UJI BEDA PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT...
-
Upload
phungkhuong -
Category
Documents
-
view
246 -
download
1
Transcript of UJI BEDA PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT...
i
UJI BEDA PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT
ANTARA HIGH PROFILE INDUSTRY DAN LOW PROFILE
INDUSTRY
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Ekonomi
oleh:
Mochamad Fariz Arkan
NIM. 1111082000118
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H/2016M
ii
iii
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Mochamad Fariz Arkan
No. Induk Mahasiswa : 1111082000118
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta,
Mochamad Fariz Arkan
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Mochamad Fariz Arkan
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Februari 1993
3. Alamat : Villa Pertiwi Blok N6, No: 3 RT 07 RW
016, Kel. Sukamaju, Kec. Cilodong, Depok
Jawa Barat
4. Telepon : 089650253210
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD N SUKAMAJU 1 Kota Depok 1999-2005
2. SMP N 7 Kota Depok 2005-2008
3. SMA Negeri 2 Depok 2008-2011
III. PENGALAMAN ORGANISASI DAN KEPANITIAAN
1. Anggota Divisi RTM Rohis SMA Negeri 2 Depok periode 2008-2009
2. Kepanitiaan MAKRAB 2013 Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
vii
ABSTRACT
Difference Test of Sustainability Report Disclosure Between High Profile
Industry and Low Profile Industry
This research aims to find out difference either exist or not exist in
company sustainability report disclosure between high profile industry and low
profile industry using GRI G4 standard. Variabels used in this research are
economic aspect, environmental aspect, social aspect of sustainability report
disclosure and overall sustainability report disclosure.
This research uses big scale and medium scale company sample based on
BPS 2014. Based on purposive sampling method, this research has total 36
samples. In this research, hypothesis tested by independent samples t-test.
The result of this research indicated that the difference of disclosure
between high profile industry and low profile industry just happened in
enviromental aspect. While economic aspect, social aspect, and overall disclosure
variable had not difference which was significant.
Keyword: sustainability report, global reporting initiative, high profile industry,
low profile industry
viii
ABSTRAK
Uji Beda Pengungkapan Sustainability Report Antara High Profile
Industry dan Low Profile Industry
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan
dalam pengungkapan sustainability report perusahaan antara high profile industry
dan low profile industry yang menggunakan standar GRI G4. Variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengungkapan sustainability report
aspek ekonomi, lingkungan, sosial, dan sustainability report keseluruhannya.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan skala besar dan sedang
berdasarkan data BPS 2014 meliputi perusahaan yang listed maupun non-listed di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2014. Berdasarkan metode purposive
sampling, penelitian ini memiliki total sampel yang berjumlah 36 sampel. Dalam
penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan independent samples t-test.
Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa perbedaan pengungkapan
antara high profile industry dan low profile industry hanya terjadi dalam aspek
lingkungan saja. Sedangkan variabel pengungkapan aspek ekonomi, sosial, dan
keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan.
Kata kunci: sustainability report, global reporting initiative, high profile industry,
low profile industry
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil‟alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam dipanjatkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi inspirasi bagi penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas
dari bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun
tidak langsung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Siti Achyuni dan Budiarso Najab, yang tak pernah
henti selalu mecurahkan cinta dan kasih sayang, memberikan dukungan
penuh untuk setiap langkah yang penulis jalani, serta do‟a, nasehat, dan
perhatian yang tak terhingga untuk penulis. Terima kasih untuk setiap
ketulusan yang mengiringi langkah penulis.
2. Adik - adik tersayang, Ahmad Fauzan, Mochamad Amir Fikri, dan
Mochamad Farhan. Terima kasih untuk setiap semangat dan doa yang telah
diberikan untuk penulis.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., Ak., MM., CA. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Yahya Hamja., MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan, memberikan masukan-
x
masukan, nasihat, serta membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi
ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
7. Ibu Putriesti Mandasari, SP. M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing,
berdiskusi, memberikan pengarahan serta nasihat dalam penulisan skripsi
ini. Terimakasih atas semua saran dan ilmu yang telah ibu berikan selama
kuliah, penyusunan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Saudara Akuntansi B
10. Rekan – rekan seperjuangan keluarga besar akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2011
11. Semua pihak yang membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta,
(Mochamad Fariz Arkan)
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif....................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .................................................................. iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .................................................. v
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... vi
Abstract .............................................................................................................. vii
Abstrak .............................................................................................................. viii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi ............................................................................................................xi
Daftar Tabel ...................................................................................................... xiv
Daftar Gambar ................................................................................................. xv
Daftar Lampiran .............................................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................12
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur .................................................................... 14
1. Teori Legitimasi ..................................................................14
2. Teori Stakeholder ............................................................... 16
3. Sustainability Report ...........................................................18
4. Sensitivitas Industri..............................................................40
B. Penelitian Terdahulu……. ........................................................ 42
C. Kerangka Pemikiran ............................................. …………….47
D. Perumusan Hipotesis .................................................................48
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 51
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 51
C. Jenis Data………………... ....................................................... 52
D. Operasional Variabel ..................................................................53
E. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif ...............................................................57
2. Uji Normalitas .....................................................................58
3. Uji Hipotesis…………........................................................ 58
a. uji beda t…………………. .......................................... 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 60
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ............................................. 61
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................ 61
2. Hasil Uji Normalitas ............................................................64
3. Hasil Uji Hipotesis…………...............................................65
a. Hasil Uji beda t
1) Pengungkapan Aspek Ekonomi.............................. 66
2) Pengungkapan Aspek Lingkungan......................... 68
3) Pengungkapan Aspek Sosial................................... 71
4) Pengungkapan Sustainability Report
Keseluruhan............................................................ 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 76
B. Implikasi……………………………………………..…………78
C. Saran .........................................................................................79
Daftar Pustaka ...................................................................................................80
Lampiran ............................................................................................................83
xiii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Data Perusahaan yang Menerbitkan Sustainability Report ............... 7
2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya .......................................................... 42
3.1 Operasional Variabel ...................................................................... 57
4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................... 62
4.2 Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 65
4.9 Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 66
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Konsep Triple Bottom Line ............................................................ 20
2.2 Kerangka Pemikiran… ................................................................... 47
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 JASICA 2015 ................................................................................. 83
2 Sampel Perusahaan ......................................................................... 86
3 Tabulasi Data Penelitian ................................................................. 87
4 Hasil Output SPSS ......................................................................... 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak munculnya isu pemanasan global yang diakibatkan oleh aktivitas
manusia, kini permasalahan kerusakan lingkungan mendapat sorotan tajam
dalam beberapa tahun terakhir. Kerusakan lingkungan merupakan
permasalahan yang serius, mengingat sebagian kerusakan lingkungan
disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas ekonomi. Salah satu pelaku
ekonomi yang menjadi sorotan dalam isu ini adalah pihak perusahaan. Tujuan
utama sebuah perusahaan adalah untuk meningkatkan keuntungan sebesar-
besarnya hingga tercapainya kesejahteraan para pemegang saham dan nilai
perusahaan itu sendiri. Adanya tujuan tersebut menyebabkan perusahaan harus
inovatif, efektif, dan efisien dalam menjalankan bisnisnya agar dapat terus
bersaing di dalam dunia bisnis yang terus berkembang dengan pesat.
Banyak perusahaan yang melakukan kegiatan eksplorasi besar-besaran
yang berdampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa perusahaan- perusahaan hanya berpikir untuk
mencari keuntungan semata dan mengabaikan aspek sosial dan lingkungan
yang ada. Contoh nyata yang terbaru saat ini adalah kasus pembakaran hutan
di kawasan Sumatera dan Kalimantan. Akuntono (2015) menyebutkan, bahwa
sebanyak 127 orang dan 10 perusahaan telah ditetapkan sebagai tersangka
2
dalam kasus pembakaran hutan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Dampak
yang ditimbulkan akibat pembakaran tersebut selain semakin berkurangnya
hutan di Indonesia adalah terjadinya bencana kabut asap yang melanda
wilayah Sumatera dan Kalimantan. Bencana kabut asap ini merupakan
bencana yang menyentuh dua aspek sekaligus, karena merugikan secara
lingkungan maupun sosial. Kualitas udara di daerah – daerah yang terkena
kabut asap menurun hingga ke level berbahaya bagi masyarakat di daerah
tersebut. Dampak dari bencana ini juga tidak hanya merugikan pihak nasional
saja tetapi hingga pihak internasional juga ikut terkena dampak dari kabut
asap tersebut, seperti Singapura, dan Malaysia.
Selanjutnya kasus pencemaran limbah B3 yang melanda dua
perkampungan padat penduduk di Kota Tarakan, Kalimantan Utara yang
disebabkan oleh rembesan minyak PT Pertamina EP dan PT Medco. Terdapat
dua belas titik yang terkontaminasi crude oil (lantung) di dua perkampungan
tersebut. Permasalahan ini tidak dapat diabaikan begitu saja mengingat potensi
bahaya yang ditimbulkan sangat rentan terjadinya kebakaran, merusak
bangunan karena tanah menjadi dinamis serta gangguan kesehatan masyarakat
di sekitarnya (Rusman, 2015).
Contoh lainnya adalah kasus lumpur lapindo, yakni kasus pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh PT. Lapindo Brantas pada tahun 2006, yang
hingga kini dampaknya masih belum bisa diatasi. Selain dari dalam negeri,
kasus pencemaran lingkungan oleh perusahaan juga terjadi di belahan bumi
lainnya. Seperti kasus pencemaran lingkungan oleh perusahaan minyak
3
raksasa Chevron di Brazil, yang diawali oleh pengeboran minyak oleh Texaco
pada tahun 1972 di kawasan Lago Agio. Sejak saat itu, perusahaan yang
kemudian diambil-alih oleh Chevron tersebut telah menggelontori kawasan
Amazon Ekuador dengan 18 milyar galon limbah beracun (insist.or.id, 2012).
Kasus- kasus tersebut mengindikasikan bahwa kepedulian lingkungan
dan sosial masih belum menjadi salah satu perhatian utama bagi perusahaan.
Semakin tumbuh dan berkembangnya perusahaan, maka tanggungjawab
perusahaan juga meluas, tidak hanya kepada shareholders dan stakeholders di
dalam perusahaan saja, tetapi juga tanggung jawab terhadap lingkungan dan
masyarakat yang ada di sekitarnya (Crowther, 2011). Pasal 74 Undang-
Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa
setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan. Hal serupa juga tercantum dalam Undang-Undang
No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15 (b) yang menyebutkan
bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan, dan pasal 17 menyebutkan bahwa penanam modal yang
mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi
standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan juga harus diiringi
dengan pelaporan yang baik. Laporan yang dibuat haruslah transparan,
4
sehingga perusahaan akan dapat memenuhi tuntutan dari masyarakat yang
menginginkan upaya pertanggungjawaban atas kegiatan perusahaan yang
memiliki dampak terhadap lingkungan maupun sosial. Dengan dibuatnya
laporan tersebut juga akan menambah nilai perusahaan di mata investor dan
stakeholders. Kebutuhan investor dan stakeholders akan informasi kinerja dari
tahun ke tahun terus meningkat, bukan hanya sekedar informasi keuangan
melainkan juga informasi-informasi terkait tentang ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Informasi tersebut berhubungan erat dengan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), tidak hanya memperluas
pembangunan ekonomi dan sosial tetapi juga meningkatkan derajat
lingkungan hidup sosial (Dunphy et. al, 2000).
Menurut Yendrawati dan Tarusnawati (2013), sustainability perusahaan
harus terus dijaga terkait kepentingan stakeholder primer terhadap perusahaan,
yaitu investor. Isu kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan
berdampak pada fluktuasi harga saham. Investor kini semakin peka terhadap
isu- isu yang berkembang mengenai perusahaan tempat mereka menanam
modal dan semakin jeli dalam memilih saham perusahaan yang akan dibeli.
Saat ini, banyak perusahaan di dunia yang dituntut untuk memberikan
laporan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Para stakeholder tertarik
untuk memahami bagaimana pendekatan dan kinerja perusahaan secara
berkelanjutan dalam berbagai aspek, terutama aspek ekonomi, lingkungan,
dan sosial, termasuk potensi dalam menciptakan nilai perusahaan melalui
pengelolaan secara berkelanjutan. Salah satunya melalui laporan keberlanjutan
5
(Sustainability Report), yang kini kian menjadi tren dan kebutuhan bagi
perusahaan progresif untuk menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial
dan lingkungannya sekaligus kepada seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) perusahaan (Chariri, 2009). Sustainability (keberlanjutan)
adalah keseimbangan antara people-planet-profit, yang dikenal dengan konsep
Triple Bottom Line (John Elkington, 1997). Sustainability terletak pada
pertemuan antara tiga aspek, people-sosial; planet-environment; dan profit-
economic. Konsep tersebut merupakan cerminan dari istilah yang dikenal
berbagai perusahaan di dunia, yaitu Sustain Ability. Sustain Ability memiliki
makna tersendiri bagi perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk
bertahan hidup selama mungkin atau disebut dengan Long-Life Company.
John Elkington (1997) menyatakan :
“At its narrowest, the term “triple-bottom line” is used as a
framework from measuring and reporting corporate performance
against economic, social and environmental parameters. At its
broadest, the term is used to capture the whole set of value, issue and
processes that companies must address in order to minimize any harm
resulting from their activities and to create economic, social, and
environmental value. The three lines represent society, the economic,
and the environment. Society depends on the economic – and the
economy depends on the global ecosystem, whose health represents the
ultimate bottom line”
6
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahan
harus bertanggung-jawab atas dampak positif maupun negatif yang
ditimbulkan terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
Selanjutnya sustainability report kini semakin berkembang yang dibuktikan
dengan munculnya The Global Reporting Initiative (GRI) sebagai pemegang
otoritas di dunia yang mengatur terkait sustainability report. Seperti yang
dikutip oleh GRI:
According to GRI, sustainability reports should contain information on
“an organizations vision and strategy, profile, governance structure
and management systems, GRI content index, and performance
indicators” (GRI, 2006: 3).
Perusahaan yang telah menerbitkan sustainability report berdasarkan
G3 guidelines disyaratkan memenuhi tipe-tipe standar pelaporan, yaitu: profil
organisasi, visi, strategi, indikator kinerja, dan pendekatan manajemen.
Hingga kini GRI juga berusaha untuk terus mengembangkan “framework for
sustainability reporting”, dan G4 guidelines resmi dirilis pada Mei 2013
(www.globalreporting.com). Penelitian mengenai penerapan Sustainability
Reporting berdasar Global Reporting Initiative (GRI) belum banyak dilakukan
di Indonesia. Hal ini dikarenakan sangat terbatasnya sampel, yaitu perusahaan
yang melakukan praktik pengungkapan Sustainability Report.
Pada tahun 2011 Report of The Judges ISRA mengeluarkan data yang
menunjukan jumlah perusahaan di Indonesia yang melakukan pengungkapan
sustainability report. Pengungkapan sustainability report di Indonesia di awali
7
pada tahun 2005. Saat itu hanya 2 perusahaan saja yang baru mengeluarkan
sustainability report, namun dengan berjalannya waktu dan kebutuhan akan
informasi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang akuntabel dan transparan
banyak perusahaan yang turut serta mempublikasikan sustainability report.
Berikut data perusahaan yang menerbitkan sustainability report setiap
tahunnya.
Tabel 1.1
Perusahaan Yang Menerbitkan Sustainability Report Menurut ISRA, Tahun
2005-2011
Sumber: Report of The Judges ISRA 2011
Berdasarkan data di atas, dapat kita simpulkan bahwa jumlah
perusahaan yang menerbitkan sustainability report dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Data dari National Center for Sustainability Reporting
(NCSR) mengungkapkan bahwa pada tahun 2014 jumlah tersebut telah
meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 60 perusahaan yang telah
menerbitkan laporan keberlanjutannya (www.ncsr-id.org). Peningkatan jumlah
tersebut mengindikasikan semakin banyaknya tuntutan yang ditujukan kepada
perusahaan bukan hanya terkait aspek ekonomi saja tetapi juga aspek
Tahun Jumlah Perusahaan
2005 2
2006 5
2007 15
2008 20
2009 23
2010 25
2011 34
8
lingkungan dan sosial, sehingga perusahaan merasa perlu untuk membuat
sebuah laporan atas aktivitas pertanggungjawabannya demi memenuhi
tuntutan tersebut. Pengungkapan sustainability report di Indonesia saat ini
masih bersifat sukarela (voluntary), artinya belum adanya peraturan yang
mewajibkan perusahaan untuk membuat laporan ini. Seiring berkembangnya
penelitian terkait sustainability report, perusahaan semakin ramai melakukan
pengungkapan terhadap sustainability report baik menjadi satu dalam laporan
tahunan maupun dilaporkan secara tersendiri sebagai laporan yang terpisah.
Semakin banyaknya bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan
perusahaan, maka image perusahaan menurut pandangan investor menjadi
meningkat atau citra perusahaan menjadi baik. Investor menganggap
sustainability report sebagai alat kontrol atas pencapaian kinerja perusahaan
sekaligus sebagai media pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya
di perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Prayosho dan Hananto (2013),
kandungan informasi dalam sustainability report diharapkan mampu
memberikan sinyal positif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata
investor.
Menurut Dyanty dan Putri (2014), analis laporan tahunan sering
menganggap penting sustainability report dalam penilaian mereka tentang
kualitas manajemen dan efisiensi kinerja perusahaan. Sustainability report
bahkan dianggap dapat memberikan perusahaan akses yang lebih baik
terhadap kepercayaan stakeholders atas kepemilikan modalnya. Meskipun
pengungkapan sustainability report tidak diwajibkan dan masih bersifat
9
sukarela, akan tetapi tuntutan dari perusahaan untuk memberikan informasi
haruslah akuntabel, transparan, serta praktik tata kelola perusahaan yang
semakin baik (good corporate governance), seperti pengungkapan mengenai
aktivitas sosial dan lingkungan (Nasir dkk, 2014).
Banyaknya tuntutan terhadap perusahaan untuk mengungkapkan aktivitas
lingkungan dan sosialnya mendorong perusahaan untuk meningkatkan
aktivitas lingkungan dan sosialnya, apalagi bagi perusahaan- perusahaan skala
besar dan bersinggungan langsung dengan lingkungan dan masyarakat luas
seperti perusahaan- perusahaan di dalam industri energi dan industri barang-
barang konsumsi. Pertamina Persero misalnya, perusahaan minyak Negara ini
sedang menggalakkan penanaman satu juta pohon sebagai salah satu aktivitas
lingkungannya (Aditya, 2015). Hal yang sama juga dilakukan PT. Tirta
Investama Danone Aqua dengan melakukan program penyediaan air bersih
dan peningkatan kualitas air bersih, serta pemberdayaan masyarakat di
beberapa wilayah di Indonesia. Hal tersebut langsung membuat PT. Tirta
Investama Danone Aqua menyabet penghargaan Gelar Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Budaya dari Corporate Forum for Community
Development (CFCD) pada Juli 2015 lalu (Kurniawan, 2015). Kedua aktivitas
tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan berusaha untuk tetap
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas, apalagi kedua perusahaan
tersebut baik Pertamina maupun PT. Tirta Investama Danone Aqua memiliki
operasi bisnis yang besar dan bersinggungan langsung dengan lingkungan dan
masyarakat luas.
10
Tipe industri terbagi menjadi dua yaitu high profile dan low profile.
Perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile merupakan
perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungan,
tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat kompetisi yang kuat (Utomo,
2000 dalam Arga dan Badingatus, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Mirfazli (2008) tipe industri high profile dan low profile menunjukkan
perbedaaan dalam jumlah pengungkapan CSR, hal itu dikarenakan perusahaan
yang termasuk kategori high profile umumnya merupakan perusahaan yang
memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan
memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan
masyarakat luas. Sehingga dimungkinkan akan mengungkapkan
pengungkapan CSR yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kategori low
profile.
Sensitivitas industri dapat didefinisikan sebagai seberapa besar tingkat
industri tersebut bersinggungan langsung dengan konsumen dan kepentingan
luas lainnya. Biasanya perusahaan yang mempunyai sensitivitas industri yang
tinggi terhadap lingkungannya akan memperoleh perhatian yang tinggi
mengenai lingkungan tersebut dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
yang mempunyai sensitivitas industri yang lebih rendah terhadap
lingkungannya. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut mempunyai dampak
potensi yang lebih tinggi dalam mempengaruhi kondisi serta keberadaan
lingkungan tersebut (Branco dan Rodrigues, 2008). Jakarta Industrial
11
Classification (JASICA) juga membagi industri menjadi dua kategori, yakni
high profile industry, dan low profile industry.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena masih banyaknya potensi yang belum tergali sepenuhnya
terkait dengan isu- isu ini, di mana masih sedikit sekali perusahaan yang
mengungkapkan sustainability reportnya, lalu masih minimnya kesadaran
lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan sehingga kinerja lingkungan yang
rendah tersebut mengakibatkan kerusakan lingkungan yang juga merugikan
masyarakat di sekitarnya, selain itu tipe industri juga menentukan bagaimana
perusahaan mengungkapkan laporan pertanggungjawabannya, di mana
industri yang sifatnya sensitif dimungkinkan memiliki pengaruh yang berbeda
terhadap pengungkapan sustainability report dibandingkan dengan industri
yang tidak sensitif. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian yang berjudul “Uji Beda Pengungkapan Sustainability Report antara
High Profile Industry dan Low Profile Industry”.
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan
oleh, Arga dan Badingatus (2015), Frendy (2011), Suresh Cuganesan, James
Guthrie dan Leanne Ward (2010) serta Edwin Mirfazli (2008). Penelitian ini
memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu dari sisi objek
penelitian, metode penelitian, dana periode penelitian.
1. Objek Penelitian dan Periode Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap
perusahaan skala besar dan menengah berdasarkan data Badan Pusat
12
Statistik (BPS) 2014 dan meliputi perusahaan yang listed dan non-listed di
BEI dan melakukan pengungkapan sustainability reportnya secara terpisah
dari laporan tahunan agar isi dari laporan tersebut lebih lengkap dan
mendalam, serta sustainability report telah menggunakan standar GRI G4
dan yang diterbitkan pada tahun 2014.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan uji beda dengan dua sampel bebas,
yakni high profile industry dan low profile industry berdasarkan klasifikasi
yang dilakukan oleh Jakarta Industrial Classifiation (JASICA).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan yang
signifikan dalam pengungkapan sustainability report antara high profile
industry dan low profile industry ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan dalam tingkat pengungkapan
sustainability report antara high profile industry dan low profile industry.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:
a) Manfaat Teoritis
13
1) Menambah pengetahuan dan pemahaman penulis terhadap masalah
yang sedang diteliti.
2) Diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan di
bidang ekonomi khususnya yang berkaitan dengan Akuntansi
Manajemen, serta dapat menjadi acuan bagi peneliti di masa yang
akan datang agar lebih banyak peneliti yang mengangkat topik
praktik sustainability report.
b) Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
acuan pemahaman bagi perusahaan mengenai sustainability report
demi meningkatkan tanggungjawab lingkungan perusahaan yang
lebih baik lagi.
2) Menjadi perhatian bagi masyarakat sebagai sarana informasi
mengenai pentingnya pengungkapan sustainability report sebuah
perusahaan untuk kesejahteraan masyarakat dan lingkungan
sekitar.
3) Bagi investor, sebagai wacana untuk mempertimbangkan aspek-
aspek yang perlu diperhatikan dalam investasi yang tidak hanya
terpaku pada pelaporan keuangannya saja, tetapi juga pelaporan
keberlanjutan mengenai tindakan sosial terhadap lingkungan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Legitimacy
Teori legitimasi dilandasi oleh adanya suatu kontrak sosial yang
terjadi antara perusahaan dengan masyarakat, dimana perusahaan
beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi (Chariri dan Ghozali,
2007).
Definisi legitimasi menurut Suchman (1995) adalah:
Legitimacy is a generalized perception or assumption that the actions of
an entity are desirable, proper, or appropriate within some socially
constructed system of norms, values, beliefs, and definitions.
Legitimasi adalah persepsi umum atau asumsi bahwa tindakan dari
suatu entitas yang diinginkan, tepat, atau sesuai dalam beberapa sistem
yang dibangun secara sosial norma, nilai-nilai, keyakinan, dan definisi.
Perusahaan dapat dikatakan telah mendapatkan legitimasi apabila
keberadaan dan kinerjanya telah mendapat „status‟ dari masyarakat atau
lingkungan di mana mereka beroperasi (Jenia dan Prastiwi, 2012)
Dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan akan secara
sukarela melaporkan aktivitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal
ini adalah yang diharapkan komunitas (Deegan, 2004). Pengungkapan
aktivitas CSR dianggap sebagai salah satu hal yang penting untuk
15
mempengaruhi persepsi masyarakat akan kegiatan operasional perusahaan.
Hal ini sejalan dengan (Chariri, 2009) yang menyatakan bahwa perusahaan
cenderung menggunakan kinerja berbasis sosial dan lingkungan serta
pengungkapan informasi sosial dan lingkungan untuk membenarkan atau
melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat.
Pengungkapan atas tanggungjawab sosial dan lingkungan
perusahaan juga harus diolah dengan baik agar dapat diterima oleh
masyarakat. Penerimaan yang baik dari masyarakat dapat membantu
perusahaan dalam pencapaian tujuannya guna keberlangsungan hidup
perusahaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa legitimasi ini akan
mampu meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat, sehingga
dengan reputasi yang baik maka akan berpengaruh pada nilai perusahaan
tersebut. (Harsanti, 2011).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa legitimasi
merupakan upaya perusahaan untuk senantiasa menjalankan kegiatan
operasionalnya dengan berpihak kepada masyarakat dan pemerintah.
Dukungan dari masyarakat dan pemerintah diharapkan dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan dan mendukung citra baik perusahaan. Hal
tersebut membuat perusahaan bersedia untuk mengeluarkan biaya-biaya
untuk mengungkapkan kinerja sosial dan lingkungannya lebih dari yang
diharuskan jika memang itu yang diinginkan oleh masyarakat atau
komunitas lainnya.
16
2. Teori Stakeholders
Istilah stakeholder pada awalnya diperkenalkan oleh Stanford
Research Institute (SRI), yakni “those groups without whose support the
organization would cease to exist” (Freeman, 1983). Inti dari pemikiran
itu mengarah pada keberadaan suatu organisasi (dalam kasus ini adalah
perusahaan) sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompok – kelompok
yang memiliki hubungan dengan organisasi tersebut. Menurut David
Crowther dan Seifi (2011), ada beberapa definisi mengenai stakeholders,
yakni:
1) Those groups without whose support the organization would cease to
exist
2) Any group or individual who can affect or is affected by the
achievement of the organization’s objectives
Definisi tersebut menyatakan bahwa stakeholders merupakan pihak
individu maupun kelompok yang keberadaannya dapat mempengaruhi
ataupun dipengaruhi oleh adanya tujuan dari perusahaan, dan keberadaan
suatu organisasi (dalam kasus ini adalah perusahaan) sangat dipengaruhi
oleh dukungan kelompok – kelompok yang memiliki hubungan dengan
organisasi tersebut.
Freeman (1983), mengembangkan stakeholder theory dan
memperkenalkan konsep tersebut dalam dua model, yaitu :
1) Model kebijakan dan perencanaan bisnis;
2) Model tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen stakeholder.
17
Model pertama, berfokus pada pengembangan dan evaluasi
persetujuan keputusan strategis perusahaan dengan kelompok-kelompok
yang dukungannya diperlukan untuk kelangsungan usaha perusahaan.
Sedangkan pada model kedua, perencanaan perusahaan dan analisis
diperluas dengan memasukkan pengaruh eksternal yang mungkin
berlawanan bagi perusahaan. Kelompok berlawanan ini termasuk badan
regulator (government), lingkungan dan / atau kelompok (communities)
dengan kepentingan khusus yang memiliki kepedulian terhadap
permasalahan sosial.
Donaldson dan Preston (1995) berpendapat bahwa stakeholders
theory merupakan hal yang berkenaan dengan pengelolaan atau
ketatalaksanaan (managerial) dan merekomendasikan sikap, struktur, dan
praktik, yang apabila dilaksanakan secara bersama-sama membentuk
sebuah filosofi manajemen stakeholder. Ia juga berpendapat stakeholder
theory sebagai sesuatu yang normatif, bahwa fungsi dari sebuah
perusahaan termasuk pada pengenalan normatif dan panduan filosofis
untuk bekerja dan untuk manajemen perusahaan. Menurut Donaldson dan
Preston (1995), teori stakeholder dibagi dalam tiga aspek, yaitu :
1) Descriptive/Empirical, yang menyatakan bahwa teori digunakan untuk
menjelaskan karakter khusus dan perilaku perusahaan.
2) Instrumental, sebagai tambahan dari data deskriptif, digunakan untuk
mengidentifikasikan hubungan antara manajemen stakeholders dengan
hasil yang didapatkan (profitabilitas, pertumbuhan, dll).
18
3) Normative, yang menyatakan bahwa teori digunakan untuk
mengintrepetasikan fungsi dari perusahaan, termasuk mengidentifikasi
pedoman moral dan filosofi pada operasi dan manajemen perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan
harus menjaga hubungan baik dengan stakeholders karena merekalah yang
akan mengambil keputusan akan kelangsungan perusahaan, terutama
apabila mereka menguasai sumber daya yang dibutuhkan untuk aktivitas
perusahaan. Perusahaan tidak hanya memiliki tujuan untuk mencari
keuntungan pribadi tetapi juga untuk kesejahteraan stakeholders. Oleh
karena itu diharapkan pengungkapan sustainability report dapat memenuhi
keinginan stakeholders dengan adanya penambahan informasi seperti
informasi lingkungan, sosial, dan ekonomi, sehingga akan selalu terjalin
hubungan baik antar perusahaan dan stakeholders.
3. Sustainability Report
Konsep keberlanjutan menurut Whitehead (2006) adalah sebagai
hasil masyarakat yang memungkinkan generasi mendatang setidaknya
tetap memiliki kekayaan alam yang sama dengan generasi yang ada pada
saat ini. Ia menjelaskan bahwa keberlanjutan tidak berarti kemudian
memerlukan penghematan sumber daya yang sedemikian khusus,
melainkan hanya memastikan kecukupan sumber daya (kombinasi dari
sumber daya manusia, fisik dan alam) untuk generasi mendatang, sehingga
membuat standar hidup mereka setidaknya sama baiknya dengan generasi
saat ini.
19
Terkait dengan hal di atas, maka perlu adanya pengungkapan
sebuah informasi terkait aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi sebagai
bentuk transparansi dalam pelaporan kinerja perusahaan. Perusahaan harus
mengumpulkan, mengendalikan, dan melaporkan ke pihak internal
maupun eksternal tentang informasi keberlanjutan yang mereka miliki
dalam sustainability report.
Sustainability report dapat didefinisikan sebagai laporan yang
tidak hanya memuat informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non
keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang
memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan
(sustainable performance) (Elkington, 1997).
Global Reporting Initiative (GRI) sebagai lembaga pemberi
pedoman pengungkapan sustainability report, mendefinisikan
sustainability report sebagai praktik dalam mengukur dan mengungkapkan
aktivitas perusahaan, sebagai tanggung jawab kepada stakeholder internal
dan eksternal mengenai kinerja organisasi dalam mewujudkan tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Konsep Sustainability Report merupakan turunan dari konsep
Triple-Bottom Line yang diperkenalkan oleh John Elkington (1997).
Sustainability terletak pada pertemuan antara tiga aspek, people-social;
planet-environment; dan profit-economic. Konsep tersebut merupakan
cerminan dari istilah yang dikenal berbagai perusahaan di dunia, yaitu
Sustain Ability. Sustain Ability memiliki makna tersendiri bagi perusahaan,
20
Economy Prosperity
Economy
Profit
Social Equity
Equity
People
Environmental Stewardship
Environment
Planet
yaitu kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup selama mungkin atau
disebut dengan Long-Life Company. John Elkington menjelaskan konsep
Triple-Bottom Line sebagai :
“the three lines of the triple-bottom line represent society, the economy,
and the environment. Society depend on the global ecosystem, whose
health represents the ultimate bottom line. The three lines are not stable;
they are in constant flux, due to social political, economic, and
environmental pressures, cycle and conflicts”.
Gambar 2.1
Konsep Triple- Bottom Line
Sumber : www.centerforsustainability.org (2012)
Menurut Gunawan (2015), tujuan utama perusahaan adalah
meningkatkan nilai perusahaaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh
secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan memperhatikan
dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup karena keberlanjutan
merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan ekonomi,
lingkungan, dan masyarakat seperti yang telah dijelaskan dalam konsep
Triple-Bottom Line milik Elkington (1997).
Laporan berkelanjutan (sustainability report) merupakan jenis
laporan yang bersifat sukarela (voluntary). Laporan ini diungkapkan
sebagai pelengkap laporan keuangan, namun dalam penyampaiannya
21
laporan ini terpisah dari laporan keuangan perusahaan. Hal ini diperkuat
oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 paragraf ke
sembilan, yaitu “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan
seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah
(value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor – faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang
menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting”. Implementasi pelaporan berkelanjutan di
Indonesia didukung oleh sejumlah aturan seperti UU No.23/1997 tentang
manajemen lingkungan dan aturan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia
mengenai prosedur dan persyaratan listing dan juga standar laporan
keuangan (PSAK).
Pengungkapan sustainability report didefinisikan sebagai laporan
yang diungkapkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas sosial
yang dilakukan perusahaan yang meliputi tema Economic, Environmental,
Human Rights, Labor Practices & Decent Work, Society, dan Product
Responsibility (GRI, 2006: 24).
Tujuan dari adanya sustainability report yaitu sebagai berikut
(GRI, 2006: 3):
1) Tolak ukur pengukuran kinerja berkelanjutan yang menghormati
hukum, norma, kode, standar kinerja, dan inisiatif sukarela;
2) Menunjukkan bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh harapannya mengenai pembangunan berkelanjutan; dan
22
3) Membandingkan kinerja dalam sebuah organisasi dan di antara
berbagai organisasi dalam waktu tertentu.
Pengungkapan Sustainability Report yang sesuai dengan GRI
harus memenuhi beberapa prinsip untuk menjamin kualitas informasi dan
mencapai transparansi. Prinsip-prinsip ini tercantum dalam GRI (2006:
13), yaitu:
1) Keseimbangan: Laporan sebaiknya mengungkapkan aspek positif dan
negatif dari kinerja suatu perusahaan untuk dapat memungkinkan
penilaian yang masuk akal terhadap keseluruhan kinerja.
2) Dapat dibandingkan: Laporan disajikan dengan seksama sehingga
memungkinkan para stakeholder untuk menganalisis perubahan kinerja
organisasi dari waktu ke waktu. Isu-isu dan informasi harus dipilih,
dikumpulkan, dan dilaporkan secara konsisten.
3) Akurat/ Cermat: Informasi yang dilaporkan dalam sustainability report
harus cukup akurat dan rinci bagi stakeholders dalam menilai kinerja
organisasi.
4) Ketepatan waktu: Pelaporan sustainability report harus terjadwal dan
informasi yang ada harus selalu tepat waktu ketika dibutuhkan para
stakeholder dalam mengambil kebijakan.
5) Kesesuaian/ Kejelasan: Informasi yang diberikan dalam sustainability
report harus sesuai dengan pedoman dan dapat dimengerti serta dapat
diakses oleh stakeholder.
23
6) Dapat dipertanggungjawabkan: Informasi dan proses yang digunakan
dalam penyusunan laporan harus dikumpulkan, direkan, dikompilasi,
dianalisis, dan diungkapkan dalam sebuah cara yang dapat diuji
sehingga dapat menetapkan kualitas dan materialitas informasi dari
laporan.
Pengungkapan standar dalam sustainability report menurut
pedoman GRI G4 Guidelines memenuhi 6 aspek yang terdiri dari:
1) Ekonomi yaitu menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan pada
kondisi ekonomi dari stakeholder dan pada sistem ekonomi di tingkat
lokal, nasional, dan global.
2) Lingkungan yaitu menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan
terhadap makhluk di bumi, dan lingkungan sekitar termasuk ekosistem,
tanah, udara, dan air.
3) Hak Asasi Manusia yaitu adanya transparansi dalam
mempertimbangkan pemilihan investor dan pemasok/ kontraktor.
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
4) Masyarakat yaitu memusatkan perhatian pada dampak organisasi
terhadap masyarakat dimana mereka beroperasi, dan mengungkapkan
bagaimana risiko yang mungkin timbul dari interaksi dengan lembaga
sosial lainnya.
24
5) Tanggungjawab produk yaitu berisi pelaporan produk yang dihasilkan
perusahaan dan layanan yang secara langsung mempengaruhi
pelanggan, yaitu kesehatan dan keamanan, informasi dan pelabelan,
pemasaran, dan privasi.
6) Sosial yaitu berisi kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, apa
saja yang sudah dilakukan dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.
Berikut penjelasan Global Reporting Intiative Sustainability Report
Guidelines 4 (GRI G4) mengenai item-item yang harus diungkapkan
perusahaan dalam pelaporannya:
1) Indikator Ekonomi menunjukkan sejauh mana aliran dana diantara
para stakeholder dan dampak ekonomi utama perusahaan terhadap
ekonomi masyarakat. Kinerja ekonomi yang perlu diungkapkan oleh
perushaan mencakup 3 aspek dan 9 item pengungkapan. Adapun aspek
dan item yang diungkapkan dalam indikator ekonomi adalah sebagai
berikut:
a. Aspek Kinerja Ekonomi
i. Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi
pendapatan, biaya operasi, imbal jasa karyawan, donasi, dan
investasi komunitas lainnya, laba ditahan, dan pembayaran
kepada penyandang dana serta pemerintah.
ii. Implikasi finansial dan risiko lainnya akibat perubahan iklim
serta peluangnya bagi aktivitas organisasi.
iii. Jaminan kewajiban organisasi terhadap program imbalan pasti.
25
iv. Bantuan finansial yang signifikan dari pemerintah.
b. Aspek Kehadiran Pasar
i. Rentang rasio standar upah terendah dibandingkan dengan
upah minimum setempat pada lokasi operasi yang signifikan.
ii. Kebijakan, praktek, dan proporsi pengeluaran untuk pemasok
lokal pada lokasi yang signifikan.
iii. Prosedur penerimaan pegawai lokal dan proporsi manajemen
senior lokal yang dipekerjakan pada lokasi operasi yang
signifikan.
c. Aspek Dampak Ekonomi Tidak Langsung
i. Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur serta jasa
yang diberikan untuk kepentingan publik secara komersial,
natura, atau pro bono.
ii. Pemahaman dan penjelasan dampak ekonomi tidak langsung
yang signifikan, termasuk seberapa luas dampaknya.
2) Indikator Lingkungan menunjukkan sejauh mana kegiatan perusahaan
berdampak pada kehidupan didalam sistem alam, termasuk ekosistem,
tanah, udara, dan air. Indikator kinerja lingkungan terkait dengan input
(bahan, energi, air) dan output (emisi/gas, limbah sungai, limbah
kering/sampah). Kinerja lingkungan yang perlu diungkapkan oleh
perusahaan mencakup 11 aspek dan 34 item pengungkapan. Adapun
aspek dan item yang diungkapkan dalam indikator lingkungan adalah
sebagai berikut:
26
a. Aspek Material
i. Penggunaan bahan; diperinci berdasarkan berat atau volume.
ii. Persentase penggunaan bahan daur ulang.
b. Aspek Energi
i. Penggunaan energi langsung dari sumber daya energi primer.
ii. Pemakaian energi tidak langsung berdasarkan sumber daya
primer.
iii. Penghematan energi melalui konservasi dan peningkatan
efisiensi.
iv. Inisiatif untuk mendapatkan produk dan jasa berbasis energi
efisien atau energi yang dapat diperbarui, serta pengurangan
persyaratan kebutuhan energi sebagai akibat dari inisiatif
tersebut.
v. Inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tidak langsung dan
pengurangan yang dicapai.
c. Aspek Air
i. Total pengambilan air per sumber.
ii. Sumber air yang terpengaruh secara signifikan akibat
pengambilan air.
iii. Persentase dan total volume air yang digunakan kembali dan
didaur ulang.
d. Aspek Keanekaragaman Hayati
27
i. Lokasi dan ukuran tanah yang dimiliki, disewa, dikelola oleh
organisasi pelapor yang berlokasi di dalam, atau yang
berdekatan dengan daerah yang dilindungi atau daerah-daerah
yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi di luaar
daerah yang dilindungi.
ii. Uraian atas berbagai dampak signifikan yang diakibatkan oleh
aktivitas, produk, dan jasa organisasi pelapor terhadap
keanekaragaman hayati di daerah yang dilindungi dan di daerah
yang memiliki keanekaragaman hayati bernilai tinggi di luar
daerah yang dilindungi.
iii. Perlindungan dan pemulihan habitat.
iv. Strategi, tindakan, dan rencana mendatang untuk mengelola
dampak terhadap keanekaragaman hayati.
v. Jumlah spesies berdasarkan tingkat risiko kepunahan yang
masuk dalam daftar merah IUCN (International Union for
Conservation of Nature Red List Species) dan yang masuk
dalam daftar konservasi nasional dengan habitat di daerah-
daerah yang terkena dampak operasi.
e. Aspek Emisi, Efluen dan Limbah
i. Jumlah emisi gas rumah kaca yang sifatnya langsung maupun
tidak langsuung dirinci berdasarkan berat.
ii. Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya diperinci
berdasarkan berat.
28
iii. Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan
pencapaiannya.
iv. Emisi bahan kimia yang meerusak lapisan ozon diperinci
berdasarkan berat.
v. Nox, Sox dan emisi udara signifikan lainnya yang diperinci
berdasarkan jenis dan berat.
vi. Jumlah buangan air menurut kualitas dan tujuan.
vii. Jumlah berat limbah menurut jenis dan metode pembuangan.
viii. Jumlah dan volume tumpahan yang signifikan.
ix. Berat limbah yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah
yang dianggap berbahaya menurut Lampiran Konvensi Basel I,
II, III, dan IV, dan persentase limbah yang diangkut secara
internasional.
x. Identitas, ukuran, status proteksi dan nilai keanekaragaman
hayati badan air serta habitat terkait yang secara signifikan
dipengaruhi oleh pembuangan dan limpasan air organisasi
pelapor.
f. Aspek produk dan Jasa
i. Inisiatif untuk mengurangi dampak lingkungan produk dan jasa
dan sejauh mana dampak pengurangan tersebut.
ii. Persentase produk terjual dan bahan kemasannya yang ditarik
menurut kategori.
g. Aspek Kepatuhan
29
i. Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah sanksi
nonmoneter atas pelanggaran terhadap hukum dan regulasi
lingkungan.
h. Aspek Pengangkutan/Transportasi
i. Dampak lingkungan yang signifikan akibat pemindahan produk
dan barang-barang lain serta material yang digunakan untuk
operasi perusahaan, dan tenaga kerja yang memindahkan.
i. Aspek Menyeluruh
i. Jumlah pengeluaran untuk proteksi dan investasi lingkungan
menurut jenis.
j. Aspek Asesmen Pemasok atas Lingkungan
i. Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
lingkungan.
ii. Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan potensial
dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil.
k. Aspek Mekanisme Pengaduan Masalah Lingkungan
i. Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang diajukan,
ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
resmi.
3) Indikator Sosial menunjukkan sejauh mana perusahaan memperhatikan
kinerja penting yang berhubungan dengan praktik tenaga kerja dan
pekerjaan yang layak, hak asasi manusia, masyarakat dan tanggung
jawab produk dalam kegiatan perusahaan. Kinerja sosial yang perlu
30
diungkapkan oleh perusahaan mencakup 6 sub-kinerja, 30 aspek dan
48 item pengungkapan. Kinerja praktik tenaga kerja dan pekerjaan
yang layak menunjukkan tanggung jawab sosial dari usaha bisnis
kepada para tenaga kerjanya. Adapun aspek dan item yang
diungkapkan adalah sebagai berikut:
a. Aspek Pekerjaan
i. Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan
turnover karyawan menurut kelompok umur, gender, dan
wilayah.
ii. Manfaat yang disediakan bagi karyawan tetap (purna waktu)
yang tidak disediakan bagi karyawan tidak tetap (paruh waktu)
menurut kegiatan pokoknya.
iii. Jumlah karyawan yang mengambil cuti berdasarkan jenis
kelamin dan tingkat retensi dari karyawan ketika kembali
bekerja.
b. Aspek Tenaga Kerja/Hubungan Manajemen
i. Masa pemberitahuan minimal tentang perubahan kegiatan
penting, termasuk apakah hal itu dijelaskan dalam perjanjian
kolektif tersebut.
c. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Jabatan
i. Persentase jumlah angkatan kerja yang resmi diwakili dalam
panitia kesehatan dan keselamatan antara manajemen dan
31
pekerja yang membantu memantau dan memberi nasihat untuk
program keselamatan dan kesehatan jabatan.
ii. Tingkat kecelakaan fisik, penyakit karena jabatan, hari-hari
yang hilang, dan ketidakhadiran, dan jumlah kematian karena
pekerjaan menurut wilayah.
iii. Program pendidikan, pelatihan, penyuluhan/ bimbingan,
pencegahan, pengendalian risiko setempat untuk membantu
para karyawan, anggota keluarga dan anggota masyarakat,
mengenai penyakit berat/ berbahaya.
iv. Masalah kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam
perjanjian resmi dengan serikat karyawan.
d. Aspek Pelatihan dan Pendidikan
i. Rata-rata jam pelatihan tiap tahun tiap karyawan menurut
kategori/kelompok karyawan.
ii. Program untuk pengaturan keterampilan dan pembelajaran
sepanjang hayat yang menunjang kelangsungan pekerjaan
karyawan dan membantu mereka dalam mengatur akhir karier.
iii. Persentase karyawan yang menerima peninjauan kinerja dan
pengembangan karier secara teratur.
e. Aspek Keberagaman dan Kesempatan Setara
i. Komposisi badan pengelola/penguasa dan perincian karyawan
tiap kategori/kelompok menurut jenis kelamin, kelompok usia,
32
keanggotaan kelompok minoritas, dan keanekaragaman
indikator lain.
f. Aspek Kesetaraan Remunerasi Perempuan dan Laki-laki
i. Perbandingan/rasio gaji dasar pria terhadap wanita menurut
kelompok/kategori karyawan.
g. Aspek Asesmen Pemasok atas Praktik Ketenagakerjaan
i. Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
praktik ketenagakerjaan.
ii. Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
praktik ketenagakerjaandalam rantai pasokan dan tindakan
yang diambil.
h. Aspek Mekanisme Pengaduan Masalah Ketenagakerjaan
i. Jumlah pengaduan tentang praktik ketenagakerjaanyang
diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme
pengaduan resmi.
4) Kinerja hak asasi manusia menunjukkan bahwa perusahaan harus
melaporkan sejauh mana hak asasi manusia diperhitungkan dalam
investasi dan praktek pemilihan kontraktor atau supplier. Adapun
aspek dan item yang diungkapkan adalah sebagai berikut:
a. Aspek Praktik Investasi dan Pengadaan
i. Persentase dan jumlah perjanjian investasi signifikan yang
memuat klausul HAM atau telah menjalani proses
skrining/filtrasi terkait dengan aspek hak asasi manusia.
33
ii. Jumlah waktu pelatihan bagi karyawan dalam hal mengenai
kebijakan dan serta prosedur terkait dengan aspek HAM yang
relevan dengan kegiatan organisasi, termasuk persentase
karyawan yang telah menjalani pelatihan.
b. Aspek Nondiskriminasi
i. Jumlah kasus diskriminasi yang terjadi dan tindakan yang
diambil/dilakukan.
c. Aspek Kebebasan Berserikat dan Berunding Bersama
i. Segala kegiatan berserikat dan berkumpul yang teridentifikasi
dapat menimbulkan risiko yang signifikan serta tindakan yang
diambil untuk mendukung hak-hak tersebut.
d. Aspek Pekerja Anak
i. Kegiatan yang identifikasi mengandung risiko yang signifikan
dapat menimbulkan terjadinya kasus pekerja anak, dan
langkah-langkah yang diambil untuk mendukung upaya
penghapusan pekerja anak.
e. Aspek Kerja Paksa dan Kerja Wajib
i. Kegiatan yang teridentifikasi mengandung risiko yang
signifkan dapat menimbulkan kasus kerja paksa atau kerja
wajib, dan langkah-langkah yang telah diambil untuk
mendukung upaya penghapusan kerja paksa atau kerja wajib.
f. Aspek Praktik/Tindakan Pengamanan
34
i. Persentase personel penjaga keamanan yang terlatih dalam hal
kebijakan dan prosedur organisasi terkait dengan aspek HAM
yang relevan dengan kegiatan organisasi.
g. Aspek Hak Penduduk Asli
i. Jumlah kasus pelanggaran yang terkait dengan hak penduduk
asli dan langkah-langkah yang diambil.
h. Aspek Penilaian
i. Penilaian HAM pada operasi perusahaan.
i. Aspek Asesmen Pemasok atas Hak Asasi Manusia
i. Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak
asasi manusia.
ii. Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
hak asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang
diambil.
j. Aspek Remediasi
i. Jumlah pengaduan terkait dengan HAM yang ditangani dan
diselesaikan.
5) Kinerja masyarakat menunjukkan dampak perusahaan terhadap
masyarakat di mana mereka beroperasi, dan menjelaskan risiko dari
interaksi dengan institusi sosial lain yang dikelola oleh perusahaan.
Adapun aspek dan item yang diungkapkan adalah sebagai berikut:
a. Aspek Komunitas
35
i. Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, asesmen
dampak, dan program pengembangan yang diterapkan.
ii. Operasi dengan dampak negatif aktual dan potensial yang
signifikan terhadap masyarakat lokal.
b. Aspek Korupsi
i. Persentase dan jumlah unit usaha yang memiliki risiko terhadap
korupsi.
ii. Persentase pegawai yang dilatih dalam kebijakan dan prosedur
antikorupsi.
iii. Tindakan yang diambil dalam menanggapi kejadian korupsi.
c. Aspek Kebijakan Publik
i. Nilai kontributif finansial dan natura kepada partai politik,
politisi, dan institusi terkait berdasarakan negara di mana
perusahaan beroperasi.
d. Aspek Kelakuan Tidak Bersaing
i. Jumlah tindakan hukum terhadap pelanggaran ketentuan
antipersaingan, anti-trust, dan praktik monopoli serta
sanksinya.
e. Aspek Kepatuhan
i. Nilai uang dari denda signifkan dan jumlah sanksi nonmoneter
untuk pelanggaran hukum dan peraturan yang dilakukan.
f. Aspek Asesmen Pemasok atas Dampak pada Masyarakat
36
i. Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
untuk dampak terhadap masyarakat.
ii. Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil.
g. Aspek Mekanisme Pengaduan Dampak terhadap Masyarakat
i. Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat yang
diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme
pengaduan resmi.
6) Kinerja tanggung jawab produk menunjukkan tanggung jawab produk
perusahaan dan jasa yang diberikan yang memengaruhi pelanggan.
Adapun aspek dan item yang diungkapkan sebagai berikut:
a. Aspek Kesehatan dan Keamanan Pelanggan
i. Tahapan daur hidup di mana dampak produk dan jasa yang
menyangkut kesehatan dan keamanan dinilai untuk
penyempurnaan, dan persentase dari kategori produk dan jasa
yang penting yang harus mengikuti prosedur tersebut.
ii. Jumlah pelanggaran terhadap peraturan dan etika mengenai
dampak kesehatan dan keselamatan suatu produk dan jasa
selama daur hidup, per produk.
b. Aspek Pemasangan Label bagi Produk dan Jasa
i. Jenis informasi produk dan jasa yang dipersyaratkan oleh
prosedur dan persentase produk dan jasa yang signifikan yang
terkait dengan informasi yang dipersyaratkan tersebut.
37
ii. Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes mengenai
penyediaan informasi produk dan jasa serta pemberian label,
per produk.
iii. Praktek yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan termasuk
hasil survei yang mengukur kepuasaan pelanggan.
c. Aspek Komunikasi Pemasaran
i. Program-program untuk ketaatan pada hukum, standar dan
voluntary codes yang terkait dengan komunikasi pemasaran,
termasuk periklanan, promosi, dan sponsorship.
ii. Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes sukarela
mengenai komunikasi pemasaran termasuk periklanan,
promosi, dan sponsorship, menurut produknya.
d. Aspek Keleluasaan Pribadi Pelanggan
i. Jumlah keseluruhan dari pengaduan yang berdasar mengenai
pelanggaran keleluasaan pribadi (privacy) pelanggan dan
hilangnya data pelanggan.
e. Aspek Kepatuhan
i. Nilai moneter dari denda pelanggaran hukum dan peraturan
mengenai pengadaan dan penggunaan produk dan jasa.
Laporan berkelanjutan (sustainability report) telah memberikan
banyak manfaat bagi perusahaan maupun bagi stakeholder perusahaan itu
sendiri. Menurut World Business Council for Sustainable Development
38
(WBCSD), laporan berkelanjutan (sustainability report) memberikan
manfaat sebagai berikut :
1) Sustainability Report memberikan informasi kepada stakeholder
(pemegang saham, anggota komunitas lokal dan pemerintah) dan
meningkatkan prospek perusahaan, serta membantu mewujudkan
transparansi.
2) Sustainability Report dapat membantu membangun reputasi sebagai
alat yang memberikan kontribusi untuk meningkarkan brand value,
market share, dan loyalitas konsumen jangka panjang.
3) Sustainability Report dapat menjadi cerminan bagaimana perusahaan
mengelola risikonya.
4) Sustainability Report dapat digunakan sebagai stimulasi leadership
thinking dan performance yang didukung dengan semangat kompetisi.
5) Sustainability Report dapat mengembangkan dan memfasilitasi
pengimplementasian dari sistem manajemen yang lebih baik dalam
mengelola dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial.
6) Sustainability Report cenderung mencerminkan secara langsung
kemampuan dan kesiapan perusahaan untuk memenuhi keinginan
pemegang saham untuk jangka panjang.
7) Sustainability Report membantu membangun ketertarikan para
pemegang saham dengan visi jangka panjang dan membantu
mendemonstrasikan bagaimana meningkatkan nilai perusahaan yang
terkait dengan isu sosial dan lingkungan.
39
Sebagian besar bentuk pengungkapan Sustainability Report
perusahaan diungkapkan melalui website perusahaan, dengan media ini
stakeholder dapat mengakses dan mengetahui bagaimana bentuk
pertanggungjawaban yang dilakukan oleh perusahaan. Dan pada 2005
secara resmi telah dibentuk sebuah organisasi independen yaitu NCSR
(National Center for Sustainability Reporting). Organisasi ini bertujuan
untuk membantu, mengembangkan, mengukur dan pelaporan pelaksanaan
CSR/ Corporate Sustainability (CS) bagi perusahaan- perusahaan di
Indonesia (ncsr-id.org). NCSR juga mengadakan Indonesian Sustainability
Reporting Award (ISRA) yang merupakan suatu penghargaan bagi
perusahaan-perusahaan yang melakukan Corporate Social Responsibility
(CSR) dan telah mengungkapkannya dengan benar dan transparan pada
Laporan Berkelanjutan (Sustainability Report) perusahaan.
4. Sensitivitas Industri
Sensitivitas industri dapat didefinisikan sebagai seberapa besar
tingkat industri tersebut bersinggungan langsung dengan konsumen dan
kepentingan luas lainnya. Oleh karena itu, pada umumnya perusahaan
yang mempunyai sensitivitas industri yang tinggi terhadap lingkungannya
akan memperoleh perhatian yang tinggi mengenai lingkungan tersebut
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai sensitivitas
industri yang lebih rendah terhadap lingkungannya. Hal ini dikarenakan
perusahaan tersebut mempunyai dampak potensi yang lebih tinggi dalam
40
mempengaruhi kondisi serta keberadaan lingkungan tersebut (Branco dan
Rodrigues, 2008).
Perusahaan pada industri yang mempunyai dampak potensi yang
besar pada lingkungan biasanya memperoleh sorotan yang tinggi
mengenai lingkungan tersebut dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan yang mempunyai resiko dampak yang lebih rendah terhadap
lingkungannya (Branco dan Rodrigues, 2008). Hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Anggraini (2006) dalam Arga dan Badingatus (2015)
menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel sensitivitas
industri dengan praktik pengungkapan CSR.
Selain itu menurut Edwin Mirfazli, bahwa perusahaan yang
termasuk dalam industri high profile mengungkapkan lebih banyak dalam
laporan CSR nya dibandingkan dengan industri low profile. Hal ini juga
didukung penelitian yang dilakukan oleh Frendy (2011) bahwa sensitivitas
industri memiliki hubungan positif terhadap kerelaan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi lebih banyak.
Menurut Arga dan Badingatus (2015), sensitivitas industri
berkaitan dengan pengaruh aktivitas perusahaan terhadap perusahaan.
Berdasarkan teori legitimasi perusahaan yang memberikan dampak yang
besar terhadap lingkungan dan para stakeholder, akan lebih banyak
mengungkapkan informasi lingkungan, dengan tujuan mendapatkan
legitimasi oleh para stakeholder. Perbedaan pengungkapan informasi
tambahan ditentukan oleh karakteristik, salah satunya adalah perbedaan
41
tipe industri pada perusahaan tersebut di mana tipe industri dibagi menjadi
dua, yakni industri yang high profile dan industri low profile (Arga dan
Badingatus, 2015).
Perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile
merupakan perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas tinggi
terhadap lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat
kompetisi yang kuat (Utomo, 2000 dalam Arga dan Badingatus, 2015).
Selain itu, perusahaan yang termasuk kategori high profile umumnya
merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena
aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan
berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Industri high profile
diyakini melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang lebih
banyak daripada industri yang low profile.
42
Penelitian ini menggunakan pengklasifikasian industri di Indonesia
berdasarkan Jakarta Industrial Classification (JASICA) yang membagi
industri ke dalam dua tipe, yakni high profile industry dan low profile
industry. High profile industry terdiri dari pertanian, pertambangan, bahan
kimia, barang- barang konsumsi, dan industri lainnya. Sedangkan untuk
Low profile industries terdiri dari industri perdagangan, property dan real
estate, infrastruktur, keuangan, serta jasa dan investasi industri.
B. Penelitian Terdahulu
Dalam sub bab penelitian terdahulu dijelaskan beberapa penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan pengungkapan Sustainability Report. Hasil
penelitian tersebut dapat digunakan untuk membantu penelitian yang saat ini
sedang dilakukan. Berikut ini adalah sedikit uraian mengenai beberapa
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengungkapan Sustainability
Report, yang dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya
No Peneliti
(Tahun)
Judul Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Arga dan
Badingatu
s (2015).
Pengaruh
Media,
Sensitivitas
Industri dan
Karakteristik
Corporate
Governance
Terhadap
Kualitas
Sensitivitas
Industri.
Analisis data
menggunakan
regresi
berganda.
Tidak ada
Pengungkapa
n Sosial dan
Sensitivitas
industri yakni
industri bertipe
high profile
mengungkapkan
informasi lebih
banyak dan
berhubungan
positif terhadap
43
Environment
al
Disclosure.
Ekonomi.
kualitas
environmental
disclosure.
2 Dyanty
dan Putri
(2014).
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
dan
Mekanisme
Corporate
Governance
Terhadap
Tingkat
Pengungkapa
n Laporan
Keberlanjuta
n.
Sustainabilit
y Report.
Objek
penelitian
yang berbeda.
Analisis data
berbeda.
Kepemilikan
asing pada
perusahaan publik
di Indonesia
memiliki
pengaruh negatif
dan signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
informasi dalam
laporan
keberlanjutan.
3 Reni
Yendrawa
ti dan
Tarusnaw
ati (2013).
Peran
Environment
al
Performance
terhadap
Environment
al Disclosure
dan
Economic
Performance.
Environment
al
Disclosure.
Objek
Penelitian dan
Analisis data
berbeda
menggunakan
regresi
berganda
1) Environmental
Performance
berpengaruh
positif terhadap
environmental
disclosure.
2) Environmental
disclosure
berpengaruh
terhadap
economic
performance.
3) Environmental
performance tidak
berpengaruh
terhadap
economic
performance.
44
4 Azwir
Nasir, Elfi
Ilham, dan
Vadela
Irna Utara
(2014).
Pengaruh
Karkteristik
Perusahaan
dan
Corporate
Governance
Terhadap
Pengungkapa
n
Sustainabilit
y Report
Pada
Perusahaan
LQ45 yang
Terdaftar.
Sustainabilit
y Report.
Sustainability
Report
sebagai
variabel
dependen.
Analisis data
berbeda
menggunakan
regresi
logistik.
Hasil
menunjukkan
likuiditas,
analisis aktivitas,
ukuran
perusahaan,
komite audit, dan
dewan direksi
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
sustainability
report.
5 Frendy
(2011).
The Impact
of Financial,
nonfinancial,
and
corporate
governance
attributes on
the practice
of Global
Reporting
Initiative
(GRI) Based
Environment
al
Disclosure.
Sensitivitas
Industri
Environment
al
Disclosure.
Analisis data
berbeda
menggunaan
regresi
berganda.
1) Company size,
economic
performance dan
industry
sensitivity
berpengaruh
positif terhadap
tingkat
pengungkapan
lingkungan
berbasis GRI
2) Leverage
memiliki
pengaruh yang
negatif terhadap
tingkat
pengungkapan
laporan berbasis
lingkungan atau
aspek yang
berkaitan dengan
isu lingkungan
perusahaan.
Tabel 2.1
(Lanjutan)
Tabel 2.1
(Lanjutan)
45
6 Suresh
Cuganesa
n, James
Guthrie
dan
Leanne
Ward
(2010).
Legitymacy
Theory :
Story Of
Reporting
Social And
Environment
al Matters
Within The
Australian
Food and
Beverage
Industry.
Sensitivitas
Industri
Sustainabilit
y Report.
Objek
Penelitian
berbeda.
Perusahaan
dengan tipe
industri high
profile tidak
mengungkapkan
laporan sosial dan
lingkungannya
lebih banyak
daripada
perusahaan low
profile.
Perusahaan
dengan tipe
industri high
profile cenderung
lebih memilih
pengungkapan
yang simbolik.
7 Anis
Chariri
(2009).
Retorika
dalam
Pelaporan
CSR:
Analisis
Semiotik
Atas
Sustainabilit
y Report PT.
Aneka
Tambang,
tbk.
Sustainabilit
y Report
Objek
Penelitian
berbeda.
Analisis data
berbeda,
menggunakan
analisis
semiotik
naratif.
PT. Aneka
Tambang, Tbk
atau Antam dalam
mengungkapkan
laporan CSRnya
mereka
mengungkapkan
informasi CSR
dalam bentuk
cerita retorik
untuk membentuk
image positif
bahwa Antam
menjalankan
kegiatan bisnis
dengan tetap
menaruh
perhatian pada isu
sosial dan
lingkungan.
Tabel 2.1
(Lanjutan)
46
8 Edwin
Mirfazli
(2008).
Evaluate
Corporate
Social
Responsibilit
y Disclosure
at Annual
Report
Companies
in
Multifarious
Group of
Industry
Members of
Jakarta Stock
Exchange
(JSX),
Indonesia.
CSR
Disclosure
dan
Sensitivitas
Industri.
Sampel
berbeda,
menggunakan
Annual
Report
Perusahaan
yang terdaftar
di JSX pada
2004.
Terdapat
perbedaan yang
signifikan antara
pengungkapan
pertanggungjawa
ban sosial industri
high profile
dengan industri
low profile.
9 Branco
dan
Rodrigues
(2008).
Factors
Influencing
Social
Responsibilit
y
Disclosure
by
Portuguese
Companies
Social
Responsibilit
y Disclosure
Objek
Penelitian
berbeda.
Analisis data
berbeda
menggunakan
regresi
berganda.
Kerangka teoritis
yang digabungkan
dengan teori
legitimasi dapat
menjelaskan
pengungkapan
SRD.
47
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada
gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Uji Beda Pengungkapan Sustainability Report antara High Profile Industry dan Low
Profile Industry
Urgensi Penelitian:
1. Masih minimnya kesadaran lingkungan yang dimiliki perusahaan
mengakibatkan berbagai kerugian dan kerusakan lingkungan.
2. Aktivitas lingkungan maupun sosial perusahaan didasarkan pada perhatian
atau sorotan masyarakat terhadap industri tempat perusahaan tersebut
beroperasi.
Metode Analisis : Independent t- test
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Simpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Pengungkapan Sustainability Report :
1. Ekonomi
4. Keseluruhan
2. Lingkungan
3. Sosial
Low Profile Industry High Profile Industry
Grand Theory:
- Legitimacy Theory
- Stakeholders Theory
48
D. Perumusan Hipotesis
1. Perbedaan Pengungkapan Sustainability Report pada Tipe Industri
yang Berbeda.
Dengan semakin tumbuh dan berkembangnya perusahaan, maka
tanggungjawab perusahaan juga meluas, tidak hanya kepada shareholders
dan stakeholders di dalam perusahaan saja, tetapi juga tanggung jawab
terhadap lingkungan dan masyarakat yang ada disekitarnya (Crowther,
2011). Pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan juga harus diiringi
dengan pelaporan yang baik yang akuntabel, transparan, serta praktik tata
kelola perusahaan yang semakin baik (good corporate governance),
seperti pengungkapan mengenai aktivitas sosial dan lingkungan (Nasir
dkk, 2014).
Banyaknya tuntutan terhadap perusahaan untuk mengungkapkan
aktivitas lingkungan dan sosialnya mendorong perusahaan untuk
meningkatkan aktivitas lingkungan dan sosialnya, apalagi bagi
perusahaan- perusahaan skala besar dan bersinggungan langsung dengan
lingkungan dan masyarakat luas. Meningkatnya aktivitas lingkungan
maupun sosial perusahaan berperan dalam meningkatkan citra perusahaan.
Sehingga perusahaan akan berusaha mengungkapkan informasi
lingkungan maupun sosialnya lebih banyak. Hal tersebut didukung oleh
hasil penelitian dari Yendrawati dan Tarusnawati (2013), yang
menyebutkan bahwa environmental performance memiliki pengaruh
positif terhadap environmental disclosure. Arga dan Badingatus (2015)
49
juga menyatakan bahwa industri high profile mengungkapkan informasi
lingkungan lebih banyak dan berhubungan positif terhadap kualitas
pengungkapan lingkungannya.
Tipe industri diindikasikan memiliki pengaruh yang berbeda
terhadap pengungkapan sustainability report perusahaan. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Mirfazli (2008) industri high profile dan low
profile menunjukkan perbedaaan dalam jumlah pengungkapan CSR, hal
itu dikarenakan perusahaan yang termasuk kategori high profile umumnya
merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena
aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan
berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Sehingga
dimungkinkan akan mengungkapkan pengungkapan CSR yang lebih
banyak dibandingkan perusahaan kategori low profile.
Secara garis besar juga dapat dikatakan bahwa tipe industri
menentukan bagaimana perusahaan mengungkapkan laporan
keberlanjutannya. Suresh et. al. (2010) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa perusahaan dalam tipe industri high profile tidak memiliki
perbedaan jumlah pengungkapan dengan tipe industri low profile, namun
tipe industri high profile cenderung mengungkapkan laporan
keberlanjutannya secara simbolik.
50
Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Ada perbedaan dalam pengungkapan aspek
ekonomi antara High Profile Industry dan Low Profile Industry.
H2 : Ada perbedaan dalam pengungkapan aspek lingkungan
antara High Profile Industry dan Low Profile Industry.
H3 : Ada perbedaan dalam pengungkapan
aspek sosial antara High Profile Industry dan Low Profile Industry.
H4 : Ada perbedaan dalam pengungkapan
Sustainability Report Keseluruhan antara High Profile Industry dan Low
Profile Industry.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yaitu penelitian
yang bersifat membandingkan. Penelitian ini menggunakan variabel
independen yang akan dibandingkan antara 2 kelompok sampel yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perbedaan pengungkapan
sustainability report pada high profile industry dan low profile industry.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan skala besar dan
sedang di Indonesia yang berjumlah 23.744 perusahaan berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 yang meliputi perusahaan yang listed
maupun non-listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel penelitian ini
adalah pengambilan sampel dengan metode purposive sampling yaitu dengan
mengambil sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang merupakan tipe
pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan
atau masalah penelitian) (Indriantoro dan Supomo, 2002).
52
Kriteria yang diperlukan dalam pemilihan sampel pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan skala besar dan sedang berdasarkan data BPS 2014 yang
berjumlah 23.744 perusahaan.
2. Perusahaan yang listed dan non-listed di BEI pada tahun 2014.
3. Mempublikasikan sustainability report secara terpisah dari laporan
tahunannya pada tahun 2014. Hal tersebut dimaksudkan agar isi dari
laporan sustainability report perusahaan lebih lengkap dan mendalam.
4. Laporan sustainability report perusahaan telah menggunakan standar GRI
G4.
C. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara, karena data yang dikumpulkan berupa data sustainability report
perusahaan tahun 2014. Selain itu juga dilakukan penelusuran berbagai jurnal,
artikel, karya ilmiah, dan berbagai buku referensi sebagai sumber data dan
acuan dalam penelitian ini. Adapun data penunjang lainnya diperoleh melalui
situs resmi Bursa Efek Indonesia di http://www.idx.co.id, situs resmi
Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) http://sra.ncsr-id.org/, dan
website resmi dari masing-masing perusahaan.
53
D. Operasional Variabel
Dalam penelitian ini akan dibandingkan pengungkapan
sustainability report sebagai variabel yang dibandingkan dalam dua tipe
industri yang berbeda, yakni high profile industry dan low profile industry
dengan menggunakan GRI G4 guidelines dengan total 91 item pengungkapan
sebagai dasarnya. Dipilihnya GRI G4 karena mayoritas perusahaan di
Indonesia sudah menggunakan GRI G4 yang telah dirilis pada Mei 2013 lalu.
Pengklasifikasian industri di Indonesia dilakukan berdasarkan data
dari Jakarta Industrial Classification (JASICA) yang membagi industri ke
dalam dua tipe, yakni high profile industry dan low profile industry. High
profile industry terdiri dari pertanian, pertambangan, bahan kimia, barang-
barang konsumsi, dan industri lainnya. Sedangkan untuk Low profile
industries terdiri dari industri perdagangan, property dan real estate,
infrastruktur, keuangan, serta jasa dan investasi industri.
Variabel ini diukur melalui Sustainability Report Disclosure Index
(SRDI). Perhitungan SRDI dilakukan dengan memberikan skor 1 jika satu
item diungkapkan, dan 0 jika tidak diungkapkan. Setelah dilakukan pemberian
skor pada seluruh item, skor tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi
dengan total item berdasarkan standar GRI G4 untuk memperoleh keseluruhan
skor untuk setiap perusahaan (Gunawan, 2015). Dari skor akhir yang
didapatkan tersebut akan diketahui nilai tingkat pengungkapan item-item
sustainability report untuk setiap perusahaan.
54
Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah
variabel independen yang dibandingkan yaitu Pengungkapan Sustainability
Report aspek ekonomi, lingkungan, sosial, dan keseluruhan.
1. Pengungkapan Aspek Ekonomi
Pengungkapan aspek ekonomi menunjukkan sejauh mana aliran
dana diantara para stakeholder dan dampak ekonomi utama perusahaan
terhadap ekonomi masyarakat. Kinerja ekonomi yang perlu diungkapkan
oleh perusahaan berdasarkan GRI G4 guidelines mencakup 3 aspek dan 9
item pengungkapan. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
SRDI ec =
Keterangan:
SRDI ec : Sustainability Reporting Disclosure Index
perusahaan aspek ekonomi.
V ec : Jumlah item ekonomi yang diungkapkan
perusahaan.
M ec : Jumlah item ekonomi sesuai dengan standar GRI
G4 (9 item). (Gunawan, 2015)
2. Pengungkapan Aspek Lingkungan
Pengungkapan aspek lingkungan menunjukkan sejauh mana
kegiatan perusahaan berdampak pada kehidupan didalam sistem alam,
termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air. Indikator kinerja lingkungan
terkait dengan input (bahan, energi, air) dan output (emisi/gas, limbah
55
sungai, limbah kering/sampah). Berdasarkan GRI G4 guidelines kinerja
lingkungan yang perlu diungkapkan oleh perusahaan mencakup 11 aspek
dan 34 item pengungkapan. Rumus perhitungannya adalah sebagai
berikut:
SRDI en =
Dimana:
SRDI en : Sustainability Reporting Disclosure Index
perusahaan aspek lingkungan.
V en : Jumlah item lingkungan yang diungkapkan
perusahaan.
M en : Jumlah item lingkungan sesuai dengan standar
GRI G4 (34 item). (Gunawan, 2015)
3. Pengungkapan Aspek Sosial
Aspek sosial berdasarkan GRI dikategorikan menjadi empat, yakni
: hak asasi manusia, tanggungjawab produk, masyarakat, dan sosial.
Pengungkapan aspek sosial menunjukkan sejauh mana perusahaan
memperhatikan kinerja penting yang berhubungan dengan praktik tenaga
kerja dan pekerjaan yang layak, hak asasi manusia, masyarakat dan
tanggung jawab produk dalam kegiatan perusahaan. Berdasarkan GRI G4
guidelines kinerja sosial yang perlu diungkapkan oleh perusahaan
mencakup 6 sub-kinerja, 30 aspek dan 48 item pengungkapan. Rumus
perhitungannya adalah sebagai berikut:
56
SRDI so =
Dimana:
SRDI so : Sustainability Reporting Disclosure Index
perusahaan aspek sosial.
V so : Jumlah item sosial yang diungkapkan
perusahaan.
M so : Jumlah item sosial sesuai dengan standar GRI G4
(48 item). (Gunawan, 2015)
4. Pengungkapan Sustainability Report Keseluruhan
Pengungkapan sustainability report secara keseluruhan mencakup
3 aspek sekaligus, yakni aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Total
item berdasarkan standar GRI G4 adalah sebanyak 91 item pengungkapan,
di mana 9 item untuk aspek ekonomi, 34 item aspek lingkungan, dan 48
item aspek sosial.
Rumus perhitungan SRDI adalah:
SRDI = V/M
Keterangan:
SRDI : Sustainability Reporting Disclosure Index perusahaan.
V : Jumlah item yang diungkapkan perusahaan.
M : Jumlah item sesuai dengan standar GRI G4 (91 item). (Gunawan,
2015)
Penelitian ini memfokuskan untuk melihat ada tidaknya perbedaan
tingkat pengungkapan sustainability report perusahaan dalam dua kelompok
57
industri yang berbeda yakni, high profile industry dan low profile industry.
Ringkasan operasional variabel yang meliputi standar beserta alat ukur dalam
penelitian ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Standar Pengukuran Skala
Pengungkapan
Sustainability
Report
GRI G4
guidelines
SRDI =
Rasio
Pengungkapan
Aspek Ekonomi
GRI G4
guidelines
SRDI ec =
Rasio
Pengungkapan
Aspek
Lingkungan
GRI G4
guidelines
SRDI en =
Rasio
Pengungkapan
Aspek Sosial
GRI G4
guidelines
SRDI so =
Rasio
Sumber : Gunawan (2015)
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis
permasalahan yang diwujudkan dengan data yang dapat dijelaskan secara
kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang
dibutuhkan dalam analisis data.
58
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian (Ghozali, 2006).
Statistik deskriptif yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum, dan minimum untuk menggambarkan variabel
pengungkapan sustainability report.
2. Uji Normalitas
Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang
harus dilakukan untuk setiap analisis asumsi parametrik. Cara mendeteksi
normalitas salah satunya adalah dengan melihat distribusi dari variabel-
variabel yang akan diteliti, normalitas suatu variabel umumnya dideteksi
dengan grafik atau uji statistik (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini
digunakan uji statistik Shapiro Wilk untuk mendeteksi normalitas data.
Nilai signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%. Uji
Shapiro Wilk dilakukan dengan membuat hipotesis :
H1 : Data berdistribusi normal
H0 : Data tidak berdistribusi normal
Kriteria yang digunakan dalam adalah sebagai berikut :
a) Jika nilai probabilitas (sig.) < 0,05, maka data terdistribusi secara tidak
normal (H1 ditolak, H0 diterima).
b) Jika nilai probabilitas (Sig.) > 0,05, maka data terdistribusi secara
normal (H1 diterima, H0 ditolak) (Ghozali, 2006).
59
3. Uji Hipotesis
a) Uji beda t
Uji beda t yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t dengan
dua sampel bebas. Uji ini merupakan uji statistik parametrik yang
digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. (Ghozali, 2006).
Hasil uji beda t dapat dilihat melalui nilai signifikansi t pada hasil
output SPSS. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0.05 , jika
nilai signifikansi lebih besar daripada 0,05 maka hipotesis ditolak.
Apabila nilai signifikansi lebih kecil daripada tingkat signifikansi
maka hipotesis diterima (Ghozali, 2006).
Penentuan H1 dan H0 :
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2, µ1 > µ2, atau µ2 < µ1
Keterangan :
µ1 : rata-rata pengungkapan dalam high profile industry
µ2 : rata-rata pengungkapan dalam low profile industry
Kriteria yang digunakan dalam uji beda t-test adalah sebagai berikut :
i. Jika nilai sig. < 0,05, maka terdapat perbedaan (H0 ditolak, H1
diterima).
ii. Jika nilai sig. > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan (H0
diterima, H1 ditolak).
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan skala
besar dan sedang di Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) 2014 yang meliputi perusahaan yang listed maupun non-listed di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014. Perusahaan tersebut juga
melaporkan sustainability reportnya secara terpisah dari laporan tahunannya,
dan telah menggunakan standar GRI G4 dalam laporannya. Fokus penelitian
ini adalah ingin melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara
pengungkapan sustainability report perusahaan yang berada di dalam high
profile industry dan low profile industry selama periode 2014.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menentukan
sampel adalah metode purposive sampling. Penelitian ini mengambil sampel
selama 1 tahun, yaitu pada tahun 2014. Data yang digunakan yaitu diambil
dari sustainability report terpisah yang didapat melalui website resmi
perusahaan dan data penunjang lainnya yang diperoleh melalui situs resmi
Bursa Efek Indonesia di http://www.idx.co.id, situs resmi Indonesia
Sustainability reporting Awards (ISRA) http://sra.ncsr-id.org/.
Tahap seleksi pemilihan sampel dilakukan dengan cara memilih
sampel yang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini, yakni
perusahaan sampel harus berskala besar atau sedang berdasarkan data BPS
61
2014, sustainability report perusahaan harus diterbitkan secara terpisah,
menggunakan standar GRI G4, serta memiliki kelengkapan data pendukung
lainnya. Hasilnya untuk kelompok high profile industry yang berhasil didapat
hanya 13 perusahaan yang listed di BEI periode 2014, dan 5 perusahaan yang
non-listed di BEI periode 2014. Untuk kelompok low profile industry juga
dipilih sampel dengan jumlah yang sama, yakni 13 perusahaan yang listed di
BEI periode 2014, dan 5 perusahaan yang non-listed di BEI periode 2014,
walaupun jumlah sampel yang mungkin didapatkan untuk kelompok low
profile industry lebih besar dari itu, namun jumlah tersebut dipilih agar
menyesuaikan dengan jumlah sampel pada kelompok high profile industry.
Jumlah keseluruhan yang berhasil didapat adalah sebesar 36 sampel dengan 1
tahun pengamatan.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan
independent sample t-test. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh mengenai ada tidaknya perbedaan variabel mandiri
(pengungkapan sustainability report) antara 2 tipe industri yang berbeda,
yakni high profile industry dan low profile industry.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel
independen yang dibandingkan yaitu pengungkapan sustainability report
yang dibagi kedalam 3 aspek, yakni aspek ekonomi, lingkungan, dan
62
sosial. Hasil pengujian variabel tersebut secara deskriptif seperti yang
terlihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber : Output SPSS
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa variabel pengungkapan
sustainability report secara keseluruhan mempunyai nilai mean
0.3553(35,53%). Nilai minimum adalah 0,11 (11%) dan nilai maksimal
adalah 0,82 (82%). Sedangkan nilai standar deviasi adalah 0,17049
(17,04%). Data ini menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan
sustainability report perusahaan di Indonesia masih tergolong rendah,
yaitu sebesar 35,53%. Masih terdapat sampel (perusahaan) yang
mengungkapkan pengungkapan sustainability reportnya sangat rendah
hanya sebesar 11%. Walaupun demikian, terdapat sampel (perusahaan)
yang melakukan pengungkapan sustainability report cukup tinggi
mencapai 82%. Hal ini menunjukkan kesadaran perusahaan untuk
mengungkapkan informasi keberlanjutannya secara lebih detail dan
mendalam.
Variabel pengungkapan aspek ekonomi memiliki nilai mean
0,5003 (50,03%). Nilai minimum sebesar 0.00 (0%) dan nilai maksimum
63
1.00 (100%). Sedangkan nilai standar deviasi adalah 0,24455 (24,55%).
Data ini menunjukan bahwa rata-rata pengungkapan aspek ekonomi dalam
sustainability report di Indonesia cukup besar yaitu sebesar 50,03%.
Masih terdapat sampel tidak mengungkapkan sama sekali aspek ekonomi
sebesar 0%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aspek ekonomi tidak
menjadi focus utama bagi perusahaan tersebut dalam sustainability
reportnya. Namun ada juga sampel yang mengungkapkan seluruh aspek
ekonominya sebesar 100%. Hal ini menunjukan tingginya perhatian
perusahaan untuk memberikan informasi keberlanjutan yang berkaitan
dengan aspek ekonomi secara lebih lengkap dan mendalam.
Variabel pengungkapan sustainability report aspek lingkungan
secara keseluruhan mempunyai nilai mean 0.3381 (33,81%). Nilai
minimum adalah 0,06 (6%) dan nilai maksimal adalah 0,88 (88%).
Sedangkan nilai standar deviasi adalah 0,22534 (22,53%). Data ini
menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan sustainability report untuk
aspek lingkungan perusahaan di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu
sebesar 33,81%. Masih terdapat sampel (perusahaan) yang
mengungkapkan pengungkapan aspek lingkungan sangat rendah hanya
sebesar 6%. Hal tersebut mengindikasikan perusahaan tersebut memiliki
kesadaran lingkungan yang rendah. Walaupun demikian, terdapat sampel
(perusahaan) yang melakukan pengungkapan lingkungan cukup tinggi
mencapai 88%. Hal ini menunjukkan kesadaran perusahaan untuk
64
mengungkapkan informasi mengenai aktivitas lingkungannya secara lebih
detail dan mendalam.
Variabel pengungkapan sustainability report aspek sosial secara
keseluruhan mempunyai nilai mean 0.3592 (35,92%). Nilai minimum
adalah 0,08 (8%) dan nilai maksimal adalah 0,77 (77%). Sedangkan nilai
standar deviasi adalah 0,16265 (16,26%). Data ini menunjukkan bahwa
rata-rata pengungkapan aspek sosial perusahaan di Indonesia masih
tergolong rendah, yaitu sebesar 35,92%. Masih terdapat sampel
(perusahaan) yang mengungkapkan pengungkapan sustainability
reportnya sangat rendah hanya sebesar 8%. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa kesadaran terkait dengan aktivitas sosial perusahaan tersebut masih
rendah. Walaupun demikian, terdapat sampel (perusahaan) yang
melakukan pengungkapan sustainability report cukup tinggi mencapai
77%. Hal ini menunjukkan kesadaran perusahaan cukup tinggi untuk
mengungkapkan informasi terkait aktivitas dan kinerja sosialnya secara
lebih detail dan mendalam.
2. Hasil Uji Normalitas
Dalam penelitian ini digunakan uji statistik two samples Shapiro
Wilk untuk mendeteksi normalitas data. Alasan digunakannya uji Shapiro
Wilk adalah karena untuk jumlah sampel kurang dari 50 sampel, hasilnya
akan lebih akurat menggunakan uji Shapiro Wilk (Ghozali, 2006). Hasil
dari uji normalitas dapat dilihat di tabel 4.2 berikut ini:
65
Tabel 4.2
Hasil Uji Shapiro-Wilk
Sumber : Output SPSS
Hasil uji Shapiro-Wilk pada tabel 4.2 menunjukan nilai sig. seluruh
variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi secara normal. Dengan kata lain, alat uji hipotesis yang
digunakan adalah menggunakan uji beda-t.
3. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas, data dalam penelitian ini
berdistribusi secara normal, sehingga uji hipotesis dapat dilakukan dengan
menggunakan uji beda – t. Uji beda t yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji t dengan dua sampel bebas. Uji ini merupakan uji statistik
parametrik yang digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang
tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda (Ghozali, 2006).
Dalam penelitian ini dua sampel bebas yang digunakan adalah high profile
industry dan low profile industry. Hasil uji beda – t dapat dilihat dalam
tabel 4.3 berikut ini:
66
EKONOMI LINGKUNGAN SOSIAL TOTAL
Equal variances
not assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
not assumed
-.918 5.176 .030 1.566
30.251 22.407 26.043 23.755
.366 .000 .976 .130
-.07500 .29500 .00167 .08722
.08170 .05699 .05501 .05568
Lower -.24179 .17693 -.11139 -.02777
Upper .09179 .41307 .11472 .20221
Levene's Test for
Equality of Variances
F
Sig.
t-test for Equality of
Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Independent Samples Test
Tabel 4.3
Hasil Uji Beda – t
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing variabel
berkaitan dengan tingkat signifikansi.
1) Variabel Pengungkapan Aspek Ekonomi
H1 : Ada perbedaan yang signifikan dalam pengungkapan aspek
ekonomi antara High profile industry dan Low profile industry.
Berdasarkan tabel 4.3, nilai signifikansi aspek ekonomi sebesar
0,366, atau lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Maka dapat
disimpulkan hipotesis H1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam pengungkapan aspek ekonomi antara High
profile industry dan Low profile industry.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tipe industri yang
digolongkan kedalam high profie dan low profile tidak selalu
67
menentukan tingkat pengungkapan keberlanjutan dalam aspek
ekonomi. Bagi perusahaan –perusahaan baik didalam high profile
industry maupun low profile industry, memandang pengungkapan
aspek ekonomi sama pentingnya. Dalam GRI G4 guidelines dijelaskan
bahwa pengungkapan aspek ekonomi menunjukkan pengaruh yang
telah diberikan oleh perusahaan terhadap keadaan ekonomi bagi
pemangku kepentingannya, dan terhadap sistem ekonomi di tingkat
lokal, nasional, dan global, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan diungkapkannya item-item ekonomi dalam laporan
keberlanjutan, perusahaan ingin menunjukkan kontribusinya dalam
pembangunan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung di
lingkungan sekitarnya.
Namun besarnya pengungkapan aspek ekonomi yang dilakukan
oleh industri high profile masih relatif kecil. Dibuktikan dengan rata-
rata tingkat pengungkapan aspek ekonomi oleh industri high profile
dari total 9 item ekonomi yang dapat diungkapkan, rata-rata
perusahaan hanya mengungkapkan sebesar (46%) saja (Lihat lampiran
3). Karena nilai rata-rata pengungkapan kurang dari (50%) maka dapat
dikatakan bahwa pengungkapan aspek ekonomi dalam laporan
keberlanjutan perusahaan belum dianggap begitu penting atau belum
menjadi perhatian utama bagi perusahaan-perusahaan yang
menerbitkan laporan keberlanjutan tersebut. Untuk industri low profile
68
sendiri, besarnya rata-rata pengungkapan aspek ekonomi sebesar
(54%) dari total 9 item yang dapat diungkapkan. (Lihat di lampiran 3).
2) Variabel Pengungkapan Aspek Lingkungan
H2 : Ada perbedaan yang signifikan dalam pengungkapan aspek
lingkungan antara High profile industry dan Low profile industry.
Berdasarkan tabel 4.4, nilai signifikansi aspek lingkungan
sebesar 0,000, atau lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Maka
dapat disimpulkan hipotesis H2 diterima yang artinya ada perbedaan
yang signifikan dalam pengungkapan aspek lingkungan antara High
profile industry dan Low profile industry. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Arga dan
Badingatus (2015), Yendrawati dan Tarusnawati (2013), Frendy
(2011), Chariri (2009), serta Branco dan Rodrigues (2008). Namun
hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Suresh et. al. (2010).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa high profile industry
mengungkapkan informasi lingkungan lebih banyak dibandingkan
dengan low profile industry. Hal tersebut dapat terjadi karena
perusahaan yang memiliki tingkat sensitivitas industri tinggi akan
memperoleh perhatian yang lebih dari masyarakat (Arga dan
Badingatus, 2015). Hal ini dikarenakan perusahaan - perusahaan dalam
high profile industry memiliki dampak potensi yang lebih tinggi dalam
mempengaruhi kondisi serta keberadaan lingkungan tersebut (Branco
69
dan Rodrigues, 2008). Bila kita lihat lagi teori legitimasi, maka
berdasarkan teori tersebut perusahaan yang memberikan dampak yang
besar terhadap lingkungan dan para stakeholder nya, akan memberikan
lebih banyak informasi lingkungan dengan tujuan untuk mendapatkan
legitimasi oleh para stakeholder.
Selanjutnya menurut Arga dan Badingatus (2015) menjelaskan
bahwa perusahaan yang termasuk dalam tipe high profile industry
merupakan perusahaan yang memiliki tingkat sensitivitas tinggi
terhadap lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat
kompetisi yang kuat. Selain itu tipe industri high profile aktivitas
operasi perusahaannya memiliki potensi dan kemungkinan
berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas, seperti perusahaan
- perusahaan dalam industri energi dan pertambangan, industri kimia,
industri pertanian, serta industri barang konsumsi sehari-hari. Hal ini
juga sejalan dengan hasil penelitian Frendy (2011), bahwa sensitivitas
industri yang berbeda mempengaruhi tingkat pengungkapan
lingkungan berbasis GRI.
Dalam Yendrawati dan Tarusnawati (2013) dijelaskan bahwa
environmental performance berpengaruh positif terhadap
environmental disclosure. Kaitannya dengan tipe industri adalah,
bahwa perusahaan-perusahaan dalan high profile industry memiliki
aktivitas yang bersinggungan langsung dengan lingkungan dan
kepentingan masyarakat luas. Maka semakin tinggi potensi dampak
70
dan perhatian masyarakat dari aktivitas perusahaan, akan semakin
tinggi perhatian perusahaan terhadap lingkungan disekitarnya, hal
tersebut membuat informasi lingkungan yang diberikan akan
meningkat. Hal itu sekali lagi sejalan dengan teori legitimasi, bahwa
informasi yang diberikan perusahaan bertujuan untuk mendapatkan
legitimasi dari stakeholder.
Selanjutnya Chariri (2009) menjelaskan contoh nyata yang
berkaitan dengan isu sensitivitas industri dengan pengungkapan
sustainability report. Dalam hasil penelitiannya dijelaskan bahwa, PT.
Antam mengungkapkan informasi CSR dalam bentuk cerita retorik
yang bertujuan untuk membetuk image positif bahwa PT. Antam
menjalankan kegiatan bisnis dengan tetap menaruh perhatian pada isu
lingkungan dan sosial. Seperti yang kita ketahui, bahwa PT. Antam
merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia
sehingga dapat dikategorikan ke dalam industri high profile. Dengan
tingkat aktivitas yang sedemikian besar dan potensi dampak yang
dihasilkan terhadap lingkungan maupun masyarakat luas, maka
pengungkapan informasi yang berkaitan dengan isu lingkungan dan
sosial diberikan untuk membentuk citra positif serta mendapatkan
legitimasi dari para stakeholder nya.
Namun besarnya tingkat pengungkapan aspek lingkungan di
kedua industri baik high profile maupun low profile juga masih relatif
kecil. Untuk industri high profile yang seharusnya memiliki tekanan
71
dan perhatian lebih terhadap pengungkapan aspek lingkungan, rata-rata
perusahaan hanya mengungkapan sebesar (49%) saja dari total 34 item
lingkungan yang dapat diungkapkan. Sedangkan industri low profile
mengungkapkan lebih sedikit lagi, yakni hanya sebesar (19%) saja
(Lihat lampiran 4). Karena nilai rata-rata pengungkapan kedua industri
tersebut dibawah (50%), maka dapat dikatakan bahwa kepedulian
perusahaan terhadap lingkungan di Indonesia masih rendah, khususnya
untuk perusahaan-perusahaan dalam industri high profile.
3) Variabel Pengungkapan Aspek Sosial
H3 : Ada perbedaan yang signifikan dalam pengungkapan aspek sosial
antara High profile industry dan Low profile industry.
Berdasarkan tabel 4.4, nilai signifikansi aspek sosial sebesar
0,976, atau lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Maka dapat
disimpulkan hipotesis H3 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam pengungkapan aspek sosial antara High profile
industry dan Low profile industry. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suresh et. al. (2010). Namun
hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Chariri (2009), Mirfazli (2008), serta Branco dan
Rodrigues (2008).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan dalam pengungkapan aspek sosial antara high profile
industry dengan low profile industry. Berdasarkan hasil penelitian
72
Suresh et. al. (2010) bahwa perusahaan-perusahaan di dalam industri
high profile dalam mengungkapkan informasi sosial tingkat
pengungkapannya tidak berbeda dengan industri low profile.
Berdasarkan standar GRI G4 juga dijelaskan bahwa
pengungkapan item sosial menunjukkan bagaimana dampak yang telah
diberikan perusahaan dalam sistem sosial dimana perusahaan tersebut
beroperasi. Seberapa besar dampak-dampak yang diberikan
perusahaan terkait dengan isu-isu sosial seperti hak asasi manusia,
ketenagakerjaan, masyarakat sekitar, hingga tanggung jawab
perusahaan atas produk mereka.
Hasil olah data penelitian menunjukkan tidak adanya
perbedaan rata-rata dalam pengungkapan aspek sosial antara kedua
industri. Kedua industri baik high profile dan low profile sama-sama
hanya mengungkapkan sebesar (36%) saja dari total 48 item sosial
yang dapat diungkapkan (Lihat lampiran 5). Karena nilai tersebut
masih dibawah (50%), maka dapat dikatakan bahwa pengungkapan
aspek sosial seperti masalah ketenagakerjaan, hak asasi manusia, dan
hal lainnya tidak begitu penting untuk diungkapkan bagi perusahaan-
perusahaan terkait.
Namun terdapat perbedaan dalam cara pengungkapan informasi
sosial antara high profile industry dan low profile industry. Perusahaan
–perusahaan yang terdapat di dalam hign profile industry dalam
mengungkapkan informasi sosialnya cenderung menggunakan
73
pendekatan secara simbolik dibandingkan perusahaan –perusahaan di
dalam low profile industry (Suresh et. al., 2010). Menurut Suresh et. al.
(2010), pengungkapan simbolik merupakan suatu strategi
pengungkapan dengen melakukan pemilihan kata atau kalimat tertentu
dengan tujuan membentuk suatu citra positif bagi pembacanya. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan – perusahaan dalam high
profile industry ingin membentuk suatu citra positif bagi para pembaca
informasi. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, high profile
industry memiliki tekanan dan perhatian lebih dari masyarakat maupun
stakeholder lainnya, sehingga perusahaan –perusahaan di dalam high
profile industry merasa perlu untuk membuat suatu image positif
melalui pemberian informasi. Walaupun jumlah informasi yang
diberikan tidak lebih banyak dari low profile industry, namun
pendekatan yang digunakan cenderung berbeda.
4) Variabel Pengungkapan Sustainability report Keseluruhan
H4 : Ada perbedaan yang signifikan dalam pengungkapan
sustainability report antara High profile industry dan Low profile
industry.
Berdasarkan tabel 4.4, nilai signifikansi pengungkapan
sustainability report keseluruhan sebesar 0,130, atau lebih besar dari
tingkat signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan hipotesis H4 ditolak
yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pengungkapan
sustainability report secara keseluruhan antara High profile industry
74
dan Low profile industry. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Suresh et. al. (2010). Namun hasil
penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Arga dan Badingatus (2015), Chariri (2009), Branco dan
Rodrigues (2008).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan dalam pengungkapan sustainability report secara
keseluruhan antara high profile industry dengan low profile industry.
Berdasarkan hasil penelitian dari (Suresh et. al., 2010) bahwa tipe
industri tidak menentukan besarnya tingkat pengungkapan
sustainability report suatu perusahaan. Perusahaan – perusahaan dalam
industri high profile maupun low profile memiliki kecenderungan yang
berbeda dalam strategi pengungkapan informasi, meskipun begitu
dalam hal jumlah informasi yang diungkapkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (Suresh et. al, 2010).
Hasil olah data penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat
pengungkapan sustainability report kedua industri baik high profile
maupun low profile masih sama-sama rendah. High profile industry
hanya mengungkapkan (42%) saja dari total 91 item yang dapat
diungkapkan. Sedangkan low profile industry lebih rendah lagi, yakni
hanya sebesar (31%) saja dari total 91 item yang dapat diungkapkan
(Lihat lampiran 6).
75
Hal tersebut dapat terjadi salah satunya karena saat ini
pengungkapan sustainability report berbasis GRI G4 sudah tidak
menggunakan sistem ranking. Sistem ini membuat semakin banyak
item yang diungkapkan maka semakin baik kualitas laporan yang
disajikan. Namun dengan penghapusan sistem rangking tersebut
perusahaan hanya perlu menyajikan informasi yang mereka anggap
material dan penting dalam aspek bisnis mereka. hal tersebut
mengindikasikan saat ini baik high profile industry maupun low profile
industry sudah tidak lagi menargetkan jumlah pengungkapan item
dalam sustainability report mereka. Hal tersebut membuat tingkat
pengungkapan sustainability report secara keseluruhan dalam high
profile industry maupun low profile industry untuk periode 2014 tidak
ada perbedaan.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang uji beda pengungkapan sustainability report
sebagai variabel independen yang dibandingkan dalam dua kelompok industri
yang berbeda yakni high profile industry dan low profile industry. Analisis
dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, uji normalitas dan
independent t-test dengan dua kelompok sampel yang saling bebas,
menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 19.
Data sampel perusahaan yang digunakan sebanyak 36 pengamatan atas
perusahaan-perusahaan skala besar dan menengah berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik tahun 2014 dan meliputi perusahaan-perusahaan yang
listed maupun non-listed di BEI selama periode 2014.
Berdasarkan hasil penemuan dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan atas penelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil uji beda t dari variabel pengungkapan aspek ekonomi dalam
sustainability report perusahaan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam tingkat pengungkapan aspek ekonomi perusahaan
antara high profile industry dan low profile industry.
2. Hasil uji beda t dari variabel pengungkapan aspek lingkungan dalam
sustainability report perusahaan menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan dalam tingkat pengungkapan aspek lingkungan perusahaan
antara high profile industry dan low profile industry. Hasil penelitian ini
77
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arga dan
Badingatus (2015), Yendrawati dan Tarusnawati (2013), Frendy (2011),
Chariri (2009), serta Branco dan Rodrigues (2008). Namun bertentangan
dengan hasil penelitian dari Suresh et. al. (2010).
3. Hasil uji beda t dari variabel pengungkapan aspek sosial dalam
sustainability report perusahaan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam tingkat pengungkapan aspek sosial perusahaan
antara high profile industry dan low profile industry. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suresh et. al.
(2010). Namun bertentangan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Chariri (2009), Mirfazli (2008), serta Branco dan Rodrigues (2008).
4. Hasil uji beda t dari variabel pengungkapan sustainability report
keseluruhan dalam sustainability report perusahaan menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat pengungkapan aspek
sosial perusahaan antara high profile industry dan low profile industry.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suresh et. al. (2010). Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Arga dan Badingatus (2015), Chariri
(2009), Branco dan Rodrigues (2008).
78
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat implikasi untuk beberapa
pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, di antaranya:
1. Perusahaan
Diharapkan perusahaan baik dalam high profile maupun low profile
industry memberikan perhatian lebih terhadap pengungkapan
sustainability report, karena saat ini informasi terkait aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan telah menjadi salah satu penilaian penting atas
keberlanjutan dari kelangsungan hidup perusahaan. Pengungkapan
sustainability report diharapkan akan mampu memberikan dampak positif
bagi perusahaan tidak hanya sebagai laporan sukarela, tapi juga sebagai
laporan yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan
khususnya yang berkaitan dengan isu lingkungan.
2. Investor dan Pemegang Saham
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat membantu investor dan
pemegang saham untuk mempertimbangkan keputusan dalam penanaman
modal di suatu perusahaan, yang tidak hanya melihat dari sisi profit atau
keuangan saja melainkan juga kepedulian sosial dan lingkungan.
3. Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan masukkan untuk
pemerintah dalam membuat kebijakan terkait dengan industri-industri
sensitif, dan dapat dijadikan pertimbangan untuk membentuk peraturan
79
yang baku terkait pengungkapan sustainability report pada setiap
perusahaan.
C. Saran
Penelitian mengenai pengungkapan sustainability report di masa yang
akan datang diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih berkualitas,
dengan mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini:
1. Penelitian selanjutnya disarankan menambah jumlah sampel yang lebih
besar.
2. Penelitian selanjutnya disarankan dapat memperhatikan kualitas isi
laporan keberlanjutan, mengingat standar GRI G4 terbaru saat ini sudah
tidak menerapkan sistem ranking dalam penerapan standarnya.
Penambahan variabel yang berkaitan dengan isu sustainability report juga
perlu dilakukan agar dapat dilihat betapa pentingnya pengungkapan
sustainability report perusahaan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Reza. 2015. Program 100 juta pohon http://www.indopos.co.id. Diakses
Selasa, 27 Oktober 2015, pukul 08.35 WIB.
Akuntono. 2015. Sebanyak 127 Orang dan 10 Perusahaan Jadi Tersangka
Kebakaran Hutan. http://nasional.kompas.com. Diakses Senin, 26
Oktober 2015, pukul 11.20 WIB.
Arga, Mustika dan Badingatus Sholikhah. 2015. Pengaruh Media, Sensitivitas
Industri dan Karakteristik Corporate Governance Terhadap Kualitas
Environmental Disclosure. Jurnal Analisis Akuntansi Universitas Negeri
Semarang. Accounting Analysis Journal 4.
Branco, Castello dan Lima Rodrigues. 2008. Factors Influencing Social
Responsibility Disclosure by Portuguese Companies. Journal of Business
Ethics 83:685–701.
Chariri, Anis. 2009. Retorika dalam Pelaporan CSR: Analisis Semiotik Atas
Sustainability Report PT. Aneka Tambang, tbk. Jurnal Akuntansi
Universitas Diponegoro Semarang. Simposium Nasional Akuntansi XII
Chariri dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Crowther, David dan Seifi Shahla. 2011. Corporate Governance and
International Business. Ventus Publishing ApS.
Deegan, Craig. 2004. Environmental Disclosure and Share Price- A Discussion
about Efforts to Study This Relationship. Accounting Forum. Vol.28
pp.122- 136.
Donaldson, Thomas and Lee E. Preston. 1995. The Stakeholder Theory of The
Corporation: Concepts, Evidence, and Implications. Vol.20. Academy of
Management Review.
Dunphy et. al. 2000. Corporate Sustainability: Integrating Human and Ecological
Sustainability Approaches. University of Technology, Sydney, Australia.
Dyanty, Vera dan Marissa Putri. 2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keberlanjutan. Universitas Indonesia. Seminar Nasional
Akuntansi 17.
Elkington, John. 1997. Canibal with Forks, The Triple Bottom Line of 21st
Century. Capstone Publishing Ltd, Oxford.
81
Freeman, E. R. 2004. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Pitman.
Marshfield MA
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan
Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Global Reporting Initiatives. 2006. Sustainability Reporting Guideliness. Diunduh
dari: www.globalreporting.org/guideliness/062006guidelines.asp, pada
Selasa, 20 Oktober 2015, pukul 22.00 wib.
Gunawan, Yovie. 2015. Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Set Kesempatan Investasi Sebagai Variabel
Moderating. E-Journal Akuntansi Trisakti Volume. 2, Nomor. 1, Hal. 1-12.
Harsanti, Ponny. 2011. Corporate Social Responbility dan Teori Legitimasi.
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus.
Indriantoro, N dan Supomo. 2002. Metedologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Jenia, dan Andri Prastiwi. 2011. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi Universitas
Diponegoro Semarang.
Kurniawan, Aryo. 2015. Aqua Raih 13 Penghargaan Masyarakat Berbasis 2015.
http://www.indopos.co.id. Diakses Selasa, 27 Oktober 2015. Pukul 09.17
WIB.
Mirfazli, Edwin. 2008. Evaluate Corporate Social Responsibility Disclosure at
Annual Report Companies in Multifarious Group of Industry Members of
Jakarta Stock Exchange (JSX), Indonesia. Social Responsibility Journal
Vol. 4 No. 3, pp. 388-406. Q Emerald Group Publishing Limited.
Nasir, Azwir, Ilham, dan Vadela. 2014. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan
Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report
pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar. Jurnal Ekonomi Volume 22, No 1
Maret 2014.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 Tentang Penyajian
Laporan Keuangan.
Prayosho, Indra Sari dan Hari Hananto. 2013. Pengaruh Sustainability Reporting
Terhadap Abnormal Return Saham Pada Badan Usaha Sektor
Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2012. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi Universitas Surabaya Vol. 2 No. 2.
82
National Center for Sustainability Reporting. 2011. Report of The Judges. 2011:
Indonesia Sustainability Reporting Awards. www.ncsr-id.org. Diakses
pada 11 November 2015, pukul 19.14 WIB.
Rusman. 2015. Pencemaran Limbah B3 Tarakan Butuh Perhatian Serius.
http://www.antaranews.com. Diakses Senin, 26 Oktober 2015. Pukul 12.30
WIB.
Suresh Cuganesan, James Guthrie dan Leanne Ward. 2010. Legitymacy Theory :
Story Of Reporting Social And Environmental Matters Within The
Australian Food and Beverage Industry. The University of Sydney,
Economics and Business Building.
Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Manajemen Lingkungan.
Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Whitehead, John. 2006. Global Warming and Sustainability. http://www.env-
econ.net/2006/08/global_warming.html. Diakses Jumat, 30 Oktober 2015,
pukul 20.32 WIB.
Yendrawati, Reni dan Lalitya Reni Tarusnawati. 2013. Peran Environmental
Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic
Performance. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.17, No.3, hlm. 434-
442. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
World Business Council for Sustainable Development. Sustainability Report.
http://www.wbcsd.org/. Diakses Rabu, 28 Oktober 2015, pukul 19.23
WIB.
http://www.insist.or.id. Limbah beracun Chevron. Diakses pada Senin, 26 Oktober
2015, pukul 14.52 WIB.
83
LAMPIRAN
84
(Codes) Sektor Industri (Codes) Sub Sektor
(1) Agriculture (11) Crops
(12) Plantation
(13) Animal Husbandary
(14) Fishery
(15) Forestry
(19) Others
(2) Minning (21) Coal Mining
(22) Crude Petroleum & Natural Gas
Production
(23) Metal And Mineral Mining
(24) Land / Stone Quarrying
(29) Others
(3) Basic Industry and
Chemicals
(31) Cement
(32) Ceramics, Glass, Porcelain
(33) Metal And Allied Products
(34) Chemicals
(35) Plastics & Packaging
(36) Animal Feed
(37) Wood Industries
(38) Pulp & Paper
(39) Others
(4) Miscellaneous Industry (41) Machinery And Heavy Equipment
(42) Automotive And Components
(43) Textile, Garment
(44) Footwear
(45) Cable
(46) Electronics
(49) Others
(5) Consumer Good
Industry
(51) Food And Beverages
(52) Tobacco Manufacturers
(53) Pharmaceuticals
(55) Houseware
(59) Others
(6) Property, Real Estate,
and Building Construction
(61) Property And Real Estate
(62) Building Construction
(69) Others
(7) Infrastructure, Utilities, (71) Energy
KLASIFIKASI INDUSTRI MENURUT
JASICA 2015
LAMPIRAN 1
85
Sumber : IDX Fact Book 2014
and Transportation
(72) Toll Road, Airport, Harbor, And
Allied Products
(73) Telecommunication
(74) Transportation
(75) Non Building Construction
(79) Others
(8) Finance (81) Bank
(82) Financial Institution
(83) Securities Company
(84) Insurance
(85) Investment Fund/Mutual Fund
(89) Others
(9) Trade, Services, and
Investment
(91) Wholesale (Durable & Non-
Durable Goods)
(93) Retail Trade
(94) Tourism, Restaurant, And Hotel
(95) Advertising, Printing, And Media
(96) Health Care
(97) Computer And Services
(98) Investment Company
(99) Others
Tabel 2.1
(Lanjutan)
Tabel 2.1
(Lanjutan)
86
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 AAL PT. ASTRA AGRO LESTARI, TBK
2 ANT PT. ANTAM, TBK
3 BBA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM, TBK
4 HOL PT. HOLCIM INDONESIA, TBK
5 INE PT. INDIKA ENERGY, TBK
6 INP PT. INDONESIA POWER, TBK
7 ITP PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK
8 MEI PT. MEDCO ENERGY INDONESIA, TBK
9 PET PT. PETROSEA, TBK
10 PGN PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA, TBK
11 SEM PT. SEMEN INDONESIA, TBK
12 TIM PT. TIMAH, TBK
13 UNI PT. UNILEVER INDONESIA, TBK
14 BDK PT BADAK NATURAL GAS LIQUEFACTION
15 DNN DANONE
16 IDA PT. INDO AGRI RESOURCE, LTD
17 KPC PT. KALTIM PRIMA COAL
18 PTM PT. PERTAMINA
LAMPIRAN 2
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 ADM PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE, TBK
2 ASI PT. ASTRA INTERNATIONAL, TBK
3 BBR PT. BAKRIE AND BROTHERS, TBK
4 BNI PT. BANK BNI, TBK
5 DAN PT. BANK DANAMON INDONESIA, TBK
6 JMA PT. JASA MARGA, TBK
7 MAN PT. BANK MANDIRI, TBK
8 MAY PT. BANK INTERNATIONAL INDONESIA
(MAYBANK), TBK
9 NIS PT. BANK NISP OCBC, TBK
10 TEL PT. TELKOM, TBK
11 UNT PT. UNITED TRACTORS, TBK
12 WIJ PT. WIJAYA KARYA, TBK
13 XLA PT. XL AXIATA, TBK
14 BAS PT. BANK ASIA, LTD
15 BJA PT. BANK DAERAH JAWA TENGAH
16 BJB PT. BANK BJB
17 PTR PATRA JASA
18 PLN PLN PERSERO
DATA SAMPEL PERUSAHAAN HIGH PROFILE INDUSTRY
DATA SAMPEL PERUSAHAAN LOW PROFILE INDUSTRY
87
DATA PENELITIAN
VARIABEL ASPEK EKONOMI
HIGH PROFILE INDUSTRY LOW PROFILE INDUSTRY
LAMPIRAN 3
88
DATA PENELITIAN
VARIABEL ASPEK LINGKUNGAN
HIGH PROFILE INDUSTRY LOW PROFILE INDUSTRY
LAMPIRAN 4
89
DATA PENELITIAN
VARIABEL ASPEK SOSIAL
HIGH PROFILE INDUSTRY LOW PROFILE INDUSTRY
LAMPIRAN 5
90
DATA PENELITIAN
VARIABEL KESELURUHAN ASPEK
HIGH PROFILE INDUSTRY LOW PROFILE INDUSTRY
LAMPIRAN 6
91
PERSENTASE PENGUNGKAPAN ITEM SUSTAINABILITY REPORT
PERUSAHAAN
PERSENTASE PENGUNGKAPAN ITEM (LISTED COMPANY)
Aspek High % Low % Total %
Profile Profile
Industry Industry
Ekonomi 52 11.5% 59 18.0% 111 14.2%
Lingkungan 200 44.2% 66 20.1% 266 34.1%
Sosial 201 44.4% 203 61.9% 404 51.7%
Total 453 100% 328 100.0% 781 100.0%
PERSENTASE PENGUNGKAPAN ITEM (NON-LISTED COMPANY)
Aspek High % Low % Total %
Profile Profile
Industry Industry
Ekonomi 23 10.1% 28 15.2% 51 12.4%
Lingkungan 97 42.5% 50 27.2% 147 35.7%
Sosial 108 47.4% 106 57.6% 214 51.9%
Total 228 100% 184 100.0% 412 100.0%
LAMPIRAN 7
92
EKONOMI LINGKUNGAN SOSIAL TOTAL
Equal variances
not assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
not assumed
-.918 5.176 .030 1.566
30.251 22.407 26.043 23.755
.366 .000 .976 .130
-.07500 .29500 .00167 .08722
.08170 .05699 .05501 .05568
Lower -.24179 .17693 -.11139 -.02777
Upper .09179 .41307 .11472 .20221
Levene's Test for
Equality of Variances
F
Sig.
t-test for Equality of
Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Independent Samples Test
HASIL ANALISIS SPSS VER. 19
LAMPIRAN 8