semakin kecil potensi likuifaksi pada lapisan tanah tersebut.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Confining Pressure pada suatu lapisan tanah yang lebih dalam biasanya

    lebih tinggi dibandingkan dengan confining presure pada permukaan

    tanah.

    Dari beberapa kasus likuifaksi menunjukkan bahwa daerah yang

    berpotensi terjadinya likuifaksi biasanya hanya sampai kedalaman

    sekitar 50 feet (15m) saja. Pada lapisan tanah yang lebih dalam secara

    umum tidak terjadi liquifaksi karena adanya tegangan selimut yang lebih

    tinggi.

    Namun hal ini bukan berati bahwa suatu analisis likuifaksi hanya

    dilakukan sampai kedalaman 50 feet (15 m) saja. Dalam beberapa kasus,

    ada juga likuifaksi yang terjadi dikedalaman lebih dari 50 feet.

    Oleh karena itu, suatu analisis likuifaksi harus dilaksanakan pada

    setiap lapisan tanah yang mempunyai rongga yang berisi air walaupun

    kedalamannya sudah melebihi 50 feet (15 m).

    Demikian juga pada suatu tanah timbunan yang belum

    terkonsolidasi juga memerlukan suatu penyelidikan likuifaksi lebih dari

    kedalaman 50 feet (15 m).

    Maka dari itu perlu adanya pertimbangan yang tepat dalam

    menentukan batas akhir dari analisis potensi terjadinya likuifaksi pada

    suatu lapisan tanah.

    9. Bentuk Partikel

    Bentuk partikel tanah juga mempengaruhi potensi terjadinya

    likuifaksi. Pada tanah yang memiliki partikel berbentuk bulat akan

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    terjadi rongga atau pori tanah yang lebih banyak dibangdingkan dengan

    tanah yang memiliki partikel bersudut. Banyaknya rongga tanah ini

    memungkinkan air yang mengisi tanah lebih banyak pula, sehingga hal

    ini menyebabkan potensi likuifaksi lebih besar terjadi dibandingkan

    dengan tanah yang memiliki partikel bersudut.

    10. Lamanya waktu konsolidasi

    Potensi terjadinya likuifaksi pada tanah timbun yang belum

    terkonsolidasi lebih besar jika dibandingkan dengan tanah yang sudah

    terkonsolidasi dalam jangka waktu yang lebih lama.

    Maka semakin lama tanah tersebut dibiarkan terkonsolidasi maka

    semakin besar daya tahan tanah tersebut terhadap bahaya likuifaksi. Hal

    ini disebabkan oleh adanya ikatan antar partikel yang lebih kuat pada

    tanah yang sudah terkonsolidasi dibandingkan dengan tanah yang belum

    terkonsolidasi.

    Maka dapat disimpulkan lamanya waktu konsolidasi pada suatu

    lapisan endapan tanah akan berbanding lurus dengan daya tanah lapisan

    endapan tanah tersebut terhadap potensi terjadinya proses likuifaksi.

    Potensi likuifaksi pada jenis - jenis endapan tanah menurut

    lamanya usia endapan terkonsolidasi dapat dilihat dalam tabel 2.2.

    11. Sejarah Tanah

    Sejarah pada suatu lahan sudah pasti memiliki pengaruh terhadap

    potensi terjadinya likuifaksi pada lahan tersebut. Contohnya, pada tanah

    yang pernah diberikan pembebanan (overconsolidasi) pengaruh

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    terjadinya likuifaksi lebih kecil dibandingkan dengan tanah yang belum

    pernah diberikan pembebanan.

    Tabel 2.2 : Potensi terjadinya likuifaksi pada jenis jenis endapan tanah saat gempa

    Tipe Dari Tanah

    Penyebaran Endapan-Endapan

    Cohesionless di dalam tanah

    Potensi Terjadinya Likuifaksi Berdasarkan Usia Endapan

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Pada tanah yang sudah pernah diberikan pembabanan, partikel-

    partikel yang terkandung akan lebih rapat dan lebih memiliki daya ikat

    yang kuat. Hal ini menyebabkan tanah terserbut akan memiliki daya

    tahan terhadap getaran yang dialaminya.

    Maka dapat disimpulkan jika overconsolidation ratio (OCR)

    pada suatu tanah tinggi maka potensi likuifaksi pada tanah tersebut akan

    menurun.

    12. Beban Bangunan

    Suatu konstruksi bangunan yang berat di atas suatu lapisan pasir

    dapat mengurani ketahanan tanah tersebut terhadap likuifaksi. Hal ini

    dapat dianalogikan seperti sebuah lembaran keset pada permukaan tanah

    yang memikul beban yang berat dari suatu yang berat berdasarkan atas

    dari suatu endapan pasir dapat berkurang hambatan likuifaksi tanah.

    Dasar keset akan menebabkan tegengan geser pada tanah. Tegangan

    geser tersebut akan mempercepat liuifaksi apabila terdapat tegengan

    geser tambahan pada saat terjadinya gempa.

    Secara ringkas, lokasi dan jenis tanah paling berpotensi terjadinya

    likuifaksi adalah sebagai berikut:

    1. Lokasi Tanah

    a. Lokasi yang adalah dekat dengan episenter atau sumber getaran dari

    suatu gempa bumi yang utama.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    b. Lokasi yang memiliki letak permukaan air tanah yang dekat dengan

    permukaan bumi

    2. Jenis tanah

    Pasir yang mempunyai gradasi yang seragam dengan partikel

    tanah berbentuk bulat yang tersebar luas secara merata di dalam tanah,

    dan partikelnya bersifat lepas (tidak terikat satu sama lain), serta belum

    terkonsolidasi dengan baik.

    2.5. Parameter-parameter yang mempengaruhi potensi likuifaksi pada suatu

    lahan

    2.3.1. Tegangan Vertikal Total (v) dan Tegangan Vertikal Efektif(v)

    2.3.1.1. Vertikal Total (v)

    Tegangan vertikal total merupakan tegangan pada

    lapisan tanah yang diakibatkan oleh beban dari tanah yang

    ada diatasnya tanpa memperhitungkan tegangan air pori

    yang diakibatkan oleh air (u). Semakin jauh kedalaman

    tanah maka semakin besar tegangan vertikal totalnya.

    Tegangan vertikal total dapat dihitung dengan rumus:

    v = (.H)...............................................................(2.1)

    dimana :

    v = Tegangan Vertikal Total (KN/m2)

    = Berat isi lapisan tanah (KN/m3)

    H = Tebal Lapisan Tanah (m)

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    2.3.1.2. Tegangan Vertikal Efektif (v)

    Tegangan vertikal Efektif merupakan tegangan pada

    lapisan tanah yang diakibatkan oleh beban dari tanah yang

    ada diatasnya dengan memperhitungkan tegangan air pori

    yang diakibatkan oleh air (u). Tegangan air pori membuat

    tekanan yang berasal dari beban tanah menjadi berkurang.

    Tegangan vertikal efektif dapat dihitung dengan rumus:

    'v = v ...................................................(2.2)

    dimana : v = Tegangan Vertikal Efektif (KN/m2)

    v = Tegangan Vertikal Total (KN/m2)

    = Tegangan Air Pori (KN/m2) = w.H

    w = Berat isi air (KN/m3)

    H = Tebal lapisan (m)

    2.3.2. Percepatan Gempa (amax)

    2.3.2.1. Percepatan Gempa di Batuan Dasar

    Percepatan gempa di batuan dasar dapat dihitung

    dengan mempergunakan fungsi atenuase. Fungsi atenuase

    adalah suatu fungsi yang menggambarkan korelasi antara

    intensitas gerakan tanah setempat (a), Magnetude Gempa

    (M) serta jarak dari suatu titik dalam daerah sumber gempa

    (r).Para ahli geoteknik telah banyak merumuskan fungsi

    atenuase. Fungsi atenuase yang berlaku di suatu tempat

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    belum tentu dapat berlaku di tempat yang lain, karena

    fungsi atenuase sangat tergantung pada kondisi alam di

    suatu tempat.

    Dalam analisa ini, penulis menggunakan dua rumus

    fungsi atenuase yaitu fungsi atenuase Joyner & Boore dan

    fungsi atenuase Crouse.

    1. Rumus fungsi atenuase Joyner & Boore adalah:

    ( ) ( )[ ]rrM wa 0027.0log623.071.010 += ......(2.3) Dimana :

    a = Percepatan yang dinyatakan dalam g

    Mw = Momen magnetude gempa (diasumsikan Mw = M)

    ro = Jarak terdekat dari lokasi ke proyeksi vertikal dari

    gempa akibat aktivitas pada permukaan tanah

    (epicentre)

    r2 = ro2 + 82

    2. Rumus fungsi Atenuase Crouse adalah :

    ( ) ( )( )heRPGA M 00916.058.1ln73.276.136.6ln 608.0 +++= ....................................................................................................(2.4)

    Dimana :

    PGA = Peak Ground Acceleration, gal (1g = 1000 gal)

    R = Jarak Hipocentre (Km), R2 = ro + h2

    M = Momen Magnetude gempa = Magnetude gempa

    h = Kedalaman fokus (Km)

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Untuk menentukan percepatan gempa rencana di

    batuan dasar secara teliti, maka perhitungan fungsi atenuase

    ini harus dilakukan pada seluruh kejadian gempa.

    2.3.2.2. Percepatan Gempa di Permukaan Tanah

    Berbeda dengan perhitungan percepatan gempa di

    batuan dasar yang menganalisa kejadian gempa,

    perhitungan percepatan gempa di permukaan tanah pada

    suatu lokasi harus dilakukan dengan menganalisa lapisan

    tanah pada lokasi tersebut.

    Perubahan percepatan gempa di batuan dasar akan

    berpengaruh langsung pada percepatan gempa di

    permukaan tanah.

    Perubahan percepatan gempa di permukaan tanah di

    Indonesia dari tahun 1987, 2002 dan 2007 dapat dilihat

    berturut turut pada gambar 2.5, gambar 2.6, dan gambar

    2.7.

    Gambar 2.5 : Peta zona gempa dipermukaan tanah tahun 1987

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Gambar 2.6 : Peta zona gempa dan percepatan gempa dipermukaan tanah tahun

    2002

    Gambar 2.7 : Peta zona gempa dan percepatan gempa dipermukaan tanah tahun

    2007

    Percepatan gempa dipermukaan tanah dapat juga dihitung dengan

    menggunakan aplikasi program Edu Shake. Dengan menggunakan program

    ini, maka akan diperoleh percepatan gempa di setiap lapisan tanah.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    2.3.3. Nilai SPT (Standard Penetrometer Test)

    Nilai N SPT diperoleh dari hasil uji SPT dilapangan. Nilai N

    didefinisikan sebagai jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk

    memasukkan silinder split barrel sampler sedalam 30,5 cm pada

    setiap pengujiannya. Berdasarkan nilai SPT, bahaya potensi

    likuifaksi dapat dituliskan sebagai berikut :

    N SPT = 0 20 Potensi likuifaksi besar

    N SPT = 20 30 Potensi likuifaksi Sedang

    N SPT > 30 Potensi likuifaksi tidak berarti

    2.3.4. Shear Modulus Maximum (Gmax)

    1. Modulus Geser Tanah Lempung

    Perhitungan nilai shear modulus pada tanah lempung

    dipengaruhi oleh efek kejenuhan dan usia tanah tersebut. Nilai

    Shear modulus maximum pada tanah lempung dapat dihitung

    dengan rumus :

    5,0

    0

    2

    max )(1)97,2(3230

    KOCRe

    eG+

    = .......................(2.5)

    dimana :

    0 = tegangan efektif octahedral = )2(31

    0 vv K +

    K0 = 0,40 + 0,007 PI, untuk PI antara 0 % sampai dengan 40 %

    K0 = 0,68 + 0,001 (PI-40), untuk PI antara 40 % 80 %

    OCR = Overconsolidated Ratio

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Sedangkan nilai K yang merupakan fungsi Indeks Plastisitas

    tanah diperoleh dari Tabel 2.3 berikut:

    Tabel 2.3 : Hubungan antara Plastik Indeks dengan nilai K pada rumus Shear Modulus Maximum

    Plastisitas Indeks K

    0 0 20 0,18 40 0,30 60 0,41 80 0,48

    >100 0,5

    2. Modulus Geser untuk Tanah Pasir

    Perhitungan Modulus geser untuk tanah pasir dipengaruhi

    oleh tegangan efektif octahedral ( 0 ), tegangan vertikal efektif

    ( v ), bentuk butiran, efek kejenuhan, level regangan, angka pori

    (e) sudut geser dalam tanah dan koefisient tekanan tanah dalam

    keadaan diam (K0).

    Nilai Modulus geser akan meningkat dengan kenaikan

    tegangan efektif octahedral ( 0 ), kenaikan waktu pemberian

    tegangan confining, penurunan angka pori (e), penurunan level

    regangan, pasir bersudut dan jenuh air.

    Rumusan empiris menghitung modulus geser maksimum.

    pada pasir adalah sebagai berikut:

    untuk pasir bergradasi bulat

    02

    1)17,2(6908

    eeGmaks +

    = , kN/m2,.......................................(2.6)

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    untuk pasir bersudut

    02

    1)97,2(3230

    eeGmaks +

    = kN/m2 .........................................(2.7)

    Untuk menghitung nilai Gmax dalam analisis ini penulis

    menggunakan rumus yang dikemukaan oleh Seed et al yaitu:

    NG 220.6max = ................................................................(2.8)

    Dimana : N = Nilai N SPT

    2.3.5. Faktor Reduksi (rd)

    Faktor reduksi merupakan nilai yang dapat mengurangi

    tegangan di dalam tanah. Semakin jauh ke dalam tanah maka faktor

    reduksi akan semakin kecil. Nilai rd adalah faktor nonlinier

    pengurangan beban yang bervariasi terhadap kedalaman.

    Menurut Seed and Idris (1971) besar dari nilai reduksi pada

    tanah berdasarkan kedalamannya adalah seperti yang disajikan pada

    gambar 2.8.

    Gambar 2.8. Grafik Faktor reduksi, rd (Seed and Idriss, 1971).

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Nilai rd sangat akan mempengaruhi besarnya nilai CSR

    (Cyclic Stress Ratio) pada suatu lapisan tanah. Semakin kecil nilai rd

    maka akan semakin kecil pula nilai CSR sehingga potensi terjadinya

    likuifaksi juga akan semakin kecil.

    Dalam analisis ini, penulis menggunakan program Edu Shake

    untuk menghitung percepatan gempa (amax), maka nilai rd yang

    digunakan adalah 1,0.

    2.3.6. Cyclic Stress Ratio (CSR)

    CSR merupakan nilai perbandingan antara tegangan geser

    rata-rata yang diakibatkan oleh gempa dengan tegangan vertikal

    efektif di tiap lapisan. Nilai CSR pada suatu lapisan tanah sangat

    dipengaruhi oleh nilai percepatan gempa (a).

    Dengan menganggap nilai percepatan rata-rata akibat gempa

    adalah 0,65 dari percepatan maksimum, maka nilai tegangan geser

    rata-rata dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    vcyc ga

    max65,0= ................................................................(2.9)

    Karena kolom tanah tidak berprilaku seperti sebuah struktur

    yang kaku pada saat terjadi gempa (tanah dapat mengalami

    deformasi), maka Seed dan Idriss (1971) memasukkan sebuah faktor

    reduksi kedalaman, rd terhadap persamaan tersebut sehingga :

    rdg

    avcyc

    max65,0= ........................................................(2.10)

    Untuk mendapatkan nilai CSR maka kedua sisi dinormalisasi

    dengan tegangan vertikal efektif, sehingga dapat dituliskan :

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    rdg

    aCSRv

    v

    v

    cyc'

    max' 65,0

    == ......................................(2.11)

    Dimana :

    maxa adalah percepatan maksimum dipermukaan tanah,

    g adalah percepatan gravitasi bumi,

    'v adalah tegangan vertikal efektif,

    v adalah tegangan vertikal total,

    rd adalah faktor reduksi terhadap tegangan

    2.3.7. Cyclic Resistant Ratio (CRR)

    Nilai Cyclic Resistance Ratio (CRR) merupakan nilai

    ketahanan suatu lapisan tanah terhadap tegangan cyclic. Nilai CRR

    dapat diperoleh dengan beberapa cara, diantaranya berdasarkan hasil

    pengujian lapangan yaitu hasil pengujian Standard Penetration Test

    (SPT).

    Untuk menghitung nilai CRR maka nilai N-SPT dikoreksi

    terlebih dahulu untuk prosedur pengujian lapangan dengan rumus:

    rmb CENCN 67.1)( 60 = ..........................................(2.12) Dimana :

    (N)60 = Nilai N SPT yang dikoreksi terhadap prosedur pengujian

    lapangan

    Em = efesiensi hammer, Em = 0,60 untuk hammer yang baik dan

    0,45 untuk doughnut hammer.

    Cb = korelasi diameter borelog.

    - Cb=1 untuk diameter borehole 65 mm -115 mm

    - Cb = 1,05 untuk diameter borehole 150 mm

    - Cb =1.15 untuk diameter borehole 200 mm

    Cr = panjang rod

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    - Cr=0,75 untuk panjang rod sampai 4 m

    - Cr=0,85 untuk panjang rod sampai 4-6 m

    - Cr=0,95 untuk panjang rod sampai 6- 10 m

    - Cr=1,0 untuk panjang rod lebih dari 10 m

    N = hasil test SPT

    Selanjutnya Nilai (N)60-SPT dikoreksi untuk overburden

    pressure dengan rumusan:

    6050,0'

    60601 )/100()( NCNN vn == ..........(2.13) Nilai (N1)60 ini disebut juga nilai CRR.

    2.3.8. Relatif Density (Dr)

    Parameter lain yang harus diketahui untuk mengevaluasi

    likuifaksi pada suatu lapisan tanah pada kedalaman tertentu adalah

    relative density (Dr). Bila nilai Dr lebih besar dari 70 %, maka

    lapisan tanah tersebut tidak terlikuifaksi.

    Nilai Dr dapat diperoleh dari nilai N-SPT yang dapat dihitung

    berdasarkan rumus :

    )10'42,1(70,1 +=

    vr

    ND

    ..........................................................(2.14)

    Dimana :

    Dr = relative density,

    N = Nilai N-SPT,

    v' = tegangan vertikal efektif.

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    2.6.Usaha perbaikan tanah yang dapat dilakukan untuk mencegah

    terjadinya likuifaksi

    Berdasarkan uraian penyebab likuifaksi di atas, dapat disimpulkan

    bahwa ada dua macam penyebab likuifaksi yaitu:

    1. Penyebab ekstenal tanah : Intensitas dan durasi gempa, drainase tanah,

    dan beban bangunan

    2. Penyebab internal tanah : Jenis dan sifat fisis tanah, letak muka air

    tanah, serta sudah ada atau tidaknya

    perbaikan tanah yang dilakukan

    Gempa merupakan bencana yang sangat sulit diprediksikan, waktu

    terjadinya gempa, besarnya intensitas gempa tidak dapat untuk diprediksi,

    apalagi untuk dicegah. Oleh karena itu, usaha yang dapat dilakukan untuk

    mencegah likuifaksi adalah perbaikan tanah pada lokasi yang akan

    dibangun. Namun perbaikan pada tanah yang bersifat merubah jenis dan

    sifat fisis tanah memerlukan biaya yang sangat besar, apalagi jika tanah yang

    harus diperbaiki sampai kedalaman yang besar.

    Maka dari itu, langkah langkah yang biasanya masih memungkinan

    untuk dilakukan demi mengurangi potensi likuifaksi pada suatu lahan

    diantaranya adalah :

    1. Pemadatan lahan

    Salah satu penyebab terjadinya likuifaksi adalah banyaknya

    rongga atau pori tanah yang dapat diisi oleh air, sehingga air yang

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    mengisi rongga tersebut akan mendesak partikel tanah pada saat

    mengalami getaran.

    Apabila tanah semakin padat maka, rongga atau pori pada tanah

    semakin berkurang maka semakin berkurang pula jumlah air yang dapat

    menyebabkan likuifaksi tersebut.

    Berdasarkan beberapa uji lapangan yang dilakukan, tanah yang

    tidak padat akan lebih berpotensi likuifaksi dibandingkan dengan tanah

    yang padat.

    Pemadatan pada suatu lahan dapat dilakukan dengan penggilasan

    berlapis atau penggetaran lahan sebelum membangun konstruksi

    bangunan.

    2. Membangun saluran drainase

    Pada lahan yang tidak memiliki saluran drainase yang memadai,

    air akan terus tergenang atau minimal sekali terus berada dalam pori

    pori tanah. Air yang berada dalam pori - pori tanah ini sangat berbahaya

    dalam mengingkatkan potensi likuifaksi pada tanah ketika terjadinya

    gempa.

    Oleh karena itu, pada lahan yang akan dibangun, sangat penting

    diberikan saluran drainase yang memadai untuk mengalirkan air agar

    tidak tergenang atau terus berada dalam pori tanah.

    3. Mengurangi beban bangunan

    Mengurangi beban bangunan dapat dilakukan dengan cara

    mengganti bahan bangunan yang berat menjadi bahan yang ringan. Saat

    ini sudah banyak diproduksi bahan bangunan ringan. Bata ringan, baja

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    ringan, sampai dengan genteng ringan sangat baik digunakan untuk

    pencegahan likuifaksi.

    4. Konsolidasi

    Konsolidasi sangat efektif dalam mengcegah likuifaksi, sebab

    pada tanah yang sudah terlikuifaksi dengan baik, terdapat butiran

    partikel yang rapat, maka rongga yang berpotensi diisi air makin sedikit.

    Selain itu butiran tanah pada tanah yang sudah terkonsolidasi memiliki

    daya ikat antar partikel yang kuat satu sama lain.

    Namun biasanya memerlukan waktu yang lama untuk melakukan

    konsolidasi pada suatu lahan. Hal yang dapat dilakukan untuk

    mempercepat proses konsolidasi adalah penggunaan vertical drain pada

    saat dilakukan kosolidasi.

    2.7. Analisa Potensi Likuifaksi Pada Suatu Lapisan Tanah

    Langkah pertama dalam menganalisa likuifaksi adalah menentukan

    apakah suatu lapisan tanah termasuk dalam tanah yang berpotensi terjadi

    likuifaksi. Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa pada umumnya jenis

    tanah yang bersifat rentan terhadap likuifaksi adalah tanah yang memiliki

    nilai kohesif yang lebih rendah. Tanah yang bersifat kohesif tidak perlu

    dianalisa lagi terhadap kemungkinan likuifaksi kecuali jika mereka

    memenuhi beberapa kriteria khusus yang dikemukaan youd dan gilstrap.

    Metode yang paling umum digunakan dalam analisis terhadap

    potensi likuifaksi adalah menggunakan pengujian Standard Penetormeter

    Test ( SPT) (Seed et al. 1985, Stark dan Olson 1995). Metode analisis

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    tersebut didasarkan pada metoda yang diusulkan oleh Seed dan Idriss pada

    tahun 1971. Metoda analisis likuifaksi yang diusulkan oleh Seed dan Idriss

    ini sering disebut prosedur yang disederhanakan (simplified Procedure). Ini

    adalah metoda paling umum digunakan untuk mengevaluasi potensi

    likuifaksi dari suatu lokasi.

    Langkah langkah yang dilakukan dalam metode itu adalah sebagai

    berikut:

    1. Memeriksa jenis tanah

    Seperti yang dibahas di atas, langkah yang pertama untuk

    menentukan apakah suatu lahan mempunyai kemampuan itu untuk

    terlikuifaksi selama satu gempa bumi adalah harus memenuhi

    persyaratan-persyaratan jenis tanah yang ada Sub Bab 2.2.

    2. Memeriksa letak permukaan air tanah

    Lahan yang dianalisis harus berada di bawah permukaan air

    tanah. Analisis likuifaksi dapat juga dilaksanakan di tanah yang berada

    di atas permukaan air tanah jika tanah tersebut diperkirakan akan berada

    di bawah permukaan air tanah apabila terjadi kenaikan pada permukaan

    air tanah.

    3. Menghitung nilai CSR yang disebabkan oleh gempa bumi.

    Jika suatu lahan memenuhi dua persyaratan di atas, maka langkah

    selanjutnya adalah menentukan nilai Cyclic Stress Ratio (CSR) yang

    disebabkan oleh gempa bumi.

    Suatu variabel yang utama di dalam menghitung nilai CSR yang

    disebabkan oleh gempa bumi adalah percepatan gempa dari suatu tanah

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    (a). Sebagaimana yang telah dibahas di atas, nilai minimal dari

    percepatan gempa yang dapat mengakibatkan likuifaksi adalah 0.1 gal.

    Dan nilai minimum Manetude lokal yang dapat mengakibatkan

    likuifaksi adalah 5,0 SR. Maka, pada tanah yang nilai a < 0.1g atau nilai

    ML < 5 tidak perlu dilakukan analisis likuifaksi.

    4. Menghitung Nilai CRR dari Pengujian SPT

    Besarnya nilai hambatan terhadap getaran atau CRR dari suatu

    tanah dapat di peroleh dari Pengujian Standard Penetrometer. Jika CSR

    yang disebabkan oleh gempa bumi itu adalah lebih besar dari CRR yang

    didapat dari Pengujian SPT, maka ada kemungkinan tanah tersebut akan

    terlikuifaksi pada saat terjadinya gempa bumi, dan sebaliknya apabila

    nilai CSR yang disebabkan oleh gempa bumi lebih kecil dari dari nilai

    CSR yang didapat dari pengujian SPT, maka tanah tersebut tidak

    berpotensi terlikuifaksi saat terjadinya gempa bumi.

    5. Analisa Likuifaksi dengan menggunakan grafik Seed et al

    Dengan menghubungkan nilai CSR dan CRR pada grafik seed et

    al (gambar 2.9), maka akan diketahui lapisan lapisan tanah mana yang

    akan terlikuifaksi. Apabila titik hubungan antara CSR dan CRR pada

    suatu lapisan tanah berada di bawah kurva, maka lapisan tersebut aman

    terhadap likuifaksi. Namun sebaliknya, apabila titik tersebut berada di

    atas kurva, maka lapisan tanah tersebut akan terlikuifaksi

    Grafik Seed et al ini tersedia dalam magnetude 7.5 SR. Oleh

    karena itu, jika magnetude gempa yang mengakibatkan PGA terbesar

    tidak bernilai 7.5 SR maka untuk menggunakan grafik diatas, nilai CSR

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    harus dikalikan dengan nilai koreksi. Nilai koreksi dapat dihitung

    dengan menggunakan nilai faktor koreksi (tabel 2.4).

    Tabel 2.4 : Tabel Faktor koreksi magnitude untuk pendekatan tegangan siklis (Seed, 1975).

    Magnetude Gempa CSRM/CSRM=7.5

    5.25 1.5

    6 1.32

    6.75 1.13

    7.5 1.00

    8.5 0.89

    Gambar 2.9. Grafik Hubungan antar Cyclic Stress Ratio ( 'v

    cyc

    )dengan (N1)60

    untuk magnitude gampa, M 7,5 (Seed et al)

    CRR = (N1)60

    CSR= 'v

    cyc

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Data Umum

    Bandar Udara Medan Baru yang akan dibangun di Desa Kuala

    Namu memiliki fasilitas seperti pada tabel 3.1.

    Tabel 3.1 : Rencana fasilitas Bandar Udara Medan Baru

    RENCANA FASILITAS

    Kapasitas penumpang 8,11 JPT

    Luas lahan 1.365 Ha

    Ukuran landas pacu 3750 m x 45 m

    Luas terminal 86.160 m2

    Luas apron 150.750 m2

    Kapasitas apron

    B747 = 4 pesawat

    B737 = 19 pesawat

    A300 = 13 pesawat

    Jumlah exit taxiway 9 jalur

    1 jalur Paralel Taxiway

    Terminal Kargo 10.200 m2

    Luas lahan parkir 8.700 m2 (bangunan bertingkat)

    Pesawat terbesar B 747-400

    Denah bandar udara Dapat dilihat pada gambar 3.1

    Peta lokasi Dapat dilihat pada gambar 3.2

    Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan,

    tahun 2006

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    .

    Gambar 3.1: Rancangan Bandar Udara Medan Baru

    Gambar 3.2 : Peta lokasi Bandar Udara Medan Baru

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Proyek pembangunan Bandar Udara tersebut dilaksanakan di tepi timur

    Pulau Sumatera dengan koordinat 98.996 BT dan 3.647 LU.

    3.2. Metode Pengumpulan data

    Data primer pokok yang dibutuhkan dalam analisis ini ada dua

    macam yaitu :

    Data sejarah gempa yang pernah terjadi di sekitar Bandar Udara Medan

    Baru

    Data lapisan tanah pada area apron Bandar Udara Medan Baru

    3.2.1. Metode dan Lokasi Pengumpulan Data Gempa

    Penelitian likuifaksi pada area apron Bandar Udara Medan

    Baru diawali dengan menghitung percepatan tanah di batuan dasar.

    Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisa data gempa yang pernah

    terjadi di daerah itu.

    Untuk mendapatkan sejarah data gempa yang pernah terjadi,

    penulis memperolehnya pada situs http://neic.usgs.gov/neis/epic/,

    Situs tersebut akan mengeluarkan data gempa sesuai dengan

    permintaan yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan data gempa yang

    dibutuhkan, perlu ditentukan letak koordinat lokasi yang ingin

    diteliti, interval megnetude gempa yang diinginkan serta interval

    waktu kejadian gempa.

    Data gempa yang diperlukan untuk menganalisa potensi

    likuifaksi, adalah data gempa pada radius 500 km dari pusat

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    koordinat pembangunan Bandar Udara Medan Baru (98.996 BT dan

    3.647 LU) serta bermagnetude di atas 5 SR, sebab seperti yang telah

    dibahas di BAB II, gempa yang bermagnetude di bawah 5 SR tidak

    berpotensi menyebabkan likuifaksi.

    Dalam situs tersebut tersedia data gempa yang pernah terjadi

    sejak tahun 1973 sampai data gempa terbaru, oleh karena itu data

    gempa yang digunakan dalam analisa likuifaksi adalah data gempa

    yang terjadi sejak tahun 1973 sampai Februari 2009.

    Data yang dapat diperoleh dari situs tersebut meliputi:

    Tanggal terjadinya gempa

    Besar magnetude gempa

    Kedalaman hipocentre

    Letak koordinat epicentre (Garis lintang dan garis bujur)

    Untuk memperoleh percepatan tanah pada batuan dasar dan

    pada permukaan tanah. Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk

    menghitung percepatan maksimum di bantuan dasar adalah

    menghitung nilai PGA dengan rumus fungsi atenuase. Dalam

    penelitian ini penulis menggunakan 2 macam fungsi atenuase yaitu

    Joyner and Boore dan fungsi atenuase Crouse.

    Setelah mendapatkan nilai PGA di setiap gempa yang terjadi,

    maka langkah kedua adalah menentukan percepatan gempa di batuan

    dasar (a) yang mewakili semua kejadian gempa. Hal ini dapat

    dilakukan dengan menggunakan metode Gumbel. Pada metode ini

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    diasumsikan bahwa masingmasing kejadian gempa adalah

    independen terhadap titik tinjuannya (Gambar3.3).

    Gambar 3.3 : Asumsi kejadian gempa menurut Gumble

    Distribusi gempa menurut Gumble :

    ( ) ( ) 0: = MeMG Me ...........................................(3.1) Dimana:

    = Jumlah gempa rata rata pertahun

    = Parameter yang menyatakan hubungan antara distribusi

    gempa dengan magnetude

    M = Magnetude gempa

    Bentuk persamaan (3.1) diatas dapat disederhanakan menjadi

    persamaan garis lurus:

    MeMG =)(ln

    ( )( ) MMG = lnlnln ............................................(3.2)

    X X

    X

    X

    X

    X

    X

    X

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Identik Y = A + BX

    Dimana : Y = ln (-ln(G(M)))

    = eA

    = - B

    X = M atau percepatan (a)

    Percepatan garis ini terdiri dari titik titik Xj dan Yj, dimana :

    Xj = PGA gempa ke j

    J = Nomor urut kejadian gempa yang disusun dari PGA terkecil

    Harga j untuk M terbesar = N

    N = Selang waktu Pengamatan

    ( )( )

    +==

    1lnlnlnln

    NjPGAjGYj ..........................................(3.3)

    Langkah selanjutnya adalah memilih data PGA gempa

    terbesar tiap tahunnya lalu dimasukkan ke dalam tabel berikut seperti

    ketentuan dalam keterangan di atas.

    No. j PGA Xj

    Yj (Xj)2 (Yj)2 (Xj)(Yj)

    1 . . . n

    -1

    Terkecil

    Terbesar

    +

    1lnln

    Nj

    N

    Xj Yj (Xj)2 (Yj)2 (Xj)(Yj)

    Oleh karena titik titik ini selalu membentuk satu garis lurus,

    maka digunakan least square untuk menentukan garis yang paling

    tepat:

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    ( )

    = 22

    2

    ..

    ...

    XjXjn

    YjXjXjXjYjA .................................................(3.4)

    ( )

    = 22.

    ...

    XjXjn

    YjXjYjXjnB .........................................................(3.5)

    Nilai percepatan gempa diperoleh dengan rumus :

    ( ).ln Ta = ...................................................................................(3.6)

    Dimana :

    T = Periode ulang

    = eA

    = - B

    3.2.2. Metode Pengambilan data Tanah

    Untuk mendapatkan data tanah yang dibutuhkan, penulis

    mengikuti pekerjaan investigasi tanah yang dilakukan oleh PT.

    Waskita Persero pada tanggal 20 Januari 2008. Pengambilan data

    pada pekerjaan investigasi dilakukan pada 2 titik wilayah apron

    Bandar Udara Medan Baru.

    Data yang diperlukan untuk menganalisa potensi likuifaksi

    adalah data yang berkaitan dengan sifat fisis tanah dan data dari hasil

    Pengujian SPT (Standard Penetrometer Test).

    Data tersebut dapat diperoleh dengan mengambil sampel

    tanah dan uji SPT sampai menemukan lapisan tanah keras, kedua

    pekerjaan tersebut dilakukan dengan menggunakan bor mesin

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    (Gambar 3.4). Pada saat pekerjaan investigasi dilakukan, lapisan

    tanah keras baru dijumpai pada kedalaman 20 meter.

    Gambar 3.4: Proses pengambilan sampel tanah serta uji SPT tanah dengan menggunakan bor mesin

    Hal yang perlu diperiksa untuk analisa potensi likuifaksi pada

    setiap titik investigasi di tiap lapisannya adalah:

    1. Jenis dan klasifikasi tanah

    2. Water Content (kadar air)

    3. Spesific Grafity (Berat Jenis)

    4. Berat isi tanah

    5. Angka pori (e)

    6. Nilai plastisitas (IP)

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    7. Nilai SPT

    3.3. Cara Analisis

    Dalam menganalisa potensi likuifaksi pada lokasi apron Bandar

    Udara Medan Baru, penulis melakukan dengan 5 tahapan yaitu :

    1. Menganalisis jenis dan sifat sifat tanah

    Menggunakan data pengeboran dari investigasi tanah.

    2. Menghitung Percepatan gempa di batuan dasar

    Menggunakan pendekatan distribusi Gumble terhadap nilai

    percepatan gempa di bantuan dasar yang didapat dari fungsi atenuase

    Joyner and Boore dan fungsi atenuase Crouse pada data sejarah

    gempa.

    3. Menghitung percepatan gempa di permukaan tanah

    Menggunakan program Edu Shake berdasarkan data lapisan tanah

    4. Menghitung Nilai CSR

    Dari nilai percepatan gempa di permukaan tanah

    5. Menghitung Nilai CRR

    Dari angka NSPT

    6. Mengevaluasi potensi likuifaksi dengan menggunakan grafik Seed et.al

    Berdasarkan nilai CSR dan CRR tiap lapisan

    3.4. Bagan prosedur penelitian

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Adapun bagan prosedur kerja dari penelitian ini dapat dilihat pada

    gambar 3.5.

    Gambar 3.5 : Bagan prosedur penelitian

    MULAI

    PERSIAPAN

    PENGUMPULAN DATA a. Data sejarah gempa b. Data lapisan tanah

    ANALISA DATA a. Pemeriksaan tanah b. Menghitung nilai percepatan gempa di batuan dasar c. Menghitung nilai percepatan di permukaan tanah dengan program

    Edu Shake d. Menghitung nilai CSR e. Menghitung nilai CRR

    Analisa hasil perhitungan menggunakan grafik hubungan CSR dan CRR yang dikemukaan oleh Seed et al.

    KESIMPULAN

    SELESAI

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Lokasi BH III

    Lokasi BH IV

    Area Apron

    3.5. Lokasi Pengambilan sampel tanah dan pengujian SPT

    Pada perhitungan ini, penulis mengambil 2 lokasi untuk

    pengambilan sampel lapisan tanah untuk dianalisa. Dua lokasi tersebut

    adalah lokasi BH III dan lokasi BH IV . Kedua lokasi tersebut merupakan

    daerah yang paling kritis dikarenakan merupakan daerah yang memiliki

    lapisan SP terbesar dengan nilai SPT yang kecil. Gambar lokasi

    pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 3.6.

    Gambar 3.6 : Lokasi pengambilan data lapisan tanah

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    BAB IV

    ANALISA DATA

    4.1. Pemeriksaan Tanah

    4.1.1. Pemeriksaan jenis dan sifat tanah

    Berdasarkan investigasi tanah yang telah dilakukan oleh PT.

    Waskita Persero pada tanggal 20 Januari 2008 diperoleh data sifat

    lapisan tanah seperti pada pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2

    Tabel 4.1 : Data sifat tanah pada Lokasi III

    Lapisan Tebal

    lapisan (m)

    Jenis tanah Tingkat Plastisitas %

    fines

    I 2.5 SC LL=37,82% 28.7

    II 2 SP NP 8.67

    III 6 SP NP 7.02

    IV 6 SP NP 8.83

    V 3.5 SP NP 8.82

    Tabel 4.2 : Data sifat tanah pada Lokasi IV

    Lapisan Tebal

    lapisan (m)

    Jenis tanah Tingkat Plastisitas %

    fines

    I 3 SP NP 7.02

    II 3 SP NP 8.25

    III 6 SP NP 7.85

    IV 5.5 SP NP 9.02

    V 2.5 SP NP 8.69

  • Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

    Ket : SP = Sandy Poor (Tanah pasir yang bergradasi buruk) SC = Sandy Clay (Tanah lempung berpasir)