UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI...
Transcript of UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI...
UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI
KECAMATAN SETU, KOTA TANGERANG SELATAN
(Studi Kasus Penduduk Terdampak Bencana Kecamatan Setu, Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
MUCHAMMAD SIDIK SAFAAT
111301500071
JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Upaya Penanggulangan Bencana Longsor Di Kecamatan
Setu, Kota Tangerang Selatan (Studi Kasus Penduduk Terdampak Bencana
Kecamatan Setu, Tangerang Selatan) disusun oleh Muchammad Sidik Safaat
NIM: 1113015000071 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan di fakultas.
Jakarta, 16 Mei 2020
Mengesahkan,
Pembimbing Skripsi I
Andri Noor Ardiansyah, M.Si
NIP. 19840312 201503 1 002
Pembimbing Skripsi II
Zaharah, M. Ed
NIP. 197201152014112002
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi dengan judul UPAYA
“Penanggulangan Bencana Longsor Di Kecamatan Setu, Kota Tangerang
Selatan (Studi Kasus Penduduk Terdampak Bencana Kecamatan Setu,
Tangerang Selatan)” yang disusun oleh Muchammad Sidik Safaat NIM.
111305000071, Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, telah diuji
kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Jakarta, 16 April 2020
Pembimbing Skripsi I
Andri Noor Ardiansyah, M.Si
NIP. 19840312 201503 1 002
Pembimbing Skripsi II
Zaharah, M. Ed
NIP. 197201152014112002
i
ABSTRAK
Muchammad Sidik Safaat (1113015000071) : Upaya Penanggulangan
Bencana Longsor Di Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menganalisis penanggulangan
bencana khususnya tanah longsor yang dilakukan masyarakat beserta lembaga
terkait yang terjadi wilayah kecamatan Setu, kota Tangerang Selatan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi dengan analisis kualitatif.
Popuasi dari penelitian ini merupakan masyarakat di kecamatan Setu kota
tangerang selatan yang terdampak bencana longsor. Jumlah sample dari penelitian
ini sebanyak 25 orang di 2 kelurahan yang paling terdampak yaitu kelurahan
Pademangan dan kelurahan Kranggan. Teknik pengambilan sample sendir
menggunakan teknis purposive sampling dengan mempertimbangkan lokasi
sample yang akan diambil. Pengumpulan data yang diambil meliputi dua cara
yaitu kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan untuk masyarakat dan 10
pertanyaan untuk BPBD dan wawancara yang terdiri dari 8 pertanyaan untuk
masyarakat dan pemerintah daerah dan 7 pertanyaan untuk BPBD. Nilai akhir dari
penelitan ini merupakan hasil kesimpulan dari setiap petanyaan kuesioner yang di
perkuat oleh hasil wawancara.
Hasil penelitan menunjukkan bahwa masyarakan sudah merasa puas
dengan penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah beserta BPBD
dalam upaya penanggulangan longsor yang terjadi. Masyarakat juga sudah
mengerti ciri-ciri akan terjadinya longsor dan apa yang harus dilakukan jika
terjadi tanah longsor. Dengan data yang didapat meliputi 90% responden sangat
setuju dan sangan mengerti dan 10% responden setuju dan mengerti.
Kata Kunci: Longsor, Masyarakat, Penanggulangan
ii
ABSTRACT
Muchammad Sidik Safaat (1113015000071): Efforts to Mitigate Landslides in
Setu District, South Tangerang City.
This study aims to determine the analysis of disaster management,
especially landslides carried out by the community and related institutions that
occurred in the South Tangerang district of Setu.
This research is a descriptive study with qualitative analysis. The
population of this research is the people in Setu sub-district of South Tangerang
City who were affected by landslides. The number of samples from this study were
25 people in the 2 most affected kelurahan namely Pademangan and Kranggan.
The sampling technique itself uses purposive sampling technique by considering
the location of the sample to be taken. Data collection included two ways, namely
a questionnaire consisting of 20 questions for the community and 10 questions for
the BPBD and an interview consisting of 8 questions for the community and local
government and 7 questions for the BPBD. The final value of this research is the
result of the conclusion of each questionnaire question that is strengthened by the
results of the interview.
The results of the research indicate that the community is satisfied with
the countermeasures carried out by the local government and the BPBD in the
effort to prevent landslides. The community also understands the characteristics
of landslides and what to do if a landslide occurs. With the data obtained
covering 90% of respondents strongly agree and very understand and 10% of
respondents agree and understand.
Keywords: Landslides, Society, Countermeasures
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahman nirrahim
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan Rosul-Nya yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat
menyelesaikan studi S-1 Pendidikan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan berjudul “Upaya
Penanggulangan Longsor di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku ketua Jurusan Pendidikan/Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan/Tadris
Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Abdul Rozak, M.Si selaku Dosen Pembimbing akademik yang
senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
5. Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan
serta arahan kepada penulis yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
6. Zaharah, M.Ed selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan serta arahan kepada
penulis yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan
iv
Pendidikan/Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang berguna bagi penulis.
8. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kedua orang tua Abdullah dan Ibu Siti, Kakak Eko dan Kakak Asih
seluruh keluarga besar Bapak Abdullah yang telah membesarkan penulis
dengan penuh kasih sayang dan penuh dengan kesabaran serta selalu
memberikan motivasi yang tiada henti bagi penulis. Menjadi inspirasi dan
panutan bagi penulis dikehidupan dan selama menempuh pendidikan di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10. Yuli Ocbiani, terima kasih penulis ucapkan atas doa serta dukungannya
kepada penulis selama penulis menjalani perkuliahan dan ketika penulis
sedang membuat penelitian.
11. Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2013
khususnya teman-teman Geografi yang telah memberikan warna warni
dalam perkuliahan.
Jakarta, 20 April 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DARTAR TABLE ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PEMBAHASAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 4
D. Perumusan Masalah ............................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................. 6
A. Longsor .................................................................................. 6
1. Pengertian longsor ............................................................ 6
2. Jenis-jenis longsor ............................................................ 7
3. Penyebab Tanah Longsor ................................................ 9
vi
4. Tipologi Kawasan Rawan Bencana Longsor
Berdasarkan Penetapan Zonasi .................................... 13
5. Gejala Dan Wilayah Rawan Longsor ........................... 19
7. Dampak Longsor ............................................................ 19
8. Penanggulangan Longsor .............................................. 20
B. Mitigasi Bencana ................................................................. 22
1. Pengertian Mitigasi Bencana ......................................... 22
2. Prinsip Mitigasi Bencana ............................................... 22
3. Tahapan Mitigasi Bencana ............................................ 24
4. Efektifitas Mitigasi Bencana ......................................... 25
C. Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana
Longsor ..................................................................................... 25
1. Tugas dan Fungsi Pemerintah ...................................... 25
2. Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana .. 26
D. Penelitian yang Relevan..................................................... 27
E. Kerangka Berpikir .............................................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 30
1. Tempat Penelitian .......................................................... 30
2. Waktu Penelitian ............................................................ 31
B. Latar Penelitian ................................................................... 31
C. Metode Penelitian ................................................................ 32
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ................ 33
1. Data dan Sumber Data .................................................. 33
vii
2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................. 34
E. Analisis Data ........................................................................ 40
1. Reduksi Data ................................................................... 41
2. Penyajian data ................................................................ 41
3. Verification ..................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 43
A. Deskripsi Daerah Penelitian ............................................... 43
1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ................................... 43
2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian .................................. 45
3. Deskripsi Responden ...................................................... 49
B. Deskripsi Data Penelitian ................................................... 51
1. Data Kuesioner ............................................................... 51
2. Hasil Kuesioner .............................................................. 63
C. Wawancara .......................................................................... 63
D. Peran Badan Penanggulangan Badan Daerah (BPBD)
dalam menanggulangi Bencana Tanah Longsor di
Kecamatan Setu Kota Tanggerang Selatan .......................... 64
1. Data Kuesioner BPBD ................................................... 64
2. Data wawancara BPBD Kota Tangerang Selatan ....... 65
E. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 67
BAB V KESIMPULAN ............................................................................. 70
A. Kesimpulan .......................................................................... 70
B. Implikasi .............................................................................. 70
C. Saran .................................................................................... 71
viii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Longsor Translasi ...................................................................... 7
Gambar 2.2 Longsor Rotasi .......................................................................... 7
Gambar 2.3 Pergerakan Blok ........................................................................ 8
Gambar 2.4 Runtuhan Batu ........................................................................... 8
Gambar 2.5 Rayap Tanah .............................................................................. 8
Gambar 2.6 Aliran Bahan Rombakan ........................................................... 9
Gambar 2.7 Kerangka Berfikir Penelitian ..................................................... 29
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................... 30
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................... 43
x
DARTAR TABLE
Tabel 2.1 Penelitian Relevan ........................................................................ 26
Tabel 3.1 Susunan Waktu Penelitian ........................................................... 31
Tabel 3.2 Data dan Sumber Data .................................................................. 34
Tabel 3.3 Pedoman Observasi ....................................................................... 35
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara .................................................................... 37
Tabel 3.5 Pedoman Dokumentasi ................................................................. 40
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kecamatan Setu
Tahun 2019 ................................................................................................... 44
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin tahun 2018 ...................................................................................... 46
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Usia Produktif
Tahun 2018 ................................................................................................... 48
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2017 ................................................................................ 49
Tabel 4.6 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 50
Tabel 4.7 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ........................................... 50
Tabel 4.8 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .................. 51
Tabel 4.9 Bencana tanah longsor adalah bencana alam yang terjadi karena
adanya ketidakstabian lereng ........................................................................ 51
Tabel 4.10 Bencana tanah longsor biasaya terjadi di daerah perbukitan atau
pegunungan ................................................................................................... 52
Tabel 4.11 Kecamatan Setu merupakan daerah yang rawan longsor ........... 52
Tabel 4.12 Hujan akan memicu terjadinya tanah longsor karena tanah banyak
mengandung air ............................................................................................. 53
xi
Tabel 4.13 Sebelum terjadi tanah longsor terdengar suara gemuruh karena
adanya tanah yang memenuhi lereng dengan cepat ...................................... 53
Tabel 4.14 Di daerah rawan bencana longsor harus waspada dengan curah
hujan yang tinggi ........................................................................................... 54
Tabel 4.15 Saat terjadi tanah tanah longsor harus mencari tempat yang aman
dan jauh dari titik bencana ............................................................................ 54
Tabel 4.16 Setelah terjadi tanah longsor tetap waspada jika ada longsor
susulan saat kembali kerumah ....................................................................... 55
Tabel 4.17 Pada saat evakuasi selalu mendahulukan orang yang rentan
terhadap bencana (seperti anak-anak, ibu hamil dan lansia) ......................... 55
Tabel 4.18 Pemerintah daerah beserta BPBD langsung menuju lokasi setelah
laporan terjadi bencana ................................................................................. 56
Tabel 4.19 Jika ada retakan tanah, secepat mungkin melakukan
penanggulangan dan menghubungi pemerintah daerah ................................ 56
Tabel 4.20 Tembok bangunan yang mengalami retak salah satu tanda adanya
gerakan tanah ................................................................................................ 57
Tabel 4.21 Badan penangguangan bencana daerah (BPDB) salah satu pihak
yang berwenang dalam penanggulangan bencana tanah longsor .................. 57
Tabel 4.22 Saat terjadi bencana, langsung pergi ke lapangan luas untuk
mnyelamatkan diri ........................................................................................ 58
Tabel 4.23 Dilaksanakan pelatihan tanggap bencana khususnya tanah longsor
........................................................................................................................ 58
Tabel 4.24 Melakukan peningkatan kesadaran dan penyebaran informasi
bencana oleh BPBD dan pihak yang terkait lainnya ..................................... 59
Tabel 4.25 Pemerintah daerah dan BPBD cepat dan tepat dalam memberikan
penanganan dan bantuan kepada warga terdampak tanah longsor ................ 59
xii
Tabel 4.26 Mencari informasi tentang bencana tanah longsor berkordinasi
........................................................................................................................ 57
Tabel 4.27 Selalu waspada terhadap hujan lebat yang terjadi secara terus
menerus ......................................................................................................... 60
Tabel 4.26 Mencari informasi tentang bencana tanah longsor ..................... 60
Tabel 4.28 Setelah terjadinya bencana dihimbau untuk pindah tempat tinggal
menuju tempat yang aman dan pindah dari tempat sebelumnya .................. 61
Tabel 4.29 Pemerintah daerah dan BPBD selalu mendahulukan penanganan
korban jiwa dalam bencana ............................................................................ 61
Tabel 4.30 Data dan informasi yang diberikan pemerintah dan BPBD
dilakukan dengan transparan dan terbuka ..................................................... 62
Tabel 4.31 Penanggulangan dan penanganan yang dilakukan pemerintah dan
BPBD dilakukan secara menyeluruh tanpa terkecuali ................................... 62
Tabel 4.29 Hasil Kesimpulan Kuesioner ...................................................... 63
Tabel 4.30 Kuesioner BPBD ......................................................................... 64
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian BPBD
Lampiran 3 Susat Izin Penelitian Kecamatan Setu
Lampiran 4 Surat KESBANGPOL
Lampiran 5 Intrumen Wawancara BPBD
Lampiran 6 Intrumen Wawancara Pemerintah Daerah
Lampiran 7 Intrumen Wawancara Masyarakat
Lampiran 8 Instrumen Angket Masyarakat
Lampiran 9 Instrumen Angket BPBD
Lampiran 10 Foto Documentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki banyak
sekali potensi alam maupun keunikan kenampakan alam yang luar biasa
indah. Negara Indonesia memiliki banyak sekali keindahan alam akan
tetapi berpotensi pula terhadap peristiwa bencana alam.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Letak geografis dan kondisi geologis menyebabkan Indonesia
menjadi salah satu negara yang sangat berpotensi sekaligus rawan bencana
seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan letusan
gunung berapi. Secara umum, di Indonesia terdapat peristiwa bencana
yang terjadi berulang kali setiap tahun.1 Dan salah satu bencana yang
sangat dekat dengan kita khususnya di wilayah perbukitan dan sungai yaitu
longsor.
Salah satu yang mempengaruhi seringnya longsor yaitu jenis
tanahnya. Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah
hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar
lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang
berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan
kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor
pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan
1 Yayasan IDEP, Tanah Longsor! Cerita Tentang Peran Masyarakat Desa Saat Menghadapi
Bencana Tanah Longsor, (Bali: Yayasan IDEP, 2007), h. 12.
2
tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan
tersebut rawan bencana tanah longsor.2
Longsor terjadi karena proses alami dalam perubahan struktur
muka bumi, yakni adanya gangguan kestabilan pada tanah atau batuan
penyusun lereng. Gangguan kestabilan lereng ini dipengaruhi oleh kondisi
geomorfologi terutama faktor kemiringan lereng, kondisi batuan ataupun
tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng.
Meskipun longsor merupakan gejala fisik alami, namun beberapa hasil
aktifitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam juga
dapat menjadi faktor penyebab ketidakstabilan lereng yang dapat
mengakibatkan terjadinya longsor, yaitu ketika aktifitas manusia ini
beresonansi dengan kerentanan dari kondisi alam yang telah disebutkan di
atas. Faktor-faktor aktifitas manusia ini antara lain pola tanam,
pemotongan lereng, pencetakan kolam, drainase, konstruksi bangunan,
kepadatan penduduk dan usaha mitigasi. Dengan demikian dalam upaya
pembangunan berkelanjutan melalui penciptaan keseimbangan lingkungan
diperlukan pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor.
Berdasarkan data yang diperoleh setidaknya terdapat 918 lokasi
rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian yangditanggung
akibat bencana tanah longsor sekitar Rp
800 miliar, sedangkan jiwa yang terancamsekitar 1 juta. Daerah yang
memiliki rawan longsor Jawa Tengah 327 Lokasi, Jawa Barat 276 Lokasi,
Sumatera Barat 100 Lokasi, Sumatera Utara 53 Lokasi, Yogyakarta 30
Lokasi, Kalimantan Barat 23 Lokasi, sisanya tersebar di NTT, Riau,
Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.3
Berdasarkan data yang diperoleh dari badan geospasial BNPB
sepanjang tahun 2011 hingga 2015 saja terdapat 850 kasus tanah longsor
di seluruh Indonesia. Hal ini menegaskan bahwa wilayah Indonesia
2 Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gerakan Tanah, (Jakarta: Badan
Geologi Kementrian ESDM, 2015), hal 1. 3 Ibid., h. 7.
3
merupakan markas utama dari banyaknya bencana alam yang ada didunia.
Hal ini pula didukung oleh letak wilayah Indonesia yang berbukit dan di
kelilingi oleh jalur lempeng benua maka semakin besar bencana yang akan
dihadapi kelak. Salah satu kasus yang paling memilukan dan banyak
memakan korban jiwa terjadi di wilayah Banjarnegara Jawa Tengah.
Bencana tanah longsor terjadi pada hari Jumat malam (12/12).
Dusun Jemblung, di Kabupaten Banjarnegara berada di sebuah lembah
kecil, dengan perbukitan di belakangnya. Hujan yang terus turun selama
dua hari menyebabkan bukit itu longsor dan menyapu dusun yang
berpenduduk lebih dari 300 orang itu. Sekitar 200 orang dapat
menyelamatkan diri. Sisanya dinyatakan hilang sampai saat ini, di tengah
upaya pencarian oleh tim gabungan dari TNI, Polri, Badan Sar, PMI,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan sejumlah organisasi
masyarakat di bidang kebencanaan.4
Hal ini tidak lain dikarenakan banyaknya warga yang tidak
menyadari bahkan menhiraukan akan datangnya bencana jika mereka
bertahan di wilayah yang rawan logsor. Hal ini terjadi pula di Kecamatan
Setu, Tangerang Selatan yang mengalami longsoran tanah.
Menurut Depkominfo (dalam Andi Muchlis) mengatakan bahwa
“Penanggulangan bencana merupakan bagian integral dari pembangunan
Nasional, yaitu serangkaian kegiatan penanggulangan bencana sebelum,
pada saat maupun sesudah terjadinya bencana. Seringkali bencana
ditanggapi dengan pendekatan tanggap darurat (emergency response).”5
Dalam hal penanggulangan bencana pemerintah harus terfokus
kepada pemenuhan masyarakat yang terkena bencana. Pemerintah harus
secara adil dan harus sesuai dengan standar pelayanan yang memuaskan.
4 VOA, Satu Dusun Tertimbun Tanah Longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, 2017,
(https://www.voaindonesia.com/a/satu-dusun-tertimbun-di-banjarnegara-jawa
tengah/2557623.html) 5 Andi Muchlis, “Analisis Penanggulangan Bencana Banjir Di Kecamatan Ganra
Kabupaten Soppeng”, Skripsi pada Sarjana Universitas Hasanuddin, Makasar, 2017, h. 3, tidak
dipublikasikan.
4
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan bencana akan semakin
baik, karena pemerintahan dan pemerintah menjadi penanggungjawab
dalam penyelenggaraan dalam penanggulangan bencana. Penanggulangan
bencana dilakukan secara terarah mulai prabencana, saat tanggap darurat
dan pasca bencana.
Atas dasar permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Penanggulangan Bencana
Longsor di Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat di
identifikasikan permasalahan yang diteliti tentang Upaya penanggulangan
bencan longsor di Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan. Masalah-
masalah yang diidentifikasi yaitu sebagai berikut:
1. Perlu adanya kajian lebih matang dalam penanggulangan longsor.
2. Solusi pemerintah daerah yang lebih jitu dan tepat dalam
menaggulangi masalah longsor agar tidak terulang kembali.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas yang begitu luas, maka
penulis membatasi penelitian pada pokok pernyataan sebagai berikut
Upaya Penanggulangan Longsor Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
dalam menanggulangi longsor yang terjadi di Kecamatan Setu, Kota
Tangerang Selatan?
2. Bagaimana hubungan kerjasama pemerintah daerah dengan
masyarakat dalam menanggulangi resiko bencana longsor di
Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan?
5
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Sampai sejauh mana peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) dalam menanggulangi resiko longsor di Kecamatan Setu,
Kota Tangerang Selatan
2. Untuk mengetahui hubungan kerjasama pemerintah daerah dengan
masyarakat dalam menaggulangi resiko bencana longsor di
Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan masukan terhadap masyarakat dan pemerintah
sekitar dalam bagaimana dan apa yang harus dikakukan dalam upaya
penanggulangan longsor.
2. Kegunaan praktis
a. Bagi mayarakat
Memberi masukan terhadap masyarakat dalam antisipasi
dan penanggulangan baik dalam jangka panjang atau pendek dalam
menanggulangi longsor diwilayah sekitar.
b. Bagi pemerintah
Membantu pemerintah daerah untuk megambil keputusan
dalam upaya penanggulangan longsor yang sering terjadi di
wilayah tersebut.
c. Bagi peneliti lebih lanjut
Sebagai salah satu sumber data bagi peneliti
selanjutnya.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Longsor
1. Pengertian longsor
Menurut Hary Christady Hardiyatmo mendefinisakan “.”1
Sementara menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) “longsor
adalah gugur dan meluncur ke bawah (tentang tanah).”2 Sedangkan
“Tanah longsor atau landslide adalah salah satu dari tipe gerakan
tanah (mass movement/mass wasting) yaitu suatu fenomena alam
berupa bergeraknya massa tanah secara gravitasi cepat mengikuti
kemiringan lereng.”3
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
longsoran merupakan suatu gerakan tanah yang gugur kebawah.
Hary Chistadi menambahkan “bila gerakan massa tanah
tersebut berlebih, maka disebut tanah longsor (landslide).”4 Longsor
terjadi diakibatkan tanah yang jatuh secara berlebih dan
mengakibatkan kerusakan material bagi benda apapun yang ada di
atas maupun di bagian bawah dari titik longsor tersebut. Tanah
longsor (landslide) merupakan salah satu jenis bencana alam yang
sering terjadi di Indonesia, terutama pada musim hujan.5 Hal ini di
perkuat dengan letak dari kebiasaan penduduk di Indonesia yang
banyak mendirikan bangunan di sekita sungai dan tebing dengan
alasan mudahnya akses air dan pertanian. Jika dilihat dari letak
geografis Indonesia yang berbukit-bukit dan memiliki banyak aliran
sungai serta di topang dari wilayah yang kita kenal ring of fire.
1 Hary Christady Hardiyatmo, Tanah Longsor & Erosi Kejdian Dan Penanganan
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Desember 2012), h 1. 2 Badan Pengembang dan Pembinaan Bahasa, Longsor, 2016, (http://kbbi.web.id/longsor). 3 A.B. Suriadi dan Bambang Riadi, Potensi Risiko Bencana Alam Longsor Terkait Cuaca
Ekstrim Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jurnal Ilmiah Geomatika, Vol. 19, No. 1 2013, h. 1. 4 Hary Christady, loc.cit. 5 Ibid.
7
2. Jenis-jenis longsor
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22 Tahun
2007, secara umum ada 6 jenis tanah longsor yaitu longsoran translasi,
longsoran rotasi, pergerakan blok,runtuhan batu, rayapan tanah, dan
aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling
banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak
memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan. Berikut
penjelasan dari jenis-jenis longsor menurut kementrian ESDM:
Gambar 2.1
Longsor Translasi
a. Longsor Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah
dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau
menggelombang landai.
Gambar 2.2
Longsor Rotasi
b. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
8
Gambar 2.3
Pergerakan Blok
c. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang
bergerakpada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini
disebutjuga longsoran translasi blok batu.
Gambar. 2.4
Runtuhan Batu
d. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan
atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.
Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung
terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
Gambar 2.5
Rayapan Tanah
9
e. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang
bergeraklambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus.
Jenistanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah
waktuyang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa
menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke
bawah.
Gambar 2.6
Aliran Bahan Rombakan
f. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah
bergerakdidorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung
padakemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah
danmampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa
tempatbisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai
disekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban
cukup banyak.1
3. Penyebab Tanah Longsor
Banyak sekali penyebab terjadinya longsor, seperti kondisi
geografi yang berbukit atau terlalu vertikat, vegetasi yang terlampau
jarang, terjangan air sungai yang sering kita sebut erosi bahkan
perbuatan manusia sendiri seperti penggundulan lahan, alih fungsi
1 Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, op. cit., hal. 2-4.
10
lahan di wilayah lereng bukit hingga penambangan ilegal yang harus
menggali tanah di sekitar lereng bukit.
Pada umumnya kawasan rawan bencana longsor merupakan
kawasan dengan curah hujan rata-rata yang tinggi (di atas 2500
mm/tahun), kemiringan lereng yang curam (lebih dari 40%), dan/atau
kawasan rawan gempa. Pada kawasan ini sering dijumpai alur air dan
mata air yang umumnya berada di lembah-lembah yang subur dekat
dengan sungai.2 Adapun sebab longsor lereng atau tebing lebih
spesifik sebagai berikut.
a. Hujan
Hujan adalah curahan atau jatuhnya air akibat peristiwa
kondensasi dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk air,
embun, kabut atau salju.3 Hujan terjadi karena adanya
penguapan air dari permukan bumi seperti laut, danau, sungai,
tanah dan tanaman.4 Hujan memiliki ukuran butiran yang
berbeda-beda. Berdasarkan ukuran butirannya, hujan dibedakan
sebagai berikut.
a) Hujan gerimis (drizzle), diamete butirn-butirn air hasil
kondnsasi kurang dari 0,5 mm.
b) Hujan salju (snow), terdiri atas kristal-kristal es dengan
suhu udara dibawah titik beku.
c) Hujan es batu, merupakan curahan batu es yang turun di
dalam uap panas dari awan dengan suhu udara dibawah titik
beku.
d) Hujan deras (rain), yaitu curahan air yang turun dari awan
dengan suhu udara di atas titik beku dan diameter butirnnya
kurang lebih 5mm.5
2 Kementrian Pekerjaan Umum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PMPU)
no.22/PRT/M/2007,t.t, h. 13. 3 Fasdarsyah, Analisis Curah Hujan Untuk Membuat Kurva Intensity-Duration-Frequency
(Idf) Di Kawasan Kota Lhokseumawe, Teras Jurnal Vol. 4, No. 1, 2014, h. 1. 4 Andri Noor Andriansyah, Klimatoogi Umum (Jakarta: UIN Press, 2013), h. 35. 5 Ibid., h. 36 – 37.
11
Semakin besar butiran dan intensitas hujan, makan
semakin tinggi pula intensitas longsor. Kenaikan tekanan lateral
oleh air, kuat geser tanah di lapangan bergantung pada kadar
airnya, yaitu jika kadang air (atau tekanan air pori) bertambah
maka kuat geser turun. Kebanyakan longsor lereng terjadi
sesudah atau selama hujan lebat atau hujan yang
berkepanjangan.6 Hal ini menyebabkan pori pada tanah terisi air
membuat tanah menjadi empuk dan mudah terbawa oleh aliran
air.
b. Beban Tanah
Di era pembangunan ini pembangunan di wilayah
lereng atau tebing untuk pembangunan jalan raya, rel kereta,
perumahan hingga tempat rekreasi di wilayah lereng demi
kepentingan umum dan pribadi sering terjadi. Hal ini
menyebabkan tambahan beban lereng oleh bangunan ini
menyebabkan tanah menjadi longsor yang diakibatkan tingkat
kekerasan tanah yang tidak mampu menopang beban bangunan
tersebut. Disisi lain air yang meresap ke pori-pori sungai
menyebabkan menghilangkan kekerasan tanahnya yang
memungkinkan tanah akan jatuh tertarik gaya gravitasi. Beban
dinamis oleh tumbuhan turut pula memperparah tebing lereng
dimana jika pori-pori tanah semakin melebar maka tumbuhan
akan menjadi beban tanah yang akan mendorongnya kebawah.
Untuh itu perhitungan yang matang dalam membangun
bangunan di wilayah tebing dan lereng baik itu di sunga, danau
atau perbukitan harus secara matang.
c. Kepadatan Tanah
Tingkat kepadatan tanah ternyata berpengaruh terhadap
intensitas dan besaran longsor. Dimana semakin tidak padat
tanahnya maka akan semakin mudah tanah itu bergerak
kebawah. Hal ini dipengaruhi oleh seberapa lebar pori dari tanah
6 Hary Christady, op. cit., h. 5.
12
tesebut, selain itu dapat dilihat juga dari jenis tanahnya. Salah
satu jenis tanah yang mempunyai skruktur kurag padat yaitu
tanah lempung atau liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter
dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah ini sangat rawan dimana
sangat mudah di pengaruhi oleh cuaca. Saat musim hujan tanah
ini akan menjadi lembek dan berat dimana pori dari tanah
tersebut akan terisi penuh oleh air yang mengakibatkan tanah
akan mudah tertarik gaya gravitasi kebawah dikarenakan beban
massa dari tanah tersebut. Lain hal saat panas, tanah ini akan
mudah retak dan menyebabkan pori tanah semakin melebar.
Tanah yang kehilangan kadar air ini akan berubah seperti batu
dan jatuh berguguran akibat gaya gravitasi. Semakin padat tanah
maka tingkat rekatnya juga akan semakin tinggi yang dapat
dilihat dengan semakin kecilnya pori antar tanah.
d. Lereng Terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya
pendorong. Lereng yang terjal terbenrtuk karena pengikisan air
sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng
yang menyebabkan longsor adalah 180̊ apabila ujung lerengnya
terjal dan bidang longsorannya mendatar.7
e. Pembekuan dan Pencairan Es
Pembekuan dan pencairan es juga dapat menyebabkan
longsor. Hal ini terjadi dimana pembekuan air atau cairn salju
mengakibatkan kenaikan tekanan air pori yang mengurangi kuat
geser tanah dan menjadi sebab terjadinya gerak masa pembentuk
lereng. Pada celah-celah batuan yang terisi air, pembekuan air
tersebut pada musim dingin menyebabkan celah membuka yang
dapat meruntuhkan batuan.8
7 Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, op. cit., hal. 6. 8 Hary Christady, op. cit., h 4.
13
f. Getaran
Getaran yang tejadi biasanya diakibatkan oleh gempa
bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.
Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai,
dan dinding rumah menjadi retak.
g. Pengikisan dan Erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai kearah
tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan
sungai, tebing akan menjadi terjal.
h. Logsoran Lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah
terjadi pengendapan material gunungapi pada lereng yang relatif
terjal atau pada saat atau sesudah terajdi patahan kulit bumi.
i. Daerah Pembuangan Sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk
pembuangan samaph dalam jumlah banyak dapat
mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran
hujan, seperti yang terjadi di TPAS Leuwigajah di Cimahi.
Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.9
4. Tipologi Kawasan Rawan Bencana Longsor Berdasarkan
Penetapan Zonasi
Kawasan rawan bencana longsor dibedakan atas zona-zona
berdasarkan karakter dan kondisi fisik alaminya sehingga pada setiap
zona akan berbeda dalam penentuan struktur ruang dan pola ruangnya
serta jenis dan intensitas kegiatan yang dibolehkan, dibolehkan
dengan persyaratan, atau yang dilarangnya. Zona berpotensi longsor
adalah daerah/kawasan yang rawan terhadap bencana longsor dengan
kondisi terrain dan kondisi geologi yang sangat peka terhadap
9 Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, op. cit., hal. 7-10.
14
gangguan luar, baik yang bersifat alami maupun aktifitas manusia
sebagai faktor pemicu gerakan tanah, sehingga berpotensi terjadinya
longsor. Berdasarkan hidrogeomorfologinya dibedakan menjadi tiga
tipe zona sebgai berikut:
a. Zona Tipe A
Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung,
lereng pegunungan, lereng bukit, lereng perbukitan, dan tebing
sungai dengan kemiringan lereng lebih dari 40%, dengan
ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut.
1) Faktor Kondisi Alam
a) Lereng pegunungan relatif cembung dengan
kemiringan di atas 40%.
b) Kondisi tanah/batuan penyusun lereng:
1.1 Lereng pegunungan tersusun dari tanah penutup
setebal lebih dari 2 (dua) meter, bersifat gembur
dan mudah lolos air (misalnya tanah-tanah
residual), menumpang di atas batuan dasarnya
yang lebih padat dan kedap (misalnya andesit,
breksi andesit, tuf, napal dan batu lempung);
1.2 Lereng tebing sungai tersusun oleh tanah
residual, tanah kolovial atau batuan sedimen hasil
endapan sungai dengan ketebalan lebih dari 2
(dua) meter;
1.3 Lereng yang tersusun oleh batuan dengan bidang
diskontinuitas atau adanya struktur retakan
(kekar) pada batuan tersebut;
1.4 Lereng tersusun oleh pelapisan batuan miring ke
arah luar lereng (searah kemiringan lereng)
misalnya pelapisan batu lempung, batu lanau,
serpih, napal, dan tuf. Curah hujan yang tinggi
yakni 70 mm per jam atau 100 mm per hari
dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm;
15
atau curah hujan kurang dari 70 mm per jam
tetapi berlangsung terus menerus selama lebih
dari 2 (dua) jam hingga beberapa hari.
c) Pada lereng sering muncul rembesan air atau mata air
terutama pada bidang kontak antara batuan kedap
dengan lapisan tanah yang lebih permeable.
d) Lereng di daerah rawan gempa sering pula rawan
terhadap gerakan tanah.
e) Vegetasi alami antara lain tumbuhan berakar serabut
(perdu, semak, dan rerumputan), pepohonan bertajuk
berat, berdaun jarum (pinus).
2) Faktor Jenis Gerakan Tanah
a) Jatuhan yaitu jatuhan batuan, robohan batuan, dan
rebahan batuan;
b) Luncuran baik berupa luncuran batuan, luncuran tanah,
maupun bahan rombakan dengan bidang gelincir lurus,
melengkung atau tidak beraturan.
c) Aliran misalnya aliran tanah, aliran batuan dan aliran
bahan rombakan batuan;
d) Kombinasi antara dua atau beberapa jenis gerakan
tanah dengan gerakan relatif cepat (lebih dari 2 meter
per hari hingga mencapai 25 meter per menit).
3) Faktor Aktifitas Manusia
a) Lereng ditanami jenis tanaman yang tidak tepat seperti
hutan pinus, tanaman berakar serabut, digunakan
sebagai sawah atau ladang.
b) Dilakukan penggalian/pemotongan lereng tanpa
memperhatikan struktur lapisan tanah (batuan) pada
lereng dan tanpa memperhitungkan analisis kestabilan
lereng; misalnya pengerjaan jalan, bangunan, dan
penambangan.
16
c) Dilakukan pencetakan kolam yang dapat
mengakibatkan merembesnya air kolam ke dalam
lereng.
d) Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu
berat.
e) Sistem drainase yang tidak memadai.
b. Zona Tipe B
Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki
pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai
dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai dengan
40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan 2000 meter
di atas permukaan laut.
1) Faktor Kondisi Alam
a) Lereng relatif landai dengan kemiringan 21% hingga
40%.
b) Lereng pegunungan tersusun dari tanah penutup setebal
kurang dari 2 (dua) meter, bersifat gembur dan mudah
lolos air (misalnya tanahtanah residual), menumpang di
atas batuan dasarnya yang lebih padat dan kedap
(misalnya andesit, breksi andesit, tuf, napal dan batu
lempung);
c) Lereng tebing sungai tersusun oleh tanah residual,
tanah kolovial atau batuan sedimen hasil endapan
sungai dengan ketebalan kurang dari 2 (dua) meter;
d) Kondisi tanah (batuan) penyusun lereng umumnya
merupakan lereng yang tersusun dari tanah lempung
yang mudah mengembang apabila jenuh air (jenis
montmorillonite);
e) Curah hujan mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per
hari dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm,
atau kawasan yang rawan terhadap gempa;
17
f) Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng,
terutama pada bidang kontak antara batuan kedap air
dengan lapisan tanah yang lebih permeable;
g) Vegetasi terbentuk dari tumbuhan berdaun jarum dan
berakar serabut;
h) Lereng pada daerah yang rawan terhadap rawan gempa.
2) Faktor Jenis Gerakan Tanah
a) Gerakan tanah yang terjadi pada daerah ini umumnya
berupa rayapan tanah yang mengakibatkan retakan dan
amblesan tanah.
b) Kecepatan gerakan lambat hingga menengah dengan
kecepatan kurang dari 2 (dua) meter dalam satu hari.
3) Faktor Aktifitas Manusia
a) Pencetakan kolam yang mengakibatkan perembesan air
ke dalam lereng.
b) Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu
berat.
c) Sistem drainase yang tidak memadai.
c. Zona Tipe C
Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi,
dataran rendah, dataran, tebing sungai, atau lembah sungai
dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai dengan
20%, dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas
permukaan laut.
1) Faktor Kondisi Alam
a) Lereng relatif landai dengan kemiringan antara 0%
sampai 20%;
b) Lereng pegunungan tersusun dari tanah penutup setebal
kurang dari 2 (dua) meter, bersifat gembur dan mudah
lolos air (misalnya tanah residual), menumpang di atas
batuan dasarnya yang lebih padat dan kedap (misalnya
andesit, breksi andesit, tuf, napal dan batu lempung);
18
c) Daerah belokan sungai (meandering) dengan
kemiringan tebing sungai lebih dari 40%;
d) Kondisi tanah (batuan) penyusun lereng umumnya
merupakan lereng yang tersusun dari tanah lempung
yang mudah mengembang apabila jenuh air (jenis
montmorillonite);
e) Curah hujan mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per
hari dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm,
atau kawasan yang rawan terhadap gempa;
f) Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng,
terutama pada bidang kontak antara batuan kedap air
dengan lapisan tanah yang lebih permeable;
g) Vegetasi terbentuk dari tumbuhan berdaun jarum dan
berakar serabut;
h) Lereng pada daerah yang rawan terhadap rawan gempa.
2) Faktor Jenis Gerakan Tanah
a) Gerakan tanah yang terjadi pada daerah ini umumnya
berupa rayapan tanah yang mengakibatkan retakan dan
amblesan tanah.
b) Kecepatan gerakan lambat hingga menengah dengan
kecepatan kurang dari 2 (dua) meter per hari.
3) Faktor Aktifitas Manusia
a) Pencetakan kolam yang mengakibatkan perembesan air
ke dalam lereng.
b) Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu
berat.
c) Sistem drainase yang tidak memadai.10
10 Kementrian Pekerjaan Umum, op. cit., h. 16-21
19
5. Gejala Dan Wilayah Rawan Longsor
Adapun gejala akan terjadinya tanah longsor sebagai berikut:
1) Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah
tebing, hal ini diakibatkan air yang menisi pori tanah
sehingga tanah menjadi sangan lembek dan berat.
2) Muncul air secara tiba-tiba dari permukaan tanah di lokasi
baru, biasanya hal ini terjadi akibat tanah tidak dapat
menampung lagi air yag di sebabkan pori tanah sudah
terisi penuh.
3) Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh
4) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan
6. Wilayah-wilayah yang rawan akan tanah longsor
1) Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut
2) Berada pada daerah yang terjal dan gundul
3) Merupakan daerah aliran air hujan.
4) Tanah tebal atau sangat gembur pada lereng yang menerima
curah
5) hujan tinggi
7. Dampak Longsor
Terjadinya bencana tanah longsor memiliki dampak yang
sangat besar terhadap kehidupan, khususnya manusia. Bila tanah
longsor itu terjadi pada wilayah yang memiliki kepadatan penduduk
yang tinggi, maka korban jiwa yang ditimbulkannya akan sangat
besar, terutama bencana tanah longsor yang terjadi secara tiba-tiba
tanpa diawali adanya tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor.11
Tanah dan material lainya yang berada di lereng dapat runtuh
dan mengubur manusia, binatang, rumah, kebun, jalan dan semua
yang berada di jalur longsornya tanah. Kecepatan luncuran tanah
longsor, terutama pada posisi yang terjal, bisa mencapai 75 kilometer
11 Nandi, “Longsor”, Manuskrip Pada Pendidikan Geografi UPI Bandung, Bandung, 2007,
h. 17. tidak dipublikasi.
20
per jam. Sulit untuk menyelamatkan diri dari tanah longsor tanpa
pertolongan dari luar.12
a. Adapun dampak yang ditimbulkan dengan terjadinya tanah longsor
terhadap kehidupan adalah sebagai berikut:
1) Bencana longsor banyak menelan korban jiwa.
2) Terjadinya kerusakan infrastruktur public seperti jalan,
jembatan dan sebagainya.
3) Kerusakan bangunan –bangunan seperti gedung perkantoran
dan perumahan penduduk serta sarana peribadatan.
4) Menghambat proses aktivitas manusia dan merugikan baik
masyarakat yang terdapat disekitar bencana maupun
pemerintah
b. Adapun dampak yang ditimbulkan terhdap lingkungan akibat
terjadinya tanah longsor adalah sebagai berikut:
1) Terjadinya kerusakan lahan.
2) Hilangnya vegetasi penutup lahan.
3) Terganggunya keseimbangan ekosistem.
4) Lahan menjadi kritis sehingga cadangan air bawah tanah
menipis. Terjadinya tanah longsor dapat menutup lahan yang
lain seperti sawah, kebun dan lahan produktif lainnya.13
8. Penanggulangan Longsor
a. Hal yang harus dilakukan agar terhindar dari bencana longsor
1) Tidak melakukan penebangan baik di hutan maupun pinggir
sungai.
2) Melakukan reboisasi dengan menanam pohon yang memiliki
akar cukup kuat guna mengikat tanah agar tidak terjadi
longsor.
3) Membuat dan menjaga saluran air hujan
4) Membangun diding penahan tebing di wilayah terjal
5) Memeriksa keadaan tanah secara berkala
6) Mengukur tingkat kederasan dan intensitas hujan
12Yayasan IDEP, op. cit., hal 10 13 Nandi, op. cit., h 18.
21
b. Cara menghindari jatunya korban jiwa bagi masyarakat di wilayah
rawan longsor
1) Membangun pemukiman jauh dari daerah yang rawan
2) Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun
3) Membuat Peta Ancaman.
4) Melakukan deteksi dini
c. Hal yag harus dilakukan selama dan sesudah bencana
1) Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat
adalah penyelamatan dan pertolongankorban secepatnya
supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang
harusdiperhatikan, antara lain:
a) Kondisi medan
b) Kondisi bencana
c) Peralatan
d) Informasi bencana
e) Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi
kondisi sosial, ekonomi, dan saranatransportasi. Selain itu
dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannyasupaya tanah longsor tidak berkembang dan
penentuan relokasi korban tanah longsor bilatanah longsor sulit
dikendalikan.
d. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah
rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi
kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karenakerentanan
untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor
hampir100%.
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang
bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
22
1) Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa
menyerap).
2) Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pem-
bangunan).
3) Vegetasi kembali lereng-lereng.
4) Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa
menstabilkan lokasi hunian.
B. Mitigasi Bencana
1. Pengertian Mitigasi Bencana
Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana No. 4 Tahun 2008, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapai ancaman
bencana.14 Mitigasi merupakan suatu siklus kegiatan yang secara
umum dimulai dari tahap pencegahan terjadinya longsor, kemudian
tahap waspada, evakuasi jika longsor terjadi dan rehabilitasi,
kemudian kembali lagi ke tahap yang pertama. Pencegahan dan
waspada merupakan bagian yang sangat penting dalam siklus
mitigasi.15
2. Prinsip Mitigasi Bencana
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 terdapat
prinsip-prinsip penanggulangan bencana yaitu sebagai berikut.
a. Cepat dan Tepat
Penanggulangan bencana harus cepat dan tepat karena
kalau terlambat akan menimbulkan kerugian harta benda dan
korban manusia yang banyak.
b. Prioritas
Penanggulangan harus memprioritaskan penyelamatan
nyawa manusia, kemudian harta benda.
c. Koordinasi dan Keterpaduan
14 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Perka BNPB no 4 tahun 2008,t.t, h. 2. 15 Kementrian Pekerjaan Umum, op. cit., h. 116.
23
Koordinasi maksudnya dalam penanganan bencana antar
instansi pemerintah dan masyarakat harus memiliki koordinasi
yang baik dan saling mendukung. Keterpaduan maksudnya dalam
penanganan bencana harus dilakukan oleh berbagai sektor secara
terpadu dan saling mendukung.
d. Berdaya Guna dan Berhasil Guna
Berdaya guna dan berhasil guna maksudnya dalam
penanganan bencana tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya
yang berlebihan.
e. Transparansi dan Akuntabilitas
Transparansi penanggulangan bencana harus dilakukan
secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan. Akuntabilitas
maksudnya bahwa penanggulangan bencana harus dilakukan secara
terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.
f. Kemitraan
Kemitraan maksudnya bahwa penanggulangan bencana
tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi harus bersama-sama
dengan semua elemen masyarakat.
g. Pemberdayaan
Pemberdayaan maksudnya merupakan upaya
meningkatkan dan pemahaman masyarakat dalam menghadapi
bencana seperti langkah antisipasi, penyelamatan dan pemulihan
bencana.
h. Non Diskriminatif
Dalam penanggulangan bencana tidak boleh diskriminatif
dengan memberikan perlakuan yang berbeda berdasarkan jenis
kelamin, suku, agama, ras dan paham politik.
i. Non Proletisi
Non proletisi maksudnya dalam penanggulangan bencana
dilarang memanfaatkan keadaan darurat dengan menyebarkan
24
agama atau keyakinan tertentu, misalnya dengan alih pemberian
bantuan.16
3. Tahapan Mitigasi Bencana
a. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan
bencana alam geologi di suatuwilayah, sebagai masukan kepada
masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota danprovinsi
sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar
terhindar daribencana.
b. Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana
sehingga dapat digunakan dalamperencanaan penanggulangan
bencana dan rencana pengembangan wilayah.
c. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi
bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara
penaggulangannya.
d. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada
daerah strategis secara ekonomidan jasa, agar diketahui secara dini
tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah tersebut.
e. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi
/Kabupaten /Kota atauMasyarakat umum, tentang bencana alam
tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi
dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster,
booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat danaparat pemerintah.
16 Uu no. 24 tahun 2007, BAB II, Pasal 3 Ayat 2, tahun 2007,t.t, h. 5-6.
25
f. Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya,
kondisi bencana dan tatacara penanggulangan bencana di suatu
daerah yang terlanda bencana tanah longsor.17
4. Efektifitas Mitigasi Bencana
Efektivitas merupakan kata yanf berasal dari kata efektif
yang menurut KBBI yaitu dapat membawa hasil atau berhasil guna.18
Dengan kata lain efektifitas merupakan suatu ukuran yang
menyatakan sejauhmana keberhasilan atau hasil tersebut dapat dan
akan tercapai.
Dalam hal ini efektifitas suatu mitigasi dan penanggulangan
bencana sangat diperlukan, guna melihat hasil yang telah di lakukan
apakah sudah sesuai dengan yang di harapkan dan menjadi bahan
evaluasi untuk mitigasi dan penanggulangan berikutnya.
Maka dari itu efektivitas mitigasi bencana pada tingkat
daerah harus segera ditingkatkan untuk meminimalisasi akibat buruk
dari gangguan alam. BPBD di semua kabupaten/kota harus mampu
menjadi kekuatan terdepan ketika warga butuh bantuan, baik akibat
gempa bumi, banjir, tanah longsor, maupun erupsi gunung berapi.19
C. Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana Longsor
1. Tugas dan Fungsi Pemerintah
Tugas dan fungsi pemerintah adalah untuk melayani
masyarakat dan lebih mementingkan kepentingan umum. Menurut
Rasyid secara umum tugas pokok pemerintah yaitu:
1) Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan
dari luar dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam
17 Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, op. cit., hal 14-15 18 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Efektif, 2020,
(https://kbbi.web.id/efektif). 19 Media Indonesia, Tingkatkan Efektivitas Mitigasi Bencana Daerah, 2020
(https://mediaindonesia.com/read/detail/210337-tingkatkan-efektivitas-mitigasi-bencana-daerah)
26
yang dapat menggulingkan pemerintah yang sah melalui cara-cara
kekerasan.
2) Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya perselisihan
diantara masyarakat, menjamin agar perubahan apappun yang
terjadi di dalam masyarakat dapat berlangsung secara damai.
3) Menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada warga
masyarakat tanpa membedakan status apapun yang
melatarbelakangi keberadaan mereka.
4) Melakukan pekerjaan umum dan memberikan pelayanan dalam
bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non
pemerintahan, atau yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh
pemerintah.
5) Melakukan upaya-upaya yang meningkatkan kesejahteraan sosial,
misalnya: membantu orang tidak mampu dan memelihara orang
cacat, jompo dan anak terlantar, menampung serta menyalurkan
para gelandangan ke sektor kegiatan yang produktif dan
semacamnya.
6) Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat
luas, seperti mengendalikan ekonomi yang menguntungkan
masyarakat luas seperti mengendalikan laju inflasi, mendorong
penciptaan lapangan kerja baru, menajukan perdagangan domestik
dengan antar bangsa, serta kebijakan lain yang secara langsung
menjamin peningkatan ketahanan ekonomi negara dan masyarakat.
7) Menerapkan kebijakan untuk memelihara sumber daya alam dan
lingkungan hidup seperti air, tanah dan hutan.20
2. Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana
Pemerintah harus mempunyai kemampuan yang cukup besar
untuk mengontrol situasi daerah rawan bencana. Kemampuan itu
meliputi perencanaan dan persiapan respon bencana, bantuan
koordinasi, kebijakan rekontruksi dan mengatasi masalah populasi.
20 Andi Muchlis, op.cit., h. 98-99.
27
Pemerintah dengan sebuah pengembangan program manajemen
bencana dapat melakukan koordinasi yang baik. Berdasarkan pada
hukum kemanusiaan internasional, pemerintah nasional merupakan
pihak utama yang harus merespon bencana alam. Wilayah daerah dan
bencana merupakan sebuah upaya pengujian kumpulan kebijakan,
praktik dan profesionalisme manajemen tanggap darurat dari sebuah
perspektif pemerintah lokal. 21
D. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan “Upaya
Penanggulangan Bencan Longsor di Kecamatan Setu, Kota Tangerang
Selatan” adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Relevan
No Nama
Peneliti Judul Hasil Perbedaan Persamaan
1 Febriali
Setyo
Purwant
o 2017
Upaya
Penanggulan
gan Korban
Bencana
Tanah
Longsor Oleh
BPBD
Pacitan
Kecamatan
Tegalombo
Kabupaten
Pacitan
Strategi
badan
penaggulan
gan bencana
daerah
(BPBD)
dalam
upaya
menanggula
ngi korban
bencana
tanah
longsor
sudah baik.
BPBD
sudah cepat
dan tepat
sesuai
dengan
Penelitian
sebelumnya
meneliti
tentang
bagaimana
upaya
BPBD
dalam
menanggul
angi korban
longsor
Sama sama
meneliti
tentang
longsor
21 Ibid., h.101-102.
28
tuntutan
keadaan.
2 Andi
Muchlis
2017
Analisis
Penanggulan
gan Bencana
Banjir Di
Kecamatan
Ganra
Kabupaten
Soppeng
Peran badan
penanggula
ngan
bencana
daerah
(BPBD)
dalam
menanggula
ngi resiko
bencana
banjir di
Kecamatan
Gandra
Kabupaten
Soppeng
telah
dijalankan
sesuai
dengan visi
dan misi.
Ini terlihat
dari peran
kepala
pelaksana
BPDB
menjalanka
n setiap
penanggula
ngan secara
tepat sesuai
dengan
tuntutan
keadaan
Penelitian
sebelumnya
meneliti
tentang
penanggula
ngan banjir
Sama sama
meneliti
tentang
penanggula
ngan
bencana
3 Bestari
Ainun
Ningtyas
2015
Pengaruh
pengetahuan
Kebencanaan
Terhadap
Sikap
Kesiapsiagaa
n Warga
Dalam
Menghadapi
Bencana
Tanah
Longsor Di
Desa Sridadi
Sikap
kesiapsiaga
an warga
terhadap
bencana
tanah
longsor di
Desa
Sridadi
Kecamatan
Sirampong
Kabupaten
Brebes
Penelitian
sebelumnya
meneliti
sikap
kesiapsiaga
an warga
terhadap
bencana
tanah
longsor
Sama sama
meneliti
tentang
longsor
29
Kecamatan
Sirampog
Kabupaten
Brebes Tahun
2014
Berada di
Kategori
tinggi
E. Kerangka Berpikir
Dalam upaya penanggulangan bencana longsor diperlukan kerja
pemerintah hal itu merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas instansi tersebut. Dalam hal ini unit
penanggulangan bencana yang bertugas sebagai pelaksana
penanggulangan bencana harus mempunyai kinerja yang disiplin, efesien
dan efektif. Dengan demikian, pemerintah dikatakan berhasil jika
kinerjanya dapat dirasakan masyarakat yang terkena bencana.
Untuk itu penulis dalam nelakukan penelitian ini, ingin
menggunakan secara pasti apa yang mengakibatkan terjadinya tanah
longsor di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Maka untuk itu
peneliti membuat kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 2.7
Kerangka Berfikir
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut, karena
dengan pertimbangan di daerah tersebut telah terjadi longsor. Lokasi
tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memberi kemudahan
peneliti dalam mengumpulkan data, serta peluang waktu yang luas
untuk melakukan penelitian.Berdasarkan letak geografisnya
Kecamatan Setu memiliki batasan-batasan sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Pamulang
Sebelah Selatan : Kecamatan Cisauk
Sebelah Barat : Kecamatan Serpong
Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang
Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian
31
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan antara bulan Juli 2019 sampai
dengan bulan Agustus 2019.
Tabel 3.1
Susunan Waktu Penelitian
No Waktu Kegiatan Keterangan
1. 30 November 2019 Perencanaan penelitian
Dilakukan dengan
cara berkonsultasi
dengan dosen
pembimbing
2. 5 Desember 2019 Penyusunan instrumen
Dilakukan dengan
cara berkonsultasi
dengan dosen
pembimbing
3. 1 Januari 2020 Pengumpulan data Lokasi penelitian
4. 25 Januari 2020 Pengolahan dan analisa data
Dilakuka dengan cara
berkonsultasi dengan
dosen pembimbing
5. 30 Maret 2020 Penyusunan laporan Dosen pembimbing
B. Latar Penelitian
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa terpilihnya Kecamatan
Setu sebagai tempat penelitian adalah karena melihat terjadinya
kelongsoran di area tebingan yang menyebabkan terganggunya akses
jalan. Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis
penanggulangan longsor di Kecamatan Setu. Dari penanggulangan
longsor ini tentu akan berdampak bagi masyarakat sekitar.
32
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Purposive Sampling. Sampling purposive teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu.1 Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.2
Sampel penelitian ini merupakan responden yang terlibat langsung dalam
kejadian bencana. 1 orang Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. 1
Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kecamatan
Setu Kota Tangerang Selatan. 1 Staf Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan. Tokoh masyarakat dan tokoh pemuda.
Peneliti menetapkan sampel berdasarkan anggapan bahwa
responden dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh peneliti.
Responden dipilih dengan pengetahuan ataupun keterlibatannya dengan
objek yang akan diteliti.
C. Metode Penelitian
Dalam penggunaan metode tentunya sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan penelitian. Penggunaan metode tentunya membutuhkan
langkah-langkah yang logis serta alamiah. Oleh karena itu, peneliti harus
menggunakan langkah-langkah untuk memperoleh data penelitian yang
akurat.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari generalisasi.3
1 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustakabarupress, 2014),
Cet.ke 1, h. 72. h. 72. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 81. 3 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 1.
33
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis faktual dan aturan mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.4
Penggunaan metode ini dipandang tepat karena mempelajari serta
menggambarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lembaga dan
masyarakat. Penelitian ini data yang akan dicari berupa Peran Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam menanggulangi longsordi
Kecamatan Setu Kota Tangerang. Serta hubungan kerjasama pemerintah
daerah dengan masyarakat dalam menaggulangi bencana longsor
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Data dan Sumber Data
Dalam hal ini data sangat penting karena data perlu diolah
untuk menghasilkan penelitian.
Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode
pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis menggunakan suatu
metode tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang
dapat menggambarkan atau mengindikasikan sesuatu.5
Dalam suatu penelitian data sangat diperlukan karena dari
datalah dapat diperoleh suatu hasil penelitian. Dalam hal ini data yang
akan dicari ialah data penanggulangan longsor di Kecamatan Setu
melalui wawancara dari anggota BPBD Kecamatan Setu, Camat dan
masyarakat sekitar area yang terkena longsor.
Adapun data dan sumber data dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 3.2.
4 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 58. 5 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), h. 116.
34
Tabel 3.2
Data dan Sumber Data
No Data Sumber Data
1 Peran Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) dalam
menanggulangi longsor di
Kecamatan Setu
Kepala, Anggota Badan
Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD)
2 Kerjasama masyarakat dengan
Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) dalam
menanggulangi resiko longsor di
Kecamatan Setu
Tokoh masyarakat dan
tokoh pemuda
2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.6
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah observasi, wawamcara, dan dokumentasi. Dalam
penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen,
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya.7
a. Observasi
Observasi sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi secara menyeluruh tentang tempat
penelitian. Observasi adalah pengamatan-pengamatan dan
6 Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet 14, h. 62. 7 Ibid., h. 222.
35
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian.8
Peneliti disini melakukan observasi langsung dimana
peneliti datang langsung ke lapangan guna mendapatkan data
berupakan gambaran sesungguhnya dari wilayah bencana tersebut.
Oleh karena itu keunggulan metode ini adalah data yang
dikumpulkan dalam dua bentuk yaitu interaksi dan percakapan.
Tabel 3.3
Pedoman Observasi
No Kegiatan Keterangan
1 Mengobservasi kondisi
longsor di Kecamatan Setu
Dilakukan dengan cara
mengobservasi langsung
2 Mengobservasi kondisi
masyarakat Kecamatan Setu
Dilakukan dengan cara
mengobservasi langsung
b. Kuesioner
“Kuesioner adalah alat riset atau survei yang terdiri atas
serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan mendapatkan tanggapan
dari kelompok orang terpilih melalui wawancara pribadi atau
melalui pos, daftar pertanyaan.”9
Sedangkan angket adalah daftar pertanyaan tertulis mengenai
masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap
pertanyaan.10
Maka peneliti nmenggunakan angket sebagai media
kuesioner guna mendapatkan data yang valid dari masing-masing
responden.
8 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustakabarupress, 2014),
Cet.ke 1, h.75. 9 Badan Pengembang Pengembang dan Pembinaan Bahasa, Longsor, 2020,
(https://kbbi.web.id/kuesioner). 10 Badan Pengembang Pengembang dan Pembinaan Bahasa, Angket, 2020,
(https://kbbi.web.id/angket).
36
Dalam hal ini yang akan dimintai data kuesioner oleh
peneliti ialah sebagai berikut:
a) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kecamatan Setu Kota Tangerang.
b) Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kecamatan Setu Kota Tangerang.
c) Tokoh masyarakat
d) Masyarakat disekitar area Longsor Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan.
c. Wawancara
“Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara
(pengumpulan data) kepada responden, dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape
recorder).”11
Wawancara merupakan data yang diperoleh dengan cara
tanya jawab. Dalam penelitian ini wawancara akan dilaksanakan
dengan cara terstruktur. Dalam hal ini peneliti akan melakukan sesi
tanya jawab dengan menggunakan sebagian alat meliputi teks
pertanyaan, alat mencatat dan merekam.
Wawancara secara langsung untuk memperoleh informasi
yang mendalam tentang objek dan fokus yang akan diteliti. Selain
pedoman wawancara, peneliti juga menggunakan alat pendukung
lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas penelitian. Selain itu
alat pendukung untuk wawancara lainnya ialah alat rekam (tape
recorder) untuk mencatat hasil wawancara yang sedang
berlangsung antara peneliti dengan responden. Dalam penelitian
kualitatif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang
paling utama. Data diperoleh dari wawancara yang diperlukan
11 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 67-68.
37
untuk menggali informasi secara mendalam, penguasaan teknik
wawancara sangat diperlukan agar narasumber merasa nyaman.
Dalam hal ini yang akan dimintai wawancara oleh peneliti
ialah sebagai berikut:
e) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kecamatan Setu Kota Tangerang.
f) Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kecamatan Setu Kota Tangerang.
g) Staf Kecamatan Kecamatan Setu Kota Tangerang
h) Tokoh masyarakat
i) Masyarakat disekitar area Longsor Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan.
Tabel 3.4
Pedoman Wawancara
No Daftar Pertanyaan Sumber data
1
1. Upaya apa saja yang dilakukan BPBD
dalam menanggulangi bencana di
Tanggerang Selatan khususnya di
Kecamatan Setu?
2. Apa saja program yang dilakukan
BPBD dalam menanggulangi bencana
ini?
3. Bagaimana koordinasi dari program-
program BPBD Tanggerang Selatan,
baik itu program yang mencakup
tanggap darurat dan mitigasi?
4. Apakah hubungan kerjasama antara
BPBD dengan pemda sudah berjalan
dengan maksimal?
5. Bagaimana hubungan antar kerjasama
Badan
Penanggulangan
Bencana daerah
38
antara BPBD dengan masyarakat dala
penanggulangan bencana ini?
6. Apakah ada kesulitan yang dialami
BPBD dalam melakukan program-
program penanggulangan bencana ini?
7. Apa yang dibutuhkan BPBD dalam
melakukan upaya penanggulangan
bencana ini?
2
1. Bagaimana peran pemerintah daerah
Tanggerang Selatan dalam
menanggulangi bencana di
Tanggerang Selatan khususnya di
kecamatan Setu?
2. Upaya apa saja yang dilakukan pemda
dalam menanggulangi bencana
longsor?
3. Apakah ada program dari pemda
dalam menanggulangi bencana ini?
4. Apakah pihak BPBD atau
instansi/dinas yang pernah
mengadakan sosialisasi mengenai
kebencanaan dan cara
penanggulangan dini bencana lonsor
tersebut?
5. Bagaimana hubungan kerjasama
antara BPBD dengan pemda sudah
berjalan dengan maksimal?
6. Apakah hubungan kerjasama antara
BPBD dengan pemda sudah berjalan
Petugas
Kecamatan
Kecamatan Setu
Kota Tangerang
39
dengan maksimal?
7. Apakah ada kesulitan yang dialami
pemda dalam melakukan program-
program penanggulangan bencana ini?
8. Apa yang dibutuhkan pemda dalam
melakukan upaya penanggulangan
bencana ini?
3
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu
perihal bencana longsor yang terjadi?
2. Bagaimana hubungan kerjasama
antara pihak BPBD dengan
masyarakat sekitar?
3. Apa saja yang dilakukan pemerintah
daerah dalam mengatasi dan
menaggulangi bencana ini?
4. Bagaimana peran masyarakat dalam
mengatasi dan menanggulangi
bencana ini?
5. Apakah pernah diadakan sosialisasi
mengenai penanggulangan dini?
6. Kenapa bapak/ibu masih tetap tinggal
di wilayah ini?
7. Apakah yang dibutuhkan masyarakat
agar bencana ini tidak terulang?
8. Adakah saran dan pesan untuk pemda
Tangsel dan BPBD terkait bencana
ini?
Masyarakat di
sekitar
Kecamatan Setu
Kota Tangerang
40
d. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
yang tidak langsung ditunjukan kepada subjek penelitian. Dokumen
yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen
resmi.12 Teknik dokumentasi dalam penelitian ini menyangkut
penelusuran yang diperlukan untuk mengumpulkan dokumen data
penelitian yang akurat.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa terbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.13 Dengan demikian teknik ini dipakai
untuk memperoleh data profil Kecamatan Setu Kota Tangerang,
kondisi masyarakat, foto selama proses wawancara berlangsung
serta observasi langsung melihat tempat yang terkena longsor
Kecamatan Setu Kota Tangerang.
Tabel 3.5
Pedoman Dokumentasi
No Dokumen yang diperlukan Sumber dokumen
1
Penanggulangan longsor di
Kecamatan Setu Kota
Tangerang
Kantor BPBD Kecamatan
Setu Kota Tangerang
2 Profil Kecamatan Setu Kota
Tangerang
Kantor Kecamatan Setu
Kota Tangerang
E. Analisis Data
Bogdan dalam Sugiyono mengatakan bahwa, Analisis data adalah
proses mencari dan menyusun data secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
12 Irawan Soehartono, op. cit., h. 70. 13 Sugiyono, op. cit., h. 82.
41
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain. Analisi data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya kedalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang akan diceritakan kepada orang lain.14 Dalam penelitian
ini data akan dianalisis menjadi sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang paling
pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. 15 Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh tentunya
tidak akan sedikit. Banyak data-data yang akan diperoleh dari berbagai
metode pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Data-data yang diperoleh tersebut harus dicatat secara
terperinci oleh peneliti. Peneliti mengambil bagian-bagian yang
pokoknya saja. Jika telah selesai di reduksi kemudian peneliti akan
mendapat gambaran yang lebih jelas tentang data yang diperoleh.
Setelah selesai hal tersebut kemudian peneliti melanjutkan teknik
analisis selanjutnya.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchat, dan sejenisnya.16 Setelah penyajian data tentu akan sangat
mempermudah peneliti untuk memahami apa yang terjadi.
3. Verification
Setelah melakukan penyajian data tahap selanjutnya yaitu
penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ada bukti-bukti yang
14 Ibid., h. 224. 15 Ibid., h. 247. 16 Ibid., h. 249.
42
akan mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.17
17 Ibid., h. 252.
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian
Pada umumnya untuk mengetahui keadaan fisik daerah
penelitian dapat dijelaskan seperti berikut ini, yaitu:
Gambar 4.1
Peta Lokasi Penelitian
a. Letak dan Luas
Kecamatan setu adalah sebuah Kecamatan yang terletak di
kota Tangerang Selatan dengan luas wilayah sekitar 1,480 Ha,
Kecamatan Setu mempunyai 6 kelurahan diantaranya, keranggan,
Muncul, Kademangan, Setu, Babakan, dan Bakti jaya yang
mencerminkan perbatasan dengan daerah lain sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Pamulang
Sebelah Selatan : Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang
Sebelah Barat : Kecamatan Serpong
Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang
44
Jarak Kecamatan Setu ke Kota pemerintahan Tangerang
Selatan sekitar 7 kilometer, Kecamatan Setu masuk kedalam
wilayah pemerintahan kota Tangerang Selatan. Kecamatan Setu
merupakan wilayah yang dikategorikan padat penduduk.
b. Topografi
Berdasarkan topografi wilayah kecamatan Setu berada
pada ketinggian 14,8 mdpl.
c. Iklim
Curah hujan di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
mencapai 66,7 pertahun.
d. Penggunaan Lahan
Di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan berdasarkan
penggunaan lahan ialah dibagi kedalam beberapa wilayah bagian
ialah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kecamatan Setu
Tahun 2019
No Penggunaan Lahan Luas Presentase %
1 Sawah 68,69 Ha 3,9%
2 Pemukiman 693,72 Ha 40%
3 Danau 18,02 Ha 1%
4 Industri 141,31 Ha 8%
5 Kawasan Puspitek 314,14 Ha 17,8%
6 Pendidikan 27,02 Ha 1,5%
7 Perdagangan dan Jasa 21,25 Ha 1,2%
8 Semak, Belukar 104,73 Ha 6%
9 Tambak 33,65 Ha 1,9%
10 Tanah kosong 216,5 Ha 12,2%
45
11 Ladang/Kebun 133,18 Ha 7,5%
Total Luas 1772,22 Ha 100%
Sumber: Data Litbang PUPR Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa luas
Kecamatan Setu dengan luas persawahan 68,69 Ha atau sekitar
3,9%, luas pemukiman 693,72 Ha atau sekitar 40%, Danau 18,02
Ha atau sekitar 1%, Industri 141,31 Ha atau sekitar 8%, Kawasan
Puspitek 314,14 Ha atau sekitar 17,8%, Pendidikan 27,02 Ha atau
sekitar 1,5%, Perdagangan dan Jasa 21,25 Ha atau sekitar 1,2%,
Semak, Belukar 104,73 Ha atau sekitar 6%, Tambak 33,65 Ha atau
sekitar 1,9%, Tanah kosong 216,5 Ha atau sekitar 12,2% dan
Ladang/Kebun 133,18 Ha atau sekitar 7,5%.
2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian
Untuk mengetahui gambaran umum kondisi sosial daerah
penelitian dapat diketahui melalui, jumlah penduduk, kepadatan
penduduk, komposisi penduduk.
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data BPS Kecamatan Setu tahun 2017 jumlah
penduduk di Kecamatan Setu berjumlah 89.825 Jiwa, jumlah
penduduk laki-laki 45.870 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 43.955 jiwa dan luas lahan Kecamatan Setu seluas
1772,22 Ha. Adapun jika ingin mengetahui kepadatan penduduk di
Kecamatan Setu dihitung dengan menggunakan rumus yaitu:
Kepadatan Penduduk =
Kepadatan Penduduk =
= 25,9 Jiwa/Ha2 atau 2.588,6 Jiwa/Km2
Kepadatan penduduk bisa dilihat sebagai berikut:
1) 0-51 orang termasuk wilayah tidak padat
2) 21-250 orang termasuk wilayah kurang padat
46
3) 251-400 orang termasuk wilayah padat
4) > 400 orang termasuk wilayah sangat padat1
Dari hasil perhitungan kepadatan penduduk, telah
diketahui Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan termasuk
wilayah sangat padat dengan penduduknya yang mencapai >400
Jiwa/ dengan jumlah kepadatan penduduk mencapai 2588,6
Jiwa/
b. Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan umur merupakan
perbandingan usia antara penduduk laki-laki dengan perempuan.2
Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah,
perbandingan jumlah laki-laki dibandingkan dengan jumlah
perempuan dalam waktu tertentu.3
Di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan berdasarkan
komposisi penduduk umur dan jenis kelamin adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin tahun 2018
No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah
(Jiwa) Laki-
Laki
Perempuan
1 0-4 tahun 4.073 4.018 8.091
2 5-9 tahun 4.382 4.059 8.441
3 10-14 tahun 3.646 3.406 7.052
1 Puskim PU, Kebutuhan Rumah, 2011,
(http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/Kebutuhan_Rumah/ref.php). 2 Nia Amalia Nurhasanah, dkk., Buku Siswa Geografi, (Depok: Depok: Cv Arya Duta,
2016), h. 181. 3 Ibid., h. 182.
47
4 15-19 tahun 3.479 3.232 6.711
5 20-24 tahun 3.646 3.462 7.108
6 25-29 tahun 3.998 4.005 8.003
7 30-34 tahun 3.933 4.204 8.137
8 35-39 tahun 4.079 3.899 7.978
9 40-44 tahun 3.726 3.706 7.432
10 45-49 tahun 3.401 3.376 6.777
11 50-54 tahun 2.933 2.588 5.521
12 55-59 tahun 2.105 1.593 3.698
13 60-64 tahun 1.122 958 2.080
14 >65 tahun 1.347 1.449 2.796
Jumlah 45.870 43.955 89.825
Sumber: Data BPS Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan 2018
Menurut tabel 4.2 diatas, telah diketahui rasio jenis
kelamin, untuk menghitung rasio jenis kelamin penduduk di
Kecamatan Setu dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
SR = × 100%
= × 100%
= 104,35672847 dibulatkan menjadi 104
Dari hasil perhitungan tersebut telah diketahui bahwa, di
Kecamatan Setu bahwa setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-
laki. Dari hasil tersebut memberikan sebuah kemungkinan suatu
pertumbuhan penduduk di Kecamatan Setu dimasa yang akan
datang.
48
Untuk mengetahui penduduk Kecamatan Setu yang belum
produktif, penduduk usia produktif dan jumlah penduduk usia tidak
produktif dapat diketahui dengan tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Usia
Produktif Tahun 2018
No Kelompok Umur Jumlah Presentase
1 0-14 tahun 23.584 26,2%
2 15-64 tahun 63.445 70,7%
3 >65 tahun 2.796 3,1%
Jumlah 89.825 100%
Sumber: Data BPS Kecamatan Setu 2018
Dapat diketahui bahwa menurut tabel 4.3 diatas diketahui
penduduk di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan sebagian
besar masuk usia produktif sebanyak 63.445 atau 70,7% ,
penduduk belum produktif sebanyak 23.584 atau 26,2%, dan
penduduk tidak produktif 2.796 atau 3,1%. Dengan demikian dapat
diketahui angka beban ketergantungan menggunakan rumus
sebagai berikut:
DR = × 100%
= × 100%
= 41,5 % dibulatkan menjadi 42
Dapat diketahui bahwa dalam perhitungan tersebut telah
diketahui bahwa dalam setiap 100 penduduk yang berusia produktif
akan menanggung beban penduduk yang tidak produktif dan yang
belum produktif sebesar 42 jiwa.
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
49
Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
masyarakat di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan, antara lain
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2017
No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase %
1 Tidak/belum sekolah 11.262 18,60%
2 Belum taman SD/sederajat 6.866 11,3%
3 Tamat SD/sederajat 10.766 17,78%
4 SLTP/sederajat 7.530 12,43%
5 SLTA/sederajat 17.099 28,22%
6 Diploma III/akademik 1.625 2,70%
7 Diploma IV/strata I 4.840 8,00%
8 Strata II 482 0,8%
9 Strata III 102 0,16%
Jumlah 60.572 100%
Sumber: data BPS Kecamatan Setu Tahun 2017
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa, kebanyakan
masyarakat di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tamatan
SLTA/sederajat yaitu 17.009 atau 28,22%.
3. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Jumlah responden penelitian
sebanyak 17 orang. Responden penelitian berdasarkan usia, pekerjaan,
tingkat pendidikan. Karakteristik responden dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
50
a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.6
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Laki-Laki 12 70%
Wanita 5 30%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel 4.6 diatas diketahui bahwa responden
masyarakat di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan yang dekat
dengan bencana tanah longsor di Kecamatan Setu adalah 17
responden.
b. Reponden berdasarkan Usia
Tabel 4.7
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Presentase (%)
<20 tahun 0 0
20-30 tahun 0 0
31-40 tahun 17 100%
>40 tahun 0 0
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
51
Dari tabel 4.7 tersebut tersebut telah diketahui bahwa 17
responden terdiri dari usia 31-40 tahun.
c. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.8
Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan
Terakhir Jumlah Presentase (%)
SD 0 0
SMP/MTS 6 32,2%
SMA/SMK/MA 10 58,8%
Perguruan Tinggi 1 9%
Jumlah 17 100%
Dari tabel 4.8 tersebut tersebut telah diketahui bahwa 17
responden lebih banyak rata-rata berasal dari tamatan
SMA/SMK/MA.
B. Deskripsi Data Penelitian
1. Data Kuesioner
Hasil penelitian mengenai upaya penanggulangan longsor di
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.9
Bencana tanah longsor adalah bencana alam yang terjadi karena
adanya ketidakstabian lereng
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
52
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju.
Tabel 4.10
Bencana tanah longsor biasaya terjadi di daerah perbukitan atau
pegunungan
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju.
Tabel 4.11
Kecamatan Setu merupakan daerah yang rawan longsor
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 2 11,8%
2 Setuju 8 47,5%
3 Kurang Setuju 7 41%
53
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 2 responden atau 11,8%
menyatakan sangat setuju, 8 responden atau 47,5% menyatakan
setuju, 7 responden atau 41% menyatakan kurang setuju, 0%
menyatakan tidak setuju, dengan kategori setuju.
Tabel 4.12
Hujan akan memicu terjadinya tanah longsor karena tanah
banyak mengandung air
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 15 88,2%
2 Setuju 2 11,8%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 15 responden atau 88,2%
menyatakan sangat setuju, 2 responden atau 11,8 % menyatakan
setuju, 0% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju,
dengan kategori sangat setuju.
Tabel 4.13
Sebelum terjadi tanah longsor terdengar suara gemuruh
karena adanya tanah yang memenuhi lereng dengan cepat
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 16 94%
2 Setuju 1 6%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
54
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%
menyatakan sangat setuju, 1 responden atau 6% menyatakan setuju,
0% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan
kategori sangat setuju.
Tabel 4.14
Di daerah rawan bencana longsor harus waspada dengan curah
hujan yang tinggi
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 16 94%
2 Setuju 1 6%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%
menyatakan sangat setuju, 1 resonden atah 6% menyatakan setuju, 0%
menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan
kategori sangat setuju.
Tabel 4.15
Saat terjadi tanah tanah longsor harus mencari tempat yang
aman dan jauh dari titik bencana
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
55
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju.
Tabel 4.16
Setelah terjadi tanah longsor tetap waspada jika ada longsor
susulan saat kembali kerumah
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 16 94%
2 Setuju 1 6%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%
menyatakan sangat setuju, 1 resonden atah 6% menyatakan setuju, 0%
menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan
kategori sangat setuju.
Tabel 4.17
Pada saat evakuasi selalu mendahulukan orang yang rentan
terhadap bencana (seperti anak-anak, ibu hamil dan lansia)
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 15 88,2%
2 Setuju 2 11,8%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
56
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 15 responden atau 88,2%
menyatakan sangat setuju, 2 responden atau 11,8 % menyatakan
setuju, 0% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju,
dengan kategori sangat setuju.
Tabel 4.18
Pemerintah daerah beserta BPBD langsung menuju lokasi setelah
laporan terjadi bencana
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 15 88,2%
2 Setuju 2 11,8%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 15 responden atau 88,2%
menyatakan sangat setuju, 2 responden atau 11,8 % menyatakan
setuju, 0% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju,
dengan kategori sangat setuju, dengan kategori sangat setuju.
Tabel 4.19
Jika ada retakan tanah, secepat mungkin melakukan
penanggulangan dan menghubungi pemerintah daerah
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
57
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju, dengan kategori sangat setuju.
Tabel 4.20
Tembok bangunan yang mengalami retak salah satu tanda
adanya gerakan tanah
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju, dengan kategori sangat setuju.
Tabel 4.21
Badan penangguangan bencana daerah (BPBD) salah satu pihak
yang berwenang dalam penanggulangan bencana tanah longsor
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
58
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju, dengan kategori sangat setuju.
Tabel 4.22
Saat terjadi bencana, langsung pergi ke lapangan luas untuk
menyelamatkan diri
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju.
Tabel 4.23
Dilaksanakan pelatihan tanggap bencana khususnya tanah
longsor
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
59
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju.
Tabel 4.24
Melakukan peningkatan kesadaran dan penyebaran informasi
bencana oleh BPBD dan pihak yang terkait lainnya
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju.
Tabel 4.25
Pemerintah daerah dan BPBD cepat dan tepat dalam
memberikan penanganan dan bantuan kepada warga terdampak
tanah longsor
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 16 94%
2 Setuju 1 6%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
60
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%
menyatakan sangat setuju, 1 resonden atah 6% menyatakan setuju, 0%
menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan
kategori sangat setuju.
Tabel 4.26
Mencari informasi tentang bencana tanah longsor
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 16 94%
2 Setuju 1 6%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%
menyatakan sangat setuju, 1 resonden atah 6% menyatakan setuju, 0%
menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan
kategori sangat setuju.
Tabel 4.27
Selalu waspada terhadap hujan lebat yang terjadi secara terus
menerus
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 16 94%
2 Setuju 1 6%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 2 responden atau 12%
menyatakan sangat setuju, 1 resonden atau 6% menyatakan setuju, 14
61
responden atau 82% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak
setuju, dengan kategori sangat setuju.
Tabel 4.28
Setelah terjadinya bencana dihimbau untuk pindah tempat
tinggal menuju tempat yang aman dan pindah dari tempat
sebelumnya
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 2 12%
2 Setuju 1 6%
3 Kurang Setuju 14 82%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%
menyatakan sangat setuju, 1 resonden atah 6% menyatakan setuju, 0%
menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan
kategori setuju.
Tabel 4.29
Pemerintah daerah dan BPBD selalu mendahulukan penanganan
korban jiwa dalam bencana
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
62
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju.
Tabel 4.30
Data dan informasi yang diberikan pemerintah dan BPBD
dilakukan dengan transparan dan terbuka
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 15 88,2%
2 Setuju 2 11,8%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 15 responden atau 88,2%
menyatakan sangat setuju, 2 responden atau 0% menyatakan setuju,
0% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan
kategori sangat setuju.
Tabel 4.31
Penanggulangan dan penanganan yang dilakukan pemerintah
dan BPBD dilakukan secara menyeluruh tanpa terkecuali
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju 17 100%
2 Setuju 0 0%
3 Kurang Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 17 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%
menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan
63
kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat
setuju.
2. Hasil Kuesioner
Dari dua puluh pertanyaan kuesioner, maka akan diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.32
Hasil Kesimpulan Kuesioner
No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)
1 Sangat Setuju dan Sangat
Mengerti 18 90%
2 Setuju dan Mengerti 2 10%
3 Kurang Setuju dan Kurang
Mengerti 0 0%
4 Tidak Setuju dan Tidak
Mengerti 0 0%
Jumlah 20 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Dari hasil kuesioner diatas maka didapat presentase 90%
responden sangat setuju dan sangan mengerti dan 10% responden
setuju dan mengerti. Peneliti dapat menerarik kesimpulan bahwa
masyarakat sudah lebih paham akan apa yang akan dilakukan jika
terjadi bencana longsor dan juga ciri terjadi bencana longsor. Selain
itu masyarakat sudah puas dengan kinerja BPBD dalam penanganan
yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah terjadinya bencana.
C. Wawancara
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang
bisa dibilang rawan bencana, mulai dari longsor hingga banjir. Hal ini
tidak terlepas dari daerahnya yang landai dan tergolong curam di wilayah
64
sekitar sungai Cisadane. Wawancara ini dilakukan dengan mengambil 17
responden di wilayah terdampak bencana mengenai kesiapsiagaan dan
efektifitas peran serta BPBD serta Pemerintah daerah guna menanggulangi
benaca ini tidak terulang lagi.
Dari hasil wawancara ini warga menuturkan kinerja yang
dilakukan oleh pemerintah daerah sekitar serta BPBD sangat cepat dan
tanggap dalam melakukan sosialisasi pada saat pra bencana maupun aksi
cepat tanggap pada saat becana dan pasca bencana.
D. Peran Badan Penanggulangan Badan Daerah (BPBD) dalam
menanggulangi Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Setu Kota
Tanggerang Selatan
1. Data Kuesioner BPBD
Berikut adalah hasil kuesioner yang di berikan kepada dua
anggota BPBD kota Tangerang Selatan:
Tabel 4.33
Kuesioner BPBD
No Pertanyaan/pernyataan SS S KS TS
1 BPBD adalah lembaga
yang ditugaskan untuk
menanggulangi berbagai
masalah kebencanaan
2
2 Anggota BPBD harus
siap siaga jika terjadi
bencana
2
3 Longsor adalah salah satu
bencana yang harus
ditanggulangi dengan
cepat
2
4 Melakukan perbaikan di
daerah yang terkena
longsor
2
5 Melakukan
pengorganisasian dan
sosialisasi tentang
tahapan tanggap darurat
bencana longsor
2
6 BPBD langsung
melakukan persiapan 2
65
evakuasi saat terjadi tanah
longsor
7 Membuat peta wilayah
daerah rawan longsor 2
8 Penyiapan lokasi
evakuasi yang harus
memuat seluruh korban
tanah longsor
2
9 Berkoordinasi dengan
pemerintah daerah dalam
melakukan
penanggulangan dan
banutan kepada warga
2
10 Melakukan relokasi pada
korban bencana tanah
longsor
2
11
BPBD selalu melakukan
Koordinasi dengan
berbagai instasi dan
melakukan tugas sesuai
sektor masing-masing
2
Sumber: Hasil penelitian 2020
Dari hasil kuesioner diatas maka didapat presentase 100%
responden sangat setuju. Peneliti dapat menerarik kesimpulan bahwa
BPBD Kota Tangerang Selatan sudah secara maksimal melakukan
upaya penanggulangan mulai dari pra bencana hingga pasca bencana.
2. Data wawancara BPBD Kota Tangerang Selatan
Pemerintah harus mempunyai kemampuan yang cukup besar
untuk mengontrol situasi daerah rawan bencana. Kemampuan itu
meliputi perencanaan dan persiapan respons bencana, bantuan
koordinasi, kebijakan rekontruksi dan mengatasi masalah populasi.
Pemerintah dengan sebuah pengembangan program bencana dapat
melakukan koordinasi yang baik.4
Pasal 3 Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana menyatakan bahwa penanggulangan
bencana harus didasarkan pada azas atau prinsip-prinsip utama antara
lain: kemanusiaan, keadilan kesamaan kedudukan dalam hukum
4 Ibid., h. 101.
66
dalam kepastian huhum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, penanggulangan bencana
juga harus didasarkan pada prinsip-prinsip praktis sebagai berikut:
cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna
dan berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan,
pemberdayaan, non diskriminasi dan non proselitasi.
Penangulangan tanah longsor dapat dilakukan dengan cara,
pertama dengan melakukan survei kawasan yang rentan terhadap
bencana tanah longsor. Survei perlu dilakukan untuk mengidentifikasi
mana saja daerah yang rentan terhadap bencana tanah longsor.
Penanggulangan yang kedua ialah pemasangan rambu-rambu.
Pemasangan rambu-rambu pada tempat yang rawan bencana longsor
sangat perlu guna memberikan peringatan bahwa tempat tersebut
rawan terhadap longsor.
Penanggulangan yang salah satu upaya untuk mencegah atau
mengendalikan penyebab terjadinya tanah longsor adalah dengan
program penghijauan, penghijauan dilakukan secara tepat pada lereng
lereng yag rawan.
Untuk mencegah terjadinya tanah longsor diperlukan juga
perlindungan dan perbaikan sarana sarana yang berada pada jalur dan
kawasan yang rentan terhadap bencana longsor.
Penanggulangan yang ketiga adalah, prinsip penanggulangan
bencana tersebut menjadi acuan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.
Menurut Bapak ade dan Bapak urip. Dalam hal bencana
longsor di kecamatan setu BPBD melakukan tiga upaya
penanggulangan dan penanganan terhadap wilayah terdampak
bencana. Adapun tiga upaya itu meliputi pra bencana, tanggap
bencana dan pasca bencana. Dalam hal pra bencana BPBD melakukan
sosialisasi, pelatihan atau simulasi serta edukasi kepada masyarakat
sekitar tentang bagaimana menghadapi bencana dan apa yang
67
dilakukan agar bencana tersebut tidak terjadi. Hal ini dilakukan dalam
beberapa kali dalam setahun.
Dalam hal tanggap bencana BPBD melakukan penyelamatan
dengan turun kelapangan guna mengevakuasi korban yang masih
terjebak di di lokasi kejadian.
Dalam hal pasca bencana, BPBD membuat pos-pos evakuasi
warga terdampak bencana, dan menyalurkan bantuan yang di berikan
kepada masyarakat. Dalam upaya ini BPBD tidak hanya sendiri
melakukan kegiatan tersebut, akan tetapi dibantu oleh masyarakat
sekitar khususnya komunitas tanggap bencana, masyarakat luar,
tentara, polisi serta instansi terkait.
Sepeti yang di jelaskan diatas, hubungan kerjasama antara
BPBD dan masyarakat serta unsur pemerintah dilakukan atas dasar
kemanusiaan . Sebagai contoh terkadang warga yang telah di evakuasi
ikut membantu warga yang sedang di evakuasi. Dalam hal koordinasi
Untuk tingkat kesulitan yang dirasakan BPBD selama ini tergolong
kecil. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat dan unsur
pemerintahan yang terlibat dalam penanganan dan sosialisasi kepada
warga terdampak bencana longsor ini. Hanya saja terkadang ada
warga yang tidak mau mengungsi dikarenakan berbagai alasan.
Seperti, takut kehilangan harta benda dan lainnya. Dalam kasus ini
BPBD hanya bisa menunggu dan dan memberi saran. Hanya saja jika
sudah mengancam jiwanya, maka akan dilakukan sedikit pemaksaan,
guna memberikan jaminan keamanan dan keselamatan warga.
Dalam wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
sesuai dengan Visi dan Misi BPBD Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan bahwa BPBD melna melakakukan penyelenggaraan
penanggulangan bencana dengan sigap dan baik. Hal ini terbukti
dengan pernyataan warga
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Tanah longsor adalah gejala alam yang terjadi di kawasan
pegunungan. Semakin curam kemiringan lereng satu kawasan, semakin
68
besar kemungkinan terjadinya longsor. Tanah longsor terjadi sebagi
akibat perubahan-perubahan, baik secara mendadak atau bertahap pada
komposisi, struktur, hirologi atau vegetasi pada satu lereng.5
Menurut Suryolelono tanah longsor merupakan fenomena alam
yang berupa gerakan massa tanah dalam mencari keseimbangan baru
akibat adanya gangguan dari luar yang menyebabkan berkurangnya kuat
geser tanah dan meningkatnya tegangan tanah.6
Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai narasumber yang
tersebar di Kecamatan Pademangan dan Kranggan. Berikut adalah inisial
masing-masing narasumber yaitu:
Peneliti mewawancarai warga yang berada disekitar lokasi tanah
longsor. Peneliti mewawancarai ketua Rt 03 yang mengetahui kejadian
longsor didaerah tersebut, berikut ini pemaparan narasumber:
Kejadian tanah longsor yang terjadi di desa kademangan ini
karena hujan deras yang mengguyur sehari semalam, akibatnya tanah itu
mengalami longsor.
Penelitian ini juga menunjukkan penaggulangan yang dilakukan
BPBD, Pemerintah setempat dan warga masyarakat sudah efektif dalam
mengurangi kerugian baik itu imateril maupun materil.
Dari sisi pra bencana disini BPBD sudah berupaya dengan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat baik langsung maupun melalui
anggota tanggap darurat di tingkat desa. Untuk masa tanggap bencana
pemerintah daerah serta BPBD, pemerintah daerah serta instansi terkait
bertindak cepat dengan mendatangi wilayah terjadinya longsor serta
melakukan evakuasi dan batuan bagi korban. Sedangkan saat pasca
bencana BPBD, Pemerintah Daerah serta berbagai instasi melakukan
koordinasi guna melakukan pemulihan wilayah seperti pembangunan
dinding penahan longsor.
5 Febriali Setyo Purwanto, “ Upaya Penanggulangan Korban Bencana Tanah Longsor
Oleh BPBD Pacitan Di Kecamatan Tegalombo Kbupaten Pacitan,” Skripsi Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga., Yogyakarta, 2017, h. 9 tidak dipublikasikan. 6 Arwan Apriyono, Sumiyanto, dan Nanang Gunawan Wriyatno“ Analisis
Penanggulangan Kelongsoran Tanah Pada Ruas Jalan Gunung Tugel Patikraja Banyumas” Jurnal
Teknik Sipil, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, 2016, Vol. 1, hal. 54
69
Dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua Rt 05,
dapat ditarik kesimpulan bahwa bencana longsor yang terjadi di
Kecamatan Setu itu akibat hujan yang mengguyur secara terus menerus.
Dan dalam menghadapi bencana longsor ini sebaiknya warga
tidak membangun rumah di wilayah rawan longsor khususnya diwilayah
yang sangat dekat dengan tebing. Hal ini dikarenakan wilayah tebing
sangat rawan terjadinya longsor. Pembangunan dinding panghalang
longsor akan menjadi sia-sia jika beban, tinggi tebing hingga kemiringan
tebing tidak di perhatikan. Hal ini sangat berkaitan berkaitan dengan ilmu
fisika dimana gaya dihasilkan dari gravitasi jarak dan massa. Maka dari
itu kesadaran warga akan longsor harus lebih di perbesar lagi. Bukan
hanya dalam penggulangan umum tetapi penanggulangan khusus yaitu,
bersedia pindah atau memperkecil kemiringan tebing hingga landai
tergantung tenggi tebingnya, sehingga upaya pemerintah dalam
melakukan penanggulangan seperti pembangunan dinding penahan
longsor tidak sia-sia.
70
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Data yang telah peneliti teliti tentang upaya penanggulangan
longsor di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Bencana tanah
longsor yang terjadi di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan adalah
bencana longsor akibat hujan deras yang mengguyur secara terus-menerus.
Strategi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang
Selatan sudah sangat baik, hal ini terlihat dari seluruh anggota BPBD
dalam menangani bencana yang terjadi di Kecamatan Setu.
Dari data yang diperoleh maka didapat 90% responden sangat
setuju dan sangan mengerti dan 10% responden setuju dan mengerti.
Peneliti dapat menerarik kesimpulan bahwa masyarakat sudah lebih paham
akan apa yang akan dilakukan jika terjadi bencana longsor dan juga ciri
terjadi bencana longsor. Selain itu masyarakat sudah puas dengan kinerja
BPBD dalam penanganan yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah
terjadinya bencana.
Dari data yang telah di kemukakan didapat presentase 100%
responden sangat setuju. Peneliti dapat menerarik kesimpulan bahwa
BPBD Kota Tangerang Selatan sudah secara maksimal melakukan upaya
penanggulangan mulai dari pra bencana hingga pasca bencana.
Berdasarkan data yang di peroleh maka efektifitas
penanggulangan bencana longsor di Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan sudah berhasil dan tepat sasaran. Walau masih harus banyak
berbenah dan melakukan evaluasi yang lebih matang lagi.
B. Implikasi
Dari hasil kesimpulan yang telah peneliti bahas, untuk itu peneliti
memberi implikasi yang dapat dijadikan pertimbangan untuk
meningkatkan upaya penanggulangan longsor di Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan. Penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi
pemerintah maupun masyarakat dalam upaya penanggulangan longsor.
71
C. Saran
Untuk peneliti dimasa yang akan datang, diharapkan mampu
menyajikan penelitian diantaranya:
1. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu memperluas bahan untuk
menganalisis upaya penanggulangan longsor.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mempersiapkan waktu,
tenaga serta biaya agar penelitian akan berjalan sesuai dengan rencana
dan dapat berjalan dengan lancar.
Untuk pemerintah daerah kecamatan setu dan BPBD Tangerang
Selatan:
1. Memberi pengarahan kepada masyarakat tentang bahaya longsor dan
apa yang harus dilakukan bukan hanya jangka pendek dan menengah
akan tetapi jangka panjang.
2. Melakukan koordinasi kepada pemerintah kota dan provinsi guna
mencari jalan terbaik untuk jangka panjang agar bencana tersebut
tidak terulang kembali.
Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Andriansyah, Andri Noor, Klimatoogi Umum, Jakarta: UIN Press, 2013.
Hardiyatmo, Hary Christady, Tanah Longsor & Erosi Kejdian Dan Penanganan,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Desember 2012.
Herdiansyah, Haris, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta:
Salemba Humanika, 2012.
Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2013.
Nurhasanah, Nia Amalia, dkk., Buku Siswa Geografi, Depok: Depok: Cv Arya
Duta, 2016.
Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gerakan Tanah, Jakarta: Badan
Geologi Kementrian ESDM, 2015.
Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung:
Alfabeta, Cet. 14, 2011.
Sujarweni, V. Wiratna, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
Cet. 1, 2014.
Yayasan IDEP, Tanah Longsor! Cerita Tentang Peran Masyarakat Desa Saat
Menghadapi Bencana Tanah Longsor, Bali: Yayasan IDEP, 2007.
Sumber Skripsi
Andi Muchlis “ Analisis Penanggulangan Bencana Banjir Di Kecamatan Ganra
Kabupaten Soppeng,” Skripsi pada Sarjana Universitas Hasanuddin, Makasar:
2017. tidak dipublikasikan.
Sumber Jurnal:
Fasdarsyah, Analisis Curah Hujan Untuk Membuat Kurva Intensity-Duration-
Frequency (Idf) Di Kawasan Kota Lhokseumawe, Teras Jurnal, 4, 2014.
Suriadi, A.B. dan Bambang Riadi, Potensi Risiko Bencana Alam Longsor Terkait
Cuaca Ekstrim Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jurnal Ilmiah Geomatika, 19,
2013.
Sumber Manuskrip:
Nandi, Longsor, Manuskrip Pada Pendidikan Geografi UPI Bandung, Bandung,
2007.
Sumber Undang-Undang dan Peraturan:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Perka BNPB no 4 tahun 2008,t.t.
Kementrian Pekerjaan Umum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PMPU)
no.22/PRT/M/2007,t.t.
Uu no. 24 tahun 2007
Sumber Internet:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, “Efektif”,
https://kbbi.web.id/efektif, 2020.
Badan Pengembang dan Pembinaan Bahasa, “Longsor”,
http://kbbi.web.id/longsor, 2016.
Media Indonesia, Tingkatkan Efektivitas Mitigasi Bencana Daerah,
https://mediaindonesia.com/read/detail/210337-tingkatkan-efektivitas-mitigasi-
bencana-daerah, 2020
Puskim PU, Kebutuhan Rumah,
(http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/Kebutuhan_Rumah/ref.php), 2011.
VOA, “Satu Dusun Tertimbun Tanah Longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah”,
https://www.voaindonesia.com/a/satu-dusun-tertimbun-di-banjarnegara-jawa-
tengah/2557623.html, 2014.
Lampiran
1. Surat
1.1 Surat Bimbingan Skripsi
1.2 Surat Izin Penelitian
1.3 Surat Kesbangpol
2. Instrumen Wawancara
2.1 Instrumen Wawancara BPBD
Badan Penanggulangan Bencana
1. Upaya apa saja yang dilakukan BPBD dalam menanggulangi bencana
di Tanggerang Selatan khususnya di Kecamatan Setu?
2. Apa saja program yang dilakukan BPBD dalam menanggulangi
bencana ini?
3. Bagaimana koordinasi dari program-program BPBD Tanggerang
Selatan, baik itu program yang mencakup tanggap darurat dan
mitigasi?
4. Apakah hubungan kerjasama antara BPBD dengan pemda sudah
berjalan dengan maksimal?
5. Bagaimana hubungan antar kerjasama antara BPBD dengan
masyarakat dala penanggulangan bencana ini?
6. Apakah ada kesulitan yang dialami BPBD dalam melakukan program-
program penanggulangan bencana ini?
7. Apa yang dibutuhkan BPBD dalam melakukan upaya penanggulangan
bencana ini?
2.2 Instrumen wawancara Pemerintah daerah
Pemerintah Kecamatan Setu
1. Bagaimana peran pemerintah daerah Tanggerang Selatan dalam
menanggulangi bencana di Tanggerang Selatan khususnya di
kecamatan Setu?
2. Upaya apa saja yang dilakukan pemda dalam menanggulangi bencana
longsor?
3. Apakah ada program dari pemda dalam menanggulangi bencana ini?
4. Apakah pihak BPBD atau instansi/dinas yang pernah mengadakan
sosialisasi mengenai kebencanaan dan cara penanggulangan dini
bencana lonsor tersebut?
5. Bagaimana hubungan kerjasama antara BPBD dengan pemda sudah
berjalan dengan maksimal?
6. Apakah hubungan kerjasama antara BPBD dengan pemda sudah
berjalan dengan maksimal?
7. Apakah ada kesulitan yang dialami pemda dalam melakukan program-
program penanggulangan bencana ini?
8. Apa yang dibutuhkan pemda dalam melakukan upaya penanggulangan
bencana ini?
2.3 Instrumen Wawancara Masyarakat
Masyarakat Terdampak Bencana
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu perihal bencana longsor yang terjadi?
2. Bagaimana hubungan kerjasama antara pihak BPBD dengan
masyarakat sekitar?
3. Apa saja yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengatasi dan
menaggulangi bencana ini?
4. Bagaimana peran masyarakat dalam mengatasi dan menanggulangi
bencana ini?
5. Apakah pernah diadakan sosialisasi mengenai penanggulangan dini?
6. Kenapa bapak/ibu masih tetap tinggal di wilayah ini?
7. Apakah yang dibutuhkan masyarakat agar bencana ini tidak terulang?
8. Adakah saran dan pesan untuk pemda Tangsel dan BPBD terkait
bencana ini?
3. Instrumen Angket
3.1 Angket Masyarakat
ANGKET PENELITIAN
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Tingkat Pendidikan (dilingkari)
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Perguruan Tinggi
5. Lainnya......
B. Petunjuk Pengisian
1. Tulislah Indentitas anda pada tepat yang sudah tersedia
2. Bacalah dan isi pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan teliti
3. Isilah pertanyaan-pertanyaan angket ini dengan memberi tanda
centang ( )sesuai dengan kenyataan dan keadaan yang
sebenarnya
Keterangan
SS = Sangat setuju
S = Setuju
KS = Kurang setuju
TS = Tidak setuju
Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan/Pernyataan SS S KS TS
1
Bencana tanah longsor
adalah bencana alam yang
terjadi karena adanya
ketidak stabian lereng
2
Bencana tanah longsor
biasaya terjadi di daerah
perbukitan atau pegunungan
3 Kecamatan Setu merupakan
daerah yang rawan longsor
4 Hujan akan memicu
terjadinya tanah longsor
karena tanah banyak
mengandung air
5
Sebelum terjadi tanah
longsor terdengar suara
gemuruh karena adanya
tanah yang menuruni lereng
dengan cepat
6
Di daerah rawan bencana
longsor harus waspada
dengan curah hujan yang
tinggi
7
Saat terjadi tanah longsor
harus mencari tempat yang
aman dan jauh dari titik
bencana
8
Setelah terjadi tanah longsor
tetap waspada jika ada
longsor susulan saat kembali
kerumah
9
Pada saat evakuasi selalu
mendahulukan orang yang
rentan terhadap bencana
(seperti anak-anak, ibu
hamil dan lansia)
10
Pemerintah daerah beserta
BPBD langsung menuju
lokasi setelah ada laporan
terjadi bencana
11
Jika ada retakan tanah,
secepat mungkin melakukan
penanggulangan dan
menghubungi pemerintah
daerah
12
Tembok bangunan yang
mengalami retak salah satu
tanda adanya gerakan tanah
13
Badan penangguangan
bencana daerah (BPDB)
salah satu pihak yang
berwenang dalam
penanggulangan bencana
tanah longsor
14
Saat terjadi bencana,
langsung pergi ke lapangan
luas untuk menyelamatkan
diri
15
Dilaksanakan pelatihan
tanggap bencana khususnya
tanah longsor
16
Melakukan peningkatan
kesadaran dan penyebaran
informasi bencana oleh
BPBD dan pihak yang
terkait lainnya
17
Pemerintah daerah dan
BPBD cepat dan tepat dalam
memberikan penanganan
dan bantuan kepada warga
terdampak tanah longsor
18 Mencari informasi tentang
bencana tanah longsor
19
Selalu waspada terhadap
hujan lebat yang terjadi
secara terus menerus
20
Setelah terjadinya bencana,
dihimbau untuk pindah
tempat tinggal menuju
tempat yang aman dan
meninggalkan tempat
sebelumnya
21
Pemerintah daerah dan
BPBD selalu mendahulukan
penanganan korban jiwa
dalam bencana
22
Data dan informasi yang
diberikan pemerintah dan
BPBD dilakukan dengan
transparan dan terbuka
23
Penanggulangan dan
penanganan yang dilakukan
pemerintah dan BPBD
dilakukan secara
menyeluruh tanpa terkecuali
3.2 Angket BPBD
ANGKET PENELITIAN
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Tingkat Pendidikan (dilingkari)
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Perguruan Tinggi
5. Lainnya......
B. Petunjuk Pengisian
1. Tulislah Indentitas anda pada tepat yang sudah tersedia
2. Bacalah dan isi pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan teliti
3. Isilah pertanyaan-pertanyaan angket ini dengan memberi tanda
centang ( )sesuai dengan kenyataan dan keadaan yang sebenarnya
Keterangan
SS = Sangat setuju
S = Setuju
KS = Kurang setuju
TS = Tidak setuju
Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan/pernyataan SS S KS TS
1 BPBD adalah lembaga yang
ditugaskan untuk
menanggulangi berbagai
masalah kebencanaan
2 Anggota BPBD harus siap siaga
jika terjadi bencana
3 Longsor adalah salah satu
bencana yang harus
ditanggulangi dengan cepat
4 Melakukan perbaikan di daerah
yang terkena longsor
5 Melakukan pengorganisasian
dan sosialisasi tentang tahapan
tanggap darurat bencana
longsor
6 BPBD langsung melakukan
persiapan evakuasi saat terjadi
tanah longsor
7 Membuat peta wilayah daerah
rawan longsor
8 Penyiapan lokasi evakuasi yang
harus memuat seluruh korban
tanah longsor
9 Berkoordinasi dengan
pemerintah daerah dalam
melakukan penanggulangan dan
banutan kepada warga
10 Melakukan relokasi pada
korban bencana tanah longsor
11
BPBD selalu melakukan
Koordinasi dengan berbagai
instasi dan melakukan tugas
sesuai sektor masing-masing
4. Foto documentasi
Longsoran di Kecamatan Setu
Wawancara yang dilakukan kepada
warga
Wawancara yang dilakukan kepada
anggota BPBD
BIODATA PENULIS
Muchammad Sidik Safaat, NIM 1113015000071,
Jurusan Tadris IPS, Program studi geografi, Fakultas
Ilamu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidatullah
Jakarta, 2020.
Penulis lahir di Jakarta, 18 Mei 1995, beralamat Jalan
Haji Taiman RT 07, RW 10, Kelurahan Gedong,
Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, DKI Jakarta.
Riwayat pendidikan; TK Permata, SDN 011 Gedong,
SMPN 223 Jakarta, MAN 6 Jakarta dan Perguruan
Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengalaman
organisasi: Anggota Rohis SMPN 223 Jakarta, anggota
Pramuka MAN 6 Jakarta.