Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan ...
Transcript of Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan ...
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
METEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE SOSIODRAMA
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islamiyah Ciputat)
Disusu Oleh
LAILATUL JUM’ATI
102017023995
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
ABSTRAK
LAILATUL JUM’ATI, Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Matematika Dengan menggunakan Metode Sosiodrama (Penelitian
Tindakan Kelas di SMP Islamiyah Ciputat. 2008) Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syaruf Hidatullah Jakarta, Juni 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dengan
penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran matematika, mengetahui proses keaktifan siswa selama pembelajaran dengan metode sosiodrama, dan
mengetahui pendapat siswa mengenai penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat tahun ajaran 2007-2008 kelas VII.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Action Class Research
atau lebih dikenal dengan penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini menggunakan dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari empat
tahap yang berkaitan, yaitu tahap perencanan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Mekanisme pelaksanaan metode sosiodrama yaitu ketika guru terlebih
dahulu menceritakan materi yang akan disosiodramakan dan kemudian siswa secara sukarela atau ditunjuk melakukan aktivitas drama sesuai dengan materi
yang disampaikan. Hasil penelitian ini adalah pertama dengan pembelajaran menggunakan
metode sosiodrama tingkat motivasi siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Kedua, proses keaktifan
siswa selama pembelajaran berlangsung juga mengalami peningkatan, siswa lebih aktif dalam setiap pembelajaran, berani untuk maju kedepan, menganggapi setiap
permasalahan yang dibahas. Ketiga, pendapat siswa tentang pelaksanaan metode
sosiodrama ditanggapi dengan positif. Siswa senang pembelajaran menggunakan
sosiodrama karena pembelajaran matematika menjadi menyenangkan dan tidak
cepat jenuh.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam
semesta yang telah memberikan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh tanggung jawab. Shalawat
serta salam selalu dijunjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
telah mengajarkan kita dari kebodohan menuju zaman cerah penuh ilmu dan
kebajikan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Penulis mengakui bahwa skripsi ini dapat selesai
atas bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dorongan semangat baik
moril maupun materil. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M. Pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Matematika dan
Bapak Otong Suhyanto, M. Si, selaku sekretaris jurusan Pendidikan
Matematika, yang telah banyak memberikan banyak bimbingan, arahan dan
nasehat kepada penulis.
3. Ibu Tita Khalis Maryati, S.si, M. Kom, selaku dosen penasehat akademik yang
telah banyak membimbing penulis selama proses perkuliahan.
4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd dan Bapak Drs. Karnadi, MRDM selaku
dosen pembimbing I dan dosen Pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih untuk semua arahan, bimbingan, dan ilmu yang telah diberikan
kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen
Jurusan Pendidikan Matematika yang telah membagi ilmunya selama penulis
menjadi mahasiswi Pendidikan Matematika. Semoga Allah membalas atas
semua jasa baik bapak/ibu dosen sekalian.
6. Petugas perpustakaan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah menyediakan fasilitas kepustakaannya.
7. Bapak Mudalih S. Ag, kepala sekolah SMP Islamiyah Ciputat dan Bapak
Husen Sakilin S.Pd. yang telah memberikan kesempatan dan membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
8. Suami tercinta dan Ananda Tersayang Amaliya Ashshalihah yang telah
memberikan doa, dukungan dan motivasi serta menghibur hati penulis selama
proses pembuatan skripsi.
9. Mawa beserta kakak dan abang-abangku yang banyak memberikan bantuan
dari awal penulis menjadi mahasiswa sampai lulus menjadi sarjana
10. Bapak, Mak, Hadi dan Muna yang telah memberikan bantuannya sehingga
skripsi dapat berjalan dengan lancer.
11. Ummi, Abi, tercinta dan kakak-kakak di kampung yang selalu mendoakan
penulis dan memberikan bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini
selesai dengan ridha Allah SWT.
12. Teman-teman jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2002, Ima, Teh Iz,
Ifat, Sule, Yeti, Bu Euis, Susilo, Neneng, Laksmy, Dedi, dan semuanya, yang
selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Juga kepada mbak nawiyah yang selalu membantu menjaga ananda.
13. Teman-teman IMAPA (Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh) yang telah
memberikan bantuannya ketika penulis dalam kesulitan.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan mereka menjadi amal
shaleh dan dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda, Aminn.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca sekalian serta dapat menjadi sumbangsih pemikiran bagi
dunia pendidikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………. 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian…………………………… 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian……………………………………... 5
D. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 6
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian……………………………. 6
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Hakikat Motivasi Belajar …………………………………………. 8
1. Pengertian Motivasi Belajar ………………………………….. 8
2. Fungsi Motivasi ……………………………………………… 14
3. Jenis-jenis Motivasi …………………………………………. 15
4. Pengukuran Motivasi Belajar ………………………………… 18
5. Indikator Motiovasi Belajar siswa …………………………….
19
B. Hakikat Matematika ……………………………………………… 19
C. Hakikat Sosiodrama ……………………………………………… 21
1. Pengertian Sosiodrama ……………………………………….. 21
2. Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama ……………………….
26
3. Langkah-langkah Penerapan Metode Sosiodrama ……………. 27
D. Kerangka Berfikir …………………………………………………. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………........ 30
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ………………………… 30
C. Subjek dan Pertisipan yang terlibat dalam Penelitian …………… 32
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ……………………… 33
E. Tahapan Intevensi Tindakan ……………………………………. 33
F. Hasil Intevensi Tindakan yang Diharapkan …………………….. 37
G. Data dan Sumber Data ………………………………………….. 38
H. Intrumen Pengunpulan Data …………………............................. 38
I. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 40
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ………………..........
40
K. Analisis Data dan Intepretasi Hasil Analisis …………………… 41
L. Tindak Lanjut Pengembangan Hasil Analisis …………………... 41
BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ………………………………………………….. 42
B. Analisis Data Hasil Penelitian ………………………………… 57
C. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………….... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 66
B. Saran …………………………………………………………… 67
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Perolehan Nilai Tes Pendahuluan ……………………………. 43
Tabel 2 : Perolehan Skor Motivasi Siklus I …………………………… 58
Tabel 3 : Perolehan Skor Motivasi Siklus II …………………………... 58
Tabel 4 : Hasil Belajar Siklus I ……………………………………….. 59
Tabel 5 : Hasil Belajar Siklus II ………………………………………. 60
Tabel 6 : Perolehan Skor Pada Setiap Siklus …………………………. 63
Tabel 7 : Hasil Belajar dari Pra penelitian – Siklus II ………………… 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Aktivitas Siswa Melakukan Sosiodrama Siklus I …………. 45
Gambar 2 : Aktivitas Siswa Mengisi Angket ………………………….. 47
Gambar 3 : Aktivitas Siswa Berdiskusi Menentukan Peran …………… 50
Gambar 4 : Aktivitas Siswa Melakukan Sosiodrama Siklus II ………… 50
Gambar 5 : Aktivitas Siswa Memperhatikan Teman Bersosiodrama ….. 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ……………. 70
Lampiran 2 : Kisi – kisi Angket Motivasi ………………………………. 77
Lampiran 3 : Angket Motivasi …………………………………………... 78
Lampiran 4 : Perolehan Skor Motivasi …………………………………. 79
Lampiran 5 : Daftar Nilai Pada Penelitian Pendahuluan …………………
81
Lampiran 6 : Tabel Distribusi Frekuensi Penelitian Pendahuluan ……… 82
Lampiran 7 : Soal Tes Siklus I …………………………………………... 83
Lampiran 8 : Daftar Nilai Siklus I ……………………............................. 84
Lampiran 9 : Tabel Distribusi Frekuensi Soal Tes I ……………………… 85
Lampiran 10 : Soal Tes Siklus II ………………………………………….. 86
Lampiran 11 : Daftar Nilai Siklus II ………………………………………. 87
Lampiran 12 : Tabel Distribusi Frekuensi Soal Tes II ……………………... 88
Lampiran 13 : Lembar Observasi ………………………………………….. 89
Lampiran 14 : Daftar Nilai Tes Siklus I dan Siklus II ……………………... 90
Lampiran 15 : Format wawancara Siklus I ……………………………….... 92
Lampiran 16 : Format Wawancara Siklus II ……………………………….. 95
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
sumber daya manusia (SDM). Pendidikan merupakan satu-satunya cara agar
manusia dapat menjadi lebih baik dalam meningkatkan sumber daya manusia,
sehingga dapat mengimbangi setiap perkembangan yang terjadi agar tidak
tertinggal jauh oleh kemajuan teknologi.
Islam peduli terhadap pendidikan dengan dibuktikan dengan adanya
wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw, yaitu surat Al-‘Alaq yang
intinya memerintahkan kita agar agar selalu membaca. Andai saja seluruh
umat Islam dapat menjalankan setiap anjuran dengan benar, maka mereka
tidak akan tertinggal jauh dan selalu akan menjadi umat terdepan.
Pemerintah telah mencanangkan pendidikan sebagai instrumen untuk
membangun bangsa dan negara Indonesia menjadi lebih baik. Sebagaimana
yang telah ditulis dalam UU pendidikan no 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang
berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1
Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama, oleh karena perlu adanya
kerja sama dari berbagai pihak seperti penentu kebijakan, pihak sekolah,
orang tua, dan masyarakat luas. Hal ini perlu disadari bahwa masalah yang
dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia pada saat ini adalah sangat
beragam dan kompleks. Salah satunya adalah krisis paradigma berupa
kesenjangan dan ketidaksesuaian antara tujuan yang ingin dicapai dan
1 UU RI No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II Pasal 3, (Jakarta: PO Panca
Usaha, 2003), Cet. Ke-1, h. 7
paradigma yang dipergunakan. Sebagai contoh dari kesenjangan ini, siswa
pada setiap jenjang pendidikan dijejali dengan informasi-informasi yang harus
dikuasai siswa, sehingga siswa hanya mengatahui pengetahuan jangka pendek,
sementara kehidupan di masa depan menuntut pemecahan baru secara inovatif
dalam arti siswa dituntut memiliki pengetahuan jangka panjang.
Di pihak lain proses pembelajaran matematika yang berlangsung di
sekolah saat ini masih banyak didominasi oleh guru, di mana guru sebagai
sumber utama pengetahuan. Dalam proses pembelajaran ini metode ceramah
menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Penggunaan metode ceramah
secara dominan sangat tidak sesuai dengan pembelajaran matematika karena
konsep-konsep yang terkandung dalam matematika memiliki tingkat abstraksi
yang tinggi. Dengan model pembelajaran ini, pengetahuan yang dimiliki siswa
hanya bersifat prosedural, yakni siswa cenderung menghafal contoh-contoh
yang diberikan oleh guru tanpa terjadi pembentukan konsepsi yang benar
dalam struktur kognitif siswa. Keadaan ini membuat siswa mengalami
kesulitan memahami konsep sehingga beresiko tinggi terjadinya miskonsepsi.
Hal ini akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan memahami konsep
lebih lanjut. Pembelajaran matematika yang didominasi metode ceramah
cenderung berorientasi kepada materi yang tercantum dalam kurikulum dan
buku teks, serta jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah yang
nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pelajaran matematika
dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik, dan membosankan oleh siswa,
yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh
siswa dalam pelajaran matematika.
Keberadaan guru dalam suatu sekolah tidak dapat disangkali lagi, karena
tanpa adanya guru dalam suatu sekolah tidak akan dapat berjalan. Dalam hal
ini guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran,
sehingga untuk memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan guru yang
dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif dan kreatif serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. Peran guru tidak hanya berhenti
sebagai tenaga pengajar yang transfer ilmu saja, melainkan juga sebagai
motivator yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Peranan guru juga bukan hanya sebagai pengajar dan pelatih, tetapi juga
sebagai pendidik dan pembimbing. Didikan dan bimbingan tidak hanya
diberikan dalam interaksi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas, bahkan
mungkin terjadi pula diluar sekolah. Sosiodrama merupakan salah satu metode
mengajar yang sangat erat kaitannya dengan tingkah laku dalam hubungan
sosial. Yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
matematika.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan hasil
belajar. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menentukan teknik
pembelajaran yang tepat sesuai dengan keadaan siswa yang dihadapinya yang
dapat memotivasi siswa dalam belajar. Bangkitnya motivasi siswa untuk
meraih suatu prestasi merupakan bagian dari keberhasilan seorang guru
sebagai pemberi motivasi dan merupakan suatu kebanggaan apabila melihat
siswa yang dibimbingnya mendapat suatu prestasi yang optimal.
Pembelajaran yang biasa di lakukan guru adalah dengan menggunakan
metode ceramah yang diakhiri dengan tanya jawab, kali ini peneliti akan
menerapkan metode sosiodrama dalam pembelajaran yang mengambil materi
aritmatika social. Aritmatika social merupakan materi sederhana yang selalu
terjadi di sekeliling kita, oleh karena itu sosiodrama merupakan metode yang
cocok untuk menjelaskan materi ini. Dipilihnya penerapan sosiodrama karena
beberapa indicator permasalahan yang muncul menunjukkan motivasi belajar
matematika siswa yang rendah. Diharapkan dengan sosiodrama, siswa
menjadi lebih mengerti, bersemangat dan bertanggung jawab dalam
melakukan tugasnya sebagai siswa.
Dari hasil observasi awal di SMP Islamiyah Ciputat kelas VII.5, diperoleh
informasi dan data bahwa sebagian besar siswa kurang termotivasi dalam
belajar matematika. Siswa terlihat malas dan kurang bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran. Hal ini merupakan masalah yang mendorong
penulis untuk melakukan penelitian.
Pra penelitian diawali dengan melakukan observasi di kelas selama dua
minggu dalam empat kali pertemuan dengan setiap pertemuan dua jam
pelajaran. Hasil pra penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tidak terdapat persiapan belajar yang dilaklukan siswa pada saat pelajaran
matematika akan dimulai. Hal ini ditandai dengan masih banyak siswa
yang keluar masuk ketika guru memasuki kelas.
2. ketika guru akan memulai pelajaran, terlihat siswa ada yang bercanda dan
mengobrol dengan teman lainnya.
3. Proses pembelajaran pasif. Hal ini ditunjukkan dengan siswa tidak
langsung menjawab apabila ditanya oleh guru, hanya beberapa orang
siswa saja yang mau maju mengerjakan soal dipapan tulis tanpa ditunjuk
terlebih dahulu, siswa tidak mau bertanya tentang materi pelajaran yang
belum dimengerti
4. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini
ditandai dengan kurangnya siswa yang berani menjawab soal ke depan
kelas dan sebahagian besar siswa tidak mengerti materi yang diberikan
oleh guru.
Berdasarkan permasalahan siswa kelas VII.5 SMP Islamiyah Ciputat
tersebut, terlihat motivasi belajar siswa rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
persiapan siswa, ketekunan siswa dan antusias siswa yang kurang dalam
mengikuti pembelajaran matematika. Selain itu dari hasil identifikasi di atas
terdapat beberapa indikator yang menunjukkan bahwa sebagian siswa
mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar tersebut dapat dilihat dari
kondisi kepribadian siswa. Dari berbagai gejala kesulitan belajar tersebut salah
satunya adalah motivasi belajar siswa, oleh karena itu diperlukan usaha untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas merupakan cara yang tepat untuk menerapkan
metode sosiodrama. Karena dengan menggunakan PTK, peneliti beserta guru
dapat mengamati dan menilai perkembangan siswa dari keaktifan siswa,
antusias siswa, aktivitas yang dilakukan dan lain-lain.
Usaha yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan pada
kelas VII.5 SMP islamiyah Ciputat adalah dengan melakukan penelitian
tindakan melalui pembelajaran dengan menggunakan sosiodrama. Sehingga
diharapkan dapat tercipta suasana pembelajaran yang mendorong siswa untuk
meningkatkan motivasi belajar matematika dengan metode sosiodrama. Untuk
itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode
Sosiodrama.”
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
1. Identifikasi Area
Area penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah di kelas VII.5 SMP
Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007-2008. Jumlah siswa dalam kelas
penelitian ini 46 orang yang terdiri dari 23 putra dan 23 putri.
Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi bahwa akan
dilakukan upaya penerapan metode sosiodrama yang diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar matematika .
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada penelitian tindakan ini adalah peningkatkan
motivasi belajar matematika dengan menggunakan metode sosiodrama di
SMP Islamiyah Ciputat. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan motivasi
belajar matematika adalah keinginan untuk mengetahui dan mempelajari
sesuatu serta membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
a. Motivasi adalah dorongan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Dalam hal ini motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar matematika
b. Metode sosiodrama adalah metode melakukan peran, yang akan membuat
siswa tertantang untuk melakukan peran tersebut.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah motivasi belajar matematika siswa meningkat dengan
pembelajaran menggunakan metode sosiodrama?
2. Apakah keaktifan siswa dalam belajar matematika meningkat dengan
pembelajaran menggunakan metode sosiodrama?
3. Bagaimanakah pendapat siswa mengenai metode sosiodrama dalam
pembelajaran?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode
sosiodrama terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas VII SMP
Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007-2008. Dimana metode
sosiodrama diharapkan dapat membuat belajar matematika itu sangat
menyenangkan dan akan menghasilkan siswa-siswa yang sangat
bermotivasi untuk belajar matematika. Selain itu penelitian ini juga
bertujuan:
a. Mengetahui tingkat motivasi belajar matematika siswa dengan
pembelajaran metode sosiodrama.
b. Mengetahui keaktifan siswa dalam belajar dengan menggunakan
metode sosiodrama.
c. Mengetahui pendapat dan kesan siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan berguna antara lain:
a. Kegunaan bagi siswa, dapat memotivasi belajar matematika dengan
mengurangi rasa enggannya terhadap matematika dan bisa menjadikan
matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan serta dapat
membuat siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
b. Bagi guru, diharapkan dapat menentukan strategi pembelajaran yang
efektif dan dapat menerapkannya pada proses belajar mengajar,
sehingga permasalahan yang ada dapat diminimalkan. Selain itu guru
juga dapat lebih mengenal penelitian tindakan, dan terbiasa melakukan
penelitian-penelitian kecil yang bermanfaat bagi perbaikan
pembelajaran matematika.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai
informasi dalam rangka upaya perbaikan pembelajaran khususnya
pembelajaran matematika.
d. Bagi ilmu, hasil penelitian ini dapat berguna dan sebagai informasi
bahwa pembelajaran matematika dapat digunakan dengan metode yang
menyenangkan sehingga siswa dapat menyukai pelajaran matematika.
BAB II
Kajian Teori
A. Hakikat Motivasi belajar
1. Pengertian Motivasi
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan "motif"
untuk menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata "motif"
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu bahkan motivasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berasal dari kata "motif" itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang
dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.2
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang
ada pada organisme manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiawaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
2 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT. RajaGrafindo
Persada, 2006), h. 72-73
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen
pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku
manusia.
- Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu;
meminpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya
kekuatan dalam ingatan, respon-respon efektif, dan kecendurungan
mendapat kesenangan.
- Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan
demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu
diarahkan terhadap sesuatu
- Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus
menginguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.3
Timbulnya motivasi adalah suatu reaksi adanya kebutuhan yang
dirasakan sehingga timbul keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
secara memuaskan. Motivasi dimaksudkan sebagai sesuatu yang dapat
membangkitkan suatu organisme untuk bertindak atau bertahan serta
memberikan arah untuk suatu kegiatan yang telah membangkitkan
semangat.
Berikut ini disampaikan dari beberapa pakar mengenai pengertian
motivasi:
Alisuf Sabri dalam bukunya pengantar psikologi umum dan
perkembangan memberikan pengertian motivasi sebagai segala sesuatu
yang menjadi pendorong tingkah laku yan menuntut atau mendorong
orang untuk memenuhi kebutuhan.4 Crider mengatakan bahwa motivasi
adalah sebagai hasrat, keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan
langsung ditujukan kepada suatu objek.5
3 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2002) cet. 7 h. 71
4 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1993), Cet. I, h. 129 5 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2002), h. 33
Cofer dan Appley mengatakan bahwa motivasi adalah proses untuk
meningkatkan tindakan, memelihara aktivitas untuk berkembang dan
mengatur pola aktivitas.6 Sedangkan menurut Drs. Sumadi Surya Brata,
motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu
untuk untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.7
Menurut Hoy dan Miskel yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto
bahwa "motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang
kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-
pernyataan ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme
lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan
kearah pencapaian tujuan-tujuan personal."8
James O. Whittaker dalam Wasty Soemento memberikan pengertian
secara umum tentang motivasi, yakni kondisi-kondisi atau keadaan yang
mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk atau bertingkah
laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.9 Ivor K.
Davies mengemukakan bahwa motivasi adalah kekuatan tersembunyi di
dalam diri kita, yang mendorong diri kita untuk berkelakuan dan bertindak
dengan cara yang khas.10
Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi merupakan keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat
tercapai. Aminuddin Rasyad menyatakan bahwa dalam konsep
pembelajaran motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk
mendorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran
6 Sudibyo Setyobroto, Psikologi Sosial Pendidikan, (Percetakan Solo, 2003), h. 47
7 Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), Cet. IV, h.
85 8 M. Ngalim Purwanto, Psikologi …, h. 72
9 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, (
Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. III, h. 191 10
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: CV. Rajawali Pers, 1991), Cet. II, h.
214
tercapai.11
Upaya menggerakkan dan mendorong kegiatan siswa untuk
belajar dengan penuh semangat dan vitalitas dinamakan memberi motivasi.
Dengan demikian motivasi belajar adalah usaha dari pihak luar dalam hal
ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan
peserta didiknya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses
belajar mengajar.12
Secara umum dapat dikatakan tujuan motivasi balajar adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil
atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan
dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan
di dalam kurikulum sekolah
Motivasi dalam belajar dilakukan dengan mengatur situasi yang
atmosfir pembelajaran yang kondusif. Karena itu motivasi belajar penting
bagi siswa untuk : (1) menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan
hasil akhir; (2) menginformasi tentang kekuatan usaha belajar bila
dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan kearah
pembelajaran yang lebih berkualitas, (4) membesarkan semangat belajar
bagi para siswa; (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan yang harus
ditempuh dalam proses belajar. 13
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,
misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu
diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,
mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti
pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya
untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan
11
Aminuddun Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003),
Cet III, h. 89 12
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar …, h. 92-93 13 Syaiful Sagala. M. Pd, Konsep … , h. 113
belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh
motivasi dalam dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.
Motivasi belajar ini memberi gambaran bahwa jika motivasi yang
dilakukan guru dan juga siswanya sesuai dengan peruntukannya, maka
akan menimbulkan semangat yang tinggi untuk mencapai keberhasilan
yang bermutu. Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-
segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan agar guru
bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa.
Ahmad Rohani dalam bukunya pengelolaan pengajaran mengatakan
bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam
menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu dengan: proses pembelajaran
yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan
pertanyaan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajar,
menggunakan media dan alat bantu seperti gambar, foto, diagram dan lain
sebagainya.14 Sedangkan menurut Oemar Hamalik ada beberapa cara
untuk menggerakkan motivasi belajar siswa, diantaranya:15
a. Memberi angka
Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni
berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapatkan
angka yang baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih
besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang menimbulkan
frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
b. Pujian
Memberikan pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan
dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian
menimbulkan rasa puas dan senang.
c. Hadiah
14
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka cipta, 1995), h. 11-12 15
Oemar Hamalik, Proses Balajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. II, h.
160
Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu,
misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang
mendapatkan atau menunjukkan haisl belajar yang baik.
d. Kerja kelompok
Dalam kerja kelompok dimana siswa melakukan kerja sama dalam
belajar, setiap anggota kelompok ingin mempertahankan nama baik
kelompoknya, ini dapat menjadi pendorong yang kuat dalam belajar.
e. Persaingan
Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif
social kepada siswa. Hal ini dapat menjadikan siswa lebih semangat
dalam belajar.
f. Tujuan dan level of aspiration
Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa
g. Sarkasme
Yaitu dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar
yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong
kegiatan belajar demi nama baiknya.
h. Penilaian
Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar, oleh
karena setiap anak menpunyai kecenderungan untuk memperoleh hasil
yang baik
i. Karya wisata dan ekskrusi
Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam
kegiatan ini siswa akn mendapat pengalaman langsung bermakna
baginya
j. Film Pendidikan
Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita
film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.
k. Belajar melaliu radio
Mendengarkan radio lebih menghasilkan dari pada mendengarkan
ceramah guru.
Adapun proses pemberian motivasi guru kepada siswa mempunyai
fungsi antara lain:16
a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan
siaga.
b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang
berhubungan dengan pencapaian hasil belajar.
c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil
jangka panjang.
Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses
pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan
menentukan apakah siswa akan terlibat secara aktif dalam pross
pembelajaran atau bersikap pasif dan tidak peduli. Guru perlu memahami
bahwa apapun yang dilakukan di ruang kelas mempunyai pengaruh, baik
positif maupun negative, terhadap motivasi siswa. Cara guru menyajikan
pelajaran, bagaimana kegiatan belajar dikelola di kelas, cara guru
berinteraksi dengan siswa, apakah guru memberikan kesempatan siswa
untuk lebih mendiri, dan kesempatan untuk bekerja sendiri atau dalam
kelompok, itu semua akan mempengaruhi motivasi siswa. Begitu
pentingnya motivasi, maka tugas guru yang terpenting adalah membangun
motivasi siswa terhadap apa yang dipelajari siswa.
2. Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan factor psikis yang bersifat non-intelektual.
Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
16 Ramayulis, Ilmu Pendidikan …, h. 33
kagiatan belajar, yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Sehubungan dengan hal tersebut asda tiga fungsi motivasi:17
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harys dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Selain itu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Seseorang melakukan sesuatu karena adanya
motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan
hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha dan terutama didasari
adanya motivasi, maka sesorang yang belajar itu akan menghasilkan
prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
3. Jenis-jenis Motivasi
Dalam masalah belajar motivasi merupakan salah satu faktor yang
sangat penting yang dapat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Motivasi yang dimiliki siswa merupakan energi untuk melakukan
perbuatan menuju tujuan atau cita-cita yang diharapkan.
Dilihat dari jenisnya terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
17 Sardiman. A. M, Interaksi dan Motivasi …, h. 85
Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa ada
rangsangan dari luar.18
Misalnya siswa mempunyai keinginan dari dalam
dirinya untuk belajar matematika, bukan untuk mendapat hadiah atau
dipuji oleh orang tua melainkan atas dasar kebutuhan siswa.
Motivasi intrinsik adalah hal atau keadaan yang berasal dari dalam
diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi
materi, dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk
kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.19
Menurut H. M. Alisuf Sabri, motivasi intrinsik adalah motivasi yang
timbul dari dalam diri seseorang yang erat hubungannya dengan tujuan
belajar. Misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh suatu
pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan sebagainya.20
Menurut
Tajab, motivasi intrinsik yaitu bahwa suatu aktivitas atau kegiatan belajar
dirnulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan
dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar pada
penghayatan kebutuhan siswa, kemudian siswa berupaya untuk memenuhi
kebutuhan itu melalui kegiatan belajar, dan belajar merupakan satu-
satunya cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan.21
S. Nasution berpendapat bahwa, orang yang belajar dikatakan
memiliki motivasi intrinsik jika ia ingin mencapai tujuan yang terkandung
di dalam perbuatan itu. Misalnya siswa belajar karena ingin menjadi orang
yang terdidik atau karena ingin menjadi ahli dalam bidang tertentu, maka
untuk memenuhi semua itu hanya dapat dicapai dengan cara belajar.22
Siswa yang tennotivasi secara intrinsik dalam proses pembelajaran dapat
dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar
karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar.
18
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan …, h. 71 19
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), h. 137 20
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi …, h. 13 21
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), Cet. I, h. 104 22 S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. II, h. 77
b. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan
dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan
sebenarnya yang ada di dalam diri siswa melainkan karena adanya
dorongan dari luar. Sebagai contoh seseorang belajar matematika karena
osok akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik. Menurut
Tadjab, motivasi ekstrinsik dalam belajar adalah suatu aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu sendiri.
Muhibbin Syah mengartikan motivasi ekstrinsik adalah hal dan
keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah , peraturan/tata tertib
sekolah, suri teladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-
contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk
belajar.23
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik
dalam belajar adalah daya penggerak yang mendorong seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan yang bukan
berasal dari dalam dirinya.
Sebagian besar guru menginginkan keadaan kelas dimana semua
siswanya memiliki motivasi intrinsik yang tinggi untuk belajar. Namun
kenyataannya hal itu jarang terjadi, oleh karena itu seorang guru harus
mampu menghadapi tantangan untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik
siswa, membangkitkan minatnya, menarik dan mempertahankan perhatian
siswa selama pembelajaran berlangsung agar siswa dapat belajar dengan
baik.
Tanpa adanya motivasi dalam belajar, tidak akan memberikan hasil
yang diinginkan. Oleh karena itu perlu adanya motivator-motivator seperti
23 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan …, h. 137
kenaikan tingkat, penghargaan, pemberian umpan balik, skor, pujian dan
reward yang dipergunakan untuk mendorong siswa agar bersemangat
dalam belajar. Membangkitkan motivasi itu tidak mudah, oleh larena itu
guru perlu mengenal murid, dan mempunyai kesangupan kreatif untuk
menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat anak.
4. Mengukur Motivasi Belajar
Seorang guru perlu mengetahui dengan lebih jelas interaksi antara
tingkat motivasi siswa dengan pembelajaran agar dapat melakukan
intervensi pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Guru perlu
berusaha mencari strategi yang tepat untuk dapat membantu siswa belajar
apapun kecendrungan jenis motivasi yang mendorongnya belajar.
Motivasi belajar sangat berhubungan dengan hasil belajar siswa.
Hasil beberapa temuan penelitian yang dilakuakan oleh para ahli mengenai
hubungan antara motivasi dengan hasil belajar antara lain.24
a. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil belajar, baik
terhadap hasil belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap hasil
belajar selanjutnya. Tingkat motivasi belahar cenderung berkorelasi
positif dengan hasil belajar, artinya semakin tinggi/kuat tingkat
motivasi belajar, semakin baik hasil belajar siswa. Demikian pula hasil
belajar yang baik akan berpengaruh terhadap hasil belajar berikutnya,
Hal ini terjadi karena hasil belajar yang baik akan membuahkan
motivasi yang lebih kuat pula dalam didi siswa, yang akan
mempengaruhi hasil belajar selanjutnya.
b. Terdapat interaksi antara cara mengajar guru dengan pola motivasi
siswa, yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap hasil belajar.
c. Guru dapat mengubah (meningkatkan) motivasi belajar siswa, dengan
pengertian guru dapat melakukan tindakan tertentu di dalam kelas
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
24 Suciati, dkk., Belajar dan Pembelajaran 2, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, 2002), eel. III, h. 3.4.
5. Indikator Motivasi Belajar Siswa
Ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang menurut Sardiman
adalah:25
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet mengahadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
B. Hakikat Matematika
Mengkaji matematika bukanlah hal baru yang kita temui sekarang. Telah
banyak yang mengkaji sampai menjadi ahli dalam matematika. Bertanya
tentang “apakah matematika itu?” dapat dijawab secara berbeda-beda
tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, di mana dijawab, siapa yang
menjawab, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.
Dengan demikian untuk menjawab pertanyaan “apakah matematika itu?” tidak
dapat dijawab dengan mudah dijawab dengan satu atau dua kalimat bagitu
saja, oleh karena itu kita harus berhati-hati.
Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique
(Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau
mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica,
yng mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti
“relating to learning”. Perkataan itu menpunyai akar kata mathema yang
berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike
25 Sardiman. A. M, Interaksi dan Motivasi …, h. 83
berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang berupa, yaitu
mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).26
Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam
dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia
kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis
dan sintetis dengan penalaran di dalam struktur koqnitif, sehingga sampailah
pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.
Menurut James and James dalam kamus matematikanya menyatakan
bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis, dan geometri.27
Dari berbagai pengertian tentang matematika yang dikemukakan diatas
dapat disimpulkan, bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang
bilangan, logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang
dipresentasikan menggunakan simbol-simbol, yang dipandang dapat
menstruktur pola berpikir yang sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsiten
dalam menyelesaikan suatu masalah.
Jika kita mengartikan matematika sebagai ilmu, maka matematika adalah
cabang ilmu yang tersusun secara sistematis dan eksak. Pengertian eksak
tersebut tidak berarti bahwa matematika eksak secara mutlak, akan tetapi
matematika sebagai ilmu lebih eksak daripada ilmu-ilmu social dan lebih
eksak dari pada ilmu-ilmu fisik. Oleh karena sifatnya yang eksak ini maka
matematika seringkali disebut ilmu pasti.
Matematika sering kali dipandang pula sebagai alat yang akurat untuk
menyelesaikan masalah-masalah social, ekonomi, fisika, kimia, biologi, dan
teknik. Sebagai bahasa atau alat matematika melayani ilimu-ilmu lain, peran
inilah yang digunakan sebagai alasan orang menyebut matematika dengan
julukan queen of science (ratunya ilmu). Bagaimana orang memerankan atau
26
Eman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Metematika Kontemporer, (Bandung:
UPI, 2002), h. 15-16. 27 Eman Seherman, dkk, StrategiPembellajaran …, h. 16-17
menggunakan matematika pada ilmu-ilmu lain sebenarnya sangat tergantung
pada orang yang menggunakannya.28
Matematika merupakan bidang kajian disiplin ilmu yang selalu diajarkan
disetiap jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai
sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan sampai perguruan
tinggi. Hal ini karena matematika merupakn salah satu ilmu yang sangat
berperan dalam kehidupan manusia. Seperti ynag dikemukakan Ruseffendi
yaitu: "kita harus menyadari bahwa matematika itu penting, baik sebagai alat
Bantu, sebagai ilmu, sebagai pembimbing pola piker, maupun sebagai bentuk
sikap".29
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena
itu logika adalah dasar untuk terbentukya matematika. Logika adalah masa
bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika.
Masih banyak lagi definisi-definisi tentang matematika, tetapi tidak satupun
perumusan yang dapat diterima umum, atau sekurang-kurangnya dapat
diterima dari berbagai sudut pandang.
C,. Hakikat Metode Sosiodrama
1. Pengertian Sosiodrama
Proses belajar mengajar merupakan interaksi antar sesama guru dan
siswa juga antara siswa dan siswa. Metode sosiodrama sangat erat kaitannya
dengan interaksi tersebut. Peranan siswa dan guru dalam interaksi belajar-
mengajar ditentukan oleh strategi ataupun metode belajar-mengajar yang
ditetapkan.
Dalam proses belajar-mengajar yang mengaktifkan siswa, peranan
siswa lebih besar. Siswa tidak diberi bahan ajar yang sudah jadi atau sudah
selesai untuk tinggal menghafal, tetapi diberi persoalan-persoalan yang
membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan, analisis, sintesis,
28
Ismail, dkk., Kapita Selecta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Unuversitas Terbuka,
1998), Cet. I, h. 1.6 29
E. T. Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Guru dan SPG,
(Bandung: Tarsito, 1980) Cet. I, Seri ke-5, h. 39
perbandingan, penilaian, dan penyimpulan oleh para siswa sendiri. Dalam
strategi belajar-mengajar yang demikian, siswa berperan lebih aktif, mereka
adalah sebagai subjek yang berinteraksi bukan hanya guru tetapi manusia-
manusia sumber yang lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dengan
sesama siswa, dengan buku-buku serta media lainnya.
Interaksi guru dengan siswa bukan hanya dalam penguasaan bahan
ajaran, tetapi juga dalam penerimaan nilai-nilai, pengembangan sikap serta
dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dengan
demikian peranan guru juga bukan hanya sebagai pengajar dan pelatih,
tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing. Didikan dan bimbingan tidak
hanya diberikan dalam interaksi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas,
bahkan mungkin terjadi pula diluar sekolah. Pengembangan sikap dan nilai
tidak diberikan dalam situasi belajar yang bersifat ekspositori, tetapi juga
lebih banyak dalam situasi yang bersifat intraktif: simulasi, bermain peran,
sosiodrama, klasifikasi nilai dan sebagainya, yang kaya dengan interaksi.30
Alat interaksi dapat diklarifikasikan dalam 3 golongan:
1. Pengalaman riil, yakni segenap media di dalam dunia kehidupan sehari-
hari
2. Pengalaman Buatan, yakni segenap media yang sengaja diciptakan untuk
mendekatkan pengertian pada pengalaman riil
3. Pengalaman Verbal, di mana bahasa adalah alat utama, baik lisan
maupun tertulis.
Jenis pengalaman pertama yang riil, dapat menghasikan pengertian
yang sangat teliti dan mendalam yang tidak akan dicapai dengan hanya
memahami pengalaman buatan ataupun pengalam verbal. Akan tetapi secara
praktis tidak mungkin semua hal harus dialami secara riil. Karenanya
pakailah pengalaman buatan melalui alat-alat pembantu yang khusus
diciptakan untuk mendekatkan murid pada pengalaman riil. Pengalaman
buatan juga dapat diperkenalkan melalui kegiatan-kegiatan yang tak banyak
30
R. Ibrahim, Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) cet
ke 3 hal. 34
menggunakan alat-alat pembantu, misalnya sandiwara boneka, atau sama
sekali tidak membutuhkan alat-alat khusus seperti dalam sosiodrama dan
bemain peranan.31
Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang
sering digunakan dalam mengajarkan nilai dan memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi dalam hubungan social dengan orang-orang di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
siswa-siswa diberi berbagai peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut,
serta mendiskusikannya di kelas.
Sosiodrama berasal dari kata sosio dan drama. Sosio berarti social
menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukkan pada kegiatan-
kegiatan social, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau
memperlihatkan. Social atau masyarakat terdiri dari manusia satu sama lain
terjalin hubungan yang dikatakan hubungan social. Drama dalam pengertian
luas adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan suatu keadaan atau
peristiwa-peristiwa yang dialami orang, dan tingkah laku orang. Metode
sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan atau mendramatisasi cara tingkah laku dalam hubungan
sosial. Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya
peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu
situasi social yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat
memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi social.32
Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah
metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan
bersama dan karenannya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah
sosiodrama berasal dari kata sosio = social dan drama. Kata drama adalah
suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung
konflik kejiwaan, pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau
31
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, (Bandung: Tarsito, 1986)
edisi ke 5 hal. 81-83 32
Syaiful Sagala. M. Pd, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005)
Cet. Ke 3. hal. 213
lebih. Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai orang
yang diamainkannya, misalnya bermain sebagai lurah, penjudi, nenek tua
renta dan sebagainya.33
Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode
"sosiodrama" yang merupakan metode mengajar dengan cara
mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan social,
untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan social
tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Melalui
metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam
hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami
nilai sosiodrama adalah: mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti
penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikiti langkah-langkah guru pada
saat memimpin sosiodrama.
Bila metode inl dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak
manfaat yang dapat dipetik, sebagai metode cara ini : (1) Dapat
mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, hal mana tidak selalu
terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. (2) Siswa tidak saja mengerti
persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan
pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia, seperti halnya
penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti,
ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain
sebagainya. (3) Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan
memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.34
Sebaliknya betapapun besar nilai metode ini ditangan yang kurang bijaksana
akan menjadi nihil. Pada umumnya karena guru sendiri tidak paham akan
tujuan yang dicapai, atau guru memilih metode ini walaupun sebenarnya
kurang tepat untuk tujuan tertentu. Dapat terjadi guru tidak menyadari
pentingnya langkah langkah dalam metode ini.
33
Sri anitah Wiryawan, Noorhadi Th, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas
Terbuka,1999) h. 27 34 http://pakguruonline.pendidikan. net
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama
antara lain adalah:35
3. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
4. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
5. Dapat belajar bagaimana mangambil keputusan dalm situasi kelompok
secara spontan
6. Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah
Dari sebuah artikel yang ditulis oleh Dr. Telesco disebutkan bahwa
sosiodrama memiliki empat komponen :36
a. Berbasis pada realitas dan permasalahan
Adegan situasi kehidupan sehari-hari dikembangkan oleh siswa
berdasarkan pada peristiwa actual, mengatur setting untuk peserta yang
diambil dari audiens untuk mengidentifikasi dan berinteraksi dengan
karakternya.
b. Improvisasi
Para actor menggambarkan karakter dalam scenario berbasis realitas dan
tetap menjiwai karakter selama sosiodrama berlangsung.
c. Dialog antara karakter dan audiens
Teknik sosiodrama bergantung pada dialog dengan audiens. Hal ini
merupakan landasan cara berfikir kritis, identifikasi masalah, dan
pembahasan yang berfokus pada solusi. Interaksi dengan anggota
audiens menjadi penting bagi keberhasilan metodologi.
d. Tujuan pendidikan, perilaku dan psikologi
Sosiodrama dapat digunakan untuk meraih tujuan pendidikan, sikap, dan
psikologis. Walaupun teknik sosiodrama efektif dalam meraih tujuan
pendidikan dengan anggota audiens, proses pengembangan sosiodrama
merupakan hal manjur bagi para actor terlibat dalam proses
pembelajaran. Karena karakter dan adegan dalam sosiodrama didasarkan
pada pengalaman hidup sehari-hari, para actor menjadi tenggelam dalam
35
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
cipta, 2002) cet. Ke 2 hal. 100 36 Telesco, Sosiodrama, dalam [email protected], 23 Februari 2008
karakter mereka, sehingga proses pembelajaran individu semakin
meningkat. Metodologi ini merupakan alat yang sangat berharga untuk
meningkatkan kesadaran, menimbulkan perubahan, dan bahkan untuk
memfalitasi penyembuhan psikologis.
2. Kelebihan dan kekurangan Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama selain mempunyai beberapa kelebihan juga
mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:37
a. Kelebihan metode sosiodrama
1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi
bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami,
manghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang
harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus
tajam dan tahan lama.
2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main
drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai
dengan waktu yang tersedia.
3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan
akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni
drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan
menjadi pemain yang baik kelak.
4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-
baiknya
5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesama
6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain.
37 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar ,… h. 101-102
b. Kelemahan Metode Sosiodrama
2) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi
kurang kreatif
3) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka
pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan
4) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit
menjadi kurang bebas
5) Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton
yang kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.
3. Langkah-langkah penerapan metode Sosiodrama
Petunjuk guna menggunakan metode sosiodrama adalah:38
a) Tetapkan dahulu masalah-masalah social yang menarik perhatian siswa
untuk dibahas
b) Ceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam
konteks cerita tersebut.
c) Tetapkan siswa yang dapat atau bersedia untuk memainkan
peranannya di depan kelas
d) Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu
sosiodrama sedang berlangsung.
e) Beri kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa menit
sebelum mereka memainkan peranannya
f) Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai
ketegangan.
g) Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama
memecahkan masalah persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut
h) Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan
pertimbangan lebih lanjut.
Sebelum metode sosiodrama digunakan, terlebih dahulu harus diawali
dengan penjelasan dari guru tentang situasi sosial yang akan didramatisasi
38Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar,… h. 100
aloe para pemain/pelaku. Tanpa diberikan penjelasan, anak didik tidak
akan dapat melakukan peranannya dengan baik. Karena itu, ceramah
mengenai masalah spasial yang akan didemontrasikan penting sekali
dilaksanakan sebelum melakukan sosiodrama.
Sosiodrama adalah sandiwara tanpa naskah (script) dan tanpa latihan
terlebih dahulu, sehingga dilakukan secara spontan. Masalah yang
didramatisasikan adalah mengenai situasi sosial. Sosiodrama akan menarik
bila pada situasi yang sedang memuncak, kemudian dihentikan.
Selanjutnya diadakan diskusi, bagaimana jalan cerita seterusnya, atau
pemecahan masalah selanjutnya. Langkah-langkah yang mungkin
dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah seperti tercantum dalam
tebel berikut.
No : Langkah : Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. : Persiapan : 1. Menentukan dan menceritakan situasi
social yang akan didramatisasikan.
2. Memilih para pelaku
3.Mempersiapkan pelaku untuk
menentukan peranan masing-masing
2. : Pelaksanaan : 4. Siswa melakukan sosiodrama
5. Guru menghentikan sosiodrama pada
saat situasi sedang memuncak
6. Akhiri sosiodrama dengan diskusi
tentang cerita, atau pemecahan masalah
selanjutnya
3. : Evaluasi : 7. Siswa diberi tugas untuk menilai atau
Memberi Tanggapan terhadap
pelaksanaan sosiodrama
8. Siswa diberi kesempatan untuk membuat
Kesimpulan hasil sosiodrama
D. Kerangka Berfikir
Rendahnya motivasi belajar siswa merupakan salah satu penyebab dari
rendahnya hasil belajar matematika. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar,
bias jadi dikarenakan dalam pola pembelajaran selama ini kurang melibatkan
sisa secara aktif. Untuk itu diperlukan paradigma baru dalam model
pembelajaran di sekolah
Pemilihan metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar,
seperti yang dikatakan Hudoyo bahwa strategi yang diambil dalam rangka
pembaharuan pendidikan, hendaknya guru mampu melibatkan siswanya
secara aktif dalam proses belajar mengajar sehinggga dapat meningkatkan
daya kreatifitas dan berfikir kritis siswa serta dapat memperkuat motivasi
mereka untuk belajar
Salah satu alternatif dalam metode pembelajaran adalah metode
sosiodrama. Sosiodrma adalah suatu variasi pengajaran dimana siswa belajar
dalam memecahkan masalah melalui peran yang mereka lakukan. Mereka yan
melakukan peran tersebut saling membantu, saling berdiskusi, dan saling
berkreasi dalam memahami satu materi pelajaran serta bekerja sama dalam
memecahkan masalah antara yang siswa yang berperan dengan siswa yang
tidak melakukan peran.
Dalam proses belajar mengajar matematika, guru harus mampu
melibatkan siswa secara aktif walaupun siswa mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda. Dengan kemampuan yang berbeda ini dapat menanamkan dan
menumbuhkan sifat social pada siswa, diantaranya mendorong siswa untuk
saling membantu, bekerja sama, dan bertanggung jawab dalam memecahkan
suatu malah.
Dengan pengalaman belajar sosiodrama inilah munculnya motivasi
dalam belajar yang mana dapat memberikan pengaruh bagi pembelajaran
berikutnya. Siswa yang termotivasi dalam belajar meciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan membuat guru bersemangat dalam mengajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islamiyah
Ciputat yang beralamat di Jln. Kihajar Dewantara no. 23 Ciputat Tangerang.
Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas VII.5 SMP
Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007/2008 semester ganjil. Kegiatan
belajar menggajar dilakukan pada siang hari yaitu mulai pukul 13.00 sampai
dengan 17.30 WIB.
Waktu penelitian dimulai pada tanggal 29 November 2007 sampai 14
maret 2008.
B. Metode dan Desain intervensi Tindakan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau
lebih dikenal dengan Classroom Action Research dengan mengikuti model
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1988). Penelitian ini terdiri
dari dua siklus dimana pada setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan,
yaitu tahap perencanan (plan), pelaksanaan tindakan (act), observasi (observe)
dan refleksi (reflect).
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan
penelitian. Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran yang akan
disajikan dalam materi penelitian. Selain itu pada tahap ini juga peneliti
menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari permasalahan yang akan
dibahas dalam belajar sosiodrama, soal yang harus dikerjakan oleh siswa,
lembar obsevasi dan lembar wawancara.
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan
skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang
berlangsung. Peneliti dengan dibantu oleh guru mengamati segala aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dimaksudkan
sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua
gejala atau indikator dari proses, hasil tindakan terencana maupun efek
sampingnya.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan
tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis
bersama oleh guru dan peneliti, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan
yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu
adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi
rencana tindakan siklus berikutnya.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada desain
yang dikemukakan oleh Suhardjono adalah sebagai berikut: 39
39
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
Cet. II, h. 74
- Rendahnya motivasi belajar
- Rendahnya Hasil Belajar
Siklus I
Siklus II
C. Subjek / Partisipan Yang Terlibat dalam Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah
seluruh siswa kelas VII.5 yang berjumlah 46 siswa yang terdiri dari 23 orang
putra dan 23 orang putri.
Pada saat pelaksanaan tindakan, guru matematika bertindak sebagai guru
yang menyampaikan materi aritmatika sosial dengan menggunakan metode
sosiodrama. Sedangkan peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati
seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi.
Pra Penelitian
(observasi awal)
Masalah Perencanaan tindakan siklus I
dengan metode Sosiodrama
Pelaksanaan tindakan
siklus I dengan metode
sosiodrama
Refleksi Pengamatan/pengumpulan data
Permasalahan baru hasil
refleksi siklus I
Perencanaan Tindakan
siklus II dengan
metode sosiodrama
Pelaksanaan tindakan
siklus II dengan metode
sosiodrama
Refleksi II Pengamatan/pengumpulan data
Permasalahan terselesaikan Permasalahan belum
terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus
berikiutnya
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian
Penelitian kualitatif menuntut kehadiran peneliti karena pengamatan dan
pengumpulan data dilakukan dalam situasi yang sebenarnya. Dalam penelitian
kolaborasi ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri,
sedangkan peneliti yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
proses tindakan.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahap penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya pra penelitian
atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama
yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis
dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II,
jika data yang diperoleh masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan
kembali pada tindakan III dan seterusnya.
Bagan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Observasi awal kbm di kelas penelitian
• Tes diagnosa awal
Tahap perencanaan Perencanaan pendekatan pembelajaran dengan
menggunakan metode sosiodrama.
Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode sosiodrama pada pokok
bahasan aritmatika sosial yang terdiri dari
perhitungan untung - rugi, persentase untung
dan persentase rugi.
Tahap Observasi dan Evaluasi
• Pengamatan proses pembelajaran
• Evaluasi proses dan hasil
Tahap Analisis dan Refleksi Analisis dan refleksi terhadap hasil pengamatan dan evaluasi pembelajaran siklus I
Tahap Perencanaan Hasil revisi proses pembelajaran pada siklus I
dengan menggunakan metode sosiodrama yang
akan menjadi mesukan pada materi selanjutnya
Tahap Perencanaan Pelaksanaan proses belajar mengajar hasil
revisi pada pokok bahasan rabat, bruto, netto,
tara, perhitungan bunga bank.
Tahap Observasi dan Evaluasi
• Pengamatan proses pembelajaran
• Evaluasi proses dan hasil
pembelajaran
Tahap Analisis dan Refleksi Analisis dan refleksi terhadap hasil
pengamatan dan evaluasi pembelajran siklus II
Siklus I
Siklus II
Kegiatan Pendahuluan
Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Penelitian Pendahuluan
a. Pelaksanaan penelitian pendahuluan
Waktu pelaksanaan : 29, 30 November dan 1, 5, 7 Desember 2007
Pada pelaksanaan penelitian pendahuluan ini dilakukan observasi terhadap
penentuan kelas yang akan dijadikan kelas penelitian dan observasi
terhadap kegiatan belajar mengajar matematika di kelas penelitian. Hal ini
dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat yang akan
diberikan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar matematika siswa.
b. Tes penelitian pendahuluan
Waktu pelaksanaan : 8 Desember 2007
Tes penelitian pendahuluan ini merupakan ulangan harian siswa pada
materi sebelumnya. Tes ini dilaksanakan untuk mengukur kemampuan
siswa terhadap materi yang dipelajari. Hasil tes ini akan menjadi masukan
bagi peneliti dalam melaksanakan pembelajaran selanjutnya.
2. Kegiatan Penelitian
a. Siklus I
1) Kegiatan 1 : Perencanaan tindakan siklus I
Waktu pelaksanaan : 10 – 21 Januari 2008
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah
pembuatan rencana pembelajaran dan scenario pembelajaran yang
akan disajikan dalam materi penelitian kegiatan siklus I dengan
menggunakan metode sosiodrama. Pada kegiatan ini peneliti juga
mempersiapkan aktivitas-aktivitas apa saja yang akan dilakukan
selama proses pembelajaran dengan metode sosiodrama.
2) Kegiatan 2 : Pelaksanaan tindakan
Waktu pelaksanaan: 14 - 15 Februari 2008
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan scenario
dan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam tahap ini peneliti
bertindak sebagai observer yang mengamati seluruh aktivitas siswa
selama proses pembelajaran. Yang bertindak sebagai penyampai
materi dengan metode sosiodrama adalah guru matematika yang
mengajar di kelas tersebut. Yang akan membahas materi pehitungan
untung – rugi, perhitungan persentase untung dan persentase rugi.
3) Kegiatan 3 : Pelaksanaan tes akhir siklus I
Waktu pelasanaan : 21 Februari 2008
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tes akhir siklus I
kepada seluruh siswa kelas VII.5. Hasil tes tersebut akan digunakan
untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa.
4) Kegiatan 4 : Wawancara
Waktu pelaksanaan : 26 Februari 2008
Kegiatan penyebaran format wawancara dilakukan setelah selesai
diadakan tes akhir siklus I. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode
sosiodrama.
Setelah semua rangakaian siklus I selesai, selanjutnya dilakukan
analisis dan refleksi.hal ini dilakukan memperoleh masukan untuk
tindakan siklus selanjutnya.
b. Siklus II
1) Kegiatan 1 : Perencanaan tindaklan siklus II
Waktu pelaksanaan : 15, 16 Februari 2008
Kegiatan yang dilakukan adalah perencanaan tindakan yaitu membuat
scenario dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II
dengan menggunakan sosiodrama.
2) Kegiatan 2 : Pelaksanaan tindakan
Waktu pelaksanaan : 22 – 28 Februari 2008
Kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanakan scenario dan
perencanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Materi yang
disajikan adalah rabat, bruto, tara, netto, dan bunga bank.
Pada pelaksanaan tindakan ini peneliti akan membagi siswa dalam
beberapa kelompok. Kelompok-kelompok tersebut akan diberikan satu
permasalahan yang berbeda yang akan mereka sajikan dalam bentuk
sisiodrama.
3) Kegiatan 3 : Pelaksanaan tes akhir siklus II
Waktu pelakasanaan : 29 Februari 2008
Kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan tes akhir siklus II
kepada seluruh siswa kelas VII.5. hasil tes tersebut akan digunakan
untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa.
4) Kegiatan 4 : Wawancara
Waktu pelaksanaan : 2 Maret 2008
Format pertanyaan diberikan kepada siswa yang telah dipilih untuk
mengetahui tanggapan dan pendapat siswa tentang metode yang
digunakan.
Analisis dan refleksi siklus II kembali dilakukan untuk menilai
pelakasanaan metode dengan menggunakan metode sosiodrama.
Refleksi ini dilakukan untuk menilai apakah pelaksanaan penelitian
tindakan ini telah dapat meningkatkan motivasi belajar dalam pelajaran
matematika atau masih terdapat kekurangan.
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan.
Penelitian ini mengungkapkan masalah rendahnya motivasi siswa dalam
belajar matematika. Dengan memanfaatkan teori-teori yang ada sebagai bahan
pendukung, dilakukan penelitian tindakan yang aplikatif yaitu pembelajaran
dengan menggunakan metode sosiodrama. Penerapan teknik ini dilakukan
berdasarkan asumsi bahwa motivasi belajar akan meningkat setelah diterapkan
metode tersebut.
Pada penelitian ini diupayakan untuk memberikan solusi terhadap masalah
yang dihadapi, yakni termotivasinya siswa dalam belajar matematika. Dengan
pemberian metode sosiodrama dalam pembelajaran matematika diharapkan
dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sehingga hasil belajar
siswapun dapat meningkat.
G. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa:
a. Data tes awal merupakan hasil ulangan harian siswa.
b. Data tentang aktivitas siswa merupakan hasil pengamatan pada saat
dilaksanakan tindakan, diambil dengan menggunakan lembar observasi
pada setiap siklus.
c. Data lapangan, yaitu mencatat seluruh perubahan dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas.
d. Data hasil belajar siswa merupakan hasil ulangan harian kepada
seluruh siswa pada setiap akhir siklus dan tes akhir belajar diakhir
penelitian.
e. Hasil wawancara dengan siswa mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki
dalam proses belajar mengajar di kelas.
f. Dokumentasi aktivitas siswa pada setiap siklus.
2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah siswa, guru dan peneliti yang
bertindak juga sebagai observer.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Intrumen pengumpulan data terdiri dari:
1. Lembar tes akhir setiap siklus dan tes hasil belajar
2. Lembar observasi pengamatan tingkah laku siswa setiap siklus
3. Angket wawancara untuk setiap siswa
4. Angket motivasi belajar siswa
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat mengeveluasi
harus valid. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam penelitian, instrument
hasil belajar terlebih dahulu diujicobakan dan mengukur validitas dan
reliabilitasnya.
a. Validitas
Dalam menghitung instrument tes hasil belajar peneliti menggunakan
rumus korelasi biserial:40
bis
p
t
tM M p
S qγ
−=
bisγ : koefisien korelasi biserial
pM : rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi Item yang
dicari validitasnya
tM : rerata skor total
tS : standar deviasi dari skor total
P : proporsi siswa yang menjawab benar
q : proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1-p)
b. Reliabilitas
Untuk menghitung besarnya reliabilitas istrumen hasil belajar peneliti
peneliti mengguanakan rumus Kuder Richardson (K-R.20) sebagai
berikut:41
2
2111
s pqnr
n s=
− −
∑
Keterangan :
11r : Reabilitas tes secara keseluruhan
P : proporsi subjek yang menjawab item yang benar
q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1–p) 2s
pq∑ : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item
2s : varians tes
40
Suharsimi Arikunto, Dasar-DasarEvaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
Cet. II, h. 79 41 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…, h. 100
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengamati
setiap aktivitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode
sosiodrama pada setiap siklus dan mencatat setiap kejadian yang berlangsung
pada saat pembelajaran berlangsung. Disetiap akhir siklus, peneliti
memberikan soal tes, dan format pertanyaan terbuka mengenai pendapat siswa
tentang metode sosiodrama. Peneliti juga memberikan tes hasil belajar diakhui
penelitian dan memberikan angket motivasi untuk siswa yang diisi pada setiap
elesai pembelajaran. Dan dokumentasi aktivitas siswa selama pembelajaran
dilakukan pada setiap siklus.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi
Pemeriksaan keabsahan atau keterpercayaan hasil temuan dari penelitian
tindakan ini menggunakan teknik tringulasi. Teknik tringulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang objektif, sahih, dan handal
dalam penelitian ini digunakan tehnik triangulasi dan saturasi, yaitu:
1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara berbeda.
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa
dilakukan dengan mengobservasi siswa.
2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi
tentang hal yang sama. Untuk memperoleh tentang pemahaman siswa
dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa, mengadakan wawancara
dengan guru.
3. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang
kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.
4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis.
Analisis data dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul.
Proses analisis data ini diawali mendata seluruh data yang ada dari berbagai
sumber, baik berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data yang diperoleh
berupa aktivitas siswa dan data yang berupa kalimat-kalimat, diubah menjadi
kalimat yang bermakna dan ilmiah.
Proses analisis data memiliki empat tingkatan yaitu: pengumpulan data,
dimana mengumpulkan informasi-informasi berupa hasil kerja siswa, hasil
wawancara atau penelaah dokumen. Validasi, proses sinkronisasi hasil temuan
yang diperoleh. Proses tersebut dilakukan dengan mengkaji hasil temuan dari
berbagai sudut pandang dan berbagai pendapat pihak yang berkaitan.
Interpretasi, yakni kerja yang meliputi pengambilan hipotesis yang telah
divalidasikan dan tindakan mencocokkan dan menghubungkan denga teori
yang ada. Yang terakhir adalah merencanakan kembali perlakuan pada subjek
untuk mendapatkan data yang lebih baik lagi terhadap bukti-bukti yang
diperoleh.
L. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan.
Dalam penelitian tindakan ini karena keterbatasan peneliti dinilai sudah
adanya peningkatan motivasi belajar disertai dengan peningkatan hasil belajar
siswa maka penelitian dihentikan sampai dengan siklus II. Mengenai tindak
lanjutnya, akan diserahkan kepada guru yang bersangkutan untuk terus
mengembangkan metode ini dalam perencanaan tindakan selanjutnya.
BAB IV
DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bab ini berisikan tiga hal besar yaitu deskripsi data, analisis data hasil penelitian,
dan pembahasan hasil penelitian. Deskripsi data membahas Penelitian
pendahuluan, siklus penelitian, analisis data hasil penelitian, dan pembahasan
hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
1. Penelitian pendahuluan
Pelaksanaan penelitian pendahuluan dilakukan selama enam kali
pertemuan yaitu pada tanggal 28, 30 November dan 1, 5, 7, 8 Desember 2007.
Penelitian pendahuluan ini terdiri dari lima kali tatap muka dan satu kali tes
pada pokok bahasan aljabar
Selama penelitian pendahuluan peneliti mengamati segala aktivitas siswa
selama pembelajaran tanpa bantuan observer. Adapun hasil penelitian
pendahuluan diperoleh beberapa aspek:
a. Aspek Siswa
- Tidak terdapat persiapan belajar yang dilakukan oleh siswa pada saat
pelajaran matematika akan dimulai. Hal ini ditandai masih banyak siswa
yang berada di luar kelas saat menunggu datangnya guru matematika
sambil bercanda dengan temannya.
- Hanya beberapa orang siswa yang siap memperhatikan ketika guru
menjelaskan materi pelajaran, sedangkan yang lainnya masih berbicara
dengan teman sebangkunya dan ada yang diam saja.
- Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini
ditandai dengan kurangnya siswa yang berani menjawab soal ke depan
kelas dan sebahagian besar siswa tidak mengerti materi yang diberikan
oleh guru.
- Siswa tidak bersemangat mengikuti pelajaran matematika. Hal ini
ditunjukkan masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru ketika
sedang menjelaskan materi, beberapa orang siswa malas mencatat
pelajaran dan mengantuk pada saat belajar di kelas.
- Ketika guru akan memulai pelajaran matematika, terlihat hanya beberapa
orang siswa yang mempersiapkan buku sedangkan yang lain masih ada
yang bercanda dan mengobrol dengan teman lainnya serta belum
mempersiapkan buku matematika.
b. Aspek Pembelajaran
- Proses pembelajaran pasif. Hal ini ditunjukkan dengan siswa tidak
langsung menjawab apa yang ditanya oleh guru, hanya beberapa orang
siswa yang mau maju mengerjakan soal di papan tulis tanpa ditunjuk
terlebih dahulu oleh guru sedangkan yang lain masih terlihat malu dan
takut salah, siswa tidak mau bertanya tentang materi pelajaran jika
menemui kesulitan.
Adapun hasil tes penelitian pndahuluan pada pokok bahasan operasi
hitung pada bentuk aljabar adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Tes Penelitian Pendahuluan
Interval Nilai Frekuensi Persentase
40 – 45 9 20
46 – 51 10 22,22
52 – 57 - -
58 – 63 13 28,88
64 – 69 - -
70 – 75 7 15,55
76 – 81 6 13,33
Jumlah 45 100 Keterangan: Rata-rata : 58,43
Nilai Tertinggi : 80
Nilai Terendah : 40
Siswa yang hadir : 45 orang
Siswa tidak hadir : 1 orang
Jumlah siswa : 46 orang
Sumber: Tes Penelitian Pendahuluan pada Materi Aljabar
Dari hasil penelitian pendahuluan ditemukan hasil belajar siswa rendah
dikarenakan siswa malu bertanya jika menemui kesulitan, malas mengerjakan
latihan atau tugas yang diberikan oleh guru serta semangat siswa dalam
belajar sangat rendah. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu tindakan agar
motivasi belajar siswa meningkat. Dengan penerapan metode sosiodrama
diharapkan akan dapat memotivasi siswa dalam belajar dan dalam melakukan
segala aktifitas selama proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dua kali siklus. Siklus pertama terdiri dari tiga
kali pertemuan. Siklus kedua dilakukan juga tiga kali pertemuan.
Pada siklus pertama pokok bahasan yang disajikan adalah untung, rugi,
persentase untung dan persentase rugi. Pada siklus kedua., pokok bahasan
yang disajikan adalah diskon, netto, bunga bank dan pajak.
Pada masing-masing siklus ditempuh empat tahap yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi.
I. Siklus pertama
a. Tahap Perencanaan
Pada siklus ini peneliti ingin melihat dan mengetahui apakah
dengan penerapan metode sosiodrama selama pembelajaran dapat
meningkatkan semangat siswa dalam belajar matematika sehingga
motivasi siswa untuk belajar matematika dapat meningkat. pada tahap
perencanaan ini peneliti menyusun rencana pembelajaran, lembar
observasi, dan angket motivasi.
b. Tahap pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus satu ini dimulai pada kamis, 14 Februari
2008. Pembelajaran dilaksanakan dalam waktu dua jam pelajaran
dengan 40 menit untuk setiap jam pelajaran. Terdapat satu orang yang
tidak hadir pada pertemuan ini, karena sakit. Dalam melakukan
penelitian ini, guru sebagai penyampai materi sekaligus mengamati
aktivitas siswa dan peneliti sebagai observer yang mengamati aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi segala aktivitas dan perubahan yang terjadi pada
siswa ketika pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran dimulai dengan guru memberikan penjelasan tentang
sosiodrama dan memberikan gambaran seperti apa sosiodrama yang
akan dilakukan di kelas. Guru menyajikan materi untung dan rugi, dan
kemudian menjelaskan tentang materi yang akan disosiodramakan.
Kemudian menunjuk siswa yang akan melakukan sosiodrama dan
memberi kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa
menit sebelum mereka memainkan peranannya. Guru juga membimbing
siswa yang ingin melakukan sosiodrama untuk memahami masalah
terlebih dahulu, selanjutnya melakukan sosiodrama di depan kelas.
Siswa yang telah ditentukan memainkan peranannya di depan kelas.
Gambar I. Aktivitas siswa melakukan sosiodrama
Para siswa hanya melihat temannya yang sedang berakting tanpa
ikut aktif terlibat. Hal ini dikarenakan aktor yang melakukan peran di
depan kelas suaranya kecil dan guru kembali berulang-ulang kali
memberitahukan kepada aktor untuk lebih serius dalam berperan.
Bahasa yang digunakan oleh actor adalah bahasa sehari-hari, sesuai
dengan materi yang dibahas yaitu untung-rugi, mereka juga berdialog
layaknya seorang penjual dan pembeli.
Aktivitas mencatat dilakukan semua siswa ketika sosiodrama sedang
berlangsung, karena jika mereka tidak mencatat mereka tidak akan tahu
permasalahan apa yang sedang dibahas.
Guru memotong sosiodrama ketika sosiodrama dianggap sudah
tidak kondusif. Guru menjelaskan tentang apa yang telah
disosiodramakan dan menarik kesimpulan bersama-sama dengan siswa.
Kemudian peneliti membagikan kuisioner kepada siswa untuk langsung
diisi. Pertemuan pertama banyak siswa yang masih bingung dengan
pembelajaran menggunakan sosiodrama. Siswa mengalami kesulitan
dalam berdialog, dan selalu bertanya pada guru apa yang harus mereka
bicarakan.
Pertemuan kedua belajar mengajar dilaksanakan Jum’at, 18
Februari 2008. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah
mengenai persentase untung dan persentase rugi.
Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan materi yang
akan disosiodramakan, dimana guru memberikan kesempatan siswa
untuk mengajukan dirinya secara suka rela untuk melakukan sosiodrama
di depan kelas. Pertemuan kali ini lima orang siswa maju untuk
melakukan sosiodrama. Para siswa yang siap untuk bersosiodrama,
mulai berisik memikirkan jalan cerita dan dialog yang akan mereka
sajikan.
Pada awal-awal mereka juga takut untuk memulai sosiodrama,
kemudian terlihat lebih bersemangat dalam berperan di depan kelas.
Para audiens juga mulai aktif menanggapi persoalan yang sedang
dibahas oleh para actor. Siswa banyak memanfaatkan keadaan ketika
sosiodrama sedang berlangsung untuk berpindah-pindah tempat duduk.
Audiens juga mencatat permasalahan yang sedang
disosiodramakan, tapi juga terlihat siswa yang hanya duduk diam saja.
Dalam hal ini guru juga berperan sebagai sutradara, yang sekali-kali
dapat memotong jalannya sosiodrama ketika jalan cerita mulai tidak
sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Guru memotong sosiodrama
ketika sosiodrama sudah tidak pada permasalahan yang dibahas, dan
menjelaskan kembali kepada pelaku tentang permasalahan yang
seharusnya mereka lakukan. Setelah sosiodrama terlaksana, guru beserta
siswa membahas materi yang telah disajikan tadi, dan bersama-sama
menarik kesimpulan mengenai materi yang disosiodramakan.
Kemudian peneliti memberikan kuisioner motivasi untuk diisi
langsung oleh siswa.
Gambar 2. Aktivitas siswa mengisi angket
Siklus I berakhir pada kamis, 21 Februari 2008. guru
memberikan soal tes kepada seluruh siswa kelas VII.5 sebanyak lima
soal dalam bentuk essay. Tes tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat pemahaman materi yang telah diajarkan dalam dua kali
pertemuan.
Selasa, 26 Februari 2008 pada saat jam istirahat peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa orang siswa yang dipilih dari
kelas tinggi, sedang dan rendah. Wawancara ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang lebih valid mengenai pendapat siswa
tentang penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran
matematika.
Setelah siklus pertama selesai terlaksana maka pada tahap refleksi
dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan
metode soisodrama yang telah dilakukan pada siklus I
menggambarkan kurangnya keinginan siswa untuk ikut aktif dalam
menyelesaikan setiap masalah yang disajikan dalam sosiodrama.
Untuk itu pada siklus selanjutnya siswa akan diberikan kesempatan
maju bagi mereka yang belum pernah melakukan sosiodrama.
Banyaknya siswa yang berpindah tempat duduk ketika sosiodrama sedang
berlangsung, hal ini dimanfaatkan siswa bukan untuk memperhatikan
sosiodrama tapi untuk ngobrol dengan teman. Untuk siklus kedua
pembelajaran akan dilakukan dengan bekelompok, agar setiap siswa
cukup duduk dengan kelompoknya masing-masing.
Untuk lebih meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran, pada siklus kedua siswa yang belum pernah melakukan
sosiodrama, akan ditunjuk oleh guru untuk berperan dan mereka dapat
memilih permasalahan apa yang menurut mereka mudah untuk
disosiodramakan sehingga mereka berani untuk berperan didepan kelas.
Berdasarkan pengamatan selama kegiatan siklus I dapat dikemukan bahwa
motivasi siswa dalam pembelajaran matematika dengan metode
sosiodrama perlu ditingkatkan kepada siswa untuk lebih berusaha aktif
dalam setiap pembelajaran.
II. Siklus Kedua
Pembelajaran matematika pada siklus kedua dimulai pada Jum’at,
22 Februari 2008. Pokok bahasan yang disajikan adalah diskon, netto,
bunga bank dan pajak.
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan perencanaan dimulai dengan membuat rencana pembelajaran
untuk tiap pertemuan, menyiapkan soal tes siklus kedua, soal tes akhir
pembelajaran dan lembar observasi. Materi yang akan dibahas pada siklus
kedua ini mengenai diskon, netto, bunga bank dan pajak.
Pada siklus ini tiap kelompok diberikan satu masalah untuk mereka
sosidramakan. Peneliti ingin mengetahui apakah motivasi siswa dapat
lebih meningkat dari siklus I dengan pemberian materi pada setiap
kelompok untuk disosiodramakan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran matematika pada siklus kedua, guru mengawali
dengan mengabsen. Siswa yang tidak hadir satu orang tanpa keterangan.
Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama siklus kedua adalah
diskon, netto, bruto, tara.
Pembelajaran dimulai dengan terlebih dahulu membagi kelompok ke
dalam 4 kelompok. Kelompok ditentukan menurut barisan masing-masing
yang terdiri dari 4 baris. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan
disosiodramakan. Kelompok satu diminta untuk menentukan siapa yang
akan melakukan peranannya di depan kelas. Kali ini guru tidak memotong
sosiodrama karena dianggap sudah bagus.
Pada saat sosiodrama sedang berlangsung, antara actor dengan actor
yang lain melakukan kerjasama yang baik. Audiens juga turut serta dalam
memecahkan masalah yang dibahas kejadian tersebut dapat terlihat dari
penuturan siswa berikut ini:
Siswa A4 yang sedang melakukan peran bertanya pada audiens, A4:
“Penonton, kalau harganya Rp70.000,00 dapat diskon 50%, jadi berapa?”
C3 sebagai audiens langsung menjawab, “Rp35.000,00.”
Guru dan para audiens memberikan tepuk tangan setelah sosiodrama
selesai. Aktivitas siswa dalam memperhatikan guru dalam menjelaskan
dan memperhatikan temannya yang sedang bersosiodrama sangat bagus.
Aktivitas mencatat dilakukan semua siswa ketika sosiodrama sedang
berlangsung.
Setelah sosiodrama selesai, guru dan siswa sama-sama berdiskusi
tentang materi yang disosiodramakan, dan perwakilan dari kelompok satu
diminta untuk maju kedepan untuk menyampaikan kesimpulan tentang
materi yang telah disosiodramakan.
Gambar 3. Aktivitas siswa ketika berdiskusi menentukan peran
Guru kembali menjelaskan materi kedua. Kali ini kelompok tiga
mempersiapkan siswa yang akan maju. Ada 4 orang siswa yang maju pada
materi netto yang disosiodramakan. Para actor kali ini berperan dengan
menggunakan bahasa betawi. Para audiens menyaksikan peran actor
sambil tersenyum dan ada yang mengantuk. Audiens juga sangat
interaktif. Antara actor dapat bekerjasama dalam melakukan sosiodrama.
Gambar 4. Aktivitas siswa melakukan sosiodrama
Ketika sosiodrama selesai, guru kembali mendiskusikannya dengan
siswa, dan perwakilan dari kelompok tiga maju kedepan untuk
mempresentasikan kesimpulan tentang materi yang disosiodramakan.
Setelah selesai, peneliti membagikan kuisioner motivasi untuk di isi
langsung oleh siswa.
Kamis, 28 Februari 2008 pelaksanaan belajar mengajar untuk kedua
kalinya pada siklus kedua dilakukan. Pada pertemuan kali ini 1 orang
tidak masuk dan tanpa keterangan. Pembelajaran dimulai langsung oleh
guru dengan menceritakan materi yang harus disosiodramakan. Materi
yang dibahas adalah bunga bank dan pajak. Kali ini 2 kelompok maju
secara bersamaan pada satu materi. Mereka terlihat bergitu antusias,
sehingga suasana kelas menjadi berisik dan tak terkendali. Guru langsung
mengambil alih kelas agar siswa yang telah ditunjuk kelompoknya untuk
berperan, segera melakukan sosiodrama.
Ketika sosiodrama sedang berlangsung, guru 2 kali memberhentikan
jalannya sosiodrama, pertama karena suara mereka sangat kecil sehingga
tidak dapat didengar dan kedua karena ada beberapa actor yang masih
sangat gugup dalam berperan di depan kelas.
Gambar 5. Aktivitas siswa memperhatikan teman yang bersosiodrama
Dalam melakukan peran kali ini, tidak semua aktor maju secara
bersamaan. Mereka telah mengaturnya dengan sebaik mungkin sesuai
dengan peran masing. Aktor yang maju dari kedua kelompok ada delapan
orang. Aktor dan audiens juga sama-sama bekerjasama dalam
memecahkan permasalahan yang dibahas, hal ini terlihat dari dialog
berikut ini:
F1 : “Bapak udah nabung selama 1 tahun. Uang bapak sebelumnya
Rp1.000.000,00, di tambah bunga 12% setahun. Jadi uang bapak ……..
(bertanya kepada audiens). “Penonton, uang satu juta, di tambah bunga
12% jadi berapa?”
Siswa langsung menghitung, beberapa menit kemudian ada yang
menjawab, A4 : “Uangnya jadi Rp1.120.000,00”
Audien beserta guru memberikan tepuk tangan kepada para actor
yang telah berperan. Sosiodrama terakhir selesai dilaksanakan, guru
langsung menjelaskan contoh soal yang akan dibahas sama-sama dengan
siswa. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan untuk
mempresentasikan kesimpulan materi yang telah mereka perankan tadi.
Pada saat sosiodrama sedang berlangsung, guru dua kali memberhentikan
sosiodrama, pertama saat G5 berdialog dengan suara kecil dan kedua
ketika F1 terlihat gugup saat berdialog dengan sesama actor. Pertemuan
terakhir pembelajaran dengan metode sosiodrama, siswa sangat aktif.
Antara actor juga terlihat kerja sama yang baik dalam melakukan
perannya. Siswa yang ketika pembelajaran tidak menggunakan sosidrama
hanya diam saja, kali ini menjadi aktif terlibat dan berperan di depan
kelas.
Setelah sosiodrama selesai, guru dan siswa sama-sama berdiskusi
tentang materi yang disosiodramakan, dan perwakilan dari kelompok dua
dan perwakilan dari kelompok empat diminta untuk maju kedepan untuk
menyampaikan kesimpulan tentang materi yang telah disosiodramakan
yaitu tentang materi bunga bank dan pajak. Guru menutup dengan dengan
menyampaikan bahwa hari ini merupakan hari terakhir pembelajaran
menggunakan metode sosiodrama. Kemudian observer untuk terakhir
kalinya membagikan kuisioner motivasi dan langsung di isi oleh siswa.
Pertemuan ketiga Jum’at, 29 Februari 2008 merupakan pelaksanaan
tes siklus kedua. Guru membagikan soal tes kepada seluruh siswa kelas
VII.5 sebanyak lima soal dalam bentuk essay. Soal yang dibuat
disesuaikan dengan materi yang telah dibahas pada saat pelaksanaan siklus
kedua. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada peningkatan
hasil belajar antara siklus pertama dengan siklus kedua.
Setelah siklus kedua selesai dilaksanakan, peneliti beserta guru
melakukan refleksi. Berdasarkan hasil observasi pada siklus kedua
diperoleh hasil bahwa bertambahnya keinginan siswa untuk ikut aktif
dalam menyelesaikan masalah yang disajikan dengan sosiodrama
menandakan antusias siswa dalam melaksanakan sosiodrama begitu
tinggi. Pelaksanaan sosiodrama dengan pembentukan kelompok,
memberikan kesempatan bagi siswa yang belum pernah maju untuk
berperan di depan kelas. Pelaksanaan sosiodrama memang membuat
suasana kelas menjadi berisik dan banyak siswa yang jalan-jalan tidak
duduk di tempatnya masing-masing. Sehingga kadang-kadang susah untuk
membuat suasana kelas menjadi kondusif kembali.
Beragamnya kemampuan siswa dalam melakukan sosiodrama
menghasilkan dialog yang beraneka ragam dan kadang tidak ada
keseragaman bicara antara satu actor dengan actor yang lain. Penjelasan
materi dengan diskusi dan kemudian di presentasikan, lebih membuat
siswa mengerti tentang materi yang disosiodramakan.
Secara umum dapat dikatakan penerapan metode sosiodrama untuk
meningkatkan motivasi belajar matematika siswa khususnya pada subjek
penelitian sudah tercapai dan tidak dilanjutan ketahap selanjutnya.
3. Hasil Pelaksanaan Penelitian
Dilihat dari indikator yang ada dibab II, maka dapat di deskripsikan
pencapaian motivasi dari setiap siklus yaitu sebagai berikut:
a. Tekun Menghadapi Tugas
Pada awal pelaksanaan siklus pertama, siswa masih banyak yang tidak
memperhatikan gururnya. Kamis 14 Februari 2008, suasana kelas sangat
ribut. Karena baru mencoba metode ini, siswa sangat kesulitan dalam
menyampaikan materi yang dibahas, sehingga guru harus berulang-
ulang kali memberitahu tentang bagaimana proses sosiodrama yang
seharusnya terlaksanakan.
Aktivitas siswa ketika guru menjelaskan sosiodrama mereka
mendengarkan dengan seksama. Ketika guru menunjuk siswa yang
harus maju, mereka keberatan dengan alasan takut, belum bisa, siswa
terlihat sangat tegang, siswa A7: ”Gak bisa pak, malu”. Hal ini wajar
terjadi mengingat metode sosiodrama belum pernah diterapkan dalam
pembelajaran matematika. Siswa berulang-ulang kali bertanya dialog
seperti apa yang harus mereka bicarakan, A4:” Pak, gimana sih
mulainya, trus ngomongnya gimana?”. Guru kembali memberikan
motivasi bahwa mereka bisa berdialog dengan bahasa yang ingin mereka
ucapkan sehari-hari. Mereka memberikan alasan takut, malu dan tidak
bisa. Hal ini menunjukkan siswa belum tekun dalam menghadapi tugas
yang diberikan guru.
Pada pelaksanaan sosiodrama disiklus kedua, baru terlihat siswa begitu
antusias saat diberi tugas untuk melakukan sosiodrama. Siswa secara
berkelompok menyelesaikan tugas yang diberi guru dengan sangat
tekun.
b. Ulet Menghadapi Kesulitan
Pelaksanaan sosiodrama dimulai dengan diceritakannya masalah yang
akan disosiodramakan. Pada siklus pertama ada 3 orang siswa yang
bersedia melakukan sosiodrama di depan kelas. Hal ini menunjukkan
keuletan untuk menghadapi masalah yang belum pernah dilakukannya
sebelumnya. Pada siklus kedua siswa yang belum pernah maju
sebelumnya juga ikut melakukan sosiodrama, mereka mulai
menunjukkan untuk bisa menyelesaikan masalah sosiodrama.
c. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah
Pertemuan pertama siklus pertama, hanya 3 orang siswa yang
menunjukkan minatnya terhadap sosiodrama. Pertemuan kedua, Jum’at
15 Februari 2008, ketika guru dan peneliti masuk dalam kelas, suasana
kelas sangat tenang. Guru memulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan menceritakan tentang materi yang akan
disosiodramakan. Semua siswa memperhatikan guru dalam menjelaskan
sosiodrama. Kali ini siswa ada yang ditunjuk dan ada yang dengan
sukarela mengajukan dirinya untuk melakukan sosiodrama, terlihat
banyak siswa yang juga ingin melakukan sosiodrama. Pertemuan kali ini
lima orang siswa maju untuk melakukan sosiodrama. Para siswa yang
siap untuk bersosiodrama, mulai berisik memikirkan jalan cerita dan
dialog yang akan mereka sajikan.
Pada awal-awal mereka juga takut untuk memulai sosiodrama,
kemudian terlihat lebih bersemangat dalam berperan di depan kelas.
Para audiens juga mulai aktif menanggapi persoalan yang sedang
dibahas oleh para actor.
Berbeda dengan siklus I, pembelajaran pada siklus kedua, siswa sudah
mulai aktif. Siswa kelihatan sangat antusias dalam memulai
pembelajaran. Hal ini juga membuat guru sangat rileks dalam
menyampaikan permasalahan yang akan disosiodramakan. Suasana
kelas tidak ribut saat pembagian kelompok karena pembagian kelompok
ditentukan perbaris. Kelompok yang mendapat tugas untuk melakukan
sosiodrama tidak ada yang mengungkapkan keluhannya bahwa mereka
takut dan malu dalam bersosiodrama, siswa terlihat antusias dalam
berdiskusi dengan teman kelompoknya. Siswa mulai menunjukkan
minatnya terhadap permasalahan yang diceritakan oleh guru untuk
disosiodramakan.
d. Lebih Senang Bekerja Mandiri
Pada pembelajaran dengan sosiodrama, siswa bekerja sama dalam
melakukan peran di depan kelas. Pada siklus kedua, pembelajaran dibagi
perkelompok. Setiap kelompok yang telah diberikan permasalahan oleh
guru bekerja sama dengan baik untuk tampil melakukan sosiodrama. Hal
ini menunjukkan mereka bekerja mandiri untuk bisa menyelesaikan
masalah dan melakukan sosiodrama.
e. Cepat Bosan Pada Tugas-tugas rutin
Siswa yang memiliki nilai rata-rata yang tinggi terlihat cepat bosan pada
tugas-tugas rutin. Yang mungkin juga terjadi pada siswa lain. Pada
observasi pendahuluan sebelum diterapkan sosiodrama, guru selalu
mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Saat sosiodrama
diterapkan pada beberapa pertemuan, semangat siswa dalam belajar
terlihat semakin meningkat. Hal ini menunjukkan siswa yang memiliki
motivasi dalam belajar cepat bosan pada tugas-tugas rutin. Karena
membuat mereka menjadi tidak kreatif dalam menyelesaikan masalah
matematika.
f. Dapat Mempertahankan Pendapatnya
Siswa yang melakukan sosiodrama ke depan kelas mempunyai
kreativitas masing-masaing dalam mengungkapkan masalah yang
dibahas dalam bentuk sosiodrama. Saat guru bertanya pada siswa
bagaimana pelaksanaan sosiodrama, masing – masing siswa mempunyai
pendapat yang berbeda-beda.
g. Tidak Mudah Melepaskan Hal yang Diyakini
Pada setiap akhir pertemuan siklus kedua, masing-masing kelompok
mengutus perwakilan kelompoknya untuk mempresentasikan
kesimpulan dari materi yang disosiodramakan. Setiap kelompok
mempunyai kesimulan sendiri-sendiri dan mereka merasa yakin apa
yang mereka presentasikan.
h. Senang Mencari dan Memecahkan Masalah Soal-soal
Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang
untuk menyelesaikan, akan tetapi tidak tau secara langsung apa yang
harus dikerjakan untuk menyelasaikan masalah tersebut. Jika suatu
masalah diberikan kepada seorang anak tersebut dan anak tersebut
Lngsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
Pada siklus pertama sudah terlihat siswa yang suka memecahkan
masalah sosiodrama tapi hanya beberapa orang saja. Pada pembelajaran
siklus kedua siswa sudah banyak yang antusias dalam memecahkan
masalah yang harus disosiodramakan. Aktor dan audiens juga sama-
sama bekerjasama dalam memecahkan permasalahan yang dibahas, hal
ini terlihat dari dialog berikut ini: F1 : “Bapak udah nabung selama 1
tahun. Uang bapak sebelumnya Rp1.000.000,00, di tambah bunga 12%
setahun. Jadi uang bapak …….. (bertanya kepada audiens). “Penonton,
uang satu juta, di tambah bunga 12% jadi berapa?”
Siswa langsung menghitung, beberapa menit kemudian ada yang
menjawab, A4 : “Uangnya jadi Rp1.120.000,00”
Berdasarkan hasil observasi pada siklus kedua diperoleh hasil bahwa
bertambahnya keinginan siswa untuk ikut aktif dalam menyelesaikan
masalah yang disajikan dengan sosiodrama menandakan antusias siswa
dalam melaksanakan sosiodrama begitu tinggi. Pelaksanaan sosiodrama
dengan pembentukan kelompok, memberikan kesempatan bagi siswa
yang belum pernah maju untuk berperan di depan kelas
Pertemuan ketiga, Jum’at, 29 Februari 2008, merupakan pelaksanaan tes
siklus kedua. Siswa mengerjakan tes dengan seksama dan suasana kelas
ketika tes berlangsung sangat kondusif. Pada akhir pertemuan, A4
bertanya “Pak, minggu depan kita belajar kayak gini lagi nggak?”, Guru:
“Minggu depan kita belajar seperti biasa.”, E2 “Yah pak, kayak gini lagi
dong. Semangat nih.”. Guru hanya tersenyum, hal ini menandakan siswa
sangat antusias belajar dengan menggunakan metode sosiodrama.
B. Analisis Data Hasil Penelitian
Bagian ini menjelaskan analisis data hasil penelitian yang meliputi. Perolehan
Skor Motivasi Belajar, dan hasil belajar siswa.
1. Perolehan Skor Motivasi Belajar
Dalam perolehan skor, dikategorikan menjadi tiga, yaitu siswa yang mendapat
skor tinggi, skor sedang, dan skor rendah.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh skor antara 1
dan 6 disebut skor rendah, siswa yang memperoleh skor antara 6 dan 12
disebut skor sedang dan siswa yang memperoleh skor antara 12 dan 17
disebut skor tinggi.
1 6 12 17
Rendah Sedang Tinggi
a. Perolehan Skor Siklus Pertama
Tabel 2: Perolehan skor motivasi siswa siklus kedua
Kategori Jumlah Siswa yang
memperoleh skor
Skor Tinggi 27
Skor Sedang 14
Skor Rendah 5
Jumlah 46
Berdasarkan tabel di atas perolehan skor selama dua kali pertemuan
pada siklus I terlihat cukup baik, karena siswa yang mendapat motivasi rendah
ada 5 orang. Yang memperoleh skor motivasi sedang sebanyak 14 orang dan
yang mendapatkan skor tinggi ada 27 orang. Perolehan skor motivasi ini
menunjukkan motivasi siswa pada siklus satu masih perlu ditingkatkan lagi.
b. Perolehan Skor Siklus kedua
Tabel 3. Perolehan total skor motivasi siswa pada kegiatan siklus kedua
Kategori Jumlah Siswa yang
memperoleh skor
Skor Tinggi 29
Skor Sedang 15
Skor Rendah 2
Jumlah 46
Berdasarkan tabel di atas perolehan skor motivasi tertinggi meningkat
pada siklus kedua, dan perolehan skor terendah yaitu 2 orang. Perolehan skor
sedang berjumlah 15 orang dan perolehan skor tinggi meningkat menjadi 29
orang.
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada siklus pertama digambara sebagai berikut.
a. Hasil Belajar Siklus I
Hasil belajar siswa selama siklus I diperoleh seperti tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Belajar Siklus I
Interval Nilai Frekuensi Persentase
40 – 48 6 13,64
49 – 57 -
58 – 66 21 47,73
67 – 75 9 20,45
76 – 84 6 13,63
85 – 93 -
94 – 102 2 4,55
Jumlah 45 100 Keterangan: Rata-rata : 62,63
Nilai Tertinggi : 100
Nilai Terendah : 40
Siswa yang hadir : 44 orang
Siswa tidak hadir : 2 orang
Jumlah siswa : 46 orang
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang mendapatkan nilai sesuai dengan
SKBHM meningkat. Pada tes pendahuluan ada 25 siswa yang mendapatkan
nilai sesuai standar SKBHM, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 38
orang. Dengan perincian siswa yang mendapat nilai 58 – 66 sebanyak 21
orang (47,73%), siswa yang mendapat nilai 67 – 75 sebanyak 9 orang
(20,45%), siswa yang mendapat nilai 76 – 84 sebanyak 6 orang (13,63%) dan
siswa yang mendapat nilai 94 – 100 sebanyak 2 orang (4,55%). Ini
menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan penelitian
pendahuluan.
b. Hasil Belajar Siklus Kedua
Hasil belajar siswa pada siklus kedua ini diperoleh dari tes siklus pada
pertemuan keenam. Hasil tes tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Hasil belajar siswa pada siklus kedua
Interval Nilai Frekuensi Persentase
60 – 65 11 25
66 – 71 8 18,18
72 – 77 - -
78 – 83 13 29,55
84 – 89 - -
90 – 95 5 11,36
96 – 101 7 15,91
Jumlah 44 100 Keterangan: Rata-rata : 77,77
Nilai Tertinggi : 100 Nilai Terendah : 60
Siswa yang hadir : 44 orang
Siswa tidak hadir : 2 orang
Jumlah siswa : 46 orang
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan informasi bahwa nilai rata-rata kelas
pada siklus kedua mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan rata-rata
kelas pada siklus I. Rata-rata perolehan nilai pada siklus kedua adalah 77,77
sedangkan nilai rata-rata pada siklus I adalah 62,63. pada siklus kedua seluruh
siswa mendapatkan nilai yang sesuai dengan SKBHM. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan yang cukup berarti karena siswa mendapatlan nilai yang
memenuhi standar ketuntasan belajar dan bisa dikatakan tuntas dalam belajar.
11 orang (25%) siswa berada dalam interval nilai 60 – 65, siswa yang
mendapat nilai 66 – 71 sebanyak 8 orang (18,18%), siswa yang mendapat
nilai 78 – 83 sebanyak 13 orang (29,55%), siswa yang mendapat nilai 90 – 95
sebanyak 5 oarang (11,36%), dan siswa yang mendapat nilai 96 – 101
sebanyak 7 orang (15,91%). Pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai
sesuai dengan SKBHM sebanyak 38 orang. Ini menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar pada siklus kedua dibandingkan dengan siklus I.
Oleh karena itu penelitian ini cukup sampai pada siklus kedua dan tidak
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
C. Hasil Wawancara Siswa
� Wawancara Siklus Pertama
Pada tanggal 26 Februari 2008, peneliti mewawancarai 3 orang siswa yang
merupakan perwakilan dari kelas penelitian. Berikut ini beberapa pertanyaan
dan jawabannya yang peneliti ajukan kepada 3 orang siswa:
Pertanyaan yang diajukan:
a) Jelaskan pendapatmu tentang penggunaan metode sosiodrama dalam
belajar!
b) Dengan menggunakan metode ini apakah pelajaran matematika menjadi
lebih menyenangkan?
c) Apakah guru lainnya pernah menggunakan metode seperti ini
sebelumnya?
d) Apakah kamu merasa tertantang untuk maju kedepan memerankan yang
diceritakan guru?
e) Apakah dengan penggunaan metode ini membuat kamu brsemangat dalam
belajar matematika? Jelaskan!
f) Bagaimana menurutmu, apakah teman-teman kamu juga dapat menerima
metode belajar seperti ini? Jelaskan!
• Siswa pertama adalah siswa yang memiliki rata-rata kelas tertinggi dan
memiliki skor motivasi yang tinggi
Mengaku senang belajar dengan menggunakan metode sosiodrama karena jadi
menambah wawasan. Belajar matematika menjadi lebih menyenangkan
dengan sosiodrama. Guru lain belum pernah menggunakan metode
sosiodrama. Merasa tertantang untuk maju berperan kedepan. Dengan
sosiodrama belajar lebih bersemangat karena belajar tidak jenuh. Teman-
teman juga senang dengan metode seperti ini
• Siswa kedua adalah siswa yang memiliki skor motivasi sedang
Mengaku suka belajar dengan sosiodrama karena tidak bosan. Belajar
matematika jadi lebih menyenangkan. Belum ada guru yang mengajar seperti
ini. merasa tertantang ingin maju. Belajar lebih bersemangat karena
menyenangkan. Teman-teman senang dengan metode ini
• Siswa ketiga adalah siswa yang memiliki skor terendah
Mengaku suka belajar dengan sosiodrama karena sambil bermain. Belajar jadi
menyenangkan. Tidak ada guru yang mengajar seperti ini. Tidak ingin maju.
Belajar lebih menyenangkan karena tidak cepat jenuh. teman-teman ada yang
tidak suka dengan metode ini
Dari hasil wawancara di atas, terlihat secara keseluruhan bahwa semangat
siswa terhadap pelajaran matematika dengan menggunakan metode
sosiodrama cukup baik. Mereka mempunyai semangat untuk tetap
meningkatkan prestasinya.
� Wawancara Siklus Kedua
Pada tanggal 3 Maret 2008, peneliti kembali melakukan wawancara
terhadap 3 orang siswa. Berikut ini hasil wawancara dengan 3 orang
siswa:
Pertanyaan yang diajukan:
1. Bagaimana menurutmu pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok?
2. Apakah kamu melakukan kerjasama yang baik dengan anggota
kelompokmu?
3. Apakah dengan berkelompok masalah matematika lebih mudah
diselesaikan?
4. Apakah pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok membuat kamu
lebih bersemangat?
5. Apakah seluruh anggota kelompokmu ikut memecahkan masalah yang
disosiodramakan?
• Siswa pertama adalah siswa yang memiliki skor motivasi tinggi
Siswa pertama mengaku sosiodrama dengan berkelompok lebih asyik karena
banyak teman. Saya bekerja sama dengan baik sesama anggota kelompok.
Lebih mudah diselesaikan dengan berkelompok. Lebih bersemangat dengan
berkelompok. Mereka ikut memecahkan masalah dalam sosiodrama
• Siswa kedua adalah siswa yang memiliki skor sedang.
Siswa kedua mengaku berkelompok lebih menyenangkan karena rame.
Saya bekerja sama dengan teman kelompok. Berkelompok lebih mudah dicari
penyelesaiannya. Mengaku lebih bersemangat dengan berkelompok. Teman-
teman ada yang ikut memecahkan masalah ada yang diam saja
• Siswa ketiga adalah siswa dengan skor sedang
Mengaku berkelompok lebih menyenangkan. Saya malas memecahkan
masalah. Dengan kelompok banyak teman lain yang mengerjakan. Mengaku
lebih bersemangat dengan sosiodrama. Teman-teman ikut memecahkan
masalah dan ada yang main-main.
Dari wawancara diatas, terlihat secara keseluruhan motivasi siswa
terhadap pelajaran matematika cukup baik. Mereka mempunyai semangat
untuk menyelesaikan permasalahan matematika.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini, digambarkan pembahasan hasil penelitian yang meliputi
perolehan skor motivasi, hasil belajar siswa, aktifitas siswa, pendapat siswa
terhadap pembelajaran menggunakan metode sosiodrama.
1). Perolehan skor motivasi meningkat
Dilihat perolehan skor motivasi bahwa terjadinya peningkatan dari
setiap siklus.
Tabel : Perolehan skor pada setiap siklus
Jumlah siswa yang
memperoleh skor Katagori
Siklus I Siklus II
Skor Tinggi 27 29
Skor Sedang 14 15
Skor Rendah 5 2
Jumlah 46 46
Hal ini dapat dibuktikan juga dari meningkatnya aktivitas siswa yang
terlihat saat proses belajar mengajar berlangsung. Begitu juga dengan
semangat siswa yang juga meningkat seperti terlihat dari penuturan
berikut, A4 bertanya “Pak, minggu depan kita belajar kayak gini lagi
nggak?”, Guru: “Minggu depan kita belajar seperti biasa.”, E2 “Yah pak,
kayak gini lagi dong. Semangat nih.”. Guru hanya tersenyum dan tidak
menanggapinya.
Melakukan sosiodrama dengan berkelompok dapat meningkatkan
semangat siswa dalam melakukan sosiodrama.
2). Hasil Belajar siswa
Meningkatnya motivasi siswa juga di dukung dengan adanya
peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus Perolehan nilai tes
siklus I dan siklus kedua dapat dilihat dilampiran.
Berikut tabel dan grafik peningkatan hasil belajar dari prapenelitian
sampai siklus kedua
Tabel 9: Hasil belajar dari prapenelitian – siklus kedua
Pendahuluan Siklus Pertama Siklus Kedua
58,43 62,63 77,77
Peningkatan Hasil Belajar
58.43
63.43
68.43
73.43
Pendahuluan Siklus I Siklus II
Tahapan Pembelajaran
Ha
sil B
ela
jar
Dilihat dari grafik dan tabel di atas perolehan nilai tes siklus ini
menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada siklus pertama rata-rata
kelas perolehan nilai tes adalah 62,63 dengan jumlah siswa yang mencapai
nilai sesuai SKBHM sebanyak 38 orang. Sedangkan pada siklus kedua
rata-rata nilai tes yang diperoleh siswa adalah 77,77 dengan jumlah siswa
yang mencapai nilai sesuai dengan SKBHM sebanyak 44 orang. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa selama pembelajaran
dilakukan dengan metode sosiodrama. Peningkatan aktivitas atau motivasi
siswa dalam belajar disertai dengan peningkatan hasil belajar.
3). Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi peneliti, keaktifan siswa pada siklus I belum
terjadi peningkatan sebagaimana halnya saat penelitian pendahuluan.
Siswa hanya diam saja pada saat guru bertanya. Tidak adanya keinginan
siswa untuk maju ke depan kelas melakukan sosiodrama. Dilihat dari
lembar observasi, keaktifan siswa baru mengalami peningkatan pada
siklus kedua. Melakukan peran sesuai dengan kelompok masing-masing,
membuat beberapa siswa yang belum pernah melakukan sosiodrama, ikut
serta berperan di kelas. Pembagian kelompok dalam melakukan
sosiodrama menumbuhkan tanggung jawab antar anggota kelompok dan
dapat menumbuhkan semangat siswa dalam belajar dan dapat
menumbuhkan semangat siswa dalam belajar sehingga motivasi belajar
siswapun meningkat. Aktivias siswa dalam bertanya dan melakukan
sosiodrama meningkat pada setiap siklus. Hal ini menunjukkan motivasi
siswa meningkat ditunjukkan dengan aktivitas siswa yang juga meningkat
4). Pendapat Siswa mengenai pembelajaran dengan sosiodrama
Menganalisis data skor yang telah dibahas di atas, ada siswa yang
skornya tidak meningkat dari siklus I sampai siklus kedua. Setelah
dilakukan wawancara, ternyata siswa tersebut tidak suka pembelajaran
dengan menggunakan sosiodrama. Pada siswa yang memperoleh skor
tinggi, mereka sangat senang dengan metode sosiodrama karena tidak
terlalu jenuh, dan mereka jadi lebih memahami pelajaran dengan metode
ini. Siswa yang memperoleh skor terendah menyatakan bahwa metode
sosiodrama biasa-biasa saja, hanya saja dengan metode ini bisa membuat
mereka lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran di sekolah karena
tidak membosankan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menggambarkan kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan hasil penelitian dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari semakin tingginya peran serta
siswa dalam pembelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran semakin
meningkat.
2. Interaksi antara siswa meningkat, hal ini ditunjukkan dengan adanya
keaktifan siswa dalam merespon pembelajaran yang dilakukan. Di
samping itu adanya kerjasama antara pelaku dengan audiens dalam
memecahkan permasalahan yang sedang dibahas. Tambahan lagi,
pembelajaran dengan metode sosiodrama dapat menumbuhkan sikap
bersosiolisasi dan membuat siswa lebih aktif untuk terlibat langsung dalam
kegiatan pembelajaran serta siswa merasa senang, dan tidak jenuh. Siswa
tidak takut dan malu untuk aktif dalam setiap pembelajaran.
3. Penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran dapat meningkatkan
keaktifan, komunikasi, rasa tanggung jawab dan semangat antara siswa
dalam belajar matematika.
4. Hasil belajar siswa juga meningkat dibuktikan dengan adanya peningkatan
nilai tes unit pada siklus pertama dan kedua. Nilai rata-rata siswa pada tiap
siklus meniak dan berhasil mencapai nilai sesuai standar ketuntasan belajar
hasil minimum (SKBHM) yang ditetapkan sekolah di mana penelitian
dilakukan yaitu nilai rata-rata siswa pada siklus pertama sebesar 62,63
naik menjadi 77,77 pada siklus kedua.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberi saran sebaiknya guru
memberikan variasi mengajar dengan berbagai metode pembelajaran di
antaranya adalah penggunaan sosiodrama yang terbukti efektif dalam
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran terutama bagi mata pelajaran
matematika yang dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit.
2. Bagi kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan terkait, agar dapat
memberikan dorongan dan pelatihan kepada guru dalam pengembangan
penggunaan metode sosiodrama pada mata pelajaran matematika.
3. Hasil penelitian ini sebaiknya dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut
dalam meneliti penggunaan sosiodrama pada mata pelajaran matematika
dan juga mata pelajaran lain sebagai pengembangan teori lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II 2006
Arikunto,Suharsimi, Dasar-DasarEvaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2001
Asnawir, M. Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, Cet. Ke 2, 2002.
E. T. Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Guru dan
SPG, Bandung: Tarsito, Cet. I, 1980.
Hamalik, Oemar, Proses Balajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 2003.
Ismail, dkk., Kapita Selecta Pembelajaran Matematika, Jakarta: Unuversitas
Terbuka, Cet. I, 1998.
K. Davies, Ivor, Pengelolaan Belajar, Jakarta: CV. Rajawali Pers, Cet. II, 1991.
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, Cet. 7, 2002.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2002.
Rasyad, Aminuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Uhamka Press, Cet III, 2003
R. Ibrahim, Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, Cet
ke 3, 2003.
Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka cipta, 1995.
Rochiati Wiriaatmaja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung:
Remaja Rosdakarya, Cet.II, 2006.
Sabri, Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, Cet. I, 1993.
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 2000.
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2006.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, Cet. Ke 3, 2005.
Setyobroto, Sudibyo, Psikologi Sosial Pendidikan, Percetakan Solo, 2003.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan,
Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III, 1990.
Suciati, dkk., Belajar dan Pembelajaran 2, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, Cet. III, 2002.
Suherman, Eman, dkk, Strategi Pembelajaran Metematika Kontemporer,
Bandung: UPI, 2002.
Surya Brata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Rajawali, Cet. IV,
1989.
Surakhmad, Winarno, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, Bandung: Tarsito,
edisi ke 5, 1986.
Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 2006.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, edisi revisi, 2002.
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, Surabaya: Karya Abditama, Cet. I, 1994.
Telesco, Sosiodrama, dalam [email protected], 23 Februari 2008
Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas, Depdikbud Direktorat
Jendral Pendidikan dan Kebudayaan: 1999.
UU SISDIKNAS RI No. 20 Th. 2003 Bab II Pasal 3, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Wiryawan, Sri anitah, Noorhadi Th, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Universitas Terbuka,1999.
Lampiran 1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP SIKLUS I)
Sekolah : SMP Islamiyah Ciputat
Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VII / 1
Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 pertemuan )
Standar Kompetensi :
Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar :
Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika social
yang sederhana
Indikator:
a. Menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit dan nilai sebagian
b. Menentukan besar dan presentase laba, rugi, harga jual, harga beli, rabat,
bunga tunggal dalam kegiatan ekonomi.
A.Tujuan Pembelajaran : a. Siswa dapat menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit dan nilai
sebagian b. Siswa dapat menentukan besar dan presentase laba, rugi, harga jual, harga
beli, rabat, bunga tunggal dalam kegiatan ekonomi.
B. Materi ajar. a. Aritmatika sosial
C. Metode pembelajaran.
a. Sosiodrama
D. Langkah-langkah kegiatan.
Pertemuan Pertama
Pendahuluan (10 menit)
� Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Siswa diminta menyebutkan mata pencaharian orang tuanya.
Siswa diminta menyebutkan unsur-unsur dalam perdagangan (
uang, barang, harga jual, harga beli, untung, rugi, pedagang,
pembeli, bruto, netto, tara, komisi/persenan, diskon rabat, cash,
kredit, lusin, kodi, dll) � Motivasi : Pentingnya materi ini untuk memahami materi selanjutnya dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan inti � Siswa mensosiodramakan tentang perdagangan tempe
� Guru menceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita tersebut
� Guru menunjuk siswa A berperan sebagai pembuat tempe .B berperan sebagai anak pembuat tempe yang bertugas mengantar tempe yang sudah
jadi kepada pedagang. C,D, E, Segagai pedagang tempe. Siswa yang lain sebagai pembeli.
� Sebagai tempe, setiap anak diminta mengumpulkan kertas masing-masing
satu lembar, siswa A membuat bungkusan menyerupai tempe (dapat
dibantu siswa lain)
� Guru menjelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada
waktu sosiodrama sedang berlangsung.
� Sosiodrama dapat dimulai jika tempe sudah siap. Pembuat tempe diminta
menentukan sendiri harga tiap tempe.
� Siswa B mengantar tempe ke pedagang C, D, dan E dengan harga yang
sudah ditentukan.
� Pedagang C, D dan E diminta menentukan harga sendiri dalam menjual
tempenya.(boleh pakai label)
� Siswa yang lain membeli tempe dari pedagang C, D, atau E. sosiodrama
selesai setelah tempe habis (dapat juga dibatasi waktu). � Guru dapat memotong sosiodrama pada waktu situasi kelas kurang
kondusif. Lalu memberi pengarahan agar sosiodrama berjalan lebih efektif.
� Dari kejadian tadi guru menjelaskan kembali, mana harga beli, mana harga jual dipandang dari pedagang. Untung atau rugikah pedagang-pedagang
itu, dalam keadaan bagaimana pedagang dikatakan untung dan bagaimana pula bila rugi.
Penutup
� Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman.
Pertemuan kedua.
� Apersepsi : Mengingat kembali tentang kegiatan ekonomi sehari-hari.
� Motivasi : Pentingnya materi ini untuk memahami materi selanjutnya dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti
� Guru menceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam
konteks cerita tersebut. Ada siswa yang berperan sebagai penjual pulpen yang mengharapkan keuntungan sebesar 10%. Dan siswa yang lain
sebagai pembeli.
� Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin mengajukan diri
untuk melakukan sisodrama.
� Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang telah menunjuk dirinya
melakukan sosiodrama, untuk memikirkan jalan cerita yang akan mereka sosiodramakan.
� Guru menjelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama sedang berlangsung.
� Guru dapat memotong sosiodrama pada waktu situasi kelas kurang kondusif. Lalu memberi pengarahan agar sosiodrama berjalan lebih
efektif. � Dari kejadian tadi guru menjelaskan kembali mana persentase untung dan
yang disebat seperti apakah persentase rugi, dan sama-sama siswa menarik
kesimpulan.
Penutup
� Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman.
Pertemuan ketiga � Apersepsi : Mengingat kembali tentang kegiatan ekonomi sehari-hari.
� Motivasi : Pentingnya materi ini untuk memahami materi selanjutnya dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan inti.
� Memberikan soal tes
Penutup � Siswa mengumpulkan soal
E. Alat dan sumber belajar. Alat : -
Sumber bahan ajar : Wono Setya Budi, Matematika untuk SMP kelas
VII semester 1, 1A, Erlangga: kurikulum 2004
Berbasis Kompetensi.
LKS Cakrawala untuk SMP kelas VII semester I
F. Penilaian.
Teknik penilaian : test. Bentuk Instrumen : Pertanyaan lisan dan tertulis
Instrumen. 1. Seorang pedagang membeli sebuah radio dengan harga Rp165.000,00,
kemudian radio itu dijual dengan harga RP190.000,00. Tentukan untung atau ruginya pedagang itu?
2. Seorang pedagang membeli 10 ekor ayam dengan harga seluruhnya
Rp135.000,00, kemudian 3 ekor ayam dijual dengan harga Rp14.500,00
tiap ekor, dan sisanya dijual dengan harga Rp13.000,00 tiap ekor.
Tentukan untung atau ruginya pedagang itu? 3. Paman membeli sepeda motor bekas dengan harga Rp3.450.000,00.
sepeda motor itu diperbaiki dengan biaya Rp175.000,00, kemudian dijual dengan harga Rp3.600.000,00. Tentukan untung atau ruginya paman?
4. Hitunglah besar keuntungan dan presentase dari harga beli radio Rp700.000,00 dan harga jual Rp840.000,00!
5. Ayah membeli sebuah rumah dengan harga Rp40.000.000,00, karena sesuatu hal, rumah itu dijual lagi sehingga rugi 5%. Dengan harga berapa
rumah itu dijual?
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP SIKLUS II)
Sekolah : SMP Islamiyah Ciputat
Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VII / 1
Alokasi waktu : 6 x 40 menit ( 3 pertemuan )
Standar Kompetensi :
Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar :
Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika social
yang sederhana
Indikator:
a. Menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit dan nilai sebagian
b. Menentukan besar dan presentase laba, rugi, harga jual, harga beli, rabat,
bunga tunggal dalam kegiatan ekonomi.
A.Tujuan Pembelajaran : c. Siswa dapat menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit dan nilai
sebagian d. Siswa dapat menentukan besar dan presentase laba, rugi, harga jual, harga
beli, rabat, bunga tunggal dalam kegiatan ekonomi.
B. Materi ajar.
a. Aritmatika sosial
C. Metode pembelajaran.
Sosiodrama
D. Langkah-langkah kegiatan.
Pertemuan Pertama
Pendahuluan (10 menit) � Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Siswa diminta menyebutkan mata pencaharian orang tuanya. Siswa diminta menyebutkan unsur-unsur dalam perdagangan (
uang, barang, harga jual, harga beli, untung, rugi, pedagang,
pembeli, bruto, netto, tara, komisi/persenan, diskon rabat, cash,
kredit, lusin, kodi, dll)
� Motivasi : Pentingnya materi ini untuk memahami materi selanjutnya dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan inti
� Siswa mensosiodramakan tentang perdagangan baju
� Guru menceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam
konteks cerita tersebut
� Guru menunjuk siswa A berperan sebagai pegawai Ramayana .B,C berperan sebagai anak sekolah yang sedang jalan-jalan untuk membeli
jaket. D, Sebagai kasir. Siswa yang lain sebagai pendengar yang aktif. � Guru menjelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada
waktu sosiodrama sedang berlangsung. � Pegawai Ramayana menjaga dan melayani berbagai merek jaket yang akan
dibeli. � Siswa B ingin membeli jaket dan mengajak siswa C untuk menemaninya.
Jaket yang B inginkan mendapat diskon
� Guru dapat memotong sosiodrama pada waktu situasi kelas kurang
kondusif. Lalu memberi pengarahan agar sosiodrama berjalan lebih
efektif.
� Dari kejadian tadi siswa berkelompok untuk mediskusikan, apa itu diskon
dan menentukan harga setelah didiskon
� Kelompok yang sudah maju, kembali mempresentasikan kesimpulan yang
telah mereka diskusikan.
� Guru kembali menceritakan permasalahan kedua yaitu tentang bruto,
netto, tara
� Siswa mensosiodramakan tentang pembelian beras
� Guru menunjuk siswa A berperan sebagai siswa yang membeli beras.
� Siswa B, C, D berperan sebagai teman siswa A yang sedang pulang dari
rumah teman, dan bertemu dengan siswa A dijalan. Kemudian A mengajak
mereka untuk sama-sama membeli beras.
� Mereka melihat di karung ada tulisan netto, dan mereka membahasnya bersama-sama
� Guru memotong sosiodrama ketika permasalahan yang dibahas sudah mencukupi
� Dari kejadian tadi kelompok yang maju mendiskusikannya, apa itu bruto, netto, tara
� Salah satu siswa dari kelompok diminta menyampaikan hasil diskusi, siswa dari kelompok lain diminta menanggapi. Guru membimbing
seperlunya dan memberi penguatan jika sudah benar.
Penutup
� Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman.
� Siswa dan guru membuat refleksi
Pertemuan kedua.
� Apersepsi : Mengingat kembali tentang kegiatan ekonomi sehari-hari.
� Motivasi : Pentingnya materi ini untuk memahami materi selanjutnya dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan inti.
� Siswa mensosiodramakan tentang pajak dan bunga bank � Guru menceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam
konteks cerita tersebut � Guru menunjuk siswa A berperan sebagai kasir dalam pengambilan gaji,
siswa B berperan sebagai petugas bank. Siswa C, D berperan sebagai karyawan yang sedang mangambil gaji dan siswa D berniat mengambil
tabungannya yang sudah disimpan selama 1 tahun. Siswa yang lain sebagai pendengar yang aktif
� Guru menjelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada
waktu sosiodrama sedang berlangsung.
� Siswa C, D megambil gaji dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Ternyata gaji mereka di potong pajak.
� Siswa D kemudian ke bank untuk mengambil uang yang telah
disimpannya selama setahun, dan uangnya bartambah karena adanya
bunga bank.
� Guru memotong sosiodrama ketika permasalahan yang dibahas sudah
mencukupi
� Dari kejadian tadi kelompok yang maju mendiskusikannya tentang pajak
dan bunga bank
� Salah satu siswa dari kelompok diminta menyampaikan hasil diskusi,
siswa dari kelompok lain diminta menanggapi. Guru membimbing seperlunya dan memberi penguatan jika sudah benar.
Penutup
� Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman.
� Siswa dan guru membuat refleksi
Pertemuan ketiga
� Apersepsi : Mengingat kembali tentang materi yang telah disampaikan � Motivasi : Pentingnya materi ini untuk memahami materi selanjutnya dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan inti. � Memberikan soal tes
Penutup
� Siswa mengumpulkan soal
E. Alat dan sumber belajar.
Alat : -
Sumber bahan ajar : Wono Setya Budi, Matematika untuk SMP kelas
VII semester 1, 1A, Erlangga: kurikulum 2004
Berbasis Kompetensi.
LKS Cakrawala untuk SMP kelas VII semester I
F. Penilaian. Teknik penilaian : test.
Bentuk Instrumen : Pertanyaan lisan dan tertulis Instrumen.
1. Suatu toko furniture memberikan potongan 15% pada setiap orang yang membeli dengan pembayaran langsung. Jika seseorang membeli satu unit
meja makan seharga Rp1.200.000,00, tentukan harga yang harus dibayar
oleh pembeli
2. Seseorang membeli kedelai seberat 98,5 kg. jika potongan berat karung
sebesar 1,5 kg dan harga kedelai perkilo Rp3.700,00, berapa uang yang
harus dibayarkan
3. Andi menyimpan di Bank ABC sebanyak Rp1.500.000,00 dengan bunga
12%. Hitunglah jumlah uang Andi setelah menyimpan uang selama
b. 1 tahun
c. 8 bulan
4. Paman menerima gaji sebesar Rp2.000.000,00 dan harus membayar pajak
sebesar 10%. Berapa besar gaji bersih paman.
5. Harga mobil adalah 30 juta rupiah. Pembeli diberi potongan harga 3% dan
harus membayar pajak 5% dari harga setelah potongan. Berapa jumlah uang yang harus dibayar pleh pembeli
Lampiran 2.
Kisi – kisi Angket Motivasi
No Indicator Motivasi
Lampiran 3.
Angket Motivasi
Nama : ……………………
Kelas : …………
Topic :
Petunjuk Pengisian
1. Tulis nama dan kelas anda pada tempat yang telah disediakan
2. Berilah tanda cek list (√) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan anda
3. Pilih salah satu jawaban yang terdapat pada kolom:
a. Ya
b. Tidak
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya suka dengan masalah yang disosiodramakan
2. Saya bosan dengan masalah yang disosiodramakan
3. Masalah yang di sosiodramakan tidak menarik
4. Saya suka dengan peran yang teman saya perankan
5. Saya tertarik untuk berperan di depan kelas
6. Saya berperan di depan kelas berupaya untuk bisa
7. Saya secara sukarela menunjukkan diri untuk
berperan
8. Saya berperan kalau di tunjuk guru saja
9. Saya memperhatikan guru dalam menjelaskan sosiodrama
10. Saya mengantuk ketika sosiodrama sedang berlangsung
11. Saya ikut aktif dalam menanggapi persoalan yang di bahas
12. Saya mengerti setiap masalah yang di bahas dengan sosiodrama
13. Saya bertanya pada guru tentang materi yang belum
mengerti
14. Saya malas menanggapi persoalan yang dibahas
15. Saya bersemangat untuk menyelesaikan soal
matematika setelah penyampaian materi dengan
sosiodrama
16. Saya tidak dapat menyelesaikan soal matematika
yang penyampaian materinya dengan sosiodrama
17. Setiap guru mengadakan Tanya jawab saya diam saja
Lampiran 4
Perolehan Skor Motivasi Siswa
Perolehan skor No Kode Siswa
Siklus I Siklus II
1 A1 11 11
2 A2 11 11
3 A3 11 12
4 A4 17 17
5 A5 9 11
6 B1 9 11
7 B2 11 12
8 B3 16 13
9 B4 12 12
10 B5 16 16
11 C1 13 17
12 C2 11 11
13 C3 17 17
14 C4 16 16
15 C5 15 15
16 D1 10 6
17 D2 7 8
18 D3 10 10
19 D4 15 17
20 D5 13 15
21 E1 17 16
22 E2 15 16
23 E3 12 11
24 E4 15 14
25 E5 10 10
26 F1 17 17
27 F2 16 13
28 F3 12 9
29 F4 13 13
30 F5 6 7
31 G1 14 15
32 G2 13 13
33 G3 10 6
34 G4 6 6
35 G5 14 15
36 H1 11 9
37 H2 16 14
38 H3 12 10
39 H4 14 14
40 H5 6 8
41 I1 12 10
42 I2 13 13
43 I3 13 13
44 I4 6 9
45 I5 13 12
46 J1 6 6
Lampiran 5
Daftar Nilai Ulangan Harian Pada Penelitian Pendahuluan
Kode Siswa Nilai Ulangan Harian Kode Siswa Nilai Ulangan Harian
A1 40 H4 60
A2 50 H5 40
A3 50 I1 70
A4 80 I2 70
A5 40 I3 -
B1 40 I4 40
B2 50 I5 70
B3 60 J1 70
B4 50
B5 60
Nilai Rata-rata : 58,43
C1 40
C2 40
C3 80
C4 50
C5 60
D1 50
D2 50
D3 50
D4 70
D5 60
E1 50
E2 80
E3 40
E4 60
E5 60
F1 80
F2 70
F3 60
F4 50
F5 80
G1 60
G2 80
G3 60
G4 40
G5 70
H1 60
H2 60
H3 60
Lampiran 6
Perhitungan Tabel Distribusi Frekuensi Penelitian Pendahuluan
1. Menentukan Rentang
R = H – L
= nilai terbesar – nilai terkecil
= 80 – 40
= 40
2. Menentukan Banyaknya Kelas
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 46
K = 1 + 5,5
K = 6,5 → 7 (dibulatkan)
3. Menentukan Panjang Kelas Interval
67,57
40→===
K
RP (dibulatkan)
4. Perhitungan Frekuensi Absolut dan Frekuensi Relatif
a. Frekuensi absolute dihitung berdasarkan jumlah nilai yang terletak pada
kelas interval tersebut
b. Frekuensi relatif = %100.
×∑ f
AbsolutF
5. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Inteval Nilai f % if ix ii xf •
40 – 45 9 20 9 42,5 382,5
46 – 51 10 22,22 10 48,5 485
52 – 57 - - - 54,5 -
58 – 63 13 28,88 13 60,5 786,5
64 – 69 - - - 66,5 -
70 – 75 7 15,55 7 72,5 507,5
76 – 71 6 13,33 6 78,5 471
Jumlah 45 45 2632,5
6. Menentukan Mean
X = 43,5845
5,2632==
∑∑
i
ii
f
xf
Lampiran 7
Soal Tes Siklus I
Nama : ………………. Nilai :
Kelas : ……………….
Petunjuk mengerjakan soal
1. Tuliskan jawaban pada lembar jawaban yang telah disediakan
2. Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah
3. kerjakan soal secara lengkap
4. Periksa terlebih dahulu jawaban anda sebelum dikumpulkan
SELAMAT BEKERJA
1. Seorang pedagang membeli sebuah radio dengan harga Rp165.000,00,
kemudian radio itu dijual dengan harga RP190.000,00. Tentukan untung atau
ruginya pedagang itu?
2. Seorang pedagang membeli 10 ekor ayam dengan harga seluruhnya
Rp135.000,00, kemudian 3 ekor ayam dijual dengan harga Rp14.500,00 tiap
ekor, dan sisanya dijual dengan harga Rp13.000,00 tiap ekor. Tentukan untung
atau ruginya pedagang itu?
3. Paman membeli sepeda motor bekas dengan harga Rp3.450.000,00. sepeda
motor itu diperbaiki dengan biaya Rp175.000,00, kemudian dijual dengan
harga Rp3.600.000,00. Tentukan untung atau ruginya paman?
4. Hitunglah besar keuntungan dan presentase dari harga beli radio
Rp700.000,00 dan harga jual Rp840.000,00!
5. Ayah membeli sebuah rumah dengan harga Rp40.000.000,00, karena sesuatu
hal, rumah itu dijual lagi sehingga rugi 5%. Dengan harga berapa rumah itu
dijual?
Lampiran 8
Daftar Nilai Siklus I
Kode Siswa Nilai Ulangan Harian Kode Siswa Nilai Ulangan Harian
A1 40 H4 70
A2 60 H5 60
A3 60 I1 60
A4 60 I2 70
A5 40 I3 70
B1 40 I4 60
B2 60 I5 70
B3 80 J1 70
B4 60
B5 80
Nilai Rata-rata : 62,63
C1 60
C2 60
C3 100
C4 80
C5 60
D1 60
D2 60
D3 40
D4 60
D5 60
E1 80
E2 80
E3 40
E4 60
E5 40
F1 100
F2 60
F3 60
F4 70
F5 60
G1 60
G2 70
G3 70
G4 -
G5 70
H1 60
H2 80
H3 60
Lampiran 9
Perhitungan Tabel Distribusi Frekuensi Siklus I
1. Menentukan Rentang
R = H – L
= nilai terbesar – nilai terkecil
= 100 – 40
= 60
2. Menentukan Banyaknya Kelas
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 46
K = 1 + 5,5
K = 6,5 → 7 (dibulatkan)
3. Menentukan Panjang Kelas Interval
5,87
60===
K
RP → 9 (dibulatkan)
4 Perhitungan Frekuensi Absolut dan Frekuensi Relatif
a. Frekuensi absolute dihitung berdasarkan jumlah nilai yang terletak pada
kelas interval tersebut
b. Frekuensi relatif = %100.
×∑ f
AbsolutF
5. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Inteval Nilai f % if ix ii xf •
40 – 48 6 13,64 6 44 264
49 – 57 - - - 53 -
58 – 66 21 47,73 21 62 1302
67 – 75 9 20,45 9 71 639
76 – 84 6 13,64 6 80 480
85 – 93 - - - 89 -
94 – 102 2 4,55 2 98 196
Jumlah 45 45 2881
6. Menentukan Mean
X = 63,6245
2881==
∑∑
i
ii
f
xf
Lampiran 10
Soal Tes Siklus II
Nama : ………………. Nilai :
Kelas : ……………….
Petunjuk mengerjakan soal
5. Tuliskan jawaban pada lembar jawaban yang telah disediakan
6. Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah
7. kerjakan soal secara lengkap
8. Periksa terlebih dahulu jawaban anda sebelum dikumpulkan
SELAMAT BEKERJA
1. Suatu toko furniture memberikan potongan 15% pada setiap orang yang
membeli dengan pembayaran langsung. Jika seseorang membeli satu unit meja
makan seharga Rp1.200.000,00, tentukan harga yang harus dibayar oleh
pembeli
2. Seseorang membeli kedelai seberat 98,5 kg. jika potongan berat karung
sebesar 1,5 kg dan harga kedelai perkilo Rp3.700,00, berapa uang yang harus
dibayarkan
3. Andi menyimpan di Bank ABC sebanyak Rp1.500.000,00 dengan bunga 12%.
Hitunglah jumlah uang Andi setelah menyimpan uang selama
a. 1 tahun
b. 8 bulan
4. Paman menerima gaji sebesar Rp2.000.000,00 dan harus membayar pajak
sebesar 10%. Berapa besar gaji bersih paman.
5. Harga mobil adalah 30 juta rupiah. Pembeli diberi potongan harga 3% dan
harus membayar pajak 5% dari harga setelah potongan. Berapa jumlah uang
yang harus dibayar pleh pembeli
Lampiran 11
Daftar Nilai Siklus II
Kode Siswa Nilai Ulangan Harian Kode Siswa Nilai Ulangan Harian
A1 60 H4 80
A2 70 H5 60
A3 60 I1 80
A4 90 I2 80
A5 60 I3 80
B1 60 I4 60
B2 70 I5 80
B3 70 J1 -
B4 70
B5 80
Nilai Rata-rata : 77,77
C1 90
C2 90
C3 100
C4 90
C5 80
D1 60
D2 60
D3 60
D4 100
D5 90
E1 100
E2 100
E3 70
E4 80
E5 60
F1 100
F2 90
F3 70
F4 80
F5 60
G1 100
G2 80
G3 -
G4 60
G5 100
H1 70
H2 80
H3 70
Lampiran 12
Perhitungan Tabel Distribusi Frekuensi Siklus II
1. Menentukan Rentang
R = H – L
= nilai terbesar – nilai terkecil
= 100 – 60
= 40
2. Menentukan Banyaknya Kelas
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 46
K = 1 + 5,5
K = 6,5 → 7 (dibulatkan)
3. Menentukan Panjang Kelas Interval
67,57
40→===
K
RP (dibulatkan)
4 Perhitungan Frekuensi Absolut dan Frekuensi Relatif
a. Frekuensi absolute dihitung berdasarkan jumlah nilai yang terletak pada
kelas interval tersebut
b. Frekuensi relatif = %100.
×∑ f
AbsolutF
5. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Inteval Nilai f % if ix ii xf •
60 – 65 11 25 11 62,5 687,5
66 – 71 8 18,18 8 68,5 548
72 – 77 - - - 74,5 -
78 – 83 13 29,55 13 80,5 1046,5
84 – 89 - - - 86,5 -
90 – 95 5 11,36 5 92,5 462,5
96 – 101 7 15,91 7 98,5 689,5
Jumlah 44 44 3434
6. Menentukan Mean
X = 77,7744
3434==
∑∑
i
ii
f
xf
Lampiran 13
Lembar Observasi Siswa
Banyaknya siswa yang
melakukan aktivitas pada
pertemuan ke- No Aktiitas siswa
1 2
Rata-rata
persentase
1. Siswa sudah berada didalam
kelas saat guru memasuki kelas
2. Menjawab pertanyaan guru
tentang materi pelajaran
3. Memperhatikan guru
4. Bertanya pada guru tentang materi pelajaran
5. Maju kedepan melakukan sosiodrama
6. Memperhatikan teman yang
sedang melakukan sosiodrama
7. Aktif dalam menanggapi
persoalan yang dibahas
8. Mencatat masalah yang sedang
dibahas
Lampiran 14
Daftar Nilai Tes Siklus I dan II
Nilai Tes Siklus No Kode Siswa
Siklus I Siklus II
1 A1 40 60
2 A2 60 70
3 A3 60 60
4 A4 60 90
5 A5 40 60
6 B1 40 60
7 B2 60 70
8 B3 80 70
9 B4 60 70
10 B5 80 80
11 C1 60 90
12 C2 60 90
13 C3 100 100
14 C4 80 90
15 C5 60 80
16 D1 60 60
17 D2 60 60
18 D3 40 60
19 D4 60 100
20 D5 60 90
21 E1 80 100
22 E2 80 100
23 E3 40 70
24 E4 60 80
25 E5 40 60
26 F1 100 100
27 F2 60 90
28 F3 60 70
29 F4 70 80
30 F5 60 60
31 G1 60 100
32 G2 70 80
33 G3 70 -
34 G4 - 60
35 G5 70 100
36 H1 60 70
37 H2 80 80
38 H3 60 70
39 H4 70 80
40 H5 60 60
41 I1 60 80
42 I2 70 80
43 I3 70 80
44 I4 60 60
45 I5 70 80
46 J1 70 -
Nilai Rata-Rata 62,63 77,77
Lampiran 15
Format Wawancara Siklus I
Kode Siswa : A4
1. Jelaskan pendapatmu tentang penggunaan metode sosiodrama dalam
belajar!
Senang belajar dengan menggunakan metode sosiodrama karena jadi
menambah wawasan
2. Dengan menggunakan metode ini apakah pelajaran matematika menjadi
lebih menyenangkan?
Belajar matematika menjadi lebih menyenangkan dengan sosiodrama
3. Apakah guru lainnya pernah menggunakan metode seperti ini
sebelumnya?
Guru lain belum pernah menggunakan metodesosiodrama
4. Apakah kamu merasa tertantang untuk maju kedepan memerankan yang
diceritakan guru?
Merasa tertantang untuk maju berperan kedepan
5. Apakah dengan penggunaan metode ini membuat kamu brsemangat dalam
belajar matematika? Jelaskan!
Dengan sosiodrama belajar lebih bersemangat karena belajar tidak jenuh
6. Bagaimana menurutmu, apakah teman-teman kamu juga dapat menerima
metode belajar seperti ini? Jelaskan!
Teman-teman juga senang dengan metode seperti ini
Format Wawancara Siklus I
Kode Siswa : H1
1. Jelaskan pendapatmu tentang penggunaan metode sosiodrama dalam
belajar!
Suka belajar dengan sosiodrama karena tidak bosan
2. Dengan menggunakan metode ini apakah pelajaran matematika menjadi
lebih menyenangkan?
Belajar matematika jadi lebih menyenangkan
3. Apakah guru lainnya pernah menggunakan metode seperti ini
sebelumnya?
Belum ada guru yang mengajar seperti ini
4. Apakah kamu merasa tertantang untuk maju kedepan memerankan yang
diceritakan guru?
Ya, merasa tertantang ingin maju
5. Apakah dengan penggunaan metode ini membuat kamu brsemangat dalam
belajar matematika? Jelaskan!
Belajar lebih bersemangat karena menyenangkan
6. Bagaimana menurutmu, apakah teman-teman kamu juga dapat menerima
metode belajar seperti ini? Jelaskan!
Teman-teman senang dengan metode ini
Format wawancara Siklus I
Kode Siswa : I4
1. Jelaskan pendapatmu tentang penggunaan metode sosiodrama dalam
belajar!
Suka belajar dengan metode ini karena tidak bosan
2. Dengan menggunakan metode ini apakah pelajaran matematika menjadi
lebih menyenangkan?
Biasa-biasa saja
3. Apakah guru lainnya pernah menggunakan metode seperti ini
sebelumnya?
Tidak ada guru yang mengajar seperti ini
4. Apakah kamu merasa tertantang untuk maju kedepan memerankan yang
diceritakan guru?
Tidak ingin maju
5. Apakah dengan penggunaan metode ini membuat kamu bersemangat
dalam belajar matematika? Jelaskan!
Belajar lebih menyenangkan karena tidak cepat jenuh
6. Bagaimana menurutmu, apakah teman-teman kamu juga dapat menerima
metode belajar seperti ini? Jelaskan!
Tidak, teman-teman ada yang tidak suka dengan metode ini
Lampiran 16
Format Wawancara Siklus II
Kode Siswa : F1
6. Bagaimana menurutmu pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok?
Sosiodrama berkelompok lebih asyik karena banyak teman
7. Apakah kamu melakukan kerjasama yang baik dengan anggota
kelompokmu?
Saya bekerja sama dengan baik sesama anggota kelompok
8. Apakah dengan berkelompok masalah matematika lebih mudah
diselesaikan?
Lebih mudah diselesaikan dengan berkelompok
9. Apakah pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok membuat kamu
lebih bersemangat?
Iya, lebih bersemangat
10. Apakah seluruh anggota kelompokmu ikut memecahkan masalah yang
disosiodramakan?
Mereka ikut memecahkan masalah dalam sosiodrama
Format Wawancara Siklus II
Kode Siswa : D3
1. Bagaimana menurutmu pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok?
Berkelompok lebih menyenangkan karena rame
2. Apakah kamu melakukan kerjasama yang baik dengan anggota
kelompokmu?
Saya bekerja sama dengan teman kelompok
3. Apakah dengan berkelompok masalah matematika lebih mudah
diselesaikan?
Berkelompok lebih mudah dicari penyelesaiannya
4. Apakah pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok membuat kamu
lebih bersemangat?
Iya, lebih bersemangat
5. Apakah seluruh anggota kelompokmu ikut memecahkan masalah yang
disosiodramakan?
Teman-teman ada yang ikut memecahkan masalah ada yang diam saja
Format Wawancara Siklus II
Kode Siswa : D1
1. Bagaimana menurutmu pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok?
Berkelompok lebih enak
2. Apakah kamu melakukan kerjasama yang baik dengan anggota
kelompokmu?
Saya malas memecahkan masalah
3. Apakah dengan berkelompok masalah matematika lebih mudah
diselesaikan?
Dengan kelompok banyak teman lain yang mengerjakan
4. Apakah pembelajaran sosiodrama dengan berkelompok membuat kamu
lebih bersemangat?
Iya, lebih bersemangat
5. Apakah seluruh anggota kelompokmu ikut memecahkan masalah yang
disosiodramakan?
Teman-teman ada yang ikut memecahkan masalah dan ada yang main-
main