UPAYA BIMBINGAN ISLAM BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB-C...
Transcript of UPAYA BIMBINGAN ISLAM BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB-C...
UPAYA BIMBINGAN ISLAM BAGI ANAK TUNAGRAHITA
DI SLB-C KHRISNA MURTI KEBAYORAN BARU
JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Oleh
Juriah
NIM: 104052001980
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul UPAYA BIMBINGAN ISLAM BAGI ANAK
TUNAGRAHITA DI SLB-C KHRISNA MURTI KEBAYORAN BARU
JAKARTA SELATAN disusun oleh Juriah telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN (Universitas Islam Negeri)
Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, tanggal 3 juni 2009. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 22 Juni 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota,
Dr. H. Arief Subhan, M. A. Dra. Nasichah, M. A.
NIP. 19660110 199303 1 004 NIP. 19671126 199603 2 001
Penguji I Penguji II
Dra. Hj. Elidar Hussein, M. A. Drs. M. Luthfi, M. A.
NIP. 19451125 197106 2 001 NIP. 19671006 199403 1 006
Pembimbing
Nurul Hidayati, S. Ag., M. Pd.
NIP. 19690322 199603 2 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Starata Satu (S1) di UIN (Universitas
Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai ketentuan yang berlaku di UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan penjiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 22 Juni 2009
Juriah
ABSTRAK
Juriah
Upaya Bimbingan Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti
Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Tunagrahita adalah suatu kondisi sejak masa perkembangan yang ditandai
oleh kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelek sehingga nampak akibatnya secara social. Bimbingan agama pada anak tunagrahita bertujuan agar anak tunagrahita
mengetahui, memiliki kepercayaan kepada Tuhan, dapat mengembangkan potensi
diri, dan mampu mengatasi persoalan yang dihadapinya, karena bimbingan agama
adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Penelitian ini ingin mengetahui apa saja yang dilakukan pembimbing
agama Islam, bagaimana kondisi anak tunagrahita sebelum dan sesudah
mendapatkan bimbingan Islam, dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat dalam bimbingan Islam yang dilakukan oleh pembimbing. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif melalui
observasi dan wawancara. Dimana keabsahan data dilakukan dengan tekhnik
pemeriksaan antara lain trianggulasi (membandingkan) dan ketekunan atau
keajengan pengamat.
Dengan ini dapat diketahui analisis data yang menghasilkan kesimpulan bahwa upaya bimbingan Islam yang dilakukan pembimbing ada lima yaitu:
penanaman sopan santun (akhlak), membaca do’a-do’a, membaca al-qur’an, bimbingan shalat, dan cara berwudhu, dari beberapa upaya tersebut para anak
tunagrahita di SLB-C khrisna murti mengalami perubahan yang lebih baik dari sebelumya.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil karya
tulisan ilmiah dengan judul “Upaya Bimbingan Islam bagi Anak Tunagrahita di
SLB-C Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan”. Shalawat dan salam
senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.,
yang memiliki akhlak mulia, dan pembawa risalah Islam kepada umat manusia.
Penulis sadari tiada kesuksesan apapun tanpa motivasi dan dukungan dari
orang lain. Dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan banyak-banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi
ini, baik secara materil maupun non materil, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
beserta Pembantu Dekan, Bagian Akademik, Administrasi dan Keuangan.
2. Bapak Drs. M. Lutfi, MA selaku Ketua dan Ibu Nasichah, MA selaku
Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah membantu
dalam kelancaran studi dan proses penyusunan skripsi.
3. Ibu Nurul Hidayati, S. Ag. M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan ilmu, motivasi serta waktunya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis agar kelak menjadi manusia berguna dunia
dan akhirat.
5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mempermudah peminjaman buku selama kuliah dan penulisan skripsi
berlangsung.
6. Kepala sekolah dan guru-guru SLB-C Khrisna Murti Kebayoran Baru
Jakarta Selatan yang telah memberikan motivasi, dan membantu penulis
dalam penyusunan skripsi.
7. Abi H. Ghozali H. S dan Ummi Hj. Nurhayani H. M. Noor tercinta yang
telah memberikan dukungan, pengorbanan, dan telah mendidik sejak kecil
hingga dewasa tanpa rasa letih, dan keluh kesah terutama dalam hal
pendidikan dunia maupun akhirat. Ucapan terima kasih ini tidak mampu
untuk membalas semua yang telah engkau berikan kepada penulis selama
ini. Do’akan anakmu semoga kelak menjadi “Khoirunnaas Anfauhum
Linnaas”.
8. Mpok dan abang-abang ku yang telah memberikan semangat dan motivasi
secara langsung dan mereka selalu mendo’akan penulis di dalam sujudnya.
9. Adik ku terima kasih atas do’a mu, semoga kelak kamu menjadi anak yang
selalu berbakti kepada kedua orangtua.
10. Sofa, Puah, U-She, Lilis, Indri, Jehan yang telah banyak membantu dan
memotivasi penulis, dan semua teman BPI ’04 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu terimakasih atas semua kebaikan kalian.
11. Kakak-kakak BPI ’03 (teh Alvin, k’ Warti, k’ Maul, k’ Taher dkk) yang
selalu memotivasi, membantu dan setia mendengarkan keluh kesah
penulis.
Tanpa bantuan dari kedua orangtua, keluarga, sahabat penulis tidak
mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan kalian. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangannya untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan
saran dari kalian.
Jakarta, 22 Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 6
D. Metodologi Penelitian............................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka....................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 13
A. Bimbingan Agama Islam .......................................................... 13
1. Pengertian Bimbingan Agama Islam ................................... 13
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama Islam ....................... 18
3. Metode Bimbingan Agama Islam ........................................ 21
4. Materi Bimbingan Agama Islam.......................................... 23
B. Anak Tunagrahita ..................................................................... 27
1. Pengertian Anak Tunagrahita .............................................. 27
2. Faktor Penyebab Terjadinya Tunagrahita ............................ 28
3. Ciri-ciri Anak Tunagrahita .................................................. 32
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG SLB-C KHRISNA MURTI. 38
A. Sejarah Berdirinya ................................................................... 38
B. Visi dan Misi ........................................................................... 40
C. Tujuan Berdirinya .................................................................... 41
D. Struktur Organisasi .................................................................. 42
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA .......................................................... 44
A. Program Bimbingan Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB-C
Khrisna Murti ........................................................................... 44
B. Kondisi Anak Tunagrahita sebelum dan sesudah Bimbingan
Islam......................................................................................... 50
C. Faktor Pendukung dan Penghambat ketika dilakukan
Bimbingan Islam....................................................................... 53
BAB V PENUTUP..................................................................................... 58
A. Kesimpulan............................................................................... 58
B. Saran ........................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 61
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah rahmat dari Allah SWT. Kelahiran anak sangat dinantikan
oleh para pasangan suami istri. Dalam konsep ajaran Islam, anak merupakan
rahmat Allah SWT yang diamanatkan kepada kedua orangtuanya yang harus
dijaga dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa kasih sayang, perhatian dan
diberikan pendidikan yang baik.
Di dalam buku Muhammad Nur Abdul Hafidz berjudul
Mendidik Anak Bersama Rosulullah yang di kutip oleh Imam al-Ghazali berkata :”anak adalah amanah orang tuanya, hatinya bersih,
suci dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak selalu menerima segala yang diukirnya dan akan cenderung terhadap apa saja
yang mempengaruhinya. Apabila ia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya akan seperti itulah anak akan terbentuk.
Namun, apabila si anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan ditelantarkan, sebab dosanya akan ditanggung langsung oleh orang
tuanya sebagai penanggung dari amanah Allah.1 Sebagaimana di dalam
hadits:
1 Muhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-
Bayan, 1999), cet. ke-4, h. 35.
���� �� � ا �� � ا�� ه���ة ر�� ا ��� ��ل ��ل ا���
و/� . آ,+ *"�"د �"�) ��� ا�'&�ة %��"ا$ �#"�دان� او �����ان�
2)روا$ ا���5ري (او 12���0ن�
Artinya: “Setiap manusia yang dilahirkan itu dalam keadaan suci
(fitrah), dan orangtua merekalah yang menjadikan mereka beragama yahudi,
nasrani, dan majusi” (H. R. Bukhari)
Maksud hadits di atas mengandung makna bahwa manusia dilahirkan
di muka bumi ini dalam keadaan fitrah yang berarti bersih atau suci. Orang tua
mempunyai tanggung jawab besar terhadap perkembangan hidup anak-anak
mereka, baik dari segi agama, moral, akhlak, pendidikan, nafkah, kasih
sayang, dan lain sebagainya. Selain itu, dalam pertumbuhan seorang anak
sangat dipengaruhi oleh faktor penting, yakni genetis (keluarga) dan mileu
(lingkungan).
Dalam faktor genetis, orang tua berperan penting dalam memberikan
bimbingan kepada anak-anaknya salah satunya dengan menanamkan
pendidikan agama sedari kecil. Hal ini bertujuan agar masa perkembangan
anak dapat berkembang dengan baik khususnya dalam hal ibadah, baik secara
vertikal (hablum minnallah) maupun horizontal (hablum minannas).
Faktor mileu (lingkungan) juga dapat mempengaruhi perkembangan
anak, sebagai contoh jika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan yang
mayoritas berperilaku baik maka besar kemungkinan anak akan berperilaku
baik. Namun sebaliknya, jika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan yang
2 Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits, (Bandung: Sinar Baru al-
Gensido, 2001), cet. ke-4, h. 669-670.
mayoritas berperilaku buruk maka besar kemungkinan anak akan berperilaku
buruk.
Agama Islam selain sebagai ajaran juga dapat diartikan sebagai sebuah
keyakinan, yang harus dipegang bagi setiap manusia, karena dalam agama
Islam terdapat banyak ajaran-ajaran yang mengandung nilai-nilai kehidupan.
Agama Islam merupakan agama yang tidak mengenal adanya perbedaan,
terlebih bagi seseorang yang memiliki keterbatasan fisik maupun psikis.
Islam tidak mengajarkan sikap membeda-bedakan karena setiap
manusia mempunyai hak yang sama dalam hal belajar, menerima bimbingan
dan pengajaran. Penanaman nilai-nilai agama sangat penting diajarkan kepada
anak-anak sejak mereka kecil, hal ini bertujuan agar mereka mengenal
Tuhannya dan memiliki keyakinan yang kuat ketika dewasa, selain itu mereka
dapat mengembangkan potensi pribadinya secara optimal dan optimis meraih
masa depan yang lebih baik.
Namun apabila dalam perkembangan hidup seorang anak ada ketidak
seimbangan pendidikan, baik pendidikan dunia maupun pendidikan akhirat,
maka kelak anak akan mengalami adanya gangguan perkembangan, baik
intelektual, emosional, spiritual hingga keterbelakangan mental. Salah satunya
adalah Tunagrahita.
Namun kadang-kadang kegembiraan, harapan, cita-cita yang besar atas
kehadiran anak tersebut menjadi sirna, bahkan jadi beban fisik dan psikis bagi
kedua orang tua maupun keluarga, bila anak tersebut hadir di tengah-tengah
keluarga dalam keadaan tunanetra, tunagrahita, ketidakmampuan atau bahkan
cacat fisik yang berat. Sehingga orang tua merasa malu dengan keadaan yang
dialami anak-anaknya. Apalagi bila ada orang-orang disekitarnya
memperlihatkan keadaan tidak simpatik pada anaknya.
Tunagrahita adalah suatu kondisi sejak masa perkembangan yang
ditandai oleh kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelek sehingga nampak
akibatnya secara sosial.3
Menurut American Association on Mental Deficience (AAMD)
Tunagrahita adalah suatu keadaan dimana fungsi-fungsi intelektual secara
signifikan berada dibawah rata-rata, yang tampil bersamaan dalam tingkah
laku adaptif, serta tampak dalam periode perkembangan.4
Dalam pelaksanaan pendidikan, anak tunagrahita harus di khususkan
atau dibedakan dari anak-anak normal lainnya yaitu dengan diadakan
bimbingan-bimbingan yang lebih khusus, seperti bimbingan Islam. Pentingnya
bimbingan Islam bagi anak tunagrahita yakni agar anak tunagrahita memiliki
kepercayaan kepada Tuhan, dapat mengembangkan potensi diri dan mampu
mengatasi persoalan yang dihadapinya sebagai perwujudan diri secara optimal
dan mampu melakukan penyesuain diri dengan lingkungannya, karena secara
garis besar bimbingan agama adalah membantu individu mewujudkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.5
3Muhammad Chalid, Studi tentang Sikap Orang Tua terhadap Anak Tuna Grahita
mampu Didik dengan Prestasi Belajar Siswa SDLB-C Asih Budi Jakarta, (Skripsi S1
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, 1997, h. 10. 4Ibid, h. 10.
5 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), cet. ke-2, h. 35.
Namun untuk melaksanakannya perlu adanya bantuan lembaga atau
seseorang yang memberikan bimbingan tersebut. Seperti bimbingan Islam
kepada anak berkebutuhan khusus yang dikembangkan oleh Yayasana SLB-C
Khrisna Murti yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang peduli
kepada anak-anak yang kurang mampu dari keterbelakangan mental
khususnya pada bimbingan Islam bagi anak tunagrahita.
Atas dasar tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dalam bentuk skripsi yang berjudul “Upaya Bimbingan Islam bagi Anak
Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis, baik keterbatasan,
waktu, dana, dan obyek penelitian, maka penulis membatasi masalah pada
Upaya Bimbingan Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB (Sekolah Luar
Biasa) bagian C (Tunagrahita) Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta
Selatan.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
a) Program apa saja yang dilakukan Pembimbing agama Islam bagi Anak
Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti.
b) Bagaimana kondisi anak tunagrahita sebelum dan sesudah diberikan
bimbingan agama Islam.
c) Apa saja faktor pendukung dan penghambat ketika dilakukan
bimbingan agama Islam.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Adapun tujuan penelitian yaitu :
a. Untuk mengetahui Program yang dilakukan pembimbing Islam bagi
Anak Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti.
b. Untuk mengetahui kondisi anak tunagrahita sebelum dan sesudah
diberikan bimbingan Islam.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat ketika dilakukan
bimbingan Islam.
2. Manfaat Penelitian ini adalah :
a. Manfaat akademis penelitian ini diterapkan agar dapat menambah
pengetahuan wawasan mengenai bimbingan Islam bagi anak
tunagrahita.
b. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
acuan dan pedoman bagi para orangtua, pembimbing, sekolah yang
bergerak dalam membimbing anak tunagrahita.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
jenis penelitian deskriptif yaitu mengambarkan tentang upaya bimbingan
Islam bagi anak tunagrahita di SLB (sekolah luar biasa) bagian C
(tunagrahita) Khrisna Murti.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6
Dalam hal ini yang diteliti adalah upaya bimbingan Islam bagi anak
tunagrahita di SLB (sekolah luar biasa) bagian C (tunagrahita) Khrisna
Murti.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diambil dari tempat di Yayasan SLB-C Khrisna Murti,
yang beralamat di jalan Masjid Darussalam Blok A, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan.
Adapun waktu penelitian ini, penulis melaksanakan pada tanggal 20
Januari sampai 30 April 2009.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian adalah 6 orang guru agama atau
pembimbing. Kemudian objeknya yaitu upaya bimbingan Islam bagi anak
tunagrahita.
5. Metode Penelitian
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), cet. ke- 33, edisi revisi, h. 4.
Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode
observasi yaitu aktivitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.7
Sumber utama penelitian ini adalah objek penelitian, yakni pada
bimbingan Islam bagi anak tunagrahita di SLB (sekolah luar biasa) bagian
C (tunagrahita) Khrisna Murti.
6. Instrumen penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka
instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi
segalanya dan keseluruhan proses penelitian.8
7. Teknik keabsahan data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki
kriteria :
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain,9 hal itu dapat dicapai dengan jalan :
1) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain, dalam hal ini peneliti
membandingkan jawaban yang diberikan oleh guru agama atau
pembimbing yang diterapkan di lapangan mengenai upaya
bimbingan Islam bagi aanak tunagrahita.
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), h. 145. 8 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.168.
9 Ibid, h. 330.
2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang
berkaitan.
8. Ketekunan atau keajengan pengamatan
Ketekunan pengamatan yakni menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,10
maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai
dengan rumusan masalah saja.
9. Teknik pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indera. Terkait dengan masalah bagaimana upaya dan program yang
digunakan pembimbing dalam bimbingan Islam bagi anak tunagrahita
di SLB (sekolah luar biasa) bagian C (tunagrahita).
b. Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada
pembimbing, untuk memperoleh kelengkapan data sebelumnya penulis
terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan yang
10 Ibid, h. 329.
berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman wawancara yang
dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini dibantu
dengan tape recorder untuk merekam hasil wawancara dan mencatat
informasi yang didapat pada waktu itu.
c. Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan yang
dibutuhkan mengenai masalah terkait, melalui sumber-sumber yang
ada juga menelaah dokumentasi dan arsip yang dimiliki yayasan.
10. Teknik analisis data
Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara,
penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian
menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak
pada data tersebut. dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil
pengamatan dan wawancara, lebih dulu penulis kelompokkan sesuai
dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara
sistematis.
11. Buku pedoman penulisan
a. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi” yang di susun oleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA
(Center For Quality development and Assurance) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, april, cetakan ke-2 tahun 2007.
b. Buku Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi” yang di susun
oleh Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M. A. yang diterbitkan oleh PT
Remaja Rosdakarya, Januari, cetakan ke dua puluh tiga tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Skripsi yang berjudul Upaya bimbingan Islam bagi aanak tunagrahita,
penulis tidak menemukan judul yang sama dari hasil penelitian di Yayasan
Sekolah Luar Biasa Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan, akan
tetapi ada berbagai hasil penelitian yang mempunyai hubungan dengan judul
yang penulis teliti.
Dalam kajian ini ada 2 judul skripsi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Bimbingan Ibadah Shalat pada anak Tunagrahita C di SLB
B/C Muara Sejahtera Pondok Cabe yang di teliti oleh Husnul Mubarok
tahun 2009, skripsi ini hanya memfokuskan pada metode yang dilakukan
si pembimbing dalam menerapkan bimbingan ibadah shalat pada anak
tunagrahita.
2. Upaya Bimbingan dan Konseling dalam Menumbuhkan Kemandirian
Anak Tunagrahita di SLB Negeri kapten Halim Purwakarta yang diteliti
oleh Maimanah Sa’diah tahun 2006, penelitian ini memfokuskan pada
usaha pembimbing atau konselor dalam penanaman kemandirian pada
anak tunagrahita salah satunya berupa kemandirian dalam melakukan
kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, mandi, dan lain sebagainya
yang dilakukan oleh anak tunagrahita itu sendiri.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi sangat diperlukan sistematika penulisan yang
baik, benar, dan tepat melalui aturan dan tata cara penulisan. Untuk dijadikan
sebagai bahan acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan
kedalam bahasan. Adapun sistematika penulisannya, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan kerangka penulisan skripsi, yaitu latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisikan tentang ialah pengertian bimbingan Islam, tujuan, fungsi,
metode dan materi bimbingan Islam, pengertian anak tunagrahita,
faktor penyebab terjadinya tunagrahita, ciri-ciri khas tunagrahita.
BAB III GAMBARAN UMUM SLB-C KHRISNA MURTI
Mencakup gambaran umum SLB-C Khrisna Murti seperti sejarah
berdirinya, visi dan misi, tujuan yayasan SLB-C Khrisna Murti,
struktur organisasi yayasan SLB-C Khrisna Murti.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA
Berisi program yang dilakukan Pembimbing, kondisi anak
tunagrahita sebelum dan sesudah diberikan bimbingan Islam, dan
faktor pendukung dan penghambat ketika dilakukan bimbingan
Islam.
BAB V PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Agama Islam
1. Pengertian Bimbingan Agama Islam
Bimbingan Agama Islam terdiri dari tiga kata yaitu bimbingan,
agama dan Islam. Bimbingan merupakan arti dari “guidance” bentuk kata
kerjanya yaitu “to guide” yang artinya menunjukan. Jadi bimbingan
adalah menunjukan kepada seseorang yang secara psikologis
membutuhkan bantuan, sehingga yang bersangkutan dapat menyelesaikan
atau mengurangi sendiri masalah yang sedang dihadapinya.11
Menurut H. M. Umar dan Sartono, seperti yang dikutip oleh Jear
Book of Educational, 1995 bimbingan adalah “suatu proses membantu
individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan
sosial”.12
Dr. Bimo Walgito mengatakan bahwa bimbingan adalah “bantuan
atau pertolongan yang diberikan individu atau sekumpulan individu-
individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupan, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya”.13
11
Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, (Jakarta: PT. Bina Rena
Pariwara, 2002), cet. ke-3, h. 2. 12
H. M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2001), cet. ke-2, h. 9. 13
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1981), cet. ke-6, h. 4.
Selanjutnya menurut Moh. Surya sebagaimana yang dikutip Dewa
Ketut Sukardi, mengatakan bimbingan adalah “suatu proses pemberian
bantuan yang terus-menerus dan secara sistimatis dari pembimbing kepada
yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman,
penerimaan, pengarahan dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan”.14
Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis menarik kesimpulan
bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan atau pertolongan yang
diberikan pembimbing kepada individu atau kelompok secara terus-
menerus dan sistimetis dalam mengatasi masalah yang dihadapinya di
dalam kehidupan melalui usahanya sendiri.
Agama berasal dari kata sangsekret, satu pendapat mengatakan
bahwa agama terdiri dari dua suku kata “a” yang berarti tidak dan “gama”
berarti pergi. Jadi, agama berarti tidak pergi, tetapi di tempat atau diwarisi
turun menurun. Pendapat lain mengatakan bahwa agama berarti teks atau
kitab suci, karena setiap agama mempunyai kitab suci. Ada dua yang
mengatakan bahwa agama berarti tuntunan, karena mengandung ajaran-
ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.15
Selain itu agama juga mempunyai dua pengertian yaitu subyektif
(pribadi manusia) dan secara obyektif.
14
Dewa Ketut Sukardi, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT.
Bhineka Cipta, 1995), cet. ke-1, h. 2. 15
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, (Jakarta: UI Press, 1987),
cet. ke-2, h. 3.
a. Secara subyektif
Tentang tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai
keagamaan berupa getaran bathin, yang dapat mengatur, dan
mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan dengan
masyarakat serta alam semesta. Dari aspek inilah manusia dengan
tingkah lakunya itu, merupakan perwujudan (manifestasi) dari pola
hidup yang telah membudaya dalam bathinnya, dimana nilai-nilai
keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap
dan orientasi hidup sehari-hari.16
b. Secara obyektif
Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai ajaran
Tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai
dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam pengertian ini belum
masuk ke dalam bathin manusia atau belum membudaya dalam
tingkah laku manusia karena masih berupa ajaran yang obyektif berada
di luar diri manusia. Oleh karena itu, secara formal agama dilihat dari
aspek obyektif yang dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat
illahi (dari Tuhan) yang menuntun orang-orang berakal kearah ikhtiar
untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan memperoleh
kebahagiaan hidup di akhirat.17
16
H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1998), cet. ke-6, h. 1-2.
17Ibid, h. 2.
Jadi dari beberapa pengertian di atas Agama sebagai pedoman
hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk (hudan) tentang
berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan
mental (rohani) yang sehat.18
Sedangkan kata Islam mempunyai beberapa pengertian atau
memiliki beberapa makna. Islam berasal dari bahasa arab, yang
diambil dari kata “sallama” yang berarti “selamat sentausa”. Dari kata
tersebut dibentuk menjadi kata “aslama” artinya “memelihara diri
dalam keadaan selamat sentausa”.19
Menurut Harun Nasution “Islam adalah agama yang ajaran-
ajarannya di wahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui
Nabi Muhammad sebagai Rasul”. Islam pada hakekatnya membawa
ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal
berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang
mengambil berbagai aspek itu adalah al-qur’an dan hadits.20
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah
agama Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW,
dengan dua pokok ajarannya yaitu al-qur’an dan as-sunnah untuk
membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
18
Dr. Syamsu Yusuf, LN dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), cet. ke- 2, h. 137.
19 M. Ali Hasan dan Abuddin Nata, Materi Pokok Agama Islam, (Jakarta:
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1998),
h. 4. 20
Harun Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UII press,
1985), h. 24.
Adapun pengertian bimbingan Islam, maka H. M. Arifin
mengartikan bimbingan Islam adalah suatu proses pemberian bantuan
kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriyah maupun
bathiniyah, yang menyangkut kehidupan di masa kini dan masa yang
akan datang. Bantuan tersebut berupa pertolongan dibidang mental
spiritual, dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu
mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya
sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman, dan taqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa.21
Menurut Aunur Rahim Faqih bimbingan Agama Islam adalah
“proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.22
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa bimbingan Agama Islam adalah usaha untuk membimbing
seseorang agar dapat mengaktualisasikan potensi keagamaan sehingga
ia hidup selaras dengan tuntunan al-qur’an dan hadits.
21
H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1998), cet. ke-6, h. 2. 22
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII
Press, 2004), cet. ke-3, h. 4.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama Islam
a. Adapun tujuan bimbingan Agama Islam adalah sebagai berikut:
1) Tujuan umum
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
2) Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari bimbingan Agama Islam menurut
Aunur Rahim Faqih diantaranya yaitu:
a) Menbantu individu agar tidak menghadapi masalah
b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik agar tetap baik dan menjadi lebih baik,
sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan
orang lain.23
b. Fungsi Bimbingan Agama Islam
Pelaksanaan bimbingan dalam usaha pemberian bantuan terhadap
peserta didik mempunyai beberapa fungsi yaitu:24
1) Fungsi Pemahaman
Adalah fungsi bimbingan yang menghasilkan pemahaman
tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
23
Ibid, h. 36. 24 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, h. 60-61.
kepentingan pengembangan peserta didik. Fungsi pemahaman ini
meliputi:
a) Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta
didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru
pembimbing.
b) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di
dalam lingkungan dan sekolah terutama peserta didik sendiri,
orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
c) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas termasuk di
dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan atau
pekerjaan, dan informasi sosial dan budaya atau nilai-nilai,
terutama oleh peserta didik.
Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa fungsi pemahaman dalam bimbingan yaitu bimbingan yang
menghasilkan tentang pemahaman suatu masalah yang ada pada
peserta didik sehingga ia dapat menyesuaikan dengan kepentingan
pengembangan diri peserta didik.
2) Fungsi Pencegahan
Adalah fungsi bimbingan yang akan menghasilkan tercegahnya
atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang
mungkin timbul yang dapat mengganggu, menghambat atau pun
menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
3) Fungsi Pengentasan
Yaitu mengusahakan teratasinya masalah-masalah klien,
sehingga masalah-masalah itu tidak lagi menjadi hambatan atau
pun menimbulkan kerugian tertentu atas perkembangan kehidupan
peserta didik.
4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Ialah fungsi bimbingan yang akan menghasilkan terpeliharanya
dan terkembangkan berbagai potensi dan kondisi positif peserta
didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap
dan berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan di atas dan sejalan dengan fungsi-fungsi
bimbingan agama tersebut, maka Aunur Rahim faqih mengemukakan
di dalam bukunya melakukan kegiatan bimbingan agama secara garis
besar disebutkan sebagai berikut:25
a) Membantu individu mengetahui, mengenal, dan memahami
keadaan dirinya sesuai dengan hakekatnya atau memahami kembali
keadaan dirinya, sebab dalam keadaan tertentu dapat terjadi
individu tidak mengenal atau tidak menyadari keadaan dirinya
yang sebenarnya. secara singkat dikatakan bimbingan agama
mengingatkan kembali individu akan fitrahnya.
b) Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana
adanya, segi baik, dan buruknya, kekuatan serta kelemahannya,
25 Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, h. 37.
sebagai sesuatu yang memang telah ditetapkan Allah (nasib atau
takdir), tetapi juga menyadari bahwa manusia diwajibkan
berikhtiar, kelemahan yang ada pada dirinya bukan untuk terus
menerus disesali. Singkat kata dapat dikatakan sebagai membantu
individu tawakal atau berserah diri kepada Allah.
c) Membantu individu memahami keadaan situasi dan kondisi yang
dihadapi saat ini.
d) Membantu individu menemukan alternative pemecahan masalah.
Secara islami terapi umum bagi pemecahan masalah (rohaniah)
individu seperti yang dianjurkan oleh al-qur’an sebagai berikut:
1) Berlaku sabar.
2) Membaca dan memahami al-qur’an.
3) Berzikir atau mengingat Allah.
3. Metode Bimbingan Agama Islam
Dalam pengertian harfiyah, metode adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan, karena kata “metode” berasal dari kata “meta”
yang berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Namun pengertian yang
hakiki dari “metoda” tersebut adalah segala saran yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik
seperti alat peraga, alat administrasi, penggedungan dimana proses
kegiatan bimbingan berlangsung.26
26
M. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1999), cet. ke-1, h. 114.
Adapun metode bimbingan Islam menurut Aunur Rahim Faqih di
dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling Islam,”metode bimbingan
Islam dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Metode Langsung (metode komunikasi langsung)
Metode langsung adalah metode di mana pembimbing
melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang
yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirincikan lagi menjadi:
a) Metode Individual
Dalam hal ini pembimbing melakukan komunikasi langsung
secara individual dengan yang dibimbing. Hal ini dapat
dilakukan pada saat percakapan pribadi, kunjungan ke rumah
(home visit), dan observasi.
b) Metode Kelompok
Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan siswa
kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok,
karya wisata, sosiodrama, psikodrama, group teaching.
2) Metode Tidak Langsung (metode komunikasi tidak langsung)
Metode tidak lansgsung adalah metode bimbingan yang
dilakukan melalui media massa. Hal ini dapt dilakukan secara
individual maupun kelompok. Metode yang digunakan yaitu:
a) Metode Individual, ini dapat dilakukan dengan cara melalui
surat menyurat, telepon, fax, dan e-mail.
b) Metode kelompok, ini dapat dilakukan dengan cara melalui
papan bimbingan, surat kabar atau majalah, brosur, radio dan
televisi.
4. Materi Bimbingan Agama Islam
Secara kontekstual bahwa materi atau maudhu bimbingan Islam
mencakup seluruh ajaran agama Islam secara universal dalam segala
bidang yang berkaitan dengan segala kehidupan manusia.
Materi bimbingan agama Islam merupakan salah satu bidang
terpenting seseorang didalam menjalani kehidupannya baik itu bersifat
keimanan dan juga kehidupan sehari-hari. Adapun materi sebagai berikut:
a) Pengajaran Keimanan (Aqidah)
Pengajaran keimanan atau aqidah adalah keyakinan,
kepercayaan, sumbernya yaitu al-qur’an.27 Hakekatnya iman
sebagaimana yang diterangkan oleh Rosulullah SAW kepada para
sahabatnya, ketika Nabi didatangi oleh laki-laki dan ternyata malaikat
jibril yang menanyakan apakah iman, islam dan ihsan itu? Nabi
Muhammad SAW menjelaskan sebagaimana hadits di bawah ini:
��� 2�����9 ن2���: �ل ��� � ا�� ر�ب& �5 ا
� ال"/ ر)� �س"�ج�= ذ ام" �ات ذ.� / و��� � ا
A�B� ���جر�,C (�( ��ض��Eب� ا��C (�(/ "اد
Fا�G�,I��� �ث ا���ى ح)حا�� *�%I�G�و,�' ا�0Mج =�N
27 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), cet. ke-
1, h. 26.
��= ا�� �ا=� � = M���آ= ر� اM���آ ر)�/� %.� / و��� �ا
آB�وو'��� �% =5P��,9*� ��ل�و �� =ن��خ ا)2
� ال"/ ر�لT%.مI/Rا� ن امI/Rا:.� / و��� �= ا
ا��ا Iنا)#FتI .T�تو, ال"/ا ر)2 9 *ن ا وا
=تXتو,ةRا��Yتو,�ةآ ا�F�"رم *Z9تو,�ن ن ا\�� ا�]
G1������ 0��� %\�)�: �ل�.R�� /��� ا\M&Gا/
�*X تنا:�ل�.�نI�2 ا�= �ن��خ�%.��)���و� �
�*Xت و�خI ام"��ا و��"/ر وM��آ وR]M�*و
��T�(و$��خر C� )روا$ *�0....($�
Artinya: “Dari Umar bin Khatab ra, ia berkata: Ketika kami
sedang duduk di dekat Rosulullah SAW, tiba-tiba muncul seorang
lelaki yang berpakaian putih, berambut hitam pekat, bekas jalannya
tak terlihat dan tidak seorang pun diantara kami yang
mengenalinya. Ia duduk menghadap Rosulullah SAW lalu
menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua
telapak tangannya di atas kedua paha Nabi, seraya berkata: Wahai
Muhammad terangkan kepada ku tentang islam? Rosulullah SAW
menjawab: Islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah AWT dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa dibulan ramadhan,
dan melakukan ibadah haji ke baitullah jika memenuhi syarat. Ia
berkata engkau benar. Kami keheranan karenanya, dia bertanya
tetapi membenarkannya. Lebih lanjut Ia berkata: Sekarang
terangkanlah kepada ku tentang iman? Rosulullah SAW menjawab:
Yaitu engkau beriman kepada Allah SWT, kepada para malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, para rosul-Nya, dan hari akhir-Nya, serta
engkau beriman kepada baik dan buruknya takdir…(H. R. Muslim).28
28
Salim Bahreis, Riyadhus Shalihin, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987), cet. ke-10,
h. 34.
Iman dan islam adalah satu kesatuan yang terkait satu sama lain.
Abdul A’la Mauhudi mengatakan hubungan antara iman dan islam
laksana hubungan pohon dengan akarnya, sebatang pohon tidak akan
tumbuh tanpa akar. Mustahil seorang yang tidak memiliki iman untuk
memulai dirinya menjadi seorang muslim. Masalah aqidah merupakan
hal yang fundamental, aqidah sebagai motor penggerak bagi seorang
muslim.29
Dengan kata lain bahwa kepercayaan harus menjadi keyakinan
yang mutlak dan bulat, keyakinan yang mutlak kepada Allah dengan
membenarkan dan mengakui wujud Allah, sifat, hukum-hukum Allah,
kekuasaan-Nya, hidayah dan taufik Allah.
b) Pengajaran Ibadah Shalat
Pengajaran Ibadah Shalat yaitu bentuk pengabdian yang
ditujukan kepada Allah semata yang sudah digariskan oleh syariat
Islam baik bentuknya, caranya, waktunya, serta syarat dan rukunnya.
Diantara semua itu adalah ibadah shalat yang paling utama karena
merupakan tiang agama.30
Pendidikan ibadah shalat yang diberikan kepada anak tunagrahita
tentunya berbeda dengan anak normal, terutama dalam hal
penyampaiannya. Dalam pemberian bacaan-bacaan shalat guru harus
menuntun anak dalam melafazkan bacaannya dengan cara terus
menerus, karena anak tunagrahita memiliki kelemahan dalam berfikir.
29
Moh. Rifai, Aqidah Akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1994), cet. ke-2, h. 32. 30 Halim Mahmud, Akhlak Mulia, h. 26.
c) Pengajaran Al-qur’an
Pengajaran al-qur’an hendaknya diberikan kepada anak sejak
dini, supaya anak terbiasa dan terlatih untuk melakukan baca tulis al-
qur’an. Pengajaran al-qur’an juga penting untuk diberikan bagi anak-
anak tunagrahita. Tujuan dari pengajaran al-qur’an adalah untuk
memaksimalkan kemampuan anak tentang baca tulis al-qur’an, karena
bagaimana pun anak tunagrahita harus belajar al-qur’an sesuai dengan
kemampuan mereka dalam memahami al-qur’an.31
d) Pengajaran Akhlak
Pengajaran akhlak adalah sebuah system yang lengkap yang
terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang
membuat seseorang menjadi istimewa. karakteristik-karakteristik ini
membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berprilaku
sesuai dirinya dan nilai-nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi
yang berbeda-beda.32
B. Anak Tunagrahita
1. Pengertian Anak Tunagrahita
31
Ibid, h. 27. 32 Ibid.
Tunagrahita sering juga disebut dengan keterbelakangan mental
(retardasi mental). Tunagrahita atau cacat mental adalah mereka yang
memiliki kemampuan intelektual (IQ) dan keterampilan di bawah rata-rata
teman seusianya.33
Menurut AAMR (American Assosiotion on Mental Retardartion)
adalah keterbelakangan mental menunjukkan adanya keterbatasan dalam
fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, dimana berkaitan dengan
keterbatasan pada dua atau lebih dari keterampilan adaftif seperti
komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan social, kesehatan dan
keamanan, fungsi akademis, waktu luang dan lain-lain. keadaan ini tampak
sebelum usia 18 tahun.34
Menurut ICD WHO Geneve, retardasi mental adalah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang ditandai oleh
adanya hendaya (Impairtment), keterampilan (skill) selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensi,
yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.35
2. Faktor penyebab terjadinya Tunagrahita
33
Nur’aeni, Intervensi Dini bagi Anak Bermasalah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1997), cet. ke-1, h. 105. 34
Frieda Mangunsong et. al, Psikologi dan Pendidikan Luar Biasa, (Jakarta: LPSP
3 UI, 1998), cet. ke-1, h. 102. 35
Lumbantobing, Anak Dengan Mental Terbelakang, (Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran UI, 1997), h. 2.
S. A. Bratanata, penyebab tunagrahita disebabkan oleh bebarapa
faktor baik dari dalam (endogen) maupun luar (eksogen). Menurut waktu
terjadinya ketunaan dibagi atas tiga masa:36
a. Masa Pranatal
Masa pranatal adalah masa sebelum anak dilahirkan. Jadi, selama
dalam kandungan. ada dua kemungkinan yang dapat menyebabkan
kelainan pada masa ini, yaitu bersifat endogen dan eksogen.
Adapun yang bersifat endogen ialah:
1) Bermacam-macam penyakit yang diderita ibu ketika mengandung.
Misalnya, penyakit syphilis (penyakit kelamin).
2) Akibat berbagai obat yang diminum ibu ketika mengandung dan
sesuatu hal yang dilakukan ibu untuk mengurangi rasa sakit atau
penderitaan ketika hamil muda.
3) Kelainan pada kelenjer gondok, yang dapat mengakibatkan
pertumbuhan yang kurang wajar, retardasi mental dalam
perkembangan kecerdasan, rambut anak menjadi kasar dan kering,
muka anak menjadi bengkak, dan lidahnya panjang-lebar sehingga
tampak keluar dari mulut si anak.37
Sedangkan yang bersifat eksogen ialah penyinaran dari sinar
roentgen dan radiasi atom yang mengakibatkan kelainan pada bayi
dalam rahim ibunya, seperti terlihat pada bayi-bayi dalam kandungan
36
S. A. Bratanata, Pengantar dan Pendidikan Anak Berkelainan, (Bandung: Pelita,
1970), h. 9. 37 Ibid, h. 9.
ibu ketika kota Nagasaki Jepang mengalami ledakan bom atom di
tahun 1945.
b. Masa Natal
Masa natal adalah masa ketika bayi dilahirkan, kelainan dapat
timbul karena:
1) Kekurangan zat asam dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel
otak.
2) Pendarahan otak yang terjadi pada proses kelahiran bayi yang
dirasa sulit, antara lain dengan penggunaan tang untuk membantu
kelahiran si bayi.
3) Kelahiran si bayi belum cukup umur, yang disebut juga kelahiran
premature, sebab tulang-tulang yang masih sangat mudah
mengalami perubahan bentuk.38
c. Masa Post Natal
Masa post natal ini adalah masa dimana anak yang dilahirkan
normal kemudian berubah menjadi seorang penderita cacat mental. Hal
ini, akibat kerusakan pada otak sehingga mengalami kemunduran
kecerdasan si anak. Peristiwa itu mungkin terjadi karena kecelakaan
yang mengakibatkan kerusakan pada tulang tengkorak, dan penyakit
yang dapat menyerang otak, seperti radang otak. Kelainan yang dapat
terjadi pada anak yang disebut di atas. Sifat dan kualitasnya tergantung
pada besar atau kecilnya kerusakan sel otak atau bagian otak yang
terkena.
38 Ibid, h. 10.
Menurut Dr. A. Supratiknya dalam bukunya yang berjudul
“Mengenal Perilaku Abnormal” dijelaskan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya tunagrahita adalah disebabkan oleh kondisi
biologis tertentu yang menimbulkan disfungsi organik pada otak dan
berakibat menghambat seluruh pertumbuhan. Beberapa kondisinya
yaitu:
1) Faktor Genetik Kromosom
Kelainan kromosom tertentu dapat mengakibatkan kelainan
metabolik yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan otak
secara negative dan melahirkan tunagrahita. Contohnya, Sindrom
Down dan Mongolism. Disebut mongolism, karena penderitanya
sering bermata sipit, mirip orang mongol.
Simptom-simptom lainnya kelopak mata tebal, wajah lebar
dan hidung pesek-lebar, belakang lebar, lidah besar disertai garis-
garis lubang yang dalam, leher pendek dan lebar, tangan pendek
dan lebar, jari-jari pendek dan tebal. Penyebabnya adalah kelainan
pada kromosom, karena usia ayah maupun ibu yang sudah lanjut,
yakni diatas 40 atau bahkan 50 tahun waktu bayi dikandung atau
dilahirkan.
2) Infeksi dan Keracunan
Pada wanita hamil yang terkena Syphilis, bayi yang
dikandungannya dapat mengalami kerusakan otak. Kerusakan ini
juga dapat terjadi akibat infeksi sesudah bayi dilahirkan. Obat-
obatan tertentu, yang dikonsumsi ibu selama hamil atau yang
dikonsumsi bayi secara berlebihan, dapat menimbulkan keracunan
yang berakibat kerusakan pada otak.
3) Prematuritas dan Trauma Fisik
Banyak anak lhir premature dengan berat badan kurang dari
dua setengah kilogram. Ternyata, kemudian memiliki gangguan
saraf dan tunagrahita. Cedera fisik waktu lahir atau tak lama
sesudah lahir juga dapat mengakibatkan kerusakan pada otak yang
berakibat lebih lanjut pada tunagrahita. Salah satunya adalah
anoksia, yaitu kekurangan oksigen pada otak karena bayi terlambat
bernafas sesudah dilahirkan atau karena sebab lain.
4) Malnutrisi dan sebab-sebab lain
Kekurangan protein bayi masih berada dalam kandungan
maupun sesudah dilahirkan dapat mengakibatkan tunagrahita.
Radiasi dan tumor otak juga dapat menjadi penyebab kerusakan
otak dan tunagrahita. Kondisi-kondisi sosio-kultural tertentu yang
tidak menguntungkan, juga dapat menimbulkan tunagrahita.
Ada dua jenis tunagrahita : tunagrahita akibat deprivasi
sensorik dan social yang berlangsung selama bertahun-tahun
pembentukan, misalnya seorang bayi yang diasuh dalam keadaan
terisolasi dari dunia luar oleh seorang ibu yang mengalami
gangguan mental dapat tumbuh menjadi anak tunagrahita.
Tunagrahita kultur-familial akibat kualitas interaksi dan
lingkungan cultural yang tidak memadai.39
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa factor
penyebab tunagrahita pada dasarnya disebabkan oleh dua factor yaitu
factor internal (biologis) dan eksternal (lingkungan luar).
3. Ciri-ciri Anak Tunagrahita
Drs. Tamsih Udin AM dan E. Tejaningsih di dalam bukunya yang
berjudul “Dasar-dasar Pendidikan Luar Biasa SPG/SPO/KPG”
menyebutkan ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari beberapa segi
yaitu:
a. Ciri-ciri jasmaniah anak tunagrahita
1) Anak tunagrahita ringan
Keadaan fisik anak tunagrahita ringan (mampu didik) pada
umumnya masih sama dengan anak normal maupun anak lambat
belajar. Bentuk kepala, mata, hidung, bentuk tubuhnya tidak ada
bedanya. Jadi, dengan melihat keadaan fisik saja tidak dapat
membedakan mana anak yang mampu didik, mana anak yang
lambat belajar, dan mana anak yang normal. Para ahli baru dapat
menentukan seseorang anak itu tergolong mampu didik setelah
mengadakan observasi dan tes psikologi.
39
A. Supratiknya, Mengenal Prilaku Abnormal, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet.
ke-1, h. 78-81.
2) Anak tunagrahita sedang
Keadaan fisik anak mampu latih (tunagrahita sedang) pada
umumnya berbeda dengan anak normal. Letak perbedaanya
mungkin pada kepala, mata, bentuk muka, mulut, dan pada bentuk
badannya. Ada yang tubuhnya kecil, kurus dengan mata sayu, dan
ada pula yang badannya besar dengan kepala kecil, bentuk
mukanya bulat telur, bibirnya tebal dan selalu terbuka, kadang-
kadang air liurnya selalu keluar, serta ada pula yang kepalanya
lebih besar dari kepala anak normal dan tidak seimbang dengan
badannya. Para guru SLB-C dan para pengasuh yang sudah
berpengalaman akan dengan mudah mengenal anak mampu latih.
3) Anak tunagrahita berat
Keadaan fisik anak perlu rawat (tunagrahita berat) seperti
halnya anak mampu latih. Beda dengan anak mampu didik dan
anak lambat belajar, bahkan perbedaanya lebih menonjol. Orang
awam akan dapat membedakan anak perlu rawat dari pada anak
normal. Akan tetapi, mereka tidak akan mengerti bahwa anak itu
tergolong anak perlu rawat yang diketahuinya bahwa anak itu
gila.40
40
Tamsih Udin AM dan E. Tejaningsih, Dasar-dasar Pendidikan Luar Biasa
SPG/SPO/KPG, (Bandung: Epsilon Grup Bandung Anggota IKAPI, 1988), cet. ke-1, h.
42-44.
b. Ciri-ciri rohaniah/ mental/ intelektual anak tunagrahita
1) Anak tunagrahita ringan
Kemampuan berfikir anak tunagrahita ringan (mampu didik)
lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan berfikir anak
lambat belajar, sehingga mereka selalu mengalami kesulitan dalam
memecahkan suatu masalah, walaupun masalah itu sederhana,
perhatian dan ingatannya lemah. Mereka tidak dapat
memperhatikan sesuatu hal dengan seruius dan lama, sebentar saja
perhatiannya akan berpindah kepada soal lain. Apalagi dalam hal
memperhatikan pelajaran mereka lekas jemu. Pada umumnya
mereka mampu mengingat peristiwa 3 bulan yang lalu, mereka
hanya mampu mengingat kurang lebih 10% dari bahan bacaan
yang telah dibaca sebanyak dua kali itu pun lekas lupa.
2) Anak tunagrahita sedang
Kemampuan berfikir anak tunagrahita sedang (mampu latih)
sangat rendah sehingga tidak mampu melihat suatu masalah.
Terhadap masalah yang sederhana saja mereka akan mengalami
kesulitan. Anak usia 6 tahun tidak mampu menghitung 1-5, pada
umumnya mereka hanya mampu menghitung 1-2 saja dan juga
tidak dapat menyebutkan nama-nama saudara-saudaranya secara
lengkap.
Sudah jelas tidak akan mampu menyebutkan nama-nama
anggota badannya sendiri, perhatian dan ingatannya sangat lemah
dapat dikatakan mereka hanya hidup pada saat ini. Masa lampau
hampir terlupakan sama sekali, hanya sedikit yang dapat diingat.
Mereka tidak mempunyai imajinasi untuk masa yang akan datang
dan dalam proses belaja-mengajar di sekolah apa yang diajarkan
oleh guru pada pagi hari akan terlupakan pada sore hari.
3) Anak tunagrahita berat
Kemampuan berfikir anak perlu rawat (tunagrahita berat)
hampir tidak ada. Biarpun sudah berusia 15 tahun anak itu tidak
dapat berhitung, tidak dapat melihat suatu masalah sehingga segala
sesuatu dibiarkan dengan acuh tak acuh. Biar lapar itu hanya dapat
merasakan perutnya lapar tetapi tidak mengerti lapar itu dan
bagaimana meminta makanan.
Ingatan anak perlu rawat sangat lemah hampir tidak mampu
lagi mengungkap kesan-kesan dari apa yang dilihat/ didengar.
Mereka sulit untuk menirukan sesuatu kata yang panjang. Misalnya
disuruh menirukan kata Indonesia tetapi yang terucapkan enak,
karena anak itu baru mengucap kata enak.41
c. Ciri-ciri sosial anak tunagrahita
1) Anak tunagrahita ringan
Keadaan sosial anak tunagrahita ringan mengalami hambatan,
mereka kurang dapat mengendalikan diri, hal ini dikarenakan
terbatasnya kemampuan mereka,. Karena mereka tidak mampu
41 Ibid, h. 45-48.
mempertimbangkan baik dan buruk, boleh dan tidak boleh. Mereka
tidak dapat menghayati norma-norma sosial yang berlaku di dalam
masyarakat, pada umumnya anak tunagrahita ringan mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri dengan masyarakat luas, mereka
hanya mampu menyesuaikan diri dengan saudara-saudaranya
didalam keluarga dan teman-temannya.
Anak tunagrahita ringan masih mampu menghitung uang dalam
pecahan mata uang yang kecil, menghitung jual-beli makanan di
sekolah masih dapat dilakukan tetapi mereka tidak akan dapat
belajar di pasar/ di toko.
2) Anak tunagrahita sedang
Anak tunagrahita ringan dan sedang tidak dapat mengendalikan
diri, apa yang diinginkannya dilakukannya mereka tidak
mempertimbangkan baik buruk, sopan dan tidak sopan, untung-
rugi, suka mengganggu temannya, tapi kalau ia diganggu akan
lekas marah. Sehingga sering terjadi pertengkaran, hamper setiap
hari di SLB-C ada anak yang menangis karena tidak dapat
mengendalikan dirinya maka pada umumnya anak tunagrahita
sedang tidak dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial.
Pada umumnya sikap dan tingkah lakunya lebih lamban bila
dibandingkan dengan anak tunagrahita ringan. Akan tetapi, ada
kalanya terjadi sebaliknya. Banyak gerakan-gerakan anggota
tubuhnya tidak terkendali, kadang-kadang suaranya juga tidak
terkendali, bahkan mereka bicara semaunya.
3) Anak tunagrahita berat
Anak tunagrahita berat tingkah lakunya tidak wajar, oleh
karena tidak ada dorongan untuk meniru dan tidak dapat
menanggapi suatu masalah. Maka, sikapnya diam saja, hidupnya
kosong tanpa gairah sedikit pun. Biasanya gerakan-gerakan yang
dilakukan hanya untuk memenuhi kepuasan atau untuk mencapai
kenikmatan, kalau dengan mengerak-gerakan salah satu kakinya
terasa nikmat maka, ia akan terus menggerak-gerakan kaki itu.
Ada suatu dugaan dari sementara orang bahwa dengan gejala
dan tingkah lakunya seperti di atas, anak tunagrahita berat tidak
mempunyai kesadaran ruang dan waktu. Mereka tidak mengetahui
dimana dan kapan suatu peristiwa atas dirinya sendiri, kesadaran
akan rasa panas dan sakit masih dimiliki. Buktinya kalau dikenai
api dapat menghindarkan diri dan kalau dicubit masih merasakan
kesakitan.42
42 Ibid, h. 49-52.
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN SLB-C KHRISNA MURTI
A. Sejarah berdirinya SLB-C Khrisna Murti
Yayasan SLB-C Khrisna Murti yang didirikan pada hari selasa, tanggal
11 September tahun 1973. Murniati Nasution dan Sanawia Nur menghadap
Raden Soeratman, mereka berdua adalah notaris yang dikenal oleh beliau.
Kedua notaris tersebut menjelaskan tujuan kedatangannya yaitu bahwa mereka
bersama-sama ingin mendirikan satu yayasan dengan cara menyisihkan dari
kekayaan mereka sebesar Rp. 5000 (lima ribu rupiah).43
Kemudian Ibu Murniati Nasution mengajak teman-temannya yaitu Ibu
Titi Sayono dan Dra. Ganjar Dani untuk mendirikan sebuah sekolah untuk
anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental. Karena masih sedikit sekali
sekolah untuk anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental di Jakarta dan
rasa kepedulian Ibu Murniati Nasution terhadap pendidikan anak-anak
keterbelakangan mental. Lalu sekolah itu diberi nama Khrisna Murti yang di
ambil dari nama Ibu Murniati Nasution.44
Yayasan ini bernama Khrisna Murti yang beralamat di jalan raya III no.
8 Kebayoran Baru Jakarta. Lalu dipindahkan oleh Lurah setempat yaitu bapak
Yusuf Sirait, karena tempat tersebut ingin didirikan sebuah masjid. Selain
ingin di bangun sebuah masjid tempat tersebut sudah tidak memadai, oleh
karena itu sekolah dipindahkan ke jalan Masjid Darussalam Blok A Gandaria
43
Raden Soeratman, Akta Notaris SLB-C no 93, 1973. 44
Wawancara Pribadi dengan Chairani Parinduri, (Kepala Sekolah SLB-C Khrisna
Murti), 29 Januari 2009.
Utara, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada tahun 1985 dengan
luas tanah 600 M dan luas bangunan 400 M dalam keadaan darurat seperti
ruang kelas yang lantainya masih berupa tanah, dan sering terkena banjir
karena tempat tersebut adalah empang. Tetapi tahap demi tahap sekolah
tersebut direnovasi dengan dana sumbangan dari para donatur dan
pemerintah.45
Yayasan SLB-C Khrisna Murti sudah mendapatkan surat persetujuan
menyelenggarakan sekolah swasta dari menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia pada tanggal 10 Januari tahun 1989, no. 55/ A/ I-89.
Selain itu yayasan juga telah terdaftar di Badan Koordinasi Kegiatan
Kesejahteraan Sosial (BKKKS) DKI Jakarta pada tanggal 4 April tahun 1991,
surat ini menjelaskan bahwa yayasan tersebut telah melaksanakan upaya
pelayanan di bidang usaha kesejahteraan sosial dalam bentuk pendidikan
tunagrahita.46
Pada tanggal 7 Oktober 1996, Murniati Nasution mendaftarkan yayasan
SLB-C Khrisna Murti pada badan Dinas Sosial no. 96. 40101. 285. karena ini
merupakan salah satu persyaratan untuk mendapat izin oprasional kegiatan
dari instansi pemerintah yang berwenang sesuai dengan bidang usaha
kegiatannya.47
45
Wawancara Pribadi dengan Chairani Parinduri, (Kepala Sekolah SLB-C Khrisna
Murti), 29 Januari 2009. 46
Sarsito N. Sarwono, Badan Kordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) DKI
Jakarta, 1991. 47
H. Emon Setia Sumanti. SH, Akta Notaris, Surat Tanda daftar Dinas Sosial DKI
Jakarta, 1996.
SLB-C Khrisna Murti mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap
seperti perakarya, alat peraga, computer, terapi wicara, mesin jahit,
perlengkapan memasak, televisi, radio tape, bola voli, meja tennis, ruang
tunggu, kantin, lemari buku, lemari guru, meja dan kursi anak, lapangan olah
raga, alat peraga dan lain sebagainya.
SLB-C Khrisna Murti memiliki sumber daya manusia yang latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidangnya. 48
Table 1
Data guru-guru SLB-C Khrisna Murti Jakarta Selatan
No Nama Pendidikan Jabatan
1 Dra. Chairani Parinduri S1 PLB Kepala sekolah
2 Dewi Tri Mulayana DII SGPLB Guru
3 Noor Isnanto Heru S1 Akta IV Guru
4 Suminten Spd S1 Akta IV Guru
5 Zawarly Spd S1 Akta IV Guru
6 Bepi Rusmeina SPGLB Guru
7 Ida Spd S1 Guru
8 Johan simak Spd S1 Terapis
B. Visi dan Misi Yayasan SLB-C Khrisna Murti
Dalam mendirikan sekolah Yayasan SLB-C Khrisa Murti memiliki
beberapa visi dan misi agar yayasan yang didirikan menjadi sebuah lembaga
yang dapat memajukan bangsa. Adapun visi dan misi yayasan SLB-C Khrisna
Murti yaitu:
48 Arsip Data Guru SLB-C Khrisna Murti, 2007.
1. Visi yayasan SLB-C Khrisna Murti
Yaitu memberdayakan peserta didik menuju kemandiriannya dalam
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Misi yayasan SLB-C Khrisna Murti
Misi yayasan SLB-C Khrisna Murti sebagai berikut:
a. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengidentifikasi potensi peserta didik untuk ditumbuhkembangkan
agar berpengetahuan, bercita-cita, mampu menerapkan hasil belajarnya
dalam hidup bermasyarakat lokal dan global.
c. Berpartisipasi aktif dalam mensukseskan program wajib belajar.
Dari beberapa visi dan misi di atas, maka yayasan SLB-C krisna Murti
berkembang menjadi lebih baik. Karena para peserta didik menjadi siswa yang
lebih mandiri dan bertaqwa Kepada Tuhan yang Maha Esa.
C. Tujuan berdirinya Yayasan SLB-C Khrisna Murti
Selain memiliki sebuah visi dan misi Yayasan SLB-C Khrisna Murti
juga memiliki sebuah tujuan. Adapun tujuan tersebut sebagai berikut:
a. Membiasakan penerapan akhlak mulia, perilaku terpuji, sehat jasmani dan
rohani, untuk berkreasi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menumbuhkembangkan kemampuan berkomunikasi, keterampilan bekerja
sama, dan keberanian membuat solusi.
c. Mempersiapkan perserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Yayasan SLB-C Khrisna Murti adalah sebuah lembaga pendidikan bagi
anak-anak yang mempunyai intelegensinya di bawah anak-anak normal
lainnya atau keterbelakangan mental, sehingga dengan tujuan tersebut
Yayasan SLB-C Khrisna Murti ingin menjadikan anak-anak yang
berkebutuhan khusus ini seperti anak normal lainnya.
D. Struktur Organisasi Yayasan SLB-C Khrisna Murti
Pengurus Yayasan
Komite Sekolah Kepala Sekolah
Bendahara Sekolah
Guru
Guru Guru Guru Guru Guru Guru
Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa
Sudin Pendidikan Dasar Jakarta Selatan
Tata Usaha
Siswa
Keterangan:
Garis Komunikasi
Garis Birokrasi
Sumber : Arsip Kepala Sekolah SLB-C Khrisna Murti, 29 Januari 2009.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA
A. Program yang dilakukan Pembimbing Agama Islam pada Anak
Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti
Manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya, diantaranya
melengkapi tubuh manusia dengan dua pasang mata untuk melihat, dua pasang
telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, dan sebuah akal untuk
berfikir. Namun ada beberapa orang yang Allah ciptakan ia memiliki mata
namun tidak dapat melihat, bertelinga namun tidak dapat mendengar begitu
pula dengan akal fikiran, mereka memiliki kekurangmampuan dalam berfikir
karena rendahnya tingkat kecerdasan yang mereka miliki.
Bimbingan Islam adalah salah satu cara untuk memberikan bantuan
kepada orang yang mengalami kesulitan-kesulitan baik secara lahiriyah
maupun bathiniyah yang menyangkut kehidupan sekarang maupun di masa
yang akan datang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang agama
Islam, dengan tujuan agar ia mampu mengatasi kesulitannya dengan
kemampuan yang ada pada dirinya, melalui dorongan kekuatan iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Yayasan Khrisna Murti merupakan salah satu sekolah untuk anak-anak
yang berkebutuhan khusus salah satunya yaitu anak tunagrahita. Berdasarkan
hasil wawancara kepada para pembimbing agama Islam mengenai upaya
bimbingan Islam bagi anak tunagrahita dapat ditrianggulasikan sebagai
berikut:
No Kata kunci Hasil wawancara
1 Bagaimana Cara Bimbingan
Agama Dilaksanakan
� Mengarahkan langsung yang
menyangkut tingkah laku agama
� Mengucapkan as-salamu'alaikum,
melafazkan surat-surat,
dan do'a-do'a pendek
� Memperhatikan prilaku anak
� Menuntun dan mencontohkan
� Berprilaku sopan santun
2 Kapan Bimbingan Agama
Dilakukan
� Setiap hari yang berhubungan
dengan tingkah laku dan tutur kata
� Setiap hari jum'at berupa melafazkan
do’a-do’a pendek, membaca al-
qur’an
3 Dimana Bimbingan Agama
Berlangsung
� Di luar kelas dan di dalam kelas
4 Program Apa Saja Yang
Dilakukan Pembimbing
Agama
� Penanaman sopan santun, bimbingan
shalat, dan cara berwudhu
� Membaca al-qur'an surat pendek
� Membaca do'a-do'a
5 Mengapa Bimbingan Agama
Dilakukan
� Karena termasuk program
pengajaran
� Untuk mendidik anak supaya tau dan
memahami setiap kegiatan itu ada
do'anya
� Untuk mendidik anak supaya tau dan
mengetahui tentang Allah SWT
� Untuk mereka bisa bergaul, dan
bertutur kata yang baik
� Untuk mendidik anak kejalan yang
benar
� Untuk mendidik anak agar mereka
tau sopan santun dan mengenal
Tuhannya
Dari hasil trianggulasi di atas peneliti dapat mendiskripsikan bahwa
program bimbingan agama pada anak tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti
sebagai berikut:
1. Penanaman Sopan Santun (Akhlak)
Penanaman sopan santun atau akhlak adalah merupakan salah satu
program bimbingan agama Islam yang dilakukan sekolah luar biasa
khrisna murti. Dalam penanaman sopan santun atau akhlak pembimbing
atau guru agama melakukannya dengan cara memperhatikan prilaku anak,
apabila si anak melakukan prilaku yang kurang sopan, maka pembimbing
menegur, mengarahkan langsung kepada yang benar dan memberikan
contoh prilaku yang sopan santun.
Dalam penanaman sopan santun pada anak tunagrahita jelas berbeda
dengan anak normal yang lain, dimana anak normal hanya diberikan
arahan saja tanpa ada pencontohan dari pembimbing atau guru agama yang
bersangkutan karena sebelumnya anak normal tersebut sejak kecil sudah
diarahkan oleh kedua orang tuanya.
Sedangkan, anak tunagrahita perlu adanya arahan sekaligus
pencontohan dari pembimbing atau guru agama yang bersangkutan seperti
mengucapkan assalamu’alaikum ketika anak hendak masuk ke dalam
kelas, bertutur kata yang sopan terhadap guru dan teman-temannya. Hal-
hal seperti itulah yang mudah untuk dicontohkan kepada anak tunagrahita.
Penanaman sopan santun dilakukan secara bertahap yakni berulang-
ulang agar si anak bisa meniru dan memahami apa yang sudah diajarkan
oleh pembimbing atau guru agamanya karena anak tunagrahita
perkembangan mentalnya jelas lebih lambat dengan anak normal.
Adapun program ini dilakukan setiap hari, ketika anak berada di
dalam kelas maupun di luar kelas, mulai anak datang ke sekolah hingga
anak pulang sekolah.
Penanaman sopan santun ini dilakukan karena termasuk salah satu
program sekolah yang telah di buat jadwal oleh sekolah, untuk mendidik
anak supaya tahu dan memahami setiap kegiatan yang dilakukan sehari-
hari itu ada do’anya, agar mereka mengetahui tentang Sang Pencipta alam
semesta Allah SWT dan berada di jalan yang benar, dan dapat bergaul
dengan lingkungan sekitar baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan
rumah, bertutur kata yang baik dengan lingkungan sekitar.
Program ini bertujuan agar anak mengetahui sopan santun dan dapat
bersosialisasi atau bergaul dengan lingkungan sekitar seperti orang tua,
guru, keluarga dan temen.
2. Membaca Do’a-do’a
Do’a merupakan suatu ucapan rasa syukur seorang hamba kepada
Tuhannya. Dalam hal ini anak tunagrahita diberikan do’a oleh para guru
agama yaitu berupa do’a sehari-hari seperti : Do’a mau makan, sesudah
makan, do’a untuk kedua orang tua, do’a mau tidur, bangun tidur, do’a
mau belajar, dan do’a masuk kamar mandi.
Membaca do’a-do’a pendek ini dilakukan oleh pembimbing atau
guru agama dengan cara guru membacakan do’a tersebut perkata lalu
anak-anak mengikutinya dengan baik dan itu dibaca berulang-ulang
hingga anak dapat melafazkan dan mengetahui do’a tersebut.
Adapun pemberian do’a-do’a tersebut dilakukan setiap hari jum’at,
kecuali pada responden ke dua ia melakukan membaca do’a-do’a pendek
setiap hari. Tujuan dari bimbingan ini supaya anak tahu bagaimana
mensyukuri apa yang telah Allah SWT berikan kepada hamba-Nya.49
Adapun praktek do’a-do’a tersebut dilakukan setiap hari seperti
waktu istirahat, ketika anak mau makan, pembimbing agama atau guru
agama menuntun membaca do’a mau makan, dan setelah anak selesai
makan pembimbing juga menuntun membaca do’a setelah makan.
49 Suminten Spd, Wawancara Pribadi, Guru agama, Jakarta, 26 Februari 2009.
3. Membaca Al-qur’an
Al-qur’an sebuah sebuah kitab suci yang dimiliki oleh para ummat
islam dan diwajibkan bagi semua ummat Islam termasuk anak tunagrahita
untuk membacanya walaupun hanya satu ayat karena dengan membaca
ayat suci al-qur’an hati kita akan merasa tentram, dan tenang.
Program membaca al-qur’an kepada anak tunagrahita dilakukan di
dalam kelas setiap hari jum’at, mulai jam 08.00 sampai jam 09.00 dengan
cara satu persatu anak maju kemeja pembimbing atau guru agama lalu
pembimbing atau guru agama mencontohkan terlebih dahulu dan si anak
mengikutinya, dan bertujuan supaya anak dapat mengenal atau mengetahui
huruf hijaiyah.
4. Bimbingan Shalat
Shalat adalah suatu bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah
semata yang sudah digariskan oleh syariat islam, baik bentuknya, caranya,
waktunya serta syarat dan rukunnya. Diantara semua ibadah itu, shalatlah
yang dianggap paling utama, karena shalat merupakan tiang agama.
Bimbingan shalat dilakukan setiap hari jum’at di dalam kelas,
dengan menggunakan alat peraga yaitu melihat gambar orang yang sedang
melakukan shalat. Pembimbing atau guru agama membacakan bacaan-
bacaan shalat secara berulang-ulang karena daya fikir anak tunagrahita
berbeda dengan anak normal. Oleh karena itu, pembimbing atau guru
agama harus memberikan bacaan-bacaan shalat dengan berulang-ulang
dan surat-surat pendek agar mudah untuk diikuti oleh anak tunagrahita.
Program bimbingan shalat ini dipraktekan setiap hari di luar kelas
pada saat shalat zuhur tiba. Mereka melakukan shalat zuhur berjama’ah,
dimana seorang pembimbing laki-laki menjadi imam dan semua para anak
tunagrahita dan pembimbing wanita termasuk kepala sekolah menjadi
imam.
5. Cara berwudhu
Berwudhu merupakan salah satu kewajiban untuk seseorang yang
hendak melakukan shalat baik shalat fardu maupun shalat sunnah. Karena
wudhu adalah cara kita menghilangkan najis-najis kecil.
Program ini bertujuan agar anak mengetahui bahwa sebelum
melakukan shalat diwajibkan untuk berwudhu atau menghilangkan najis-
najis kecil yang ada pada diri anak. Cara berwudhu dilakukan setiap ingin
melakukan shalat zuhur berjama’ah.
Dari semua program yang telah dilakukan pembimbing dalam upaya
bimbingan agama pada anak tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti guna
mengajarkan kepada anak tunagrahita bahwa semua ini ada yang
menciptakan yaitu Allah SWT. Selain itu untuk mendidik anak agar
mereka mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
B. Kondisi Anak Tunagrahita Sebelum dan Sesudah Mendapatkan
Bimbingan Agama
Dalam melakukan bimbingan agama, seorang guru agama sangat penting
sekali untuk mengetahui bagaimana kondisi anak tunagrahita pada saat mereka
belum mendapatkan bimbingan agama dan sesudah mendapatkan bimbingan
agama. Apakah ada perubahan pada diri anak baik secara zohir atau tidak?
untuk mengetahui jawaban tersebut maka, peneliti melakukan wawancara
kepada para pembimbing atau guru agama di sekolah luar biasa khrisna murti
khususnya bagian C (tunagrahita).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditrianggulasikan seperti
table di bawah ini:
No Kata kunci Hasil wawancara
1 Sebelum dan sesudah
Bimbingan Agama
dilaksanakan
� Melakukan perbuatan semaunya
mereka sendiri dan sesudah bimbingan
agama perubahannya sangat bagus
sekali
� nggak tau sopan santun dan setelah
bimbingan agama perubahan prilaku
yang lebih baik
� Melakukan apa yang mereka inginkan
dan Perubahan mereka sudah lebih
baik
� Berbuat semaunya dan setelah
bimbingan agama perilakunya yang
kian hari kian membaik
� Prilakunya nggak karuan dan
perubahan prilakunya lebih baik
� Nggak tau sopan santun tapi sesudah
bimbingan agama prilaku mereka yang
makin membaik
2 Prilaku Anak Yang Kurang
Sopan
� Ditegur dan diarahkan langsung
� Menegur dan membenarkan pada saat
itu juga
� Dipanggil dan diberitau kalo
perbuatannya kurang sopan
� Ditegur langsung dan meluruskannya
� Ditegur dengan baik
� Tegur dan mengarahkannya kepada
yang benar
Adapun kondisi anak tunagrahita di sekolah luar biasa khrisna murti
dapat didiskripsikan seperti berikut:
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ (intelektual) di bawah
rata-rata anak normal.50
Kondisi anak tunagrahita sebelum mendapatkan
bimbingan agama seperti melakukan semaunya mereka sendiri, tidak tahu
sopan santun, sehingga prilaku mereka tidak karuan.
Akan tetapi ketika anak melakukan prilaku yang kurang sopan
pembimbing atau guru agama memanggil anak tersebut lalu menegur dengan
baik dan memberi tahu bahwa perbuatan yang ia lakukan itu kurang sopan dan
langsung mengarahkan atau meluruskan kepada yang benar.
Bimbingan agama sangatlah penting bagi anak tunagrahita, karena untuk
mendidik anak supaya tau dan memahami, mengetahui tentang Allah SWT.51
50
Suminten Spd, Wawancara Pribadi, Guru agama, Jakarta, 26 Februari 2009. 51
Noor Isnanto Heru Nugroho, Wawancara Pribadi, Guru agama, Jakarta, 04 Maret
2009.
Dengan bimbingan agamalah anak dapat mengetahui mana yang baik dan
mana yang tidak baik.
Kondisi anak tunagrahita setelah diberikan bimbingan agama, mereka
mempunyai perubahan prilaku yang lebih baik. Seperti berprilaku sopan
santun, betutur kata yang baik, dapat berdo’a dengan baik, dan membaca al-
qur’an dengan baik.
C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendundukung
Berdasarkan hasil wawancara dari para guru agama (pembimbing) maka
dapat ditrianggulasikan seperti di bawah ini:
No Kata kunci Hasil wawancara
1 Faktor Penghambat dan
pendukung bimbingan agama
� Anak-anak tidak sekolah dan
pendukungnya dorongan orang tua
� Kosa kata kalo faktor pendukung alat
peraga atau gambar-gambar
� Anak-anak pada nggak masuk,
pendukungnya fasilitas memadai
� Kalo ada anak yang ngompol di
dalam kelas dan pendukung adalah
alat peraga atau gambar-gambar
� Anak-anak tidak masuk sekolah
sedangkan pendukungnya Gambar-
gambar atau alat peraga
� Sifat malas anak-anak, kalo
pendukungnya gambar-gambar
2 Menghadapi Faktor
Penghambat
� Saya dan orang tua berkomunikasi
aktif
� Memberi latihan-latihan secara terus
menerus
� Memanggil orang tua untuk
memberitahu agar mau mengantar
anak ke sekolah
� sabar
� Musyawarah dengan orang tua murid
� Mengikuti kemauan mereka
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya bimbingan agama pada anak
tunagrahita itu melalui faktor penghambat dan faktor pendukung. Dalam
melakukan bimbingan agama para pembimbing atau guru agama memiliki
beberapa faktor penghambat diantaranya:
1. Anak-anak tidak masuk
Anak tidak masuk sekolah merupakan faktor penghambat yang sering
terjadi, anak tidak masuk sekolah sehari ketika si anak masuk sekolah
pembimbing harus mengulang pelajaran dari awal kembali karena anak
tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak
normal.
Anak-anak tidak masuk sekolah dikarenakan oleh beberapa sebab
diantaranya: Ibu tidak dapat mengantarkan anaknya ke sekolah karena
kerja dan sakit. Sedangkan anak yang biasa diantar oleh pembantu ketika
pembantunya sakit atau pulang kampung, maka anak tidak masuk sekolah
beberapa hari.
Anak tunagrahita masuk sekolah tergantung kepada orang-orang yang
biasa mengantarkan mereka ke sekolah karena anak tunagrahita tidak bisa
berangkat ke sekolah sendiri walaupun rumah mereka tidak jauh dari
sekolah.52
2. Kosa-kata
Ucapan para anak tunagrahita tidak seperti anak normal, apa yang
mereka ucapkan rata-rata tidak jelas. Maka dalam bimbingan agama kata-
kata yang guru contohkan mereka mengucapkan kata-kata itu tidak jelas
sehingga guru harus mengulang-ulang beberapa kali sampai mereka dapat
mengucapkan dengan baik walau hanya satu kata terutama dalam hal
membaca al-qur’an.53
3. Sifat malas anak
Sifat malas tidak hanya terdapat pada anak normal saja tetapi pada
anak tunagrahita pun ada. Tetapi ketika anak tunagrahita sudah
menunjukan sifat malas mereka pembimbing atau guru agama tidak dapat
memaksakan mereka untuk melakukan apa yang pembimbing atau guru
agama inginkan.
Sifat malas pada anak tunagrahita dapat timbul karena beberapa
penyebab seperti anak sudah merasa jenuh, mearasa capek, mengantuk,
kekenyangan setelah makan pada saat istirahat. Setelah pembimbing
melihat bahwa anak telah menunjukan sifat malasnya, maka pembimbing
52
Suminten Spd, Wawancara Pribadi, Guru agama, Jakarta, 26 Februari 2009. 53 Zawarly Spd, Wawancara Pribadi, Guru agama, Jakarta, 26 Februari 2009.
atau guru agama harus dapat mengikuti keinginan mereka sehingga
mereka tidak keluar dari kelas.
Pembimbing atau guru agama dalam melakukan bimbingan agama
memiliki faktor penghambat seperti yang telah dijelaskan di atas. Tetapi
pembimbing atau guru agama dalam menghadapi semua faktor penghambat
dengan sabar, selain itu pembimbing atau guru agama memiliki beberapa cara
seperti: memanggil orang tua murid dan melakukan musyawarah bersama
dengan orang tua murid, karena orang tua sangat berperan penting dalam hal
pendidikan anak, selain itu agar mengetahui perkembangan anaknya dari hari
ke hari dan lebih perhatian lagi kepada anak-anak mereka dan lebih
menekankan agar para orang tua mau mengantarkan anak ke sekolah, dan
orang tua harus sering bertanya kepada anak tentang pelajaran setiap hari agar
anak mau mengulang-ulang pelajaran sekolah.
Sedangkan faktor pendukung dalam melakukan bimbingan agama di
sekolah luar biasa khrisna murti bagian c (tunagrahita) sebagai berikut:
1. Fasilitas sekolah memadai
Bimbingan agama dapat berjalan dengan baik karena fasilitas
sekolah memadai, seperti gambar-gambar atau alat peraga. Dalam
melakukan bimbingan agama para pembimbing atau guru agama dapat
menggunakan gambar-gambar, seperti gambar cara berwudhu.
Sedangkan apabila pembimbing atau guru agama ingin melakukan
bimbingan membaca al-qur’an, maka pembimbing atau guru agama dapat
mengambil iqro bagi anak yang belum mengenal huruf hijaiyah atau al-
qur’an bagi anak yang sudah mengenal huruf hijaiyah.di perpustakaan
yang telah disediakan oleh sekolah.
2. Dorongan orang tua
Dalam bimbingan agama faktor pendukung yang paling utama
adalah dorongan orang tua, karena dengan dorongan orang tua bimbingan
agama dapat berjalan dengan baik walaupun fasilitas sekolah memadai.
Tanpa dorongan orang tua anak tidak mau mengikuti kegiatan sekolah atau
tidak mau masuk sekolah.54
54 Suminten Spd, Wawancara Pribadi, Guru agama, Jakarta, 26 Februari 2009.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti mendiskripsikan dan menganalis skripsi ini, maka
penulis menyimpulkan:
1. Program yang dilakukan Pembimbing agama Islam pada Anak
Tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti sebagai berikut:
a. Sopan santun dilakukan dalam prilaku sehari-hari seperti:
mengucapkan assalamu’alaikum ketika masuk kelas, bertutur kata
yang sopan dengan guru, orang tua, teman, dan bertingkah laku yang
sopan.
b. Membimbing shalat seperti: mengajarkan gerakan-gerakan shalat,
bacaan-bacaan dalam shalat, dan dipraktekan setiap hari.
c. Berwudhu seperti apa saja yang harus dilakukan saat berwudhu, and
dilakukan setiap hendak melakukan shalat berjama’ah.
d. Membaca al-qur'an surat pendek seperti mencontohkan untuk
melafazkan ayat al-qur’an, dan menghafalnya.
e. Do'a-do'a seperti: melakukan do’a makan ketika anak mau makan, dan
do’a sesudah makan, do’a kedua orang tua ketika selesai melakukan
shalat berjama’ah, dan do’a sebelum belajar.
2. Kondisi anak tunagrahita sebelum dan sesudah diberikan bimbingan
agama Islam.
a. Prilaku anak sebelum diberikan bimbingan agama
1) Melakukan perbuatan semau mereka sendiri
2) Prilaku mereka tidak sopan
3) Tingkahlaku mereka sudah tidak karuan
b. Perubahan prilaku anak sesudah diberikannya bimbingan agama
1) Prilaku anak menjadi lebih baik
2) Anak tahu tentang sopan santun
3) Berprilaku sesuai dengan norma agama
3. Faktor pendukung dan faktor penghambat ketika dilakukan bimbingan
agama Islam.
a. Faktor pendukung ketika bimbingan agama
Ketika bimbingan agama berlangsung para pembimbing atau
guru agama melakukan dengan baik, karena sekolah memiliki fasilitas
yang memadai seperti: Alat peraga misalnya gambar-gambar shalat,
cara berwudhu, dan cara membaca do’a
b. Faktor penghambat ketika bimbingan agama
1) Anak-anak tidak masuk
2) Kosa-kata
3) Sifat malas anak
B. Saran
Kegiatan bimbingan agama kepada anak tunagrahita yang telah
dilakukan oleh yayasan SLB-C Khrisna Murti. Ada baiknya jika dilengkapi
dengan beberapa saran berikut ini:
1. Untuk Yayasan SLB-C Krisna Murti agar lebih diperhatikan lagi masalah
bimbingan khususnya bimbingan agama, karena bimbingan agama
merupakan salah satu cara agar anak tunagrahita mengenal Allah SWT dan
dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dengan melihat kondisi siswa-siswi SLB-C Khrisna Murti, penulis
mengharapkan kepada pihak sekolah atau para guru agama lebih giat
dalam menjalankan bimbingan agama kepada siswa-siswi SLB-C Khrisna
Murti terutama dalam hal praktek. Karena siswa-siswi SLB-C Khrisna
Murti lebih suka melakukan kegiatan di luar kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad al-Hasyimi, Sayyid, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits, Bandung: Sinar Baru al-Gensido, 2001.
Arifin, H. M., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT. Golden Terayon Press,
1998.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Bahreis, Salim, Riyadhus Shalihin, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987.
Bratanata,S. A., Pengantar dan Pendidikan Anak Berkelainan, Bandung: Pelita, 1970.
Chalid,Muhammad, Studi tentang Sikap Orang Tua terhadap Anak Tuna Grahita mampu Didik
dengan Prestasi Belajar Siswa SDLB-C Asih Budi Jakarta, Skripsi S1 Fakultas
Psikologi, Universitas Islam Bandung, 1997.
Halim Mahmud, Ali Abdul, Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani, 2004.
Hasan, M. Ali dan Abuddin Nata, Materi Pokok Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1998.
Lumbantobing, Anak Dengan Mental Terbelakang, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
UI, 1997.
Mangunsong et. al, Frieda, Psikologi dan Pendidikan Luar Biasa, Jakarta: LPSP 3 UI, 1998.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Mubarok, Ahmad, Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2002.
Nasution,Harun, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UII press, 1985.
Nur Abdul Hafidz, Muhammad, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: Al-Bayan, 1999.
Nur’aeni, Intervensi Dini bagi Anak Bermasalah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Rahim Faqih, Aunur, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001.
Rahim Faqih, Aunur, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004.
Rifai,Moh., Aqidah Akhlak, Semarang: CV. Wicaksana, 1994.
Sarwono, Sarsito N., Badan Kordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) DKI Jakarta,
1991.
Setia Sumanti., H. Emon SH, Surat Tanda daftar Dinas Sosial DKI Jakarta, 1996.
Sukardi, Dewa Ketut, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: PT. Bhineka Cipta, 1995.
Supratiknya,A., Mengenal Prilaku Abnormal, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Udin AM., Tamsih, dan E. Tejaningsih, Dasar-dasar Pendidikan Luar Biasa SPG/SPO/KPG,
Bandung: Epsilon Grup Bandung Anggota IKAPI, 1988.
Umar H. M. dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001.
Prayitno M., dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1999.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1981.
Yusuf, LN, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2006.
WAWANCARA
Parinduri, Dra. Chairani, Kepala Sekolah SLB-C Khrisna Murti, Wawancara Pribadi, 29 Januari
2009.
Suminten Spd, Wawancara Pribadi, Guru agama Islam, Jakarta, 26 Februari 2009.
Heru Nugroho, Noor Isnanto, Wawancara Pribadi, Guru agama Islam, Jakarta, 04 Maret 2009.
Zawarly Spd, Wawancara Pribadi, Guru agama Islam, Jakarta, 26 Februari 2009.