UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH …eprints.ums.ac.id/58368/24/NASKAH...
Transcript of UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH …eprints.ums.ac.id/58368/24/NASKAH...
UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH
MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP Staphylococcus
epidermidis SECARA IN VITRO
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Oleh:
RICHARD GUNTUR BRAMANTIO
J 500 140 101
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
HALAMAN PERSETUJUAN
UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH
MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP Staphylococcus
epidermidis SECARA IN VITRO
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
RICHARD GUNTUR BRAMANTIO
J 500 140 101
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Devi Usdiana Rosyidah, M.Sc.
NIK. 1242
HALAMAN PENGESAHAN
UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI SIRIH MERAH
(Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP Staphylococcus epidermidis
SECARA IN VITRO
OLEH
RICHARD GUNTUR BRAMANTIO
J 500 140 101
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
dan Pembimbing Utama Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Kamis, 11 Januari 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Prof. DR. Dr. EM Sutrisna, M.Kes. (…………………..)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Rochmadina Suci Bestari, M.Sc. (…………………..)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Devi Usdiana Rosyidah, M.Sc. (…………………..)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Prof. DR. Dr. EM. Sutrisna, M.Kes.
NIK. 919
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, yang tertulis
dalam naskah ini kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan penulis di atas,
maka akan penulis pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 11 Januari 2018
Penulis
RICHARD GUNTUR B
J500140101
1
UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH
MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP Staphylococcus
epidermidis SECARA IN VITRO
Abstrak
Daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) adalah salah satu dari tanaman obat
tradisional Indonesia yang memiliki banyak khasiat dan salah satunya sebagai
antibakteri. Salah satu kandungan dalam daun sirih merah yaitu minyak atsiri yang
memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme minyak atsiri daun sirih
merah dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu merusak keutuhan membran
sel. Mengetahui efektivitas antibakteri minyak atsiri daun sirih merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav.) terhadap Staphylococcus epidermidis. Jenis penelitian
eksperimental dengan metodepost test only with control group design. Bakteri yang
digunakan adalah Staphylococcus epidermidis pada media nutrien agar. Setiap
bakteri mendapat tujuh perlakuan berbeda dengan konsentrasi minyak atsiri 5%,
10%, 20%, 40%, 80%, kontrol positif, dan kontrol negatif. Kontrol positif yang
digunakan adalah klindamisin solusio. Uji antibakteri menggunakan metode difusi
dengan teknik sumuran. Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai p
0,000 yang berarti ada perbedaan signifikan dalam aktivitas antibakteri. Dalam
hasil uji Mann-Whitney, semua konsentrasi minyak atsiri memiliki perbedaan yang
signifikan dengan kontrol negatif, kecuali konsentrasi 5%. Bila dibandingkan
dengan kontrol positif, semua konsentrasi memiliki perbedaan yang signifikan.
Pada hasil uji Spearman diperoleh nilai p 0,002 dan nila icorrelation coefficient
yaitu 0,552 yang berarti terdapat korelasi yang bermakna antara variabel yang
terkait dengan tingkat korelasi sedang. Minyak atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus
epidermidis.
Keyword : Antibakteri, Minyak Atsiri, Piper crocatum Ruiz & Pav.
Abstract
Red betel leaves (Piper crocatum Ruiz & Pav) was one of Indonesian traditional
medicinal plants that had many benefits and one of them as antibacterial. One of
the content in red betel leaves was essential oil that had the ability as an
antibacterial. The mechanism of essential oil of red betel leaves in inhibiting
bacterial growth was disturbing the integrity of the cell membrane. To determine
the effectiveness of antibacterial essential oils of red betel leaves (Piper crocatum
Ruiz & Pav) against Staphylococcus epidermidis in vitro. Type of experimental
research with post test method only with control group design. The bacteria used
were Staphylococcus epidermidis in nutrient agar media. Each bacteria received
seven different treatments such as essential oil concentration 5%, 10%, 20%, 40%,
80%, positive control, and negative control. The positive control usedwas
clindamycin solution. Antibacterial test used diffusion method with well technique.
2
Based on Kruskal-Wallis test results obtained p value of 0,000 which meant there
were significant differences in antibacterial activity. In the Mann-Whitney test
results, all concentrations of essential oils were significantly different from the
negative controls, except for the 5% concentration. When compared with positive
control, all concentrations had significant differences. On Spearman test results
obtained p value 0.002 and correlation coefficient was 0.552 which meant a
significant correlation between variables associated with the level correlation was
medium.
Keywords : Antibacterial, Essential oil, Piper crocatum Ruiz & Pav.
1. PENDAHULUAN
Acne vulgaris biasa disebut jerawat merupakan sebuah penyakit yang dapat
sembuh sendiri dari unit pilosebasea yang terlihat terutama pada remaja.
Sebagian besar kasus jerawat muncul dengan berbagai lesi pleomorfik, terdiri
dari komedo, papula, pustula, dan nodul. Meskipun pada perjalanan penyakit
dari jerawat dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi sisa dari bekas penyakit
tersebut dapat menetap seumur hidup, dengan formasi bekas luka berlubang
atau hipertrofik (Wolff, et al., 2008).
Salahsatu penyebab terjadinya jerawat pada kulit adalah bakteri
Staphylococcus epidermidis, bakteri ini merupakan salah satu spesies bakteri
dari genus Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi
oportunistik. Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan membran mukosa
manusia. Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu penyebab infeksi
pada kulit yang ditandai dengan pembentukan abses. Staphylococcus
epidermidis dapat mengubah diasigliserol dan triasigliserol sebaseus menjadi
gliserol dan asam lemak yang dapat menyebabkan proliferasi hiperkeratosis
pada bagian folikuler sehingga menimbulkan jerawat (Herslambang, et al.,
2015).
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia. Dari
Sabang sampai Merauke tersebar sekitar 40.000 jenis tumbuhan yang
mengandung berbagai jenis bahan kimia yang berpotensi sebagai bahan pangan,
kosmetika dan obat-obatan. Sejalan dengan semakin berkembangnya industri
jamu, obat herbal, fitofarmako dan kosmetika tradisional maka penggunaan
3
bahan alam sebagai obat semakin diminati masyarakat (Wijaya & Respati,
2012).
KEMENKES RI (2010) menyatakan bahwa upaya kesehatan dengan obat
tradisional merupakan bentuk dari partisipasi dalam mendukung peningkatan
kesehatan. Menurut Fitriyah N. et.al., (2013), terdapat beberapa alasan yang
menyebabkan terapi obat tradisional menjadi pilihan pengobatan, selain karena
biaya pengobatan yang semakin mahal, terapi herbal telah lama dipercaya
menjadi obat yang harganya murah, bahan yang relatif mudah didapat,
pembuatan sederhana, dan tidak membahayakan karena memakai bahan-bahan
alami.
Salah satu tanaman obat Indonesia yang akhir-akhir ini banyak
dimanfaatkan adalah daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.). Penapisan
fitokimia terhadap daun sirih menunjukan adanya kandungan minyak atsiri.
Beberapa penelitian menunjukkan komponen minyak atsiri memiliki aktivitas
antibakteri yaitu dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri
pathogen (Marliyana, et al., 2013).
Hingga saat ini, masih sedikit penelitian mengenai efek antibakteri minyak
atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai efektivitas antibakteri minyak atsiri daun sirih
merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) dalam menghambat perkembangan bakteri
Staphylococcus epidermidis. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh data dan
fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga dapat
dibuktikan bahwa minyak atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
ini benar-benar berkhasiat sebagai antibakteri Staphylococcus epidermidis.
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan post
test control group design. Penelitian ini dilakukan di Sub Laboratorium
Farmakologi Fakultas Kedokteran UMS, Sub Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran UMS dan Laboratorium Kimia Organik Fakultas
4
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM. Pelaksanaan penelitian adalah
bulan Oktober 2017.
Subjek penelitian daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
didapatkan dari Tawangmangu yang diambil pada bulan Juni 2017. Daun sirih
merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) diambil minyak atsirinya dengan metode
distilasi. Bakteri yang digunakan yaitu Staphylococcus epidermidis diperoleh
dari Sub Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Penentuan besar sampel dilakukan dengan
menggunakan rumus Federer, yaitu :
Keterangan :
n = besar sampel tiap kelompok
t = banyaknya kelompok
( t-1) x (n-1) ≥ 15
( 7-1) x (n-1) ≥ 15
6 x ( n-1) ≥ 15
6n – 6 ≥ 15
6n ≥ 15 + 6
6n ≥ 21
n ≥ 21/6
n ≥ 3,5 4
Dengan demikian, berdasarkan penghitungan tersebut maka jumlah
sampel minimal yang diperlukan adalah 4 sediaan.
(t-1) x (n-1) ≥ 15
5
Cara Kerja :
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, untuk
mendapatkan kepastian bahwa tanaman yang digunakan sebagai bahan
ekstrak merupakan spesies daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.).
2. Persiapan Tanaman
Daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang telah
terkumpul, disortasi dengan membuang daun rusak, tidak segar dan kuning.
Kemudian dicuci dengan menggunakan air bersih. Pencucian ini bertujuan
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat. Setelah dicuci, daun
sirih merah ditiriskan. Selanjutnya dilakukan perajangan pada daun sirih
merah. Proses ini untuk mempermudah proses distilasi.
3. Distilasi Minyak Atsiri
Langkah pertama dalam distilasi minyak atsiri adalah persiapan
bahan yaitu daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang sudah
dipotong-potong. Potongan daun tersebut kemudian ditimbang sebanyak 2
kg. Lalu siapkan satu set alat distilasi minyak atsiri. Tabung alat distilasi
diisi air kurang lebih sampai ¼. Potongan daun sirih merah (Piper crocatum
Ruiz & Pav.) kemudian dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup
rapat. Tabung dihubungkan dengan alat distilasi yang terbuat dari kaca,
kemudian pendingin balik dihubungkan ke alat distilasi. Pendingin balik
dialiri air kran secara terus menerus. Kompor gas dihubungkan ke tabung
dan dihidupkan dan diatur besar kecilnya api pemanasan. Alat distilasi
ditunggu selama empat jam untuk menghasilkan minyak atsiri. Setelah
empat jam, kompor dimatikan dan ditunggu 10 menit supaya distilat yang
dihasilkan dingin. Distilat ditampung dalam corong dan dipisahkan antara
6
minyak atsiri dan air, kemudian minyak tersebut ditampung di vial steril dan
disimpan dalam mesin pendingin.
4. Pembuatan Konsentrasi Minyak Atsiri
Untuk membuat beberapa stok konsentrasi minyak atsiri dari daun
sirih merah (Piper crocatumRuiz & Pav.) yang yang diinginkan, maka
digunakan rumus kalkulasi dosis obat yaitu sebagai berikut
Keterangan :
Vs : volume stok yang akan diambil
Cs : Konsentasi stok
Vn : volume untuk membuat konsentrasi yang diharapkan
Cn : Konsentrasi yang diharapkan (C1 = 5%, C2 = 10%, C3 = 20%,
C4 = 40%, C5= 80%)
Jika larutan stok dianggap 100% dan dari masing-masing
konsentrasi diharapkan 5 ml maka:
Vs untuk C1 adalah
Vs =V1 x C1
Cs
=5 𝑚𝑙𝑥 5%
100
= 0,25 ml
Pelarut untuk C1 = V1-Vs
= 5 ml – 0,25 ml
= 4,75 ml.
Vs untuk C2 adalah:
Vs =V2 x C2
Cs
Vs x Cs = Vn x Cn
7
Vs =5 ml x 10%
100%
= 0,5 ml
Pelarut untuk C2 = V2 – Vs
= 5 ml – 0,5 ml
= 4,5 ml
Vs untuk C3 adalah:
Vs =V3 x C3
Cs
=5 ml x 20%
100%
= 1 𝑚𝑙
Pelarut untuk C3 = V3 – Vs
= 5 ml – 1 ml
= 4 ml
Vs untuk C4 adalah:
Vs =V4 x C4
Cs
Vs =5 ml x 40%
100%
= 2 ml
Pelarut untuk C4 = V4 – Vs
= 5 ml – 2 ml
= 3 ml
Vs untuk C5 adalah:
Vs =V5 x C5
Cs
=5 ml x 80%
100%
= 4 𝑚𝑙
Pelarut untuk C5 = V5 – Vs
= 5 ml – 4 ml
= 1 ml
8
Sehingga:
a. Konsentrasi 5% = 0,5 ml minyak atsiri daun sirih merah
(Piper crocatumRuiz & Pav.) yang ditambah dengan 4,75 ml
aquadest steril.
b. Konsentrasi 10% = 0,5 ml minyak atsiri daun sirih merah
(Piper crocatumRuiz & Pav.) ditambah dengan 4,5 ml
aquadest steril.
c. Konsentrasi 20% = 1 ml minyak atsiri daun sirih merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav.)ditambah dengan 4 ml aquadest steril.
d. Konsentrasi 40% = 2 ml minyak atsiri daun sirih merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav.) ditambah dengan 3 ml aquadest steril.
e. Konsentrasi 80% = 4 ml minyak atsiri daun sirih merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav.) ditambah dengan 1 ml aquadest steril.
Sebelum dilakukan pencampuran, minyak atsiri terlebih dahulu
diemulsikan menggunakan Tween-80 agar dapat terlarut dalam air.
5. Persiapan kontrol positif dan kontrol negatif
Untuk kontrol positif terhadap bakterigram positif Staphylococcus
epidermidis digunakan Klindamisin solusio. Untuk kontrol negatif
digunakan aquadest.
6. Sterilisasi alat
Alat yang digunakan pada proses uji daya antibakteri dicuci bersih
kemudian dikeringkan dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC
selama 20 menit.
7. Persiapan suspensi bakteri
9
Ambil 1 oshe bakteri dari biakan dan tanam pada media. Diamkan
selama 24 jam pada suhu 370C hingga didapatkan koloni kuman. Ambil 1
oshe bakteri dari koloni kuman untukmasing-masing spesies kuman untuk
kemudian masing-masing ditanam pada 0,5 ml media BHI cair dan
diinkubasi selama 5-8 jam pada suhu ruang 370C.
Siapkan 2 ml NaCl fisiologis steril dalam tabung reaksi. Kemudian
ambil beberapa oshe bakteri Staphylococcus epidermidis dari biakan dan
masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl fisiologis, kemudian
bandingkan dengan suspensi 0,5 Mc.Farland (108CFU/ml). Bakteri diambil
dengan kapas lidi steril, dioleskan pada agar Muller Hinton dan diratakan.
8. Uji antibakteri minyak atsiri
Sebanyak 1 oshe isolat bakteri dioleskan pada media. Lakukan
dalam keadaan steril. Kemudian inkubasi biakan pada suhu 37 ºC selama 24
jam.
Timbang media nutrien agar sesuai prosedur di kemasan.
Penimbangan dilakukan dengan cepat dan teliti, kemudian serbuk media
dimasukkan dengan hati-hati kedalam erlenmeyer. Serbuk ditambahkan
aquadest dan diaduk dengan batang pengaduk. Lalu larutan dipanaskan
dengan hati-hati menggunakan penangas sampai media tercampur
homogen. Lalu tuang masing-masing 15 ml ke dalam cawan petri untuk
kemudian disterilkan dengan autoklaf. Autoklaf dengan tekanan 1 atm
121oC selama 15 menit. Setelah diautoklaf, biarkan dingin dan memadat.
Suspensi bakteri dibuat dengan cara, diambil 1 oshe bakteri
kemudian dimasukkan dalam 3 ml NaCl 0,9% steril dan diaduk, sampai
larutan keruh. Suspensi tersebut lalu disesuaikan dengan standar 0,5 Mc
Farland.
Ambil tabung reaksi yang mengandung suspensi bakteri, buka, dan
bakar leher tabung. Celupkan batang kapas kedalam suspensi lalu oles dan
ratakan ke nutrien agar dalam petri. Setelah itu, dibuat sumuran dengan
10
ukuran masing-masing 6 mm dengan alat cork borer. Selanjutnya 40 μL
sampel minyak atsiri dimasukkan ke dalam masing -masing sumuran
tersebut. Petri kemudian ditutup dan diinkubasi 24 jam.
Pengamatan penghambatan pertumbuhan bakteri dilakukan dengan
mengukur diameter zona bening disekitar sumuran yang merupakan
diameter zona penghambatan sampel.
9. Pengamatan hasil
Pengamatan dilakukan setelah 18-24 jam dengan cara mengukur
zona bening yang terbentuk dengan jangka sorong (mm).
10. Replikasi
Uji antibakteri minyak atsiri dari daun sirih merah (Piper crocatum
Ruiz & Pav.) terhadap Staphylococcus epidermidis dilakukan sebanyak 4
kali replikasi sesuai perhitungan menggunakan rumus estimasi besar
sampel.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Analisis Statistik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk dikarenakan
jumlah sampel sedikit (≤50) dengan hasil analisis yang didapat 0,002,
maka hasil ini menunjukan distribusi data tidak normal karena hasil <
0,05.
b. Uji Homogenitas Varian
Hasil yang didapatkan dari Levene’s Test menunjukkan nilai p
(sig) = 0,008, maka hasil tersebut tidak homogen karena varian data <
0,05.
c. Uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis.
Uji ini digunakan untuk membandingkan dari ketujuh kelompok
yang tidak berpasangan. Pada uji ini didapatkan nilai p (Asymp. Sig) =
11
0,000, maka hasil ini menunjukkan adanya perbedaan antar kelompok
karena nilai p (Asymp. Sig) < 0,05.
d. Uji statistik non parametrik Post Hoc Mann-Whitney.
Dari ketujuh kelompok perlakuan tersebut terdapat perbedaan,
maka selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk mencari data
mana yang memiliki perbedaan bermakna..
Pada uji kontrol positif dengan setiap kelompok konsentrasi
sebagai pembanding yang memiliki tujuan untuk mengetahui sebarapa
besar daya hambat antibakteri dari masing-masing konsentrasi. Pada
perbandingan kontrol positif dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%,
dan 80% nilai p (Asymp. Sig) yang didapatkan sama yaitu 0,019,
kecuali pada konsentrasi 5% dan 80% masing-masing yaitu 0,013 dan
0,018. Dari hasil tersebut didapatkan nilai p < 0,05 maka adanya
perbedaan hambatan yang bermakna dari keduanya secara statistik.
Uji kontrol negatif dengan masing-masing konsentrasi yaitu
untuk menilai adanya aktivitas daya hambat antibakteri dari masing-
masing konsentrasi, pada nilai p (Asymp. Sig) dari konsentrasi 5%,
10%, 20%, 40%, dan 80%. Dari kelima konsentrasi tersebut terdapat
perbedaan yang bermaknadengan nilai p (Asymp. Sig) yang sama yaitu
0,013, kecuali pada konsentrasi 5% dengan nilai p (Asymp. Sig) yaitu
1,000. Hal ini dikarenakan konsentrasi 5% tidak memiliki zona hambat
atau sama dengan kontrol negatif.
e. Uji korelasi Spearman.
Pada uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui
korelasi antara masing-masing konsentrasi minyak atsiri daun sirih
merah dengan diameter zona hambat antibakteri.Hasil yang diperoleh
nilai p sebesar 0,002 dengan nilai Correlation Coefficient sebesar
0,552. Hal ini membuktikan bahwa nilai p<0,05 berarti terdapat
korelasi yang bermakna dengan kekuatan korelasi yang sedang.
12
3.2. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan ini adalah untuk menguji efektivitas
antibakteri minyak atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis secara in vitro dengan
melihat ada atau tidaknya zona hambat atau zona bening yang terbentuk.
Metode sumuran dilakukan dengan cara membuat lubang dengan diameter
6 mm menggunakan cork borer sehingga minyak atsiri dapat langsung
bertemu dengan media pertumbuhan sehingga bukan hanya permukaannya
saja tetapi sampai kedasar dari media. Kemudian daya hambat bakteri
dapat dilihat dari zona bening di sekitar sumuran.
Pada penelitian ini terdapat 7 kelompok perlakuan dengan masing-
masing bakteri pada media tanam (Stahpylococcus epidermidis) yang
didapatkan dari Sub Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Berdasarkan rumus Federer yang
dihitung maka penelitian ini menggunakan empat pengulangan.
Pengulangan atau replikasi ini bertujuan untuk meyakinkan kebenaran dari
hasil percobaan.
Pada Tabel 1 menunjukkan hasil dari pengukuran zona hambat
dengan beberapa konsentrasi dari minyak atsiri daun sirih merah terhadap
Staphylococcus epidermidis. Rerata zona hambat yang didapatkan dari
keempat replikasi pada konsentrasi 5% yaitu 6 mm, pada 10% yaitu11,75
mm, pada konsentrasi 20% yaitu 15,75 mm, konsentrasi 40% yaitu 17,75
mm, dan konsentrasi 80% yaitu 20,5mm. Zona hambat semakin besar
seiring dengan semakin besarnya pemberian konsentrasi minyak atsiri
daun sirih merah.
Pada Tabel 1 juga didapatkan bahwa zona hambat oleh kontrol
positif lebih besar dari pada zona hambat yang terbentuk oleh konsentrasi
minyak atsiri daun sirih merah. Sedangkan untuk kontrol positif untuk
penelitian ini menggunakan klindamisin yang memiliki mekanisme
hampir mirip dengan mekanisme eritromisin yaitu menghambat sintesis
13
protein dengan mengganngu reaksi translokasi dan pembentukan
kompleks inisiasi (Brooks, et al., 2013).
Berdasarkan hasil analisi Kruskal-Wallis, didapatkan nilai p
sebesar 0,000 hasil ini berarti nilai p<0,05 maka ada perbedaan antara dua
kelompok. Untuk mengetahui kelompok yang mana yang memiliki
perbedaan yang signifikan maka dilakukan uji post hoc menggunakan uji
Mann-Whitney.
Berdasarkan hasil Mann-Whitney kontrol positif dengan
konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40% dan 80%yaitu 0,019 kecuali pada
konsentrasi 5% dan 80% masing-masing 0,013 dan 0,018. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk semua konsentrasi minyak atsiri daun sirih
merah dibandingkan dengan kontrol positif memiliki perbedaan
bermakna. Berdasarkan Grafik 1 perbandingan angka rerata diameter zona
hambat masing-masing konsentrasi dengan kontrol positif, zona hambat
kontrol positif lebih besar dari masing-masing konsentrasi. Dari hasil
tersebut berarti efek antibakteri kontrol positif lebih besar dari masing-
masing konsentrasi.
Sedangkan uji Mann-Whitney kontrol negatif dengan konsentrasi
5%, 10%, 20%, 40% dan 80% didapatkan nilai p sebesar 0,013 kecuali
konsentrasi 5% dengan nilai p yaitu 1,000 yang berarti nilai p>0,05 maka
tidak terdapat perbedaan bermakna dikarenakan zona hambat pada
konsentrasi 5% tidak ada. Berdasarkan hasil tersebut berarti adanya efek
antibakteri pada minyak atsiri daun sirih merah pada konsentrasi 10%,
20%, 40% dan 80%.
Menurut hasil uji korelasi Spearman, diperoleh nilai p sebesar
0,002 yang berarti nilai p<0,05 dan juga nilai Correlation
Coefficientsebesar 0,552. Hal ini membuktikan bahwa terdapat korelasi
yang bermakna antara peningkatan konsentrasi minyak atsiri daun sirih
merah dengan peningkatan zona hambat terhadap Staphylococcus
epidermidis yang memiliki efek antibakteri.
14
Minyak atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
merupakan senyawa yang sering dijumpai pada marga Piper dan senyawa
yang terkandung dalam minyak atsiri daun sirih merah biasanya adalah
senyawa terpenoid (Batubara, et al., 2011).
Komponen terpenoid dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
monoterpen dan sisquiterpen. Golongan monoterpen terdiri atas senyawa
sabinen, β-mirsen, dan phenol. Sedangkan, golongan sisquiterpen terdiri
atas senyawa trans-kariofillen (Dewick, 2009). Dari penelitian Jasmine, et
al., (2011) bahwa senyawa terpenoid adalah salah satu senyawa dari
fitokimia antimikroba yang memiliki mekanisme aksi yaitu mengganggu
membran sel bakteri.
Pada analisis GC-MS minyak atsiri daun sirih merah yang telah
dilakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM, diperoleh 20
komponen (puncak) dengan 4 komponen yang memiliki % area tertinggi,
masing-masing senyawa tersebut yaitu sabinen (28,11%), β-mirsen
(16,73%), trans-kariofillen (12,30%) dan phenol (5,24%). Dari keempat
senyawa tersebut masing-masing memiliki fungsi yang sama, salah
satunya yaitu antimikroba, hal ini didukung dengan penelitian Arunkumar,
et al, .(2014)bahwa sabinen memiliki aktivitas antibakteri dan
antiinflamasi. Menurut Howarto, et al., (2015) senyawa mirsen memiliki
aktivitas antimikroba pada gram positif dan gram negatif. Sementara itu
dari penelitian Swamy, et al., (2016) trans-kariofillen memiliki efek
antibakteri. Menurut penelitian Araujo, et al., (2014) phenol juga memiliki
aktivitas antimikroba.
Pada penelitian Marliyana, et al., (2013) komponen minyak atsiri
daun sirih merah asal Magelang diperoleh 16 komponen (16 puncak) yang
terdeteksi dengan GC-MS. Senyawa dominan yang diperoleh 6 komponen
(6 puncak) yaitu α-tuyan 2,42%, α-pinen 3,16%, kamfen 0,49%, sabinen
74,73%, β-mirsen 17,12%, dan trans-kariofillen 1,88%.
Maka dari itu terdapat perbedaan komponen minyak atsiri daun
sirih merah asal Magelangdengan penelitian ini, disebabkan komposisi
15
dari minyak atsiri sangat bervariasi tergantung dari tanaman penghasil,
iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode ekstraksi dan cara
penyimpanan minyak atsiri (Nurhaen, et al., 2016).
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif yang
memiliki struktur dinding sel mengandung polisakarida, protein dan lipid
yang rendah (1-4%), berbeda dengan bakteri gram negatif yang memiliki
dinding sel kandungan lipid lebih tinggi (11-22%) serta struktur dinding
sel yang berlapis tiga yaitu lipoprotein, membran luar fosfolipid dan
polisakarida. Membran luar fosfolipid dan lipopolisakarida ini dapat
mengurangi masuknya zat antibakteri ke dalam sel, sehingga dinding sel
bakteri Staphylococcus epidermidis lebih mudah ditembus oleh minyak
atsiri daun sirih merah ini (Brooks, et al., 2013).
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :
1. Minyak atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis.
2. Minyak atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) mengandung
20 komponen (20 puncak) dengan 4 komponen yang memiliki persentase
area tertinggi, masing-masing senyawa tersebut antara lain sabinen 28,11%,
β-mirsen 16,73%, trans-kariofilen 12,30% dan phenol 5,24%.
Saran pada penelitian ini adalah sebagai sebagai berikut:
1. Dilakukan uji toksisitas terhadap penggunaan minyak atsiri daun sirih
merah (Piper crocatum Ruiz & Pav).
2. Dilakukan pengujian dengan menggunakan metode dilusi untuk mengetahui
kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum dari minyak atsiri daun
sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav).
3. Perlu dilakukan uji efektivitas yang lain sebagai pengembangan manfaat
daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav).
4. Dilakukan uji efektivitas antibakteri minyak atsiri daun sirih merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav) terhadap bakteri lain.
16
PERSANTUNAN
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Prof. DR. Dr. EM Sutrisna,
M.Kes., Dr. Rochmadina Suci Bestari, M.Sc., dan Dr. Devi Usdiana Rosyidah,
M.Sc. yang telah menguji, membimbing, memberikan saran dan nasihat kepada
penulis dalam skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga skripsi
ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Araujo, K. M. d., Lima, A. d. & Silva, J. d. N., 2014. Indentification of Phenolic
Compound and Evaluation of Antioxidan and Antimicrobial Properties of
Euphorbia tirucalli L.. Antioxidants, 3 : 159-175.
Arunkumar, R., Nair, S. a., Rameshkumar, k. B. & Subramoniam, A., 2014. The
Essential Oil Constituents of Zornia diphylla (L.) Pers, and Anti-
Inflamatory and Antimicrobial Activities of the Oil. Academy of Chemistry
of Globe Publications, 385-393.
Bangun, A., 2012. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Bandung: Indonesia
Publishing House.
Bangun, A., 2016. Ensiklopedia Daun Obat. Bandung: Indonesia Publishing
House.
Batubara, I., Rahminiwati, M., Darusman, L. & Mitsunaga, T., 2011. Tyrosinase
activity of Piper batle and Piper crocatum essential oil. Proceeding of The
International Conference on Basic Sience, 3: 50.
Brooks, G. F., Carol, K. C., Buteli, J. S. & Morse, S. A., 2013. Medical
Microbiology. Twenty-Sixth ed. U.S.A.: The McGraw-Hill Companies,
Inc.
Dewick, P. M., 2009. Medicinal Natural Product: A Bioseynthetic Approach. 3rd
ed. New York: John Wiley & Sons, LTD.
Ebadi, M., 2006. Pharmacodynamic Basic of Herbal Medicine. 2 ed. New York:
CRC press.
Fitriyah, N., Purwa, M. & Alfiyanto, M. A., 2013. Obat Herbal Antibakteri Ala
Tanaman Binahong. KesMaDaSka.
17
Gunawan, S. G., 2007. Farmakologi dan Terapi. 5 ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Hardjasaputra, P., Budipranoto, G., Sembiring & Kamil, I., 2008. Data Obat di
Indonesia. 11 ed. Jakarta: Grafidian Medipress.
Hasiib, E. A., Riyanti & Hartono, M., 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia). Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 3(1):
14-22.
Herslambang, R. A., Rahmawanty, D. & Fitria, M., 2015. Aktivitas Sediaan Gel
Kersetin Terhadap Staphylococcus epidermidis. Galenika journal of
pharmacy,1(1) : 59-64.
Howarto, M. S., Wowo, P. M. & Mintjelungan, C. N., 2015. Uji Efektifitas
Antibakteri Minyak Atsiri Sereh Dapur sebagai Bahan Medikamen
Saluran Akar terhadap Bakteri Enterococcus faecalis. Jurna e-GiGi, 3 : 2.
Jaksa, S., 2012. Minyak Atsiri dari Beberapa Tanaman Obat. Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan, 6(1):1-8.
Jasmine, R., Selvakumar, B. & Daisy, P., 2011. Investigating The Mechanism Of
Action Of Terpenoids and The Effect Of Interfering Substances On An
Indian Medicinal Plant Extract Demonstrating Antibacterial Activity.
International Journal of Pharmaceutical Studies and Research, 2:19-24.
KEMENKES, RI, 2010. Guide line for the Use of Herbal Medicine in Family
Health Care. Sixth ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Majinda, R., 2012. Extraction and Isolation of Saponins. Methods Mol,
864:415-426.
Marliyana, S. D., Handayani, N., Ngaisah, S. & Setyowati, E. N., 2013. Aktivitas
Antibakteri Minyak Atsiri Dsaun Sirih Merah. Alchemy, 9: 33- 40.
Miksusanti, Jennie, B. S., Ponco, B. &. T. G., 2008.. Kerusakan Dinding Sel
Escherichia coli Oleh Minyak Atsiri Temu Kunci
(Kaempferiapandurata). Berita Biologi,1-8.
Mir, M., Sawhney, S. & Jassal, M., 2013. Qualitative and Quantitative Analysis of
Phytochemicals of Taraxaum offinale. Wudpecker J. Pharm. Pharmacol,
2:1-5.
Movita, T., 2013. Acne Vulgaris. Kalbemed, 40(8).
Ningsih, Q. I. W., 2013. Daya Hambat Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper
crocatum) terhadap Streptococcus mutans. Artikel Ilmiah Mahasiswa
Universitas Negeri Jember.1.
18
Nurhaen, Winarsii, D. & Ridhay, A., 2016. Isolasi dan Identifikasi Komponen
Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bungan Tumbuhan
Salembangu (Melissa sp.). Online Journal of Natural Science, 5(2):149-
157.
Parfati, N. & Widono, T., 2016. Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Kajian
Pustaka Aspek Botani, Kandungan Kimia, dan Aktivitas Farmakologi.
Media Pharmacuetica Indonesia, 1.
Pratiwi, S. T., 2011. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Saising, J., Hiranrat, A., Mahabusarakan, W. & Ongsakul, M. &. V. S., 2008.
Rhandomyrthone from Rhandomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. As a
Natural Antibiotic for Staphylococcus cutaneous Infection.. Journal of
Health Science, 54:589-595.
Soetan, K., Oyekunle, M., Aiyelaagbe, O. & Fafunso, M., 2006. Evaluation of
Antimicrobial activity of saponins extract of Sorghum Bicolor L. Moench.
Afr. J. Biotechnol,5:2405-2407.
Swamy, M. K., Akhtar, M. S. & Sinniah, U. R., 2016. Antimicrobial Properyies of
Plant Essential oil against Human Pathogen and Their Mode of Action.
Evidence-Based Complementary nad ALternative Medicine, 21.
Syahrurachman, A., Chatim, A. & Karuniawati, A., 2010. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi Revisi ed. Jakarta: Binarupa Aksara.
Tjay, T. H. & Rahardja, K., 2007. Obat-obat Penting Kasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. 6 ed. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Wijaya, N. & Respati, B., 2012. Isolasi, Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri
Minyak Atsiri Rimpang Lempuyang Wangi. Molekul, 7:88 - 94.
Wolff, K., Goldsmith, L. A. & Katz, S. I., 2008. Fitzpatrick's Dermatology in
General Medicine. Seventh ed. New York: The McGraw-Hill Companies