UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI...

84
UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI DAN MULUT LANSIA DI INDONESIA TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam Ilmu Prostodonsia ASTARI LARASATI 1006785616 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS DEPARTEMEN PROSTODONSIA JAKARTA MEI 2014 Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

  

UNIVERSITAS INDONESIA

ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK

KESEHATAN GIGI DAN MULUT LANSIA DI INDONESIA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam Ilmu Prostodonsia

ASTARI LARASATI

1006785616

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

JAKARTA

MEI 2014

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

iv  

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya saya

dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Spesialis Prostodonsia pada

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh

karena itu saya ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. DR. drg. Lindawati S. Kusdhany, Sp. Pros (K) sebagai pembimbing

pertama yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran serta memberikan

ide, motivasi, wawasan pengetahuan dan bimbingan, sehingga penulisan

tesis ini selesai.

2. drg. Farisza Gita, Sp. Pros (K) sebagai pembimbing kedua dan sebagai

Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia yang

telah dengan sabar dan penuh pengertian memberikan semangat, dukungan

moril, bimbingan dan masukan sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini

dan menyelesaikan tugas akademik lainnya semasa pendidikan.

3. drg. Muslita Indrasari, M.Kes, Sp.Pros (K) sebagai Kepala Departemen

Prostodonsia yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk

mengikuti pendidikan spesialis dibagian Prostodonsia..

4. drg. Henni Koesmaningati, Sp. Pros (K) sebagai Sekretaris Departemen

Prostodonsia dan Ketua Penguji Tesis, drg. Sitti Fardaniah, Sp. Pros (K),

DR. drg. Ratna Sari Dewi, Sp. Pros sebagai tim penguji yang telah

memberikan arahan, saran dan asupan yang membangun sehingga tesis ini

menjadi lebih baik.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Prostodonsia yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu yang telah dengan sabar memberikan bekal ilmu,

bimbingan dan arahan selama saya menjadi peserta program pendidikan

dokter gigi spesialis Prostodonsia.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

v  

6. Kelompok Lansia di Posbindu Kecamatan Sukmajaya Depok dan Desa

Cicantayan Sukabumi, yang telah bersedia meluangkan waktu menjadi

subjek penelitian dalam penulisan tesis ini.

7. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia beserta segenap

jajarannya yang telah memberikan saya kesempatan mengikuti Program

Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia FKG UI.

8. Seluruh staf perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

atas bantuan dan kerjasamanya dalam menyediakan fasilitas selama

penulisan tesis ini.

9. Seluruh teman-teman PPDGS Prostodonsia, khususnya angkatan 2010

Pinta, David, Syahrial, Mbak Henny, Mbak Anggi, Mas Dony, Siwan, Ami

atas dukungan, kerjasama, perhatian dan suka duka selama masa

pendidikan.

10. Seluruh anggota staf dan klinik prostodonsia, Pak Suroto, atas nasihat,

bimbingan dan bantuannya, Mas Jarot, Mbak Titin, Mas Fadil dan semua

pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan selama

saya menjalani pendidikan

11. Papa, mama, Mas Gito, Mita, Mbak Wike dan papa-mama mertua atas doa

dan restu yang selalu mengiringi saya.

12. drg. Chaidar Masulili, Sp. Pros (K) atas segala nasihat, doa dan

bimbingannya.

13. Prabowo Nursusilo dan Aisha Farzana Ayunindya, suami dan anakku yang

selalu mendukung, memberikan semangat serta menjadi sumber inspirasi

dan motivasi bagi saya.

14. Sahabat-sahabat, Terti, Nurul, Deasy, Hazlina yang selalu menemani saya.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Jakarta, 20 Mei 2014

Astari Larasati

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

vii  

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Astari Larasati Program studi : Prostodonsia Judul : Alat Ukur Kualitas Hidup Ditinjau Dari Aspek Kesehatan Gigi Dan Mulut Lansia Di Indonesia Latar belakang: Keadaan mulut yang buruk berdampak pada kualitas hidup lansia. Studi sebelumnya telah mendapatkan alat ukur kualitas hidup namun subjek yang digunakan adalah pasien geriatri. Oleh karena itu diperlukan alat ukur yang baru yang dapat digunakan pada lansia yang sehat. Tujuan: Mendapatkan alat ukur kualitas hidup lansia yang baru ditinjau dari aspek kesehatan gigi dan mulut, menganalisis hubungan antara kualitas hidup dengan kesehatan gigi dan mulut dan mengetahui faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup lansia. Metode: Cross-sectional pada 101 lansia. Pencatatan data sosiodemografis dan pemeriksaan intraoral. Wawancara untuk pengisian kuesioner kualitas hidup lansia dengan alat ukur yang telah divalidasi. Hasil: Uji validitas dan reliabilitas menunjukkan hasil yang baik. Hasil uji chi-square untuk variabel sosiodemografik, OHI-S berhubungan bermakna dengan penghasilan (p=0.01) dan pendidikan (p=0.004) dan DMF-T berhubungan bermakna dengan usia (p=0.04). Faktor risiko yang masuk ke dalam model multivariat adalah variabel usia (p<0.250), variabel penghasilan (p=0.006), variabel skor OHI-S (p=0.001) dan variabel skor DMF-T (p=0.004). Faktor yang paling berkontribusi pada kualitas hidup adalah skor DMF-T (p=0,006; OR=3,328), diikuti skor OHI-S (p=0,009; OR= 3,289), dan tingkat ekonomi (p=0,005; OR=3,318). Kesimpulan: Diperoleh alat ukur kualitas hidup yang valid dan reliabel. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia antara lain DMF-T, OHI-S dan tingkat ekonomi. Kata kunci: Alat ukur kualitas hidup, lansia, status kesehatan gigi dan mulut, faktor sosiodemografis.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

viii  

Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Astari Larasati Program study : Prosthodontics Title : Oral Health Related Quality of Life Index for The Elderly in

Indonesia Background:. Poor oral health can impact elderly's quality of life. Previous study has already create a new Oral Health related Quality of Life but the index was mainly use for geriatric patients, therefore the new OHRQoL index was needed for healthy elderly. Objective: to get a new oral health related quality of life (OHRQoL) index for elderly, to analyze the correlation between eldery quality of life and their oral health conditions and to determine factors that contribute the most in their quality of life. Methods: Cross-sectional study was performed towards 101 elderly. Their demographic data was collected, intra oral examination was performed. OHRQoL status was measured using a new index that combines several index and already tested its validity and reliability in a personal interview. Result: the new OHRQoL index had a good validity and reliability.Chi-square test showed, OHI-S score was strongly associated with income (p=0.01) and education (p=0.004) and DMF-T score was strongly associated with age (p=0.04). OHI-S (p=0.001), age (p<0.025), income (p=0.006) and DMF-T score (p=0.004) are risk factors that were incorporated into multivariate model. From the final multivariate model, DMF-T score (p=0,006; OR=3,328), contributed most to OHRQoL, followed by OHI-S score (p=0,009; OR= 3,289), and income (p=0,005; OR=3,318) Conclusion: The new OHRQoL index is valid and realiable to measure the elderly OHRQoL. DMF-T score is the factor that contribute the most in elderly OHRQoL followed with OHI-S score and income. Keywords: OHRQoL index, elderly, oral health status, sosiodemographic factors.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

ix  

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xiii BAB 1 PENDAHULUAN ................................... Error! Bookmark not defined.

1. 1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1. 3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 4

1.3.1 Pertanyaan Umum ............................................................................. 4

1.3.2 Pertanyaan khusus ............................................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.4.1 Tujuan umum .................................................................................... 4

1.4.2 Tujuan khusus ................................................................................... 4

1. 5 Originalitas Penelitian .............................................................................. 5

1. 6 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6 2.1 Gerodontologi-Geriatri ............................................................................. 6

2.2 Kesehatan Gigi dan Mulut Lansia .......................................................... 10

2.3 Oral Hygiene (Kebersihan Mulut) 20,21................................................... 13

2.4 Kualitas Hidup ........................................................................................ 15

II.4 Kerangka Teori ........................................ Error! Bookmark not defined.

BAB 3    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS .......................................... 21 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 21

3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 21

3.2.1 Hipotesis mayor I ............................................................................ 21

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

x  

Universitas Indonesia

Hipotesis mayor II ......................................................................................... 21

3.2.2 Hipotesis minor ............................................................................... 21

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 22

BAB 4    METODE PENELITIAN ....................................................................... 25 4.1 Desain Penelitian .................................................................................... 25

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 25

4.3 Besar Sampel Penelitian ......................................................................... 25

4.4 Alat dan Bahan ....................................................................................... 26

4.5 Analisis data ........................................................................................... 26

4.6 Alur penelitian ........................................................................................ 27

BAB 5    HASIL .................................................................................................... 28 BAB 6    PEMBAHASAN ..................................................................................... 37 BAB 7    KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 48

7.1. Kesimpulan ............................................................................................. 48

7.2. Saran ....................................................................................................... 48

7.2.1. Untuk pengembangan ilmu dan pelayanan di bidang prostodonsia . 48

7.2.2. Untuk pelayanan ............................................................................... 48

7.2.3. Untuk Masyarakat ............................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49 DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 1

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

xi  

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kondisi gigi pada lansia. Atrisi (kiri), abfraksi dan resesi (kanan) ................. 7 Gambar 2.2 Kondisi pulpa pada dewasa muda (A), kondisi pulpa pada lansia (B) ............ 7 Gambar 2.3 Kondisi sendi temporomandibula pada lansia. ................................................ 9 Gambar 2.4 Permukaan gigi yang diperiksa ..................................................................... 14 Gambar 2.5 Skor untuk DI-S ............................................................................................ 14

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

xii  

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kriteria Pemeriksaan Debris Indeks dan Simplified Calculus Index ... 14 Tabel 2. 2 Instrumen pengukuran / alat ukur OHRQOL ....................................... 17 Tabel 3. 1 Definisi operasional variabel ............................................................... 22 Tabel 5. 1 Distribusi Subjek Berdasarkan Status Sosiodemografik, Gigi Tiruan dan Kehilangan Gigi ............................................................................................. 29 Tabel 5. 2 Hasil Validasi Kuesioner Kualitas Hidup ............................................ 31 Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Skor OHI-S, DMF-T dan Kualitas Hidup .......... 33 Tabel 5. 4 Hubungan OHI-S dengan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Penghasilan ........................................................................................................... 33 Tabel 5. 5 Hubungan DMF-T dengan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Penghasilan ........................................................................................................... 34 Tabel 5. 6 Hubungan Kualitas Hidup dengan Berbagai Faktor ............................ 35 Tabel 5. 7 Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia ................. 36

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

xiii  

Universitas Indonesia

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5. 1 Titik potong kualitas hidup ............................................................................. 32

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

  

1  

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia,

maka populasi penduduk lanjut usia pun akan mengalami peningkatan. Menurut

WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142

juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat

dari tahun ini.1 Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total

polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total

populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000

(11,34%) dari total populasi. 1 Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan

jumlah Lansia sekitar 80.000.000. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara

yang menempati urutan ke-4 terbanyak berpopulasi lanjut usia setelah Cina, India

dan Amerika.1 Data USA-Bureau of the Census, bahkan Indonesia diperkirakan

akan mengalami penambahan kelompok lanjut usia terbesar seluruh dunia, antara

tahun 1990 – 2025, yaitu sebesar 414%.2 Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi di

forum The 30rd Health Ministers Meeting di Daerah Istimewa Yogyakarta,

mengatakan bahwa ada tren peningkatan jumlah lansia atau usia di atas 60 tahun

di kawasan Asia Tenggara. Jumlahnya diperkirakan mencapai kira-kira 142 juta

orang. Diperkirakan jumlah lansia akan meningkat menjadi dua kali lipat di tahun

2025 dan tiga kali lipat di tahun 2050. 2 Menurut Direktur Bina Pelayanan

Kesehatan Jiwa Kemenkes RI dr. Eka Viora, Angka Harapan Hidup (AHH) secara

keseluruhan pada tahun 2011 berjumlah 70,76 tahun, untuk perempuan angka

harapan hidupnya lebih tinggi sekitar 73.38, sedangkan laki-laki lebih rendah dari

perempuan yaitu 68.26.1

Lanjut usia merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap berbagai

masalah kesehatan termasuk masalah kesehatan gigi. Karies gigi, kehilangan gigi

dan penyakit periodontal merupakan masalah yang sering ditemukan dan menjadi

masalah utama kesehatan gigi dan mulut.3 Indikator untuk menilai karies gigi

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

2  

   Universitas Indonesia

yang utama digunakan adalah indeks DMF-T yang menunjukkan banyaknya

kerusakan gigi yang dialami seseorang baik karena gigi berlubang, kehilangan

gigi atau tambalan pada gigi.3 Berdasarkan laporan SKRT 2001, prevalensi

kelompok usia lanjut 65 tahun keatas dengan DMF-T lebih dari 0% adalah sebesar

96.7% dengan angka rata-rata Missing yang paling tinggi dibanding kelompok

usia lain.3 Hal ini masih sangat jauh dari target pencapaian gigi sehat tahun 2010

WHO (World Health Organization) yang memiliki indikator pencapaian target

penduduk dari kelompok usia 65 – 74 tahun adalah hanya 5% yang tidak bergigi

dan 75% memiliki minimal 20 gigi yang berfungsi.4 Berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, proporsi penduduk usia 65 tahun keatas

dengan fungsi gigi normal hanya 41.2% sedangkan proporsi kehilangan gigi

sebesar 17.6% dan yang memakai gigi tiruan hanya 14.5%. 5 Kelompok lanjut usia

harus dapat dibedakan dengan kelompok geriatri. Kelompok lanjut usia tidak

sama dengan pasien geriatri. Batasan lanjut usia menurut WHO (World Health

Organization) kantor Asia Selatan dan Tenggara masih 60 tahun keatas sedangkan

pasien geriatri adalah pasien usia lanjut dengan minimal 4 penyakit dan disertai

masalah biopsikososial.6

Kesehatan gigi dan mulut memegang peranan penting dalam medapatkan

kesehatan umum dan kualitas hidup lansia.3 Keadaan mulut yang buruk, seperti

banyaknya gigi yang berlubang atau kehilangan gigi dapat mengganggu fungsi

dan aktivitas sistem stomatognatik sehingga akan berdampak pada kualitas hidup

lansia.3 Menurut penelitian Rahardjo dkk, terjadi gangguan kualitas hidup akibat

menurunnya fungsi kunyah dan penelanan pada pasien dengan kehilangan gigi

yang tidak diganti gigi tiruan. Penurunan fungsi ini kemudian dikompensasi

dengan cara memperlama waktu mengunyah, memilih makanan tertentu,

mengkonsumsi makanan halus, serta timbulnya keluhan kurang nafsu makan.

Diasumsikan karena gigi hilang maka kualitas hidup turun sehingga pasien

memerlukan gigi tiruan.6 Berdasarkan penelitian oleh Shinta tentang hubungan

pemakaian gigi tiruan dengan kualitas hidup pasien lanjut usia, dapat dilihat

bahwa terdapat signifikansi antara pemakaian gigi tiruan dengan kualitas hidup

pasien lanjut usia.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

3  

   Universitas Indonesia

Kualitas hidup menurut World Health Organization (WHO) adalah

persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat

hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan

kepedulian selama hidupnya.7 Kualitas hidup pada lansia dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor salah satunya adalah status kesehatan gigi dan mulut. Studi di

negara maju menunjukkan bahwa gangguan pada gigi mulut merupakan kelainan

bersifat kronik yang sering dijumpai pada kelompok lanjut usia seperti karies gigi,

kehilangan gigi dan penyakit periodontal.8 Gigi dan mulut merupakan bagian dari

sistem stomatognatik dan memiliki peranan yang penting bagi setiap individu.

Gigi dan mulut berperan dalam fungsi pengunyahan agar makanan dapat diserap

dengan baik oleh tubuh juga dalam fungsi estetik dan fungsi bicara.

Di Indonesia, telah terdapat beberapa penelitian mengenai hubungan

antara kesehatan gigi dan mulut dengan kualitas hidup, salah satunya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Nina Ariani tahun 2006 dan dari penelitian

tersebut telah diperoleh alat ukur kualitas hidup yang telah divalidasi namun

penelitian tersebut dilakukan pada pasien geriatri yang memang telah mengalami

keterbatasan akibat kondisi kesehatan umumnya yang kurang baik sehingga

kesehatan gigi dan mulut bukan menjadi prioritas utama mereka. Pada penelitian

yang akan dilakukan kali ini digabungkan beberapa indeks yang digunakan untuk

mengukur hubungan kualitas hidup ditinjau dari aspek kesehatan gigi dan mulut

sehingga diharapkan bisa diperoleh alat ukur yang baru. Fokus pada penelitian ini

adalah mendapatkan alat ukur kualitas hidup dihubungkan dengan kesehatan gigi

dan mulut yang akan dilakukan pada kelompok lanjut usia di masyarakat.

1. 2 Rumusan Masalah

Salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi kualitas hidup pada

kelompok lanjut usia adalah kesehatan gigi dan mulut. Pada penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Ariani 2006 telah diperoleh alat ukur kualitas hidup dan

hubungannya dengan kesehatan gigi dan mulut pada pasien geriatri, namun

terdapat keterbatasan alat ukur tersebut diantaranya dimensi alat ukur yang hanya

sedikit dan lebih diperuntukkan untuk pasien geriatri bukan lansia pada umumnya.

Keterbatasan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur hubungan antara

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

4  

   Universitas Indonesia

kesehatan gigi dan mulut dengan kualitas hidup pada kelompok lanjut usia

membuat peneliti merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. 3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Pertanyaan Umum Apakah dapat diperoleh alat ukur yang dapat digunakan untuk

menentukan kualitas hidup dari aspek kesehatan gigi dan mulut pada lansia di

Indonesia?

1.3.2 Pertanyaan khusus 1. Bagaimana gambaran status OHI-S lansia di Indonesia?

2. Bagaimana status gigi tiruan lansia di Indonesia?

3. Bagaimana gambarn status DMF-T lansia di Indonesia?

4. Bagaimana kualitas hidup lansia di Indonesia ditinjau dari aspek kesehatan

gigi dan mulut?

5. Adakah hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan latar

belakang sosiodemografik (usia, jenis kelamin, pendidikan, tingkat ekonomi)

lansia di Indonesia?

6. Adakah hubungan antara status sosiodemografik (usia, jenis kelamin,

pendidikan, tingkat ekonomi) dengan kualitas hidup lansia di Indonesia?

7. Faktor apakah yang paling berpengaruh dalam menentukan kualitas hidup lansia

di Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum Memperoleh alat ukur baru untuk menentukan kualitas hidup dari aspek

kesehatan gigi dan mulut pada lansia di Indonesia.

1.4.2 Tujuan khusus 1. Memperoleh informasi mengenai status OHI-S lansia di Indonesia.

2. Memperoleh informasi mengenai status gigi tiruan lansia di Indonesia.

3. Memperoleh informasi mengenai status DMF-T lansia di Indonesia.

4. Menganalisis kualitas hidup lansia di Indonesia ditinjau dari aspek kesehatan

gigi dan mulut.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

5  

   Universitas Indonesia

5. Menganalisa hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan latar

belakang sosiodemografik ( usia, jenis kelamin, pendidikan, tingkat ekonomi)

lansia di Indonesia.

6. Menganalisa hubungan antara status sosiodemografik (usia, jenis kelamin,

pendidikan, tingkat ekonomi) dengan kualitas hidup lansia di Indonesia

7. Menganalisa faktor yang paling berkontribusi dalam menentukan kualitas

hidup kelompok lanjut usia.

1. 5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan

alat ukur kualitas hidup yang lengkap dan spesifik bagi lansia yang sehat,

menggabungkan beberapa alat ukur yang ada dan sebagai penyempurnaan alat

ukur yang sudah ada sehingga dapat digunakan pada lansia di Indonesia dan

berpotensi mendapatkan HAKI.

1. 6 Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian

bidang kedokteran gigi pada umumnya dan prostodonsia pada khususnya

2. Pengembangan ilmu pengetahuan

- Penelitian ini akan memperluas khasanah bidang Prostodonsia mengenai

kualitas hidup kelompok lanjut usia. Kesehatan gigi dan mulut merupakan

bagian dari kualitas hidup manusia secara utuh.

- Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan alat ukur kualitas hidup

lansia yang bisa dipergunakan oleh dokter gigi di indonesia

3. Masyarakat

Masyarakat menyadari pentingnya kesehatan gigi dan mulut dan peran

pemakaian gigi tiruan dalam meningkatkan kualitas hidup sehingga

kebutuhan masyarakat akan gigi tiruan meningkat dan kualitas hidup

meningkat.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

6  

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerodontologi-Geriatri

Gerontologi berasal dari kata gerontos (usia lanjut) dan logos (ilmu) yang

kemudian diartikan sebagai ilmu yang mempelajari proses penuaan dari aspek

sosial, demografi, psikologis, ekonomi dan medis. Geriatri berasal dari kata

gerontos (usia lanjut) dan iatros (penyakit), jadi geriatri adalah ilmu yang

mempelajari proses menua yang disertai dengan penyakit dan gangguan yang

bersifat multi patologis dan minimal disertai 4 jenis penyakit.9 Sedangkan

gerodontologi adalah ilmu yang mempelajari proses penuaan seluruh komponen

gigi dan mulut yang mencakup sistem stomatognati. Gerodontologi dapat

dikaitkan dengan beberapa aspek gerontologi meliputi aspek bio-psiko-sosial serta

tidak lepas dari aspek geriatri.9,10 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan

bahwa pasien lanjut usia tidak sama dengan pasien geriatri. Batasan lanjut usia

menurut WHO (World Health Organization) kantor Asia Selatan dan Tenggara

masih 60 tahun keatas sedangkan pasien geriatri adalah pasien usia lanjut dengan

beberapa penyakit dan masalah biopsikososial.6,9,10

Proses menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk

infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua bukan

merupakan proses biologis saja karena manusia juga dipengaruhi oleh lingkungan

sosial.6,9 Proses menua ditandai dengan kemunduran fisik berupa mengendurnya

kulit, rambut yang memutih, gigi yang goyang dan lepas, penurunan fungsi

pendengaran dan penglihatan, gerakan yang melambat dan mudah lelah,

kemunduran daya ingat dan beberapa perubahan faali yang terjadi pada

tubuh.9,11,12

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

7  

  

Universitas Indonesia

Perubahan sebagai akibat dari proses menua juga terjadi pada sistem

stomatognatik. Sistem stomatognatik adalah kesatuan sistem yang berada pada rongga

mulut dan berfungsi dalam oklusi pengunyahan, bicara, pergerakan dan sebagainya.

Sistem stomatognatik terdiri dari gigi geligi, sendi temporomandibula, jaringan

periodontal, ligamen, membran mukosa, tulang alveolar, kelenjar saliva, sistem

persarafan, sistem pembuluh darah, otot-otot mastikasi dan lain sebagainya.6,11,12

Perubahan pada gigi akibat proses menua berupa warna gigi yang lebih gelap

karena email yang menipis, sementum yang menebal, terbentuknya secondary

dentin,dan permukaan gigi geligi yang mulai tampak aus akibat atrisi, erosi ataupun

abrasi. Ruang pulpa pada pasien lanjut usia juga mengalami penyempitan, sehingga

terkadang menyulitkan saat akan dilakukan perawatan saluran akar. Menipisnya

lapisan email dapat disebabkan oleh atrisi, erosi atau abrasi. Hal ini akan berlanjut

dengan tereksposnya dentin yang menyebabkan terbentuknya dentin sekunder yang

dalam jangka waktu lama menyebabkan gigi kurang sensitif akan tetapi lebih rapuh

sehingga lebih beresiko terhadap terjadinya karies dan fraktur.13

Gambar 2.1 Kondisi Gigi pada Lansia. Atrisi (kiri), abfraksi dan resesi (kanan)13

Gambar 2.2 Kondisi Pulpa pada Dewasa muda (A). Kondisi Pulpa pada Lansia (B)13

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

8  

  

Universitas Indonesia

Pada jaringan periodontal, perubahan ditandai dengan terjadinya deposisi

sementum dan resesi gingiva. Seiring dengan bertambahnya usia, perlekatan gigi

didaerah leher gigi akan terlihat turun kedaerah apeks sehingga gigi terlihat

memanjang.6,13

Pola umum kehilangan massa tulang juga dialami oleh tulang mandibula.

Kecepatan resorbsi tulang dipengaruhi oleh faktor nutrisi, kesehatan umum, fungsi,

jumlah gigi yang hilang, dan sebagainya. Adanya osteoporosis mandibula perlu

diperhatikan karena resorbsi yang berlebihan akan menyebabkan foramen mentale

terletak dekat dengan puncak tulang alveolar yang dapat menimbulkan rasa sakit

akibat trauma ringan sehingga merupakan faktor risiko kegagalan pemakaian gigi

tiruan.10,11,13 Kusdhany menyatakan faktor risiko terjadinya osteoporosis mandibula

adalah lama menopause, usia, Indeks Massa Tubuh, pajanan matahari, aktivitas, pil

KB, kalsium, serta densitas tulang mandibula dan dapat diperhitungkan dengan

mengisi kuesioner postur P.6,10,11

Pada pasien usia lanjut juga terjadi atropi membran mukosa. Penipisan

epitelium ditandai dengan gambaran klinis yang tampak pada mukosa antara lain

mukosa tampak mengkilap, licin ( tidak ada stipling), mudah mengalami iritasi dan

pembengkakan , dapat timbul rasa sakit dan fissure, perdarahan bila terkena trauma

serta elastisitas berkurang. Di daerah palatum terjadi keratinisasi dan gusi berkurang,

juga keratinisasi pada daerah pipi dan bibir, vermillion border dari bibir menyempit

dan sering terlihat lesi pada sudut mulut akibat intervensi jamur candida dengan gejala

seperti kekurangan vitamin B berupa luka pada sudut mulut.6,10,11,13

Sekresi saliva akan menurun selama proses menua seiring pertambahan usia.

Aliran saliva akan berkurang, kadang-kadang hal ini diperberat dengan adanya

penyakit tertentu atau pemakaian obat yang lama pada pasien radioterapi. Keluhan

mulut kering sering terjadi pada usia lanjut disebabkan karena perubahan atau

degenerasi fungsi kelenjar saliva. Keadaan ini dapat disebabkan oleh penggunaan

obat-obatan, rokok, radiasi daerah kepala dan leher, depresi mental, penyakit

autoimun, dan diperparah oleh penyakit sistemik seperti hipertensi. Komposisi saliva

berubah yaitu terjadi peningkatan jumlah total kalsium dan protein sehingga terjadi

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

9  

  

Universitas Indonesia

penurunan aliran saliva. Berkurangnya volume saliva karena proses penuaan secara

fisiologis tidak menimbulkan gangguan. Bila penurunan saliva terjadi secara patologis

yang dikenal dengan xerostomia, maka akan terjadi atropi mukosa serta merupakan

faktor risiko karies. Keluhan mulut kering ini berhubungan erat dengan usia dan

gender perempuan. 6,10,11,13

Pada sendi temporomandibula juga terjadi perubahan degeneratif berupa

permukaan artikularis yang lebih mendatar dan ditandai dengan pengurangan ukuran

dari kondilus mandibula karena pergerakan sendi temporomandibula. Kondisi oklusal

tidak terlalu mempengaruhi terjadinya kelainan sendi temporomandibula pada pasien

lanjut usia, namun individu dengan jumlah gigi lebih sedikit memiliki lebih banyak

tanda dan gejala kelainan sendi temporomandibula dibandingkan individu dengan sisa

gigi lebih banyak. 6,10,11,13

Gambar 2.3 Kondisi Sendi Temporomandibula pada Lansia.13 Permukaan sendi TMJ menjadi licin akibat proses degeneratif, kondilus mandibula mengecil sehingga pergerakan sendi menjadi lebih lemah. Selain itu aktifitas proprioseptif pada otot menurun yang menyebabkan pengaturan gerakan pada sendi temporomandibular

Masalah yang sering timbul pada gigi tiruan adalah gigi tiruan longgar, tidak

higienis, gigi tiruan cekat rusak, serta elemen gigi tiruan lepas. Akibat dari masalah ini

adalah terjadinya stomatitis, mukosa menjadi flabby, mukosa hiperplasi, ulkus

traumatik, dan angular cheilitis. Mukosa hiperplasi dan ulkus traumatik lebih banyak

ditemukan pada pemakai gigi tiruan penuh dibandingkan pemakai gigi tiruan sebagian

lepas. Masalah-masalah ini lebih sering timbul pada individu dengan tingkat

pendidikan rendah, pengkonsumsi alkohol dan rokok, dan jarang berkunjung ke dokter

gigi.2,6,9

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

10  

  

Universitas Indonesia

2.2 Kesehatan Gigi dan Mulut Lansia

Status kesehatan termasuk kesehatan mulut merupakan dampak interaksi antara

4 faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan dan faktor

keturunan. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut

penduduk di negara berkembang adalah perilaku. Perilaku kesehatan gigi dan mulut

terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan untuk kesehatan gigi dan mulut. Perilaku

pasien sangat mempengaruhi keberhasilan perawatan kesehatan gigi dan mulut,

terutama cara pandangnya terhadap perawatan dan pemakaian gigi tiruan. Faktor yang

berperan dalam perilaku kesehatan gigi dapat dibedakan atas faktor yang ada di dalam

dan di luar individu. Faktor yang ada di dalam individu meliputi usia, tingkat

pendidikan, pengetahuan, dan sikap. Ada pun faktor di luar individu yang berpengaruh

antara lain faktor status ekonomi keluarga, pekerjaan, dan pendidikan kesehatan gigi

yang diterima keluarga serta tersedianya fasilitas kesehatan gigi.14 Kiyak dan Miller

(1982) mengatakan bahwa kelompok Lansia mempunyai sikap yang negatif terhadap

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta mempunyai status kesehatan gigi dan

mulut yang buruk.15 Hal ini diakibatkan karena mereka menganggap bahwa keadaan

kesehatan mulutnya yang buruk adalah hal yang wajar atau alamiah disebabkan oleh

usianya yang lanjut. Evans (1984) mengatakan bahwa manula kebanyakan bersikap

negatif dalam pemeliharaan kesehatan mulutnya, yang akan mengakibatkan lebih

buruknya status kesehatan mulut mereka. Lansia juga cenderung kurang

memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dibandingkan kelompok usia lainnya. Gilbert

& Duncan (1993) menemukan adanya hubungan antara perilaku lansia terhadap

kesehatan gigi dan mulutnya dengan akibat hilangnya gigi.16

Menurut Green (1980) ada tiga faktor utama yang berhubungan dengan

perilaku seseorang yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong.

Faktor predisposisi dalam kesehatan gigi antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai yang berkaitan dengan kesehatan gigi, usia, tingkat pendidikan,

pekerjaan, dan status ekonomi keluarga.14 Tingkat pendidikan seseorang, berkaitan

erat dengan kemudahan menangkap informasi yang diperlukan, baik melalui media

cetak, radio, televisi, maupun informasi langsung yang diberikan orang lain yang

berkepentingan, seperti petugas kesehatan gigi. Faktor pendukung kesehatan gigi

antara lain tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan gigi serta dukungan

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

11  

  

Universitas Indonesia

dari pembuat kebijakan kesehatan gigi.14 Faktor pendorong dalam kesehatan gigi

antara lain adalah sikap dan penampilan petugas pelayan kesehatan gigi dalam

menjalankan tugasnya. Apabila dari ketiga faktor itu ada yang tidak terpenuhi maka

perilaku yang terbentuk tidak akan sebagaimana yang diharapkan.14 Kondisi tidak

bergigi memiliki prevalensi tinggi pada Lansia dan berhubungan erat dengan status

sosio ekonomi.

Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa individu dari kelas sosial rendah

dan individu dengan tingkat pendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali

cenderung untuk tidak bergigi.14,15 Menurut tipe daerah, pada Riskesdas 2007,

prevalensi gigi dan mulut, serta persentase penduduk yang mengalami kehilangan

seluruh gigi asli sedikit lebih tinggi di pedesaan dibandingkan dengan di perkotaan,

sedangkan menerima perawatan atau pengobatan gigi di pedesaan lebih rendah

dibanding perkotaan dan terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran

semakin tinggi tingkat penggunaan gigi tiruan.17 Untuk pemenuhan kebutuhan akan

gigi tiruan, faktor-faktor yang berpengaruh antara lain karakteristik demografis selain

jenis kelamin, struktur sosial, faktor kemampuan, keadaan fisik, persepsi responden

terhadap harga pembuatan gigi tiruan, jarak dari rumah ke tempat pelayanan terdekat

dan adanya rasa takut terhadap prosedur pembuatan maupun pemasangan gigi tiruan.18

Penelitian oleh Kamso et al. mengemukakan bahwa hanya sekitar 10 %

responden yang melakukan pemeriksaan giginya dalam waktu 1 tahun terakhir. Dari

data ini disimpulkan bahwa motivasi untuk merawat gigi masih rendah, yang antara

lain disebabkan karena kurangnya pengetahuan, terbatasnya sarana kesehatan gigi

terlebih di daerah, serta biaya perawatan yang relatif mahal, terutama bila menyangkut

penggantian gigi.16 Survei mengenai gigi tiruan Lansia menunjukkan bahwa sebagian

besar dari Lansia tak bergigi dengan usia lebih dari 65 tahun memakai gigi tiruan yang

telah berusia lebih dari 10 tahun, dan akibatnya telah terjadi perubahan-perubahan

mukosa pada sekitar 44% dan 63% dari kasus. Kebutuhan perawatan, didasarkan atas

penilaian klinis, menunjukkan bahwa 40% dari gigi tiruan yang telah berusia 5 tahun

serta 80 % dari yang telah berusia 10 tahun harus diganti.19 Kebutuhan akan gigi

tiruan dibagi menjadi 3, yaitu :

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

12  

  

Universitas Indonesia

1. Kebutuhan normatif adalah kebutuhan menurut pandangan ahli atau

profesional;

2. Kebutuhan yang dirasakan adalah keinginan subjektif pasien;

3. Kebutuhan nyata adalah bila kebutuhan yang dirasakan” diaktifkan melalui

pasien mencari perawatan.

Penelitian menunjukkan bahwa 70-85% dari gigi tiruan orang Lansia

memerlukan perhatian dan bahwa kebutuhan semacam ini jauh melebihi kebutuhan

nyata. Lansia cenderung menganggap bahwa perawatan hanya diperlukan jika ada rasa

nyeri, sukar mengunyah, penampilan yang terganggu, atau karena gigi tiruan yang

lama patah atau hilang. Meskipun demikian, kebutuhan yang dirasakan, mungkin tidak

diaktifkan karena berbagai macam alasan termasuk hal-hal berikut: 19

1. Masalah kesehatan gigi dinilai rendah dalam daftar prioritas dibandingkan

dengan masalah-masalah yang lain.

2. Kelambanan di pihak pasien

3. Pengabaian pelayanan yang tersedia

4. Rasa takut akan pelayanan yang mungkin akan diberikan. Perlu diingat bahwa

sejumlah besar pasien tak bergigi zaman ini mempunyai pengalaman

perawatan gigi dalam masa yang kurang canggih ketika nyeri merupakan

gejala yang paling sering menyerta.

5. Ketidakmampuan pergi ke klinik karena kesehatan buruk atau kesulitan

transportasi.

6. Perasaan bahwa tidak ada satu pun yang dapat dikerjakan dan bahwa masalah

gigi hanyalah salah satu gangguan di usia lanjut

7. Masalah dana Pengetahuan kesehatan gigi yang diperoleh melalui proses

pendidikan kesehatan gigi yang terencana dan terarah akan lebih mempercepat

proses perubahan perilaku kesehatan seseorang atau sekelompok masyarakat.

Di tahun 1995, sebagai respon dari meningkatnya populasi kelompok lanjut

usia, WHO (World Health Organization) melancarkan program tentang proses menua

yang sehat. Program ini diharapkan dapat meningkatkan perawatan kesehatan bagi

kelompok lanjut usia. Pada tahun 2002, WHO mengeluarkan dokumen berjudul Active

Ageing – A Policy Framework yang berisi pendekatan yang perlu dilakukan untuk

mencapai kondisi menua secara sehat. Tiga pilar utama dalam kerangka kebijakan

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

13  

  

Universitas Indonesia

tersebut antara lain, yaitu kesehatan, partisipasi sosial, dan keamanan. Kesehatan gigi

dan mulut merupakan komponen penting dan termasuk dalam pilar kesehatan.6,7

Pada umumnya kesehatan gigi dan mulut yang buruk pada usia lanjut terutama

terlihat dengan tingginya tingkat kehilangan gigi, karies gigi, tingginya prevalensi

penyakit periodontal, xerostomia, dan lesi prakanker/kanker mulut. Lebih lanjut lagi,

kesehatan umum dan kesehatan gigi dan mulut ternyata berhubungan, terutama karena

adanya faktor risiko yang sama. Pengukuran prevalensi karies dilakukan dengan

indeks DMF-T dari WHO yang mengkalkulasikan gigi dengan lesi karies

(D=decayed), sudah dirawat dengan restorasi (F=filled), dan pencabutan

(M=missing).6 Skor DMF-T didapat dengan menjumlahkan besaran D, M, dan F.

Indeks ini dapat digunakan untuk mengukur kejadian penyakit dan perawatan yang

dilakukan dan dapat menjawab pertanyaan berapa gigi yang mengalami karies (karies

awal tidak termasuk), berapa gigi yang telah dicabut, dan berapa gigi yang telah

ditambal atau dibuatkan mahkota tiruan. Bila pada sebuah gigi terdapat karies dan

restorasi, maka status gigi tersebut adalah D (decayed).6

2.3 Oral Hygiene (Kebersihan Mulut) 20,21

Oral hygiene adalah kondisi rongga mulut yang bersih, bebas dari plak dan

sisa-sisa makanan.20,21 Tujuan pemeliharaan oral hygiene adalah untuk menyingkirkan

atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan yang melekat di gigi.

Kebersihan mulut merupakan faktor dasar kesehatan gigi dan mulut. Kebersihan mulut

yang buruk atau adanya penumpukan plak berhubungan dengan prevalensi yang tinggi

dan keparahan penyakit periodontal.22,23 Tingkat pendidikan yang rendah, tidak

kontrol ke dokter gigi, sedikit gigi yang tersisa, dan merokok secara teratur

berpengaruh pada penyakit periodontal usia lanjut. Pemeriksaan tingkat kebersihan

mulut dapat diukur dengan menggunakan indeks kebersihan mulut (Simplified Oral

Hygiene Index/ OHIS) dari Greene dan Vermillion (1964). Simplified Oral Hygiene

Index (OHIS) dikembangkan dari debris indeks (DI-S) dan simplified calculus index

(CI-S).20,21 Pemeriksaan dilakukan pada permukaan fasial dan lingual. Debris indeks

adalah skor dari endapan lunak (plak gigi) yang terjadi karena adanya sisa makanan

yang melekat pada gigi. Simplified calculus index adalah skor dari endapan keras

(karang gigi) terjadi karena debris yang mengalami pengapuran yang melekat pada

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

14  

  

Universitas Indonesia

gigi. Alat yang digunakan untuk memeriksa OHIS adalah kaca mulut dan sonde

berbentuk sabit, tanpa menggunakan zat pewarna.20,21

Gambar 2.4 Permukaan Gigi yang Diperiksa.20

Gambar 2.5 Skor untuk DI-S.20

Tabel 2. 1 Kriteria Pemeriksaan Debris Indeks dan Simplified Calculus Index20

Nilai Debris Indeks Simplified Calculus Index 0 Tidak terdapat plak atau

pewarnaan ekstrinsik pada permukaan mahkota gigi

Tidak terdapat kalkulus atau karang gigi

1 Plak menutupi mahkota gigi seluas 1/3 atau <1/3 bagian atau ada pewarnaan gigi

Ada kalkulus supragingiva pada �1/3 gingiva permukaan gigi

2 Plak menutupi >1/3 tetapi <2/3 mahkota permukaan gigi

Ada kalkulus >1/3 tetapi <2/3 gingival permukaan gigi atau ada kalkulus sub-

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

15  

  

Universitas Indonesia

gingiva di satu tempat disekitar leher gigi

3 Plak menutupi >2/3 bagian mahkota permukaan gigi

Ada kalkulus ≥2/3 gingival permukaan gigi atau terdapat kalkulus subgingiva melingkari leher gigi

Skor DI-S dan CI-S didapat dari jumlah skor permukaan bukal dan lingual dibagi

jumlah permukaan yang diperiksa. OHI-S didapat dari penjumlahan skor DI-S dan CI-

S. 20,21 Kesehatan gigi dan mulut yang buruk dapat meningkatkan risiko terganggunya

kesehatan umum dan kemampuan mengunyah yang berkurang akan mempengaruhi

asupan nutrisi. Penyakit sistemik dan atau efek samping perawatan penyakit dapat pula

meningkatkan risiko penyakit mulut, xerostomia, dan berubahnya indra pengecap dan

penciuman. Banyaknya jenis obat yang diminum oleh pasien lanjut usia

mempengaruhi kesehatan mulut dan perawatan kesehatan mulut mereka.12,24

2.4 Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan suatu istilah yang telah umum digunakan dalam

berbagai disiplin ilmu. Kualitas hidup dapat didefinisikan sebagai kepuasan atau

ketidakpuasan yang dirasakan oleh seseorang terhadap suatu area atau kondisi dalam

kehidupan yang penting baginya yang berkaitan dengan taraf kesejahteraan. 8,12,24

Menurut WHO, kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisinya dalam

kehidupan dalam lingkup budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam

hubungan dengan tujuan, harapan, dan standar yang mereka anut. Kualitas hidup

menurut WHO dalam lingkup kesehatan, merupakan keadaan lengkap dari kondisi

fisik, mental dan sosial dari seseorang tanpa adanya penyakit.25 Hal ini memberikan

perspektif baru dalam bidang kedokteran gigi berupa tujuan utama dari perawatan gigi

tidak hanya terbebasnya gigi dan mulut dari karies dan penyakit periodontal atau

kanker rongga mulut tetapi juga kondisi kesehatan secara mental dan sosial.25,26

Berdasarkan kebijakan dasar untuk program kesehatan gigi-mulut WHO,

kesehatan gigi-mulut merupakan faktor penentu kualitas hidup. Beberapa penelitian

oleh McGrath dan Bedi (1999), Pedersen (2003), dan Yamamoto (2005) juga

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

16  

  

Universitas Indonesia

menyatakan bahwa kesehatan gigi-mulut mempengaruhi kualitas hidup.27 Salah satu

faktor penting yang merupakan parameter kesehatan gigi dan mulut adalah kehilangan

gigi. Faktor ini telah dikaitkan dengan kesulitan makan, rasa sakit, stress dan isolasi

sosial.27 Dalam hubungannya dengan kesehatan mulut, kualitas hidup berhubungan

dengan tidak adanya penyakit di rongga mulut, tidak adanya gejala yang berhubungan

dengan penyakit mulut, tidak terganggunya fungsi mengunyah, emosional atau psikis,

fungsi sosial, dan rasa puas terhadap kesehatannya. Pengukuran kualitas hidup

didasarkan pada nilai subjektif individu.11,16

Kesehatan mulut yang dihubungkan dengan kualitas hidup lansia biasa disebut

sebagai Oral Health-Related Quality of Life (OHRQOL), istilah ini digunakan untuk

mewakili persepsi baru mengenai kesehatan dalam kedokteran gigi. Telah banyak

penelitian yang melihat adanya hubungan antara kesehatan rongga mulut terhadap

kualitas hidup, sehingga diperoleh beberapa unsur yang mempengaruhi OHRQOL ini

antara lain, faktor fungsional berupa kemampuan mastikasi dan fonetik, faktor

psikologi yang lebih dipusatkan pada penampilan seseorang dan penghargaan terhadap

diri sendiri, faktor sosial seperti hubungan antara sesama manusia, pengalaman

terhadap rasa sakit atau ketidaknyamanan yang bersifat akut dan kronis.6,28,29

Dalam ilmu kedokteran gigi, indikator epidemiologi seperti indeks DMF-T

digunakan untuk menganalisis jumlah karies, restorasi dan kehilangan gigi dalam

rongga mulut pasien, sedangkan indeks CPITN digunakan untuk memeriksa penyakit

periodontal. Sejak tahun 1990 awal diketahui adanya pertumbuhan aspek sosial dan

psikologi yang mempengaruhi keadaan rongga mulut seseorang dalam hubungannya

dengan kehidupan sehari – hari yang dijalaninya. Dampak pada kualitas hidup ini

dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara yang sudah banyak berkembang

tanpa meninggalkan komponen – komponen utama OHRQOL.30

Istilah OH-RQoL memunculkan pengenalan bahwa pengukuran klinis dari

kondisi kesehatan gigi-mulut perlu dilengkapi dengan data mengenai pengalaman dan

apa yg menjadi kekhawatiran pasien. Berbagai metode dikembangkan dan digunakan

untuk mengukur status kesehatan mulut yang berkaitan dengan kualitas hidup

(OHRQoL).6,31,32,33 Pengukuran kualitas hidup didasarkan pada nilai subjektif

individu. Metode yang tersedia saat ini antara lain : Sociodental scale, RAND Dental

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

17  

  

Universitas Indonesia

Health Index, Sickness Impact Profile, Geriatric Oral Health Assessment Index,

Dental Impact Profile, Oral Health Impact Profile, Subjective Oral Health Status

Indicators, Oral Health Quality of Life Inventory, Dental Impact on Daily Living, Oral

Health Related Ouality of Life, Oral Impacts on Daily Performance (tabel 2.2.).6,31,32,33

Tabel 2. 2 Instrumen pengukuran / alat ukur OHRQOL 6,31,32,33

No Instrumen pengukuran Komponen Nilai

1. Sociodental Scale/14 Mengunyah, berbicara, tersenyum, tertawa, rasa sakit, penampilan.

2. RAND Dental Health Index/3 Rasa sakit, khawatir, percakapan, 3. Sickness Impact Profile 7

subskala = total 73 pertanyaan Istirahat, pekerjaan rumah, interaksi sosial, makan, penampilan, rasa sakit, khawatir, kesadaran diri

4. Oral Health Impact Profile / OHIP (Slade dan Spencer, 1994) Terdiri dari 42 pertanyaan

Keterbatasan fungsi, sakit fisik, ketidaknyamanan psikologis, ketidakmampuan fisik, kesulitan psikologis, kesulitan dalam bersosialisasi, ketidakmampuan bersosialisasi.

Skala Likert 0 : never 1 : almost never 2 : sometimes 3 : often 4 : very often

5. Oral Health Impact Profile Short Form / OHIP-14 (Slade, 1997) Terdiri dari 14 pertanyaan

Keterbatasan fungsi, sakit fisik, ketidaknyamanan psikologis, ketidakmampuan fisik, kesulitan psikologis, kesulitan dalam bersosialisasi, ketidakmampuan bersosialisasi.

Skala Likert 0 : never 1 : almost never 2 : sometimes 3 : often 4 : very often

6. Dental Impacts on Daily Living / DIDL (Leao dan Sheihan, 1996) Terdiri dari 36 pertanyaan

Kenyamanan, penampilan dan rasa sakit

+1 : positive impact 0 : no impact -1 : negative impact

7. Oral Impacts on daily Living / OIDP (Adulyanon dan Sheihan, 1997)

Pola makan, pengadaan makanan, kejelasan dalam pengucapan beberapa kata, tidur dan relaksasi, kemampuan menunjukkan gigi geliginya tanpa ada rasa malu, pemeliharaan tingkat emosi yang stabil, keinginan untuk bekerja dan menghadiri acara sosial.

Dari 1 (tidak ada efek dalam 6 bulan terakhir) sampai 5 (sering terjadi dalam 6 bulan terakhir)

8. General Oral Health Assessment Iindex / GOHAI (Atchison dan Dolan, 1990) Terdiri dari 12 pertanyaan

Pengaruh kesehatan mulut dan gangguan rongga mulut terhadap kualitas hidup seseorang

Dari 0 sampai 5 Skala Likert

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

18  

  

Universitas Indonesia

Dari berbagai metode pengukuran, Oral Health Impact Profile (OHIP-49) merupakan

salah satu indeks yang sering digunakan dan memiliki reliabilitas dan validitas tinggi

serta sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.6,12, 34,35 OHIP berisi empat puluh

sembilan pertanyaan dan dikembangkan di Australia berdasarkan model kesehatan

mulut Locker. OHIP-49 mengukur 7 dimensi dan berupa 5 skala Likert (0 = tidak

pernah, 1 = jarang, 2 = terkadang, 3 = sering, 4 = sangat sering ) Ketujuh dimensi

tersebut adalah keterbatasan fungsi, nyeri, ketidaknyamanan psikologis,

ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikologis, ketidakmampuan sosial dan

kecacatan. Frekuensi pengaruh dikalkulasi dengan menjumlahkan respons negatif

yang dilaporkan dari 49 pertanyaan.11 Keuntungan utama pengukuran ini adalah

pernyataan-pernyataan yang digunakan diambil dari kelompok subjek yang

representatif dan bukan merupakan hasil sekelompok peneliti kedokteran gigi. Hal ini

memperbesar kemungkinan alat ukur ini mampu merefleksikan konsekuensi sosial

kelainan rongga mulut yang dianggap penting oleh subjek. Indeks ini dianggap yang

terbaik untuk mengukur kesehatan mulut.6,11

GOHAI (General Oral Health Assessment Index) merupakan suatu alat ukur

untuk mengetahui dampak penyakit gigi terhadap kualitas hidup, dalam bentuk skor

atau nilai yang berskala ordinal atau interval.24 GOHAI terdiri dari 12 pertanyaan

dengan respon yang dibuat dalam bentuk skala Likert. Ke-12 butir yang terdapat

dalam GOHAI dikembangkan untuk mengukur ketiga dimensi kualitas hidup dari

aspek kesehatan gigi dan mulut, yaitu (1) Fungsi fisik, termasuk makan, bicara,

menelan (2) fungsi psikososial, termasuk kekhawatiran terhadap kesehatan gigi dan

mulut, kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut dan penghindaran kontak sosial

karena kondisi gigi mulut, (3) rasa sakit dan ketidaknyamanan termasuk penggunaan

obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dihasilkan dari

gigi mulut.24 GOHAI banyak digunakan untuk mengukur kualitas hidup dalam aspek

kesehatan gigi pada kelompok lanjut usia.24

Dalam pengembangannya untuk kondisi klinis, indeks ini telah dipersingkat

menjadi OHIP 14 yang terdiri dari empat belas pertanyaan dan telah teruji validitasnya

baik dalam versi Inggris maupun Cina. Hanya terdapat lima pertanyaan yang sama

pada OHIP-14 versi Inggris dan Cina, namun validitas dan reliabilitas kedua OHIP-14

ini dapat dibandingkan dengan OHIP versi panjang. Bila OHIP-14 dibandingkan

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

19  

  

Universitas Indonesia

dengan General Oral Health Assessment Index (GOHAI) ternyata OHIP-14 mungkin

lebih baik dalam mendeteksi dampak psikososial sementara GOHAI lebih dapat

menunjukkan dampak disfungsi dan nyeri. Dalam mengukur kesehatan gigi dan mulut

usia lanjut, ternyata GOHAI lebih berhasil dibandingkan OHIP-14 dalam mendeteksi

pengaruh kelainan gigi mulut pada usia lanjut. Hal ini disebabkan karena dampak yang

tercantum dalam OHIP-14 bersifat ekstrim sehingga hanya sedikit individu dalam

populasi yang mengalaminya.33,34

Di Indonesia telah dilakukan beberapa penelitian mengenai OHIP (Oral Health

Impact Profile) dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang dikembangkan dari

komponen utama OHIP, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Ariani et al.5

Komponen pertama berupa keterbatasan fungsi dalam rongga mulut dalam hal

kesulitan mengunyah makanan; rasa sakit atau nyeri fisik berupa sakit dan ngilu pada

gigi serta rasa sakit saat mengunyah makanan; rasa ketidaknyamanan secara psikologis

mengenai kekhawatiran karena masalah gigi, merasa penampilan kurang memuaskan

dan tegang karena kondisi di dalam rongga mulutnya; ketidakmampuan fisik yang

memberikan kesulitan saat makan hingga sampai harus berhenti dan menghindari

makanan tertentu karena masalah ini; ketidakmampuan secara psikologis yang

meyebabkan seseorang tidak dapat berkonsentrasi karena masalah di dalam mulutnya.6

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

20  

  

Universitas Indonesia

2.4 Kerangka Teori

 

Status kesehatan gigi dan mulut lansia:

DMF-T

Oral Hygiene Index

Pemakaian gigi tiruan

Proses Menua

Faktor sosiodemografi:

Usia

Jenis Kelamin

Pendidikan

Tingkat Ekonomi

Instrumen pengukuran kesehatan gigi dan mulut-kualitas hidup

Oral Health Impact Profile 49 / OHIP49

Oral Health Impact Profile Short Form / OHIP-14

Dental Impacts on Daily Living / DIDL

Oral Impacts on daily Living / OIDP

General Oral Health Assessment Iindex / GOHAI

KUALITAS

HIDUP

Populasi Lansia

1,2,3,4,5 

6,14,15,16,18

6,9,10, 11, 13

2,5,8,9,10,20,21

6,9,10,15,18, 39, 40,42,43 

6,24,31,32,33,34,35

2,5,8,9,10,20,21 

32,33,34,35,37,40,43,44 

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

  

21  

Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Variabel confounding 3.2 Hipotesis Penelitian

3.2.1 Hipotesis mayor I Diperolehnya alat ukur yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas

hidup dari aspek kesehatan gigi dan mulut pada lansia di Indonesia.

Hipotesis mayor II Status kesehatan gigi dan mulut mempengaruhi kualitas hidup lansia.

3.2.2 Hipotesis minor

1. Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan kesehatan gigi dan mulut

lansia di Indonesia.

Kualitas hidup:

Keterbatasan fungsi.

Nyeri fisik.

Ketidaknyamanan secara psikologis.

Ketidakmampuan fisik

Ketidakmampuan secara psikologis

Status sosiodemografik:

Usia

Jenis kelamin

Pendidikan

Tingkat ekonomi

Status kesehatan gigi dan mulut (termasuk gigi

tiruan):

OHI-S

DMF-T

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

22  

  

Universitas Indonesia

2. Terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan usia

lansia di Indonesia.

3. Terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan jenis

kelamin lansia di Indonesia.

4. Terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan

pendidikan lansia di Indonesia.

5. Terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan tingkat

ekonomi lansia di Indonesia.

6. Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan usia lansia di Indonesia.

7. Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan jenis kelamin lansia di

Indonesia.

8. Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan pendidikan lansia di

Indonesia.

9. Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan tingkat ekonomi lansia di

Indonesia.

10. Diperoleh faktor yang paling berkontribusi dalam menentukan kualitas

hidup lansia di Indonesia.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi operasional variabel

Variabel dependen Definisi Operasional Cara

Pengukuran Skala Pengukuran

Kualitas hidup Respon terhadap gejala yang dialami akibat kehilangan gigi dan kondisi mulut lainnya berdasarkan seringnya mengalami gejala

Skala Likert 0 : Tidak pernah 1 : Jarang 2 : Kadang-kadang 3 : Sering 4 : Sangat sering Kemudian dicari titik potongnya dan didapat: Skor 0-30 : kualitas hidup baik ≥ 31 : kualitas hidup buruk

Interval

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

23  

  

Universitas Indonesia

Dimensi keterbatasan fungsi

Gejala yang dialami yaitu pernah mengalami kesulitan mengunyah makanan, berbicara, memotong atau menggigit makanan

Ordinal

Dimensi nyeri Gejala yang dialami yaitu sakit gigi, sakit pada gusi, tidak nyaman saat makan

Ordinal

Ketidaknyamanan secara psikologis

Gejala yang dialami yaitu khawatir karena masalah gigi, merasa penampilan tidak memuaskan, terganggu oleh warna/susunan giginya.

Ordinal

Ketidakmampuan fisik

Gejala yang dialami yaitu mengalami kesulitan saat bicara, menghindari makan, tidak dapat makan, kesulitan menelan

Ordinal

Ketidakmampuan psikologis

Gejala yang dialami yaitu merasa malu dan tidak percaya diri, menghabiskan biaya besar untuk kesehatan gigi dan mulut dan merasa hidupnya kurang memuaskan

Ordinal

Variabel Independen

Definisi Operasional Cara

Pengukuran Skala

Pengukuran Status kesehatan gigi dan mulut

Skor DMF-T DMF-T adalah jumlah D (decayed), M (missing), dan F (filled). Gigi termasuk D (decayed) bila terdapat lesi karies pada mahkota atau akar gigi, lesi baik pada pit dan fissure maupun permukaan halus gigi, memiliki dasar lunak, email menggaung, atau dinding yang lunak. Gigi yang sudah ditambal namun terdapat pula karies, tambalan sementara, dan sisa akar karena karies juga dimasukkan ke dalam golongan D. Gigi diberi kode M (missing) apabila gigi sudah dicabut karena karies. Gigi diberi kode F (filled) bila gigi sudah ditambal dan tidak ada karies.

Pemeriksaan dilakukan dengan kaca mulut dan sonde Setelahnya. Skor ditotal dan dijadikan kategorikal sengan pedoman titik potong yang sudah ada. Skor DMF-T 0-16 : Baik6 Skor DMF-T > 16 : Buruk6

Kategorikal Ordinal

Kebersihan gigi dan mulut

Kebersihan mulut dinyatakan dalam indeks OHI-S (Simplified Oral Hygiene Index) yang

Pemeriksaan dilakukan dengan kaca mulut dan sonde20,21

Kategorikal Ordinal

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

24  

  

Universitas Indonesia

merupakan penjumlahan dari skor DI-S (debris index) dan CI-S (calculus index) dengan skor minimum 0 dan maksimum 6.

Skor OHI-S20,21 0-1.2 : Baik 1.3-3 : Sedang Diatas 3 : Buruk

Variabel confounding

Definisi Operasional Cara

PengukuranSkala

PengukuranStatus sosiodemografik

Usia Usia kronologis, Diukur dari ulang tahun terakhir

71 tahun keatas: 16 60-70 tahun: 26

Numerik,saat analisis menjadi ordinal

Jenis kelamin Laki-laki atau perempuan Perempuan: 1 Laki-laki: 2

Nominal

Pendidikan Ditentukan berdasarkan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal.

Tidak tamat SD: 1 Tamat SD: 2 Tamat SMP: 3 Tamat SMA: 4 Diploma: 5 Sarjana: 6

Ordinal

Tingkat Ekonomi Ditentukan berdasarkan penghasilan per bulan subjek penelitian, kemudian dikelompokkan berdasarkan UMR tahun 2012 sesuai wilayah dilakukan penelitian.

Berdasarkan UMR kota Depok 2012 dan UMR Sukabumi 2013.36,37 > 1.400.000 : 1 0-1.400.000 : 2

Numerik, saat analisis menjadi ordinal

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

  

25  

Universitas Indonesia

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi potong-lintang.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Posbindu Lansia Kecamatan Sukmajaya-Depok

dan Desa Cicantayan Sukabumi

Waktu : November 2012 dan Mei 2013

4.3 Besar Sampel Penelitian

Subjek diambil secara convenience dari kelompok lanjut usia di

masyarakat menggunakan rumus:

n = Z2 1-α/2 P(1 – P) / d2

Keterangan:

• Z 1-α/2 : 1,96 pada α 0,05

• P: Proporsi prevalensi kejadian = 0,55

• Q: 1-P

• d: Presisi mutlak = 0.1

didapat besar sampel 96 subjek, dilakukan pembulatan jumlah sampel penelitian

sebesar 100 subjek yang harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

KRITERIA INKLUSI:

Bersedia berpartisipasi dalam penelitian

Berusia 60 tahun keatas

Kesehatan umum baik, mengidap kurang dari 4 penyakit sistemik

KRITERIA EKSKLUSI:

Mengalami demensia parah

Tidak mampu berkomunikasi

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

26  

   Universitas Indonesia

4.4 Alat dan Bahan

Kaca mulut

Sonde

Sarung tangan

Masker

Lembar isian data penelitian

Status rekam medis

Indeks DMF-T

Indeks OHIS

Alat ukur berupa kuesioner yang merupakan gabungan dari beberapa

indeks dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

4.5 Analisis data

Pertama, dilakukan uji validitas alat ukur yang akan digunakan. Analisis

data secara univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran umum populasi

sampel. Selanjutnya data akan diolah secara kategorikal, karenanya variabel

kontinu akan ditentukan titik potongnya kemudian digunakan uji Chi Square

untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografik dengan status

kesehatan gigi dan mulut. Pengujian hubungan kualitas hidup dengan berbagai

faktor risiko dilakukan menggunakan regresi logistik dan ditentukan variabel

mana saja yang masuk ke dalam model multivariat. Selanjutnya dilakukan regresi

logistik untuk mengetahui faktor risiko apa yang paling berkontribusi dalam

menentukan kualitas hidup subjek.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

27  

   Universitas Indonesia

4.6 Alur penelitian

 

Penjelasan kepada subjek penelitian

Informed Consent

Pengambilan informasi kesehatan umum

Pemeriksaan Intra Oral (OHI-S & DMF-T)

Pengisian kuesioner kualitas hidup

Analisis data

Hasil

4.7 Etik penelitian

Pada penelitian ini diperlukan ethical clearance karena subjek

penelitian adalah manusia. Pengambilan data bersifat data primer, terjadi

kontak langsung dengan subjek. Ketidaknyamanan mungkin dirasakan saat

dilakukan berbagai pemeriksaan, yaitu pemeriksaan klinis berupa pemeriksaan

kebersihan mulut serta pengisian kuesioner yang membutuhkan waktu 15 – 30

menit. Ketidaknyamanan yang akan dirasakan telah disampaikan sebelumnya

dengan sejelas-jelasnya kepada subjek penelitian sebelum pengisian informed

consent. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian drg. Rr. Asyurati Asia,

M.Kes yang berjudul “Indeks Prediksi Kehilangan Gigi pada Lanjut Usia

Berdasarkan Analisis Faktor-Faktor Risiko” dan telah mendapat persetujuan

etik dari FKG UI di Jakarta pada tanggal 11 Januari 2013 (Nomor : 6/Ethical

Clearance/FKGUI/I/2013

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

 

28   Universitas Indonesia

BAB 5

HASIL

Jumlah subjek penelitian total sebanyak 130 orang yang diambil dari 2

tempat yaitu posbindu lansia di Kecamatan Sukmajaya Depok dan Desa

Cicantayan Sukabumi. Seluruh subjek penelitian diperiksa kondisi intra oralnya

dalam penelitian ini untuk mendapatkan nilai OHI-S dan DMF-T, setelah selesai

dilakukan pemeriksaan klinis kemudian wawancara dengan subjek penelitian

untuk pengisian kuesioner kualitas hidup. Dari total subjek yang ada, terpilih 101

orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Seluruh data yang terkumpul

dari hasil pemeriksaan dan wawancara kemudian diolah dengan menggunakan

software SPSS 17 . Distribusi data berdasarkan status sosiodemografik, tingkat

penghasilan, kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan ditampilkan pada tabel 5.1

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

29  

Universitas Indonesia  

Tabel 5. 1 Distribusi Subjek Berdasarkan Status Sosiodemografik, Gigi Tiruan dan Kehilangan Gigi

Variabel Jumlah % I. Sosiodemografik - - - - II. III. IV.

Usia a. 60 - 70 tahun b. > 70 tahun Jenis kelamin a. Perempuan b. Laki-laki Pendidikan a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Diploma f. Sarjana Tempat tinggal a. Kota b. Desa Penghasilan a. 0 - 1.400.000 b. Diatas 1.400.000 Gigi tiruan a. Memakai gigi tiruan b. Tidak memakai gigi tiruan Kehilangan gigi a. 0-12 b. > 12

63 38

83 18

30 15 18 30 7 1

65 36

45 56

24 77

45 56

62,4 37,6

82,2 17,8

29,7 14,9 17,8 29,7 6,9 1

64,4 35,6

44,6 55,4

23,8 76,2

44,5 55,4

Dari 101 subjek penelitian, 83 orang (82,2%) diantaranya adalah wanita

dan 18 orang (17,8%) adalah pria. Tingkat pendidikan diukur berdasarkan

kelulusan tiap jenjang. Hal yang paling mencolok dari tingkat pendidikan adalah

hanya terdapat 1 (1%) orang dari total 101 subjek yang lulus sarjana dan 7 (6,9%)

orang yang lulus diploma. Tingkat penghasilan pada penelitian ini dibagi menjadi

2 kategori yaitu subjek dengan penghasilan 0-1.400.000 dan diatas 1.400.000.

Sebanyak 65 orang subjek penelitian tinggal di kota (64,4%) dan 36 subjek

penelitian berada di desa (35,6%). Untuk kasus kehilangan gigi, terdapat 45 orang

(44,5%) subjek kehilangan gigi 0-12 gigi dan 56 (55,4%) subjek dengan

kehilangan gigi diatas 12 gigi. Namun, dari data kehilangan gigi tersebut, hanya

24 orang subjek yang memakai gigi tiruan dan 77 orang tidak memakai gigi

tiruan. 24 subjek penelitian memakai gigi tiruan lepas dari bahan akrilik. 2 dari

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

30  

Universitas Indonesia  

24 orang subjek penelitian mengaku membuat gigi tiruannya di tukang gigi dan

sisanya mengaku membuat di dokter gigi. Lama pemakaian gigi tiruan bervariasi

mulai dari 1 tahun sampai diatas 15 tahun. Terdapat 77 subjek penelitian yang

tidak memakai gigi tiruan walaupun dari hasil pemeriksaan klinis mereka

memerlukan gigi tiruan.

. Kuesioner yang digunakan untuk memprediksi kualitas hidup lansia

pada penelitian ini awalnya terdiri dari 5 dimensi dan total 57 pertanyaan.

Kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner tersebut. Hasil uji

validitas dapat dilihat pada tabel 5.2. Pada akhirnya, diperoleh 5 dimensi dan total

23 pertanyaan pada kuesioner kualitas hidup setelah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas. Kekuatan korelasi dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam

empat kategori yaitu, r = 0,00-0,25 tidak ada hubungan atau hubungan lemah, r =

0,26-0,50 hubungan sedang, r = 0,51-0,75 hubungan kuat dan r = 0,76-1,00

hubungan kuat/sempurna.38,39 Pada dimensi keterbatasan fungsi, pertanyaan yang

dikeluarkan antara lain tampak ada yang salah dengan gigi anda, merasa nafas

berbau, pengecapan terganggu, merasa ada makanan yang menyangkut, dan mulut

kering. Pada dimensi nyeri, pertanyaan yang dikeluarkan yaitu merasa pencernaan

terganggu, merasa rahang sakit, sakit kepala, gigi ngilu, sariawan, sakit saat buka

mulut, gigi terasa sensitif. Pada dimensi ketidaknyamanan psikologis pertanyaan

yang dikeluarkan antara lain tentang rasa khawatir karena masalah pada gigi,

merasa peka diri karena masalah pada gigi , merasa mengasihani diri karena

masalah gigi dan merasa tegang karena masalah gigi. Pada dimensi

ketidakmampuan fisik, hanya satu pertanyaan yang dikeluarkan yaitu tidak dapat

menyikat gigi karena masalah pada gigi. Dan pada dimensi ketidakmampuan

psikologis pertanyaan yang dikeluarkan antara lain mengenai tidur terganggu,

emosi terganggu, sulit bersantai, tidak mau keluar rumah, kurang toleran terhadap

orang lain, mudah tersinggung dan kesehatan umum yang memburuk akibat

masalah pada gigi. Reliabilitas kuesioner dinilai dengan menggunakan koefisien

alpha Chronbach's. Nilai koefisien alpha chronbach's lebih dari 0,8 menunjukkan

konsistensi internal baik, 0,4-0,6 konsistensi internal cukup dan kurang dari 0,4

menunjukkan konsistensi internal yang buruk.38,39 Kuesioner ini memiliki nilai

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

31  

Universitas Indonesia  

chronbach's alpha = 0,826. Hasil validasi kuesioner ditampilkan pada tabel 5.2

dibawah.

Tabel 5. 2 Hasil Validasi Kuesioner Kualitas Hidup

No Variabel

Korelasi (r) antara item terhadap

total

I. Dimensi keterbatasan fungsi

Merasa bermasalah dengan gigi setahun terakhir

0,570

Kesulitan saat mengunyah makanan

0,645

Kesulitan dalam berbicara 0,559

Penampilan terganggu 0,516

Kesulitan menggigit atau memotong makanan dengan gigi depan

0,573

Kesulitan mengunyah dengan gigi belakang

0,596

II. Dimensi nyeri Mengalami rasa sangat sakit di mulut

0,495

Mengalami sakit gigi

0,614

Mengalami sakit gusi 0,523

Tidak nyaman saat makan 0,542

III. Dimensi ketidaknyamanan psikologis Terganggu dengan warna gigi Terganggu dengan posisi atau susunan gigi

0,519 0,616

IV. Dimensi ketidakmampuan fisik Merasa perkataan tidak jelas

0,446

Merasa orang lain salah mengerti kata yang diucapkan

0,508

Merasa makanan yang dimakan hambar

0,515

Menghindari makan 0,511

Tidak nyaman makan dihadapan orang lain

0,598

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

32  

Universitas Indonesia  

Tidak dapat makan 0,501

Kesulitan menelan 0,476

V. Dimensi ketidakmampuan psikologis Merasa malu karena masalah gigi

0,582

Merasa tidak percaya diri karena masalah gigi

0,699

Menghabiskan banyak biaya karena masalah gigi

0,595

Hidup secara keseluruhan kurang memuaskan karena masalah gigi

0,523

Selanjutnya adalah menentukan titik potong kualitas hidup dengan

prosedur ROC dan didapatkan titik potong untuk kualitas hidup pada titik 17 yaitu

skor 31 dengan sensitivitas 77,8% dan spesifisitas 69,6% dan daerah ROC 0,707

(grafik 5.1).

Grafik 5. 1 Titik potong kualitas hidup

Status kualitas hidup subjek penelitian berdasarkan cut-off yang diperoleh

40 orang (39,6%) subjek penelitian memiliki kualitas hidup baik dan 61 orang

(60,4%) subjek penelitian memiliki kualitas hidup buruk. Setelah didapat titik

potong tersebut, dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara

faktor sosiodemografik dengan status kesehatan gigi dan mulut menggunakan uji

Chi Square. Untuk keperluan analisis, dilakukan pengkategorian kembali pada

variabel OHI-S yaitu dengan menggabungkan subjek penelitian dengan OHI-S

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

33  

Universitas Indonesia  

baik dan sedang menjadi 1 kelompok dan 1 kelompok lagi adalah subjek

penelitian dengan OH buruk. Ini dikarenakan dari data kasar yang diperoleh,

jumlah subjek penelitian yang memiliki OH baik sangat kecil (9 orang). Distribusi

skor OHIS-S, skor DMF-T dan kualitas hidup tersaji pada tabel 5.3 dibawah ini.

Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Skor OHI-S, DMF-T dan Kualitas Hidup

Variabel Jumlah % OHI-S a. 0-3 b. > 3

39 62

38,6 61,4

DMF-T a. 0-16 b. > 16

50 51

49,5 50,5

Kualitas Hidup a. Baik b. Buruk

40 61

39,6 60,4

Variabel DMF-T, dan OHIS menentukan status kesehatan gigi dan mulut

oleh karena itu dilakukan uji hubungan antara tiga variabel tersebut dengan

variabel sosiodemografik usia, pendidikan, jenis kelamin, tingkat ekonomi yang

disajikan dalam tabel 5.4 berikut.

Tabel 5. 4 Hubungan OHI-S dengan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Tingkat Ekonomi

Variabel Skor OHI-S

0-3 %

Skor OHI-S >3

% P

Usia a. 60-70 tahun b. diatas 70 tahun

29 10

28,7 9,9

34 28

33,6 27,7

0,9

Jenis kelamin a. Perempuan b. Laki-laki

38 4

37,6 3,9

48 14

47,5 13,8

0,115

Pendidikan a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Diploma, Sarjana

3 6 10 17 3

2,9 5,9 9,9

16,8 2,9

27 9 8 13 5

26,7 8,9 7,9 12,8 4,9

0,004*

Tingkat ekonomi a. 0 - 1.400.000 b. Diatas 1.400.000

44 27

43,5 26,7

12 18

11,8 17,8

0.01*

Keterangan:

Menggunakan uji chi-square

*Bermakna (p<0.05)

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

34  

Universitas Indonesia  

Berdasarkan tabel 5.4, OHI-S tidak memiliki hubungan yang bermakna

dengan usia dan jenis kelamin namun OHI-S memiliki hubungan yang bermakna

dengan tingkat ekonomi (p=0,01) dan pendidikan (p=0,004)

Tabel 5. 5 Hubungan DMF-T dengan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Tingkat Ekonomi

Variabel DMF-T 0-16 % DMF-T > 16 % P

Usia a. 60-70 tahun b. diatas 70 tahun

25 13

37,6 24,7

38 25

24,7 12,8

0,04*

Jenis kelamin a. Perempuan b. Laki-laki

44 7

43,5 6,9

39 11

38,6 10,8

0,17

Pendidikan a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Diploma, Sarjana

13 6 10 17 5

12,8 5,9 9,9 16,8 4,9

17 9 8 13 3

16,8 8,9 7,9 12,8 2,9

0,06

Tingkat ekonomi a. 0 - 1.400.000 b. Diatas 1.400.000

28 22

27,7 21,7

28 23

27,7 22,7

0,912

Keterangan:

Menggunakan uji chi-square

*Bermakna (p<0.05)

Berdasarkan tabel 5.5, DMF-T memiliki hubungan bermakna dengan usia

dan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pendidikan, jenis kelamin

dan tingkat ekonomi.

Untuk mengetahui hubungan tiap faktor risiko dengan kualitas hidup akan

dilakukan analisis bivariat. Untuk variabel usia, DMF-T, OHI-S digunakan titik

potong yang telah ada, yaitu untuk usia: 0-70 tahun dan diatas 70 tahun, DMF-T:

0-16 dan diatas 16, OHIS 0 – 1,2 (baik); 1,3 – 3,0 (sedang); dan diatas 3 (buruk).

Hasil dari analisis ini akan menentukan variabel apa saja yang berhubungan

dengan kualitas hidup dan nantinya akan dianalisis lebih lanjut ke analisis

multivariat dengan regresi logistik untuk mengetahui kekuatan hubungannya.

Hasil analisis bivariat hubungan tiap faktor risiko dengan kualitas hidup disajikan

dalam tabel 5.6 dibawah ini

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

35  

Universitas Indonesia  

Tabel 5. 6 Hubungan Kualitas Hidup dengan Berbagai Faktor

Variabel Kualitas

hidup baik %

Kualitas hidup buruk

% P

Usia a. 60-70 tahun b. > 70 tahun

23 38

22.7 37.6

15 25

14.8 24.7

0.193*

Jenis kelamin a. Perempuan b. Laki-laki

50 11

49.5 10.8

33 7

32.6 6.9

0.945

Pendidikan a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Diploma, Sarjana

20 6 12 17 6

19.8 5.9 11.8 16.8 5.9

10 9 6 13 2

9.9 8.9 5.9 12.8 1.9

0.999

Tingkat ekonomi a. 0-1.400.000 b. > 1.400.000

20 36

19.8 35.6

25 20

24.7 19.8

0.006+

OHI-S a. 0-3 b. >3

38 16

37.6 15.8

24 23

23.7 22.7

0.001+

DMF-T a. 0-16 b. >16

34 23

33.6 22.7

17 27

16.8 26.7

0.004+

Gigi Tiruan a. Memakai GT b. Tidak memakai GT

8 32

7.9 31.6

16 45

22.7 44.5

0.633

Keterangan: Menggunakan uji chi-square *masuk model multivariat (p<0.250) +bermakna (p<0.05) dan masuk model multivariat

Berdasarkan tabel 5.6, skor OHI-S, skor DMF-T dan tingkat ekonomi

memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup (p<0.05) , variabel usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pemakaian gigi tiruan memiliki hubungan

yang tidak bermakna dengan kualitas hidup. Selain itu, dapat disimpulkan variabel

yang masuk ke analisis multivariat adalah variabel usia (p<0.250), variabel tingkat

ekonomi (p=0.006), variabel skor OHI-S (p=0.001) dan variabel skor DMF-T

(p=0.004).

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

36  

Universitas Indonesia  

Tabel 5. 7 Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia

Variabel Koefisien OR P CI

Kualitas hidup - OHI-S 1.19 3.29 0.009 1.313-5.200

Kualitas hidup - DMF-T 1.20 3.32 0.006 1.763-4.382

Kualitas hidup - tingkat ekonomi 1.14 3.12 0.005 1.557-3.310

Konstanta -2.75

Tabel 5.7 menunjukkan hasil dari model multivariat dengan regresi

logistik. Hasil terbaik seperti pada tabel 5.7 diperoleh jika variabel usia

dikeluarkan. Hubungan paling bermakna adalah kualitas hidup dengan skor DMF-

T (p=0.006), rasio odds 3.328 dan confidence interval 1.763-4.382. Dari

pengamatan nilai rasio odds dapat dinyatakan bahwa subjek dengan DMF-T 0-16

memiliki potensi tidak terjadinya kualitas hidup buruk sebesar 3,3 kali lebih besar

daripada subjek dengan nilai DMF-T diatas 16. subjek dengan skor OHI-S 0-3

memiliki potensi tidak terjadinya kualitas hidup buruk sebesar 3,2 kali lebih besar

daripada subjek dengan skor OHI-S diatas 3. Subjek dengan tingkat ekonomi

diatas 1.400.000 memiliki potensi tidak terjadinya kualitas hidup buruk sebesar

3,1 kali lebih besar daripada subjek penghasilan kurang dari 1.400.000. Dapat

disimpulkan bahwa skor DMF-T merupakan faktor risiko yang paling

mempengaruhi kualitas hidup lansia selain OHI-S dan tingkat ekonomi.

Dari tabel 5.7 yang berupa model akhir analisis multivariat dapat dibuat

persamaan regresi logistik sebagai berikut :

y = konstanta + a1x1 + a2x2+a3x3

y(tidak terjadinya kualitas hidup buruk) = -2,753 + 1,203(DMF-T) + 1,187(skor

OHI-S) +1.136(tingkat ekonomi) 

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

  

37  

Universitas Indonesia

BAB 6

PEMBAHASAN

 

6.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain potong lintang

yang bertujuan untuk mendapatkan alat ukur kualitas hidup ditinjau dari aspek

kesehatan gigi dan mulut lansia yang baru dan menganalisis hubungan antara

kualitas hidup lansia dengan status kesehatan gigi dan mulut dan faktor

sosiodemografik (usia, jenis kelamin, pendidikan dan tingkat ekonomi). Pada

penelitian dengan desain potong lintang pengukuran berbagai variabel hanya

dilakukan satu kali. Kelebihan desain ini adalah dapat dipakai untuk meneliti

beberapa variabel sekaligus, dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian lanjutan

yang bersifat lebih konklusif, dapat menggunakan subjek dari masyarakat umum,

relatif mudah, murah dan hasilnya cepat diperoleh. Kekurangannya adalah tidak

dapat ditentukan variabel penyebab dan variabel akibat serta dibutuhkan jumlah

subjek yang besar.38,39

Kemungkinan terjadinya bias kelelahan pada subjek telah diminimalisir

pada penelitian ini dengan cara membagi kedatangan para lansia dalam beberapa

sesi sehingga para lansia tidak terlalu lama menunggu dan lelah. Selain itu, bias

yang terjadi akibat kendala bahasa saat pengambilan data di Desa Cicantayan juga

dapat diminimalisir dengan cara meminta bantuan kepada caregiver untuk

menterjemahkan masing-masing pertanyaan kepada lansia dan sehari sebelum

pengambilan data dilakukan kalibrasi kuesioner dengan para caregiver. Bias yang

diakibatkan oleh operator pada penelitian ini diminimalisir dengan cara membagi

membedakan operator yang melakukan pemeriksaan intraoral dengan operator

yang melakukan wawancara pengisian kuesioner.

6.2 Kualitas Data dan Besar Sampel

Prosedur menjaga kualitas data pada penelitian ini dilakukan dengan

beberapa cara yaitu wawancara, pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan gigi

oleh operator yang mengerti cara melakukan pemeriksaan, mengikuti prosedur

yang benar dan menggunakan alat-alat yang sesuai dengan standar. Sebelumnya

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

38  

  

Universitas Indonesia

telah dilakukan kalibrasi pada seluruh operator yang tergabung dalam penelitian ini untuk mendapatkan kesamaan persepsi. Pada penelitian ini awalnya didapat 131 subjek, kemudian akhirnya

mengerucut menjadi 101 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Subjek yang tidak masuk sebagian besar karena usia yang dibawah 60

tahun dan lansia tersebut memiliki lebih dari atau sama dengan 4 penyakit

sistemik berdasarkan data kesehatan umumnya. Untuk komposisi usia, lansia

dengan usia 60-70 tahun memiliki jumlah hampir 2 kali dari lansia yang berusia

diatas 70 tahun yaitu sebanyak 63 orang.

6.3 Gambaran Status Gigi Tiruan pada Lansia

Dari 101 lansia yang masuk sebagai subjek penelitian, 65 orang

diantaranya tinggal di kota dan 36 orang lansia tinggal di desa. Komposisi subjek

ini ternyata berpengaruh diantaranya terhadap penggunaan gigi tiruan pada kasus

kehilangan gigi. Menurut data penelitian, hanya 24 orang lansia yang memakai

gigi tiruan dan semua adalah lansia yang bertempat tinggal di kota sedangkan 77

orang lansia lainnya tidak memakai gigi tiruan. Gigi tiruan yang digunakan

seluruhnya merupakan gigi tiruan lepas akrilik. Hal ini menunjukkan bahwa

pengobatan atau perawatan gigi lansia di desa lebih rendah dibandingkan dengan

di perkotaan. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah tingkat

pengetahuan para lansia mengenai kesehatan gigi dan mulut, tingkat sosial

ekonomi, karakteristik demografis selain jenis kelamin, struktur sosial, faktor

kemampuan, keadaan fisik, persepsi responden terhadap harga pembuatan gigi

tiruan, jarak dari rumah ke tempat pelayanan terdekat dan adanya rasa takut

terhadap prosedur pembuatan maupun pemasangan gigi tiruan.18 Dari 24 lansia di

perkotaan yang memakai gigi tiruan, 2 diantaranya mengaku bahwa gigi tiruannya

dibuat oleh tukang gigi. Alasan para lansia tersebut membuat gigi di tukang gigi

adalah karena mereka merasa biaya pembuatan lebih murah dan prosesnya lebih

cepat. 77 orang lansia tidak memakai gigi tiruan walaupun mengalami kehilangan

gigi, alasan mereka berkaitan dengan biaya pembuatan gigi tiruan yang tinggi,

rasa ketidaknyamanan dengan gigi tiruan yang baru dan malas untuk pergi ke

dokter gigi karena mereka tidak merasakan ada masalah yang serius dan

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

39  

  

Universitas Indonesia

membutuhkan penanganan segera. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan

gigi tiruan masih sangat tinggi, namun permintaan akan gigi tiruan masih sangat

minim. ”Kebutuhan yang dirasakan” oleh subjek mungkin tidak diaktifkan karena

berbagai macam alasan antara lain: prioritas masalah lain dibandingkan masalah

kesehatan gigi, rasa takut, ketidakmampuan pergi ke klinik karena kesehatan yang

buruk atau kesulitan transportasi, merasa bahwa kehilangan gigi adalah hal wajar

di usia lanjut dan tidak diperlukan perawatan, dan masalah ekonomi. Selain itu,

tingginya jumlah subjek yang memakai gigi tiruan lepasan akrilik, meunjukkan

bahwa gigi tiruan lepas masih menjadi pilihan perawatan utama untuk

menggantikan kehilangan gigi karena biayanya yang lebih ekonomis bila

dibandingkan pilihan perawatan lain berupa pembuatan gigi tiruan cekat atau

implan.

6.4 Alat Ukur Berupa Kuesioner Kualitas Hidup Ditinjau dari Askpek Kesehatan Gigi dan Mulut Lansia

Untuk memprediksi kualitas hidup lansia, digunakan alat ukur berupa

kuesioner kualitas hidup lansia. Pada penelitian ini, digabungkan beberapa indeks

yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas hidup lansia dengan harapan

diperoleh alat ukur yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Pada uji

validitas dan reliabilitas kuesioner, dari total 57 pertanyaan kuesioner, diperoleh

sebanyak 23 pertanyaan yang menunjukkan korelasi yang baik, sehingga

kuesioner akhir yang digunakan sebagai alat ukur kualitas hidup terdiri dari 5

dimensi dengan total 23 pertanyaan. Penelitian ini berhasil mendapatkan alat ukur

yang lebih detil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ariani, 2006

yang juga bertujuan mendapatkan alat ukur kualitas hidup lansia. Tiap dimensi

dari kuesioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang spesifik mewakili

dimensinya. Seperti contohnya pada dimensi keterbatasan fungsi, kuesioner ini

merinci apabila subjek pernah mengalami kesulitan mengunyah dengan gigi depan

atau gigi belakang, kesulitan berbicara ataupun merasa bermasalah dengan

giginya dalam setahun terakhir, sedangkan pada kuesioner hasil penelitian Ariani,

2006 dimensi keterbatasan fungsi hanya terdiri dari pertanyaan kesulitan

mengunyah saja. Begitu pula pada dimensi ketidaknyamanan psikologis, pada

kuesioner ini item pertanyaan bersifat lebih spesifik mengenai penyebab

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

40  

  

Universitas Indonesia

terjadinya ketidaknyamanan psikologis seperti terganggu dengan warna gigi

ataupun dengan posisi atau susunan gigi sedangkan pada kuesioner penelitian

Ariani, 2006 Penelitian yang dilakukan oleh Ariani, 2006 terdiri dari 5 dimensi

dengan total 10 pertanyaan. Perbedaan mendasar lainnya antara penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ariani, 2006 adalah subjek

dan tempat tempat pengambilan data. Subjek pada penelitian ini merupakan

pasien lansia berusia 60 tahun keatas yang sehat atau memiliki kurang dari 4

penyakit dan dengan kondisi umum yang baik. Sedangkan pada penelitian

sebelumnya, subjek penelitian merupakan pasien geriatri dengan kondisi fisik

yang sudah terbatas dan tidak sehat yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat

Nasional Cipto Mangunkusumo sehingga kondisi kesehatan gigi dan mulut sudah

bukan menjadi prioritas utama mereka lagi.

Terdapat beberapa alat ukur yang telah dipakai diluar negeri untuk

memprediksi kualitas hidup lansia dihubungkan dengan kesehatan gigi dan mulut.

Alat ukur tersebut tentunya telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Sebagai

contoh adalah OHIP-14 yang telah divalidasi untuk digunakan di Kroasia dengan

skor koefisien korelasi inter-item 0,63-0,95 dan chronbach's alpha 0,60-0,97.42

Selain itu, OHIP-49 juga merupakan alat ukur yang telah banyak dipergunakan.

OHIP-49 memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dengan skor koefisien

korelasi inter-item 0,60-0,80 dan chronbach's alpha 0.93.35 Untuk hasil dari uji

validitas dan reliabilitas, nilai kekuatan korelasi dua variabel secara kualitatif

berkisar dari r = 0.51-0.75 yang berarti memiliki hubungan kuat antara item

terhadap total, sedangkan hasil dari uji reliabilitas dilihat dari koefisien

chronbach's alpha, pada kuesioner ini sebesar 0.826 yang artinya kuesioner ini

memiliki konsistensi internal yang baik. Untuk mengisi kuesioner ini dilakukan

wawancara pada masing-masing lansia. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara

tiap lansia berkisar 15-25 menit. Lamanya pengisian kuesioner dikhawatirkan

menyebabkan subjek menjadi jenuh dan menjawab seadanya. Ini merupakan

kelemahan dari kuesioner ini. Pada lansia perkotaan, proses wawancara untuk

pengisian kuesioner dapat lebih mudah dan lebih cepat dilakukan karena pada

umumnya lansia tersebut memiliki pendidikan dan tingkat ekonomi yang baik.

Terdapat kendala saat wawancara untuk pengisian kuesioner pada lansia di desa

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

41  

  

Universitas Indonesia

yaitu sebagian besar lansia tidak dapat berbahasa indonesia. Hal ini diatasi dengan

melakukan wawancara yang diperantarai oleh care-giver para lansia tersebut.

Masalah teratasi, namun waktu yang dibutuhkan untuk melakukan wawancara

menjadi lebih lama.

Terdapat beberapa pertanyaan yang dikeluarkan atau tidak bisa digunakan

pada kuesioner ini setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hal ini

disebabkan karena kalimat pada pertanyaan tersebut kurang dapat dimengerti oleh

para lansia dan juga tidak ada lansia yang menjawab pertanyaan tersebut.

Beberapa contoh pertanyaan yang dikeluarkan adalah seperti pernahkah para

lansia merasa peka diri karena masalah giginya, merasa mengasihani dirinya

karena masalah gigi, merasa kehadiran orang lain mengganggu karena masalah

gigi.

Penggunaan kuesioner memberikan keuntungan karena pertanyaan yang

diajukan pada subjek dapat lengkap, sistematis dan seragam untuk semua subjek.

Tetapi apabila pengisiannya dibantu oleh pewawancara seperti yang dilakukan

dalam penelitian ini maka kelemahannya terletak pada perbedaan pewawancara

dalam menggali jawaban pertanyaan dan adanya kemungkinan pewawancara

mengarahkan jawaban subjek karena ia sudah mengetahui keadaan subjek

tersebut. Selain itu, pada saat wawancara pengisian kuesioner kualitas hidup oleh

para lansia di desa, dibantu oleh caregiver yang bertugas menjadi penterjemah

antara pewawancara dan lansia. Kesalahan penerjamahan atau penyampaian

maksut kalimat kuesioner mungkin saja terjadi. Hal ini diantisipasi dengan

melakukan pelatihan pewawancara dan para caregiver terlebih dahulu juga

6.5 Hubungan OHI-S dan DMF-T dengan Faktor Sosiodemografik (Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Tingkat Ekonomi)

Dari hasil penelitian, diperoleh data 39 (38.6%) lansia memiliki skor OHI-

S 0-3 dan sebanyak 62 (61.4%) orang lansia memiliki skor OHI-S diatas 3. Hasil

tersebut menunujukkan bahwa para lansia kurang memperhatikan kebersihan

mulut mereka. Penelitian yang dilakukan Ariani pada tahun 2006 mendapatkan

rerata skor OHI-S lansia sebesar 3.198. Skor ini termasuk kategori buruk yang

menunjukkan rendahnya tingkat kebersihan mulut Lansia dengan ciri-ciri

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

42  

  

Universitas Indonesia

banyaknya plak, debris, dan kalkulus.20,21 Seperti dalam penelitian lainnya,7 hal

ini menunjukkan bahwa kebersihan mulut merupakan masalah pada lansia yang

mungkin meningkatkan risiko terjadinya kelainan periodontal. Tingginya skor

OHI-S pada lansia bisa diakibatkan karena para lansia belum merasakan gangguan

atau keterbatasan untuk berfungsi sehingga mereka tidak merasa penting untuk

menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.

Untuk skor DMF-T, sebanyak 50 (49.5%) orang lansia memiliki skor

DMF-T 0-16 dan 51 (50.5%) orang lansia memiliki skor DMF-T lebih dari 16

dengan kondisi lansia yang mengalami kehilangan gigi 0-12 (masuk dalam

kategori baik) sebanyak 45 orang dan kehilangan gigi lebih dari 12 (kategori

buruk) sebanyak 56 orang. Dari hasil tersebut, kemungkinan tingginya skor DMF-

T lansia adalah karena tingginya kehilangan gigi pada lansia tersebut. Setelah

dilakukan wawancara, diketahui bahwa para lansia cenderung memilih perawatan

pencabutan gigi daripada penambalan atau perawatan saluran akar jika dirasakan

ada gigi yang sakit. Para lansia menganggap penambalan dan perawatan saluran

akar terlalu memakan banyak waktu, kunjungan dan biaya. Penelitian yang

dilakukan Yuliana, menyimpulkan populasi yang mengalami kehilangan gigi

adalah 214 subjek dari total 236 subjek atau sekitar 90,67 %. Subjek dengan

kehilangan gigi lebih dari 12 (sisa gigi kurang dari 20) adalah sebanyak 54 orang

(22,88 %), dengan rata-rata kehilangan gigi terbanyak (11,47) terdapat pada

kelompok Lansia (≥ 55 tahun), dan kehilangan gigi meningkat sejalan dengan

peningkatan usia.33 Tingginya persentase lansia yang tak bergigi ini sesuai dengan

laporan prevalensi dan karies gigi Decay Missing Filling Teeth (DMF-T)

RISKESDAS 2007 di mana angka rata-rata missing (kehilangan gigi) tertinggi

terdapat pada kelompok usia Lansia.5,6,33 Sisa gigi 20 merupakan batas indikator

gigi fungsional. Jumlah subjek dengan sisa gigi fungsional kurang dari 20 ini

masih jauh di atas target WHO pada tahun 2010 (5%).5,6,33 Beberapa penelitian

telah melaporkan bahwa jumlah kehilangan gigi dianggap sebagai prediktor

negatif penggunaan pelayanan kesehatan gigi. Di antara orang berusia dewasa,

kehilangan gigi dianggap sebagai satu dari indikator yang paling penting dari

pelayanan dan kondisi gigi-mulut.6,33 Penelitian-penelitian internasional

menunjukkan bahwa jika diberikan perhatian yang adekuat terhadap individu

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

43  

  

Universitas Indonesia

lansia, didapatkan jumlah gigi asli yang meningkat dan skor DMF-T yang lebih

rendah. 5,6,33

Analisis berikutnya mengenai hubungan antara skor OHI-S dan skor

DMF-T dengan faktor sosiodemografik seperti usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan penghasilan. Menurut hasil penelitian ini, OHI-S tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan usia dan jenis kelamin namun OHI-S memiliki

hubungan yang bermakna dengan penghasilan (p=0.01) dan pendidikan

(p=0.004). Hal ini membuktikan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka kemampuan orang tersebut dalam menangkap informasi yang

diperlukan, baik melalui media cetak, radio, televisi, maupun informasi langsung

yang diberikan orang lain yang berkepentingan, seperti petugas kesehatan gigi

semakin baik. Sehingga secara tidak langsung mereka akan menyadari pentingnya

menjaga kebersihan gigi dan mulut dan berupaya untuk menjaga kebersihan gigi

dan mulutnya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan juga

penelitian Ariani, skor OHI-S pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliana tidak

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan subjek penelitian. Hal ini membenarkan

pengaruh faktor lain terhadap perilaku kesehatan gigi seseorang yang akan

mempengaruhi status kesehatan gigi-mulutnya.6,33 Berdasarkan penelitian

terdahulu juga menyatakan bahwa Lansia memiliki sikap yang buruk terhadap

kesehatan gigi dan juga kurang menggunakan jasa pelayanan kesehatan gigi-

mulut.6,33 OHI-S tidak memiliki hubungan bermakna dengan usia, pendidikan dan

jenis kelamin. Hal ini disebabkan karena terdapat faktor lain yang lebih berperan

pada pemeliharaan kebersihan mulut. Pada umumnya, para lansia berpendapat

bahwa fungsi utama gigi adalah untuk mengunyah dan menunjang penampilan.

Selama fungsi tersebut tidak terganggu maka tidak dirasakan pentingnya

pemeliharaan kebersihan mulut yang berdampak pada skor OHI-S lansia. DMF-T

sebagai komponen kesehatan gigi dan mulut memiliki hubungan bermakna

dengan usia (p=0,04) karena proses terjadinya karies hingga akhirnya

mengakibatkan diekstrasinya gigi memerlukan komponen waktu dalam hal ini

usia. Penelitian-penelitian lain yang dilakukan Ariani juga menunjukkan hasil

yang sama. Penelitian Yuliani menyimpulkan bahwa kehilangan gigi terjadi

sejalan dengan peningkatan usia.33

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

44  

  

Universitas Indonesia

6.5 Kualitas Hidup Lansia

Faktor-faktor yang diamati pada penelitian ini yang mempengaruhi

kualitas hidup diantaranya adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

penghasilan, OHI-S dan DMF-T. Langkah pertama dalam melakukan analisis

adalah dengan mencari titik potong kualitas hidup. Titik potong merupakan batas

antara kondisi yang normal dan abnormal.40 Dengan prosedur ROC diperoleh titik

potong kualitas hidup pada skor 31 dengan sensitivitas 77.8% dan spesifisitas

69.6%. Titik potong dengan nilai sensitivitas tinggi menunjukkan tingginya

kemampuan alat ukur untuk mendeteksi kelainan, sehingga tidak ada yang

terlewatkan dalam penyaringan kualitas hidup. Berdasarkan titik potong yang

diperoleh, maka pada penelitian ini terdapat 40 (39.6%) orang yang kualitas

hidupnya baik dan 61 (60.4%) orang dengan kualitas hidupnya buruk. Dari hasil

kuesioner kualitas hidup pada penelitian ini, diketahui bahwa skor OHI-S, skor

DMF-T dan penghasilan memiliki hubungan bermakna dengan kualitas hidup.

Skor OHI-S dan skor DMF-T pada penelitian ini mewakili status kesehatan gigi

dan mulut lansia. Penelitian oleh McGrath dan Bedi melaporkan kondisi

kesehatan gigi dan mulut yang mempengaruhi kualitas hidup adalah efeknya pada

saat makan dan rasa nyaman.39,41 Hal ini sesuai dengan penelitian Rahardjo, dkk

yang menyatakan bahwa kehilangan gigi yang tidak diganti gigi tiruan terdapat

penurunan kualitas hidup akibat menurunnya fungsi pengunyahan dan penelanan. 39,41 Penelitian oleh Atchinson dan Dolan juga menyatakan adanya hubungan

kehilangan gigi dengan penurunan kualitas hidup.32 Variabel lain dalam penelitian

ini seperti usia, tingkat pendidikan dan jenis kelamin memiliki korelasi yang

lemah dan tidak bermakna dengan kualitas hidup . Usia tidak berpengaruh

terhadap kualitas hidup lansia, mungkin karena pada penelitian ini subjek

penelitian yang digunakan adalah memang para lansia dengan usia 60 tahun

keatas, sehingga usia menjadi tidak signifikan lagi. Tidak berpengaruhnya jenis

kelamin terhadap kualitas hidup dimungkinkan karena tidak berimbangnya jumlah

subjek penelitian laki-laki dan perempuan. Faktor tingkat pendidikan juga tidak

memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup pada penelitian, hal ini

kemungkinan disebabkan karena ternyata tingkat pendidikan subjek penelitian

rata-rata sama yaitu banyak subjek penelitian yang tamat SD dan SMA aja

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

45  

  

Universitas Indonesia

sedangkan jumlah subjek penelitian yang sarjana dan diploma hanya 1 dan 7

orang saja. Selain itu, lemahnya korelasi ini mungkin karena terdapat banyak

faktor yang lebih berkontribusi seperti faktor sosial-ekonomi, di mana pada

penelitian oleh Bedi dan McGrath, lansia yang berasal dari kelompok sosial-

ekonomi yang lebih tinggi menyatakan bahwa kesehatan gigi-mulut memiliki

dampak yang lebih besar ada kualitas hidup secara umum.41

Dari tujuh faktor yang diperkirakan memiliki kontribusi dalam

menentukan kualitas hidup lansia, diperoleh tiga faktor utama yang ternyata

dianggap paling menentukan kualitas hidup lansia. Faktor tersebut adalah skor

DMF-T (RO=3.328), skor OHI-S (RO=3.289) dan penghasilan (RO=3.118). Skor

DMF-T menunjukkan jumlah total gigi yang berlubang, ditambal dan kehilangan

gigi. Pada penelitian ini, ditemukan tingginya skor DMF-T adalah terutama

karena tingginya kehilangan gigi. Hal ini kemudian ternyata berpengaruh terhadap

kualitas hidup lansia. Dengan tingginya skor DMF-T pada lansia maka kualitas

hidup lansia pun menurun, karena lansia tersebut mengalami kesulitan atau

keterbatasan dalam beraktivitas seperti mengunyah, ataupun keterbatasan

psikologis seperti rasa malu karena tidak bergigi yang akhirnya berdampak

kepada kualitas hidup para lansia. Faktor terakhir yang memiliki pengaruh adalah

skor OHI-S. Skor OHI-S ini menggambarkan tingkat kebersihan mulut dari para

lansia. Semakin tinggi skor OHI-S maka semakin buruk kebersihan mulutnya.

Kondisi kebersihan mulut yang buruk tidak secara langsung mempengaruhi sistem

stomatognatik para lansia, namun kondisi yang kronis mungkin dapat

mempengaruhi kondisi gigi mulut dan sebagai efek jangka panjang berpengaruh

terhadap kualitas hidup para lansia. Faktor terakhir yang memiliki korelasi yang

baik dengan kualitas hidup adalah penghasilan. Penghasilan disini

menggambarkan kondisi sosio-ekonomi dari para lansia. Baiknya kondisi sosio-

ekonomi lansia akan mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena mereka bisa

lebih peka dan memperhatikan kondisi kesehatan gigi dan mulutnya. Dengan

kondisi sosio-ekonomi yang baik, para lansia tidak akan segan mendatangi

pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk memperbaiki dan menjaga kesehatan

gigi dan muutnya. Berbeda dengan hasil yang didapat oleh penelitian Ariani et al.,

2006 yang menganalisis hubungan status kesehatan gigi dan mulut dengan

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

46  

  

Universitas Indonesia

kualitas hidup pada pasien geriatrik rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit

Cipto Mangunkusumo, kualitas hidup lansia pada penelitian Ariani lebih

dipengaruhi oleh usia dan pendidikan. Perbedaan ini bisa terjadi karena

karakteristik subjek yang berbeda. Penelitian Ariani menggunakan subjek pasien

geriatri dengan kondisi fisik yang sudah tidak baik, sehingga kesehatan gigi dan

mulut tidak menjadi prioritas utama lagi bagi mereka.

Terdapat beberapa penelitian yang mengukur kualitas hidup lansia

dihubungkan dengan kondisi kesehatan gigi dan mulut lansia tersebut beserta

faktor sosiodemografis yang turut mempengaruhi. Locker et al tahun 2002

meneliti hubungan antara kondisi kesehatan gigi dan mulut lansia dengan kualitas

hidup lansia menggunakan indeks GOHAI dan OHIP-14. Kesimpulan dari

penelitian tersebut adalah bahwa gangguan pada kesehatan gigi dan mulut akan

berdampak negatif terhadap psikologis dan kualitas hidup lansia.24 Penelitian

yang dilakukan oleh Ulinski et al pada tahun 2013 di Brazil menggunakan OHIP-

14 sebagal alat ukur kualitas hidup lansia. Alat ukur ini merupakan versi singkat

dari OHIP-49 dan terdiri dari 14 pertanyaan.43 Menurut penelitian tersebut,

kondisi klinis gigi dan mulut, faktor sosiodemografis dan pengalaman subjektif

dari subjek penelitian berperan dalam menentukan kualitas hidup lansia.

Penelitian yang dilakukan oleh Hobdell et all, 2009 di Texas yang bertujuan untuk

memprediksi kualitas hidup dihubungkan dengan kesehatan gigi dan mulut

menyimpulkan bahwa DMF-T berperan dalam mempengaruhi kualitas hidup

seseorang. Penelitian ini menggunakan alat ukur Oral Impacts on Daily

Performances (OIDP). 44 Walter melalui penelitiannya di tahun 2007 yang

mengukur kualitas hidup lansia di Kanada dengan OHIP-49 menyimpulkan bahwa

faktor sosioekonomi mempengaruhi kualitas hidup lansia.45 Walter menyatakan

bahwa dengan kondisi sosioekonomi yang baik, maka akan meningkatkan

awareness lansia terhadap kesehatan gigi dan mulutnya juga keinginan para lansia

untuk pergi ke tempat perawatan gigi dan mulut.45 Guzeldemir et al 2009 juga

melakukan penelitian mengenai hubungan kualitas hidup lansia dengan kesehatan

gigi dan mulut yang menyimpulkan bahwa kondisi kesehatan gigi dan mulut tidak

berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.46 Hasil ini bertentangan dengan hasil

yang diperoleh pada penelitian ini, perbedaan ini terjadi karena pada penelitian

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

47  

  

Universitas Indonesia

yang dilakukan oleh Guzeldeimer et al yang menjadi subjek penelitian adalah

pasien geriatri yang sedang menjalani perawatan hemodialisis dengan kondisi

fisik yang terbatas, sehingga kesehatan gigi dan mulut bukan menjadi prioritas

utama mereka.46

6.6 Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan penelitian ini diantaranya yaitu prosedur pengisian

kuesioner dengan wawancara memang bisa didapatkan hasil yang akurat namun

faktor human error seperti kelelahan dari pihak pewawancara bisa menjadikan

hasil wawancara yang kurang akurat. Juga faktor kelelahan dari subjek penelitian

setalah menjalani serangkaian pemeriksaan dan kendala bahasa juga menjadi

faktor yang perlu dipertimbangkan.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

  

48  

Universitas Indonesia

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Diperoleh alat ukur baru yang valid dan reliabel yang dapat digunakan

untuk mengukur kualitas hidup lansia.

2. Kasus kehilangan gigi cukup tinggi namun tidak sejalan dengan

pemakaian gigi tiruan sebagai pengganti kehilangan gigi.

3. OHI-S memiliki hubungan yang bermakna dengan penghasilan dan tingkat

pendidikan.

4. DMF-T memiliki hubungan bermakna dengan usia.

5. Status sosiodemografik (usia, jenis kelamin, pendidikan, tingkat ekonomi)

yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia adalah tingkat

ekonomi.

6. Pada penelitian ini faktor yang menentukan kualitas hidup lansia yaitu,

DMF-T, OHI-S dan tingkat ekonomi.

7.2 Saran

7.2.1 Untuk pengembangan ilmu dan pelayanan di bidang prostodonsia

Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang membandingkan kualitas hidup

lansia di kota dan desa ditinjau dari kesehatan gigi dan mulut.

7.2.2 Untuk pelayanan

Alat ukur kualitas hidup yang dihasilkan dapat diusulkan ke Komnas

lansia untuk digunakan memprediksi kualitas hidup lansia.

7.2.3 Untuk Masyarakat

Perlu ditingkatkan penyuluhan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan

mulut untuk para lansia karena pada penelitian ini terlihat status kesehatan gigi

dan mulut para lansia yang tidak baik.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

  

49  

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Mengenai masalah mental lanjut usia.

Available from: http:// www.depkes.go.id/index.php. Oktober 9, 2013.

2. Cahyati, Widya Hari. Beberapa faktor yang berhubungan dengan karies

gigi pada lanjut usia. Kemas; Vol. 1; No.1. Juli-Desember 2005.

3. Ratmini Ni Ketut, Arifin. Hubungan Kesehatan Mulut dengan Kualitas

Hidup Lansia. Jurnal Ilmu Gizi. Vol. 2. No. 2. Agustus 2011. 139-147.

4. Kristanti Ch M. Rusiawati Y. Gigi Sehat Tahun 2000 dan Tinjauan Profil

Kesehatan Gigi Tahun 1995. JKGUI 2002; 9(2); 1-5.

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

RI. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Dalam

SURKESNAS. Jakarta. 2002. Hlm.16, 47, 50.

6. Ariani N. Hubungan status kesehatan gigi dan mulut dengan kualitas hidup

pasien usia lanjut. (Tesis). Jakarta: Universitas Indonesia; 2006

7. Petersen PE, Yamamoto T. Improving the oral health of older people: the

approach of the WHO global oral health programme. Community Dent

Oral Epidemiol. 2005; 31(1): 3-24.

8. Wangsarahardja, Kartika. Hubungan antara status kesehatan mulut dan

kualitas hidup pada lanjut usia. Universa Medicina 2007; 26: 186-94.

9. Allen PF, McMillan AS. A Longitudinal Study of Quality of Life

Outcomes in Older Adults Requesting Implant Prostheses and Complete

Removable Dentures. Clin Oral Implants Res 2003;14:173-9.

10. Rahardjo TBW. Peran Gerodontologi dalam Menunjang Pelayanan

Kesehatan Usia Lanjut Terpadu. Jakarta: Universitas Indonesia; 2001

11. Rahardjo TBW, Kusdhany L, Gita F, Ariani N, Amirullah R. Perawatan

Gangguan Mulut pada Subjek Geriatri di Rumah: Saran Dokter Gigi.

Prosiding Temu Ilmiah Geriatri 2004 Asuhan Berkesinambungan pada

Usia Lanjut & Subjek Geriatri; Mei 2004. Pusat Informasi dan Penerbitan

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta. 2004.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

50  

  

Universitas Indonesia

12. Allen PF. Assessment of Oral Health Related Quality of Life. Health and

Quality of Life Outcomes 2003; 1:40, www.hqlo.com.

13. Barnes IE. Perawatan Gigi Terpadu untuk Lansia (Grodontology).

Butterworth Heinemann Ltd. 1994. P: 26-41

14. Florentia L. Tingkat Kesadaran Pasien Akan Kebutuhan Perawatan Gigi

Tiruan di RSGM FKG UI (Skripsi). Jakarta. 2005: 4-5.

15. Bahar A. Masalah kesehatan gigi dan mulut di desa Lengkong. JKG UI.

2000; 7: 311-17.

16. R. Yuyus. Gambaran Kesehatan Gigi dan Mulut Usia Lanjut di 3

Puskesmas, Jakarta Selatan, Tahun 1999. JKGUI. 2001; 8 (1): 19-24.

17. Badan Penelitian & Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Laporan

Nasional 2007. Dalam RISKESDAS 2007. Desember 2008: 130-147

18. Amalliah I, Rahardjo A. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Serta

Pemenuhan Kebutuhan Akan Gigi Tiruan pada Lansia di Kelurahan

Bungur Jakarta Pusat. JKG UI. 1996. Vol 3 no.4 :26-41

19. Basker, Davenport, Tomlin. Perawatan Prostodontik Bagi Pasien Tak

Bergigi. EGC. 1996: 1-17.

20. Ida Farida. Cara mengukur kebersihan mulut (OHI-S). [cited 1 April

2013]; Available from: http://idafarida73.blogspot.com/2012/09/cara-

mengukur-kebersihan-mulut-ohi-s.html

21. Tayanin GL. Simplified Oral Hygiene Index. [cited 23 Oktober 2012];

Available from: http://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-

Hygiene-Indices/Simplified-Oral-Hygiene-Index-OHI-S/

22. WHO. Assesment of Fracture Risk and Its Application to Screening for

Postmenopausal Osteoporosis.Geneva : World Health organization; 1994.

Technical Report Series 843.

23. Eshagi SM, Hossein-nezhad A, Maghbooli Zh, Larijani B. Relationship

between mandibular BMD and bone turnover markers in osteoporosis

diagnosis. Iranian J Publ Health 2008;1:63-7.

24. Locker D, Matear D, Stephens M, Lawrence H, Payne B. Comparison of

the GOHAI and OHIP-14 as Measures of the Oral Health-Related Quality

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

51  

  

Universitas Indonesia

of Life of the Elderly. Community Dent Oral Epidemiol 2001; 29: 373-

381.

25. World Health Organization. Constitution of the World Health

Organization. WHO. Geneva. 1948.

26. Wangsarahardja K, Dharmawan OV, Kasim E. Hubungan antara status

kesehatan mulut dan kualitas hidup pada lanjut usia. Universa Medica.

Jakarta.2007;4:26

27. Kossioni, Dontas. The Stomatognathic System in The Elderly. Useful

Information for The Medical Practitioner. Clinical Interventions in Aging

2007; 2(4): 591-597.

28. Martono H. Gerakan Nasional Pemberdayaan Lanjut Usia. Gemari. Edisi

89/ Tahun IX/ Juni 2008: 66-67.

29. Lansia Masa Kini dan Mendatang [29/12/2009]; Available from

http://www.menkokesra.go.id.

30. Skevington SM, Lotfy M, O’Connell KA. The World Health

Organization’s WHOQOL _ BREF quality of life assessment:

Psychometric properties and results of the international field trial. A report

from the WHOQOL Group. Qual Life res 2004;13:299-330.

31. Steele, Sanders, Slade, Allen, Lahti, Nuttall, Spencer. How do age and

tooth loss affect oral health impacts and quality of life? A study comparing

two national samples. Community Dent Oral Epidemiol 2004; 32: 107-114

32. Inukai, Baba, John, Igarashi. Does removable partial denture affect

individuals' oral health?. J Dent Res 2008; 87 (8): 736-739.

33. Sundjaja, Yuliana. Hubungan Antara Kehilangan Gigi dan Pemakaian Gigi

Tiruan dengan Kualitas Hidup Pra Lansia dan Lansia Perempuan. Tesis.

Universitas Indonesia. 2010

34. Brennan DS., Spencer AJ. Dimension of Oral Health Related Quality of

Life Measured by EQ-5D and OHIP-14. Health and Quality of Life

Outcomes. 2004; 2: 35

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

52  

  

Universitas Indonesia

35. Sierwald I et al. Validation of The Response Format of The Oral Health

Impact Profile. Eur J Oral Sci. 2011; 119: 489-96.

36. UMR 2012 untuk Daerah DKI Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi

dan daerah lainnya di Indonesia. <http://sariful.com/umr-2012-untuk-

daerah-dki-jakarta-depok-bogor-tangerang-bekasi-dan-daerah-lainnya-di-

indonesia.html>

37. Upah Minimum Regional (UMR) 2013 dan Kota-kota di Jawa Barat.

<http://www.linkedin.com/groups/Upah-Minimum-Regional-UMR-2013-

4756540.S.194961171>

38. Sastroasmoro S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 3. Sagung

Seto. Jakarta. 2008. p: 124-25

39. Kusdhany LS. Penentuan Indeks Densitas Tulang Mandibula Perempuan

Pasca Menopause dengan Memperhatikan Beberapa Faktor Risiko

Terjadinya Osteoporosis (melalui Pendekatan Epidemiologi dan Radiologi

Digital). Universitas Indonesia. Disertasi. Jakarta. 2003.

40. Dahlan, M.Sopiyuddin. Evidence Based Medicines Seri 5: Penelitian

Diagnostik. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika. 2009.

41. McGrath, Bedi. A study of The Impact of Oral Health on The Quality of

Life of Older People in the UK –Findings Froms a National Survey.

Gerodontology 1998; 15(2): 93-98

42. Petricevic, Nicola et al. The Croatian Version of The Oral Health Impact

Profile Questionnaire. Antropol. 33. 2009. 3: 841–847

43. Ulinski, et al. Factors Related to Oral Health-Related Quality of Life of

Independent Brazilian Elderly. International Journal of Dentistry. Volume

2013: 705047.

44. Hobdell, Martin et al. Usiang an Oral Health-Related Quality of Life

Measure in Three Cultural Settings. International Dental Journal. 2009: 59,

381-388.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

53  

  

Universitas Indonesia

45. Walter, et al. Oral Health-Related Quality of Life and Its Association with

Sociodemographic and Clinical Findings in 3 Northern Outreach Clinics. J

Can Dent Assoc. 2007 Mar;73(2):153.

46. Guzeldemir, Esra. Oral Health–Related Quality of Life and Periodontal

Health Status in Patients Undergoing Hemodialysis. The Journal of the

American Dental Association. October 2009: 140; 1283-1293

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

  

54  

DAFTAR LAMPIRAN

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

55  

  

Lampiran 1: Lembar Informasi Kepada Subjek Penelitian

Informasi kepada Subyek dan Surat Permohonan Kesediaan Berpartisipasi dalam Penelitian kepada Subyek Penelitian

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr……………… di Tempat Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul: Alat Ukur Kualitas Hidup Lansia Ditinjau dari Aspek Kesehatan Gigi dan Mulut Lansia di Indonesia dengan tujuan untuk mendapatkan alat ukur kualitas hidup lansia ditinjau dari aspek kesehatan gigi dan mulut. Dalam penelitian tersebut kepada Bapak/Ibu/Sdr akan dilakukan: 1. Pemeriksaan gigi dan mulut serta gigi tiruan (jika ada). 2. Tanya jawab berdasar kuesioner penelitian. Adapun ketidaknyamanan yang akan dialami akibat prosedur penelitian tersebut adalah: kemungkinan timbulnya rasa capek atau ketidaknyamanan saat dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut. Namun keuntungan menjadi subyek penelitian juga ada yaitu: dapat berkonsultasi mengenai gigi mulut dan gigi palsu, mendapat pengetahuan mengenai topik penelitian juga dapat mengetahui kondisi gigi mulut secara menyeluruh serta gigi tiruan (bila ada). Selanjutnya dari temuan tersebut jika Bapak/Ibu/Sdr menghendaki dapat kami berikan rujukan untuk melakukan konsultasi/tindakan segera untuk mencegah jangan sampai kondisi bertambah parah. Jika Bapak/Ibu/Sdr bersedia, surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subyek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan diserahkan kembali kepada: drg. Astari Larasati. Perlu Bapak/Ibu/Sdr ketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/Ibu/Sdr dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian berlangsung. Demikian, semoga keterangan saya di atas dapat dimengerti dan atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan banyak terima kasih. Jakarta, Januari 2013 drg. Astari Larasati 0813 8411 9900

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

56  

  

Lampiran 2: Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBYEK PENELITIAN

Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak saya sebagi subjek penelitian yang berjudul Alat Ukur Kualitas Hidup Lansia Ditinjau dari Aspek Kesehatan Gigi dan Mulut Lansia di Indonesia atas nama drg. Astari Larasati. Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian tersebut di atas. Jakarta……………………… Tanda tangan (Nama Subyek Penelitian)

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

57  

  

Lampiran 3: Etik Penelitian

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

58  

  

Lampiran 4: Lembar Pemeriksaan Intra Oral

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

59  

  

Lampiran 4: Kuesioner Kualitas Hidup Lansia

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

60  

  

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

61  

  

Lampiran 5: Analisa Statistik

HASIL VALIDASI KUESIONER

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

kualitashidup 24.4242 152.226 .370 . .820

p2 24.3030 147.642 .483 . .816

p3 25.0101 155.214 .449 . .820

p4 24.5758 152.696 .320 . .822

p5 24.8586 154.633 .334 . .821

p6 24.5657 157.820 .147 . .826

p7 24.9192 158.116 .205 . .824

p8 23.7475 151.946 .282 . .823

p9 25.0606 159.364 .188 . .825

p10 24.1919 145.402 .536 . .814

p11 23.9697 143.479 .516 . .814

p12 24.3636 153.315 .288 . .823

p13 25.0303 159.622 .153 . .825

p14 24.6768 153.160 .342 . .821

p15 24.9495 157.212 .271 . .823

p16 24.9495 158.314 .254 . .824

p17 24.3030 156.968 .143 . .827

p18 24.1515 149.660 .414 . .818

p19 24.4646 153.904 .395 . .822

p20 24.3434 145.901 .523 . .814

p21 24.3131 159.727 .053 . .828

p22 25.0303 159.397 .140 . .825

p23 25.1818 160.273 .245 . .825

p24 24.2929 154.475 .261 . .823

p25 24.6263 155.400 .249 . .823

p26 24.6566 160.942 -.027 . .834

p27 25.0707 160.699 .050 . .827

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

62  

  

p28 23.9899 152.684 .212 . .827

p29 25.1010 159.112 .218 . .824

p30 25.1212 159.169 .399 . .824

p31 25.1313 159.156 .316 . .824

p32 24.8384 153.729 .415 . .820

p33 25.0404 156.162 .376 . .821

p34 24.9798 157.796 .311 . .823

p35 25.1111 159.018 .275 . .824

p36 24.0808 146.646 .446 . .817

p37 25.0000 156.041 .398 . .821

p38 24.5657 154.228 .308 . .822

p39 25.1010 158.704 .301 . .823

p40 24.8990 157.092 .280 . .823

p41 25.0909 159.165 .241 . .824

p42 25.0707 158.985 .215 . .824

p43 25.2020 161.734 -.059 . .826

p44 24.9697 159.622 .114 . .826

p45 24.5051 151.579 .423 . .819

p46 25.0303 156.050 .395 . .821

p47 25.1818 161.477 .001 . .826

p50 25.0909 159.941 .134 . .825

p51 25.1010 159.990 .157 . .825

p52 24.7980 158.265 .158 . .825

p53 24.7475 159.844 .382 . .827

p54 25.2121 161.414 .046 . .826

p55 25.0505 156.130 .399 . .821

p56 25.1919 160.749 .175 . .825

p57 24.7677 160.303 .073 . .826

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.826 .834 55

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

63  

  

klasifikasi umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 38 37.6 37.6 37.6

2.00 63 62.4 62.4 100.0

Total 101 100.0 100.0

Jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid P 83 82.2 82.2 82.2

L 18 17.8 17.8 100.0

Total 101 100.0 100.0

klasifikasi penghasilan

Frequen

cy Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 45 44.6 44.6 44.6

2.00 56 55.4 55.4 100.0

Total 101 100.0 100.0

ohis4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 62 61.4 61.4 61.4

2.00 39 38.6 38.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

tingkatpendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak tamat sd 30 29.7 29.7 29.7

tamat SD 15 14.9 14.9 44.6

SMP 18 17.8 17.8 62.4

SMA 30 29.7 29.7 92.1

Diploma 7 6.9 6.9 99.0

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

64  

  

Sarjana 1 1.0 1.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

Skordmft

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 50 49.5 49.5 49.5

2.00 51 50.5 50.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

gigitiruan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid pakaiGT 24 23.8 23.8 23.8

tidakpakaiGT 77 76.2 76.2 100.0

Total 101 100.0 100.0

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

65  

  

Area Under the Curve

Test Result Variable(s):totalkualitashidup

Area Std. Errora Asymptotic Sig.b

Asymptotic 95% Confidence

Interval

Lower Bound Upper Bound

.707 .083 .041 .544 .870

The test result variable(s): totalkualitashidup has at least one tie between the

positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be

biased.

a. Under the nonparametric assumption

b. Null hypothesis: true area = 0.5

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

66  

  

Area Under the Curve

Test Result Variable(s):totalkualitashidup

Area Std. Errora Asymptotic Sig.b

Asymptotic 95% Confidence

Interval

Lower Bound Upper Bound

.707 .083 .041 .544 .870

The test result variable(s): totalkualitashidup has at least one tie between the

positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be

biased.

a. Under the nonparametric assumption

No 

Positive if

Greater Than or Equal Toa

Sensitivity

Specificity 

1  13,0000 1,000 0,000

2  15,5000 1,000 0,011

3  17,5000 1,000 0,022

4  18,5000 1,000 0,065

5  19,5000 1,000 0,087

6  20,5000 ,889 0,130

7  21,5000 ,889 0,163

8  22,5000 ,889 0,185

9  23,5000 ,889 0,228

10  24,5000 ,889 0,283

11  25,5000 ,889 0,348

12  26,5000 ,889 0,391

13  27,5000 ,889 0,424

14  28,5000 ,889 0,467

15  29,5000 ,889 0,554

16  30,5000 ,778 0,641

17  31,5000 ,778 0,696

18  32,5000 ,667 0,717

19  33,5000 ,667 0,739

20  34,5000 ,556 0,793

21  35,5000 ,222 0,837

22  36,5000 ,111 0,870

23  37,5000 ,000 0,902

24  38,5000 ,000 0,924

25  39,5000 ,000 0,935

26  43,5000 ,000 0,967

27  48,5000 ,000 0,978

28  51,5000 ,000 0,989

29  54,0000 ,000 1,000

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

67  

  

Area Under the Curve

Test Result Variable(s):totalkualitashidup

Area Std. Errora Asymptotic Sig.b

Asymptotic 95% Confidence

Interval

Lower Bound Upper Bound

.707 .083 .041 .544 .870

The test result variable(s): totalkualitashidup has at least one tie between the

positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be

biased.

a. Under the nonparametric assumption

skorQoL3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 40 39.6 39.6 39.6

2.00 61 60.4 60.4 100.0

Total 101 100.0 100.0

Hubungan OHI-S dengan Usia

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.887a 1 .009

Continuity Correctionb 3.100 1 .008

Likelihood Ratio 3.991 1 .006

Fisher's Exact Test .009 .008

Linear-by-Linear Association 3.849 1 .005

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,67.

b. Computed only for a 2x2 table

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

68  

  

Hubungan OHI-S dengan penghasilan

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 15.660a 1 .000

Continuity Correctionb 14.075 1 .000

Likelihood Ratio 15.968 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 15.505 1 .000

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,38.

b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan OI-S dengan jenis kelamin

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.483a 1 .115

Continuity Correctionb 1.713 1 .191

Likelihood Ratio 2.645 1 .104

Fisher's Exact Test .181 .093

Linear-by-Linear Association 2.458 1 .117

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,95.

b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan DMF-T dengan jenis kelamin

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.180a 1 .017

Continuity Correctionb .683 1 .209

Likelihood Ratio 1.188 1 .026

Fisher's Exact Test .019 .015

Linear-by-Linear Association 1.169 1 .018

N of Valid Cases 101

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

69  

  

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,91.

b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan DMF-T dengan penghasilan

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .012a 1 .912

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .012 1 .912

Fisher's Exact Test 1.000 .536

Linear-by-Linear Association .012 1 .912

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,28.

b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan Kualitas hidup dengan OHI-S

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 10.795a 1 .001

Continuity Correctionb 8.472 1 .003

Likelihood Ratio 9.794 1 .002

Fisher's Exact Test .003 .002

Linear-by-Linear Association 10.787 1 .001

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,82

b. Computed only for a 2x2 table

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

70  

  

Hubungan kualitas hidup dengan penghasilan

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 9.054a 1 .006

Continuity Correctionb 7.001 1 .008

Likelihood Ratio 6.054 1 .005

Fisher's Exact Test .008 .005

Linear-by-Linear Association 9.053 1 .006

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,45.

b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan kualitas hidup dengan DMF-T

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.694a 1 .004

Continuity Correctionb 4.205 1 .002

Likelihood Ratio 5.699 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association 6.677 1 .004

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,80.

b. Computed only for a 2x2 table

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA ALAT UKUR KUALITAS HIDUP DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN GIGI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391170-SP-Astari... · gigi atau tambalan pada gigi.3

71  

  

Perhitungan multivariat

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a skorohis4(1) 1.185 .488 5.138 1 .011 3.121 1.313 5.206

skortotaldmft(1) 1.221 .490 6.833 1 .006 3.461 1.757 4.572

umur_1(1) -.075 .531 .028 1 .868 .928 .383 2.244

penghasilan_1(1) 1.122 .462 6.400 1 .017 3.339 1.542 6.311

Constant -2.729 .401 42.212 1 .000 .082

Step 2a skorohis4(1) 1.187 .482 6.142 1 .009 3.289 1.313 5.200

skortotaldmft(1) 1.203 .436 7.831 1 .006 3.328 1.763 4.382

penghasilan_1(1) 1.136 .435 6.452 1 .005 3.118 1.557 3.310

Constant -2.753 .395 42.574 1 .000 .082

a. Variable(s) entered on step 1: skorohis4, skortotaldmft, umur_1, penghasilan_1.

Alat ukur…, Astari Larasati, FKG UI, 2014