BERTILLE LORGEOUX CHANDROU KOUMAR BENOIT SILVESTRE DE FERRON
UNIVERSITAS INDONESIA...UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON...
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA...UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON...
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS
JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARATPERIODE 1 JULI – 26 AGUSTUS 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
YUDHO PRABOWO, S.Farm.1006835596
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOKDESEMBER 2011
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
i
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS
JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARATPERIODE 1 JULI – 26 AGUSTUS 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
YUDHO PRABOWO, S.Farm.1006835596
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOKDESEMBER 2011
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh :Nama : Yudho Prabowo S. FarmNPM : 1006835596Program Studi : ApotekerJudul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT. Ferron Par
Pharmaceuticals Jalan Jababeka VI Blok J No. 2-3, Cikarang, Jawa Barat Periode 1 Juli – 26 Agustus 2011
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker – Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Rejeki Indiastuti, S.F., Apt. ( ………………….. )
Pembimbing II : Drs. Hayun, M.Si., Apt ( ………………….. )
Penguji : ……………………… ( ………………….. )
Penguji : ……………………… ( ………………….. )
Penguji : ……………………… ( ………………….. )
Ditetapkan di : DepokTanggal :
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT atas limpahan nikmat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di PT. Ferron Par Pharmaceutical dan penyusunan laporan ini
tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program
Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia untuk mencapai gelar apoteker. Pada
kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Djoko Sujono, MBA selaku Managing Director PT. Ferron Par
Pharmaceutical karena telah memberi penulis kesempatan untuk melakukan
PKPA di PT. Ferron Par Pharmaceuticals.
2. Bapak Rahmat Budi Yuwono, S.Si., Apt. selaku Quality Manager PT. Ferron
Par Pharmaceuticals yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
belajar dan memperoleh banyak pengalaman di bagian Quality PT. Ferron Par
Pharmaceuticals.
3. Ibu Rejeki Indiastuti, S.F., Apt, selaku Validation Manager dan pembimbing
PKPA ini. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan pada penulis sehingga
mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran berharga di PT. Ferron Par
Pharmaceuticals.
4. Bapak Drs. Hayun, M.Si., Apt. sebagai pembimbing dari Program Profesi
Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan.
5. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. sebagai Ketua Departemen
Farmasi FMIPA UI.
6. Bapak Dr. Harmita, Apt. Sebagai Ketua Program Profesi Apoteker
Departemen Farmasi FMIPA UI.
7. Anton Sulistiawan, S.Si., Apt, Arif Budianto, S.Farm., Apt., dan para
Supervisor di PT. Ferron Par Pharmaceuticals yang telah memberikan induksi,
arahan, dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA, khususnya dalam
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
iv
pelaksanaan tugas khusus.
8. Para QA Specialist dan seluruh Quality Staff PT Ferron Par Pharmaceuticals
atas kerjasama dan pengetahuan yang telah dibagikan kepada penulis.
9. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga
pelaksanaan PKPA dan laporan berjalan lancar.
10. Semua teman-teman Apoteker Universitas Indonesia Angkatan 73 yang saling
mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA.
11. Serta pihak lain yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga
pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek
Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat
dan semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Desember 2011
Penulis
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
i
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS
JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARATPERIODE 1 JULI – 26 AGUSTUS 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
YUDHO PRABOWO, S.Farm.1006835596
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOKDESEMBER 2011
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh :Nama : Yudho Prabowo S. FarmNPM : 1006835596Program Studi : ApotekerJudul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT. Ferron Par
Pharmaceuticals Jalan Jababeka VI Blok J No. 2-3, Cikarang, Jawa Barat Periode 1 Juli – 26 Agustus 2011
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker – Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
Ditetapkan di : DepokTanggal : 5 Januari 2012
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT atas limpahan nikmat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di PT. Ferron Par Pharmaceutical dan penyusunan laporan ini
tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program
Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia untuk mencapai gelar apoteker. Pada
kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Djoko Sujono, MBA selaku Managing Director PT. Ferron Par
Pharmaceutical karena telah memberi penulis kesempatan untuk melakukan
PKPA di PT. Ferron Par Pharmaceuticals.
2. Bapak Rahmat Budi Yuwono, S.Si., Apt. selaku Quality Manager PT. Ferron
Par Pharmaceuticals yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
belajar dan memperoleh banyak pengalaman di bagian Quality PT. Ferron Par
Pharmaceuticals.
3. Ibu Rejeki Indiastuti, S.F., Apt, selaku Validation Manager dan pembimbing
PKPA ini. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan pada penulis sehingga
mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran berharga di PT. Ferron Par
Pharmaceuticals.
4. Bapak Drs. Hayun, M.Si., Apt. sebagai pembimbing dari Program Profesi
Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan.
5. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. sebagai Ketua Departemen
Farmasi FMIPA UI.
6. Bapak Dr. Harmita, Apt. Sebagai Ketua Program Profesi Apoteker
Departemen Farmasi FMIPA UI.
7. Anton Sulistiawan, S.Si., Apt, Arif Budianto, S.Farm., Apt., dan para
Supervisor di PT. Ferron Par Pharmaceuticals yang telah memberikan induksi,
arahan, dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA, khususnya dalam
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
iv
pelaksanaan tugas khusus.
8. Para QA Specialist dan seluruh Quality Staff PT Ferron Par Pharmaceuticals
atas kerjasama dan pengetahuan yang telah dibagikan kepada penulis.
9. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga
pelaksanaan PKPA dan laporan berjalan lancar.
10. Semua teman-teman Apoteker Universitas Indonesia Angkatan 73 yang saling
mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA.
11. Serta pihak lain yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga
pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek
Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat
dan semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Desember 2011
Penulis
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
v Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iiKATA PENGANTAR .................................................................................... iiiDAFTAR ISI ................................................................................................... vDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viiiDAFTAR TABEL ........................................................................................... ixDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 11.2 Tujuan ....................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM ....................................................................... 32.1 Industri Farmasi ........................................................................ 3
2.1.1 Pengertian Industri Farmasi ........................................... 32.1.2 Persyaratan Usaha Industri Farmasi ............................... 32.1.3 Pembinaan dan pengawasan Industri Farmasi ............... 5
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ................................ 62.2.1 Manajemen Mutu .......................................................... 72.2.2 Personalia ..................................................................... 82.2.3 Bangunan dan fasilitas .................................................. 102.2.4 Peralatan ....................................................................... 102.2.5 Sanitasi dan Higiene ..................................................... 112.2.6 Produksi ........................................................................ 112.2.7 Pengawasan Mutu ......................................................... 122.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ....................................... 132.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan
Kembali Produk, dan Produk Kembalian ..................... 142.2.10 Dokumentasi ................................................................. 152.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ............ 152.2.12 Kualifikasi dan Validasi ............................................... 16
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT FERRON PAR PHARMACEUTICALS ............................... 173.1 Sejarah PT. Ferron Par Pharmaceuticals (PT. FPP) ................ 173.2 Visi dan Misi ........................................................................... 193.3 Lokasi dan Tata Letak Bangunan ........................................... 203.4 Batas-Batas Ferron Cikarang Plant ....................................... 203.5 Sistem Managerial PT. Ferron Par Pharmaceuticals ............... 203.6 Personalia ................................................................................ 21
3.6.1 Departemen pemasaran (Marketing Department) ........ 223.6.2 Departemen Sistem dan Perencanaan (System and
Planning Department) .................................................. 223.6.3 Departemen Pembelian (Purchasing Department) ...... 22
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
vi Universitas Indonesia
3.6.4 Departemen Pabrik (Factory Department) ................... 233.6.5 Departemen Quality (Quality Departement) ................. 23
3.6.5.1 Bagian Validasi ............................................... 243.6.5.2 Bagian Internal Quality Audit (IQA) ............... 253.6.5.3 Bagian Post Production and Quality Monitoring (PPQM) .......................................... 263.6.5.4 Bagian Laboratorium........................................ 273.6.5.5 Bagian In Process Control (IPC) ..................... 28
3.6.6 Departemen Sumber Daya Manusia (Human and Resources Department/HRD) ....................................... 29
3.6.7 Departemen Keuangan dan Akunting (Finance andAccounting Departement) ............................................. 29
3.6.8 Departemen Urusan Umum (General Affair) ............... 293.7 Bangunan dan Fasilitas PT. FPP ............................................. 30
3.7.1 Pembagian Ferron Cikarang Plant .............................. 303.7.2 Pembagian Ruangan (Zoning Area) .............................. 32
3.8 Sanitasi dan Higiene ............................................................... 323.8.1 Higiene Personalia dan Keselamatan Kerja ................. 333.8.2 Sanitasi Bangunan ........................................................ 33
3.8.2.1. Pembersihan Ruangan Produksi untuk Area Black dan Grey ........................................ 333.8.2.2. Pembersihan Ruangan Produksi untuk Ruang Steril ..................................................... 34
3.8.3 Sanitasi Peralatan .......................................................... 343.9 Factory PT. FPP ...................................................................... 35
3.9.1 Produksi ........................................................................ 353.9.1.1 Lini Timbang .................................................. 353.9.1.2 Lini Solida 1 .................................................... 373.9.1.3 Lini Solida 2 .................................................... 383.9.1.4 Lini Likuida .................................................... 383.9.1.5 Lini Semisolida ............................................... 393.9.1.6 Lini Steril 1 ..................................................... 403.9.1.7 Lini Steril 2 ..................................................... 41
3.9.2 Bagian Gudang ............................................................. 423.9.2.1 Penerimaan Barang ......................................... 423.9.2.2 Penyimpanan Barang ...................................... 443.9.2.3 Pendistribusian Barang ................................... 453.9.2.4 Perhitungan Stok Barang ................................ 463.9.2.5 Penanganan BMT (Bahan Mudah Terbakar)
dan BMM (Barang Mudah Meledak) .............. 463.9.3 Bagian Teknik .............................................................. 46
3.9.3.1 Building Maintenance ..................................... 473.9.3.2 Production Machinery .................................... 473.9.3.3 Utility .............................................................. 47
BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................. 544.1 Manajemen Mutu .................................................................... 544.2 Personalia ................................................................................ 56
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
vii Universitas Indonesia
4.3 Bangunan dan fasilitas ............................................................ 574.4 Peralatan .................................................................................. 604.5 Sanitasi dan Higiene ............................................................... 604.6 Produksi .................................................................................. 624.7 Pengawasan Mutu .................................................................... 68 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ................................................. 694.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali
Produk, dan Produk Kembalian .............................................. 704.10 Dokumentasi ........................................................................... 744.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ....................... 754.12 Kualifikasi dan Validasi .......................................................... 75
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 805.1 Kesimpulan ............................................................................. 805.2 Saran ....................................................................................... 80
DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 81
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
viii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Logo PT. Ferron Par Pharmaceuticals ....................................... 18Gambar 3.2. Denah Lokasi Ferron Cikarang Plant ....................................... 83Gambar 3.3. Alur Inventory Control Pada PT. FPP ....................................... 84Gambar 3.4. Konsep (A) Deadlag (B) Zerodeadlag ...................................... 85Gambar 3.5. Pengolahan Air di PT. FPP ........................................................ 85Gambar 3.6. Gambaran Sederhana Sistem HVAC ......................................... 85
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
ix Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Daftar Sertifikasi CPOB PT. FPP ................................................. 87Tabel 3.2. Daftar Sertifikat MHRA PT. FPP ............................................... 88Tabel 3.3. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Jumlah Partikel ............. 89Tabel 3.4. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Batas Kontaminasi
Mikroba ......................................................................................... 89Tabel 3.5. Parameter Spesifikasi Air .............................................................. 90
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
x Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Umum PT. FPP ........................................ 92Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Sistem dan Perencanaan ...... 92Lampiran 3. Struktur Organisasi Umum Bagian Quality PT. FPP ............... 93Lampiran 4. Alur Kegiatan Lini Timbang .................................................... 94Lampiran 5. Alur Proses Produksi Lini Solida 1 .......................................... 95Lampiran 6. Alur Proses Produksi Lini Solida 2 .......................................... 96Lampiran 7. Alur Proses Produksi Lini Likuida .......................................... 97Lampiran 8. Alur Produksi Lini Semisolida .............................................. 98Lampiran 9. Alur Produksi Lini Steril 1 .................................................... 99Lampiran 10. Alur Proses Produksi Steril Pada Lini Steril 2 ......................... 100Lampiran 11. Alur Penerimaan Barang Eksternal Untuk Produksi ................ 101Lampiran 12. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Internal) ........................ 102Lampiran 13. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Eksternal) ..................... 102Lampiran 14. Skema Pengolahan Limbah PT. FPP ........................................ 102
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
v Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iiKATA PENGANTAR .................................................................................... iiiDAFTAR ISI ................................................................................................... vDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viiiDAFTAR TABEL ........................................................................................... ixDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 11.2 Tujuan ....................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM ....................................................................... 32.1 Industri Farmasi ........................................................................ 3
2.1.1 Pengertian Industri Farmasi ........................................... 32.1.2 Persyaratan Usaha Industri Farmasi ............................... 32.1.3 Pembinaan dan pengawasan Industri Farmasi ............... 5
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ................................ 62.2.1 Manajemen Mutu .......................................................... 72.2.2 Personalia ..................................................................... 82.2.3 Bangunan dan fasilitas .................................................. 102.2.4 Peralatan ....................................................................... 102.2.5 Sanitasi dan Higiene ..................................................... 112.2.6 Produksi ........................................................................ 112.2.7 Pengawasan Mutu ......................................................... 122.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ....................................... 132.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan
Kembali Produk, dan Produk Kembalian ..................... 142.2.10 Dokumentasi ................................................................. 152.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ............ 152.2.12 Kualifikasi dan Validasi ............................................... 16
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT FERRON PAR PHARMACEUTICALS ............................... 173.1 Sejarah PT. Ferron Par Pharmaceuticals (PT. FPP) ................ 173.2 Visi dan Misi ........................................................................... 193.3 Lokasi dan Tata Letak Bangunan ........................................... 203.4 Batas-Batas Ferron Cikarang Plant ....................................... 203.5 Sistem Managerial PT. Ferron Par Pharmaceuticals ............... 203.6 Personalia ................................................................................ 21
3.6.1 Departemen pemasaran (Marketing Department) ........ 223.6.2 Departemen Sistem dan Perencanaan (System and
Planning Department) .................................................. 223.6.3 Departemen Pembelian (Purchasing Department) ...... 22
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
vi Universitas Indonesia
3.6.4 Departemen Pabrik (Factory Department) ................... 233.6.5 Departemen Quality (Quality Departement) ................. 23
3.6.5.1 Bagian Validasi ............................................... 243.6.5.2 Bagian Internal Quality Audit (IQA) ............... 253.6.5.3 Bagian Post Production and Quality Monitoring (PPQM) .......................................... 263.6.5.4 Bagian Laboratorium........................................ 273.6.5.5 Bagian In Process Control (IPC) ..................... 28
3.6.6 Departemen Sumber Daya Manusia (Human and Resources Department/HRD) ....................................... 29
3.6.7 Departemen Keuangan dan Akunting (Finance andAccounting Departement) ............................................. 29
3.6.8 Departemen Urusan Umum (General Affair) ............... 293.7 Bangunan dan Fasilitas PT. FPP ............................................. 30
3.7.1 Pembagian Ferron Cikarang Plant .............................. 303.7.2 Pembagian Ruangan (Zoning Area) .............................. 32
3.8 Sanitasi dan Higiene ............................................................... 323.8.1 Higiene Personalia dan Keselamatan Kerja ................. 333.8.2 Sanitasi Bangunan ........................................................ 33
3.8.2.1. Pembersihan Ruangan Produksi untuk Area Black dan Grey ........................................ 333.8.2.2. Pembersihan Ruangan Produksi untuk Ruang Steril ..................................................... 34
3.8.3 Sanitasi Peralatan .......................................................... 343.9 Factory PT. FPP ...................................................................... 35
3.9.1 Produksi ........................................................................ 353.9.1.1 Lini Timbang .................................................. 353.9.1.2 Lini Solida 1 .................................................... 373.9.1.3 Lini Solida 2 .................................................... 383.9.1.4 Lini Likuida .................................................... 383.9.1.5 Lini Semisolida ............................................... 393.9.1.6 Lini Steril 1 ..................................................... 403.9.1.7 Lini Steril 2 ..................................................... 41
3.9.2 Bagian Gudang ............................................................. 423.9.2.1 Penerimaan Barang ......................................... 423.9.2.2 Penyimpanan Barang ...................................... 443.9.2.3 Pendistribusian Barang ................................... 453.9.2.4 Perhitungan Stok Barang ................................ 463.9.2.5 Penanganan BMT (Bahan Mudah Terbakar)
dan BMM (Barang Mudah Meledak) .............. 463.9.3 Bagian Teknik .............................................................. 46
3.9.3.1 Building Maintenance ..................................... 473.9.3.2 Production Machinery .................................... 473.9.3.3 Utility .............................................................. 47
BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................. 544.1 Manajemen Mutu .................................................................... 544.2 Personalia ................................................................................ 56
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
vii Universitas Indonesia
4.3 Bangunan dan fasilitas ............................................................ 574.4 Peralatan .................................................................................. 604.5 Sanitasi dan Higiene ............................................................... 604.6 Produksi .................................................................................. 624.7 Pengawasan Mutu .................................................................... 68 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ................................................. 694.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali
Produk, dan Produk Kembalian .............................................. 704.10 Dokumentasi ........................................................................... 744.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ....................... 754.12 Kualifikasi dan Validasi .......................................................... 75
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 805.1 Kesimpulan ............................................................................. 805.2 Saran ....................................................................................... 80
DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 81
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
viii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Logo PT. Ferron Par Pharmaceuticals ....................................... 18Gambar 3.2. Denah Lokasi Ferron Cikarang Plant ....................................... 83Gambar 3.3. Alur Inventory Control Pada PT. FPP ....................................... 84Gambar 3.4. Konsep (A) Deadlag (B) Zerodeadlag ...................................... 85Gambar 3.5. Pengolahan Air di PT. FPP ........................................................ 85Gambar 3.6. Gambaran Sederhana Sistem HVAC ......................................... 85
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
ix Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Daftar Sertifikasi CPOB PT. FPP ................................................. 87Tabel 3.2. Daftar Sertifikat MHRA PT. FPP ............................................... 88Tabel 3.3. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Jumlah Partikel ............. 89Tabel 3.4. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Batas Kontaminasi
Mikroba ......................................................................................... 89Tabel 3.5. Parameter Spesifikasi Air .............................................................. 90
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
x Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Umum PT. FPP ........................................ 92Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Sistem dan Perencanaan ...... 92Lampiran 3. Struktur Organisasi Umum Bagian Quality PT. FPP ............... 93Lampiran 4. Alur Kegiatan Lini Timbang .................................................... 94Lampiran 5. Alur Proses Produksi Lini Solida 1 .......................................... 95Lampiran 6. Alur Proses Produksi Lini Solida 2 .......................................... 96Lampiran 7. Alur Proses Produksi Lini Likuida .......................................... 97Lampiran 8. Alur Produksi Lini Semisolida .............................................. 98Lampiran 9. Alur Produksi Lini Steril 1 .................................................... 99Lampiran 10. Alur Proses Produksi Steril Pada Lini Steril 2 ......................... 100Lampiran 11. Alur Penerimaan Barang Eksternal Untuk Produksi ................ 101Lampiran 12. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Internal) ........................ 102Lampiran 13. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Eksternal) ..................... 102Lampiran 14. Skema Pengolahan Limbah PT. FPP ........................................ 102
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
1 Universitas Indonesia
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia adalah salah satu
tujuan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Obat merupakan salah
satu hal yang menunjang peningkatan kesehatan tersebut sehingga ketersediaan
obat yang merata dan terjangkau oleh masyarakat dipasaran dapat mendorong
terciptanya kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Obat adalah bahan atau zat
yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral maupun zat kimia tertentu yang
dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan
atau menyembuhkan penyakit. Karena berhubungan langsung dengan fungsi
fisiologis dan nyawa manusia, maka obat harus memiliki kualitas yang baik dan
bermutu, bersifat aman dan mempunyai khasiat yang diinginkan.
Produksi obat adalah salah satu kegiatan dari sebuah industri farmasi. Obat
yang dihasilkan harus sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya,
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan
tidak menimbulkan resiko yang membahayakan karena tidak aman, mutu rendah
atau tidak efektif. Industri farmasi harus memperhatikan setiap aspek yang
berhubungan dengan mutu dan keamanan obat. Pembuatan obat terdiri dari
beberapa tahap yang harus dilalui dan memungkinkan mempunyai pengaruh
terhadap mutu obat, begitu juga dengan bahan-bahan dan peralatan yang
berkontak langsung dengan bahan obat. Oleh karena terdapat banyak resiko yang
dapat mempengaruhi mutu dan keamanan obat, maka dalam pembuatan obat-
obatan industri farmasi diatur dalam keputusan menteri yang dituang dalam Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.43/MENKES/SK/II/1988 pada tanggal 2
Februari 1988 untuk mewujudkan standar kualitas produk obat berupa kebijakan
yang dinamakan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Penerapan CPOB harus diikuti dengan pengetahun kefarmasian yang luas
agar CPOB dapat diterapkan dengan sempurna. Salah satu sumber daya yang
diharapkan memiliki pengetahuan kefarmasian yang dibutuhkan adalah seorang
apoteker. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Pekerjaan Kefarmasian, seorang apoteker memegang peranan penting dalam hal
pengadaan, pengendalian dan distribusi obat-obatan yang dilakukan dalam
industri farmasi. Oleh karena itu, keberadaan apoteker dalam industri farmasi
minimal berjumlah 3 orang. Sebagai pemegang otoritas penuh tentang obat,
seorang apoteker harus mempunyai standar kompetensi tertentu agar dapat
menjamin konsistensi kualitas mutu industri farmasi dan produk farmasi di
tengah-tengah persaingan industri yang ada. Untuk itu, diperlukan adanya
pembekalan mengenai peran apoteker di dalam industri farmasi.
Salah satu pembekalan yang dapat dilakukan adalah dilaksanakannya
program PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) di industri farmasi. Diharapkan
dari PKPA ini para calon apoteker dapat mengetahui seluk beluk industri farmasi
dan segala hal yang menyangkut kelangsungan suatu industri farmasi.
Pengetahuan seperti ini dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan diri sebaik-
baiknya dalam memasuki dunia kerja kefarmasian, khususnya terkait dengan
kebutuhan informasi perkembangan bisnis farmasi, baik dari sisi manajerial
maupun pengetahuan tentang peran strategis apoteker secara profesional di
industri farmasi. Melalui kegiatan ini pula, mahasiswa tingkat profesi diharapkan
dapat mengamati secara langsung penerapan CPOB di industri farmasi.
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Ferron Par Pharmaceuticals
bertujuan agar :
a. Mahasiswa profesi Apoteker dapat melihat langsung aktivitas yang
berlangsung dalam suatu industri farmasi.
b. Mahasiswa profesi Apoteker dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan
tentang segala aspek yang terkait di industri farmasi terutama dalam hal
penerapan CPOB di PT. Ferron Par Pharmaceuticals.
c. Mahasiswa profesi Apoteker dapat memiliki pemahaman yang mendalam
mengenai peran dan tugas Apoteker di industri farmasi.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
3 Universitas Indonesia
BAB 2TINJAUAN UMUM
2.1 Industri Farmasi
2.1.1 Pengertian Industri Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, industri farmasi adalah
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri farmasi dapat melakukan
kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan
dan/atau sebagian tahapan. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan
dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan
pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai
diperoleh obat untuk didistribusikan (Kementerian Kesehatan, 2010).
2.1.2 Persyaratan Usaha Industri Farmasi (Kementerian Kesehatan, 2010)
Industri farmasi untuk melaksanakan proses industrinya harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Menurut peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi,
usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
b. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk
dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi
narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas :
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas,
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat,
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi dan pengawasan mutu,
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
4
Universitas Indonesia
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip
yang berlaku selama 3 (tiga) tahun. Permohonan persetujuan prinsip diajukan
secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dalam hal permohonan persetujuan prinsip dilakukan oleh Industri Penanaman
Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri, pemohon harus memperoleh
Surat Persetujuan Penanaman Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan
penanaman modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan
prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP)
dari Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal permohonan
persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan
persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan
termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-
undangan.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup. Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan
dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun
sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara
sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Selain wajib memenuhi ketentuan yang telah disebutkan, Industri Farmasi juga
wajib melakukan farmakovigilans.
Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan rekomendasi dari kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama
perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan. Industri Farmasi yang akan melakukan perubahan
bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan
kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan
sesuai ketentuan perundang-undangan. Untuk industri farmasi Penanaman Modal
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
5
Universitas Indonesia
Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 1 tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan peraturan pelaksanaannya.
Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
wajib :
a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya
yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat
atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun.
b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta
pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup
akibat kegiatan Industri Farmasi yang dilakukannya;
c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,
bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya dan keselamatan kerja;
d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku
bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk
melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi.
2.1.3 Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi
Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan oleh
Kepala BPOM. Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga pengawas dapat
memasuki setiap tempat yang digunakan dalam kegiatan pembuatan,
penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat untuk
memeriksa, meneliti dan mengambil contoh, membuka dan meneliti kemasan
obat, serta memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan
mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan
obat dan bahan obat. Tenaga pengawas juga dapat mengambil gambar (foto)
seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan,
penyimpanan, pengangkutan dan/atau perdagangan obat dan bahan obat.
Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri
Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa :
a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala BPOM);
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
6
Universitas Indonesia
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan
obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau
mutu (diberikan oleh Kepala BPOM);
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM);
d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala BPOM);
e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM); dan
f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).
Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal :
a. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi dan
perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan
ini; dan atau
b. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut 3 (tiga)
kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar; dan atau
c. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari menteri; dan atau
d. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku, obat palsu; dan atau
e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan.
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
CPOB merupakan bagian dari sistem pemastian mutu yaitu suatu konsep
dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan
dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
7
Universitas Indonesia
dengan menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dalam seluruh aspek
dan rangkaian kegiatan produksi, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
CPOB merupakan suatu pedoman untuk memastikan agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila perlu dapat
dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang
telah ditentukan tetap dicapai. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan
pengemas, proses produksi, pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang
digunakan, dan personel yang terlibat. Pada proses pembuatan obat, pengendalian
menyeluruh sangat penting untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat
yang bermutu tinggi. Pembuatan yang tidak sesuai dengan prosedur tidak
dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan
atau memelihara kesehatan.
CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Ruang
lingkup CPOB edisi 2006, meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan
fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri
dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk
dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
serta kualifikasi dan validasi.
2.2.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan bagi penggunanya
karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung
jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang
memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di
dalam perusahaan, para pemasok, dan para distributor. Untuk mencapai tujuan
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen
mutu adalah :
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
8
Universitas Indonesia
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses, dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. Pemastian mutu
adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun
secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan.
Pemastian mutu merupakan totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan
untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan
pelaksanaan pengujian tertentu saja namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi
yang dikendalikan dan dipantau secara cermat. Karena itu pemastian mutu
mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain dan pengembangan
produk.
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Seluruh personel hendaklah memahami prinsip CPOB, memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan serta memahami tanggung jawab masing-masing.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi di mana tugas spesifik
dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung jawab hendaklah
dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas tersebut boleh didelegasikan
kepada wakil yang ditunjuk dan mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.
Dalam hal ini, aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun
tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Personil
kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan
kepala bagian Pemastian Mutu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
9
Universitas Indonesia
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau kepala bagian Pengawasan Mutu harus
independen satu terhadap yang lain.
Tanggung jawab masing-masing personil kunci adalah sebagai berikut :
a. Kepala bagian Produksi
1) Memastikan obat dibuat dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi
syarat mutu yang ditetapkan.
2) Memberi persetujuan prosedur tetap (protap) yang berkaitan dengan
produksi serta implementasinya.
3) Memastikan catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani sebelum
diserahkan ke bagian pemastian mutu.
4) Memastikan pemeliharaan gedung dan peralatan produksi.
5) Memastikan validasi proses telah dilaksanakan.
6) Memastikan pelatihan dilaksanakan.
b. Kepala bagian Pemastian Mutu
1) Memastikan penerapan sistem mutu.
2) Memprakarsai pembuatan Quality Manual.
3) Inspeksi diri dan eksternal audit.
4) Melakukan pengawasan bagian pengawasan mutu.
5) Mengkoordinasi program validasi, kualifikasi dan kalibrasi.
6) Memastikan pemenuhan persyaratan CPOB dan dari regulator.
7) Mengkaji Catatan Bets dan Product Quality Review.
8) Menangani keluhan (teknis dan medis).
9) Menangani obat kembalian dan penarikan obat.
c. Kepala bagian Pengawasan Mutu
1) Meluluskan atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk
antara/ruahan dan obat jadi.
2) Memberi persetujuan spesifikasi, instruksi sampling, metode uji dan
protap pengawasan mutu.
3) Memberi persetujuan dan memantau kontrak analisa.
4) Memastikan pemeliharaan gedung dan alat.
5) Memastikan validasi metoda telah dilakukan.
6) Melakukan stabilitas obat jadi.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
10
Universitas Indonesia
7) Memastikan pelatihan dilaksanakan.
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat termasuk area produksi,
laboratorium, area penyimpanan, koridor, dan lingkungan sekeliling bangunan
hendaklah memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasional
yang benar. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan
dan didesinfeksi sesuai prosedur tertulis secara rinci. Kondisi bangunan hendaklah
ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu. Tindakan perbaikan dan
perawatan terhadap bangunan dan fasilitas dilakukan hati-hati agar kegiatan
tersebut tidak mempengaruhi mutu obat pasokan.
Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang, memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif, menghindari penumpukan debu
atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan
diatur sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan
sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan
industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah
diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.
Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area
penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat
dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur
dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas
hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu
obat pasokan.
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
11
Universitas Indonesia
Peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya.
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus misalnya pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga
tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara
ataupun produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor
tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan
adaptasi yang tidak tepat. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar
mudah dibersihkan. Pembersihan peralatan dilakukan sesuai dengan prosedur
tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan
hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran
yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
2.2.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan
segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber
pencemaran potensial harus dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang diatur dalam
pedoman CPOB terbaru adalah terhadap personalia, bangunan dan peralatan.
Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala
untuk cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa menjamin bahwa
produk yang dihasilkan memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi). Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisis terhadap
produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
12
Universitas Indonesia
produksi (built in quality) sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses
produksi personalia, bangunan, peralatan kebersihan, dan higiene sampai dengan
pengemasan.
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personel yang kompeten.
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama dengan
penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar hendaklah
tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi, serta
didokumentasikan. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat
dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.
2.2.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara
konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap
merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan
sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada
kegiatan laboratorium, tetapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang
terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi
dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan
dengan memuaskan. Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai bagian
pengawasan mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan berada di
bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan
pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa laboratorium.
Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan
pengawasan mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan.
Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis yang
dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan, dan
pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Kegiatan
ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
13
Universitas Indonesia
dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan
memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.
Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan
mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan
sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum
didistribusikan. Personel pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area
produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan. Personel,
bangunan dan fasilitas, serta peralatan laboratorium hendaklah sesuai untuk segala
jenis tugas yang ditentukan dan skala kegiatan pembuatan obat.
2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
poduksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila menggunakan auditor luar
yang independen. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan di samping
itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi
atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan
supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Pada aspek–aspek inspeksi diri hendaklah dibuat daftar periksa inspeksi
diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa
inspeksi diri ini hendaklah mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB
yang meliputi personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan
bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi,
peralatan, pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu,
dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat
atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan
keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan
perbaikan.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
14
Universitas Indonesia
Inspeksi diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan pabrik,
namun inspeksi diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah
dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah
tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Penyelenggaraan audit mutu berguna
sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian
semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk
meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar
atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen
perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima
kontrak.
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian
Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek
samping yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan
keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak
lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Penarikan kembali obat jadi dapat
berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu
dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan
adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar
pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan
kesehatan. Penarikan produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau
penghentian pembuatan obat tersebut.
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah
keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga
menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang
bersangkutan.
Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi secara kritis. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang
hendaklah dimusnahkan. Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
15
Universitas Indonesia
harus disiapkan dan mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran
lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas
adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan
instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis.
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak
harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu). Kontrak tertulis harus dibuat meliputi pembuatan dan/atau
analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua
pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk
perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan
izin edar untuk produk yang bersangkutan. Kontrak hendaklah mengizinkan
pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima kontrak. Pelulusan akhir
dalam analisis berdasarkan kontrak harus diberikan oleh kepala bagian
manajemen mutu (pemastian mutu) pemberi kontrak.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
16
Universitas Indonesia
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang
dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan
kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana
Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen
yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data
sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi;
ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format
dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal
pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.
Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria
penerimaan. Laporan harus dibuat mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau
protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap
penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap
perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah
didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
17 Universitas Indonesia
BAB 3TINJAUAN KHUSUS
PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS
3.1 Sejarah PT.. Ferron Par Pharmaceuticals
PT.. Ferron Par Pharmaceuticals (FPP) merupakan perusahaan farmasi
yang tergabung dalam Grup Dexa Medica. Sejak didirikan pada tanggal 27
September 1970 oleh Rudy Soetikno, Hetty Soetikno, dan Lydia Siptiani Dexa
Medica telah tumbuh menjadi salah satu industri besar farmasi di Indonesia.
Perkembangan ini dan tuntutan globalisasi perindustrian, membuat PT. Dexa
Medica membutuhkan fasilitas manufaktur baru dengan kemampuan
memproduksi bentuk-bentuk sediaan farmasi yang lebih kompleks dibawah
operasional perusahaan yang berbeda. FPP berdiri secara inkorporasi di bawah
hukum pada 5 Desember 1994 dan proses operasionalnya dimulai sebagai
perusahaan pemasaran pada 24 Januari 2001. Pembangunan FPP direncanakan
pada bulan Juli 2000, mulai dibangun pada Oktober 2000 dan selesai dibangun
pada bulan Juli 2002, dan mulai menjalankan proses produksi.
Produk yang diproduksi adalah produk PT. Dexa Medica, produk
perusahaan lain yang melakukan toll in, serta produk FPP sendiri. Distribusi
dilakukan oleh PT. Anugrah Argon Medica (PT. AAM), sebuah perusahaan
distribusi yang juga tergabung dalam Dexa Medica Group. Perusahaan lain yang
juga tergabung dalam Dexa Medica Group yaitu Equilab yang merupakan
laboratorium BABE (Bioavaibility and Bioequivalent), Inmark yang bergerak
dalam penyediaan jasa Medical Representative dan DLBS (Dexa Labolatory and
Biomolecule Science) yang berperan dalam riset produk biomolekul dan vaksin.
FPP mempunyai motto yaitu Inovasi (Innovation), Kualitas (Quality), dan
Pelayanan (Care), dan dengan moto ini FPP telah mampu memproduksi berbagai
sediaan farmasi dan menerapkan strategi diferensiasi segmen terapetik dengan
pengelompokan produknya menjadi 5 kategori yaitu Opta (sediaan farmasi untuk
mata), Derma (sediaan farmasi untuk kulit), Oncology (sediaan farmasi untuk
penyakit kanker), serta Kualita dan Inova yang merupakan produk-produk
campuran obat lainnya selain 3 kategori tersebut yaitu kardiovaskular,
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
18
Universitas Indonesia
antineoplastik, antidiabetes, analgesik dan vitamin.
FPP mempunyai logo berwarna merah berbentuk segitiga seperti gambar
di bawah ini.
Gambar 3.1. Logo PT. Ferron Par Pharmaceuticals
Pada logo tersebut terdapat tulisan “fe” dalam segitiga merah yang merupakan
simbolisasi dari unsur ferrum (besi), asal nama “Ferron”. Besi merupakan salah
satu unsur penting dalam kehidupan, karenanya diharapkan FPP memiliki sifat
yang sama dengan besi dalam hal kekuatan, kegunaan dan keberadaannya. Kata
“Par” berasal dari istilah dalam olah raga golf yang berarti target yang harus
dicapai. Oleh karena itu kata “Par” menunjukkan bahwa perusahaan selalu
berusaha untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan baik dalam hal kualitas
produk maupun dalam hal praktek bisnisnya. Sedangkan “Pharmaceuticals”
menunjukkan bahwa perusahaan ini bergerak di bidang industri farmasi.
Pada 7 November 2002, FPP berhasil memperoleh sertifikasi CPOB dan
pada 14 Mei 2003 mendapatkan sertifikat ISO 9001 edisi tahun 2000
(Resertifikasi pada tanggal 17-19 Mei 2006). ISO 9000 bukan merupakan suatu
standar produk, tetapi merupakan sistem standar manajemen dalam menghasilkan
suatu produk. Daftar sertifikat CPOB FPP dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Selain itu, FPP berhasil memperoleh sertifikat GMP dari UK-MHRA
(United Kingdom Medicine and Healthcare Product Regulatory) pada tahun 2008.
UK-MHRA merupakan lembaga yang bertanggung jawab memantau keamanan,
kualitas dan efektivitas obat-obatan yang dipasarkan di Inggris. Sertifikasi oleh
Australia diberikan kepada FPP oleh TGA dari Department Of Health And
Ageing, Therapeutic Goods Administration, khususnya untuk lini solida di FPP
pada tanggal 15 Agustus 2009. Pada tanggal 15 Juni 2010 diperoleh serifikat
Zentrale Arzneimitteluberwachung Bayern (ZAB) dari Bavarian, Bayern suatu
badan yang berwenang dalam peredaran obat di Jerman untuk produk freeze dry
Vancomycin lyomark yang diproduksi di lini steril FPP. Oleh karena berbagai
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
19
Universitas Indonesia
sertifika yang dimiliknya, FPP telah berhasil menembus pasar Inggris, Jerman,
Afrika (Nigeria), dan Asia (Kamboja, Filipina, Vietnam, Srilanka, Hongkong).
Daftar sertifikat MHRA FPP dapat dilihat pada Tabel 3.2.
3.2 Visi dan Misi
3.2.1 Visi
Perusahaan ini mempunyai visi untuk menjadi perusahaan terkemuka
dengan tekad memberikan nilai tambah yang tinggi bagi setiap pelanggan dan
para stakeholder dengan :
a. Produk inovatif dan berkualitas tinggi
b. Pelayanan yang unggul melalui proses yang efektif dan efisien
c. Penyempurnaan yang berkesinambungan
Demi menciPT.akan kesehatan bagi semua di tingkat nasional, regional
maupun global.
3.2.2 Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, FPP mempunyai misi untuk
memantapkan kapasitas dan kompetensi untuk berperan dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan, melalui :
a. Inovasi dalam produk dan proses
b. Perbaikan berkesinambungan untuk kepentingan stake holder
c. Produk dan layanan bernilai tambah bagi pelanggan
d. Kemitraan regional dan global demi pertumbuhan dan eksistensi.
Dalam menerapkan visi dan misi perusahaan, FPP menerapkan 5R yaitu
Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi kerja, produktivitas, kualitas kerja, peningkatan moral, disiplin kerja, dan
kenyamanan kerja. Selain itu juga terdapat program Ferron Suggestion System
(FeSS) yang merupakan sarana bagi para karyawan Ferron dalam menyampaikan
ide-ide kreatif dan saran untuk kemajuan Ferron. Ide dan saran dari para karyawan
disampaikan ke komite saran dan kemudian dilombakan tiap 3 bulanan / tahunan.
Dengan adanya program ini, diharapkan karyawan dapat ikut berpartisipasi secara
aktif dalam perkembangan Ferron.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
20
Universitas Indonesia
3.3 Lokasi dan Tata Letak Bangunan
FPP terletak di Jababeka Industrial Estate I, kawasan industri 40 km
sebelah Timur Jakarta. Alamat FPP yaitu di Jalan Jababeka VI, Blok J No 2-3,
Cikarang, Jawa Barat. Bagian pemasaran FPP dan kantor pusat FPP berada di
Titan Center, lantai 7, Jalan Boulevard Bintaro Blok B7/B1 No. 05, Bintaro Jaya
Sektor 7, Tangerang. FPP dibangun di atas tanah seluas 1,05 hektar, dengan lantai
ruangan seluas 13.150 m2 dan 20 % dari lahan tersebut dialokasikan untuk future
extension yang terletak di sebelah selatan pabrik. Denah lokasi Ferron Cikarang
Plant dapat dilihat pada Gambar 3.2.
3.4 Batas-Batas Ferron Cikarang Plant
Batas-batas Ferron Cikarang Plant (FCP) adalah :
a. Sebelah kiri (Utara) : berbatasan dengan Pabrik PT. Byung Hwa (komponen
elektrik)
b. Sebelah depan (Timur) : berbatasan dengan jalan utama kawasan industri
(Jababeka VI)
c. Sebelah kanan (Selatan) : berbatasan dengan tanah kosong dan sebagian
gudang CV Echo (Technical spare part)
d. Sebelah belakang (Barat) : berbatasan dengan daerah pemukiman umum yang
berjarak 3 m dari pagar yang ada di sekeliling pabrik.
3.5 Sistem Managerial PT.. Ferron Par Pharmaceuticals
Ferron Integrated System (FIS) merupakan sistem yang meregulasi semua
aspek bisnis dan operasional kegiatan pengembangan, produksi dan pemasaran
produk-produk farmasi PT.. Ferron Par Pharmaceuticals. Sebagai sistem integrasi
utama, FIS mengakomodasikan kebutuhan dan standar yang diadopsi oleh
perusahaan. Standar utama yang saat ini diadopsi oleh perusahaan adalah CPOB
dan ISO 9001:2000 (Quality Management Sistem).
Struktur dokumentasi dalam FIS adalah sebagai berikut:
a. Ferron Integrated System Manual (FIS Manual)
FIS manual berisi kebijakan perusahaan, keseluruhan sistem bisnis, ruang
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
21
Universitas Indonesia
lingkup dan juga ringkasan dari prosedur.
b. Prosedur
Dalam prosedur dijelaskan mengenai deskripsi detail mengenai langkah yang
harus diambil dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Pihak terkait, hubungan
antar prosedur dan departemen lain dalam perusahaan dan juga laporan yang
relevan dibuat dalam bentuk grafik alur proses. Dalam prosedur dicantumkan
pula referensi standar yang diacu oleh FPP, yaitu Asean GMP 1996 dan ISO
9001:2000. Meskipun demikian dapat digunakan standar lain dalam kondisi
tertentu bila dibutuhkan.
c. Dokumen pendukung
Dokumen pendukung terdiri dari instruksi kerja, standar operasional dan form
yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tertentu.
d. Record
Record terdiri dari form yang telah diisi, label dan sampel tertinggal, grafik,
dan catatan lain yang menyediakan bukti bahwa sistem telah dilaksanakan
secara benar dan efektif.
3.6 Personalia
FPP dipimpin oleh seorang managing director yang bertanggungjawab
secara langsung kepada Coorporate Managing Director. Gambar struktur
organisasi umum FPP dapat dilihat di Lampiran 1.
3.6.1 Departemen Pemasaran (Marketing Departement)
Departemen ini dipimpin oleh seorang kepala pemasaran dan penjualan
(Head of Marketing and Sales). Departemen ini menangani pemasaran produk
yang telah diproduksi. Kepala pemasaran dan penjualan membawahi marketing
support manager, bussiness unit manager OPT.a, bussines unit manager Derma,
marketing manager Kualita, marketing manager Inova dan bussiness unit
manager Onco.
Dasar dari proses pemasaran melibatkan tiga hal, yaitu rencana pemasaran
dan manajemen strategi, perencanaan dan kontrol penjualan, dan aktivitas
pendukung pemasaran.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
22
Universitas Indonesia
3.6.2 Departemen Sistem dan Perencanaan (System and Planning Departement)
Departemen ini dipimpin oleh System and Planning Manager, yang
membawahi Toll Manufacturing Officer, PPIC Officer, System Development
Officer, dan Sytem Analyst. Struktur organisasi departemen sistem dan
perencenaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Departemen sistem dan perencanaan
memberikan laporan secara langsung kepada manajemen puncak untuk
memastikan bahwa Ferron Integrated System telah dilaksanakan dengan baik.
Dengan demikian Manajer Sistem dan Perencanaan berperan sebagai System
Management Representative.
SDO bertanggungjawab terhadap pengendalian dokumen, pengendalian
proses, improvement dan memastikan agar semua dokumen standar FPP
terkendali. Bagian SDO juga melakukan pengendalian proses dengan melakukan
internal audit dan monitoring Balanced Score Card (BSC) atau target kerja.
Bagian SDO juga mendapat tugas untuk mengolah quisioner dari customer supaya
tidak terjadi konflik kepentingan pada bagian pemasaran. Sedangkan PPIC
memiliki 3 tugas utama yang dapat disingkat IPC, yaitu I (inventory), P
(Production Planning) dan C (Capacity Planning). Peran PPIC dalam Inventory
yaitu menjaga agar level persediaan tidak terlalu berlebihan maupun kekurangan,
sebab kelebihan stock dapat menjadi beban. Perencanaan produksi oleh PPIC
dibuat melalui penyusunan MPS (Master Production Schedule). Pembuatan MPS
berdasarkan atas ROFO (Rolling Forecast) yang dibuat tiap 6 bulan sekali. PPIC
juga bertugas untuk memperkirakan kapasitas produksi yang mampu dilaksanakan
oleh perusahaan. Bila ternyata kapasitas perusahaan tidak mampu mengcover
kebutuhan produksi, dapat dilakukan toll out.
3.6.3 Departemen Pembelian (Purchasing Departement)
Departemen ini dipimpin oleh seorang manajer (Purchasing Manager).
Departemen pembelian dibagi menjadi dua, yakni procurement dan pembelian
umum. Procurement mencakup pembelian material produksi (bahan baku dan
bahan kemas) serta barang jadi. Pembelian barang-barang yang tidak terkait atau
tidak terkait secara langsung dengan produk dilakukan oleh bagian pembelian
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
23
Universitas Indonesia
umum. Bagian procurement bertujuan untuk memastikan bahwa material yang
dibeli berkualitas dan memiliki harga yang kompetitif. Kegiatan di bagian ini
antara lain kualifikasi supplier untuk mengidentifikasi, memilih dan mengevaluasi
supplier. Secara periodik dilakukan evaluasi performa supplier. Supplier dinilai
berdasarkan reliabilitas (harga, ketepatan waktu dalam pengiriman, ketersediaan
barang) dan perjanjian kerjasama. Pembelian dilakukan menggunakan Purchase
Order yang dibuat berdasarkan daftar Permintaan (Purchase Requisition/PR).
Daftar permintaan ini disusun berdasarkan Material Requirement Planning.
3.6.4 Departemen Pabrik (Factory Departement)
Departemen Pabrik dipimpin oleh seorang Manajer Pabrik yang
membawahi tiga bagian, yaitu Produksi, Teknik, dan Gudang. Bagian Produksi
dipimpin oleh seorang manajer produksi yang membawahi supervisor di setiap
lini produksi. Proses manufaktur dan pengemasan adalah aktivitas harian utama
yang dilakukan pada departemen produksi, sementara kajian mengenai kinerja
produksi dilakukan setiap tiga bulan sekali. Pengemasan merupakan proses
dimana produk ruahan atau produk dikemas dalam kemasan primer dan sekunder
sehingga menjadi produk akhir yang akan dipasarkan. Dalam proses ini perlu
dipastikan bahwa semua label, nomor batch dan semua penandaan lain yang
diperlukan telah disertakan dengan baik. Perlu dihindari juga kejadian seperti
salah label atau tidak terpasangnya label.
3.6.5 Departemen Quality (Quality Departement)
Bagian Quality berperan dalam pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan
proses produksi, pemeriksaan produk ruahan, dan pemeriksaan produk jadi.
Departemen Quality bertanggung jawab untuk memastikan bahwa bahan, produk,
dan metode dalam proses produksinya telah memenuhi kriteria yang ditentukan
sehingga hasilnya dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara konsisten.
Kualitas suatu produk dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
kualitas bahan baku, personel, bangunan, peralatan, metode dan keseluruhan
proses produksi. Departemen Quality memastikan bahwa semua hal yang dapat
mempengaruhi kualitas produk bahan, telah memenuhi kriteria yang telah
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
24
Universitas Indonesia
ditentukan sehingga hasilnya dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
secara konsisten. Departemen Quality dipimpin oleh Quality Manager dan dibagi
menjadi 6 bagian yakni Validation, Internal Quality Audit (IQA), Post Production
and Quality Monitoring (PPQM), Quality Chemical Laboratory, Quality
Microbiology Laboratory dan In Process Control (IPC). Gambar struktur
organisasi FPP bagian quality dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.6.5.1 Bagian Validasi
Bagian validasi dikoordinasi oleh manajer validasi dalam rangka
memastikan terlaksananya prinsip-prinsip CPOB yang ditetapkan dalam proses
produksi di industri farmasi. Tanggung jawab bagian validasi terangkum dalam
Validation Master Plan (VMP). Ruang lingkup dari VMP ini antara lain :
a. Kualifikasi
Kualifikasi adalah kegiatan untuk memastikan bahwa fasilitas/mesin/ peralatan/
ruangan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
b. Kalibrasi
Kalibrasi adalah kegiatan untuk memastikan bahwa pembacaan alat ukur yang
terdapat pada mesin, instrumen, dan fasilitas lainnya, dibandingkan dengan alat
ukur standar, masih dalam rentang kriteria penerimaan. Pelaksanaan kalibrasi
di FPP ada yang kalibrasi secara internal dan eksternal. Jadwal kalibrasi
tahunan dikeluarkan setiap awal tahun yang memuat daftar alat ukur dan
frekuensi pengujian. Jadwal dibuat oleh Validation Manager dan disetujui oleh
Quality Manager.
c. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan adalah kegiatan untuk memastikan proses pembersihan
perlatan yang kontak langsung dengan produk berlangsung secara efektif
sehingga tidak mendatangkan kontaminasi kimia maupun mikroba untuk
produksi berikutnya.
d. Validasi proses
Validasi proses adalah kegiatan untuk memastikan bahwa proses oPT.imasi dan
validasi proses produksi suatu produk dapat menghasilkan parameter-parameter
proses produksi yang sesuai sehingga diperoleh suatu proses produksi yang
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
25
Universitas Indonesia
efisien, efektif dan memenuhi aspek kesesuain mesin serta secara konsisten
menghasilkan produk yang memenuhi standar yang ditetapkan. Ruang lingkup
validasi proses mulai dari review protocol sampai dengan tersedianya draft MI
final. Validasi ini diterapkan untuk proses oPT.imasi dan validasi produk yang
pertama kali diproduksi dalam skala produksi maupun produk existing yang
mengalami perubahan proses dan atau perubahan formula termasuk yang
disebabkan karena toll manufacturing.
e. Media Fill
Media fill adalah kegiatan untuk konfirmasi apakah proses filling dan
lingkungan dimana proses terjadi memenuhi persyaratan steril dan asePT.ik.
Proses media fill harus benar-benar menstimulasikan proses produksi asePT.ik
rutin yang dilaksanakan di produksi. Media fill harus mewakili situasi worst
case dengan mempertimbangkan volume ampul/vial, kecepatan filling, dan
semua intervensi yang mungkin terjadi pada saat proses produksi rutin. Media
fill mewakili proses dari masing-masing shift, hal ini dapat dilaksanakan
bergantian pada saat media fill periodik.
3.6.5.2. Bagian Internal Quality Audit (IQA).
Bagian IQA bertanggung jawab terhadap pelaksanaan quality audit
internal dan inspeksi diri bagi semua departemen yang bertujuan untuk menjamin
keefektivan sistem mutu dan perbaikan yang kontinu, sehingga dipastikan bahwa
GMP telah diaplikasikan secara menyeluruh di FPP. Selain itu, IQA juga
bertanggung jawab terhadap quality audit pada vendor eksternal (supplier). Ada
dua tingkat audit internal dalam FPP yaitu:
a. Audit internal periodik: dilakukan 2 kali setahun, meliputi audit terhadap
sistem quality, dokumentasi secara umum, dan kebersihan (5R), dilakukan
oleh tim auditor yang telah terlatih.
b. Inspeksi acak (On the spot random inspection) atau inspeksi diri. Inspeksi ini
meliputi pemeriksaan mutu pada tempat-tempat tertentu yang berhubungan
dengan kerja bagian Quality.
Hasil audit internal dirangkum dalam sebuah laporan dan disimpan
dalam CAPA (Corrective Action dan Preventive Action) untuk menjamin
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
26
Universitas Indonesia
bahwa tindakan pencegahan dan perbaikan dilakukan secara efektif sehingga
dapat meminimalisir potensi timbulnya permasalahan. Bagian IQA
bertanggung jawab terhadap koordinasi tindak lanjut CAPA.
3.6.5.3. Bagian Post Production and Quality Monitoring (PPQM)
Bagian ini dipimpin oleh supervisor PPQM yang memiliki peran utama
untuk memastikan bahwa produk yang diproduksi oleh perusahaan telah
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan mulai dari saat produksi sampai
produk kadaluarsa. PPQM supervisor bertanggung jawab atas hal sebagai berikut :
a. Terjaganya mutu produk perusahaan yang beredar sehingga memenuhi
spesifikasi mutu seperti yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
b. Tersedianya laporan evaluasi dan hasil kegiatan sesuai waktu, akurasi laporan
dan format yang telah ditetapkan.
c. Bagian PPQM bertanggung jawab dalam hal pemerikasaan dan penyimpanan
batch record, dan released produk selama proses produksi sampai siap
didistribusikan. PPQM juga bertanggung jawab pada released produk antara
apakah dapat diproses lanjut dan merekomendasikan released produk jadi
apakah dapat didistribusikan. Dasar released produk adalah hasil pemerikaaan
laboratorium yang menjelaskan apakah produk ini memenuhi pesyaratan atau
tidak. Jika produk memenuhi persyaratan maka akan ditempel label released
dan dapat diproses lebih lanjut. Untuk produk jadi dasar pelulusannya adalah
kelengkapan dokumen batch record. Selain batch record ada juga batch
deviation report/action request yaitu dokumen untuk produk-produk jadi yang
dalam proses produksinya terdapat penyimpangan-penyimpangan.
d. Penanganan recall, return dan komplain.
e. Penyimpanan retain sample yang disimpan dalam ruangan khusus dengan
lama penyimpanan sampai waktu ED + 1 tahun. Retain sample diambil dari
produksi dan berguna untuk mengontrol produk yang telah didistribusikan,
sehingga bila ada masalah bisa ditelusuri dari retain sample ini.
f. Pemantauan stabilitas obat dilakukan dengan cara pemeriksaan rutin
menggunakan program Quality Surveilance.
g. Pembuatan Annual Product Review (APR).
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
27
Universitas Indonesia
3.6.5.4 Bagian Laboratorium
Bagian laboratorium bertanggung jawab dalam release atau reject
material awal, barang setengah jadi, produk jadi dan sampel lain, melalui
pengujian secara fisik, kimia maupun mikrobiologi. Secara lebih rinci, tugas
bagian laboratorium, yaitu :
a. Release atau reject material awal untuk produksi.
b. Melakukan uji fisik, kimia dan mikrobiologi untuk bahan baku, produk antara,
produk ruahan, produk jadi dan sampel.
c. Menangani sampel pertinggal (retained sample) bahan baku.
Bagian laboratorium terdiri dari dua bagian, yaitu laboratorium kimia dan
mikrobiologi.
a. Laboratorium kimia
Aktivitas bagian ini adalah memastikan dan memeriksa kondisi produk-
produk perusahaan dimulai dari bahan baku, bahan kemas, produk setengah
jadi maupun pruduk jadi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Bagian laboratorium kimia bertangggung jawab atas :
1) Tersedianya hasil analisa laboratorium yang akurat untuk produk-produk
perusahaan
2) Terlaksananya penerapan CPOB dan tertib administrasi di bagian
laboratorium
3) Tersedianya laporan evaluasi dan hasil kegiatan tepat waktu, akurasi
laporan dan format yang ditetapkan.
Cara penguijian yang dilakukan oleh laboratorium kimia berdasar pada
dokumen testing method yang dikeluarkan R&D. Dokumen testing method
tersebut dibuat berdasrkan standar Farmakope Indonesia atau standar lain
yang dijadikan rujukan seperti British Pharmacopoeia, USP, Japan
Pharmacopoeia, dan lain-lain. Laboratorium kimia juga membawahi petugas
sampling. Petugas sampling bertugas mengambil sampel bahan baku dan
bahan kemas di gudang untuk dianalisa oleh analis, yang hasil analisisnya
berupa Quality Order Result Report. Jika bahan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan maka bahan tersebut diluluskan dan ditempeli label release,
sedangkan jika tidak memenuhi persyaratan maka bahan tersebut
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
28
Universitas Indonesia
ditolak/reject. Bahan yang telah disampling diberi label telah disampling dan
sisanya dikembalikan di gudang.
b. Laboratorium mikrobiologi
Bagian mikrobiologi bertanggung jawab terhadap analisis mikrobiologi
terutama untuk produk-produk steril dan produk lain yang memerlukan
analisis mikrobiologi. Laboratorium mikrobiologi di FPP terdiri dari ruang
gowning, ruang preparasi, ruang cuci, ruang uji potensi, ruang uji sterilitas,
ruang uji mikroba, dan ruang inkubasi. Ruang uji potensi digunakan untuk
menguji potensi potensi produk-produk yang mengandung antibiotik dan juga
untuk melakukan pengujian bioburden. Pada ruang ini terdapat biosafety
cabinet yang aliran udaranya dijaga agar tidak ada udara yang keluar maupun
masuk. Ruang uji sterilitas digunakan untuk menguji sterilitas dari
sediaansediaan steril seperti larutan infus, sediaan injeksi maupun tetes mata.
Sedangkan ruang uji mikroba digunakan untuk pengujian jumlah mikroba pada
produk.
3.6.5.5 Bagian In Process Control (IPC)
Pelaksanaam In Process Control (IPC), dibantu oleh bagian produksi.
Supervisor IPC membawahi petugas IPC. Petugas IPC bertanggung jawab untuk
memastikan terlaksananya proses produksi sesuai dengan prosedur tetap, dan
produk antara memenuhi spesifikasi-spesifikasi produk yang ditetapkan oleh
Research and Development (R&D).
IPC juga bertanggungjawab untuk melakukan inspeksi produk jadi, ruang
lingkupnya mencakup pemeriksaan 1 batch per hari di tiap lini untuk produk jadi
yang dikemas di FPP sebelum dilakukan proses SPHP (Slip Penyerahan Hasil
Produksi). Inspeksi hanya dilakukan pada kebenaran kemasan yang digunakan,
penandaan, jumlah dan kelengkapan isi. Selama inspeksi produk jadi seluruh
produk pada batch yang diperiksa masih berada di area kemas dan sampel
diserahkan kembali kepada bagian produksi.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
29
Universitas Indonesia
3.6.6 Departemen Sumber Daya Manusia (Human and Resources Department/HRD)
Departemen SDM dipimpin oleh seorang HR manager, yang membawahi
HR manager (Marketing dan HO Elnusa) dan HR Manager (Factory dan HO
Cikarang). Departemen SDM bertanggung jawab menyeleksi, mengembangkan,
dan mempertahankan orang-orang dengan kualifikasi dan karakter yang tepat,
sesuai dengan pekerjaan yang ada dan dengan demikian menciPT.akan budaya
“Manusia Ferron” yang sejalan dengan visi dan misi perusahaan.
HRD juga bertanggung jawab dalam mengatur pelaksanaan medical check
up bagi para pekerja. HRD membawahi tiga bagian, yaitu bagian administrasi
personel, bagian pelatihan, dan bagian rekrutmen dan seleksi. Bagian administrasi
personel (Personel Administration) bertanggung jawab terhadap kegiatan
administrasi yang berhubungan dengan perubahan status karyawan, absensi,
perjalanan dinas dan dinas keluar, lembur, masuk kerja di luar jam kerja, cuti
tahunan, cuti hamil dan melahirkan, pengajuan pinjaman uang, pendaftaran
ASKES bagi karyawan, klaim kesehatan, penggajian karyawan, jamsostek, dan
pembuatan laporan bulanan. Bagian pelatihan (Training), bekerja sama dengan
bagian Quality bertanggung jawab untuk melaksanakan program pelatihan bagi
para staff dan karyawan. Bagian rekrutmen dan seleksi (Recruitment and
Selection) bertanggung jawab terhadap proses perekrutan dan seleksi karyawan
baru.
3.6.7 Departemen Keuangan dan Akunting (Finance and Accounting Departement)
Departemen Keuangan dan Akunting melingkupi semua proses pengaturan
sumber daya keuangan perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan. Tujuan
proses tersebut adalah untuk menjamin bahwa sumber daya keuangan diatur
secara efisien dan tersedia untuk mendukung proses operasional.
3.6.8 Departemen Urusan Umum (General Affair)
Departemen ini dipimpin oleh seorang manajer (General Affairs
Manager) yang membawahi EHS Officer, General Service Supervisor, dan
Housekeeping Supervisor. Departemen ini bertugas melakukan aktivitas-aktivitas
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
30
Universitas Indonesia
umum yang dibutuhkan untuk mendukung operasional perusahaan. Bagian ini
bertanggung jawab untuk memulai dan mengontrol kelompok aktivitas
manajemen aset yang mencakup kegiatan yang menjamin aset perusahaan
dipelihara dan dijaga dari kerusakan dan aktivitas pendukung operasional yaitu
aktivitas yang dilakukan untuk mendukung aktivitas operasional adalah aktivitas
yang berhubungan dengan penyediaan peralatan kantor, bagian resepsionis,
laundry, gardening dan janitory (bagian kebersihan), kantin dan fasilitas pekerja.
3.7 Bangunan dan Fasilitas FPP
3.7.1 Pembagian Ferron Cikarang Plant
Ferron Cikarang Plant merupakan bangunan monoblok yang terdiri dari 4
bagian, yaitu:
a. Kantor adminsitrasi perusahaan dan resepsionis gudang (office and warehouse reception area).
Kantor terletak di bagian depan bangunan dengan luas sekitar 1.210 m2 yang
dilengkapi dengan kantin, ruang rapat dan fasilitas pendukung lain. Gedung
lantai 1 bagian selatan adalah tempat bongkar muat yang berasal dari gudang
maupun yang akan masuk ke gudang. Sedangkan bagian utara merupakan
tempat penerimaan tamu dan kantor. Gedung lantai atas digunakan sepenuhnya
untuk kantor administrasi perusahaan.
b. Gudang.
Dengan luas area 2.748 m2, tinggi 12 m, dan dilengkapi dengan sistem rak
yang terdiri 7-8 tingkat, gudang mampu menampung hingga 4042 pallet.
Gudang terdiri dari 3 bagian, yaitu gudang sentral (suhu penyimpanan adalah
suhu kamar < 32o C), cool room (< 25 oC) dan cold storage (2-8o C).
c. Fasilitas produksi (area produksi/pabrik).
Bagian ini terletak di belakang gudang dan terdiri dari 3 lantai dengan setiap
lantainya dilengkapi dengan mezzanine, lantai tersendiri untuk mengakomodasi
panel-panel elektrik, Air Handling Unit (AHU), pompa, pipa-pipa air dan
saluran-saluran. Mezzanine dibuat untuk meminimalkan kontaminasi eksternal
ke dalam area produksi, selain itu dengan adanya mezzanine kegiatan perbaikan
kerusakan sistem pendukung produksi misalnya lampu, AC, dan peralatan lain
tidak mengganggu jalannya proses produksi. Lantai 1 dan 2 digunakan sebagai
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
31
Universitas Indonesia
area produksi, sementara laboratorium kontrol kualitas dan Research and
Development (R&D) terletak di lantai 3. Pusat penelitian ini merupakan
fasilitas bersama antara PT. Dexa Medica dan FPP. Area produksi ini juga
dilengkapi dengan ruang ganti dan kantin.
1) Lantai 1
Di lantai ini terdapat beberapa bagian, yaitu lini timbang, lini solida 1, lini
solida 2, dan lini likuida. Lini timbang terdiri dari ruang timbang dan
ruang antara. Lini solida 1 dan 2 terdiri dari ruang granulasi, coating,
cetak, kemas, In Process Control (IPC), ruang WIP (Work In Process), dan
ruang cuci alat. Lini likuida terdiri dari ruang mixing, filling, kemas, IPC,
ruang WIP (Work In Process), dan ruang cuci alat. Selain itu, di lantai satu
ini juga terdapat ruang ganti pakaian atau loker karyawan dan staff
dilengkapi dengan mushola, toilet, ruang minum, dan ruang P3K.
2) Lantai 2
Di lantai ini terdapat dua bagian, yaitu lini steril 1-semisolida dan steril 2
beserta area pengemasannya, terdiri dari ruang preparasi dan cuci wadah,
ruang oven dan autoklaf, destilator, ruang mixing, ruang filling, ruang
freeze dryer, tunnel, ruang WIP (Work In Process), dan IPC. Lantai ini
dilengkapi dengan fasilitas mushola, ruang minum, dan toilet.
3) Lantai 3
Di lantai ini, terdapat bagian Quality dan RnD, yang terdiri dari ruang staf
Quality, laboratorium kimia dan mikrobiologi, ruang staf RnD,
laboratorium RnD, gudang RnD, ruang produksi pilot plant, ruang rapat,
ruang penyimpanan retained sample dan batch record.. Di lantai ini juga
terdapat perpustakaan dan kantin serta dilengkapi dengan mushola, ruang
minum, dan toilet.
d. Area Utility
Area utility ini terletak pada bagian paling belakang area produksi dengan luas
1.090 m2. Bagian ini dibagi menjadi 2, yaitu indoor dan outdoor. Tangki
penampung air, tangki pengolahan limbah cair, pompa pemadam kebakaran,
dan chiller terletak pada bagian outdoor. Adapun boiler, generator listrik,
pompa air, oil free compressors (kompresor udara) terletak dalam ruangan
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
32
Universitas Indonesia
(mezzanine). Pada bagian ini juga terdapat fasilitas pengawasan atau
otomatisasi sistem pemurnian air secara RO-EDI (Reverse Osmosis-Electro
Deionizing).
3.7.2 Pembagian Ruangan (Zoning Area)
Area utama produksi PT. Ferron Par Pharmaceuticals dibagi menjadi 5
zona, yaitu :
a. Daerah Kelas E
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (unclasiffied area) dengan
beberapa parameter tertentu yang dipantau. Termasuk di dalamnya adalah
laboratorium (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage
dan cool storage), ruang kemas sekunder, kantor, dan ruang teknik.
b. Daerah Kelas D
Daerah ini merupakan daerah manufacturing kelas 100.000, yang termasuk
ruang kelas D adalah ruang produksi produk non steril (lini solida 1, solida 2,
likuida), ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium
mikrobiologi, ruang sampling di gudang.
c. Daerah Kelas C
Daerah ini merupakan daerah kelas 10.000 yang digunakan untuk ruangan-
ruangan penimbangan untuk produk steril, ruang mixing untuk produk steril
di lini steril 2, background ruang filling di lini steril 1.
d. Daerah Kelas B
Daerah ini merupakan daerah kelas 100 sebagai background kelas A yang
digunakan untuk proses sterilisasi dan unloading produk di lini steril 2.
e. Daerah Kelas A
Daerah ini merupakan daerah kelas 100 yang digunakan untuk aseptic filling
sediaan steril dan area ini berada di bawah Laminar Air Flow (LAF).
3.8 Sanitasi dan Higiene
3.8.1 Higiene Personalia dan Keselamatan Kerja
Tiap personil baik karyawan maupun non karyawan yang masuk maupun
melewati area produksi FPP harus mengenakan seragam pakaian/gowning sesuai
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
33
Universitas Indonesia
dengan yang telah area masing-masing, yaitu black, grey dan white. Seragam
black terdiri sepatu black/ shoe cover dan atasan serta bawahan pakaian black.
Seragam grey terdiri dari pakaian grey (jumpsuit) dan sepatu grey/shoe cover,
dimana untuk mengenakan seragam grey, pakaian black dirangkap dengan
pakaian grey. Bila bekerja di white area, setelah masuk ruang antara, seragam
grey dilepas, dan seragam black dirangkap dengan seragam white steril. Setelah
itu mengenakan topi dan masker, dan sepatu diganti dengan sepatu white atau
menggunakan shoe cover. Setelah itu menggunakan sarung tangan steril,
kemudian dicuci dengan alkohol dan hibicet. Baju white area, topi, masker dan
shoe cover dicuci setiap selesai digunakan, dan disterilkan sebelum digunakan
kembali. Karyawan yang sakit harus melapor kepada atasan. Jika terdapat luka
terbuka, maka tidak boleh menangani bahan baku, obat setengah jadi dan obat
jadi. Jika menderita sakit menular tidak diperbolehkan masuk kerja hinggga
sembuh kembali. Proses medical check up ini dilakukan pada saat proses :
a. Recruitment
Saat karyawan diterima bekerja di perusahaan, dan dilakukan untuk menyeleksi
karyawan
b. Periodik
Dilakukan secara periodik dengan jadwal tertentu untuk mengevaluasi,
menyeleksi, memperbaiki, dan memastikan kelayakan kondisi kesehatan
karyawan dari waktu ke waktu (periodik) sesuai dengan standar kebutuhan
kondisi kesehatan dari pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Pelaksanaan medical check-up secara periodik dibedakan berdasarkan jenis
pekerjaan, kondisi kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan,
interaksi antar karyawan, tingkat resiko perubahan kondisi fisik dan tingkat
resiko terhadap kontaminasi produk.
3.8.2 Sanitasi Bangunan
3.8.2.1 Pembersihan Ruangan Produksi Untuk Area Black dan Grey
Peralatan yang digunakan untuk pembersihan harus dipastikan terlebih
dahulu dalam keadaan baik dan bersih, jika perlu diganti dengan yang baru.
Urutan pembersihan area, dibersihkan dulu area yang lebih bersih, lalu dilanjutkan
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
34
Universitas Indonesia
ke area yang lebih kotor. Setelah dibersihkan harus dilakukan pemeriksaan. Debu
atau kotoran yang ada di area dibersihkan dengan vacuum cleaner atau lap basah
jika perlu. Ruangan dikatakan bersih juka tidak terdapat sisa-sisa bahan
sebelumnya, lantai, dinding dan pintu bebas dari debu, (dipastikan dengan
pemeriksaan visual), jendela kaca mengkilap, tidak ada bekas tangan atau cairan
pembersih. Frekuensi pembersihan untuk langit-langit adalah setiap 1 bulan
sekali; dinding, lantai, jendela kaca dan pintu dilakukan setiap pergantian batch;
dan RAG (Return Air Grille) setiap satu bulan sekali.
Jika sudah bersih, supervisor/petugas (operator produksi yang telah
dilatih) akan memberikan tanda pelulusan kebersihan dengan membubuhkan tanda
tangan pada label bersih. Status kebersihan ruang produksi berlaku sampai dengan
3 hari setelah dinyatakan bersih. Jika lewat dari periode tersebut, dilakukan
pemeriksaan kebersihan ulang atau jika perlu dibersihkan ulang sebelum
digunakan.
3.8.2.2 Pembersihan Ruangan Produksi untuk Ruang Steril
Frekuensi program sanitasi ruang steril dilakukan setiap hari untuk ruang
filling yang akan dipakai. Permukaan meja, kursi, tirai plastik HEPA filter, pintu,
LAF, permukaan luar mesin, dinding dan lantai dibersihkan dengan lap kanebo
yang telah dibasahi dengan purified water. Kemudian diseka permukaan tersebut
dengan kanebo yang dibasahi hibicet 1%. Dinding dan lantai di pel dengan sponge
steril yang dibasahi dengan hibicet 1%. Cara yang sama digunakan untuk
membersihkan ruangan setiap minggunya (hari Senin) dimana pembersihan total
dilakukan ada seluruh ruang white area.
3.8.3 Sanitasi Peralatan
Pembersihan mesin dan peralatan produksi dilakukan dengan cara change
part dilepaskan dan dibersihkan secara terpisah. Setelah dibersihkan dilakukan
pemeriksaan adanya sisa bahan sebelumnya yang masih menempel pada
permukaan mesin atau alat. Mesin atau alat dikatakan bersih apabila permukaan
alat bebas dari debu, tidak terlihat sisa-sisa bahan sebelumnya, tidak terlihat sisa-
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
35
Universitas Indonesia
sisa bahan pembersih. Jika sudah bersih, supervisor akan memberikan tanda
tangannya pada label bersih.
3.9 Factory PT. FPP
Factory FPP terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian produksi, bagian
teknik dan bagian gudang.
3.9.1 Produksi
Bagian produksi FPP terbagi menjadi 7 lini produksi yang didukung oleh 1
lini timbang, yang masing-masing lininya dipimpin oleh supervisor. Pembagian
lini produksi di FPP antara lain :
3.9.1.1 Lini timbang
Lini timbang merupakan lini terdepan proses produksi. Lini ini berfungsi
untuk menyediakan bahan baku dan bahan kemas dengan jumlah dan jenis yang
sesuai dengan Work Order Picklist (WOPL) untuk keperluan produksi. Selain itu,
lini timbang juga menyediakan bahan yang diperlukan bagian lain, seperti
permintaan pelarut untuk analisis oleh bagian Quality, permintaan alkohol untuk
desinfeksi oleh GA, permintaan bahan untuk pengujian oleh Dexa Laboratorium
of Biomolecular Science (DLBS) dan R&D.
Lini timbang memiliki 3 bagian ruang yaitu ruang staging in, ruang
timbang dan ruang staging out. Ruang timbang sendiri dibagi menjadi 9 ruang
yang dibedakan berdasarkan kapasitas timbangnya dan jenis bahan yang
ditimbang. Ruang timbang 1 dan 2 kapasitas alat timbangnya 1,5 – 150 kg, ruang
timbang 3 (kapasitas 35 kg) dan ruang timbang 4 (kapasitas 6 kg) merupakan
timbangan yang ditujukan untuk lini produksi steril 2, ruang timbang 5 dan 6
kapasitas alat timbangnya 30 – 1510 gram, ruang timbang 7 kapasitas alat
timbangnya 3 – 310 gram, ruang timbang 8 khusus untuk menimbang cairan, dan
ruang timbang 9 kapasitas alat timbangnya 0,9 - 40 kg. Ruang-ruang timbang ini
dilengkapi dengan dust collector, khusus untuk penimbangan bahan baku produk
steril dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF).
Alur proses penimbangan dimulai dari penerbitan perintah produksi
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
36
Universitas Indonesia
berupa Work Order (WO) yang terdiri dari Work Order Routing dan Work Order
Picklist (WOPL) oleh PPIC. Supervisor Timbang kemudian melakukan reservasi
material/bahan untuk proses produksi atas dasar dokumen WOPL. WOPL dicetak
dan digunakan sebagai dasar untuk membuat label timbang, yang digunakan oleh
operator untuk melakukan penimbangan. Prosedur penimbangan yang dilakukan
oleh lini timbang yaitu picking (pengambilan barang dari gudang) dan dispensing
(penimbangan). Sebelum dilakukan penimbangan, label timbang harus dicek
terlebih dahulu oleh supervisor mengenai kebenaran jumlah yang akan ditimbang
(kesesuaian dengan WOPL).
Bagian timbang dan bagian gudang dihubungkan oleh ruang antara. Bahan
baku diserahkan oleh petugas gudang melalui ruang antara dan diterima oleh
petugas timbang, demikian pula bahan kemas. Bahan baku dan bahan kemas
masuk melalui lini timbang melalui ruang antara yang berbeda. Hanya 1 material
yang bisa ditimbang pada ruang dan waktu yang sama. Setelah selesai melakukan
penimbangan per item, petugas timbang harus membersihkan ruang timbang dan
mengisi check list kebersihan, yaitu BPPRT (Buku Pembersihan dan Pemakaian
Ruang Timbang). Dalam BPPRT terdapat pernyataan bahwa bahan baku yang
ditimbang merupakan bahan baku yang benar atau tidak. Selain itu, dalam BPPRT
juga dinyatakan apakah penimbangan dilakukan pada ruang yang telah disanitasi
atau belum, dengan demikian memastikan status ruang yang digunakan untuk
penimbangan.
Pada saat proses serah terima, bahan baku harus dicek lagi kebenarannya
oleh petugas timbang dengan produksi. Jika telah sesuai, petugas timbang dan
produksi akan memberi paraf pada WOPL sebagai tanda proses serah terima telah
dilakukan. Jika ada sisa material penimbangan, maka sisa tersebut akan
dikembalikan lagi ke gudang. Selain berdasarkan WOPL, lini timbang juga
melakukan penimbangan berdasarkan Surat Permintaan Bahan Tambahan (SPBT).
SPBT ini digunakan oleh bagian produksi jika ada material produksi yang kurang
(umumnya bahan kemas) dan bagian lain selain produksi seperti Quality, R&D,
dan purchasing. Bahan-bahan yang telah ditimbang diletakkan di pallet sesuai
dengan nomor batch yang ada di dalam WOPL. Setiap proses pembersihan selalu
didokumentasikan dan dilakukan cross-check, dimana penimbangan dilakukan
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
37
Universitas Indonesia
oleh satu petugas gudang dan direlease oleh petugas timbang yang lain. Alur
kegiatan lini timbang dapat dilihat pada Lampiran 4.
3.9.1.2 Lini Solida 1
Lini Solida merupakan bagian departemen produksi yang melakukan
produksi obat jadi sediaan padat. Lini ini dibagi menjadi dua, yaitu Lini Solida 1
dan Lini Solida 2. Lini Solida 1 merupakan dedicated line, dimana tidak memiliki
banyak jenis produk. Lini Solida 1 memiliki kapasitas 600-800 kg per bets. Pada
lini ini terdapat mesin granulator (high-shear mixer dan fluid bed drye/FBD), dan
bin tumbler, mesin cetak tablet (high speed tableting machine), dan mesin blister
dan pengemas (cartoning). Alur proses produksi lini solida 1 dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Pemeriksaan In Process Control pada proses pembuatan tablet adalah
sesudah mixing (granul) meliputi pemerian, Loss On Drying (LOD), sifat alir
granul, bulk density, tap density, distribusi partikel, penetapan kadar. Granul yang
memenuhi persyaratan ditempel label released (warna hijau) dan dapat dilanjutkan
untuk proses lebih lanjut yaitu pencetakan massa granul menjadi tablet.
Pemeriksaan IPC selama pencetakan (tablet) meliputi pemerian (bentuk, warna,
diameter, dan permukaan tablet), keseragaman bobot, kerapuhan, kekerasan,
waktu hancur, ketebalan, keseragaman kandungan, dan uji disolusi.
Tablet yang telah dinyatakan memenuhi spesifikasi kemudian dilakukan
proses pengemasan. Ada 3 tahap proses pengemasan yaitu pengemasan primer
(blister/strip), pengemasan sekunder (carton), dan pengemasan tersier (box).
Sebelum pengemasan harus dilakukan line clearance. Pada proses blistering
dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah proses blistering berjalan
dengan baik atau tidak yaitu dengan melakukan uji kebocoran blister. Pemeriksaan
juga dilakukan pada proses pengemasan sekunder yaitu pemeriksaan kelengkapan
penandaan, kerapian, dan kebenaran penandaan. Pengemasan primer dan sekunder
dilakukan dalam in-line mesin (satu jalur) di ruang kelas D (grey area) sedangkan
pengemasan tersier dilakukan secara manual di ruang kelas E (black area). Tablet
yang sudah dikemas dikirim ke gudang.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
38
Universitas Indonesia
3.9.1.3 Lini Solida 2
Proses produksi tablet di lini solida 2 sama dengan proses produksi tablet
di lini solida 1. Lini solida 2 merupakan generale line yang digunakan untuk
memproduksi sediaan padat seperti tablet (konvensional dan salut) dan kapsul
sustained release dengan ukuran batch yang lebih kecil daripada lini solida 1
(±100-200 kg). Lini ini memiliki mesin granulasi (FBD), mesin pembuat pelet
(spheronizer dan extruder), mesin tablet, mesin filling kapsul, mesin penyalut, dan
mesin blistering. Pengemasan produk yang digunakan adalah blister atau alu-strip.
Sedangkan pengemasan tersier masih dilakukan secara manual. Alur produksi lini
solida 2 dapat dilihat pada Lampiran 6.
Pemeriksaan IPC yang dilakukan pada pembuatan kapsul sustained
release adalah sesudah mixing meliputi pemerian, Lost On Drying (LOD) dan
sifat alir granul. Pada proses peletisasi juga dilakukan pemeriksaan, yaitu
pemerian, LOD, penetapan kadar, dan uji disolusi. Setelah dilakukan proses
peletisasi kemudian dilakukan proses coating. Selama proses coating dilakukan
pengujian antara lain : pemerian, LOD, penetapan kadar, dan uji disolusi. Selama
proses filling ke dalam cangkang kapsul dilakukan pengujian antara lain :
pemerian, keseragaman bobot, penetapan kadar, uji keseragaman kandungan, dan
uji disolusi.
3.9.1.4 Lini Likuida
Lini likuida merupakan lini untuk pembuatan dan pengemasan sediaan
cair oral, mencakup oral drops dari volume 10 mL sampai volume 100 mL. Besar
batch pada lini likuida antara lain sebesar 400 L, 600 L dan 1200 L. Sarana
produksi yang terdapat pada lini ini antara lain mesin pencuci botol dengan udara
compressor, mixing tank dengan kapasitas 600 L dan 1200 L, mixing tank yang
dilengkapi dengan thermal jacket untuk mencampur sediaan yang memerlukan
energi panas (misalnya dalam pembuatan sirupus simpleks), mesin filling semi
automatis, mesin alu-capping, mesin labeling, dan mesin ink-jet coding kemasan
sekunder.
Pada tahap awal dilakukan proses mixing bahan dan larutan. Setelah
proses mixing larutan disimpan dalam bin di ruang WIP, sambil menunggu
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
39
Universitas Indonesia
keputusan release dari bagian Quality untuk pemeriksaan beberapa parameter
seperti pH, berat jenis dan viskositas. Holding time maksimal untuk larutan yang
telah di-mixing yaitu 7 hari. Bila telah dinyatakan released selanjutnya campuran
dapat dilanjutkan ke proses filling. Sebelum filling, dilakukan pembersihan botol.
Botol dibersihkan dari partikel dengan meniupkan udara bertekanan hasil filtrasi
ke dalam botol yang posisinya dibalik. Setelah filling botol kemudian melalui
proses alu-cappering untuk memberikan tutup aluminium. Alur proses produksi
lini likuida ditampilkan pada Lampiran 7.
Ruang produksi likuida terdiri atas 2 kelas ruangan, yaitu black area
(ruang cuci botol dan kemas) dan grey area (ruang mixing, filling, dan cappering).
Pada lini likuida, In Process Control dilakukan pada saat sesudah mixing dan
selama proses pengisian dan capping. Pada proses sesudah mixing dilakukan
pengujian antara lain pemerian, bobot jenis, pH, viskositas, dan pemeriksaan
mikrobiologi. Sedangkan pada proses pengisian dan capping dilakukan
pemeriksaan, yaitu volume terpindahkan, penetapan kadar, mikrobiologi, uji
kebocoran, dan closure integrity. Pada proses pengemasan sekunder, dilakukan
pemeriksaan kebenaran, kelengkapan dan kerapian penandaan.
3.9.1.5 Lini Semisolida
Jenis sediaan yang diproduksi oleh lini semisolida adalah sedían cream,
salep, gel, dan supositoria. Besar batch yang dibuat adalah 100 dan 150 kg untuk
cream, salep dan gel, sedangkan untuk suppositoria adalah 35 kg. Krim, gel dan
salep dikemas dalam alu-tube.
Proses produksi cream dan gel dimulai dengan pembuatan basis cream
dalam mesin homogenizer. Fase minyak dilebur dalam melting vessel, sedangkan
fase air dilarutkan di dalam working vessel. Leburan fase minyak disirkulasi
kedalam working vessel menggunakan heater house. Kemudian kedua fase
dicampurkan dengan menggunakan homogenizer machine sampai homogen. Basis
yang terbentuk didinginkan sampai suhu 30-35 °C, lalu bahan aktif dimasukkan
dan diaduk dengan homogenizer machine. Sediaan yang terbentuk dimasukkan
dalam tube filling machine. Untuk sediaan suppositoria, dilakukan proses
pendinginan dan penyegelan. Alur proses produksi lini semisolida dapat dilihat
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
40
Universitas Indonesia
pada Lampiran 8.
Pada proses produksi sediaan semisolid In Process Control dilakukan
pada saat sesudah mixing dan selama proses pengisian. Pada saat sesudah mixing
dilakukan pemeriksaan fisik, homogenitas, pH, viskositas, berat jenis, dan
penetapan kadar. Selama proses pengisian dilakukan pengujian antara lain isi
minimum, keseragaman bobot, kebocoran, penetapan kadar, dan uji mikrobiologi.
Untuk sediaan suppositoria/ovula dilakukan pengujian waktu hancur dan
kekerasan.
3.9.1.6 Lini Steril 1
Lini steril 1 memproduksi sediaan injeksi dalam ampul (1; 2; 5; 10; dan
15 ml), dan tetes mata dalam botol plastik (5 ml). Alat-alat yang digunakan antara
lain destilator, solution mixing vessels, pure steam generator, mesin cuci vial, dan
ampul, depyrogenization oven dan autoclave steam untuk sterilisasi, one
automatic multipurpose sterile filling machine, semi-automatic filling machine
serta mixer tank yang berkapasitas 60 kg dan 200 kg.
Sediaan steril dituntut memenuhi persyaratan bebas pirogen, bebas
mikroba dan bebas partikel. Sterilitas semua aspek yang berhubungan dengan
proses produksi meliputi ruangan, peralatan serta personel merupakan objek yang
harus diperhatikan dengan seksama. Untuk monitoring sterilitas ruangan,
peralatan dan personel secara rutin dilakukan uji mikrobiologi yang meliputi
setting plate (in operation), air sampler (at rest), swab test (untuk semua bagian
yang kontak dengan produk), perhitungan jumlah partikel dengan particle
counter, pengukuran air change rate (ACR) untuk mengetahui kemampuan AHU
dalam membersihkan ruangan (ACR ruangan steril = 40x/jam).
Produksi sediaan steril injeksi dan tetes mata meliputi beberapa tahap
pembuatan yaitu persiapan bahan awal, mixing (area kelas D+ AHU mengikuti
kelas C tetapi berada di lokasi kelas D), filtrasi, filling dan pengemasan primer
(area kelas A/C), sterilisasi akhir (untuk produk tertentu, di area kelas D), dan
kemas sekunder (di area E). Untuk menjamin sterilitas, proses filling dilakukan di
LAF (Laminary Air Flow). Kemasan yang akan digunakan harus disterilisasi
terlebih dulu sesuai dengan bahan kemasannya. Tekanan udara di ruang mixing
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
41
Universitas Indonesia
lebih rendah daripada koridor, sedangkan untuk ruang filling, tekanan udaranya
lebih tinggi daripada koridor. Alur produksi lini steril 1 dapat dilihat pada
Lampiran 9.
In Process Control yang dilakukan pada proses produksi sediaan steril
antara lain selama proses mixing dilakukan pemeriksaan dan kontrol lingkungan;
setelah proses mixing dilakukan pemeriksaan fisik (bentuk sediaan, warna, bau,
dan kejernihan) dan pemeriksaan pH; selama proses filling dilakukan pengujian
volume terpindahkan; setelah proses filling dilakukan uji sterilitas, uji endotoksin,
pemeriksaan pH, uji kebocoran, penetapan kadar, osmolaritas, dan uji bioburden;
dan selama pengemasan dilakukan pemeriksaan kelengkapan penandaan, kerapian
dan kebenaran penandaan (no. batch, ED).
3.9.1.7 Lini Steril 2
Lini steril 2 merupakan lini baru di FPP yang memproduksi sediaan steril
berupa sediaan injeksi dalam vial (10-100 ml), dan produk lyophilisasi steril (10,
15 mL dan 100 mL). Lini ini memiliki peralatan antara lain vials washing
machine, tunnel depyrogenization, automatic sterile filling machine, cappering
machine, steam autoclave, dan automatic sterile mixing machine. Mixing machine
terdapat 3 tangki untuk menangani batch yang berbeda, terdapat juga autoclave
untuk sterilisasi akhir, freeze dryer untuk mengolah produk liofilisasi di vial.
Khusus untuk produk liofilisasi, setelah proses filling dilakukan liofilisasi dan
tanpa melalui proses sterilisasi akhir.
Proses produksi di lini steril 2 berjalan secara in line mulai dari proses
washing, sterilisasi vial dengan menggunakan oven tunnel, filling dan cappering.
Lalu dilanjutkan dengan sterilisasi akhir dengan autoclave untuk produk yang
diproduksi dengan metode sterilisasi akhir, dan kemas yang meliputi proses
labelling, memasukkan ke dalam inner dose dan pengemasan sekunder. Proses
pengisian dilakukan di LAF dengan latar kelas B.
Untuk lini yang menjalankan proses aseptis, harus dilakukan media fill test
secara periodik. Media fill test dilakukan dengan menjalankan semua proses
produksi seperti biasanya tetapi produknya diganti dengan media TSB. Media ini
kemudian diinkubasi. Media fill test ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
42
Universitas Indonesia
yang dilakukan memang aseptis. Periodik media fill test dilakukan setiap 6 bulan
sekali. Alur proses produksi pada lini Steril 2 dapat dilihat pada Lampiran 10.
3.9.2 Bagian Gudang
Daerah gudang dibagi menjadi beberapa area untuk tujuan yang berbeda
dan semua area tersebut bersifat tertutup dan dikunci. Ada empat kondisi
penyimpanan untuk bahan baku dan produksi dalam gudang, yaitu:
a. Gudang sentral (suhu ≤ 30 °C, pada rak tingkat 1 sampai 5)
b. Gudang sentral (suhu tidak dapat diklasifikasikan, pada rak tingkat 6 sampai 8)
c. Ruang dengan suhu terkontrol (≤ 25 °C)
d. Ruang dingin (2 – 8°C)
Selain itu ada juga ruang untuk bahan baku atau produk yang ditolak atau
dikembalikan dan sebuah ruangan untuk menyimpan barang-barang yang
digunakan untuk promosi atau keperluan pemasaran. Bahan-bahan dan produk
disimpan di rak, dikunci dan diberi status dengan label yang sesuai (“quarantine”,
“released” atau “rejected”). Hanya produk-produk yang telah released yang dapat
dikirim untuk didistribusikan. Hal ini dikontrol oleh software tertentu dan
diverifikasi oleh label released. Proses pengeluaran barang dari gudang mengikuti
prinsip FIFO (First In Fist Out) dan FEFO (First Expired First Out). Gudang di
FPP dikepalai oleh 2 supervisor yang terbagi dalam 2 shift. Sistem keluar-masuk
(flow of material) barang dari FPP menggunakan sistem satu pintu, dimana
bahan/barang produksi maupun non produksi masuk dan keluar melewati gudang.
Gudang bertanggung jawab terhadap material handling dan order handling.
Kedua hal tersebut diwujudkan melalui 4 kegiatan, yaitu penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian dan penghitungan.
3.9.2.1 Penerimaan Barang
Gudang menerima barang baik secara internal maupun eksternal.
Penerimaan barang internal meliputi penerimaan barang-barang titipan yang
berasal dari bagian produksi ataupun dari departemen lain. Barang-barang tersebut
dititipkan oleh departemen yang bersangkutan kepada gudang untuk disimpan
sementara. Penerimaan barang eksternal meliputi penerimaan barang-barang
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
43
Universitas Indonesia
produksi (raw material dan packaging material), obat jadi impor, barang-barang
non produksi (misalnya alat tulis kantor, mesin, tray, gelas dan alat penunjang
lainnya), barang promat (promotion material), dan obat jadi retur dari distributor
atau relasi (obat yang sudah expired, obat yang rusak di outlet, obat yang salah
kirim, barang yang mengalami kesalahan jumlah dan barang yang rusak saat
perjalanan).
Sebelum masuk gudang, barang-barang untuk produksi diperiksa oleh
petugas gudang yang menerima barang. Pemeriksaan tersebut meliputi
kelengkapan dokumen, surat jalan, purchase order (PO), keutuhan kemasan,
keutuhan fisik bahan, jumlah bahan baku (untuk jumlah bahan baku, batas yang
diterima adalah ± 10 % dari bahan baku yang dipesan), kondisi bahan, identitas
dan sertifikat analisis. Selain itu juga dilihat due date dari barang yang datang.
Due date adalah tanggal dimana seharusnya barang yang dipesan datang. Batas
toleransi untuk due date adalah ± 6 hari. Jadi, jika barang datang lebih cepat 6 hari
atau terlambat 6 hari dari due date, maka barang tersebut langsung ditolak.
Gudang akan membuat Berita Acara Penerimaan Barang Bermasalah (BAPBB)
dan dikirim ke bagian purchasing, selanjutnya bagian purchasing akan
menindaklanjuti ke suplier dan barang dikembalikan ke suplier. Apabila barang-
barang tersebut memenuhi syarat maka barang diterima dan petugas gudang akan
memasang label karantina (warna kuning), untuk selanjutnya diperiksa oleh
bagian Quality. Selanjutnya pihak administrasi gudang akan membuat Quality
Order (QO) yang merupakan pengajuan pemeriksaan barang ke bagian Quality.
Setelah menerima QO, bagian Quality mengambil sampel barang ke gudang untuk
diperiksa. Selama menunggu pemeriksaan, barang yang telah ditempeli label
karantina ditempatkan di area karantina untuk menunggu keputusan dari bagian
Quality. Hasil pemeriksaan berupa QO report, jika barang sesuai dengan
persyaratan maka barang diluluskan dan dapat digunakan untuk produksi
(ditempeli label released berwarna hijau oleh petugas Quality), jika barang tidak
memenuhi persyaratan maka barang tersebut tidak diluluskan dan ditempeli label
rejected (warna merah) dan diletakkan di tempat yang terpisah (area reject).
Jika terdapat kerusakan material pengemas akan dibuat action request
oleh QA untuk me-reject barang tersebut dan selanjutnya Quality akan membuat
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
44
Universitas Indonesia
MC (Material Complain) yang dikirimkan ke Purchasing. Barang yang reject
akan dimusnahkan (dengan terlebih dulu membuat disposal memo) atau
dikembalikan ke supplier. Jika kerusakan material disebabkan oleh pihak internal
maka dibuat pengajuan pemusnahan (disposal memo) dan pemusnahan diserahkan
kepada General Affair.
Barang yang telah release segera dipindahkan dari lokasi karantina
menuju lokasi released, begitu juga barang yang di-reject dipindahkan ke lokasi
reject. Untuk obat jadi yang telah release dan merupakan milik toll giver barang
akan didistribusikan atas dasar sales order (SO) kepada toll giver. Untuk obat jadi
milik sendiri, barang yang akan didistribusikan harus disubmit ke distributor
dengan mengeluarkan dokumen pengiriman dan perusahaan membayar pajak
terlebih dahulu. Barang yang sudah sampai didistributor dapat dimonitor dengan
menggunakan virtual inventory untuk mengetahui berapa banyak barang yang
terjual. Alur penerimaan barang eksternal untuk produksi dapat dilihat pada
Lampiran 11.
3.9.2.2 Penyimpanan Barang
Gudang PT. Ferron Par Pharmaceuticals menyimpan barang secara
integrated yaitu semua barang baik bahan baku, bahan kemas, produk jadi, barang
titipan, dan barang non produksi disimpan dalam satu gudang. Penyimpanan
bahan baku, bahan kemas, promotion material, barang yang value tinggi, dan
produk jadi disimpan di tempat yang berbeda. Printed material (etiket/label
disimpan dalam loker terkunci). Penempatan rak berdekatan dengan staging
(daerah kerja) yang berkaitan.
Gudang FPP memiliki 16 rak (A-P) masing-masing rak memiliki
kapasitas 35 pallet dengan penandaan 1-35. Gudang FPP juga memiliki ruang
khusus barang retur dan reject serta loker untuk menyimpan sediaan. Selain itu,
pada salah satu sisi gudang terdapat ruang dengan teralis besi terkunci yang
digunakan untuk menyimpan bahan-bahan psikotropika dan bahan-bahan high
value. Rak pada gudang sentral memiliki 8 level yang menunjukkan ketinggiannya
yang diberi nomor 1-8. Secara umum semakin tinggi levelnya maka suhu semakin
naik. Level ini digunakan untuk menyimpan barang-barang kemas, promat
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
45
Universitas Indonesia
ataupun non produksi. Di gudang terdapat 2 pintu (rolling door). Satu pintu
berfungsi sebagai pintu untuk penerimaan barang dari luar, dan pintu yang lain
berfungsi untuk pengeluaran produk jadi yang akan didistribusikan.
Contoh Penomoran rak penyimpanan pada gudang :
A. 21. 3
Keterangan :
Digit 1 (A) = menunjukkan nomor rak
Digit 2 dan 3 (21) = menunjukkan nomor kolom
Digit 4 (3) = menunjukkan nomor level
3.9.2.3 Pendistribusian Barang
Barang-barang yang telah disimpan di gudang dan telah dinyatakan
released selanjutnya didistribusikan kepada pihak yang membutuhkan barang
tersebut. Distribusi barang ini meliputi dua hal yaitu distribusi internal dan
distribusi eksternal. Distribusi internal adalah jika barang yang disimpan di
gudang didistribusikan ke dalam lingkungan perusahaan itu sendiri. Distribusi
internal meliputi distribusi barang non produksi kepada departemen yang
membutuhkan dan distribusi barang produksi (bahan baku dan bahan kemas)
kepada bagian produksi. Penyerahan barang produksi ini didasarkan atas
permintaan bagian produksi melalui work order (WO) yang terdiri dari work
order pick list yang berisi bahan-bahan dan jumlah yang dibutuhkan untuk
produksi. Work order ini dibuat oleh bagian timbang. Setelah bagian gudang
menerima WO pick list maka orang gudang segera menyiapkan barang dan
diserahkan ke lini timbang dan bagian produksi akan mengambil barang tersebut
di lini timbang setelah barang ditimbang. Alur distribusi barang dari gudang
(internal) dapat dilihat pada Lampiran 12.
Distribusi eksternal adalah jika barang didistribusikan ke luar lingkungan
perusahaan, meliputi penyerahan produk jadi kepada distributor. Produk jadi dari
bagian produksi diterima oleh gudang melalui pintu penyerahan produk jadi dan
bagian gudang menerima Slip Penerimaan Hasil Produksi (SPHP). Alur distribusi
barang dari gudang (eksternal) dapat dilihat pada Lampiran 13.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
46
Universitas Indonesia
3.9.2.4 Perhitungan Stok Barang
Gudang selain sebagai tempat menyimpan barang juga berfungsi
melakukan perhitungan terhadap stok barang untuk mengontrol persediaan
barang. Perhitungan yang dilakukan gudang meliputi :
a. Stock opname
Pada perhitungan ini staf gudang dan auditing melakukan perhitungan
terhadap semua barang yang ada di gudang. Koordinator stock opname adalah
supervisor gudang dan supervisor finance and accounting. Perhitungan ini
bertujuan untuk mengetahui kecocokan antara jumlah secara fisik dan jumlah
secara sistem. Jika terjadi selisih kurang atau selisih lebih maka dikeluarkan
surat Permohonan Penyesuaian Stok (PPS). Selanjutnya dilakukan
penyesuaian stok pada sistem. Perhitungan ini dilakukan tiap satu tahun sekali
(di akhir tahun).
b. Cycle count
Perhitungan ini adalah untuk menghitung jumlah barang (stok) untuk
barang-barang tertentu saja. Pemilihan barang yang dihitung ini berdasarkan
analisis pareto yang ditentukan oleh Factory Manager. Perhitungan ini
dilakukan oleh petugas gudang dan dilakukan setiap bulan.
3.9.2.5 Penanganan BMT (Bahan Mudah Terbakar) dan BMM (Barang Mudah
Meledak)
BMT adalah sekelompok bahan yang sangat mudah terbakar. Bahan yang
digunakan di FPP adalah alkohol teknis. BMM adalah kelompok bahan yang
sangat mudah meledak karena memiliki titik didih yang sangat rendah. Namun
tidak ada bahan BMM yang digunakan di FPP. Barang BMM baik yang di-release
maupun di reject dikirim ke gudang alkohol. Barang yang released dituang dari
drumnya ke dalam wadah/jirigen khusus BMM tersebut. Pada tiap wadah diberi
identitas (no. lot, no. wadah dan jumlah). BMT/BMM disimpan di Gudang
Alkohol di belakang dekat dengan WWTP (Wask Water Treatment Plant).
3.9.3 Bagian Teknik
Bagian teknik dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: building maintenance,
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
47
Universitas Indonesia
production machineries, dan utility.
3.9.3.1 Building Maintenance
Bagian Building maintenance bertanggung jawab terhadap pekerjaan
yang berhubungan dengan sarana bangunan/gedung, seperti
pengembangan/perluasan gedung, renovasi/perbaikan gedung, perawatan gedung
dan perawatan lift serta pengendalian hama (pest control) di lingkungan
perusahaan.
3.9.3.2 Production Machinery
Bagian production machinery bertanggung jawab terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan mesin-mesin yang digunakan khususnya mesin produksi
seperti maintenance, perbaikan dan modifikasi mesin produksi. Bagian ini secara
rutin melakukan inspeksi terhadap mesin-mesin untuk mengetahui kondisinya
sehingga dapat diketahui juga tindakan apa yang mungkin diperlukan untuk mesin
tersebut. Mesin-mesin produksi dibedakan menjadi 4 yaitu mesin yang bersifat
critical, essential, supporting dan non critical yang masing-masing mempunyai
jadwal inspeksi yang berbeda-beda. Mesin yang bersifat critical diinspeksi tiap 1
bulan sekali, mesin yang bersifat essential tiap 3 bulan sekali, mesin yang bersifat
supporting tiap 6 bulan sekali dan mesin yang bersifat non critical tiap 6 bulan
sekali. Selain itu bagian ini juga berperan dalam proses kualifikasi mesin (IQ dan
OQ) bekerjasama dengan bagian quality.
3.9.3.3 Utility
Bagian utility bertanggung jawab terhadap sarana yang mendukung
kelancaran kegiatan perusahaan. Bagian utility menangani 5 hal penting yaitu
sistem tata udara (HVAC System), water system, compressed air system, steam
system, electrical power system dan waste water system. Perangkat sistem yang
terdapat di pabrik, seperti kabel-kabel, pipa, dan saluran terletak terbuka untuk
memudahkan perawatannya. Untuk melindungi perangkat-perangkat tersebut
digunakan penutup berupa stainless steel (baja tahan karat) atau kolom energi.
Semua peralatan pencahayaan di area terkontrol (A, B, C, D, E1) diakses dari area
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
48
Universitas Indonesia
mezzanine. Panel-panel listrik juga diletakkan di luar area terkontrol. Sistem
penting yang diatur di bagian ini diantaranya adalah sistem pengaturan air dan
HVAC.
a. Water system.
Air yang digunakan oleh FPP disuplai oleh Kawasan Industri Jababeka
1. Pemrosesan air ini secara garis besar adalah air ini disaring secara mekanik
menggunakan filter ukuran 20 μm. Karena kesadahannya masih tinggi dan
bisa menimbulkan kerak bila digunakan pada mesin-mesin produksi, maka
fresh water ini dilunakkan menggunakan resin. Akan tetapi karena masih
mengandung banyak ion-ion selanjutnya dilakukan pemurnian dengan sistem
Reverse Osmosis dan Electro Deionization (RO-EDI). Dalam RO digunakan
membrane semi permeable yang diatur pada tekanan tertentu sehingga ion-ion
dibuang sebagai konsentrat. Selanjutnya water for injection yang diperoleh
melalui tahap destilasi. Tangki penampungan menggunakan bahan SS 316 L,
alirannya turbulen dan untuk menghindari mikroba alirannya dipercepat.
Dijaga agar tidak ada daerah mati (zero deadlag). Pipa distribusi
menggunakan pipa dengan kualitas SS 316 L dan sanitasi pipa dengan hot
loop atau cold system. Konsep deadlag dan zerodeadlag dapat dilihat pada
Gambar 3.5. Parameter spesifikasi air FPP dapat dilihat pada Tabel 3.5. Air
yang digunakan oleh FPP digolongkan menjadi 5 jenis berdasarkan tingkat
kemurniannya, yaitu:
1) Raw Water (RW). RW merupakan air yang berasal dari Real Estate Water
Plant.
2) Fresh Water (FW.) FW merupakan air hasil filtrasi dari raw water
menggunakan disc filter 20 µm, digunakan untuk kebutuhan pembersihan
umum dan toilet, serta feeding water bagi softened water.
3) Softened Water (SW). SW dihasilkan dari proses pelunakan fresh water
(mengurangi kesadahan air) oleh ion-exchange softener. Softened water
digunakan sebagai supply untuk kebutuhan genset, boiler, chiller, dan
pendingin alat, juga sebagai feeding water bagi purified water.
Kapasitasnya 19 m3/jam.
4) Purified Water (PW). PW merupakan air yang digunakan dalam produksi.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
49
Universitas Indonesia
Purified water dihasilkan dari softened water yang telah mengalami proses
RO (reverse osmosis) dan EDI (electrical deionization). Suhu PW yang
dihasilkan adalah 25 0C± 2 0Cdan didistribusikan dengan kecepatan 5 ft/s.
Konduktivitasnya juga dijaga pada angka 1,3 μs. Air disirkulasi dengan
aliran turbulensi (acak dan berputar) dan di setiap tapping point dilengkapi
zero dead leg valve untuk mengurangi pertumbuhan mikroba. Kapasitas
produksinya adalah 1500 L/jam untuk lini yang tersedia dan 2500 L/jam
untuk lini steril 2. Sanitasi menggunakan ozone injection system. Generator
ozon berjalan secara kontinyu sementara lampu UV dijalankan untuk 4 jam
sebelum produksi untuk meyakinkan bahwa destruksi ozon pada pipa
distribusi sempurna. PW juga digunakan sebagai feeding bagi kebutuhan
WFI dan pure steam. PW ditampung dalam tangki sebesar 6000 L
kemudian didistribusikan ke-53 tapping point menggunakan sistem
looping.
5) Water for Injection (WFI). WFI dihasilkan dari PW melalui proses destilasi
bertingkat dan digunakan untuk produksi sediaan steril. Terdapat dua
macam WFI yaitu panas (70 0C) dan dingin (35 0C). Bahan obat yang
dapat rusak oleh panas maka digunakanlah WFI dingin sebagai solvennya.
Pipa PW dan WFI dibuat dari stainless steel 316 L dengan permukaan
dalam yang halus untuk memfasilitasi aliran dan menggunakan zero dead
leg membrane valves. Total kapasitas WFI yang terdapat di FPP adalah
sebanyak 1500 L (250 L di lini steril 1 dan 1250 di lini steril 2).
Pengolahan air di FPP dapat dilihat pada Gambar 3.6.
b. HVAC System
Sistem HVAC (Heating Ventilation and Air Conditioning) adalah suatu
sistem pengkondisian udara yang tersentralisasi. Suhu dikontrol dengan
menggunakan mekanisme termostat dan sensor yang dipasang pada saluran
balik. Sistem HVAC didesain, dipasang, dan dikualifikasi untuk memenuhi
parameter-parameter tertentu seperti kecepatan udara, tekanan dalam ruang,
suhu, kelembaban relatif, dan filtrasi udara. HVAC terdiri dari beberapa unit
yaitu AHU, cooling coil atau evaporator, blower, filter, ducting dan dumper.
Cooling coil berfungsi mengontrol suhu dan kelembapan relatif (RH) udara
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
50
Universitas Indonesia
yang akan didsitribusikan ke ruang produksi. Blower berfungsi menggerakkan
udara di sepanjang sistem distribusi udara yang terhubung dengannya,
merubah energi listrik menjadi energi gerak, mengatur jumlah debit udara
yang masuk ke ruang produksi sehingga tekanan dan pola aliran udara yang
masuk ke ruang produksi dapat dikontrol. Filter berfungsi mengendalikan dan
mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme yang dapat
mengkonkontaminasi udara yang masuk ke dalam ruang produksi. Terdapat 3
macam filter, yakni pre filter (efisiensi 30-40%), medium filter (85-95%),
HEPA filter (95-9,997%). Ducting berfungsi sebagai saluran tertutup tempat
mengalirnya udara yang menghubungkan blower dengan ruangan produksi.
Ducting terdiri dari saluran udara yang masuk dan saluran udara yang keluar
dari ruang produksi. Sementara dumper berfungsi untuk mengatur jumlah
debit udara yang dipindahkan ke dalam maupun yang keluar dari ruang
produksi. Sumber udara dari full fresh (udara segar) dan udara resirkulasi.
Pasukan udara segar yang digunakan adalah sebesar 20% untuk supply
oksigen dan mengatur tekanan ruangan.
Terdapat 20 kelompok AHU yang digunakan untuk meminimalkan
kontaminasi silang di antara lini-lini produksi. Zona A/C untuk lini steril 1
diatur dengan AHU 325 W. Zona D pada lantai 1 diatur dengan AHU 311 G,
AHU 312 G, AHU 313 G, AHU 314 G, sedangkan pada lantai 2 diatur dengan
AHU 325 W. Zona A/B pada lini sterril 2 diatur dengan AHU B1 dan AHU
B2. Zona C lantai 1 diatur dengan AHU C1, sedangkan untuk lantai 2 dengan
AHU C. Zona D untuk lini steril 2 diatur dengan AHU D1, D2 dan D3.
Sedangkan zona E lini steril 2 diatur AHU E1 dan E2. Zona E untuk
Warehouse pada lantai 1 diatur dengan AHU 314/313 B dan AHU 312/311 B,
sedangkan untuk lantai 2 diatur dengan AHU 325 B. AHU yang lain
digunakan untuk mengatur pilot-plan area R&D
FPP menggunakan Building Automatization System (BAS) untuk
memonitor dan mengatur tekanan diferensial dan suhu ruangan. Dengan
sistem otomatis ini, kondisi ruangan akan dijaga pada kondisi yang telah
ditetapkan. Jika tekanan terlalu rendah, blower akan berputar lebih cepat
sedangkan exhaust-nya lebih pelan atau tetap, demikian pula sebaliknya. Hal
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
51
Universitas Indonesia
ini juga berlaku untuk pengaturan suhu yang menggunakan chiller. Gambaran
sederhana system HVAC dapat dilihat pada Gambar 3.7.
c. Electricity System.
Listrik yang digunakan di FPP disuplai dari PT.. Cikarang Listrindo.
Disamping itu terdapat genset sebagai cadangan. Genset ini terdiri dari 2
generator yang digerakkan oleh mesin diesel. Jika aliran listrik terputus, genset
akan secara otomatis beroperasi dengan sendirinya.
d. Steam system.
Steam system adalah sistem penyediaan uap air panas, misalnya untuk
kebutuhan autoclave untuk pemanasan mixing tank yang tidak dapat dilakukan
dengan pemanasan langsung. Steam system ada 2 yaitu black steam dan pure
steam. Black steam digunakan untuk menyediakan uap air panas yang tidak
kontak langsung dengan produk, sedangkan pure steam digunakan untuk
menyediakan uap air panas yang kontak langsung dengan produk. Pada
produksi black steam digunakan softened water sebagai feeding water. Pada
pure steam, sebagai feeding water digunakan purified water dan sebagai
pemanas digunakan black steam. Steam dibuat dengan memanaskan feeding
water hingga suhu > 100°C.
e. Compressed Air System.
Compressed air system merupakan sistem yang digunakan untuk
menyediakan kebutuhan udara misalnya udara untuk pencucian botol dan
sterilisasi menggunakan oven. Parameter yang penting dan dikontrol dalam
sistem ini adalah kekeringan udara, jumlah partikel dan jumlah mikroba.
Untuk compressed air ini digunakan kompresor dengan sistem kompresor
screw oil free. Output dari kompresor sebelum digunakan dipisahkan terlebih
dahulu dari air yang terkandung di dalamnya menggunakan desicant dryer dan
difilter 5 µm.
f. Pengolahan Limbah.
FPP hanya mengolah limbah cair, sedangkan penanganan limbah padat
diserahkan ke pihak ketiga. Limbah cair di FPP diolah secara biologi,
menggunakan sistem aerasi menggunakan aerator. Dengan adanya aerator ini,
jumlah oksigen dalam air akan meningkat sehingga bakteri dapat berkembang
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
52
Universitas Indonesia
biak dan menguraikan bahan-bahan kimia. Skema pengolahan limbah FPP
dapat dilihat pada Lampiran 14.
Pengolahan limbah cair ini melibatkan beberapa peralatan, antara lain:
1) Bak sePT.ik (Septic Tank). Pada bak ini limbah yang berasal dari Industrial
waste water dan limbah cair yang berasal dari kebutuhan domestik industri
dikumpulkan.
2) Bak Pencampur (Mixer Tank). Sebelum masuk ke bak ini limbah cair yang
berasal dari septic tank disaring terlebih dahulu dan dihomogenkan.
Apabila pH limbah cair pada bak ini rendah, maka ditambahkan kapur
sampai pH menjadi netral.
3) Bak Aerasi. Limbah dari bak penampungan awal dialirkan ke bak aerasi,
dan dilakukan pengembangbiakan bakteri untuk menguraikan bahan kimia
dan juga ditambahkan urea sebagai nutrisi untuk perkembangbiakan
bakteri.
4) Bak Pengendap. Pada tahap ini air dimasukkan ke dalam bak
pengendapan, dan lumpur yang mengendap disaring pada tower adsorbsi
dan sebelum masuk ke bak penampungan akhir pada dinding bak diberi
saringan.
5) Bak Penampungan Akhir. Merupakan tempat penampungan akhir sebelum
limbah dibuang. Air pada bak penampungan akhir akan dicatat beberapa
parameter antara lain pH, suhu, konduktivitas, kandungan oksigen (BOD,
COD), dan volume air limbah.
6) Tower Adsorbsi. Digunakan untuk mengadsorbsi hasil pengolahan air
limbah yang merupakan penyaring lumpur yang berasal dari bak
pengendap sehingga air yang dihasilkan menjadi jernih.
Semua peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan laboratorium
memenuhi syarat dasar untuk peralatan yang digunakan dalam industri farmasi,
yaitu :
a. Dibuat dari baja tahan karat 316L dengan kekasaran < 0,6 Ra untuk semua
bagian alat yang kontak langsung dengan produk.
b. Mesin didesain dengan sebanyak mungkin alat pemisah yang dapat digunakan
antara bagian teknik dan bagian produksi.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
53
Universitas Indonesia
c. Desain mesin menjamin bahwa tidak ada kontaminasi yang disebabkan oleh
perangkat-perangkat sistem terhadap produk.
d. Desain mesin dapat diubah untuk pengaturan kualifikasi yang sesuai.
Sementara itu, pelapis epoksi digunakan secara luas untuk melapisi lantai,
langit-langit, dan sekat antar dinding. Perawatan bangunan juga perlu dilakukan
secara berkala, termasuk kontrol terhadap hama atau hewan-hewan pengganggu,
seperti tikus, serangga, cicak, dan sebagainya. Semua hal tersebut juga menjadi
tanggung jawab bagian teknik.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
54 Universitas Indonesia
BAB 4PEMBAHASAN
Suatu industri farmasi dituntut untuk menyediakan produk obat yang
bermutu baik untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam peningkatan derajat
kesehatan. Pedoman CPOB disusun sebagai petunjuk bagi para industri farmasi
dalam menghasilkan obat yang bermutu baik pada saat proses produksi. Selain itu,
CPOB adalah standar yang harus dipenuhi oleh setiap industri farmasi untuk
menjamin proses produksi obat yang berkualitas, bermutu, aman, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam CPOB
meliputi : persyaratan-persyaratan dari manajemen mutu, personalia yang terlibat
dalam industri farmasi, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan
terhadap produk dan produk kembalian serta penarikan kembali produk,
dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan
validasi.
4.1. Manajemen Mutu
Manajemen mutu terdiri dari sistem mutu yang mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya dan tindakan sistematis yang
diperlukan untuk mendapatkan kepastian produk atau jasa pelayanan yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Sistem mutu
yang diterapkan di PT. Ferron Par Pharmaceuticals adalah Ferron Integrated
System (FIS). Sistem ini merupakan sistem integrasi utama yang berisi tentang
kebijakan perusahaan, bisnis, dan rangkuman dari seluruh kegiatan yang
dilakukan di FPP. FIS mengacu kepada standar CPOB dan ISO 2000:9001.
Standar ini digunakan dalam hal pemenuhan persyaratan yang diperlukan untuk
penjualan produk baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Adanya standar-
standar tersebut yang diadopsi dalam FIS memungkinkan FPP untuk mengekspor
produknya ke Afrika Selatan, negara-negara ASEAN, negara Eropa, dan lain-lain.
Artinya, mutu produk yang dihasilkan FPP telah memenuhi persyaratan dan diakui
oleh negara-negara tersebut.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
55
Universitas Indonesia
Selain sistem mutu, diperlukan juga tindakan untuk pemenuhan
persyaratan mutu yang disebut juga dengan pemastian mutu. Tindakan ini
dilakukan dari sebelum proses produksi hingga produk telah beredar di pasaran.
Sebelum produksi dimulai, terlebih dahulu dibuat planning mingguan yang
diturunkan dari Master Production Schedule yang dibuat oleh bagian PPIC.
Selanjutnya, dibuat juga WO (Work order) Picklist, yang merupakan bahan-bahan
yang diperlukan selama proses produksi, baik bahan kemas maupun bahan baku,
serta Manufacturing Instruction, yang merupakan alur proses selama kegiatan
produksi, termasuk kegiatan In Process Control (IPC). Bagian timbang dan
gudang akan mengambil bahan sesuai dengan yang tertera dalam WO Picklist, dan
bagian produksi akan melakukan proses produksi sesuai dengan yang tercantum
dalam Manufacturing Instruction. Proses produksi dilakukan pada alat-alat yang
telah terkualifikasi dan tervalidasi dan sesuai dengan proses yang telah divalidasi.
Seluruh kegiatan produksi harus terdokumentasi agar dapat dikaji mengenai
kekonsistenan dalam produksi dan menelusuri permasalahan jika terjadi kesalahan
dalam produksi. Seluruh dokumen selanjutnya akan dievaluasi dan dikaji oleh
bagian PPQM (Post Production and Quality Monitoring) dari bagian Quality
untuk menentukan apakah bahan awal, produk ruahan, produk antara dan produk
jadi di-release atau di-reject.
Penyimpanan bahan awal, bahan kemas, produk jadi menjadi tanggung
jawab gudang, dimana penyimpanan dilakukan pada kondisi masing-masing yang
dipersyaratkan, terutama suhu dan kelembaban. Pendistribusian barang, baik
internal maupun eksternal, harus tercatat dengan benar, baik secara manual
maupun sistem komputerisasi (Oracle System). Hal ini dimaksudkan agar jumlah
barang yang terdokumentasi sesuai dengan jumlah yang ada. Proses dokumentasi
pendistribusian ini dilakukan pada saat penyerahan barang dari gudang ke
timbang, penyerahan barang dari timbang ke produksi, penyerahan dari produksi
ke gudang, penyerahan dari gudang ke tim ekspedisi, serta pada saat bagian
produksi meminta barang tambahan serta pengembalian barang yang berlebih.
Uji stabilitas dilakukan untuk menjamin mutu produk yang telah
diproduksi, baik selama validasi proses, maupun setelah produk dipasarkan
(Quality Surveillance). Quality Surveilence dilakukan dengan sampel tertinggal
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
56
Universitas Indonesia
(retained sample) yang disimpan sesuai dengan kondisi yang tertera dalam
kemasan. Hal ini dilakukan untuk memastikan dan memantau bahwa produk yang
telah diedarkan tetap stabil selama disimpan sesuai dengan kondisi yang tertera
dalam kemasan. Selain itu, dilakukan inspeksi dan audit diri untuk memastikan
bahwa seluruh kegiatan produksi memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Evaluasi mutu suatu produk dikaji secara berkala dalam bentuk Product Quality
Review (PQR) untuk memastikan kinerja produksi yang dilakukan terhadap
produk tersebut bersifat konsisten dan tidak menimbulkan banyak penyimpangan.
Untuk memantau kualitas produk ruahan atau produk jadi selama proses
produksi, dilakukan pengawasan mutu yang mencakup proses pengambilan
sampel, prosedur pengujian dan dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan
sesuai dengan protap pihak RnD yang telah divalidasi dan dilakukan oleh personel
yang telah terlatih. Pengambilan sampel dilakukan untuk pengujian pada saat
pelulusan bahan awal, pengujian IPC, dan pengujian produk akhir. Prosedur
pengujian dilakukan sesuai dengan protap RnD yang telah divalidasi dan setiap
prosedur pengujian didokumentasikan berupa print out dari alat-alat yang
digunakan dan laporan hasil uji (LHU).
Penerapan Ferron Integrated System sebagai sistem mutu memperlihatkan
bahwa FPP telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan CPOB. Hal ini
dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat CPOB untuk berbagai sediaan farmasi
yang diproduksi FPP serta sertifikat lain yang berasal dari luar negeri di antaranya,
dari Uni Eropa, Australia, Afrika dan Asia sehingga dapat memasarkan produknya
ke negara tersebut.
4.2. Personalia
Suatu industri farmasi diharuskan memiliki personalia dengan jumlah yang
cukup dan terlatih dalam menjalankan proses produksi dan mengerjakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Tugas masing-masing personel
terdapat di struktur organisasi untuk setiap bagian departemen maupun lini atau
bagian lain yang terkait. Pembagian tugas dilakukan agar tidak terdapat tumpang
tindih pada saat pengerjaan tugas. Personel kunci di FPP adalah manajer
Departemen Produksi dan Departemen Quality. Manager Produksi bertanggung
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
57
Universitas Indonesia
jawab kepada Manajer Pabrik, sedangkan Manajer Quality bertanggung jawab
kepada Head of Plant Site Cikarang (Kepala Pabrik Cikarang). Semua personel
sudah terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, dan memiliki pengalaman
praktis yang memadai di bidang industri farmasi. PT Ferron Par Pharmaceuticals
menempatkan apoteker sebagai Manajer Quality dan Manager Produksi sesuai
dengan yang dianjurkan berdasarkan anjuran CPOB.
Efektivitas pelatihan dinilai melalui evaluasi dan sesi timbal balik untuk
memastikan level pemahaman dari topik yang diberikan. Jika seseorang tidak
memenuhi persyaratan minimum, maka harus mengikuti pelatihan ulang. Semua
pelatihan dicatat oleh bagian SDM. Progam pelatihan yang diadakan FPP
menunjukkan bahwa FPP telah mengikuti anjuran CPOB dalam mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan personel dalam bekerja.
4.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan FPP terletak di wilayah industri Jababeka Cikarang dan
keberadaannya dalam wilayah industri diharapkan dapat meminimalisir
pencemaran yang dapat menganggu kenyamanan penduduk sekitar. Perlindungan
terhadap bangunan juga direncanakan dengan membuat desain bangunan utama
yang lebih tinggi daripada jalan di depan, untuk menghindari luapan air masuk
bila terjadi banjir. FPP mempunyai desain bangunan yang memenuhi persyaratan
CPOB, dimana bagian sudut lantai dan atap tidak berupa sudut mati, Namun
melengkung, sehingga mudah untuk dibersihkan. Bagian bawah jendela diberi
kemiringan tertentu agar tidak mendeposit kotoran. Lantai dan langit-langit
dilapisi epoksi sehingga mudah untuk dibersihkan. Kerangka pintu dan jendela
terbuat dari aluminium sehingga tidak lapuk dan mudah dibersihkan. Sekitar
bangunan FPP juga dilakukan pest control untuk mencegah masuknya binatang
pengerat atau serangga ke dalam bangunan.
Tata letak ruangan dibuat berdasarkan pertimbangan kelancaran arus kerja,
komunikasi dan pengawasan yang efektif. Terdapat perbedaan alur pergerakan
antara material dan karyawan, dimana karyawan masuk melalui ruang ganti di
bagian belakang bangunan sedangkan material masuk melalui ruang penyerahan
di bagian depan bangunan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketidakteraturan
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
58
Universitas Indonesia
yang dapat menyebabkan terhambat jalannya produksi dan mungkin dapat
membahayakan personel, sesuai dengan anjuran di CPOB.
Ruangan-ruangan dalam bangunan dibagi menjadi beberapa kelas yang
mempunyai persyaratan jumlah partikel dan mikroba yang berbeda sesuai dengan
tingkat kritikalitas terhadap produk yang diproduksi dalam ruangan tersebut.
Kelas tersebut adalah kelas A , kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E (1,2,3).
Sistem tata udara diatur oleh FPP agar kondisi persyaratan tiap kelas kebersihan
terpenuhi. Sistem tata udara diatur dengan menggunakan AHU sebanyak 20 buah
yang dibagi menjadi beberapa area sesuai dengan kebutuhannya. Spesifikasi,
seperti temperatur, perbedaan tekanan antar ruang, pergantian udara, kelembaban
rata-rata, dan jumlah partikel didokumentasikan untuk setiap ruang. Terdapat
sistem Air lock dengan sistem interlocking terdapat pada perbatasan antara dua
ruangan dengan zona higienis yang berbeda, untuk mencegah terjadinya
kontaminasi silang.
Area penimbangan mempunyai sistem AHU dan tata udara yang berbeda.
Pada ruangan ini terdapat sistem dust collector dan exhaust untuk melindungi
personel dari terpaparnya bahan-bahan yang ditimbang. Ruangan ini dibagi
menjadi 9 ruangan untuk tempat menimbang dengan kapasitas yang berbeda-beda,
dan satu ruangan hanya digunakan untuk satu bahan saja. Hal ini akan
meminimalisir terjadinya kontaminasi silang dan mix up pada saat peimbangan.
Untuk ruangan yang diperuntukkan menimbang bahan-bahan yang digunakan
untuk produksi steril terdapat sistem aliran udara uni-directional dimana udara
terus diganti dengan yang baru dengan kecepatan udara tertentu (Laminar air
flow) dan latar belakang kelas White.
Pipa, kabel, saluran-saluran serta benda lain yang dapat mengganggu
proses produksi dan menjadi sumber kontaminasi tidak ditempatkan di area
produksi, melainkan ditempatkan dalam ruangan mezzanine, yang terletak antara
satu lantai dengan yang lain. Ruang pengemasan dirancang terpisah untuk tiap lini
(kecuali lini semisolid dan steril 1 yang masih tergabung) untuk mencegah mix-up
atau kontaminasi silang.
Area penyimpanan, yaitu gudang, terbagi menjadi 4 bagian, yaitu gudang
sentral suhu ≤30°C, gudang sentral suhu tidak diklasifikasikan untuk menyimpan
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
59
Universitas Indonesia
bahan kemas, gudang dengan suhu terkontrol ≤25°C, dan Cold storage. Kondisi
tiap ruangan terus dipantau dan dipasang alarm untuk mengetahui kondisi
berubah. Pada gudang sentral, terdapat rak yang terdiri dari 8 lantai dan 15 baris
(A-O) yang berupa kerangka besi untuk menahan pallet yang diletakkan
diatasnya. Bentuk kerangka ini akan mempermudah dalam pembersihan dan
memperkecil jumlah kotoran yang terdeposit. Pada area ini terdapat loker terkunci
untuk menyimpan label, jeruji terkunci untuk menyimpan barang-barang yang
bernilai tinggi dan psikotropika. Hal ini ditujukan agar tidak ada penyalahgunaan
label dan pencurian.
Ruang pengambilan sampel berlatar belakang grey sehingga kontaminasi
terhadap bahan awal dapat terkontrol. Pada ruang staging terdapat pass thru yang
digunakan untuk memindahkan barang dari gudang ke bagian timbang, atau
bagian produksi ke gudang. Adanya pass thru ini akan meminimalisir kontaminasi
sehingga kondisi lingkungan tetap terkendali. FPP menggunakan alkohol yang
berupa bahan mudah terbakar, dan tempat penyimpanannya terpisah dari gudang,
yaitu diluar gedung utama di bagian belakang.
Area laboratorium berada terpisah dari area produksi, begitu juga ruangan
mikrobiologi yang terletak terpisah dari area produksi maupun area laboratorium.
Ruang timbang pada area ini dilengkapi dengan printer yang dapat mencetak hasil
timbang untuk didokumentasikan pada batch record. Ruang mikrobiologi berlatar
belakang white, dengan sistem airlock sebagai jalan masuk. Ruangan ini memiliki
sistem tata udara yang berbeda dengan area laboratorium, karena kondisi yang
dipersyaratkan lebih ketat.
Ruang kantin terletak terpisah dari ruang produksi. Setiap lantai terdapat
mushala dan toilet untuk memenuhi kenyamanan personel. Terdapat 3 kategori
ruang ganti, yaitu black, grey dan white, dimana untuk ruang ganti grey dan white
dipisahkan dengan airlock sebelum masuk ke ruang produksi, sehingga dapat
meminimalisir kontaminasi dari ruang ganti. Area teknik terletak di bangunan
terpisah dan dapat terhubung ke bagian mezzanine. Hal ini dimaksudkan agar
bagian teknik dapat melakukan perawatan dan perbaikan pada utility system
(seperti HVAC, sistem pengolahan air, Compressed air dan Steam) tanpa harus
mengganggu proses produksi atau menimbulkan kontaminasi ke dalam ruangan.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
60
Universitas Indonesia
Air yang digunakan untuk menunjang seluruh kegiatan produksi di FPP
adalah Raw water, Fresh water, Softened Water, Purified Water dan Water for
Injection. Air yang digunakan telah diolah dengan treatment masing-masing dan
digunakan untuk keperluan yang berbeda. Pada berbagai jenis air ini dilakukan
pengawasan/monitoring untuk memastikan bahwa air yang digunakan memenuhi
persyaratan/criteria yang ditetapkan oleh FPP.
4.4 Peralatan
Semua peralatan yang digunakan untuk proses produksi yang kontak
dengan bahan dikonstruksi menggunakan Stainless Steel 316 L dengan roughness
< 0.6 Ra untuk tiap produk yang kontak dengan alat. Mesin didesain dengan
sebanyak mungkin separator antara bagian kotor dengan bagian yang bersih.
Adanya seperator tersebut memperkecil kemungkinan terjadi kontaminasi dari
bagian yang kotor dari alat ke bagian yang bersih. Mesin didesain sedemikian
rupa untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminasi yang disebabkan sistem
penunjang (udara bertekanan, uap, udara, minyak) pada produk.
Desain mesin memungkinkan untuk dilakukan kualifikasi terhadap
kinerjanya. Kualifikasi meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan
kualifikasi performa mesin. Kualifikasi peralatan dilakukan oleh bagian teknik
yang dibantu oleh bagian Quality. Selain kualifikasi, juga dilakukan kalibrasi pada
peralatan ukur yang digunakan. Kalibrasi ini dilakukan secara terjadwal untuk
menjamin keakuratan alat ukur. Kualifikasi dan kalibrasi merupakan bagian dari
program validasi. Peralatan ditempatkan sesuai area yang telah ditentukan
sebelumnya. Area tersebut ditandai dengan garis putus-putus berwarna kuning
untuk memudahkan karyawan dalam meletakkan peralatan. Pada saluran-saluran
diberikan penandaan baik dengan tulisan maupun warna beserta dengan tanda
arahnya. Hal ini akan mempermudah penelusuran jika terjadi kerusakan atau
kecacatan pada produk.
4.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi yang tinggi perlu diterapkan pada sebuah industri farmasi
sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran terhadap produk. Sanitasi
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
61
Universitas Indonesia
dibedakan menjadi higiene personel, sanitasi bangunan dan fasilitas, sanitasi
peralatan dan validasi pembersihan.
Untuk memenuhi persyaratan higiene personel, maka FPP menerapkan tiap
personel baik karyawan maupun non karyawan yang masuk maupun melewati
area produksi FPP mengenakan baju yang sesuai dengan area produksi tempat
personel tersebut bekerja (white, grey atau black). Baju tersebut terbuat dari bahan
yang tidak melepaskan serat dan dilengkapi dengan penutup kepala. Adanya
penutup kepala akan melindungi produk dari rambut atau benda lain yang
mungkin dapat jatuh dari kepala. Baju grey dilengkapi dengan tangan panjang,
dan harus memakai masker dan sarung tangan untuk personel yang kontak
langsung dengan produk. Baju kerja black di PT FPP dicuci setiap 2 hari sekali,
sedangkan sepatu dicuci setiap 1 bulan sekali. Pada beberapa tempat tersebut
terdapat poster dan protap mencuci tangan.
Pada personel FPP dilakukan juga medical check-up yang dilakukan baik
pada saat recruitment maupun secara periodik. Hal ini dimaksudkan untuk
memantau dan menjamin bahwa kesehatan personel tetap terjaga selama bekerja
di FPP. Medical check-up yang dilakukan secara periodik bergantung pada
frekuensi kontak produk dengan personel dan kegiatan yang dilakukan di FPP.
Selain itu, personel juga dilarang merokok di FPP. Personel yang mengidap
penyakit menular tidak diperbolehkan bekerja hingga sembuh kembali. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari penyakit tersebut. Personel
yang memiliki luka terbuka tidak boleh kontak dengan bahan dan produk, karena
dikhawatirkan bahan atau produk tersebut dapat masuk ke dalam tubuh personel
melalui luka tersebut.
Untuk memenuhi persyaratan sanitasi bangunan dan fasilitas, ruang ganti
black dilengkapi dengan fasilitas locker yang memungkinkan personel
menyimpan barang milik pribadi selama jam kerjanya berlangsung. Personel
hanya boleh makan dan minum dalam tempat tertentu, yaitu kantin. Setelah
makan pun personel harus mencuci tangan sebelum keluar dari kantin dengan
prosedur yang telah ditetapkan. Setiap airlocks yang memisahkan antara ruang
ganti grey dan white disediakan hand sanitizer. Dinding, langit-langit, lantai,
fitting lampu, grille dibentuk dan dipasang sedemikian rupa agar mudah
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
62
Universitas Indonesia
dibersihkan. Pembersihan dilakukan dengan peralatan yang sebelumnya sudah
dibersihkan terlebih dahulu.
Sampah dikumpulkan dalam tempat sampah dan diambil setiap hari secara
teratur pada jam-jam tertentu. Ruangan produksi yang akan digunakan harus
dalam keadaan bersih, hal ini diperlihatkan dari label bersih yang bertuliskan
clean yang ditandatangani oleh supervisor. Jika ruangan tersebut telah selesai
digunakan, maka ruangan diberikan label “to be clean” untuk segera dibersihkan
oleh personel yang berwenang. Jika produksi sedang berjalan, maka ruangan
diberikan label ”use to” dan dituliskan jenis obat, nama obat dan batch dari proses
produksi dan ditandatangani oleh supervisor.
Peralatan yang digunakan, terutama yang kontak dengan produk, harus
dibersihkan dengan baik agar tidak terjadi kontaminasi silang. Seperti halnya label
bersih ruangan, terdapat juga label bersih peralatan yang memperlihatkan
peralatan tersebut sebelumnya digunakan untuk apa dan sudah dibersihkan atau
belum. Terdapat ruang pencucian alat pada masing-masing lini area produksi
untuk mencuci peralatan yang dapat dilepas dari mesin. Prosedur pencucian
dilakukan sesuai dengan protap yang berlaku dan yang telah divalidasi.
4.6 Produksi
Proses produksi harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, dan
memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin
edar (registrasi).
Bahan awal yang digunakan berasal dari vendor yang telah diaudit dan
disetujui oleh bagian Internal Quality Audit (IQA) dari bagian Quality. Pada saat
penerimaan bahan awal dilakukan pemeriksaan kebenaran bahan, pemeriksaan
visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan
kemungkinan adanya kerusakan bahan, dan tentang keseuaian catatan pengiriman
dengan label dari pemasok. Jika telah sesuai, barang diterima dan dilakukan
input administratif ke dalam sistem ORACLE yang secara otomatis akan membuat
nomor lot baru untuk barang tersebut. Bahan awal akan mendapat status karantina
dan pihak Quality akan menguji bahan tersebut apakah memenuhi spesifikasi atau
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
63
Universitas Indonesia
tidak. Jika lulus maka diberikan label release berwarna hijau, dan jika di-reject
maka bahan akan ditempatkan di ruang reject dalam gudang sambil menunggu
saatnya dimusnahkan atau dikembalikan ke supplier. Penempelan label hanya
boleh dilakukan oleh personel dari bagian Quality. Bahan awal yang telah di-
release disimpan dalam gudang sesuai dengan persyaratan kondisi masing-masing
bahan.
Setiap bahan terdapat kartu stok yang dituliskan secara manual untuk
mengetahui berapa banyak bahan tersebut yang tersisa dan dituliskan juga tanggal
pengambilan serta personel yang bertanggung jawab. Jumlah sisa stok kemudian
diupdate dengan memasukkan ke dalam Oracle system. Hal yang sama juga
berlaku terhadap bahan kemas. Jika terdapat kecacatan baik yang diamati secara
visual, dibuat permohonan pengujian berupa lembar action request yang
selanjutnya ditindak lanjuti oleh bagian PPQM Quality.
Validasi proses merupakan pembuktian yang terdokumentasi bahwa semua
aspek (material, mesin, manusia, metoda dan lingkungan) dalam suatu proses
produksi senantiasa memberikan produk akhir yang memenuhi spesifikasi yang
telah ditetapkan. Validasi proses dilakukan terhadap minimal 3 batch produksi
secara berurutan dengan frekuensi dan jumlah pemeriksaan atau inspeksi yang
lebih ketat dibandingkan dengan pemeriksaan normal. Validasi proses dilakukan
oleh tim validasi dibawah koordinasi R&D. Validasi terhadap produk baru dan
produk existing dilakukan concurrent yaitu validasi yang dilakukan selama proses
produksi rutin dilakukan. Revalidasi dapat dilakukan apabila terjadi perubahan
yang signifikan, misalnya perubahan metode proses produksi atau perubahan pada
kondisi alat. Selain itu dibuat jadwal khusus untuk mengevaluasi dan mereview
hasil dari validasi proses.
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Salah satunya adalah dengan penggunaan sistem airlock dan juga
sistem perbedaan tekanan untuk mengatur airflow di ruangan tersebut. Ruangan
dengan proses dengan tingkat kritikalitas yang tinggi mempunyai tekanan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan di sekitarnya, misalnya filling dan
capper pada ruangan produksi aseptis. Untuk menjaga agar bahan yang terdapat
di dalam ruangan tidak keluar dan mencemari ruangan lain maka perbedaan
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
64
Universitas Indonesia
tekanannya dibuat menjadi lebih rendah dibandingkan dengan ruangan di
sekitarnya, misalnya ruang mixing produksi tablet memiliki tekanan yang lebih
rendah dibandingkan dengan tekanan koridor. Cara lain untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang adalah dengan penggunaan baju grey, black dan
white sesuai spesifikasi ruangan, menerapkan pembersihan dan dekontaminasi
peralatan yang tervalidasi, serta penggunaan label bersih untuk mesin dan ruang.
Penomoran batch di PT Ferron Par Pharmaceuticals terdiri dari 7 digit
angka. Digit pertama merupakan angka unik yang ditentukan dengan perhitungan
digit ketiga dari tahun dikalikan dua, hasil kalinya diambil digit terakhir,
kemudian ditambahkan digit awal dari angka bulan. Digit kedua merupakan angka
pengenal bulan yang diambil dari digit terakhir bulan pembuatan. Digit ketiga
merupakan angka pengenal tahun diambil dari angka terakhir angka tahun.
Kombinasi 3 digit pertama ini akan berulang setiap lima puluh tahun sehingga
kemungkinan overlapping tidak akan terjadi. Kombinasi tersebut telah dihitung
secara otomatis dengan sistem komputerisasi. Digit keempat sampai tujuh
merupakan nomor urut batch dari 0001 sampai dengan 9999 yang dikeluarkan
secara berurutan selama satu tahun sesuai urutan bets tersebut dijadwalkan tanpa
memandang jenis dan nama produk.
Penimbangan dilakukan di lini timbang. Hanya 1 material yang dapat
ditimbang pada satu ruang dan waktu. Pada ruang timbang terdapat surat SB2RT
(Surat Bukti Bersih Ruang Timbang), dimana surat ini diisi dengan personel yang
melakukan pembersihan ruang timbang dan pengecekan kebenaran alat timbang,
personel yang mengecek kebersihan ruang timbang, personel yang melakukan
penimbangan serta bahan yang ditimbang. Keberadaan SB2RT ini memungkinkan
untuk memastikan bahwa ruang timbang siap untuk dipergunakan dan mengetahui
bahan apa yang ditimbang sebelumnya. Operator timbang akan menimbang sesuai
label timbang yang diterbitkan berdasarkan WO picklist. Semua bahan baku untuk
1 bets yang telah ditimbang selanjutnya diletakkan pada tempat khusus untuk
dibawa ke bagian produksi. Sebelum diserahkan ke lini produksi, supervisor
timbang mengecek ulang kebenaran identitas dan jumlah bahan-bahan yang
ditimbang. Bahan sisa penimbangan dikembalikan ke gudang melalui ruang
staging in.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
65
Universitas Indonesia
Proses serah terima material antara lini timbang dan produksi dilakukan
dengan mengecek kembali kebenaran bahan, no lot dan jumlah penimbangan. Jika
telah sesuai, petugas dari lini timbang dan produksi yang memberikan tanda
tangan di WO picklist sebagai bukti serah terima material. Material sisa produksi
selalu direkonsiliasi sebelum dikembalikan ke gudang. Dokumentasi yang
dilakukan berupa pengisian Slip Retur Barang (SRB). Pada SRB, tertera nomor
item, nama barang dan jumlah yang dikembalikan. Jumlah barang yang di retur
selalu dicek dengan tabel rekonsiliasi yang terdapat pada Manufacturing
Instruction. Dalam tabel rekonsiliasi, diisi jelas berapa jumlah material yang
digunakan, berapa yang rusak, dan berapa yang masih baik untuk dikembalikan ke
gudang. Selain itu juga dilakukan Permintaan Penyesuaian Stok jika ternyata
jumlah yang ditimbang tidak tepat (karena dalam penimbangan terdapat sisa
dalam scoop) yang kemudian dilakukan penyesuaian jumlah baik secara manual
maupun secara komputerisasi (Oracle System).
Sebelum mesin dan ruang digunakan untuk proses produksi, supervisor
produksi akan memastikan kondisi kebersihan mesin/ruang serta memberikan
tanda tangannya di label bersih sebagai tanda bahwa mesin/ruang telah bersih dan
boleh digunakan untuk proses produksi. Kegiatan pengolahan dilaksanakan
mengikuti Manufacturing Instruction (MI). Semua keterangan terkait proses akan
dicatat di dalamnya. Produk ruahan yang menunggu proses selanjutnya akan
disimpan di ruangan WIP (Work in Process). Kegiatan IPCdicatat dan datanya
dilampirkan dalam batch record. Setiap penyimpangan terkait proses harus
dipertanggungjawabkan dan dilaporkan melalui form Action Request ke bagian
Quality. Produk yang berada di WIP harus segera diproduksi dan tidak boleh
dibiarkan hingga berhari-hari.
Ruangan-ruangan produksi yang mengolah bahan berbentuk serbuk kering
(misalnya granulasi, ruangan untuk mengayak, dan ruang tablet) memiliki tekanan
yang lebih kecil dari koridor dan dilengkapi dengan fasilitas dust collector.
Parameter operasional yang kritis (misal waktu, kecepatan, dan suhu) untuk tiap
proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan dicatat dan dipantau selama
proses berlangsung. Mesin pengering fluid bed menggunakan kantong filter yang
terbuat dari bahan yang tidak melepaskan partikel dan selalu dicuci tiap kali
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
66
Universitas Indonesia
selesai digunakan untuk memproses sediaan. Sebelum digunakan, punch dan die
diperiksa dari keausan. Pemantauan bobot tablet dilakukan tiap beberapa menit
sekali selama proses tabletasi berlangsung oleh bagian produksi dan IPC. Pada
setiap ruang cetak tablet terdapat timbangan yang digunakan untuk memantau
bobot hasil cetak tablet yang dilakukan oleh bagian produksi. Hasil pemantauan
dimasukkan ke dalam Lembar Pemantauan Bobot Tablet. Terdapat ruangan yang
digunakan untuk pembuatan larutan pengikat (binder), sehingga memperkecil
kemungikinan kontaminasi karena adanya mikroba. Tablet yang di-reject oleh
mesin disimpan dalam tempat yang terpisah sehingga tidak tercampur dengan
tablet yang sesuai spesifikasi.
Pada produksi cairan, krim dan salep, desain peralatan sesedikit mungkin
terdapat sambungan mati dimana residu dapat berkumpul dan menyebabkan
perkembangan mikroba. Perhatian khusus diberikan pada awal pengisian, sesudah
perhentian dan pada akhir proses untuk memastikan bahwa produk dalam keadaan
homogen. Pada ruang filling produk cairan, ruangan memiliki tekanan yang lebih
besar dibandingkan dengan tekanan di ruang sekitarnya dan berlatar belakang grey
untuk mencegah kontaminasi. Air yang digunakan selama proses produksi hanya
air yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Bahan pengemas diperiksa terlebih dahulu baik kebenarannya maupun
jumlahnya. Jika terdapat hal yang tidak sesuai dengan WO Picklist maka proses
produksi tidak akan berjalan. Tahap pengemasan pada setiap lini dilakukan secara
in line, dengan conveyor, sehingga dapat mempercepat proses dan meminimalisir
miss-labelling. Setiap hasil pencetakan (expired date, manufacturing date, batch
number dan harga eceran tertinggi) selalu dicek pada interval tertentu. Proses
pengemasan dituangkan dalam WO Routing dengan memastikan lebih dulu bahwa
jalur kemas dan mesin koding berada dalam kondisi bersih dan hanya produk
ruahan, bahan kemas dan dokumen untuk batch yang sedang dikerjakanlah yang
ada di jalur kemas. Hal ini untuk mendukung kelancaran proses pengemasan
secara inline dan untuk mencegah adanya mixed up. Selain itu dilakukan
rekonsiliasi pengemasan untuk mengetahui persentase reject dan persentase
rekonsiliasi. Jika terdapat cacat pada bahan kemasan baik primer maupun
sekunder, dilakukan pemusnahan, untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
67
Universitas Indonesia
Hal yang diperiksa selama pengawasan dalam proses (in process control)
adalah parameter-parameter yang penting dalam bahan awal dan produk ruahan,
misalnya kadar air dalam proses granulasi, keseragaman bobot tablet, keregasan
bobot tablet, dan lain-lain. Hal lain yang diperiksa adalah bobot akhir setelah
produk jadi berada dalam inner box dan master box. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui adanya produk yang hilang atau bertambah pada saat pengemasan jika
nilai hasil penimbangan berbeda jauh dari yang seharusnya. Sampel yang diambil
untuk setiap pengujian IPC adalah dibagian awal, tengah dan akhir produksi. Hasil
pengujian selama inspeksi in proses control didokumentasikan yang selanjutnya
akan dilampirkan dalam batch record.
Bahan awal yang di-reject dari pihak Quality dicatat dalam laporan
rekonsiliasi. Semua komplain direkam dan di-review secara periodik. Produk
kembalian dari recall akan disimpan pada ruangan terpisah sementara menunggu
keputusan dari Manajer Quality. Produk retur atau recall yang tidak memenuhi
syarat selanjutnya dimusnahkan. Berita acara pemusnahan harus diketahui dan
ditandatangani oleh PPQM officer. Terdapat prosedur untuk melakukan mock
recall. Hal ini dilakukan guna menilai efektifitas recall yang dilakukan. Produk
yang dikembalikan dilakukan pemusnahan sehingga mencegah terjadinya
penyalahgunaan.
Selama menunggu pelulusan dari bagian Pemastian Mutu, seluruh
batch/lot yang sudah dikemas ditahan dalam status karantina. Produk yang
dikarantina diberi label “Karantina” berwarna kuning atau diberi tanda berupa
jaring berwarna jingga yang menutupi seluruh batch. Produk karantina tidak
ditempatkan di tempat yang berbeda dengan produk yang telah di-release. Produk
jadi diserahkan dari pihak produksi ke bagian gudang dengan produk berstatus
karantina. Penyerahan produk ini dilakukan beserta slip penyerahan hasil produk
(SPHP). Sebelum pihak gudang menerima produk dari produksi diperiksa terlebih
dahulu kebenaran identitas dan jumlahnya. Setalah itu pihak gudang akan
menyimpan produk tersebut di tempat yang sesuai dengan kondisi
penyimpanannya.
PT Ferron Par Pharmaceuticals menganut prinsip FEFO (First Expired
First Out) dan FIFO (First In First Out) dalam mengatur alur penyimpanan,
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
68
Universitas Indonesia
penggunaan, dan distribusi barang. Distribusi produk dilakukan oleh PT.
Anugerah Argon Medica (AAM) dan Djembatan Dua (DD).
4.7 Pengawasan Mutu
Bagian Quality bertanggung jawab menjamin bahwa semua produk yang
diproduksi oleh FPP memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Quality
department dipimpin oleh Quality manager yang membawahi Validation manager,
Internal Quality Audit (IQA) supervisor, Post Production and Quality Monitoring
(PPQM) supervisor, laboratorium manager, IPC supervisor dan Shift supervisor.
Bagian validasi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kualifikasi, validasi
pembersihan, validasi proses, kalibrasi, evaluasi deviasi terkait fasilitas, stabilita,
menangani kontrol perubahan, dan melakukan monitoring terhadap ruangan dan
air. Bagian Internal Quality Audit (IQA) melaksanakan 2 level audit yang
dilaksanakan di FPP, yaitu audit internal periodik yang dilakukan 2 kali setahun
dan inspeksi acak (on the spot random inspection) atau inspeksi diri yang meliputi
pemeriksaan mutu pada tempat-tempat tertentu yang berhubungan dengan kerja
bagian Quality.
Bagian lain adalah Post Production and Quality Monitoring (PPQM),
dimana peran utama bagian PPQM adalah untuk memastikan bahwa produk yang
diproduksi oleh perusahaan telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
mulai dari saat produksi sampai produk kadaluarsa. Bagian laboratorium
membawahi dua bagian, yaitu laboratorium kimia dan mikrobiologi, yang
melakukan pengujian secara fisik, kimia maupun mikrobiologi. Bagian IPC
bertugas melakukan uji parameter-parameter pada tahapan produksi yang kritis
dan monitoring ruangan steril.
Sistem pengawasan mutu bertanggung jawab pada kegiatan sampling,
spesifikasi dan testing, mencakup koordinasi, dokumentasi dan release produk
dengan menjamin bahwa setiap pengujian yang diperlukan telah dilakukan dan
melakukan judgement untuk me-release atau me-reject bahan baku, ruahan
maupun produk jadi. Setiap metode analisis yang digunakan di FPP
dikembangkan oleh bagian analytical development yang merupakan bagian R&D
Dexa Group. Bagian Quality dilengkapi dengan tempat penyimpanan batch record
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
69
Universitas Indonesia
dan retained sample. Penyimpanan retained sample disesuaikan dengan keadaan
yang tertera pada label kemas produk.
Dokumentasi yang terdapat di bagian quality control antara lain
spesifikasi, prosedur sampling, prosedur testing, laporan pengujian analisis dan
sertifikatnya, validasi metode analisis dan prosedur kalibrasi. Dokumen batch
record disimpan sampai 1 tahun setelah masa expired date. Setiap penggunaan
reagen yang baru dicatat dan dilakukan penyesuaian antara reagen yang tercatat
dengan reagen yang ada. Peralatan dan instrumen di laboratorium telah
mempunyai prosedur tetap untuk pengoperasiannya masing-masing. Peralatan di
laboratorium, sama seperti halnya peralatan di bagian produksi juga dikualifikasi
dan dikalibrasi, untuk memastikan bahwa instrumen tersebut dapat berfungsi
dengan baik. Setiap kali menggunanakan alat, personel yang bertanggung jawab
mencatat dalam log book, untuk mempermudah penulusuran jika terjadi
kerusakan.
4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu
PT. Ferron Par Pharmaceuticals memiliki program inspeksi diri yang
dilakukan secara rutin oleh bagian IQA yang merupakan salah satu bagian di
departemen Quality. Inspeksi diri ini bertujuan untuk menemukan ketidaksesuaian
aspek CPOB di FPP dengan guidance. Dalam melaksanakan tugasnya, tim ini
memakai acuan CPOB (GMP), bukan FIS (Ferron Integrated System) manual.
Jadwal pelaksanaan inspeksi diri dilaksanakan secara acak tiap 4 kali dalam
sebulan pada semua lini yang ada. Penyimpangan yang ditemukan kemudian
didokumentasikan dan dilaporkan untuk ditindaklanjuti. Hasil dari inspeksi diri ini
berupa rekomendasi perbaikan (CAPA) serta komitmen pelaksanaan perbaikan
oleh lini terkait (person in charge) dalam jangka waktu (due date) tertentu.
Selain inspeksi diri, salah satu bentuk komitmen untuk melaksanakan
quality management system adalah dengan audit internal. Audit internal di FPP
menjadi tanggung jawab SnP (System and Planning) department dan dilakukan
secara rutin sekurang-kurangnya tiap 6 bulan sekali. Berbeda dengan inspeksi diri,
aspek yang dikoreksi dalam audit internal mencakup semua bagian dalam sistem
manajemen FPP (meliputi sistem kualitas, dokumentasi secara umum, dan 5R).
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
70
Universitas Indonesia
Pelaksana audit internal berupa tim. Tim audit yang ditunjuk akan membuat
checklist yang berisi pertanyaan mengenaikeseluruhan sistem sebelum melakukan
audit. Hasil audit internal dikategorikan dalam 2 jenis :
a. Non conformance, apabila temuan berupa adanya ketidaksesuaian antara
tahapan di prosedur dengan realisasinya, adanya poin tidak terpenuhinya
standar yang berdasarkan Quality Management System (QMS), dan adanya
penyimpangan nilai standar karena tidak mengadopsi QMS. Hasil temuan ini
dicatat dalam form CAR (Corrective Action Request).
b. Observation, apabila hasil temuan tidak terlalu begitu dipermasalahkan, tetapi
berpotensi untuk menjadi non conformance dirangkum dalam sebuah laporan
dan disimpan dalam CAPA untuk menjamin bahwa tindakan pencegahan dan
perbaikan dilakukan secara efektif sehingga masalah potensial tidak akan
terjadi.
Dalam pelaksanaan audit internal, FPP sudah mempunyai prosedur yang
jelas. Rujukan yang dipakai adalah ISO 9001:2000 dan ASEAN GMP edisi 3
(tahun 1996). Audit mutu yang dilakukan FPP juga meliputi audit vendor/supplier,
audit penerima agreement, dan audit eksternal. Audit supplier dilakukan tiap 6
bulan sekali. Dasar dalam mengaudit adalah Supplier Performance Evaluation
(SPE), jatuh tempo, dan rasio reject. Audit ini dilaksanakan menggunakan
kuesioner, dan inspeksi langsung (bila diperlukan). Audit penerima agreement
(kontrak) dilakukan dengan mempersiapkan mutu perusahaan, sedangkan, audit
eksternal biasanya dilakukan secara periodik oleh badan regulated seperti
BAVARIAN, TGA dan MHRA. Hasil audit eksternal ini akan di-follow up melalui
CAPA dengan due date tertentu.
4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Obat,
dan Produk Kembalian
Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek
samping yang merugikan atau masalah efek terapeutik. Penanganan keluhan
terhadap produk di FPP dilakukan untuk seluruh produk yang diproduksi dan
dipasarkan oleh FPP, yaitu produk yang diproduksi dan dipasarkan oleh FPP,
produk yang diproduksi oleh FPP dan dipasarkan oleh contract giver, produk yang
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
71
Universitas Indonesia
diproduksi oleh contract acceptor dan dipasarkan oleh FPP, dan produk repack.
Untuk produk-produk toll out, jika terdapat keluhan produk, informasi akan
diteruskan ke pihak manufacture sesuai dengan agreement yang telah disepakati.
Bagian FPP Quality akan menerima surat jawaban dari manufacture mengenai
investigasi keluhan dan akan meneruskannya kepada pihak yang mengajukan.
Untuk produk-produk toll in, bagian quality menginformasikan hasil investigasi
kepada pihak Quality contract acceptor.
Jenis keluhan yang diterima adalah keluhan yang berhubungan dengan
mutu produk, kimiawi atau biologis dari poduk atau kemasannya. Keluhan yang
berupa reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal atau reaksi
hampir fatal dan reaksi medis lainnya, serta efek terapeutik produk seperti produk
tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah, ditangani oleh medical. Keluhan
farmasetik ditangani oleh Departemen Quality. Keluhan ini dapat bervariasi
karena cacat produksi, misal : salah identitas bahan baku atau bahan kemas,
kemasan tidak lengkap, kekurangan isi dalam doos atau box, kerusakan pada
kemasan, fisik, kerusakan kimia, kadar yang tidak tepat, dan cacat non produksi,
seperti cacat yang disebabkan karena terjadinya bencana alam, kesalahan
penggunaan oleh konsumen sendiri, kehilangan barang saat pengiriman dan obat
palsu.
Penanggung jawab keluhan adalah PPQM Supervisor. Keluhan yang
diterima akan didokumentasikan dalam Databased Product Complaint dan Form
Keluhan Produk. Sebagai respon awal (first response), akan dilakukan
pemberitahuan tertulis kepada pihak yang mengajukan keluhan. Respon awal
dapat berupa pemberitahuan tertulis bahwa keluhan sudah diterima oleh FPP dan
akan segera ditindaklanjuti atau jawaban keluhan. Lead time penyusunan respon
awal adalah 3 hari sejak keluhan diterima. Kemudian akan ditetapkan klasifikasi
keluhan untuk menentukan lead time penanganan keluhan. Lead time penanganan
keluhan yaitu 3 hari kerja untuk critical complaint, 14 hari kerja untuk major
complaint, dan 30 hari kerja untuk minor complaint. Lead time dihitung mulai dari
dokumen dan sampel keluhan sudah lengkap sampai dengan surat jawaban
keluhan disusun.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
72
Universitas Indonesia
Setiap keluhan yang datang harus dievaluasi dan diinvestigasi. Bagian
PPQM akan berkoordinasi dengan bagian terkait (misalnya: produksi, RnD,
teknik, gudang, dll) dalam melakukan evaluasi dan investigasi serta menetapkan
corrective action. Setelah melakukan investigasi dan evaluasi, follow up action
yang harus dilakukan adalah keputusan terhadap produk yang dikeluhkan (dapat
berupa recall) dan dilakukan penetapan action plan. Penetapan action plan
bertujuan untuk mencegah masalah yang sama terulang kembali. Seluruh
investigasi, evaluasi dan follow up action didokumentasikan dalam laporan
penelusuran keluhan produk. Untuk keluhan yang berasal dari Medical, Contract
Giver dan BPOM, akan disusun surat jawaban keluhan yang menjelaskan
summary dari masalah yang ditemukan dan action plan yang akan dilakukan.
Untuk keluhan yang berasal dari distributor, jika keluhan yang diterima
merupakan justified complaint, akan ditandatangani oleh Quality Manager dan
diserahkan ke Supervisor Gudang untuk dilakukan proses receiving barang di
sistem.
Setiap keluhan yang diterima akan dilakukan investigasi keluhan produk.
Investigasi dilakukan dengan cara melakukan review seluruh informasi yang
diperoleh mengenai keluhan seperti dokumen keluhan; nama produk, nomor bets,
bentuk sediaan, dan kemasan produk, untuk memastikan bahwa produk yang
dikeluhkan benar-benar produk FPP; kondisi sampel yang diterima; kronologi
ditemukannya defect; dan kondisi penyipanan produk di konsumen, kondisi
distribusi, dan cara konsumen menggunakan produk. Kemudian periksa
kesesuaian produk keluhan dengan retained sample. Review seluruh data yang ada
pada batch record dan dokumen penyimpangan selama proses produksi. Cek
databased keluhan untuk melihat apakah keluhan yang sama pernah terjadi
sebelumnya. Jika keluhan yang sama pernah terjadi sebelumnya, cek dan pastikan
bahwa action plan telah terlaksana dengan baik. Jika action plan telah terlaksana
dengan baik, cek kembali adanya kemungkinan penyebab lain yang belum
terindentifikasi pada investigasi keluhan sebelumnya. Analisa juga kemungkinan
cacat yang sama terjadi pada bets-bets lainnya. Misalnya dengan melakukan
review terhadap batch record 3 bets produk yang diproduksi sebelum dan sesudah
bets keluhan.Tetapkan follow up action yang akan dilakukan. Tetapkan
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
73
Universitas Indonesia
kesimpulan keluhan, apakah keluhan merupakan justified complaint atau
unjustified complaint. Justified Complaint, jika suatu defect dinyatakan
benar/valid, disebabkan karena proses produksi di FPP dan terjadi dibawah
kontrol perusahaan. Non-justified Complaint, jika suatu defect masih sesuai
dengan spesifikasi produk jadi dan tidak memiliki alasan yang jelas untuk
diajukan sebagai keluhan. Misalnya: disebabkan karena kesalahan penanganan
selama distribusi.
Produk akan tetap dipasarkan bila yang terjadi bukanlah cacat kritis dan
masih aman untuk dikonsumsi oleh konsumen. Tetapi jika produk dianggap
mengalami cacat kritis dan membahayakan bagi konsumen akan dilakukan
penarikan kembali produk. Penarikan kembali obat jadi dapat diprakarsai oleh
pemerintah (Badan POM) maupun perusahaan itu sendiri. Koordinator penarikan
kembali adalah Quality Manager.
Penarikan kembali obat atas inisiatif dari perusahaan sendiri dapat
dikarenakan cacat kualitas, baik dari segi estetika yang secara langsung tidak
membahayakan pemakai (kerusakan label/kemasan, pemasangan tutup botol atau
pengait botol infus yang tidak sempurna) maupun cacat kualitas dari segi teknis
produksi yang dapat menimbulkan resiko yang merugikan konsumen bahkan
kematian (salah bahan, salah kadar, salah label, dan sebagainya). Penarikan
kembali produk juga dapat dilakukan karena adanya penemuan cacat kualitas oleh
BPOM atau jika terdapat laporan efek sampling serius dari produk yang dapat
menyebabkan resiko pada kesehatan.
Produk yang dikembalikan diperiksa dan dihitung jumlahnya, kemudian
dibuat laporan berdasarkan data hasil pemeriksaan fisik produk yang
dikembalikan ke pabrik. Laporan rekonsiliasi disiapkan dan disimpan untuk
mengukur efektivitas proses recall. Semua komplain direkam dan di-review secara
periodik. Produk kembalian dari recall akan disimpan pada ruangan terpisah
sementara menunggu keputusan. Produk retur atau recall yang tidak memenuhi
syarat selanjutnya dimusnahkan. Proses pemusnahan produk yang tidak
memenuhi syarat dilakukan oleh bagian gudang. Selain itu, ada juga pemusnahan
sampel pertinggal yang dilakukan oleh petugas monitoring PPQM. Berita acara
pemusnahan harus diketahui dan ditandatangani oleh PPQM Supervisor.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
74
Universitas Indonesia
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas
adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian tugas
yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan
instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis. Struktur dokumentasi yang dipergunakan di FPP adalah FIS (Ferron
Integrated System), Prosedur, Dokumen pendukung dan Record.
WO picklist merupakan dokumen yang berisi bahan awal dan bahan kemas
yang akan digunakan dalam proses produksi, sedangkan Manufacturing
Instruction merupakan dokumen yang menjelaskan tentang tahapan kerja yang
harus dilakukan selama proses produksi. Setiap dokumen selalu ditandatangani
oleh personel yang membuat dan disetujui oleh bagian manager. Pada dokumen
juga tertulis tanggal efektif dokumen tersebut, revisi yang keberapa dan hal-hal
yang direvisi atau ditambahkan pada revisi terakhir. Semua dokumen disiapkan,
disetujui, disosialisasikan, direvisi, didistribusi dan disimpan berdasarkan
prosedur tertulis.
Pencatatan data secara manual dilakukan dengan tinta biru untuk
memastikan data berupa asli, bukan fotokopi. Selain itu jika ada kesalahan dalam
pencatatan data, bagian yang salah dicoret sekali kemudian diganti dengan data
yang benar lalu dibubuhi paraf dan inisial serta tanggal oleh personel yang
bertanggung jawab. Seluruh catatan yang berhubungan dengan proses produksi
suatu batch akan disimpan dalam batch record. Batch record disimpan pada
ruangan bersama-sama dengan retained sample, dan disusun serta dalam keadaan
terkunci. Data hasil pengujian dari laboratorium, baik kimia, mikrobiologi
maupun IPC, dituliskan dalam lembar hasil uji (LHU). Setiap penggunaan alat
instrumentasi dan alat-alat lain untuk pengujian laboratorium, personel yang
bertanggung jawab mencatat dalam logbook dan dibubuhi paraf serta inisial
menggunakan tinta biru.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
75
Universitas Indonesia
4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pada prinsipnya pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak haruslah
dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan dengan baik untuk menghindari
kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu
yang tidak memuaskan. FPP tidak hanya memproduksi produk FPP sendiri, tetapi
juga menerima kontrak (toll in) dan memberi kontrak (toll out) dengan perusahaan
farmasi lainnya. Kerjasama ini dilakukan berdasarkan suatu kontrak antara
pemberi kontrak dan penerima kontrak dalam suatu persetujuan teknis yang
mencakup spesifikasi tanggung jawab masing-masing berkaitan dengan proses
produksi dan kontrol terhadap produk.
Sebagai penerima kontrak FPP terbuka terhadap audit dari pemberi
kontrak. Sebagai pemberi kontrak, FPP melakukan audit terhadap perusahaan
farmasi yang akan menerima kontrak. Audit dilakukan oleh bagian quality yang
berisi audit CPOB di perusahaan penerima kontrak tersebut, audit yang dilakukan
meliputi audit terhadap sarana produksi, kontrol kualitas sampai dengan sarana
penyimpanan. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dilakukan
dengan teliti agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat berakibat
kesalahpahaman yang dapat berefek pada mutu produk. Beberapa analisis perlu
dilakukan oleh laboratorium lain jika fasilitas dan sumber daya yang ada kurang
tersedia. Analisis oleh pihak luar ini juga dilakukan berdasarkan kontrak.
4.12 Kualifikasi dan Validasi
PT. Ferron Par Pharmaceuticals melakukan perencanaan terhadap program
validasi melalui penyusunan Validation Master Plan (VMP). VMP adalah
dokumen yang menyajikan informasi mengenai program kerja validasi yang
disiapkan dengan mengacu kepada CPOB dan cGMP disamping kebijakan dan
komitmen perusahaan untuk melakukan penyempurnaan terus menerus khususnya
terhadap pencapaian sasaran mutu. Ruang lingkup VMP meliputi seluruh proses
validasi atau kualifikasi dari system yang mempunyai dampak terhadap kualitas
produk yang meliputi antara lain sarana penunjang (water system, pure steam
generator, HVAC, dan lain-lain), mesin dan peralatan produksi, instrument
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
76
Universitas Indonesia
laboratorium dan peralatan IPC, proses pembersihan, proses produksi, serta media
fill.
Validation Master Plan juga berisi struktur organisasi kegiatan validasi dan
pembagian peran masing-masing. Dalam melaksanakan program validasi terhadap
utility maupun fasilitas, FPP sudah menggunakan analisis risiko. Hal ini telah
sesuai dengan CPOB, yang mengatakan pendekatan dengan kajian resiko
hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
Prosedur analisa resiko ini dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu daftar peralatan
dan fungsinya, klasifikasi kritikal dan non-kritikal, alasan dari klasifikasi,
parameter yang mungkin berpengaruh terhadap kualitas , kemungkinan terjadinya
kesalahan, dan daftar pengukuran/control yang harus dilakukan.
Validation Master Plan mencakup aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
a. Kualifikasi
Program kualifikasi mesin di bawah pengawasan Validation manager
yang membawahi QA specialist. Kualifikasi dan validasi ini mencakup: sarana
penunjang (water system, HVAC, ERP system), mesin dan peralatan produksi,
instrumen laboratorium dan peralatan IPC, proses pembersihan, proses
industri, dan media fill. Jadwal kualifikasi dan validasi telah disusun setiap
tahunnya berdasarkan VMP. Apabila terdapat kualifikasi di luar program,
maka inisiator dapat mengajukan validasi kepada pihak quality melalui form
Validation Request. Sebelum memulai pelaksanaan kualifikasi, QA spesialist
mempelajari spesifikasi alat serta membuat protokol kualifikasi, yang harus di-
approve dahulu oleh Quality Manager. Proses dokumentasi ini sesuai dengan
prinsip CPOB. Kualifikasi yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan,
kualifikasi instalasi/Installation Qualification (IQ), kualifikasi
operasional/Operational Qualification (OQ) dan kualifikasi
kinerja/Performance Qualification.
Apabila mesin tidak masuk kriteria kualifikasi, maka akan diberi label
DO NOT USE. Selanjutnya, dilihat berdasarkan tingkat kekritikannya, apabila
masih bisa di-adjust, maka mesin tetap digunakan dengan beberapa
penyesuaian. Apabila tidak bisa, maka pihak komite akan mengajukan
kebijakan untuk dilakukan disposal.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
77
Universitas Indonesia
Selain kualifikasi, FPP juga menetapkan jadwal rekualifikasi untuk
mesin yang sudah dikualifikasi maupun mesin yang diganti spare part-nya.
Beberapa peralatan dan sistem penunjang juga perlu dilakukan rekualifikasi.
Pelaksanaan rekualifikasi berdasarkan penilaian resiko (risk assessment)
meliputi utilities risk assessment dan equipment risk assessment. Utilities risk
assessment dilakukan untuk sistem penunjang (HVAC dan water system)
berdasarkan seberapa besar pengaruh sistem terhadap aspek kualitas produk
yang dihasilkan dan kemungkinan dampak terburuk apabila terjadi ( Quality
dan likeliness) dan dampak luas (Wide).
b. Kalibrasi
Kalibrasi yang dilakukan ada 2 jenis, yaitu kalibrasi internal dan
kalibrasi eksternal. Kalibrasi internal dilakukan sendiri oleh personel dari
perusahaan, yaitu oleh petugas kalibrasi yang dikoordinir oleh QA specialist,
sedangkan kalibrasi eksternal menggunakan jasa dari luar perusahaan.
Program kalibrasi dimulai dengan menyusun jadwal. Jadwal dibuat
berdasarkan VMP dan Master Schedule. Setelah itu, bagian quality akan
mengajukan Permohonan Penjadwalan Produksi (P3) lewat PPIC untuk
menganggarkan jadwal kalibrasi ke produksi. Kalibrasi di luar program dapat
dikerjakan melalui form Validation Request (VR), misalnya apabila ada alat
baru, ada label kalibrasi yang jatuh tempo. Hasil dari kalibrasi yang memenuhi
syarat akan diberikan label terkalibrasi dan sertifikat kalibrasi (yang diapprove
oleh Quality Manager). Apabila tidak memenuhi syarat, maka dilakukan
investigasi terhadap petugas, kalibrator, dan metode. Kemudian, dilakukan uji
ulang, dan di-review. Apabila memenuhi syarat, maka dilakukan pengujian
ulang lagi minimal 2 kali. Apabila tidak memenuhi syarat, maka dilakukan
adjustment alat oleh bagian teknik. Setelah adjustment, dilakukan rekalibrasi.
c. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan juga merupakan salah satu tugas dari bagian
validasi di departemen quality, yakni QA specialist. Validasi pembersihan
dilakukan minimal setahun sekali, sedangkan validasi pembersihan untuk
produk baru dilakukan 6 bulan sekali. Dalam validasi pembersihan di FPP,
pemilihan produk dinilai berdasarkan nilai resiko tertinggi dari beberapa
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
78
Universitas Indonesia
parameter meliputi kelarutan bahan aktif, toksisitas, tingkat kemudahan
kebersihan, persentase zat aktif dalam batch, volume sampling, dan volume
penimbangan. Apabila tidak memenuhi spesifikasi, maka dilakukan pengujian
ulang, investigasi terhadap metode analisis validasi pembersihan dan
investigasi terhadap metode pembersihan alat. Setelah itu, disusun laporan
hasil validasi pembersihan. Prioritas dalam validasi pembersihan adalah
validasi pembersihan untuk produk yang sudah ada di pasar, produk baru,
revalidasi untuk adanya perubahan (misal : desinfektan) dan revalidasi rutin.
d. Validasi proses
Jenis validasi proses yang diterapkan untuk produk exsiting dan produk
baru di FPP adalah secara konkuren. Validasi proses produksi terdiri dari 4
tahap, yaitu pembuatan protokol validasi proses, pelaksanaan validasi proses,
pengumpulan dan pengolahan data validasi proses, dan pembuatan laporan
validasi proses. Validasi proses dilaksanakan oleh tim validasi yang terdiri dari
R&D Formulasi, QA/Quality Department, tim validasi proses, dan Production
Department. Pembuatan prosedur kerja/protokol validasi proses berdasarkan
pada hasil optimalisasi dan WO routing yang telah disahkan oleh Group
Formulation Manager. Validasi prospektif dan konkuren dilakukan terhadap 3
bets berturut-turut sesuai dengan kriteria yang berlaku. Sampel IPCproduk
antara dan produk jadi diserahkan ke laboratorium QC untuk diperiksa sesuai
dengan metode pemeriksaan yang berlaku. Apabila dalam proses pengolahan
validasi terdapat ketidaksesuaian, maka dapat diambil dua alternatif
kesimpulan, yaitu : (i) Proses tidak valid, atau (ii) Proses valid dengan
justifikasi dan rekomendasi perubahan melalui mekanisme Usulan Modifikasi
Produk dan Proses (UMPP). Prioritas dalam validasi proses adalah validasi
proses untuk produk baru termasuk untuk transfer proses, produk
lama/existing yang akan diregistrasi ulang, produk existing yang belum
divalidasi prosesnya, kemudian revalidasi rutin.
e. Media fill
Media fill merupakan suatu simulasi proses produksi aseptis yang
dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa proses pengisian dan lingkungan
tempat dilakukannya pengisian mengikuti persyaratan kondisi steril/aseptis.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
79
Universitas Indonesia
f. Kontrol perubahan
Setiap perubahan diusulkan dalam action request. Action request
tersebut dapat bersumber dari audit internal, audit eksternal, batch deviation
report, facility deviation report, laboratory deviation report dan audit vendor.
Kontrol Perubahan (KP) yang terdapat di FPP adalah segala perubahan
menyangkut fasilitas yang berpengaruh pada kualitas produk. Ruang lingkup
perubahan meliputi : perubahan terkait fasilitas, perubahan utility (seperti
HVAC), perubahan spesifikasi ruangan, mesin/alat, air dan limbah, konstruksi
ruang, letak alat pengukur ruangan, sistem alarm, dan semua perubahan dari
URS (User Requirement Spesification). Apabila terdapat KP, maka form KP
akan direkap, di-register oleh QA specialist. Setelah itu, diajukan kepada
Validation manager, dan diapprove oleh Quality manager. Apabila disetujui,
maka form KP dikopi untuk user (PIC) terkait, dan terdapat kontrol
pelaksanaan KP. QA specialist akan meminta dokumen perubahan, dan
diverifikasi. Apabila sudah lengkap, maka status KP menjadi closed.
g. Computer Sytem Validation (CSV)
Validasi software dan sistem komputer meliputi seluruh siklus lengkap
dari produk. CSV mempunyai peran mayor untuk memperoleh konsistensi,
reliabilitas, dan akurasi dari data sebagai MIS (Sistem Manajemen Informasi).
CSV dapat menjamin bahwa fungsi kritik dari komputer dan alat otomatis
yang mempunyai pengaruh pada kualitas akan dapat memenuhi spesifikasi.
Kerangka kerja CSV diadopsi dari pedoman GAMP (Good ASEAN
Manufacturing Practice). CSV diterapkan dalam ERP (Enterprise Resource
Planning) System Oracle, dan Sistem Laboratorium dan Produksi, meliputi
mesin-mesin atau peralatan dengan sistem konfigurasi, seperti PLC
(Programmable Logic Controller), BAS (Building Automatic System), HVAC.
h. Validasi Metode Analisis
Validasi Metode Analisis dilaksanakan oleh R&D PT Dexa Medica.
Validasi ini dilaksanakan setelah terdapat master formula dari bagian
Formulasi. Beberapa parameter validasi yang ditentukan dalam metode
analisis adalah Setelah didapatkan metode yang valid, maka dilakukan AMT
(Analytical Method Transfer) ke pihak quality control/laboratorium FPP.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
80 Universitas Indonesia
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Aktivitas di PT. Ferron Par Pharmaceuticals meliputi kegiatan
manufaktur (produksi dan pengemasan) dan pemastian mutu yang
didasarkan pada prinsip CPOB/GMP dan FIS (Ferron Integrated
System).
b. PT. Ferron Par Pharmaceuticals telah menerapkan setiap aspek CPOB
dengan baik dalam tiap aspek dan rangkaian proses produksinya
dengan mengacu pada FIS (Ferron Integrated System) untuk menjamin
kualitas produk yang dihasilkan.
c. Apoteker memegang peranan yang sangat penting dalam industri
farmasi, yaitu sebagai kepala produksi, kepala pengawasan mutu dan
kepala bagian pemastian mutu. Fungsi Apoteker adalah sebagai tenaga
profesional yang ikut dalam menentukan kualitas produk yang
dihasilkan melalui keahliannya dalam dunia kefarmasian.
5.2 Saran
Penerapan aspek-aspek CPOB di PT. Ferron Par Pharmaceuticals perlu
terus dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjamin konsistensi mutu produk
yang dihasilkan.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
81 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.
Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Penerbit Global Pustaka Utama, Yogyakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta.
PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 2005. Ferron Integrated System Manual, PT. Ferron Par Pharmaceuticals. Cikarang.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
GAMBAR
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
83
Universitas Indonesia
Gambar 3.2. Denah Lokasi Ferron Cikarang Plant
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
84
Universitas Indonesia
Gambar 3.3. Alur Inventory Control Pada PT. FPP
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
85
Universitas Indonesia
Gambar 3.4. Konsep (a) deadlag (b) zerodeadlag
Gambar 3.5. Pengolahan Air di PT. FPP
Gambar 3.6. Gambaran sederhana sistem HVAC
(a) (b)
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
TABEL
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
87
Universitas Indonesia
Tabel 3.1. Daftar Sertifikasi CPOB PT. FPP
No Nama Sertifikat Nomor Dokumen Tanggal pengesahan
1 Sertifikat CPOB untuk tablet, antibiotik
2362/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
2 Sertifikat CPOB untuk injeksi, steril-antibiotik
2363/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
3 Sertifikat CPOB untuk injeksi, steril-non antibiotik
2364/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
4 Sertifikat CPOB untuk suppositoria, non antibiotik
2365/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
5 Sertifikat CPOB untuk kapsul, antibiotik
2366/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
6 Sertifikat CPOB untuk kapsul, non antibiotik
2367/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
7 Sertifikat CPOB untuk tetes mata, steril-antibiotik
2368/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
8 Sertifikat CPOB untuk tetes mata, steril-non antibiotik
2369/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
9 Sertifikat CPOB untuk salep/krim/gel, non antibiotik
2370/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
10 Sertifikat CPOB untuk salep/krim/gel, antibiotik
2371/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
11 Sertifikat CPOB untuk tablet, non antibiotik
2372/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
12 Sertifikat CPOB untuk sediaan cair oral, non antibiotik
2373/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
13 Sertifikat CPOB untuk sediaan cair oral, antibiotik
2374/CPOB/A/XI/02 07.11.2002
14 Sertifikat CPOB untuk tablet salut, non antibiotik
2695/CPOB/A/IX/06 22.09.2006
15 Sertifikat CPOB untuk tablet salut, antibiotik
2696/CPOB/A/IX/06 22.09.2006
16 Sertifikat Freeze Dry Injection Antibiotic
2896/CPOB/A/IV/09 30.04.2009
17 Sertifikat Freeze Dry Injection Non-Antibiotic
2897/CPOB/A/IV/09 30.04.2009
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
88
Universitas Indonesia
Tabel 3.2. Daftar Sertifikat MHRA PT. FPP
Bentuk Sediaan dan Jenis Bahan Aktif No. Dokumen TanggalSertifikat MHRA untuk Sediaan Non-Steril: Kapsul Cangkang Keras
UK GMP 32874 Insp GMP 32874/444644-
0001
13.03.2008
Sertifikat MHRA untuk Sediaan Non-Steril: Tablet
13.03.2008
Sertifikat MHRA untuk Pengemasan Primer: Kapsul Cangkang Keras
13.03.2008
Sertifikat MHRA untuk Pengemasan Primer: Tablet
13.03.2008
Sertifikat MHRA untuk Pengemasan Sekunder
13.03.2008
Sertifikat MHRA untuk Pengujian Quality Control: Mikrobiologi-Non Steril
13.03.2008
Sertifikat MHRA untuk Pengujian Quality Control: Kimia/Fisika
13.03.2008
Sertifikat TGA untuk sediaan solid tablet, tablet salut, kapsul cangkang keras
MI-13082007-CE-001136-11
14.08.2009
Sertifikat ZAB untuk sediaan freeze dry injection
Az. : 53.2-ZAB-2671.1 L 8
15.06.2010
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
89
Universitas Indonesia
Tabel 3.3. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Jumlah Partikel
Hygiene Zoning
Kelas
Jumlah Partikel/m3
At rest In operational
0.5 (µm) 5.0 (µm) 0.5 (µm) 5.0 (µm)A 100 ≤ 3.520 ≤ 20 ≤ 3.520 ≤ 20B 100 ≤ 3.520 ≤ 29 ≤352.000 ≤ 2.900C 10 000 ≤ 352.000 ≤ 2.900 ≤
3.520.000≤ 29.000
D 100 000 ≤ 3.520.000
≤ 29.000 NS NS
E1 UC NS NS NS NSE2 UC NS NS NS NSE3 UC NS NS NS NS
Keterangan: UC : Unclassified
NS : No Spesification
Tabel 3.4. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Batas Kontaminasi Mikroba
Hygiene Zoning
KelasBatas Kontaminasi Mikroba (in operation)
Air Sample (cfu/m3)
Settle platesdiam. 90 mm(cfu/4 hour)
Glove Print,5 fingers
(cfu/glove)A 100 < 1 < 1 < 1B 100 10 5 5C 10 000 100 50 NSD 100 000 200 100 NSE1 UC NS NS NSE2 UC NS NS NSE3 UC NS NS NS
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
90
Universitas Indonesia
Tabel 3.5. Parameter Spesifikasi Air
Tipe air Parameter
Raw Water
Pemerian, E. Coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypimurium, coliform, pH dan konduktivitas.
Fresh Water
Pemerian, E. Coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypimurium, coliform, pH dan konduktivitas.
Softened Water
Pemerian, E. Coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypimurium, coliform, pH dan konduktivitas.
Purified Water
Pemerian, Angka Mikroba, E. Coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypimurium, coliform, zat mudah teroksidasi, nitrat, logam berat, pH, konduktivitas, suhu dan Total Organic Carbon (TOC).
Water For Injection
Pemerian, Angka Mikroba, E. Coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypimurium, coliform, endotoksin bakteri, zat mudah teroksidasi, nitrat, logam berat, pH, konduktivitas, suhu dan Total Organic Carbon (TOC) serta endotoksin.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
92
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Struktur Organisasi Umum PT. FPP
Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Sistem dan Perencanaan
Toll ManufacturingOfficer
System & Planning Manager
SnP Adm Staff
PPICOfficer
SystemAnalyst
System DevelopmentOfficer
PPICStaff
System DevelopmentStaff
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
93
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Struktur Organisasi Umum Bagian Quality PT. FPP
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
94
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Alur kegiatan lini timbang
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
95
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Alur Proses Produksi Lini Solida 1
GRANULASIBahan Baku
Pengeringan granul
Pengayakan
Pencampuran akhir
Pencetakan tablet
Blistering
Pengemasan sekunder
Penimbangan Box
IPC
Larutan pengikat
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
96
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Alur Proses Produksi Lini Solida 2
Material pengemas primer
Material pengemas sekunder
IPC
Larutan pengikatGranulasi, pengeringan,
pengayakan dan pencampuran
akhir
Raw material
Tablet coating (jika dibutuhkan)
Stripping/blistering
Pengemasan sekunder
Penimbangan Master Box
PW panas (jika dibutuhkan)
+ bahan pengikat
Kapsul pellet
Pelletisasi
Coating pellet (jika
dibutuhkan)Tabletting/pengisian kapsul
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
97
Universitas Indonesia
Lampiran 7. Alur Proses Produksi Lini Likuida
Purified Water + suspending agent
Bahan bakuPurified Water + gula
Penimbangan box
Penimbangan Pembuatan suspending agent
Pembuatan Syrupus simplex
PengadukanPenyaringan
Penyimpanan dalam kontainer
Kemasan primer
Pencucian
IPCFilling & Capping
Pengemasan Sekunder
LabelingPengkodean label
Kemasan primer bersih
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
98
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Alur Produksi Lini Semisolida
Bahan larut air Bahan larut minyak
Panaskan basis air pada suhu 700C
Panaskan basis minyak pada suhu 700C
Pra- emulsifikasi
Pencampuran dan homogenisasi, vakum (kecuali suppositoria), pemanasan dan pendinginan
pengisian
Cooling & sealing(khusus untuk suppositoria)
Pengemasan sekunder
IPC
Material
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
99
Universitas Indonesia
Lampiran 9. Alur Produksi Lini Steril 1
Labeling
Pengemasan tersier
Bahan baku Purified water
WFI panas dengan suhu > 70/300CRaw Material
Mixing
Di Filtrasi menggunakan membran filter cellulose acetate nylon yang sudah steril,
juga dilakukan bubble point test
Ampul/vial dicuci
Ampul/vial bersih disimpan dalam stray kemudian disimpan
dalam internal trolley
Ampul/vial disterilisasikan dengan oven
FILLING
Rubber Stopper
Pencucian Rubber Stopper
Penyimpanan rubber stopper dalam tray kemudian disimpan dalam internal troly
Rubber stopper disterilkan dengan autoclave 1210C,
20 menit
Penutupan dengan rubber stopper (untuk vial) setelah itu dilakukan alucapping
Sealing (untuk ampul)
Sterilisasi akhir dengan autoclave kecuali untuk produk aseptis
Pemeriksaan secara visual (inspeksi)
Cartoning
Clean air
Clean air
N2
IPC
IPC
IPC
Leaflet
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
100
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Alur Proses Produksi Steril Pada Lini Steril 2
Purified WaterWFI dengan
suhu >85/250C
Raw Material
MIXINGN2Pencucian Vial
Clean
Vial disterilisasiDifiltrasi dengan membran filter cellulose acetate/nylon, termasuk
bubble point test
IPC
Filling dan rubber stoppering (tergantung
produk)Larutan steril dimasukkan dalam tanki stainless steel yang terhubung
langsung dengan mesin filling
Rubber stopper, flip off, alucap
disterilisasi 121-121,50C selama
20 menit
Clean
Alucapping
Rubber stopper
Flip off/Alucap
Produk
Vial yang sudah terisi ditutup sebagian
kemudian dimasukkan dalam freeze dryer
untuk lyofilisasi kemudian ditutup
sepenuhnya
Sterilisasi akhir untuk produk non aserptis
Pemeriksaan partikel secara visual (inspeksi)
Labeling
Cartoning
Pengemasan tersier
IPC
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
101
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Alur Penerimaan Barang Eksternal Untuk Produksi
Barang datang (supplier)Cek dokumen Dikembalikan (BAPBB)
Released (label hijau)
Simpan, masukkan data ke dalam database gudang
Rejected (label merah)
Sampling (Uji)
Musnahkan/kembalikan
Karantina (label kuning)
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
102
Universitas Indonesia
Lampiran 12. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Internal)
Lampiran 13. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Eksternal)
Lampiran 14. Skema Pengolahan Limbah PT. FPP
Surat pesanan
AAM Pusat
DOPLDistribution Order Packing List
Mengeluarkan barang
Distributor
Gudang
PPI Penyiapan barangGudang
Serah terima barang dari timbang ke produksi
Penimbangan
Cek hasil timbang
OK OK
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
KUALIFIKASI MESIN BOTTLES BLOWER, MESIN FILLER-CAPPER,
MESIN BOTTLES LABELLER DAN MESIN BOTTLES CARTONER
DI LINI LIKUIDA PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
YUDHO PRABOWO, S. Farm.
1006835596
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... iDAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 11.1 Latar Belakang ........................................................................ 11.2 Tujuan ..................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 32.1. Peralatan .................................................................................. 32.2. Validasi ................................................................................... 3 2.3. Kualifikasi dan Peralatan Produksi ......................................... 42.4. User Requirement Specification (URS) .................................. 82.5. Mesin Bottles Blower .............................................................. 92.6. Mesin Filler-Capper ............................................................... 102.7. Mesin Bottles Labeller ............................................................ 112.8. Mesin Bottles Cartoner ........................................................... 13
BAB 3. METODE KUALIFIKASI ........................................................... 153.1 Alat .......................................................................................... 153.2 Bahan ....................................................................................... 153.3 Kualifikasi Mesin Bottles Blower ........................................... 153.4 Kualifikasi Mesin Filler-Capper ............................................. 173.5 Kualifikasi Mesin Bottles Labeller ......................................... 183.6 Kualifikasi Mesin Bottles Cartoner ........................................ 19
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 214.1 Hasil ........................................................................................ 214.2 Pembahasan ............................................................................. 23
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 315.1 Kesimpulan ............................................................................. 315.2 Saran ...................................................................................... 31
DAFTAR ACUAN ...................................................................................... 32
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
1 Universitas Indonesia
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri farmasi harus dapat menghasilkan obat yang harus memenuhi
persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety), dan mutu (quality) dalam dosis
yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Salah satu kriteria penting dari produk
industri farmasi ialah diterimanya kriteria persyaratan kualitas obat karena
menyangkut soal nyawa manusia. Oleh karena itu, industri farmasi dan produk
industri farmasi diatur secara ketat, baik oleh industri farmasi itu sendiri maupun
oleh pemerintah (dalam hal ini Badan POM sebagai regulator industri farmasi di
Indonesia).
Peralatan merupakan salah satu aspek yang dipersyaratkan dalam CPOB,
yang juga menentukan kualitas obat yang diproduksi. Peralatan yang dimaksud
adalah seluruh peralatan yang berhubungan dengan produk atau dapat
mempengaruhi kualitas produk baik itu peralatan untuk proses produksi, peralatan
untuk pemantauan, peralatan pendukung (utility), peralatan untuk pengujian
maupun peralatan untuk penyimpanan. Peralatan hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke
bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan kualifikasi untuk memastikan bahwa peralatan yang digunakan sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan, dipasang dengan benar, dapat dioperasikan
tanpa kendala, serta mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan yang
dipersyaratkan secara konsisten.
Bagian produksi PT. Ferron Par Pharmaceuticals (FPP) terbagi menjadi 6
lini produksi yaitu lini solida 1, lini solida 2, lini semisolida, lini steril 1, dan lini
steril 2 serta didukung oleh 1 lini timbang. Lini likuida merupakan lini untuk
pembuatan dan pengemasan sediaan cair oral, mencakup oral drops dari volume
10 mL sampai volume 100 mL. Proses produksi likuid untuk botol 60 mL dan 100
mL menggunakan mesin otomatis mulai dari bottle cleaning, filling, capping,
sampai labeling, sedangkan pengemasan masih secara manual. Khusus untuk
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
2
Universitas Indonesia
produk drops menggunakan mesin filling dan capping semi otomatis, sedangkan
proses labeling dan pengemasannya secara manual. Seiring dengan berjalannya
waktu, kapasitas produksi lini likuida sebesar 50 botol/menit tidak lagi mencukupi
lonjakan sales order dari marketing, sehingga mesin packaging existing akan
diremajakan dan diganti dengan mesin yang baru untuk meningkatkan kapasitas
lini likuida. Pada proses lini likuida akan dibuat proses produksi secara in-line
mulai dari tahap bottle cleaning, filling-capping, labeling hingga cartoning dan
peningkatan kecepatan dari 50 botol/menit menjadi 150 botol/menit.
Mesin yang didatangkan dari supplier, sebagaimana protokol pemesanan
suatu mesin baru, maka pembelian mesin-mesin produksi tersebut harus melalui
tahapan-tahapan kualifikasi, mulai dari penyusunan User Requirement
Specification (URS), analisis dan audit supplier, functional spesification, design
spesification, sampai pada kualifikasi alat (IQ, OQ, PQ). Proses kualifikasi ini
bertujuan untuk memastikan bahwa mesin-mesin tersebut telah terpasang, mampu
beroperasi, serta keseluruhan komponennya mampu menjalankan fungsinya
dengan baik sesuai dengan yang dipersyaratkan. Kualifikasi dinyatakan berhasil
jika semua parameter yang diperiksa dalam kualifikasi memenuhi persyaratan dan
semua deviasi yang ada telah dievaluasi pengaruhnya pada sistem, diterima dan
disahkan.
1.2 Tujuan
Memberikan bukti terdokumentasi bahwa mesin bottles blower, mesin
filler-capper, mesin bottles labeller dan mesin bottles cartoner dalam kondisi baik
dan dapat dioperasikan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
3 Universitas Indonesia
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peralatan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006)
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai dengan desain serta seragam dari bets ke
bets yang lain dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Permukaan
peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi
tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi
identitas, mutu atau kemurnian diluar batas yang ditentukan. Peralatan satu sama
lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan
serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur baur produk. Pelaksanaan
perawatan dan pemakaian suatu peralatan hendaklah dicatat dalam buku log alat
yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan, dan nomor tiap bets atau lot
yang diolah dengan alat tersebut.
2.2 Validasi
Validasi merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2006). Validasi merupakan bagian dari program Penjaminan Mutu
(Quality Assurance) sebagai upaya untuk memberikan jaminan terhadap khasiat
(efficacy), kualitas (quality), dan keamanan (safety) produk-produk industri
farmasi. Validasi mencakup paling tidak 4 (empat) bidang utama dalam industri
farmasi, yaitu hardware, terdiri dari instrumen, peralatan produksi, dan sarana
penunjang; software, berupa seluruh dokumen dan sistem atau mekanisme kerja
dalam industri farmasi; metode analisa; dan kesesuaian sistem (Priambodo,
2007).
Validasi memiliki cakupan yang sangat luas dan hampir meliputi seluruh
bidang (area) di industri farmasi, mulai dari personalia, bahan awal (bahan aktif,
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
4
Universitas Indonesia
bahan tambahan, maupun bahan pengemas), fasilitas, peralatan, mesin, bangunan
hingga sistem atau prosedur kerja. Sedemikian luasnya cakupan validasi ini,
mengakibatkan beragamnya pengertian dan pendekatan dalam pelaksanaan
validasi. Secara garis besar, pelaksanaan validasi di industri farmasi terbagi
menjadi 3, yaitu (Priambodo, 2007) :
1. Pre validation, terdiri dari kualifikasi mesin, peralatan dan sarana penunjang,
serta validasi metoda analisa.
2. Process validation, terdiri dari validasi proses produksi, validasi pengemasan,
dan validasi pembersihan.
3. Post validation, terdiri dari periodic review, change control, dan revalidasi.
2.3 Kualifikasi Mesin dan Peralatan Produksi
Kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi mesin, peralatan
produksi, maupun sarana penunjang. Kualifikasi mesin, peralatan produksi, dan
sarana penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam pelaksanaan
validasi di industri farmasi. Seluruh kegiatan validasi di industri farmasi diawali
dengan pelaksanaan program kualifikasi ini. Validasi metode analisa, validasi
proses produksi, validasi proses pengemasan, serta validasi pembersihan tidak
bisa dilakukan tanpa melakukan kualifikasi mesin, peralatan produksi, serta
sarana penunjang terlebih dahulu (Priambodo, 2007).
Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas,
atau sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja
sesuai dengan kinerja dan fungsinya serta pembatasan nilai tertentu atau restriksi
terhadap sifat tersebut. Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana
penunjang terdiri dari 4 tingkatan, yaitu (Priambodo, 2007) :
1. Kualifikasi Desain (Design Qualification/DQ)
2. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification/IQ)
3. Kualifikasi Operational (Operational Qualification/OQ)
4. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification/PQ)
Masing-masing pelaksanaan kualifikasi harus dilaksanakan secara urut dan
berkesinambungan mulai dari Design Qualification (DQ), Installation
Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ) dan Performance
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
5
Universitas Indonesia
Qualification (PQ) (Priambodo, 2007). Untuk kualifikasi alat baru, terdapat
langkah-langkah proses kualifikasi yang tersaji dalam skema V-cycle di bawah ini:
Sesuai dengan program validasi yang diterapkan di FPP, maka dalam hal
Gambar 4.1 Skema V-cycle
Gambar 1. Skema V-Cycle
2.3.1 Design Qualification (DQ)
Tujuan Design Qualification (DQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan
dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan atau
spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku. DQ dilaksanakan
sebelum mesin, peralatan produksi, atau sarana penunjang (termasuk bangunan
untuk industri farmasi) tersebut dibeli, dipasang, atau dibangun.
Sasaran atau target dari pelaksanaan DQ adalah (Priambodo, 2007) :
1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang
atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam CPOB (GMP Compliance).
2. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang
atau dibangun (rancang bangun) memperhatikan aspek-aspek keamanan dan
kemudahan operasional.
3. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan, telah dilengkapi
dengan modul desain, gambar teknis, dan spesifikasi produk secara lengkap.
Kualifikasi Desain ini dilakukan sebelum instalasi (pemasangan)
User Requirements(Process orienteddescriptions)
PQ
OQ
IQDesign Specification
(Detailed TechnicalDocumentation)
Functional Requirements(What? How?)
Implementation
DQ(Audits &Reviews)
is based on
is based on
is based on
Commissioning
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
6
Universitas Indonesia
alat/mesin/ prasarana produksi. Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat check
list (daftar periksa) pelaksanaan DQ, yang terdiri dari :
1. Rencana Induk Validasi/Kualifikasi
2. Lay out, dan rencana desain.
3. Gambar teknis dan spesifikasi.
4. Kesesuaian sistem dengan ketentuan CPOB.
2.3.2 Installation Qualification (IQ)
Tujuan Installation Qualification (IQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan
spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang bersangkutan
dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. IQ
dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan produksi
atau sarana penunjang.
Sasaran atau target dari pelaksanaan IQ adalah (Priambodo, 2007) :
1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan telah dipasang sesuai rencana desain
yang telah ditentukan (GMP Compliance).
2. Memastikan bahwa bahan dan konstruksi peralatan telah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan (jenis baja anti karat, kemudahan
pembersihan, dan lain-lain)
3. Memastikan ketersediaan perlengkapan pengawasan (alat kontrol) dan
pemantauan (monitor) sesuai dengan penggunaannya.
4. Memastikan sistem atau peralatan aman dioperasikan serta tersedia sistem
atau peralatan pengaman yang sesuai.
5. Memastikan bahwa sistem penunjang, misalnya listrik, air, udara, dan lain-lain
telah tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai sesuai dengan
penggunaannya.
6. Memastikan bahwa kondisi instalasi dan sistem penunjang telah tersedia dan
terpasang dengan benar.
Kualifikasi instalasi dilakukan pada waktu instalasi (pemasangan baru),
modifikasi atau pemindahan alat yang bersangkutan. Agar memudahkan
pelaksanaannya, dibuat daftar periksa pelaksanaan IQ, yang terdiri dari :
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
7
Universitas Indonesia
1. Spesifikasi/rancangan alat/sistem.
2. Identifikasi kemasan/asesoris mesin/peralatan dan pengecekan suku cadang
(spare part).
3. Identifikasi bagian alat/ mesin/ sistem yang penting yang dapat mempengaruhi
proses dan kulaitas produk.
4. Daftar alat/instrumen yang perlu dikalibrasi.
5. Pelaksanaan kalibrasi (sertifikat analisis).
6. Prosedur (tata cara) instalasi.
7. Pemeriksaan instalasi terpasang dan sarana penunjang.
2.3.3 Operational Qualification (OQ)
Tujuan Operational Qualification (OQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja
(beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. OQ dilaksanakan setelah
pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang
dan digunakan sebagai tes mesin atau peralatan.
Sasaran atau target dari pelaksanan OQ adalah (Priambodo, 2007) :
1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan bekerja sesuai rencana desain dan
spesifikasi.
2. Memastikan bahwa kapasitas mesin atau peralatan secara aktual dan
operasional telah sesuai dengan rencana design yang telah ditentukan.
3. Memastikan bahwa parameter operasi yang berdampak terhadap kualitas
produk akhir bekerja sesuai dengan rancangan desain yang telah ditentukan.
4. Memastikan bahwa langkah operasi (urutan tata cara kerja) berdasarkan
petunjuk operasional, telah sesuai dengan waktu dan peristiwa dalam operasi
secara berurutan,.
Kualifikasi operasional dilakukan setelah kualifikasi instalasi
(pemasangan baru), modifikasi atau pemindahan alat yang bersangkutan. Agar
memudahkan pelaksanaannya, dibuat check list (daftar periksa) pelaksanaan OQ,
yang terdiri dari :
Uji simulasi dengan kondisi operasi yang sesungguhnya (tanpa produk).
Batas/limit yang masih dapat disetujui.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
8
Universitas Indonesia
Menetapkan parameter dan batas limit operasi yang dapat mempengaruhi
proses dan produk dan menetapkan SOP (Standart Operating Procedure).
Menetapkan limit spesifikasi.
2.3.4 Performance Qualification (PQ)
Tujuan Performance Qualification (PQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja
(beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dengan cara menjalankan
sistem sesuai dengan tujuan penggunaan.
Sasaran atau target dari pelaksanaan PQ adalah (Priambodo, 2007) :
1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang digunakan bekerja sesuai
dengan yang diharapkan dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Pada umumnya pelaksaan dilakukan dengan placebo.
3. Selanjutnya dengan menggunakan produk (obat) dan pada kondisi normal.
4. Dilakukan 3 kali secara berurutan.
Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat check list (daftar periksa)
pelaksanaan PQ, yang terdiri dari :
1. Kesinambungan operasi dan fungsinya.
2. Dapat diulang kembali (repeatability).
3. Memastikan dalam kondisi yang sama, mutu produk dan spesifikasi obat jadi
terwujud.
2.4 User Requirement Specification (URS)
Untuk pembelian mesin baru, perlu dilakukan pembuatan URS. Demikian
halnya dalam pembelian mesin blowing, mesin filling-capping, mesin labelling,
dan mesin cartoning. URS merupakan dokumen yang diajukan user (dalam hal
ini konsumen) kepada supplier (produsen) yang berisi berbagai hal mengenai
persyaratan yang diinginkan user untuk dapat dipenuhi oleh supplier dalam hal
kontrak jual beli diantara keduanya. URS dibuat berdasarkan pada referensi EU
GMP, TGA, dan Local and National Codes.
Dengan adanya URS ini maka supplier memiliki kewajiban untuk dapat
memenuhi spesifikasi yang diinginkan user, yang telah dituangkan dalam URS.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
9
Universitas Indonesia
Dalam proses pemenuhan spesifikasi user tersebut, terbentuklah suatu
kesepakatan antara user dan suplier. Dokumen kesepakatan yang dikenal dengan
Purchase Agreement (PA) ini merupakan salah satu usaha menyeimbangkan
antara kebutuhan user dan kepentingan supplier.
Selain URS, terdapat dokumen SAT (Site Acceptance Test) dan FAT
(Factory Acceptance Test) yang diperlukan dalam kualifikasi alat. SAT dan FAT
tersebut harus mencakup pengujian parameter-parameter kritis dari alat sesuai
dengan parameter-parameter yang telah disetujui dalam URS dan purchase
agreement serta dokumen terkait lainnya.
2.5 Mesin Bottles Blower
Mesin Bottles blower merupakan rotary machine yang mampu
menghilangkan kotoran atau partikel di dalam botol dengan compressed air yang
melewati membran filter 0,2 μm. Mesin mampu membersihkan minimal 150
botol/menit untuk botol dengan ukuran 100 mL dan kurang lebih 150 botol/menit
untuk botol 60 mL dan 15 mL. Mesin juga dapat digunakan untuk membersihkan
botol dari kaca (100 mL, 60 mL, dan 15 mL) ataupun plastik PET (100 mL dan 60
mL).
Secara fungsional Mesin Bottles blower terdiri bottles feeding system,
blowing carrousel, bottles outfeed system, safety and emergency system, dan
human machine interface. Botol dimasukkan secara manual oleh operator ke
dalam bottles feeding system yang terdiri dari handload table (tempat untuk
memasukan botol yang akan digunakan) dan rotary table (semacam meja dari
stainless steel yang dapat berputar berlawanan arah jarum jam yang akan
mendorong botol masuk ke dalam ceruk blowing carrousel). Blowing carrousel
adalah roda yang berputar secara vertikal yang akan membalikkan botol dan
membersihkannya dari kotoran atau partikel dengan menggunakan udara
bertekanan. Bottles outfeed system adalah tempat keluarnya botol yang telah
dibersihkan. Mesin blower S24 juga dilengkapi dengan safety and emergency
system yang akan mendukung keselamatan kerja, karena mesin tersebut
dilengkapi sensor-sensor yang akan mendeteksi jika terdapat hal-hal yang
menyimpang sehingga mesin akan otomatis berhenti. Human machine interface
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
10
Universitas Indonesia
(HMI) adalah panel untuk mengontrol mesin
Material mesin yang kontak dengan produk terbuat dari SS316 L, Ra ≤ 0,6
mikron atau bahan plastik food grade. Sedangkan untuk yang tidak kontak dengan
produk material metal alat terbuat dari SS 304 serta tingkat kebisingan tidak
melebihi batas keselamatan nasional dan internasional). Mesin ini terhubung
dengan mesin filler-capper dengan menggunakan conveyor. Conveyor antara
ruang blowing dan filling dipisahkan untuk menghindari perpindahan debu atau
partikel. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kelas ruangan (ruang blowing
adalah kelas E sedangkan ruang filling adalah kelas D)
2.6 Mesin Filler-Capper
Filler-capper model ML616 adalah rotary machine yang begerak secara
terus-menerus untuk proses pengisian (filling) dan capping botol. Mesin ini terdiri
dari filling station dan rotary capping. Filling station dilengkapi dengan 12
dosing station yang akan mengisi botol dengan larutan produk likuid. Rotary
capping dilengkapi dengan delapan spindles yang akan capping
(screwing/crimping). Botol yang keluar dari mesin bottles blower akan masuk ke
dalam mesin filling-capping. Mesin diharapkan mampu menghasilkan minimal
150 botol/menit untuk botol dengan ukuran 100 mL dan kurang lebih 150
botol/menit untuk botol 60 mL dan 15 mL. Mesin dapat digunakan untuk mengisi
sirup atau suspensi oral dalam dosis 10 mL – 104 mL dalam botol dari kaca
ataupun plastik PET dan capping menggunakan capper ROPP 28 mm dan 22 mm.
Mesin filler-capper secara fungsional dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu bottles feeding system, product feeding system, filling system, aluminum
capsules/ screw caps feeding system, capping system, machine outfeed dan
rejected system, safetty and emergency system, HMI, dan machine operation.
Bottles feeding system akan menerima botol kosong yang telah dibersihkan
dari outfeed conveyor belt blowing table. Botol-botol tersebut akan berhenti dan
ditampung sampai jumlahnya memenuhi load minimum kemudian dengan infeed
star-whell ditransfer ke filling station. Product feeding system terdiri dari
diaphragm pump, buffer tank, dan pipa produk. Produk likuida dari holding tank
akan ditransfer ke dalam buffer tank dengan diaphragm pump yang kemudian
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
11
Universitas Indonesia
akan diteruskan ke proses filling dengan pipa produk. Filling system terdiri dari
filling turret yang merupakan mesin rotari yang berputar terus-menerus untuk
proses filling dan dynamic washing cycle. Gripper akan menyangga/menahan
leher botol selama proses filling dan akan mengangkat botol ke atas menuju
nozzle. Setelah botol terisi produk, maka botol diturunkan dan gripper akan
membuka kemudian botol akan ditransfer ke clossing turret dengan intermediate
star-whell. Aluminum capsules/screw caps feeding system adalah suatu sistem
untuk memasukkan tutup botol. Capping system terdiri dari rotating capping
turret dengan delapan spindles yang akan menutup botol secara crimping ataupun
screwing.
Machine outfeed dan rejected system adalah fungsi sistem untuk reject
botol yang gagal di-filling atau tidak ter-capping dan mentransfer accepted bottles
ke mesin selanjutnya. Pada mesin filler-capper ini dilengkapi dengan sensor yang
dapat mendeteksi botol yang mempunyai volume pengisian yang melewati batas
minimum pengisian ataupun botol yang tidak terisi. Mesin Filler-capper juga
dilengkapi dengan safety and emergency system yang akan mendukung
keselamatan kerja, karena mesin tersebut dilengkapi sensor-sensor yang akan
mendeteksi jika terdapat hal-hal yang menyimpang sehingga mesin akan otomatis
berhenti. Human machine interface (HMI) adalah panel untuk mengontrol mesin.
Material mesin yang kontak dengan produk terbuat dari SS316 L, Ra ≤ 0,6 mikron
atau bahan plastik food grade. Sedangkan untuk yang tidak kontak dengan produk
material metal alat terbuat dari SS 304 serta tingkat kebisingan tidak melebihi
batas keselamatan nasional dan internasional.
2.7 Mesin Bottles Labeller
Bottles Labeller merupakan mesin yang digunakan untuk menempelkan
label ke permukaan botol dilengkapi dengan coding device (menggunakan hot foil
coding) untuk mencetak Batch Number (BN), Manufacturing Date (MD), Expired
Date (ED), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pada label tersebut. Mesin
diharapkan mampu menempelkan label minimal 150 botol/menit untuk botol
dengan ukuran 100 mL atau 60 mL dan minimal 80 botol/menit untuk botol 15
mL baik dari kaca (100, 60, dan 15 mL) ataupun plastik PET (100 dan 60 mL).
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
12
Universitas Indonesia
Mesin labelling dihubungkan dengan upstream machine yaitu mesin filler-
capper dan downstream machine yaitu rotary table dan mesin cartoner secara in-
line. Conveyor penghubung mesin filler-capper dan mesin labelling dipisahkan,
karena adanya perbedaan kelas ruangan (labelling room adalah kelas E dan filling-
capping room adalah kelas D).
Secara fungsional bottles labeller SL200 terdiri dari bottles feeding
system, labels reel unwinding system, bottles labelling system, machine outfeed
and rejection system, safety and emergency system, dan human machine interface.
Mesin menerima botol dari upstream mesin yaitu filler-capper mesin, melewati
bottle feeding system yang terdiri dari auxiliary infeed scroll (merupakan
penghubung mesin labeller dengan mesin filler-capper), bottles transport unit
(berfungsi untuk menyalurkan botol dari mesin filler-capper ke mesin labeller)
dan scroll unit sebagai tempat akumulasi botol untuk mencapai minimum load
sebelum masuk ke proses selanjutnya. Botol-botol tersebut akan berhenti dan
ditampung sampai jumlahnya memenuhi load minimum kemudian dengan
auxilary infeed sroll ditransfer ke labeling station. Labels reel unwinding system
merupakan tempat rol label yang akan ditempelkan pada botol.
Proses selanjutnya adalah bottles labelling yang terdiri dari labelling head
dan labelling fixing unit. Proses di labeling head meliputi label ditarik dari labels
reel oleh pulling roller dengan menggunakan stepping motor. Selanjutnya label
melewati printing unit untuk dicetak BN, MD, ED, dan HET pada lokasi yang
telah ditentukan. Label melewati label stop sensor (sensor untuk mendeteksi
bahwa ukuran panjang label yang akan ditempel pada botol telah sesuai dengan
spesifikasi awal) dan menuju dispensing plate untuk melepaskan bagian perekat
(waste) dari label tersebut dan menuju ke labelling fixing unit. Kecepatan yang
tinggi pada fixing belt membuat botol berputar dan botol tersebut akan tertempel
label sekaligus direkatkan secara sempurna.
Pada mesin ini terdapat machine outfeed dan rejected system yang
berfungsi untuk me-reject botol yang gagal dalam proses labeling dan mentransfer
accepted bottles ke mesin selanjutnya (mesin cartoning). Mesin labeller juga
dilengkapi dengan safety and emergency system yang akan mendukung
keselamatan kerja, karena mesin tersebut dilengkapi sensor-sensor yang akan
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
13
Universitas Indonesia
mendeteksi jika terdapat hal-hal yang menyimpang sehingga mesin akan otomatis
berhenti. Human machine interface (HMI) adalah panel untuk mengontrol mesin.
2.8 Mesin Bottles Cartoner
Mesin Bottles Cartoner merupakan mesin yang digunakan untuk
mengemas produk sirup atau suspensi oral dalam botol gelas atau plastik ke dalam
karton dengan leaflet, sendok takar, atau dropper. Mesin mampu mengemas botol
dalam karton disertai dengan sendok takar/dropper dan leaflet sebesar 150-200
pak/menit. Mesin cartoning dilengkapi dengan alat untuk memasukkan botol,
sendok takar dan leaflet ke dalam karton box secara otomatis sedangkan untuk
memasukkan dropper dilakukan secara manual (bantuan operator). Secara
fungsional bottles cartoner MA255 terdiri dari bottles feeding system, spoons
feeding system, leaflet feeding system, cartons feeding system, insertion imto the
carton, variable data embossing coding unit, carton closing, machine outfeed
and rejection system, safety and emergency system, dan human machine interface.
Mesin akan menerima botol dari rotary table dan akan melewati bottles
feeding system yang terdiri dari auxiliary infeed conveyor belt dan product
transport unit. Auxiliary infeed conveyor belt sebagai sebagai tempat akumulasi
botol untuk mencapai minimum load sebelum masuk ke proses selanjutnya. Botol-
botol tersebut akan berhenti dan ditampung sampai jumlahnya memenuhi load
minimum kemudian dengan infeed sroll unit botol akan ditransfer ke product
transport unit. Pada product transport unit dilengkapi dengan spoons feeding
system yaitu alat untuk memasukkan sendok takar secara otomatis.
Proses selanjutnya adalah pemberian leaflet yang diatur oleh leaflets
feeding system. Leaflet berbentuk lembaran akan dilipat oleh leaflet folding unit
GUK lalu akan ditransferkan melalui leaflets transferring system menuju gripper’s
chain. Fungsi gripper’s chain adalah untuk mentransfer leaflet yang terlipat secara
vertikal ke insertion area. Proses pemberian leaflet berjalan bersamaan dengan
proses penyiapan kotak karton di cartons feeding system. Cartons feeding system
terdiri dari cartons magazine, cartons pick-up device, dan cartons drive chains.
Cartons magazine adalah tempat karton dimana karton diposisikan miring di sisi
depan mesin untuk memfasilitasi pemuatan karton pada posisi datar. Cartons
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
14
Universitas Indonesia
magazine mampu menampung kapasitas karton untuk 5 menit berdasarkan
kecepatan optimal mesin. cartons pick-up device akan bekerja ketika produk
terdeteksi di product transport unit, lalu suction cup akan bergerak dan erection
arm akan mengambil karton dan akan ditransfer ke cartons transport unit. Proses
selanjutnya cartons drive chains akan mengangkut karton dari melalui mesin dari
magazine ke outfeed belts. Kemudian produk bersama-sama dengan leaflet dan
sendok akan dimasukkan ke dalam karton dengan pushers unit. Pusher unit terdiri
dari pendorong produk dan pendorong atas. Pada pendorong atas dipasang pisau
untuk mendorong leaflets ke dalam karton pada saat yang sama dngan pendorong
produk. Kemudian pada bagian luar flap bawah akan dicetak kode produk berupa
nomor batch, manufacturing date, expired date, dan HET menggunakan
embossing coding unit. Proses selanjutnya adalah proses penutupan karton dan
perekatan yang dikerjakan secara bersamaan oleh tucking and glueing unit.
Pada mesin ini terdapat machine outfeed dan rejected system yang
berfungsi untuk me-reject botol yang gagal dalam proses cartoning dan
mentransfer accepted bottles ke conveyor untuk dimasukkan kedalam master box
(kardus besar). Mesin cartoner juga dilengkapi dengan safety and emergency
system yang akan mendukung keselamatan kerja, karena mesin tersebut
dilengkapi sensor-sensor yang akan mendeteksi jika terdapat hal-hal yang
menyimpang sehingga mesin akan otomatis berhenti. Human machine interface
(HMI) adalah panel untuk mengontrol mesin.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
15 Universitas Indonesia
BAB 3METODE KUALIFIKASI
3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kualifikasi ini adalah mesin
bottles blower, mesin filler-capper, mesin bottles labeller dan mesin bottles
cartoner yamg dimiliki oleh PT. Ferron Par Pharmaceuticals; botol gelas dan
plastik PET ukuran 100 mL, 60 mL, dan 15 mL; ROPP cap 28 mm dan 22 mm.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kualifikasi ini adalah purified
water, fresh water, dan riboflavin natrium fosfat.
3.3 Kualifikasi Mesin Bottles Blower
3.3.1 Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification)
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu model dan serial number mesin; ukuran
dimensi mesin; Koneksi listrik; instalasi program; sistem pneumatik; komponen
listrik; layout kotak komponen listrik; instalasi sensor dan photocells; komponen
emergencies dan protection guards; komponen kontrol panel; debris extraction
system; dan vacuum cleaner.
3.3.2 Kualifikasi Operasional (Operational Qualification)
Pemeriksaan yang dilakukan adalah fungsi tombol kontrol (start, stop,
reset, dan emergency), pilihan fungsi menu dan setting, uji fungsi lampu, guard
switched, dan fungsi sensor dan photocells.
3.3.3 Kualifikasi Kinerja (performance Qualification)
3.3.3.1 Speed Accuracy
Pengujian speed accuracy dilakukan dengan menggunakan kecepatan
mesin 140 botol/menit. Mesin dijalankan selama 1 menit. Kemudian hitung
kecepatan mesin dengan cara menghitung jumlah produk yang dihasilkan per
menit.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
16
Universitas Indonesia
3.3.3.2 Appearance
Pengujian appearance dilakukan dengan menggunakan botol 100 mL
selama 1 menit. Kemudian jalankan mesin dan ambil 24 botol secara berturut-
turut setelah proses blowing. Tutup mulut botol dengan menggunakan parafilm.
Swab bagian dalam botol dengan swab kit. Periksa swab kit secara visual.
3.3.3.3 Microbiology Test
Pengujian microbiology test dilakukan dengan menggunakan botol gelas
100 mL. Siapkan 24 botol gelas 100 mL yang sudah ditara. Jalankan mesin dan
ambil 24 botol secara berturut-turut dan beri tanda pada bagian luar botol.
Kemudian tutup mulut botol dengan menggunakan cap yang sudah disterilisasi.
Kemudian analisa jumlah mikroba dengan cara memasukkan 100 mL larutan
NaCl pepton kedalam botol hingga batas lalu tutup dengan cap yang sudah
dsterilisasi. Kocok secara manual, tuangkan NaCl pepton dari dalam botol
melewati filter menggunakan filter holder. Ambil filter dan masukkan ke dalam
media TSA. Inkubasi pada suhu 30-35 C selama 5 hari. Hitung total mikroba.
3.3.3.4 Particle Test
Pengujian dilakukan dengan menggunakan botol gelas dan plstik ukuran
100 mL. Jalankan mesin selama 1 menit. Ambil 24 botol secara berturut-turut dan
beri tanda pada bagian luar botol. Tutup mulut botol dengan cap yang sudah
disterilisasi. Tuangkan 100 mL purified water dibawah LAF FAW lalu tutup
mulut botol dengan parafilm. Kocok secara manual selama kurang lebih 30 detik.
Gabungkan air setiap 4 botol di dalam botol duran. Kemudian bandingkan dengan
blanko dan botol kontrol dengan menggunakan background hitam dan putih.
3.3.3.5 Chemical Test
Pengujian dilakukan dengan menggunakan botol 100 mL. Jalankan mesin
selama 1 menit. Ambil 24 botol secara berturut-turut dan beri tanda pada bagian
luar botol. Tutup mulut botol dengan menggunakan parafilm. Tuangkan 100 mL
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
17
Universitas Indonesia
purified water kedalam botol dibawah LAF FAW dan tutup mulut botol dengan
parafilm. Lakukan analisa TOC (Total Organic Carbon) dan conductivity.
3.4 Kualifikasi Mesin Filler-Capper
3.4.1 Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification)
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu model dan serial number mesin;
koneksi listrik koneksi; instalasi program; sistem pneumatik; layout komponen
control panel; instalasi sensor dan photocells; komponen listrik; layout komponen
listrik; komponen emergencies dan protection guards; dan pemeriksaan kabel
listrik.
3.4.2 Kualifikasi Operasional (Operational Qualification)
Pemeriksaan yang dilakukan adalah fungsi tombol kontrol (start, stop,
reset, remote control dan emergency), pilihan fungsi menu dan setting, protection
guards, pemeriksaan cap, dan fungsi sensor dan photocells.
3.4.3 Kualifikasi Kinerja (performance Qualification)
3.4.3.1 Speed Accuracy
Pengujian speed accuracy dilakukan untuk botol 100 mL, 60 mL, dan 15
mL. Kecepatan mesin diatur sebesar 150 botol/menit untuk botol 100 mL dan 60
mL, 80 botol/menit untuk botol 15 mL. Kemudian mesin dijalankan selama 1
menit dan hitung kecepatan mesin. Kecepatan mesin dihitung berdasarkan jumlah
produk yang dihasilkan per 1 menit.
3.4.3.2 Filling Accuracy
Pengujian filling accuracy dilakukan untuk botol 100 mL, 60 mL, dan 15
mL. Siapkan botol kosong untuk ukuran 15 mL, 60 mL dan 100 mL masing-
masing berjumlah 36 botol. Kemudian beri nomor 1-36 dan ditimbang. Kecepatan
mesin diatur sebesar 150 botol/menit untuk botol 100 mL dan 60 mL, 80
botol/menit untuk botol 15 mL. Pengujian dilakukan selama 3 menit, setiap
menitnya dimasukkan 12 botol kosong. Lalu isi botol dengan air secara otomatis
pada mesin filling. Ambil botol yang telah diberi nomor tersebut, lalu timbang
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
bobot botol tersebut. Hitung bobot air yang ada pada botol. Hitung
accuracy (%), dengan rumus :
Kriteria penerimaan :
Filling accuracy maksimum untuk
Filling accuracy maksimum untuk volume 60 dan 100 mL = ± 1%
3.4.3.3 Capping Quality
Pengujian capping quality
mL. Atur kecepatan mesin sebesar 150 botol/menit untuk botol 100 mL dan 60
mL, 80 botol/menit untuk botol 15 mL. Jalankan mesin selama 15 menit.
Kemudian pada menit ke
secara acak pada filling outfeed.
Kriteria penerimaan : tidak ada kebocoran, tidak ada
penampilan baik.
3.4.3.4 Riboflavin Test
Pengujian riboflavin test
natrium fosfat 0,2 g/L ke dalam mesin kemudian dibuang melalui sistem
Bilas bagian dalam mesin dengan mengalirkan
purified water selama 10 menit. Tampung 12 botol pertama dengan memakai PW
kemudian dianalisis. Periksa bagian dalam
lampu UV untuk melihat sisa dari riboflavin.
3.5 Kualifikasi Mesin
3.5.1 Kualifikasi Instalasi (
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu model dan
dimensi mesin; sensor dan
pneumatik; komponen listrik;
Universitas Indonesia
bobot botol tersebut. Hitung bobot air yang ada pada botol. Hitung
(%), dengan rumus :
Kriteria penerimaan :
maksimum untuk volume 10 mL = ± 2%
maksimum untuk volume 60 dan 100 mL = ± 1%
Capping Quality
capping quality dilakukan untuk botol 100 mL, 60 mL, dan 15
mL. Atur kecepatan mesin sebesar 150 botol/menit untuk botol 100 mL dan 60
menit untuk botol 15 mL. Jalankan mesin selama 15 menit.
Kemudian pada menit ke-nol, 3, 6, 9, 12, dan 15 diambil masing-masing 6 botol
filling outfeed. Lalu periksa kualitas capping.
tidak ada kebocoran, tidak ada cap yang
penampilan baik.
riboflavin test dilakukan dengan memasukkan larutan riboflavin
natrium fosfat 0,2 g/L ke dalam mesin kemudian dibuang melalui sistem
Bilas bagian dalam mesin dengan mengalirkan fresh water selama 30 menit dan
selama 10 menit. Tampung 12 botol pertama dengan memakai PW
kemudian dianalisis. Periksa bagian dalam tangki dan piston mesin menggunakan
UV untuk melihat sisa dari riboflavin.
Kualifikasi Mesin Bottles Labeller
Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification)
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu model dan serial number
dimensi mesin; sensor dan photocells; koneksi listrik; instalasi program; sistem
; komponen listrik; layout kotak komponen listrik, komponen
18
Universitas Indonesia
bobot botol tersebut. Hitung bobot air yang ada pada botol. Hitung filling
dilakukan untuk botol 100 mL, 60 mL, dan 15
mL. Atur kecepatan mesin sebesar 150 botol/menit untuk botol 100 mL dan 60
menit untuk botol 15 mL. Jalankan mesin selama 15 menit.
masing 6 botol
yang loss, dan
dilakukan dengan memasukkan larutan riboflavin
natrium fosfat 0,2 g/L ke dalam mesin kemudian dibuang melalui sistem washing.
selama 30 menit dan
selama 10 menit. Tampung 12 botol pertama dengan memakai PW
tangki dan piston mesin menggunakan
serial number mesin;
; koneksi listrik; instalasi program; sistem
k, komponen
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
19
Universitas Indonesia
emergencies dan protection guards; layout komponen control panel dan
pemeriksaan kabel listrik.
3.5.2 Kualifikasi Operasional (Operational Qualification)
Pemeriksaan yang dilakukan adalah fungsi tombol kontrol (start, stop,
reset, dan emergency), pilihan fungsi menu dan setting, protection guards, dan
fungsi sensor dan photocells.
3.5.3 Kualifikasi Kinerja (performance Qualification)
3.5.3.1 Speed Accuracy
Pengujian speed accuracy dilakukan dengan menggunakan botol 15 mL.
Kecepatan mesin diatur sebesar 80 botol/menit. Kemudian mesin dijalankan
selama 1 menit dan hitung kecepatan mesin. Kecepatan mesin dihitung
berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan per 1 menit.
3.5.3.2 Pemeriksaan kualitas Labeling
Atur karakter coding. Baris pertama adalah Batch Number (BN 1234567),
baris kedua adalah Manufacturing Date (MD AUG 11), baris ketiga adalah
Expired Date (ED AUG 13), dan baris keempat adalah HET (Harga Eceran
Tertinggi). Atur parameter mesin agar siap beroperasi. Jalankan mesin selama 5
menit dengan kecepatan 80 botol/menit menggunakan botol 15 mL. Untuk botol
60 mL dan 100 mL mesin dijalankan dengan kecepatan 150 botol/menit.
Kemudian ambil 10 botol dari outfeed pada menit kesatu, ketiga dan kelima.
Lakukan pemeriksaan terhadap hasil cetakan coding dan hasil labeling (posisi
label konsisten dan tidak berkerut).
3.6 Kualifikasi Mesin Bottles Cartoner
3.6.1 Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification)
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu model dan serial number mesin;
dimensi mesin, sensor dan photocells; koneksi listrik, instalasi program, sistem
pneumatik, komponen listrik, layout kotak komponen listrik, layout control panel,
komponen emergencies dan protection guards, dan pemeriksaan kabel listrik.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
20
Universitas Indonesia
3.6.2 Kualifikasi Operasional (Operational Qualification)
Pemeriksaan yang dilakukan adalah fungsi tombol kontrol (start, stop,
reset, remote control dan emergency), pilihan fungsi menu dan setting, protection
guards, dan fungsi sensor dan photocells.
3.6.3 Kualifikasi Kinerja (performance Qualification)
3.6.3.1 Speed Accuracy
Pengujian speed accuracy dilakukan dengan menggunakan botol 15 mL.
Kecepatan mesin diatur sebesar 80 botol/menit. Kemudian mesin dijalankan
selama 1 menit dan hitung kecepatan mesin. Kecepatan mesin dihitung
berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan per 1 menit.
3.6.3.2 Pemeriksaan kualitas Carton
Atur karakter emboss. Baris pertama adalah Batch Number (BN 1234567),
baris kedua adalah Manufacturing Date (MD AUG 11), baris ketiga adalah
Expired Date (ED AUG 13), dan baris keempat adalah HET (Harga Eceran
Tertinggi). Atur parameter mesin agar siap beroperasi. Jalankan mesin selama 5
menit dengan kecepatan 80 botol/menit menggunakan botol 15 mL. Kemudian
ambil 10 botol dari outfeed pada menit kesatu, ketiga dan kelima. Lakukan
pemeriksaan terhadap kelengkapan produk dari hasil cartoning, penutupan karton,
dan emboss karton.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
21 Universitas Indonesia
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Kualifikasi Instalasi
Hasil kualifikasi instalasi pada mesin bottles blower, mesin filler-capper,
mesin bottles labeller dan mesin bottles cartoner menunjukkan bahwa semua
komponen pada mesin-mesin tersebut telah terpasang dengan baik dan benar.
4.1.2 Hasil Kualifikasi Operasional
Hasil kualifikasi operasional pada mesin bottles blower, mesin filler-
capper, mesin bottles labeller dan mesin bottles cartoner menunjukkan bahwa
semua komponen pada mesin-mesin tersebut dapat beroperasi sesuai dengan
fungsinya.
4.1.3 Hasil Kualifikasi Kinerja Mesin Bottles Blower
4.1.3.1 Speed Accuracy
Hasil pengujian speed accuracy mesin bottles blower untuk botol 15 mL
adalah 144 botol/menit.
4.1.3.2 Appearance
Hasil pemeriksaan appereance dengan menggunakan swab kit
memberikan hasil memenuhi syarat. Pada swab kit tidak terlihat adanya bercak
kotor atau adanya partikel pada botol.
4.1.3.3 Particle Test
Hasil pengujian particle test pada botol 100 mL memberikan hasil bahwa
pada botol sampel terlihat lebih bersih dan tidak terdapat partikel di dalam air
dibandingkan dengan botol kontrol.
4.1.3.4 Chemical Test
Hasil pengujian conductivity pada botol 100 mL adalah 0,63 – 0,85 μs/cm.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
22
Universitas Indonesia
4.1.4 Hasil Kualifikasi Kinerja Mesin Filler-Capper
4.1.4.1 Speed Accuracy
Hasil pengujian speed accuracy pada botol 15 mL adalah 82 botol/menit.
4.1.4.2 Filling Accuracy
Hasil filling accuracy pada botol 60 mL adalah antara -0,292% hingga
0,405% sedangkan hasil filling accuracy pada botol 100 mL adalah antara
-0,171% hingga 0,363%.
4.1.4.3 Capping Quality
Hasil pengujian capping quality menunjukkan tidak ada kebocoran dan
tidak ada cap yang loss.
4.1.4.4 Riboflavin Test
Hasil penetapan kadar riboflavin natrium fosfat pada riboflavin test adalah
antara 0,000 ppm hingga 1,4701 ppm.
4.1.5 Hasil Kualifikasi Kinerja Mesin Bottles Labeller
4.1.5.1 Speed Accuracy
Hasil pengujian speed accuracy pada botol 15 mL adalah 82 botol/menit.
4.1.5.2 Pemeriksaan Kualitas Labeling
Hasil cetakan coding terlihat jelas pada label. hasil labeling menunjukkan
ada beberapa labeling yang posisinya miring pada botol dan juga ada yang
berkerut.
4.1.6 Hasil Kualifikasi Kinerja Mesin Bottles Cartoner
4.1.6.1 Speed Accuracy
Hasil pengujian speed accuracy pada botol 15 mL adalah 82 botol/menit
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
23
Universitas Indonesia
4.1.6.2 Pemeriksaan Kualitas Cartoning
Hasil cetakan emboss coding terlihat jelas pada karton. Produk yang
dihasilkan sudah dilengkapi dengan leaflet dan sendok takar/dropper serta
penutupan karton juga sudah terlihat cukup baik.
4.2 Pembahasan
Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas,
atau sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja
sesuai dengan kinerja dan fungsinya serta pembatasan nilai tertentu atau restriksi
terhadap sifat tersebut. Kualifikasi mesin, peralatan produksi, dan sarana
penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam pelaksanaan validasi di
industri farmasi. Sebagaimana protokol pemesanan suatu mesin baru, maka
pembelian mesin bottles blower, mesin filler-capper, mesin bottles labeller dan
mesin bottles cartoner juga harus melalui tahapan-tahapan kualifikasi, yang
diawali dari penyusunan URS, analisis dan audit supplier, functional
spesification, penyusunan protokol kualifikasi, design spesification, sampai pada
pelaksanaan kualifikasi (IQ, OQ, dan PQ). Dokumen URS berisi mengenai
tanggung jawab dan spesifikasi mesin yang diinginkan oleh user (PT. FPP) dan
harus dipenuhi oleh pihak supplier.
Setelah proses instalasi atau perakitan mesin selesai dilakasanakan dan
telah memenuhi persyaratan maka akan dilakukan proses Site Acceptance Test
(SAT). Tujuan dari proses SAT ini adalah untuk memastikan apakah spesifikasi
dan kinerja mesin yang diinginkan oleh user telah dipenuhi oleh supplier. Dalam
proses SAT ini dilakukan beberapa pemeriksaan diantaranya adalah pemeriksaan
program instalasi, pemeriksaan spare part mesin, filling acuracy botol 15 mL,
speed accuracy, dan performance test untuk botol 15 mL, 60 mL, dan 100 mL.
Pada performance test, mesin dijalankan selama 1 jam dengan kecepatan 150
botol/menit dan setiap 15 menit diambil sampel sebanyak 24 karton. Kemudian
dilakukan pemeriksaan kelengkapan produk dalam karton (leaflet dan
sendok/dropper), kualitas capper, kualitas label, kualitas karton, dan uji
kebocoran. Setelah hasil pelaksanaan SAT disetujui dilanjutkan dengan proses
kualifikasi (IQ, OQ, dan PQ).
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
24
Universitas Indonesia
Proses kualifikasi melibatkan bagian-bagian terkait seperti quality,
produksi,dan teknik. Gabungan dari semua bagian ini selanjutnya disebut sebagai
tim kualifikasi/validasi, dimana semua bagian memiliki peranannya masing-
masing yang saling menunjang dalam keberhasilan proses kualfikasi. Sebelum
pelaksanaan kualifikasi dilaksanakan perlu dilakukan penyusunan protokol
kualifikasi. Pembuatan protokol kualifikasi dilakukan oleh bagian quality yang
dibantu oleh tim kualifikasi/validasi. QA specialist yang ditunjuk untuk
melakukan kualifikasi akan mempelajari dokumen penunjang terkait dan
kemudian melakukan observasi dengan berkoordinasi dengan pemilik/user dari
mesin yang akan dikualifikasi. Dokumen-dokumen yang terkait dalam
penyusunan protokol kualifikasi adalah URS, Functional Specification (FS),
Design Specification (DS), manual book, dan berdasarkan referensi protokol alat
sebelumnya. Isi protokol kualifikasi yaitu :
1. Sosialisasi protokol yang berisi nama, departemen, jabatan, paraf, dan tanggal
sosialisasi pada pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pelaksanaan protokol.
2. Pendahuluan yang meliputi tujuan, ruang lingkup, peringatan, dan catatan.
3. Prosedur yang berisi penjelasan/instruksi kerja yang menjadi isi protokol,
isian kolom kosong sebagai tempat menulis hasil pelaksanaan protokol,
catatan terkait dengan pelaksanaan protokol dan deviasi yang terjadi (bila
ada), dan isian untuk pembuktian bahwa setiap prosedur yang dilakukan telah
diverifikasi oleh orang lain (minimal tim validasi).
4. Kesimpulan yang berisi ringkasan tiap tahapan dari prosedur, deskripsi
prosedur, tanggal pelaksanaan, hasil, deviasi dan catatan, dan kesimpulan
akhir dari keseluruhan proses validasi apakah memenuhi persyaratan atau
tidak, serta tanda tangan pemeriksa yaitu validation manager dan quality
manager.
4.2.1 Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification)
Kualifikasi instalasi/Installation Qualification (IQ) perlu dilakukan pada
peralatan baru atau yang telah mengalami modifikasi. Sebelum pelaksanaan IQ,
maka haruslah disusun protokol IQ terlebih dahulu. Penyusunan protokol IQ
dibuat berdasarkan atas design specification.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
25
Universitas Indonesia
Pada kualifikasi instalasi dilakukan pemeriksaan kelengkapan komponen-
komponen yang terdapat pada mesin seperti komponen utama, alat tambahan, dan
alat penunjang. Pada umumnya kualifikasi instalasi yang dilakukan terhadap
mesin bottles blower, mesin filler-capper, mesin bottle labeller dan mesin bottles
cartoner adalah melakukan pemeriksaan seperti model dan serial number mesin,
ukuran dimensi mesin, koneksi listrik, instalasi program pada mesin, sistem
pneumatik, instalasi sensor dan photocells, komponen emergencies dan protection
guards, komponen kontrol panel dan pemeriksaan kabel listrik. Selain itu, juga
dilakukan pemeriksaan terhadap alat tambahan yang terdapat pada mesin seperti
debris extraction system yang terdapat pada mesin blowing dan mesin splicer
yang terdapat pada mesin labeller. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan
dan mendokumentasikan apakah semua komponen yang ada pada mesin sudah
terpasang dengan benar sesuai dengan yang terdapat pada dokumen design
spesification atau dokumen manual alat dan pemasangan yang dilakukan telah
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh FPP. Dari hasil pemeriksaan
semua komponen mesin telah terpasang dengan baik dan benar serta sudah sesuai
dengan design specification.
4.2.2 Kualifikasi Operasional (Operational Qualification)
Kualifikasi operasional merupakan proses pembuktian terdokumentasi
yang menyatakan bahwa suatu mesin/peralatan ataupun sistem yang telah
terpasang/mengalami modifikasi dapat berfungsi sesuai yang diharapkan dalam
batasan-batasan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam spesifikasi. Penyusunan
protokol kualifikasi dilakukan berdasarkan referensi dari buku pedoman
operasional (manual book) atau berdasarkan dari dokumen functional
specification dari mesin-mesin tersebut. Setelah protokol disetujui pelaksanaan
kualifikasi baru dapat dilakukan. Kualifikasi operasional memastikan apakah
semua komponen yang telah terpasang sesuai dengan kualifikasi instalasi dapat
beroperasi atau bekerja sesuai dengan yang diharapkan.
Pada pelaksanaan kualifikasi operasional ini dilakukan pemeriksaan
terhadap setiap komponen yang telah terpasang pada mesin bottles blower, mesin
filler-capper, mesin bottle labeller dan mesin bottles cartoner apakah dapat
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
26
Universitas Indonesia
beroperasi sesuai dengan fungsinya. Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya
adalah tombol-tombol kontrol pada kontrol panel (tombol start, stop, dan reset),
pilihan fungsi menu dan setting mesin, fungsi alarm-alarm mesin, fungsi sensor
dan photocells serta fungsi dari sistem pengaman dari mesin.
Pada pelaksanaan kualifikasi operasional ini dilakukan simulasi pada
mesin dengan beberapa keadaan yang mungkin terjadi saat proses produksi
berjalan. Hal ini dilakukan untuk memastikan fungsi dari komponen-komponen
pada mesin dapat berjalan sesuai dengan fungsinya seperti fungsi alarm, sensor,
dan sistem pengaman mesin. Setiap kesalahan atau kerusakan yang terjadi pada
mesin, alarm pada mesin akan menyala dan mesin akan berhenti dengan seketika
kemudian pada layar HMI (human machine interface) akan menampilkan pesan
yang menunjukkan kesalahan atau gangguan yang terjadi. Dengan pesan tersebut
akan memudahkan operator dalam mengidentifikasi kesalahan atau kerusakan
yang terjadi pada waktu mesin berjalan. Dari hasil kualifikasi operasional, semua
komponen mesin yang telah terpasang dapat berfungsi sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
4.2.3 Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification)
Kualifikasi kinerja bertujuan untuk membuktikan dan mendokumentasikan
bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi dapat bekerja (beroperasi)
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai
dengan tujuan penggunaan. Kualifikasi kinerja menjamin repeatability kinerja
peralatan, yaitu bila dilakukan pada kondisi yang sama, maka dapat memberikan
mutu yang sama. Penyusunan protokol kualifikasi dilakukan berdasarkan referensi
dari dokumen user requirement specification (URS).
Kualifikasi kinerja pada mesin bottles blower dilakukan dengan beberapa
pengujian yaitu speed accuracy, appereance, microbiology test, particle test, dan
chemical test. Pengujian speed accuracy dilakukan untuk mengukur kecepatan
mesin untuk membersihkan botol setiap menitnya. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan kecepatan mesin 140 botol/menit. Hasil pengujian speed accuracy
untuk botol 15 mL adalah 144 botol/menit. Hasil tersebut menunjukkan
kemampuan mesin sangat baik karena mesin mampu menghasilkan produk
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
27
Universitas Indonesia
melebihi dari setting mesin. Pengujian appereance dilakukan untuk mengetahui
kemampuan mesin dalam membersihkan botol. Pengujian appereance dilakukan
dengan menggunakan swab kit. Permukaan bagian dalam botol di swab kemudian
periksa swab kit secara visual. Hasil pengujian menunjukkan tidak ada swab kit
yang memperlihatkan bercak kotor.
Pengujian microbiology test bertujuan untuk mengetahui apakah mesin
mampu membersihkan botol dari kontaminasi mikrobiologi. Pengujian dilakukan
dengan mengambil sejumlah botol yang telah dibersihkan oleh mesin. Kemudian
botol diisi dengan NaCl pepton dan dikocok. Tuangkan NaCl pepton melewati
filter lalu filter dimasukkan dalam media TSA dan diinkubasi pada suhu 30-350C
selama 5 hari. Pengujian particle test bertujuan untuk memastikan bahwa mesin
bottle blower dapat membersihkan botol dari partikel-partikel yang terdapat di
dalam botol. Particle test dilakukan dengan cara mengambil sejumlah botol yang
telah dibersihkan oleh mesin. Kemudian botol diisi dengan purified water
dibawah LAF FAW lalu dikocok. Gabungkan air dari setiap 4 botol ke dalam
botol duran lalu dibandingkan dengan blanko dan kontrol dengan menggunakan
background hitam dan putih. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa pada botol
sampel terlihat lebih bersih dibandingkan dengan botol kontrol dan tidak
ditemukan adanya partikel-partikel padat di dalam air pada botol sampel. Hal ini
menunjukkan bahwa mesin mampu membersihkan botol dari partikel-partikel
yang menempel pada botol.
Chemical test adalah pengujian yang dilakukan secara kimia untuk
mengetahui kemampuan mesin apakah mampu membersihkan botol dari partikel-
partikel dan mikroba. Pengujian dilakukan dengan mengambil sejumlah botol
kemudian diisi dengan purified water di bawah LAF FAW. Kemudian dilakukan
analisa TOC dan conductivity. Dari hasil pemeriksaan conductivity diperoleh nilai
conductivity dari 24 botol antara 0,63 – 0,85 μs/cm pada suhu antara 24,5 – 250C.
Nilai tersebut masih memenuhi persyaratan karena batas maksimal kriteria
penerimaan untuk nilai conductivity purified water adalah ≤ 1,3 μs/cm. Nilai
konduktivitas menunjukkan indikasi dari jumlah zat yang terlarut bergantung
terhadap banyak jenis zat inorganik atau padatan yang terlarut dalam air. Zat-zat
yang biasanya terlarut dalam air adalah Na+, SO42-, Ca2+, bikarbonat, NO3
-, PO42-,
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
28
Universitas Indonesia
Fe2+, dan Mg2+. Zat-zat tersebut dengan konsentrasi tertentu dapat menyebabkan
sifat elektrik. Semakin besar nilai konduktivitas maka semakin banyak jumlah zat-
zat tersebut terlarut dalam air. TOC dilakukan untuk mengetahui jumlah dari
senyawa organik (senyawa karbon) yang terdapat dalam air. Beberapa senyawa
karbon dapat menjadi sumber energi bagi mikroba sehingga apabila nilai TOC
tinggi kemungkinan botol masih belum bersih saat dibersihkan oleh mesin blower.
Pengujian microbiology test, particle test, dan chemical test dilakukan
hanya dengan menggunakan botol 100 mL. Botol 100 mL dianggap sebagai botol
yang worst case dibandingkan dengan botol 15 mL dan 60 mL. botol 100 mL
memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan botol 15 mL dan
60 mL sedangkan besarnya tekanan udara yang digunakan untuk membersihkan
botol sama untuk semua jenis botol sehingga apabila mesin mampu
membersihkan botol 100 mL maka mesin dianggap juga mampu untuk
membersihkan botol 15 mL dan 100 mL.
Kualifikasi kinerja yang dilakukan untuk mesin filler-capper adalah speed
accuracy, filling accuracy, capping quality, dan riboflavin test. Pengujian speed
accuracy dilakukan untuk mengukur kecepatan mesin dalam mengisi dan
menutup botol dengan cap setiap menitnya. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan botol 15 mL dan kecepatan mesin 80 botol/menit. Hasil pengujian
speed accuracy pada botol 15 mL adalah 82 botol/menit. Untuk botol 60 mL dan
100 mL tidak dilakukan pengujian lagi karena sudah dikerjakan pada saat SAT.
Pengujian filling accuracy bertujuan untuk mengetahui keseragaman volume
pengisian dan keakuratan mesin dalam melakukan pengisian larutan kedalam
botol. Akurasi pengisian dari 36 botol sampel untuk botol 60 mL adalah antara
-0,292% hingga 0,405% dengan rata-rata volume pengisian sebesar 59,266 mL
sedangkan nilai akurasi untuk botol 100 mL adalah antara -0,171% hingga
0,363% dengan rata-rata volume pengisian sebesar 97,202 mL. Kriteria
penerimaan filling accuracy untuk botol 60 mL dan 100 mL adalah maksimal
± 1%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian filling accuracy masih
memenuhi kriteria penerimaan.
Capping quality adalah pengujian untuk mengetahui kemampuan mesin
capper untuk menutup botol dengan baik. Pengujian dilakukan untuk botol 100
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
29
Universitas Indonesia
mL, 60 mL,dan 15 mL. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa tidak ada
kebocoran dan tidak ditemukan adanya cap yang loss, sehingga dapat disimpulkan
bahwa mesin mampu menutup botol dengan baik. Pengujian kebocoran dilakukan
dengan menggunakan leak test kit. Pada mesin filler-capper dilengkapi dengan
program CIP (Clean In Process) yaitu program pembersihan mesin yang dapat
dilakukan secara otomatis. Untuk membuktikan program tersebut maka dilakukan
pengujian riboflavin test. Pengujian dilakukan dengan cara melewatkan mesin
dengan larutan riboflavin natrium fosfat dengan menggunakan sistem washing
pada mesin. Kemudian mesin dibilas dengan mengalirkan fresh water selama 30
menit dan purified water selama 10 menit. Setelah 10 menit diambil sejumlah
sampel untuk dilakukan pemeriksaan kadar riboflavin yang masih terdapat dalam
mesin. Kemudian bagian dalam tangki dan piston mesin diperiksa dengan
memakai sinar UV untuk melihat sisa dari riboflavin. Pada pemeriksaan dengan
lampu UV masih ditemukan bercak-bercak riboflavin di dalam sela-sela
sambungan antar bagian mesin. Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa program pembersihan mesin tidak mampu membersihkan
mesin hingga sela-sela sambungan mesin. Pada pemeriksaan sampel air,
konsentrasi riboflavin sodium fosfat yang ada dalam air adalah antara 0,000 ppm -
1,4701 ppm dengan kriteria penerimaan kurang dari 10 ppm sehingga pengujian
ini masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Kualifikasi kinerja yang dilakukan untuk mesin bottles labeller adalah
speed acccuracy dan pemeriksaan kualitas label. Pengujian speed accuracy
dilakukan untuk mengukur kecepatan mesin untuk menempelkan label pada botol
setiap menitnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan botol 15 mL dan
kecepatan mesin 80 botol/menit. Hasil pengujian speed accuracy pada botol 15
mL adalah 82 botol/menit. Untuk botol 60 mL dan 100 mL tidak dilakukan
pengujian lagi karena sudah dikerjakan pada saat SAT.
Pemeriksaan kualitas label bertujuan untuk mengetahui kualitas
penempelan label oleh mesin. Pemerikasaan dilakukan dengan memeriksa hasil
cetakan coding dan hasil labelling (posisi label konsisten dan tidak berkerut).
Pemeriksaan dilakukan dengan cara mesin dijalankan selama 5 menit dengan
kecepatan 80 botol/menit untuk botol 15 mL dan untuk botol 60 mL dan 100 mL
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
30
Universitas Indonesia
mesin dijalankan dengan kecepatan 150 botol/menit. Sebelum mesin dijalankan,
atur terlebih dahulu karakter coding sesuai dengan yang ditetapkan.. kemudian
ambil sampel pada menit kesatu, ketiga, dan kelima. Dari hasil pengujian
diperoleh, hasil cetakan coding terlihat jelas dan posisi label masih terdapat yang
posisinya miring dan berkerut. Posisi label yang miring dan berkerut
kemungkinan disebabkan karena dimensi botol yang kurang baik.
Kualifikasi kinerja yang dilakukan untuk mesin bottles cartoner adalah
speed acccuracy dan pemeriksaan kualitas karton. Pengujian speed accuracy
dilakukan untuk mengukur kecepatan mesin dalam mengemas produk ke dalam
kotak lipat yang dilengkapi dengan leaflet dan sendok/dropper setiap menitnya.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan botol 15 mL dan kecepatan mesin 80
botol/menit. Hasil pengujian speed accuracy pada botol 15 mL adalah 82
botol/menit. Untuk botol 60 mL dan 100 mL tidak dilakukan pengujian lagi
karena sudah dikerjakan pada saat SAT.
Pemeriksaan kualitas karton bertujuan untuk mengetahui kemampuan
mesin dalam mengemas produk kedalam kotak lipat yang dilengkapi dengan
leaflet dan sendok takar untuk botol 60 mL dan 100 mL serta dropper untuk botol
15 mL. Pemerikasaan dilakukan dengan memeriksa hasil cetakan emboss coding
kelengkapan produk, dan kualitas penutupan karton. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara mesin dijalankan selama 5 menit dengan kecepatan 80 botol/menit
untuk botol 15 mL dan untuk botol 60 mL dan 100 mL mesin dijalankan dengan
kecepatan 150 botol/menit. Sebelum mesin dijalankan, atur terlebih dahulu
karakter emboss coding sesuai dengan yang ditetapkan.. kemudian ambil sampel
pada menit kesatu, ketiga, dan kelima. Dari hasil pengujian diperoleh, hasil
cetakan emboss coding terlihat jelas, produk yang dihasilkan telah lengkap dengan
sendok/dropper, serta kualitas penutupan karton juga sudah cukup baik.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
31 Universitas Indonesia
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kualifikasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja pada
mesin bottles blower, mesin filler-capper, mesin bottles labeller dan mesin bottles
cartoner telah memenuhi persyaratan karena mesin-mesin tersebut telah
terpasang, mampu beroperasi, serta keseluruhan komponennya mampu
menjalankan fungsinya dengan baik sesuai dengan yang dipersyaratkan.
5.2 Saran
a. Kerja sama yang baik antar bagian atau departemen yang terkait dalam proses
kualifikasi harus selalu terjalin agar proses kualifikasi dapat berjalan dengan
lancar.
b. Perlu dilakukan perawatan mesin secara rutin agar kinerja mesin tetap baik.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
32 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2009. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta
Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka Utama Yogyakarta
PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 2005. Ferron Integrated System Manual.Cikarang: PT. Ferron Par Pharmaceuticals.
PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 2010 (a). User Requirement specification, Bottle Blowing Liquid Line Renovation. Cikarang: PT. Ferron Par Pharmaceuticals.
PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 2010 (b). User Requirement specification, Filling and Capping Machine Liquid Line Renovation. Cikarang: PT. Ferron Par Pharmaceuticals.
PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 2010 (c). User Requirement specification, Labeling Machine Liquid Line Renovation. Cikarang: PT. Ferron Par Pharmaceuticals.
PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 2010 (d). User Requirement specification, Bottle Cartoning Machine Liquid Line Renovation. Cikarang: PT. Ferron Par Pharmaceuticals.
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011