UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA KOMBINASI EKSTRAK METANOL...
Transcript of UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA KOMBINASI EKSTRAK METANOL...
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA KOMBINASI EKSTRAK METANOL
DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) DENGAN
SIPROFLOKSASIN TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Bryant Candi Mulya
NIM : 158114001
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA KOMBINASI EKSTRAK METANOL
DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) DENGAN
SIPROFLOKSASIN TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Bryant Candi Mulya
NIM : 158114001
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Karya ini kupersembahkan untuk
Yesus Kristus, sumber hidup dan semangat ku
Ayah, Ibu, kakak, Adik, dan seluruh keluarga sebagai penyemangat ku
Dan sahabat-sahabat dalam perjuangan
Serta almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat
dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi berjudul
“Uji Aktivitas Antimikroba Kombinasi Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &
Pav.) dengan Ciprofloxacin Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus” untuk
mendapatkan gelar sarjana (S. Farm.) dengan baik dan lancar. Penulis menyadari
selama penyusunan naskah skripsi, penulis tidak lepas dari bantuan serta kerja sama
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma serta sebagai dosen pembimbing yang selalu
mengarahkan dan memberikan evaluasi serta masukan mulai dari pembuatan
naskah proposal skripsi hingga selesainya skripsi.
2. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. dan Ibu Damiana Sapta Candrasari, S. Si.,
M. Sc., selaku dosen penguji yang selalu memberikan kritik dan saran kepada
penulis.
3. Bapak Robertus dan Ibu Sisriyanti yang senantiasa memberikan dukungan
dan memanjatkan doa sehingga penyusunan skripsi dapat berjalan lancar.
4. Teman-teman bimbingan Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt. semua yang
bersedia membantu dan menemani ketika berlangsungnya penelitian baik di
saat susah maupun senang.
5. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis
selama penelitian dan penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti memohon maaf apabila terdapat
kesalahan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dikemudian hari.
Yogyakarta, 19 Desember 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
ABSTRAK
Latar belakang : Siprofloksasin merupakan antibiotik yang sering digunakan dalam
terapi infeksi MRSA. Seiring berjalan waktu bakteri MRSA mengalami resistant
terhadap siprofloksasin, Penemuan baru penting untuk mencegah Staphylococcus
aureus menjadi resisten. Daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) adalah
tanaman herbal yang memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini melihat efek
kombinasi dari siprofloksasin dengan ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM)
tehadap pertumbuhan Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi sumuran.
Efek antibakteri tanaman herbal berasal dari metabolit sekunder, uji KLT dan uji
tabung dilakukan untuk melihat jenis senyawa metabolit sekunder yang bertanggung
jawab atas efek antibakteri.
Metode : Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran, uji
kualitatif metabolit sekunder dilakukan dengan metode KLT (Kromatografi Lapis
Tipis), dan uji tabung. Data diameter zona hambat akan diuji secara statistik dengan
uji Kruskal-Wallis dan Mann Whitney.
Hasil : Zona hambat yang didapat menunjukan adanya aktivitas penghambatan
bakteri pada variasi konsentrasi kombinasi ekstrak metanol daun sirih merah
(EMDSM) dengan siprofloksasin. Namun tidak menghasilkan aktifitas antibakteri
pada variasi tunggal EMDSM. Secara uji statistik dari zona hambat antara variasi
tunggal dan variasi kombinasi adalah tidak berbeda bermakna.
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna pada zona hambat aktifitas
antibakteri antara variasi kombinasi EMDSM dengan siprofloksasin dan variasi
tunggal EMDSM, sehingga dikatakan efek kombinasi tidak memprluas zona hambat.
Kata kunci : Staphylococcus aureus, siprofloksasin, ekstrak metanol daun sirih
merah, difusi sumuran, kromatografi lapis tipis (KLT), uji tabung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
ABSTRACT
Background : Ciprofloxacin is common use to treat Methilcilin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) infection. Now days many of Staphylococcus auerus
are resistant to ciprofloxacin. Red betle (Piper crocatum) is a herbal medicine that
have antimicrobial effect. The goal of this reserch is to find the effect of combination
of ciprofloxacin and methanol extract of red betle leaf (MERBL) in Staphylococcus
aureus growth with agar diffusion. Antibacterial effect is come from secondary
metabolite, KLT test and tube test is use to know what kind of secondary metabolite
who responsible for antibacterial effect.
Method : The test of antimicrobial effect used agar diffusion method, secondary
metabolic test used Thin Layer Chromatography (TLC), and tube test method. The
data will be tested statiscaly with Kruskal-Wallis test and Mann Whitney test.
Result : Inhibitory zone obtained shown bacterial inhibit activity from combination
variation of MERBL and ciprofloxacin, but the result show no bacterial activity from
single variation of methanolic extract of red betel leaf. The statistic result test show
no significantly different.
Conclution : Their no different between antibacterial inhibit zone of combination
variation of MERBL with ciprofloxacin and singgel variation of MERBL, so that the
combination of MERBL and ciprofloxacin show no larger inhibit zone.
Key word : Staphylococcus aureus, ciprofloxacin, red betle methanol extract, agar
diffusion method, thin layer chromatography (TLC) test, tube test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………….. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………………… iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………………. iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………… v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……………..……… vi
PRAKATA ………………………………………………………………………… vii
ABSTRAK ……………………………………………………………………… viii
ABSTRACT …………………………………………………………………………………..ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………. xii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. xiii
PENDAHULUAN …...…………………………………………………………….... 1
METODE PENELITIAN ………………………………………………………….... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………………. 9
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………………. 20
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 21
LAMPIRAN ……………………………………………………………………….. 26
BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………………... 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Variasi kombinasi EMDSM dan siprofloksasin metode difusi sumuran .... 14
Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney …………………………………………………... 16
Tabel 3. Nilai Rf dan warna hasil uji KLT ……………………………………….... 19
Tabel 2. Uji tabung kandungan metabolit sekunder EMDSM dan siprofloksasin … 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kontrol media dan kontrol pertumbuhan ………………………………. 11
Gambar 2. Hasil uji anti bakteri EMDSM tunggal dengam metode sumuran ……... 13
Gambar 3. Hasil uji antibakteri kombinasi EMDSM dengan siprofloksasin
menggunakan metode sumuran ………………………………………... 13
Gambar 3. Uji KLT variasi kombinasi EMDSM dan siprofloksasin ……………… 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daun sirih …………………………………………………………….. 26
Lampiran 2. Surat determinasi tanaman (daun sirih merah) ……………………….. 26
Lampiran 3. Kadar air …………………………………………………………….... 27
Lampiran 4. Sertifikat hasil uji Stapylococcus aureus ……………………………….... 27
Lampiran 5. Hasil perhitungan statistik uji aktivitas
antibakteri dengan metode difusi sumuran ..…………………………. 28
Lampiran 6. Hasil uji tabung ………………………………………………………. 32
Lampiran 6 a. Uji alkaloid …………………………………………………………. 33
Lampiran 6 b. Uji Flavonoid ………………………………………………………. 33
Lampiran 6 c. Uji saponin …………………………………………………………. 34
Lampiran 6 d. Uji tanin …………………………………………………………….. 34
Lampiran 6 e. Uji minyak atsiri ……………………………………………………. 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Bakteri seperti Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif yang
banyak terdapat ditubuh manusia dan sering menyebabkan bakteremia dalam darah
(Steven Y.C. et al, 2015). Pada dunia medis sekarang penyalahgunaan antibiotik
dapat menyebabkan bakteri resisten terhadap obat-obatan. Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) adalah Staphylococcus aureus yang mengalami
resisten terhadap antibiotik golongan methicillin seperti penicillin, amoxicillin, dan
cephalosporin (Center for Health and Protection, 2017). Sebuah penelitian di RSUD
dr.Saiful Anwar yang berada di Malang, mengambil 286 isolat Staphylococcus aureus
dari pasien dan 106 (37%) diantaranya adalah bakteri MRSA (Erikawati dkk, 2016).
Siprofloksasin merupakan antibiotik golongan quinolone yang sering
digunakan sebagai terapi MRSA. Pada hari ini kontrol penggunaan antibiotik yang
rendah akan menyebabkan resisten, saperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Erikawati di suatu rumah sakit yang berada di Malang, diambil bakteri MRSA dari
sputum pasien, dan didapat 68,4% bakteri MRSA yang resisten terhadap antibiotik
siprofloksasin pada tahun 2014 (Erikawati dkk, 2016).
Penurunan kemampuan antibiotik untuk membunuh bakteri menyebabkan
krisis antibiotik, yang harus ditangani dengan penemuan antibiotik baru oleh industri
farmasi (Ventola, 2015). Penggunaan zat aktif antimikorba dalam tanaman herbal
dapat mencegah terjadinya resisten antibiotik (Rinanda T. et al., 2012). Daun sirih
merah adalah tanaman herbal yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus auerus (Rachmawaty et al, 2010).
Ekstrak metanol dapat menarik seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tripenoid,
dan tannin. Metabolit sekunder ini juga bertanggung jawab atas penghambatan
pertumbuhan bakteri.(Rianda, et al., 2012).
Selain menggunakan tanaman obat salah satu cara untuk mencegah resisten
adalah dengan mengkombinasi obat antibiotik dengan tanaman herbal (Singh et
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
al.,2016). Efek dari kombinasi kedua obat bisa mengasilkan tiga sifat, yaitu efek
sinergis, indifferent, dan antagonis. Efek sinergis adalah efek kombinasi yang
menghasilkan peningkatan pembunuhan bakteri, dibandingkan dengan penggunaan
satu obat. Efek antagonis adalah efek yang menghasilkan penurunan efek ketika
kedua obat dikombinasi. Sedangkan indifferent adalah efek yang tidak menimbulkan
perbedaan ketika kedua obat dikombinasi (Belsson dkk., 2015). Penelitian Fauziyah
menyatakan ekstrak etanol daun sirih merah dikombinasi dengan antibiotik rimfapicin
menghasilkan efek yang lebih baik dibandingkan rimfapicin tunggal dalam
menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis (Fauziyah, et al., 2017).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan oleh
EMDSM dikombinasi dengan siprofloksasin pada bakteri Staphylococcus aureus
dengan melihat nilai zona hambat. Efek kombinasi dari dua obat dapat dilihat dari
zona hambat pada sekeliling sumuran dengan metode difusi sumuran, kemudian
dilakukan uji statistik untuk melihat hasil zona hambat dan dibandingkan dengan uji
efek tunggal EMDSM dan siprofloksasin.
Zona hambat yang dihasilkan oleh EMDSM adalah aktivitas dari metabolit
sekunder yang terkandung dalam EMDSM. Uji tabung ini dilakukan untuk melihat
berbagai macam metabolit sekunder yang bertanggung jawab atas aktivitas
antibakteri yang dihasilkan oleh EMDSM. Uji tabung yang dilakukan adalah uji
metabolit sekunder yang memiliki aktifitas antibakteri seperti alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, dan minyak atsiri. Data yang didapat berupa data kualitatif dengan
melihat reaksi yang terjadi secara organoleptis.
Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder dalam EMDSM yang
dapat menghasilkan aktivitas antibakteri dengan cara membentuk kompleks protein
dan mengganggu intergritas membrane sel bakteri (Rachmawaty et al., 2010). Pada
penelitian ini dilakukan uji kromatografi lapis tipis (KLT) untuk melihat ada tidaknya
senyawa flavonoid bila dikombinasi dengan siprofloksasin, dengan membandingkan
jarak elusi EMDSM dengan senyawa standar. Hasil dari uji KLT ini merupakan Rf
jarak elusi dari EMDSM dengan jarak elusi standar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan
eksperimental sederhana (Posstest only control grup design)
Bahan Penelitian
Bakteri Staphylococcus aureus dalam bentuk kultur bakteri diperoleh dari
Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, daun sirih merah yang diperoleh dari daerah
Sleman Yogyakarta, siprofloksasin 500 mg, media Nutrient Broth (Oxoid) dan
Nutrient Agar (Oxoid) dari Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Sanata Dharma,
metanol teknis 70%, larutan standar Mc Farland 0.5, toluene P, Dimetilsulfoksida
(DMSO) 1%, aquadest, Buffered Pepton Water (BPW), serbuk magnesium, reagen
Mayer, HCl pekat, HCl 10%, HCl 2N, FeCl3, toluen, etil asetat.
Alat Penelitian
Alat-alat gelas pyrex (beker, tabung reaksi, pipet volume, erlenmeyer, cawan
petri, labu takar, labu alas bulat 500 ml), blender, oven (Memmert), incubator
(Memmert), autoclave (ALP), shaker (Optimal), rotary evaporator, pengayak nomor
50, mikropipet, jarum ose, Nephlometer, pelubang sumuran, inkubator, Microbial
Safety Cabinet (MSC) kelas II (OHAUS), alat destilasi (pendingin air balik, alat
penampung, dan tabung penerima), pemanas listrik, corong Buchner, bunsen,
timbangan analitik (OHAUS), plat kromatografi lapis tipis (KLT), chamber.
Determinasi daun sirih
Determinasi daun sirih merah dilakukan oleh Fakultas Farmasi bagian Biologi
di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Bahan determinasi digunakan daun
sirih merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pengumpulan bahan uji
Daun sirih merah didapatkan di daerah Sleman Yogyakarta. Daun sirih merah
yang dipilih memiliki permukaan halus, tidak berlubang, segar, dan berwarna hijau
kemerahan dan memiliki garis abu-abu.
Pembuatan simplisia daun sirih merah
Daun sirih merah disortir dari pengotor (tanah, debu, rumput, daun rusak, dan
bagian tananman yang tidak diperlukan) kemudian dibersihkan dengan air mengalir
sebanyak 3 kali. Setelah dicuci daun dipotong melintang dengan ukuran yang sama,
kemudian daun dijemur selama 1 hari dibawah sinar matahari. Daun sirih merah
disortir kembali dari pengotor (jamur dan daun sirih merah yang membusuk),
kemudian daun sirih dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 30 – 40oC.
Daun yang sudah kering diblender dan diayak dengan ayakan no. mesh 50, agar
serbuk yang kecil dan seragam.
Penetapan kadar air pada simplisia daun sirih merah
Penetapan kadar air dilakukan menurut panduan Farmakope Herbal Indonesia
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Timbang simplisia daun sirih
merah dan masukan kedalam labu sebanyak 10 g. Masukan toluene jenuh air 100 mL
kedalam labu yang sama, dan berikan toluene jenuh air kependingin sampai
kepenampung. Kemudian panaskan labu secara hati-hati selama 15 menit. Setelah
toluene mulai mendidih, kecepatan penyulingan diatur dua tetes tiap detik, dan
ditambah kecepatan penyulingan menjadi empat tetes tiap detik ketika sebagian besar
air tersuling. Setelah air tersuling semua, dinginkan tabung penerima hingga
mencapai suhu ruangan dan tunggu toluene dan air memisah sempurna. Kemudian
ukur kadar air dalam %v/b dengan rumus:
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 =𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 (𝑚𝑙)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑔) 𝑥 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pembuatan ekstrak metanol daun sirih merah
Pembuatan ekstrak menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (2010)
ekstrak kering simplisia dimaserasi dengan menggunakan pelarut yang sesuai untuk
menyaring sebagian besar metabolit sekunder yang ada disimplisia. Pada penelitian
ini dilakukan dengan pelarut metanol 70%. Satu bagian serbuk simplisia dimasukan
kedalam shaker, dan ditambahkan 10 bagian pelarut, kemudian serbuk simplisia
dimaserasi selama 24 jam. Maserat dipisahkan dengan cara pengendapan dan filtrasi.
Proses diulangi minimal dua kali penyaringan dengan pelarut yang sama sebanyak 75
dan 25 bagian. Kumpulkan maserat dan uapkan dengan penguap vakum atau penguap
tekanan rendah hingga didapat ekstak kental, pada penelitian ini diuapkan dengan
suhu 40 – 65 oC. Rendemen dihitung dan diperoleh persentase bobot (b/b).
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 (𝑔)
Pembuatan larutan stok ekstrak daun sirih merah
Satu gram ekstrak kental daun sirih merah diambil dan dimasukan kedalam 10
mL labu takar kemudian encerkan dengan larutan DMSO 1% steril hingga mencapai
garis tanda batas dan diperoleh konsentrasi larutan stok 100 mg/ml. Larutan stok
disimpan pada labu takar terutup.
Pembuatan larutan stok siprofloksasin
500 mg tablet siprofloksasin digerus dan ditimbang sebesar satu mg kemudian
dilarutkan kedalam 10 mL aquadest steril hingga didapat 100 μg/mL. Larutan 100
μg/mL diambil satu mL larutan dan dimasukan kedalam labu 10 mL dan diencerkan
dengan aquades steril hingga didapat konsentrasi 10 μg/mL sebagai larutan stok
siprofloksasin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Penyiapan stok dan suspensi bakteri uji
Kultur bakteri Staphylococcus aureus diambil sebanyak 2-3 ose kedalam
Nutrient Broth (NB) dan digoreskan ke Nutrient Agar (NA) dengan miring. Stok
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 30oC. Pada saat penggunaan stok bakteri
diencerkan dengan Buffer Pepton Water (BPW), dengan cara disetarakan
kekeruhannya dengan larutan standar Mc Farland 0,5 dengan alat nephelometer
(Matuschek E., 2013).
Pembuatan konsentrasi antibiotik siprofloksasin
Konsentrasi siprofloksasin yang dibuat adalah empat μg/mL, dengan cara
konsentrasi 10 μg/mL, diambil empat mL larutan dan ditambahkan dengan aquadest
steril sampai 10 mL hingga didapat konsentrasi empat μg/mL.
Pembuatan variasi konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (EMDSM)
Konsentrasi ekstrak metanol daun sirih merah yang dibuat adalah 10, 20, 40,
80 mg/mL. dilakukan dengan cara: diambil delapan mL larutan dari larutan stok 100
mg/mL dan ditambahkan DMSO 1% steril hingga 10 mL sehingga konsentrasi 80
mg/mL. Kemudian diambil lima mL larutan dan ditambah DMSO1% steril hingga 10
mL sehingga didapatkan konsentrasi 40 mg/mL. Pengenceran dilakukan dengan cara
yang sama hingga didapat konsentrasi 10 mg/mL.
Uji aktifitas antimikroba antibiotik ciproflocaxin, Ekstrak Etanol Daun Sirih
Merah, dan kombinasi dengan metode difusi sumuran
Uji aktifitas antimikroba bakteri dilakukan dengan merode difusi sumuran.
Penyapan media dilakukan dengan metode pour plate. Suspensi bakteri yang telah
disetarakan konsentrasinya dengan Mc farland 0.5 diambil sebanyak satu mL, dan
ditambahkan keatas media Nutrien agar (NA) yang masih cair. kemudian suspensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bakteri divortex dan dipindahkan kecawan petri dan tunggu sampai mengering.
Sumuran dibuat sebanyak tiga kali replikasi. Berikut apa saja yang diujikan:
1. Kontrol negatif (berisi masing-masing 10 μL DMSO 1%, aquadest, dan BPW)
2. Konsentrasi EEDSM tunggal 10, 20, 40, 80 mg/mL (sebanyak 30 μL)
3. Konsentrasi siprofloksasin tunggal 4 μg/mL (sebanyak 15 μL)
4. Kombinasi Konsentrasi siprofloksasin 4 μg/mL dan EEDSM 10 mg/mL (1:1)
5. Kombinasi Konsentrasi siprofloksasin 4 μg/mL dan EEDSM 20 mg/mL (1:1)
6. Kombinasi Konsentrasi siprofloksasin 4 μg/mL dan EEDSM 40 mg/mL (1:1)
7. Kombinasi Konsentrasi siprofloksasin 4 μg/mL dan EEDSM 80 mg/mL (1:1).
Pengukuran dilakukan 24 jam setelah perlakuan dan diukur dalam satuan
milimeter. Zona hambat yang terukur adalah zona di sekitar sumuran yang keruh
namun masih lebih jernih dibandingkan dengan pertumbuhan sekitarnya.
Uji Kromatografi lapis tipis (KLT)
Uji KLT dilakukan dai atas plat KLT GF245 dengan ukuran 7x13 cm. Plat
KLT GF245 diaktivasi di dalam oven bersuhu 100 oC selama satu jam. Fase gerak
disiapkan kedalam chamber dengan perbandingan etil asetat dan toluen sebesar 9 : 1.
Plat yang sudah diaktivasi ditotolkan variasi konsentrasi kombinasi (siprofloksasin 4
μg/mL dengan variasi EMDSM 10,20,40,80 mg/mL), larutan siprofloksasin 4 μg/mL,
dan standar flavonoid (quarsetin). Totolan dilakukan dua cm vertikal dari bawah plat
dan jarak horizontal antar totolan adalah satu cm. Plat yang sudah ditotolkan dengan
larutan variasi konsentrasi kombinasi dielusi sepanjang 10 cm dari tempat penotolan.
Plat yang sudah dielusi disemprot dengan FeCl3 untuk mempertegas hasil. Plat
diletakkan ke dalam oven sekitar 1-2 menit. kemudian lihat bercak elusi dibawah
sinar UV 254 dan 365.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Uji Tabung
1. Uji identifikasi flavonoid
Sebanyak satu mL larutan uji ditambahkan serbuk logam magnesium
sebanyak 0,1 g dan enam tetes HCl, dan dilakukan pemanasan selama lima
menit. perubahan warna merah untuk flavonol dan warna oranye untuk
flavonon (Hartini et al, 2016 ; Departemen Kesehatan RI, 1979).
2. Uji identifikasi tanin
Sebanyak satu mL larutan uji dilarutkan kedalam air sebanyak dua mL
kemudian ditambahkan FeCl3 sebanyak dua tetes. Timbulnya warna biru
kehitaman menunjukan adanya senyawa tanin falat dan warna hijau kehitaman
menunjukan senyawa tanin katekol (Hartini, 2016; Kursia, 2016).
3. Uji identifikasi alkaloid
Sebanyak lima mL larutan uji ditambahkan HCl 10% sebanyak 2,5 mL
kemudian dibagi menjadi dua tabung, tabung pertama ditetesi reagen Mayer
dan tabung kedua sebagai pembanding. Terbentuknya endapan kuning
keputihan menunjukan adanya alkaloid (Hartini, 2016; Departemen Kesehatan
RI, 1979 ; Kursia, 2016).
4. Uji identifikasi saponin
Sebanyak dua mL larutan uji dimasukan ke dalam tabung reaksi, dan
ditambahkan air sebanyak dua mL. tabung reaksi digojok selama 5 menit dan
dilihat terbentuknya buih. Buih setinggi 1-10 cm menunjukan adanya senyawa
saponin dan bila ditetes HCl 2N buih tidak akan menghilang (Hartini 2016;
Departemen Kesehatan RI, 1979 dan Kursia, 2016).
5. Uji identifikasi minyak atsiri
Sebanyak satu mL larutan uji dimasukan ke dalam cawan porselen,
kemudian diuapkan hingga memperoleh residu. Adanya bau khas yang
dihasilkan oleh residu tersebut menandakan adanya minyak atsiri (ciulei,
1984).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Teknik Analisis Data Penelitian
Analisis data pengukuran efek kombinasi EMDSM dan sirpofloksasin dengan
efek tunggal EMDSM. Data diukur secara statistik yang diawali dengan menguji
distribusi normalitas (p > 0,05) dengan uji Shapiro-Wilk. Uji homogenitas (p > 0,05)
dilakukan dengan uji Levene. Data yang diapat tidak terdistibusi normal tetapi
homogen. Data yang didapat tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Anova one
way sehingga dilakukan uji Krus-wallis, dan didapat perbedaan (p > 0,05), maka
dilanjutkan Post-Hoc Tukey pada taraf kepercayaan 95% dengan uji Mann-Whitney.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daun sirih merah yang digunakan adalah daun sirih yang berasal dari daerah
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dipetik pada bulan September 2018.
Pembuktian kebenaran daun sirih yang digunakan dilakukan uji determinasi yang
dilakukan di Fakultas Farmasi bagian Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Hasil determinasi menunjukan tanaman yang digunakan adalah daun sirih merah
dengan nama latin Piper crocatum Ruiz.&Pav.(Lampiran 2).
Daun sirih merah yang terkumpul kemudian dibersihkan dari pengotor dengan
air mengalir, dan dikeringkan selama 24 jam, daun yang sudah kering dimasukan
kedalam oven dengan suhu 40 oC untuk pengeringan lebih lanjut agar mempermudah
penyerbukan. Kemudian dilakukan penyerbukan dengan menggunakan blender
sehingga mendapatkan serbuk daun sirih merah. Selanjutnya serbuk daun sirih merah
diayak menggunakan ayakan no. mesh 50 untuk memperhalus dan menyeragamkan
ukuran serbuk sirih merah supaya luas permukaan dari serbuk daun sirih merah
semakin besar, sehingga bagian serbuk daun sirih merah yang berinteraksi dengan
pelarut metanol lebih luas.
Uji penetapan kadar air dilakukan dengan metode destilasi toluen untuk
mengetahui kadar air dari serbuk simplisia daun sirih merah yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Pengecekan penting karena kadar air dapat berpengaruh pada senyawa metebolit air
dapat mengoksidasi senyawa metabolit sekunder, dan kemungkinan besar serbuk
dapat ditumbuhi mikroorganisme bila memiliki kadar air yang tinggi (WHO, 2011).
Kadar air yang baik menurut DepKes RI adalah kurang dari 10% (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Pada penelitian ini digunakan metode destilasi
karena diketahui pada simplisia daun sirih merah memiliki senyawa minyak atsiri
yang bersifat folatil dan digunakan toluen sebagai pelarut karena memiliki bobot
jenis, kepolaran, dan titik didih yang berbeda dengan air. Hasil uji kadar air dari
serbuk sirih merah dengan metode destilasi toluen yang didapat adalah 4 %, dengan
volume air yang diperoleh adalah 0,4 mL (lampiran 3) dari serbuk yang ditimbang
yaitu 10 g. Berdasarkan hasil kadar air tersebut, maka kadar air sudah baik dan sesuai
dengan ketetuan DepKes RI yaitu kurang dari 10%.
Serbuk simplisia daun sirih merah diekstraksi menggunakan metode maserasi.
Maserasi merupakan metode pemisahan zat aktif dengan memanfaatkan proses difusi
pasif, difusi pasif terjadi karena terjadinya perbedaan konsentrasi antara pelarut
dengan zat di dalam sel, konsentrasi dalam sel lebih tinggi dibanding luar sel
sehingga zat dalam sel keluar kedalam pelarut (Azmir et al., 2013). Pelarut yang
digunakan adalah metanol 70%, karena banyak menarik senyawa metabolit sekunder.
Serbuk simplisia diambil 10 g dan dimasukan ke dalam shaker, dan ditambahkan 100
ml metanol 70%, kemudian serbuk simplisia direndam selama 24 jam sambil diaduk
dengan shaker. Penggunaan metode maserasi dipilih kerena metode maserasi tidak
menggunakan panas yang dapat merusak metabolit sekunder dari simplisia daun sirih
merah. Maserat dipisahkan dari serbuk daun sirih merah dengan cara filtrasi dengan
bantuan vakum. Proses diulangi sebanyak tiga kali menggunakan 75 mL dan 25 mL
pelarut dengan jenis yang sama (metanol 70%). Maserat yang didapat diuapkan
dengan penguap vakum, sehingga didapat ekstak kental. Pada penguap vakum
digunakan suhu yang sesuai untuk menguapkan pelarut yaitu 40 – 65oC, karena
metanol 70% bisa menguap pada suhu 65oC (PubChem,2018) dan tidak akan merusak
metabolit sekunder. Pada penelitian ini ekstrak yang didapat adalah 25,5670 g,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kemudian rendemen dihitung. Hasil persen rendemen yang didapat adalah 19,0018%
dari bobot serbuk yang ditimbang adalah 134,55 g. Semakin besar rendemen yang
didapat semakin banyak metabolit sekunder yang diperoleh dari bobot ekstrak.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rinanda et al. (2012) menyebutkan
ekstrak metanol daun sirih merah memiliki senyawa metabolit sekunder seperti
alkaloid, flavonoid, saponin, tripenoid, dan tanin, sedangkan menurut penelitian
Rachmawaty et al. (2016), ekstrak etanol daun sirih merah memiliki banyak metabolit
sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri. Berdasarkan
kedua penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa senyawa metabolit sekunder ekstrak
metanol daun sirih merah dan ekstrak etanol daun sirih merah tidak berbeda jauh.
Ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM) yang didapat diuji aktifitas
antibakteri menggunakan metode difusi sumuran. Media yang digunakan dalam
penelitian ini adalah media NA. Pada penelitian ini digunakan tiga kontrol yaitu
kontrol pertumbuhan, kontrol media, dan kontrol negatif. Kontrol pertumbuhan
digunakan untuk memastikan apakah bakteri Staphylococcus aureus dapat tumbuh
dengan baik dalam media NA, kontrol media dapat memberikan informasi mengenai
keaseptisan cara kerja peneliti, kontrol negatif berfungsi untuk memastikan apakah
pelarut (DMSO 1%, BPW, dan aquadest) yang digunakan memiliki aktivitas
antibakteri.
(a) (b)
Gambar 1. (a) kontrol media (b) kontrol pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Pada hasil uji kontrol media dan kontrol pertumbuhan, dapat dilihat bahwa
kontrol media yang didapat jernih dan tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme,
sehingga penelitian ini telah dilakukan secara aseptis. Gambar 2 (b) menunjukkan
bahwa kontrol pertumbuhan dapat menunjukkan pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus yang baik.
Berdasarkan literatur yang didapat, konsentrasi ekstrak etanol 20 mg/mL
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Stapylococcus aureus dengan luas zona
hambat yang dihasilkan sebesar 6,8 mm (Karsono et al., 2015). Senyawa metabolit
sekunder yang dihasilkan dari ekstrak etanol daun sirih merah tidak berbeda jauh
dengan ekstrak metanol daun sirih merah, sehingga memiliki aktivitas antibakteri
yang mirip. Oleh sebab itu, konsentrasi ekstrak metanol daun sirih merah yang
diujikan ialah 20 mg/mL. Konsentrasi siprofloksasin yang digunakan adalah 4 μg/mL
karena menurut Rubin et al. (2011), konsentrasi 4 μg/mL sudah cukup untuk
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Perlakuan EMDSM tunggal dilakukan untuk membandingkan hasil zona
hambat EMDSM tunggal dengan zona hambat variasi konsentrasi kombinasi
EMDSM, dengan melihat perbedaan lebar antara zona hambat, apakah memperlebar
atau memperkecil zona hambat bila EMDSM dikombinasi dengan siprofloksasin. Uji
perlakuan antimikroba konsentrasi tunggal EMDSM dan variasi kombinasi EMDSM
dengan siprofloksasin dilakukan sebanyak tiga kali replikasi. Setelah membuat tiga
kali replikasi, diakukan pengamatan zona hambat dengan mengukur zona hambat
menggunakan penggaris dengan satuan terkecil milimeter (mm). Hasil pengukuran
zona hambat dari konsentrasi tunggal EMDSM dan variasi konsentrasi kombinasi
EMDSM dengan siprofloksasin dilakukan secara vertikal dan horizontal, hasil yang
didapat dihitung dengan menggunakan rumus: (ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙−0,6 𝑐𝑚)+(𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙−0,6 𝑐𝑚)
2.
Rata-rata zona hambat yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gambar 2. Hasil uji anti bakteri EMDSM tunggal dengam metode sumuran
Keterangan:
1 = siprofloksasin 4 μg/mL (15 μL); 2 = EMDSM 80 mg/mL (15 μL); 3 = EMDSM
40 mg/mL (15 μL); 4 = EMDSM 20 mg/mL (15 μL); 5 = EMDSM 10 mg/mL (15
μL).
Gambar 3. Hasil uji antibakteri kombinasi EMDSM dengan siprofloksasin
menggunakan metode sumuran.
Keterangan:
1 = Siprofloksasin 4 μg/mL; 2 = Kontrol negative BPW, DMSO 1%, aquadest;
3 = Kombinasi siprofloksasin 4 μg/mL : EMDSM 80 mg/mL (1:1); 4 = Kombinasi
siprofloksasin 4 μg/mL : EMDSM 40 mg/mL (1:1); 5 = Kombinasi siprofloksasin 4
μg/mL : EMDSM 20 mg/mL (1:1); 6 = Kombinasi siprofloksasin 4 μg/mL : EMDSM
10 mg/mL (1:1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Penelitian ini menunjukkan bahwa siprofloksasin pada konsentrasi 4 μg/mL
dan variasi konsentrasi kombinasi EMDSM dengan siprofloksasin (gambar 3), dapat
menghasilkan zona jernih yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Namun
variasi konsentrasi tunggal EMDSM (gambar 2) belum dapat menghasilkan zona
jernih. Ketidakmampuan variasi konsentrasi EMDSM tunggal untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus diakibatkan oleh kurangnya konsentrasi
EMDSM, sehingga EMDSM belum dapat menghasilkan zona bersih. Pada penelitian
Rinanda (2012), EMDSM dapat menghasilkan zona hambat sebesar 9 mm pada
konsentrasi 150 mg/mL.
Dalam penelitian ini juga dapat dilihat kontrol negatif yang berisi DMSO,
BPW, dan aquades tidak memiliki aktivitas antimikroba sehingga dapat diketahui
pelarut yang digunakan untuk mengencerkan bakteri, antibiotik, dan EMDSM tidak
mempengaruhi zona hambat dari antibiotik tunggal dan kombinasi, sehingga pelarut
yang digunakan tidak memengaruhi uji aktivitas antibakteri kombinasi siprofloksasin
dengan EMDSM. Berdasarkan hasil uji antimikroba dapat diketahui bahwa
konsentrasi antibiotik siprofloksasin dan variasi konsentrasi kombinasi EMDSM
dengan siprofoksasin dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri Staphylococcus
aureus. Hasil dari luas zona hambat dapat dilihat pada tabel 1 dan perbandingan
statistik dapat dilihat pada tabel 2.
Pada penelitian ini siprofloksasin tunggal dan variasi konsentrasi kombinasi
EMDSM dengan siprofloksasin dapat menghasilkan efek antimikroba dengan rata-
rata lebar zona hambat sebesar 1 cm, tetapi pada konsentrasi tunggal EMDSM tidak
menghasilkan zona hambat kepada bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan hasil
tersebut, ada kemungkinan bila zona hambat yang ditimbulkan oleh variasi
konsentrasi EMDSM dengan siprofloksasin berasal dari konsentrasi siprofloksasin.
Hasil pengukuran zona hambat ini juga tidak menunjukan adanya perbesaran zona
hambat ketika EMDSM dikombinasi dengan siprofloksasin. Tidak adanya perbedaan
dari kombinasi merupakan efek indifferent, dimana menurut peneliti efek indifferent
terjadi karena mekanisme kerja EMDSM sama dengan mekanisme kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
siprofloksasin, menurut penelitian khan (2015) siprofloksasin mengganggu enzim
topoisomerase II dan IV sebagai pembentukan DNA, dan menurut Cushine (2005)
metabolit sekunder flavonoid dapat menghambat pembentukan DNA gyrase.
Sedangkan efek sinergis yang diharapkan terjadi bila mekanisme kerja dua agen
berkerja di tempat yang berbeda (Esimone et al., 2006).
Tabel 1. Variasi kombinasi EMDSM dengan siprofloksasin dengan metode difusi
sumuran.
Perlakuan Keterangan Rata-rata (cm) ±
SD
1 Antibiotik siprofloksasin 4 μg/mL (15μL) 1.02 ± 0.01
2 Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah 20 mg/ml (15μL) 0
3 Kontrol negatif BPW (10μL), DMSO 1% (10μL),
aquadest (10μL) 0
4 Kombinasi siprofloksasin 4 μg/mL (15μL) dengan
EMDSM 80 mg/ml (15μL) 0.92 ± 0.08
5 Kombinasi siprofloksasin 4 μg/mL (15μL) dengan
EMDSM 40 mg/ml (15μL) 1.03 ± 0.23
6 Kombinasi siprofloksasin 4 μg/mL (15μL) dengan
EMDSM 20 mg/ml (15μL) 1.07 ± 0.25
7 Kombinasi siprofloksasin 4 μg/mL (15μL) dengan
EMDSM 10 mg/ml (15μL). 0.92 ± 0.23
*Diameter sumuran= 0,6 cm; n=3
Hasil data yang diperoleh diuji secara statistik untuk melihat apakah ada
perbedaan antara masing-masing variasi konsentrasi dengan uji Mann-Whitney yang
dapat dilihat pada tabel 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney
Pembanding Nilai P Arti Pembanding Nilai P Arti
Pelarut
T.1 1 TBB
K.2
Pelarut 0 BB
CPR 0 BB T.1 0 BB
K.1 0 BB CPR 1 TBB
K.2 0 BB K.1 0,89 TBB
K.3 0 BB K.3 1 TBB
K.4 0 BB K.4 0,89 TBB
T.1
Pelarut 1 TBB
K.3
Pelarut 0 BB
CPR 0 BB T.1 0 BB
K.1 0 BB CPR 1 TBB
K.2 0 BB K.1 0,96 TBB
K.3 0 BB K.2 1 TBB
K.4 0 BB K.4 0,96 TBB
CPR
Pelarut 0 BB
K.4
Pelarut 0 BB
T.1 0 BB T.1 0 BB
K.1 0,98 TBB CPR 0,98 TBB
K.2 1 TBB K.1 1 TBB
K.3 1 TBB K.2 0,89 TBB
K.4 0,98 TBB K.3 0,96 TBB
K.1
Pelarut 0 BB
T.1 0 BB
CPR 0,98 TBB
K.2 0,89 TBB
K.3 0,96 TBB
K.4 1 TBB
Keterangan :
T.1 = EMDSM 20 mg/mL tunggal; K.1 = Kombinasi EMDSM 10 mg/mL dengan
CPR; K.2 = Kombinasi EMDSM 20 mg/mL dengan CPR; K.3 = Kombinasi
EMDSM 40 mg/mL dengan CPR; K.4 = Kombinasi EMDSM 80 mg/mL dengan
CPR; CPR = siprofloksasin 4 μg/mL; TBB = Tidak berbeda bermakna; BB =
Berbeda bermakna.
Data dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk, dari data yang
didapat dengan uji Shapiro Wilk data tidak terdistribusi normal dengan p < 0,05. Data
yang tidak normal dilakukan uji Levene test untuk di lihat homogenitas variasi data,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dari data yang didapat p = 5,253 dan dikatakan homogen bila nilai p > 0,05, sehingga
variasi data dikatakan homogen. Data yang tidak normal tetapi homogen dilanjutkan
dengan uji Kruskal-Wallis dan didapatkan hasil p value = 0,028 (p < 0.05), sehingga
didapatkan hasil berbeda bermakna dalam perlakuan variasi konsentrasi. Uji Mann
Whitney dilakukan untuk melihat perbedaan dari uji Kruskal-Wallis. Berdasarkan
tabel 2 diatas, perbedaan bermakna hanya didapatkan pada pelarut dan T.1
dibandingkan dengan CPR, K.1, K.2, K.3, dan K.4. sedangankan tidak ditemukan
perbedaan bermakna pada variasi kombinasi EMDSM dengan siprofloksasin terhadap
siprofloksasin tunggal. Sehingga dapat disimpulkan siprofloksasin tunggal tidak
memiliki perbedaan bermakna terhadap variasi kombinasi, yang berarti hasil efek
kombinasi tidak menghasilkan efek perbesaran zona hambat.
Flavonoid adalah salah satu senyawa metabolit sekunder yang berfungsi
sebagai antibakteri (Rachmawaty et al., 2010). Dalam penelitian ini dilakukan uji
kualitatif flavonoid untuk mengetahui adanya senyawa flavonoid yang memiliki
aktivitas anti bakteri. Pada penelitian Hartini dkk (2013). Uji KLT dapat digunakan
untuk melihat senyawa metabolit sekunder flavonoid secara kualitatif. Senyawa
standar flavonoid yang digunakan adalah kuersetin, karena kuersetin merupakan salah
satu senyawa golongan flavonol yang sering didapat pada tanaman obat (Panche et
al., 2016).. Pada uji KLT digunakan pelarut etil asetat dan toluen dengan
perbandingan 9:1 sebagai fase gerak, silica gel 245 sebagai fase diam, dan lampu UV
254 nm, 365 nm, dan senyawa FeCl3 sebagai detektor. Pada uji KLT ini ditotolkan
antibiotik tunggal, standar flavonoid (kuersetin), dan lima larutan variasi kombinasi
EMDSM dengan siprofloksasin, dengan jumlah totolan sebanyak 15x dan jarak antar
totolan sebesar dua cm. Totolan yang sudah dielusi dideteksi dengan lampu UV 254
nm, UV 365, dan disemprotkan dengan FeCl3 sebagai penegas senyawa flavonoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(a) (b) (c)
Gambar 4. (a) Uji KLT menggunakan sinar UV 254 nm; (b) Uji KLT menggunakan
sinar UV 365 nm; (c) Uji KLT menggunakan pereaksi semprot FeCl3.
Keterangan :
1 = siprofloksasin; 2 = EMDSM 10 mg/mL dengan siprofloksasin; 3 = EMDSM 20
mg/mL dengan siprofloksasin; 4 = EMDSM 40 mg/mL dengan siprofloksasin; 5 =
EMDSM 80 mg/mL dengan siprofloksain; 6 = flavonoid (kuersetin)
Berdasarkan hasil, nilai Rf dari kelima perlakuan diatas standar flavonoid
(kuersetin) tidak ada yang menunjukan senyawa kuersetin pada kelima variasi
konsentrasi kombinasi EMDSM dengan siprofloksasin. Hasil Rf perlakuan yang
didapat dari berbagai detektor tidak ada yang setara dengan Rf standar flavonoid
(kersetin). Berdasarkan analisis secara organoleptis dengan detektor UV 254, Kesakar
(2009) menyatakan, senyawa flavonoid tidak berpendar, pada gambar 4a bercak B, C,
D, dan E tidak mengalami pemendaran. Pada analisis dengan detektor UV 365
menurut Dwitmaka (2010) senyawa flavonoid akan menghasilkan warna ungu di
bawah cahaya UV 365, gambar 4b menunjukan bercak A ,B ,C ,D , dan E
menghasilkan warna ungu dibawah detector UV 365, tetapi standar flavonoid
(kuersetin) menghilang. Menurut Sonam (2017) FeCl3 akan memberikan warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
coklat abu-abu sseperti pada gambar 4c. Sehingga pada uji KLT EMDSM memiliki
senyawa flavonoid, tetapi tidak memiliki senyawa kuersetin.
Tabel 3. Nilai Rf dan warna hasil uji KLT
Detektor Bercak 1 2 3 4 5 6
Rf W Rf W Rf W Rf W Rf W Rf W
UV 254
A - - - - - - 0,3 H 0,36 H - -
B - - - - - - 0,7 H 0,7 H - -
C - - 0,75 H 0.75 H 0,75 H 0,75 H - -
D - - - - - - - - - - 0,84 H
E - - 0,92 H 0,92 H - - - - - -
F - - - - 0,95 H - - - - - -
G - - - - 1 H 1 H 1 H - -
UV 365
A - - - - - - - - - - - -
B - - - - - - - - - - - -
C - - - - - - 0,75 0,75 - -
D - - - - - - - - - - - -
E - - - - - - - - - - - -
F - - 0,95 U 0,95 U - - - - - -
G - - 1 U 1 U 1 U 1 U - -
FeCl3
A - - - - - - 0,3 T 0,36 T - -
B - - - - - - - - - - - -
C - - - - - - - - - - - -
D - - - - - - - - - - 0,84
E - - - - - - - - - - - -
F - - - - 0,95 T - - - - - -
G - - - - 1 T 1 T 1 T - -
Keterangan :
1 = siprofloksasin 4 μg/mL; 2 = EMDSM 10 mg/mL dengan siprofloksasin; 3 =
EMDSM 20 mg/mL dengan siprofloksasin; 4 = EMDSM 40 mg/mL dengan
siprofloksasin; 5 = EMDSM 80 mg/mL dengan siprofloksasin; 6 = Standar flavonoid
(kuersetin); W = Warna; H = Hitam; .U = Ungu, T = Hijau tua.
Selain senyawa flavonoid ada juga metabolit sekunder dalam EMDSM yang
dapat membunuh bakteri seperti alkaloid, saponin, tanin, dan minyak atsiri
(Rachmawaty et al., 2010). Fungsi dari metabolit sekunder daun sirih merah adalah
flavonoid sebagai pembentuk senyawa kompleks protein ekstraseluler dan
mengganggu intergritas membrane sel bakteri, tanin sebagai zat toksik yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
merusak membrane sel bakteri, minyak atsiri sebagai pencegahan pembentukan
membran sel bakteri dan alkaloid sebagai pengganggu pembentukan peptidoglikan
bakteri (Rachmawaty F.J., et al., 2010). Pada penelitian Hartini dkk (2013) dengan
menggunakan uji tabung dapat dilihat senyawa metabolit sekunder dari EMDSM
seperti alkaloi, flavonoid, tanin, minyak atsiri, dan saponin.
Dari data di atas EMDSM memiliki metabolit sekunder yaitu alkaloid,
flavonoid, saponin, dan tanin (lampiran 7). Metabolit sekunder ini dapat menghambat
pertumbuhan bakteri (Rachmawaty et al., 2010). Pada penelitian ini metabolit
sekunder dari variasi konsentrasi tunggal EMDSM sudah ada, tetapi belum bisa
menghambat pertumbuhan dari bakteri Stapylococcus aureus pada metode difusi
sumuran. Variasi konsentrasi tunggal EMDSM belum dapat membeikan zona hambat
dikarenakan, konsentrasi dari metabolit sekunder yang ada didalam EMDSM sedikit
sehingga belum bisa memberikan hasil zona hambat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil uji kombinasi aktivitas antibakteri EMDSM dengan
antibiotik siprofloksasin terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus
menggunakan metode difusi sumuran, tidak terdapat perbedaan zona hambat antara
konsentrasi EMDSM tunggal dengan variasi konsentrasi kombinasi EMDSM,
sehingga kombinasi EMDSM dengan siprofloksasin tidak meningkatkan luas zona
hambat dari bakteri Staphylococcus aureus.
Saran untuk peneliti selanjutnya sebaiknya dilakukan pengujian kadar
minimal metabolit sekunder yang terdapat pada EMDSM yang dapat menghambat
perkembangan bakteri Stapylococcus aureus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
DAFTAR PUSTAKA
Azmir J., 2013. Techniques for Extraction of Bioactive Compound form Plant
Material. Journal of Food Engineering. (117), 427-436.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010. Acuan Sediaan Herbal. Volume 5,
Edisi 1, Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan, 6-8.
Buhl M. et al., 2015. Prevalence and risk factors associated with colonization and
infection of extensively drug-resistant Pseudomonas aeruginosa: a systematic
review. Expert Rev, 1–12.
Cai Y. et al., 2017. Effectiveness of Chinese Herbal Medicine Combined with
Antibiotics for Extensively Drug-Resistant Enterobacteria and
Nonfermentative Bacteria Infection: Real-Life Experience in a Retrospective
Cohort. BioMed Research International. 1-7.
Center for Health and Protection., 2017. MRSA and CA-MARSA Infection,
https://www.chp.gov.hk/en/wapdf/35884.html?page=2, diakses 3 april 2018.
Ciulei J., 1984. Methodology for Analysis of Vegetables and Drugs. Bucharest:
Faculty of Pharmacy. pp. 11-26.
Cushine T. P., et al., 2005. Antimicrobial Activity of Flavanoid. International Journal
of Antimicrobial Agent. 26, 343 - 356.
Departemen Kesehatan RI, 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid 3. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI, 168-171.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Farmakope Herbal Republik
Indonesia. Edisi I, Jakarta.
Dewi M.S. et al., 2013. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav.). ALCHEMY jurnal penelitian kimia. 2 (9), 33-40.
Ding C., et al., 2016. Prevalence of Pseudomonas aeruginosa and Antimicrobial-
Resistant Pseudomonas aeruginosa in Patients With Pneumonia in Mainlad
China: a systematic review and meta-analisis. International journal of
infectious diseases. (49), 119-128.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011.
Farmakope Herbal. Suplemen II. Edisi I, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
110-111.
Doern C., 2014. When Does 2 Plus 2 Equal 5? A Review of Antimicrobial Synergy
Testing. Journal of Clinical Microbiology. 12 (52), 4124–4128.
Dwitmaka Y., Identifikasi Flavonoid Herba Pegagan Embun (Hydrocotyl
sibthorpioides Lmk.) Hasil Isolasi Secara KLTP Serta Uji Kemurniannya
Dengan HPLC. SIGMA, 13 (2), 167 – 177.
Erikawati D. et al., 2016. Tingginya Prevalensi MRSA pada Isolat Klinik Periode
2010- 2014 di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, Indonesia. Jurnal kedokteran
Brawijaya., 29 (2), 149 – 156.
Esimore C. O., et al., 2006. In vitro evaluation of the interaction between tea extracts
and penicillin G against staphylococcus aureus. African Journal Of
Biotechnology, 5 (11), 1082 – 1086.
Fauziyah, P. N., et al., 2017. Combination Effect of Antituberculosis Drugs and
Ethanolic Extract of Selected Medicinal Plants against Multi-Drug Resistant
Mycobacterium tuberculosis Isolates. Scientia Pharmaceutica, 85(14), 1-9.
Gellaty S. and Hancock R.E.W., 2013. Pseudomonas aeruginosa: new insights into
pathogenesis and host defense. Federation of European Microbiological
Societies. (67), 159-173.
Gnanamani A., Hariharan P., and Paul-Satyaseela M., 2017. Staphylococcus aureus:
Overview of Bacteriology, Clinical Diseases, Epidemiology, Antibiotic
Resistance and Therapeutic Approach. Frontiers in Staphylococcus aureus,
https://www.intechopen.com/books/frontiers-in-i-staphylococcus-aureus-i-
/staphylococcus-aureus-overview-of-bacteriology-clinical-diseases-
epidemiology-antibiotic-resistance- diakses tanggal 3 april 2018.
Green B.N. et al., 2012. Methilcilin-resistant Staphylococcus aureus: an overview for
manual therapists. Journal of Chiropractic Medicine. 11, 66-76.
Hartini, Y. S., Wahyuono, S., Widyarini, S., Yuswanto, A., 2013. Uji Aktivitas
Fagositosis Makrofag Fraksi-fraksi dari Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav.) Secara In Vitro. Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia. 11(2)., 108-115.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Juliantina R. F., et al., 2009. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen
Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 1-10.
Karsono et al., 2015. Comparison of Antimicrobial Activity of Red Betel ( Piper
Crocatum Ruiz & Pav) Leaves Nanoparticle and Powder Ethanolic Extract
against Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. International Journal of
PharmTech Research. 4 (8), 696-701.
Kentri Kesehatan RI, 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi
Antibiotik. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Tentang Pembentukan Tim Penyusun Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik. Jakarta, 1.
Kesarkar S. et al., 2009. Flavonoids: An Overview. Journal of Pharmacy Research, 2
(6), 1148 – 1154.
Khan et al., 2015. Ciprofloxacin; The Frequent Use In Poultry And Its Consequences
On Human Health. The Professional Medical Journal. 22 (1), 1-5.
Khan, J.A., and Kumar, N., 2011. Evaluation of Antibacterial Properties of Extracts
of Piper betel Leaf. JPBMS, 11(1), 1-3.
Kursia, S., Lebang, J. S., Taebe, B., Rahim, A. B. W. O. R., Nursamsiar., 2016. Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etilasetat Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis. IJPST.3(2)., 72-76
Kusuma, S. A.F., et al., 2016. Antibacterial Spectrum of Ethanol Extract of
Indonesian Red Piper Betel Leaf (Piper crocatum Ruiz & Pav) Against
Staphylococcus species. International Journal of Pharma Sciences and
Research, 7(11), 448-452.
Matuschek E. et al., 2013. Development of the EUCAST disk diffusion antimicrobial
susceptibility testing method and its implementation in routine microbiology
laboratories. Clinical Microbiology and Infection. 256-266.
Morita Y. et al., 2014. Responses of Pseudemonas aeruginosa to Antimicrobials.
Department of Microbiology, School of Pharmacy, Aichi Gakuin University,
Nagoya, Japan. Frontiers in Microbiology. 1-8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Panche A. N., et al., 2016. Flavonoids: an overview. Journal of Nutritional Science.,
5 (47), 1 – 15.
Parfati N. dan Widono T., 2016. Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Kajian
Pustaka Aspek Botani, Kandungan Kimia, dan Aktivitas Farmakologi. Asian
PaciFICI Journal of Tropical Biomedicine. 4 (2), 592-596.
Piercy E. A. et al., 1989. Ciprofloxacin for Methicillin-Resistant Staphylococcus
aureus Infections. Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 33 (1), 128-130.
PubChem, 2018. Methy alcohol, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/
methanol#section=Decomposition, diakses pada tanggal 28 Desember 2018.
Rachmawaty F. J. et al., 2018. Manfaat Sirih Merah ( Piper crocatum) Sebagai Agen
Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Jurnal
kedokteran dan kesehatan Indonesia., 1 – 10.
Rachmawaty F. J. et al., 2018. Optimasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocatum) sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Staphylococcus aureus.
Mutiara medika., 18 (1), 13 – 19.
Rinanda T. et al., 2012. Antibacterial activity of red betel (Piper crocatum) leaf
methanolic extracts aginst methicillin resistant Staphylococcus aureus. Uninet
Biosciences Conference. 1 (2), 270-250.
Rubin J. et al., 2011. Antimicrobial Susceptibility of Staphylococcus aureus and
Staphylococcus pseudintermedius Isolated from Various Animals.
Department of Veterinary Microbiology. (52), 153-157.
Singh B.R. et al., 2016. Potential of Herbal Drug and Antibiotic Combination
Therapy: A New Approach to Treat Multidrug Resistant Bacteria.
Pharmaceutica Analytica Acta. 11 (7), 1-14.
Steven, Y.C. et al, 2015. Staphylococcus aureus Infections: Epidemiology,
Pathophysiology, Clinical Manifestations, and Management. Clinical
Microbiology Review. 3 (28), 603-661.
Stevenson, et al., 2016. General calibration of microbial growth in microplate
readers. ScientiFICI RepoRts. 1-7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Sonam M. et al., 2017. Phytochemical Screening and TLC Profiling of Various
Extracts of Reinwardtia indica. International Journal of Pharmacognosy and
Phytochemical Research. 9 (4), 523 – 527.
Upadhyay A. et al., 2016. Controlling Bacterial Antibiotic Resistance Using Plant-
Derived Antimicrobials. Department of Animal Science, University of
Connecticut, Storrs, CT. United States, 205-226
Ventola L.C.,2015. The Antibiotic Resistance Crisis. P&T. 4 (40), 277-283.
WHO, 2011. Quality Control Method for Herbal Material, World Health
Organization, 1-51.
WHO, 2018. Antimicrobial Resistance, www.who.int/mediacentre/factsheets/fs194
/en/ diakses tanggal 3 april 2018.
WHO, 2018, Antibiotic Resistant, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/
antibiotic-resistance/en/ diakses tanggal 3 april 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tanaman daun sirih merah
(a) Tanaman daun sirih merah (b) Daun sirih merah
Lampiran 2. Surat determinasi tanaman (daun sirih merah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 3. Kadar air
Lampiran 4. Sertifikat hasil uji Stapylococcus aureus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 5. Hasil perhitungan statistik uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi
sumuran.
Uji Normalitas
Tests of Normalitya,b
Perlakuan
Kolmogorov-Smirnovc Shapiro-Wilk
Statisti
c Df Sig. Statistic df Sig.
Diameter Zona
Hambat
Ciprofloxacin tunggal
4 μg/mL ,385 3 . ,750 3 ,000
Kombinasi EMDSM
10 mg/mL dan
Ciprofloxacin 4
μg/mL
,196 3 . ,996 3 ,878
Kombinasi EMDSM
20 mg/mL dan
Ciprofloxacin 4
μg/mL
,349 3 . ,832 3 ,194
Kombinasi EMDSM
40 mg/mL dan
Ciprofloxacin 4
μg/mL
,385 3 . ,750 3 ,000
Kombinasi EMDSM
80 mg/mL dan
Ciprofloxacin 4
μg/mL
,253 3 . ,964 3 ,637
a. Diameter Zona Hambat is constant when Perlakuan = Pelarut. It has been omitted.
b. Diameter Zona Hambat is constant when Perlakuan = EMDSM tunggal 20 mg/mL. It has been
omitted.
c. Lilliefors Significance Correction
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Diameter Zona Hambat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
5,253 6 14 ,005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Uji Kruskal walis
Kruskal walis
Diameter Zona
Hambat
Chi-Square 14,148
Df 6
Asymp. Sig. ,028
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan
Uji Perbandingan
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Diameter Zona Hambat
Tukey HSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Pelarut EMDSM tunggal 20 mg/mL ,00000 ,12786 1,000 -,4366 ,4366
Ciprofloxacin tunggal 4 μg/mL -1,01667* ,12786 ,000 -1,4533 -,5801
Kombinasi EMDSM 10 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,91667* ,12786 ,000 -1,3533 -,4801
Kombinasi EMDSM 20 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -1,06667* ,12786 ,000 -1,5033 -,6301
Kombinasi EMDSM 40 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -1,03333* ,12786 ,000 -1,4699 -,5967
Kombinasi EMDSM 80 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,91667* ,12786 ,000 -1,3533 -,4801
EMDSM tunggal 20 mg/mL Pelarut ,00000 ,12786 1,000 -,4366 ,4366
Ciprofloxacin tunggal 4 μg/mL -1,01667* ,12786 ,000 -1,4533 -,5801
Kombinasi EMDSM 10 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,91667* ,12786 ,000 -1,3533 -,4801
Kombinasi EMDSM 20 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -1,06667* ,12786 ,000 -1,5033 -,6301
Kombinasi EMDSM 40 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -1,03333* ,12786 ,000 -1,4699 -,5967
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Kombinasi EMDSM 80 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,91667* ,12786 ,000 -1,3533 -,4801
Ciprofloxacin tunggal 4 μg/mL Pelarut 1,01667* ,12786 ,000 ,5801 1,4533
EMDSM tunggal 20 mg/mL 1,01667* ,12786 ,000 ,5801 1,4533
Kombinasi EMDSM 10 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL ,10000 ,12786 ,983 -,3366 ,5366
Kombinasi EMDSM 20 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,05000 ,12786 1,000 -,4866 ,3866
Kombinasi EMDSM 40 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,01667 ,12786 1,000 -,4533 ,4199
Kombinasi EMDSM 80 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL ,10000 ,12786 ,983 -,3366 ,5366
Kombinasi EMDSM 10 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL
Pelarut ,91667* ,12786 ,000 ,4801 1,3533
EMDSM tunggal 20 mg/mL ,91667* ,12786 ,000 ,4801 1,3533
Ciprofloxacin tunggal 4 μg/mL -,10000 ,12786 ,983 -,5366 ,3366
Kombinasi EMDSM 20 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,15000 ,12786 ,893 -,5866 ,2866
Kombinasi EMDSM 40 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,11667 ,12786 ,964 -,5533 ,3199
Kombinasi EMDSM 80 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL ,00000 ,12786 1,000 -,4366 ,4366
Kombinasi EMDSM 20 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL
Pelarut 1,06667* ,12786 ,000 ,6301 1,5033
EMDSM tunggal 20 mg/mL 1,06667* ,12786 ,000 ,6301 1,5033
Ciprofloxacin tunggal 4 μg/mL ,05000 ,12786 1,000 -,3866 ,4866
Kombinasi EMDSM 10 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL ,15000 ,12786 ,893 -,2866 ,5866
Kombinasi EMDSM 40 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL ,03333 ,12786 1,000 -,4033 ,4699
Kombinasi EMDSM 80 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL ,15000 ,12786 ,893 -,2866 ,5866
Kombinasi EMDSM 40 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL
Pelarut 1,03333* ,12786 ,000 ,5967 1,4699
EMDSM tunggal 20 mg/mL 1,03333* ,12786 ,000 ,5967 1,4699
Ciprofloxacin tunggal 4 μg/mL ,01667 ,12786 1,000 -,4199 ,4533
Kombinasi EMDSM 10 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL ,11667 ,12786 ,964 -,3199 ,5533
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Kombinasi EMDSM 20 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,03333 ,12786 1,000 -,4699 ,4033
Kombinasi EMDSM 80 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL ,11667 ,12786 ,964 -,3199 ,5533
Kombinasi EMDSM 80 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL
Pelarut ,91667* ,12786 ,000 ,4801 1,3533
EMDSM tunggal 20 mg/mL ,91667* ,12786 ,000 ,4801 1,3533
Ciprofloxacin tunggal 4 μg/mL -,10000 ,12786 ,983 -,5366 ,3366
Kombinasi EMDSM 10 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL ,00000 ,12786 1,000 -,4366 ,4366
Kombinasi EMDSM 20 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,15000 ,12786 ,893 -,5866 ,2866
Kombinasi EMDSM 40 mg/mL
dan Ciprofloxacin 4 μg/mL -,11667 ,12786 ,964 -,5533 ,3199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 6. Hasil uji tabung
No. Uji
Tabung Perlakuan Hasil No. Uji Tabung Perlakuan Hasil
1 Alkaloid
P.1 -
4 Tanin
P.1 +
P.2 + P.2 +
P.3 + P.3 +
P.4 - P.4 +
P.5 + P.5 +
P.6 - P.6 -
2 Flavonoid
P.1 -
5 Minyak atsiri
P.1 +
P.2 + P.2 +
P.3 + P.3 +
P.4 - P.4 +
P.5 + P.5 +
P.6 - P.6 -
3 Saponin
P.1 + Keterangan :
(+) = ada; (-) = tidak ada; P.1 = EMDSM 10
mg/mL + siprofloksasin; P.2 = EMDSM 20
mg/mL + siprofloksasin; P.3 = EMDSM 40
mg/mL + siprofloksasin; P.4 = EMDSM 80
mg/mL + siprofloksasin; P.5 = EMDSM 20
mg/mL; P.6 = siprofloksasin
P.2 +
P.3 +
P.4 +
P.5 +
P.6 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 6 a. Uji alkaloid
Lampiran 6 b. Uji Flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 6 c. Uji saponin
Lampiran 6 d. Uji tanin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 6 e. Uji minyak atsiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Bryant Candi Mulya, lahir
di Jakarta 14 Mei 1997 . Penulis yang akrab dipanggil
Bryant merupakan anak ke tiga dari pasangan Robertus dan
Sisriyanty. Penulis menempuh pendidikan di TK irnanda
(2001 - 2003), SD Mardiyuana (2003 - 2009), SMP
Mardiyuana (2009 - 2012), SMA Marsudirini (2012 - 2015),
dan pada tahun 2015 melanjutkan pendidikan untuk
memperoleh gelar sarjana di Universitas Sanata Dharma.
Selama berkuliah di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, penulis aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan, diantaranya yaitu panitia publikasi
dokumentasi Desa Mitra 1,2, dan 3 (2016-2017), panitia perlengkapan seminar
nasional (2017), dan asisten dosen praktikum Kimia Dasar (2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI