ukl dan upl tahun 2014
-
Upload
qw1llyahoocom -
Category
Documents
-
view
265 -
download
8
Transcript of ukl dan upl tahun 2014
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
PLTU BATU BARA 2 X 30 MW DI TANJUNG TABALONG
Maret, 2007
-
KATA PENGANTAR Berdasarkan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 27 tahun 1999, dan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006, PT Makmur Sejahtera Wisesa tidak
wajib melaksanakan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi
kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) di Daerah Tanjung -
Tabalong, Kalimantan Selatan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka disusunlah dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Kegiatan Pembangunan
dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) Tanjung Tabalong, Provinsi Kalimantan
Selatan.
Penyusunan dokumen UKL-UPL ini menyesuaikan kepada format dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL).
Dengan disusunnya dokumen UKL dan UPL ini, PT Makmur Sejahtera Wisesa
menunjukkan kesungguhannya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan
pengopersian PLTU Tanjung-Tabalong yang berwawasan lingkungan, serta
berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan daerah secara berkelanjutan
sesuai dengan komitmen dan kebijakan perusahaan di bidang lingkungan hidup.
Jakarta, Januari 2007 Pemrakarsa,
Chander Vinod Laroya Direktur Utama. PT. Makmur Sejahtera Wisesa
-
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR . ii DAFTAR ISI ... iii DAFTAR TABEL ... v DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN .. 1-1
1.1. Latar Belakang .. 1-1 1.2. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL ......................... 1-2 1.3. Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusunan UKL-UPL 1-3
1.3.1. Identitas Pemrakarsa .. 1-3 1.3.2. Identitas Penyusun Studi UKL-UPL .. 1-3
1.4. Peraturan dan Perundang-undangan yang dipergunakan sebagai Acuan UKL dan UPL
1-4
BAB II RENCANA KEGIATAN ... 2-1
2.1. Nama Kegiatan . 2-1 2.2. Lokasi Kegiatan . 2-1 2.3. Skala Kegiatan .. 2-1 2.4. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan yang Menimbulkan Dampak .. 2-2
2.4.1. Kegiatan pada Tahap Pra Konstruksi 2-3 2.4.2. Kegiatan pada Tahap Konstruksi ...... 2-5 2.4.3. Kegiatan pada Tahap Operasi 2-11 2.4.4. Kegiatan pada Tahap Pasca Operasi 2-17
2.5. Sumber-sumber Polutan dan Penanganannya 2-17 2.5.1. Penanganan Polutan Limbah Padat ..................................................... 2-20 2.5.2. Penanganan Polutan Limbah Cair ....................................................... 2-20 2.5.3. Penanganan Polutan Buangan Gas .................................................... 2-21
BAB III RONA LINGKUNGAN AWAL
3.1. Komponen Fisik Kimia . 3-1
3.1.1. Iklim 3-1 3.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan 3-2 3.1.3. Fisiografi dan Morfologi 3-4 3.1.4. Geologi ... 3-5 3.1.5. Hidrologi . 3-6 3.1.6. Kualitas Air . 3-10 3.1.7. Tata Ruang dan Tataguna Lahan .. 3-10 3.1.8. Kebijakan Tata Ruang .. 3-11 3.1.9. Tanah . 3-12
3.1.10. Status Hara dan Sifat Tanah .. 3-12 3.1.11. Kesuburan Tanah ................................................................................ 3-16 3.1.12. Erosi Tanah ......................................................................................... 3-16 3.1.13. Kestabilan Tanah ................................................................................ 3-17
3.2. Komponen Biologi ............................................................................... 3-18 3.2.1. Flora Darat .......................................................................................... 3-18 3.2.2. Flora Air ............................................................................................... 3-19 3.2.3. Fauna Darat ......................................................................................... 3-20 3.2.4. Fauna Air ............................................................................................. 3-22
3.3. Komponen Sosial ................................................................................ 3-22 3.3.1. Kependudukan .................................................................................... 3-22 3.3.2. Ekonomi .............................................................................................. 3-24
UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
iii
-
3.3.2.1. Pendapatan Rumah Tangga ............................................................... 3-23 3.3.2.2. Produk Domestik Regional Bruto ........................................................ 3-24 3.3.2.3. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................ 3-25
3.3.3. Kegiatan Kemasyarakatan Keamanan dan Ketertiban ......................... 3-26 3.3.4. Sikap dan Persepsi Masyarakat .......................................................... 3-26 3.3.5. Kesehatan Masyarakat ........................................................................ 3-28
3.3.5.1. Pola Penyakit ....................................................................................... 3-28 3.3.5.2. Status Gizi ........................................................................................... 3-29 3.3.5.3. Sanitasi Lingkungan ............................................................................ 3-29 3.3.5.4. Pembuangan Sampah ......................................................................... 3-30 3.3.5.5. Pembuangan Kotoran .......................................................................... 3-30 3.3.5.6. Sumber Air Bersih ................................................................................ 3-30
BAB IV DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI 4-2
4.1. Dampak pada Tahap Pra Konstruksi 4-2 4.1.1. Dampak terhadap komponen Sosial Budaya 4-2
4.2. Dampak pada Tahap Konstruksi 4-4 4.2.1. Dampak terhadap komponen Geo Fisik Kimia 4-4 4.2.2. Dampak terhadap komponen Biologi 4-12 4.2.3. Dampak terhadap komponen Sosial, Ekonomi, Kesehatan Masyarakat 4-13
4.3. Dampak pada Tahap Operasi 4-22 4.3.1. Dampak terhadap komponen Geo Fisik Kimia 4-22 4.3.2. Dampak terhadap komponen Biologi 4-29 4.3.3. Dampak terhadap komponen Sosial, Budaya, dan Ekonomi 4-35 4.3.4. Dampak terhadap komponen Kesehatan Masyarakat 4-38
4.4. Dampak padaTahap Pasca Operasi . 4-39 4.4.1. Dampak terhadap Fisik Kimia dan Biologi 4-39 4.4.2. Dampak terhadap Sosial dan Kesehatan . 4-40
BAB V PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB VI PERNYATAAN PEMRAKARSA 6-1
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
iv
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2-1 Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU . 2-2
Tabel 2-2 Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Konstruksi ...................................................................................
2-5
Tabel 2-3 Jenis-jenis material yang dibutuhkan .......................................... 2-7
Tabel 2-4 Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU 2-8
Tabel 2-5 Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi ............. 2-9
Tabel 2-6 Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi ................. 2-9
Tabel 3-1 Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya ..
3-3
Tabel 3-2 Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU ... 3-4
Tabel 3-3 Hasil analisis contoh pada berbagai lokasi pengambilan sampel 3-12
Tabel 3-4 Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan tanah .
3-16
Tabel 3-5 Pendugaan besarnya erosi tanah 3-17
Tabel 3-6 Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi
3-18
Tabel 3-7 Jenis Satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL PLTU 3-20
Tabel 3-8 Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Murung Pudak, Kabupaten Tabalong Tahun 2004, 2005 dan 2006 ...........................................................................................
3-28
Tabel 4-1 Matrik identifikasi dampak kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU
4-1
Tabel 4-2 Dampak kegiatan survey lapangan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ..
4-2
Tabel 4-3 Dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ...
4-3
Tabel 4-4 Dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara pada Tahap Konstruksi .
4-4
Tabel 4-5 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi
4-5
Tabel 4-6 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Tanah pada Tahap Konstruksi
4-7
Tabel 4-7 Dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi ..
4-9
Tabel 4-8 Dampak kegiatan konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi .
4-10
Tabel 4-9 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat pada Tahap Konstruksi
4-12
UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
v
-
Tabel 4-10 Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi pada Tahap Konstruksi
4-13
Tabel 4-11 Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya pada Tahap Konstruksi .
4-15
Tabel 4-12 Dampak kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi
4-17
Tabel 4-13 Dampak kegiatan pengadaan material pembangunan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi
4-18
Tabel 4-14 Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi
4-19
Tabel 4-15 Dampak kegiatan pengadaan mateial bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat pada Tahap Konstruksi ..
4-21
Tabel 4-16 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Udara pada Tahap Operasi .
4-22
Tabel 4-17 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan 4-23
Tabel 4-18 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi pada Tahap Operasi
4-24
Tabel 4-19 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air pada Tahap Operasi ..
4-26
Tabel 4-20 Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air pada Tahap Operasi ..
4-28
Tabel 4-21 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat pada Tahap Operasi ..
4-29
Tabel 4-22 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik pada Tahap Operasi ...................................................................
4-31
Tabel 4-23 Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik pada Tahap Operasi ..
4-33
Tabel 4-24 Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap ekonomi pada Tahap Operasi .
4-35
Tabel 4-25 Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Operasi
4-37
Tabel 4-26 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat pada Tahap Operasi
4-38
Tabel 4-27 Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Fisik, Kimia, dan Biologi pada Tahap Pasca Operasi .
4-39
Tabel 4-28 Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat Tahap Pasca Operasi .
4-40
Tabel 5-1 Matrik evaluasi dampak penting kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU .
5-1
UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
vi
-
Tabel 5-2 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan survey lapangan pada Sikap dan Persepsi masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ..
5-2
Tabel 5-3 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi .
5-3
Tabel 5-4 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara pada Tahap Konstruksi .
5-4
Tabel 5-5 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi .
5-5
Tabel 5-6 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap Tanah pada Tahap Konstruksi
5-6
Tabel 5-7 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi
5-7
Tabel 5-8 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi
5-8
Tabel 5-9 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat pada Tahap Konstruksi ..
5-9
Tabel 5-10 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi pada Tahap Konstruksi
5-10
Tabel 5-11 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya pada Tahap Konstruksi ..
5-11
Tabel 5-12 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi ..
5-12
Tabel 5-13 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material pembangunan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi ..
5-13
Tabel 5-14 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi
5-15
Tabel 5-15 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat pada Tahap Konstruksi
5-16
Tabel 5-16 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU terhadap Kualitas Udara pada Tahap Operasi
5-17
UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
vii
-
Tabel 5-17 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU terhadap Kebisingan pada Tahap Operasi
5-19
Tabel 5-18 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi pada Tahap Operasi
5-20
Tabel 5-19 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air pada Tahap Operasi .
5-21
Tabel 5-20 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air pada Tahap Operasi
5-23
Tabel 5-21 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU terhadap Biota Darat pada Tahap Operasi
5-24
Tabel 5-22 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik pada Tahap Operasi .
5-25
Tabel 5-23 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik pada Tahap Operasi ...........................................................................
5-26
Tabel 5-24 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Ekonomi pada Tahap Operasi .
5-27
Tabel 5-25 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Operasi .
5-28
Tabel 5-26 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat pada Tahap Operasi ..
5-29
Tabel 5-27 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan eks PLTU Tanjung-Tabalong terhadap fisik, kimia, dan biologi pada Tahap Pasca Operasi ..................
5-30
Tabel 5-28 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan eks PLTU Tanjung-Tabalong terhadap sosial dan kesehatan masyarakat pada Tahap Pasca Operasi
5-31
UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
viii
-
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN TEKS
Lampiran Teks 2-1 Peta Situasi Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong dan
Lokasi Pengelolaan/Pemantauan Lingkungan Lampiran Teks 2-2 Lay Out Rencana PLTU 2 x 30 MW Tanjung-Tabalong Lampiran Teks 2-3 Flow Diagram PLTU PLTU Tanjung-Tabalong Lampiran Teks 2-4 Schematic Diagram DM Water System Lampiran Teks 2-5 Water Balance Diagram Lampiran Teks 2-6 Spesifikasi Batubara Wara Lampiran Teks 2-7 Schematic Diagram Coal Handling System Lampiran Teks 2-8 Analisa Kandungan Abu Lampiran Teks 2-9 Schematic Diagram Ash Handling System Lampiran Teks 3-1 Data Uji Kualitas Udara, Kebisingan, dan Emisi di Dalam
dan Sekitar Llingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong
Lampiran Teks 3-2 Analisis Probabilitas Frekuensi Debit Minimum Sungai
Tabalong (Metode Gumbel Type III) Lampiran Teks 3-3 Data Hasil Uji Kualitas Air di Dalam dan Sekitar Lingkungan
Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong Lampiran Teks 3-4 Data Hasil Uji Kualitas Tanah di Dalam Lingkungan
Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong Lampiran Teks 3-5 Data Hasil Uji Biota Akuatik di Dalam dan Sekitar
Lingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong Lampiran Teks 3-6 Prakiraan Kadar Emisi Rencana PLTU Tanjung-Tabalong
UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
ix
-
LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Persetujuan Prinsip Pembangunan PLTU
Tanjung-Tabalong Lampiran 2 Memorandum of Understanding for Fuel Supply Agreement
between PT Makmur Sejahtera Wisesa and PT Adaro Indonesia (Adaro)
Lampiran 3 Lampiran 4
Dokumentasi (foto) Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong dan Sekitarnya TANGGAPAN PEMRAKARSA dan TIM PELAKSANA UKL-UPL terhadap EVALUASI DOKUMEN UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG tanggal 30 Januari 2007
UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
x
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. PENDAHULUAN 1-
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mengimbangi pertumbuhan kebutuhan listrik di wilayah
Kalimantan Selatan-Tengah-Timur, pemerintah memberikan kesempatan kepada
pihak swasta untuk membangun pembangkit tenaga listrik yang energinya baik
untuk memenuhi kepentingan sendiri maupun dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat melalui PLN.
Peluang tersebut di atas dimanfaatkan oleh PT Makmur Sejahtera Wisesa
(MSW), perusahaan yang bergerak dalam bidang kelistrikan yang berpusat di
Jakarta, yang merencanakan pembangunan dan pengoperasian pembangkit
baru berupa Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara 2 x 30 MW (selanjutnya
disebut PLTU) yang berlokasi di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan
Selatan. Energi listrik yang dihasilkan rencananya akan disalurkan untuk
memenuhi kegiatan pertambangan batubara PT ADARO INDONESIA, dan
sebagian lagi akan disalurkan ke PT PLN.
Sesuai dengan PP No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, serta berbagai
perangkat peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan, khususnya KEPMENLH No. 11 tahun 2006 tentang Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), kegiatan PLTU Tanjung termasuk kategori
kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan Studi AMDAL, sehingga harus
melakukan studi UKL-UPL sebagai bagian dari studi kelayakan kegiatan proyek
dilihat dari aspek lingkungan hidup.
Di samping berbagai dampak positif yang diharapkan, muncul juga
berbagai dampak negatif yang tidak diinginkan terhadap lingkungan hidup sebagai
efek dari kegiatan pembangunan PLTU. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan
pembangunannya harus pula diikuti dengan kegiatan pengelolaan lingkungan yang
diarahkan pada upaya untuk mencegah atau menanggulangi dampak negatif dan
mengembangkan dampak positif agar manfaat yang diperoleh dari kegiatan
pembangunan dapat dioptimalkan dan berkelanjutan.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. PENDAHULUAN 1-
2
MSW memiliki komitmen yang tinggi di bidang lingkungan hidup yang
dijabarkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup bagi seluruh
kegiatan di lingkungan kerja kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang potensial
menimbulkan dampak penting.
Studi UKL-UPL yang dilakukan merupakan bagian dari proses
perencanaan dalam kerangka operasional komitmen dan kebijakan lingkungan
hidup.
1.2. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL
Maksud dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU Tanjung-Tabalong
adalah:
Merumuskan tindakan pengelolaan dampak yang mungkin timbul dan upaya pemantauannya untuk menilai keberhasilan upaya pengelolaan
yang telah dilakukan.
Memberikan informasi kepada instansi dan masyarakat tentang pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan sebagai akibat
kegiatan yang telah dilaksanakan.
Melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai wujud upaya menunjang konsep pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
Adapun tujuan dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU Tanjung-
Tabalong adalah:
Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup, yang diprakirakan akan terkena dampak akibat pelaksanaan kegiatan PLTU.
Mengidentifikasikan kegiatan yang diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup.
Menyusun dokumen UKL dan UPL sebagai pedoman dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan dampak penting terhadap
lingkungan hidup baik bersifat positif maupun negatif berkenaan
dengan pelaksanaan kegiatan PLTU.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. PENDAHULUAN 1-
3
Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang harus diperhatikan guna mengoptimalkan dampak penting kegiatan terhadap lingkungan
hidup dan saran tindak dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.
Penyusunan UKL dan UPL PLTU Tanjung-Tabalong memiliki kegunaan
sebagai berikut:
Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam hal ini PLTU Tanjung-Tabalong untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan yang
diselenggarakan.
Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong serta institusi
pengawas yang berwenang.
1.3. Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusun UKL-UPL
1.3.1. Identitas Pemrakarsa
Nama perusahaan : PT Makmur Sejahtera Wisesa
Alamat : Menara Kadin Indonesia, Lantai 19
Jl HR Rasuna Said Blok X5, Kav 2-3, Jakarta
Telepon : 021-57903722/ 021-57903723
Direktur Utama : Chander Vinod Laroya
1.3.2. Identitas Penyusun Studi UKL-UPL
Nama Lembaga : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lembaga
Penelitian Universitas Lambung Mangkurat
Alamat : Kampus Unlam Jln Jend. Achmad Yani KM 36
Banjarbaru Kalimantan Selatan
Telepon/Fax : (0511) 4772379 / (0511) 4777523
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. PENDAHULUAN 1-
4
Penanggung jawab : Ir. Mauluddin Agus
Jabatan : Kepala
Ketua Tim : Ir. Gt. Chairuddin, MSi.
Anggota Tim : Junaidi, SKM, MS
(Kualitas Udara, Kebisingan, Kesehatan
Masyarakat)
Ir. Achmad Rusdiansyah, MT
(Hidrologi)
: Ir. Gt. Chairuddin, MSi
(Kualitas Air, dan Ekologi Akuatik)
: Ir. Kissinger, MS
(Ekologi Terrestrial)
: Ir. Abdul Harris, MS
(Geologi, Tanah, Tata Ruang)
: Ir. Adrias Mashuri, SU
(Ekonomi, Sosial, Budaya, Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat)
1.4. Peraturan dan Perundang - undangan yang Dipergunakan sebagai Acuan UKL dan UPL
Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan landasan hukum
dan pedoman dalam pelaksanaan UKL-UPL PLTU Tanjung - Tabalong, antara
lain :
1. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. PENDAHULUAN 1-
5
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah
8. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah
9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
10. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Ketenagalistrikan
11. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah
Nomor 85 tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999 tersebut
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
15. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun
16. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
17. Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung
18. Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 tentang Tata Cara
Perolehan Tanah Untuk Pengembangan dan Implementasi
Kepentingan Umum.
19. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Nomor KEP-03/MENKLH/6/1987 tentang Prosedur Penanggulangan
Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
20. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor KEP-13/MENLH/1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. PENDAHULUAN 1-
6
21. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor KEP-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
22. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-
45/MENLH/10/1997 tentang Standar Indeks Pencemar Udara
23. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002
tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor 11 Tahun 2006
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
25. Keputusan Menteri Kesehatan No. 718/MENKES/PER/XI/1987
tentang Pengaruh Kebisingan Terhadap Tingkat Kesehatan
26. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pemusnahan Pelumas Bekas dan Pengawasannya
27. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 31 Tahun 1996 tentang
Pelaksanaan PHK dan Penetapan Pesangon, Uang Jasa dan Ganti
Kerugian di Perusahaan Swasta
28. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor
KEP-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak
Besar dan Penting.
29. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak
Pelumas Bekas
30. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor
KEP-105 Tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL).
31. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
103.K/00/M.PE/1994 tentang Pengawasan Atas Pelaksanaan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan dalam Bidang Pertambangan dan Energi
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. PENDAHULUAN 1-
7
32. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
1899.K/09/M.PE/1994 tentang Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan
Tenaga Listrik.
33. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/PER/XII/1987
tentang Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan
34. Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi
Nomor 75-12/008/600.2/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengawasan Atas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tenaga
Listrik
35. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 1992
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah.
36. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 7 Tahun 2000
tentang Pola Dasar Pembangunan Provinsi.
37. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000
tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi.
38. Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
39. Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 28 Tahun 1994
tentang Penggolongan, Baku Mutu dan Peruntukan Air di Kalimantan
Selatan
40. Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58 Tahun 1995
tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air Limbah di Propinsi
Kalimantan Selatan
41. Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 10 Tahun 1995
tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabalong.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
1
BAB II RENCANA KEGIATAN
2.1. Nama Kegiatan : Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara (PLTU Batubara) 2 x 30 MW
2.2. Lokasi Kegiatan : Desa Mabuun, Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan
Peta Lokasi PLTU dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-1.
Titik koordinat lokasi terletak pada:
20 9 08.87 LS 1150 26 44.54 BT 20 9 17.88 LS 1150 26 58.08 BT 20 9 55.51 LS 1150 26 33.24 BT 20 9 46.19 LS 1150 26 19.98 BT
2.3. Skala Kegiatan 2.3.1. Tipe Pembangkit : Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
berbahan bakar batubara, 2 X 30 MW
2.3.2. Keadaan lingkungan di sekitar rencana lokasi PLTU yang termasuk ke
dalam Desa Mabuun dideskripsikan sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kebun campuran, kebun karet Sebelah Timur : Perkebunan kelapa sawit dan karet PT.
Cakung Permata Nusa Sebelah Selatan : Kebun karet, kebun kelapa sawit Sebelah Barat : Kebun campuran, kebun karet
2.3.3. Areal Kegiatan
Luas lahan 86 ha lihat peta Lampiran Teks 2-1.
Rencana lokasi lahan telah ditetapkan. Izin lokasi sedang dalam proses.
Luas bangunan 16,3 ha Lay out bangunan lihat Lampiran Teks 22.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
2
2.3.4. Jadwal Kegiatan
Tabel 2-1 Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU
Kegiatan Tahun 2006 2007 2008 2009
Tahap Pra Konstruksi: 1. Survey Sept Des. 2. Penguasaan lahan Jan - Feb 3. Persetujuan dana Februari Tahap Konstruksi: 1. Pekerjaan Enjiniring Maret 2. Pengadaan alat September 3. Persiapan lapangan dan
pekerjaan sipil Mei
4. Pemasangan struktur baja September 5. Pemasangan alat Januari 6. Hydro Test Boiler Unit 1 Agustus 7. Hydro Test Boiler Unit 2 September 8. Pemasangan Boiler Unit 1 Agustus 9. Pemasangan Boiler Unit 2 Oktober 10. PemasanganTurbine Unit 1 September 11. PemasanganTurbine Unit 2 November Tahap Operasi: 1. Pengoperasian dan sinkronisasi
Turbin Unit 1 Desember
2. Pengoperasian dan sinkronisasi Turbin Unit 2
Februari 3. Pengoperasian komersial Unit 1 Maret 4. Pengoperasian komersial Unit 2 Maret
2.4. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, dapat dibagi atas 4 (empat) tahapan, yaitu Tahap Pra
Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi, dan Tahap Pasca Operasi.
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam setiap tahapan kegiatan
diringkaskan sebagai berikut:
(1) Tahap Pra-Konstruksi :
1. Survei Lapangan
2. Pengadaan Lahan
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
3
(2) Tahap Kontruksi :
1. Mobilisasi Peralatan
2. Pembukaan dan Pematangan lahan
3. Pengadaan Material Pembangunan
4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana
4b. Konstruksi Bangunan PLTU
5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja Konstruksi
(3) Tahap Operasi :
1. Pengoperasian PLTU
2. Pemeliharaan PLTU
(4) Tahap Pasca Operasi :
1. Pemanfaatan eks PLTU
2.4.1. Rencana Kegiatan Tahap Pra Konstruksi
2.4.1.1. Survei Lapangan
Kegiatan survei lapangan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa, meliputi
(1) pekerjaan pra survei yakni mengadakan koordinasi dengan institusi terkait,
penjajagan, pemilihan, penetapan lokasi PLTU, (2) pekerjaan survei untuk
melakukan pengukuran dan penyelidikan antara lain penyelidikan mekanika
tanah dan hidrogeologi, dengan pekerjaan sebagai berikut :
Survei pengukuran diperlukan untuk mempersiapkan data yang akurat dalam menentukan elevasi, batas areal proyek, penempatan patok batas bangunan
yang akan dibangun, serta menetapkan posisi patok bench mark sebagai titik
dasar survei pekerjaan selanjutnya.
Penyelidikan mekanika tanah sehingga dapat ditentukan jenis pondasi yang sesuai guna mendukung beban berat bangunan dan perlengkapannya.
Pekerjaan tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai peralatan terutama
mesin pembor dengan berbagai perlengkapan lainnya yang dilakukan oleh
tenaga berpengalaman yang akan didatangkan dari luar daerah Kalimantan
Selatan. Beberapa pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus dapat
dilakukan oleh tenaga kerja lokal.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
4
Pekerjaan survei dilakukan pula oleh Team Studi UKL-UPL PLTU
Tanjung yang meliputi pekerjaan: pra survei, survei dan pengamatan, sampling,
interview dan sosialisasi yang dilaksanakan di dalam tapak proyek dan sekitar
tapak proyek.
2.4.1.2. Pengadaan Lahan
Lahan untuk PLTU adalah milik Pemerintah Kabupaten Tabalong. Pada
saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk perkebunan. Pemerintah
Kabupaten membentuk Tim untuk memberikan tali asih atas tanaman dan
bangunan dengan dana dari MSW. MSW akan mendapat SHGU. Pengadaan
lahan di areal tapak proyek dan di jalur lintasan pipa air akan dilaksanakan
melalui proses pemberian kompensasi dan/atau ganti rugi. Pengadaan lahan
melalui proses: pertemuan dengan masyarakat pengguna lahan, inventarisasi
dan klarifikasi luasan dan status lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai
lahan, tanaman di atas lahan dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan
penyerahan ganti rugi atau kompensasi.
Proses pembebasan lahan akan ditangani oleh Tim Pembebasan lahan
Pemerintah Kabupaten Tabalong. Proses ini dimulai dengan kegiatan public
hearing antara tim pembebasan lahan dengan seluruh masyarakat yang
lahannya akan terkena pembebasan. Penentuan nilai tali asih atas lahan, dan
tanaman tumbuh dan bangunan dilakukan dengan cara musyawarah untuk
mufakat serta mentaati peraturan perundangan yang berlaku.
Lahan yang akan dibebaskan terdiri atas lahan tapak proyek PLTU ( 86
ha), sebagian lahan untuk jalur pipa pengambilan air dari Sungai Tabalong, dan
water intake di Sungai Tabalong.
Lahan masyarakat Desa Warukin (Permukiman Dayak Manyaan) tidak
masuk dalam rencana lokasi PLTU.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
5
2.4.2. Rencana Kegiatan Tahap Konstruksi
2.4.2.1. Mobilisasi Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTU Tanjung -
Tabalong umumnya didatangkan dari luar Kabupaten Tabalong Provinsi
Kalimantan Selatan. Peralatan tersebut sebagian besar dikirim dengan
transportasi laut (terutama pelabuhan laut utama di Pulau Jawa) menuju
pelabuhan Klanis di Kalimantan Selatan. Kemudian dilanjutkan dengan
transportasi darat dari Pelabuhan Klanis menuju lokasi proyek yang berjarak
sekitar 70 km. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan konstruksi
tersebut diperincikan pada Tabel 2-2.
Tabel 2-2
Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Konstruksi
No. Nama Jenis Alat Jumlah (unit) 1 Crawler crane 8 2 Mobile crane 2 3 Dump truck / trailer 50 4 Jack hammer 2 5 Diesel hammer 6 6 Vibro hammer 1 7 Bulldozer 3 8 Excavator 5 9 Truck loader 1 10 Wheel loader 2 11 Vibro roller 5 12 Tandem roller 2 13 Motor grader 1 14 Pontoon 1 15 Light truck 1 16 Water tank truck 2 17 Water tank 1 18 Asphalt sprayer 1 19 Asphalt finisher 1 20 Screen plant 1 21 Batching plant 1 22 Truck mixer 2 23 Concrete mixer 4 24 Concrete vibrator 4 (dilanjutkan)
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
6
Tabel 2-2 (lanjutan)
No. Nama Jenis Alat Jumlah (unit) 25 Concrete pump 2 26 Bar bending machine 2 27 Bar cutter machine 2 28 Stone crusher 1 29 Water pump 2 30 Water pass 2 31 Genset 2 32 Air compressor 1 33 Welding machine 40 34 Theodolite 2 35 Spirit level 10
2.4.2.2. Pembukaan dan Pematangan Lahan
Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan yang diperlukan antara
lain meliputi pekerjaan-pekerjaan berikut :
Pekerjaan pembersihan (clearing, grubbing dan stripping top soil) meliputi pembersihan lahan dari tumbuh-tumbuhan, batuan permukaan dan
pengupasan permukaan tanah lunak, termasuk pembuatan jalan sementara
menuju area penempatan material pembersihan itu sendiri. Khusus top soil
akan ditempatkan di pinggiran lokasi yang selanjutnya digunakan untuk
keperluan landscaping.
Pekerjaan pembongkaran dan pemindahan apabila terdapat bangunan, jalan, dan bangunan konstruksi lainnya yang tidak diperlukan lagi di lokasi.
Pekerjaan galian dan pengurugan yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi lahan. Untuk daerah yang terlalu tinggi dari elevasi yang
direncanakan perlu dilakukan pekerjaan galian. Sedangkan untuk area yang
lebih rendah akan diurug dengan material yang memenuhi kriteria tanah urug
untuk selanjutnya dipadatkan. Apabila tanah galian di lokasi memenuhi
kriteria tanah urug, maka hasil galian tersebut ditempatkan di lokasi
sementara untuk selanjutnya digunakan sebagai tanah urug. Tetapi apabila
tidak memenuhi syarat, maka hasil galian akan dibuang ke luar lokasi.
Pekerjaan stabilisasi lereng (rock slope stabilization) perlu dilakukan apabila lokasi yang dipilih memiliki perbedaan tinggi yang cukup signifikan, sehingga
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
7
diperlukan beda elevasi antara bangunan utama pembangkit dengan
bangunan penunjang seperti coal yard, ash disposal area atau switchyard.
Jenis stabilitas lereng sangat tergantung dari kondisi beda tinggi, jenis tanah
dan sudut kemiringan lereng.
Pekerjaan pagar, pintu pagar dan pos keamanan lokasi proyek yang diperlukan untuk memberikan batas lokasi proyek yang akan digunakan dan
mempermudah pengawasan dan pengamanan lokasi proyek.
2.4.2.3. Pengadaan Material Bangunan
Material bangunan yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTU meliputi
batu, pasir, semen, tanah urug, besi beton, besi baja, kayu, genteng (multiroof),
dan sebagainya. Batu dan pasir didatangkan dari daerah terdekat lokasi.
Sedangkan tanah urug (apabila diperlukan) dapat didatangkan langsung dari
lokasi tambang batubara PT Adaro Indonesia dengan memanfaatkan overburden
dari lokasi dumping site. Kecuali bahan material kayu yang juga dapat diperoleh
di lokal wilayah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, maka sebagian
besar jenis material lainnya yang terbuat dari logam semuanya didatangkan dari
luar daerah melalui Pelabuhan Klanis. Perkiraan material bangunan dapat dilihat
pada Tabel 2-3.
Tabel 2-3 Jenis-jenis material yang dibutuhkan
No. Jenis Material
1 Tanah timbun
2 Pasir
3 Batu kerikil
4 Batu
5 Batu split
6 Batu pecah
7 Beton asphalt
8 Semen
9 Besi beton
10 Rangka baja
(dilanjutkan)
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
8
Tabel 2-3 (lanjutan)
No. Jenis Material
11 Baja sheet pile
12 Beton pile
13 Keramik
14 Dinding slab
15 Atap (roof)
2.4.2.4. Pembangunan Prasarana dan Sarana, dan Bangunan Unit Sistem Pembangkit
Bangunan dan fasilitas yang akan dibangun direncanakan memerlukan
areal 16,3 ha dalam lokasi PLTU Tanjung yang luasnya 86 ha, diperinci
dalam Tabel 2-4.
Tabel 2-4 Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU Tanjung
No. Bangunan Luas (m2)
1. Peralatan Utama Pembangkit 15000
2. Fasilitas Penanganan Batubara 8000
3. Penampungan debu 80000
4. Gedung Pompa dan Gudang Oli 10000
5. Sistem Penyediaan Air 6000
6. Switchgear & Switchyard 15000
7. Tempat Parkir dan Pintu Gerbang Kantor 5000
8. Gedung Administrasi 1000
9. Bengkel 1000
10. Kantin dan Toko 800
11. DG & Cooling Tower 3000
12. Jalur Hijau 10000
13. Jalan dan Drainase 10000
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
9
2.4.2.5. Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan khususnya pada saat kegiatan
tahap konstruksi diperkirakan 400 orang, dan 20 orang diantaranya tenaga kerja
asing. Tenaga kerja yang digunakan diutamakan berasal dari daerah sekitar
proyek yang berdasarkan kriteria keahlian dan keterampilannya diperkirakan
dapat mencapai sekitar 230 orang. Sedangkan lainnya sekitar 170 orang tenaga
kerja berasal dari luar daerah. Tenaga kerja dari luar daerah dan tenaga kerja
asing akan memerlukan perumahan.
Berdasarkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki, tenaga kerja
tersebut dapat dikatagorikan sebagai supervisor, tukang, mandor, buruh dan
personalia. Sedangkan tingkat pendidikannya dapat bervariasi mulai dari tingkat
SD, SLTP, SLTA, Sarjana Muda atau Diploma, dan Sarjana (S1). Perkiraan
jumlah tenaga kerja yang diperlukan tersebut disajikan pada Tabel 2-5.
Tabel 2-5
Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi
No. Posisi / Keahlian Jumlah (orang)
A Pekerjaan Sipil
1 Tenaga Ahli dan Spesialis 10
2 Tenaga Kerja Terampil 70
3 Tenaga Kerja Kasar 130
B Pemasangan Alat dan Komisioning
1 Tenaga Ahli dan Spesialis 10
2 Tenaga Kerja Terampil 100
3 Tenaga Kerja Kasar 80
Jumlah A + B 400
Pada tahap operasi dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 144 orang dengan
perincian ditunjukkan dalam Tabel 2-6. Sebagian tenaga kerja ini direkrut dari
tenaga kerja konstruksi setelah melalui tahap seleksi, sedangkan lainnya
diperoleh dari pengangkatan tenaga baru yang memenuhi kualifikasi secara
spesifik.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
10
Tabel 2-6 Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi
A Operasi PLTU Jumlah (Orang)
1 Operator PLTU 12
2 Operator Boiler dan Alat Bantu 10
3 Operator Bag Filter / ESP, Tata Udara 4
4 Operator TG dan Sistem Pelumasan 4
5 Penanganan Debu dan Gas Buang 4
6 Sistem Suplai Air 7
7 Sistem Penanganan Batubara 11
B Pengolah Air dan Lingkungan
1 Ahli Kimia 2
2 Tenaga Analis 6
C Pemeliharaan
1 Ahli Mekanik 4
2 Supersvisor Mekanik 7
3 Teknisi Mekanik 25
4 Ahli Listrik 3
5 Supervisor Listrik 4
6 Teknisi Listrik 16
7 Ahli Instrumen dan Sistem Kontrol 3
8 Supervisor Instrumen dan Kontrol 3
9 Teknisi Instrumen dan Kontrol 12
10 Ahli Sipil dan Pemeliharaan Gedung 1
11 Supervisor Sipil dan Pemeliharaan Gedung 2
12 Kepala Keamanan 1
13 Tenaga Keamanan 3
T O T A L 144
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
11
2.4.3. Rencana Kegiatan Tahap Operasi
2.4.3.1 Pengoperasian Sistem Pembangkit
Secara umum proses pembangkitan PLTU Tanjung-Tabalong dapat
dilihat pada Gambar Flow Diagram Sistem Pembangkit PLTU Tanjung (lihat
Lampiran Teks 2-3).
Sistem Boiler
Dengan spesifikasi batubara Wara sebagai bahan bakar, maka untuk
PLTU Tanjung didisain dengan menggunakan CFB Boiler (Circulating Fluidized
Bed Boiler). Boiler CFB ini berkapasitas 140 ton / jam uap, jenis semi outdoor,
sirkulasi alami (natural circulation). Boiler akan dilengkapi dengan Tungku
Berpendingin Air (Water Cooled Furnace), Drum pemisah uap dan air (steam
water separating drum), pemanas lanjut (super heater), attemperator,
economizer, pemanas udara (air heater), soot blowers, sistem pembakaran
batubara (coal firing system), draft system, perpipaan, peralatan instrumentasi
dan kontrol, penahan panas (insulation), batu tahan api (refractory), tangki
penggelontor (blow down tank). Untuk start up dan beban rendah, boiler
menggunakan LDO. Suhu udara yang masuk cerobong dipertahankan sekitar
140 oC tergantung kandungan sulphur bahan bakar.
Sistem Turbin
Masing-masing unit pembangkit beroperasi dengan memutar satu turbin
uap yang berkapasitas 30 MW pada terminal generator. Turbin uap yang dipakai
adalah jenis kondensing dengan tekanan masuk 90 bar (a) dan temperatur
masuk 535 oC. Untuk meningkatkan efisiensi, sistem turbin dilengkapi dengan
Pemanas Tekanan Tinggi dan Pemanas Tekanan Rendah serta Deaerator.
Turbin dilengkapi dengan Electrohydraulic Governing System untuk pengaturan
aliran uap sesuai dengan beban. Sistem pelumasan turbin terdiri dari tangki baja,
pompa utama pelumas yang dikopel dengan turbin, pompa pelumas dengan
penggerak motor, pompa pelumas DC untuk operasi darurat, pendingin pelumas
dll.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
12
Sistem Suplai Air Pembangkit
Kebutuhan air untuk keperluan pembangkit diambil dari Sungai Tabalong.
Pengambilan air dilakukan dengan membuat bangunan pengambil air di tepi
Sungai Tabalong yang terletak di desa Sulingan Kecamatan Murung Pudak.
Dengan menggunakan pompa yang berkapasitas 175 m3/jam air dari Sungai
Tabalong disalurkan melalui pipa air dengan diameter 25 cm yang ditanam dalam
tanah sepanjang 7,5 km. Jalur pipa diupayakan di tanam di bahu jalan yang ada.
Sebelum digunakan, air tersebut terlebih dahulu harus diproses pada pre-
treatment plant yang dilengkapi dengan clarifier untuk menghilangkan berbagai
kotoran seperti kandungan padatan tersuspensi dan silika koloida. Selanjutnya
air yang telah bersih dialirkan ke treated water basin yang mempunyai kapasitas
penampungan sekitar 8 jam kebutuhan air PLTU.
Demineralized Plant
Untuk penambah air boiler (make-up water), air tersebut harus diproses
lagi menggunakan demineralizer plant untuk menghasilkan air demin.
Demineralized plant system direncanakan menggunakan cation resin beds,
degassifier towers, anion resin beds dan mixed bed exchanger. Sebelum masuk
DM plant, air disaring dengan presure filter dan karbon aktif. Kapasitas DM plant
adalah 2 x 25 m3/jam. Hasil proses ini disimpan dalam 2 buah tangki penyimpan.
Skematik Diagram DM Water System dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-4.
Deaerator.
Deaerator berfungsi untuk membersihkan kondensat dari kandungan
oksigen dengan menggunakan pemanasan uap yang diambil dari auxiliari steam.
Kandungan oksigen yang ada dalam kondensat disyaratkan tidak boleh lebih dari
7 ppb. Kapasitas tangki kondensat di dearator direncanakan tidak kurang dari
jumlah aliran kondenser selama 10 menit pada saat turbin operasi dengan daya
100%.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
13
Spesifikasi penyediaan air dan fasilitasnya :
1) Pompa Suplai Air
Lokasi : Sungai Tabalong, desa Sulingan Kec. Murung Pudak
Kapasitas pompa : 175 m3/jam
Jumlah Pompa : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )
2) Pompa make-up menara pendingin (Cooling Tower)
Jumlah Pompa : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )
Kapasitas : 170 m3/jam
3) Pompa Suplai DM plant
Jumlah Pompa : 2 Unit ( 1 operasi + 1 cadangan )
Kapasitas : masing-masing 25 m3/jam
4) Fasilitas Pengolah Awal (Pretreatment Plant)
Tipe : Tube sttler
Jumlah Pompa : 2 Unit (1 operasi + 1 cadangan)
Kapasitas : 350 m3/jam
Neraca Pemakaian Air PLTU (water balance diagram) dapat dilihat pada
Lampiran Teks 2-5.
2.4.3.2 Sistem Bahan Bakar Batubara
Bahan bakar yang digunakan PLTU adalah batubara dari Tambang Wara
dengan nilai kotor 3.800 kcal/kg, Spesifikasi Batubara Wara dapat dilihat pada
Lampiran Teks 2-6. Dengan kapasitas 2 X 30 MW, diperkirakan PLTU ini akan
memerlukan batubara sebanyak 50 ton / jam atau sekitar 1200 ton per hari.
Penanganan batubara dalam proses pembangkitan diperlihatkan dengan bagan
alir Coal Handling System pada Lampiran Teks 2-7. Dalam proses tersebur
terdiri dari beberapa sistem utama, di antaranya :
Coal yard direncanakan mempunyai kapasitas penimbunan batubara yang tertutup untuk keperluan selama 14 hari atau sekitar 16800 ton. Untuk
memudahkan penimbunan dan pengambilan batubara, coal yard akan
dilengkapi dengan peralatan Grab Crane jenis Bridge, Pay Loader dan
Buldozer.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
14
Pada sistem penanganan batubara (coal handling system) PLTU akan dilengkapi pula dengan alat penghancur (crusher) 2 tingkat, yaitu Primary
Crusher dan Secondary Crusher. Dengan Crusher ini akan diperoleh butiran
batubara dengan ukuran 6 mm atau lebih kecil. Jumlah unit masing-masing
jenis crusher adalah 2 unit ( 1 operasi + 1 cadangan ) dengan kapasitas 100
Ton / jam.
Seluruh sistem penanganan batubara tersebut termasuk conveyor dan crusher akan beroperasi untuk 2 shift ( 16 jam) dan shift 3 digunakan untuk
pemeliharaan. Jadi sistem penanganan batubara PLTU Tanjung 2 X 30 MW
ini didisain dengan kapasitas 100 Ton / jam.
Butiran batubara dikirim ke coal bunker menggunakan 2 (dua) jalur belt conveyor masing-masing dengan kapasitas 100 ton/jam. Kapasitas coal
bunker didisain untuk kebutuhan 12 jam operasi PLTU.
Sistem Penanganan Abu
Untuk mencegah pencemaran debu sisa pembakaran, PLTU Tanjung dilengkapi
dengan sistem penangkap abu menggunakan Bag Filter (BF). Sistem
Penanganan Abu (Ash Handling System) PLTU ini didisain berdasarkan
kandungan abu batubara Wara sebesar 4 %. Diperkirakan total komposisi abu
terdiri dari 80 % fly ash dan 20 % abu yang jatuh didasar boiler (bottom ash),
hasil analisa kandungan abu batubara dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-8.
Kapasitas sistem penanganan abu sekitar 2 ton / jam atau 48 ton / hari. Sistem
Penanganan Abu terdiri dari dua jenis utama :
Bottom Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu dan batubara yang tidak terbakar yang jatuh dan terkumpul di bed ash hopper.
Bottom ash dipindahkan secara pneumatik dengan Dense Phase System dari
bed as hopper ke bed ash silo.
Fly Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu yang terkumpul di bag filter hopper. Setiap hopper dilengkapi pemindah abu
secara pneumatik menggunakan udara bertekanan. fly ash dikirim ke fly ash
silo memakai sistem pipa.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
15
Lampiran Teks 2-9 memperlihatkan skematik diagram sistem penanganan abu
(Ash Handling System)
2.4.3.3 Peralatan Utama PLTU
Spesifikasi unit-unit dalam sistem pembangkitan adalah:
1) Unit Penghasil Uap (Steam Generating Unit)
Jumlah Boiler : 2 Unit
Jenis Boiler : CFB (Circulating Fluidized Bed)
Kapasitas (MCR) : 140 Ton / jam
Tekanan Uap : 100 bar(a)
Temperatur Uap : 540 oC
Bahan Bakar : Batubara
2) Turbin Uap
Jumlah : 2 Unit
Tipe : Kondensing
Daya : 30 MW
Tekanan masuk : 90 bar(a)
Temperatur kerja : 535 oC
Laju aliran uap : 125 Ton / jam
Tekanan keluar : 0.1 bar(a)
3) Pompa Umpan Boiler (Boiler Feed Pump) Jumlah Pompa : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )
Kapasitas : 150 m3/jam (masing-masing)
Tekanan dorong : 116 bar(a)
4) Deaerator Jumlah : 2 Unit
Tipe : Spray & Tray
Tekanan kerja : 6 bar(a)
Temperatur kerja : 159 oC
Kapasitas : 10 menit penyimpanan antara level minimum dan
normal
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
16
5) Sistem demineralisasi (DM water system)
Jumlah : 2 X 100%
Kapasitas : 2 x 25.0 m3/jam
6) Kondensor Jumlah : 2 Unit
Tipe : Shell &Tube
Kapasitas aliran uap : 83 Ton / jam (masing-masing)
Tekanan kerja : 0.1bar(a) @ 30C Amb. Temp.
7) Menara Pendingin (Cooling Tower) Jumlah : 2 Unit, jenis Induced Draft
Jumlah Cell : 3 Unit (2 operasi + 1 cadangan)
Kapasitas : 6600 m3/jam (masing-masing)
Range Pendinginan : 9 oC
Approach : 5 oC
Bahan Konstruksi : RCC diisi dengan PVC
Kolam : RCC
2.4.3.4 Sistem Kelistrikan
Generator dikopel dengan turbin untuk dapat menghasilkan tenaga listrik.
Dengan menggunakan trafo penaik tegangan 11 KV / 20 KV yang berkapasitas
37,5 MVA kemudian melalui jaringan 20 KV, listrik yang dihasilkan PLTU
disalurkan ke beban ADARO. Generator PLTU berkapasitas 30 MW dan
beroperasi dengan tegangan 11 KV, frekwensi 50 Hz, power factor 0,8 (lag).
Power availability and fuel efficiency
Power plant capacity : 60 MW
Power plant auxiliary consumption : 8 MW
Net power available : 52 MW
Turbine heat rate : 2500 kCal/kWh
Boiler efficiency : 85% HHV
Design Coal calorific value : 3800 kCal/kg
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
17
Specific Coal Consumption (Gross) : 0.80 kg/kWh
Coal consumption : 1200 TPD
2.4.4. Rencana Kegiatan Tahap Pasca Operasi
Masa berlangsungnya operasional PLTU sangat tergantung kepada
sumber batubara. Dalam Tahap Pasca Operasi, sumber dampak utama
(pemanfaatan eks PLTU) dan pengelolaan-pemantauannya diuraikan lebih lanjut
dalam UKL-UPL ini.
2.5. Sumber-Sumber Polutan dan Penanganannya
Dalam rangkaian sistem operasi pembangkitan tenaga listrik, disamping
menghasilkan energi listrik, juga dihasilkan bahan buangan (limbah) baik padat,
cair, gas maupun panas.
Sumber-sumber polutan pada PLTU Batubara adalah :
1. Cerobong akan mengeluarkan zat partikulat, gas (CO, SOx, NOx) dan
panas. Polutan polutan ini dapat menyebabkan korosi pada material,
iritasi saluran pernafasan dan berbagai macam efek pada tumbuh-
tumbuhan.
Untuk membatasi polusi sisa pembakaran yang keluar dari PLTU, maka
cerobong dibuat yang tinggi agar polutan tersebar sehingga konsentrasi
polutan dipermukaan tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan
(Lihat Lampiran 3-6, Prakiraan Kadar Emisi PLTU). Disain cerobong
PLTU Tanjung ini sekitar 120 m.
Abu sisa pembakaran yang berupa fly ash yang keluar bersama dengan
udara panas akan tersaring dalam bag filter. Dengan efisiensi penyerapan
bag filter yang mencapai 99 %, maka fly ash yang keluar lewat cerobong
jumlahnya relatif kecil. Untuk PLTU Tanjung ini partikulat yang keluar dari
cerobong akan lebih kecil dari 50 mg / Nm3 (Standar World Bank).
Penggunaan batubara Wara yang kandungan sulfurnya sekitar 0,4 %,
maka PLTU tidak memerlukan peralatan Desulphurisasi dan emisi SO2
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
18
yang keluar dari cerobong akan dibawah standar emisi yang diijinkan
yaitu sekitar 750 mg / Nm3 (Standar Indonesia).
Dengan boiler CFB pembakaran batubara dapat dilkukan dengan
sempurna, sehingga tidak menghasilkan polutan Karbon Monoksida.
Sedangkan polusi Nox dapat dibatasi teknik abatement yang baik. PLTU
diperkirakan mengeluarkan emisi NOx maksimal 150 mg / Nm3 rata-rata
dalam 24 Jam.
Polusi panas buangan yang dihasilkan PLTU lewat cerobong kira-kira
sekitar 8 % - 10 % dari panas input didalam boiler. Dengan penggunaan
cerobong setinggi 120 m maka polusi panas yang turun ke permukaan
tidak banyak berpengaruh pada suhu permukaan.
2. Blowdown menara pendingin (CT)
Konsep disain PLTU adalah memaksimalkan daur ulang air yang dipakai
dan meminimalkan air buangan. Blow down menara pendingin akan
mengeluarkan air panas, air dengan kadar garam tinggi dan bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk pengolahan air sirkulasi. Seperti ditunjukkan
pada Neraca Pemakaian Air (Water Balance Diagram), air keluaran dari
blow down menara pendingin dialirkan ke kolam pengumpul. Dari kolam
pengumpul sebagian digunakan untuk keperluan pada coal handling
system dan ash handling system. Sisanya akan dibuang dalam saluran
air yang ada setelah dipastikan bahwa kenaikan suhu buangan adalah
kurang dari 3C melebihi suhu badan air penerima.
Debu batubara dari proses penanganan batubara dan zat partikulat.
Proses penanganan batubara merupakan sumber polusi debu batubara
yang menyebar tertiup angin. Unutk mencegah abu berterbangan, maka
dilakukan penyemprotan air di coal yard. Disamping itu pada sistem
penanganan batubara dilengkapi pula dengan alat dust extraction.
Penanganan debu batubara agar tidak berterbangan dilakukan dengan
cara berikut :
Pada lokasi pembongkaran batubara (coal unloading) dilakukan dengan Sistem Dust Extraction / Dust suppression.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
19
Pada lokasi penimbunan (storage) dilakukan dengan penyemprotan air atau dengan membuat penimbunan tertutup
(covered storage).
Pada Titik Perpindahan (Transfer Point) dilakukan dengan memasang Sistem Dust Extraction yang dilengkapi penyaring
(fabric filter) dengan efisiensi 99 %.
Pada Bangker Batubara (Coal Bunker) dilakukan dengan Sistem DE seperti diatas.
Untuk Conveyor dilakukan dengan memasang Gallary Conveyor yang tertutup dan Telescopic Chute Work.
3. Abu sisa pembakaran di boiler.
PLTU Tanjung dalam operasinya dilengkapi dengan sistem penanganan
abu, baik untuk abu terbang maupun abu dasar (bottom ash). Abu yang
terkumpul pada penampung abu dasar (bottom ash hopper) maupun
penampung abu terbang (ash silo) kemudian dibasahi dan diangkut
dengan truk untuk ditimbun pada areal penimbunan abu (ash disposal
area). Areal penimbunan abu untuk PLTU Tanjung ini disediakan seluas 8
Ha. Untuk mencegah rembesan ke tanah, areal ini dilapisi dengan HDPE/
HLPE.
4. Hasil keluaran dari Ion Exchangers pada DM Plant.
Proses demineralisasi air penambah (make up water) boiler dilakukan
dengan memasang DM plant. Untuk proses demineralisasi air sebanyak
25 m3 / jam dibutuhkan HCl sekitar 75 kg/hari dan NaOH sekitar 20
kg/hari. Peralatan ini beroperasi 18 jam/hari dan proses regenerasi
selama 6 jam / hari. Selama proses regenerasi ion exchanger, DM plant
ini akan menghasilkan larutan asam dan basa. Agar limbah keluaran DM
Plant tidak mencemari lingkunngan, maka larutan ini disalurkan ke kolam
penetralisir (neutralizing pit).
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
20
2.5.1. Penanganan Polutan Limbah Padat.
Limbah padat yang dihasilkan dari pengoperasian PLTU Batubara
adalah berupa:
Debu batubara, yang dihasilkan selama penampungan dan pemindahan batubara.
Abu terbang (fly ash), yang merupakan sisa pembakaran batubara yang terbawa bersama-sama gas buang
Abu dasar (bottom ash), yang merupakan abu sisa pembakaran batubara yang terakumulasi di bawah tungku pembakaran.
Endapan lumpur (sludge), yang terkumpul di dasar kolam pengendapan air larian permukaan lapangan penumpukan batubara dan kolam instalasi
pengolahan air limbah lainnya.
Abu dasar dan debu batubara akan ditimbun di tempat penimbunan khusus
yang dilengkapi dengan lapisan kedap air (HDPE / LDPE) dan penampungan air
lindi.
Untuk memenuhi ketentuan batasan emisi partikel abu yang keluar dari
chimney, yaitu maksium 50 mg/m3 (Standar Bank Dunia), maka dipasang alat
penangkap abu (bag filter) dengan effisiensi minimum 99%.
2.5.2. Penanganan Polutan Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara dapat
diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses
operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak). Limbah cair
tersebut secara umum tergolong zat pencemar dengan kriteria yang bersifat
fisika dan kimia (termasuk kandungan unsur logam dan minyak).
Limbah cair yang dihasilkan akan diolah hingga memenuhi kriteria
kualitas air yang boleh dibuang ke badan air sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku, dalam hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, serta Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58
Tahun 1994 tentang Penggolongan Limbah Cair.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2 -
21
Secara garis besar upaya pengolahan tersebut dilakukan dengan teknik
koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan netralisasi. Khusus untuk limbah yang
mengandung minyak (oli dan BBM) akan diolah dalam unit pemisahan minyak
(oil water separator), ditampung dalam drum, dan selanjutnya dijual ke
padagang pengumpul oli bekas. Air limbah domestik dari kamar mandi dan dapur
akan dibuang ke sistem sumur resapan. Limbah dari WC dibuang ke septic tank.
Air yang telah memenuhi syarat baku mutu akan digunakan kembali di
dalam sistem resirkulasi atau pasokan tambahan, atau kemungkinan juga dilepas
ke badan air.
2.5.3. Penanganan Polutan Buangan Gas
Gas yang dihasilkan dalam proses pembakaran batubara yang akan
dilepaskan ke udara terdiri dari SO2, NOx, CO dan CO2. Dengan kandungan
sulphur untuk batubara Wara sekitar 0,2 % 0,4 %, maka PLTU ini tidak
memerlukan alat Desulphurisasi karena emisi yang dihasilkan jauh lebih kecil
dari 750 mg/NM3 (Standar Indonesia).
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3-
1
BAB III RONA LINGKUNGAN AWAL
3.1. Komponen Fisik Kimia
3.1.1 Iklim
Wilayah sekitar rencana lokasi PLTU Tanjung-Tabalong (selanjutnya
diringkas PLTU) termasuk dalam iklim munson tropis. Angin dari Barat Daya membuat curah hujan cukup tinggi, pada periode November - April. Sebaliknya,
karena adanya pengaruh angin dari Tenggara pada periode Mei - Oktober,
curah hujan menjadi lebih sedikit. Angin munson dari arah Barat menyebabkan
musim penghujan. Musim kemarau jatuh dalam bulan Mei Oktober.
Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi Muara Uya sebagai
stasiun terdekat dengan rencana lokasi proyek yang tercatat selama 10 tahun
antara 1990 - 2000, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara
29,23 - 31,17 OC (Sumber Data : Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Suhu
maksimum terjadi pada bulan Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan
Desember sampai Januari.
Pengumpulan data curah hujan diperoleh dari stasiun penangkar curah
hujan terdekat milik PT Adaro Indonesia, diperoleh data selama tahun 1997
2000 menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 68,38 264,25
mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada
bulan Agustus.
Pola iklim mikro dalam wilayah studi tidak berbeda dengan pola dalam
dataran Banua Lima yang dipengaruhi oleh lereng Barat Pegunungan Meratus
yang berhutan dan bentangan rawa yang luas di sebelah Barat. Kelembaban
relatif udara rerata bulanan dalam wilayah studi tergolong tinggi berkisar antara
74.6 % 85.6 % (Sumber Data: Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru).
Kecepatan angin rerata bulanan termasuk rendah berkisar antara 0,7 knot
atau 0,35 m/det (bulan Pebruari dan Maret) sampai 3,3 knot atau 1,65 m/det (bulan
Agustus) dengan rata-ratanya 1,78 knot atau 0,89 m/det. Pada bulan Mei-Oktober
(kemarau) arah angin dominan berhembus dari Timur Laut (NE) dan Timur (E),
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3-
2
sedangkan pada musim hujan (Nopember April) angin berhembus dari arah
Timur (E) dan Tenggara (SE).
Hasil pengukuran dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL ini
seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks 3-1 dan Tabel 3-1, menunjukkan arah
angin Timur Laut Barat Daya dan kecepatan 2 5 m/s, kelembaban 45 65%
dan suhu 30 320C.
3.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan
Rona lingkungan kualitas udara dan kebisingan, sebagai kondisi awal
sebelum adanya proyek PLTU di amati pada tiga titik ukur, yaitu (1) dalam
kawasan rencana Lokasi PLTU, (2) persimpangan Jalan Akses dengan jalan
Raya, dan (3) dalam kawasan pemukiman penduduk Desa Warukin (permukiman
Suku Dayak Manyaan).
Kondisi kualitas udara yang dinyatakan dalam parameter debu
menunjukkan bahwa pada titik KU-3 (= pemukiman penduduk Desa Warukin)
sudah berada di atas baku mutu maksimum yang dipersyaratkan oleh PP Nomor
41 Tahun 1999, sedangkan di dua titik lainnya masih berada di bawah baku
mutu. Kadar debu yang terukur di Desa Warukin ini bersumber dari arus lalu
lintas jalan desa yang dalam kondisi kering, sehingga saat dilintasi oleh
kendaraan sangat mudah mendisversikan debu ke udara ambien. Titik ukur
kualitas udara pada Desa Warukin ini tepat berada di tepi jalan desa sehingga
kadar debu yang terukur juga relatif tinggi. Selengkapnya hasil pengukuran
kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 3-1.
Dari parameter tingkat kebisingan, seluruh titik pengamatan memiliki
tingkat kebisingan yang berada di bawah baku mutu maksimum yang
dipersyaratkan untuk masing-masing baku mutu yang ditetapkan sesuai dengan
peruntukkannya. Pada titik (1) memiliki tingkat kebisingan yang paling rendah
dibandingkan dengan dua titik pantau lainnya, hal ini disebabkan karena pada
titik (1) = rencana lokasi PLTU) ini tidak ada kegiatan yang menimbulkan tingkat
kebisingan, kecuali suara-suara yang ditimbulkan dari hembusan angin yang
menggoyang daun. Selengkapnya hasil pengukuran kebisingan dapat dilihat
pada Tabel 3-1.
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3-
3
Tabel 3-1 Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana
pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya
No Parameter Satuan KU.1 KU.2 KU.3 Baku mutu 1 Kondisi Pengukuran Cuaca - cerah cerah Cerah - Arah angin - BL BD BD - Kecepatan angin m/s 2 4 2 5 3 5 - Temperatur
udara OC 30 32 32 -
Kelembaban udara
% 65 46 45 -
2 Debu g/m3 39,31 64,27 274,34 230 3 Kebisingan dBA 36,45 50,12 50,04 55 / 70
Keterangan : (lihat Lampiran Teks 2-1)
KU.1 : Rencana Lokasi PLTU KU.2 : Jalan Akses PLTU KU.3 : Desa Warukin
Baku Mutu Kualitas Udara menurut PP. Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Baku Mutu Kebisingan menurut Kepmen LH Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
Sumber : Lampiran Teks 3-1
Sebagai perbandingan, data Tabel 3-2 ditunjukkan hasil pengukuran
tahun 2003 pada lokasi berdekatan dengan rencana lokasi PLTU, antara 2 6
km (Sumber Data: Studi Amdal PLTU Mulut Tambang (2 x 50 MW) Tanjung-
Tabalong).
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3-
4
Tabel 3-2 Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU
Kadar (g/m3) No Titik Pengukuran
Debu SO2 NO2 CO
1 4 km dari rencana lokasi PLTU 126,98 1,0057 6,3945 94,27
2 Desa Tepian 261,44 0,5106 2,5107 2.232,68
3 Simpang tiga masuk ke Tepian 522,88 6,4527 6,7644 4.798,77
4 Desa Maburai 526,32 2,9864 3,2505 6.509,50
5 Pemukiman Transmigrasi 233,92 0,5106 2,6956 1.377,32
6 Desa Blimbing / water intake 233,92 0,5106 1,4010 9.930,50
Baku mutu*) 230 900 400 30.000
*) Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Hasil pengukuran debu dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL
ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 274,38 (g/m3)
lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 526,32
g/m3). Pada umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di
udara setelah dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora
tumbuhan yang terbang ditiup angin.
Tingkat kebisingan di daerah sekitar rencana lokasi PLTU pada 3 (tiga) titik
pantau pada studi UKL-UPL ini (Lampiran Teks- 3-1 dan Tabel 3-1), adalah 36,45
50,04 dBA, masih di bawah baku mutu. Pengukuran tahun 2003 pada titik
pantau di sekitar rencana lokasi PLTU adalah 43,8 58,9 dBA. Kebisingan ini
bersumber dari kendaraan bermotor yang melintas disamping suara yang
ditimbulkan oleh binatang (seperti burung) dan suara pepohonan yang gemuruh
ditiup angin.
3.1.3 Fisiografi dan Morfologi
Sistem fisiografi yang berkembang di daerah rencana pembangunan PLTU
menjadi bagian dari perkembangan tatanan sistem fisiografi regional Pegunungan
Meratus. Secara morfologi kondisi regional sistim fisiografi Pegunungan Meratus
mengacu pada pengelompokkan satuan geomorfik Van Zuidam (1979) terletak
pada satuan topografi bergelombang. Keberadaan satuan geomorfik topografi
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3-
5
bergelombang terletak di sebelah barat laut dari lajur tinggian pegunungan
Meratus.
Morfogenesis topografi bergelombang tersebut masih berkait dengan
proses erosi selektif sesudah blok faulting pengangkatan pegununungan Meratus
akhir miosen. Dibagian barat dari satuan topografi bergelombang berkembang
satuan geomorfik dataran berupa dataran yang disusun oleh material endapan
alluvial.
Perkembangan relief morfologi satuan topografi bergelombang tersebut
dicirikan dengan kemiringan lereng 5-15% miring ke arah selatan dengan beda tinggi
5-20m. Sungai yang berkembang adalah Sungai Tabalong dengan anak-anak
sungainya antara lain: S. Mangkusip, S. Jaing. S. Tabalong merupakan sungai
utama yang pola alirannya membentuk pola sub dendritik dengan lembah sungai
berbentuk U berstadium tua.
Lokasi rencana tapak proyek PLTU beserta saluran air penunjangnya yang
menghubungkan PLTU hingga sungai Tabalong menempati daerah yang mempunyai
kelerengan umum 5-15%, ketinggian tempat terdapat pada level ketinggian 24
mdpal 56 mdpal. Sungai dari rencana lokasi PLTU mengalir ke sungai Mangkusip
yang merupakan anak sungai Tabalong. Pola aliran yang berkembang pada sungai
Mangkusip adalah sub dendritik dengan ciri lembah sungai berbentuk U melebar
kesamping serta bermeander. Kondisi sungai tersebut dapat dikelompokkan dalam
stadium sungai tua.
3.1.4 Geologi
Dalam tatanan geologi regional, wilayah studi menempati bagian timur laut
Sub Cekungan Barito berdekatan dengan Pegunungan Meratus yang menjadi
bagian dari Cekungan Kutai. Dalam tatanan stratigrafi regional wilayah studi dan
sekitarnya disusun oleh batuan sedimenter tersier dan kuarter meliputi: Formasi
Tanjung (Tet) berumur Eosen, Formasi Berai (Tomb) berumur Oligomiosen,
Formasi Warukin (Tmw) berumur Miosen, Formasi Dahor (Qtd) dan Endapan
Alluvial (Qa).
Daerah studi termasuk tapak proyek pembangunan PLTU terletak diatas
Formasi Warukin yang disusun oleh perselingan antara batupasir kuarsa dan
batu lempung dengan sisipan batu lempung pasiran dan batubara. Karakteristik
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3-
6
sifat fisik batuan penyusun Formasi Warukin adalah padat, kurang kompak,
permeabilitas rendah setempat-setempat tinggi dengan daya dukung batuan
sedang - tinggi. Sedang karakteristik tanah lapukan dan rombakan adalah
bersifat lepas, tidak padu, permeabilitas tinggi, pada daerah terbuka sangat
rentan erosi. Wilayah tapak proyek tidak terdapat sumberdaya mineral batubara,
dibuktikan dengan singkapan batubara di bekas tambang Wara yang lokasinya
berada disebelah tenggara dari tapak proyek.
Perkembangan struktur geologi dipengaruhi oleh perkembangan proses
kegiatan tektonik regional yang terjadi mulai Pra Tersier Miosen Tengah.
Perkembangan struktur geologi pada batuan sedimenter tersier penyusun daerah
studi dan sekitarnya dipengaruhi tektonik Akhir Miosen.Pada Akhir Miosen
terjadinya pengangkatan pegunungan Meratus sehingga membentuk struktur-
struktur geologi antara lain: lipatan (antiklin dan sinklin), patahan (patahan naik,
patahan mendatar dan patahan normal) serta retakan/kekar. Didaerah studi
struktur geologi yang berkembang adalah struktur lipatan monoklin yang
perlapisan batuannya miring kearah tenggara.
3.1.5 Hidrologi
Daerah studi UKL-UPL PLTU berada di dalam kawasan DAS Tabalong,
sebelah Timur alur sungai Tabalong. Kondisi topografi lahan semakin tinggi
konturnya kearah Tenggara Timur Laut dan dibatasi oleh cabang anak sungai
Tabalong yaitu sungai Jaing, tetapi semakin ke Barat Barat Laut kontur mulai
makin rendah dan terdapat atau dibatasi oleh sungai Mangkusip. Kedua anak
sungai Jaing dan Mangkusip sama-sama bermuara ke sungai Tabalong yang
menjadi tampungan dari air permukaan (run off) ataupun aliran bawah
permukaan (base flow) di kawasan DAS Tabalong tersebut.
Karekteristik sungai dan anak-anak sungai adalah :
Sungai Mangkusip, terletak sebelah Barat daerah studi, sungai orde ke 2 dan mendapat pengaliran air dari hulunya yaitu sungai Tepian. Pengukuran
sesaat (musim kemarau) profil penampang basah dengan lebar 2 m dengan
kedalaman rata-rata Y = 0,15 m (titik pengukuran jembatan Mangkusip).
Pengukuran kecepatan hanya dapat dilakukan dengan alat pelampung, dan
mendapatkan debit Q = 49 liter/dt ( hitungan pada Lampiran Teks-3).
-
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3-
7
Sungai Jaing, sungai ini terletak sebelah Timur daerah studi, merupakan salah satu anak sungai Tabalong. Pengukuran sesaat profil penampang
basah dan pengukuran kecepatan, dimana lebar rata-rata b = 8,50 m dengan
kedalaman rata-rata Yr = 0,85 m. Pengukuran kecepatan dengan Current
Meter dibeberapa titik mendapatkan kecepatan rata-rata Vr = 0,34 m/dt,
sehingga debit rata-rata Qr = 2,45 M /dt ( perhitungan pada Lampiran Teks
3-2)
3
Sungai Tabalong (sungai utama), sungai yang merupakan terkonsentrasinya air permukaan (run off) dan aliran bawah permukaan (base flow) pada DAS
Tabalong. Keberadaan air sungai ini akan menjadikan keberlanjutan
beroperasinya pembangunan PLTU. Pengukuran sesaat penampang basah
sungai (lokasi rencana intake PLTU, Jembatan S. Tabalong) pada kisaran
posisi dan . Lebar atas Tampang Basah b = 38
m dengan kedalaman bervariasi, pada titik tengah Y = 2,50 m, dan tepi
kiri/kanan masing-masing Y = 3,10 m dan Y = 2,30 m. Pengukuran sesaat