UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN ...
Transcript of UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN ...
i
UPAYA PENINGKATAN KINERJA
SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR
(PENYAKIT TUBERKULOSIS )
DALAM PENANGGULANGAN KASUS
DI KABUPATEN MAGELANG
PADA HALAMAN JUDUL TESIS
Diajukan Oleh:
ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI
NIM : 171103616
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA
2018
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ii
UPAYA PENINGKATAN KINERJA
SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR
(PENYAKIT TUBERKULOSIS )
DALAM PENANGGULANGAN KASUS
DI KABUPATEN MAGELANG
TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam mencapai derajat sarjana S2
Program Magister Manajemen Widya Wiwaha
Diajukan oleh :
ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI
NIM : 171103616
Kepada
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA2018
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Nama Penyusun : ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI
NIM : 171103616
Program Studi : MAGISTER MANAJEMEN
Judul Tesis : UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (PENYAKIT TUBERKULOSIS) DALAM PENANGGULANGAN KASUS
DI KABUPATEN MAGELANG Dosen Pembimbing : 1. Dr.Ir. Meidi Syaflan,M.P
2. Drs.Jazuli Akhmad,MM
Yogyakarta, Maret 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Ir Meidi Syaflan,MP Drs.Jazuli Akhmad, MM
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iv
HALAMAN PENGESAHAN
TESIS
UPAYA PENINGKATAN KINERJA
SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
MENULAR ( TUBERKULOSIS )
DALAM PENANGGULANGAN KASUS
DI KABUPATEN MAGELANG
Oleh :
ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI
NIM : 171103616
Tesis ini telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji
Pada tanggal : ………………….
Dosen Penguji I
………………………………….
Dosen Pembimbing I
Dr.Ir.Meidi Syaflan.M.P
Dosen Penguji II/Pembimbing II
Drs.Jazuli Akhmad,M.M
dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Magister
Yogyakarta, ……………………………
Mengetahui,
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
DIREKTUR
Dr. John Suprihanto MIM.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 2019
ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat, dan
hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari benar, bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari semua pihak tentunya tesis ini tidak dapat terselesaikan. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kelancaran penulisan tesis ini, diantaranya kepada :
1. Yang terhormat Bapak Dr. John Suprihanto MIM selaku Direktur Program
Magister Manajemen, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menimba ilmu di Program MM STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
2. Bapak Dr.Ir.Meidi Syaflan,M.P. dan Drs.Jazuli Akhmad,M.M. selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam
penyusunan tesis ini.
3. Yang terhormat Bapak Ibu Guru Dosen Program Magister Manajemen STIE
Widya Wiwaha Yogyakarta, yang telah memberikan ilmu di STIE Widya
Wiwaha Yogyakarta.
4. Yang terhormat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan penelitian.
5. Yang terhormat Bapak Ibu petugas Tuberkulosis paru se Kabupaten
Magelang yang telah membantu dan memberikan keterangan dan data-data
yang kami perlukan dalam penulisan tesis.
Dengan selesainya penulisan tesis ini, selanjutnya penulis mohon kritik
dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya tesis ini
Magelang,……………….. 2019
ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ……………………………… ii
PENGESAHAN TESIS ………………………………………......... iii
PERNYATAAN …………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………... v
DAFTAR ISI ……………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………….. vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………......... viii
INTISARI…………………………………………………… …….. ix
BAB I PENDAHULUAN …………………………………….............................. 1
A.Latar Belakang Masalah ………………………….. 1 - 7
B.Rumusan Masalah ……………………………….. 8
C.Pertanyaan Penelitian …………………………….. 8
D.Tujuan Penelitian …………………………………. 8
E. Manfaat Penelitian ………………………………… 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………. 10
A. Kinerja ………………………………… 10
1.Pengertian kinerja ……………………… 10
2.Faktor mempengaruhi kinerja……………….. . 11
3.Indikator kinerja…………………………………. … 12
B. Gambaran Umum Penyakit
1.Definisi……………………………………………. 13
2. Faktor Resiko……………………………………. 15
3.Diagnosa……………………………………. 17
4.Penularan……………………………………………………5.Pedoman penemuan ……………………………………….
18
18-19
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………
A. Metode Pengumpulan…………………………… 20
B.Data Yang Diperlukan …………………………….. 21
C.Kerangka Penelitian ……………………………… 22
D.Subyek dan Obyek ……………………………… 24
E.Metode Analisis ………………………………….. 24-27
F.Waktu dan Tempat ……………………………….. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………… 28
A. Gambaran Umum …………………………………. 28-57
B. Gambaran Responden penelitian …………………. 58-60
C. Permasalahan dan isu-isu strategis …………….. 60
D. Hasil Deskripsi ……………………………….. 60-68
E. Hasil Analisi…………………………...................... 69-77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………....................... 78
A. Kesimpulan ……………………………………….. 78-79
B. Saran ………………………………………………. 79-80
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 81
LAMPIRAN 82
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Tabel target penemuan penderita 6
Tabel 4.2 Frekuensi Jenis kelamin Responden 68
Tabel 4.3 Frekeunsi Usia Responden 68
Tabel 4.4 Frekuensi Pendidikan Responden 69
Tabel 4.5 Deskripsi penyebab TBC 69
Tabel 4.6 Deskripsi Cara penularan 69
Tabel 4.7 Deskripsi Kriteria TBC 70
Tabel 4.8 Deskripsi Penemuan kasus 71
Tabel 4.9 Deskripsi Target penemuan 71
Tabel 4.10 Deskripsi tatalaksana kasus 72
Tabel 4.11 Deskripsi Cara melakukan diagnose 72
Tabel 4.12 Deskripsi Tujuan Pengobatan 73
Tabel 4.13 Deskripsi Kendala petugas 73
Tabel 4.14 Deskripsi Komitmen 74
Tabel 4.15 Deskripsi Kerjasama Linsek 75
Tabel 4.15 Deskripsi cara penemuan penderita 75
Tabel 4.17 Deskripsi Pengetahuan 76
Tabel 4.18 Deskripsi Pemeriksaan suspek 77
Tabel 4.19 Deskripsi ketelitian pemeriksaan Laboratorium 77
Tabel 4.20 Deskripsi kontak potensial tertular 77
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
x
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian………………………
Gambar 4.1 Peta Kabupaten …………………………… 39
Gambar 4.2 Luas Wilayah ……………………………… 40
Gambar 4.3 Jumlah penduduk Kecamatan ……………. . 41
Gambar 4.4 Proporsi penduduk ………………………… 42
Gambar 4.5 Struktur Organisasi………………………… 44
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner penelitian …………………………………
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Upaya Peningkatan Kinerja Petugas Tuberkulosis Puskesmas di Kabapaten Magelang. Penelitian di laksanakan pada bulan Januari sampai dengan Pebruari 2019. Jenis Penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif menggunakan pengumpulan data dengan wawancara dan observasi serta kuesioner yang dibagikan kepada responden dalam hal ini Petugas Tuberkulosis di Puskesmas kemudian hasil wawancara di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja program Tuberkulosis di Puskesmas Kabupaten Magelang masih rendah hal ini dibuktikan dengan rendahnya komitmen dari pemengku kebijakan setempat serta kurang kerjasama lintas sektor di wilayah masing – masing dan belum seluruh tatalaksana program di laksanakan sesuai dengan prosedur . Oleh karena itu di sarankan kepada pengambil kebijakan setempat unruk dapat membangun komitmen dalam kegiatan program tuberkulosis dengan semua sectr di wilayah masing – masing dan pelaksanaan program sesuai dengan tatalaksana penanggulangan tuberkulosis
Kata Kunci : Peningkatan Kinerja Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular , Penemuan Kasus Tuberkulosis
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ABSTRACT
This Research aims to know the efforts of performance-improvement officer of tuberculosis in Kabapaten. Research conducted in January to Pebruary 2019. This type of research is descriptive research using qualitative data collection with interviews and observations as well as a questionnaire distributed in the respondents in this case in the relevant manner in later interviews So the conclusion to be pulled
The results showed that the performance of the program of tuberculosis in Maas Regency of clinics continues to be low it was proven by the low level of commitment of local policy pemixing ku and less cross-sector cooperation in each region and However, the entire Tatalaksana programme financed in accordance with the procedures. Therefore, recommend local policy makerst The UNITED Kingdom can build devotion in the tuberculosis program activities with all partyoR at each area and the implementation of the Programme in accordance with the Tuberculosis prevention Tatalaksana
Keywords: Sexy performance enhancement of prevention and erasure of infectious diseases, the discovery of a case of tuberculosis
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
BAB IPENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penanggulangan TB dilaksanakan melalui penggalangan kerjasama
dan kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan
masyarakat melalui Forum Koordinasi TB.
Pelaksanaan program menerapkan prinsip dan nilai inklusif, proaktif, efektif,
responsif, profesional dan akuntabel Penguatan Kepemimpinan Program
ditujukan untuk meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan pusat
terhadap keberlangsungan program dan pencapaian target strategi global
penanggulangan TB yaitu eliminasi TB tahun 2035.
Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui
serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, menentukan
diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB. Setelah
diagnosis ditetapkan dilanjutkan pengobatan yang adekuat sampai sembuh,
sehingga tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan ini
membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan keluhan dan
gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan
yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan keluhan
tersebut.
Program pemberantasan Tuberkulosis di Puskesmas merupakan
upaya promotif dan preventif. Kabupaten Magelang melaksanakan
penanggulangan penyakit TBC sejak tahun 1999 .Pengawasan langsung
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
menelan obat (DOT = Directly Observed Treatment) Paduan pengobatan
yang dianjurkan akan menyembuhkan sebagian besar pasien TB baru tanpa
memicu munculnya kuman resistan obat. Agar hal tersebut tercapai, sangat
penting memastikan bahwa pasien menelan seluruh obat yang diberikan
sesuai anjuran, dengan pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas
Menelan Obat) untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Pilihan tempat
pemberian pengobatan sebaiknya disepakati bersama pasien agar dapat
memberikan kenyamanan. Pasien bisa memilih datang ke fasyankes terdekat
dengan kediaman pasien atau PMO datang berkunjung kerumah pasien.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar
bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Sumber penularan adalah pasien TB BTA (Basil Tahan Asam) positif. TB
paru dinyatakan pada responden berdasarkan diagnosis yang ditegakkan oleh
tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto toraks atau keduanya
(Permenkes no.67 tahun 2016)
Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi
dalam kerangka otonomi daerah dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat
manajemen program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana
dan prasarana). Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan
pedoman standar nasional Penemuan dan pengobatan untuk penanggulangan
TB dilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
yang meliputi Puskesmas, Klinik, dan Dokter Praktik Mandiri (DPM) serta
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) yang meliputi: Rumah
Sakit Pemerintah, non pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP),
Balai Besar/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (B/BKPM).Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB disediakan oleh pemerintah
dan diberikan secara cuma cuma. Keberpihakan kepada masyarakat dan
pasien TB. Pasien TB tidak dipisahkan dari keluarga, masyarakat dan
pekerjaannya. Pasien memiliki hak dan kewajiban sebagaimana individu yang
menjadi subyek dalam penanggulangan TB
Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB
telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan
1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari
kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian
320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan
Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru,
diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000
kematian/tahun.
Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015,
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi
HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO
diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari
kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang.
Program pemberantasan Tuberkulosis di Puskesmas merupakan upaya
promotif dan preventif. Kabupaten Magelang melaksanakan penanggulangan
penyakit TBC sejak tahun 1999 .Pengawasan langsung menelan obat (DOT =
Directly Observed Treatment) Paduan pengobatan yang dianjurkan akan
menyembuhkan sebagian besar pasien TB baru tanpa memicu munculnya
kuman resistan obat. Agar hal tersebut tercapai, sangat penting memastikan
bahwa pasien menelan seluruh obat yang diberikan sesuai anjuran, dengan
pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk
mencegah terjadinya resistensi obat. Pilihan tempat pemberian pengobatan
sebaiknya disepakati bersama pasien agar dapat memberikan kenyamanan.
Pasien bisa memilih datang ke fasyankes terdekat dengan kediaman pasien
atau PMO datang berkunjung kerumah pasien.
Pusat Kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajad masyarakat yang
setingi tingginya di wilayah kerjanya. (Permenkes No.75 tahun 2014)
Dalam Rencana Strategi Kabupaten Magelang tahun 2014 sampai
dengan 2019 disebutkan bahwa potensi dan permasalahan kesehatan antara
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah dan Kementerian Kesehatan terdapat beberapa kesamaan yaitu
penanganan kasus Tuberkolusa dan HIV AIDS, yang masih jauh dari target
MDG’s dan masih diperlukan sumber daya manusia yang kompeten. Secara
umum terjadi penurunan angka kesakitan, namun penularan infeksi penyakit
menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol.
Disamping terjadi peningkatan penyakit menular yang berkontribusi besar
terhadap kesakitan dan kematian. Pergeseran pola penyakit dari penyakit
inveksius ke pola penyakit degeneratif yang menyangkut pola hidup yang
buruk perlu peningkatan upaya preventif dan promotif seiring dengan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
Belum optimalnya pelaksanaan program TB selama ini diakibatkan
karena masih kurangnya komitmen pelaksana pelayanan, pengambil
kebijakan, dan pendanaan untuk operasional, bahan serta sarana prasarana.
Belum memadainya tata laksana TB terutama di fasyankes yang belum
menerapkan layanan TB sesuai dengan standar pedoman nasional dan ISTC
seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat yang tidak
baku, tidak dilakukan pemantauan pengobatan, tidak dilakukan pencatatan
dan pelaporan yang baku. Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan
lintas sektor dalam penanggulangan TB baik kegiatan maupun pendanaan.
(Permenkes no.67 tahun 2016)
Indikator kinerja Pembangunan Kesehatan berdasarkan peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 741/Menkes/Per/VII/2008
tentang Standart Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan, terdiri dari 18
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
SPM dan 22 indikator dengan rincian dan target pada tahun 2019 salah
satunya adalah cakupan penemuan dan penanganan penyakit Tuberkulosis
paru target 100% (Renstra Kab Magelang tahun 2014-2019).
Cakupan program penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Magelang di
masih kurang dari target yang seharusnya , dari penemuan yang di targetkan
sejumlah 1.766 oleh kementerian Kesehatan , puskesmas di Kabupaten
Magelang baru mencapai 448 penemuan ( 25%) Seperti dilihat pada data di
bawah ini
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
Tabel.1
TARGET PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017
No Puskesmas Penemuan Kasus Target Kasus
CDR (%)
1 Bandongan 35 81 43,2
2 Borobudur 35 82 42,6
3 Candimulyo 8 69 11,6
4 Dukun 7 68 10,2
5 Grabag 1 32 94 34,1
6 Grabag 2 9 36 25,2
7 Kajoran 1 16 49 32,8
8 Kajoran 2 11 34 32,0
9 Kaliangrik 26 86 30,3
10 Kota Mungkid 13 26 49,8
11 Mertoyudan 1 12 72 16,6
12 Mertoyudan 2 7 61 11,5
13 Mungkid 17 93 18,4
14 Muntilan 1 11 39 28,0
15 Muntilan 2 18 66 27,2
16 Ngablak 4 59 6,8
17 Ngluwar 9 46 19,7
18 Pakis 0 79 0,0
19 Salam 16 63 25,3
20 Salaman 1 20 62 32,0
21 Salaman 2 9 41 22,2
22 Sawangan 1 3 42 7,1
23 Sawangan 2 6 40 14,9
24 Secang 1 24 68 35,4
25 Secang 2 22 39 57,1
26 Srumbung 15 66 22,8
27 Tegalrejo 31 70 44,2
28 Tempuran 18 66 27,1
29 Windusari 14 69 20,2
TOTAL 448 1.766 25
Sumber data : DinKes Kab.Magelang tahu 2017
Melihat data di atas bahwa penemuan kasus Tuberkulosis oleh puskesmas di
Kabupaten Magelang masih belum mencapai target karena semua puskesmas
belum bisa mencapai target yang ditetapkan olek Kementrian Kesehatan
Kemungkinan hal ini disebabkan karena kinerja yang kurang dari Seksi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular (Penyakit Tuberkulosis )
puskesmas . Oleh karena itu tulisan ini berfokus pada bagaimana upaya
peningkatan kinerja seksi Pengendalian Penyakit Dan Pemberantasan Penyakit
Menular ( Tuberkulosis ) pada penanggulangan kasus Tuberkulosis yang rendah
B.PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang kinerja
petugas tuberkulosis paru Puskesmas dalam penemuan kasus di Kabupaten
Magelang maka permasalahan dapat di rumuskan sebagai berikut : “kinerja
seksi pengendalian penyakit dan pemberantasan penyakit menular
(Tuberkulosis) dalam penanggulangan kasus belum sesuai dengan target yang
diharapkan “
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Dari latar belakang permasalahan kinerja petugas tuberculosis paru
dalam penemuan kasus di puskesmas Kabupaten Magelang maka timbul
pertanyaan dalam penelitian sebagai berikut :
“Bagaimana Gambaran kinerja seksi Pengendalian Penyakit dan Pemberantasan
Penyakit Menular (Tuberkulosis) di Kabupaten Magelang dalam
penanggulangan kasus yang belum sesuai dengan target yang diharapkan “
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan dari penelitian ini
maka tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui gambaran kinerja Seksi Pengendalian dan Pemberantasan
Penyakit Menular (Tuberkulosis) dalam penemuan kasus di Kabupaten
Magelang yang belum sesuai dengan target yang diharapkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
E.MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan penelitian ini diatas penulis berharap penelitian ini dapat
memberikan manfaat :
1. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa diharapakan penelitian ini sebagai wahana untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dibangku kuliah.
2. Bagi Instansi
Bagi instansi diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan peningkatan kinerja seksi pengendalian Dan
Pemberantasan Penyakit Menular (Tuberkulosis) serta pengambilan
kebijakan tentang praktek manajemen kinerja pada organisasi pelayanan
kesehatan
3. Bagi Pembaca
Bagi pembaca sebagai bahan pertimbangan bila menghadapi atau
menemukan permasalahan yang sama serta sebagai bahan referensi bagi
pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
permasalahan ini.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A.Kinerja
Kinerja organisasi sangat ditentukan oleh kinerja sumber daya manusia
yang dimilikinya. Untuk itu pemerintah harus mampu mengembangkan
berbagai faktor keberhasilan pelaksanaan organisasi yang dikontribusikan
oleh keandalan sumber daya manusianya. Faktor keberhasilan tersebut harus
mampu menterjemahkan visi, misi, dan strategi organisasi ke dalam ukuran-
ukuran kinerja yang memberikan kerangka pada sistem pengukuran yang
strategis dalam manajemen organisasi.
1.Pengertian kinerja
Kinerja berasal dari kata performance yang sering diartikan sebagai hasil
kerja atau prestasi kerja. Sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas
bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan
berlangsung atau dengan kata lain kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan
dan bagaimana cara mengerjakannya (Wibowo, 2010).
Kinerja (performance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas
yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja merefleksikan seberapa
baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan (Henry Simamora,
2006).
Pengertian kinerja menurut Amstrong dan Baron yang dikutip Wibowo
(2010) merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan
tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi
ekonomi. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan. Kinerja
organisasi juga ditunjukkan oleh bagaimana proses berlangsungnya kegiatan
untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengertian kinerja menurut penulis adalah hasil kerja/prestasi karyawan
selama proses berlangsung untuk mencapai tujuan organisasi yang strategis,
kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.
2.Faktor mempengaruhi kinerja
Dalam organisasi modern penilaian kinerja merupakan mekanisme
penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan standar
kinerja dan memotivasi kinerja individu di waktu berikutnya. Penilaian
kinerja merupakan salah satu elemen kunci untuk mengembangkan organisasi
secara efektif dan efisien. Hal ini karena adanya kebijakan atau program
penilaian prestasi kerja berarti organisasi telah memanfaatkan secara baik
sumber daya manusia yang ada. Untuk instansi pemerintah, diperlukan
adanya informasi tentang prestasi masing-masing individu yang relevan,
reliabel, berkualitas dan valid.
Menurut Mahmudi (2006) kinerja sebagai suatu kontruksi atau
konsepsi yang multidimensional dimana pengukuran kinerja sangat
bervariasi tergantung pada jenis dan faktor-faktor yang ada dalam kinerja
yang perlu diambil sebagai bahan pertimbangan dan perhitungan. Faktor-
faktor tersebut adalah:
a. Faktor personal/individu, yaitu keterampilan (skill) individu,
kompetensi, motivasi, komitmen dan kepercayaan diri yang
dimiliki individu;
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
b. Faktor kepemimpinan, yaitu kualitas dorongan dari pimpinan,
panduan, bimbingan dan arahan serta dukungan yang
diberikan oleh para manajer dan pimpinan kelompok;
c. Faktor tim, yaitu kualitas dukungan dan semangat yang
diberikan oleh kolega dalam satu tim, kekompakan dan
keeratan anggota tim;
d. Faktor sistem, yaitu sistem kerja, fasilitas dan infrastruktur
yang disediakan oleh organisasi, proses organisasi, kultur
kinerja dalam organisasi
e. Faktor kontekstual atau situasional, yaitu tekanan dan
perubahan lingkungan internal dan eksternal.
3.Indikator Kinerja Karyawan
Menurut Robbins ( 2006) untuk mengukur kinerja karyawan secara
individu ada enam indikator, yaitu :
a. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
keterampilan dan kemampuan karyawan.
b.Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah
seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
c.Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal
waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output
serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
d.Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi
(tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud
menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
e.Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan
dapat menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu
tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi
dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik suatu
pemahaman mengenai konsep kinerja yaitu: segala sesuatu yang
dihasilkan oleh seseorang, kelompok atau organisasi yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan dan
berpengaruh satu sama lainnya terhadap kinerja pegawai dan organisasi.
Artinya setinggi apapun salah satu faktor dalam mendukung kinerja,
tidak akan menghasilkan kinerja yang optimal bila faktor yang lain tidak
ada atau kurang mendukung. Keseluruhan faktor tersebut saling
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain terhadap tingkat
kinerja.
B,GAMBARAN UMUM PENYAKIT TUBERKULOSIS
1. Definisi kasus TB terdiri dari dua, yaitu;
1.1. Pasien TB yang terkonfirmasi Bakteriologis:
Adalah pasien TB yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan contoh
uji biologinya (sputum dan jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis
langsung, TCM TB, atau biakan.
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
1) Pasien TB paru BTA positif
2) Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
3) Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
4) Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan
BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena.
5) TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.
Semua pasien yang memenuhi definisi tersebut di atas harus dicatat.
1.2. Pasien TB terdiagnosis secara Klinis
Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara
bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter, dan
diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:
1) Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks
mendukung TB.
2) Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak ada perbaikan klinis
setelah diberikan antibiotika non OAT, dan mempunyai faktor
risiko TB
3) Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun
laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
4) TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian
terkonfirmasi bakteriologis positif (baik sebelum maupun setelah
memulai pengobatan) harus diklasifikasi ulang sebagai pasien TB
terkonfirmasi bakteriologis.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat
beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M.tuberculosis,
M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai
Bakteri Tahan Asam (BTA) bakteri ini berbentuk :
Batang tipis
Lurus dan agak bengkok
Bergranular/tidak
Tunngal atau berpasangan
Berkelompok
Ukuran 0,5 μ x 0,3 – 0,6 μ
Tidak bersepon
Tidak mempunyai selubung
Mempunyai laisan luar tebal terdiri dari lipoid (terutama
asam alcohol)
Kuman penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis (M.tb).
Seorang pasien TB, khususnya TB paru pada saat dia bicara, batuk
dan bersin dapat mengeluarkan percikan dahak yang mengandung
M.tb. Orang-orang disekeliling pasien TB tsb dapat terpapar dengan
cara mengisap percikan dahak. Infeksi terjadi apabila seseorang yang
rentan menghirup percik renik yang mengandung kuman TB melalui
mulut atau hidung, saluran pernafasan atas, bronchus hingga mencapai
alveoli.
2.Faktor risiko terjadinya TB
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
2.1. Kuman penyebab TB.
a. Pasien TB dengan BTA positif lebih besar risiko menimbulkan
penularan dibandingkan denganBTA negatif.
b.Makin tinggi jumlah kuman dalam percikan dahak, makin besar
risiko terjadi penularan.
c.Makin lama dan makin sering terpapar dengan kuman, makin besar
risiko terjadi penularan.
2.2. Faktor individu yang bersangkutan.
Beberapa faktor individu yang dapat meningkatkan risiko menjadi
sakit TB adalah:
a. Faktor usia dan jenis kelamin:
1) Kelompok paling rentan tertular TB adalah kelompok usia
dewasa muda yang juga merupakan kelompok usia produktif.
2) Menurut hasil survei prevalensi TB, Laki-laki lebih banyak
terkena TB dari pada wanita.
b. Daya tahan tubuh:
Apabila daya tahan tubuh seseorang menurun oleh karena sebab
apapun, misalnya usia lanjut, ibu hamil, ko-infeksi dengan HIV,
penyandang diabetes mellitus, gizi buruk, keadaan immuno-
supressive, bilamana terinfeksi dengan M.tb, lebih mudah jatuh
sakit.
c. Perilaku:
1) Batuk dan cara membuang dahak pasien TB yang tidak sesuai
etika akan meningkatkan paparan kuman dan risiko penularan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
2) Merokok meningkatkan risiko terkena TB paru
3) Sikap dan perilaku pasien TB tentang penularan, bahaya, dan
cara pengobatan.
d. Status sosial ekonomi:
TB banyak menyerang kelompok sosial ekonomi lemah.
2.3. Faktor lingkungan:
a. Lingkungan perumahan padat dan kumuh akan memudahkan
penularan TB.
b. Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang baik dan tanpa
cahaya matahari akan meningkatkan risiko penularan.
3.Diagnosis
Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan labotarorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
Keluhan dan hasil anamnesis meliputi:
Keluhan yang disampaikan pasien, serta wawancara rinci berdasar
keluhan pasien.
Pemeriksaan klinis berdasarkan gejala dan tanda TB yang meliputi:
3.1. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien
dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TB
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu
atau lebih.
3.2. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru
selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru,
dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke fasyankes dengan gejala
tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien TB, dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
3.4. Selain gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pemeriksaan pada orang
dengan faktor risiko, seperti : kontak erat dengan pasien TB, tinggal di
daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan
orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berrisiko menimbulkan
paparan infeksi
4.Penularan TB
Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang
mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei / percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup
udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman
sebanyak 0-3500 M.tuberculosis. Sedangkan kalau bersin dapat
mengeluarkan sebanyak 4500 – 1.000.000 M.tuberculosis.
5.Pedoman Penemuan dan Penanganan Kasus TB
a.Penemuan kasus TB dilakukan secara aktif dan pasif.
1.Penemuan kasus TB secara aktif dilakukan melalui:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
a. Investigasi kontak pada paling sedikit 10 - 15 orang kontak erat dengan
pasien TB.
b. Penemuan di tempat khusus: Lapas/Rutan, tempat kerja, asrama, pondok
pesantren, sekolah, panti jompo.
c. Penemuan di populasi berisiko: tempat penampungan pengungsi,
daerah kumuh
2. Penemuan kasus TB secara pasif dilakukan melalui pemeriksaan pasien
yang datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3.Penemuan kasus TB ditentukan setelah dilakukan penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB.
b.Penanganan kasus dalam Penanggulangan TB dilakukan melalui kegiatan tata
laksana kasus untuk memutus mata rantai penularan dan/atau pengobatan
pasien.
1.Tata laksana kasus terdiri atas:
a.Pengobatan dan penanganan efek samping di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
b. Pengawasan kepatuhan menelan obat
c. Pemantauan kemajuan pengobatan dan hasil pengobatan
d. Pelacakan kasus mangkir.
2.Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui
serangkaian kegiatan mulai dari
a.Penjaringan terhadap terduga pasien TB,
b.Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan,
c.Menentukan diagnosis,
d.Menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB.
e.Diagnosis
f.Pengobatan
Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan
keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga
kesehatan yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan
keluhan tersebut.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
BAB IIIMETODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
A.Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pengumpulan
data meliputi: pengambilan data primer, penelitian menggunakan metode
wawancara, berupa instrumen penelitian yang berisikan pertanyaan.
Pengertian Wawancara - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Wawancara adalah sebuah kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh
pewawancara sebagai penanya dan narasumber sebagai orang yang ditanya.
Kegiatan ini dilakukan untuk mencari informasi, meminta keterangan, atau
menanyai pendapat tentang suatu permasalahan kepada seseorang. Dengan
kata lain, bisa disimpulkan bahwa wawancara adalah kegiatan menggali
informasi dari narasumber dengan cara tanya jawab.
Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode
primer, pelengkap atau sebagai kriterium (Hadi, 1992 dalam
httpl://www.perpusku.com/2016/06/metode-pemgumpul–data-data dengan
metode wawancara interview.html). Sebagai metode primer, data yang
diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab
pemasalahan penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi
sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data
pada suatu penelitian.
Beberapa jenis wawancara adalah sebagi berikut :
1. Wawancara berencana
Pada wawancara berencana terdapat suatu daftar petanyaan yang
telah direncanakan atau disusun sebelumnya.Semua responden diberi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
pertanyaan yang sama dengan kata –kata dan urutan yang
seragam.Wawancara berencana berupa kuesioner yang diajukan secara
lisan . Pewawancara dilengkapi dengan pertanyaan tetapi dijawab secara
lisan oleh responden setelah pertayaan dibacakan
2. Wawancara tidak berencana
Jenis wawancara yang tidak menggunakan daftar pertanyaan
dengan susunan kata dan tata urut yang harus dipatuhi pewawancara Pada
penelitian ini menggunakan cara dengan melakukan wawancara berencana
pada responden, melakukan perpaduan antara hasil wawancara dengan
data tuberkulosis puskesmas , membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara
petugas yang satu dengan petugas yang lain
Pertanyaan yang dituangkan dalam kuesioner adalah yang
berhubungan dengan kompetensi dan kinerja petugas Tuberkulosis paru
Puskemas di Kabupaten Magelang. Penyusunan kuesioner dikembangkan
sendiri oleh penulis dengan mengacu pada beberapa literatur dan hasil
penelitian sebelumnya. Pertanyaan dalam kuesioner penelitian disusun
secara terbuka, Kuesioner penelitian dibagikan kepada responden untuk
diisi. Hasil pengisian wawancara dikumpulkan kembali untuk dianalisa
B.Data Yang Diperlukan
Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data Primer
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari Puskesmas yang
mempunyai cakupan rendah di Kabupaten Magelang untuk memperoleh
kinerja petugas tuberkulosis paru yang diperoleh melalui :
a) Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek
penelitian
b) Wawancara yaitu untuk mendapatkan informasi dan data yang
relevan dari petugas tuberkulosis paru puskesmas melalui
pertanyaan terbuka yang diajukan kepada petugas tuberkulosis
puskesmas.
2.Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data –data di Dinas Kesehatan,
laporan dari Puskesmas, buku-buku literature, hasil penelitian,
jurnal dan sumber informasi dari internet
C.Kerangka Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian
diskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan
antara fenomena yang diuji. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah
menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok,
menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan
gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan
informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori
dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi yang bersifat
kontradiktif mengenai subjek penelitian.
Kerangka penelitan dapat digambarkan pada bagian dibawah ini:
Gambar 3.1 : Kerangka Penelitian
ldentifikasi Permasalahan
Perumusan Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data (wawancara, kuesioner ,observasi
Pengolahan Data
Analisa Penyebab masalah
Kesimpulan dan Saran
Pembahasan
Selesai
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
D.Subyek dan obyek
Teknik pengambilan sampel rnenggunakan teknik Total Sampling
Subyek dalam penelitian ini adalah semua petugas Tuberkulosis puskesmas
yang berjumlah 29 orang dijadikan sampel
Obyek dalam penelitian ini adalah peningkatan penemuan kasus
tuberkulosis
E. Metode Analisis
Penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Metode penelitian deskriptif
adalah suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu obyek,
suatu kondisi, suatu sistim pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang.
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nasir,
2006). Menurut Supardi (2005) penelitian deskriptif dilakukan pada taraf
kajian dan analisis, dimana peneliti semata-mata ingin mengungkapkan
gejala atau pertanda dan keadaan sebagaimana adanya. Hasil penelitian dan
kesimpulan yang diambil semata-mata menggambarkan / membeberkan
suatu gejala atau peristiwa seperti apa adanya yang nyata-nyata terjadi.
Metode ini dipilih agar dapat menggambarkan kondisi dan
mengungkap fakta-fakta pada masa sekarang yang berkaitan dengan kinerja
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (Tuberkulosis) di
Kabupaten Magelang, sehingga didapatkan informasi tentang keadaan yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
nyata dan berdasarkan fakta-fakta di lapangan sebagai bahan dalam
penyelesaian masalah.
Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung. Dalam menganalisis data peneliti
menggunakan model Miles and Huberman yang mengemukakan bahwa
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas
Proses analisis data interaktif menurut Miles and Huberman meliputi
4 tahapan, diantaranya:
1. Pengumpulan data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian
yaitu deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif adalah catatan alami
(catatan tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan dan dialami
sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti
terhadap fenomena yang dialami. Catatan reflektif adalah catatan yang
berisi kesan, komentar, pendapatan, dan penafsiran peneliti tentang
temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data
dan untuk tahap berikutnya.
2. Reduksi Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dibuat reduksi data, guna
memilih data yang relevan dan bermakna, mengfokuskan data yang
mengarah untuk memecahkan masalah, penemuan, pemaknaan atau
menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian menyederhanakan dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting tentang
hasil temuan dan maknanya. Pada proses reduksi data, hanya temuan
data atau temuan yang berkenaan dengan permasalahan penelitian saja
yang direduksi. Sedangkan data yang tidak berkaitan dengan masalah
penelitian dibuang. Dengan kata lain reduksi data digunakan untuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan
membuang yang tidak penting, serta mengorganisasikan data, sehingga
memudahkan peneliti untuk menarik kesimpulan.
3. Penyajian data
Setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Data tersebut dapat berupa bentuk tulisan dan kata-kata, gambar,
grafik dan tabel. Tujuan penyajian data adalah untuk menggabungkan
informasi-injformasi sehingga dapat menggambarkan keadaan yang telah
terjadi. Dalam hal ini dimaksudkan agar peneliti tidak mengalami
kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian sehingga peneliti harus
membuat naratif, matrik atau grafik untuk memudahkan penguasaan
informasi atau data tersebut.
Dengan demikian peneliti dapat tetap menguasai data dan tidak
tenggelam dalam sekumpulan informasi yang dapat membosankan. Hal
ini dilakukan karena data yang terpencar-pencar dan kurang tersusun
dengan baik dapat mempengaruhi peneliti dalam bertindak secara
ceroboh dan mengambil kesimpulan yang memihak, tersekat-sekat dan
tidak mendasar.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung
seperti halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai
maka selanjutnyadiambil kesimpulan sementara, dan setelah data
E. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian dimulai pada Januari sd Pebruari 2019 yang dilakukan
di semua Puskesmas di Kabupaten Magelang yang berjumlah 29
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at