Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunaan...
Transcript of Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunaan...
5
BABBABBABBAB IIIIIIII
KAJIANKAJIANKAJIANKAJIAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA
2.1.2.1.2.1.2.1. KAJIANKAJIANKAJIANKAJIAN TEORITEORITEORITEORI
2.2.2.2.2.2.2.2. PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran koooperatifkoooperatifkoooperatifkoooperatif
Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai suatu
pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar satu sama
lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar kooperatif mempunyai pengertian
lebih luas dari hanya sekedar kerja kelompok.Di dalam belajar kooperatif setiap anggota
kelompok bertanggungiawab terhadap keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam
mencapai tujuan pembelajaran (Chairani, 2003:10).
Ibrahim, dkk(2007:7)mengemukakan:″Pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial″.
Slavin mendefinisikan belajar kooperatif (Cooperatif Learning) sebagai suatu
teknik pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang
beranggotakan 4-6 orang.Heterogenitas anggota kelompok dapat ditinjau dari jenis
kelamin, etnis, prestasi akademik maupun status sosial (Chairani, 2003:3).
MenurutIsjoni (2009:8),“Pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-
sama,saling membantu antara satu dengan yang lain dalamb elajar dan memastikan
bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan
sebelumnya.“
Selanjutnya, Isjoni (2009:9) menambahkan: “Tujuan utama dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama temantemannya dengan cara saling menghargai pendapat dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan
menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Hal ini menunjukkan pembelajaran
kooperatif dapat membangun siswa ke arah yang positif.”
Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif
adalah membangun siswa melalui kegiatan belajar dan bekerja sama dalam kerja
6
kelompok. Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase (Agus Suprijono
2009:65).
Tabel 2.1Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURUFase 1: Present goals and setMenyampaikan tujuan dan mempersiapkanpeserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran danmempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2: Present informationMenyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada pesertadidik secara verbal
Fase 3: Organize students into learningteams. Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada pesertadidik tentang cara pembentukan tim belajardan membantu kelompok melakukan transisiyang efisien
Fase 4: Assist team work and studyMembantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama pesertadidik mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the materialsMengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didikmengenai berbagai materi pembelajaranatau kelompok-kelompok mempresentasikanhasil kerjanya
Fase 6: Provide recognitionMemberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usahadan prestasi ind4idu maupun kelompok
(Sumber: Agus Suprijono 2009:65)
Dari tabel 2.1, dapat kita lihat bahwa fase-fase yang harus dilakukan guru dalam
pembelajaran kooperatif adalah mempersiapkan siswa dan menyampaikan tujuan
pembelajaran, memberikan informasi tentang materi pelajaran, membagi siswa dalam
beberapa kelompok, membimbing kelompok dalam mengerjakan tugas kelompok, menguji
kemampuan dan daya serap siswa, dan memberikan penghargaan terhadap prestasi
belajar yang telah dicapai.
Selanjutnya, ada beberapa variasi model dalam pembelajaran kooperatif yang
dapat diterapkan, antara lain: 1) Student Team Achievement D4ision (STAD), 2) Jigsaw, 3)
Team-Games-Tournaments (TGT), 4) Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange,
dan 6) Group Resume. Sedangkan model pembelajaran kooperatif yang paling banyak
dikembangkan adalah model Student Team Achievement D4ision (STAD) dan Jigsaw
(Isjoni, 2009:73-74).
7
2.2.2.2.2222....1111.... PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran KooperatifKooperatifKooperatifKooperatif TipeTipeTipeTipe STADSTADSTADSTAD
Gagasan utama Student Team Achievement D4ision (STAD) menurut Slavin
(2005:12) adalah untuk memot4asi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu
satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.Dari hal tersebut,
dapat kita ketahui bahwa dalam pembelajaran Student Team Achievement D4ision (STAD),
siswa diharapkan untuk bekerja sama agar seluruh siswa dapat menguasai materi yang
diajarkan oleh guru.
`Secara garis besar langkah-langkah dalam Student Team Achievement D4ision
(STAD) tertuang dalam 5 komponennya. Komponen-ko mponen tersebut menurut Slavin
(2005:143) yaitu:
a. Presentasi Kelas
Materi yang akan dilaksanakan dalam model pembelajaran STAD terlebih dahulu
diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas yang dilakukan oleh guru. Presentasi guru
di dalam kelas harus fokus pada materi pembelajaran agar siswatidak terlalu bingung
dalam memahami materi yang akan diterapkan dalam model pembelajaran STAD. Siswa
diupayakan memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian
akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis ind4idual yang akan menentukan skor
tim mereka.
b. Tim
Tim yang dimaksud adalah tim heterogen dimana berisi sejumlah siswa yang
berbeda-beda baik itu dari segi prestasi, jenis kelamin, agama, dan sebagainya. Dalam tim
ini, tiap siswa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas kelompok. Fungsi utama dari
tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan tugas dengan baik. Setelah guru
menyampaikan materinya tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan yang telah
dibagikan kepada tiap-tiap kelompok. Pembelajaran melibatkan pembahasan masalah
bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman jika
salah satu dari anggota tim ada yang membuat kesalahan.
c. Kuis Ind4idual
Sesuai dengan namanya, kuis yang dilaksanakan ini bersifat ind4idual. Para siswa
tidak diperbolehkan saling bantu dalam mengerjakan kuis. Kuis ind4idual diberikan setelah
8
siswa bekerja di dalam tim. Nilai yang diperoleh dari kuis digunakan untuk skor kemajuan
siswa.d. Skor Kemajuan Ind4idual Skor kemajuan ind4idual diberikan berdasarkan nilai
awal siswa. Skor ini nantinya akan dikontribusikan ke poin kelompok. Tujuan skor
kemajuan ini adalah untuk memungkinkan siswa memberikan poin maksimum untuk
kelompok mereka. Skor kemajuan ini akan dianggap adil karena yang dinilai adalah
kemajuan yang dicapai siswa mengingat kemampuan tiap siswa berbeda. Sedangkan
dalam memberikan skor kemajuan ind4idual ini Slavin (2005:159) memberikan contoh:
skor 5 bila nilai siswa turun lebih dari 10 poin dari skor awal; skor 10 bila nilai siswa turun
1-10 poin dari skor awal; skor 20 bila nilai siswa sama atau naik sampai 10 poin dari skor
awal; dan skor 30 bila nilai siswa sempurna atau naik lebih dari 10 poin dari nilai awal.
e. Rekognisi Tim
Rekognisi tim adalah bentuk penghargaan yang diberikan kepada tim-tim yang
mencapai kriteria tertentu. Penghargaan ini didasarkan pada skor yang telah diperoleh.
Slavin memberikan contoh kriteria penghargaan yaitu jika rata-rata tim 15, maka
penghargaan yang diberikan adalah Tim Baik, jika rata-rata 16 maka menjadi Tim Sangat
Baik, sedangkan jika rata-rata 17 akan mendapatkan penghargaan sebagai Tim Super.
Namun Slavin juga menambahkan “Anda boleh saja mengubah kriteria ini jika Anda mau”
(Slavin, 2005:160).Tentu saja ini menunjukkan bahwa adanya kebebasan dalam
menentukan kriteria penghargaan.Sementara itu, penghargaan yang diberikanpun juga
diberikan kebebasan sehingga bisa berupa sertifikat, kancing khusus untuk dikenakan,
ataupun bentuk penghargaan lainnya.
2.2.2.2.2.2.2.2.2.2.2.2. PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran STADSTADSTADSTAD dalamdalamdalamdalam PelajaranPelajaranPelajaranPelajaran MatematikaMatematikaMatematikaMatematika didididi SDSDSDSD
Kegiatan pembelajaran yang baik tentunya adalah pembelajaran yang pemilihan
model pembelajarannya sesuai dengan mata pelajaran dan karakteristik siswa.Oleh
karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal diperlukan model pembelajaran yang
tepat.
Menurut Slavin (2005:12) model pembelajaran STAD telah digunakan dalam
berbagai mata pelajaran mulai dari Matematika, seni, bahasa, ilmu sosial, dan ilmu
pengetahuan ilmiah lain, mulai dari kelas dua sampai perguruan tinggi. Lebih lanjut lagi,
Slavin menambahkan STAD paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang sudah
9
terdefinisikan dengan jelas, seperti Matematika, berhitung, dan studi terapan, penggunaan
dan mekanika bahasa, geografi dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu
pengetahuan ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran STAD sesuai dan dapat
dilakukan dalam pelajaran Matematika di SD.
Sementara itu, Isjoni (2009:21) menyebutkan “Teknik pembelajaran kooperatif
sangat sesuai di dalam kelas yang berisi siswa-siswa yang mempunyai berbagai tingkat
kecerdasan”.Pernyataan ini semakin menguatkan penelitian yang peneliti lakukan
mengingat SD yang peneliti gunakan pun juga memiliki tingkat kecerdasan yang
beragam.Hal ini pun juga menunjukkan bahwa pembelajaranSTAD sesuai dan dapat
dilakukan dalam pembelajaran Matematika di SD khususnya di SD Wonomerto 03
Kecamatan Bandar Kabupaten Batang dimana peneliti menggunakannya sebagai tempat
penelitian dengan alasan peneliti sebagai wali kelas yang bertugas di tempat tersebut.
Rachmadiarti (2001) mengemukakan:″Pembelajarankooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievment D4ision) merupakan pendekatan yangdikembangkan untuk melibatkan
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran″.
Pada STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4-
5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen yang terdirilaki-laki dan perempuan,
berasal dan berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan anggota tim
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan
materi pelajarannya, dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami
bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan melakukan diskusi (Rachmadiarti,
2001).
Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa (Permana, 2004).
Slavin 1998 (Permana, 2005) mengemukakan: ada lima langkah utama di dalam
pembelajaran yang menggunakan model STAD, yaitu:
1) Penyajian Kelas
Tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah
disusun. Setiap pembelajaran dengan model STAD, selalu dimulai dengan penyajian kelas.
Sebelum menyajikan materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan
10
pembelajaran, memberikan mot4asi untuk berkooperatif dan bentuk kegiatan yang akan
ditempuh dalam pembelajaran.
2) Tahapan Kegiatan Belajar Kelompok
Dalam kegiatan belajar kelompok, materi yang digunakan adalah LKS (Lembar
Kerja Siswa) untuk setiap kelompok.
3) Tahapan Menguji Kinerja Ind4idu
Untuk menguji kinerja ind4idu pada umumnya digunakan tes atau kuis.Setiap
siswa wajib mengerjakan tes atau kuis.Setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab
secara ind4idual, melakukan yang terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok.
4) Penskoran Peningkatan Ind4idu
Tujuan memberikan skor peningkatan ind4idu adalah memberikan kesempatan
bagi setiap siswa untuk menunjukkan gambaran kinerja pecapaian tujuan dan hasil kerja
maksimal yang telah dilakukan setiap ind4idu untuk kelompoknya.
5) Tahapan Mengukur Kinerja Kelompok
Setelah kegiatan penskoran peningkatan ind4idu selesai, langkah selanjutnya
adalah pemberian penghargaan kepada kelompok.Penghargaan kelompok diberikan
berdasarkan skor peningkatan kelompok yang diperoleh.
Alasan dipilih penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD karena
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, disamping itu dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi
yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan melalui LKS atau
perangkat pembelajaran yang lain.
2.2.32.2.32.2.32.2.3.... Langkah-langkahLangkah-langkahLangkah-langkahLangkah-langkah pembelajaranpembelajaranpembelajaranpembelajaran kooperatifkooperatifkooperatifkooperatif tipetipetipetipe STADSTADSTADSTAD
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (dalam
Kamdi, 2009: 5) adalah sebagai berikut:
1) Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memot4asi murid. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan kompetrensi dasar yang akan
dicapai serta memot4asi murid.
2) Langkah 2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada murid.
11
3) Langkah 3 Mengorganisasikan murid ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan murid.
1) Langkah 4 Membimbing kelompok belajar. Guru memot4asi serta
memfasilitasi kerja murid untuk materi pembelajaran dalam kelompok-
kelompok belajar.
2) Langkah 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3) Langkah 6 Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil
belajar ind4idu dan kelompok.
Menurut Slavin (1995) guru memberikan penghargaan pada kelompok
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai
kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok.Cara-cara penentuan nilai penghargaan
kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut. Langkah-langkah memberi penghargaan
kelompok:
a. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa
nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
b. Menentukan nilai tes/kuis setelah siswa bekerja dalam kelompok, misalnya nilai kuis I,
nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa, yang kita sebut
nilai kuis terkini.
c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan
selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan
menggunakan kriteria berikut:
Kriteria Nilaipeningkatan
Nilai kuis terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5
Nilai kuis terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal 10
Nilai kuis terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal 20
Nilai kuis terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30
12
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang
diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik,
dan sempurna.
Kriteria untuk status kelompok (Muslimin dkk,2000):
1) Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (rata-rata nilai
peningkatan kelompok < 20.
2) Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 ≤ rata-
rata nilai peningkatan kelompok < 20.
3) Sangat baik bila, rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 ≤
rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25).
4) Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan
25 (rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25).
Menurut Rachmadiarti (2001), terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam
pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memot4asi siswa: Guru menyampaikan
semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memot4asi siswa belajar.
2. Fase 2 Menyajikan informasi: Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
3. Fase 3 Mengkoordinasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar: Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok.
4. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar: Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5. Fase 5 Evaluasi: Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Fase 6 Memberikan penghargaan: Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar ind4idu dan kelompok.
Berdasarkan sintak yang dikemukan para alhi tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan sintak pembelajaran kooperatif tie STAD pada dasarnya meliputi tahapan,
yaitu:
13
1. Mengajar, artinya guru menyampaikan materi pembelajaran
2. Belajar dalam kelompok
3. Tes
4. Penghargaan kelompok
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 6 fase, adapun fase-fase kegiatansebagai
berikut:
Fase 1.
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memot4asi siswa. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapaidalam kegiatan pembelajaran dan memot4asi
siswa untuk belajar.
Fase 2
Menyajikan materi, guru menyampaikan dan menyajikan materi pelajaran secara
klasikal.
Fase 3:
Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kegiatan-kegiatan
dalam fase ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Membentuk 5 kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswasecara heterogen
yang telah ditentukan oleh guru.Menginformasikan pada siswa untuk mengerjakan tugas
secara berkelompok dan setiap anggota kelompok bertanggungjawab pada kelompok
masing-masing dan terhadap diri sendiri.
Menyuruh siswa mengerjakan soal dalam LKS secara berkelompok. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya siswa mengerjakan secara mandiri dan selanjutnya
dicocokkan dan didiskusikan ketepatan jawabannya dengan teman sekelompok. Jika ada
anggota kelompok yang belum memahami, maka teman sekelompoknya yang sudah
faham menjelaskan, sebelum meminta bantuan kepada guru.
Fase 4:
Membimbing siswa dalam belajar dan bekerja dalam kelompok. Guru bertindak
sebagai fasilitator mengawasi, mengamati, dan membimbing siswa yang mengalami
kesulitan.
14
Fase 5:
Evaluasi.Evaluasi digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam menyerap
materi pembelajaran dan indikator pencapaian hasil belajar.
Fase 6:
Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok dilakukan dalam dua tahap
perhitungan, yaitu:
1). Menghitung skor ind4idu dan skor kelompok
Cara pemberian skor pada pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat berperan
untuk memot4asi siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran yang diberikan. Setelah siswa mempelajari materi secara berkelompok, setiap
siswa mengerjakan kuis secara ind4idual dan memperoleh skor kuis serta nilai
perkembangan.Nilai perkembangan bergantung pada kemajuan yang dicapai siswa
dengan memperhatikan skor kuis atau skor dasar siswa.Skor dasar siswa adalah rata-rata
skor siswa yang bersangkutan untuk kuis-kuis terdahulu, dengan syarat materi yang
diujikan pada kuis-kuis tersebut masih berada dalam satu topik.Jika belum pernah
diadakan kuis untuk topik tersebut, maka skor dasar siswa adalah skor tes awal.
2) Menghargai prestasi kelompok
Kemudian berkaitan dengan banyaknya tingkat penghargaan kelompok,menurut
(Muslimin dkk, 2002 ) tingkat penghargaan yang disediakan didasarkan pada skor rata-rata
kelompok dengan kualifikasi cukup, baik, sangat baik dan sempurna.
Berdasarkan fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut, maka
skenario model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a. Guru mengomunikasikan tujuan belajar dan hasil belajar yang diharapkan akan
dicapai oleh setiap siswa.
b. Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh (pembelajaran
kooperatif tipe STAD).
c. Tanya jawab mengecek kesiapan siswa.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa memperhatikan penyampaian informasi materi pembelajaran mengenai
pengertian data, penyajian data, pengolahan data serta cara membuat tabel,
15
diagram garis, diagram batang,serta cara mencari rata-rata hitung, mean dan
modus dengan memberikan contoh-contoh.
b. Pengelompokan siswa dalam 5 kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 siswa
yang kemampuannya heterogen (kemampuan akademik tinggi, sedang, rendah,
laki-laki dan perempuan)
c. Siswa mengerjakan bahan-bahan LKS dalam kelompoknya dengan berdiskusi,
bekerjasama dan saling membantu. Siswa yang sudah faham menjelaskan
temannya yang belum faham.
d. Siswa dalam kelompok mendapat bimbingan belajar dari guru jika ada yang
mengalami kesulitan.
3. Penutup
a. Secara acak guru menunjuk perwakilan kelompok untuk mempresentasikan
hasil pekerjaan kelompoknya, sedangkan kelompok lain menanggapi.
b. Siswa dengan arahan guru menyimpulkan materi pembelajaran mengenai cara
menyajikan data dalam bentuk tabel, diagram garis, batang, lingkaran serta
menentukan rata-rata, median dan modus sekumpulan data.
c. Evaluasi berupa kuis, tes akhir siklus 1 dan siklus 2.
d. Guru memberikan penghargaan kelompok.
e. Guru memberikanpenugasan/pekerjaan rumah.
2.2.4.2.2.4.2.2.4.2.2.4. KeuntunganKeuntunganKeuntunganKeuntungan modelmodelmodelmodel pembelajaranpembelajaranpembelajaranpembelajaran kooperatifkooperatifkooperatifkooperatif tipetipetipetipe STAD,STAD,STAD,STAD, yaitu:yaitu:yaitu:yaitu:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinandan mengajarkan keterampilan
berdiskusi.
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai indvidu
dan kebutuhan belajarnya.
5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih
aktif dalam diskusi.
16
6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang
lain.
2.2.5.2.2.5.2.2.5.2.2.5. KelemahanKelemahanKelemahanKelemahan modelmodelmodelmodel pembelajaranpembelajaranpembelajaranpembelajaran kooperatifkooperatifkooperatifkooperatif tipetipetipetipe STAD,STAD,STAD,STAD, yaitu:yaitu:yaitu:yaitu:
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan
mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang
berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
2.3.2.3.2.3.2.3. HakekatHakekatHakekatHakekat MatematikaMatematikaMatematikaMatematika
Kata "matematika" berasal dari bahasa Yunani Kunoμάθημα (máthēma), yang berarti
pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya
menjadi "pengkajian matematika", bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya
adalah μαθηματικός (mathēmatikós), berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar,
yang lebih jauhnya berarti matematis.Secara khusus, μαθηματικὴτέχνη (mathēmatikḗ
tékhnē), di dalam bahasa Latinars mathematica, berarti seni matematika. Istilah
mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali),
matematiceski (Rusia), atau mathematick (Belanda) berasal dari perkataan latin
mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti
“relating to learning”. Perkataan mathematika berhubungan sangat erat dengan sebuah
kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir).
Berdasarkan etimologis (Elea Tinggih dalam Erman Suherman, 2003:16)
mengemukakan:″perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
bernalar″.
Hudoyo (1990) mengemukakan:″Matematika berkenaan dengan ide gagasan-
gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga
matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak″.
Sujono (1988:5) mengemukakan:″Matematika diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang abstrak dan terorganisir secara sistematik″.
Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo ( 1997:1) mengemukakan:"Matematika
merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru
17
untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan
mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu
siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran".
Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengemukakan ″matematika adalah
pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa
yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari
pada mengenai bunyi″.
Reys, dkk. (1984) mengemukakan:″matematika adalah telaah tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat″.
Dari berbagai pandangan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa matematika
adalah ilmu yang mempelajari benda abstrak yang berkaitan berkaitan logika simbolik, dan
bilangan serta menggunakan penalaran yang sistematis, deduktif dalam memecahakan
masalah.
2.3.1.2.3.1.2.3.1.2.3.1. PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran MatematikaMatematikaMatematikaMatematika
Pembelajaran merupakan padanan kata dari istilah instruction yang artinya lebih
luas dari pengajaran (Sadirman, 1988). Istilah pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem atau proses pembelajaran subjek didik yang direncanakan atau didisain,
dilaksanakan dan dievaluasi sacara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien.
Gagne dan Briggs melukiskan pembelajaran sebagai upaya orang yang tujuannya
adalah membantu orang belajar(Gredler,1991:205).
Corey mengemukakan:″pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseoarang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu″. Salah satu
komponen pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode
pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi,siswa dan konteks
pembelajaran (Depdiknas, 2003 : 1), sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat
memilih model pembelajaran dan media yang cocok dengan materi/bahan ajar. Dalam
pembelajaran, potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal, didalam proses
belajar matematika sesuai dituntut untuk mampu:
18
1.Melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
2.Mengembangkan kreatifitas dengan imajinasi, intuisi dan penemuan.
3.Melakukan kegiatan pemecahan masalah.
4.Mengkomunikasikan pemikiran matematikanya kepada orang lain.
Untuk itu dalam pembelajaran matematika perlu diciptakan situasi proses belajar
yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan siswa,
memberikan kegiatan yang menantang, memberiharapan keberhasilan dan menghargai
setiap pencapaian siswa (Depdiknas, 2003 : 5). Dari berbagai pengertian pembelajaran
tersebut, hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan
tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang melaksanakan
kegiatan belajar matematika.
2.2.2.2.3.23.23.23.2.... TujuanTujuanTujuanTujuan PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran MatematikaMatematikaMatematikaMatematika didididi SDSDSDSD
Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes,
akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirikan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap
siswa serta memberikan tekanan pada ketrampilan dalam penerapan matematika juga
memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan
kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3)
19
mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4)
membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
2.4.2.4.2.4.2.4. HasilHasilHasilHasil BelajarBelajarBelajarBelajar
Anni (2005: 4) mengemukakan: hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh pembelajar setelah mengalami akt4itas belajar. Perolehan aspek-aspek
perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila
pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang
diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan murid dalam kegiatan belajar yang sudah
dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilaii
apakah murid sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Haling (2006:79) mengemukakan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mot4asi belajar murid, yaitu:
1. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal faktor), yaitu :
a. Faktor jasmani baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
b. Faktor psikologis, yakni terdiri atas kecerdasan dan bakat, sikap, kebiasaan,
minat, mot4asi, emosi dan penyesuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik dan psikis.
2. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal faktor), yaitu :
a. Faktor sosial yang terdiri atas; lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.
b. Faktor adat istiadat yaitu adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
pengetahuan.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar murid pada mata pelajaran
sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri murid dan faktor yang
datangnya dari luar diri murid.
2.4.1.2.4.1.2.4.1.2.4.1. PenilaianPenilaianPenilaianPenilaian HasilHasilHasilHasil BelajarBelajarBelajarBelajar
Penilaian hasil belajar matematika harus dilakukan untuk mengukur
perkembangan hasil belajar siswa berupa pencapaian kecakapan atau kemahiran
20
matematika yang meliputi pemahaman konsep, prosedur, penalaran dan komunikasi,
pemecahan masalah den menghargai kegunaan matematika.
Astuti (2006: 5)mengemukakan:hasil belajar murid selanjutnya dilaporkan kepada
orang tua dalam bentuk rapor yang memuat 3 aspek yaitu:
1. Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan murid dalam
memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat,
efisien dan tepat. Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep adalah:
a. Menyatakan ulang sebuah konsep.
b. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai konsepnya).
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
2. Penalaran dan komunikasi merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam
melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Indikator yang
menunjukkan penalaran dan komunikasi adalah :
a. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar atau diagram.
b. Mengajukan dugaan.
c. Melakukan manipulasi matematika.
d. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap
kebenaran solusi.
e. Menarik kesimpulan dari pernyataan.
f. Memeriksa kesahihan suatu argumen.
g. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
3. Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik yang ditunjukkan siswa
dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan, dan
menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah. Indikator yang menunjukkan
penalaran dan komunikasi adalah:
a. Menunjukkan pemahaman masalah.
21
b. Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan
masalah.
c. Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk.
d. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.
e. Mengembangkan strategi pemecahan masalah.
f. Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.
g. Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Djamarah (2000: 45) mengemukakan:Hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, baik secara ind4idu maupun kelompok. Hasil tidak akan
pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah
prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan
keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang
mampu untuk mancapainya.
Arikunto ( 1990:133) mengatakan:″hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami
proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat
diukur″.
Nasution ( 1995 : 25) mengemukakan:″hasil adalah suatu perubahan pada diri
ind4idu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga
meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada ind4idu
tersebut″.
Gagne menyimpulkan ada lima macam hasil belajar, yaitu:
1. Ketrampilan intelektual, atau pengetahuan prosedur yang mencakup belajar
konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian
materi di sekolah.
2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru
dengan jalan mengatur proses internal masing-masing ind4idu dalam
memperhatikan, belajar, mengingat, dan berpikir.
3. Informasi verbal, yaitu kemampauan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan
kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.
22
4. Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor
intelektual.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal
cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:
1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan mot4asi pada diri
siswa.
2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya
3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama
diingatannya, membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek lain,
dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan
yang lainya.
4) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Ind4idu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa
yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Jadi hasil belajar dalam penelitian ini
adalahhasil dari proses pembelajaran yang berupa kemampuan-kemampuan yang akan
diukur dengan tes dalam ranah kognitif, yaitu nilai tes kondisi awal, nilai tes akhir siklus 1,
dan nilai tes akhir siklus 2.
2.4,2.2.4,2.2.4,2.2.4,2. HasilHasilHasilHasil BelajarBelajarBelajarBelajar MatematikaMatematikaMatematikaMatematika
Hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah ia menerima pembelajaram matematika yang berupa nilai matematika (aspek
kuantitatif) dalam ranah kognitif yang diukur dengan tes hasil belajar.
23
2.2.2.2.5555.... PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian YangYangYangYang RelevanRelevanRelevanRelevan
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Wahyu Nugraha (2011) dengan judul ”Peningkatkan Hasil Belajar Matematika
dengan Pokok Bahasan Bangun Ruang melalui Model Student Team Achievement D4ision
(STAD) bagi Siswa Kelas 4 SDN 1 Bowongso Kalikajar Wonosobo Semester II Tahun
Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model STAD
terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari tingkat ketuntasan belajar pada
kondisi awal yaitu 40% kemudian pada penelitian siklus pertama menjadi 80%.
Selanjutnya pada siklus kedua tingkat ketuntasan belajar menjadi 100%. Sedangkan
untuk nilai rata-rata kelas meningkat dari pra siklus 53,9 menjadi 66,6 pada siklus I lalu
menjadi 82,6 pada siklus II.
Sumari (2010) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Matematika Pokok Bahasan KPK dan FPB dengan Menggunakan Pembelajaran
Cooperat4e Learning Model STAD untuk Siswa Kelas 4 SD Negeri Ngablak I Kecamatan
Ngablak Kabupaten Magelang Tahun 2009/2010”. Hasil penelitian ini menunjukkan
dengan menggunakan model STAD terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Jumlah
anak yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (65) hanya 3 dari 17 siswa pada
kegiatan pra siklus menjadi 11 dari 17 siswa pada siklus I, kemudian pada siklus II
prestasi belajar siswa lebih meningkat yaitu jumlah siswa yang memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal mencapai 17 siswa.
Timur Purboyo (2010) dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Pokok Bahasan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan `3467890-
Terbesar (FPB) melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Siswa Kelas 4 SD
Negeri Giyanti Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang 2009”.
Dalam penelitian ini terdapat peningkatan jumlah siswa yang tuntas yaitu dari pra siklus
I8% menjadi 59% pada siklus I dan 100% pada siklus II.
Dalam ketiga hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar yang diraih siswa dalam pelajaran
Matematika dapat meningkat.
24
2.6.2.6.2.6.2.6. KerangkaKerangkaKerangkaKerangka PikirPikirPikirPikir
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan pada pembelajaran
Matematika pokok bahasan Sifat-sifat operasi hitung cacah karena siswa kelas 4 SDN
Wonomero 03 kurang menguasai pokok bahasan pecahan. Hal ini terbukti dari 20 jumlah
siswa yang ada, masih terdapat 15 siswa yang mendapatkan nilai di bawah 60 sesuai
dengan KKM yang telah ditentukan guru. Selain itu, siswa juga takut ketika berinteraksi
langsung dengan guru selama pembelajaran.Hal ini terlihat ketika guru menunjuk siswa
untuk menjawab pertanyaan, sebagian besar siswa tertunduk dan hanya diam. Dengan
melihat kondisi siswa seperti ini, maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat
tepat dilakukan.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang
tepat untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan pecahan karena
dengan model pembelajaran ini siswa bisa saling menjelaskan materi dan bekerja sama
dalam belajar namun tetap mandiri ketika mengerjakan soal tes. Selain itu, siswa juga
tidak mempunyai beban untuk berkompetisi dengan siswa lain melainkan lebih kepada
upaya untuk meningkatkan kemajuan diri sendiri. Bahkan, siswa juga bisa mendapatkan
penghargaan tanpa harus berkompetisi dengan siswa lain yang memiliki tingkat
kecerdasan yang berbeda. Hal ini tentu saja akan membuat siswa lebih termotivasi untuk
meningkatkan hasil belajar matematika yang diraih.
Dari situlah hasil belajar matematika pada Kompetensi Dasar: memahami dan
menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah akan semakin
meningkat.
2.2.2.2.7777.... HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis TindakanTindakanTindakanTindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dipaparkan, maka dapat
dirumuskan: “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
Matematika dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 Semerter I di
SDN Wonomerto 03 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.”