UPP ABC System

82
EKONOMI MANAJERIAL USULAN PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA KAMAR PADA GRAND ASTON BALI BEACH RESORT & SPA OLEH: I KOMANG JULIANTARA NIM. 1215644008 PROGRAM STUDI AKUNTANSI MANAJERIAL

description

UPP

Transcript of UPP ABC System

Page 1: UPP ABC System

EKONOMI MANAJERIAL

USULAN PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA KAMAR PADA GRAND ASTON BALI BEACH

RESORT & SPA

OLEH:

I KOMANG JULIANTARANIM. 1215644008

PROGRAM STUDI AKUNTANSI MANAJERIAL

POLITEKNIK NEGERI BALI

BADUNG

2016

Page 2: UPP ABC System

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Proposal ini

ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Terapan Akuntansi Manajerial pada Politeknik Negeri Bali. Saya menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan

sampai pada penyusunan proposal ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Ir. Made Mudhina, MT selaku Direktur Politeknik Negeri Bali yang

telah memberikan kesempatan menuntut pendidikan di Politeknik Negeri

Bali.

2. Bapak I Made Sedana Yasa, SE, M.M.A., Ak selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Politeknik Negeri Bali yang telah memberikan pengarahan dan

petunjuk dalam menyelesaikan studi di Politeknik Negeri Bali.

3. Bapak Cening Ardina, SE., M.Agb. selaku Ketua Program Studi Sarjana

Sains Terapan (D4) Akuntansi Manajerial yang selalu memberikan semangat

untuk menyelesaikan proposal sebagai syarat kelulusan studi di Politeknik

Negeri Bali.

4. Bapak Bambang Trisilo selaku Pimpinan Grand Aston Bali Beach Resort &

Spa yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya

perlukan.

ii

Page 3: UPP ABC System

5. Teman – teman D4 – VIII D yang telah mendukung saya dalam

menyelesaikan proposal ini.

Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi

Wasa) berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu

dan dicatat sebagai amalan yang terbaik. Semoga ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Denpasar, 5 Februari 2016

Penulis

I Komang Juliantara

NIM. 1215644008

iii

Page 4: UPP ABC System

DAFTAR ISI

HalamanHalaman Judul..........................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iv

Daftar Gambar........................................................................................................vi

Daftar Lampiran.....................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................7

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................7

D. Manfaat Penelitian........................................................................................8

E. Sistematika Penulisan...................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10

A. Landasan Teori............................................................................................10

1. Pengertian Jasa, Hotel dan Tarif............................................................10

2. Konsep Biaya, Klasifikasi Biaya dan Pembebanan Biaya....................13

3. Harga Pokok Produksi...........................................................................18

4. Sistem Tradisional.................................................................................19

5. Activity Based Costing (ABC) System...................................................24

B. Difinisi Operasional Variabel Penelitian....................................................35

C. Hasil Penelitian Sebelumnya......................................................................35

D. Kerangka Konseptual..................................................................................38

iv

Page 5: UPP ABC System

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................40

A. Jenis Data....................................................................................................40

B. Prosedur Pengumpulan Data.......................................................................41

C. Teknik Analisis...........................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44

v

Page 6: UPP ABC System

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pembebanan Biaya Sistem Tradisional24

Gambar 2.2 Pembebanan Biaya Activity Based Costing System27

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual39

vi

Page 7: UPP ABC System

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Pertanyaan

vii

Page 8: UPP ABC System

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing – masing

perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik konsumen. Persaingan

tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang manufaktur/industri tetapi

juga dalam bidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan

jasa adalah jasa pariwisata, terutama jasa penginapan seperti hotel.

Saat ini jasa penginapan hotel merupakan salah satu usaha dalam bidang

jasa yang sangat mudah untuk ditemui. Hal ini terbukti semakin banyaknya

hotel yang didirikan baik di pusat kota maupun di daerah yang dekat dengan

objek wisata. Akibat dari perkembangan hotel yang semakin pesat ini,

menimbulkan persaingan yang ketat pula. (Akbar, 2011) menyatakan bahwa

keberhasilan dalam memenangkan persaingan tersebut ditentukan oleh

beberapa hal antara lain quality, services dan price.

Services adalah kuantitas atau ragam pelayanan yang disediakan pihak

hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran,

fitness center, bar, dan lain sebagainya. Quality merupakan kualitas

pelayanan terhadap konsumen, hal ini lebih menekankan pada kepuasan

konsumen terhadap suatu jenis pelayanan. Kebersihan kolam yang selalu

1

Page 9: UPP ABC System

2

terjamin, rasa masakan yang sesuai dengan selera konsumen, alat-alat

kebugaran yang lengkap dan berfungsi dengan baik, keramahan karyawan

hotel merupakan contoh dari kualitas pelayanan yang disediakan pihak hotel

terhadap tamu atau konsumennya.

Selain quality dan services, price merupakan faktor yang sangat

berpengaruh dalam perebutan hati para konsumen maupun calon konsumen.

Price adalah jumlah nominal yang harus dibayarkan oleh konsumen atas

pelayanan yang diberikan oleh pihak hotel atau penyedia jasa. Jika ada

perbandingan antara beberapa hotel dengan quality dan services yang sama

dalam hal penentuan harga dan mengabaikan faktor loyalitas konsumen

terhadap produsen atau penyedia jasa, konsumen akan cenderung memilih

hotel yang lebih murah.

Pendirian hotel tentunya memiliki tujuan yang sama dengan perusahaan –

perusahaan lainnya yaitu ingin memperoleh laba dari kegiatan usaha yang

dijalankan. Dalam memberikan jasa pelayanan sewa kamar, hotel

memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan.

Dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari harga yang harus dibayar

oleh pemakai jasa sewa kamar. Penentuan harga kamar merupakan suatu

keputusan yang sangat penting. Karena dapat mempengaruhi profitabilitas

suatu hotel. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa sewa kamar,

serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan

dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya. Untuk itu diharapkan agar

penentuan harga kamar hotel telah sesuai dengan biaya yang digunakan.

Page 10: UPP ABC System

3

Perhitungan harga pokok pada awalnya diterapkan dalam perusahaan

manufaktur, akan tetapi dalam perkembangannya perhitungan harga pokok

telah diadaptasi oleh perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan sektor nirlaba.

Harga pokok mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan

harga jual produk. Penetapan biaya yang lebih tepat akan menghasilkan harga

pokok produksi/jasa yang lebih akurat. Oleh karena itu, perusahaan harus

benar – benar serius menangani harga pokok produksinya.

Inilah yang mendasari dikembangkannya metode Activity Based Costing

(ABC) System. Menurut (Blocher, 2008: 222), ABC System adalah pendekatan

perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya

seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan

untuk objek biaya tersebut. Ilmu ini berkembang pada tahun 1900-an

dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional. Menurut

(Supriyono, 1999:259) distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam

pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya,

pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian.

(Septya, 2014) Konsep ABC System mampu mengurangi kelemahan dari

akuntansi biaya tradisional, karena ABC System tidak hanya memandang

biaya sebagai sesuatu yang harus dialokasikan, tetapi juga memahami apa

saja aktivitas – aktivitas yang menjadi penyebab dari timbulnya biaya.

Kemudian ABC system akan menunjukkan bagaimana sumber daya

dikeluarkan dengan menelusuri aktivitas – aktivitas yang dilakukan dalam

menghasilkan produk.

Page 11: UPP ABC System

4

Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya

tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang

digunakan. Dalam sistem penentuan harga pokok produk dengan metode

ABC menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan

dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan satu atau

dua cost driver berdasarkan unit. Dalam metode ABC, menganggap bahwa

timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas yang dihasilkan produk.

Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang

menimbulkan biaya dan akan lebih baik apabila diterapkan pada perusahaan

yang menghasilkan keanekaragaman produk.

(Octavian, 2013) Manajemen harus membatasi pemicu biaya terpilih untuk

jumlah yang beralasan dan menentukan bahwa biaya pengukuran pemicu

tersebut tidak melebihi manfaat penggunaannya. Suatu pemicu biaya harus

mudah dimengerti, berhubungan langsung kepada aktivitas yang dijalankan

dan sesuai dengan pengukuran prestasi. Penerapan metode ABC System

merupakan inovasi yang salah satunya adalah menambah nilai tambah

aktivitas kepada produk/jasa yang akan dihasilkan dan mengeliminasi

aktivitas - aktivitas yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan atau yang

tidak menciptakan nilai tambah.

Metode ABC dinilai dapat mengukur secara cermat biaya – biaya yang

keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver

yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead. Sistem Activity Based

Costing dapat menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan

Page 12: UPP ABC System

5

dapat membantu manajemen mengelola perusahaan secara efisien serta

memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keunggulan kompetitif,

kekuatan, dan kelemahan perusahaan. Sehingga dengan metode Activity

Based Costing dapat menyajikan informasi harga pokok produk/jasa secara

cermat dan akurat bagi kepentingan manajemen.

Penelitian yang dilakukan oleh (Octavian, 2013) menyatakan bahwa

metode Activity Based Costing telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas

ke setiap kamar hotel secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing

aktivitas. Terdapat perbedaan yang terjadi antara harga sewa kamar dari pihak

hotel Pandanaran Semarang dengan menggunakan metode ABC, disebabkan

karena pembebanan biaya overhead. Pada metode ABC, biaya overhead pada

masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam

metode ABC telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar

secara tepat.

Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh (Septya, 2014) mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Octavian. Dikatakan bahwa perhitungan biaya

produk sistem tradisional yang telah digunakan oleh manajemen Hotel

Pelangi Malang telah banyak menimbulkan distorsi biaya, hal ini dikarenakan

konsumsi sumber daya pada masing-masing aktivitas tidaklah sama.

Sedangkan pada metode Activity Based Costing System biaya-biaya yang

terjadi dibebankan pada produk aktivitas dan sumber daya yang

dikonsumsikan oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari satu cost

driver.

Page 13: UPP ABC System

6

Grand Aston Bali Beach Resort & Spa merupakan salah satu hotel bintang

lima yang terletak di Nusa Dua, Bali. Hotel ini memiliki jumlah kamar yang

relatif banyak dengan jenis yang berbeda. Dengan melihat karakteristik

spesifikasi jenis kamar, pelayanan, serta potensi persaingan dari kompetitor

maka salah satu cara yang dilakukan pihak manajemen dalam upaya

meningkatkan efesiensi biayanya adalah dengan menentukan harga pokok

kamar secara tepat. Oleh karena itu, diperlukan kecermatan dalam

menghitung dan membebankannya kesetiap jenis kamar yang ada sesuai

dengan jumlah yang telah dikonsumsi.

Perhitungan harga pokok kamar sangat penting karena berkaitan dengan

penentuan harga setiap jenis kamar. Saat ini, perhitungan harga pokok kamar

yang dilakukan oleh pihak Grand Aston Bali Beach Resort & Spa masih

menggunakan sistem tradisional. Dalam sistem tradisional seluruh biaya tidak

langsung dikumpulkan dalam satu pengelompokkan biaya, kemudian seluruh

total biaya tersebut dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian kepada

suatu objek biaya. Basis alokasi yang digunakan pihak hotel adalah berupa

jam tenaga kerja langsung dan jumlah kamar terjual. Basis alokasi ini

merupakan pemicu biaya yang hanya berhubungan dengan tingkat penjualan

kamar yang digunakan untuk mengalokasikan Biaya Overhead Pabrik.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian

pada Grand Aston Bali Beach Resort & Spa dengan menerapkan metode

Activity Based Costing System dalam menentukan harga kamar pada hotel

tersebut. Adapun judul dari penelitian ini “Analisis Penerapan Activity

Page 14: UPP ABC System

7

Based Costing System Dalam Penentuan Harga Kamar Pada Grand

Aston Bali Beach Resort & Spa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penerapan harga kamar dengan Sistem Tradisional pada

Grand Aston Bali Beach Resort & Spa?

2. Bagaimanakah penerapan metode Activity Based Costing System dalam

penentuan harga kamar pada Grand Aston Bali Beach Resort & Spa?

3. Bagaimanakah perbandingan penentuan harga kamar metode Activity

Based Costing dengan metode Tradisional yang diterapkan Grand Aston

Bali Beach Resort & Spa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perhitungan harga kamar dengan metode Tradisional yang

diterapkan oleh Grand Aston Bali Beach Resort & Spa.

2. Untuk memperoleh informasi yang akurat dari proses pendekatan Activity

Based Costing dalam menentukan harga kamar pada Grand Aston Bali

Beach Resort & Spa, sehingga dapat diketahui dengan jelas cara dan unsur-

unsur biaya yang terlibat dalam tahapan penentuan harga kamar hotel.

Page 15: UPP ABC System

8

3. Untuk mengetahui perbandingan besarnya harga kamar hotel, dengan

menggunakan metode akuntansi biaya tradisional dan Activity Based Costing

System pada Grand Aston Bali Beach Resort & Spa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan

kontribusi sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama

mengikuti perkuliahan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam

mengevaluasi harga kamar hotel jika pihak hotel ingin menetapkan harga

berdasarkan metode Activity Based Costing System.

3. Bagi Jurusan

Hasil penelitian ini merupakan tambahan kepustakaan yang dapat

dipergunakan sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih

lanjut terhadap masalah terkait.

E. Sistematika Penulisan

Peneliti mempunyai keinginan agar penelitian ini dapat dibaca, dipahami,

dan dimengerti dengan mudah oleh siapa saja yang membaca hasil penelitian

ini. Berdasarkan keinginan tersebut maka peneliti menyusun sistematika yang

runtut yang berisi tentang materi – materi secara garis besar yang dibahas

Page 16: UPP ABC System

9

disetiap bab dalam penelitian ini. Berikut adalah sistematika penulisan yang

telah disusun oleh peneliti:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi landasan teori yang mendasari penelitian, difinisi dari operasional

variabel yang diteliti, hasil penelitian terdahulu yang sejenis dan kerangka

pemikiran yang menggambarkan hubungan antar variabel penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Menguraikan jenis data yang digunakan, metode pengumpulan data penelitian

serta teknik analisis data yang menjelaskan metode analisis data dan

mekanisme alat analisis yang digunakan dalam penelitian.

Page 17: UPP ABC System

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Jasa, Hotel dan Tarif

Menurut (Hansen & Mowen, 2006:46) Jasa (service) adalah tugas atau

aktivitas yang dilakukan untuk seorang pelanggan, atau aktivitas yang

dijalankan oleh seorang pelanggan dengan menggunakan produk atau

fasilitas organisasi. Jasa juga diproduksi dengan menggunakan bahan,

tenaga kerja, dan masukan modal. Sedangkan (Kotler, 2004:476)

mengartikan jasa adalah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan

oleh salah satu pihak ke pihak yang lain secara prinsip intangible dan tidak

menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun.

Menurut (Sulastiyono, 2011:5), hotel adalah suatu perusahaan yang

dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan,

minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang

melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar

sesuai dengan pelayanan yang diterima tampa adanya perjanjian khusus.

Pengertian hotel menurut SK Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi

No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 dalam (Sulastiyono, 2011:6), adalah

"Suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh

10

Page 18: UPP ABC System

11

bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman,

serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial”.

Tarif menurut (Supriyono, 2001:350) adalah sejumlah moneter yang

dibebankan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan kepada

pembeli atau pelanggan. Untuk menentukan tarif, biasanya manajemen

mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor biaya

maupun bukan biaya, yang meliputi: Biaya (khususnya biaya masa depan);

Pendapatan yang diharapkan; Jenis produk jasa yang dijual; Jenis industri;

Citra dan kesan masyarakat; Pengaruh pemerintah (khususnya undang-

undang, keputusan, peraturan dan kebijakan pemerintah); Tindakan atau

reaksi para pesaing; Tipe pasar yang dihadapi; Trend Ekonomi; Biaya

manajemen; Tujuan non laba; Tanggung jawab sosial perusahaan; Tujuan

perusahaan, khususnya laba dan return on investment (ROI).

Dalam penentuan tarif atau harga jual produk, manajemen perlu tujuan

dari penentuan tarif tersebut. Tujuan itu akan digunakan sebagai salah satu

pedoman kerja perusahaan. Pada umumnya tujuan tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Bertahan Hidup (Survival)

Perusahaan menetapkan bertahan hidup sebagai tujuan utama,

apabila menghadapi kesulitan dalam hal kelebihan kapasitas produksi,

persaingan keras, atau perubahan keinginan konsumen. Untuk

mempertahankan tetap berjalannya kegiatan produksi, perusahaan harus

menetapkan harga yang rendah, dengan harapan akan meningkatkan

Page 19: UPP ABC System

12

permintaan. Dalam situasi demikian, laba menjadi kurang penting

dibandingkan survival.

b. Memaksimalkan Laba Jangka Pendek

Perusahaan memperkirakan permintaan akan biaya, dihubungkan

dengan harga alternatif dan harga yang akan menghasilkan laba, arus

kas, atau tingkat laba investasi maksimal. Dalam semua hal, perusahaan

lebih menitikberatkan pada kemampuan keuangan yang ada dan kurang

mempertimbangkan prestasi keuangan jangka pendek.

c. Kepemimpinan Pangsa Pasar (Leader Of Market Share)

Sebagian perusahaan ingin mencapai pangsa pasar yang dominan.

Mereka yakin bahwa perusahaan dengan market share terbesar akan

menikmati biaya terendah dan laba tertinggi dalam jangka panjang.

Untuk itu, mereka menetapkan harga serendah mungkin.

d. Kepemimpinan Mutu Produk

Perusahaan dapat memutuskan bahwa mereka ingin memiliki produk

dengan mutu terbaik di pasar. Keputusan ini biasanya mengharuskan

penetapan harga yang tinggi untuk penutup biaya pengendalian mutu

produk serta biaya riset dan pengembangan.

e. Tujuan-Tujuan Lain

Misalnya mempertahankan loyalitas pelanggan, perusahaan mungkin

menetapkan harga yang rendah untuk mencegah masuknya perusahaan

pesaing atau dapat menetapkan harga yang sama dengan pesaing

dengan tujuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.

Page 20: UPP ABC System

13

Menghindari campur tangan pemerintah, menciptakan daya tarik sebuah

produk, dan untuk menarik lebih banyak pelanggan.

2. Konsep Biaya, Klasifikasi Biaya dan Pembebanan Biaya

a. Konsep Biaya

(Akbar, 2011) Biaya (cost) dapat digolongkan menjadi dua bagian,

yaitu: aktiva atau aset dan beban atau expense. Biaya akan dicatat

sebagai aktiva atau aset apabila memberikan manfaat lebih dari satu

periode akuntansi. Sedangkan biaya akan dikategorikan sebagai beban

atau expense jika memberikan manfaat pada periode akuntansi berjalan.

(Hansen dan Mowen, 2006:40) Mendefinisikan Biaya adalah kas

atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang

atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang

bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas

dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Sebagai contoh,

menukar peralatan dengan bahan yang digunakan untuk produksi.

Dalam usaha menghasilkan manfaat saat ini dan di masa depan,

manajemen suatu organisasi harus melakukan berbagai usaha untuk

meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam mencapai keuntungan

tertentu. Mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat

tertentu memiliki arti bahwa perusahaan menjadi lebih efisien. Biaya

tidak harus ditekan, tetapi juga harus dikelola secara strategis.

Biaya dalam arti luas menurut (Mulyadi, 2009:8) merupakan

pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan mata uang,

Page 21: UPP ABC System

14

yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Menurut (Abdul Halim, 2010:4), Biaya merupakan pengeluaran yang

sudah terjadi (expired) yang digunakan dalam memproses produk yang

dihasilkan. Sedangkan menurut (Simamora, 2002:40) Biaya (cost)

adalah kas atau setara dengan kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk

barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat (pendapatan)

pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Berdasarkan

pengertian para ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa biaya

merupakan pengeluaran dari aktiva yang dikeluarkan untuk

memberikan manfaat pada suatu organisasi. Manfaat yang dimaksud

adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan, atau bisa dikatakan

sebagai laba bersih.

b. Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data

biaya yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai

tujuannya. Untuk tujuan perhitungan biaya produk dan jasa, biaya dapat

diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsi. Menurut

(Hansen dan Mowen, 2006:50), biaya dikelompokkan ke dalam dua

kategori fungsional utama, antara lain:

1) Biaya Produksi

Biaya Produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan

barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan

lebih lanjut sebagai:

Page 22: UPP ABC System

15

a) Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung adalah bahan yang dapat di telusuri ke

barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan langsung

ini dapat dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat

digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap

produk. Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan

yang digunakan dalam penyediaan jasa pada umumnya

diklasifikasikan sebagai bahan langsung.

b) Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat

ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti

halnya bahan langsung, pengamatan fisik dapat digunakan dalam

mengukur kuantitas karyawan yang digunakan dalam

memproduksi suatu produk dan jasa. Karyawan yang mengubah

bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada

pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung.

c) Overhead

Semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja

langsung dikelompokkan ke dalam kategori biaya overhead.

Kategori biaya overhead memuat berbagai item yang luas.

Banyak input selain dari bahan langsung dan tenaga kerja

langsung diperlukan untuk membuat produk. Bahan langsung

Page 23: UPP ABC System

16

yang merupakan bagian yang tidak signifikan dari produk jadi

umumnya dimasukkan dalam kategori overhead sebagai jenis

khusus dari bahan tidak langsung. Hal ini dibenarkan atas dasar

biaya dan kepraktisan. Biaya penelusuran menjadi lebih besar

dibandingkan dengan manfaat dari peningkatan keakuratan. Biaya

lembur tenaga kerja langsung biasanya dibebankan ke overhead.

Dasar pemikirannya adalah bahwa tidak semua operasi produksi

tertentu secara khusus dapat diidentifikasi sebagai penyebab

lembur. Oleh sebab itu, biaya lembur adalah hal yang umum bagi

semua operasi produksi, dan merupakan biaya manufaktur tidak

langsung.

2) Biaya Nonproduksi

Biaya nonproduksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi

perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan

pelanggan, dan administrasi umum. Terdapat dua kategori biaya

nonproduksi yang lazim, antara lain:

a) Biaya Penjualan atau Pemasaran

Biaya penjualan atau pemasaran adalah biaya yang diperlukan

untuk memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk atau

jasa.

b) Biaya administrasi

Biaya administrasi merupakan seluruh biaya yang berkaitan

dengan penelitian, pengembangan, dan administrasi umum pada

organisasi yang tidak dapat dibebankan ke pemasaran ataupun

Page 24: UPP ABC System

17

produksi. Administrasi umum bertanggung jawab dalam memastikan

bahwa berbagai aktivitas organisasi terintegrasi secara tepat

sehingga misi perusahaan secara keseluruhan dapat terealisasi.

Dalam perusahaan jasa tidak ada persediaan produk (jasa), dan

semua biaya yang terjadi berhubungan dengan periode waktu dimana

biaya tersebut dipakai. Oleh karena itu, biaya produk (jasa), dan semua

biaya yang terjadi berhubungan dengan periode waktu dimana biaya

tersebut dipakai. Menurut (Simamora, 2002:50-51), Biaya produk (jasa)

dibagi menjadi dua, yaitu: “1) Biaya Langsung (direct cost) adalah

biaya yang dapat ditelusuri secara fisik ke produk atau jasa tertentu.

Biaya langsung merupakan biaya penyediaan produk (jasa) yang dapat

dijual kepada seorang pelanggan; 2) Biaya tidak langsung (indirect

cost) adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa,

seperti asuransi atau sewa kantor. Biaya tidak langsung biasanya

dikurangkan dari pendapatan dalam periode di mana biaya dipakai.”

c. Pembebanan Biaya

Pembebanan biaya secara akurat pada objek biaya sangatlah penting.

Menurut (Hansen & Mowen, 2006:42), “Keakuratan adalah suatu

konsep relatif, dan harus dilakukan dengan wajar serta logis terhadap

penggunaan metode pembebanan biaya. Tujuannya adalah untuk

mengukur dan membebankan biaya terhadap sumber daya yang

dikonsumsi oleh objek biaya”. (Hansen & Mowen, 2006:41)

mengemukakan Objek biaya adalah setiap item seperti produk,

Page 25: UPP ABC System

18

pelanggan, departemen, proyek, aktivitas dan sebagainya, dimana biaya

diukur dan dibebankan. Hubungan antara biaya dan objek biaya dapat

dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan keakuratan pembebanan

biaya. Untuk membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya

dapat dilakukan dengan cara menggali dari hubungan antara biaya dan

objek biayanya.

Biaya secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan objek

biaya, sebagai contoh biaya langsung adalah biaya yang dengan mudah

dan akurat dilacak sebagai objek biaya, sedangkan biaya tidak langsung

adalah biaya yang tidak dapat dengan mudah dan akurat dilacak sebagai

objek biaya. Pembebanan biaya dapat “Ditelusuri dengan mudah”

berarti biaya dapat dibebankan dengan cara yang layak secara ekonomi

dan “dilacak dengan akurat” berarti biaya dapat dibebankan dengan

menggunakan hubungan sebab akibat. Semakin besar biaya yang dapat

ditelusuri ke objeknya, semakin akurat pembebanan biayanya.

3. Harga Pokok Produksi

Menurut (Sunarto, 2003:3) pengertian harga pokok adalah nilai

pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang diukur dengan nilai

mata uang. Menurut (Bambang Hariadi, 2002:66-67), harga pokok per unit

adalah informasi yang sangat berharga bagi produsen karena informasi

tersebut merupakan dasar untuk menilai persediaan, harga pokok

penjualan, perhitungan laba dan sejumlah keputusan penting lainnya.

Page 26: UPP ABC System

19

Beberapa akademisi menyebutkan pengertian Harga Pokok Produksi

yang berbeda-beda. Menurut (Mulyadi, 2009:17) “Harga Pokok Produksi

adalah biaya – biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku

menjadi sebuah produk”. Adapun menurut (Charles T. Horngren, Srikant

M. Datar, dan George Foster, 2006:45) “Harga Pokok Produksi (cost of

goods manufactured) adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses

sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan”.

Selain itu, (Ray H. Garrison, Eric W. Noreen, dan Peter C. Brewer,

2006:60) menyebutkan “Harga Pokok Produksi berupa biaya produksi

yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam satu

periode.”

Berdasarkan beberapa pendapat akademisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa Harga Pokok Produksi adalah semua biaya produksi yang

digunakan untuk memproses suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi

dalam suatu periode waktu tertentu. Penentuan Harga Pokok Produksi

digunakan untuk perhitungan laba atau rugi perusahaan yang akan

dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan. Selain itu, Harga Pokok

Produksi memiliki peranan dalam pengambilan keputusan perusahaan

untuk beberapa hal seperti menerima atau menolak pesanan, membuat atau

membeli bahan baku, dan lain-lain. Informasi mengenai Harga Pokok

Produksi menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan

harga jual produk yang bersangkutan. Oleh sebab itu, biaya-biaya yang

Page 27: UPP ABC System

20

dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang jadi dapat

diperhitungkan untuk menentukan harga jual yang tepat.

4. Sistem Tradisional

a. Pengertian Sistem Tradisional

Beberapa akademisi menyebutkan beberapa konsep Sistem

Tradisional yang berbeda-beda. (Hansen & Mowen, 2000:57)

menyatakan Sistem Tradisional adalah sistem akuntansi biaya yang

mengasumsikan bahwa semua diklasifikasikan sebagai tetap atau

variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang

diproduksi. Adapun (Edward J. Blocher, Kung H. Chen, dan Thomas

W. Lin, 2000:117) menyebutkan Sistem Tradisional adalah sistem

penentuan Harga Pokok Produksi dengan mengukur sumber daya yang

dikonsumsi dalam proporsi yang sesuai dengan jumlah produk yang

dihasilkan. Selain itu, (Abdul Halim, 1999:461) mengemukakan bahwa

Sistem Tradisional adalah pengukuran alokasi Biaya Overhead Pabrik

yang menggunakan dasar yang berkaitan dengan volume produksi.

Dari beberapa pendapat akademisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

Sistem Tradisional adalah sistem penentuan Harga Pokok Produksi

yang menggunakan dasar pembebanan biaya sesuai dengan perubahan

unit atau volume produk yang diproduksi. Sistem Tradisional didesain

pada waktu teknologi manual digunakan untuk pencatatan transaksi

keuangan.

Page 28: UPP ABC System

21

Sistem Tradisional hanya membebankan biaya pada produk sebesar

biaya produksinya. Biaya pemasaran serta administrasi dan umum tidak

diperhitungkan ke dalam kos produk, namun diperlakukan sebagai

biaya usaha dan dikurangkan langsung dari laba bruto untuk

menghitung laba bersih usaha. Oleh karena itu, dalam Sistem

Tradisional biaya produknya terdiri dari tiga elemen yaitu: a) Biaya

Bahan Baku (BBB); b) Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL); c)

Biaya Overhead Pabrik (BOP).

Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung merupakan

biaya langsung sehingga tidak menimbulkan masalah pembebanan pada

produk. Pembebanan Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja

Langsung dapat dilakukan secara akurat dengan menggunakan

pelacakan langsung atau pelacakan driver. Namun, pelacakan Biaya

Overhead Pabrik menimbulkan masalah karena Biaya Overhead Pabrik

tidak dapat diobservasi secara fisik. Oleh karena itu, pembebanan Biaya

Overhead Pabrik harus berdasarkan pada penelusuran driver dan

alokasi.

Dalam Sistem Tradisional hanya menggunakan driver aktivitas

berlevel unit untuk membebankan Biaya Overhead Pabrik pada produk.

Driver aktivitas berlevel unit adalah faktor-faktor yang menyebabkan

perubahan biaya sesuai dengan perubahan unit produk yang diproduksi.

Contoh driver berlevel unit misalnya jumlah unit produk yang

Page 29: UPP ABC System

22

dihasilkan, jam kerja langsung, jam mesin, persentase dari Biaya Bahan

Baku, persentase dari Biaya Tenaga Kerja Langsung.

Penggunaan driver biaya berlevel unit untuk membebankan Biaya

Overhead Pabrik pada produk menggunakan asumsi bahwa overhead

yang dikonsumsi oleh produk mempunyai korelasi yang sangat tinggi

dengan jumlah unit produk yang diproduksi. Sistem Tradisional akan

menimbulkan distorsi biaya yang besar. Distorsi tersebut dalam bentuk

pembebanan biaya yang terlalu tinggi (cost overstated atau cost

overrun) untuk produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang

terlalu rendah (cost understated atau cost underrun) untuk produk yang

bervolume sedikit.

Tujuan kalkulasi biaya produk pada Sistem Tradisional secara

khusus dicapai melalui pembebanan biaya produk ke persediaan dan

harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan eksternal.

Definisi biaya produk yang lebih komprehensif, seperti rantai nilai dan

definisi biaya operasi tidak tersedia bagi keperluan manajemen. Namun,

Sistem Tradisional sering menyediakan varian yang berguna bagi

definisi biaya utama tradisional (biaya utama dan biaya manufaktur

variabel per unit dapat dilaporkan).

b. Kelemahan Sistem Tradisional

(Supriyono, 2002:74-77) bahwa dengan berkembangnya dunia

teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak mampu

menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena

Page 30: UPP ABC System

23

lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat

dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:

1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan

penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini

hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk

mencapai keunggulan dalam persaingan global.

2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu

memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada

berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan

menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.

3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat

biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh

faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja langsung.

4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya

yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang

menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.

5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung

dan tidak langsung serta biaya tetap dan variabel hanya berdasarkan

faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal dalam

lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi

kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.

Page 31: UPP ABC System

24

6. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan

kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu

menekankan kinerja jangka pendek.

c. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional

Sistem Tradisional biaya produknya terdiri dari tiga elemen yaitu

Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya Overhead

Pabrik. Sistem Tradisional hanya menggunakan driver aktivitas berlevel

unit untuk membuat perhitungan Harga Pokok Produksi. Sistem

Tradisional tidak mencerminkan penyebab terjadinya biaya. Cost driver

yang digunakan dalam Sistem Tradisional sebagai dasar pembebanan

dapat berupa jam kerja langsung, jam mesin, jam inspeksi dan

sebagainya.

(Ratna, 2011) Pada Sistem Tradisional mengalokasikan Biaya

Overhead Pabrik ditempuh dengan dua tahap. Pertama, Biaya

Overhead Pabrik dibebankan ke unit organisasi (pabrik atau

departemen). Kedua, Biaya Overhead Pabrik dibebankan ke masing-

masing produk. Elemen – elemen biaya dialokasikan secara

proporsional dengan suatu pembanding yang sesuai. Elemen-elemen

biaya dialokasikan secara langsung sesuai dengan perhitungannya.

Elemen-elemen biaya tersebut dijumlahkan untuk memperoleh nilai

Harga Pokok Produksi.

GAMBAR 2.1

PEMBEBANAN BIAYA SISTEM TRADISIONAL

Sumber Daya

Page 32: UPP ABC System

25

Sumber: Hansen & Mowen, 2006:56

5. Activity Based Costing (ABC) System

a. Pengertian Activity Based Costing (ABC) System

Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok

produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap

bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume

produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya

tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri

kemasing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan

manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang

dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen

dan Mowen, 2006:165).

Pengertian Activity-Based Costing System menurut (William K.

Carter dan Milton F. Usry, 2006:496) sebagai berikut: “Perhitungan

biaya berdasar aktivitas (Activity-Based Costing) didefinisikan sebagai

suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya

overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan

dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan

dengan volume (non-volume-related factor)”.

Fungsi Analisis Kinerja

Analisis Efisiensi

Produk

Page 33: UPP ABC System

26

Adapun pengertian Activity-Based Costing System menurut (Ray H.

Garrison, Eric W. Noreen, dan Peter C. Brewer, 2006:440) sebagai

berikut: “Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based

Costing) adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang

untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan

strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi

kapasitas dan juga biaya tetap”. Pengertian Activity-Based Costing

System yang lain juga dikemukakan oleh (Mulyadi, 2007:53) sebagai

berikut: “Activity-Based Cost System (ABC System) adalah sistem

informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi

personal dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang

melalui pengelolaan aktivitas”. Menurut (Blocher, 2008: 222), ABC

adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber

daya ke objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan

aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut.

b. Konsep Dasar Activity Based Costing System

(Mulyadi, 2007: 52) mengungkapkan dua falsafah yang melandasi

Activity-Based Costing System yaitu:

1) Cost is caused

Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas.

Pemahaman tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya

biaya akan menempatkan personel perusahaan pada posisi dapat

mempengaruhi biaya. Activity-Based Costing System berawal dari

Page 34: UPP ABC System

27

keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan

untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan

timbulnya biaya yang harus dialokasikan.

2) The causes of cost can be managed

Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola.

Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab

terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya.

Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi

tentang aktivitas.

Fokus utama Activity Based Costing adalah aktivitas.

Mengidentifikasi biaya aktivitas dan kemudian ke produk merupakan

langkah dalam menyusun Activity Based Costing system (Hansen &

Mowen, 2006:153). Activity Based Costing mengakui hubungan sebab

akibat atau hubungan langsung antara biaya sumber daya, penggerak

biaya, aktivitas, dan objek biaya.

GAMBAR 2.2

PEMBEBANAN BIAYA ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

Sumber: Hansen & Mowen, 2006:56

Sumber Daya

Aktivitas Analisis Kinerja

Analisis Penggerak

Produk & Pelanggan

Page 35: UPP ABC System

28

Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan

penerapan metode ABC, yaitu (Supriyono, 2002: 247):

1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang

signifikan dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead

yang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan

overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisionalpun

informasi biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan

sisitem ABC kehilangan relevansinya. Artinya Activity Based

Costing akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya

overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja.

2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan

non unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu

artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan

satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan sistem ABC justru

tidak tepat karena sistem ABC hanya dibebankan ke produk dengan

menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai

banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya

sama, maka system akuntansi biaya tradisional atau system ABC

membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi

perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah)

mungkin masih dapat menggunakan sistem tradisional tanpa ada

masalah.

Page 36: UPP ABC System

29

c. Tahapan Dalam Menerapkan Activity Based Costing System (Sistem

ABC)

(Riadi, 2012) Sebelum sampai pada prosedur pembebanan dua tahap

dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:

1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost

Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-

biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama

tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-

aktivitas selanjutnya. Landasan penting untuk menghitung biaya

berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya

atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat

atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada

pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi

manajemen dalam mengambil keputusan.

2. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang

dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi

jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah

keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.

3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead

yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya

saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen,

aktivitas - aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan

mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.

Page 37: UPP ABC System

30

Berikut ini merupakan prosedur – prosedur yang perlu dilakukan

dalam penerapan Activity Based Costing (Simamora, 2002:297-306):

1) Prosedur Tahap Pertama

Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas

meliputi empat langkah sebagai berikut:

a) Penggolongan berbagai aktivitas

Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama ABC adalah

penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas

diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai

suatu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan

segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola untuk

menghasilkan produk atau jasa. Pada proses ini aktivitas yang

luas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu:

Aktivitas-aktivitas berlevel unit (unit level activities)

Aktivitas yang dilakukan setiap satu kali unit produk

diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh

jumlah unit produk yang diproduksi. untuk masing-masing

output yang diproduksi. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, jam mesin, dan jam listrik adalah contoh biaya yang

termasuk dalam golongan ini.

Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level activities)

Page 38: UPP ABC System

31

Aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu batch produk

diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh

jumlah batch produk yang diproduksi. Sebagai contoh,

aktivitas setup, aktivitas penjadualan produksi, aktivitas

pengelolaan bahan, aktivitas inspeksi dan sebagainya.

Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product level activities)

Aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai

produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini

menggunakan masukan (input) yang bertujuan untuk

mengembangkan dan atau memproduksi produk untuk dijual.

Biaya dari aktivitas jenis ini cenderung meningkat seiring

dengan meningkatnya jumlah produk yang berbeda.

Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities)

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan

proses produksi secara keseluruhan. Aktivitas ini tidak

berhubungan dengan volume atau bauran produk yang

diproduksi dan dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai

jenis produk yang berbeda. Aktivitas ini memberikan

keuntungan bagi organisasi sampai tingkat tertentu, akan tetapi

tidak memberikan keuntungan untuk satu spesifik produk.

b) Menghubungkan biaya dengan aktivitas

Page 39: UPP ABC System

32

Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah

kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap

aktivitas.

c) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen

Langkah ketiga adalah penentuan kelompok-kelompok biaya

yang homogen yang ditentukan. Kelompok biaya homogen

(homogenous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang

terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan

dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost

driver tunggal. Dengan kata lain suatu kelompok biaya dapat

dikatakan homogen apabila aktivitas-aktivitas overhead dapat

dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang

sama untuk semua produk. Rasio konsumsi yang sama

menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver. Cost driver yang

dipilih harus mudah dipahami berhubungan langsung dengan

aktivitas yang dikerjakan dan memadai untuk ukuran kinerja.

d) Penentuan tarif kelompok (pool rate)

Jika kelompok - kelompok biaya yang homogen telah

ditentukan, maka langkah terakhir adalah penetuan tarif

kelompok. Tarif kelompok (pool rates) adalah tarif biaya

overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok

Page 40: UPP ABC System

33

aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya

overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar

pengukuran aktivitas kelompok tersebut.

2) Prosedur Tahap Kedua

Di dalam tahap yang kedua, biaya-biaya dari setiap overhead

pool ditelusuri kembali ke hasil produksi. Ini dilakukan dengan

menggunakan pool rates yang dihitung dalam tahap pertama dan

dengan mengukur jumlah sumber – sumber yang digunakan oleh

setiap hasil produksi. Pengukuran ini hanyalah jumlah dari activity

driver yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Dapat dihitung

sebagai berikut:

Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit-unit cost driver

yang digunakan.

d. Manfaat Penggunaan Activity Based Costing

Menurut (Ahmad, 2005:18), manfaat dari Activity Based Costing

adalah sebagai berikut:

1. Menyajikan biaya produk lebih akurat dan informatif, yang

mengarahkan pengukuran profitabilitas produk lebih akurat terhadap

keputusan stratejik, tentang harga jual, lini produk, pasar, dan

pengeluaran modal.

2. Pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh

aktivitas, sehingga membantu manajemen meningkatkan nilai

produk (product value) dan nilai proses (process value).

Page 41: UPP ABC System

34

3. Memudahkan memberikan informasi tentang biaya relevan untuk

pengambilan keputusan.

e. Sistem Activity Based Costing Pada Perusahaan Jasa

Sistem ABC pada mulanya berkembang pada perusahaan manufaktur

yang memiliki teknologi tinggi, yang artinya biaya peralatan jauh lebih

besar dibandingkan dengan biaya tenaga kerja, karena mekanisme

proses produksi dapat dinyatakan secara otomatis (terkomputerisasi).

Sekarang tidak hanya diimplementasikan pada perusahaan manufaktur,

tetapi juga pada perusahaan jasa, misalnya jasa telekomunikasi, rumah

sakit, hotel, transportasi, atau perusahaan dagang dan distribusi.

“Output dalam perusahaan jasa lebih sulit didefinisikan, aktivitas untuk

memenuhi permintaan jasa juga lebih sulit diprediksi, dan biaya

overhead atau biaya tak langsung sulit untuk dibandingkan ke produk

atau output” (Blocher, Chen damn Lin, 2000:138). Perbedaan dasar

antara organisasi jasa dan manufaktur yaitu dalam organisasi

manufaktur kegiatannya cenderung menjadi jenis yang sama dan

dilaksanakan dengan cara serupa, dan hal tersebut tidak terjadi dalam

perusahaan jasa.

“Perbedaan dasar lainnya antara organisasi jasa dan produksi adalah

pendefinisian keluaran. Untuk perusahaan produksi, keluaran mudah

ditentukan (produk-produk nyata yang diproduksi), tetapi untuk

organisasi jasa, pendefinisian keluaran lebih sulit. Keluaran untuk

organisasi jasa kurang nyata” (Hansen dan Mowen, 2000:326).

Page 42: UPP ABC System

35

Berdasarkan karakteristik tersebut , maka ABC System merupakan

sistem yang tepat untuk diterapkan dalam perusahaan jasa. Selain itu,

keragaman produk jasa juga menjadi salah satu alasan bahwa ABC

System dapat diterapkan karena mengidentifikasi secara teliti aktivitas

yang terjadi sehingga memberikan informasi biaya yang akurat.

Penerapan ABC System dalam perusahaan jasa sama halnya dengan

perusahaan manufaktur. Pada dasarnya ABC System dimulai dengan

mengidentifikasi aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya. Pada

perusahaan jasa terdapat berbagai macam aktivitas yang dilakukan.

Aktivitas-aktivitas ini semuanya mengkonsumsi sumber daya. Setelah

diidentifikasi aktivitas, maka dilakukan pengidentifikaian cost driver

selanjutnya melakukan kalkulasi per unit cost driver, kemudian

membebankannya pada produk jasa bersangkutan.

B. Difinisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014:39). Variabel

dependen pada penelitian ini adalah Tarif kamar.

Page 43: UPP ABC System

36

Menurut (Mulyadi, 1993:351), penentuan tarif atau harga jual suatu

produk atau jasa dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing yaitu

penentuan tarif jasa dengan cara menambahkan laba yang diharapkan

diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan

memasarkan produk atau jasa.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(Sugiyono, 2014:39). Penelitian ini menggunakan variabel Activity Based

Costing System sebagai variabel independen.

Menurut (Mulyadi, 2007:53), Activity-Based Cost System (ABC System)

adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk

memotivasi personal dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka

panjang melalui pengelolaan aktivitas.

C. Hasil Penelitian Sebelumnya

Berikut ini merupakan hasil penelitian terdahulu yang melakukan

penelitian terkait dengan penerapan metode Activity Based Costing System:

1. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Yulianti, 2011) dengan judul

“Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Penetapan Tarif

Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSUD.H.A.Sulthan Daeng Radja)”,

menunjukkan bahwa hasil perhitungan tarif rawat inap dengan

menggunakan Activity Based Costing system, apabila dibandingkan dengan

Page 44: UPP ABC System

37

tarif rawat inap yang digunakan oleh rumah sakit adanya kondisi

overcosted dan undercosted pada masing-masing jenis kelas yang

disebabkan adanya perbedaan dalam pembebanan Biaya Overhead Pabrik.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dengan penelitian yang

dilakukan peneliti saat ini adalah bahwa dalam penelitian yang dilakukan

oleh Yulianti menggunakan perusahaan jasa di bidang kesehatan,

sedangkan dalam penelitian yang dilakukan sekarang menggunakan

perusahaan jasa di bidang pariwisata yaitu jasa penginapan hotel.

2. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Ratna, 2011) dengan judul

“Penerapan Activity-Based Costing System Untuk Menentukan Harga

Pokok Produksi Pada PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang”,

dalam penelitiannya menunjukkan adanya kondisi overcosted dan

undercosted pada masing-masing jenis produk. Perbedaan yang terjadi

disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing

produk. Pada metode tradisional biaya overhead pada masing-masing

produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja yaitu jumlah unit

produksi. Pada Activity-Based Costing System biaya overhead pada

masing-masing produk dibebankan pada beberapa cost driver sehingga

Activity-Based Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke

setiap produk secara tepat berdasar konsumsi masing-masing aktivitas.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ratna dengan penelitian yang

dilakukan peneliti saat ini adalah bahwa dalam penelitian yang dilakukan

oleh Ratna menggunakan perusahaan manufaktur, sedangkan dalam

Page 45: UPP ABC System

38

penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan perusahaan yang

bergerak dibidang jasa.

3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Septya dkk., 2014) dengan judul

“Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Menentukan

Harga Pokok Kamar Hotel (Studi Kasus Pada Hotel Pelangi Malang

Periode 2012)”, menunjukkan bahwa dari perhitungan harga pokok kamar

hotel dengan menggunakan activity based costing, apabila dibandingkan

dengan harga pokok kamar yang digunakan oleh hotel juga menimbulkan

kondisi adanya overcosted dan undercosted pada masing-masing jenis

kamar, hal ini disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada

masing-masing produk. Pada activity based costing, biaya overhead pada

masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga

dalam activity based costing, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas

kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing

aktivitas. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Septya, dengan

penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah bahwa dalam penelitian

yang dilakukan oleh Septya hanya sampai pada penentuan harga pokok

kamar hotel, sedangkan penelitian sekarang penerapan activity based

costing digunakan sebagai penentuan harga kamar hotel.

D. Kerangka Konseptual

Harga Pokok Produksi merupakan seluruh biaya produksi yang digunakan

untuk memproses suatu barang atau jasa hingga selesai dalam suatu periode

waktu tertentu. Harga Pokok Produksi dapat dihitung dengan menggunakan

Page 46: UPP ABC System

39

Sistem Tradisional dan Activity-Based Costing System. Dalam penelitian ini

perhitungan Harga Pokok Produksi dilakukan dengan menggunakan Activity-

Based Costing System. Penentuan Harga Pokok Produksi berdasar Activity-

Based Costing System terdiri dari dua tahap yaitu prosedur tahap pertama dan

prosedur tahap kedua.

Prosedur tahap pertama terdiri dari empat langkah yaitu: mengidentifikasi

dan menggolongkan aktivitas ke dalam empat level aktivitas,

menghubungkan biaya dengan berbagai aktivitas, menentukan kelompok -

kelompok biaya yang homogen (Homogeneous Cost Pool), menentukan tarif

kelompok (Pool Rate). Tahap kedua untuk menentukan Harga Pokok

Produksi yaitu biaya untuk setiap kelompok Biaya Overhead Pabrik dilacak

ke berbagai jenis produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif

kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk.

Ukuran ini merupakan penyederhanaan dari kuantitas Cost Driver yang

digunakan oleh setiap produk. Dalam penelitian ini diperoleh dua perhitungan

Harga Pokok Produksi. Kemudian membandingkan kedua perhitungan

tersebut dan mengambil kesimpulan berdasarkan hasil perbandingan tersebut.

Meskipun Activity-Based Costing System bukan satu-satunya cara untuk

menentukan Harga Pokok Produksi tetapi Activity-Based Costing System

memberikan kepastian yang lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan

Harga Pokok Produksi berdasar Sistem Tradisional.

Page 47: UPP ABC System

40

Berdasarkan tinjauan pustaka serta mengacu terhadap penelitian-penelitian

terdahulu yang masih relevan maka dapat ditarik sebuah kerangka pemikiran

teoritis yang dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini:

GAMBAR 2.3

KERANGKA KONSEPTUAL

Pembebanan Biaya Pokok Produksi

Penetuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan Sistem Tradisional

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan Sistem ABC

Penetuan Harga Kamar Hotel Penentuan Harga Kamar Hotel

Dibandingkan

Efektifitas dan Efisiensi Harga Kamar Hotel

Page 48: UPP ABC System

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Data

1. Jenis Data Berdasarkan Sumbernya

Sumber data yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah data

primer. Menurut (Sugiyono, 2014:137) data primer merupakan sumber

data yang langsung memberikan datanya kepada pengumpul data. Data

yang diberikan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

2. Jenis Data Berdasarkan Sifatnya

Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah:

1) Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang

bukan dalam bentuk angka-angka tetapi dalam bentuk lisan maupun

tertulis seperti gambaran umum perusahaan, prosedur-prosedur

perusahaan, dan pembagian tugas masing-masing departemen dalam

perusahaan.

2) Data Kuantitatif, yaitu data atau informasi yang diperoleh dari

perusahaan dalam bentuk angka-angka, seperti laporan jumlah

pelanggan, laporan biaya-biaya yang terkait, dan lain-lain.

41

Page 49: UPP ABC System

42

B. Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan bahan-bahan

kepustakaan, dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan penulisan

proposal ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan teknik:

a. Observasi, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

pengamatan secara langsung dalam perusahaan untuk mendapatkan

data-data yang berhubungan dengan pembahasan penelitian yang

dilakukan.

b. Wawancara. Metode ini akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan

kepada pihak Hotel mengenai gambaran umum perusahaan, biaya yang

dikeluarkan selama satu tahun, dan metode yang digunakan dalam

penentuan harga sewa kamar hotel.

3. Dokumentasi/dokumenter. Metode ini untuk memperoleh data tertulis dari

hotel yang terkait dengan penelitian ini meliputi data biaya kamar hotel,

jumlah pelanggan, lama hari penginapan, jumlah dan luas kamar hotel,

data tarif kamar.

C. Teknik Analisis

Page 50: UPP ABC System

43

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis komparatif. Menurut

(Nazir, 2005: 58) Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif

yang ingin mencari jawaban sebab – akibat, dengan menganalisis faktor –

faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Atau

dengan kata lain, penelitian komparatif merupakan jenis penelitian yang

digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu

variabel tertentu.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Melakukan analisis tarif sewa kamar hotel saat ini.

2. Menetapkan metode biaya berdasarkan Activity Based Costing dengan

langkah - langkah sebagai berikut:

a. Prosedur Tahap Pertama

Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas

meliputi empat langkah sebagai berikut:

1) Penggolongan berbagai aktivitas

Pada proses ini aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam

empat kategori aktivitas, yaitu: Aktivitas-aktivitas berlevel unit (unit

level activities); Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level

activities); Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product level

activities); Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (facility level

activities).

2) Menghubungkan biaya dengan aktivitas

Page 51: UPP ABC System

44

Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua

adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap aktivitas.

3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen

4) Penentuan tarif kelompok (pool rate)

Jika kelompok - kelompok biaya yang homogen telah ditentukan,

maka langkah terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif

kelompok dihitung dengan rumus:

Total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu

Dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut.

b. Prosedur Tahap Kedua

Di dalam tahap yang kedua, biaya-biaya dari setiap overhead pool

ditelusuri kembali ke hasil produksi. Ini dilakukan dengan

menggunakan pool rates yang dihitung dalam tahap pertama dan

dengan mengukur jumlah sumber – sumber yang digunakan oleh setiap

hasil produksi. Pengukuran ini hanyalah jumlah dari activity driver

yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Dapat dihitung sebagai

berikut:

Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit cost driver

yang digunakan.

3. Dengan melakukan langkah pada point. 2 maka dapat diketahui berapa

harga pokok kamar hotel X, sehingga tarif sewa kamar hotel menggunakan

Page 52: UPP ABC System

45

metode Activity Based Costing dapat ditentukan. Tarif jasa berdasarkan

Cost Plus Pricing dihitung dengan rumus (Mulyadi, 1993:351):

Tarif per Kamar = Cost Sewa Kamar + Laba yang Diharapkan

4. Membandingkan harga kamar hotel berdasarkan ABC dengan realisasi.

Page 53: UPP ABC System

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin. 2005. Akuntansi Manajemen (Dasar-dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan). Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Blocher, Edward J., Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin. 2000. Manajemen Biaya dengan Tekanan Stratejik. Jakarta: Salemba Empat.

Blocher, Edward J., Kung H. Chen, Gary Cokins and Thomas W. Lin. 2008. Manajemen Biaya: Penekanan Strategis. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

Carter, William K. dan Milton F. Usry. 2006. Cost Accounting. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.

Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, dan Peter C. Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. 1999. Dasar-dasar Akuntansi Biaya, Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.

Halim, Abdul. 2010. Dasar-dasar Akuntansi Biaya, Edisi Keempat. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2000. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. 2006. Management Accounting; Akuntansi Manajemen. Buku 1. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat.

Hariadi, Bambang. 2002. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Hongren, Charles T., Srikant M. Datar, dan George Foster. (2006). Akuntansi Biaya Pendekatan Manajerial, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philips. 2004. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.

Muh. Akbar. 2011. Skripsi: Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel Pada Hotel Coklat Makassar. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 2. Yogyakarta: STIE YKPN.

Mulyadi. 2007. Activity-Based Cost System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

46

Page 54: UPP ABC System

47

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi ke – 5 cetakan kesembilan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Octavian Surya Pratiwi. 2013. Jurnal: Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Harga Sewa Kamar Hotel (Studi Kasus Pada Hotel Pandanaran Semarang). Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.

Ratna Wijayanti. 2011. Skripsi: Penerapan Activity-Based Costing System Untuk Menentukan Harga Pokok Produksi Pada Pt. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Riadi Budiman. 2012. Jurnal: Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ). Pontianak: Universitas Tanjung Pura.

Septya Dewi Cindrawati, Dkk. 2014. Jurnal: Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Menentukan Harga Pokok Kamar Hotel (Studi Kasus Pada Hotel Pelangi Malang Periode 2012). Malang: Universitas Brawijaya.

Simamora, Hendry. 2002. Akuntansi Manjemen. Edisi ke II. Jakarta: UPP AMP YKPN.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulastiyono, Agus. 2011. Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung: Alfabeta.

Sunarto. 2003. Akuntansi Biaya. Edisi Revisi. Yogyakarta: AMUS.

Supriyono, R.A. 1999. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi Maju dan Globalisasi. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

Supriyono, R.A. 2001. Akuntansi Manajemen 3: Proses Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Supriyono, R.A. 2002. Akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: STIE YKPN.

Yulianti. 2011. Skripsi: Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada Rsud. H. A. Sulthan Daeng Radja Bulukumba). Makasar: Universitas Hasanuddin.

Page 55: UPP ABC System

Lampiran 1:

Daftar Pertanyaan

Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam mendukung

proses penelitian adalah:

1. Biaya-biaya apa sajakah yang termasuk dalam perhitungan Harga Pokok

Produksi dengan Sistem Tradisional pada Grand Aston Bali Beach Resort &

Spa?

2. Apakah yang digunakan Grand Aston Bali Beach Resort & Spa sebagai dasar

pembebanan Biaya Overhead Pabriknya?

3. Bagaimana perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada

Grand Aston Bali Beach Resort & Spa?

4. Berapakah tingkat keuntungan yang diharapkan manajemen dalam menentukan

harga kamar di Grand Aston Bali Beach Resort & Spa?