UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG …
Transcript of UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG …
I
UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG
JAWAB REMAJA MELALUI KEGITAN RUTIN TAHLILAN DI DUSUN
TAMANAN DESA POLOREJO KECAMATAN BABADAN KABUPATEN
PONOROGO
SKRIPSI
Oleh
MUHAMAD UHAILUDIN RIFQI ROSAD
NIM: 210316138
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2021
ii
ABSTRAK
Rosad, Muhamad Uhailudin Rifqi. 2021. Upaya Pembentukan Karakter
Disiplin dan Tanggung Jawab Remaja Melalui Kegiatan Rutin Tahlilan
di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing, Dr. Kharisul Wathoni,
M.Pd.I.
Kata Kunci: Tahlilan, Karakter Disiplin, Karakter Tanggung Jawab dan
Remaja
Penelitian ini dilatar belakangi oleh alasan bahwa tidak hanya lingkungan
keluarga dan sekolah saja yang dapat membentuk karakter remaja, melainkan
lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karekter
remaja, Dimana lingkungan masyarakat yang baik akan menumbuhkan remaja
yang baik pula begitu juga sebaliknya. Dalam kegiatan masyarakat sangat erat
dengan suatu tradisi, dari tradisi itulah karakter remaja dapat di bentuk oleh
masyarakat salah satunya tradisi tahlilan remaja di Dusun Tamanan Desa
Polorejo.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan kegiatan rutin tahlilan di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan
Ponorogo. (2) Untuk mengetahui bagaimana dampak kegiatan rutin tahlilan
terhadap karakter disiplinan remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan
Ponorogo. (3) Untuk mengetahui bagaimana dampak kegiatan rutin tahlilan
terhadap karakter tanggung jawab remaja di dusun Dusun Tamanan Desa
Polorejo Babadan Ponorogo.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian
adalah studi kasus. Dengan prosedur pengumpulan data menggunakan:
wawancara, oservasi dan dokumentasi. Analisis data yang di gunakan adalah data
analisis interkatif Miles dan Huberman, yang meliputi: kegiatan reduksi data,
display data dan menarik kesimpulan atau verifikasi data.
Hasil analisis menunjukkan: (1) Kegiatan rutin tahlilan remaja di Dusun
Tamanan Desa Polorejo di susun dalam serangkaiaan acara yang di pimpin oleh
MC. Dalam kegiatan ini memiliki dua fungsi yaitu: fungsi agama hubungan antara
remaja dengan tuhan serta fungsi sosial hubungan remaja dengan masyarakat. (2)
Dampak dari kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter disiplin remaja di Dusun
Tamanan Desa Polorejo remaja tepat waktu dalam setiap pelaksanaan kegiatan
tahlilan, remaja patuh terhadap aturan yang telah di sepakati, remaja berinteraksi
dengan masyarakat dengan berkata sopan dan ramah, remaja berpartisipasi dengan
kebudayaan lokal, dan bersikap baik terhadap lingkungan. (3) Dampak kegiatan
rutin tahlilan terhadap karakter tanggung jawab remaja dapat di lihat melalui
tugas dan kewajibannya untuk sesama manusia yaitu sebagai ketua dan sebagai
anggota. Sedangkan tanggung jawab untuk manusia dengan Tuhannya yaitu
pelaksanakan kegiatan tahlilan dan sholat Isya‟ berjamaah.
iii
iv
HALAMAN P ENGESA H
v
vi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ……….........……………….……………………………... I
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………….... II
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………..………….. III
PERSEMBAHAN ………………………………………………………………... IV
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….…… V
ABSTRAK ………………………………………………………...……….......… VI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………... VII
DAFTAR ISI ……………………………………………………..................… VIII
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. IX
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 6
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
F. Sistematika Pembahasan .................................................................. 8
BAB II : TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN
TEORI
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu ................................................. 11
B. Kajian Teori .................................................................................... 14
1. Tahlil ....................................................................................... 14
viii
a. Sejarah Tahli ..................................................................... 14
b. Pengertian Tahlil ............................................................... 15
c. Fungsi Tahlilan .................................................................. 18
2. Karakter .................................................................................. 20
a. Pengertian Karakter .......................................................... 21
b. Faktor yang Mempengaruhi Karakter ............................... 23
3. Disiplin ................................................................................... 28
4. Tanggung Jawab ..................................................................... 33
5. Remaja .................................................................................... 40
a. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja .................................... 41
b. Faktor Faktor Penyebab Kenakalan Remaja ..................... 43
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................... 48
B. Kehadiran Peneliti. .......................................................................... 49
C. Lokasi Penelitian ............................................................................. 50
D. Sumber Data. .................................................................................. 50
1. Data Primer .............................................................................. 51
2. Data Sekunder .......................................................................... 51
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 51
1. Teknik Wawancara ................................................................... 52
2. Teknik Observasi (Pengamatan) ............................................... 54
3. Teknik Dokumentasi ................................................................ 54
F. Tehnik Analisis Data ...................................................................... 55
ix
G. Pengecekan Keabsahan data ........................................................... 57
H. Tahapan-Tahapan Penelitian ........................................................... 59
BAB IV : TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data Umum ................................................................. 61
1. Sejarah Desa Polorejo .............................................................. 61
2. Letak Geografis ...................................................................... 64
a. Desa Polorejo .................................................................... 64
b. Visi, Misi, dan Tujuan Desa Polorejo ................................ 65
c. Dusun Tamanan ................................................................ 66
3. Keadaan Pendidikan ................................................................ 67
4. Keadaan Sosial Agama ........................................................... 68
5. Keadaan Perekonomian ........................................................... 69
B. Deskripsi Data Khusus ................................................................ 69
1. Pelaksanaan kegiatan rutin tahlilan di Dusun Tamanan Desa
Polorejo Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo .............. 69
2. Dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter disiplin
remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo Kecamatan
Babadan Kabupaten Ponorogo. ............................................... 73
3. Dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter tangguung
jawab remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo Kecamatan
Babadan Kabupaten Ponorogo ................................................ 78
BAB V : PEMBAHASAN
x
A. Pelaksanaan Kegiatan Rutin Tahlilan Remaja di Dusun Tamanan
Desa Polorejo Babadan Ponorogo ................................................... 83
B. Dampak Kegiatan Rutin Tahlilan Terhadap Karakter
Disiplinan Remaja di Dusun Tamanan Desa
PolorejoBabadanPonorogo ............................................................... 86
C. Dampak Kegiatan Rutin Tahlilan Terhadap Karakter
Tanggung Jawab Remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo
Babadan Ponorogo ........................................................................... 89
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 93
B. Saran ........................................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
SURAT IJIN PENELITIAN
SURAT TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karakter adalah suatu yang sangat penting dan vital bagi tercapainya
tujuan hidup. Karakter merupakan dorongan pilihan untuk menentukan yang
terbaik dalam hidup. Sebagai bangsa Indonesia setiap dorongan pilihan itu
harus dilandasi oleh pancasila. Karakter yang berlandaskan pancasila
maknanya adalah setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila
Pancasila secara utuh dan komperhensif.1
Urgensi pendidikan karakter di kembangkan karena salah satu bidang
pembangunan nasional yang sangat penting dan menjadi fondasi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara semua itu adalah pembangunan
karakter bangsa. Ada beberapa alasan mendasar yang melatari pentingnya
pembangunan karakter bangsa, baik secara filosofis, idiologis, normatif,
historis maupun sosiokultural.2
Hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang No. 2/1989, Pasal 4
dijelaskan bahwa:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
1 Muchlas Samani, Hariyanto, Konep Dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2014), 22. 2 Mahmud, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 30.
2
pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
taanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”1
Kondisi karakter bangsa Indonesia saat ini mendapat perhatian khusus
dari pemerintah. Hal ini terjadi karena adanya kemerosotan moral yang terjadi
dalam berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari masyarakat awam hingga
masyarakat yang berpendidikan sekalipun. Menurut tim pakar yayasan jati diri
bangsa, kondisi karakter di indonesia saat ini mengalami penurunan, hal ini
ditujukan adanya beberapa kasus yaitu kebiasaan korupsi yang sulit
diberantas, lemahnya disiplin, melemahnya nasionalisme, menurunnya
kemampuan untuk menerima dan menghargai perbedaan, kurangnya rasa
kepedulian, serta adanya kesenjangan antara yang diketahui dan yang
dilakukan.2
Masalah kenakalan remaja adalah masalah yang menjadi perhatian
orang dimana saja, baik masyarakat yang sudah maju maupun terbelakang.
Karena kenakalan prilaku atau moral seseorang berakibat menggangu
ketentraman orang lain.
Masalah yang terjadi pada pemuda Indonesia pada saat ini terdiri dari
dua masalah, yaitu sebagai berikut:
1Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi (Jakarta:
Prenada Media Group, 2014), 5. 2 Ibid., 5.
3
1. Masalah sosial
a. Penggunaan NAPZA dan obat terlarang
b. Hubungan seksual dan aborsi
c. Perkelahian, tawuran, dan kekerasan
d. Kriminalitas remaja
e. radikalisme
2. Masalah kebangsaan
a. Solidaritas sosial rendah
b. Semangat kebangsaan rendah
c. Semangat bela negara rendah
d. Semangat persatuan dan kesatuan rendah.3
Seperti yang di jelaskan diatas, sama juga yang terjadi di dusun
Tamanan desa Polorejo ada beberapa remaja yang melakukan kenakalan, hal
ini juga karena didukung oleh kecanggihan teknologi yang disalah gunakan
oleh kebanyakan remaja yang tidak semestinya di gunakan, seperti bermain
game online tidak kenal waktu, berkumpul atau nongkrong yang tidak jelas
sampai larut malam dll. tapi hal tersebut juga saya saksikan tidak hanya
terjadi di desa tersebut, melainkan kebanyakan desa ada remaja yang juga
melakukan hal tersebut.
3 Anas Salahudin, Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, Pendidikan Berbasis Agama
dan Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 32-34
4
Seperti yang di jelaskan di atas bahwa ini memang masalah yang
terjadi dinegara Indonesia, ini, yang harus di selesaikan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Melihat betapa rendahnya karakter bangsa ini, pendidikan
karakter menjadi sangat penting. Sebagaimana yang di tulis Arif Punto
Utomo dalam republika bahwa membangun karakter tidak semudah
membalikan telapak tangan, tetapi bukan berati tidak bisa.4
Solusi dari krisis karakter bangsa indonesia tidak cukup hanya menjadi
penyesalan. Ikhtiar bangkit untuk kembali menata karakter bangsa yang
unggul dan berjiwa kepemimpinan menjadi persaratan bagi kejayaaan
bangsa.5
Dari indikator nilai-nilai pendidikan karakter yang ditetapkan oleh
pemerintah terdapat dalam ajaran Aswaja. Menurut M. Mahbubi, Aswaja
yang menjadi inti ajaran NU telah sesuai dengan indikator nilai-nilai
pendidikan karakter yang ditetapkan Kementerian Pendidikan Nasional.
Dalam ajaran Aswaja terdapat tradisi tahlilan. Aswaja memiliki lingkup yang
lebih luas dari tradisi tahlilan. Dengan demikian, tradisi tahlilan memiliki
keterkaitan dengan pendidikan karakter.6
Mengingat ajaran Aswaja yang memiliki nilai-nilai karakter yang
sesuai dengan harapan pemerintah Indonesia, maka tradisi tahlilan dapat
4 Anas Salahudin, Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, Pendidikan Berbasis Agama
dan Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 31. 5 Ibid., 32.
6 M. Mahbubi, Pendidikan karakter: implementasi aswaja sebagai nilai pendidikan karakter
(Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012), 149.
5
menjadi salah satu alternatif strategi pembentukan karakter bangsa, dalam hal
ini kaitannya dalam karakter disiplin dan tanggung jawab.7
Kedisiplinan merupakan suatu karakter yang tidak boleh lepas dari
remaja, begitu pula tanggung jawab. Apabila anak remaja meninggalkan sikap
disiplin dan tanggung jawab maka akan menjadi remaja yang tidak akan
mempunyai masa depan yang baik, contohnya tentang kedisiplinan, anak
remaja yang selalu membolos sekolah, waktu belajar tidak di gunakan dengan
baik, bermain game tanpa kenal waktu, tidak menaati norma- norma yang ada
di masyarakat, dsb. Kemudian berkaitan dengan tanggung jawab, selalu
berkata bohong, tidak pernah amanah, berkata kotor, tidak menepati janji,
tidak memiliki komitmen dalam tugas yang diberikan, dsb. Hal tersebut akan
membuat remaja di kucilkan dilingkungannya dan pastinya akan tertinggal
dari temannya yang lebih disiplin dan tanggung jawab.
Dalam lingkungan masyarakat khususnya di Dusun Tamanan Desa
Polorejo banyak sekali nilai karakter yang terdapat di dalamnya, ada yang
baik dan ada yang buruk. Karakter ini dapat mempengaruhi kehidupan remaja.
Pembentukan karakter remaja yang positif di lingkungan masyarakat harus
terdapat wadah yang dapat menampung hal positif tersebut. Mengingat dalam
kegiatan bermasyarakat sangat erat dengan suatu tradisi, dimana tradisi dari
setiap daerah berbeda-beda. Dari tradisi itulah karakter remaja dapat di bentuk
oleh masyarakat.
7 Ibid., 150
6
Mengenai tradisi di lingkungan masyarakat desa polorejo salah
satunya yaitu tradisi tahlilan yang mana tradisi tahlilan ini di ikuti oleh
beberapa lapisan masyarakat dari remaja sampai yang tua. Tradisi tahlilan
bagi remaja merupakan kegiatan yang positif, untuk itu perlu adanya
pembiasaan dalam kegiatan tersebut. Yang nantinya akan melekat dalam diri
remaja dan akan di lakukannya tanpa ada rasa terpaksa. Kegiatan rutin
tahlilan ini dapat membentuk karakter yang baik untuk remaja di antaranya
yaitu karakter disiplin dan tanggung jawab. Seperti halnya penelitian yang di
lakukan oleh peneliti di lingkungan ini.
Lingkungan Dusun Tamanan Desa Polorejo ini membiasakan dengan
kegiatan tahlilan yang di ikuti oleh remaja di dusun tamanan desa polorejo.
Yang dilaksanakan setiap malam jum‟at setelah mahrib, yang di lakukan
secara bergilir di setiap rumah anggota tahlilan.
Dalam kegiatan rutin ini terdapat kegiatan sholat isya‟ berjamaah yang
mana akan di imami oleh ketua, dan dalam kegiatan ini terdapat juga
penugasan-penugasan yang di lakukan oleh para remaja sesuai jadwal yang
telah di tentukan oleh ketua dan terdapat aturan-aturan yang telah di sepakati
oleh para jamaah dalam melancarkan kegiatan rutin tahlilan tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk membentuk karakter yang baik yaitu karakter disiplin dan
tanggung jawab dalam diri remaja.8
8 Lihat Transkip Wawancara No. 07/W/27-III/2020
7
Dari uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang
bagaimana proses dalam pembentukan karakter disiplin dan tanggung jawab
dalam kegiatan rutin tahlilan di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan
Ponorogo. Berangkat dari masalah ini, maka penulis mengambil judul
“Upaya Pembentukan Karakter Disiplin Dan Tanggung Jawab Remaja
Melalui Kegiatan Rutin Tahlilan Di Dusun Tamanan Desa Polorejo
Babadan Ponorogo”.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada bagaimana prroses pelaksanaan
program tahlilan, dampak program kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter
disiplin remaja, serta dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter
tanggung jawab remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan rutin tahlilan di Dusun Tamanan Desa
Polorejo Babadan Ponorogo?
2. Bagaimana dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter disiplinan
remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo?
3. Bagaimana dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter tanggung
jawab remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
8
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan rutin tahlilan di
Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo.
2. Untuk mengetahui bagaimana dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap
larakter disiplinan remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan
Ponorogo.
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap
karakter tanggung jawab remaja di dusun Dusun Tamanan Desa Polorejo
Babadan Ponorogo.
E. Manfaan Penelitian
1. Teoretis
Dari hasil penelitian ini akan ditemukan mengetahui pembentukan
karakter disiplin dan tanggung jawab remaja melalui kegiatan rutin
tahlilan di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo.
2. Praktis
a. Bagi Jamaah Tahlil Rijalussholihin
untuk mengoptimalkan upaya jamaah dalam meningkatkan
perkembangan karakter yang di inginkan dan juga sebagai bahan
evaluasi agar menjadi lebih baik lagi.
b. Bagi peneliti berikutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan peneliti yang lain
untuk dijadikan penunjang dan pengembangan penelitian yang relevan
dengan penelitian ini.
9
c. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan khazanah keilmuan baru berkaitan dengan upaya
jamaah tahlil dalam meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab
remaja.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan digunakam untuk memberikan gambaran
tentang isi dan kandungan dalam penulisaan proposal ini, untuk memudahkan
penyusunan proposal ini dibagi menjadi beberapa bab yang dilengkapi dengan
pembahasan pembahasannya, yaitu:
Dalam penyusunan sekripsi ini terbagi menjadi 6 bab secara ringkas
yang di uraikan sebagai berikut:
Bab I dalam karya tulis ilmiah ini berisi tentang pendahuluan, dalam
pendahuluan dikemukakan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematka pembahasan.
Bab II dalam karya tulis ilmiah ini berisi tentang landasan teori dan
telaah hasil penelitian terdahulu, bab ini berfungsi untuk menengahkan
kerangka awal teori yang digunakan sebagai landasan melakukan penelitian
yang terdiri dari pengertian karakter, disiplin, tanggung jawab, remaja dan
program tahlilan.
Bab III merupakan metode penelitian. Bab ini mendeskripsikan
tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian,
10
data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data,
pengecekan keabsahan data.
Bab IV mendeskripsikan tentang gambaran umum lokasi penelitian
yaitu di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo, yang terdiri dari:
Visi dan Misi, letak geografis, data jamaah tahlil, struktur organisasi.
Bab V berisi analisis data tentang mengetahui pembentukan karakter
disiplin dan tanggung jawab remaja melalui kegiatan rutin Tahlilan di Dusun
Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo.
Bab VI merupakan penutup karya tulis ilmiah ini agar pembaca mudah
dalam mengambil inti sarinya, di dalamnya berisi kesimpulan dan saran.
11
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU
DAN KAJIAN TEORI
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Kegiatan rutin Tahlilan yang kaitannya dengan
karakter disiplin dan tanggung jawab remaja telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, berdasarkan eksplorasi peneliti, terdapat hasil peneliti yang
mempunyei relevansi dengan penelitian ini akan tetapi terdapat perbedaan
tentang fokus dan hasil yang dikaji, agar penelitian ini tidak dianggap
mencontoh penelitian yang telah ada maka di sini akan dijelaskan
mengenai perbedaan, fokus penelitian serta hasilnya. Adapun penelitian
tersebut adalah:
Pertama, Peneliti Muhammad Fauil „Adzim, fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negri Salatiga
tahun 2018 tentang NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
TRADISI TAHLILAN DI DESA SRATEN KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018. Penelitan ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Adapun penelitian ini terkandung nilai-nilai
karakter yang ada pada tradisi tahlilan, yang mana terdapat 5 karakter
yaitu: Religius, kerja keras, bersahabat/ komunikatif, peduli social dan
disiplin.
Persamaan : penelitian ini mempunyai kesamaan pada pembahasan
materi tahlilan, perbedaan: dalam penelitian ini terfokus pada pencarian
11
12
nilai karakter yang terdapat dalam tradisi tahlilan, sedangkan yang akan
saya teliti yaitu proses tahlilan sebagai penanaman nilai karakter disiplin
dan tanggung jawab remaja.1
Yang kedua, Peneliti Noor Ajizah. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang. Dengan judul PEMBENTUKAN KARAKTER
TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI ORGANISASI “PASUKAN
KHUSUS KHADIJAH (PASHUKA)”. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini karakter tanggung jawab
sangat penting untuk dimiliki setiap peserta didik mengingat pada saat ini
Negara kita Indonesia sedang mengalami masalah pada berbagai bidang
kehidupan. Hal ini terjadi karena kurangnya rasa tanggung jawab dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat. Pembentukan karakter peserta
didik merupakan salah satu pokok perhatian utama dalam penyelenggaraan
pendidikan. Jadi, pembentukan karakter peserta didik disekolah tidak
hanya tugas guru melainkan juga diluar jam belajar di kelas yakni melalui
pembinaan-pembinaan lain yang ada di sekolah.
Persamaan: penelitian ini sama-sama membahas tentang teori
karakter tanggung jawab yang bisa diambil sebagai referensi untuk peneliti
lain, adapun perbedaannya: penelitian ini berbeda terkait pemecahan
masalahnya, yang mana penelitian terkait tentang keorganisasian sekolah,
1 Muhammad Faizul „adzim, “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Tradisi Tahlilan Di
Desa Sratenkecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,” (Skripsi, IAIN Salatiga, 2018)
13
sedangkan yang akan di teliti terkait dengan organissi yang ada di
masyarakat.2
Yang ketiga, Peneliti MELINDA DWI LESTARI Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Intitut Agama Islam Negri Ponorogo.
Dengan judul PENANAMAN KARKTER RELIGIUS, DISIPLIN dan
TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK MELALUI
EKSTRAKULIKULER TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH
DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONOROGO. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini dapat
dilihat terbentuknya karakter religius siswa melalui kegiatan
ekstrakulikuler tapak suci ini yaitu dengan selalu berdo‟a sebelum dan
sesudah melkukan latihan dengan nitan untuk mencari ridho Allah Swt.
Kemudin penanaman karakter disiplin peserta didik melalui kegiatan
ekstrakulikuler tapak suci ini sangat di pengaruhi oleh ketepatan waktu
saat latihan, kemudian untuk penanaman karakter tanggung jawab melalui
kegiatan ekstrakulikuler tapak suci ini bisa dilihat melalui pemberian
amanah dan cara mereka melaksanakannya.
Persamaan: dalam penelitian ini sama-sam membahas teori tentang
karkter disiplin dan tanggung jawab yang harus di lakukan dalam suatu
kegiatan, perbedaan dalam penelitian ini yaitu terdapat pada objek dan
lokasi yang di teliti. Untuk objek penelitian ini yaitu para remja yang
2 Noor Ajizah, “Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Siswa Melalui Organisasi
Pasukan Khusus Khadijah (Pashuka),” (Skripsi, UIN MaulanaMalik Ibrahim Malang, 2018).
14
berada di lingkungan masyarakat sedangkan yang peneliti ambil ini
objeknya adalah siswa atau murid yang berada di lingkungan sekolah.
B. Kajian Teori
1. Tahlil
a. Sejarah Tahlil
Jika kita membuka catatan sejarah agama islam, maka acara
ritual tahlilan tidak pernah dijumpai pada masa Rosulullah SAW,
dimasa para Sahabat dan para Tabi‟in maupun Tabi‟ al-Tabi‟in,
bahkan tradisi tersebut tidak dikenal pula pada masa Imam-imam
Ahlussunnah seperti Imam Malik, Abu Hanifah, Al Syafi‟i,
Ahmad bin Hanbal dan ulama yang lainnya yang semasa dengan
mereka ataupun sesudah mereka.
Pada awal masuknya islam di Indonesia dan disambut oleh
kepercayaan lama yang sudah berkembang yaitu Hindu, Buddha
dan Animisme. Namun setelah beberapa lama kemudiaan islam
berhasil mennjadikan dirinya sebagai nafas kepercayaan-
kepercayaan lama tersebut. Terlebih-lebih setelah berdirinya
kerajaan Demak yang di pempin oleh Sultan Al-fattah yang di
dukung sepenuhnya oleh Dewan Walisongo.
Para Sufi (Wali), Ulama dan Kyai di tanah Jawa cenderung
bersikap simpatik dan akomodatif terhadap tradisi budaya lokal.
Tradisi mendoakan orang meninggal atau menghormati arwah
15
para leluhur dalam agama-agam Jawa, juga dilestarikan. Bahkan
sekarang mendapatkan bentuknya yang khas karena adanya
islamisasi budaya.
Islam berhasil melakukan akulturasi budaya lokal. Segala
bentuk tradisi dan budaya lokal tidak satupun yang luput dari
usaha besar, termasuk didalamnya adalah upacara tahlilan.3 Acara
tersebut berasal dari upacara peribadatan nenek moyang bangsa
indonesi. Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan
mendoakan orang yang telah meninggal dunia yang
diselenggarakan pada waktu khusus. Namun, acara tahlilan
berbeda dengan prosesi selamaten agama lain yaitu dengan cara
mengganti dizikir-dzikir dan do‟a-do‟a ala agama lain menurut
mereka, dengan bacaan dari Al-Qur‟an maupun dzikir-dzikir dan
do‟a-do‟a ala agama islam. Dari aspek historis ini, bisa dikatakan
bahwa sebenarnya acara tahlilan merupakan adopsi (pengambilan)
dan sinkretisasi (pembauran) dengan agama lain.4
b. Tahlil
Tahlil adalah istilah yang digunakan untuk menamai
sebuah kalimat toyyibah (indah/baik) wahyu dari Allah Swt, yaitu
kalimat “laailahaillallah” artinya tiada tuhan selain Allah.5 Tahlil
berasal dari kata, hallala, yuhallilu, tahlilan, artinya membaca
3 Sutejo Ibnu, Tahlilan-Hidiyuan Dikir dan Ziarah Kubur (Cirebon: Kamu NU, 2015), 4.
4 Roni Rodin, “Tradisi Tahlilan dan Yasinan,” Budaya, 1 (Januari - Juni 2013), 76.
5 Soerjo Wido Minarto, “Tahlil Sebuah Seni Ritual Kematian pada Kepercayaan “Islam
Jawa” Tinjauan Teks dalam Konteks,” Seni Budaya, 2 (Desember, 2011), 3.
16
kalimat laailaha illallah. Dimasyarakat NU sendiri berkembang
pemahaman bahwa setiap pertemuan yang didalamnya dibaca
kalimat itu secara bersama-sama disebut majlis Tahlilan. Majlis
Tahlil di masyarakat Indonesia sangat variatif, dapat
diselenggarakan kapan saja dan dimana saja. Bisa pagi, siang,
sore, atau malam. Bisa dimasjid, mushola, rumah, atau lapangan.6
Acara ini bisa saja khusus Tahlil, meski banyak juga acara
Tahlil ini ditempelkan pada acara inti yanng lain. Misalnya, yang
terjadi di desa polorejo ada Tahlil disertai dengan membaca surah
Yasin, Tahlil disertai dengan musyawarah, khitanan disertai
dengan membaca Tahlil, pengajian ada Tahlil, sampai arisanpun
disertai dengan membaca tahlil. Waktu yang dibutuhkan untuk
tahlilan sekitar 15-20 menit dan bisa diperpanjang dengan cara
membaca kalimat Lailaha Illallah sebanyak 100x, 200x, atau
700x. Atau diperpendek misalnya hanya 3x, atau 12x. Semua ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu.7
Dalam pelaksanaan tahlilan ini tidak lepas dari ciri
khasnya, yaitu penjamuan makanan. Dalam setiap pelaksanaan
tahlilan, tuanrumah memmberikan makanan kepada orang-orang
yang mengikuti tahlilan. Selain sebagai sedakah, motivasi tuan
6 Munawwir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006), 276. 7 Ibid., 277.
17
rumah adalah sebgai penghormatan kepada para tamu yang turut
mendoakan keluarga yang sudah meninggal.8
Adapun susunan bacaan tahlil yang di kutip secara utuh
dari Kitab Majmu’ Syarif adalah
1) Pengantar Al-fatihah
2) Membaca Al-fatihah
3) Membaca Al-ikhlas 3x
4) Membaca Al-falaq
5) Membaca An-nass
6) Membaca Al- fatihah
7) Surah Al-Baqarah
8) Membaca surah Al-Baqarah ayat 163
9) Membaca ayat kursi
10) Membaca surah Al-Baqarah ayat 284-286
11) Kemudian membaca surah Hud ayat 73 3x
12) Mambaca surat Al-Ahzab ayat 33
13) Mambaca surat Al-Ahzab ayat 56
14) Sholawat nabi 3x
15) Membaca Surat Ali Imran: 173 dan Surat Al-Anfal: 40
16) Membaca Hauqalah
17) Kemudian membaca istighfar 33x
18) Kemudian membaca Tahlil 33x
8 Muhyiddin Abdusshomad, Hujjah NU Aqidah, Amaliah, Tradisi (Jember, PP. Nurul
Islam), 98.
18
19) Membaca kalimat Syahadat
20) Dan terakhir membaca Do‟a Tahlil9
Dalam kegiatan tahlilan remaja di Dusun Tamanan juga di
selingi dengan acara yasinan yang biasa di letakkan di tengah-
tengah bacaan tahlil.
Acara tahlilan merupakan upacara ritual seremonial yang
biasa dilakukanoleh keumuman masyarakat Indonesia untuk
memperingati hari kematian.Secara bersama-sama, berkumpul
sanak keluarga, handai taulan, beserta masyarakat sekitarnya,
membaca beberapa ayat al-Qur‟an, dzikir-dzikir, dandisertai doa-
doa tertentu untuk dikirimkan kepada si mayit. Dari sekian materi
bacaan, terdapat kalimat tahlil yang diulang-ulang (ratusan kali
bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut dikenal
dengan istilah “Tahlilan”.
Sudah menjadi hal yang umum jika tradisi tahlilan dan
yasinan digunakansebagai majelis taklim dan dzikir mingguan
masyarakat dan sebagai mediadakwah agar masyarakat menjadi
lebih dekat dengan Tuhannya. Di sisi lain tradisi tahlilan dan
yasinan bisa dimaknai sebagai forum silaturahmi warga, yang
tadinya tidak kenal menjadi kenal, yang tadinya tidak akrab
menjadi lebih akrab. Kegotongroyongan, solidaritas sosial,
9 https://islam.nu.or.id/post/read/107344/susunan-bacaan-tahlil-doa-arwah-lengkap-dan-
terjemahannya
19
tolong-menolong, rasa simpati dan empati juga merupakan sisi
lain dari adanya tradisi yasinan. Kegotongroyongan ketika
mengadakan acara. Tolong-menolong agar acaranya berjalan
sesuai yang diharapkan. Rasa empati dan simpati ketika ada
seseorang kerabatnya yang kesusahan atau kerabatnya yang
meninggal. Semua itu merupakan makna lain yang terkandung
dalam tradisi yasinan.10
Dalam pelaksanaan tahilan untuk remaja di dusun
tamanan ini disertai dengan kegiatan arisan dan juga kegiatan ini
disertai dengan susunan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
pertama, pelaksanaan arisan, kemudian dialksanakan kegiatan
tahlil yang akan di buka oleh MC, Isi dari susunan acaranya yaitu:
1) pembukaan, 2) pembacaan Tahlil dan surah Yasin, 3) sholat
Isa‟ berjamaah disertai dengan istirahat, 4) penutup.
c. Fungsi-Fungsi Tahlilan
Fungsi ini bisa digolongkan menjadi dua, yaitu fungsi
agama untuk dirinya dengan Tuhan serta fungsi sosial dirinya
dengan masyarakat.
1) Sarana untuk kirim do‟a
Tahlilan adalah rangkaian kegiatan yang di dalamnya
harus ada doa. Doa ini dibacakan masyarakat untuk membantu
agar arwah yang didoakan mendapatkan berkah di alam kubur.
10
Roni, Tradisi Tahlilan dan Yasinan, 85-86.
20
Dinilai dari segi agama dimana hubungan antara seorang
hamba dengan Tuhannya, apa yang dibacakan oleh jamaah
atau sekelompok orang dalam tahlilan diharap kan menjadi
berkah, pahala bagi seorang yang dikhususkan.11
2) Meningkatkan Ketakwaan
Sejalan dengan sarana kirim doa, Sebagai makhluk yang
beragama sudah sepantasnya dapat mengambil hikmah dari
berbagai kegiatan keagamaan yang dilakukan pada masyarakat
tersebut. Tahlilan dalam sisi agama merupakan kegiatan yang
dianggap ibadah. Ibadah juga dapat diartikan cara seseorang
untuk berkomunikasi dengan Tuhannya maka dari itu dengan
membaca tahlil atau kalimat dalam Al-quran diharapkan
menjadi salah satu cara seseorang untuk mengingat Tuhannya
mengingat akan keesaan-Nya.
3) Sarana silaturrahmi
Tradisi tahlilan umumnya dilaksanakan di satu waktu
dan tempat yang berjalan kurang lebih 30-60 menit. Dengan
bertemunya masyarakat baik dari segala lapisan dan segala
bentuk masyarakat menjadikan tahlilan sebagai sarana
bersilaturrahmi. Bagaiama tidak, mungkin saja di dalam
keseharian masing-masing individu disibukan dengan
11
Nur Khadiantoro, “Penerimaan Tradisi Tahlilan dalam Kehidupan Sosial Masyarakat
Desa Sukaraja Lor Banyumas,” Edukasi (Mei, 2017), 12.
21
pekerjaan mereka akan tetapi dengan tahlilan mereka pasti
bertemu dan berinteraksi satu dengan lainnya.
4) Memperkuat jiwa sosial dan pemecahan masalah
Manusia hidup dalam masyarakat tidak dapat hidup
sendiri pasti membutuhkan orang lain, cara masyarakat bisa
berdampingan dengan orang lain adalah berinteraksi, ketika
masyarakat merasakan apa yang orang lain rasakan, membantu
serta tolong menolong akan menjadikan modal sosial yang
dimiliki dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga masyarakat
bisa hidup berdampingan tercipta masyarakat yang guyub
rukun damai.12
2. Karakter
Karakter merupakan fondasi yang kukuh terciptanya empat
hubungan manusia: 1. Hubungan manusia dengan Allah SWT, 2.
Hubungan manusia dengan alam, 3. Hubungan manusia dengan
manusia, 4. Hubungan manusia dengan kehidupan dirinya di dunia
dan akhirat. Karakter tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi
tiba-tiba, akan tetapi terdapat proses yang panjang melalui pendidikan
karakter. Karakter manusia berupa kebebasan dan kemampuan untuk
memilih dan selanjutnya memilih melakukan atau meninggalkan.
Memilih keduanya itu didasari oleh akal atau syara‟. Syara‟
12
Ibid., 13.
22
mengarahkan akal dengan pilihan-pilihan, dan syara‟ membebaskan
memilih iman atau kafir. 13
a. Pengertian Karakter
Untuk mengetahui pengertian karakter, dapat dilihat dari
dua sisi, yaitu bahasa dan istilah.menurut bahasa karakter berasal
dari bahasa Latin kharakter, kharassaein, dan kharax, dalam
bahasa Yunani character dari kata charassein, yang berarti
memmbuat tajam dan membuat dalam. Dalam bahasa Inggris
character dan dalam bahasa indonesia laim digunakan dengan
istilah karakter.14
Sementara menurut istilah (terminologi) terdapat beberapa
pengertian tentang karakter, dari beberapa pengertian karakter yang
terdapat di bukunya, Mahmud menyimpulkan bahwa dapat
dimaknai karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu
seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. 15
Secara linguistik, ada beberapa pengertian tentang karakter,
yaitu sebagai berikut:
1) Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau
menandai dengan Focus mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku.
13
Maksudin, Pendidikan Karakter Nondikotomik (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 6. 14
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta,
2014), 1-3. 15
Ibid., 3.
23
2) Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian,seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan cara pandang berpikir, bersikap, dan
bertindak.
3) Karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu
yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat
dari keputusan yang ia buat.16
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter
adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga bisadi
fahami sebagai tabiat atau watak. Dengan demikian,orang yang
berkarakter adalah orang yang memiliki karakter, mempunyai
kepribadiaan dan berwatak.17
Pengertian Karakter menurut Pusat Bahasa adalah
“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tanbiat, tempramen, watak.” Adapun
berkrakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,
16
Anas, Irwanto, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya
Bangsa), 44. 17
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Jogjakarta: Ar-
Ruz Media, 20113), 16.
24
bertabiat, dan barwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh,
karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku
(behaaviors), mooivasi (motivations), dan ketrampilan
(skils).18
b. Faktor yang mempengaruhi karakter
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi karakter,
akhlak, moral, budi pekerti, moral dan etika manusia. Dari
sekian banyak faktor tersebut, para ahli menggolongkannya
kedalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor Intern
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor
internal ini, diantaranya adalah:
a) Insting atau Naluri
Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan
perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan
berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tidak
didahului latihan perbuatan itu. Setiap perbuatan
manusia lahir dari suatu kehendak yang di gerakkan
oleh naluri (Insting).
Pengaruh naluri pada diri seseorang sangat
tergantung pada penyalurannya. Naluri dapat
menjerumuskan manusia kepada kehinaan (degradasi).
18
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), 30.
25
Tetapi dapat juga mengangkat kepada derajat yang
tinggi, jika naluri disalurkan kepada hal yang baik
dengan tuntunan kebenaran.19
b) Adat atau Kebiasaan (Habit)
Salah satu faktor penting dalam tingkaah laku
manusia adalah kebiasaan, karena sikap dan perilaku
yang menjadi krakter sangat erat sekali dengan
kebiasaan, yang di maksud dengan kebiasaan adalah
perbuatan yang selalu di ulang-ulang sehingga mudah
untuk di kerjakan. Faktor kebiasaan ini memegang
peranan yang sangat penting dalam membentuk dan
membina karakter. Sehubungan kebiasaan merupakan
perbuatan yang di ulang-ulang sehingga mudah di
kerjakan maka hendaknya manusia memaksakan diri
untuk mengulang-ulang perbuatan baik sehingga akan
menjadi kebiasaan dan terbentuklah karakter yang
baik.20
c) Kehendak/ Kemauan (Irodah)
Kemauan ialah kemauan untuk mekangsungkan
segala ide dan segala tngkah laku, walau disertai
dengan berbagai rintangan, namun tidak mau kalah dan
tunduk terhadap rintangan tersebut. Salah satu yang ada
19
Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, 19.
20
Ibid., 19
26
dibalik tingkah laku ialah kehendak atau kemauan yang
keras berperilaku baik. Itulah merupakan kekuatan
yang mendorong manusia untuk berperilaku yang baik
yang akan menjadi karakter dalam diri seseorang itu.
d) Suara Batin atau Suara Hati
Didalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang
sewaktu-waktu memberikan peringatan (isyarat) jika
tingkah laku manusia itu berbahaya dan merupakan
perilaku berbahaya atau buru, kekuatan tersebut adalah
suara batin atau suara hati.
e) Keturunan
Keturunan merupakan sesuatu faktor yangdapat
mempengaruhi perbuatan manusia. Dalam kehidupan
kita dapat melihat anak-anak yang berperilaku
menyerupai orang tuanya bahkan nenek moyangnya,
sekalipun sudah jauh. Sifat yang diturunkan itu pada
garis besarnya ada dua macam yaitu:
(1) Sifat jasmaniyah, yakni kekuatan dan kelemahan
otot-otot dan urat sarap orang tua yang dapat
diwariskan kepada anaknya.
27
(2) Sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu
naluri dapat diturunkan pula oleh oranng tua yang
kelak memmpengaruhi petilaku anak cucunya.21
2) Faktor Ekstern
Selain faktor internal terdapat faktor ekstern
diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Pendidikan
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya.
Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam pembentukan karakter, akhlak, dan etika
seseorang sehingga baik dan buruknya akhlak
seseorang sangat tergantung pada pendidikan.
Pendidikan sangat penting, karena naluri yang
terdapat pada seseorang dapat di bangun melalui
pendidikan yang baik dan teraarah. Oleh karena itu,
peendidikan agama perlu di anifestasikan melalui
berbagai media baik pendidikan formal sekolah,
pendidikan informal di lingkungan keluarga, dan
pendidikan nonformal yang ada di masyarakat. 22
b) Lingkungan
21
Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, 22.
22
Ibid., 22.
28
Lingkungan adalah suatu yang mengelilingi tubuh
yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah,
udara, dan pergaulan. Manusia hidup selalu
berhubungan dengan manusia lainnya. Adapun
lingkungan dibagi kedalam dua bagian:
(1) Lingkungan bersifat kebendaan
Alam yang mengelilingi manusia merupakan
faktor yang bisa mempengaruhi dan menentukan
tingkah laku manusia. Lingkungan alam ini dapat
mematahkan atau mematangkan pertumuhan bakat
yang dibawa seseorang.
(2) Lingkungan yang bersifat kerohanian
Seseorang yang hidup dalam lingkuungan
yang baik secara langsung atau tidak langsung
dapat membentuk kepribadiannya menjadi baik,
begitu pula sebaliknya lingkungan yang tidak baik
akan membentuk perilaku yang tidak baik pula
pada diri seseorang itu. 23
3. Disiplin
Disiplin merujuk pada intruksi sistematis yang diberikan
kepada murid (disciple). Untuk mendisiplinkan berarti
23
Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, 19-22.
29
mengintruksikan orang untuk mengikuti tatanan tertentu melalui
aturan-aturan tertentu.24
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan
melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk
kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata
lain disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah
ditetapkan tanpa pamrih. Disiplin juga mengandung arti kepatuhan
kepada perintah pemimpin, perhatian dan kontrol yang kuat terhadap
penggunaan waktu, tanggung jawab atas tugas yang di amanahkan,
serta kesungguhan terhadap bidang keahlian yang ditekuni. Islam
mengajarkan agar benar-benar memerhatikan dan mengaplikasikan
nilai-nilai kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari untuk
membangun kualitas kehidupan masyarakat\ yang lebih baik.25
Tujuan diciptakannya kedisiplinan siswa bukan untuk
memberikan rasa takut atau pengekangan pada siswa, melainkan
untuk mendidik para siswa agar sanggup mengatur dan
mengendalikan dirinya dalam berperilaku serta bisa memanfaatkan
waktu dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, para siswa dapat
mengerti kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya sendiri.26
Dalam lingkup sekolah, disiplin dapat di bangun dan di
kembangkan melalui aktifitas seperti mengikuti upacara bendera,
24
Muhamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan (Depok: Rajawali Pers,
2017), 35. 25
Ngainun Naim, Character Building (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2012), 142-143. 26
Ibid., 148
30
berpakaian seragam, melakukan tugas kebersihan, mengumpulkan
tugas tepaat waktu, datang ke sekolah lebih awal dari jam pelajaran.
Dan semua itu di dilakukan atas dasar kesadaran mendalam dan
dorongan kuat yang lahir dari dalam.27
Pada tingkat perguruan tinggi, disiplin juga daapat
dikembangkan melalui cara berpakaian yang santun (tidak memakai
sendal, celana yang robek, levis, baju kaos oblong, rambut gondrong,
atau di luar ketentuan suatu perguruan tinggi), pengumpulan tugas
tepat waktu, belajar di perpustakaan secara rutin, dan sebagainya.
Penndeknya, disiplin diawali dengan penguasaan atas pikiran sendiri,
jika tidak maammpu mengontrol pikiran, maka tidak mampu
mengontrol apa yang dilakukan. Dengan demikian, ddisiplin diri
memungkinkan seseorang unntuk berfikir lebih lebih dulu, kemudan
melakukannya.
Ciri-ciri yang melambangkan karakter disiplin:
a. Menetapkan Tujuan dan melakukan apa yang diperlukan untuk
memperolehnya,
b. Mengontrol diri sehingga dorongan tidak mempengaruhi
keseluruhan tujuan.
c. Menggambarkan apa yang terjadi jika telah mencapai tujuan.
d. Menghindari orang-orang yang mungkin mengalihkan perhatian
dari apa yang ingin dicapai.
27
Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi, 92.
31
e. Menetapkan rutinitas yang dapat membantu mengontrol
perilaku.28
Dari berbagai ciri orang yang disiplin seperti dijelaskan di atas,
maka dapat dikatakan bahwa orang disiplin itu adalah orang yang
memiliki tujuan hidup yang jelas, konsisten untuk tetap
melakukannya, dan mewujudkan dalam bentuk kegiatan rutinitas.
Mereka yang disiplin tidak akan mampu dialihkan kepada hal-hal lain
yang tidak sejalan dengan cita-cita dan keinginannya.29
Usaha menanamkan kedisiplinan yang di lakukan oleh orang
tua dan guru kepada sisiwa salah satunya dengan memberikan contoh
atau teladan perilaku-perilaku yang baik, ini merupakan cara yang
ampuh untuk menumbuhkan rasa patuh terhadap peraturan- peraturan.
Semua itu tidak lain karena disiplin itu akan membentuk karakter
seseorang agar mereka:
a. Memiliki akhlak yang mulia
b. Memiliki pemahaman diri sendiri
c. Merhargai dirisendiri
d. Bertanggung jawab
e. Kecakapan belajar mandiri
f. Berfikir rasional
g. Berinteraksi dengan masyarakat
28
Ibid., 92 29
Ibid., 93.
32
h. Berpartisipasi dalam kebudayaan lokal dan global
i. Menunjukkan tanggung jawab sosial
j. Hidup sehat
k. Berfikir strategis
l. Bersikap baik terhadap lingkungan kerja30
4. Tanggung Jawab
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM
karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa.
Karakter yang berkualitas perlu di bentuk dan di bina sejak usia dini.
Usia dini ini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter
seseorang.31
Tanggung jawab merupakan suatu bentuk lanjutan dari rasa
hormat. Jika kita menghormati orang lain, berarti kita menghargai
mereka. Jika kita menghargai mereka, berarti kita merasakan sebuah
ukuran dari rasa tanggung jaawab kita untuk menghormati
kesejahteraan hidup mereka.32
a. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab secara literasi berarti “kemampuan untuk
merespon atau menjawab.” Itu artinya, tanggung jawab
berorientasi terhadap oraang lain, memberikan bentuk perhatian,
dan secara aktif memberikan respons terhadap apayang mereka
30
Buchari Alma, et al, Pembelajaran Studi Sosial (Bandung: Alfabeta, 2010), 83-85 31
Mansur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawawab Tantangan Krisis
Multidimensional (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 35. 32
Ngainun Naim, Character Building, Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 72.
33
inginkan. Tanggung jaawab menekankan pada kewajiban positif
untuk saling melindungi satu sama lain.33
Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimaana yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan, (alam, soaial, dan budaya), negara dan tuhan.
Pemahaman umum tentang tanggung jawab, yaitu: (a)
Tanggung jawab adalah mengerjakan tugas yang di berikan oleh
orang lain, (b) Tanggung jawab menjaga sesuatau, (c) Tangung
jawab adalah menolong orang lain atau sesama ketika sedang
membutuhkan pertolongan, (d) tanggung jawab adalah keadilan,
(e) tanggung jawab adalah membantu membuat lingkungan
sekitar kita (dunia) menjadi lebih baik, (f) tanggung jawab juga
dapat dimaknai dengan menjalankan perintah dari Tuhan.34
Dengan tertibnya penggunaan hak dan kewajiban timbullah
rasa tanggung jawab. Dimanapun dan kapanpun, tingkat
perolehan hak seseorang selalu berlangsung di dalam saling
berhubungan dengan penunaian tanggung jawab manusia, baik
secara individual maupun kolektif. Apabila tingkat perolehan hak
itu melampaui penunaian tanggung jawab seseorang, maka
rusaklah rasa wajib, dan kebebasan menjadi kebebasan liar.
Sebaliknya, kewajiban yang melampaui wewenangnyaakan
33
Ibid., 72. 34
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter dalam Pengelolaan Kelas Sekolah (Bantul:
Kreasi Wacana, 2014), 63
34
mengganggu penunaian tanggung jawab seseorang. Tanggung
jawab yang baik berada pada perimbangan yang serasi antara
perolehan hakdan penunaian kewajiban. Untuk itu perlu ada
perumusan konsep tanggung jawab manusia secara lengkap.
Sukanto (1985) menyatakan baahwa dianatara tanggung jawab
yang mesti ada pada manusia adalah:
1) Tanggung jawab kepada tuhan yang telah memberikan
kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersukur, dan
mohon petunjuk. Semua maanusia bertanggung jawab kepada
tuhan pencipta alam semestaa. Tak ada seseoraang pun
maanusia yang lepas bebas dari tanggung jawab, kecuali orang
itu gila atau anak-anak.
2) Tanggung jawab untuk membelaa diri dari ancaman, siksaan,
penindasan dan perlakuan kejam dari manapun datangnya.
3) Tanggung jawab diri darikerakusan ekonomi yang berlebihan
dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dari bersifat
kekurangan ekonomi.
4) Tanggung jawab terhadapanak, suami/istri, dan keluarga.
5) Taanggung jawab sosial kepada masyaraakaat sekitar.
6) Tanggung jaawab berfikir,tidak perlu mesti meniru seseorang
dan menyetujui pendapat umum atau patuh pada acara
membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala
informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan mana yang
35
merugikan kita. Dalam kebebasan berfikir perlu ada
pemupukan kreasi, yang berarti mampu mencari pemecahan
dari masalah-masalah hidup yang kian rumit kita hadapi, dan
menciptakan alternatif baru yang berguna bagi masyarakat.
7) Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan,
termasuk kelestaarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk
pencemaraan. 35
Tanggung jawab berarti melaksanakan sebuah pekerjaan atau
kewajiban dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, maupun
masyarakat dengan sepenuh hati dan memberikan yang terbaik.36
b. Tanggung Jawab Personal
Bisa kita ambil dari pembicaraan di atas, tampak bahwa
tanggung jawab diasosiasikan dengan tanggung jawab, sesuatu
yang ditanamkan kepada seseorang dari luar. Padahal, tanggung
jawab itu sepenuhnya tidak sepenuhnya tindakan sukarela.ia
merupakan respon kita pada kebutuhan orang lain.37
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunam W.J.S.
Poexwadarminta atau Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1995:1006), tanggung jawab
35
Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan (Depok: PT Raja Grafindo Persada,
2017), 20-21. 36
Naim, Character Building, Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu
dan Pembentukan Karakter Bangsa, 73. 37
Ibid., 21.
36
diartikan sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya
(kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan,
dsb).Karena itu, apa yang disebut tanggung jawab adalah karena
orang mengerti perbuatannya mengerti apa yang dipilihnya.38
Untuk itulah kemudia dia harus bertanggung jawab. Jika
seseorang memilih untuk menjadi orang berkuasa, maka iapun
mempunyai tanggung jawab untuk berada di posisi tertentu.
Sejumlah hak dan kewajiban menantinya.39
Dari sini timbul indikasi-indikasi yang diharuskan dalam
dirisesorang yang bertanggung jawab. Ciri-ciri tersebut diantaranya
ialah:
1) Memilih jalan lurus,
2) Selalu memajukan diri sendiri,
3) Menjaga kehormatan diri,
4) Selau waspada,
5) Memiliki komitmen pada tugas,
6) Melakukan tugas dengan standar yang terbaik,
7) Mengakui semua perbuatannya,
8) Menepati janji,
9) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya.
38
Alex Sobur, Etika Pers Profesionalisme Dengan Nurani (Bandung: Humaniora Utama
Perss, 2001), 316-317. 39
Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan, 22.
37
Orang yang bertanggung jawab kepada dirinya adalah orang
yang bisa melakukan kontrol internal sekaligus eksternal.
c. Tanggung Jawab Moral
Moral berasal dari bahasa Latin Mos – bentuk jamaknya
mores yang berarti kebiasaan, adat. Moralitas mempunyai arti yang
pada dasarnya sama dengan “moral”, hanya saja ada nada lebih
abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya,
segi moral suatu perbuatan atau tentang baik buruk perbuatan itu.
Moralitas artinya sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik daan buruk.40
Tanggung jawab moral biasanya merujukpada pemikiran
bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi
tertentu. Tidak taat paada kewajiban-kewajiban moral, kemudian
menjadi alasan untuk diberikan hukuman. Hukum berlaku pada
mereka yang mampu berefleksi atas situasi mereka, membentuk
niat tentang bagaimana mereka bertindak, dan kemudian
melakukan tindakannya itu. Mereka ini disebut dengan agen-agen
moral (moral agents).41
d. Tanggung Jawab Sosial
Manusia mempunyai tanggung jawab sangatlah besar yang
membebaninya, sehingga manusia harus bertanggung jawab
terhaadap masyarakat di sekelilingnya. Inilah yaabg disebut dengan
40
Alex, Etika Pers Profesionalisme dengan Nurani, 18-19. 41
Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan, 23.
38
tanggung jawab sosial (sosial responsibility). Disini manusia secara
individual atau berupa sekumpulan seperti pemerintah, perusahaan,
organisasi sama-sama mempunyai tanggung jawab secara umum.
Taanggung jawab yang di emban bisa bersifat „Negatif‟, yang
artinya tiadak adaa tuduhan yang memberatkannya, ataupun bisa
bersifat „Positif‟, yang artinya terdapat tanggung jawab berbuat
baik (sikap proaktif).42
Tanggung jawab sosial itu bukan hanya masalah memberi
atau membuat kerugiaan kepadamasyarakat seperti disebutkan di
atas. Tetapi bisa juga tanggung jawab sosial itu merupakan sifat-
sifat kita yang perlu dikendalikan dalam hubungannya dengan
orang lain.
Nilai-nilai yang harus ada pada kita apabila berinteraksi
dalam masyarakat atau dengan orang lain diantaranya adalah:
a) Senantiasa berbicara benar
b) Minghindarkan perasaan iri dengki
c) Tidak bakhil
d) Bersikap pemaaf
e) Adil
f) Amanah
g) Tidak sombong
42
Ibid., 24
39
Ini adalah sifat-sifat possitif yang perlu ada pada
semuaindividu, karen ebagai manusia, mereka tidaak boleh lepas
daari menjalani kehidupan sosial.43
5. Remaja
Setelah fase perkembangan usia anak berlalu, timbullah fase
baru yaitu fase remaja yang berkisar antara usia 12 hingga 21 atau 22
tahun. Kemudian fase ini diiringi dengan fase perkembangan usia
dewasa yang berlangsung pada umur 22 tahun hingga 40 tahun. Fase
remaja sering juga disebut ABG (anak baru gede). Pada rentang usia
ini bentuk fisik peserta didik lebih sempurna dalam arti menunjukkan
ciri khas yang benar-banar berbeda dengan individu lain karena
bentuk dan ukuran postur tubuhnya sedah tampak semakin jelas.44
Adajuga yang mendefinisikan bahwa remaja sebagai sebuah
tahapan dalam kehidupan seseorang yang beradadiantara tahap kanak-
kanak dengan tahap dewasa. Periode ini adalah ketika seoeang nak
muda harus beranjak dari ketergantungan menuju kemandirin,
otonomi, dan kematangan. Seseorang yang ada pada tahapini akan
bergerak sebagai bagian dari suatu kelompok keluarga menuju
menjadi bagian dari suatu kelompok teman sebaya dan hingga
akhirnya mampu berdiri sendiri sebagai seorang dewasa.45
a. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
43
Ibid., 24. 44
Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik (Depok: RajaGrafindo
Persada, 2014), 33 45
Kathryn Geldard, et al, Konseling Remaja Pendekatan Proaktif untuk Anak Muda,terj.
Eka Adinugrah, et.al (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 5.
40
Masalah kenakalan Remaja adalah masalah yang menjadi
perhatian orang dimana saja, baik masyarakat yang sudah maju
maupun terbelakang. Karena kenakalan prilaku atau moral
seseorang berakibat menggangu ketentraman orang lain.
Kenakalan remaja yang banyak dijumpai pada saat ini
adalah yang bersifat a-moral dan a-sosial yang tidak diatur oleh
undang-undang. Adapun prilaku a-moral dan a-sosial tersebut
indikasinya adalah sebagai berikut :
1) Berbohong
Kebanyakan anak berbohong untuk menghindari hukuman
baik dari guru maupaun orang tua, hal itu dilakukan untuk
menghindari hukuman.
2) Membolos atau jarang masuk sekolah.
Kehadiran anak yang tidak teratur menjadi problem yang
besar pada saat ini. Tentu saja dalam hal ini ketidak hadiran
siswa adalah tanpa adanya alasan, atau pergi keluar sekolah
tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
3) Tidak patuh pada orang tua
4) Berbuat zina
5) Berkelahi
Sedangkan kenakalan yang dianggap melanggar hukum dan
sering kali disebut dengan istilah kejahatan indikasinya adalah
41
sebagai berikut: mencuri, menodong, kebut-kebutan dijalan,
minum-minuman keras, pemakaian narkoba.
b. Faktor –Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Setiap tahun dapat kita ketahui bahwa laporan jumlah
kenakalan remaja dan kriminalitas terus meningkat, informasi ini
menunjukkan bahwa terdapat suatu hal yang sangat
memperihatinkan dalam perkembangan moral anak dan remaja.
Oleh karena itu berbagi usaha dilakukan oleh para sosiolog,
psikolog, kriminologuntuk menemukan cara-cara memperbaiki
moral remaja.
Berbagai perkiraan tentang penyebabnya telah
dikemukan dengan harapan memastikan siapa yang harus
dipersalahkan.telah dikatakan bahwa sekolah dan unversitas yang
dipersalahkan karena terlalu lunak, orang lain penyalahkan
kurangnya pendidikan keagamaan dirumah dan disekolah,
keretakan didalam keluarga dan meningkatnya perceraian, ibu
yang bekerja dan keluarga dengan orang tua tunggal.
Mungkin Perkiraan yang dapat diterima mengenai
penyebab kemerosotan moral, telah dipusatkan pada “sikap
permisif” atau yang sering disebut sebagai spokisme, orang yang
lebih tua atau menengah bila membandingkan disiplin yang
mereka alami ketika masih kanak-kanak dengan disiplain yang
42
diperlakukan pada anak sekarang dirumah dan disekolah, hampir
semua setuju disinilah letak kesalahan sesungguhnya. 46
Usaha pasangan gluecks di universitas Harverd untuk
menentukan apa saja yang menjadi penyebab kenakalan remaja
telah menyumbangkan dua penemuan penting. Pertama ialah
bahwa kenakalan remaja bukan fenomena baru dari masa remaja
melaikana suatu lanjutan dari pola prilaku asosial yang mulai
pada masa kanak-kanak. kedua ialah bahwa terdapat hubungan
yang erat antara kenakalan remaja dan lingkunagan, terutama
lingkungan rumah.47
Kenakalan remaja sering terjadi dimasyarakat bukanlah
suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan remaja tersebut
timbul karena adanya beberapa sebab. Menurut sudarsono dalam
bukunya “kenakalan Remaja” mengemukakan tentang sebab-
sebab yang mendorong remaja menjadi nakal pada dasarnya
bersumber dari 3 sebab utama :
1) Keadaan keluarga
keadaan anak pada sebagian besar berada dalam
lingkungan keluarga dan didalam keluargalah anak mendapat
pendidikan yang pertama dan yang paling besar. oleh karena
itu keluarga mempunyai peranan yang penting dalam
perkembangan Anak dalam kehidupan selanjutnya. Adapun
46
Elizabeeth B. Hurlock, Perkembangan Anak ( jakarta: PT, Gelora Aksara Pratama,
1993), 98. 47
Ibid., 74.
43
keadaan keluarga yang menyebabkan menjadi faktor
delinquent (nakal) dapat berupa keluarga yang tidak normal
(broken home) dan keadaan jumlah anggota yang kurang
menguntungkan. 48
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam
upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang
penuh dengan kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai
kehidupan, baik agama mauun sosial budaya yang
diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat
yang sehat.
Keluarga bahagia merupakan suatu unsur yang sangat
penting untuk perkembangan emosional anggota keluarga
khususnya anak. Kebahagiaan ini bisa diperoleh jika keluarga
menerapkan fungsinya dengan baik. Fungsi dasar keluarga
adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang
dan mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota
keluarga. Hubungan cinta dan kasih dalam keluarga tidak
sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan,
rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan
48
Sudarsono, Kenakalan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 125.
44
keinginan untuk menumbuh kembangkan anak yang di
cintanya.49
2) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah
dalam keluarga. Oleh sebab itu sekolah diharapkan
memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan
remaja. Dewasa ini banyak terjadi perlakuan guru yang tidak
adil terhadap hukuman yang kurang menunjang tercapainya
tujuan pendidikan yang sebenarnya. Ketika disekolah guru
tidak memberikan proses intraksi belajar mengajar yang baik,
sarana prasarana yang kurang memadai serta lingkungan antar
teman sangat mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa
remaja.50
3) Keadaan Masyarakat
Anak remaja sebagai anggota masyarakat selalu
mendapat pengaruh dari keadaan masyarakat dan lingkungan
baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang dominan
adalah akselerasi perubahan sosial yang ditandai dengan
peristiwa-peristiwa yang sering menimbulkan ketegangan
seperti persainagan dalam perekonomian, penggaguran, media
massa dan fasilitas rekreasi. 51
49
Syamsul Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), 37-38 50
Sudarsono, Kenakalan Remaja, 129. 51
Ibid., 131.
45
Pada dasarnya kondisi perekonomian mempunyai
hubungan yang erat dengan kejahatan, misalnya dalam
kehidupan sosial antara miskin dengan kaya merupak dua hal
yang akan mempengaruhi jiwa manusia terutama remaja, pada
remaja yang miskin biasanya timbul perbuatan melawan
terhadap hak milik orang lain, seperti pencurian, penipuan,
penggelapan.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain lain., secara holistic dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiyah.1 Sedangkan
menurut pendapat Bogdan dan Guba penelitian kualitatif adalahpenelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.2
Dan menurut Muri Yusuf penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian
yang digunakan untuk mencari makna, pemahaman, pengertian tentang suatu
fenomena, kejadian, maupun kehidupan manusia dengan terlibat langsung
dan/atau tidak langsung dalam seting yang diteliti, kontekstual, dan
menyeluruh.3
Jenis penelitian ini adalah: etnometodologi yakni, salah satu strategi
penemuan dalam penelitiab kualitatif yang mencoba mempelajari bagaimana
perilaku sosial dapat digambarkan sebagaimana adanya. Etnometodologi juga
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016), 6. 2 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan (Bandung:
PT. Rafika Aditama, 2014), 181. 3 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
(Jakarta: Prenadamedia group, 2016), 328.
45
47
dapat diartikan sebagai study mengenai cara-cara anggota masyarakat
(komunitas) memahami kegiatan sosial mereka sehari-hari. Etnometodologi
dalam strategi penemuan didasarkan pada keadaan sehari-hari, atau aktifitas
dan interaksi sosial yang bersifat rutin dengan menggunakan akal sehat.
Etnometodologi merupakan suatu study mengenai bagaimana seorang
individu dalam masyarakat berbuat, bertindak, berkreasi, serta memahami
hidup keseharian mereka.4
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu dilakukan karena, jika
memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih
dahulu sebagaimana yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka
sangat tidak mungkin mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-
kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu hanya manusia sebagai alat sajalah
yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya
manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.
Oleh karena itu pada waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti
berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan-
kegiatan di lapangan.
4 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
(Jakarta: Prenadamedia group, 2016), 335.
48
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai peran
utama. Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsir data dan pada akhirnya peneliti sebagai pelapor hasilnya.5
C. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat
di Dusun Tamanan Desa Polorejo. Dibawah ini kami cantumkan profil Desa
Polorejo.
Desa polorejo adalah desa yang terletak di Kecamatan Babadan
Kabupaten Ponorogo, desa polorejo terbagi beberapa Dusun yaitu:
1) Dusun Tamanan
2) Dusun polorejo
3) Dusun Beji
4) Dusun Bakalan
Dalam penelitian ini terfokus di Dusun Tamanan, di Dusun Tamanan
terdapat 12 Rt dan 3 Rw, disana juga terdapat berbagai beberapa organisasi
untuk remaja di antaranya yaitu, Remaja Masjid, Pemuda Sinar Bangsa, dan
Jamaah Yasin dan Tahlil.
D. Sumber Data Penelitian.
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), 9.
49
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.6
Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Sumber data utama (primer) yaitu sumber data yang di ambil peneliti
melalui wawancara dan observasi. Sumber data tersebut meliputi:
a. Ketua Jamaah Tahlil(melalui wawancara), karena ketua jamaah tahlil
ialah orang yang paling berpengaruh dalam suatu pelaksanaan
rutinan.
b. Pendiri Jamaah Tahlil (melalui wawancara)pendiri jamaah juga
berpengaruh karena termasuk tokoh pemuda yang mengetahui seluk
beluk Desa khususnya Dusun Tamanan.
c. Anggota atau Jamaah tahlilan (wawancara) orang yang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan tahlilan.
2. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data di luar kata-kata
dan tindakan yakni sumber data tertulis, antara lain:
a. Profil Desa Polorejo
b. Struktur Jamaah Tahlilan Rijalussholihin
c. Data jamaah tahlil Rijalusholihin
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
antara lain observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dalam konteks
penelitian ilmiah adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis,
6Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 157.
50
terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencatat
fenomena atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam konteks kehidupan
sehari-hari dan memperhatikan syarat penelitian ilmiah. Observasi atau
pengamatan dalam penelitian ini dilakukan tidak saja kepada subyek
penelitian, tetapi juga kondisi dan situasi saat guru melakukan kegiatan
pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Dalam melakukan observasi ini
peneliti menggunakan teknik observasi partisipan dengan membuat pedoman
observasi yang memberikan kisi-kisi apa dan kondisi bagaimana saja yang
diamati.7
Berikut ini teknik-teknik yang akan digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data:
1. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih,
yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok
subjek penelitian untuk dijawab.8 Dalam proses wawancara peneliti akan
terlibat langsung dengan objek yang akan diteliti, dengan begitu objek
yang diteliti dapat dikembangkan secara maksimal.9 Wawancara
(interview) dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
7 Faisal Anapiah, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010), 67. 8 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 130.
9 Jasa Ungguh Muliawan, Metodologi Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus
(Yogyakarta: Gava Medis, 2014), 65.
51
a. Wawancara terstruktur.
Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan alternatif jawaban
yang diberikan kepada narasumber telah ditetapkan terlebih dahulu.10
Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini telah
dibakukan, karena itu jawabannya dapat dengan mudah dikelompokan
dan dianalisis.
b. Wawancara tak terstruktur.
Wawancara ini lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan
tentang pandangan hidup, sikap, keyakinan subyek, atau tentang
keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek. Teknik
wawancara ini tidak dapat segera dipergunakan untuk pengukuran
mengingat subjek mendapat kebebasan untuk menjawab sesuka
hatinya dan pertanyaan yang diajukan pewawancara dapat
menyimpang dari rencana semula.11
Dalam penelitian ini peneliti akan memadukan dua tekhnik
wawancara yakni terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data yang lebih mendalam terkait fenomena yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini peneliti akan mewawancarai pendiri jamaah,
ketua jamaah, dan anggota jamaah untuk mendapatkan data yang lebih
luas dan mendalam terkait dengan upaya pembentukan karakter disiplin
dan tanggung jawab remajamelalui kegiatan rutin tahlilan di Dusun
Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo
10
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif Dan RND
(Bandung : Alfabeta, 2010), 318. 11
Ibid., 141.
52
2. Observasi.
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang berlangsung. Dalam penelitian kualitatif observasi adalah
proses ketika peneliti turun langsung ke lapangan untuk melaksanakan
penelitian.12
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan teknik observasi
tidak terstruktur yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak
tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Selain itu, focus observasi
akan terus berkembang selama kegiatan observasi berlangsung.13
Dalam teknik ini penulis hanya mengamati kegiatan rutin tahlilan yang
di lakukan.
3. Dokumentasi.
Mengambil data melalui dokumentasi dapat diperoleh informasi dari
fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil
rapat, surat-surat, jurnal kegiatan dan lain sebagainya.14
Dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai tujuan dan focus
masalah. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan
12
John W. Creswell, Reseach Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan
Campuran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 254. 13
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan RND (Bandung
: Alfabeta, 2010), 313. 14
Abdul Manab, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif (Yogyakarta: Kalimedia,
2015), 106.
53
wawancara dalam penelitian kualitatif.15
Dalam teknik ini, peneliti
mendokumentasikan kegiatan rutin tahlilan dalam bentuk tulisan dan
gambar.
F. Teknik Analisis Data.
Teknik analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk
mencari, menemukan dan menyusun transkrip wawancara, catatan-catatan
lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti dengan
teknik-teknik pengumpulan data lainnya. Teknik analisis data dalam kasus ini
menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles
Huberman.16
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.17
Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep yang dirumuskan
oleh Miles dan Huberman, menurut mereka analisis data kualitatif adalah
mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan.18
Untuk
memproses analisis data dalam model Milles dan Huberman, dapat melalui
tiga proses, yaitu:
1. Proses Reduksi Data.
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar”
15
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif Dan RND
(Bandung : Alfabeta, 2010). 329. 16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), 287. 17
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, 246. 18
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2012), 129-135.
54
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lokasi penelitian. Reduksi
ini berlangsung secara terus menerus selama kegiatan penelitian yang
berorientasi kualitatif berlangsung.19
Dalam hal ini peneliti menelusuri suatu kegiatan yang ada di
masyarakat yang berada di Dusun Tamanan Desa Polorejo yang mana
peneliti rasa ada sesuatu hal yang patut untuk diteliti secara mendalam.
2. Data Display
Atau pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan
pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan
pemahaman dan analisis sajian data. Data penelitian ini disajikan dalam
bentuk uraian yang didukung dengan matriks jaringan kerja.20
Berawal dari teori tersebut maka penulis ingin mendalami tentang
upaya pembentukan karakter disiplin dan tanggung jawab melalui
kegiatan rutin tahlilan di Dusun Tamanan Desa Polorejo Kecamatan
Babadan Kabupaten Ponorogo dengan cara pencarian data-data,
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Beberapa jenis
bentuk penyajian data adalah bentuk matriks, grafik, jaringan, bagan,
dan sebagainya.
19
M. Djunaidi Ghony, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media,
2012), 307. 20
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2015), 211.
55
3. Verifikasi
Atau penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang
menjawab focus penelitian berdasarkan hasil analisis data.
Menyimpulkan berbagai data dengan bentuk deskriptif dengan
berpedoman kajian peneliian yang terpapar di dalam skripsi.21
Langkah-langkah analisis data ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaktif
G. Pengecekan Keabsahan Data.
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Dalam bagian ini
peneliti akan mempertegas teknik apa yang digunakan dalam mengadakan
pengecekan keabsahan data yang ditemukan. Berikut beberapa teknik
pengecekan keabsahan penelitian:
1. Perpanjangan keikutsertaan
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri.
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan keberhasilan pada
21
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2015), 211-212.
Penyajian
data
Reduksi
data
Kesimpulan-
kesimpulan:
Penarikan/
Pengumpulan
Data
56
pengumpulan data. Dalam hal ini keikutsertaan tersebut tidak hanya
dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan
keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.22
2. Pengamatan yang tekun
Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relavan
dengan persoalan atau isu yang dicari. Jadi akurat atau tidaknya hasil
penelitian tergantung dari ketekunan peneliti itu sendiri, semakin tekun
dan telaten seorang peneliti maka semakin valid data yang akan
diperoleh.23
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber metode, penyidik dan teori.24
Dalam hal ini peneliti menggunakan tringulasi dengan metode,
menurut patton terdapat dua strategi dalam tringulasi dengan metode,
yaitu pertama, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
22
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2016), 327. 23
Ibid., 329. 24
Ibid., 330.
57
H. Tahapan-tahapan penelitian.
Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan dalam penelitian, yaitu:
1. Tahapan Pra-lapangan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan yang meliputi: a)
menyusun rancangan penelitian, pada tahap ini rancangan penelitian
tidak dijabarkan secara menyeluruh, hanya sekilas saja, karena
pembahasan akan di jabarkan di bab selanjutnya, b) memilih lapangan
penelitian, pada tahap ini peneliti mempertimbangkan teori substantif dan
dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah
penelitian, untuk itu peneliti melihat keadaan lapangan apakah terdapat
kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, c) mengurus
perizinan, peneliti menyerahkan surat penelitian yang disetujui oleh
Ketua Jurusan IAIN Ponorogo dan Dosen Pembimbing, d) menjajaki dan
menilai lapangan, peneliti hadir berusaha mengenal segala unsur
lingkungan yang ada di lokasi penelitian, e) memilih dan memanfaatkan
informan, f) menyiapkan perlengkapan penelitian, g) persoalan etika
penelitian.25
peneliti melakukan kegiatan interaksi fisik di dalam
lapangan akan diteliti, dan peneliti akan menjadi peran utama dalam
penyaringan data.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan.
Pada tahap selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan di lapangan.
Adapun tahap ini disebut dengan tahap pekerjaan lapangan yang meliputi
25
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 127-134.
58
kegiatan: a) memahami latar penelitian dan persiapan diri, b) memasuki
lapangan dan c) berperan serta sambil mengumpulkan data.26
Pada tahap
pekerjaan lapangan ini, peneliti akan berusaha untuk memahami kondisi
yang ada di lapangan serta berinteraksi dan berperan langsung dengan
keadaan lapangan guna mengumpulkan data-data penelitian yang
dibutuhkan.
3. Tahap Analisis Data.
Dari data-data yang diperoleh selama kegiatan penelitian di lapangan.
Maka tahap selanjutnya adalah analisis data. Pada tahap ini kegiatan yang
dilaksanakan meliputi: a) reduksi data, b) penyajian data, dan c)
verifikasi/penarikan kesimpulan.27
4. Tahap Penulisan Laporan.
Tahap akhir dari penelitian yang dilaksanakan ini adalah penulisan
laporan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi: a) penyusunan
hasil penelitian, b) konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing, c)
perbaikan hasil konsultasi ketika ditemukannya data yang perlu untuk
direvisi, d) pengurusan kelengkapan persyaratan ujian, dan e) ujian
skripsi.
26
Ibid.,137. 27
Ibid., 148.
59
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data Umum
1. Sejarah Desa Polorejo
Didalam buku yang di tulis Purwowijoyo, yang berjudul “Babad
Kandha Wahana” tahun 1991 menyebutkan bahwa orang yang pertama
kali babad desa polorejo adalah salah satu keturunan dari Raden Batoro
Katong (Lembu Kanigoro) dari seorang ibu di daerah begalan. Sedangkan
yang mengembangkan agama islam di daerah Polorejo tercatat sebagai
keturunan dari Demak.
Dalam sejarah tersebut dinyatakan bahwa polorejo merupakan daerah
yang pertama kali di-babat (di Islamkan) oleh salahsatu pengikut Raden
Batoro Katong. Jadi seperti itulah mengapa Polorejo trmasuk dalam
wilayah Kecamatan Babadan.
Padamulanya Desa Polorejo merupakan temapat berkumpul para
warok di daerah Ponorogo. Banyak juga warok yang berdatangan dari
luar Ponorogo untuk memperdalam ilmu kebatinan di Desa Polorejo.
Suatu saat terjadilah peristiwa dimana Raja Majapahit memperistri
seorang putri dari Campa yang beragama Islam. Dan kejadian tersebut
membuat salah satu punggawa Majapahit yaitu Pujangga Anom Ketut
Suryongalam (Ki Ageng Kutu) merasa tidak senang. Bahkan Ki Ageng
Kutu menolak membayar upeti kepada kerajaan Majapahit. Bersamaan
dengan itu Ki Ageng Kutu juga memperkuat basis di Ponorogo
60
(Wengker), hal ini dianggap sebagai ancaman oleh kekuasaan Majapahit
dan kasultanan Demak. Sunan Kalijaga bersama muridnya yang bernama
Kiai Muslim (Ki Ageng Mirah) mencoba melakukan investigasi terhadap
keadaan Ponorogo dan mencermati kekuatan-kekuatan yang paling
berpengaruh di Ponorogo. Setelah melakukan pencarian mereka
menemukan penguasa paling berpengaruh saat itu, yaitu Demang Kutu.
Demi kepentingan ekspansi dan islamisasi, penguasa demak
mengirimkan putra terbaiknya yang kemudian dikenal dengan nama
Bathara Katong dengan salah seorang santrinya yang bernama Selo Aji
dan juga diikuti oleh 40 orang santri senior yang lain.
Batoro Katong menjadikan Wengker sebagai basis pergerakannya,
dan bermukim di daerah Plampitan Setono (Istana). Dan menjadikan
daerah sekitarnya sebagai basis persebaran agama Islam untuk
mengumpulkan kekuatan melawan Ki Demang Kutu. Oleh Batoro
Katong, polorejo termasuk dijadikan sebagai salahsatu simpul pergerakan
persebaran Agama Islam dan pengumpulan kekuatan. Sampai akhirnya Ki
Ageng Kutu bisa dikalahkan.
Seiring dengan berjalannya waktu, Polorejo semakin ramai.
Pembukaan lahan semakin luas. Kelurga yang menetap disana juga
semakin banyak pula. Satu hal yang menarik untuk diperhatikan adalah
pada saat babat di daerah Polorejo banyak sekali pepohonan yang disebut
cempo. Dengan ini daerah yang baru di babat disebut Cempolorejo
61
(banyak pohon cempo), yang dikemudian hari sebutan tersebut berubah
menjadi POLOREJO.
Selanjutnya, pada tahun 1675, Polorejo menjadi Kota Kabupaten
yang membawahi wilayang Ponorogo utara dengan urutan bupati sebagai
berikut:
a. Raden Tumenggung Brotonegoro
b. Raden Tumenggung Brotowiryo
c. Raden Tumenggung Mertomenggolo
d. Raden Tumenggung Wiryonegoro
Keempat bupati tersebut, sekarang dimakamkan di pemakaman Setono
Cepuren nomer III.
Kabupaten Polorejo, dalam perjalanannya pernah beberapakali
berganti nama dan status. Kabupaten Polorejo pernah berganti menjadi
Kementren. Saat itu, yang menjadi mentri Kabupatennya adalah Raden
Turno Menggolo, putra dari Raden Tumenggung Mertomenggolo.
Kemudian Kemantren berganti lagi menjadi Palang. Yang menjadi palang
pada saat itu adalah Raden Tirto Taruno, dengan mentri Panedhak Raden
Joyowikromo. Setelah sekian lama, saat ini hanya tersisa petilasan dalem
(bekas rumah) Kabupaten yang terletak di Jalan Sri Gading Rt. 03 Rw. 05.
Petilasan tersebut yang tersisa sekarang hanya tinggal sisa-sisa
pondasinya saja.
62
Dari rangkaian tulisan sejarah di atas, para sesepuh dulu menamai
dusun atau dukuh di desa tersebut sesuai dengan struktur dalem
Kabupaten pada zaman dulu. Seperti Dusun Tamanan
(pertamanan/taman), Krajan Polorejo (dalem krajan), Beji
(Kolam/sendang), Bakalan (Tempat bercocok tanam).Untuk mengenang
para sesepuh-sesepuh Polorejo, sampai sekarang keempat Nama Dukuh
tersebut masih dipertahankan sampai sekarang.1
2. Keadaan Geografis
a. Desa Polorejo
Nama desa atau kelurahan : Polorejo
Kades : Hariyanto
Kode desa : 3502162007
Status pemerintahan : Desa
Tipologi : Persawahan
Luas desa (Ha) : 3.891,4500
Tinggi DPL (M) : 0
Garis Bujur (Longitude) : 111,454067
Garis Lintang (Latitude) : -7,822584
Jumlah penduduk :5.376 Laki-laki : 2.616
Perempuan :2.760
Jumlah KK : 1.6122
1 Lihat Transkip Dokumen No. 01/D/20-IV/2020
2 Lihat Transkip Dokumen No. 02/D/06-IV/2020
63
b. Visi, Misi dan Tujuan Desa polorejo
1) Visi
Bekerja Keras Menuju Desa Mandiri dan Bermartabat
2) Misi
a) Memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana yang di
butuhkan untuk meningkatkan SDM melalui pendidikan
formal dan non formal.
b) Mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa,
dan bermartabat melalui pelaksanaan otonomi daerah dan
kehidupan demokrasi yang sehat.
c) Mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian masyarakat
melalui pemberdayaan pembangunan yang partisipatif dan
bermartabat pada semua aspek kehidupan masyarakat.
d) Mewujudkan pelayanan prima melalui penyelenggaraan
administrasi desa yang mandiri dan bermartabat, serta
pengembangan jaringan kerjasama dengan seluruh mitra
pemerintahan desa.
3) Tujuan
a) Meningkatkan kesejahteraan ekonomiu masyarakat melalui
peningkatan produktifitas pertanian dalam arti luas dan
penguatan kapasitas SDM.
64
b) Meningkatkan roda perekonomian dan berbagai aktifitas
masyarakat malalui penyediaan akses trnasportrasi,
informasi, dan teknologi yang memadai.
c) Mempersiapkan generasi penerus Desa Polorejo yang
berkualitas melalui peningkatan pendidikan formal dan non
formal.
d) Meningkatakan kondisi Desa Polorejo menjadi desa yang
resik, endah, omber dan girang gemirang.
e) Meningkatkan kinerja pelayanan prima dalam tata kelola dan
kehidupan demokrasi pemerintahan Desa Polorejo.
f) Meningkatkan interaksi sosial yang harmonis dan
bermartabat melalui penguatan organisasi masyarakat,
pengembangan industri kecil, pengembanganBadan Usaha
Desa dan partisispasi aktif warga desa.3
c. Dusun Tamanan
Penduduk Dusun Tamanan sangat kental dengan kebiasaan yang
gotong royong, mereka memiliki solidaritas yang sangat tinggi,
apabila ada masalah diantara mereka cara menyelesaikannya dengan
bermusyawarah untuk mencari penyelesaian tanpa kekerasan.
Terkait dengan remaja, para remaja di Dusun Tamanan juga
sangat suka bergotong royong, para remaja juga sangat suka
berkumpul dalam acara musyawaroh saat akan mengadakan acara
3 Lihat Transkip Dokumen No. 03/D/06-IV/2020
65
pengajian , istighosah dan sebagainya. Di Dusun tamanan memiliki
banyak sekali organisasi baik remaja maupun orang tua. Organisasi
remaja mencakup organi sosial dan keagamaan, organisasi sosial
diantaranya yaitu Sinar Bangsa, dalam lingkup organisasi keagamaan
yaitu Remaja Masjid dan jamaah yasin laki-laki dan perempuan.
3. Keadaan Pendidikan
Di Dusun Tamanan Desa Polorejo ini termasuk lingkungan yang
banyak sekali terdapat pendidikan baik itu formal dan non formal, di
Dusun Tamanan terdapat RA, MI, Ponpes, Yayasan, Madin dan banyak
sekali TPA.
Disini pendidikan cukup mendapat perhatian yang serius dari
pemerintah desa maupun dari masyarakat, itu terlihat dengan adanya
bangunan sekolah yang sangat memedai di lingkungan tersebut. Anak-
anak yang masih RA dan MI memilih sekolah di sekolah terdekat, karena
masyarakat lebih memilih menggunakan fasilitas sekolah yang ada
dengan kwalitas yang tidak kalah bagus dari sekolah lain.
Keadaan pendidikan di Dusun Tamanan Desa Polorejo ini cukup
baik, halini terlihat dari banyaknya masyarajat yang sadar akan
pendidikan untuk anak-anak mereka. Hal itu dapat dilihat dari pemuda di
dusun tamanan yang rata-rata minimal lulusan SMA atau SMK, dan ada
beberapa yang sampai jenjang perguruan tinggi walaupun mayoritas
orang tua mereka adalah lulusan SD bahkan ada yang tidak pernah
sekolah sama sekali.
66
4. Keadaan Sosial Agama
Tempat ibadah yang terdapat di Dusun Tamanan ini terdapat 2 masjid
dan 9 musola atau langgar. Kehidupan beragama didususn ini sesuai
dengan obserfasi peneliti seluruh warga Dusun Tamanan menganut agama
Islam.
a. Praktik Keagamaan dalam Masyarakat
Dalam praktik keagamaan sesuai yang dikatakan oleh pak
kamituwo Dusun Tamanan bahwa:
“kalau di Dusun Tamanan ini banyak sekali kegiatan keagamaan
khususnya di waktu malam jum‟at dan waktu peringatan hari
besar islam (PHBI), pada malam jum‟at setiap RT ada yang
namanya Jamaah yasin dan tahlil di setiap lapisan dari remaja
sampai orang tua, kalo PHBI ini terjadi tidak disetiap RT tapi
biasanya dipusatkan di Masjid Miftahul Huda”.4
b. Pemahaman dan Kesadaran Terhadap Ajaran Islam
Pemahaman masyarakat terhadap agama dapat dikatan masih
kurang sempurna, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya hal-hal
yang menyimpang dari aturan agama seperti masih ada orang minum
minuman yang memabukkan, berjudi, togel, ada yang tidak
melakukan ibadah sholat dan puasa romadhon dan juga kepercayaan
masyarakat mengenai tempat-tempat keramat yang masih di beri
sesaji.
4 Lihat Trankip Wawancara No. 01/W/06-IV/2020
67
5. Keadaan Perekonomian
Perekonomian masyarakat Dusun Tamanan mayoritas masyarakat
menengah kebawah walaupun ada juga yang menengah ke atas. Itu semua
dapat dilihat dari keadaan bangunan rumah yang mayoritas biasa-biasa
saja tidak mewah dan tidak terlalu sederhana, walaupun ada yang mewah
dan ada yang sederhana.
Jika dilihat dari mata pencehariannya, banyak masyarakat di Dusun
Tamanan bekerja sebagai petani, ada juga yang buruh tani. Jenis tanaman
yang biasa di tanam petani yaitu padi, jagung, kedelai dan kacang. Ada
juga yang menanam buah melon. Sebagian warga yang tidak memiliki
sawah atau kebun mereka memilih menjadi peternak hewan, dan ada yang
menjadi buruh tani. Walaupun ada juga yang memilih keluar negeri jadi
TKI.
B. Data Deskripsi Khusus
Temuan penelitian yang dimaksud disini adalah mengungkapkan data
yang diperoleh dari pengamatan dan atau hasil wawancara serta
dokumentasi lainnya yang terkait dengan rumusan masalah. Setelah
melakukan penelitian pada kegiatan rutin tahlilan di Dusun Tamanan Desa
Polorejo Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo dapat ditemukan
temuan penelitian sebagai berikut.
1. Pelaksanaan kegiatan rutin tahlilan di Dusun Tamanan Desa Polorejo
Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
68
Seperti halnya yang disampaikan oleh bapak Sugito sebagai salah
satu pencetus kegiatan rutin tahlilan, ketika di wawancara oleh penulis
dengan pertanyaan:
Bagaimana sejarah atau yang melatar belakangi adanya kegiatan
tersebut pak? Beliau menjelaskan bahwa:
“Begini mas, proses pembentukan karakter remaja saya rasa
masih kurang kalau hanya dalam proses kegiatan di sekolah
saja. Kehidupan anak remaja kan tidak hanya dalam lingkup
sekolah, remaja biasanya lebih sering bahkan cenderung lebih
suka kalau tidak berada disekolah. Dan pendidikan karakter itu
bisa di bentuk melalui masyarakat, la saya sebagai masyarakat
ingin menciptakan suatu yang dapat membuat remaja memiliki
karakter yang baik, salah satu karekter tersebut sama seperti
yang sampean sebutkan itu, yaitu disiplin dan tanggung jawab.”5
Dari pengamatan peneliti bahwa memang banyak anak yang lebih
suka berada di lingkungan masarakat daripada di lingkungan sekolah.
Sehingga penulis rasa cukup efektif dengan adanya kegiatan tersebut
di lingkungan masyarakat.
Kemudian saya lanjutkan bertanya kepada bapak Sugito dengan
pertanyaan:
Bagaimana proses kegiatan tahlilan berlangsung? Beliau
menjelaskan bahwa:
“Kegiatan rutin ini sudah berlangsung sangat lama la saya ini
generasi pertama, kalo sekarang saya tidak ikut yasinannya. Kalo
pelaksanaan kegiatan tahlilan dulu ya berlangsung ketika malam
jum‟at setelah maghrib secara bergilir di setiap anggota jamaah
tahlil, ini dilaksanakan sampai sekarang. Kegiatan ini juga
dibarengi dengan arisan. Kalo dulu Prosesnya pertama arisan
5 Lihat Transkip Wawancara No. 03/W/10-IV/2020
69
dulu, kemudian pembacaan tahlilan lalu istirahat kemudian
langsung pulang.”6
Kemudian saya bertanya kepada saudara Roqi selaku ketua dari
jamaah tahlil, dengan pertanyaan yang sama.
Bagaimana proses kegiatan tahlilan berlangsung? Beliau
menjawab:
“Dari mulai datang ke lokasi memakai baju yang sopan dan
memakai songkok kemudian langsung berjabat tangan dengan
yang punya rumah dan teman-teman, kemudian melaksanakan
arisan dulu, lalu kegiatan di buka dengan susunan acara. Susunan
acara 1) Pembukaan, 2) pembacaan tahlil dan yasin, 3) Istirahat
dan Sholat isa‟ berjamaah, dan 4) Penutup. Sebelum berdo,a saya
mengumumkan kegiatan selanjutnya dimana, dan agar mengajak
temannya yang belum masuk untuk masuk”7
Dari pemaparan saudara roqi bahwa banyak sekali kegiatan yang
sangat mendukung untuk meningkatkan karakter dan kepribadian
yang baik bagi remaja.
Seperti yang telah dikatakan para narasumber kegiatan tersebut
dilaksanakan secara bersama-sama dan dengan seksama. Kegiatan
tersebut di pimpin oleh salah satu anggota jamaah yang mana
dilakukan secara bergantian dari MC sampai acara tahlilan.
Kemudian saya bertanya lagi kepada bapak Sugito dengan
pertanyaan:
“Apa tujuan diselenggarakannya kegiatan tahlilan?”. Beliau
mengatakan bahwa:
6 Lihat Transkip Wawancara No. 04/W/10-IV/2020
7 Lihat Transkip Wawancara No. 06/W/27-III/2020
70
“Tujuannya adalah untuk dapat mengkoordinasi para remaja
dengan mudah dan agar setiap remaja tersebut mengenal lebih
jauh temannya itu, seperti rumahnya dimana, orang tuanya siapa
dll, tapi tujuan utamanya yaitu untuk menumbuhkan sikap yang
disiplin menghadiri kegiatan tidak hanya tahlilan saja tapi agar
merambat sampai kegiatan remaja yang lainya juga, agar para
remaja mempunyai kegiatan yang bermanfaat dan juga untuk
melestarikan tradisi NU salah satunya yaitu tradisi tahlilan.”8
Sesuai dengan apa yang telah di amati oleh peneliti saat
melakukan obserfasi langsung, bahwa antusias remaja sangat bagus
dalam melaksanakan kegiatan tersebut, ini membuktikan tidak hanya
disiplin saja tapi terdapat tanggung jawab yang di emban setiap remaja
demi melancarkan kegiatan dari awal acara sampai selesai, dan juga
dari pernyataan bapak Gito membuktikan bahwa disetiap kalangan,
baik yang muda sampai orang tua semua melaksanakan kegiatan
tahlilan. Disini dapat di indikasikan bahwa dusun tamanan mayoritas
adalah warga Nahdiyyin (NU), yang mana seluruh remaja di harapkan
untuk melaksanakan kegiatan ke-NU an di lingkungan Desa Polorejo
khususnya Dusun Tamanan.
2. Dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter disiplin remaja di
Dusun Tamanan Desa Polorejo Kecamatan Babadan Kabupaten
Ponorogo.
Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter erat kaitannya
dengan kebiasaan yang terus menerus di praktikkan dan di amalkan.
8 Lihat Transkip Wawancara No. 05/W/10-IV/2020
71
Penulis bertanya kepada bapak kamituwo Dusun Tamanan dengan
pertanyaan:
Bagaimana pendapat anda tentang karakter para remaja di Dusun
Tamanan ini? Beliau menjelaskan bahwa:
“Sebenarnya saya sangat setuju sekali apabila ada kegiatan positif
yang lebih banyak lagi agar remaja disini lebih mengerti agama,
dalam partisipasinya dalam kegiatan yang sudah ada, setiap anak
khususnya remaja di sini memiliki sifat yang berbeda-beda
menurut saya itu sama kayak desa-desa lainnya, ada yang
berperilaku buruk ada juga yang berperilaku baik, tapi ketika ada
suatu kegiatan masyarakat para remaja sangat aktif dan antusias
dalam kegiatan masyarakat, tapi ya ada juga yang belum mau ikut
perkumpulan tapi itu hanya segelintir anak saja”.9
Seperti yang di ucapkan oleh bapak kamituwo bahwa setiap
individu memiliki sifat yang erbeda-beda, hal tersebut sudah lumrah
dalam setiap organisasi ada yang turut andil dalam setiap kegiatan tapi
juga ada yang tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Karakter tidak selalu dibangun dalam kegiatan di lingkungan
sekolah maupun lingkungan keluarga saja, tapi lingkungan masyarakat
tidak kalah penting dalam membangun karakter remaja. Dalam
lingkungan masyarakat banyak sekali organisasi atau perkumpulan,
yang mana organisasi dan perkumpulan tersebut bisa mempengaruhi
karakter remaja.
Hal ini sesuai dengan tujuan didirikannya jamaah tahlil yang ada
di Dusun Tamanan yang telah dijelaskan di atas, bahwasannya
9 Lihat Transkip Wawancara No. 02/W/06-IV/2020
72
kegiatan tersebut di dirikan agar mudah mengkoordinasikan remaja
ketika ada acara remaja masjid, dan juga untuk membentuk dan
memperbaiki karakter remaja di lingkungan tersebut.
Semakin banyak kegiatan positif yang melibatkan remaja maka
akan terjadilah karakter yang baik dalam diri remaja tersebut. Karena
karakter bisa di bentuk melalui pembiasaan.
Dalam upaya pembembentukan karakter disiplin melalui kegiatan
rutin tahlilan ini harus memiliki banyak fariasa yang mana agar tidak
terjadi kebosanan dalam diri remaja, seperti yang dikatakan oleh
saudara Roqi selaku ketua jamaah tahlil Dusun Tamanan,
“Dalam kegiatan tahlilan ini banyak sekai hal yang perlu
ditambahkan agar remaja tidak bosan dan malas dan bisa disiplin
untuk selau berangkat tahlilan, salah satunya yaitu dengan
menambahkan kegiatan arisan dan anjang sana di setiap anggota
tahlilan. Dan dalam kegiatan ini di tambahkan acara sholat isa‟
berjamaah.”10
Dari pengamatan peneliti bahwasannya antusias dari jamaah
sangat baik terbukti dengan banyaknya presentase kehadiran daripada
yang tidak hadir, walaupun dalam pelaksanaannya masih ada yang
mengantuk pada waktu kegiatan berlangsung.
Dalam membentuk karakter disiplin juga diperlukan sebuah
mekanisme yang tiada henti, kepatuhan, inovasi, dan sadar diri
dengan di biasakan.
10
Lihat Transkip Wawancara No. 07/W/27-III/2020
73
Kemudian penulis menanyakan lagi terkait waktu diadakannya
yasinan:
“Karena ini kegiatan rutin maka harus ada penetapan waktu
kegiatan, dan telah di putuskan bahwa kegiatan dilaksanakan
setiap malam jum‟at setelah mahrib.”11
Dalam penetapan waktu ini para jamaah di tuntut untuk bersikap
disiplin waktu karena diharapkan waktu isya‟ selesai acara tahlilan
juga sudah selesai dan masuk kegiatan sholat isya‟ berjamaah.
Dalam perbincangan tersebut penulis sedikit menanyakan tentang
apakah ada hukuman bagi remaja yang membolos kegiatan tersebut.
“Kalo disini gak ada mas, kan kita juga sama-sama remaja kan
gak enak kalo menghukum temannya sendiri, paling ya kalo gak
masuk teman-teman izin lewat grup aja, kalo gak izin ya pas
yasinan saya tanya secara pribadi saja, kalo di umimin takut malu
dan gak mau mengikuti kegiatan lagi. Biasanya setiap akhir acara
saya mengumumkan agar temannya yang gak masuk diajak
masuk lagi gitu aja.”12
Demi melancarkan kegiatan tahlilan tersebut diharapkan agar
para remaja disiplin dalam melaksanakan kegiatan dari awal sampai
akhir acara.
Kemudian penulis bertanya kepada saudara Fendi selaku anggota
jamaah tahlilan terkait latar belakang mengikuti kegiatan rutin
tahlilan.
“saya mengikuti kegiatan ini karena pertama ya keinginan saya
sendiri tapi mau ikut malu, setelah beberapa lama ternyata saya
11
Lihat Transkip Wawancara No. 08/W/27-III/2020 12
Lihat Transkip Wawancara No. 09/W/27-III/2020
74
diajak teman saya, la itu saya manfaatkan untuk ikut yasinan
tersebut tapi dengan izin orang tua dan orang tua
menyetujuinya.”13
Bahkan ada salah satu remaja mengatakan bahwasannya dia di
suruh orang tuanya. Hal ini di ungkapkan oleh saudara Irfan,
“Saya mengikuti kegiatan ini karena di suruh sama orang tua,
karena ibuk saya melihat teman saya yang setiap malam jum‟at
selalu mengikuti kegiatan tersebut, katanya daripada dirumah saja
tidak ada kegiatan lain.”14
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan rutin tahlilan sangat
didukung penuh oleh para orang tua jamaah.
Kemudian penulis bertanya kembali kepada saudara fendi terkait
motifasi mengikuti jamaah tahlil.
“Motifasi saya untuk ikut dalam kegiatan ini adalah: pertama,
saya ingin libih akrab dengan teman-teman, mengerathui tempat
tinggalnya dan ingin selalu aktif dalam kegiatan keagamaan.
Kedua, saya berharap dengan adanya tahlilan ini mental saya
bertambah kuat tidak isinan (malu) lagi. dan terakhir, dengan
adanya tahlilan ini saya ingin bisa lebih disiplin dan tanggung
jawab terhadap apa yang telah di pasrahkan kepada saya pada saat
kegiatan tahlilan seperti jadawal ketika menjadi MC dan
memimpin tahlil.”15
Pertanyaan tersebut saya lontarkan juga kepada saudara irfan.
“Supaya saya ada kegiatan selain main hp dirumah, dan semakin
akrap lagi dengan teman-teman dan bisa mengikuti kegiatan yang
lain juga.”16
Setiap orang pasti mempunyai perbedaan motifasi untuk
mengikuti suatu kegiatan, seperti halnya saudara fendi dan irfan yang
13
Lihat Transkip Wawancara No. 11/W/26-III/2020 14
Lihat Transkip Wawancara No. 13/W/26-III/2020 15
Lihat Transkip Wawancara No. 12/W/26-III/2020 16
Lihat Transkip Wawancara No .14/W/26-III/2020
75
mempunyai motifasinya tersendiri untuk mengikuti kegiatan tahlilan.
Sesuai dengan apa yang di katakan oleh saudara fendi bahwa kegiatan
tersebut terdapat jadwal MC dan pembawa tahlilnya yang mana akan
menumbuhkan karakter tanggung jawab remaja.
Hal ini sesuai dengan apa yang di obserfasi oleh peneliti, bahwa
kegiatan tersebut dilakukan dengan baik oleh setiap jamaah yang
mengikuti kegiatan tersebut.
Dari pemaparan diatas dampak dari kegiatan rutin tahlilan
terhadap karakter disiplin remaja dapat diketahui secara tidak
langsung melalui kegitan-kegiatan yang ada didalam acara tersebut.
karena dalam kegiatan ini terdapat suatu yang mengindikasikan akan
timbulnya sifat disiplin remaja dimana disitu terdapat penetapan
waktu dan susunan acara dan terdapat ajakan dan teguran dari teman-
temannya apabila remaja tersebut tidak masuk atau tidak mengikuti
acara tersebut. Dan kegiatan tersebut terbukti telah terlaksanan dengan
baik dan dapat dukungan dari para orang tua remaja.
3. Dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter tangguung jawab
remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo Kecamatan Babadan
Kabupaten Ponorogo.
Selain membentuk karakter disiplin pada remaja juga membentuk
karakter tanggung jawab dengan berbagai macam cara. Pendidikan
karakter tanggung jawab dalam lingkungan masyarakat sangat banyak
76
sekali tapi kebanyakan remaja belum mengetahuinya. Pendidikan
karakter yang baik bisa di mulai dengan pembiasaan yang baik.
Karakter tanggung jawab dalam diri remaja sangat dibutuhkan
karena hal tersebut akan mempengaruhi masadepannya nanti. Karakter
tanggung jawab tidak kalah penting dan saling terikat dengan karakter
disiplin, seperti halnya contoh seorang guru harus memiliki sifat
disiplin, dan itu merupakan tanggung jawab sebagai guru, dimana
guru harus mencontohkan sifat dan sikap yang baik dalam diri
siswanya.
Dalam kegiatan tahlilan ini tidak hanya berisikan pembacaan
tahlil saja, melainkan banyak sekali kegiatan lain didalamnya, seperti
arisan, penugasan MC dan pembaca tahlil, dan lain-lain. Kegiatan
tersebut dapat membentuk karakter tanggung jawab remaja. hal ini
sesuai dengan yang di jelaskan oleh bapak sugito selaku pendiri
jamaah tahlil,
“Menurut saya antara kedisiplinan dan tanggung jawab ini
memilii keterkaitan, dalam kegiatan tahlilan ini tidak hanya
tahlilan saja melainkan ada arisan, ada sholat isya‟ berjamaah,
ada penugasan MC dan pembacaan tahlilnya dan lain-lain. Hal
tersebut dapat menimbulkan sikap tanggung jawab pada diri
remaja. Bahkan sebelum kegiatan dimulai ada jabat tangan juga
dengan tuan rumah dan jamaah, hal ini menurut saya dapat
menimbulkan sikap yang baik dan apa bila di lakukannya setiap
hari akan menjadi karakter yang tertanam dalam diri remaja. Jadi
kegiatan tahlilan ini sangat baik karena dengan berbagai macam
acara yang terdapat dalam kegiatan rutin tahlilan ini
menimbulkan hal positif yang akan timbul dari remaja.”17
17
Lihat Transkip Wawancara No. 15 /W/10-IV/2020
77
Seperti yang dikatakan olah bapak Sugito bahwa kegiatan yang
baik akan menimbulkan karakter yang baik apabila dilakukan secara
terus menerus.
Seperti halnya dalam suatu kegiatan masyarakat dimana kegiatan
tersebut memiliki susunan panitia, seperti ketua, sekretaris, bandahara,
anggota dan sebagainya. Seorang ketua memiliki sikap tanggung
jawab penuh dalam kegiatan acara tersebut, sekretaris, bandahara,
anggota juga memilki tanggung jawab sendiri dalam mensukseskan
acara.
Dalam kegiatan tahlilan di Dusun Tamanan Desa Polorejo ini
memiliki struktur organisasinya. Halini telah di ungkapkan oleh ketua
jamaah tahlil yaitu saudara Roqi.
“Kegiatan ini memiliki strukturnya, dalam kegiatan ini terdapat
ketua, sekretaris dan bandahara. Ketuanya saya, sekretarisnya mas
Irfan, bandaharanya mas Yazid, selain itu juga waktu memulai
acara di buka oleh MC yang mana MC di jadwal oleh ketua dan
tidak hanya MC tapi juga pembaca tahlilnya juga di jadwal.”18
Sesuai yang dikatan oleh saudara Roqi diatas, bahwa kegiatan
tahlilan juga ada penetapan jadwal MC dan pembacaan tahlil, hal ini
bisa menumbuhkan karakter tanggung jawab kepada remaja. Dalam
kegiatan ini mereka yang bertanggung jawab dalam melancarkan
kegiatan tahlilan, tapi disini jamaah juga memiliki tanggung jawab
juga. Sepertihalnya tanggung jawab kepada kegiatan yang sudah
disepakati, dan tanggung jawab kepada tuan rumah dimana tuan
18
Lihat Transkip Wawancara No. 10/W/27-III/2020
78
rumah sudah mengundang walau tidak secara langsung untuk
menghadiri kegiatan tersebut.
Kemudian penulis bertanya kepada kepada saudara Roqi, apa tujuan
dibentuknya susunan pengurus?
“selain untuk melancarkan dan mempermudah kegiatan ini juga
dimaksudkan untuk melatih remaja agar mempunyai sikap
tanggung jawab kepada tugasnya, selain itu juga untuk
membentuk kader-kader baru yang siap untuk terjun di
organisasi sebagai pengurus atau yang lainnya”.19
Seperti yang di ucapkan saudara Roqi bahwasannya hal itu
dimaksudkan agar remaja tersebut tidak kaget apabila di butuhkan
untuk menjadi pengurus di organisasi lainnya.
Kemudian penulis bertanya kepada saudara Irfan, apa manfaat
dari anda mengikuti kegiatan tahlilan ini?
“Hal yang saya dapatkan dari kegiatan ini sangat banyak sekali
manfaanya, seperti lebih akrab dengan teman, bisa silaturahmi,
kebetulan juga saya sebagai sekretaris jadi lebih bisa
bertanggung jawab lagi dengan datang lebih awal dari yang lain
karena yang bawa bukunya saya dan lain-lain”.20
Hal ini juga di ungkapkan oleh saudara Yazid bahwasannya:
19
Lihat Transkip Wawancara No. 16/W/27-III/2020 20
Lihat Transkip Wawancara No. 17/W/31-III/2020
79
“kaitanya dengan manfaat dairi kegiatan ini menurut saya sangat
bermanfaat untuk membentuk karakter, karena dengan satu
kegiatan terdapat berbagai macam aktifitas yang positif.”21
Dari pemaparan narasumber diatas di ketahui bahwa dalam
membentuk karakter tanggung jawab melalui pembiasaan yang
terdapat dalam kegiatan rutin tahlilan, yakni terkait dengan
kewajiban-kewajiban para jamaah, diharapkan dengan adanya arisan,
kepengurusan, penjadwalan MC dan pembaca tahlil, terbentuk
kedisiplinan untuk merealisasikan kewajibannya sehingga terbentuk
karakter tanggung jawab pada diri remaja.
Kemudian penulis mewawancarai bapak Muhtar yang merupakan
salah satu orang tua dari jamaah. Dengan pertanyaan, apakah
perbedaan yang terdapat dari remaja yang mengikuti kegiatan tahlilan
rutin dan yang tidak?
“Menurut saya perbedaan pasti ada, yang paling mencolok itu
dalam hal keagamaan, akhlaqnya, dan keikut sertaanya dalam
organisasi renaja, entah itu dalam disiplin atau tanggung
jawabnya , misalnya dalam disiplin sholatnya, jamaahnya,
sopan-santunnya, maupun dalam kegiatan keremajaan”. 22
Seperti yang di katakan oleh bapak muhtar bahwasannya ada
perbedaan dalam hal keagamaan dan akhlaqnya, yang mana disiplin
dalam hal tersebut merupakan tanggung jawab kita sebagai seorang
muslim yang taat kepada Allah Swt.
21
Lihat Transkip Wawancara No. 18/W/31-III/2020 22
Lihat Transkip Wawancara No. 19/W/27-III/2020
80
Dari pemaparan para narasumber di atas terkait dampak kegiatan
rutin tahlilan terhadap karakter tanggung jawab remaja dapat di lihat
dari manfaat yang terkandung di dalam kegiatan tersebut, dengan
adanya penjadwalan petugas MC dan tahlil, kepengurusan, arisan
yang di lakukan secara rutin setiap malam jum‟at dapat menimbulkan
kesadaran akan tanggung jawab terhadap apa yang telah di bebankan
kepada remaja baik itu untuk jamaahnya maupun pengurusnya,
sehingga dalam kegiatan yang lain tidak akan kaget akan tanggung
jawab dan tuntutan disiplin yang di bebankan kepada mereka.
81
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Kegiatan Rutin Tahlilan Remaja di Dusun Tamanan Desa
Polorejo Babadan Ponorogo.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menganalisis
pelaksanaan kegiatan tahlilan di Dusun Tamanan Desa Polorejo
Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Tahlil berasal dari kata,
hallala, yuhallilu, tahlilan, artinya membaca kalimat laailaha illallah.
Dimasyarakat NU sendiri berkembang pemahaman bahwa setiap
pertemuan yang didalamnya dibaca kalimat tahlil itu secara bersama-sama
disebut majlis Tahlilan. Majlis Tahlil di masyarakat Indonesia sangat
variatif, dapat diselenggarakan kapan saja dan dimana saja. Bisa pagi,
siang, sore, atau malam. Bisa dimasjid, mushola, rumah, atau lapangan.1
Acara ini bisa saja khusus Tahlil, meski banyak juga acara Tahlil
ini ditempelkan pada acara inti yang lain. Misalnya, yang terjadi di desa
polorejo ada tahlil disertai dengan membaca surah Yasin, Tahlil disertai
dengan musyawarah, acara khitanan disertai dengan membaca tahlil,
pengajian ada Tahlil, sampai arisanpun disertai dengan membaca tahlil.2
Waktu yang dibutuhkan untuk tahlilan sekitar 15-20 menit dan bisa
diperpanjang dengan cara membaca kalimat Lailaha Illallah sebanyak
1 Munawwir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU, 276.
2 Lihat Transkip Wawancara No. 07/W/27-III/2020
80
82
100x, 200x, atau 700x. Atau diperpendek misalnya hanya 3x, atau 12x.
Semua ini disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu.
Dalam pelaksanaan tahlilan ini tidak lepas dari ciri khasnya, yaitu
penjamuan makanan. Dalam setiap pelaksanaan tahlilan, tuanrumah
memberikan makanan kepada orang-orang yang mengikuti tahlilan. Selain
sebagai sedakah, motivasi tuan rumah adalah sebagai penghormatan
kepada para tamu yang turut mendoakan keluarga yang sudah meninggal.3
Hal ini sesuai dengan yang ada di Dusun Tamanan Desa Polorejo, kegiatan
yasinan dilakukan satu minggu sekali secara rutin setiap malam jum‟at
yang bertempat di rumah jamaah yang mengikuti acara tahlilan.4
Dalam pelaksanaan tahilan untuk remaja di dusun tamanan ini
disertai dengan kegiatan arisan dan juga disertai dengan acara, yaitu
pertama, pelaksanaan arisan, kemudian dialksanakan kegiatan tahlil yang
akan di buka oleh MC, Isi dari susunan acaranya yaitu: 1) pembukaan, 2)
pembacaan Tahlil dan surah Yasin, 3) sholat Isya‟ berjamaah disertai
dengan istirahat, 4) penutup.5
Dalam tahlilan remaja ini di golongkan menjadi dua fungsi yaitu
fungsi agama untuk dirinya dengan Tuhan serta fungsi sosial dirinya
dengan masyarakat.
Fungsi yang pertama yaitu, sarana untuk kirim do‟a, tahlilan
adalah rangkaian kegiatan yang di dalamnya harus ada do‟a. Dinilai dari
segi agama dimana hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya,
3 Muhyiddin Abdusshomad, Hujjah NU Aqidah, Amaliah, Tradisi, 98.
4 Lihat Transkip Wawancara No. 08/W/27-III/2020
5 Lihat Transkip Wawancara No. 06/W/27-III/2020
83
apa yang dibacakan oleh jamaah atau sekelompok orang dalam tahlilan
diharap kan menjadi berkah, pahala bagi seorang yang dikhususkan.
Fungsi yang kedua, meningkatkan ketakwaan, Tahlilan dalam sisi
agama merupakan kegiatan yang dianggap ibadah. Ibadah juga dapat
diartikan cara seseorang untuk berkomunikasi dengan Tuhannya maka dari
itu dengan membaca tahlil atau kalimat dalam Al-quran diharapkan
menjadi salah satu cara seseorang untuk mengingat Tuhannya mengingat
akan keesaan-Nya. Dalam hal ini kegiatan tahlilan di Dusun Tamanan ini
diharapkan menjadi sarana yang lain untuk mendekatkan diri kepada Allah
Swt.
Fungsi yang ketiga, sebagai sarana silaturrahmi, tradisi tahlilan
umumnya dilaksanakan dengan bertemunya masyarakat baik dari segala
lapisan dan segala bentuk masyarakat menjadikan tahlilan sebagai sarana
bersilaturrahmi. Dalam kehidupan remaja juga terdapat perbedaan dalam
kegiatan sehar-hari, dan dengan di adakannya kegiatan tahlilan remaja ini,
para remaja akan saling bertemu dan bercengkrama dengan teman-
temannya, sehingga dapat memper erat tali silaturahmi yang ada dalam
diri remaja itu.
Fungsi yang keempat, memperkuat jiwa sosial dan pemecahan
masalah. Manusia hidup dalam masyarakat, mereka tidak dapat hidup
sendiri pasti membutuhkan orang lain, hal ini juga bisa terjadi dengan
remaja, cara remaja bisa berdampingan dengan orang lain adalah
berinteraksi, ketika remaja lain merasakan apa yang remaja lain rasakan
84
membantu serta tolong menolong akan menjadikan modal sosial yang
dimiliki dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga dalam kehidupan remja
terjadoilah tolong menolong dengan temannya.6
B. Dampak Kegiatan Rutin Tahlilan Terhadap Karakter Disiplinan Remaja di
Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo.
Dalam pembentukan karakter disiplin bukanlah tugas lingkungan
sekolah dan keluarga saja, tapi lingkungan masyarakat juga memiliki
peran yang penting dalam pembentukan karakter disiplin. Seperti halnya di
Dusun Tamanan Desa Polorejo masyarakat sangat antusias dalam
pelaksanaan suatu kegiatan yang dapat membentuk karakter, salah satunya
melalui kegiatan rutin tahlilan yang dilaksanakan setiap malam jum‟at dan
dilakukan di setiap rumah jamaah tahlil.7
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi dan wawancara guna
memperdalam apa yang dilakukan dalam kegiatan tahlilan remaja di
Dusun Tamanan Desa Polorejo. Dalam proses obserfasi dan wawancara
ditemukan bahwa penanaman karakter disiplin dalam diri remaja dapat di
bentuk melalui kebiasaan yang di lakukan secara terus menerus, dalam hal
ini yaitu kegiatan rutin tahlilan. Dalam hal ini indikator karakter disiplin
remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo adalah membiasakan hadir tepat
waktu. Hal ini di tandi dengan adanya penentuan waktu dan tempat di
adakannya kegiatan rutinan tahlilan remaja ini. Indikator selanjutnya
adalah membiasakan mematuhi auran, segala perintah dan aturan yang di
6 Khadiantoro, Penerimaan Tradisi Tahlilan dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Desa
Sukaraja Lor Banyumas,12-13. 7Lihat Transkip Wawancara No. 03/W/10-IV/2020
85
buat dalam kegiatan hanya untuk menertibkan kegiatan yang berlangsung
supaya kegiatan di laksanakan dengan tenang dan seksama.
Penanaman karakter disiplin dalam kegiatan rutin tahlilan remaja
di Dusun Tamanan Desa Polorejo sudah dilaksanakan dengan baik.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara rutin setiap malam jum‟at setelah
mahrib bertempat di rumah jamaah tahlil secara bergantian, dimana ciri-
ciri orang yang disiplin adalah orang yang memiliki tujuan hidup yang
jelas, konsisten untuk melakukannya, dan mewujudkan dalam bentuk
rutinitas. Seorang yang disiplin tidak akan mampu di alihkan kepada hal-
hal yang tidak sejalan dengan tujuan dan keinginannya.8 Dalam hal ini
ketua berperan penting dalam kegiatan, ketua meberikan dorongan berupa
bimbingan, ajakan serta motivasi agar selalu disiplin dalam kegiatan
apapun khususnya dalam kegiatan tahlilan remaja ini.
Suatu keputusan, perintah, dan peraturan yang telah disepakati oleh
semua orang, termasuk dalam upaya menanamkan karakter disiplin bagi
remaja agar menjadi tertib dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dengan
begitu adanya suatu peraturan yang ada guna menjadikan para remaja
patuh terhadap peraturan yang telah di sepakati para jamaah. Disiplin juga
mengandung arti kepatuhan kepada perintah pemimpin, perhatian dan
kontrol yang kuat terhadap penggunaan waktu, tanggung jawab atas tugas
yang di amanahkan, serta kesungguhan terhadap bidang keahlian yang
ditekuni. Islam mengajarkan agar benar-benar memerhatikan dan
8 Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi, 92-93.
86
mengaplikasikan nilai-nilai kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari
untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Adanya ketertiban yang akan menjadikan timbulnya karakter disiplin
dalam diri remaja. Maka dari itu manfaat dari penanaman karakter disiplin
dalam kegiatan tahlilan sendiri guna mempunyai rasa tanggung jawab,
disiplin pribadi dan sosial.9
Dalam usaha menanamkan sikap karakter yang di lakukan oleh
orang tua atau guru kepada siswanya salah satunya dengan memberikan
contoh atau teladan perilaku yang baik-baik, dalam kegiatan tahlilan di
Dusun Tamanan ini yang berperan penting dalam memberikan contoh
adalah ketua. Ini merupakan cara yang ampuh untuk menumbuhkan rasa
patuh terhadap peraturan-peraturan.10
Dalam usaha menamamkan kedisiplinan remaja yang di lakukan
melalui kegiatan tahlilan remaja ini agar remaja memiliki akhlak yang
mulia, bertanggung jawab, berinteraksi dengan masyarakat dengan baik,
berpartisipasi dengan kebudayaan lokal, dan bersikap baik dengan
lingkungan.11
Hasil dari pemaparan di atas dapat di ketahui tujuan diciptakannya
kedisiplinan siswa bukan untuk memberikan pengekangan pada siswa,
melainkan untuk mendidik para remaja agar sanggup mengatur dan
mengendalikan dirinya dalam berperilaku serta bisa memanfaatkan waktu
9 Naim, Character Building. 142-143.
10 Buchari, Pembelajaran Studi Sosial, 83-85
11 Ibid., 83-85
87
dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, para siswa dapat mengerti
kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya sendiri.12
C. Dampak Kegiatan Rutin Tahlilan Terhadap Karakter Tanggung Jawab
Remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo.
Karakter tanggung jawab tidak lepas dari nilai kedisiplinan, yang
mana sikap disiplin merupakan tanggung jawab kita untuk melaksanakan
suatu tugas dan amanah yang telah diberikan kepada kita.
Pada dasarnya bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan,
(alam, sosial, dan budaya), negara dan tuhan.13
Diantara macam-macam tanggung jawab yang harus ada dalam diri
manusia adalah: a) tanggung jawab kepada tuhan yang telah memberikan
kehidupan, dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan berdo‟a
memohon petunjuk kepada tuhan. Semua manusia bertanggung jawab
kepada tuhan pencipta alam semesta. Tidak ada seprangpun yang bisa
lepas dari tanggung jawab, kecuali orang tersebut gila. b) tanggung jawab
sosial kepada masyarakat. Yang mana manusia hidup tidak lepas dari
masyarakat yang ada di sekitar kita.14
Pelaksanaan tanggung jawab terhadap masyarat sesuai yang ada
dalam kegiatan tahlilan remaja yaitu karakter tanggung jawab kita sebagai
pemimpin atau yang di pimpin.
12
Ibid., 148. 13
Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, 20. 14
Ibid., 20-21.
88
Tanggung jawab sebagai pemimpin yaitu tanggung jawab wajib
menanggung segala segala sesuatunya dan jika terjadi suatu kesalahan
dalam kepemimpinan atau sebagainya boleh di tuntut, di perkarakan, dan
di pertanyakan. Karena itu, apa yang disebut tanggung jawab adalah orang
mengerti perbuatannya mengerti apa yang dipilihnya.15
Jika seseorang
memilih berkuasa maka iapun mempunyai tanggung jawab untuk berada
di posisi tertentu, posisi dimana hak dan kewajiban menantinya.16
Dari
pernyataan diatas bahwa pemimpin memiliki peran yang sangat berat yang
mesti di emban di pundaknya.
Dalam kegiatan tahlilan di Dusun Tamanan ini terdapat
kepengurusan yaitu ketua, sekretaris, dan bandahara. Ketua yang mengatur
jalannya kegiatan yang apabila jamaah ada yang ramai atau tidak datang
dengan meemberikan himbauan dan peringatan kepada mereka. Sebagai
pemimpin dari suatu organisasi wajib memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi dalam hal tanggung jawab pada dirinya sendiri maupun pada
masyarakat.
Sikap tanggung jawab sebagai yang di pimpin dalam kegiatan rutin
tahlilan remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo di picu melaliu kegiatan
arisan. Yang mana membuat remaja semakin bertanggung jawab akan
kehadirannya dalam kegiatan rutin tahlilan tersebut. Kaitannya dengan
yang di pimpin remaja juga harus tunduk akan peraturan yang di buat oleh
15
Alex Sobur, Etika Pers Profesionalisme dengan Nurani, 316-317. 16
Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, 22.
89
pemimpin dan yang di sepakati oleh jamaah sebagai wujud sikap tanggung
jawab sebagai anggota kegiatan rutin tahlilan.
Sedangkan pelaksanaan sikap tanggung jawab kepada tuhan dalam
kegiatan tahlilan remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo yaitu dengan
melaksanakan kegiatan tahlilan dan sholat isya‟ berjamaah. Dalam
kegiatan tahlilan di pimpin oleh petugas yang sudah di tentukan oleh ketua
dan di susun menjadi jadwal dalam setiap kegiatan dilaksanakan.
Sedangkan sholat isya‟ berjamaah di imami oleh ketua langsung.
Beberapa pemahaman umum tentang tanggung jawab, yaitu: (a)
Tanggung jawab adalah mengerjakan tugas yang di berikan oleh orang
lain, (b) Tanggung jawab menjaga sesuatau,. (c) Tangung jawab adalah
menolong orang lain atau sesama ketika sedang membutuhkan
pertolongan, (d) Tanggung jawab adalah keadilan, (e) Tanggung jawab
adalah membantu membuat lingkungan sekitar kita (dunia) menjadi lebih
baik, (f) Tanggung jawab juga dapat dimaknai dengan menjalankan
perintah dari Tuhan.17
Maka dalam tanggung jawab terdapat tugas dan
amanah yang dipercayakan kepada seseorang.
Dalam kegiatan rutin tahlilan di Dusun Tamanan Desa Polorejo
terdapat penugasan-penugasan yang dapat memicu terbentuknya sikap
tanggung jawab kepada remaja, seperti penugasan dalam pembacaan tahlil
dan pembawa acara (MC). Diharapkan dalam kegiatan ini tertanam sikap
amanah terhadap apa yang telah di titipkan kepadanya seperti tugas dan
17
Lickona, Pendidikan Karakter dalam Pengelolaan Kelas Sekolah, 63.
90
kewajibannya sebagai anggota dan sebagai pemimpin kegiatan tahlilan
remaja ini.
Pembentukan kepengurusan dan penugasan-penugasan yang telah
disampaikan di atas bertujuan untuk memperlancar kegiatan rutin tahlilan
serta untuk melatih remaja agar mempunyai sikap tanggung jawab
terhadap sesuatu yang di tugaskan kepada mereka dan untuk membentuk
kader-kader baru yang siap terjun di masyarakat kelak.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya pembentukan karakter
disiplin dan tanggung jawab remaja melalui kegitan rutin tahlilan di dusun
tamanan desa polorejo kecamatan babadan kabupaten ponorogo, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kegiatan rutin tahlilan remaja di Dusun Tamanan Desa
Polorejo Babadan Ponorogo ini terdapat berbagai macam acara yang
disusun dalam serangkaian susunan acara yaitu: pertama, pelaksanaan
arisan, kemudian dialksanakan kegiatan tahlil yang akan di buka oleh MC,
Isi dari susunan acaranya yaitu: 1) pembukaan, 2) pembacaan Tahlil dan
surah Yasin, 3) sholat Isya‟ berjamaah disertai dengan istirahat, 4)
penutup. Dalam kegiatan ini memiliki dua fungsi yaitu fungsi agama
hubungan dirinya dengan Tuhan serta fungsi sosial hubungan dirinya
dengan masyarakat.
2. Dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter disiplinan remaja di
Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo bisa dilihat melalui
hasil dari usaha menamamkan kedisiplinan remaja yang di lakukan
melalui kegiatan tahlilan remaja ini yaitu remaja disiplin dalam waktu,
bertanggung jawab, berinteraksi dengan masyarakat dengan baik,
berpartisipasi dengan kebudayaan lokal, dan bersikap baik dengan
92
lingkungan. Dari usaha penanaman kedisiplinan remaja akan timbul
dampak dari kegiatan tersebut yaitu berdampak kepada dirinya dan
masyarakat sekitar.
3. Dampak kegiatan rutin tahlilan terhadap karakter tanggung jawab
remaja di Dusun Tamanan Desa Polorejo Babadan Ponorogo adalah
dalam kegiatan rutin tahlilan di Dusun Tamanan Desa Polorejo ini
tertanam sikap amanah terhadap apa yang telah di titipkan kepadanya
seperti tugas dan kewajibannya sebagai anggota dan sebagai
pemimpin, serta bertanggung jawab akan kewajibannya dengan Allah
Swt.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian, sebagai bahan pertimbangan
bagi pihak-pihak terkait, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk ketua jamaah rutin tahlilan
Dalam kegiatan tahlilan ini perlu ada inovasi-inovasi yang dapat
menambah semangat para remaja agar bisa bertahan dalam kegiatan
tersebut. Dan dalam kegiatan ini bisa di sisipkan motifasi-motifasi
kepada jamaah agar selalu berbuat hal yang positif.
2. Untuk peneliti selanjutnya
Diharapkan dimasa yang akan datang dapat digunakan sebagai
salah satu sumber data selanjutnya dan melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai faktor lainya, variable yang berbeda, subjek yang
93
lebih banyak karena masih banyak hal yang dapat digali lebih
mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdusshomad, Muhyiddin, Hujjah NU Aqidah, Amaliah, Tradisi, Jember, PP. Nurul
Islam.
Ajizah, Noor, “Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Siswa Melalui Organisasi
Pasukan Khusus Khadijah (Pashuka),” Skripsi, UIN MaulanaMalik
Ibrahim Malang, 2018.
Alma, Buchari, et.al, Pembelajaran Studi Sosial, Bandung: Alfabeta, 2010.
Anapiah, Faisal, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010.
Azzet, Akhmad Muhaimin, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Jogjakarta:
Ar- Ruz Media, 2013
B. Hurlock, Elizabeeth, Perkembangan Anak, Jakarta: PT, Gelora Aksara Pratama,
1993.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahnya, Bandung: CV Penerbit
diponegoro, 2000.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2012.
Faizul „adzim, Muhammad, “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Tradisi Tahlilan
Di Desa Sratenkecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,” Skripsi, IAIN
Salatiga, 2018.
Fattah, Munawwir Abdul, Tradisi Orang-orang NU, Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006.
Geldard, Kathryn, David Geldard, Konseling Remaja Pendekatan Proaktif untuk
Anak Muda,terj. Eka Adinugrah, et.al. Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Ghony, M. Djunaidi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Ar- Ruzz Media,
2012.
Gunawan, Heri, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta,
2014.
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2015.
Hamid, Hamdani dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013.
Https://islam.nu.or.id/post/read/107344/susunan-bacaan-tahlil-doa-arwah-lengkap-
dan-terjemahannya
J. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.
J. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
J. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Khadiantoro, Nur, “Penerimaan Tradisi Tahlilan Dalam Kehidupan Sosial
Masyarakat Desa Sukaraja Lor Banyumas,” Sosiologi, (Mei, 2017).
Lickona, Thomas, Pendidikan KarakterDalam Pengelolaan Kelas Sekolah, Bantul:
Kreasi Wacana, 2014.
Mahbubi, M, Pendidikan karakter: implementasi aswaja sebagai nilai pendidikan
karakter, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012.
Mahmud, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Maksudin, Pendidikan Karakter Nondikotomik, Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Manab, Abdul, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Yogyakarta: Kalimedia,
2015.
Minarto, Soerjo Wido, “Tahlil Sebuah Seni Ritual Kematian Pada Kepercayaan
“Islam Jawa” Tinjauan Teks Dalam Konteks,” Seni Budaya, 2 (Desember,
2011).
Muliawan, Jasa Ungguh, Metodologi Penelitian Pendidikan Dengan Studi Kasus,
Yogyakarta: Gava Medis, 2014.
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
Jakarta: Prenadamedia group, 2016.
Muslich, Mansur, Pendidikan Karakter: Menjawawab Tantangan Krisis
Multidimensional, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.
Mustari, Muhamad, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan, Depok: Rajawali Pers,
2017.
Naim, Ngainun, Character Building, Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa, Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012.
Nurcholis, “Peranan Pendidikan Kedisiplinan Di Lingkungan Keluarga Petani Dalam
Menanggulangi Kenakalan Remaja Usia 17-21 Tahun Di Desa Cikuya
Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes,” (Skripsi, IAIN Syekh Nurjati
Cirebon, 2013).
Rodin, Roni, “Tradisi Tahlilan dan Yasinan,” Budaya, 1 Januari - Juni 2013.
Salahudin, Anas, Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya Bangsa, Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Samani, Muchlas, Hariyanto, Konep Dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2014.
Sobur, Alex, Etika Pers Profesionalisme Dengan Nurani, Bandung: Humaniora
Utama Perss, 2001.
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif Dan RND,
Bandung : Alfabeta, 2010.
Suharsaputra, Uhar, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan
Bandung: PT. Rafika Aditama, 2014.
Ibnu Pakar, Sutejo, Tahlilan-Hidiyuan Dikir dan iarah Kubur, Cirebon: Kamu NU,
2015.
Syah, Muhibbin, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, Depok: RajaGrafindo
Persada, 2014.
W. Creswell, John, Reseach Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan
Campuran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.
Yaumi, Muhammad, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi,
Jakarta: Prenada Media Group, 2014.
Yusuf, Syamsul, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.