UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan...
Transcript of UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan...
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII
dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II
Mengucapkan Terima Kasih kepada
Rektor Universitas Udayana
Badan Bahasa Jakarta,
Dekan FIB Universitas Udayana
Pemerintah Kota Denpasar
Ketua Program Magister (S2) dan Doktor (S3) Linguistik
Balai Bahasa Bali,
Ketua Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal
Civitas Akademika FIB Universitas Udayana
Pembicara Kunci
Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Walikota Denpasar)
Pembicara Utama
Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum (Kepala Badan Bahasa Jakarta);
Prof. Dr. Jufrizal, M.Hum. (Universitas Negeri Padang).
Pembicara Undangan Dr. Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum. (Universitas Udayana);
Dr. I Ketut Jirnaya, M.S. (Universitas Udayana); Dr. Dra. Ida Ayu Made Puspani, M.Hum. (Universitas Udayana);
Dr. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum. (Universitas Udayana); Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum. (Universitas Negeri Solo).
Instruktur LPBI
Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D. (Univesritas Udayana);
Dr. Putu Sutama, M.Hum. (Universitas Udayana).
Segenap Pemakalah dan Peserta SNBI XII dan LPBI II
Seluruh Tim Panitia Pelaksana
atas partisipasi dan dukungannya untuk penyelenggaraan SNBI XII dan LPBI II
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA
Denpasar, 6-7 Februari 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat dan Rahmat-Nya Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan
Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II dapat menyiapkan dan menyelenggarakan
kegiatan ini. Pertama tama perkenankan kami mengucapkan Selamat Datang di Bali dan
Selamat Datang di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana kepada seluruh Pemakalah dan
Peserta SNBI dan LPBI 2020.
Kegiatan SNBI dan LPBI ini adalah kegiatan seri seminar nasional tahunan yang
diselenggarakan oleh Program Studi Magister (S2) dan Doktor (S3) Linguistik Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Udayana sebagai satu bagian kegiatan kemahasiswaan. Tujuan
pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai media Pemertahanan dan Pemartabatan Bahasa
Indonesia dan Bahasa Lokal, khusunya Bahasa Bali dalam kancah nasional, yang sekaligus
sebagai ajang reuni tahuan para alumni S2 dan S3 Linguistik. Pelaksanaan kegiatan ini
senantiasa dilakukan setiap Bulan Februari yang bertepatan dengan Pelaksanaan Bulan Bahasa
Lokal dan Bulan Bahasa Bali.
Pada tahun 2020 ini, kami mengambil tema Dokumentasi dan Revitalisasi Bahasa
Lokal sebagai Identitas Lokal di Dunia Global. Hal ini didasrkan atas kenyataan bahwa
perkembangan dunia saat ini sangat pesat dan berbasis IT. Sehingga sangat diperlukan gerakan
Dukumentasi dan Revitalisasi Bahasa Lokal untuk dapat mengikuti arus perkembangan jaman
yang saat ini telah menuju ke era digital 5.0 agar bisa bersaing di dunia global.
Seperti pada pelaksanaan kegiatan tahun 2019, kegiatan SNBI XII dan LPBI II tahun 2020
ini juga merupakan rangkaian kegiatan Bulan Bahasa Bali yang diadakan oleh Pemerintah Kota
Denpasar dalam rangkaian Perayaan HUT Kota Denpasar ke -232, dan oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Walikota atas dukungannya. Pada kesempatan ini
pula kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Badan Bahasa Jakarta dan Ketua
Balai Bahasa Bali atas dukungan yang diberikan untuk kegiatan ini. Demikian pula, tak lupa
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Rektor, Ibu Dekan, serta
Bapak Koprodi Magister (S2) dan Doktor (S3) Linguistik FIB atas ijin dan dukungan
penuhnya.
Mulai tahun 2020 ini, demi mendukung gerakan keselamatan bumi, maka Buku Panduan
dan Luaran Prosiding bersifat daring (onlline/Paperless) dengan menggunakan jaringan UCS
Universitas Udayana. Demikian halnya dengan gerakan bebas plastik yang dicanangkan oleh
Pemerintah dan Unud serta sesuai dengan Surat Edaran dari Kemendibud yang melarang
penggunaan plastik sekali pakai, maka pada kesempatan kali ini, kami memberikan fasilitas
Tumbler Khusus kepada seluruh pemakalah untuk dapat digunakan selama kegaitan dan bisa
dibawa pulang sebagai kenangan SNBI & LPBI 2020.
Buku Panduan ini merupakan panduan kegiatan SNBI dan LPBI tahun 2020 yang
berisikan informasi penting seputar kegiatan seperti Jadwal Acara, Jadwal Presentasi Pleno dan
Jadwal Presentasi Paralel. Dengan hati gembira kami harapkan semua peserta dapat mengikuti
acara demi acara penuh ketertiban, kesabaran, sehingga acara bersama ini dapat berjalan lancar
dan sukses. Akhirnya tiada gading yang tak retak. Semua kritik dan saran kami terima dengan
tangan terbuka.
Sebagai akhir kata kami mengucapkan SELMAT BERBAGI ILMU DAN
PENGALAMAN kepada seluruh Pemakalah dan Peserta. Semoga kita semua memeperoleh
pengalaman berharga dan indah untuk bisa dibawa pulang
PANITIA SNBI XII DAN LPBI II
Denpasar, 6 – 7 Februari 2020
1
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 1
SUSUNAN KEPANITIAN ....................................................................................................... 8
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................. 11
DENAH.................................................................................................................................... 13
JADWAL KEGIATAN SEMINAR NASIONAL BAHASA IBU XII DAN LOKAKARYA
PELESTARIAN BAHASA IBU II .......................................................................................... 16
Hari / Tanggal: Kamis, 6 Pebruari 2020 ..........................................................................................16
Hari / Tanggal: Jumat, 7 Pebruari 2020 ..........................................................................................18
JADWAL PRESENTASI SESI PARALEL SEMINAR NASIONAL BAHASA IBU XII .... 19 KAMIS, 6 FEBRUARI 2020 ..............................................................................................................19
SESI PARALEL 1 ........................................................................................................... 19 SESI PARALEL 2 ........................................................................................................... 23
JUMAT, 7 FEBRUARI 2020 ............................................................................................................26 SESI PARALEL 3 ........................................................................................................... 26
KUMPULAN ABSTRAK PEMAKALAH KUNCI DAN UNDANGAN ..................................... 30
Tipologi Tataurut Kata Bahasa Minangkabau: Perlukah Dokumentasi dan Revitalisasi Bahasa?
.................................................................................................................................................. 31 Jufrizal ...............................................................................................................................................31
Refleksi Bahasa Jawa Kuna dalam Budaya Bali ..................................................................... 32 Ni Ketut Ratna Erawati 1, Ketut Artawa 2 .........................................................................................32
Berjayakah Bahasa Bali di Kawasan Heritage Kota Denpasar? Sebuah Pendekatan Lanskap
Linguistik ................................................................................................................................. 33 Ketut Widya Purnawati .....................................................................................................................33
Pengenalan Istilah Budaya Lokal Melalui Penerjemahan ....................................................... 34 Ida Ayu Made Puspani ......................................................................................................................34
Local Act Global Impact in Publication .................................................................................. 35 Kundharu Saddhono ..........................................................................................................................35
Implementasi Tattwa dalam Satua: Sebuah Pemudahan Pemahaman untuk Pembangunan
Karakter.................................................................................................................................... 36 I Ketut Jirnaya ...................................................................................................................................36
Mekanisme Penelitian Bahasa Ibu ........................................................................................... 37 I Made Suastra ..................................................................................................................................37
KUMPULAN ABSTRAK PEMAKALAH PARALEL ................................................................ 38
Go’et sebagai Ungkapan Tradisional Manggarai Ditinjau dari Segi Makna dan Fungsi ........ 39 Melita Eufrasia Jewaru 1, Ida Ayu Ari Putri Kartini 2 ......................................................................39
Various Mappings of Verb ‘See’in Manado Malay Language ................................................ 40 Perzeus Don Mario Mangindaan 1, Melisa Elita Salauwe 2 .............................................................40
2
Analisis Majas Metafora dalam Novel The Giver of Stars Karya Jojo Moyes ........................ 41 Putu Anggita Novarianti 1, Laila Damayanti 2, Erna M.Manafe 3, Tang Ying Min 4........................41
Makna Verba Tindakan “Mengambil” Bahasa Indonesia: Pendekatan Natural Semantik
Metalanguage ........................................................................................................................... 42 Siti Rabiatun Nur Annisa 1, I Made Abdi Sutarmaya 2 ......................................................................42
Analisis Verba Membawa dalam Novel Perahu Kertas melalui Pendekatan Metabahasa
Semantik Alami ....................................................................................................................... 43 Ni Putu Ana Agusthini 1, I Putu Ady Andyka Putra 2 ........................................................................43
Translation Procedure from English into Indonesian in a Motivational Book Entitled “The Art
of not Giving a Fuck” .............................................................................................................. 44 Made Dwi Yuniartati 1, Luh Gede Novita Rahayu 2, Prisma Adi Prawangsa 3, Margaretha Lintar
Melati 4 ..............................................................................................................................................44
Pemanfaatan Video pada Pengajaran Kosa Kata Bahasa Bali (Studi Kasus: Siswa Kelas 3 SD
Tunas Daud) ............................................................................................................................. 45 Ketut Santi Indriani ...........................................................................................................................45
Posisi Bahasa Ibu dalam Penerjemahan ................................................................................... 46 Baharuddin ........................................................................................................................................46
The Meaning of Verb Wash in Javanese Nganjuk: A Natural Semantic Metalanguage Approach
.................................................................................................................................................. 47 Ita Fitriana ........................................................................................................................................47
Makna Metafora pada Judul Berita Media Cetak .................................................................... 48 I Gusti Ngurah Parthama, 1, Ni Ketut Alit Ida Setianingsih 2 ...........................................................48
Penggunaan Leksikon Verba “Membawa” Bahasa Bali (Kajian Linguistik Kebudayaan) ..... 49 Ida Ayu Pristina Pidada 1, Nadya Inda Syartanti 2 ...........................................................................49
Etimon PAN *manuk 'ayam' dalam Dunia Ke-siap-an di Bali ................................................ 50 I Putu Permana Mahardika ...............................................................................................................50
Pergeseran Nilai Honorifik Bahasa Taba di Maluku Utara: Perspektif Ekolinguistik ............ 51 Taib Latif ...........................................................................................................................................51
The Greetings System of Ciacia Language Batuatas Dialect: A Study of Sociopragmatics ... 52 Husni .................................................................................................................................................52
Bahasa dan Aksara Daerah di Ranah Publik Pasca-UU No 24 Th 2009: Kajian Linguistik
Forensik.................................................................................................................................... 53 I Wayan Pastika.................................................................................................................................53
Poliglot: Tantangan Menuju Kedwibahasaan Simetris ............................................................ 54 Ida Bagus Putra Yadnya....................................................................................................................54
Ideologi Penggunaan Bahasa Bali di Kelurahan Ubud ............................................................ 55 Ni Luh Sutjiati Beratha......................................................................................................................55
Pemuliaan Sawah dalam Kuttara Kaṇḍa Dewa Purana Bangsul ............................................. 56 I Ketut Eriadi Ariana 1, I Made Sukma Manggala 2, I Dewa Gde Alit Satria Wibhawa 3 ................56
Bahasa Bali: Kaitannya dengan Maksim Penerimaan dan Maksim Kerendahan Hati ............ 57 I Gusti Ayu Gde Sosiowati.................................................................................................................57
Bahasa Ibu sebagai Fondasi Pembelajaran Bahasa Kedua dalam Masyarakat Multilingual ... 58 Made Budiarsa ..................................................................................................................................58
Pengembangan Kosakata Bahasa Bali untuk Penutur yang Beranjak Modern........................ 59
3
I Nengah Sudipa ................................................................................................................................59
Interferensi Bahasa Inggris dalam Komunikasi Berbahasa Bali pada Akun Media Sosial Hai
Puja .......................................................................................................................................... 60 Ni Komang Putri Widari 1, Yohanna Venensia Bidi Lua 2, Luh Sitta Devi Wicaksana 3 ..................60
Dinamika Bahasa Tanda Luar Ruang di Lingkungan Sekolah Nasional dan Sekolah
Internasional di Wilayah Banjar Badak Sari Denpasar............................................................ 61 Made Sani Damayanthi Muliawan ....................................................................................................61
Bahasa Ibu dan Generasi Milenial di Era Revolusi Industri 4.0 : Sebuah Kajian Terhadap
Bahasa Minangkabau ............................................................................................................... 62 Oktavianus .........................................................................................................................................62
Dinamika Bahasa Bali dalam Lawakan Clekontong Mas ........................................................ 63 Putu Sandra Putri Astariani 1, Ni Ketut Putri Nila Sudewi 2, Komang Arini 3 .................................63
Cyber Satua: Transformasi Satua Bali Menyambut Revolusi Industri 4.0 .............................. 64 I Gede Gita Purnama Arsa Putra 1, Dewa Ayu Carma Citrawati 2 ..................................................64
The Translation Ideology of Idiomatic Expression in Cantik Itu Luka and in Beauty is a Wound
.................................................................................................................................................. 65 Ni Luh Putu Sisiana Dewi 1, Putu Cindy Aprilia Devi 2, Luh Gde Titah Madriyanthi Utama 3........65
Directive Speech Acts by the Character in Wonder a Novel by R.J. Palacio .......................... 66 Ni Wayan Prami Wahyudiantari .......................................................................................................66
Derivational English Suffixes Forming Nouns in The Novel Mockingjay by Suzanne Collins
.................................................................................................................................................. 67 Ade Novi Antari Putri 1, Luh Nitya Dewi Rupini 2 ............................................................................67
Fenomena Bahasa Ibu dalam Dinamika Kemultibahasaan dan Keanekabudayaan serta
Kemajuan Teknologi Digital: Kasus pada Bahasa Lokal di Pulau Nusa Penida ..................... 68 I Ketut Darma Laksana .....................................................................................................................68
Bahasa Bali Antara Idealisme, Pasar, dan Politik .................................................................... 69 I Wayan Suardiana ............................................................................................................................69
Ketidaksesuaian Ujaran dalam Percakapan Berbahasa Bali Terhadap Prinsip Kooperatif. .... 70 I Dewa Ayu Devi Maharani Santika 1, I Gusti Ayu Vina Widiadnya Putri 2 .....................................70
Morfologi Bahasa Jawa Dialek Tegal yang Berhubungan dengan Kata Ganti ....................... 71 Fahruroji ...........................................................................................................................................71
Balinese Addressing Terms on Satua Bali ............................................................................... 72 I Gusti Ayu Agung Dian Susanthi 1, Anak Agung Istri Manik Warmadewi 2, Dewa Ayu Kadek
Claria 3, I Gusti Ngurah Adi Rajistha 4 .............................................................................................72
Analisis Metabahasa Semantik Alami Verba Membawa dalam Bahasa Nias Selatan ............ 73 Dian Rahmani Putri ..........................................................................................................................73
Kesantunan Berbahasa Bali Perawat Lansia di Buleleng sebagai Wujud Pemertahanan Bahasa
Lokal ........................................................................................................................................ 74 Putu Dewi Merlyna Yuda Pramesti ...................................................................................................74
Struktur Semantik Verba Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia ‘Menangkap’:Pendekatan
Metabahasa Semantik Alami (MSA) ....................................................................................... 75 Putu Gede Suarya Natha 1, Ni Made Dian Paramitha Sari 2 ............................................................75
Translating Javanese Lexicons into English in Warung VOA Program of Jawa Timur
Television (JTV) ...................................................................................................................... 76
4
Putu Desi Anggerina Hikmaharyanti ................................................................................................76
Metonimi Spasial pada Bahasa Bali: Analisis dari Sudut Semantik dan Gramatikal .............. 77 Made Susini 1, Ni Wayan Kasni 2, Nyoman Sujaya 3 .........................................................................77
Sistem Pewarisan Bahasa Ibu: Kasus Pada Diaspora di Desa Angantiga Petang Badung
Provinsi Bali............................................................................................................................. 78 Ni Luh Nyoman Seri Malini 1, Ni Made Dhanawaty 2, Ida Bagus Putra Yadnya 3, Ni Made Wiasti 4
...........................................................................................................................................................78
Fenomena Bahasa Ibu dalam Pendekatan Marketing Komunikasi Produk Sanco dalam
Perspektif Kebangsaan ‘Sumpah Pemuda’ ............................................................................. 79 Ahmad Toni .......................................................................................................................................79
Tradisi Naur Klaci di Desa Pegunungan Bilok Sidan Kecamatan Petang Kabupaten Badung
.................................................................................................................................................. 80 Luh Putu Puspawati ..........................................................................................................................80
Pencarian Tirta Amertha dalam Cerita Adiparwa dan Dewa Ruci .......................................... 81 I Made Suastika .................................................................................................................................81
Peribahasa Bahasa Bali untuk Mengekspresikan Emosi melalui Sudut Pandang Pragmatis .. 82 Dewa Ayu Kadek Claria 1, I Nyoman Kardana 2, I Gusti Ngurah Adi Rajistha 3 .............................82
Diksi dalam Novel Terjemahan Lara Kusapa ......................................................................... 83 Putu Weddha Savitri ..........................................................................................................................83
Penggunaan Bahasa Tabu di Kota Denpasar ........................................................................... 84 I Made Astu Mahayana 1, Anak Agung Gede Suarjaya 2, Dewa Ayu Dyah Pertiwi Putri 3 ..............84
Fungsi dan Makna Pesan dalam Pepatah Bahasa Bali ............................................................. 85 I Nyoman Kardana 1, Dewa Ayu Kadek Claria 2, Made Sri Satyawati 3...........................................85
Metafora Kebahagiaan dalam Bahasa Bali .............................................................................. 86 I Made Rajeg 1, Gede Primahadi Wijaya Rajeg 2 .............................................................................86
Ambiguitas Penggunaan Sufiks –in dan –ang dalam Bahasa Bali pada Mahasiswa Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Udayana. ......................................................................................... 87 I Made Agus Atseriyawan Hadi Sutresna 1, Gde Arys Bayu Rewa 2, Dewa Ayu Marta Dewi 3 ........87
Penanganan Perkara di Desa pada Masa Kerajaan di Bali ...................................................... 88 Ida Ayu Wirasmini Sidemen ..............................................................................................................88
Tingkat Pendidikan dalam Eksistensi Bahasa Bali .................................................................. 89 Yohanes Octovianus L. Awololon 1, Komang Satria Wirasa 2, Ni Putu Eka Yani 3 ..........................89
The Use of Code Switching in Twitter .................................................................................... 90 Kadek Gangga Utara 1, Luh Gede Putri Cahyantika Ningrum 2, I Putu Ambara Putra 3 ................90
Etnolinguistik dalam Tradisi Ngaturang Pejati pada Masyarakat Hindu di Bali .................... 91 Made Sri Satyawati ...........................................................................................................................91
Contrasting the semantics of Indonesian -kan & -i verb pairs: A usage-based, constructional
approach ................................................................................................................................... 92 Gede Primahadi Wijaya Rajeg 1, I Made Rajeg 2, I Wayan Arka 3 ...................................................92
Afiks Infleksional dalam Bahasa Uab Meto: Kajian Morfologi Generatif .............................. 93 Efron E. Y Loe ...................................................................................................................................93
Pengaruh Bahasa Inggris Terhadap Pilihan Berbahasa Generasi Milenial .............................. 94 Anak Agung Sagung Shanti Sari Dewi ..............................................................................................94
5
Makna Implikatur Percakapan Tuturan Wadanan sebagai Manifestasi Melecehkan Muka dalam
Bahasa Osing ........................................................................................................................... 95 Titis Sugiyantiningtyas 1, I Wayan Ardi Sumarta 2............................................................................95
E-learning untuk Mengotimalkan Pembelajaran Bahasa Ibu ................................................... 96 I Dewa Gede Budi Utama .................................................................................................................96
Strategi dan Prosedur Penerjemahan Kata Bermuatan Budaya Bali pada Media Cetak
Berbahasa Jepang ..................................................................................................................... 97 Ladycia Sundayra ..............................................................................................................................97
Pemertahanan Bahasa Bali Melalui Tradisi Nguup di Desa Mundeh Kecamatan Kediri
Kabupaten Tabanan ................................................................................................................. 98 Gek Diah Desi Sentana .....................................................................................................................98
Puitika Pastoral dalam Teks Sajak Dongeng dari Utara Karya Made Adnyana Ole .............. 99 Puji Retno Hardiningtyas ..................................................................................................................99
Pemerolehan Bahasa Ibu: Bahasa Bali Anak Usia Dini “Pra-Sekolah” Kajian Linguistik
Sistemik Fungsional ............................................................................................................... 100 Putu Sutama 1, Maria Arina Liardini 2 ............................................................................................100
Permainan Bahasa Humor dalam Akun Selebgram Puja Astawa: Hai Banana ..................... 101 Komang Dian Puspita Candra 1, I Wayan Sidha Karya 2 ...............................................................101
Pelestarian Bahasa Daerah Bali sebagai Bahasa Ibu bagi Generasi Milenial dengan
Memanfaatkan Kemajuan Teknolgi Digital Khususnya Media Sosial .................................. 102 Komang Adi Maendra 1, Ni Made Pramestia Dewi 2 ......................................................................102
Studi Kasus Ungkapan Makian dalam Bahasa Madura oleh Pekerja Konstruksi Bangunan di
Banjar Kayumas Klod Denpasar ............................................................................................ 103 I Gusti Ayu Nila Wijayanti ..............................................................................................................103
Nomina Bahasa Bali .............................................................................................................. 104 Ni Wayan Suastini ...........................................................................................................................104
Penggunaan Bahasa Bali sebagai Bentuk Pemertahanan Bahasa Ibu pada Media Sosial
Instagram................................................................................................................................ 105 Sang Ayu Isnu Maharani .................................................................................................................105
Pelanggaran Maksim yang Terjadi dalam Percakapan Puja Astawa ..................................... 106 Ida Bagus Gde Nova Winarta 1, Kadek Apriliani 2 .........................................................................106
Verba Membersihkan dalam Bahasa Bima (Mbojo) Kajian Metabahasa Semantik Alami
(MSA) .................................................................................................................................... 107 Rabiyatul Adawiyah ........................................................................................................................107
Bahasa Iklan dalam Buku Teks Siswa Kelas VIII Kurikulum 2013 ..................................... 108 Komang Andri Sani .........................................................................................................................108
Translation: Is It Possible or Impossible? .............................................................................. 109 I Nyoman Aryawibawa ....................................................................................................................109
Explanatory Model dan Rasionalitas Medis Keluarga Orang dengan Gangguan Jiwa (OdGJ) di
Desa Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Bali ............................................................................. 110 Bambang Dharwiyanto Putro .........................................................................................................110
Struktur Logis Verba Bersufiks {−ang dan −i} Bahasa Bali Pendekatan Teori Peran dan Acuan
................................................................................................................................................ 111 I Nyoman Sedeng .............................................................................................................................111
6
Lexical Reprocity in Indonesian ............................................................................................ 112 I Nyoman Udayana ..........................................................................................................................112
Fungsi dan Peran Bahasa Figuratif dalam Karya-Karya Sastra ............................................. 113 Ni Wayan Sukarini 1, Ni Luh Ketut Mas Indrawati 2 .......................................................................113
Intensitas Konflik dalam Teks Geguritan Lunga Ka Jembrana dan Geguritan Mawali Ka
Amlapura Karya Anak Agung Istri Agung ............................................................................ 114 Tjok. Istri Agung Mulyawati R. .......................................................................................................114
Campur Kode: Dilema bagi Kelangsungan Hidup Bahasa Bali ............................................ 115 Ni Made Dhanawaty ........................................................................................................................115
Praktik Pendisplinan Bahasa Ibu Melalui Bahasa Belanda: Pendekakatn Poststrukturalis dalam
Sejarah Kebahasaan di Bali ................................................................................................... 116 I Nyoman Wijaya .............................................................................................................................116
Bahasa Melayu dalam Naskah Ulu Desa Ujanmas Lama ...................................................... 117 Wahyu Rizky Andhifani 1, Ni Ketut Puji Astiti Laksmi 2 ..................................................................117
Pemberdayaan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen Mayonyo Karya Suwita Utami: Kajian
Ekologi Sastra ........................................................................................................................ 118 Ni Nyoman Tanjung Turaeni ...........................................................................................................118
Imaji Kepahlawanan dan Lingkungan dalam Cerita Anak Mutiara Tanah Aron .................. 119 Ni Putu Ekatini Negari ....................................................................................................................119
Kemampuan Menulis Bahasa Bali Dengan Menerapkan Prinsip-Prinsip Penilaian ............. 120 Sang Ayu Putu Eny Parwati ............................................................................................................120
Model Pembelajaran Sastra Bali untuk Sekolah Dasar: Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan
................................................................................................................................................ 121 I Wayan Nitayadnya ........................................................................................................................121
Nilai Pendidikan Karakter Kearifan Lokal Tembang Bali .................................................... 122 Ni Wayan Aryani .............................................................................................................................122
Negara Islam, Islam Nusantara dalam Wacana Visi Misi Capres 2019: Kajian Postmodren123 Kholid ..............................................................................................................................................123
Linguistic Landscapes: Representation of Balinese Letters in Government Building (A Case
Study in Gianyar City, Bali) .................................................................................................. 124 I Wayan Mulyawan 1, Sang Ayu Isnu Maharani 2, I Gede Budiasa 3 ..............................................124
Makna Idiomatis Ungkapan “Mentul-Menceng Mentul-Menceng, Glendang-Glendong
Glendang-Glendong” Dalam Tradisi Mabuug-Buugan Masyarakat Kedonganan-Badung .. 125 Ida Bagus Rai Putra 1, Ida Ayu Putu Aridawati 2 ...........................................................................125
Pemertahanan Bahasa Kaili di Era Milenial melalui Bingkai Sastra ..................................... 126 Yunidar 1, Ulinsa 2 ...........................................................................................................................126
Peggunaan Ungkapan Traditional Bahasa Tae’ dalam Proses Pembelajaran sebagai Wujud
Pemertahanan Bahasa Ibu di Sekolah Dasar Kabupaten Luwu Utara .................................. 127 Sitti Harisah 1, Ulinsa 2 ...................................................................................................................127
Konteks Tuturan Pada Video Humor ‘Turis Apa Turus?” .................................................... 128 Ni Made Ayu Widiastuti ..................................................................................................................128
Sinergi Antara Industri Kreatif dan Ekonomi Kreatif pada Perajin Bambu dalam Mengatasi
Pengangguran di Bali ............................................................................................................. 129 Ketut Darmana ................................................................................................................................129
7
Sikap Bahasa Penulis dalam Artikel Jurnal Ilmiah ................................................................ 130 Yana Qomariana .............................................................................................................................130
Balinese in Public Spaces in The Context of Tradition and Globalization: A Lingustic
Landscapes Study in Kuta Village ......................................................................................... 131 I Wayan Mulyawan 1, Ketut Artawa 2 ..............................................................................................131
Ragam Bahasa Tulis dalam Komunikasi Antara Dosen dan Mahasiswa di Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Udayana ................................................................................................. 132 Ni Ketut Sri Rahayuni......................................................................................................................132
Konflik Sosial dan Resolusinya pada Komunitas Bugis di Pulau Serangan Kota Denpasar. 133 A.A. Ngurah Anom Kumbara 1, Mayske Rinny Liando 2, Ida Bagus Gde Putra 3 ...........................133
Bahasa Figuratif, Nilai Budaya dan Nilai Moral dalam Wayang Cenk Blonk ...................... 134 N.K. Dewi Yulianti...........................................................................................................................134
8
SUSUNAN KEPANITIAN
9
10
11
DAFTAR ISTILAH
1) Pemakalah dan Peserta
Pemakalah dan peserta SNBI XII dan LPBI ini adalah semua mahasiswa/karyasiswa
Prodi Magister (S2) dan Doktor (S3) Linguistik FIB Universitas Udayana, para dosen, para
guru, jurnalis, sarjana atau diploma kebahasaan dan kebudayaan umumnya, pecinta Bahasa
Ibu, pemerhati dan peneliti bahasa lokal serta khalayak umum. Untuk kegiatan tahun ini, diikuti
oleh 142 Pemakalah SNBI dalam 131 paper, dengan pilihan luaran Prosiding Nasional
sebanyak 48 paper dan Prosiding Scopus 18 paper. Sedangkan untuk LPBI diikuti oleh 60
peserta.
2) Diskusi Pleno
Terdapat tiga diskusi pleno yang diisi oleh pemakalah kunci, pemakalah utama dan
pemakalah undangan. Pertama disampaikan oleh pemakalah kunci usai acara pembukaan yang
dikuti oleh pleno pemakalah utama. Selanjutnya pleno pemakalah undangan yang dibagi ke
dalam dua kesempatan terpisah, pada hari Kamis dan Jumat. Semua peserta SNBI XII maupun
LPBI II mendapatkan kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam presentasi, diskusi, dan tanya
jawab pada sidang pleno. Peserta lokakarya mendapat kesempatan mempresentasikan
makalahnya pada hari kedua.
3) Diskusi Pararel
Terdapat 3 (tiga) sesi diskusi pararel, yang terdiri atas 2 (dua) diskusi pararel pada hari
pertama dan 1 (satu) diskusi pararel pada hari kedua. Masing-masing sesi terdiri atas 6 makalah
di setiap ruangan. Peserta dibebaskan mengikuti salah satu diskusi pararel dengan tetap
memperhatikan kapasitas ruangan.
4) Alokasi Waktu Presentasi
Pada sesi pleno, alokasi waktu untuk pemakalah masing-masing 30 menit untuk
presentasi dan diskusi yang disepakati antara pemakalah dan moderator. Pada sesi pararel para
pemakalah memiliki kesempatan untuk presentasi dan diskusi selama 15 menit.
5) Perlengkapan SNBI XII dan LPBI II
Semua peserta yang terdaftar dan telah melakukan registrasi ulang akan mendapatkan
perlengkapan seminar kit yang terdiri atas tas, alat tulis, buku catatan (blocknote), tempat air
(Tumbler) dan kupon konsumsi. Kuitansi pembayaran wajib diserahkan saat registrasi.
6) Kudapan dan Makan Siang
Semua peserta yang terdaftar dan telah melakukan registrasi ulang akan mendapatkan
kudapan dan makan siang.
7) Telepon Seluler
Dimohon kepada para peserta seminar dan lokakarya untuk tidak mengaktifkan telepon
selulernya atau mengaktifkan dengan nada getar. Peserta yang terpaksa menggunakan telepon,
dipersilahkan meninggalkan ruangan untuk sementara waktu.
8) Sertifikat
Seluruh peserta seminar dan peserta lokakarya yang terdaftar akan mendapat piagam
penghargaan. Nama pada piagam disesuaikan dengan nama pada berkas pendaftaran / abstrak
tanpa menggunakan gelar. Piagam dibagikan pada hari kedua, setelah penutupan.
9) Lembar Notulensi
12
Pemakalah akan mendapatkan lembar notulensi pada saat presentasi. Setiap Pemakalah
diwajibkan untuk menuliskan pertanyaan dan jawaban atas diskusi yang berlangsung pada
saaat yang bersangkutan mendapat giliran presentasi. Data ini akan dipergunakan sebagai
portofolio kegiatan presentasi yang akan di unggah sebagai daftra lampiran Prosiding,
10) Lembar Evaluasi
Peserta akan mendapatkan lembar evaluasi untuk diisi dan diserahkan kembali kepada
panitia di meja pendaftaran, sebelum mengambil piagam pada hari kedua.
11) E-Prosiding
E-Prosiding Nasional akan diterbitkan paling lambat bulan April 2020 secara daring
(online) pada laman UCS SNBI. Prosiding tahun ini akan memuat Paper lengkap pemakalah
yang memesan dan portofolio notulensi presentasi pemakalah.
E-Prosiding terindek Scopus akan diterbitkan secara daring (online) oleh Publisher
EUDL (European Union Digital Library) dalam laman UCS SNBI setelah semua pemakalah
mengumpulkan hasil revisi paper sesaui dengan persyaratan pihak penerbit.
12) Lain-Lain
Hal-hal yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada panitia.
13
DENAH
Lantai 1 (denah ruang goris)
Lantai 2
14
Lantai 3
Lantai 4
15
Lantai 4
Gedung Poerbatjaraka
16
JADWAL KEGIATAN
SEMINAR NASIONAL BAHASA IBU XII
DAN LOKAKARYA PELESTARIAN BAHASA IBU II
Hari / Tanggal: Kamis, 6 Pebruari 2020
Waktu Acara Keterangan
07.30 – 08.30 Registrasi Peserta Panitia 08.30 – 09.15 Pembukaan Acara
- Pembukaan (MC)
- Lagu Indonesia Raya (MC)
- Doa (Panitia)
- Tari Pembukaan
- Laporan Ketua Panitia
- Sambutan Dekan FIB
- Sambutan Rektor Unud dan sekaligus membuka Acara
- Pemukulan Gong oleh Rektor Unud di dampingi Dekan,
Walikota, Kepala Badan Bahasa Jakarta, Kepala Bahasa
Bali, dan Ketua Panitia
Panitia
09.15 – 09.45 Penandatanganan MoU dan PKS : − MoU antara Rektor Unud dengan Kepala Badan Bahasa Jakarta
− PKS antara Dekan FIB dengan Ketua Balai Bahasa Bali dan terkait
kegiatan LPBI sebagai kegiatan rutin tahunan.
Panitia
17
Waktu Acara Keterangan − PKS antara Dekan FIB dengan Dinas Kebudayaan Kodya
Denpasar terkait pelaksanaan SNBI yang direncanakan akan
dimasukkan sebagai bagian renja HUT Kota Denpasar setiap
tahunnya.
09.45 – 10.45 Pembicara Kunci Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Walikota Denpasar)
10.45 – 11.00 Kudapan Panitia 11.00 – 12.00 Pembicara Utama 1. Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum (Kepala
Badan Bahasa Jakarta)
2. Prof. Dr. Jufrizal, M.Hum. (Universitas
Negeri Padang)
12.00 – 13.00 Pembicara Undangan 1. Dr. Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum
(Universitas Udayana) 2. Dr. I Ketut Jirnaya, M.S. (Universitas
Udayana) 13.00 – 14.00 Makan Siang Panitia
14.00 – 15.30 Sesi Paralel 1 Panitia dan Pemakalah
Sesi LPBI 1. Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D.
(Universitas Udayana)
2. Dr. Drs. Putu Sutama, M.S (Universitas
Udayana)
15.30 – 15.45 Kudapan Siang Panitia
15.45 – 17.15 1) Sesi Paralel 2 Panitia
2) Sesi LPBI 1. Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D. (Univesritas Udayana)
2. Dr. Drs. Putu Sutama, M.S (Universitas
Udayana)
18
Hari / Tanggal: Jumat, 7 Pebruari 2020
Waktu Acara Keterangan
07.30 – 08.30 Registrasi Peserta Panitia
08.30 – 09.30 Pembicara Undangan 1. Dr. Dra. Ida Ayu Made Puspani,
M.Hum.
(Universitas Udayana) 2. Dr. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum.
(Universitas Udayana) 09.30 – 09.45 Kudapan Panitia
09.45 – 11.15 Sesi Paralel 3 Panitia dan Pemakalah
11.15 – 13.00 Makan Siang Panitia
13.00 – 15.00 Pembicara Undangan Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum. (Universitas Negeri Solo)
15.00 – 15.15 Kudapan Panitia 15.15 – 15.45 Penutupan Panitia
19
JADWAL PRESENTASI SESI PARALEL
SEMINAR NASIONAL BAHASA IBU XII
KAMIS, 6 FEBRUARI 2020
SESI PARALEL 1
Pukul 14.00 – 15.30 WITA
Nama Judul Makalah Room Moderator
NI WAYAN SUKARINI; NI
LUH KETUT MAS
INDRAWATI
FUNGSI DAN PERAN BAHASA FIGURATIF DALAM KARYA-
KARYA SASTRA R1
NI WAYAN SUKARINI
NI LUH SUTJIATI
BERATHA
IDEOLOGI PENGGUNAAN BAHASA BALI DI KELURAHAN
UBUD R1
I MADE RAJEG METAFORA KEBAHAGIAAN DALAM BAHASA BALI R1
I GUSTI AYU NILA
WIJAYANTI
ANALISIS UNGKAPAN MAKIAN DALAM BAHASA MADURA
PADA PEKERJA KONSTRUKSI BANGUNAN DI BANJAR
KAYUMAS DENPASAR: STUDI KASUS
R1
Nama Judul Makalah Room Moderator
MADE SRI SATYAWATI ETNOLINGUISTIK DALAM TRADISI NGATURANG PEJATI
PADA MASYARAKAT HINDU DI BALI R2
LUH PUTU PUSPAWATI
LUH PUTU PUSPAWATI TRADISI NAUR KLACI DI DESA PEGUNUNGAN BILOK SIDAN
KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG R2
I MADE SUASTIKA PENCARIAN TIRTA AMERTHA DALAM CERITA ADIPARWA
DAN DEWA RUCI R2
I NYOMAN KARDANA;
DEWA AYU KADEK
CLARIA; MADE SRI
SATYAWATI
FUNGSI DAN MAKNA PESAN DALAM PEPATAH BAHASA
BALI. R2
20
Nama Judul Makalah Room Moderator
I GUSTI NGURAH
PARTHAMA MAKNA METAFORA PADA JUDUL BERITA MEDIA CETAK R2
Nama Judul Makalah Room Moderator
KETUT SANTI INDRIANI
PEMANFAATAN VIDEO PADA PENGAJARAN KOSA KATA
BAHASA BALI (STUDI KASUS: SISWA KELAS 3 SD TUNAS
DAUD)
R3
OKTAVIANUS
MADE SANI
DAMAYANTHI
MULIAWAN
DINAMIKA BAHASA TANDA LUAR RUANG DI LINGKUNGAN
SEKOLAH NASIONAL DAN SEKOLAH INTERNASIONAL DI
WILAYAH BANJAR BADAK SARI DENPASAR
R3
OKTAVIANUS
BAHASA IBU DAN GENERASI MILENIAL DI ERA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0: SEBUAH KAJIAN TERHADAP BAHASA
MINANGKABAU
R3
I GEDE GITA PURNAMA
ARSA PUTRA
CYBER SATUA; TRANSFORMASI SATUA BALI MENYAMBUT
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 R3
NI NYOMAN TANJUNG
TURAENI
PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN DALAM KUMPULAN CERPEN
MAYONYO KARYA SUWITA UTAMI: KAJIAN EKOLOGI
SASTRA
R3
NI WAYAN ARYANI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER KEARIFAN LOKAL TEMBANG
BALI R3
Nama Judul Makalah Room Moderator
I NENGAH SUDIPA PENGEMBANGKAN KOSAKATA BAHASA BALI UNTUK
PENUTUR YANG BERANJAK MODERN R4
SANG AYU PUTU ENY
PARWATI
MOH. YUSRIL
HERMANSYA; DEWI
AYUNINGTYAS
KAJIAN PSIKOLINGUISTIK: PEMEROLEHAN FONEM BAHASA
INDONESIA PADA ANAK USIA 4 TAHUN (STUDI KASUS PADA
RAFA)
R4
NI KETUT SRI
RAHAYUNI
RAGAM BAHASA TULIS DALAM KOMUNIKASI ANTARA
DOSEN DAN MAHASISWA DI FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
R4
21
Nama Judul Makalah Room Moderator
KOMANG ANDRI SANI BAHASA IKLAN DALAM BUKU TEKS SISWA KELAS VIII
KURIKULUM 2013 R4
SANG AYU PUTU ENY
PARWATI
KEMAMPUAN MENULIS BAHASA BALI DENGAN
MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN R4
I WAYAN NITAYADNYA MODEL PEMBELAJARAN SASTRA BALI UNTUK SEKOLAH
DASAR: INOVATIF, KREATIF, DAN MENYENANGKAN R4
Nama Judul Makalah Room Moderator
I WAYAN PASTIKA BAHASA DAN AKSARA DAERAH DI RANAH PUBLIK PASCA-UU
NO 24 TH 2009: KAJIAN LINGUISTIK FORENSIK R5
I WAYAN SUARDIANA
I WAYAN SUARDIANA BAHASA BALI ANTARA IDEALISME, PASAR, DAN POLITIK R5
PUJI RETNO
HARDININGTYAS
PUITIKA PASTORAL DALAM TEKS SAJAK DONGENG DARI
UTARA KARYA MADE ADNYANA OLE R5
TJOK. ISTRI AGUNG
MULYAWATI R.
INTENSITAS KONFLIK DALAM TEKS GEGURITAN LUNGA KA
JEMBRANA DAN GEGURITAN MAWALI KA AMLAPURA
KARYA ANAK AGUNG ISTRI AGUNG
R5
NI PUTU EKATINI
NEGARI
IMAJI KEPAHLAWANAN DAN LINGKUNGAN DALAM CERITA
ANAK MUTIARA TANAH ARON R5
Nama Judul Makalah Room Moderator
AHMAD TONI
FENOMENA BAHASA IBU DALAM PENDEKATAN MARKETING
KOMUNIKASI PRODUK SANCO DALAM PERSPEKTIF KEBANGSAAN ‘SUMPAH PEMUDA’
R6
I MADE ASTU MAHAYANA
DEWA AYU KADEK
CLARIA; I NYOMAN
KARDANA; I GUSTI
NGURAH ADI RAJISTHA
PERIBAHASA BAHASA BALI UNTUK MENGEKSPRESIKAN
EMOSI MELALUI SUDUT PANDANG PRAGMATIS R6
I MADE ASTU
MAHAYANA; ANAK
AGUNG GEDE
PENGGUNAAN BAHASA TABU DI KOTA DENPASAR R6
22
Nama Judul Makalah Room Moderator
SUARJAYA; DEWA AYU
DYAH PERTIWI PUTRI
I WAYAN MULYAWAN;
KETUT ARTAWA
BALINESE IN PUBLIC SPACES IN THE CONTEXT OF TRADITION
AND GLOBALIZATION (A LINGUISTIC LANDSCAPES STUDY IN
KUTA VILLAGE
R6
IDA BAGUS PUTRA
YADNYA
POLIGLOT: TANTANGAN MENUJU KEDWIBAHAS AAN
SIMETRIS R6
A.A NGURAH ANOM
KUMBARA; MAYSKE
RINNY LIANDO; IDA
BAGUS GDE PUTRA
KONFLIK SOSIAL DAN RESOLUSINYA PADA KOMUNITAS
BUGIS DI PULAU SERANGAN KOTA DENPASAR R6
23
SESI PARALEL 2
Pukul 15.45 – 17.15 WITA
Nama Judul Makalah Room Moderator
I GUSTI AYU GDE SOSIOWATI BAHASA BALI: KAITANNYA DENGAN MAKSIM
PENERIMAAN DAN MAKSIM KERENDAHAN HATI R1
I GUSTI AYU GDE SOSIOWATI
NI WAYAN PRAMI
WAHYUDIANTARI
DIRECTIVE SPEECH ACTS BY THE CHARACTER IN
WONDER A NOVEL BY R.J. PALACIO R1
I DEWA AYU DEVI
MAHARANI SANTIKA; I GUSTI
AYU VINA WIDIADNYA PUTRI
KETIDAKSESUAIAN UJARAN DALAM PERCAKAPAN
BERBAHASA BALI TERHADAP PRINSIP KOOPERATIF R1
KOMANG DIAN PUSPITA
CANDRA; I WAYAN SIDHA
KARYA
PERMAINAN BAHASA HUMOR DALAM AKUN
SELEBGRAM PUJA ASTAWA: HAI BANANA R1
IDA BAGUS GDE NOVA
WINARTA; KADEK APRILIANI
PELANGGARAN MAKSIM YANG TERJADI DALAM
PERCAKAPAN PUJA ASTAWA R1
Nama Judul Makalah Room Moderator
IDA BAGUS RAI PUTRA; IDA
AYU PUTU ARIDAWATI
MAKNA IDIOMATIS UNGKAPAN “MENTUL-MENCENG
MENTUL-MENCENG, GLENDANG-GLENDONG
GLENDANG-GLENDONG”
DALAM TRADISI MABUUG-BUUGAN MASYARAKAR
KEDONGANAN-BADUNG
R2
I NYOMAN WIJAYA
IDA AYU WIRASMINI
SIDEMEN
PENANGANAN PERKARA DI DESA PADA MASA
KERAJAAN DI BALI R2
I WAYAN MULYAWAN; SANG
AYU ISNU MAHARANI; I
GEDE BUDIASA
LINGUISTIC LANDSCAPES:
REPRESENTATION OF BALINESE LETTERS IN
GOVERNMENT BUILDING
(A CASE STUDY IN GIANYAR CITY, BALI)
R2
I NYOMAN WIJAYA KONTAMINASI BAHASA IBU DI BALI ZAMAN KOLONIAL
BELANDA R2
24
Nama Judul Makalah Room Moderator
I NYOMAN WARDI EKOLOGI BAHASA SUBAK DI KAWASAN WORLD
CULTURE HERITAGE CATUR ANGGA BATUKARU DI BALI R2
NI KETUT PUJI ASTITI
LAKSMI; WAHYU RIZKY
ADHIFANI
BAHASA MELAYU DALAM PRASASTI DAN NASKAH
BERAKSARU ULU DI SUMATERA SELATAN R2
Nama Judul Makalah Room Moderator
FAHRUROJI MORFOLOGI BAHASA JAWA DIALEK TEGAL YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KATA GANTI R3
NI WAYAN SUASTINI
GEDE PRIMAHADI WIJAYA
RAJEG; I MADE RAJEG; I
WAYAN ARKA
CONTRASTING THE SEMANTICS OF INDONESIAN -KAN
AND -I VERB PAIRS: A USAGE-BASED, CONSTRUCTIONAL
APPROACH
R3
NI WAYAN SUASTINI NOMINA BAHASA BALI R3
I NYOMAN SEDENG STRUKTUR LOGIS VERBA BERSUFIKS {−ANG DAN −I}
BAHASA BALI PENDEKATAN TEORI PERAN DAN ACUAN R3
I NYOMAN UDAYANA LEXICAL REPROCITY IN INDONESIAN R3
Nama Judul Makalah Room Moderator
PUTU DESI ANGGERINA
HIKMAHARYANTI
TRANSLATING JAVANESE LEXICONS INTO ENGLISH IN
WARUNG VOA PROGRAM OF JAWA TIMUR TELEVISION
(JTV)
R4
ANAK AGUNG SAGUNG
SHANTI SARI DEWI
PUTU WEDDHA SAVITRI DIKSI DALAM NOVEL TERJEMAHAN LARA KUSAPA R4
ANAK AGUNG SAGUNG
SHANTI SARI DEWI
PENGARUH BAHASA INGGRIS TERHADAP PILIHAN
BERBAHASA GENERASI MILENIAL R4
LADYCIA SUNDAYRA
STRATEGI DAN PROSEDUR PENERJEMAHAN KATA
BERMUATAN BUDAYA BALI PADA MEDIA CETAK
BERBAHASA JEPANG
R4
I NYOMAN ARYAWIBAWA TRANSLATION: IS IT POSSIBLE OR IMPOSSIBLE? R4
NI MADE DHANAWATY CAMPUR KODE: DILEMA BAGI KELANGSUNGAN HIDUP
BAHASA BALI R4
25
Nama Judul Makalah Room Moderator
I KETUT DARMA LAKSANA
FENOMENA BAHASA IBU DALAM DINAMIKA
KEMULTIBAHASAAN DAN KEANEKABUDAYAAN SERTA
KEMAJUAN TEKNOLOGI DIGITAL: KASUS PADA BAHASA
LOKAL DI PULAU NUSA PENIDA
R5
DIAN RAHMANI PUTRI
DIAN RAHMANI PUTRI ANALISIS METABAHASA SEMANTIK ALAMI VERBA
MEMBAWA DALAM BAHASA NIAS SELATAN R5
PUTU DEWI MERLYNA YUDA
PRAMESTI
KESANTUNAN BERBAHASA BALI PERAWAT LANSIA DI
BULELENG SEBAGAI WUJUD PEMERTAHANAN BAHASA
LOKAL
R5
SANG AYU ISNU MAHARANI
PENGGUNAAN BAHASA BALI SEBAGAI BENTUK
PEMERTAHANAN BAHASA PADA MEDIA SOSIAL
R5
Nama Judul Makalah Room Moderator
BAMBANG DHARWIYANTO
PUTRO
EXPLANATORY MODEL DAN RASIONALITAS MEDIS
KELUARGA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ)
DI DESA BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR, BALI
R6
NI MADE AYU WIDIASTUTI
YANA QOMARIANA SIKAP BAHASA PENULIS DALAM ARTIKEL JURNAL
ILMIAH R6
NI MADE AYU WIDIASTUTI KONTEKS TUTURAN PADA VIDEO HUMOR “TURIS APA
TURUS?” R6
TAIB LATIF PERGESERAN NILAI HONORIFIK BAHASA TABA DI
MALUKU UTARA
(PERSPEKTIF EKOLINGUISTIK)
R6
N.K. DEWI YULIANTI BAHASA FIGURATIF, NILAI BUDAYA DAN NILAI MORAL
DALAM WAYANG CENK BLONK R6
26
JUMAT, 7 FEBRUARI 2020
SESI PARALEL 3
Pukul 09.45 – 11.15 WITA
Nama Judul Room Moderator
PERZEUS DON MARIO
MANGINDAAN; MELISA
ELITA SALAUWE
VARIOUS MAPPINGS OF VERB ‘SEE’ IN MANADO MALAY
LANGUAGE
R1 ITA FITRIANA
I MADE ABDI SUTARMAYA;
SITI RABIATUN NUR ANNISA
MAKNA VERBA TINDAKAN "MENGAMBIL" BAHASA
INDONESIA: PENDEKATAN NATURAL SEMANTIK
METALANGUAGE
R1
I PUTU ADY ANDYKA PUTRA;
NI PUTU ANA AGUSTHINI
ANALISIS VERBA MEMBAWA DALAM NOVEL PERAHU
KERTAS MELALUI PENDEKATAN METABAHASA
SEMANTIK ALAMI
R1
ITA FITRIANA MAKNA MENCUCI DALAM BAHASA JAWA DIALEK
NGANJUK PENDEKATAN METABAHASA SEMANTIK
ALAMI
R1
NI MADE DIAN PARAMITHA
SARI; PUTU GEDE SUARYA
NATHA
STRUKTUR SEMANTIK VERBA BAHASA BALI DAN
BAHASA INDONESIA ‘MENANGKAP’: PENDEKATAN
METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)
R1
RABIYATUL ADAWIYAH VERBA MEMBERSIHKAN DALAM BAHASA BIMA (MBOJO)
KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)
R1
Nama Judul Room Moderator
MELITA EUFRASIA JEWARU;
IDA AYU ARI PUTRI KARTINI
GO'ET SEBAGAI UNGKAPAN TRADISIONAL MANGGARAI
DITINJAU DARI SEGI MAKNA DAN FUNGSI
R2 IDA AYU PRISTINA PIDADA
IDA AYU PRISTINA PIDADA;
NADYA INDA SYARTANTI
PENGGUNAAN LEKSIKON VERBA "MEMBAWA" BAHASA
BALI (KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN)
R2
I MADE SUKMA MANGGALA;
I KETUT ERIADI ARIANA; I
PEMULIAAN SAWAH DALAM KUTTARA KANDA DEWA
PURANA BANGSUL
R2
27
Nama Judul Room Moderator
DEWA GDE ALIT SATRIA
WIBHAWA
PUTU SANDRA PUTRI
ASTARIANI; NI KETUT PUTRI
NILA SUDEWI; NI KOMANG
ARINI
DINAMIKA BAHASA BALI DALAM LAWAKAN
CLEKONTONG MAS
R2
KHOLID NEGARA ISLAM, ISLAM NUSANTARA DALAM WACANA
VISI MISI CAPRES 2019: KAJIAN POSTMODREN
R2
Nama Judul Room Moderator
PUTU ANGGITA NOVARIANTI;
LAILA DAMAYANTI; ERNA M.
MANAFE; TANG YING MIN
ANALISIS MAJAS METAFORA DALAM NOVEL THE GIVER
OF STARS KARYA JOJO MOYES
R3 EFRON ERWIN YOHANIS
LOE
HUSNI THE GREETINGS SYSTEM OF CIACIA LANGUAGE
BATUATAS DIALECT ( A STUDY OF SOCIOPRAGMATICS)
R3
LUH NITYA DEWI RUPINI;
ADE NOVI ANTARI PUTRI
DERIVATIONAL ENGLISH SUFFIXES FORMING NOUNS IN
THE NOVEL “MOCKINGJAY” BY SUZANNE COLLINS
R3
I MADE AGUS ATSERIYAWAN
HADI SUTRESNA; GDE ARYS
BAYU REWA; DEWA AYU
MARTA DEWI
AMBIGUITAS PENGGUNAAN SUFIKS –IN DAN –ANG
DALAM BAHASA BALI PADA MAHASISWA FAKULTAS
ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA
R3
EFRON ERWIN YOHANIS LOE AFIKS INFLEKSIONAL DALAM BAHASA UAB METO:
PENDEKATAN MORFOLOGI GENERATIF
R3
TITIS SUGIYANTININGTYAS; I
WAYAN ARDI SUMARTA
MAKNA IMPLIKATUR PERCAKAPAN TUTURAN
WADANAN SEBAGAI MANIFESTASI MELECEHKAN MUKA DALAM BAHASA OSING
R3
28
Nama Judul Room Moderator
MADE DWI YUNIARTATI;
LUH GEDE NOVITA RAHAYU;
PRISMA ADI PRAWANGSA;
MARGARETHA LINTAR
MELATI
TRANSLATION PROCEDURE FROM ENGLISH INTO
INDONESIAN IN A MOTIVATIONAL BOOK ENTITLED “THE
ART OF NOT GIVING A FUCK”
R4 BAHARUDDIN
BAHARUDDIN POSISI BAHASA IBU DALAM PENERJEMAHAN R4
NI KOMANG PUTRI WIDARI;
YOHANNA VENENSIA BIDI
LUA; LUH SITTA DEVI
WICAKSANA
INTERFERENSI BAHASA INGGRIS DALAM KOMUNIKASI
BERBAHASA BALI PADA AKUN MEDIA SOSIAL HAI PUJA
R4
NI LUH PUTU SISIANA DEWI;
PUTU CINDY APRILIA DEVI;
LUH GDE TITAH
MADRIYANTHI UTAMA
THE TRANSLATION IDEOLOGY OF IDIOMATIC EXPRESSION
IN CANTIK ITU LUKA AND IN BEAUTY IS A WOUND
R4
I PUTU AMBARA PUTRA;
KADEK GANGGA UTARA;
LUH PUTU GEDE PUTRI
CAHYANTIKA NINGRUM
ANALYSIS THE USE OF CODE SWITCHING IN TWITTER R4
NI MADE PRAMESTIA DEWI;
KOMANG ADI MAENDRA
PELESTARIAN BAHASA DAERAH BALI SEBAGAI BAHASA
IBU BAGI GENERASI MILENIAL DENGAN MEMANFAATKAN
KEMAJUAN TEKNOLGI DIGITAL KHUSUSNYA MEDIA
SOSIAL
R4
Nama Judul Room Moderator
I PUTU PERMANA
MAHARDIKA
ETIMON PAN *MANUK 'AYAM' DALAM DUNIA KE-SIAP-AN
DI BALI
R5 I DEWA GEDE BUDI UTAMA
MADE BUDIARSA BAHASA IBU SEBAGAI FONDASI PEMBELAJARAN BAHASA
KEDUA DALAM MASYARAKAT MULTILINGUAL
R5
NI LUH NYOMAN SERI
MALINI
SISTEM PEWARISAN BAHASA IBU : KASUS PADA
DIASPORA DI DESA ANGANTIGA PETANG BADUNG
PROVINSI BALI
R5
29
Nama Judul Room Moderator
YOHANES OCTOVIANUS L.
AWOLOLON; KOMANG
SATRIA WIRASA; NI PUTU
EKA YANI
TINGKAT PENDIDIKAN DALAM EKSISTENSI BAHASA BALI R5
I DEWA GEDE BUDI UTAMA E-LEARNING UNTUK MENGOPTIMALKAN
PEMBELAJARAN BAHASA IBU
R5
GEK DIAH DESI SENTANA PEMERTAHANAN BAHASA BALI MELALUI TRADISI NGUUP
DI DESA ADAT MUNDEH KECAMATAN KEDIRI
KABUPATEN TABANAN
R5
Nama Judul Room Moderator
YUNIDAR; ULINSA PEMERTAHANAN BAHASA KAILI ERA MILENIAL MELALUI
BINGKAI SASTRA
R6 ULINSA
SITTI HARISAH; ULINSA INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA IBU DALAM
KESUSASTRAAN DI ERA TEKNOLOGI DIGITAL
R6
PUTU SUTAMA; MARIA
ARINA LIARDINI
PEMEROLEHAN BAHASA IBU: BAHASA BALI ANAK USIA
"PRA-SEKOLAH" KAJIAN LINGUISTIK
SISTEMIK FUNGSIONAL
R6
I KETUT DARMANA SINERGI ANTARA INDUSTRI KREATIF DAN EKONOMI
KREATIF DALAM MENGATASI PENGANGGURAN DI BALI
R6
MADE SUSINI; NI WAYAN
KASNI; NYOMAN SUJAYA
METONIMI SPASIAL PADA BAHASA BALI: ANALISIS DARI
SUDUT SEMANTIK DAN GRAMATIKAL
R6
I GUSTI AYU AGUNG DIAN
SUSANTHI; A. A. ISTRI MANIK
WAMADEWI
BALINESE ADDRESSING TERMS ON SATUA BALI R6
30
KUMPULAN ABSTRAK PEMAKALAH KUNCI DAN UNDANGAN
31
Tipologi Tataurut Kata Bahasa Minangkabau: Perlukah
Dokumentasi dan Revitalisasi Bahasa?
Jufrizal
Fakultas Bahasa dan Seni Univesitas Negeri Padang
Abstrak
Penentuan tipologi tataurut kata untuk satu bahasa melalui uji tipologis – kelaziman muncul,
kebermarkahan, dan kenetralan konteks-pragmatik – tidak selalu dapat dihandalkan karena ada
faktor lain yang perlu diperhatikan, yaitu intuisi kebahasaan penutur asli dan perubahan bahasa.
Penentuan tipologi tataurut kata untuk bahasa-bahasa tertentu “agak” lebih mudah dilakukan
melalui uji tipologis dibandingkan dengan bahasa-bahasa jenis lainnya. Sejarah perubahan
bahasa tidak dapat pula dihindari dalam penentuan tipologi tataurut kata satu bahasa. Hasil
penelitian tipologis BM terdahulu menunjukkan bahwa ada tiga pola tataurut kata yang lazim
dalam pemakaian bahasa sehari-hari, yaitu S-V-O, V-O-S, dan O-S-V. Pertanyaan yang gayut
dengan kenyataan ini adalah: (i) apakah bahasa Minangkabau mempunyai tiga tipologi
tataurut kata?; (ii) apakah ketiga pola tipologi tataurut kata itu mempunyai tingkat keasalian
(keberterimaan) yang sama?; dan (iii) apakah data dari dokumentasi dan revitalisasi bahasa
diperlukan untuk tipologi tataurut kata tersebut? Makalah yang dikembang-lanjutkan dari
sebagian hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2019 dan telaah awal dari penelitian yang
dilakukan tahun 2020 ini berusaha manjawab tiga pertanyaan tersebut. Untuk menjawab tiga
pertanyaan tersebut, tiga bentuk uji tipologis tataurut kata “tidak cukup kuat” digunakan. Oleh
kerenanya, intuisi kebahasa penutur asli dan tipologi diakronis diperlukan. Dua bentuk
pertimbangan terakhir ini lah yang memerlukan data dokumentasi dan revitalisasi bahasa.
Kata kunci: tipologi tataurut kata, uji tipologis, intuisi kebahasaan, dokumentasi bahasa,
revitalisasi bahasa
32
Refleksi Bahasa Jawa Kuna dalam Budaya Bali
Ni Ketut Ratna Erawati 1, Ketut Artawa 2
FIB Universitas Udayana 1,2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Secara historis, bahasa Jawa Kuna merupakan bahasa daerah yang dapat menyatukan daerah-
daerah kecil di Nusantara. Bahasa Jawa Kuna berkembang pesat dari abad ke-9 sampai abad
ke-15 ketika masa kejayaan Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Ekspansi Hayam Wuruk ke Bali menyebabkan Bali berkembang dua aliran, jawanisasi dan
balinisasi. Akulturasi dua aliran tersebut melahirkan kebudayaan yang diwarisi sampai
sekarang. Wujud kebudayaan Bali yang dibahas adalah wujud budaya yang bernuansa bahasa
Jawa Kuna. Refleksi tersebut dikaji dengan beberapa konsep yang relevan terutama perspektif
difusi dan akulturasi sebagai wujud nyata pelestarian budaya. Berdasarkan analisis dapat
disimpulkan bahwa Bali adalah pewaris kuat bahasa Jawa Kuna. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya berbagai teks yang berbahasa Jawa Kuna yang diselamatkan di Bali. Teks
bahasa Jawa Kuna di Bali memiliki prestise yang tinggi apabila dikaitkan dengan konteks
budaya Bali. Sebagai warisan budaya, bahasa Jawa Kuna menduduki posisi penting dan
banyak mengilhami perkembangan budaya Bali, dalam wujud, ide, aktivitas, maupun hasil
cipta karya masyarakat Bali. Warisan budaya tersebut mengandung nilai-nilai kearifan lokal
sebagai khazanah kebudayaan Bali. Semua warisan budaya tersebut menjadi akar kekuatan
Bali saat ini sehingga Bali menjadi tujuan wisata manca negara yang berbasis kebudayaan.
Kata kunci: difusi, akulturasi dan asimilasi, warisan budaya, pelestarian budaya.
33
Berjayakah Bahasa Bali di Kawasan Heritage Kota
Denpasar? Sebuah Pendekatan Lanskap Linguistik
Ketut Widya Purnawati
Universitas Udayana
Abstrak
Penelitian ini berfokus pada penggunaan bahasa Bali di kawasan heritage Kota Denpasar.
Kawasan heritage kota Denpasar, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 27
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar, merupakan kawasan di
Jalan Gajah Mada dan sekitarnya. Kawasan ini menjadi penting karena kawasan ini merupakan
saksi sejarah kota Denpasar. Penduduk kota Denpasar yang berada di Bali, seharusnya sudah
terbiasa dengan bahasa Bali sejak dulu sampai sekarang. Bahasa Bali merupakan salah satu
bahasa daerah di Indonesia yang berstatus sebagai bahasa yang sedang berkembang (Eberhard,
dkk., 2019). Berbagai usaha dilakukan untuk melestarikan bahasa Bali, salah satunya adalah
penerbitan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan
Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali. Jauh
sebelum Peraturan gubernur tersebut diterbitkan, Pemerintah Kota Denpasar telah menata
kawasan heritage kota Denpasar dengan pemasangan papan-papan nama toko dan instansi yang
terdapat di kawasan Jalan Gajah Mada dengan menggunakan aksara Bali dan huruf latin.
Namun, aturan penggunaan aksara Bali tersebut, berdasarkan pendekatan lanskap linguistik,
tidak serta merta membuat bahasa Bali berjaya di kawasan heritage Kota Denpasar. Dalam
penelitian ini dipaparkan bagaimana kondisi penggunaan bahasa-bahasa di ruang publik dengan mengambil studi kasus di kawasan heritage Jalan Gajah Mada dan Pasar Badung.
Kata Kunci: bahasa Bali, kawasan heritage, lanskap linguistik
34
Pengenalan Istilah Budaya Lokal Melalui Penerjemahan
Ida Ayu Made Puspani
Universitas Udayana
[email protected]/[email protected]
Abstrak
Kajian ini membahas penerjemahan karya sastra dari bahasa Indonesia berlatar budaya Bali ke
dalam bahasa Inggris, di mana karya sastra sarat akan muatan budaya sehingga dalam
menerjemahkan istilah budaya penerjemah mengalami kesulitan dalam mengalihkan makna
yang terdapat dalam istilah budaya tersebut. Penerjemahan merupakan pengalihan makna dari
satu Bahasa ke Bahasa lain, dalam hal ini penerjemah harus mempertahan makna bahasa
sumber (BSu) pada bahasa sasaran (BSa). Walaupun demikian, pengalihan makna BSu ke
dalam BSa dapat dilakukan dengan bebarapa strategi antara lain borrowing /peminjaman (pure
borrrowing dan naturalisasi), dan paraphrase. Melalui penerjemahan karya sastra bermuatan
budaya dapat dipakai sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan budaya lokal kepada
bahasa lain; tentunya strategi yang dimanfaatkan oleh penerjemah akan mampu mengalihkan
makna yang terdapat pada BSu ke dalam BSa.
Kata kunci : budaya, borrowing, makna, penerjemahan
35
Local Act Global Impact in Publication
Kundharu Saddhono
Universitas Sebelas Maret
Abstrak
Dunia publikasi saat ini sangat penting dalam rangka luaran dan sosialisasi hasil penelitian.
Akan tetapi banyak yang tidak memahami maksud dan tujuan dari publikasi yang dilakukan
dan aspek apa saja yang harus dipenuhi. Banyak unsur dan komponen dalam publikasi karya
ilmiah yang harus diikuti oleh penulis atau peneliti. Aspek tersebut adalah sebagai berikut; (1)
Judul, (2) Identitas, (3) Abstrak, (4) Kata Kunci, (5) Isi yang terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan
Pustaka, Metode, Hasil dan Pembahasan, Simpulan, (6) Referensi, dan (7) Lampiran. Setiap
komponen tersebut mempunyai karakteristik tersendiri tergantung dari tujuan dan tempat
publikasi. Inti dari tulisan ini bahwa meskipun materi yang ditulis adalah bersifat ‘lokal’ akan
tetapi rasa yang dibangun dalam tulisan tersebut harus berasa “internasional”. Hal ini bisa
dilakukan jika penulis telah membuka diri dengan wacana dan referensi secara global atau
internasional tidak terjebak pada hasil penelitian yang bersifat lokal. Itulah salah satu aspek
penting yang harus dilakukan penulis Indonesia agar tulisan yang masih berbau atau bersifat
lokal harus diubah menjadi sesuatu yang bersifat global dari berbagai aspek.
Kata Kunci: local act, global impact, publikasi, komponen karya ilmiah
36
Implementasi Tattwa dalam Satua: Sebuah Pemudahan
Pemahaman untuk Pembangunan Karakter
I Ketut Jirnaya
Program Studi Sastra Jawa Kuno, Universitas Udayana
Abstrak
Masyarakat Bali kaya akan cerita-cerita lisan atau satua, baik yang memang lahir sebagai cerita
lisan maupun berasal dari cerita dalam teks tulis yang dilisankan. Pada umumnya satua tersebut
untuk kosumsi anak-anak yang ditekankan pada unsur edukasi. Tujuannya jelas untuk
membangun karakter lebih dini pada anak-anak. Jika demikian halnya, apakah tidak ada
relevansinya untuk pembangunan karakter pada orang dewasa? Untuk menjawab pertanyaan
ini, masalah ini dikaji dengan mengaplikasikan teori tradisi lisan dari Bascom dan Ruth
Finnegan. Kajian bersifat kualitatif, data diperoleh dengan metode simak dan cakap semuka.
Hasil kajian menunjukkan bahwa satua-satua tersebut tidak hanya mengandung nilai edukasi
untuk membangun karakter anak-anak, tetapai sejatinya ada implementasi nilai filsafat (tattwa)
untuk orang dewasa. Pada umumnya filsafat (tattwa) sangat sulit kita pahami, untuk itulah
diselipkan dalam satua yang bahasa dan narasinya lebih mudah dipahami.
Kata kunci: tattwa, satua, karakter, pemudahan pemahaman
37
Mekanisme Penelitian Bahasa Ibu
I Made Suastra
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
Abstrak
Kajian ini merupakan sebuah road map penelitian yang terkait dengan keberagaman linguistik
pada masyarakat multibahasa. Road map dan hasil-hasil penelitian tentang keberagaman
bahasa yang dikerjakan oleh Suastra dkk (2016, 2017, 2018 dan 2019), dapat dipakai sebagai
sebuah mekanisme dalam penelitian bahasa Ibu. Ini merupakan langkah strategis dan politis
secara linguistik terhadap keterancaman sebuah bahasa sebagai bahasa ibu. Kalau sebuah
bahasa tidak diperoleh, dikuasai, dan digunakan sejak lahir, maka akan sangat besar
kemungkinan bahasa tersebut diklasifikasikan sebagai “endanger language” atau bahasa yang
dinilai sebagai awal akan keterancaman keberadaanya. Kajian ini berfokus pada mekanisme
penelitian untuk menentukan kedudukan bahasa daerah dalam statusnya sebagai bahasa ibu
pada masyarakat multibahasa. Kajian ini bertujuan untuk menentukan mekanisme penelitian
bahasa ibu yang merupakan sebuah peta jalan yang terdiri atas 1) memetakan bahasa-bahasa
pada masyarakat multilingual; 2) menentukan ranah penggunaan bahasa sasaran; 3)
menentukan tingkat kebertahanan dan tingkat pergeseran bahasa yang disasar; 4)menentukan
tingkat penyusutan dan penyerapan kosa kata bahasa sasaran; 5)menganalisis strategi
pemerolehan, penguasaan dan transmisi bahasa; dan 6) menentukan status bahasa sasaran
apakah sebagai bahasa Ibu/bahasa pertama atau bahasa kedua pada masyarakat multibahasa.
Model penelitian untuk menggambarkan mekanisme ini menggunakan road map dan hasil-
hasil penelitian Suastra. dkk (2016, 2017, 2018 dan 2019) tersebut diatas pada masyarakat
multibahasa di Denpasar yang mencakup; pemetaan bahasa (Givon 2002), penggunaan bahasa
pada ranah pemakaian (Fishman 1980, Holmes 2001); kebertahanan dan pergeseran bahasa
(Holmes 2001, Abtahian et al. 2016, Khadidja 2013); penyusutan dan pengembangan kosa kata
(Kangas 2004, Manzini and Leonardo 2007, Wertheim 2003); pemerolehan, penguasaan dan
transmisi Bahasa pada anak (Chomsky 1965, Fry 1977, Grosjean 1982, Romain 1999, Brown
2000, Saunders 1988); dan penentuan status bahasa daerah sebagai bahasa Ibu atau bahasa
kedua (Salminen 1999, Khati 2011, Calvet 2006). Dengan menerapkan teori-teori
sosiolinguistik diharapkan penelitian-penelitian bahasa daerah atau bahasa etnis dapat segera
dilaksanakan untuk menentukan kedudukan bahasa tersebut masih sebagai bahasa Ibu atau
sudah mulai terancam pada masyarakat multibahasa.
Kata kunci: Keberagaman bahasa, pemetaan bahasa, keterancaman bahasa, Bahasa ibu,
penguasaan Bahasa, transmisi bahasa.
38
KUMPULAN ABSTRAK PEMAKALAH PARALEL
39
Go’et sebagai Ungkapan Tradisional Manggarai
Ditinjau dari Segi Makna dan Fungsi
Melita Eufrasia Jewaru 1, Ida Ayu Ari Putri Kartini 2
Program Studi Linguistik Universitas Udayana 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Tulisan ini bertujuan menguraikan makna serta fungsi go’ét dalam lingkungan masyarakat
Manggarai. Makna yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah makna literal dan makna
figuratif. Makna literal atau makna lugas adalah makna yang harafiah, yaitu makna kata yang
sebenarnya berdasarkan kenyataan. Makna figuratif adalah makna yang menyimpang dari
referennya untuk tujuan etis dan estetis, dalam hal ini termasuk makna idiom dan makna kias.
Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik dan pendekatan pragmatik. Pendekatan
semantik digunakan untuk menganalisis jenis-jenis makna yang terdapat dalam go’ét
Manggarai. Pendekatan pragmatik digunakan untuk menganalisis tuturan yang diucapkan
penutur sehingga dapat dipahami oleh mitra tutur. Data diperoleh dengan menggunakan dua
metode yaitu metode simak atau observasi dan metode cakap atau wawancara. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa go’ét merupakan salah satu budaya Manggarai berupa ungkapan lisan
yang diwariskan secara turun-temurun. Go’ét tumbuh dan berkembang luas dalam lingkungan
masyarakat Manggarai. Meskipun tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat
Manggarai, hanya segelintir orang Manggarai yang memahami serta menguasai go’ét dengan
sempurna. Umumnya, go’ét Manggarai hanya dipahami serta dikuasai oleh para orang tua
tertentu dalam lingkungan masyarakat (tetua adat dan tokoh masyarakat.
Kata kunci: Go’et, Makna Literal, Makna Figuratif, Fungsi Go’et.
40
Various Mappings of Verb ‘See’in Manado Malay
Language
Perzeus Don Mario Mangindaan 1, Melisa Elita Salauwe 2
Department of Linguistics, Udayana University 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstract
The semantic prime SEE which means ‘perceive with the eyes’ known as LIA in Manado
Malay Language. LIA is a verb that has several forms of lexicon and semantics meaning, such
as haga, téngo, hoba, and ba’ uni. In general, these five lexicons denoted the semantic prime
SEE in Manado Malay Language. However, actually, these lexicons have their particular
meaning as well. This paper aims to analyse the differences between those five lexicons
mentioned above using Natural Semantic Metalanguage theory. This theory was proposed by
Anna Wierzbicka in 1972 and developed greatly until today.
Keywords: Semantic Prime SEE, Manado Malay Language, Natural Semantic Metalanguge
41
Analisis Majas Metafora dalam Novel The Giver of
Stars Karya Jojo Moyes
Putu Anggita Novarianti 1, Laila Damayanti 2, Erna M.Manafe 3, Tang Ying Min 4
Program Studi Ilmu Linguistik, Program Magister, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas
Udayana 1 ,2, 3, 4
[email protected] 1, [email protected] 2,
[email protected] 3, [email protected] 4
Abstract
Metafora adalah sebuah majas yang secara ringkas membandingkan dua hal dengan
mengatakan bahwa yang satu adalah yang lain. (Larson, 1998:279). Majas ini dianggap dapat
membantu pembicara atau penulis untuk memberikan deskripsi yang jelas melalui
perbandingan. Makalah ini bertujuan untuk menganalisa kata ataupun sekelompok kata (frasa)
yang dianggap sebagai majas metafora. Sebuah novel berjudul The Giver of Stars karya Jojo
Moyes digunakan sebagai sumber data makalah ini. Metode yang digunakan untuk penelitian
ini adalah metode deskriptif. Dalam mengumpulkan data, penulis fokus pada identifikasi
kalimat, frasa, atau kata-kata. Teori yang diusulkan oleh Bloomsfield dan Wahab digunakan
untuk menganalisa metafora berdasarkan bentuknya yang telah ditemukan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bentuk-bentuk metafora yang penulis temukan adalah: Nominatif
subyektif, nominative objektif, dan metafora predikatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa metafora ini mengandung makna tertentu tergantung pada letak kalimat metafora
tersebut.
Kata kunci: Metafora, Nominatif, Novel.
42
Makna Verba Tindakan “Mengambil” Bahasa
Indonesia: Pendekatan Natural Semantik Metalanguage
Siti Rabiatun Nur Annisa 1, I Made Abdi Sutarmaya 2
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstract
The semantic characteristics of each lexicon can be described through in-depth study through
metalanguage. This is due to the metalanguage approach, specifically the Natural Semantic
Metalanguage (NSM). The collected data is analyzed using the theory of NSM The MSA
Theory (Natural Semantic Metalanguage) which is translated from English Natural Semantic
Metal Language (NSM) is designed to explicate all meanings, both lexical meaning,
illocutionary meaning and grammatical meaning. This theory is used to find the similarity of
the lexicon concept, especially the meaning of the action verb. In this analysis five data were
found that had similarities in meaning with similar lexicons, namely ‘memungut’, ‘mengutip’,
‘mencuri’ dan ‘memetik’. Therefore from the existence of the Natural Semantic Grammar
(NSM) theory, it can facilitate the analysis of existing data.
Keywords: Natural Semantic Metalanguage, Meaning, Lexicon
43
Analisis Verba Membawa dalam Novel Perahu Kertas
melalui Pendekatan Metabahasa Semantik Alami
Ni Putu Ana Agusthini 1, I Putu Ady Andyka Putra 2
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk meneliti kata dalam bahasa Indonesia “membawa” yang memiliki
leksikon lain, yaitu: menyeret, membawa, menenteng, dan mengantar. Keempat leksikon
tersebut memiliki makna yang mirip dengan kata membawa, tetapi terdapat beberapa
perbedaan yang ditemukan walaupun kata tersebut termasuk ke dalam bidang semantik yang
serupa. Data dikumpulkan dari novel berjudul Perahu Kertas (2009) yang ditulis oleh Dewi
Lestari. Bentuk data berupa lima kalimat yang mengandung kata-kata yang telah disebutkan.
Data-data yang telah didapatkan tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan
pendekatan Metabahasa Semantik Alami (MSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menyeret memiliki makna "dipaksa" oleh pelaku, menenteng dan mengangkat memiliki
instrumen yang sama untuk dilakukan oleh aktivitas (tangan), dan mengantar memiliki
kebutuhan dari seluruh pelaku sebagai instrumen.
Kata kunci: Metabahasa Semantik Alami (MSA), Bidang Semantik
44
Translation Procedure from English into Indonesian in a
Motivational Book Entitled “The Art of not Giving a
Fuck”
Made Dwi Yuniartati 1, Luh Gede Novita Rahayu 2, Prisma Adi Prawangsa 3, Margaretha
Lintar Melati 4
Linguistic Department, Udayana University 1, 2, 3, 4
[email protected] 1, [email protected] 2 [email protected] 3,
Abstract
Translation has always been a bridge connecting two languages. Translation is a process of
transferring meaning of a source language into the target language. In the process of
translation, the translator usually uses some techniques in translating the text. This study
entitled “Translation Procedure from English into Indonesian in a Motivational Book Entitled
“The Art of not Giving a Fuck”” is mainly concerned with identifying the types of translation
technique from English into Indonesian in the motivational book.
The data were taken from a motivational book entitled “The Art of not Giving a Fuck”.
Motivational book aims to give a changing to human’s point of view in life i.e. to be more
positive, inspired, diligent, and less complaining. The book was chosen because of its
popularity and there were many data found to be analyzed. Documentation method and note
taking technique were used in collecting the data. Meanwhile, descriptive qualitative was used
in analyzing the data of this study since it did not involve statistic in the analysis.
The main theory used to analyze the problem of this study was proposed by Vinay and
Dalbernet (1995/2004: 128–37). This theory was used to analyze the procedure of translation
in this study. It consists of two strategies and seven procedures. The strategies are direct and
oblique translations, whereas, the direct translation covers three procedure (borrowing, calque,
and literal translation). On the other hand, oblique strategy covers four procedures
(transposition, modulation, equivalence or idiomatic translation, and adaptation).
With regard to the analysis, from two chapters used as data source it was found that the
procedure applied by translator were borrowing, calque, literal, transposition, modulation, and
idiomatic translation, while adaptation was not found.
Keywords: Translation, Procedure of Translation, Motivational Book
45
Pemanfaatan Video pada Pengajaran Kosa Kata Bahasa
Bali (Studi Kasus: Siswa Kelas 3 SD Tunas Daud)
Ketut Santi Indriani
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
Abstrak
Pemerintah mendukung pelestarian Bahasa Bali (BB) dengan menetapkan mata pelajaran BB
sebagai bagian dari mata pelajaran muatan lokal sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali No.
20 tahun 2013. Pada pelaksanaannya terdapat kesulitan yang dialami dalam pengajaran BB
pada jenajng pendidikan Sekolah Dasar (SD), salah satunya dalam pengajaran kosa kata BB.
Bagi siswa SD di wilayah perkotaan, BB bukan merupakan bahasa ibu yang mereka pelajari
sejak kecil. Berbeda halnya dengan siswa di wilayah pedesaan yang sebagian besar
menggunakan BB sebagai bahasa ibu dalam percakapan sehari.
Tantangan yang dihadapi oleh siswa di daerah perkotaan dalam mempelajari BB akan lebih
besar jika dibandingkan dengan siswa di daerah pedesaan. Selain itu, kosa kata BB yang
diajarkan sangat jarang ditemui oleh siswa di daerarah perkotaan, seperti ron (daun enau yang
sudah tua), ambu (daun enau yang masih muda), bluluk (buah enau), busung (janur kuning),
slepan (daun kelapa yang sudah tua), kakap (daun sirih yang sudah tua), dll. Siswa daerah
perkotaan akan sangat sulit mengingat kosa kata tersebut sebab selain mereka baru pertama
kali mendengar istilah-istilah tersebut, mereka juga tidak mengenal acuan (referent) dari kosa
kata tersebut. Berdasarkan, fenomena tersebut, maka penggunaan media video dapat menjadi
salah satu solusi yang dapat dipilih untuk mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pengajaran BB dengan memanfaatkan video dari situs Youtube pada kemampuan siswa dalam
mengingat dan memahami kosa kata BB. Sumber data pada penelitian ini adalah seorang siswa
kelas 1 SD Tunas Daud Denpasar yang mendapatkan mata pelajaran BB di sekolah. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test dan post-test design. Berdasarkan hasil
analisis ditemukan bahwa pemanfaatan media video yang diunggah dari situs youtube dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari kosa kata BB dan peningkatan tersebut
menunjukkan nilai yang sangat signifikan. Hal ini dikarenakan video terebut memperkenalkan
referent dari kosa kata yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya.
Kata kunci: Bahasa Bali, Kosa Kata, Pengajaran Bahasa
46
Posisi Bahasa Ibu dalam Penerjemahan
Baharuddin
Prodi S3 Lingustik FIB Unud
Abstrak
Bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang setiap orang ikut berkontribusi dalam
perkembangannya dan berperan serta dalam menghidupkan budaya yang saling bentuk dan
perkaya dengan bahasa tersebut. Maka bahasa ibu adalah bahasa yang paling dikuasai oelh
setiap orang. Penerjemahan adalah tindakan memindahkan infomasi atau pesan dari bahasa
satu ke bahasa lainnya. Pemindahan atau transfer yang sempurna akan terjadi bila arah transfer
itu dikuasai dan diketahui dengan sangat baik. Dalam hal transfer pesan pada kasus
penerjemahan, terjemahan terbaik tentu merupakan hasil transfer ke bahasa ibu. Untuk itulah
maka asosiasi-asosiasi besar dunia untuk penerjemahan (ITIA, ATA, ITA, ITA, IFT, ATIA)
dalam kode etik maupun rekomendasinya selalu menakankan agar penerjemahan menjadikan
bahasa ibu sebagai target bukan sumber. Bahasa ibu memiliki peran sentral dalam
penerjemahan. IFT (FIT) pada 22 Mei 2011 merilis rekomendasi yang di antara isinya adalah
bahwa seorang penerjemah sebisa mungkin hanya menerjemahkan ke dalam bahasa ibunya
atau ke bahasa yang penguasaanya setera dengan bahasa ibunya.
Kata kunci: Bahasa Ibu, Terjemahan, Peran
47
The Meaning of Verb Wash in Javanese Nganjuk: A
Natural Semantic Metalanguage Approach
Ita Fitriana
Dept. of Japanese, Jenderal Soedirman University
Abstract
The Javanese verb ngumbah ‘to wash’ can be expressed by several lexicons, namely; raup,
wisuh, umbah-umbah, korah-korah, ngguyang, jamas, ngorek, ados, and wudhu. Through
natural semantic metalanguage (NSM) approach, it can reveal that Javanese lexicons have
slight differences although they are belonging to the similar semantic field, however, carry the
overt semantic differences raup, wisuh, umbah-umbah, korah-korah, ngguyang, jamas, ados
and wudhu. Seem to have similar instruments used to do the activity, specific object such as
the face, hand or leg, clothes, body, and hair to food before doing Moslem activities begin.
This study aims to analyse the lexicon of the verb to wash in Javanese, the Nganjuk dialect.
The type of data in this study is oral data in the form of Javanese utterance from Javanese
speakers, especially in the Nganjuk area, East Java. Data collected using the recording method
then written. Natural Semantic Metalanguage (NSM) is used to analyse data qualitatively
through equivalent methods and sharing methods. The results of data analysis are presented
using formal and informal methods.
Keywords: Natural Semantic Metalanguage, Slight and Overt Different, Semantic Fields.
48
Makna Metafora pada Judul Berita Media Cetak
I Gusti Ngurah Parthama, 1, Ni Ketut Alit Ida Setianingsih 2
Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1, 2
Abstrak
Paper ini membahas mengenai makna metafora yang terdapat pada judul berita media cetak.
Metafora digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menarik perhatian pembaca. Apalagi
jika dikaitkan dengan media cetak yang setiap hari bahkan setiap saat menginformasikan
berita–berita terbaru. Khususnya pada media cetak, penggunaan metafora menjadi menarik
untuk dicermati. Apalagi metafora mempunyai kekhususan makna dimana terdapat asosiasi–
asosiasi yang mengkaitkannya dengan tindakan yang nyata. Sehingga penggunaan metafora
memberikan efek yang dinamis terhadap pemilihan kata pada suatu judul berita media cetak.
Makna metafora juga dapat dikonstruksi dengan berbagai asosiasi terhadap bentuk kenyataan
seperti konstruksi makna tindakan, kualitas, gerak, dan sifat. Konstruksi makna metafora
tersebut merupakan pemaparan Sukarno (2017) yang mendeskripsikan asosiasi penggunaan
metafora dengan makna leksikalnya dalam bentuk denotasi. Konstruksi makna tersebut
memungkinkan adanya suatu bentuk asosiasi antara makna denotasi dan makna metafora yang
digunakan pada judul berita media cetak. Sumber data diambil dari media cetak yaitu harian
Bali Post dengan data yang dipergunakan adalah judul – judul berita. Judul berita yang dipilih
adalah judul berita terkait kriminalitas, pariwisata, dan olahraga. Metode pengumpulan data
adalah metode dokumentasi yang ditunjang dengan teknik memilah data, teknik membaca
rinci, teknik mencatat, dan teknik klasifikasi data. Selanjutnya data–data terpilih dianalisa
menggunakan metode deskriptif kualitatif berdasarkan pada studi–studi terkait kajian makna
metafora. Simpulan yang diperoleh adalah konstruksi makna kualitas mempunyai
kecenderungan mendominasi penggunaan metafora pada judul berita media cetak. Konstruksi
makna kualitas menjabarkan kemampuan atau kualitas dari suatu leksikal dalam bentuk
denotasi yang diaplikasikan dalam bentuk metafora pada judul berita berita media cetak. Dalam
hal ini terdapat kualitas yang asosiatif antara bentuk denotasi dan bentuk metafora pada pilihan
leksikal yang digunakan.
Kata kunci: Makna, Metafora, Judul Berita Media Cetak
49
Penggunaan Leksikon Verba “Membawa” Bahasa Bali
(Kajian Linguistik Kebudayaan)
Ida Ayu Pristina Pidada 1, Nadya Inda Syartanti 2
Program Doktor Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplikasikan secara jelas verba “membawa” dalam bahasa
Bali di seluruh kabupaten di Bali. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
terhadap pemahaman kognitif bagi masyarakat Bali khususnya dalam menamai leksikon.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk mengeksplikasikan contoh-
contoh verba “membawa” bahasa Bali yang mengalami pergeseran gerak, cara proses
dilakukannya serta instrumen yang digunakan. Penelitian ini mengacu pada Teori Metabahasa
Semantik Alami (MSA) oleh Wierzbicka (1996) dan didukung dengan pernyataan yang
disampaikan oleh Sapir-Whorf. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural, semiotik,
dan etik-emik. Lokasi penelitian tersebar di seluruh kabupaten di Bali yang terdiri atas: delapan
kabupaten dan satu kotamadya. Verba “membawa” dalam bahasa Bali dipilih sebagai obyek
penelitian melalui random-sampling dengan menggunakan teknik wawancara kualitatif
terhadap informan. Hasil penelitian verba “membawa” bahasa Bali disajikan berupa foto-foto.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan leksikon verba “membawa” bahasa Bali
memiliki kesamaan dan perbedaan antar kabupaten se-Bali. Salah satu kesamaan leksikon
adalah verba ningting dan nèngtèng yang ditemukan di seluruh kabupaten di Bali. Sedangkan,
verba nenggolong ditemukan di kabupaten Karangasem.
Kata kunci: Bahasa Bali, Leksikon, Membawa, Verba
50
Etimon PAN *manuk 'ayam' dalam Dunia Ke-siap-an di
Bali
I Putu Permana Mahardika
Dinas Pendidikan Provinsi Bali
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekologi etimon PAN *manuk dalam bahasa
Bali berdasarkan teori Linguistik Historis Komparatif yang dipadukan dengan Ekolinguistik.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan pewarisan etimon PAN *manuk dalam dunia
kesiapan pada kebudayaan Bali. Data diperoleh dari penutur bahasa Bali dan kamus bahasa
Proto-Austronesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pewarisan etimon PAN *manuk
menciptakan bentuk sinonim dan pemajemukan. Selain itu, ditemukan juga bahwa etimon
*manuk merefleksikan interaksi penutur bahasa Bali dengan leksikon siap ‘ayam’ yang
memiliki medan makna yang sama dengan etimon PAN *manuk.
Kata kunci: Etimon PAN, Linguistik Historis Komparatif, Ekolinguistik
51
Pergeseran Nilai Honorifik Bahasa Taba di Maluku
Utara: Perspektif Ekolinguistik
Taib Latif
Unkhair Ternate
Abstract
Bahasa Taba (BT), sebuah peradaban lokal yang syarat dengan ajaran moral yang tertuang
dalam ungkapan honorifik sapaan kekerabatan dan tingkat tutur yang lebih hormat (specch
levels). Ungkapan honorifik mengajarkan nilai-nilai luhur untuk memanusiakan penutur BT
agar mereka saling: bersikap sopan, menghargai, menghormati, memuliakan, dan menjaga
martabat sehingga kohesi sosial terjalin secara kuat, seimbang, dan harmoni. Nilai-nilai
honorifik tersebut kini terancam punah, karena terdesak perubahan global baik lingkungan fisik
maupun sosial..
Dari perspektif Eko Linguistik, terancam punahnya suatu bahasa disebabkan perubahan
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Perubahan lingkungan fisik seperti alih fungsi lahan
pertanian menjadi lokasi industri atau perumahan mengakibatkan hilangnya sejumlah kosa kata
tertentu tentang pertanian. Sedangkan perubahan sosial dapat mengubah sikap dan persepsi
penututurnya sehingga meninggalkan bahasanya. Penutur generasi muda menganggap BT
tidak lagi menjamin kehidupan mereka di era globalisasi sehingga bergeser ke Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris yang dianganggap lebih prestisius dan prospektif dalam
ekonomi, pendidikan, dan karier di masa depan. Perubahan sikap tersebut terlihat ketika
percakapan sesama mereka lebih sering menggunaan Bahasa Indonesia, jarang menggunakan
kosa kata yang lebih hormat, dan sudah sangat langka menggunakan sapaan kekerabatan BT
yang ketat membedakan fungsi/peran mereka menurut garis keturunan bapak (balolo,
kangkutu, dan goa) dan ibu (dadololo, dadokutu, bailolo, dan jojo). Mereka menggunakan
sapaan Bahasa Indonesia OM dan BIBI untuk mengganti semua sapaan kekerabatan BT
sehingga menghilangkan bentuk, fungsi, dan nilai hormat menurut garis turunan bapak dan ibu
dalam budaya orang Makeang.
Kondisi di atas diperpara oleh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara yang semakin
menggeser BT dari ruang dan ranahnya sehingga terdesak menuju kepunahannya.. Jika BT
punah maka kebudayaan beserta nilai-nilai luhur dan kearifan lokal di dalamnya ikut punah.
Kekosongan jiwa pemiliknya karena kehilangan nilai memaksa generasi muda Makeang
mengadopsi budaya individualisme dan materialism dunia barat, dan meninggalkan nilai
kolektivisme (kekeluargaan dan gotong royong) dan spiritualisme nilai asli budaya timur
seperpi kandungan sapaan kekerabatan BT.
52
The Greetings System of Ciacia Language Batuatas
Dialect: A Study of Sociopragmatics
Husni
Dayanu Ikhsanuddin University, Baubau
Abstract
This study aims to present the forms of greeting in Ciacia Language using Batuatas dialect and
the examples used in community. The study focused on the use of Ciacia language using
Batuatas dialect in Batuatas district. The data were obtained through observation and
elicitation. The results indicated various greetings systems based on vertical relationships, such
as ompu (grandmother), ina (mother), ama (father), ungkaka (children), ompu-ompu
(grandchildren), langkolu (he baby), wauje (she baby), and horizontal relationships, such as ai
(younger brother/sister), aka (older mother/sister), dhawo (brother/sister in law), toi (first
cousin), ndua (second cousin), anaure (niece-/nephew), amauré (uncle), inaure (aunt), samponi
(mother/father in-law) and koompu (parents in-law). Other greetings are those used for social
ranks, such as Idha, Papa, La Ode, and Wa Ode, and for people who completed the Islamic
pilgrimage or hajj (haji). The greetings system of Ciacia language using Batuatas dialect
showed distinctive characteristics of the region compared with those in other Ciacia languages.
Keywords: Forms of Greeting, Ciacia Language, Batuatas Dialect.
53
Bahasa dan Aksara Daerah di Ranah Publik Pasca-UU
No 24 Th 2009: Kajian Linguistik Forensik
I Wayan Pastika
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
Abstrak
Keberadaan bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah telah diatur dalam Undang- Undang
Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Bab III dari undang-undang ini adalah tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara dan bahasa nasional. Undang-undang ini juga memberi perlindungan pada
bahasa daerah sebagai bagian kebudayaan nasional dan semua itu diatur dalam pasal-pasal
tertentu. Undang-undang ini kemudian dijabarkan secara lebih rinci dalam Peraturan Presiden
Nomor 63 tahun 2019. Dalam kaitan dengan urusan bahasa daerah, sejumlah pemerintah
provinsi menerbitkan perda atau pergub yang disemangati oleh keinginan melindungi
keberadaan bahasa, sastra dan aksara daerah. Namun demikian, permasalahan muncul dengan
adanya pasal tertentu dari pergub/perda yang bertolak belakang dengan pasal tertentu dari UU
No. 24 tahun 2009 dan Perpres No. 63 tahun 2019, terutama dalam hal pilihan penggunaan
bahasa dan aksara daerah.
Praktik di lapangan menunjukkan bahwa beberapa pemerintah provinsi, contohnya, Pemprov
Bali dan Pemprov Jawa Tengah, memilih penggunaan bahasa daerah pada hari-hari tertentu di
lingkungan kerja pemerintahan. Padahal, dalam UU No 24 tahun 2009, Pasal 30, dinyatakan
bahwa “Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam layanan publik di instansi pemerintahan.”
Ini juga secara tersurat dijelaskan dalam Perpres No. 63 tahun 2019, Pasal 28, Ayat 1: “Bahasa
Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintahan dan
swasta. Dalam hal penggunaan aksara, sepanjang pengetahuan penulis, tidak ada undang-
undang atau peraturan yang mengaturnya di tingkat nasional, tetapi di tingkat pemerintah
provinsi, keberadaannya diatur oleh pergub/perda bahasa, aksara dan sastra, contohnya,
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali;
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 55 tahun 2014 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara
Jawa. Dalam praktik di lapangan juga, ditemukan nama kantor lembaga pemerintahan dan
swasta ditulis dalam dua aksara, aksara latin dan aksara daerah. Tetapi, urutan penempatannya
terbalik, aksara daerah ditempatkan di awal sebelum aksara latin yang diakui sebagai huruf
resmi merepresentasikan bahasa nasional.
Dengan pembahasan sejumlah pasal pergub/perda dan undang-undang atau peraturan di tingkat
nasional; juga praktik penerapan penggunaan bahasa dan aksara daerah di lapangan—
penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi akademik, khususnya menyangkut aspek
forensik dan perencanaan kebahasaan, kesastraan dan keaksaraan di tingkat daerah.
Kata kunci: Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Aksara.
54
Poliglot: Tantangan Menuju Kedwibahasaan Simetris
Ida Bagus Putra Yadnya
Universitas Udayana
Abstrak
Kebhinekaan bahasa daerah yang dimiliki dan status bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
serta penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris yang semakin menjadi kebutuhan
global telah menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang nekabahasa
(multilingual). Kehadiran dan penggunaan beragam bahasa (asing, Indonesia dan daerah)
mengindikasikan adanya interaksi antar bahasa dan telah muncul di permukaan sebagai
fenomena situasi kebahasaan yang saling mempengaruhi, (2) poliglot, dan (3) konflik atau
persaingan bahasa. Secara umum paper ini mencoba memberikan gambaran situasi kebahasaan
dilematis dewasa ini akibat interaksi bahasa Indonesia, daerah dan asing terutama Inggris.
Secara khusus kajian ini mencoba mengungkap kepermukaan fenomena kenekabahasaan
(multilungualism), yakni polilgot dalam praktek berbahasa di kalangan masyarakat Indonesia.
Kajian terhadap fenomena berbahasa ini didasarkan atas teori sosiolinguistik melalui studi
pustaka dan pengamatan empiris pada media cetak dan elektroinik. Luaran kajian ini
diharapkan bisa menyadarkan kita semua akan perlunya secara terus menerus mengkaji ulang
perencanaan bahasa sehingga kehadiran bahasa daerah, Indonesia dan asing bisa berdampingan
secara harmonis menuju kondisi kedwibahasaan simetris.
Kata kunci: polyglot, multilingualisme, konflik/persaingan bahasa, bilingualism simetris
55
Ideologi Penggunaan Bahasa Bali di Kelurahan Ubud
Ni Luh Sutjiati Beratha
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
Abstrak
Makalah berjudul Ideologi Penggunaan Bahasa Bali di Kelurahan Ubud memiliki tujuan
khusus untuk menjelaskan ideologi yang melatari penggunaan bahasa di kelurahan tersebut.
Pendekatan sosial budaya, terutama dengan menggunakan konsep-konsep ideologi dan
kepentingan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa diterapkan dalam makalah ini. Di
samping itu, untuk memperoleh data, pendekatan penelitian kualitatif yang lebih
mengandalkan teknik pengamatan dan wawancara mendalam dalam pengumpulan data dan
informasi juga diterapkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi yang melatarinya terdiri atas: penggunaan
bahasa Bali yakni secara umum mengandung ideologi persaudaraan (solidrity), ideologi
kedekatan hubungan kekeluargaan (familiaritas) antara anggota keluarga, serta kekuasaan
(power). Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, dan bahasa resmi pada ranah kantor akan
memiliki ideologi sesuai dengan fungsinya, yakni ideologi keresmian atau formal (formality),
serta keserasian. Di samping itu, penggunaan bahasa Indonesia pada ranah transaksi memiliki
ideologi keefektifan dan keefisienan. Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional memiliki
peran yang sangat penting di Kelurahan Ubud karena merupakan kawasan pariwisata yang
tampaknya memiliki ideologi kapitalisme karena berkaitan dengan aspek perekonomian yang
mereka geluti. Penggunaan bahasa campuran mengandung ideologi untuk memperlancar dan
mengefektifkan komunikasi dalam interaksi verbal karena dengan menggunakan bahasa
campuran para pelibat merasa lebih akrab sebab mitra tutur memahami penggunaan bahasa
campuran yang sama
Kata kunci: Ideologi, Persaudaraan, Kekuasaan
56
Pemuliaan Sawah dalam Kuttara Kaṇḍa Dewa Purana
Bangsul
I Ketut Eriadi Ariana 1, I Made Sukma Manggala 2, I Dewa Gde Alit Satria Wibhawa 3
Magister Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1, 2, 3
[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected]
3
Abstrak
Kajian ini bertujuan mengungkap konsep pemuliaan sawah dalam perspektif teks Kuttara
Kaṇḍa Dewa Purāna Bangsul (KKDPB). Dalam KKDPB, sawah dipandang sebagai unsur
ekologi penting, bahkan sebagai satu dari enam bagian sad kreti –enam tindakan pemuliaan
alam. Cara pandang teks terhadap entitas sawah penting digali kembali untuk dimanfaatkan
sebagai cermin memandang keberadaan sawah dan pertanian di era modern.
Data bersumber dari naskah alihaksara lontar KKDPB koleksi Perpustakaan Universitas Hindu
Indonesia (UNHI) Denpasar. Proses pengumpulan data menggunakan metode simak yang
dibantu dengan teknik baca dan catat. Data kemudian dianalisis dengan metode deskriptif
analisis, dan disajikan secara informal. Sebagai bangunan bahasa yang merupakan simbol,
kajian ini dianlisis menggunakan teori semiotika sebagaimana dinyatakan Roland Barthes.
Hasil kajian menunjukkan KKDPB tidak hanya memahami sawah sebagai wujud ekosistem
semata, namun sebagai bagian tidak terpisah dari Tuhan, sehingga wajib dihormati oleh
manusia.
Kata kunci : Sawah, Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul, Ekologi Sastra
57
Bahasa Bali: Kaitannya dengan Maksim Penerimaan
dan Maksim Kerendahan Hati
I Gusti Ayu Gde Sosiowati
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
Abstrak
Artikel yang berjudul “Bahasa Bali: Kaitannya dengan Maksim Kesantunan” bertujuan untuk
meneliti bagaimana kemampuan berbahasa Bali erat kaitannya dengan kesantunan. Bahasa
Bali mengenal tingkat berbahasa yang apabila diaplikasikan memiliki keterkaitan yang erat
dengan maksim penerimaan (Approbation Maxim) yang dikemukakan oleh Leech (1983).
Prinsip utama maksim ini adalah bahwa suatu komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila
semua peserta komunikasi merasa dihargai dengan cara si pembicara harus memaksimalkan
rasa hormat kepada lawan bicaranya. Penghargaan kepada lawan bicara sudah pasti harus
dilakukan melalui sikap berbahasa yang salah satunya adalah menentukan pilihan kata. Akan
tetapi, sikap untuk mengargai orang lain tidak dapat dilakukan oleh orang yang menganggap
diri lebih dari orang lain. Oleh karena itu maksim lain yang juga erat kaitannya dengan
kepantasan dalam bahasa Bali adalah maksim kerendahan hati (modesty maksim) . Maksim ini
menentukan agar seseorang meminimalkan keinginan untuk meninggikan diri sendiri atau
menghormati diri sendiri. Oleh karena itu seseorang dapat dikatakan mampu berbahasa Bali
dengan baik apabila orang tersebut mampu menggunakan bahasa Bali dengan baik dan benar.
Sistem kasta di masyarakat Hindu harus benar-benar diperhatikan sebagai salah satu faktor
yang menentukan pilihan bahasa, bukan dengan maksud menjadi masyarakat feudal, akan
tetapi menjadikan para pengguna bahasa Bali menjadi masyarakat yang santun. Data yang
digunakan dalam artikel ini diambil dari contoh kehidupan sehari-hari diiringi dengan
penjelasan mengapa suatu ujaran dianggap santun atau tidak santun. Teori yang digunakan
adalah teori Pragmatik oleh Leech (1983) didukung oleh teori Sosiolinguistik tentang faktor-
faktor yang menentukan pilihan bahasa (Holmes, 2001). Faktor- faktor ini akan membuat
seseorang, sebelum berbicara, mempertimbangkan siapa yang diajak bicara, topic komunikasi,
tujuan komunikasi, dan tempat berkomunikasi.
Kata kunci: Kesantunan; Maksim Penghargaan; Pilihan Bahasa; Sikap Berbahasa
58
Bahasa Ibu sebagai Fondasi Pembelajaran Bahasa
Kedua dalam Masyarakat Multilingual
Made Budiarsa
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
Abstrak
Studi ini berkaitan dengan pentingnya peran bahasa ibu sebagai fondasi pembelajaran bahasa
kedua. Fondasi di sini maksudnya adalah point of departure atau batu loncatan untuk
pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
lebih mendalam tentang bagaimana peran bahasa ibu untuk menjembatani pemerolehan dan
pembelajaran bahasa kedua dalam masyarakat multilingual dan multibudaya. Karena dalam
masyarakat multilingual, seperti di Indonesia dan Bali khususnya, terjadinya interaksi
antaretnik yang memiliki latar belakang budaya berbeda-beda amat sangat tinggi, sehingga
memerlukan bahasa kedua untuk memperlancar komunikasi, misalnya Bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua dari hampir seluruh masyarakat Indonesia. Studi ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif dengan model pendekatan eksploratif dalam hal yang
berkaitan dengan pengumpulan data. Banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat dewasa
ini, berkaitan dengan fenomena yang sedang berkembang dalam masyarakat, di mana adanya
kecendrungan para orang tua yang mengabaikan pembelajaran bahasa ibu dan beralih ke
pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris. Temuan studi ini membuktikan bahwa tidak
bisa dipungkiri bahwa peran bahasa ibu sangat penting untuk mempelajari bahasa kedua seperti
melalui model terjemahan kosa kata, frasa, dan kalimat bahasa ibu ke bahasa kedua atau bahasa
target. Kecendrungan para orang tua untuk menyekolahkan putra-putri mereka di sekolah-
sekolah yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya. Bahasa
ibu memegang peran strategis dan merupakan fondasi sangat penting dalam pembelajaran
bahasa kedua dalam masyarakat multietnik dengan latar belakang budaya yang bervariasi.
Serta masyarakat multibahasa yang diwarnai dengan berbagai macam bahasa ibu dengan
karakteristiknya masing-masing.
Kata kunci: Bahasa Ibu, Bahasa Kedua, Multilingual, Pembelajarann, Pemerolehan
59
Pengembangan Kosakata Bahasa Bali untuk Penutur
yang Beranjak Modern
I Nengah Sudipa
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk membahas bagaimana proses pengembangan kosakata bahasa Bali
yang terjadi dewasa ini. Data berasal dari tulisan pada koran Bali Orti terbitan bulan April 2019
dikumpulkan melalui observasi dan teknik catat. Data yang terkumpul dianalisis dengan teori
linguistik deskriptif, khususnya tentang penyerapan kosakata asing (Indonesia dan Inggris) ke
dalam bahasa Bali. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada dua dari tiga proses serapan yang
terjadi yakni (1) penyesuaian ejaan; dan (2) penyelarasan makna dengan kultur penutur Bahasa
Bali yang beranjak modern. Pada hakekatnya proses penyerapan terjadi berjenjang, mula-mula
kosakata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia baru ke Bahasa Bali, seperti : selpi ‘Selfi’
swafoto; , acéné’ACnya’ mesin pengatur suhu udara’, pegetarian ’Vegetarian’ sifat yang hanya
memakan sayur-sayuran’. Ada temuan yang mesti diungkapkan dalam hasil pengamatan data
tulis yakni adanya uraian yang menyerupai pendekatan metabahasa ‘pemetaan makna dengan
bahasa’ dengan bantuan kosakata utawai/wiadin, seperti : “tukar cincin” utawi saling
anggénang bungkung pawiwahan’
Kata kunci : Metabahasa, Penyerapan
60
Interferensi Bahasa Inggris dalam Komunikasi
Berbahasa Bali pada Akun Media Sosial Hai Puja
Ni Komang Putri Widari 1, Yohanna Venensia Bidi Lua 2, Luh Sitta Devi Wicaksana 3
Program Studi Magister (S-2) Ilmu Linguistik, FIB, Universitas Udayana 1, 2, 3
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Berkembangnya teknologi informasi global menyebabkan terjadinya percampuran bahasa
yang digunakan pada media sosial. Percampuran bahasa tersebut menimbulkan interferensi
bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interferensi bahasa yang terjadi pada objek
penelitian. Objek penelitian ini adalah akun media sosial yang menggunakan Bahasa Bali
dalam kontennya yaitu akun @haipuja. Data diperoleh dari hasil tangkapan layar dan video
dari akun Instagram objek penelitian. Data diperoleh dengan teknik simak dan catat. Data
dianalisis dengan teknik padan yang dijabarkan dalam satu teknik dasar dengan alat penentunya
adalah bahasa lain yaitu Bahasa Inggris. Hasil analisis data disajikan dengan metode informal,
yaitu dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interferensi yang
terdapat dalam akun @haipuja terjadi dalam tiga bidang kebahasaan, yaitu fonologi, semantik,
dan leksikologi. Pada bidang fonologi, interferensi terjadi pada perubahan bunyi, interferensi
semantik terjadi pada makna konseptual kalimat, sedangkan untuk bidang leksikologi
terjadinya interferensi diakibatkan karena penggunaan kosakata Bahasa Inggris ke dalam
Bahasa Bali. Interferensi Bahasa Inggris pada Bahasa Bali ini dapat terjadi karena kosakata
Bahasa Inggris tersebut tidak terdapat dalam tatanan Bahasa Bali.
Kata kunci: Interferensi, Bahasa Inggris, Bahasa Bali, Media Sosial, Hai Puja
61
Dinamika Bahasa Tanda Luar Ruang di Lingkungan
Sekolah Nasional dan Sekolah Internasional di Wilayah
Banjar Badak Sari Denpasar
Made Sani Damayanthi Muliawan
Universitas Warmadewa
Abstrak
Penelitian ini berjudul dinamika bahasa tanda luar ruang di lingkungan sekolah nasional dan
sekolah internasional di wilayah banjar Badak Sari. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu
mengetahui apa saja tanda luar ruang yang ada di sekolah nasional dan sekolah international
yang ada di wilayah banjar badak sari, mengetahui penerapan penggunaan bahasa pada tanda
luar ruang yang terdapat di Sekolah internasional dan Sekolah Nasional di Wilayah Banjar
Badak Sari Denpasar dan implementasi Undang-undnag Republik Indonesia No.24 tahun 2009
tentang penggunaan Bahasa Indonesia pada tanda luar ruang yang ada. Teori yang digunakan
yaitu pendekatan linguistik lanskap dan kebijakan Bahasa. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode deskriptif dalam bentuk penelitian kualitatif. Data pada penelitian
ini yaitu berupa penggunaan bahasa dan posisi bahasa pada tanda luar ruang. Sumber data
berupa tanda luar ruang yang ada di lingkungan sekolah nasional dan sekolah internasional
yang ada di wilayah Banjar Badak Sari Kota Denpasar yaitu TK Cipta Dharma dan Primary
Regent School. Terkumpul sebanyak 11 tanda luar ruang yang terdiri dari dua tanda luar ruang
yang berada di sekolah TK Cipta Dharma dan Sembilan data tanda luar ruang yang berada di
sekolah Primary Regents School. Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa tanda
luar ruang yang terdapat pada sekolah nasional dan sekolah Internasional berupa tanda papan
nama sekolah, tanda larangan, tanda kegiatan sekolah, dan tanda simbolik. Pengunaan bahasa
yang dominan pada sekolah nasional Tk Cipta Dharma yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan
bahasa yang digunakan pada Primary Regents School menggunakan multibahasa yaitu bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris. Implementasi Undang-undang No 24 tahun 2009 tentang
penggunaan bahasa Indonesia pada tanda luar ruang di sekolah nasional Tk Cipta Dharma telah
sesuai dimana kedudukan bahasa Indonesia berada diatas bahasa asing. Namun di sekolah
internasional Primary Regents School, implementasi Undang-undang No 24 tahun 2009 tidak
sesuai karena kedudukan bahasa Indonesia berada dibawah bahasa asing yaitu bahasa Inggris.
Kata kunci : Linguistik Lanskap, Tanda Luar Ruang, Kedudukan Bahasa
62
Bahasa Ibu dan Generasi Milenial di Era Revolusi
Industri 4.0 : Sebuah Kajian Terhadap Bahasa
Minangkabau
Oktavianus
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Abstrak
Bahasa Minangkabau termasuk salah satu bahasa daerah atau bahasa lokal di Indonesia yang
penutur aslinya adalah suku Minangkabau di Sumatera Barat dan yang bermukim di daerah-
daerah perantauan di seluruh dunia. Bahasa Minangkabau memiliki fungsi dan peran yang
sangat strategis dalam kehidupan masyarakat Minangkabau baik sebagai alat komunikasi,
identitas budaya, pengembangan dan penguatan karakter. Keberadaan generasi milenial dan
revolusi industri 4.0 tampaknya juga berdampak pada bahasa Minangkabau. Sehubungan
dengan itu, kajian ini merupakan suatu upaya untuk menelaah eksistensi bahasa Minangkabau
sebagai bahasa ibu di tengah-tengah generasi milenial di era revolusi industri 4.0. Data untuk
keperluan kajian ini diambilkan dari penggunaan bahasa Minangkabau oleh generasi milenial
baik dalam pertuturan sehari-hari maupun penggunaan bahasa Minangkabau di media sosial.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak libat cakap dan simak bebas
libat cakap. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode pada dan metode agih.
Kajian dilakukan dari sudut pandang lintas bidang linguistik yang terkait dengan hubungan
bahasa dengan berbagai aspek sosial budaya penuturnya. Hasil kajian menunjukkan bahwa
penggunaan bahasa Minangkabau oleh generasi milenial membentuk sebuah format baru
bahasa Minangkabau yang diakibatkan oleh kompleksitas kebutuhan kemunikasi di era
revolusi industri 4.0. Revitalisasi Berkelanjutan secara Terpadu (RBT) perlu diterapkan dalam
upaya pemberdayaan bahasa Minangkabau bagi generasi milenial.
Kata kunci : Bahasa Minangkabau, Bahasa Lokal, Generasi Milenial, dan Kontak Bahasa
63
Dinamika Bahasa Bali dalam Lawakan Clekontong Mas
Putu Sandra Putri Astariani 1, Ni Ketut Putri Nila Sudewi 2, Komang Arini 3
Program Studi Linguistik, Universitas Udayana 1, 2, 3
[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3
Abstrak
Sebagai salah satu bahasa ibu yang digunakan oleh mayoritas masyarakat di Bali, bahasa Bali
memiliki cukup banyak perbendaharaan kata, baik yang berasal dari bahasa Bali itu sendiri,
maupun yang merupakan hasil dari serapan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Fenomena
ini tentu tidak dapat dipungkiri karena adanya kemajuan teknologi yang mendukung
terbentuknya lingkungan yang multibahasa. Alhasil bahasa Bali pun menjadi semakin dinamis
dan terkesan semakin modern. Berkaca dari fenomena tersebut, bahasa Bali dipilih sebagai
objek dari penelitian ini. Kajian difokuskan pada kata-kata serapan (yang sebagian besar
berasal dari bahasa Inggris). Data-data dianalisis dengan melihat bagaimana perubahan yang
terjadi dan proses apa yang dialami. Perubahan yang terjadi sebagian besar melibatkan proses
penyisipan vokal, netralisasi, dan perubahan vokal. Data diambil dari video komedi yang
dibawakan oleh grup komedi asal Bali, Clekontong Mas. Dalam penyampaian guyonannya,
grup ini menggunakan lebih dari satu bahasa, yakni bahasa Bali dan bahasa Indonesia, bahkan
terkadang ada istilah-istilah bahasa Inggris di dalamnya. Hal inipun menyebabkan adanya kata-
kata bahasa Indonesia atau Inggris yang pengucapannya disesuaikan dengan bahasa Bali,
sehingga perubahan bunyi pun terjadi dan menambah kedinamikaan Bahasa Bali. Dengan
menerapkan metode dokumentasi dan teknik catat serta teori perubahan bahasa, didapatkan
hasil sebagai berikut: terjadi proses penyisipan vokal schwa pada kata speaker yang awalnya
diucapkan [spiːkər] menjadi [sǝpikɤr], kata special yang diucapkan [speʃl] menjadi [sǝpesiyal],
dan kata spectacular yang awalnya diucapkan [spekˈtækjələr] menjadi [sǝpεktakulεr]. Selain
proses penyisipan vokal terdapat proses netralisasi atau arkifonem pada kata tivi yang awalnya
diucapkan [tivi] menjadi [tipi], formalin yang awalnya diucapkan [fᴐrmalɪn] menjadi
[pᴐrmalɪn], dan film yang awalnya diucapkan [fɪlm] menjadi [pilɤm] (terdapat penyisipan
vokal juga pada kata ini). Perubahan juga terdapat pada kata double yang awalnya diucapkan
[dʌbl] menjadi [dobɤl] yang mengalami proses perubahan vokal.
Kata kunci: Bahasa Bali, Perubahan Bahasa, Kemultibahasaan, Bahasa Serapan, Teknologi
64
Cyber Satua: Transformasi Satua Bali Menyambut
Revolusi Industri 4.0
I Gede Gita Purnama Arsa Putra 1, Dewa Ayu Carma Citrawati 2
Program Studi Sastra Bali, Universitas Udayana 1,
Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Dwijendra 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Satua Bali adalah salah satu khasanah tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Bali dan
diwariskan secara turun temurun. Sebagai sebuah tradisi lisan, banyak satua Bali yang
mengandung nilai-nilai edukasi, nilai moral, maupun nilai agama, yang penting untuk terus
diwariskan keberadaannya. Secara tradisional, satua Bali seperti halnya berbagai tradisi lisan
di dunia, diwariskan dengan cara menuturkan dari mulut ke mulut. Proses tutur-menuturkan
satua Bali kian hari kian berkurang akibat berubahnya pola budaya di masyarakat Bali, yang
awalnya adalah masyarakat agraris kemudian beralih menjadi masyarakat industri. Pada
masyarakat industri, sistem transfer nilai tentu saja mengalami perubahan, yang berawal dari
oral menjadi digital. Kecenderungan ini kian terasa ketika era industri telah memasuki industri
4.0, dimana setiap elemen kehidupan telah bergantung pada dunia cyber berbasis internet.
Satua Bali dengan berbagai nilai-nilai positifnya juga harus mengikuti pola-pola yang kini
berkembang dalam era daring. Anak-anak sebagai sasaran utama dari satua Bali juga lebih
dominan bermain dan menikmati dunia digital. Keberadaan satua dalam bentuk daring (cyber
satua) adalah salah satu solusi untuk tetap mewariskan nilai-nilai lokal dengan kemasan digital.
Kata kunci: Cyber Satua, Satua Bali, Revolusi Industri, Anak-Anak
65
The Translation Ideology of
Idiomatic Expression in Cantik Itu Luka and in Beauty
is a Wound
Ni Luh Putu Sisiana Dewi 1, Putu Cindy Aprilia Devi 2,
Luh Gde Titah Madriyanthi Utama 3
Linguistic Study Program, Udayana University 1, 2, 3
[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3
Abstract
Idiomatic expressions are the arts and culture in any languages. They can help writers convey
the message to the readers which makes it more interesting and colorful. However, idiomatic
expressions are a part of figurative languages with its complexity in structure and meanings, it
becomes the problem for the translator to transfer the meaning in the exact same amount of
meaning from the source language. Therefore, the figurative language of both languages will
not match perfectly in each language senses although it adopts the same concept. In analyzing
translation ideology, it will show the invisible element of texts behind the translator’s ideology,
whether it is preserving the source language or adopting expressions in target language.
This study used translation technique theory by Vinay and Darbelnet (2004) and Newmark
(1988) for the SL and TL emphasis of translation method. Meaning-based theory by Larson
(1998) is also applied in analyzing the idiomatic expressions in Cantik itu Luka. The result
suggested that the translation of idiomatic expression in Cantik itu Luka and in Beauty is a
Wound is preserving the source language of its idiomatic expression to the target language.
Therefore, it can be concluded that the translator tended to apply the ideology of foreignization
in translating Indonesian idiomatic expression.
Keywords: Translation Ideology, Translation Method, Idiomatic Expressions
66
Directive Speech Acts by the Character in Wonder a
Novel by R.J. Palacio
Ni Wayan Prami Wahyudiantari
Abstract
This study is aimed to explain the classifications and to explain the contributions of directive
speech acts analysis in “Wonder” a novel by R.J. Palacio to EFL learner. This study used
descriptive qualitative method which the writer interprets of utterance that contain the types of
directive speech acts in this novel and the contribution of this research in EFL Classroom. The
result of the study showed that 141 utterances of the directive speech acts were successfully
identified. It can divided into 55 utterances are command, 37 utterances are request, 43
utterances are suggestion, 4 utterances are reprove and 2 utterances are commemorate. So it
can be concluded that the dominant directive speech is “command”. The result of the study is
suggested for students, teacher as facilitator can use this novel as the media. By reading this
novel, student can learn about directive speech acts.
Keywords: Directives, Speech Act, Command, Request, Suggestion, Reprove, Commemorate.
67
Derivational English Suffixes Forming Nouns in The
Novel Mockingjay by Suzanne Collins
Ade Novi Antari Putri 1, Luh Nitya Dewi Rupini 2
Linguistics Study Program, Faculty of Arts, Udayana University 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstract
This study entitled Derivational English Suffixes Forming Nouns in The Novel “Mockingjay”
by Suzanne Collins focusses on derivational English suffixes forming nouns and their derived
nouns’ meaning. The aims of this study are to identify the kinds of derivational English suffixes
forming nouns found in the novel “Mockingjay” by Suzanne Collins and to explain the
meanings of the derived nouns.
The data were taken from Suzanne Collin’s novel entitled Mockingjay which was published in
2010. This study was library research and the data were analyzed by qualitative method.
Theories used in analyzing the data were the theory proposed by McCharty in his book entitled
An Introduction to English Morphology (2002) to identify the kinds of derivational suffixes
forming nouns and the theory proposed by Haspelmath and Sims in their book entitled
Understanding Morphology (2010) to analyze the meanings of derived nouns.
The results of this study found that the suffixes forming nouns from nouns are –let, –ship, –
hood, the suffixes forming nouns from adjectives are suffix –ness, –ity, –er and the suffixes
forming nouns from verbs are –ance, –ment, –ing, –action, –al, –el. The derivational meanings
found in the data denoted by the denominal nouns which are diminutive noun and status noun,
the meaning denoted by deadjective nouns which are quality noun and person noun, and the
meaning denoted by deverbal nouns which are action noun, agent noun and instrument noun.
Keywords: Derivational, Nominal Suffixes, Derived Noun
68
Fenomena Bahasa Ibu dalam Dinamika
Kemultibahasaan dan Keanekabudayaan serta
Kemajuan Teknologi Digital: Kasus pada Bahasa Lokal
di Pulau Nusa Penida
I Ketut Darma Laksana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
Abstrak
Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah tenggara Pulau Bali dengan luas 202,84 km2 dan
penduduk berjumlah 45.110 jiwa menghadapi tantangan akan kepunahannya. Beberapa alasan
yang memungkinkan terjadinya kepunahan bahasa lokal itu adalah: pertama, posisinya sebagai
dialek bahasa Bali, yang lebih dikenal dengan sebutan Dialek Nusa Penida, tidak termasuk
bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah sebagai muatan lokal. Kedua, sikap sebagian penutur
dialek bahasa yang bersangkutan kurang positif yang ditandai oleh peralihan minat untuk
menguasai bahasa Bali sebagai bahasa standar. Ketiga, pengaruh pemakaian bahasa Bali pada
ranah tertentu seperti adat istiadat, agama, dan ruang publik. Keempat, pengaruh bahasa asing
sebagai akibat perkembangan pariwisata di pulau itu. Namun, kemajuan teknologi digital
sangat memengaruhi sikap penutur-muda dewasa ini yang berkeinginan bahasanya dikenal
oleh banyak orang luar. Saat ini, bersamaan dengan makin pesatnya perkembangan pariwisata
di daerah tersebut, penutur-muda itu telah berupaya memperkenalkan bahasa lokalnya di dunia
maya. Setiap saat, di Youtube dapat ditonton dan/atau didengar bagaimana kefasihan mereka
melafalkan bunyi-bunyi, intonasi kalimat, dan pemakaian kosakata yang menjadi ciri khas
bahasa lokal tersebut. Dalam kaitannya dengan fenomena bahasa ibu yang dinamikanya
kompleks tersebut, apa yang dilakukan oleh penutur-muda itu merupakan sebuah kemampuan
dalam meningkatkan efektivitas komunikasi dan strategi wacana. Sehubungan dengan itu,
Analisis Wacana Kritis (AWK) dengan metode Dekonstruksi diperlukan untuk mengungkap
ideologi yang tersembunyi di balik representasi virtual dialek Nusa Penida tersebut akhir-akhir
ini.
Kata kunci: Bahasa Lokal, Budaya, Pariwisata, Teknologi Digital
69
Bahasa Bali Antara Idealisme, Pasar, dan Politik
I Wayan Suardiana
Prodi Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya, Unud
Abstrak
Bahasa Bali sebagai salah satu bahasa daerah di Nusantara telah mendapatkan perhatian besar
baik oleh masyarakat penuturnya maupun pemerintah daerah Bali. Masyarakat, bergairah
memakai bahasa ibunya dalam berkomunikasi baik secara oral maupun digital. Di pihak
pemerintah, disambut dengan pembuatan regulasi berupa Perda dan Pergub. Dalam
penggunaan bahasa Bali oleh segenap komponen masyarakatnya, ada hal yang menarik untuk
diteliti, yakni dialektika dan romantika proses penggerakan menuju tujuan ideal, yaitu
“terselamatkannya” warisan leluhur orang Bali di bidang bahasa, aksara, dan sastra Bali secara
menyeluruh serta berkesinambungan. Penelitian ini menggunakan data kualitatif dengan
menggunakan “pisau bedah” Hermeneutika. Objek data disarikan dari beragam sumber seperti
internet, media cetak, dan teks-teks tertulis lainnya. Metode yang digunakan untuk membantu
memperoleh data adalah netnografi dan simak dengan teknik baca dan catat. Dalam proses
pergerakan pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan bahasa Bali sampai
perkembangannya saat ini, ternyata idealisme, tuntutan pasar, dan politik menjadi satu
kesatuan penggeraknya.
Kata kunci: Bahasa Bali, Pemajuan, Idealime, Pasar, dan Politik
70
Ketidaksesuaian Ujaran dalam Percakapan Berbahasa
Bali Terhadap Prinsip Kooperatif.
I Dewa Ayu Devi Maharani Santika 1, I Gusti Ayu Vina Widiadnya Putri 2
Program Studi Sastra Inggris Fakultas Bahasa Asing Universitas Mahasaraswati Denpasar
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk membahas ketidaksesuaian ujaran partisipan terhadap
prinsip kooperatif yang terdiri dari 4 maxim yang ditetapkan oleh H.P.Grice (1075) pada
percakapan. Dalam sebuah percakapan, pembicara dan pendengar memegang peranan penting.
Begitu juga dengan konteks situasi yang mempengaruhi makna dari ujaran – ujaran yang di
ucapkan dalam sebuah percakapan. Seringkali pendengar maupun pembicara merespon satu
sama lain dengan ujaran yang diluar konteks ataupun situasi percakapan, sehingga ujaran
peserta percakapan ini dapat disebut melanggar prinsip kooperatif dalam komunikasi. Data
penelitian merupakan ujaran – ujaran yang diambil dari beberapa video yang berisi percakapan
berbahasa Bali. Dengan menggunakan metode kualitatif, analisis tentang kesesuaian ujaran
terhadap prinsip kooperatif ini dijelaskan secara deskriptif. Secara garis besar, penelitian ini
menemukan bahwa partisipan cenderung tidak mengikuti keempat prinsip kooperatif, yaitu
maxim of quantity, maxim of quality, maxim of relevance, dan maxim of manner untuk memberi
respon terhadap sebuah ujaran, terutama merespon pertanyaan karena bermaksud untuk
membuat kesan humoris.
Kata kunci: Prinsip Kooperatif, Maxim, Ujaran
71
Morfologi Bahasa Jawa Dialek Tegal yang
Berhubungan dengan Kata Ganti
Fahruroji
Universitas Islam Nusantara
Abstrak
Setiap bahasa memiliki keunikannya sendiri yang menurut para penggunanya merupakan hal
yang terbaik. Demikian pula dengan bahasa Jawa yang penggunanya begitu banyak dan dapat
dikatakan sebagai mayoritas penduduk di Nusantara ini. Namun demikian, bahasa Jawa
memiliki bermacam-macam dialek yang kadang-kadang antara dialek yang satu dengan
lainnya memiliki perbedaan yang unik dan memiliki morfem yang jauh berbeda dengan bahasa
Jawa standar (Solo, Yogyakarta). Bahasa Jawa dialek Tegal merupakan bahasa Jawa yang
dipergunakan oleh masyarakat Tegal dan sekitarnya dan yang biasa masuk dalam dialek ini
adalah wilayah Kota Tegal, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes. Penelitian ini dibatasi
pada masalah morfem yang berhubungan dengan kata ganti. Metode yang dipergunakan dalam
tulisan ini adalah metode dokumentasi dengan pengumpulan datanya adalah berdasarkan
dokumen-dokumen tertulis. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahasa Jawa dialek Tegal
memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan bahsa Jawa standar. Kata ganti orang
pertama tunggal: enyong/iyong (Jws: kula; Ind: saya, aku); kata ganti orang pertama jamak:
awake dewek (Jws: kita; Ind: kami, kita); kata ganti orang kedua tunggal: koen (Jws:
kowe/sampeyan; Ind: kamu, engkau); kata ganti orang kedua jamak: koen kabeh; (Jws: kowe
kabeh; Ind: kamu sekalian/kalian); kata ganti orang ketiga tunggal: wong kae (Jws: wong
iki/dheweke; Ind: dia) dan kata ganti orang ketiga jamak: wong-wong kae (Jws: wong-wong
kui/wong-wong iku; Ind: mereka). Melihat kenyataan yang demikian, mungkinkah bahasa
Jawa dialek Tegal dapat berdiri sendiri sebagai bahasa Tegal? Hal inilah yang masih perlu
kajian yang lebih dalam lagi.
Kata kunci: Morfologi Bahasa Jawa, Dialek Tegal, Kata Ganti
72
Balinese Addressing Terms on Satua Bali
I Gusti Ayu Agung Dian Susanthi 1, Anak Agung Istri Manik Warmadewi 2, Dewa Ayu
Kadek Claria 3, I Gusti Ngurah Adi Rajistha 4
Warmadewa University 1, 2, 3, 4
Abstract
Bali has a very unique tradition and culture, one of them is its language. Balinese language has
its own structure and the degree of politeness in using it. It depends on who speaks it to whom
and the certain situation or condition it is being spoken. According to Sor Singgih Basa,
Balinese itself is divided into the politeness level, namely: Basa alus Singgih, Basa Alus madya
and basa Kasar. These politeness level are related to the traditional level of society. This present
research deals with meaning of Balinese addressing terms. The Balinese addressing terms
discussed in this study cover the addressing terms which represent the traditional life of
Balinese society. The componential analysis which related to semantics theory is used in this
study, this theory helps to understand about the meaning of the Balinese addressing terms. The
theories adopted in this present study are semantics component by Larson (1998), the basic
principles of translation by Nida (1975), and the procedure s of translation by Vinay and
Darbelnet (in Venuti, 2000). There are some addressing terms which discussed in this study.
The addressing terms used by the characters on the fable, the addressing terms used by the
traditional society which depends on the level of the society in Bali.
Keywords: Balinese Addressing Terms, Meaning, Componential Analysis
73
Analisis Metabahasa Semantik Alami Verba Membawa
dalam Bahasa Nias Selatan
Dian Rahmani Putri
Fakultas Teknologi, Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali
[email protected] | [email protected]
Abstrak
Penelitian ini menjabarkan tentang penerapan teori metabahasa semantik alami (MSA) pada
verba membawa dalam bahasa Nias Selatan. Verba membawa dalam bahasa Nias ditemukan
sebanyak sembilan kata yang memiliki muatan makna yang berbeda. Metode pengumpulan
data yang digunakan untuk penelitan ini adalah dengan metode cakap secara tertulis yakni
menggunakan teknologi aplikasi Whatsapp pada mobile phone dengan teknik pemancingan
sehingga diperoleh data yang akurat sebelum dilakukan analisis MSA dimaksud. Sembilan data
verba membawa yang diperoleh adalah sebagai berikut: noro delau, noro galisi, noro saoha,
nisalogoi, molu’i, sakhei, salogoi, fanosa’a, fanosa’a mbawi.
Kata kunci: Membawa; Metabahasa Semantik Alami: Nias Selatan
74
Kesantunan Berbahasa Bali Perawat Lansia di Buleleng
sebagai Wujud Pemertahanan Bahasa Lokal
Putu Dewi Merlyna Yuda Pramesti
Universitas Pendidikan Ganesha
Abstrak
Bahasa bali merupakan bahasa yang memperhitungkan stratifikasi sosial dalam pemakaiannya
sama seperti bahasa daerah lain di Indonesia seperti bahasa Sasak, bahasa Sunda, dan juga
bahasa Jawa. Tujuan penelitian ini adalah melihat kesantunan berbahasa Bali perawat lansia di
Buleleng sebagai upaya pemertahanan bahasa lokal. Subyek penelitian ini terdiri dari 15 orang
perawat lansia yang bekerja di Panti Wredha di wilayah Anturan Buleleng. Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan, dengan metode penelitian kualitatif. Data dikumpulkan
dengan cara observasi nonpartisipasi dibantu teknik rekam dan catat. Jenis data penelitian ini
yaitu data tuturan perawat lansia ketika berinteraksi dengan lansia. Proses pengambilan data
dilakukan dengan daily recorded, dengan melakukan perekaman proses komunikasi setiap hari
selama kurun waktu dua bulan yaitu dari awal bulan Oktober sampai awal bulan Desember.
Perekaman dilakukan pada berbagai lokasi pertuturan sehingga akan ditemukan hasil
pembahasan yang komprehensif. Teori kesantunan dari Brown & Levinson (1978;1987)
digunakan untuk menganalisis tuturan perawat lansia dengan melihat jenis strategi kesantunan
yang digunakan pada proses interaksi antara perawat dengan lansia. Hasil dari penelitian ini
adalah perawat di panti wredha Buleleng menggunakan tiga jenis strategi kesantunan yaitu
bald on record, strategi kesantunan negatif, dan strategi kesantunan positif yang dikemas
dengan penggunaan tuturan khas masyarakat Buleleng sebagai upaya dari perawat untuk
mempertahankan bahasa lokal yaitu bahasa Bali. Komunikasi dilakukan dengan pemberian
pujian, dan atau lelucon yang disesuaikan dengan budaya masyarakat Buleleng.
Kata kunci: Kesantunan Berbahasa, Lansia, Bahasa Lokal
75
Struktur Semantik Verba Bahasa Bali dan Bahasa
Indonesia ‘Menangkap’:Pendekatan Metabahasa
Semantik Alami (MSA)
Putu Gede Suarya Natha 1, Ni Made Dian Paramitha Sari 2
Linguistik, Universitas Udayana 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Bahasa Bali sebagai bahasa daerah memiliki banyak keunikan, salah satunya adalah memiliki
banyak leksikon. Leksikon-leksikon tersebut memiliki kemiripan dari segi pemaknaannya,
namun sebenarnya makna yang dikandung setiap leksikon tersebut tidaklah sama. Sehingga,
perlu adanya pembelajaran lebih dalam mengenai hal tersebut. Banyaknya leksikon pada
bahasa Bali bertujuan untuk memudahkan proses komunikasi agar lebih efisien. Namun, sering
kali terjadi kerancuan dalam usaha menerjemahkan suatu leksikon pada bahasa Bali ke dalam
bahasa Indonesia terlebih lagi pada leksikon yang memiliki fitur-fitur mirip. Hal itu dapat kita
lihat pada verba ‘menangkap’. Dalam bahasa Bali terdapat banyak varian dari verba
‘menangkap’ yang digunakan bergantian sesuai dengan keadaannya, sedangkan dalam Bahasa
Indonesia sangat minim ditemukan. Ditemukan lima belas leksikon yang bernosi ‘menangkap’
dalam bahasa Bali, sedangkan dalam bahasa Indonesia hanya ditemukan enam leksikon saja.
Data yang digunakan dalam tulisan ini diperoleh dengan cara mewawancarai informan dan
melakukan studi pustaka. Data dikumpulkan dengan menerapkan metode dokumentasi, yang
dibantu dengan teknik pencatatan. Metode yang juga digunakan dalam menganalisis tulisan ini
adalah metode kualitatif dengan menerapkan teori metabahasa semantik alami (MSA).
Sehingga dapat diketahui sejumlah leksikon yang bernosi ‘menangkap’ dalam bahasa Bali
sebagai berikut: Ngejuk, nakep, meboros, mancing, mencar, nyaring, mubu, nyundih, ngogo,
nyésér, nokal, ngili, mikat, melantik, nyetip. Sedangkan dalam bahasa Indonesia terdapat enam
leksikon antara lain: meringkus, memburu, merangkap, memancing, menjaring, menangguk.
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa verba ‘menangkap’ dalam bahasa Bali dan bahasa
Indonesia tergolong tipe verba melakukan dan berpolisemi dengan berpindah.
Kata kunci: Bahasa Bali, Bahasa Indonesia, Leksikon, Verba Menangkap
76
Translating Javanese Lexicons into English in Warung
VOA Program of Jawa Timur Television (JTV)
Putu Desi Anggerina Hikmaharyanti
English Department, Mahasaraswati University
Abstract
This research focused on the translating of Javanese lexicons into English in Warung VOA
Program of Jawa Timur Television (JTV). Two problems concerning the translating of
Javanese, which is a culture bound language were the ways of translating Javanese lexicons
into English and the meaning fidelity of the translation of the Javanese lexicons.
Due to the problems discussed, the theories suggested in this research include translation,
translation processes, meaning shifts, and fidelity. The data of this research were Javanese
lexicons and their English renderings presented in Warung VOA Program of Jawa Timur
Television (JTV).
The method applied in this research was descriptive in nature. Further, the data were collected
by applying library research. The data analysis was performed to search the ways of translating
Javanese lexicons namely, (1) translating the idea of Source Language lexicon and (2) changing
the lexicon with its equivalent in Target Language. Besides, the data analysis was also aimed
to judge the meaning fidelity of the translation of the Javanese lexicons in English.
The total number of the data was 54 Javanese lexicons in 45 sentences. All the data were
analyzed one by one. In other words, total sampling was applied in this research. The result of
the data analysis showed that 22 (40,7%) Javanese lexicons rendered by translating the ideas
of Source Language lexicons; 32 (59,3%) Javanese lexicons translated by changing the
lexicons with their equivalents in Target Language; 26 (48,1%) Javanese lexicons translated
faithfully into English, and 28 (51,9%) Javanese lexicons translated into English with meaning
shifts.
Keywords: Javanese Lexicons, Cultural Terms, Meaning Fidelity
77
Metonimi Spasial pada Bahasa Bali: Analisis dari Sudut
Semantik dan Gramatikal
Made Susini 1, Ni Wayan Kasni 2, Nyoman Sujaya 3
Fakultas Sastra, Universitas Warmadewa 1, 2, 3
[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3
Abstrak
Metonimi merupakan fenomena bahasa yang berkaitan dengan acuan dan hubungan antar
entitas. Satu entitas dipergunakan untuk mengacu pada entitas lain dan pergeseran acuan
disebabkan oleh adanya kontiguitas antara entitas yang diacu dengan entitas yang seharusnya
diacu. Berdasarkan jenis entitasnya, metonimi dibedakan menjadi metonimi spasial, temporal,
dan abstrak. Penelitian ini mengkaji metonimi spasial yang ditemukan pada bahasa Bali yang
dianalisis dari sudut semantik dan gramatikal. Entitas spasial berkaitan dengan entitas fisik
yang mempunyai ekstensi spasial dan dapat berada dalam ruang tiga dimensi. Data penelitian
diambil dari beberapa buku cerita dalam bahasa Bali. Dari sudut semantik, metonimi spasial
yang ditemukan pada bahasa Bali mempunyai tipe acuan sebagai berikut: 1) Tipe keseluruhan-
sebagian (the whole-part type); 2) Tipe wadah-isi (the container-contents type); dan 3) Tipe
hubungan kedekatan lainnya (adjacency type). Tipe keseluruhan-sebagian meliputi: a) Tipe
benda-bagian (object-component type); b) Tipe kelompok-anggota (organization-member
type); dan c) Tipe benda-bahan (object-material type). Dari sudut gramatikal, pergeseran acuan
yang umum ditemukan pada metonimi spasial bahasa Bali adalah pergeseran dari Adverbia
yang merujuk pada tempat menjadi Subjek atau Objek.
Kata kunci: Metonimi Spasial; Acuan; Entitas; Kontiguitas
78
Sistem Pewarisan Bahasa Ibu: Kasus Pada Diaspora di
Desa Angantiga Petang Badung Provinsi Bali
Ni Luh Nyoman Seri Malini 1, Ni Made Dhanawaty 2, Ida Bagus Putra Yadnya 3, Ni Made
Wiasti 4
Universitas Udayana 1, 2, 3, 4
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana sistem pewarisan bahasa daerah
antar generasi diaspora. Bahasa merupakan alat pengembangan kebudayaan, jalur penerus
kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Oleh karena itu, bahasa juga merupakan
faktor penting dalam membentuk identitas kultural dan identitas sosial termasuk di dalamnya
identitas etnis, anggota masyarakat. Terdapat dua faktor penting untuk menentukan butir nilai
kultural seorang dwibahasawan, yaitu butir-butir nilai yang dihasilkan dari kontak kebudayaan
dan lingkungan sosial yang spesifik dan lingkungan keluarga yang membentuk tipe
pengalaman dwibahasawan tersebut. Sumber data penelitian adalah data lisan diaspora di Bali
yang berdomisili dan telah menetap di Kabupaten Karangasem, Jemberana , Buleleng dan
Denpasar .Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner, wawancara mendalam,
penyimakan, dan pengamatan langsung terhadap sumber data. Data akan diolah dengan
menggunakan teori etnografi komunikasi (Hymes: 1972, Schiffrin: 1994), akomodasi bahasa
(Giles dan Coupland:1991) dan teori bahasa dan budaya (Bernard:1981) dan dengan metode
padan dan metode agih (Sudaryanto, 1993). Hasil penelitian diharapkan bagaimana sistem
pewarisan bahasa antar generasi yang digunakan diaspora di Bali guna mempertahankan
identitas etnisnya.
Kata kunci : Pewarisan Bahasa, Diaspora.
79
Fenomena Bahasa Ibu dalam Pendekatan Marketing
Komunikasi Produk Sanco dalam Perspektif
Kebangsaan ‘Sumpah Pemuda’
Ahmad Toni
Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur
Abstrak
Pendekatan kebangsaan dalam komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produk minyak
goreng Sunco menggambarkan strategi yang dilakukan perusahaan dalam mendekatan diri
kepada konsumen dengan strategi penggunaan bahasa ibu sebagai sebuah fenomena baru
dalam taktik komunikasi pemasaran melalui ‘sepecial moment’ peringatan hari sumpah
pemuda. Hasil penelitian menunjukkan kaum millennial, terutama kaum berpendidikan tinggi
yang selalu bersentuhan dengan teknologi smartphone masih menggunakan bahasa ibu dengan
baik. Bahasa ibu digambarkan sebagai sebuah konsep gotong royong dalam menggapai tujuan
dengan semangat kebersamaan dalam perspektif kebangsaan yang dimiliki kaum millenial,
mereka bukan generasi instan yang distereotypkan oleh berbagai media dan kalangan, tetapi
cara-cara yang digunakan kaum millenial dalam membangun diri dengan bahasa ibu sangat
unik sesuai dengan kapasitas dan dunia yang dimilikinya.
Kata kunci: Marketing Komunikasi, Perspektif Kebangsaan, Kaum Millenial Indonesia.
Bahasa Ibu
80
Tradisi Naur Klaci di Desa Pegunungan Bilok Sidan
Kecamatan Petang Kabupaten Badung
Luh Putu Puspawati
Fakultas Ilmu Budaya
Abstrak
Desa Bilok Sidan termasuk desa pegunungan yang terdiri atas desa-desa meliputi: desa
Sekarmukti, desa Pemiket, desa Sidan, desa Sidan Kawan, desa Belok, desa Lawak, desa
Selantang, desa Jempanang. Masing-masing desa memiliki tradisi lisan yang berbeda-beda
dalam hal naur klaci (mahar) dalam sebuah perkawinan. Setiap desa memiliki keunikan
meliputi: desa Sekarmukti dengan babi Bali, desa Pemiket dengan uang, desa Sidan dengan
uang, desa Sidan Kawan dengan babi Bali, desa Bilok dengan babi Bali, desa Lawak dengan
babi Bali, desa Selantang dengan sapi Bali betina, desa Jempanang dengan babi Bali. Dari
masing-masing dalam hal penyerahan klaci (mahar) dilakukan ada yang dilaksanakan di balai
banjar, ada di pura Desa. Demikian pula dalam pelaksanaan upacara ada dilaksanakan di
perempatan jalan, ada di pura desa, dan ada di balai banjar. Dalam hal ritual masing masing
memiliki keunikan seperti bila pengantin laki-laki dari desa yang sama dengan pengatin wanita
harus membayar mahar hanya satu kali saja apakah uang, babi Bali, sapi betina, uang dan
sebagainya. Namun apabila pengantin laki-laki dari luar desa tersebut harus membayar dua kali
lipat sesuai dengan hasil perarem desa-desa tersebut.
Kata kunci: Naur Klaci, Sapi Bali, Babi Bali, Uang
81
Pencarian Tirta Amertha dalam Cerita Adiparwa dan
Dewa Ruci
I Made Suastika
FIB Unud
Abstrak
Para Dewa berkumpil di puncak Gunung Mahameru (Mahameru Parwata), ketika berkumpul
dan melakukan pemujaan dengan tujuan bagaimana cara untuk mendapatkan tirta Amerta (tirta
Sanjiwani) agar kehidupan kekal abadi. Akhirnya, diberitahukan agar memutar atau mengaduk
Samudra yang bernama Samudra Mautama oleh para Dewa dan raksasa. Cara mengaduknya
dengan cara memotong dan memindahkan Sangkadwipa (pulau siput) dan ditenggelamkan di
dasar Samudra, sehingga Samudra itu bergetar (berputar). Selengkapnya akan dilakukan
pemutaran Sangkadwipa dengan melilitkan Naga basuki, sedangkan di bawahnya sebagai
penyangga Sanghyang Anantaboga, di atasnya para Dewa agar pulau itu tidak terbang ketika
berputar. Di depan dan di ekor Naga basuki ada para Dewa yang menyangga, lalu dilakukan
pemutaran maka keluar panas dari nafas naga itu. Kisah pencarian tirta Amerta juga ada dalam
Dewa Ruci, ketika tokoh Pandawa bernama Bima disuruh mencarinya di dasar laut oleh guru
Drona.
Kata kunci: Tirta Amerta, Para Dewa, Raksasa, Dewa Ruci
82
Peribahasa Bahasa Bali untuk Mengekspresikan Emosi
melalui Sudut Pandang Pragmatis
Dewa Ayu Kadek Claria 1, I Nyoman Kardana 2, I Gusti Ngurah Adi Rajistha 3
Universitas Warmadewa 1, 2, 3
[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3
Abstrak
Peribahasa dalam bahasa Bali memiliki struktur, makna dan fungsi yang sangat unik apabila
ditelaah. Peribahasa merupakan kalimat sederhana yang biasanya berupa perumpamaan yang
mengandung saran dan pelajaran tentang moral. Penelitian ini membahas tentang peribahasa
dalam bahasa Bali yang memiliki fungsi untuk mengekspresikan emosi seseorang yang dilihat
secara pragmatis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan data yang
diperoleh dari beberapa cerita pendek berbahasa Bali, buku peribahasa Bahasa Bali dan
penggalan wacana yang dipakai oleh masyarakat. Data diperoleh melalui metode simak dan
catat yang kemudian dianalisis berdasarkan teori. Hasil penelitian mengenai peribahasa Bahasa
Bali disajikan dalam bentuk formal dan informal. Peribahasa dalam Bahasa Bali sesuai dengan
teori yang digunakan yaitu teori paribahasa Bahasa Bali oleh Simpen (1980) terdiri dari 16
jenis, namun pada penelitian ini hanya ditemukan 7 jenis peribahasa yang berhubungan dengan
emosi terkait dengan perlambang emosi pada bagian wajah seseorang yang meliputi (1)
sesenggakan (2) sesonggan (3) bebladbadan (4) sloka (5) pepindan (6) sesawangan dan (7)
sesimbing. Klasifikasi Emosi dianalisis menggunakan teori emosi yang dikemukakan oleh
Lazaruz (1991), terdiri dari emosi negatif dan positif. Emosi positif terdiri dari bahagia,
bersyukur, bangga, dan cinta sedangkan emosi negatif terdiri dari benci, cemas, bersalah,
kesedihan, cemburu dan marah.
Kata kunci: Peribahasa Bahasa Bali, Perlambang Emosi, Pragmatis
83
Diksi dalam Novel Terjemahan Lara Kusapa
Putu Weddha Savitri
Universitas Udayana
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis diksi yang ditemukan dalam Novel “Lara Kusapa”
yang merupakan terjemahan sebuah novel Prancis dengan judul “Bonjour Tristesse” karya
François Sagan (1954). Dalam artikel ini akan dideskripsikan keunikan diksi yang digunakan
oleh penerjemah, sekaligus juga akan membahas apakah diksi yang digunakan itu cukup tepat
atau tidak. Data dikumpulkan dengan metode simak dengan teknik catat, sedangkan teknik
analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini dapat disimpukan bahwa penerjemah menggunakan beberapa kata unik
yang terasa asing atau jarang digunakan, kata-kata gaul, kata sifat yang sangat spesifik, dan
juga dengan tetap menggunakan beberapa kata dan frasa dalam bahasa Prancis. Jika dilihat dari
ketepatan atau kesepadanan penggunaan diksi tersebut, beberapa kata tampak kurang tepat
penggunaannya dan sedikit melanggar kaidah bahasa Indonesia dimana seharusnya
penerjemah menggunakan kata yang lebih dapat dimengerti oleh pembaca.
Kata kunci: Diksi, Pilihan Kata, Novel
84
Penggunaan Bahasa Tabu di Kota Denpasar
I Made Astu Mahayana 1, Anak Agung Gede Suarjaya 2, Dewa Ayu Dyah Pertiwi Putri 3
Program Studi Sastra Inggris, Universitas Warmadewa 1, 2, 3
[email protected] 1, [email protected] 2,
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk, fungsi, dan konteks dari penggunaan bahasa
tabu dalam konteks percakapan bahasa Bali sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang berbasiskan teori Jay (1992) dan Wardaugh
(1986). Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah metode simak yang
dilanjutkan dengan teknik rekam dan teknik catat. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
bahwa; (1) berdasarkan bentuknya, data yang ditemukan dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu berdasarkan satuan gramatikal yang terdiri atas kata dan frase, dan berdasarkan sumber
referensinya dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu (a) kata atau frase yang berhubungan
dengan orang tua, (b) kata atau frase yang berhubungan dengan binatang, (c) kata atau frase
yang berhubungan dengan hubungan seksual, (d) kata atau frase yang berhubungan dengan
kematian, (e) kata atau frase yang berhubungan dengan ekskresi, dan (f) kata atau frase yang
berhubungan dengan bagian tubuh, (2) berdasarkan fungsinya, data yang ditemukan dibedakan
menjadi lima, yaitu (a) untuk mengekspresikan makian, (b) untuk mengekspresikan kekesalan
atau kemarahan, (c) untuk mengekspresikan sindiran, (d) untuk merendahkan lawan bicara atau
orang ketiga, dan (e) untuk mengolok-olok. Adapun konteks dari kata atau frase tabu yang
telah ditemukan tersebut dapat dibedakan menjadi konteks kemarahan, konteks ejekan, konteks
komentar atau tanggapan, konteks meminta jawaban, dan konteks menanggapi suatu ujaran.
Kata kunci: Bahasa Tabu, Bahasa Bali, Konteks
85
Fungsi dan Makna Pesan dalam Pepatah Bahasa Bali
I Nyoman Kardana 1, Dewa Ayu Kadek Claria 2, Made Sri Satyawati 3
Universitas Warmadewa 1, 2, Univeritas Udayana 3
[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3
Abstrak
Bahasa Bali digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat Bali baik yang tinggal di Bali
maupun di luar Bali. Bahasa Bali juga digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan
budaya Bali dalam berbagai bentuknya. Bahasa Bali digunakan pada berbagai ranah bahasa,
baik ranah formal maupun informal. Pada ranah formal, bahasa Bali digunakan dalam
pertemuan yang berhubungan dengan masalah adat dan keagamaan baik yang berlangsung di
rumah-rumah, balai adat (balai banjar) maupun tempat-tepat suci. Bahasa Bali juga digunakan
sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan khusus yang berhubungan dengan pujian,
sindiran, saran, dan lainnya. Pesan-pesan tersebut biasanya disampaikan dalam bentuk
peribahasa. Dalam bahasa Bali, peribahasa diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, salah
satunya adalah pepatah. Sehubungan dengan itu, tulisan ini mengkaji pesan yang terdapat pada
pepatah bahasa Bali termasuk melihat makna dan fungsinya. Data yang digunakan dalam
tulisan ini berupa data lisan yang diambil dari informan dan data tulis yang diambil dari bahan
tertulis, seperti cerita berbahasa Bali. Data dikumpulkan dengan menerapkan metode observasi
yang dilengkapi dengan teknik rekan dan catat. Data dianalisis berdasarkan pendekatan praksis
sosial yang meliputi aspek biologis, sosiologis, dan idiologis. Hasil analisis menunjukkan
bahwa dari aspek biologis, nomina yang digunakan dalam pepatah dapat berupa nomina tak
bernyawa dan nomina bernyawa berupa tumbuhan dan binatang. Dilihat dari aspek
sosiologisnya, pepatah bahasa Bali digunakan untuk menyampaikan perintah, permohonan,
sindiran, pujian, dan saran. Sementara itu, dari aspek idiologis, pepatah bahasa Bali
mengandung pesan tertentu yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat tentang sikap
dan perilaku yang baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, pantas dan tidak pantas dilakukan.
Kata kunci: Pepatah, Praksis Sosial,Ranah Bahasa
86
Metafora Kebahagiaan dalam Bahasa Bali
I Made Rajeg 1, Gede Primahadi Wijaya Rajeg 2
Universitas Udayana, Indonesia 1, 2
Abstrak
Pengalaman emosi pada manusia tidak sepenuhnya dapat dipahami dan diungkapkan dengan
bahasa literal. Oleh karena itu, diperlukan bahasa-bahasa metaforis untuk memahami dan
mengunkapkannya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pola-pola ungkapan metaforis
kebahagiaan, menganalisis metafora konseptual yang mendorong pemakaian ungkapan
metaforis tersebut, dan menentukan model kognitif emosi kebahagiaan dalam bahasa Bali
(BB).
Data diperoleh dari korpus BB yang dikumpulkan sendiri dari teks berbahasa Bali pada koran
mingguan Bali Orti berjejaring. Korpus tersebut mewakili pemakaian bahasa pada ranah berita,
sastra, agama, mitos, legenda, dan lain-lain. Data kebahasaan digali menggunakan seperangkat
mesin penjelajah korpus, Antconc 3.2.4w dengan kata kunci bagia. Selanjutnya, metafora
kebahagian dikenali dengan metode Prosudur Identifikasi Metafora dan dianalisis dengan teori
Metafora Koseptual.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar emosi kebahagiaan diungkapkan secara
berpola dan dimotivasi oleh sejumlah metafora konseptual seperti KEBAHAGIAAN
SEBAGAI OBJEK YANG DICARI dan KEBAHAGIAAN SEBAGAI MILIK/ KEKAYAAN.
Hasilnya juga menunjukkan model kognitif KEBAHAGIAAN dalam budaya Bali ialah bahwa
KEBAHAGIAAN merupakan objek yang tersembunyi, dicari untuk dimiliki sebagai
kekayaan.
Kata kunci: Kebahagiaan, Pola Metafora, Metafora Konseptual, Linguistik Korpus
87
Ambiguitas Penggunaan Sufiks –in dan –ang dalam
Bahasa Bali pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Udayana.
I Made Agus Atseriyawan Hadi Sutresna 1, Gde Arys Bayu Rewa 2, Dewa Ayu Marta Dewi 3
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1, 2, 3
[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3
Abstrak
Penelitian ini mengkaji keambiguan penggunaan sufiks –in dan sufiks –ang dalam bahasa Bali
pada mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana penutur bahasa Bali. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui mahasiswa penutur bahasa Bali dalam menggunakan sufiks –
in dan sufiks –ang dan penyebab keambiguan penggunaanya. Pendekatan sosiolinguistik ragam
baku dan ragam umum digunakan dalam penelitian. Metode simak dengan teknik rekam dan
teknik lanjutan berupa teknik catat digunakan dalam pengumpulan data. Pada tahapan analisis
data digunakan metode padan (Sudaryanto, 1993:13) dengan teknik dasarnya yaitu teknik pilah
unsur penentu (PUP). Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian
informal dan formal.
Sufiks –in dan –ang merupakan ragam baku dalam bahasa Bali dan sufiks –in sebagai ragam
umum untuk merujuk sufiks –in dan –ang. Ditemukan tiga jenis penutur (1) penutur yang tahu
dengan pasti penggunaan sufiks –in dan –ang, (2) penutur yang tahu perbeda penggunaan
sufiks –in dan -ang namun lebih memilih menggunakan sufiks -in dalam situasi informal, dan
(3) penutur yang tidak tahu atau kurang memahami penggunaan sufiks –in dan –ang. Ada dua
penyebab penutur menganggap sufiks –in sebagai ragam umum yang ditemukan dalam
penelitian ini yaitu, (1) pemerolehan bahasa sejak anak-anak memang tidak dibedakan
penggunaan antara sufiks –in dan –ang dan mengetahui perbedaannya sejak mendapatkan
pendidikan formal di sekolah, (2) penutur yang sering menggunakan sufiks –in karena penutur
merupakan dwibahasawan (bahasa Bali dan bahasa Indonesia), dalam bahasa Indonesia
informal (non baku) sufiks –in selalu digunakan untuk merujuk sufiks –i dan –kan sehingga
penutur terpengaruh menggunakan sufiks –in dalam bahasa Bali.
Kata kunci: Ragam Baku, Ragam Umum, Sufiks, Ambiguitas
88
Penanganan Perkara di Desa pada Masa Kerajaan di
Bali
Ida Ayu Wirasmini Sidemen
Prodi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
Abstrak
Penanganan perkara pada masa kerajaan di Bali, ditangani oleh lembaga peradilan yang
bernama kerta. Secara struktural, pengadilan hanya ada di pusat kerajaan dan ditingkat
kepunggawaan. Dalam kerta, ada hakim yang pada umumnya dijabat oleh pendeta, dengan
sebutan peranda kerta (lead kerta). Peranda kerta menjabat sebagai kepala pengadilan. Selain
itu ada jaksa penuntut umum yang disebut kanca, panitera yang disebut jejeneng, hakim yang
disebut kerta. Salah satu yang menjadi penting bagi warga desa, adalah penanganan perkara
terutama perkara perdata, untuk mencegah agar tidak berlanjut ke pengadilan tingkat
punggawa atau pengadilan kerajaan. Untuk tujuan itu, aparat desa membuat lembaga khusus
menangani perkara, yang disebut dengan kerta desa. Kerta desa sebagai pengadilan yang
berada ditingkat desa, memegang peranan penting dalam usaha menyelesaikan perkara yang
muncul di desa dan mengarah kepada perdamaian. Istilah puput ring jaba yang tertuang dalam
pipil sebagai bukti bahwa perkara sudah diusut dan diadili oleh pejabat kerta desa dan dapat
diselesaikan ditingkat desa. Setiap perkara yang berhasil didamaikan di desa, harus dibuatkan
bukti tertulis oleh pejabat perbekel atau punggawa, sebagai putusan peradilan berkekuatan
hukum walaupun diputuskan secara damai oleh pejabat desa.
Kata kunci: Kerta Desa, Perkara, Puput ring Jaba
89
Tingkat Pendidikan dalam Eksistensi Bahasa Bali
Yohanes Octovianus L. Awololon 1, Komang Satria Wirasa 2, Ni Putu Eka Yani 3
Program Pascasarjana Jurusan Linguistik, Universitas Udayana 1, 2, 3
[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauhkah pengaruh tingkat pendidikan
terahadap mundurnya penggunaan Bahasa Bali. peneliti menggunakan metode kuantitatif
dalam menganalisis data dari sampel sebanyak 100 dari jumlah populasi masyarakat Bali yang
memiliki level pendidikan terakhir yang berbeda dari SD sampai S3. teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah teknik random sampling. peneliti menggunakan kuesioner
(Questionnaire) dalam proses pengumpulan data, kemudian melakukan pengkodean dengan
menggunakan skala likert atas jawaban yang dikodekan dalam bentuk angka. berdasarkan data
yang dikumpulkan maka nilai mean pada variabel x adalah sebesar 12.56 sedangkan nilai y
sebesar 19.76. data nilai hitung varians pada masing-masing data yaitu x sebesar 18 dan y
sebesar 72. dalam menguji hipotesis, peneliti menggunakan teknik uji spearman korelasi atau
uji 'r' menggunakan spss dengan tingkat hubungan masing-masing variabel antara kurang lebih
0,00 sampai 1.00. hasil uji 'r' sebesar 0,55 emnunjukan bahwa terdapat hubungan yang sedang
antara variabel x dan y karena nilai uji 'r' berada di antara 0.41-060. kemudian, hasil uji 't'
sebagai pengujian hipotesis menunjukan bahwa nilai uji 't' sebesar 7,806 dengan derajat
kesalahan 0,01% pada nilai 't' tabel sebesar 2,358 maka dapat dikatakan bahwa nilai 't' hitung
7,806 lebih besar dari pada nilai 't' tabel 2,358. dari perbandingan nilai 't' tersebut maka Ha
diterima dan H0 ditolak yang berarti terdapat pengaruh yang sedang secara signifikan antara
tingkat pendidikan terhadap mundurnya penggunaan bahasa Bali.
Kata kunci: Kemunduran, Bahasa Bali, Tingkat Pendidikan.
90
The Use of Code Switching in Twitter
Kadek Gangga Utara 1, Luh Gede Putri Cahyantika Ningrum 2, I Putu Ambara Putra 3
Udayana University, Denpasar, Bali 1, 2, 3
[email protected] 1, [email protected] 2,
Abstract
The article examines the use of code switching in Twitter. The methods that are used in this
article are collecting data and qualitative descriptive method to analyse data. The writer used
Hoffman’s theory in classify the type of code switching (Intra-sentential, Inter-sentential,
Involving a change of pronunciation, Emblematic switching, Intra-lexical code mixing, and
Establishing continuity switches). The result is all type of code switching could find in Twitter
and the most code switching that found is Intra-sentential and Inter-sentential.
Keyword: Sociolinguistic, Code, Code Switching, Hoffman’s Theory, Twitter
91
Etnolinguistik dalam Tradisi Ngaturang Pejati
pada Masyarakat Hindu di Bali
Made Sri Satyawati
Universitas Udayana
Abstrak
Kajian terhadap tradisi Ngaturang Pejati dalam masyarakat Hindu di Bali merupakan kajian
yang menarik. Seluruh masyarakat Hindu di Bali melakukan tradisi ini dalam berbagai kegiatan
yang akan dilakukannya. Misalnya akan bepergian jauh untuk memberitahukan kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa dan leluhur bahwa kita akan bepergian dan sekaligus memohon
keselamatan. Kegiatan seperti ini umumnya disebut matur piuning. Kegiatan matur piuning ini
merupakan produk budaya yang menjadi tradisi turun temurun di masyarakat Hindu di Bali.
Penelitian tentang budaya dengan pendekatan agama sudah sering dilakukan, tetapi kajian
terhadap teks yang dihubungkan dengan simbol-simbol yang digunakan belum pernah
dilakukan.
Objek penelitian dalam tradisi ini adalah mantra dan sarana upakara. Mantra diperoleh melalui
metode wawancara, sedangkan sarana upakara diperoleh melalui wawancara, menyimak
penjelasan dari informan, dan pengamatan terhadap banten pejati tersebut. Data yang diperoleh
akan dikaji dengan teori Linguistik Kebudayan yang disampaikan oleh Hymes dalam buku
Wardhaugh (2006:249). Menurutnya bahasa dan kebudayaan merupakan suatu hal yang sangat
erat kaitannya sehingga menariknya sekali untuk memfokuskan kajian pada bentuk-bentuk
linguitik yang digunakan dalam teks mantra ngaturang pejati hubungan fungsi dan makna
simbol-simbol dalam sarana upakara ngaturang pejati, dan fungsi pejati dalam masyarakat
Hindu di Bali.
Kata kunci: Etnolinguistik. Ngaturang Pejati, Tradisi, dan Simbol.
92
Contrasting the semantics of Indonesian -kan & -i verb
pairs: A usage-based, constructional approach
Gede Primahadi Wijaya Rajeg 1, I Made Rajeg 2, I Wayan Arka 3
Universitas Udayana 1, 2, 3, Australian National University 3
Abstract
Several studies have analysed the role of -kan and -i suffixes as valency-changing mechanisms
(Arka, 1993; Arka et al., 2009; Cole & Son, 2004; Kroeger, 2007). When the semantics of the
-kan/-i verb pairs (i.e. based on the same root) are contrasted, the focus is on the semantic role
of the direct objects (cf., e.g., Arka et al., 2009). Little is known, however, about how specific
-kan/-i pairs are actually used in large collection of text (i.e. linguistic corpora) that (i) may
hint to their common usage patterns, and (ii) is by no means less indicative of their semantic
difference. One hypothesis put forward by Sneddon et al. (2010, p. 101) is that “with a number
of words the distinction between -kan and -i is blurred in common usage. In some cases, both
-i and -kan occur with the same meaning.” One of the illustrating examples is mengenai and
mengenakan, both translated as ‘subject to’ by Sneddon et al. (2010, p. 101).
We present a case study for how the aforementioned theoretical hypothesis can be tested using
a quantitative method in usage-based, Construction Grammar (Goldberg, 2006), namely
Collostructional Analysis (CollAna) (Stefanowitsch, 2013). We test whether mengenai and
mengenakan do have the same meaning as Sneddon et al. (2010) suggest. Adopting the usage-
based approach, the meaning of these verbs is operationalised in terms of the verb’s strongly
attracted collocates, especially one word occurring to the right of the verbs in the corpus (i.e.
R1 collocates), approximating fillers of their direct objects. CollAna is used to measure the
association strength between these verbs and their R1 collocates in one of the corpus files from
the Indonesian Leipzig Corpora (ind_mixed_2012_1M-sentences.txt–15,052,159 word-
tokens). We discovered that mengenakan and mengenai strongly attract different collocate
types (see Table 1), reflecting their distinct semantics and usage patterns.
Table 1 Top-10 attracted R1-collocates for mengenakan (left table) and mengenai (right table)
Collocates Gloss Association
Strength
Collocates Gloss Association
Strength
pakaian clothes Inf hal matter 168.445
baju shirt 195.026 masalah problem; issue 76.852
celana pants 194.002 dampak impact 59.118
gaun dress 107.624 keberadaan existence 38.119
jubah cloak 102.360 hubungan relationship 34.540
seragam uniform 73.422 apa what 34.244
rok skirt 64.238 bagaimana how 33.992
jilbab hijab 62.278 pentingnya the importance (of) 33.294
sepatu shoes 58.038 hal-hal matters 28.602
kaos T-shirt 51.272 sasaran target 26.421
The semantics of the attracted collocates indicate that mengenakan convey the meaning of ‘to
wear (clothes)’, while it is mengenai that closely means ‘subject to’ or ‘concerning to’. These
results do not support Sneddon et al.’s hypothesis that the verbs convey the same meaning.
This case study seeks to highlight the merit of quantitative corpus-based method to the usage-
based, constructional analysis of an aspect of Indonesian grammar. (NB: Slides presentation of
this talk is available open-access at https://doi.org/10.6084/m9.figshare.11758218)
93
Afiks Infleksional dalam Bahasa Uab Meto: Kajian
Morfologi Generatif
Efron E. Y Loe
STIBA Mentari Kupang
Abstrak
Penelitian ini berjudul Afiks Infleksional Dalam Bahasa Uab Meto: Kajian Morfologi
Generatif. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk menemukan jenis-jenis afiks
infleksional dalam bahasa Uab Meto, dan makna dari afiks infleksional dalam bahasa Uab
Meto. Bahasa Uab Meto yang menjadi obyek penelitian dalam tulisan ini adalah bahasa yang
digunakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan TTS. Peneliti memfokuskan penelitiannya di
Desa Bijaepunu, Kecamatan Molo Utara. Pendekatan teori yang digunakan untuk menganalisis
jenis-jenis dan makna dari afiks infleksional dalam bahasa Uab Meto adalah pendekatan teori
morfologi generatif menurut Aronoff, yaitu ‘Word Base Morphology atau Lexeme Base’.
Pendekatan teori yang digunakan karena dapat menjawab permasalahan penelitian yang ada.
Metode pengumpulan data merujuk pada metode simak dan cakap dengan tekniknya masing-
masing. Data penelitian diperoleh langsung dari penutur asli bahasa Uab Meto yang menguasai
bahasa Uab Meto. Data penelitian diperoleh melalui dua sumber data, yaitu data tulisan dan
lisan yang diperoleh langsung dari informan.
Penelitian ini difokuskan pada afiks infleksional dan hasil penelitian ditemukan tiga jenis
varian atau alofon afiks infleksional dalam bahasa Uab Meto. Tiga jenis afiks infleksional
dalam bahasa Uab Meto, yaitu afiks /n/, /in/, dan /sin/ yang ditemukan penggunaannya dalam
leksem dasar nomina dan verba. Dalam penggunaan ketiga afiks tersebut diserati juga dengan
pelesapan dan pergantian tempat fonem. Ketiga jenis afiks infleksional tersebut berfungsi
sebagai sufiks dan digolongkan dalam morfem terikat.
Hasil analisis ketiga jenis afiks infleksional /-in/, /-nin/ dan /-sin/ dalam bahasa Uab Meto,
ditemukan makna gramatikal dari ketiga afiks infleksional tersebut bermakna jamak saat
ditambahkan pada leksem dasar. Makna gramatikaal afiks infleksional /-in/, /-nin/ dan /-sin/
jika ditambahkan pada leksem dasar menjelaskan benda dan pekerjaan yang dilakukan lebih
dari satu.
Kata kunci: Morfologi, Afiks, Afiks Infleksional, Sufiks, Bahasa Uab Meto.
94
Pengaruh Bahasa Inggris Terhadap Pilihan Berbahasa
Generasi Milenial
Anak Agung Sagung Shanti Sari Dewi
Udayana University
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pilihan berbahasa generasi milenial Indonesia
dewasa ini. Penelitian yang berdasarkan filosofi fenomenologis ini sangat menarik untuk
dilakukan mengingat generasi milineal yang lahir dan tumbuh pada era “internet booming”
(Lyons, 2004) memiliki gaya bahasa yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Penelitian ini
secara lebih specifik bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi pengaruh bahasa asing, khususnya
bahasa Inggris terhadap pemakaian Bahasa Indonesia generasi milenial; dan 2) menganalisa
alasan generasi milenial tentang pilihan berbahasanya. Sebagai populasi, penelitian ini
melibatkan 200 orang generasi milenial usia 17-25 tahun yang sedang menempuh kuliah di
Universitas Udayana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan
pengumpulan data dilakukan melalui tiga teknik yaitu: pengisian kuisioner oleh seluruh
responden, perekaman percakapan sehari-hari antar mahasiswa di lingkungan Universitas
Udayana, serta pencatatan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bahasa Inggris telah
memberikan pengaruh besar terhadap pilihan berbahasa generasi milenial dimana mereka
memilih untuk melakukan campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris serta
menggunakan bahasa Indoglish dalam komunikasinya. Alasan mereka adalah antara lain: a)
untuk keakraban dan pergaulan, b) prestise dan gaya, c) karena tidak mengetahui padanan yang
tepat di bahasa Indonesia serta d) karena istilah-istilah tersebut sudah familiar dan umum
digunakan dalam komunikasi berbahasa Indonesia.
Kata kunci: Generasi Milenial, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pilihan Berbahasa,
Komunikasi
95
Makna Implikatur Percakapan Tuturan Wadanan
sebagai Manifestasi Melecehkan Muka dalam Bahasa
Osing
Titis Sugiyantiningtyas 1, I Wayan Ardi Sumarta 2
Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi 1, Universitas Lampung 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Penelitian ini mengkaji penggunaan bahasa lisan dalam interaksi sosial di lingkungan
masyarakat. Fokus penelitian adalah pada tuturan wadanan berbahasa Osing. Tuturan wadanan
dalam bahasa Osing ini berfungsi menunjukkan ekspresi kepada orang lain. Tuturan ini
merupakan salah satu manifestasi ketidaksantunan berbahasa yang dapat melecehkan muka
dengan ragam makna implikaturnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu; (1) mendeskripsikan
manifestasi melecehkan muka dalam tuturan wadanan pada bahasa Osing; (2)
mendeskripsikan konteks implikatur wadanan sebagai manifestasi melecehkan muka dalam
bahasa Osing.
Kata kunci: Bahasa Osing, Lingusitik, Implikatur
96
E-learning untuk Mengotimalkan Pembelajaran Bahasa
Ibu
I Dewa Gede Budi Utama
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha
Abstrak
Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris mendominasi penggunaan bahasa pada kehidupan sehari-
hari. Penggunaan bahasa daerah pun semakin terdesak. Jumlah penutur bahasa daerah sebagai
bahasa pertama semakin sedikit.
Terkait dengan hal tersebut, pengajaran bahasa daerah harus semakin dioptimalkan baik
melalui jalur formal maupun informal. Salah satu peluang untuk mengoptimalkan
pembelajaran bahasa daerah adalah dengan memanfaatkan teknologi atau pembelajaran
melalui e-learning. Artikel ini bertujuan untuk membahas peluang pemanfaatan e-learning
dalam pembelajaran bahasa ibu, keuntungan pembelajaran bahasa ibu melalui e-learning, dan
tantangan pembelajaran bahasa ibu melalui e-learning.
Peluang pembelajaran melalui e-learning sangat besar karena beberapa alasan seperti:
teknologi dapat dijangkau dengan mudah, internet yang menjadi media untuk e-learning dapat
diakses dengan mudah, teknologi sudah dikuasai oleh guru maupun siswa, sarana dan prasarana
yang ada baik di sekolah maupun pribadi juga telah memadai. Pemanfaatan e-learning dalam
pembelajaran bahasa ibu memberikan sejumlah keuntungan antara lain: pembelajaran menjadi
lebih menarik, pembelajaran dapat dilakukan kapanpun tanpa harus mengandalkan pertemuan
tatap muka di kelas, konteks penggunaan bahasa dapat dihadirkan melalui media pembelajaran
yang lebih variatif, biaya pembelajaran lebih terjangkau, evaluasi dapat dilakukan dengan lebih
mudah.
Pembelajaran melalui e-learning juga memungkinkan hadirnya sejumlah hambatan yang harus
diantisipasi antara lain: diperlukan penguasaan teknologi secara lebih khusus oleh guru untuk
menciptakan lingkungan belajaran dalam jaringan (online), membutuhkan upaya yang lebih
keras dalam menciptakan rancangan dan media pembelajaran agar pembelajaran dapat
dilakukan dengan baik, dan membutuhkan kebijakan pada tingkat sekolah maupun di atasnya
untuk menciptakan sistem pembelajaran dan evaluasi yang lebih komprehensif.
Kata kunci: Bahasa Ibu; Pembelajaran Bahasa; E-Learning, Teknologi Pembelajaran
97
Strategi dan Prosedur Penerjemahan Kata Bermuatan
Budaya Bali pada Media Cetak Berbahasa Jepang
Ladycia Sundayra
Abstrak
Penelitian berjudul “Strategi dan Prosedur Penerjemahan Kata Bermuatan Budaya Bali pada
Media Cetak Berbahasa Jepang” ini, membahas leksikon-leksikon budaya tradisional Bali pada
media cetak berbahasa Jepang (API Magazine). Tujuan penelitian ini: (1) menganalisis
padanan kata bermuatan budaya Bali dalam bahasa Jepang yang terdapat pada Api Magazine,
(2) memaparkan strategi dan prosedur yang digunakan dalam proses penerjemahan kata
bermuatan budaya Bali ke dalam bahasa Jepang. Khazanah leksikon budaya tradisional Bali
yang relatif banyak dan beragam menjadi kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat Bali. Hal
ini berbanding lurus dengan perkembangan kebudayaan dan kesenian Bali yang menunjang
pariwisata Bali, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dunia, khususnya
Jepang. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara. Kata yang
bermuatan budaya Bali yang ditemukan dalam API Magazine, yaitu ngaben, bade, payas
agung, balian, jaba, kulkul, bale, dan meru. Strategi yang digunakan adalah pencarian padanan
melalui penelusuran dokumen, baik cetak maupun online; dan prosedur yang ditempuh adalah
transferensi, pemadanan budaya, dan penerjemahan deskriptif. Dari temuan ini dapat
disimpulkan bahwa dalam penerjemahan kata-kata bermuatan budaya diperlukan pemahaman
yang baik tentang teks sumber, serta istilah-istilah budaya dalam bahasa sumber (BSu) dan
bahasa sasaran (BSa)
Kata kunci: Kata Bermuatan Budaya, Strategi Penerjemahan, Prosedur Penerjemahan
98
Pemertahanan Bahasa Bali Melalui Tradisi Nguup di
Desa Mundeh Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan
Gek Diah Desi Sentana
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Abstrak
Bahasa Bali diekspresikan secara lisan lewat tradisi lisan nguup. Tradisi lisan nguup adalah
tradisi yang melibatkan tujuh orang anak di Desa Mundeh selama melaksanakan tugasnya
menjadi Jero Permas di Pura Pesamuan. Ketujuh Jero akan berada di Pura Pesamuan selama
sebelas hari (Nutug Solas). Tradisi Lisan nguup adalah tradisi berkeliling desa adat mundeh
untuk membeli beras, gula, ataupun kelapa hasil dari panen masyarakat desa adat Mundeh yang
kemudian diolah menjadi penganan tradisonal berupa jaja laklak. Jero permas berkomunikasi
dengan pengantar bahasa lokal, di Bali ekspresi dan pengantarnya memakai bahasa Bali, yang
oleh Warna (1990) disebut bahasa kapara, bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat
Bali dalam berkomunikasi, mengenal anggah unggahing bahasa (basa) disebut sor-singgih
(kasar/biasa-halus) yang digunakan oleh masyarakat Bali. Pemertahanan bahasa (language
maintenance) berkaitan dengan masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap
menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa lainnya. Kridalaksana mengartikan
“usaha agar suatu bahasa tetap dipakai dan dihargai, terutama sebagai identitas kelompok,
dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan melalui pengajaran, kesusastraan, media massa,
dan lain-lain.
Pemertahanan Bahasa Bali melalui tradisi lisan nguup merupakan tradisi yang sangat
bermanfaat bagi masyarakat, mengingat desa adat mundeh merupakan daerah tujuan wisata
sehingga pergeseran Bahasa sangat rentan terjadi karena geliat pariwisata. Tradisi nguup
membuat anak-anak yang menjadi jero permas berani untuk berkomunikasi dengan orang lain,
baik teman sebaya bahkan orang dewasa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan Teori Struktural Fungsional yang menyimpulkan tentang penggunaan bahasa
Bali yang digunakan dalam tradisi lisan Nguup. Mereka dapat bertahan karena hal-hal sebagai
berikut: (1) wilayah yang masih agraris dan berada di pinggiran kota jauh dari wilayah
pemukiman mayoritas Bali, (2) adanya toleransi dari masyarakat Mundeh yang merasa
memiliki dan menjaga bahasa Bali sehingga menggunakan bahasa Bali dalam berinteraksi
dengan jero permas, (3) wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke
Desa Adat Mundeh sangat menghargai budaya lokal, (4) adanya loyalitas tinggi dari anggota
masyarakat Mundeh terhadap bahasa Bali sebagai konsekuensi kedudukan atau status bahasa
ini yang menjadi lambang identitas diri masyarakat Loloan yang beragama Islam, (5) adanya
kesinambungan pengalihan bahasa Bali dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya,
khususnya dalam tradisi lisan nguup.
Kata kunci: Pemertahanan, Bahasa Bali, Tradisi Lisan Nguup
99
Puitika Pastoral dalam Teks Sajak Dongeng dari Utara
Karya Made Adnyana Ole
Puji Retno Hardiningtyas
Balai Bahasa Bali
Abstrak
Dongeng dari Utara karya Made Adnyana Ole memuat potensi besar teks sastra ekologi sebab
muncul tema lingkungan sebagai orientasi etis teks. Rumusan masalah penelitian ini
difokuskkan pada pendeskripsian bucolic (pengembala), arcadia (cara/tempat hidup yang
ideal), georgig (ragam, keunikan, dan seluk beluk pekerjaan di desa) serta wacana retreat dan
return dalam sajak Dongeng dari Utara. Pengumpulan data penelitian ini digunakan metode
studi pustaka dengan teknik baca catat. Data dianalisis dengan metode analitik deskritif dengan
teknik interpretatif. Teori yang digunakan dalam penelitain ini adalah ekokritik. Hasil dan
pembahasan penelitian ini menunjukkan bahwa estetika pastoral dalam sajak-sajak karya Made
Adnyana Ole dipegaruhi pandangan hidup masyarakat petani. Latar pedesaan, persawahan,
pertanahan, dan pemandangan alam di tempat yang tenang adalah salah satu model estetika
pastoral dalam sajak Dogeng dari Utara. Gambaran kehidupan yang ideal di pedesaan
diuraikan dengan ciri-ciri (a) alam pedesaan yang tenang, statis, dan statis, (b) hubungan
manusia dan alam pedesaan, (c) alam yang menggambarkan kedamaian, keakraban, dan
kesederhanaan pedesaan, (d) lanskap alam pedesaan yang indah dan harmonis, (e) sikap dan
kehidupan perantauan dan kembali kepada alam, (f) adanya sikap yang mengenang masa lalu,
sejarah, dan para leluhur. Dengan demikian, estetika pastoral dalam antologi sajak Dongeng
dari Utara merupakan representasi sikap penghormatan manusia terhadap lingkungan
kosmiknya.
Kata kunci: Sastra Pastoral, Putika, Sajak, Ekokritik
100
Pemerolehan Bahasa Ibu: Bahasa Bali Anak Usia Dini
“Pra-Sekolah” Kajian Linguistik Sistemik Fungsional
Putu Sutama 1, Maria Arina Liardini 2
Universitas Udayana 1, Universitas Palangkaraya 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Pemerolehan Bahasa, khususnya pada Anak Usia Dini merupakan momentum yang sangat
penting dalam kehidupan manusia dalam konteks sebagai masyarakat bahasa. Pemerolehan
Bahasa Ibu atau Bahasa Daerah dewasa ini menjadi semakin penting untuk dikaji seiring
dengan laju merosotnya kualitas penggunaan bahasa ibu pada setiap suku bangsa, khususnya
di Indonesia. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu minimnya asupan
kosa kata bagi pembentukan kamus mental mereka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori Linguistik Sistemik Fungsional dan ditunjang dengan teori Psikolinguistik.
Metode yang digunakan adalah metode observasi dengan teknik pencatatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rendahnya input leksikon bagi pembentukan kamus mental anak
disebabkan oleh: (1) minimnya pewarisan teks ‘Gending Rare’atau lagu anak-anak, (2)
minimnya pewarisan teks pada permainan anak-anak ‘dolanan’, (3) minimnya pewarisan teks
pada tradisi ‘mesatua’ atau mendongeng, dan (4) beralihnya teks pengasuhan ke Bahasa
Nasional.
Kata kunci: Pemerolehan Bahasa, Anak Usia Dini, Linguistik Sistemik Fungsional
101
Permainan Bahasa Humor dalam Akun Selebgram Puja
Astawa: Hai Banana
Komang Dian Puspita Candra 1, I Wayan Sidha Karya 2
Fakultas Bahasa Asing, Universitas Mahasarawati Denpasar 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk permainan bahasa humor dan makna
yang terkandung dalam permainan bahasa humor di akun selebgram Puja Astawa. Penelitian
dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan teori tentang permainan bahasa dari Wijana
(2003) dan teori tentang makna dari Rahardi (2005). Sumber data yang digunakan adalah video
berbahasa bali dari akun selebgram Puja Astawa yang diupload selama bulan Oktober-
Desember 2019. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah teknik simak dan teknik catat. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu akun selebgram
Puja Astawa menggunakan beberapa bentuk permainan bahasa dalam humor yang
disampaikan melalui akunnya yaitu (1) Permainan bahasa dalam bidang fonologi yang meliputi
substitusi bunyi, permutasi bunyi dan pelesapan bunyi. (2) Permainan bahasa dalam bidang
morfologi. (3) Permainan bahasa dalam bidang semantik meliputi, polisemi dan homonimi. (4)
Permainan bahasa dalam bidang sintaksis dan (5) Permainan bahasa dalam bidang pragmatik.
Makna yang terkandung dalam permainan bahasa humor di akun selebgram Puja Astawa
beragam fungsinya diantaranya untuk memberikan suatu pernyataan, sindiran, perintah,
larangan, peringatan, humor, saran, dan informasi.
Kata kunci: Permainan Bahasa, Humor, Akun, Selebgram, Bahasa Bali
102
Pelestarian Bahasa Daerah Bali sebagai Bahasa Ibu bagi
Generasi Milenial dengan Memanfaatkan Kemajuan
Teknolgi Digital Khususnya Media Sosial
Komang Adi Maendra 1, Ni Made Pramestia Dewi 2
Program Pascasarjana Linguistik, Universitas Udayana 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Judul dari makalah ini adalah Pelestarian Bahasa Daerah Bali sebagai Bahasa Ibu bagi Generasi
Milenial dengan Memanfaatkan Kemajuan Teknolgi Digital Khususnya Media Sosial. Bahasa
ibu merupakan bahasa daerah yang wajib dilestarikan keberadaannya agar terhindar dari
kepunahan karena pengaruh kemajuan teknologi. Dewasa ini, sebagian besar dari generasi
milenial malu untuk menggunakan bahasa daerah mereka sendiri. Makalah ini akan membahas
tentang kurangnya minat generasi milenial menggunakan bahasa daerah Bali untuk
berinteraksi baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk memanfaatkan kemajuan teknologi yang berfokus pada penggunaan sosial media dalam
usaha meningkatkan minat para generasi milenial untuk menggunakan sekaligus melestarikan
Bahasa ibu.
Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara secara lisan dengan para generasi
milenial di seputaran kota Denpasar. Metode yang digunakan untuk memperoleh semua data
tersebut di atas adalah dengan metode wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas,
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan
spesifik, namun hanya membuat poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari
responden.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa memang benar sebagian besar anak-anak muda
di kota Denpasar atau yang sering disebut dengan generasi milenial masih sangat canggung
dan malu untuk memulai suatu topik pembicaraan dengan menggunakan bahasa Bali. Mereka
cenderung akan memulai percakapan dengan bahasa Indonesia. Seiring dengan semakin
pesatnya kemajuan teknologi digital khususnya di bidang media sosial seperti Facebook,
Instagram, dan Twitter bisa dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian bahasa daerah Bali
tersebut. Sebagai generasi penerus patutnya tidak malu untuk memakai bahasa Bali dalam
percakapan sehari-hari, hal itu bisa dimulai dengan membuat caption di media sosial dengan
menggunakan bahasa Bali. Dengan melakukan langkah kecil tersebut generasi milenial turut
mengambil andil dalam menjaga kelestarian bahasa daerah Bali seiring dengan kemajuan
teknologi digital.
Kata kunci: Bahasa Ibu, Generasi Milenial, Teknologi Digital, dan Media Sosial.
103
Studi Kasus Ungkapan Makian dalam Bahasa Madura
oleh Pekerja Konstruksi Bangunan di Banjar Kayumas
Klod Denpasar
I Gusti Ayu Nila Wijayanti
Sekolah Tinggi Desain Bali
Abstrak
Maraknya pembangunan perumahan, villa, ataupun ruko di kota Denpasar menarik minat para
pekerja luar Bali untuk mengadu nasib di pulau Bali. Pekerja bangunan tersebut sebagian besar
datang dari pulau Jawa, yaitu dari banyuwangi, jember, madura dan lain lain. Adapun
penelitian ini mencoba menjawab bentuk dan karakteristik ungkapan makian dalam bahasa
madura serta bertujuan untuk menjelaskan, menganalisa serta mendeskripsikan ungkapan
makian yang sehati harinya digunakan oleh para pekerja yang berasal dari wilayah tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitiannya adalah makian
dalam bahasa madura serta tuturan yang berasal dari penutur asli. Sumber data didapat melalui
data lisan di lapangan. Adapun instrumen yang digunakan guna memperoleh data
menggunakan alat rekam serta alat tulis. Metode dalam pengumpulan data menggunakan
metode simak dan catat serta menggunakan metode analisis makna dalam menganalisis data.
Adapun beberapa bentuk makian dalam bahasa madura yaitu bentuk kekerabatan, keadaan,
binatang dan bagian tubuh. Faktor penyebab munculnya bahasa makian tersebut yaitu faktor
sosial dan situasional.
Kata kunci: Makian, Bahasa Madura, Faktor Sosial, Situasional
104
Nomina Bahasa Bali
Ni Wayan Suastini
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang nomina yang ditemukan dalam teks berbahasa Bali
berdasarkan variasi bentuk nomina, dan fungsi sintaksis nomina bahasa Bali (BB) dalam
kalimat. Penelitian ini menggunakan data tulis yang dikumpulkan melalui metode simak atau
observasi yang dilakukan pada naskah berbahasa Bali seperti cerpen dan cerita rakyat. Hasil
analisis menunjukkan satuan bentuk nomina bahasa Bali adalah nomina dasar dan nomina
turunan. Nomina turunan dapat terbentuk melalui proses afiksasi, pemajemukan,
penggabungan unsur-unsur leksikal, dll. Selain itu, nomina juga dapat terbentuk melalui
perulangan satuan bahasa, yang dikenal dengan perulangan dwipurwa, yakni perulangan suku
kata pertama pada leksem dengan pelemahan fonem vocal, dan perulangan dwi lingga, atau
perulangan satuan bahasa atau leksem secara utuh. Fungsi sintaksis yang dimiliki oleh nomina
bahasa bali terdiri atas subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Kata kunci: Nomina, Bahasa Bali, Fungsi Sintaksis.
105
Penggunaan Bahasa Bali sebagai Bentuk Pemertahanan
Bahasa Ibu pada Media Sosial Instagram
Sang Ayu Isnu Maharani
Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Penggunaan Bahasa Bali sebagai Bentuk Pemertahanan Bahasa Ibu
melalui Media Sosial Instagram”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
penggunaan bahasa Bali pada media sosial Instagram. Selain itu penelitian ini ingin
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan bahasa Bali pada media sosial
instagram. Metode yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah metode simak dengan
teknik catat. Hasil analisa data dipresentasikan secara deskriptif kualitatif.
Kata kunci: Penggunaan Bahasa Bali, Pemertahanan Bahasa Ibu, Media Sosial, Instagram
106
Pelanggaran Maksim yang Terjadi dalam Percakapan
Puja Astawa
Ida Bagus Gde Nova Winarta 1, Kadek Apriliani 2
Fakultas Bahasa Asing Universitas Mahasaraswati Denpasar 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pelanggaran maksim yang terjadi dalam
percakapan Puja Astawa bersama rekan-rekannya dengan menggunakan Bahasa yang sedikit
kasar yang meupakan ciri khas Bahasa pergaulan yang biasa digunakan di Bali Utara, Buleleng.
Percapakan yang terjadi di antara mereka bersifat humor. Humor dapat dikreasi melalui
pelanggaran maxim dari Prinsip Kerjasama Grice. Karena itu, menarik untuk dikaji bagaimana
pelanggaran maxim Kerjasama Grice dipakai untuk menciptakan humor dalam percakapan
Puja Astawa. Teknik yang digunakan adalah teknik perekaman dan pencatatan. Metode yang
digunakan dalam analisis data adalah metode kualitatif. Metode kualitatif bersifat deskriptif
dan cenderung menggunakan analisis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Prinsip Kerjasama Grice (1975).
Kata kunci: Pelanggaran (Flout) Maksim, Prinsip Kerjasama Grice, Percakapan
107
Verba Membersihkan dalam Bahasa Bima (Mbojo)
Kajian Metabahasa Semantik Alami (MSA)
Rabiyatul Adawiyah
Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Verba Membersihkan dalam Bahasa Bima
(Mbojo). Kajian ini mengggunakan teori MSA. Ada tiga alasan mengapa teori ini yang dipilih.
Pertama, teori MSA dirancang dan digunakan untuk mengeksplikasi semua makna, baik makna
leksikal, makna ilokusi, maupun makna gramatikal. Teori ini tentunya dapat digunakan untuk
mengeksplikasi makna sebuah verba. Kedua, pendukung teori MSA percaya pada prinsip
bahwa kondisi alamiah sebuah bahasa adalah mempertahankan satu bentuk untuk satu makna
dan satu makna untuk satu bentuk. prinsip tersebut tidak hanya diterapkan pada konstruksi
gramatikal, tetapi juga pada kata. Ketiga, dalam teori MSA eksplikasi makna dibingkai dalam
sebuah metabahasa, yang bersumber dari bahasa alamiah. Eksplikasi tersebut dengan
sendirinya dapat dipahami semua penutur asli bahasa yang bersangkutan. Jenis penelitian
termasuk penelitian etnografi. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
Sumber data utama kajian ini diperoleh dari tindak tutur oleh informan, yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu, seperti dewasa (berusia di atas 30 tahun), sehat jasmani dan
rohani, dapat berbahasa Indonesia dengan baik, dan sanggup menjadi informan yang
responsive. Untuk menjaring data penelitian digunakan dua metode, yakni metode simak dan
metode cakap. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa verba membersihkan dalam Bahasa Bima
meliputi leksikon waca, bui, karaso, suna, saraso, duba, kanira, cafi, pe, buci kere, Alo, boru,
osa, sarambo, bao, hui, soso, cai, sanca bari, tonto karaso, kanira, Alo, karo, boru, sarinci, hui,
huku, samo, saratu.
Kata kunci: Verba Membersihkan, Bahasa Bima, MSA
108
Bahasa Iklan dalam Buku Teks Siswa Kelas VIII
Kurikulum 2013
Komang Andri Sani
Karyasiswa Program Studi Doktor Linguistik , Program Pascasarjana Universitas Udayana
Abstrak
Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VIII Kurikulum 2013 memuat (1) deskripsi bentuk dan
makna bahasai iklan dan (2) ideologi bahasa iklan. Data diambil dari teks iklan dalam buku
teks pegangan siswa kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode dokumentasi dan metode analisis dengan menggunakan teori AWK dan
Teori Semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam buku teks bahasa Indonesia
pegangan siswa kelas VIII kurikulum 2013 bentuk dan makna bahasa iklan terdiri dari
karakteristik iklan suatu komunitas yang berbayar, nonpersonal komunikasi, menggunakan
media massa sebagai massifikasi pesan, menggunakan sponsor yang teridentifikasi, bersifat
mengajak khalayak dan mengandung ideologi kapitalis yakni untuk meraih audiens sebanyak-
banyaknya. Simpulan artikel ini yaitu (1) bentuk dan makna bahasa iklan yang digunakan
menggunakan kalimat-kalimat persuasif (ajakan) dan (2) Ideologi yang terdapat dalam buku
teks tersebut ingin meraup khalayak (konsumen) sebanyak-banyaknya (ideologi kapitalis).
Pemerintah dan pendidik berperan dalam mencermati buku teks pegangan siswa kelas VIII.
Siswa penting untuk memerhatikan unsur dan kaidah dari bahasa iklan yang ingin ditonjolkan
oleh sebuah iklan sehingga dapat menemukan bentuk dan makna serta ideologi yang terdapat
dalam Buku Teks Bahasa Indonesia.
Kata kunci: Buku Teks, Bahasa Iklan, Ideologi
109
Translation: Is It Possible or Impossible?
I Nyoman Aryawibawa
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
Abstract
It has long been debated if translation is possible or not. This paper reviews several classical
studies on the possibility of translation. The current paper is dedicated to providing a justifiable
answer if translation is possible.
Studies from spatial systems show some evidence that translation is (at least) hard to be done
for the fact that languages share different spatial systems. Even in a language that shares a
system (e.g. relative system), there are many relative systems applicable in the system. The
fact becomes more complicated since not all languages apply the relative system. Instead, they
use an absolute system. Moreover, the application of a certain spatial system in a language is
reflected in its time reference as well, which is different from language to language.
Interestingly, the difference is not only on linguistic surface, rather if affects the cognitive
functions of the speakers. The fact contributes to the fact that translation is difficult to be
practiced. However, there are studies showing that translation is indeed possible. The
objectivism theory, for example, argues that languages share the same concepts, therefore
transferring concepts from one language into another is doable.
Referring to the two arguments, it is likely that translation is realizable for the evidence that
the same objects/concepts are shared across societies and languages.
Keywords: Translation, Relative, Absolute, Objectivism.
110
Explanatory Model dan Rasionalitas Medis Keluarga
Orang dengan Gangguan Jiwa (OdGJ) di Desa
Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Bali
Bambang Dharwiyanto Putro
Program Studi Antropologi FIB Unud
Abstrak
Proses globalisasi dan pesatnya teknologi informasi memberi dampak terhadap nilai sosial dan
budaya masyarakat. Tidak semua orang mempunyai kemampuan sama untuk menyesuaikan
dengan berbagai perubahan tersebut. Data Depkes tahun 2014 pada hasil Riset Kesehatan
Dasar 2013, ada peningkatan jumlah rumah tangga yang didalamnya ada anggota keluarganya
yang mengalami gangguan jiwa. Sebanyak 1,4% dari tahun 2007 ke tahun 2013 atau secara
absolut sebanyak 1.427.610 rumah tangga. Data Medical Record pasien rawat inap Januari -
Desember 2018 Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali menunjukkan, kabupaten/kota Gianyar
menempati urutan ke 2 terbanyak yakni 840 pasien setelah kota Denpasar dan kabupaten/kota
Karangasem yang masing-masing di urutan 1 dan 3 terbanyak dari 9 Kabupaten/Kota seBali.
Banyak orang beranggapan gangguan jiwa merupakan satu noda/aib atau akibat dari dosa-dosa
yang dilakukan manusia. Dengan demikian, masyarakat menanggapi para penderita dengan
rasa takut dan bersikap menghindar. Perlakuan terhadap orang yang menderita gangguan jiwa
yang semena-mena ini biasanya ditentukan oleh persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap
gangguan jiwa. Atas dasar tersebut, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan memahami
secara lebih mendalam pengetahuan dan kepercayaan masyarakat mengenai konsepsi sehat-
sakit dan penyebab (etiologi) gangguan jiwa serta perilaku perawatannya dalam bingkai
explanatory model (model menjelaskan) dan rasionalitas medis keluarga ODGJ. Penelitian
mengggunakan pendekatan etnografi sebagai salah satu varian pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data lapangan dengan menggunakan metode wawancara, observasi,
kepustakaan, dan pemeriksaan dokumen.
Kata kunci: Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Explanatory Model, Rasionalitas Medis
111
Struktur Logis Verba Bersufiks {−ang dan −i} Bahasa
Bali Pendekatan Teori Peran dan Acuan
I Nyoman Sedeng
Prodi Sastra Inggris FIB Unud
Abstrak
Penelitian dengan judul Struktur Logis Verba Bersufiks {-Ang Dan –I} Bahasa Bali
Pendekatan Teori Peran Dan Acuan bertujuan untuk menggali lebih dalam perbedaan tipologi
dari kedua verba tersebut. Sebanyak 200 pasang verba yang dikumpulkan melalui observasi
serta sejumlah data intuitif tersebut akan dicermati secara rinci sehingga perbedaan kedua verba
tersebut dapat disimpulkan.
Data didapatkan dari seorang infrorman yang berumur 71 tahun dan memang layak ditatapkan
sebagai informan karena pemahaman bahasa Bali-nya masih kental. Toeri yang diaplikasikan
untuk menganalisis data adalah Teori Tatabahasa Bahasa Prean dan Acuan khususnya teori
mapping. Dalam teri mapping mencakup struktur peran makro (actor-undegoer) yang disertai
dengan peran semantic (pelaku, pengalam, beneficier, lokatif, teme, dan penderita). Formula
yang diaplikasikan untuk menunjukkan perbedaan tipologi kedua verba tersebut ialah
[MELAKUKAN (x, ø)] MENYEBABKAN [MENJADI pred’ (y,z)]. Untuk mengetes
perbedaan tipologi dari pasangan verba bersufik {-ang dan –in} cermati dua data beikut: (a)
Mémé nyelekkang bunga cepaka sig pusunganné “ibu menyuntingkan bunga cempaka di
sanggulnya.” [MELAKUKAN (Mémé, ø)]MENYEBABKAN [MENJADI berada’ (bunga
cempaka, sig pusunganné]. dan (b) Mémé nyelekin pusunaganné bunga cepaka “Ibu
menyuntinging sanggulnya bunga cempaka.” [MELAKUKAN (Mémé, ø)]MENYEBABKAN
[MENJADI berada’ (bunga cempaka, sig pusunganné]. Struktur logis kedua kalimat tersebut
sama Perbedaann kedua verba itu terlihat pada struktur argument masing-masing verba
tersebut; nyelekang (x,y)(z) nyelekin [x,y,z).
Kata kunci: Struktur Logis, Teori Mapping, Tatabahasa Peran dan Acuan
112
Lexical Reprocity in Indonesian
I Nyoman Udayana
Faculty of Arts, Udayana University
Abstract
Reciprocity in Bahasa Indonesia is marked by the word saling ‘each other’ and the participants
involved, who are syntactically realized by the subject of the clause, must be plural in number.
The satisfaction of number requirement makes the need for the marker saling unnecessary and
the verb instead must take the ber-form. And lexical reciprocity is thus achieved.
The study gathers data found in Leipzig corpus. The data are collected via the corpus related
to concordances that exhibit lexical reciprocity. The collected data are then divided with respect
to their base forms. The verbal bases can be lexically categorized into nouns and verbs. The
base form may take suffix –an to mark plurality. The data are descriptively analyzed based on
the theory of word structure. It is found out that the sense of reciprocity of a ber-form is
lexically constrained. Similar words/verbs related to the base may not equally enter into
reciprocity, which may relate to a blocking effect. The plurality marker –an associated with
reciprocal relations must strictly involve the participants of the eventualities not solely with the
action/state named by the predicate.
Keywords: reciprocity, ber-form, blocking effect, eventuality
113
Fungsi dan Peran Bahasa Figuratif dalam Karya-Karya
Sastra
Ni Wayan Sukarini 1, Ni Luh Ketut Mas Indrawati 2
Faculty of Arts Udayana University 1, 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Bahasa merupakan alat komunikasi terhandal yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan juga perasaan. Dalam menyampaikan ide, gagasan
dan sebagainya salah satu tipe bahasa yaitu bahasa figuratif memiliki fungsi dan peran terutama
pada karya - karya sastra. Penggunaan bahasa figuratif merupakan suatu hal yang umum
dilakukan oleh seorang penulis atau pengarang. Bahasa figuratif mengekspresikan makna
figuratif yang juga disebut dengan makna non literal atau makna konotatif. Pembaca karya
sastra setidaknya harus mampu memahami konteks untuk menginterpretasikan makna non
literal yang terdekat dari bahasa figuratif yang digunakan oleh pengarang. Leech (1981)
membagi makna figuratif menjadi delapan jenis yaitu personifikasi,
simile, metafora, hiperbola, ironi, litotes, metonimi, dan oksimoron. Bahasa figuratif tidak
hanya berfungsi meluaskan makna pada sebuah cerita dalam karya sastra namun juga sebagai
suluh kehidupan atau gambaran bagaimana suatu informasi dikemas oleh penulis agar mampu
diinterpretasikan maknanya oleh pembaca. Strategi penulis untuk memudahkan pembaca
memahami kemasan informasi adalah memanfaatkan semua hal di sekitar yang telah diketahui
oleh pembaca. Hal penting lainnya adalah membantu pembaca memahami dan untuk alasan
tersebut penulis atau pengarang mencoba menggunakan strstegi yang berbeda untuk
menjelaskan berbagai hal dengan menggunakan bahasa figuratif. Seperti pada contoh berikut
Tong kosong nyaring bunyinya ‘tindakan nyata lebih bermakna daripada kata-kata atau
wacana’. Makna non literal pada contoh tersebut bukan bertujuan untuk memberikan suatu
perbandingan yang tidak memadai akan tetapi untuk membantu pembaca atau bahkan
pendengar mampu berimajinasi bahwa bertindak jauh lebih bermakna dari pada hanya
berwacana. Data pada tulisan ini bersumber dari sebuah cerita pendek berbahasa Bali dengan
judul De Nakonang Adan Tiange. Pengumpulan data dilakukan melalui metode dokumentasi
dengan tahapan pemilihan cerita, membaca, menggarisbawahi, dan mencatat. Analisis data
dilakukan secara deskriptif kualitatif menggunakan teori semantik Leech (1981).
Kata kunci: Bahasa Figuratif, Makna Non-Literal, Karya Sastra.
114
Intensitas Konflik dalam Teks Geguritan Lunga Ka
Jembrana dan Geguritan Mawali Ka Amlapura Karya
Anak Agung Istri Agung
Tjok. Istri Agung Mulyawati R.
Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan intensitas konflik yang terkandung di dalam teks
Geguritan Lunga Ka Jembrana dan Geguritan Mewali ka Amlapura karya Anak Agung Istri
Agung. Kedua geguritan tersebut ceritanya merupakan suatu kesatuan karena isinya
menceritakan tentang pahit getirnya kehidupan pengarang (A.A. Istri Agung) dan suami beliau
yaitu A.A. Ketut Jelantik Gesah, beserta keluarga dan handai taulannya mulai dari perjalanan
ke tempat pengasingan yaitu Jembrana sampai kembali ke Amlapura. Pengasingan ini mereka
jalani selama lebih kurang 12 tahun. Hal ini dialaminya pada masa penjajahan Belanda.
Penelitian ini menggunakan teori konflik. Metode dan teknik yang digunakan terdiri atas tiga
tahapan yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis
data. Pada tahap penyediaan data digunakan metode simak dibantu dengan teknik mencatat dan
teknik terjemahan. Selanjutnya dalam tahap analisis data digunakan metode kualitatif. Dalam
tahapan ini didukung dengan teknik deskriptif analitik. Pada tahap penyajian hasil analisis data,
metode yang digunakan adalah metode informal yang dibantu dengan teknik deduktif dan
teknik induktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas konflik dalam Geguritan Lunga Ka
Jembrana (GLKJ) dan Geguritan Mewali Ka Amlapura (GMKA) terdiri atas: (1) Konflik
Ekstern yakni meliputi konflik si aku (pengarang) dengan Belanda, konflik A.A. Ketut Jelantik
Gesah dengan Belanda, dan konflik keluarga si aku dengan Belanda. (2) Konflik Intern, yakni
meliputi konflik batin pengarang (si aku), konflik pengarang dengan suami (A.A. Ketut
Jelantik Gesah), dan konflik pengarang dengan anaknya.
Kata Kunci: Intensitas, Konflik, Geguritan
115
Campur Kode: Dilema bagi Kelangsungan Hidup
Bahasa Bali
Ni Made Dhanawaty
Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Udayana
Abstrak
Di tengah era global ini sebagian besar, kalau tidak boleh dikatakan semua, orang menjadi
bilingual, bahkan multilingual. Dengan repertoar verbal seperti itu seseorang dimungkinkan
untuk memasukkan unsur bahasa lain dalam penggunaan sebuah bahasa sehingga lahir
fenomena campur kode. Fenomena ini sering menimbulkan sikap pro dan kontra di kalangan
masyarakat terkait dengan dampak campur kode terhadap kelangsungan hidup bahasanya.
Penelitian ini bertujuan menelaah (1) fungsi campur kode dan (2) dampaknya bagi
kelangsungan hidup bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Bali. Data bersumber dari penggunaan
bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari, pada media massa, media sosial, sejumlah informan
dan respoden. Pengumpulan data dilakukan dengan menerapkan metode simak dan metode
cakap, baik cakap semuka maupun tansemuka.
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh temuan sebagai berikut. (1) Fungsi campur kode
dapat dipilah atas (a) fungsi kognitif, yakni meningkatkan efektivitas komunikasi dalam
fungsinya sebagai transmisi informasi, (b) fungsi afektif, yakni sebagai strategi komunikasi
yang mendukung peranan komunikasi fungsinya sebagai penata hubungan sosial, misalnya
membangun komunikasi yang egalitar, melakukan konvergensi linguistik guna membangun
harmoni di tengah keberagaman. (2) Campur kode memiliki dampak negatif dan positif bagi
kelangsungan hidup bahasa Bali. Dipandang negatif karena jika fenomena campur kode ini
terbiar, maka banyak kosakata Bali yang terdesak dari penggunaan dan ini merupakan gejala
awal keterdesakan. Dipandang berdampak positif karena justru keleluasaan bercampur kode
merupakan salah satu penyebab generasi muda tetap setia berbahasa Bali, tidak saja di
lingkungan ranah internal Bali, tetapi juga di ranah publik, seperti media massa dan media
sosial. Dalam lagu, misalnya, campur kode menjadi salah satu penyebab lagu berbahasa Bali
diminati oleh anak muda. Kedua dampak campur kode tersebut merupakan dilema bagi
kelangsungan hidup bahasa Bali. Karena itu, perlu dilakukan pengelolaan agar campur kode
dapat menjadi daya dukung pengembangan bahasa Bali
Kata kunci: Campur Kode, Fungsi Kognitif, Fungsi Afektif, Dampak, Kelangsungan Hidup
Bahasa
116
Praktik Pendisplinan Bahasa Ibu Melalui Bahasa
Belanda: Pendekakatn Poststrukturalis dalam Sejarah
Kebahasaan di Bali
I Nyoman Wijaya
Prodi Ilmu Sejarah FIB Unud
Alumni S1, S2, S3 UGM Yogyakarta
Abstrak
Sekarang ini bahasa Ibu di Bali sudah terkontaminasi oleh bahasa asing, terutama Inggris.
Setelah ditelusuri ke bawah, di zaman kolonial Belanda, bahasa Bali sebagai bahasa Ibu juga
sudah terkontaminasi oleh bahasa Belanda yang masuk melalui bahasa Melayu Indonesia.
Kontaminasi itu juga dipengaruhi oleh munculnya sekolah yang menggunakan bahasa Belanda
sebagai bahasa pengantar [HIS]. Kemajuan teknologi juga ikut memengaruhi kontaminasi
tersebut. Setidaknya sudah ditemukan 2784 kata bahasa Belanda yang masuk melalui bahasa
Melayu Indonesia. Dari jumlah itu ada beberapa di antaranya yang terpakai dalam bahasa Bali,
digunakan saat berkomunikasi. Banyak di antaranya yang terpakai hingga sekarang dan ada
pula yang sekedar dipinjam dan sudah dikembalikan, seiring dengan munculnya kata
pengganti. Atas dasar itu dengan memakai pendekatan poststrukturalis studi ini difokuskan
pada serapan dan pinjaman bahasa Belanda di zaman kolonial Belanda. Sejak meluasnya
pengaruh Belanda [1908] terjadi praktik pendisiplinan bahasa, sehingga masyarakat Bali tidak
lagi sepenuhnya menggunakan kata bahasa daerahnya saat berkomunikasi, melainkan kerap
diselipi kata bahasa Belanda. Pertanyaan penelitiannya, kata bahasa Belanda apa yang pernah
dan masih terpakai dalam bahasa ibu Bali di masa kini. Pertanyaan itu akan dijawab dengan
melihat praktik berbahasa di masa kini lalu diturunkan ke zaman kolonial Belanda untuk
melihat latar belakang sejarahnya.
Kata kunci : teknologi, serapan, pinjaman, bahasa Melayu
117
Bahasa Melayu dalam Naskah Ulu Desa Ujanmas Lama
Wahyu Rizky Andhifani 1, Ni Ketut Puji Astiti Laksmi 2
Balai Arkeologi Sumatera Selatan 1, Program Studi Arkeologi Universitas Udayana 2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Naskah Ulu Ujanmas Lama tersimpan dan menjadi koleksi di Kantor Kepala Desa Ujanmas
Lama yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Ujanmas, Kabupaten Muara
Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Naskah ini menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa
induk atau bahasa inti, walaupun terdapat dialek-dialek lokal daerah tersebut (dialek
Lematang). Setelah aksara Sumatra Kuno berangsur-angsur hilang, pada abad ke-16 hampir
bersamaan dengan munculnya aksara Jawi (Arab Melayu) yang dibawa oleh Islam di daerah
pesisir timur Sumatra, di wilayah pedalaman muncul aksara lokal yang dikenal dengan sebutan
aksara ulu. Penamaan kata “ulu” dikarenakan aksara tersebut berasal dari wilayah pedalaman
atau dataran tinggi atau hulu sungai yang berkembangnya menuju ke “ilir”.
Kata Kunci: naskah ulu, bahasa melayu
118
Pemberdayaan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen
Mayonyo Karya Suwita Utami: Kajian Ekologi Sastra
Ni Nyoman Tanjung Turaeni
Balai Bahasa Bali
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekologi sastra pada kumpulan cerpen berbahasa
Bali “Manyonyo” Karya Luh Suwita Utami. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah
bagaimana pemberdayaan lingkungan digambarkan dalam kumpulan cerpen tersebut. Untuk
memecahkan masalah tersebut digunakan teori ekologi sastra. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dibantu dengan deskripsi analisis isi. Sebagai sumber data kajian ini adalah
“Manyonyo” kumpulan cerpen Berbahasa Bali. Dari duabelas cerita yang ada dalam kumpulan
cerita tersebut, dipilih dua cerita yang dijadikan objek kajian, yakni “Manyonyo” dan “Sekadi
Lumut”. Melalui pendekatan ekologi sastra, dan kajian struktur formal cerita, hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa alam seringkali dimanfaatkan sebagai latar atau objek sebuah karya
sastra. Alam yang dimaksudkan tidak hanya tempat, tetapi juga tumbuh-tumbuhan seperti
bawang, jahe, jenis bunga dan sebagainya. Pemilihan diksi tersebut memperlihatkan bahwa
pengarang memanfaatkan alam atau lingkungan sekitar sebagai latar karyanya
Kata kunci: Analisis Lingkungan, Kumpulan Cerpen Dan Ekologi Sastra
119
Imaji Kepahlawanan dan Lingkungan dalam Cerita
Anak Mutiara Tanah Aron
Ni Putu Ekatini Negari
Balai Bahasa Bali
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai tanda-tanda yang digunakan
untuk merepresentasikan nilai-nilai kepahlawanan yang ada dalam cerita anak Mutiara Tanah
Aron. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui deskripsi dan dialog-dialog antartokoh yang
di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan nilai-nilai kepahlawanan, seperti
keberanian, percaya pada kemampuan diri sendiri, pantang menyerah, rela berkorban,
persatuan dan kesatuan, toleransi, dan kesetiakawanan sosial. Dengan mengetahui nilai-nilai
kepahlawanan diharapkan kita dapat meneladani nilai-nilai tersebut. Penelitian ini termasuk
studi deskriptif kualitatif dengan teori semiotika dan ekokritik melalui teknik pembacaan dan
analisis teks. Proses tersebut melahirkan kemampuan pikiran tokoh anak kecil untuk meraih
mimpinya.
Kata kunci: Imaji, Kepahlawanan, Lingkingan, Cerita Anak
120
Kemampuan Menulis Bahasa Bali Dengan Menerapkan
Prinsip-Prinsip Penilaian
Sang Ayu Putu Eny Parwati
Balai Bahasa Bali
Abstrak
Saat ini, pemerintah Provinsi Bali telah berkomitmen dalam membina, mengembangkan, dan
melestarikan adat, seni, dan budaya Bali hingga ke bidang pendidikan, khususnya untuk tingkat
sekolah dasar dan menengah seperti yang tercantum dalam Pergub Nomor 20 Tahun 2019.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan berbahasa Bali dalam
pelajaran muatan lokal (bahasa Bali) anak-anak usia sekolah dasar yang ada di wilayah Bali
dalam sebuah latihan menulis. Capaian kemampuan menulis peserta didik dalam penelitian ini
dilakukan melalui penilaian berdasarkan instrumen penilaian. Prinsip-prinsip penilaian
mengandung beberapa aspek yang memiliki bobot penilaian yang telah ditentukan. Dengan
menerapkan metode simak dan catat serta memperoleh data berupa tulisan, selanjutnya data
diolah dengan hitungan statistik sehingga memperoleh data kuantitatif. Analisis data dilakukan
dengan menerapkan teknik deskriptif kualitatif. Berdasarkan metode tersebut, diperoleh
analisis hasil yang menunjukkan gambaran ketercapaian pengajaran bahasa Bali yang
dituangkan dalam bentuk karangan singkat oleh peserta didik dalam upaya pelestarian dan
pembinaan bahasa Bali sejak usia dini di lingkungan sekolah dasar.
Kata kunci: Kemampuan; Perinsip-Prinsip Penilaian; Pembinaan
121
Model Pembelajaran Sastra Bali untuk Sekolah Dasar:
Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan
I Wayan Nitayadnya
Balai Bahasa Bali
Abstrak
Pembelajaran apresiasi sastra, khususnya sastra Bali untuk jenjang sekolah dasar haruslah
inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa. Untuk itu, kemampuan membuat desain
pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan merupakan kompetensi yang harus dikuasai
guru. Guru diharapkan mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode
pembelajaran yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas. Model
pembelajaran sastra Bali yang disajikan dalam tulisan ini meliputi (1) pemilihan materi
pembelajaran,(2) pemilihan metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan keadaan
siswa, (3) kegiatan belajar mengajar apreasiasi sastra Bali yang inovatif, kreatif, dan
menyenangkan, dan (4) evaluasi belajar sebagai indikator keberhasilan pembejaran apreasiasi
sastra. Model pembelajaran sastra Bali ini sebagai tawaran atau inspirasi bagi guru sekolah
dasar agar memiliki kemampuan menciptakan pembelajaran yang penuh vitalitas dan tidak
membosankan.
Kata kunci: Model Pembelajaran, Sastra Bali, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan.
122
Nilai Pendidikan Karakter Kearifan Lokal Tembang
Bali
Ni Wayan Aryani
Balai Bahasa Provinsi Bali
Abstrak
Masyarakat Bali memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang sangat beragam. Dalam tataran lisan,
ada ungkapan tradisional yang dikenal dengan sebutan paribasa (pribahasa). Selain itu, masih
dalam tataran lisan satua (folklor) Bali juga memiliki tema-tema yang beragam. Keberagaman
tema-tema itu mesti dirumuskan dalam konteks senusantara. Dalam tataran tulis, teks-teks
tradisional yang bersifat susastra (belles letters) seperti geguritan, kakawin, kidung, bahkan
sampai parwa-parwa menorehkan beragam kearifan lokal yang mesti segera disarikan untuk
selanjutnya diinventarisasi sebagai nilai-nilai budaya bangsa.
Di dalam pembelajaran tembang Bali terdapat jenis tembang Bali tradisional dan modern.
Tembang Bali tradisional meliputi: (1) gegendingan (gending raré, gending jangér, gending
sangiang), (2) sekar macapat atau sekar alit seperti pupuh-pupuh, (3) sekar madia atau
tembang tengahan seperti kidung, dan (4) sekar agung atau tembang gedé seperti wirama.
Sementara yang disebut tembang Bali modern dalam tulisan ini adalah lagu-lagu pop Bali.
Berdasarkan hasil pengamatan sepintas terhadap tembang Bali, khususnya tentang tembang
pupuh dan lagu pop Bali dapatlah disimpulkan bahwa karya sastra tembang Bali, baik yang
tradisi maupun yang modern sarat dengan muatan pendidikan karakter yang tentunya
bermanfaat untuk membina generasi muda bangsa ini.
Kata kunci : Tembang Bali Modern, Pendidikan karakter.
123
Negara Islam, Islam Nusantara dalam Wacana Visi Misi
Capres 2019: Kajian Postmodren
Kholid
Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
Abstrak
Tujuan penelitian ini, untuk mendeskripsikan suatu wacana dalam visi misi dari pasangan
capres 2019 tentang Islam nusantara dan negara Islam. Wacana Islam nusantara dan negara
Islam menjadi polemik baik dari kedua pendukung pasangan capres pada situasi kontestasi
demokrasi 2019 saat ini. Penelitian ini menggunakan teori postmodren sebagai pijakan dalam
menganalisis fenomena atau polemik perspektif linguistik, dengan melihat argumentasi dari
pihak kedua yang pro maupun pihak yang kontra atas wacana Islam nusantara dan negara
Islam. Dalam penelitian ini, menggunakan metode deskripitif kualitatif dengan tujuan untuk
memahami dan mendeskripsikan wacana Islam nusantara dan negara Islam. Peneliti dalam
mengumpulkan data dengan mengggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Metode analisis data dengan cara mengklasifikasi beberapa argumentasi dari pihak yang pro
dan kontra atas wacana Islam nusantara dan Negara Islam tersebut, kemudian argumentasi
dideskripsikan oleh peneliti dengan cara memberikan interpretasi berdasarkan perspektif
linguistik.
Kata kunci: Islam Nusantara, Negara Islam, Postmodren
124
Linguistic Landscapes: Representation of Balinese
Letters in Government Building (A Case Study in
Gianyar City, Bali)
I Wayan Mulyawan 1, Sang Ayu Isnu Maharani 2, I Gede Budiasa 3
English Department, Faculty of Arts, Udayana University 1, 2, 3
Abstract
This study is aimed to investigate the effect of the Bali’s Governor Regulation no. 80/2018 that
specifically rules the use of Balinese Letters transcription on every public sign in Bali,
especially on government buildings. This study is a case study report that focuses the research
in Gianyar city. The data were collected by observation method with photographic technique.
The finding showed that there were 76 outdoor signs of government building which 43 signs
used Balinese Letters transcription and 33 signs without Balinese Letters transcription. Out of
43 signs that use Balinese Letters transcription, 31 signs were government local administrative
office, followed by, government school, local temples, banks and park. As for outdoor signs
without Balinese Letters transcription showed that there were 10 signs of government national
office and 6 signs of law enforcement offices. This is very intriguing fact that those who obey
Governor regulation is only local offices that have a direct power coordination with Governor
authorities such as local district office, local school, temples etc. As for national office such
court office, correctional department, military office, police office, etc. did not use Balinese
Letters, because they should look for higher regulation from central government to change their
signs.
Keywords: Linguistic Landscapes, Balinese Language and Letters, Gianyar City.
125
Makna Idiomatis Ungkapan “Mentul-Menceng Mentul-
Menceng, Glendang-Glendong Glendang-Glendong”
Dalam Tradisi Mabuug-Buugan Masyarakat
Kedonganan-Badung
Ida Bagus Rai Putra 1, Ida Ayu Putu Aridawati 2
FIB UNUD 1, Balai Bahasa Bali 2
Abstrak
‘Mentul-menceng mentul menceng’ ‘Glendang-glendong, glendang-glendong’. Kata-kata ini
merupakan ungkapan yang disampaikan dengan cara dinyanyikan melalui sebait syair lagu
dengan bahasa yang khas dalam rangkaian pelaksanaan tradisi Mabuug-Buugan pada
masyarakat adat di desa Adat Kedonganan, Kecamatabn Kuta Utara, Kabupaten Badung. Kata-
kata singkat itu dalam bahasa daerah Bali kelihatan hanya sebagai pemanis tuturan saat peserta
tradisi Mabuug-Buugan bersenda-gurau dengan saudara dan teman-temannya di tengah-tengah
perjalanannya, dari Segara Kangin menuju Segara Kauh Desa Kedonganan.
Mentul-menceng mentul menceng’ ‘Glendang-glendong, glendang-glendong’ setelah
dilakukan penelusuran entitas teks yang membangun makna konteksnya, dengan metode
Hermeutik dan teori Semiotika didapatkan idiomatika maknanya. Mewakili “penyatuan,
persenggamaan antara purusa dan pradana, kekuatan benih laki-perempuan menjadikan
kehidupan harus berlanjut. Hidup dengan pergumulan duniawi menuju hidup suci di akhirat
nanti. Dalam masyakat Kedonganan traisi ini dilakukan setiap upacara ngembak geni , sehari
sesudah masyarakat Bali melakukan upacara Nyepi.
Kata-kata kunci: ungkapan, mentul-menceng mentul-menceng, glendang-glendomg glendang-
glendong, tradisi mabuug-buugan.
126
Pemertahanan Bahasa Kaili di Era Milenial melalui
Bingkai Sastra
Yunidar 1, Ulinsa 2
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Tadulako 1,2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstrak
Era digital atau yang lebih populer dengan istilah milenial sering juga disebut kids jaman now
saat ini menjadi tantangan untuk mengadaptasikan diri terhadap derasnya arus informasi dalam
penggunaan bahasa kaum remaja di kota Palu. Komunikasi generasi milenial yang akrab
dengan media dan teknologi digital ini berdampak pada penggunaan bahasa daerah, khususnya
bahasa Kaili. Hal itu terlihat ketika anak remaja sedang berkomunikasi yang cenderung
menyelipkan bahasa gaul atau bahasa asing agar terlihat lebih modern. Bahasa yang digunakan
remaja di kota Palu saat ini sudah mengalami kontaminasi bahasa percampuran antara satu
dengan lainnya sehingga dikhawatirkan akan terjadi pergeseran bahasa. Oleh karena itu, perlu
dilakukan langkah-langkah upaya untuk pemertahanan bahasa sebab jika hal ini dibiarkan akan
terjadi pergeseran penggunaan bahasa khususnya bahasa Kaili. Upaya-upaya yang dilakukan
untuk mempertahankan bahasa Kaili adalah melalui pembelajaran sastra baik di sekolah-
sekolah maupun pada ranah atau domain lainnya. Sastra lisan Kaili yang terdiri atas, pantun,
kayori, dadendate, puisi, lagu, cerita rakyat merupakan media yang dianggap cukup
komunikatif dalam menyampaiakan pesan-pesan moral dengan menggunakan pilihan kata
yang sarat dengan makna. Dalam pemertahanan bahasa Kaili, pemilihan puisi berbahasa Kaili,
lagu Kaili dan pantun Kaili dianggap komunikatif sebab sastra lisan ini sangat digemari oleh
kaum remaja karena sering diperlombakan pada perayaan seni budaya Kaili di kota Palu.
Tujuannya agar generasi milenial bangga pada bahasa daerahnya sendiri. Melalui sastra lisan
Kaili, generasi milenial di kota Palu tetap mempertahankan bahasa Kaili sebagai medium untuk
penyampai pesan kepada masyarakat pemiliknya.
127
Peggunaan Ungkapan Traditional Bahasa Tae’ dalam
Proses Pembelajaran sebagai Wujud Pemertahanan
Bahasa Ibu di Sekolah Dasar Kabupaten Luwu Utara
Sitti Harisah 1, Ulinsa 2
[email protected] 1; [email protected] 2
Abstrak
Penggunaan ungkapan dalam proses pembelajaran sebagai salah satu wujud pemertahanan
bahasa ibu yang merupakan upaya menjaga khazanah bahasa di Nusantara. Bahasa ibu sebagai
salah satu bagian dari kekayaan Bahasa Indonesia harus dipertahankan sejak dini, terutama di
jenjang sekolah dasar. Jika anak-anak sekolah dasar kehilangan bahasa asli mereka, maka akan
mencabut budaya dan karakter meraka sendiri. Penggunaan ungkapan bahasa ibu pada anak-
anak sebagai pengantar pada saat proses pembelajaran menjadi bukti nyata bahwa
mempertahakan bahasa ibu amat penting. Pemertahanan bahasa ibu selain menguatkan dalam
pembelajaran bahasa juga bisa dilakukan melalui diversitas (keragaman) kultural,
pemeliharaan identitas etnis, adaptabilitas sosial, menambah rasa aman bagi anak dan
meningkatkan kepekaan linguistik. Selain itu perlu dukungan keluarga, lingkungan bahasa di
sekolah, perayaan bahasa dan dukungan media massa sebagai pembentuk bahasa publik
Kata kunci: ungkapan; bahasa tae’; pemertahanan; bahasa ibu
128
Konteks Tuturan Pada Video Humor ‘Turis Apa
Turus?”
Ni Made Ayu Widiastuti
Universitas Udayana
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan pembentukan humor dan menganalisis konteks
tutur yang terdapat pada video humor dengan durasi pendek berjudul Turis apa Turus? yang
menggunakan bahasa Bali dialek khas Nusa Penida. Ungkapan-ungkapan dalam kalimat
sederhana yang mengandung unsur humor merupakan data dalam penelitian ini. Penelitian
deskriptif-kualitatif menggunakan metode simak dan catat. Data dianalisis menggunakan
pendekatan analisis wacana kritis dan konteks tutur yang meliputi konteks kontekstual, konteks
eksistensial, konteks situasional, konteks aksional, dan konteks psikologis. Hasil menunjukkan
bahwa pembentukan humor pada video tersebut adalah dari tiga kalimat yang menggunakan
nama binatang ‘muring’ dan nama benda ‘bungkalan’ yang disebut dua kali. Sementara itu,
konteks yang ditonjolkan pada video humor tersebut adalah 1) konteks kontekstual:
memengaruhi seseorang untuk merubah jenis pekerjaan; 2) konteks eksistensial: pembantahan
argumen yang ditujukan untuk lawan bicara; 3) konteks situasional: gambaran situasi hidup
seorang petani dan guide; 4) konteks aksional: mengendarai mobil versus bertani; dan 5)
psikologi: mengejek dan menertawakan lawan bicara, serta mempertahankan idealisme.
Kata kunci: konteks tuturan, analisis wacana kritis, pembentukan humor, video humor, bahasa
Bali
129
Sinergi Antara Industri Kreatif dan Ekonomi Kreatif
pada Perajin Bambu dalam Mengatasi Pengangguran di
Bali
Ketut Darmana
Program Studi Antropologi FIB Unud
Abstrak
Dinamika masyarakat dan kebudayaan, sekarang ini telah memasuki era revolusi industri 4.0
sebagai suatu wujud perubahan peradaban manusia yang sophisticated dengan pemanfaatan
informasi dan teknologi (IT) yang dikembangkan oleh para ilmuwan di dunia ini. Pemerintah
pusat telah mencanangkan revolusi industri 4.0 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara
nasional. Begitu juga pengimplementasian terhadap revolusi industri 4.0 pada semua
kementrian dan lembaga, baik itu instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Oleh
karena itu, salah satu aspek dalam makalah ini menyoroti tentang industri kreatif dan ekonomi
kreatif, mengingat hal ini berkaitan secara langsung pada revolusi industri 4.0 tersebut. Adapun
isu masalah utama mengenai Sinergi antara Industri Kreatif dan Ekonomi Kreatif pada Perajin
Bambu dalam Mengatasi Pengangguran di Bali. Kemudian yang menjadi rumusan masalah
hanya difokuskan pada 2 aspek, yaitu: (1) Bagaimana bentuk sinergi antara industri kreatif
dengan ekonomi kreatif pada perajin bambu di Bali?, dan (2) Apa implementasinya dalam
mengatasi pengangguran di Bali?. Ke-2 masalah ini perlu didiskusikan lebih mendalam dalam
pertemuan ini, sehingga mendapat masukkan guna pemecahan masalah tersebut lebih
komprehensip. Teori inovasi yang dijadikan sebagai landasan acuan untuk membedah masalah
tersebut, yang didukung oleh data kualitatif dengan analisis data deskrpsi mendalam (indepth
description). Pengumpulan data melalui observasi (pengamatan) lapangan dan studi pustaka.
Kata Kunci: Sinergi, Industri Kreatif, Ekonomi Kreatif, Perajin Bambu dan Pengangguran.
130
Sikap Bahasa Penulis dalam Artikel Jurnal Ilmiah
Yana Qomariana
Udayana University
Abstrak
Sikap bahasa atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai stance adalah topik yang mendapatkan
banyak perhatian dalam penelitian. Sikap bahasa mengacu kepada sikap, perasaan, penilaian,
atau komitmen seorang pembicara atau penulis terhadap suatu pesan (Biber and Finegan dalam
Berman et. All, 2002). Dalam menunjukkan sikapnya, pembicara atau penulis menggunakan
fitur fitur linguistik tertentu, misalnya menggunakan fitur modal, kata kerja ataupun kata sifat
(Dubois, 2007). Fitur-fitur ini menunjukkan salah satu sikap bahasa, antara lain, evaluasi,
ekspektasi dan keterlibatan.
Penelitian ini bertujuan menganalisa sikap bahasa penulis dalam artikel jurnal ilmiah. Secara
lebih spesifik penelitian ini membahas penggunaan fitur-fitur bahasa dalam menunjukkan
sikap penulis terhadap topik dalam tulisannya. Selanjutnya fitur-fitur bahasa ini bisa
menunjukkan tipe-tipe sikap bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah. Penelitian ini
menunjukkan bahwa fitur-fitur bahasa memegang peranan penting dalam penyampaian pesan
oleh penulis.
Kata kunci: fitur sikap bahasa, stance, artikel jurnal ilmiah,
131
Balinese in Public Spaces in The Context of Tradition
and Globalization: A Lingustic Landscapes Study in
Kuta Village
I Wayan Mulyawan 1, Ketut Artawa 2
English Department, Faculty of Humanities, Udayana University 1,2
[email protected] 1, [email protected] 2
Abstract
Balinese oral tradition is very strong and unique due to its complexity and sacred. The most
obvious known Balinese oral tradition is mantra, kidung and kakawin. These traditions are
only mastered by those who committed to learn them seriously, because all written sources of
those traditions were originally written in Balinese Letters known as anacaraka.
This study is aimed to investigating the presence of Balinese Letters in public spaces in Kuta
village as part of tradition and globalization. In this globalization era, tourism industry
development has changed the environment face of Kuta into multilingual spaces. But,
unfortunately, it was found that Balinese Letters only use in traditional spaces in which it was
marginalized by others (Mulyawan, 2017). In 2018, in order to preserve the local tradition and
identity, Balinese Government issued a regulation that oblique all outdoor signs in public
spaces should put Balinese Letters transcription above their Latin words.
The research finding showed significance proves that through the power of authority, Balinese
language and letters have begun to gain their position in public signs, not just represented as a
tradition but also as a local identity in international market shares. All traditional signs such as
temples name, cemetery, and local buildings use Balinese language and Letters. Besides,
almost all commercial signs of 4-star and 5-star hotel and restaurant along the main streets used
Balinese Letters transcription above their Latin names. These indicate that Balinese tradition
has survived from globalization in Kuta.
Key words: linguistic landscape, Balinese, Kuta, outdoor signs.
132
Ragam Bahasa Tulis dalam Komunikasi Antara Dosen
dan Mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Udayana
Ni Ketut Sri Rahayuni
English Department Udayana University, Denpasar, Indonesia
Abstrak
Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi seseorang
dapat diidentifikasikan dari perkataan yang ia ucapkan atau tuliskan. Pada proses interaksi
antara dosen dan mahasiswa baik dalam belajar mengajar maupun di luar kelas, muncul
beragam variasi bahasa. Hal ini menjadi penting untuk diteliti mengingat interaksi antara dosen
dan mahasiswa akan berlangsung setiap saat dan terdapat situasi yang beragam diantara
mereka. Kesalahan dalam berkomunikasi bisa berakibat ketersinggungan, kesalahpahaman
ataupun masalah antar kedua belah pihak.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan dan menganalisa ragam bahasa tulis dalam interaksi
antara dosen dengan mahasiswa di lingkungan prodi sastra inggris Universitas Udayana dengan
menggunakan teori variasi bahasa. Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joss (melalui
Abdul Chaer, 2004:70) membedakan variasi bahasa dalam lima bentuk, yaitu ragam beku
(frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual), dan ragam
akrab (intimate).
Sumber data pada penelitian ini adalah sejumlah dosen dan mahasiswa di lingkungan prodi
sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana yang terlibat interaksi dan
komunikasi tulis. Metode dalam mengumpulkan data adalah dengan dokumentasi. Komunikasi
tulis antara dosen dan mahasiswa akan didokumentasikan. Dalam menganalisis data, akan
digunakan metode deskriptif kualitatif sehingga diperoleh penjelasan yang lebih mendalam
mengenai variasi bahasa dalam proses interaksi komunikasi tulis antara dosen dan mahasiswa
di prodi sastra inggris universitas udayana. Teori yang akan digunakan dalam menganalisis
data adalah variasi bahasa oleh Martin Joss (melalui Abdul Chaer, 2004).
Kata kunci : ragam bahasa, interaksi, komunikasi
133
Konflik Sosial dan Resolusinya pada Komunitas Bugis
di Pulau Serangan Kota Denpasar
A.A. Ngurah Anom Kumbara 1, Mayske Rinny Liando 2, Ida Bagus Gde Putra 3
Program Studi Doktor Kajian Budaya FIB Univ. Udayana 1; Program Studi Bahasa dan Seni
Univ. Negeri Manado 2; Program Studi Sejarah FIB Univ. Udayana 3
[email protected] 1; [email protected] 2; [email protected] 3
Abstrak
Komunitas Bugis yang tinggal dan hidup di Pulau Serangan Kota Denpasar berasal dari
Sulawesi Selatan yang bermigrasi sekitar pertengan abad ke-17. Eksistensin komunitas ini
menunjukkan keunikan dan dinamika tersendiri dalam konteks sejarah, politik, ekonomi,
maupun budaya sehingga menarik untuk dikaji secara sosial historis. Secara historis warga
komunitas Bugis ini telah berinteraksi dan beradaptasi harmonis dengan penduduk setempat
yang beragama Hindu. Dalam interaksi yang panjang tersebut menurut catatan sejarah, mereka
hampir tidak pernah berkonflik dengan penduduk setempat. Namun demikian, belakangan ini
kehidupan yang harmoni itu mulai terusik, akibat konflik yang kerap terjadi, baik konflik
antaranggota komunitas Bugis maupun konflik antara orang Bugis dengan pihak luar (investor,
pemerintah, dan warga Hindu setempat). Sehubungan dengan itu, tujuan penelitian ini adalah
1) memahami faktor – faktor penyebab terjadinya konflik sosial pada komunitas Bugis di
Pulau Serangan; 2) memahami proses dan mekanisme resolusi konflik pada komunitas Bugis
di Pulau Serangan , dan 3) menganalisis dampak konflik terhadap kehidupan komunitas Bugis
di Pulau Serangan. Metode pendekatan dan analisis penelitian adalah kualitatif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Berdasarkan metode tersebut penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor penyebab konflik
adalah faktor sengkata tanah dan penolakan atas eksekusi putusan pengadilan negeri dan
Makamah Agung oleh 36 KK warga Bugis yang menempati tanah yang disengketakan.
Resolusi konflik dilakukan dengan dengan cara mediasi, negoisasi dan kohersif. Simpulannya,
dampak konflik bersifat positif dan negatif. Namun dampak negatif lebih dominan dari pada
dampak positifnya, terutama di bidang ekonomi, lingkungan, dan gangguan kesehatan pada
anak-anak keluerga korban konflik.
Kata kunci, komunitas bugis, konflik sosial, resolusi, dampak konflik.
134
Bahasa Figuratif, Nilai Budaya dan Nilai Moral dalam
Wayang Cenk Blonk
N.K. Dewi Yulianti
Institut Seni Indonesia Denpasar
Abstrak
Tulisan ini akan membahas tentang hubungan antara bahasa figuratif dengan nilai-nilai budaya
dan nilai moral yang akan diungkapkan dalam sebuah teks. Adapun teks yang dimaksud dalam
tulisan ini adalah bebarapa tayangan wayang Cenk Blonk yang ada di youtube. Tulisan ini akan
bermanfaat tidak hanya bagi pengajar bahasa yang menekuni bidang bahasa figuratif namun
juga bagi budayawan dan para penggiat bidang pendidikan karakter.
Dalam tulisan ini akan dibahas dua pokok bahasan yaitu : (1) bahasa figuratif apa saja yang
digunakan dalam wayang Cenk Blonk dan (2) nilai budaya dan nilai moral apa sajakah yang
dikandung dalam bahasa figuratif tersebut. Metode yang akan digunakan adalah metode
kwalitatif dengan menganalisis beberapa tayangan wayang Cenk Blonk di youtube dan juga
melakukan wawancara dengan Jro Dalang Wayan Nardayana untuk mengkaji ulang hasil
analasis awal terhadap makna dan penggunaan bahasa figuratif.
Kata kunci: Bahasa figuratif, nilai budaya, nilai moral, wayang Cenk Blonk
135