UJI DAYA HAMBAT SARI DAUN ALPUKAT (Pe rsea americana mill ...
Transcript of UJI DAYA HAMBAT SARI DAUN ALPUKAT (Pe rsea americana mill ...
UJI DAYA HAMBAT SARI DAUN ALPUKAT (Persea americana mill )
TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma
III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Analis Kesehatan
OLEH:
LISFARESLIANA HASJIM
P00341014015
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2017
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah Ini Adalah Hasil Karya Saya Sendiri, dan Semua
Sumber Baik yang Dikutip maupun Dirujuk telah Saya Nyatakan dengan
Benar.
Nama : Lisfaresliana Hasjim
Nim : P00341014015
TTL : Sabilambo, 04 September 1996
Pendidikan : Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Analis
Kesehatan Sejak Tahun 2014 Sampai Sekarang.
Kendari, Juli 2017
LISFARESLIANA HASJIMP00341014015
RIWAYAT HIDUP PENELITI
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Lisfaresliana Hasjim
NIM : P00341014015
Tempat, Tanggal Lahir : Sabilambo, 04 September 1996
Suku / Bangsa : Tolaki Mekongga / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri 3 Lamokato, Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 2 Kolaka, Tamat Tahun 2011
3. SMK Kesehatan Yaniar Kolaka, Tamat Tahun 2014
4. Sejak tahun 2014 Melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
MOTTO
Tetaplah Bergerak Maju Meski Lambat
Karena Dalam Keadaan Tetap Bergerak, Anda Menciptakan Kemajuan
Jauh Lebih Baik Bergerak Maju, Sekalipun Pelan
Dari Pada Tidak Bergerak Sama Sekali
Kupersembahkan Karya Tulis Ini
Untuk Kedua Orang Tuaku, Kakakku, Agama
Bangsa Dan Almamaterku Tercinta
ABSTRAK
Lisfaresliana Hasjim (P00341014015) “Uji Daya Hambat Sari Daun Alpukat(Percea americana mill) Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli” . Dibimbingoleh Bapak Muhaimin Saranani sebagai pembimbing I dan Ibu Tuti Yuniartysebagai pembimbing II ( xiv + halaman + daftar Tabel + daftar gambar + daftarlampiran). Daun alpukat (Percea americana mill) merupakan bagian tanamanalpukat yang memiliki manfaat sebagai obat tradisional. Daun alpukat potensialdijadikan sebagai anti diare berdasarkan kandungan zat kimia yang terdapatdidalamnya yaitu saponin, alkaloid, tanin, flavanoid, polifenol, quersetin yangdigunakan untuk membunuh bakteri patogen, salah satunya Escherichia coli.Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan didalam usus besarmanusia sebagai flora normal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dayahambat sari daun alpukat terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Jenispenelitian ini adalah Experimental laboratory. Desain penelitian yang digunakandalam penelitian ini adalah static group comparison karena penelitian ini dilakukanuntuk melihat perbedaan konsentrasi 10%, 15%, 25%, 50% dan 75% sari daunalpukat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan melihatzona bening yang terbentuk. Hasil penelitian menununjukkan bahwa padakonsentrasi 25%, 50% dan 75% terbentuk zona bening (zona hambat), sedangkanpada konsentrasi 10% dan 15% tidak terbentuk zona bening (zona hambat). Darihasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa sari daun alpukat mampumenghambat pertumbuhan Escherichia coli pada konsentrasi 25%, 50% dan 75%.
Kata Kunci : Uji daya hambat, Daun alpukat, Escherichia coli
Dartar Pustaka : 30 buah (2001 – 2017)
KATA PENGANTAR
Assalamuaalaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil Alamin, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah dan kemudahan yang selalu diberikan kepada hamba-Nya,
sehingga karya tulis ilmiah dengan judul “Analisis kandungan boraks pada bakso
yang dijual Di Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara”. Penelitian ini disusun
dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program
Diploma III (DIII) pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan.
Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
kedua orang tua saya, Bapak Muh. Hasjim Nggoso dan Ibu Hartina serta saudara/i
saya (Hestira Delisma, Muh. Sasjlanudin, Suharman Samudra, Azka, Anisa)
atas semua bantuan moril maupun materil, motivasi, dukungan dan cinta kasih yang
tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut ilmu
sampai selesainya karya tulis ini.
Proses penulisan karya tulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang dan
penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada
Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.M.Sc selaku pembimbing I dan Tuti Yuniarty,
S.Si.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran
dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama
menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga tujukan kepada:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan.
4. Kepada Bapak dan Ibu Dewan Penguji. Askrening, SKM.,M.Kes, Hj. St.
Rachmi Misbah,S.Kep.,M.Kes, dan Reni Yunus, S.Si.,M.Sc yang telah
memberikan arahan perbaikan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan serta Seluruh Staf dan Karyawan atas segala fasilitas dan
pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
6. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Nur Alam, Asiruddin,
Ulfa, Cucu, Titin, Umi, Rosma, Patra, Nina, Ummul, Yaqub, Ichsan,
Febri, Hilman dan Edwin yang selama ini telah memberikan bantuan baik
secara langsung maupun tidak langsung demi kesuksesan penulis.
7. Kepada sahabat-sahabatku tersayang Twuiblinds dan Doan terima kasih atas
motivasi dan semangat kalian selama ini.
8. Terima kasih juga kepada Seluruh Teman-Teman Seperjuanganku
Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan yang dari awal kita bersama hingga
saat ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terkhusus kepada kedua
orang tua tercinta dari Sharyelating, terimakasih atas dukungan serta
fasilitas yang kalian berikan.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan
keterbatasan yang ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat untuk
menambah khasanah ilmu khususnya bagi ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya. Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib dilewati dari masa studi
yang telah penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Kendari, Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Hlm
HALAM JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Peneltian .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Escherichia Coli ............................. 6
B. Tinjauan Umum Tentang Daun Alpukat ................................. 10
C. Tinjauan Umum Tentang Sari ................................................. 13
D. Tinjauan Umum Tentang Aktivitas Antibakteri ...................... 13
E. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan ................................... 16
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran ...................................................................... 24
B. Kerangka Pikir ......................................................................... 25
C. Kerangka Konsep ..................................................................... 25
D. Variabel Penelitian .................................................................. 26
E. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................. 26
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 28
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 28
C. Bahan Uji ................................................................................. 28
D. Instrument Peneitian ................................................................ 29
E. Prosedur Penelitian .................................................................. 31
F. Jenis Data ................................................................................. 33
G. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 34
H. Analisis Data ........................................................................... 34
I. Penyajian Data ......................................................................... 34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 35
B. Hasil Penelitian......................................................................... 35
C. Hasil Uji Zona Hambat............................................................. 39
D. Pembahasan .............................................................................. 41
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................ 45
B. Saran ......................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Morfologi Escherichia coli .......................................................... 7
Gambar 2.2 Daun Alpukat Muda dan Tua ....................................................... 11
Gambar 2.3 Nutrient Agar (NA)....................................................................... 17
Gambar 5.1 Hasil Uji Konsentrasi 10% Terhadap Escherichia coli................ 36
Gambar 5.2 Hasil Uji Konsentrasi 15% Terhadap Escherichia coli................ 36
Gambar 5.3 Hasil Uji Konsentrasi 25% Terhadap Escherichia coli................ 37
Gambar 5.4 Hasil Uji Konsentrasi 50% Terhadap Escherichia coli................ 37
Gambar 5.5 Hasil Uji Konsentrasi 75% Terhadap Escherichia coli................ 38
Gambar 5.6 Hasil Uji Kontrol Positif dan Kontrol Negatif ............................. 38
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Instrument Penelitian di Laboratorium ................................ 28
Tabel 4.2 Bahan Penelitian .................................................................. 11
Tabel 5.1 Kategori Penghambatan Antibakteri .................................... 39
Tabel 5.2 Tabel Uji Zona Hambat Sari Daun Alpukat......................... 39
Tabel 5.2 Tabel Uji Diameter Zona Hambat Sari Daun Alpukat......... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes
Kendari
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian Dan
Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 5 Surat Keterangan Bebas Laboratorium
Lampiran 8 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 9 Surat Keterangan Hasil Penelitian
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit yang paling banyak
diderita oleh penduduk negara Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi
adalah bakteri. Penyakit infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri yaitu diare.
Menurut WHO (2013) menyatakan bahwa penyakit diare merupakan penyebab
kedua kematian anak-anak di dunia. Dengan jumlah 780 juta anak di dunia,
dilaporkan anak dengan umur kurang dari 5 tahun memiliki angka kejadian diare
terbesar yaitu mencapai 760.000 per tahun. Negara berkembang memiliki angka
kejadian diare lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju.
Di Indonesia sendiri penyakit diare masih menjadi fokus masalah
kesehatan karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 insiden
rate(IR) penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi,
dengan angka kefatalan kasus yang masih tinggi. Berdasarkan pola penyebab
kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13
dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare
merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumo-nia
(Kemenkes RI, 2011). Maka tidak diragukan lagi bahwa diare merupakan suatu
masalah kesehatan yang sering terjadi.
Pada profil kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012
menunjukkan jumlah perkiraan kasus diare di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2012 berjumlah 96.644 kasus dari total penduduk 2.310.083 jiwa. Total diare
yang ditangani Tahun 2012 sebesar 60.48%.(Depkes; 2012)
Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang
dikeluarkan dengan frekuensi buang air besar yang lebih sering dibandingkan
dengan biasanya. Diare bisa berdampak fatal apabila penderita mengalami
dehidrasi akibat kehilangan banyak cairan tubuh. Oleh sebab itu diare tidak
boleh dianggap sepele walaupun kondisi ini umum terjadi. Pada umumnya, diare
terjadi akibat komsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi
bakteri,virus, atau parasit. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit
diare yaitu bakteri Escherchia coli ( Arlita, Y, dkk: 2013).
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang normalnya hidup
sebagai flora normal di sistem pencernaan manusia, dan juga bisa menjadi
patogen yang menyebabkan infeksi (Giske, et al., 2012 ) . Escherichia coli
adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada
dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia coli
termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat
oganik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang
dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini
menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2,
H2O, energi, dan mineral. Di dalam lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi
sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Kusuma, 2010).
Penularan Escherichia coli dalam menyebabkan diare dapat terjadi
melalui air yang terkontaminasi kotoran manusia yang terinfeksi. Selain itu
penularan juga dapat terjadi melalui kontak dari pekerja yang terinfeksi selama
makanan diproses berlangsung sehingga Escherichia coli dapat menjadi salah
satu penyebab penularan penyakit melalui makanan (Foodborne disease) yaitu
penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang
tercemar.
Saat ini banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional
untuk mengatasi berbagai penyakit termasuk infeksi bakteri, karena banyak orang
beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional relative lebih aman
dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan kimia. Salah satu diantaranya
tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah daun alpukat (Persea
americana Mill). Daun alpukat potensial dijadikan sebagai anti diare berdasarkan
kandungan zat kimia yang terdapat di dalamnya. Daun alpukat memilki senyawa
antimikroba seperti saponin, alkaloid, tanin, flavanoid, polifenol, quersetin yang
digunakan untuk membunuh bakteri patogen, seperti Staphylococcus aureus,
pseudomonas flurescens, Bacillus cereus dan, Escherichia coli (Tersono Hadi
2008).
Selain sebagai antibakteri, kelebihan lain senyawa flavonoid dalam daun
alpukat dapat juga bersifat sebagai antioksidan, analgesik, dan antiinflamasi
sehingga dapat mengurangi kerusakan jaringan pulpa, rasa sakit,
Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Felina dkk, 2014 menunjukkan
hasil perhitungan rerata diameter zona hambat ekstrak daun alpukat dalam
konsentrasi 25%, 50% dan 100% masing-masing sebesar 8.99 mm, 10.73 mm,
dan 11.82 mm dengan ekstrak daun alpukat 50% dan 100% terbukti cukup efektif
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang masih satu
golongan dalam golongan Staphylococcus aureus. Penelitian senada oleh Nur
Ismiyati, 2010 menunjukkan adanya aktivitas antibakteri ekstrak air daun alpukat
terhadap Staphylococcus aureus dengan konsentrasi optimum 50% dan 75%
dengan zona hambat 10,17 mm dan 11,17 mm.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Uji Daya Hambat Sari Daun Alpukat (Persea americana Mill )
Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli”. Perbedaan penelitian sebelumnya
dan penelitian kali ini yaitu peneliti menggunakan sari daun alpukat dengan
berbagai konsentrasi, dimana konsentrasi yang digunakan lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi penelitian sebelumnya. Adapun konsentrasi
yang digunakan 10%, 15%, 25%, 50% dan 75%. Dan juga peneliti menggunakan
bakteri yang berbeda yaitu Escherichia Coli.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian “ apakah Uji daya hambat sari daun alpukat
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Uji daya hambat sari daun alpukat terhadap
pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui zona hambat bakteri Escherichia coli pada media
Nutrient Agar (NA)
2) Untuk mengetahui konsentrasi yang efektif dari sari daun alpukat
sebagai daya hambat Escherichia coli.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi
Untuk memberikan sumbangsih ilmiah untuk almamater berdasarkan
hasil penelitian tentang Uji daya hambat sari daun alpukat terhadap bakteri
Escherichia coli.
2. Bagi masyarakat
Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai khasiat sari
daun alpukat terhadap perkembangan bakteri Escherichia coli.
3. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Escherichia coli
1. Pengertian
Escherichia coli merupakan bakteri usus, bakteri ini tergolong
bakteri gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, kebanyakan
bersifat motil (dapat bergerak) menggunakan flagela, dan dapat
memfermentasi laktosa. Kebanyakan strain tidak bersifat membahayakan,
tetapi ada pula yang bersifat patogen terhadap manusia, seperti
enterohaemorrhagic escherichia coli (EHEC). Escherichia coli merupakan
tipe EHEC yang terpenting dan berbahaya terkait dengan kesehatan
masyarakat. Escherichia coli dapat masuk ke dalam tubuh manusia terutama
melalui konsumen pangan yang tercemar, misalnya daging mentah, daging
yang dimasak setengah matang, dan cemaran fekal pada air pangan (bibiana,
2010).
Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan
di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Bakteri ini bersifat unik
karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus, misalnya : diare, seperti
juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar
usus (jawetz, 2012).
2. Morfologi dan klasifikasi Escherichia coli
Klasifikasi secara ilmiah bakteri Escherichia coli sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Bacteria
Class : Schizomycetes
Order : Eubacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang, gram negatif,
mempunyai kapsul, tidak mempunyai spora, dan bergerak aktif dengan
flagella peritrich, dan termasuk bakteri aerob dan anaerob fakultatif
(pestariati, 1995).
Gambar 2.2 escherichia coli
Sumber : Biology, campbell. Escherichia coli. 2010
3. Patogenesis Escherichia coli
Genus Escherichia umumnya mengkoloni usus besar sebagai flora
normal, tetapi sebagian berpotensi sebagai patogen (oportunistik).
Escherichia coli menjadi penyebab diare yang banyak ditemukan di seluruh
dunia. Escherichia coli menjadi pathogen jika jumlah bakteri ini dalam
saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus. Escherichia coli
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare,
berasosiasi dengan enteropatogenik meghasilkan enterotoksin pada sel epitel.
Escherichia coli yang menyebabkan diare akan membawa plasmid yang
mengkode produksi toksin serta perlekatan pada sel intestinal. Plasmid dapat
mengkode protein yang meningkatkan patogenisitas bakteri.tanpa plasmid ini,
Escherichia coli menjadi tidak berbahaya dan tidak bersifat pathogen (EGC,
2010).
Manifestasi klinik dari penyakit (misalnya, diare) sering transmisi
agen yang diproduksi oleh mikroorganisme. Demikian pula, kontaminasi
produk makanan yang mengandung Escherichia coli dapat menyebabkan
diare akibat transmisi bakteri tersebut. Pada beberapa kasus diare,
Escherichia coli melibatkan beberapa mekanisme yang berbeda,
diklasifikasikan oleh cirri khas sifat-sifat virulensinya. Escherichia coli
membawa plasmid yang mengkode produksi toksin di sel intestina. Beberapa
kelompok galur Escherichia coli yang pathogen, yaitu :
a. Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC)
Menyebabkan diare cair yang sering terjadi pada bayi di Negara
berkembang dan dapat sembuh sendiri, tapi dapat pula menjadi kronik,
lamanya diare ini dapat di persingkat dengan pemberian antibiotik. EPEC
menempel pada sel epitel usus halus dengan menggunakan adhesin yang
dikenal dengan intimin, kemudian menggunakan toksin dan menyebabkan
mikrovili hilang dan filamen aktin terbentuk.
b. Enterotoxicgenic Escherichia coli (ETEC)
menyebabkan diare pada orang yang bepergian sehingga dikenal
dengan traveller’s diarrhea. ETEC mengeluarkan enterotoksin LT (heat-
labile enterotoxin, inaktivasi pada suhu 60◦C dalam 30 menit) atau
enterotoksin ST (heat-stable enterotoxin, tahan suhu >100◦C). Bakteri
dengan LT menempel pada brush border sel epiteln halus yang
mengakitvasi enzim adenil siklase kemudian siklik adenosin monofosfat
konsentrasinya meningkat, maka permeabilitas sel epitel usus meningkat
sehingga absorpsi natrium terhambat dan terjadi hipersekresi air dan
kkorida, akhirnya menyebabkan aiare cair masif. Sedangkan ST
mengaktivasi siklik guanilil siklase pada sel epitel sehingga terjadi
penurunan motilitas usu halus dan gangguan absorpsi klorida yang
menyebabkan sekresi cairan.
c. Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)
Strain Escherichia coli tipe ini dapat menimbulkan penyakit diare
seperti pada Shigella. Identifikasi bakteri ini dapat dilakukan dengan
sereny test yaitu dengan meneteskan suspensi pekat bakteri ini pada mata
marmut.
d. Enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC)
Penyebab diare ringan, colitis hemoragik, sindroma hemolitik
uremik hingga nyeri abdomen berat. EHEC menghasilkan verotoksin
yang sifatnya hampir sama dengan toksin shiga pada Shigella dysentriae,
meskipun secra antigenik dan genetik berbeda. Berdasarkan sifat
patogeniknya dan produksi toksinnya strain enteropatogenik escherichia
coli dapat dibedakan menjadi dua grup yaitu : grup 1 : terdiri dari strain
yang bersifat fatogenik tetapi tidak memproduksi enterotoksin dan
menyebabkan enterotoksigenik dengan cara menyerang sel-sel epitelium
saluran usus dan menimbulkan gejala yang menyerupai penyakit kolera.
Srain yang termasuk grup II : disebut Escherichia coli enterotoksigenik
tidak bersifat inovatif tetapi toksin yang dilepaskan, menyebabkan
sekresi elektrolit dan cairan ke saluran pencernaan yang berlebihan. Hal
ini bisa menyebabkan diare yang bervariasi yaitu ringan sampai berat
(supardi dan sukamto, 1999).
e. Escherichia coli anteroaggregative (EAggEC/EAEC)
Merupakan penyebab diare akut dan kronik yang lebih dari >14
hari. EAEC memproduksi hemolisin dan ST enterotoksin seperti yang
dikeluarkan oleh ETEC.
Gejala penyakit yang disebabkan oleh escherichia coli berupa kram
perut, diare (pada beberapa kasus dapat timbul diare berdarah), demam, mual
dan muntah. Masa inkubasi berkisar 3-8 hari, sedangkan pada kasus sedang,
berkisar antara 3-4 hari (madigen et al, 1995).
B. Tinjauan Umum Tentang Daun Alpukat (Persea americana mill)
1. Pengertian
Tanaman alpukat (Persea americana Mill) merupakan salah satu
tanaman yang memiliki manfaat sebagai obat tradisional. Hampir semua
bagian dari tanaman ini memiliki khasiat sebagai sumber obat-obatan. Bagian
buah famili Lauraceae ini memiliki kandungan gizi yang tinggi, bagian daun
digunakan untuk ramuan obat penyakit ginjal, hipertensi. Daun merupakan
bagian tanaman alpukat yang memiliki manfaat sebagai obat tradisional.
Alpukat berupa pohon dengan ting gi 3-10 m. batang berkayu, bulat,
bercabang,coklat. Alpukat memiliki daun bertangkai, berjejal-jejal pada
ujung ranting, berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau bulat telur
terbalik, memanjang, dan waktu muda berambut rapat. Bunga berkelamin
dua, dan berbunga banyak, terdapat di dekat ujung ranting. Buah ini
berbentuk bola atau peer, panjang 5-20 cm, berbiji satu, berwarna hijau atau
hijau kuning, memiliki bau yang enak. Alpukat memiliki bii berbentuk bola
dengan diameter 2,5-5 cm (van Steenis, 2005).
2. Klasifikasi Daun Alpukat
Menurut Depkes RI (2001) klasifikasi daun alpukat sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyte
Subvisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana mill
Daun alpukat memiliki panjang 7-41 cm (Yasir et al., 2010).
Daun bentuknya jorong sampai bundar telur atau ovalis memanjang, tebal,
dan letaknya berdesakan di ujung ranting. Pangkal dan ujung daun
meruncing, tepi rata, kadang-kadang agak menggulung ke atas permukaan
daun gundul. Pertulangan daun menyirip, dengan panjang 5-20 cm dan lebar
3-12 cm. Daun alpukat muda berwarna kemerahan dan berbulu, serta menjadi
halus, kasap (leathery), dan berwarna hijau gelap ketika dewasa (Dalimartha,
2008; Yasir et al., 2010; Crane et al., 2013). Bulu pada daun akan berubah
sesuai dengan usia daun. Daun dan tangkai yang baru tumbuh berbulu lebat,
sedangkan daun tua halus dan mengkilap di bagian atas tetapi berbulu pada
bagian bawahnya. Warna daun bervariasi berdasarkan ras mulai dari hijau
gelap hingga hijau-kekuningan (Ospina, 2002).
Daun alpukat muda (hijau muda) dan tua (hijau tua) dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 2.3 Daun alpukat muda (hijau muda) dan tua (hijau tua) (Siskin, 2013).
3. Habitat umum
Alpukat (Persea americana mill) berasal dari Amerika Tengah.
Tumbuhan in masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Alpukat tumbuh liar di
hutan-hutan, banyak juga ditanam di kebun dan pekarangan yang lapisan
tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air. Tumbuh di daerah
tropik dan subtropik dengan curah hujan antara 1.800 mm sampai 4.500 mm
tiap tahun. Pada umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah.
Tumbuhan tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi. Di Indonesia
tumbuh pada ketinggian tempat antara 1 m sampai 1000 m di atas permukaan
laut (yuniarti, 2008).
4. Manfaat tanaman alpukat
Pemanfaatan daun alpukat digunakan untuk mengobati bebagai
macam penyakit, diantaranya : untuk mengobati kencing batu, darah tinggi
dan sakit kepala, nyeri saraf, nyeri lambung, diare, saluran nafas
membengkak dan menstruasi tidak teratur. Daging buah alpukat berguna
untuk mengatasi sariawan dan melembabkan kulit kering, antibkteri.
Sedangkan khasiat biji alpukat yaitu untuk mengobati sakit gigi dan kencing
manis (DM) (Yuniarti, 2008).
5. Kandungan Kimia
Kandungan utama daun alpukat meliputi flavanoid, alkaloid, saponin,
tanin, poliferol, quersetin (Lukas Tersono Adi, 2008).
Tanin mempunyai aktivitas mikroba terhadap bakteri Esherichia coli,
Steptococcus faecalis dan Staphylococcus aureus. Tanin dalam konsentrasi
rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada
konsentrasi tinggi mampu bertindak sebagai antibakteri dengan cara
mengkoagulasi atau mengumpulkan protoplasma bakteri sehingga terbentuk
ikatan yang stabil dengan protein bakteri. Selain itu, pada saluran pencernaan
tanin mampu mengeliminasi toksin (Poeloengan dkk, 2010).
Alkaloid melakukan penghambatan dengan cara mengganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding
sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel bakteri
(juliantina, 2008).
Flavanoid adalah senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan
untuk mengikat protein bakteri, sedangkan saponin merupakan senyawa yang
dapat meningkatkan permeabilitas membrane sehingga mengakibatkan
terjadinya hemolisis sel bakteri (Tersiono Hadi 2008).
Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas
embran sehingga terjadi hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi dengan
sel bakteri atau sel jamur, maka bakteri tersebut akan rusak atau lisis (Utami,
2013).
C. Tinjauan Umum Tentang Sari
Sari adalah larutan dalam air dan memiliki seluruh bahan yang
terkandung dalam tumbuhan segarnya, sebanding dengan material awalnya yang
tetap tinggal hanyalah bahan yang tidak terlarut. Sebagai material awal dipakai
tumbuhan tumbuhan segar yang dihaluskan (Haisumati, 2014).
D. Tinjauan Umum Tentang Aktivitas Antibakteri
Aktivitas antibakteri adalah kadar terkecil yang dibutuhkan oleh agen
antibakteri untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Nilai dari aktivitas
tersebut disebut Kadar Hambat Minimum (KHM). Agen antibakteri
diklasifikasikan sebagai bakteriostatik, bakterisid, dan bakteriolisis bergantung
dari efek yang ditimbulkan terhadap kultur bakteri. Bakteriostatik biasanya
menghambat sintesis protein dan berikatan dengan ribosom bakteri. Banyak
antibiotik bekerja dengan mekanisme tersebut. Sedangkan agen bakteriosid akan
berikatan kuat dengan target dan tidak hilang bila diencerkan, membunuh bakteri
tanpa merusak sel. Agen bakteriosid biasanya juga merupakan bakterioslisis,
membunuh dengan melisiskan sel dan melepaskan komponen sitoplasma. Agen
bakteriolisis termasuk pula antibiotik yang menghambat sintesi dinding sel
seperti penisilin dan bahan kimia seperti detergen yang dapat memecahkan
membran sitoplasma bakteri. Pada umumnya bakteri Gram Positif dapat
dipengaruhi sedangkan bakteri Gram Negatif mudah resisten. Hanya kurang dari
satu persen dari ribuan antibiotik digunakan secara klinis. Hal ini disebabkan
karena toksisitas atau kurangnya kemampuan Uptake host. Namun antibiotik
alami dapat digunakan dan dimodifikasi untuk meningkatkan efikasi (Madigan,
et al., 2009).
Setiap jenis antibakteri memiliki mekanisme kerja tersendiri dalam
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, mekanisme kerja antibakteri adalah
sebagai berikut :
a. Menghambat Sintesis Dinding Sel
Bakteri memliki lapisan luar yang kaku, yaitu dinding sel.
Dinding sel menjaga bentuk dan ukuran mikroorganisme, yang memiliki
tekanan osmosis internal yang tinggi. Kerusakan pada dinding sel atau
inhibisi dari pembentukannya akan menyebabkan lisisnya sel. Contoh
antibakteri dengan mekanisme kerja ini adalah penisilin, sefalosporin,
vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampilisin.
b. Menghambat Fungsi Membran Sel
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh membran sitoplasma
yang berfungsi sebagai sawar permeabilitas yang selektif, melakukan
transport aktif, sehingga mengontrol komposisi didalam sel. Jika integritas
dari membran plasma terganggu, makromolekul dan ion akan keluar dari
sel, menyebabkan kerusakan atau kematian sel.
c. Menghambat Sintesis Protein
Untuk kelangsungan hidupnya bakteri membutuhkan protein.
Sintesis protein berlangsung didalam ribosom. Bakteri memiliki ribosom
70S yang terdiri dari 2 sub u nit, yaitu 30S dan 50S. Gangguan pada sub
unit ribosom tersebut dapat mengganggu proses sintesis protein.
d. Menghambat Sintesis Asam Nukleat
Contoh obat yang bekerja dengan mekanisme ini dalah kuinolon,
primetamin, rifampin, sulfonamid, trimethoprim, dan trimetrexate.
Rifampin menghambat pertumbuhan bakteri dengan berikatan kuat dengan
RNA polimerase bakteri sehingga menghambat sintesis RNA bakteri.
Golongan kuinolon dan fluorokuinolon menghambat sintesis DNA bakteri
dengan menghambat DNA girase. Untuk banyak mikroorganisme, p-
aminobenzonic acid (PABA) merupakan metabolit yang esensial. p-
aminobenzonic acid (PABA) adalah prekursor untuk sintesis asam nukleat.
Sulfonamid merupakan analog dari PABA dan menghambat
dihydropteroate sinythetase (Jawetz, et al, 2007).
Banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja zat antimikroba dalam
menghambat atau membasmi organisme patogen. Semua harus diperimbangkan agar
sat antimikroba tersebut dapat bekerja secara efektif. Menurut pelezar (1988)
beberapa hal yang mempengaruhi kerja zat antimikroba adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi atau intensitas zat antimikroba
Semakin tinggi konsentrasi zat antimikrobanya, maka banyak bakteri akan
terbunuh lebih tepat bila konsentrasi zat tersebut lebih tinggi.
2. Jumlah mikroorganisme
Semakin banyak jumlah mikroorganisme yang ada maka semakin banyak pula
waktu yang diperlukan untuk membunuhnya.
3. Suhu
Kenaikan suhu dapat meningkatkan keefektifan atau desinfektan atau bahan
mikrobial. Hal ini disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme melalui reaksi
kimia dan laju reaksi kimia dapat dipercepat dengan meninggikan suhu.
4. Spesies mikroorganisme
Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda – beda terhadap
suatu bahan kimia tertentu.
5. Adanya bahan organik
Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia
antimikrobial dengan cara menonaktifkan bahan kimia tersebut. Adanya bahan
organik dalam campuran zat antimikrobial dapat mengakibatkan :
a. Penggabuangan zat antimikrobial dengan bahan organik membentuk produk
yang tidak bersifat antimikrobial
b. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik menghasilkan suatu
endapan sehingga antimikrobial tidak mungkin lagi mengikat
mikroorganisme.
c. Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu
pelindung yang akan mengganggu kontak antar zat antimikrobial dengan sel.
6. Keasaman (pH) atau kebasaan (pOH)
Mikroorganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi pada suhu
rendah dan dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan
mikroorganisme yang hidup pada pH basa.
E. Tinjauan Umum tentang pemeriksaan
1. Media pertumbuhan
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang berbentuk padat,
yang merupakan perpaduan antara alamiah dan senyawa – senyawa kimia.
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang mengandung sumber
nitrogen dalam jumlah cukup yang dapat digunakan untuk budidaya bakteri
an untuk penghitungan mikroorganisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan
lainnya. Komposisi Nutrient Agar (NA) terdiri dari ekstrak daging sapi 3
gram, peptone 5 gram dan agar 15 gram dan 15 gram. Formula ini tergolong
relative simple untuk menyediakan nutrisi – nutrisi yang dibutuhkan oleh
sejumlah besar mikroorganisme. 41-42
Pada Nutrient Agar (NA), ekstrak daging sapi dan peptone digunakan
sebagai bahan dasar karena merupakan sumber prtotein, nitrogen, vitamin,
serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh
dan berkembang. Ekstrak daging sapi mengandung senyawa – senyawa yang
larut didalam air termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen organic dan juga
garam. Peptone merupakan sumber utama dari nitrogen organik, yang
sebagian merupakan asam amino dan peptide rantai panjang. Dalam hal ini
agar digunakan sebagai bahan pemadat, karena sifatnya yang mudah
membeku dan mengandung karbohidrat sehingga tidak mudah diuraikan oleh
mikroorganisme.
Media Nutrient Agar (NA) merupakan suatu meia berwarna coklat
muda yang memiliki konsistensi yang padt dimana media ini berasal dari
sintetik dan memiliki kegunaan sebagai media untuk menumbuhkan
bakter.4142 Di Indonesia sendiri, Nutrient Agar (NA) sudah banyak dipakai
oleh industri produk susu dan juga dipengolahan air limbah pabrik. Tidak
semua bakteri dapat dibiakkan pada media ini karena media ini hanya
mngisolasi bakteri antraks dan stafilokokus.4143
Prosedur pembuatan nutrient agar adalah melarutkan bahan nutrient
agar kedalam 1 liter air kemudian dipanaskan hingga mendidih dan
dituangkan ke dalam tabung dan disterilkan selama 15 menit pada suhu
1210C. kemudian media dibuka dan disimpan pada suhu dibawah 80C dan
terlindung dari sinar secara langsung.
Gambar 2.3 Nutrient Agar (NA)
Media adalah bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) baik bahan alami maupun buatan, yang diperlukan mikroorganisme
untuk perkembangbiakan di laboratorium secara invitro. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi media berupa molekul - molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Syarat media yang baik harus berupa
molekul-molekul rendah dan mudah larut dalam air, nutrien dalam media
harus memenuhi kebutuhan dasar mikroorganisme yang meliputi air, karbon,
energi, mineral dan faktor tumbuh, tidak mengandung zat-zat penghambat
dan media harus steril.
Tujuan menggunakan media Yaitu dengan media pertumbuhan dapat
dilakukan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni, dapat menginokulasi
mikroorganisme dari sampel pemeriksaan dan digunakan sebagai tempat
untuk menyimpan stok mikroorganisme. Mikroorganisme untuk
kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari
lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrient (zat gizi) sedang
proses penyerapannya disebut proses nutria. Peran utama nutrient adalah :
1. Sumber energi
2. Bahan pembangun sel
3. Sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergenetik (yuniarty, 2012).
Medium harus mengandung nutrient yang memenuhi kebutuhan
dasar mahkluk hidup yang meliputi air, karbon, energi, mineral, dan faktor
tumbuh. Faktor tumbuh yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme
selain nutrient adalah tekanan osmosis, derajat keasaman (pH), temperatur
serta sterilitas (budiyanto, 2004).
Kebanyakan bakteri membutuhkan zat-zat seperti garam yang
mengandung Na, K, Ca, Mg, Fe, Cl dan P bakteri juga membutuhkan
sumber-sumber makanan yang mengandung C, H, O dan N yang berguna
untuk menyusun protoplasma. Unsur-unsur tersebut dalam bentuk senyawa
organik seperti karbohidrat, protein, lemak (dwidjoseputro, 2010).
Setiap bakteri memiliki kemampuan dalam menggunakan enzim yang
dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan asam amino.
Metabolisme atau penggunaan dari molekul organik ini biasanya
menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan
karakterisasi bakteri.
Pengamatan aktivitas biokimia atau metabolisme mikroorganisme
yang diketahui dari kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan dan
menguraikan molekul yang kompleks seperti karbohidrat, lemak, protein, dan
asam nukleat. Selain itu dilakukan pula pengamatan pada molekul-molekul
sederhana seperti asam amino dan monosakarida. Dan hasil dari berbagai uji
ini digunakan untuk perincian dan identifikasi mikroorganisme
(dwidjoseputro, 2010).
Metabolisme seringkali menghasilkan hasil sampingan yang dapat
digunakan untuk identifikasi mikroorganisme. Pengamatan aktivitas
metabolisme diketahui dari kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan
dan menguraikan molekul yang kompleks seperti zat pati, lemak, protein dan
asam nukleat (dwidjoseputro, 2010).
2. Perkembang biakan bakteri atau penanaman bakteri (kultur bakteri)
Pembiakan bakteri diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk
dapat mengidentifikasi, determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang
ditemukan.pertumbuhan ketahanan bakteri tergantung pada pengaruh luar,
seperti makanan (nutrisi), atmosfer, suhu, konsentrasi ion hydrogen, cahaya
dan berbagai zat kimia yang dapat menghambat atau membunuh.
Media kultur bakteri adalah suatu bahan yang terdiri atau campuran
nutrisi atau zat-zat hara (nutrisi) yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme diatas atau didalamnya. Selain itu, media kultur mikroba
dapat dipergunakan pula untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat
fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroorganisme.(sumarsih, 2003).
Medium pembiakan yang digunakan untuk mengembang biakan
bakteri di laboratorium dapat dibedakan dalam medium pembiakan dasar,
medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif dan dilanjutkan
uji biokimia.
a. Medium pembiakan dasar
Medium pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang
mengandung zat-zat umum yang diperlukan oleh sebagian besar
mikroorganisme, dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk
membuat pembiakan lain.
b. Medium pembiakan penyubur.
Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar
dengan penambahan zat-zat lain untuk mempersubur pertumbuhan
bakteri tertentu, yang pada medium pembiakan dasar tidak dapat tumbuh
dengan baik. Untuk keperluan ini kedalam medium pembiakan dasar
sering ditambahkan darah,serum.
c. Medium pembiakan selektif.
Medium pembiakan ini digunakan untuk menyeleksi bakteri yang
diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat
dalam bahan pemeriksaan. Dengan penambahan zat-zat tertentu bakteri
yang dicari dapat dipisahkan dengan mudah.
3. Zona Hambat
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat
pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah
daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar
oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan streptomycin.
Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar, 1986).
Prinsip dari zona hambat adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di
sekitar daerah yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat
antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona
hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif.
Pengukaran zona hambat digunakan untuk menentukan kepekaan
bakteri patogen terhadap antibiotik dan dapat dilakukan dengan salah satu
metode yaitu : metode dilusi dan metode difusi agar. Metode difusi adalah
metode yang paling sering digunakan dan dipakai dalam penelitian ini.
Cakram kertas saring berisi sejumlah tertentu antibiotik ditempatkan pada
permukaan media padat yang sebelumnya diinokulasi bakteri uji pada
permukaannya, selama inkubasi setiap antibiotik berdifusi keluar dari cakram
semua arah. Zat yang berat molekulnya tinggi sesudah inkubasi selama 18 -
24 jam pada suhu 37ºC, akan terlihat zona hambatan ( zones of inhibition)
disekeliling cakram di daerah tersebut yang merupakan penghambatan
pertumbuhan organisme daerah tersebut.
zona hambatan menunjukkan derajat kepekaan kuman tersebut
terhadap antibiotik- antibiotik yang bersangkutan. Standar untuk media telah
di tetapkan dan jumlah organisme yang digunakan untuk pengujian adalah
sesuai dengan Mac. Farland Standar yaitu sebesar 1,5 × 108 CFU/ ml.
Pengujian zona hambat dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :
1) Metode Difusi
Media yang dipakai adalah Nutrient Agar. pada metode difusi ini
ada beberapa cara yaitu, Cara Kirby Bauer :
a) Suspensi bakteri di ambil dari biakan murni yang telah diremajakan
selama 24 jam pada medium pembenihan.
b) Koloni bakteri di ambil dengan jarum ose lalu dimasukkan dalam 1 ml
larutan NaCl 0,9% atau dengan aquadest steril, hingga kekeruhan
tertentu sesuai dengan standar konsentrasi kuman.
c) Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi kuman lalu ditekan tekan
pada dinding tabung hingga rata.
d) Kemudian meletakkan kertas samir (disk) yang mengandung antibiotik
di atasnya, diinkubasi pada 37°C selama 12-24 jam.
2) Metode dilusi
Pada prinsipnya antibakteri diencerkan sampai diperoleh beberapa
konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah
suspense kuman dalam media. Sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi
obat dicampur dengan media agar, kemudian ditanami bakteri.
Metode dilusi cair adalah metode untuk menentukan konsentrasi minimal
dari suatu antibakteri yang dapat menghambat atau membunuh
mikroorganisme. Konsentrasi terendah yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan disebut
Kadar Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration
(MIC) (Tedi Nurwalidin Aka, 2015).
Metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik dan kimia
(misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekuler dan
stabilitas obat). Meskipun demikian standarisasi faktor – faktor tersebut
memungkinkan melakukan uji kepekaan dengan baik.
Pengujian zona hambatan untuk mengetahui kepekaan atas indikasi
sebagai berikut :
a. Apabila mikroorganisme yang ditemukan adalah tipe yang sering resisten
terhadap antimikroba ( bakteri enterik Gram negatif seperti Escherichia
coli).
b. Jika proses infeksi kemungkinan menjadi fatal jika tidak diobati dengan
tepat ( meningitis, septisema)
c. Infeksi tertentu dimana pembasmian organisme membutuhkan obat, yang
bersifat bakterisidal secara tepat, tidak hanya bakteriostatik (Jawetz
dkk,1986 :239).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di
dalam usus besa rmanusia sebagai flora normal. Bakteri ini bersifat unik
karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus, misalnya: diare, seperti
juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar
usus (jawetz, 2012). Untuk mengatasi hal tersebut saat ini ada beberapa
tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional sebagai anti diare.
Salah satu diantaranya yaitu daun alpukat.
Daun alpukat (Persea americana mill) merupakan salah satu tanaman
yang memiliki manfaat sebagai obat tradisional. Daun alpukat memilki
senyawa antimikroba seperti saponin, alkaloid, tanin, flavanoid, polifenol,
quersetin yang digunakan untuk membunuh bakteri patogen. Dari kandungan
tersebut terbukti cukup efektif dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Sari adalah larutan dalam air dan memiliki seluruh bahan yang
terkandung dalam tumbuhan segarnya, sebanding dengan material awalnya
yang tetap tinggal hanyalah bahan yang tidak terlarut. Sebagai material awal
dipakai tumbuhan tumbuhan segar yang dihaluskan (Haisumati, 2014).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat
pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah
daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar
oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan streptomycin.
Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar, 1986).
Prinsip dari zona hambat adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di
sekitar daerah yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat
antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona
hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif.
B. Bagan Kerangka Pikir
Gambar alur penelitian sebagai berikut :
+aquades 100ml
Inkubasi 1 x 24 jam
C. KerangkaKonsep
Secara konseptual, variabel – variable yang diteliti dalam penelitian
ini terdiri dari variable independen dan variable dependen seperti gambar
berikut :
(SAMPEL)Daun Alpukat 250 g
diblender/dihaluskan
Sari daun alpukat dengan konsentrasi 10%, 15% 25%, 50%, dan75%
Media nutrient agar(NA) +suspensi bakteri + paper disk
Amati dan ukur zona hambat di sekitarpaper disk
Konsentrasi Sari Daun
Alpukat
Bakteri
Escherichia coli
HASIL
Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
D. Variabel Penelitian
1. Variabel independen
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat, dimana variable bebas yang diteliti adalah
sari daun alpukat dengan konsentrasi 10%, 15%, 25%, 50% dan 75%.
2. Variabel dependen
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas atau independen. Variabel dependen
dalam penelitian ini yaitu zona hambat Escherichia coli.
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Operasional
a. Tanaman alpukat (Persea americana mill) merupakan salah satu
tanaman yang memiliki manfaat sebagai obat tradisional. Bahan uji
dalam penelitian ini adalah daun alpukat segar yang di ambil di
wilayah kota kendari. Terlebih dahulu daun alpukat segar dicuci
menggunakan air mengalir kemudian dikeringkan. Setelah kering,
daun ditimbang sebanyak 250 gram dan dilarutkan menggunakan
aquades sebanyak 100 ml menggunakan blender hingga daun alpukat
hancur merata kemudian diperoleh konsentrasi 100%, dari konsentrasi
100% kemudian dibagi menjadi beberapa konsentrasi yaitu 10%,
15%, 25%, 50% dan 75%.
b. Media adalah bahan yang terdiri dari campuran zat – zat makanan
(nutrisi) baik bahan alami maupun buatan, yang diperlukan
mikroorganisme untuk perkembangbiakan di laboratorium secara
invitro. Media yang di gunakan dalam penelitian ini ialah Media
Nutrient agar (NA). Media Nutrient agar (NA) dilarutkan kedalam 1
liter air kemudian dipanaskan hingga mendidih dan dituangkan
kedalam tabung dan disterilkan selama 15 menit pada suhu 1210C.
kemudian media dibuka dan disimpan pada suhu dibawah 80C dan
terlindung dari sinar secara langsung.
c. Escherichia coli merupakan bakteri usus, bakteri ini tergolong bakteri
gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, kebanyakan
bersifat motil (dapat bergerak) menggunakan flagela, dan dapat
memfermentasi laktosa. Untuk mendapatkan suspensi bakteri yang
akan digunakan, dilakukan dengan cara : Suspensi bakteri dibuat
dalam tabung reaksi yang berisi Nacl 0,9% dengan cara menyetarakan
kekeruhannya sesuai dengan standar konsentrasi kuman.
2. Kriteria Objektif
a. Efek sari daun alpukat pada pertumbuhan Escherichia Coli
Positif : Terbentuk zona bening/zona inhibisi disekitar paper
disk yang menandakan sari daun alpukat mampu
untuk menghambat pertumbuhan Escherichia coli.
Negatif : Tidak terbentuk zona bening/zona inhibisi disekitar
paper disk
b. Media Nutrient Agar (NA) : terdapat zona hambat Escherichia coli
apabila ada daerah zona bening.
c. Konsentrasi yang efektif : terdapat zona hambat pada konsentrasi
paling besar.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
experimental laboratory untuk mengetahui pengaruh sari daun alpukat
terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian static group comparison karena penelitian ini dilakukan untuk
melihat perbedaan konsentrasi 10%, 15%, 25%, 50%, dan 75% sari daun
alpukat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 – 24 juli 2017
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
C. Bahan Uji
Bahan uji dalam penelitian ini adalah daun alpukat segar yang di
ambil di wilayah Kota Kendari. Terlebih dahulu daun alpukat segar dicuci
menggunakan air mengalir kemudian dikeringkan. Setelah kering, daun
ditimbang sebanyak 250 gram dan dilarutkan menggunakan aquades
sebanyak 100 ml menggunakan blender/di haluskan. Kemudian di saring
menggunakan corong yang dilapisi kain saring. Lalu diambil sari daun
alpukat tersebut.
D. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan di laboratorium terdiri atas alat
dan bahan, yang dapat dilihan pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Instrumen Penelitian di Laboratorium
No Nama alat Kegunaannya
1 Autoclave Sebagai alat untuk sterilisasi alat danmedia
2 Cawan Petri Sebagai wadah media untuk pertumbuhanbakteri
3 Tabung Reaksi Sebagai wadah untuk pengenceransampel.
4 Rak Tabung Sebagai tempat tabung reaksi.
5 Gelas Ukur Untuk mengukur aquadest yangdigunakan untuk pengenceran
6 Pipet Ukur Dan KaretPenghisap
Untuk memipet larutan uji
7 Ose Untuk mengambil koloni bakteri padabiakan murni.
8 Labu Erlenmyer Sebagai wadah media yang telahdilarutkan dengan aquades untuk
dipanaskan.
9 Timbangan Analitik Untuk menimbang serbuk media NA, danmenimbang sampel.
10 Batang Pengaduk Untuk mengaduk media saat dilarutkan.
11 Lampu Spiritus Untuk pemanasan media NA yang telahdilarutkan, mensterilkan ose danmenjaga kontaminasi bakteri saat
diambil dari media.
12 Sendok Tanduk Untuk mengambil serbuk media
13 Kaki Tiga Untuk penyangga asbes pada saatpembuatan media
14 Asbes Untuk penyangga erlenmeyer padasaat pembuatan media.
15 Beacker Glass Untuk wadah aquadest
16 Cawan Porselin Untuk wadah sampel dan media padasaat penimbangan
17 Pulpen Sebagai alat untuk menulis kodesampel dan hasil pemeriksaa.
18 Kertas Cakram Digunakan sebagai uji daya hambatjamur candida
19 Pinset Digunakan sebagai penjepit kertascakram
2
20Blender
Blender digunakan unrukmenghaluskan daun alpukat.
2
21 Saringan
Saringan digunakan untukmemisahkan sari dan filtrat sari daun
alpukat.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Bahan Penelitian
No Nama Bahan Kegunaannya
1Biakan murni
Escherichia coli
Sebagai sampel penelitian
2Media Nutrient Agar
(NA)Media umum untuk pertumbuhan bakteri
3Daun alpukat (Persea
americana Mill)Sebagai bahan uji daya hambat
4Aquadest
Digunakan dalam pembuatan media, serta
bahan untuk melarutkan sampel jamu bubuk
dan pengencerannya.
5 Kertas pH Untuk memeriksa pH aquadest pada saat
pembuatan media
6 NaCl 0,9 % Untuk pengenceran sampel larutan uji
7 Kapas
Untuk menutup tabung pada saat akan
mensterilkan NaCl 0,9 %, dan erlenmeyer
pada saat pembuatan media
E. Prosedur penelitian
1. Pra Analitik
a. Sterilisasi Alat
Alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan dicuci terlebih
dahulu sampai bersih, dikeringkan kemudian di bungkus dengan
kertas, diautoclave pada suhu 1210C dengan tekanan 2 atm selama 15
menit setelah itu dikeringkan dalam oven pada suhu 370C selama 30
menit.
b. Persiapan Bakteri
Kultur murni Escherichia Coli yang telah tersedia di buatkan
suspensi bakteri dalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%.
c. Persiapan media perbenihan bakteri
Di timbang 20 gram Nutrient Agar, kemudian media
dilarutkan dengan aquadest sebanyak 500mL dalam Erlenmeyer lalu
dipanaskan menggunakan waterbath agar media terlarut sempurna.
Setelah dingin ukur pH media sesuai dengan yang tertera pada wadah
reagen. Kemudian disterilkan kedalam autoclave pada suhu 121oC
selama 15 menit. Setelah disterilkan kemudian tuang kedalam cawan
petri steril, caranya buka tutup cawan petri seminim mungkin untuk
menghindari atau meminimalisasi terjadinya kontaminasi lalu tuang
larutan hingga menutupi permukaan cawan petri kurang lebih
sebanyak 18 ml. Setelah penuangan selesai diamkan media tersebut
sampai dingin dan padat. Setelah itu media dibungkus dan media di
simpan dalam lemari es.
d. Pembuatan seri konsentrasi untuk zona hambat
Daun alpukat ditimbang sebanyak 250 gram dan dilarutkan
menggunakan aquades sebanyak 100 ml menggunakan blender hingga
daun alpukat hancur merata kemudian diperoleh konsentrasi 100%,
dari konsentrasi 100% kemudian dibagi menjadi beberapa
konsentrasi.
Sari daun alpukat ditimbang sebanyak 10 ml, 15 ml, 25 ml, 50
ml dan 75 ml, masing – masing dilarutkan dalam 100 ml aquadest
steril sehingga diperoleh seri konsentrasi yaitu 10%, 15%, 25%, 50%
dan 75%. Dimana konsentrasi yang didapatkan, diperoleh dari rumus :
MI.VI = M2.V2
(Susilowati, 2007)
Keterangan :
V1 : Volume perasan daun alpukat yang dibutuhkan (x) % yang akan
diambil diencerkan (sebanyak x mL)
M1 : konsentrasi perasan daun alpukat yang akan diencerkan
(sebanyak x %)
V2 : volume perasan daun alpukat (x) % yang akan dibuat (sebanyak
x mL)
M2 : Konsentrasi perasan dau alpukat yang akan dibuat (sebanyak x
%)
e. Pembuatan Papper Disc
Menggunting kertas saring dengan 6 mm. Kertas yang telah
digunting tersebut dimasukkan dalam tabung wadah kemudian
disterilkan dalam oven pada suhu 1600C selama 2 jam.
2. Analitik
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Bagi daerah cawan petri menjadi 4 bagian, beri label masing-masing
paper disc yang dipakai.
c. Suspensi bakteri yang telah dibuat kemudian dipipet sebanyak 0,1 ml
kemudian dituang kedalam media NA
d. Media NA yang telah diberi suspensi bakteri, diratakan dengan
menggunakan drigalsky.
e. Biarkan 5-10 menit agar biakan terdifusi kedalam media.
f. Celupkan papper disk ke dalam masing – masing konsentrasi dengan
pinset steril, atur jarak masing-masing papper disk, dan beri label.
g. Lakukan kontrol positif dan kontrol negatif :
Kontrol positif = kotrimoksazol 10 ml
Kontrol negatif = aquadest steril 1 ml
h. Tempelkan masing – masing paper disk kedalam media NA yang
telah diberi suspensi bakteri.
i. Bungkus cawan petri dengan menggunakan kertas, kemudian inkubasi
pada suhu 37ºC selama 1 x 24 jam.
k. Amati ada tidaknya zona bening atau zona inhibisi pada daerah sekitar
papper disk dan mengukur zona tersebut menggunakan mistar/jangka
sorong.
3. Pasca Analitik
a. Pencatatan Hasil Penelitian
b. Dokumentasi Hasil Penelitian
c. Pelaporan Hasil Penelitian
F. Jenis data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui
instrument pengumpulan data yang digunakan berkaitan dengan objek
berupa pengaruh daya hambat sari daun alpukat pada Escherichia coli
dengan menggunakan konsentrasi 10%, 15%, 25%, 50% dan 75%.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku dan jurnal - jurnal
penelitian.
G. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan data dari hasil
pengujian daya hambat sari daun alpukat (Persea americana mill) terhadap
bakteri Escherichia coli, maka data dapat disajikan dalam bentuk tabel.
H. Analisis data
Untuk mengetahui daya hambat sari daun alpukat (Persea americana
mill) terhadap bakteri Escherichia coli, data yang diperoleh dari penelitian
berupa terjadinya zona hambat yang menandakan bahwa sari daun mampu
menghambat pertumbuhan Escherichia coli.
I. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian
di jelaskan dalam bentuk narasi.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian daya hambat sari daun alpukat (Persea americana mill)
terhadap Escherichia coli dilakukan di Laboratorium Analis Kesehatan
Poltekkes Kendari pada tanggal 19 – 24 juli 2017.
B. Hasil Penelitian
1. Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat (Persea
americana mill) yang berasal dari Kecamatan Puwatu, Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara dengan kriteria sampel daun alpukat yaitu dimulai dari
daun ke-5 dari pucuk (daun tengah) berwarna hijau muda. Berat bersih
sampel yang didapatkan adalah 250 gram, sampel kemudian di bersihkan dan
dikeringkan pada suhu kamar, setelah kering daun di potong – potong kecil.
Sampel yang telah kering kemudian diblender.
2. Pembuatan sari daun alpukat
Proses pembuatan sari daun alpukat dilakukan dengan cara menghaluskan
daun alpukat dengan blender kemudian diperas, hasil perasan daun alpukat
disaring dengan kertas saring agar diperoleh sari yang murni.
3. Pengujian daya hambat sari daun alpukat
Uji daya hambat menggunakan metode difusi cakram kertas. Disiapkan 5
cawan petri yang telah dituangi media padat kemudian ditambahkan 0,1 ml
suspensi bakteri dan diratakan menggunakan drigalsky (metode Kirby-
Bauer) sampai merata. Kemudian paper disk dicelupkan pada masing –
masing konsentrasi sari daun alpukat dan diletakkan pada permukaan media
Nutrient Agar (NA). Pada pengujian ini digunakan kontrol positif
kotrimoksazol dan kontrol negatif aquadest steril, setelah itu diinkubasi
selama 1 x 24 jam.
Pengamatan dilakukan dengan melihat zona hambat/zona bening
disekeliling paper disk yang menunjukkan daerah hambat pertumbuhan
bakteri. Adapun hasil uji daya hambat dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 5.1 hasil uji daya hambat sari daun alpukat konsentrasi 10%
Terhadap Escherichia coli
Gambar 5.2 hasil uji daya hambat sari daun alpukat konsentrasi 15%
Terhadap Escherichia coli
Gambar 5.3 hasil uji daya hambat sari daun alpukat konsentrasi 25%
Terhadap Escherichia coli
Gambar 5.4 hasil uji daya hambat sari daun alpukat konsentrasi 50%
Terhadap Escherichia coli
Gambar 5.5 hasil uji daya hambat sari daun alpukat konsentrasi 75%
Terhadap Escherichia coli
Gambar 5.6 hasil uji daya hambat kontrol positif kotrimoksazol dan kontrol
negatif aquadest steril
Hasil penelitian berbagai konsentrasi sari daun alpukat (Persea Americana
Mill) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in vitro
yang dilakukan di Laboratorium Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Analis
Kesehatan diperoleh zona hambat yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut
:
Tabel 5.1 Kategori Penghambatan Antibakteri Berdasarkan Diameter Zona
Hambat
Diameter (mm) Respon hambat pertumbuhan
0-3 mm Resistent
3-6 mm Intermediate
> 6 mm Sensitive
Sumber : Pan, chen, Wu, Tang, dan Zhao (2009).
C. Hasil uji zona hambat
Hasil pengukuran diameter zona hambat dari sari daun Alpukat,
Kotrimoksazol dan Aquasest terhadap pertumbuhan Escherichia coli, dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.2Tabel Uji Diameter Zona Hambat Sari Daun Alpukat (PerseaAmericana Mill) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli.
No Konsentrasi (%)Diameter zona hambat
InterpretasiP1 (mm) P2 (mm)
1 10 - - -
2 15 - - -
3 25 2.5 2.5 Resistent
4 50 3,5 3,5 Intermediate
5 75 6 5 Intermediate
6 Kontrol Positif 35 35 Sensitive
7 Kontrol Negatif - - -
Keterangan :
1. P1 : perlakuan I
2. P2 : perlakuan II
Tabel 5.3Tabel Uji Diameter Zona Hambat Sari Daun Alpukat (PerseaAmericana Mill) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli.
No Gambar zona hambat Keterangan Interpretasi
1
konsentrasi 10%
Konsentrasi 10%sari daun alpukattidak ditemukan
adanya zona beningpada bagian sekitar
paper disk
Tidak Ada
2
konsentrasi 15%
Konsentrasi 15%sari daun alpukattidak ditemukan
adanya zona beningpada bagian sekitar
paper disk
Tidak Ada
3
konsentrasi 25%
konsentrasi 25%sari daun alpukat
mampu membentukdiameter zona
hambat sebesar 2,5mm pada perlakuan
pertama danperlakuan kedua
Resistent
4
konsentrasi 50%
konsentrasi 50%sari daun alpukat
mampu membentukdiameter zona
hambat sebesar 3,5mm pada perlakuan
pertama danperlakuan kedua
Intermediate
5
konsentrasi 75%
konsentrasi 75%membentuk zona
hambat 6 mm padaperlakuan pertama
dan 5 mm padaperlakuan kedua
Intermediate
6
kontrol positif dan kontrolnegatif
Kontrol positifyang digunakan
yaitu kotrimoksazolmampu membentuk
zona hambat 35mm sedangkan
pada kontrolnegatif
menggunakanaquadest steril tidakmampu membentuk
zona hambat
Kontrol positif:Sensitive
Kontrol negatif:Tidak ada
D. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan uji daya hambat sari daun alpukat
(Persea americana mill) terhadap pertumbuhan Escherichia coli dengan
berbagai konsentrasi. Sari daun alpukat ini didapatkan dengan cara daun
alpukat segar dicuci menggunakan air mengalir kemudian dikeringkan.
Setelah kering, daun ditimbang sebanyak 250 gram dan dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 100 ml lalu di blender/di haluskan. Daun alpukat yang
sudah di blender/dihaluskan selanjutnya disaring menggunakan kertas saring
untuk mendapatkan sarinya. Lalu diperoleh konsentrasi 100%, dari
konsentrasi 100% kemudian dibagi menjadi beberapa konsentrasi. Untuk
memperoleh seri konsentrasi pada sari di lakukan pengenceran dengan cara
sari daun alpukat dipipet sebanyak 10 ml, 15 ml, 25 ml, 50 ml, dan 75 ml,
masing – masing di larutkan ke dalam 100 ml aquadest steril hingga
diperoleh seri konsentrasi.
Adanya zona hambat pada daun alpukat karena daun alpukat
mengandung zat-zat kimia seperti flavanoid, alkaloid ,saponin, tanin.
Flavanoid adalah senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk
mengikat protein bakteri (Tersiono Hadi 2008). Alkaloid melakukan
penghambatan dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel bakteri (juliantina, 2008). Saponin merupakan zat
aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas embran sehingga terjadi
hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri atau sel jamur,
maka bakteri tersebut akan rusak atau lisis (Utami, 2013). Tanin mempunyai
aktivitas mikroba terhadap bakteri Esherichia coli, Steptococcus faecalis dan
Staphylococcus aureus. Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat
pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu bertindak
sebagai antibakteri dengan cara mengkoagulasi atau mengumpulkan
protoplasma bakteri sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein
bakteri. Selain itu, pada saluran pencernaan tanin mampu mengeliminasi
toksin (Poeloengan dkk, 2010).
Luas wilayah jernih (bening) merupakan petunjuk kepekaan
mikroorganisme terhadap antibiotik. Pengukuran zona hambat dilakukan
dengan menggunakan mistar berdiameter millimeter (mm) pada permukaan
bagian bawah petridish. Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri
terhambat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat
adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media
agar oleh antibiotik.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sari daun alpukat mampu
untuk menghambat pertumbuhan Escherichia coli secara nyata. Hal ini
terlihat dari zona bening yang terbentuk disekeliling papper disk yang telah
diberi sari daun alpukat dengan konsentrasi 10%, 15%, 25%, 50%, dan 75%.
Semakin tinggi konsentrasi sari daun alpukat maka semakin besar dapat
menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Pada masing – masing papper
disk terlihat variasi diameter zona hambat dari zona hambat yang kecil hingga
besar pada paper disk yang mengandung konsentrasi sari daun alpukat 10%
hingga 75%.
Konsentrasi 10% dan 15% sari daun alpukat tidak ditemukan adanya
zona bening pada bagian sekitar paper disk dikarenakan adanya beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan zona hambat tersebut,
konsentrasi 25% sari daun alpukat mampu membentuk diameter zona hambat
sebesar 2,5 mm pada perlakuan pertama dan perlakuan kedua, konsentrasi
50% sari daun alpukat mampu membentuk diameter zona hambat sebesar 3,5
mm pada perlakuan pertama dan perlakuan kedua sama, dan konsentrasi 75%
membentuk zona hambat 6 mm pada perlakuan pertama dan 5 mm pada
perlakuan kedua konsentrasi ini paling besar karena mengandung zat aktif
lebih banyak dari pada konsentrasi 10%, 15%, 25% dan 50%.
Banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja zat antimikroba
dalam menghambat atau membasmi organisme patogen. Semua harus
dipertimbangkan agar zat antimikroba tersebut dapat bekerja secara efektif.
Menurut pelezar (1988) beberapa hal yang mempengaruhi kerja zat
antimikroba adalah sebagai berikut : konsentrasi atau intensitas zat
antimikroba, jumlah mikroorganisme, suhu, spesies mikroorganisme, adanya
bahan organik, keasaman (pH) atau kebasaan (pOH).
Jadi pada penelitian kali ini, pada konsentrasi 10% dan 15% tidak
mampu menghambat pertumbuhan Escherichia coli hal ini dikarenakan
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi hasil penelitian yaitu suhu
ruangan yang tidak stabil, terjadinya kontaminasi pada saat pembuatan media
dan pemberian paper disk, dan juga ruangan laboratorium yang tidak steril
sehingga dapat mempengaruhi hasil.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Sari daun alpukat (Persea americana mill) dengan konsentrasi mulai
dari 25% dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli pada
media Nutrient Agar (NA).
Makin tinggi konsentrasi sari daun alpukat maka semakin tinggi daya
hambat yang terbentuk.
Zona hambat yang cukup efektif yaitu pada konsentrasi 75%,
konsentrasi ini paling besar karena mengandung zat aktif lebih banyak
dari pada konsentrasi lainnya.
B. Saran
Bagi masyarakat dapat menggunakan sari daun alpukat sebagai
alternatif lain untuk mengatasi diare, yang dimana diare merupakan
salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian
terhadap mikroba lain nya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Lukas Tersono. (2008). Tanaman obat dan jus. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.
Arlita, Yolanda, Rares, Fredine E.S, Soeliongan, Standy. Identifikasi bakteri
Escherichia coli dan Salmonella sp. Pada Makanan Jajanan Bakso Tusuk
di Kota Manado.
Bibiana. (2010). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raya Grafindo
Persada.
Depkes RI. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia I Jilid 2. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI
Dwidjoseputro, D, (2010), Dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Famurewa, O., & David, O.M. (2008). “Formulation and Evaluation of Dehirated
Microbiological Media from Avocado Pear (Peasea Americana Cmill)”.
Research Journal of Microbiology, 3 (5): 326-330
Felina, dkk. (2014). Daya Hambat Ekstrak daun Alpukat (Persea Americana Mill)
Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans. Skripsi Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Hang Tuah Surabaya.
Giske, C.G., Eriksson, A., Ternhag, A, 2012. The relative importance of
Staphylococcus saprophyticus as a urinary tract pathogen: distribution of
bacteria among urinary samples analysed during I year at a major
Swedish laboratory. 121(1)swedia : APMIS. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23030816 [Accesed 5 April 2014]
Hasan, R. dan Alatas, H. (1985). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI. Infomedika Jakarta :360-6.
Irianto, Koes. (2006). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung :
Yrama Widya
Ismiyati, N. (2014). Pengembangan formulasi masker ekstrak air daun alpukat
(Persea americana Mill) sebagai antibakteri Staphylococcus aureus untuk
pengobatan jerawat. Jurnal kefarmasian Universitas Ahmad Dahlan.
Yogyakarta.
Jawetz, E, J. melnick, et al., (2012). Jakarta: EGC Jawetz, melnick & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran.
Jawetz, E. Melnick, Adelberg, E.A (1986). Mikrobiologi untuk profesi kesehatan
(terj), edisi 16, Jakarta: EGC.
Juliantina, F., D.A Citra, B. Nirwani. (2008). Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum)
Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram
Negatif. UII Press. Yogyakarta.
Kusuma, Sri Agung Fitri. (2010). Escherichia coli. Universitas Padjadjaran Fakultas
Farmasi.
Bandung.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_u
npad_Escherichia-coli.pdf. (dikutip tanggal 23 januari 2013).
Kementerian Kesehatan RI, (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010.
http://www.depkes.go.id.
Kliegman R.M., Marcdante K.J., and Behrman R.E., (2006). Nelson Essentials of
Pediatric. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Madigan et al. (1995). Biology of Microorganism. Ed ke-8. New Jersey. Prentice
Hall
Ospina, J.A, (2002), Persea americana Mill., International Centre of Tropical
Agriculture, http://www.rngr.net/publications/species/PDF.2004-03-
15.0306/at_download/file, diakses tanggal 25 April 2013.
Pratiwi, S.U.T., (2008), Mikrobiologi Farmasi, 188-191, penerbit Erlangga, Jakarta.
Poeloengan, M dan Pratiwi. (2010). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garnicia mangostana Linn), (Online),
(http://digilib.litbang.depkes.go.id /filesdisk174/jkpkbppkgdl-grey-2001-
masniaripo-3692-manggism-i.pdf), diakses 11 mei 2016.
Simatupang M, (2004). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Program Pascasarjana,
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Soemarno. (2000). Isolasi dan Identifikasi Bacteri Klinik. Penerbit Akademi Analisis
Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Yogyakarta. Hal. 25; 38.
Supardi dan Sukamto. (1999). Mikrobiologi, Pengolahan dan Keamanan Pangan.
Jakarta: Alumni.
Susilowati, E. (2007). Sains Kimia. Prinsip Dan Terapannya. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Sumarsih, S. (2003). Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta :UPN veteran.
Utami, P. (2013). Buku Pintar Tanaman Obat. Agro Media, Tangerang.
Van, Steenis C. G. J. (2005). Flora. PT Pradnya Paramita . Jakarta.
Yuniarti, T. (2008). Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Cetakan Pertama.
MedPress. Yogyakarta
LAMPIRAN GAMBAR PENELITIAN
1. Proses Pembuatan Kultur Bakteri Escherichia coli
Gambar 1. Isolasi feses pada media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
(a) (b)
Gambar 2. (a) Isolasi pada Media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar)(b)Pertumbuhan Escherichia coli pada media EMBA yang dijadikan
sebagai kultur murni Bakteri Escherichia coli
LAMPIRAN GAMBAR PENELITIAN
1. Proses Pembuatan Kultur Bakteri Escherichia coli
Gambar 1. Isolasi feses pada media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
(a) (b)
Gambar 2. (a) Isolasi pada Media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar)(b)Pertumbuhan Escherichia coli pada media EMBA yang dijadikan
sebagai kultur murni Bakteri Escherichia coli
LAMPIRAN GAMBAR PENELITIAN
1. Proses Pembuatan Kultur Bakteri Escherichia coli
Gambar 1. Isolasi feses pada media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
(a) (b)
Gambar 2. (a) Isolasi pada Media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar)(b)Pertumbuhan Escherichia coli pada media EMBA yang dijadikan
sebagai kultur murni Bakteri Escherichia coli
2. Proses Uji Daya Hambat Sari Daun Alpukat terhadap pertumbuhan
Escherichia coli
Gambar 3. Daun Alpukat Muda
Gambar 4. Penimbangan Bahan Uji
2. Proses Uji Daya Hambat Sari Daun Alpukat terhadap pertumbuhan
Escherichia coli
Gambar 3. Daun Alpukat Muda
Gambar 4. Penimbangan Bahan Uji
2. Proses Uji Daya Hambat Sari Daun Alpukat terhadap pertumbuhan
Escherichia coli
Gambar 3. Daun Alpukat Muda
Gambar 4. Penimbangan Bahan Uji
Gambar 5. Proses penghalusan dengan Blender
Gambar 6. Penyaringan
Gambar 5. Proses penghalusan dengan Blender
Gambar 6. Penyaringan
Gambar 5. Proses penghalusan dengan Blender
Gambar 6. Penyaringan
Gambar 7. Penyaringan ke-2 diperoleh Sari Daun Alpukat (Bahan Uji)
Gambar 8. Pengenceran
Gambar 7. Penyaringan ke-2 diperoleh Sari Daun Alpukat (Bahan Uji)
Gambar 8. Pengenceran
Gambar 7. Penyaringan ke-2 diperoleh Sari Daun Alpukat (Bahan Uji)
Gambar 8. Pengenceran
Gambar 9. Suspensi Escherichia coli
Gambar 10. Pengambilan Suspensi Escherichia coli
Gambar 9. Suspensi Escherichia coli
Gambar 10. Pengambilan Suspensi Escherichia coli
Gambar 9. Suspensi Escherichia coli
Gambar 10. Pengambilan Suspensi Escherichia coli
Gambar 11. Penanaman Escherichia colipada Media NA (Nutrien Agar)
Gambar 12. Papper Disk dicelupkan pada Bahan Uji
Gambar 12. Penanaman Papper Disk
Gambar 11. Penanaman Escherichia colipada Media NA (Nutrien Agar)
Gambar 12. Papper Disk dicelupkan pada Bahan Uji
Gambar 12. Penanaman Papper Disk
Gambar 11. Penanaman Escherichia colipada Media NA (Nutrien Agar)
Gambar 12. Papper Disk dicelupkan pada Bahan Uji
Gambar 12. Penanaman Papper Disk
Gambar 13. Penanaman Papper disk menggunakan konsentrasi 10%, Zona
hambat yang terbentuk setelah dilakukan inkubasi 1x 24 jam
Gambar 14. Penanaman Papper disk menggunakan konsentrasi 15%, Zonahambat yang terbentuk setelah dilakukan inkubasi 1x 24 jam
Gambar 14. Penanaman Papper disk menggunakan konsentrasi 25%, Zonahambat yang terbentuk setelah dilakukan inkubasi 1x 24 jam
Gambar 14. Penanaman Papper disk menggunakan konsentrasi 50%, Zonahambat yang terbentuk setelah dilakukan inkubasi 1x 24 jam
Gambar 14. Penanaman Papper disk menggunakan konsentrasi 75%, Zonahambat yang terbentuk setelah dilakukan inkubasi 1x 24 jam
Gambar 15. Kontrol positif Kotrimoksazol dan kontrol negatif Aquadest steril,
Zona hambat terbentuk yang terbentuk setelah inkubasi 1x 24 jam