UNIMUS

download UNIMUS

of 15

description

hemoroid

Transcript of UNIMUS

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Hemoroid 1. Definisi

    Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti

    mengalir, sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang

    mengalir. Namun secara klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam

    pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik. tetapi akan

    menjadi patologik apabila tidak mendapat penanganan/pengobatan yang baik.

    Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi juga diikuti oleh

    penambahan jaringan disekitar vasa atau vena.2

    Anatomi Rektum merupakan bagian utama usus besar yang terakhir dan

    terbentang dari kolon sigmoid sampai anus (muara kebagian luar tubuh) dengan

    panjang sekitar 15-20 cm. Satu inci terakhir dari rektum dinamakan kanalis analis

    dan dilindungi oleh sphincterani eksternus dan internus. Pada sepertiga bagian

    atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas yakni ampula recti,

    dan bila ini terisi maka ingin timbul perasaan buang air besar. Bagian proksimal

    rektum mendapat suplai darah dari arteri mesenterica inferior. Suplai darah

    tambahan untuk rektum adalah melalui arteri sakralis media dan arteri

    hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteri iliaca interna dan

    aorta abdominalis. Alir balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena

    mesenterica superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian

    dari system portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan

    inferior mengalirkan darah ke vena iliaca dan merupakan bagian dari sirkulasi

    sistemik.2

    2. Etiologi

  • Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid,

    antara lain sebagai berikut.8

    a. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan

    tekanan vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB

    dengan posisi duduk yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia, karena

    saat duduk pintu hernia dapat menekan.

    b. Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana

    seseorang mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga

    terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih

    busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya dan frekwensi BAB lebih dari

    3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi kronis diperlukan waktu mengejan

    yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan muskulus sphincter ani terjadi

    berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat

    peregangannya bertambah buruk. Pigot et al. mengatakan bahwa konstipasi

    kronis berhubungan dengan kejadian hemoroid (p< 0,0001 dengan nilai OR

    3,93; CI 3,09-5,00).8.11

    c. Riwayat keluarga adalah ada tidaknya anggota keluarga yang mempunyai

    penyakit hemoroid atau yang menderita hemoroid. Pigot et al. menyatakan

    bahwa seseorang yang memiliki riwayat keluarga pernah menderita hemoroid

    memiliki resiko 5,17 kali menderita Hemoroid (OR 5,17;CI 4,05-6,61;

    p30 maka memiliki resiko 1,09 kali terkena

  • hemoroid walaupun hubungannya tidak signifikan (p
  • superior, diatas linea dentate, dan tertutup oleh mukosa.

    Namun, bisa jadi kedua macam hemoroid tersebut dapat terjadi secara

    bersamaan.

    Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut

    berupa pembengkakan bulat kebiruan pada tepi anus dan sebenarnya merupakan

    hematoma. Walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut, bentuk ini

    sangat nyeri dan gatal karena ujung ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor

    nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skintag berupa satu atau lebih lipatan kulit

    anus yang terdiri dari jaringan dan sedikit pembuluh darah.

    Sedangkan hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:4

    a. Derajat I

    Terjadi varises / pelebaran vena tetapi belum ada benjolan / prolaps saat

    defekasi, walaupun defekasi dengan sekuat tenaga. Derajat I dapat diketahui

    melalui adanya perdarahan melalui sigmiodoskopi.

    b. Derajat II

    Adanya perdarahan dan prolaps jaringan diluar anus saat mengejan selama

    defekasi berlangsung, tapi prolaps ini dapat kembali secara spontan.

    c. Derajat III

    Sama dengan derajat II, hanya saja prolapsus tidak dapat kembali secara

    spontan dan harus didorong (reposisi manual).

    d. Derajat IV

    Prolapsus tidak dapat direduksi / inkarserasi. Benjolan / prolapsus dapat

    terjepit diluar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedema, dan ulserasi,

    sehingga saat hal ini terjadi baru timbul rasa sakit.

    4. Patofisiologi

    Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari

    bantalan jaringan ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada didalam

    kandungan, bantalan tersebut mengelilingi mengelilingi dan mendukung

  • anastomosis distal antara a. rectalis superior dengan v. rectalis superior, media,

    dan inferior. Bantalan tersebut sebagian besar disusun oleh lapisan otot halus

    subepitelial. Jaringan hemoroid normal menimbulkan tekanan didalam anus

    sebesar 15-20 % dari keseluruhan tekanan anus pada saat istirahat (tidak ada

    aktivitas apapun) dan memberikan informasi sensoris penting yang

    memungkinkan anus untuk dapat memberikan presepsi berbeda antara zat padat,

    cair, dan gas.4

    Pada umumnya, setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat subepitelial

    pada anus. Bantalan bantalan tersebut merupakan posisi-posisi dimana

    hemoroid bias terjadi. Ada 3 posisi utama, yaitu: jam 3 (lateral kiri), jam 7

    (posterior kanan), dan jam 11 (anterior kanan). Sebenarnya hemoroid dapat juga

    menunjuk pada posisi lain, atau bahkan dapat sirkuler, namun hal ini jarang

    terjadi. Mengenai jam tersebut, pemberian angka angka berdasarkan kesepakatan:

    angka 6 (jam 6) menunjukan arah posterior / belakang, angka 12 (jam 12)

    menunjukan arah anterior / depan, angka 3 (jam 3) menunjukan arah kiri, angka 9

    (jam 9) menunjukan arah kanan. Dengan pedoman tersebut kita bisa tentukan arah

    jam lainnya. Secara umum gejala hemoroid timbul ketika hemoroid tersebut

    menjadi besar, inflamasi, trombosis, atau bahkan prolaps. Adanya pembengkakan

    abnormal pada bantalan anus menyebabkan dilatasi dan pembengkakan pleksus

    arterivenous. Hal ini mengakibatkan peregangan otot suspensorium dan terjadi

    prolaps jaringan rectum melalui kanalis analis. Mukosa anus yang berwarna

    merah terang karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam anastomosis

    arterivenous.4

    5. Manifestasi klinis

    Keadaan klinis yang menjadi tanda dan gejala hemoroid adalah sebagai

    berikut:

    a. Perdarahan

    Perdarahan bisa terjadi pada grade 1-4, perdarahan merupakan

    penentu utama kecurigaan adanya hemoroid pada grade I. Perdarahan pada

    hemoroid berhubungan dengan proses mengejan. Ini menjadi pembeda dengan

  • perdarahan yang diakibatkan oleh hal lain, misalnya tumor. Pada hemoroid,

    darah keluar saat pasien mengejan dan berhenti bila pasien berhenti mengejan,

    sedangkan perdarahan karena sebab lain tidak mengikuti pola ini. Darah yang

    keluar adalah darah segar yang tidak bercampur dengan feses (hematoshezia).

    Perdarahan kadang menetes tapi dapat juga mengalir deras. Sebab utama

    perdarahan adalah trauma feses yang keras. Perdarahan yang berulang- ulang

    dapat menimbulkan anemia.4

    b. Nyeri

    Nyeri hebat hanya terjadi pada hemoroid eksterna dengan trombosis

    nyeri tidak berhubungan dengan hemoroid interna, tetapi bila pada hemoroid

    interna terjadi nyeri, ini merupakan tanda adanya radang.12

    c. Benjolan / prolaps

    Benjolan/prolap terjadi pada grade 2-4. Benjolan akan nampak tapi

    bila diraba akan menghilang. Hal ini dikarenakan pada saat perabaan, jari

    akan menekan vasa sehingga darah dalam vasa akan mengalir. Akibatnya,

    benjolan menjadi kempis. Benjolan hanya akan teraba apabila telah terjadi

    trombus. Disini, benjolan teraba keras.4

    6. Diagnosis

    Sebelum diagnosa di buat terlebih dahulu kita melakukan anamnesis.

    Anamnesis yang baik akan menghasilkan diagnosa yang tepat. Anamnesis harus

    dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan

    tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan), pasien sering jongkok berjam-

    jam di toilet, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan

    umum lainnya tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh

    penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Diagnosis hemoroid ditegakkan

    dari pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:

    a. Inspeksi

    Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi

    thrombus. Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara

  • menyuruh pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang

    tertutup mukosa.2

    b. Rectal Toucher (RT)

    Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri,

    hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila

    hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis

    pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT)

    diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.2

    c. Anaskopi

    Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum

    prolaps. Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan

    terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila

    penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar

    dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,

    derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan

    tumor ganas harus diperhatikan.2

    7. Diagnosis Banding

    Diagnosis Banding dari hemorrhoid adalah sebagai berikut:

    a. Perdarahan

    Antara lain karsinoma kolon-rektal, penyakit divertikel seperti

    diverkulitas, colitis ulserosa, dan polip. Bila dicurigai adanya penyakit-

    penyakit tersebut maka diperlukan pemeriksaan sigmoidoskopi atau kolon in

    loop.5

    b. Benjolan

    Antara lain karsinoma anorektal atau prolaps recti / procidentia. Pada

    procidentia, seluruh dinding akan prolaps, sedangkan pada hemoroid hanya

    mukosa saja yang prolaps.5

    8. Komplikasi

    Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah

    adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal

  • sistemik pada hipertensi portal dan apabila hemoroid semacam ini mengalami

    perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Perdarahan akut semacam ini dapat

    menyebabkan syok hipovolemik. Sedangkan perdarahan kronis menyebabkan

    terjadinya anemia, karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa

    mengimbangi jumlah yang keluar. Sering pasien datang dengan Hb 3-4. pada

    pasien ini penanganannya tidak langsung operasi tetapi ditunggu sampai Hb

    pasien menjadi 10. prolaps hemoroid interna dapat menjadi ireponibel, terjadi

    inkarserasi ( prolaps & terjepit diluar ) kemudian diikuti infeksi sampai terjadi

    sepsis. Sebelum terjadi iskemik dapat terjadi gangren dulu dengan bau yang

    menyengat.8

    9. Terapi

    a. Terapi konservatif

    1) Pengelolaan dan modifikasi diet

    Diet berserat, buah-buahan dan sayuran, dan intake air ditingkatkan. Diet

    serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi.

    Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap

    air sehingga feses menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut

    menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak sehingga

    mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara

    berlebihan.10

    2) Medikamentosa

    Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat

    awal. Obat-obatan yang sering digunakan adalah:9

    a) Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga mengurangi

    kebiasaan mengejan, misalnya Docusate Sodium.

    b) Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine

    ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk

    diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan topikal per rectal dapat

    menimbulkan efek samping sistematik.

    c) Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal

  • yang timbul akibat iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan

    rangsangan usus, misalnya Hamamelis water (Witch Hazel)

    d) Analgesik, untuk mengatasi rasa nyeri, misalnya Acetaminophen

    (Tylenol, Aspirin Free Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti

    nyeri pilihan bagi pasien yang memiliki hiperensitifitas terhadap

    aspirin atau NSAID, atau pasien dengan penyakit saluran pencernaan

    bagian atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.

    e) Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial

    anti hemoroid masih diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu

    dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini

    mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan.

    Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh

    lagi.

    b. Terapi Tindakan Non Operatif Elektif

    1) Skleroterapi

    Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam

    minyak nabati sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa

    darah yang menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu

    injeksi dilakukan ke dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas

    hemoroid interna agar terjadi inflamasi dan berakhir dengan fibrosis.

    Untuk menghindari nyeri yang hebat, suntikan harus di atas mucocutaneus

    juction (1-2 ml bahan diinjeksikan kekuadran simptomatik dengan alat

    hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi). Komplikasi : infeksi,

    prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikan.

    Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.4

    2) Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation)

    Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa

    dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps.

    Tonjolan ditarik dan pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat

    denga cincin karet. Akibatnya timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan

    akhirnya terlepas. Pada bekasnya akan mengalami fibrosis dalam beberapa

  • hari. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid sedangkan

    ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu dua sampai empat

    minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang hebat

    terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik

    dan terjadi perdarahan saat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari)

    setelah ligasi.4

    3) Bedah Beku (Cryosurgery)

    Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga

    terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena

    mukosa yang akan dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan

    luasnya. Cara ini cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma recti

    inoperabel.4

    4) IRC (Infra Red Cauter)

    Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah.

    Sehingga terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini diulang tiap

    seminggu sekali.4

    c. Terapi Operatif

    1) Hemoroidektomi

    Banyak pasien yang sebenarnya belum memerlukan operasi minta

    untuk dilakukan hemoroidektomi. Biasanya jika ingin masuk militer,

    pasien meminta dokter untuk menjalankan operasi ini. Indikasi operasi

    untuk hemoroid adalah sebagai berikut:4

    a) Gejala kronik derajat 3 atau 4.

    b) Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi sederhana.

    c) Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis serta gangren.

    Prinsip hemoroidektomi :

    a) Eksisi hanya pada jaringan yang benar-benar berlebih.

    b) Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan kulit

    normal tidak terganggu Spinchter ani.

    Ada beberapa macam metode yang digunakan adalah :2

    a) Metode Langenbeck

  • Untuk tonjolan yang soliter (hanya satu). Caranya dengan

    menjepit radiair hemoroid internus, mengadakan jahitan jelujur di

    bawah klem dengan catgut chromic No. 2/0 dan melakukan eksisi

    Diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan di bawah klem

    diikat diikuti kontinuitas mukosa.

    b) Metode Miligan Morgan

    Untuk tonjolan pada tiga tempat utama (jam 3, 7, 11). Caranya

    dengan mengangkat vena yang varises kemudian dijahit walaupun

    sebenarnya metode miligan morgan originalnya tanpa jahitan. Sesuai

    prosedur aslinya, benjolan hemoroid dijepit kemudian dilakukan

    diseksi. Pedikel vaskuler diligasi dan luka dibiarkan terbuka agar

    terjadi granulasi. Metode ini sangat sering digunakan di Inggris.

    c) Metode Whitehead

    Untuk hermoroid sirkuler / berat. Caranya dengan melakukan

    incisi secara sirkular, mengupas seluruh v. hemoriodalis dengan

    membebaskan mukosa dari submukosa, bagian yang prolaps dipotong,

    kemudian dijahit kembali. Ini merupakan operasi hemoroid yang

    radikal.

    d) Metode Ferguson

    Yaitu benjolan hemoroid ditampakkan melalui anoskopi

    kemudian dilakukan eksisi dan ligasi pada posisi anatomic hemoroid

    tersebut. Metode ini digunakan di Amerika Serikat

    Metode hemoroidektomi yang sering dilakukan adalah metode

    langenbeck karena mudah untuk dilakukan dan tidak mengandung

    resiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang dapat menimbulkan

    stenosis.

    2) Stapled Hermorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and

    hemorrhoids/ PPH)

    Prosedur penanganan hemoroid ini terhitung baru karena baru

    dikembangkan sekitar tahun 1990-an. Prinsip dari PPH adalah

  • mempertahankan fungsi jaringan hemoroid serta mengembalikan jaringan

    ke posisi semula. Jaringan hemoroid ini sebenarnya masih diperlukan

    sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak perlu dibuang semua. Prosedur

    tidak bisa diterapi secara konservatif maupun terapi non operatif. Mula-

    mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang

    dinamakan dilator lalu dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus.

    Kemudian dengan menggunakan alat yang disebut circular stapler.

    Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan

    memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya

    jaringan tersebut maka suplay darah ke jaringan tersebut akan terhenti

    sehingga jaringan hemoroid akan mengempis dengan sendirinya.

    Kerjasama jaringan dan m. sphincter ani untuk melebar dan mengerut

    menjamin control keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Keuntungan

    penanganan dengan PPH antara lain nyeri minimal karena tindakan

    dilakukan di luar bagian sensitive, tindakan berlangsung cepat sekitar 20-

    45 menit, dan pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit

    lebih singkat. Penyulit pada PPH dan operasi konvensional lainnya tidak

    jauh berbeda. Tetapi ada kemungkinan terjadi perdarahan, trombosis, serta

    penyempitan kanalis analis. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut

    terbuang akan mengakibatkan kerusakan dinding rectum jika m. sphincter

    ani internus tertarik dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka

    waktu pendek maupun jangka panjang. PPH bisa saja gagal pada

    hemoroid yang terlalu besar kerena sulit untuk memperoleh jalan masuk

    ke kanalis analis dan kalaupun bisa, jaringan mungkin terlalu tebal untuk

    masuk ke dalam stapler.2

    10. Prognosis

    Dengan terapi yang sesuai, pasien yang simptomatik akan menjadi

    asimptomatik. Dengan melakukan terapi operatif dengan hemoroidektomi

    hasilnya sangat baik, namun bisa muncul kembali (rekuren) dengan angka

    kejadian rekuren sekitar 2-5%. Terapi non operatif seperti ligasi cincin karet

  • (rubber band ligation) menimbulkan kejadian rekuren sekitar 30-50% antara

    kurun waktu 5-10 tahun kedepan. Akan tetapi, hemoroid rekuren ini biasanya

    dapat ditangani dengan terapi non operatif. Hingga saat ini belum ada penelitian

    yang menunjukkan keberhasilan terapi dengan PPH. Setelah sembuh, penderita

    tidak boleh sering mengejan dan dianjurkan makan makanan yang berserat

    tinggi.11

    11. Pencegahan

    Dari seluruh tindakan pengobatan penyakit hemoroid pencegahan non

    operatif, medikamentosa sampai operatif maka yang paling terbaik adalah

    tindakan pencegahan. Cara terbaik untuk mencegah hemoroid yang dapat

    dilakukan yaitu:12

    a. BAB usahakan teratur sehari sekali

    b. Usahakan tinja / kotoran tidak keras sehingga pada saat BAB tidak perlu

    mengejan.

    c. Jangan terlalu lama jongkok di kloset.

    d. Banyak minum minimal 1,5 2 liter air putih / sehari

    e. Hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi lokal ( makanan pedas,

    alkohol ) atau merangsang pencernaan ( kopi, teh ).Berdasarkan penelitian

    mengkonsumsi makanan pedas memiliki resiko terkena hemoroid sebanyak

    4,95 kali (OR 4,95;CI 2,65-9,25), sedangkan orang yang mengkonsumsi

    alkohol memiliki resiko 1,99 kali menderita hemoroid(OR 1,99;CI 1,21-3,27). 8

    f. Makanan yang seimbang , kaya serat, sayur dan buah- buahan sehingga dapat

    menghindari konstipasi / sembelit kronis.

    g. Hindari stress, karena berdasarkan penelitian seseorang yang stress memiliki

    resiko 0,49 kali terkena hemoroid walaupun resikonya kecil tetapi

    hubungannya cukup signifikan (p

  • seseorang yang melakukan kegiatan fisik yang berat akan beresiko 2,79 kali

    menderita hemoroid daripada yang tidak(OR 2,79;CI 1,60-4,87).

    B. Kerangka Teori

    Berdasar uraian diatas maka dapat ditulis kerangka teori sebagai berikut :

    Jenis kelamin

    Umur

    Pekerjaan

    Obesitas

    Kejadian Hemoroid

    Diet rendah serat

    Tekanan darah

    Konstipasi

    Kehamilan

    Gaya hidup/perilaku

    Riwayat keluarga Olah raga berat

    Gemar makanan pedas

    Gambar 2.1 Kerangka Teori 1,2,3,8,10,13.14

    C. Kerangka Konsep

    Berdasarkan teori dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut:

    Variabel Bebas Variabel Terikat

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

    Riwayat keluarga

    Konstipasi Kejadian hemoroid

    Olah raga berat

    D. Hipotesis 1. Ada hubungan antara Riwayat Keluarga dengan kejadian hemoroid.

    2. Ada hubungan antara Konstipasi dengan kejadian hemoroid.

  • 3. Ada hubungan antara Olahraga berat dengan kejadian hemoroid.