UAP-u-ima
-
Upload
kharisma-alifah -
Category
Documents
-
view
218 -
download
4
description
Transcript of UAP-u-ima
Laporan KasusUnstable Angina Pectoris
Pembimbing
Dr. Agung Fabian C, Sp. JP FIHA
K H A R I S M A A L I FA H 11 0 2 0 111 3 6
STATUS PASIEN
Identitas Pasien0Nama : Tn. S0Usia : 53 tahun 0Pekerjaan : Wiraswasta0Alamat : Jl. H Taiman Ujung Gg.Z Rt
008/007, Kel. Kampung Tengah Kec. Kel Kramat Jati, Jakarta.0No RM : 2015-6343790Ruang Rawat : CVCU- Flamboyan0Tanggal Pemeriksaan : 12 Juli 2015
ANAMNESA
Ananmnes
a
• Autoanamnesis
Keluhan Utama
• Nyeri dada kiri sejak 5 jam SMRS
Keluhan Tambaha
n
• Keringat dingin, lemas, sakit pada lengan kiri & batuk
Riwayat Penyakit Sekarang
0 Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan Nyeri sejak 5 jam SMRS. Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk, tembus ke punggung, timbul tiba-tiba tanpa aktivitas sebelumnya, tidak menghilang dengan istirahat atau perubahan posisi.
0 Keluhan tambahan berupa keringat dingin hingga membasahi pakaian, sakit pada lengan kiri, tubuh terasa lemas & batuk.
0 3 bulan yang lalu kedua tungkai bengkak dan sesak napas setelah beraktivitas, hilang dengan istirahat dan minum obat dari puskesmas.
0 Riwayat merokok 12-16 batang/hari
Riwayat Penyakit Dahulu
0Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan seperti ini.
0Riwayat alergi obat (-)0Riwayat merokok (+)0Riwayat hipertensi (-)0Riwayat diabetes Mellitus
(-)0Riwayat TB (-)0Riwayat Asma (-)
Riwayat Penyakit keluarga
0Pasien mengaku tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
STATUS GENERALIS
0Kesadaran : Sakit sedang 0Keadaan umum : Compos mentis0Tekanan darah : 160/90 mmHg0Nadi : 100x/menit,
frekuensi teratur0Suhu : 36,6˚C0Pernapasan : 28x/menit teratur
PEMERIKSAAN FISIK
0 Kepala 0 Bentuk :
normochepal0 Posisi : simetris
0 Mata0 Exophthalmus : Tidak ada0 Enopthalmus : Tidak ada0 Edema kelopak : Tidak ada0 Konjungtiva anemi : -/-0 Sklera ikterik : -/-
0 Telinga0 Pendengaran : Baik0 Darah & cairan : Tidak
ditemukan
0 Mulut0 Trismus : Tidak ada0 Faring : Dalam batas normal0 Lidah : Lidah tidak kotor berwarna
putih, tidak deviasi
0 Uvula : Letak ditengah, tidak deviasi
0 Tonsil : T1-T10 0 Leher0 Trakea : Tidak deviasi0 Kelenjar tiroid : Tidak ada
pembesaran0 Kelenjar limfe: Tidak ada pembesaran0 JVP : ( 5+2 cmH2O)
PEMERIKSAAN FISIK0 Paru-paru0 Inspeksi : Pergerakan dinding
dada simetris pada keadaan statis dan dinamis kanan
kiri, tidak terlihat luka, kulit
kemerahan atau penonjolan0 Palpasi : Tidak teraba kelainan
dan masa pada seluruh lapang paru. Fremitus
taktil dan vocal statis dan dinamis kanan kiri.
0 Perkusi : Terdengar sonor pada seluruh lapang paru
0 Auskultasi : Suara dasar napas vesicular +/+, ekspirasi memanjang (+), ronkhi -/-, wheezing -/-
0 Jantung0 Inspeksi : Iktus cordis tidak
terlihat 0 Palpasi : Iktus cordis teraba di
ICS 6 linea midclavicula sinistra0 Perkusi :
Batas jantung kanan di ICS 5 linea sternalis dextra
Batas jantung kiri di ICS 6 di 2 jari sebelah kiri linea midclavikula sinistra
Batas pinggang jantung di ICS 2 linea sternalis sinistra
0 Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, gallop (-) murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
0 Abdomen0 Inspeksi : Datar0 Auskultasi : Bising usus (+) normal 0 Perkus : Timpani pada seluruh kuadran0 Palpasi : Nyeri tekan ulu hati (-), hepar tidak membesar,
permukaan rata, nyeri tekan (-), lien tidak teraba membesar. Refleks hepato jugular (-)
0 Ekstremitas0 Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah kanan kiri0 Udem negatif pada ekstremitas atas dan bawah kanan kiri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (12-07-2015)
Hematologi
Hemoglobin L 15.1 g/dL
Hematokrit L 43 %
Leukosit H 18.23 µL
Trombosit L 213.000 µL
Kimia Klinik
SGOT (AST) H 15 U/L
SGPT (ALT) H 15 U/L
Troponin T <50
Ureum Darah 38 mg/dL
Kreatinin Darah 1.65 mg/dL
Elektrolit
Natrium 142 mmol/LKalium 3.7 mmol/L
klorida 105 mmol/L
Gas darah + elektrolit
pH H 7.350
pCO2 29 mmHg
pO2 118 mmHg
HCO3- 16 mmol/L
HCO3 standard 18.3 mmol/L
TCO2 17 mmol/L
BE (B) –8.6 mmol/L
Peningakatan leukosit, kreatinin, asidosis metabolik
Laboratorium (13-07-2015)
Gas darah + elektrolit
pH H 7.430
pCO2 L 36.0 mmHg
pO2 L 113.0 mmHg
Hct L 36 %
HCO3- 23.9 mmol/L
HCO3 standard 24.8 mmol/L
TCO2 H25 mmol/L
BE ecf L -0.4
BE (B) -0.20
Saturasi O2 H 99%
Hematologi
Hemoglobin L 15.1 g/dL
Hematokrit L 43 %
Leukosit H 18.23 µL
Trombosit L 213.000 µL
Eritrosit L 5.2 juta/ µL
Kimia Klinik
SGOT (AST) H 15 U/L
SGPT (ALT) H 15 U/L
CK-MB H 17mg/dL
Troponin T <50
Ureum darah 38 mg/dL
Kreatinin darah H 1.65 mg/dL
eGFR 46.6 mL/min/1.73m2
Gula Darah Sewaktu 119 mg/dL
Peninngkatan leukosit, kreatinin darah, alkalosis
Laboraturium (14-07-2015)
Hematologi
Hematologi
LED H 19 mm/jam
Hemoglobin L 13.7 g/dL
Hematokrit L 40%
Leukosit H 10.87 µL
Trombosit L 190.000 µL
Eritrosit L 4.8 juta/ µL
Hitung Jenis
Basofil 0%
Eosinofil 3%
Neutrofil batang L 0%
Neutrofil segmen H 75%
Limfosit L 15 %
Monosit 6%
LUC 1%
Kolesterol total 166 mg/dl
Kolesterol HDL 39 mg/dl
Kolesterol LDL 109 mg/dl
Trigliserida 91 mg/dl
Asam urat H 6.8 mg/dl
Glukosa Puasa 116
Glukosa 2 jam PP 137
LED meningkat, leukosit menurun dari hari sebelumnya
Elektrokardiogram
0 Interpretasi EKG (12-7-2015):0 Irama : sinus takikardi0 QRS rate : 120 x/menit0 Aksis : normoaxis0 Gelombang P : durasi 0,08
sec; amplitudo 0,2 mV; P-bifasik pada V1
0 PR interval : 0,16 sec0 Kompleks QRS : durasi 0,12;
amplitudo 1.4 mV(>35 kotak kecil); RSR’ pada lead II, III, avf,; Q patologis pada V1-V4
0 Segmen ST : ST elevasi V1-V4
0 Gelombang T : normal Kesan : sinus takikardi dengan RBBB incomplete, left atrial enlargement, old anteroseptal infark, LVH
0 Interpretasi EKG (14-7-2015):0 Irama : sinus , QRS rate: 100x/menit, Aksis :
normoaxis. Gelombang P : durasi 0,08 sec; amplitudo 0,2 mV; bifasik pada V1PR interval : 0,16 sec. Kompleks QRS : durasi 0,12; amplitudo 1.4 mV(>35 kotak kecil); RSR’ pada lead II, III, avf; Q patologis pada V1-V3. Segmen ST : ST elevasi V1-V3 . Gelombang T
: normalKesan : sinus rhythm dengan RBBB incomplete, left atrial enlargement, old anteroseptal infark, LVH
0 Interpretasi EKG (15-07-2015):0 Irama : sinus. QRS rate : 100x/menit. Aksis :
normoaxis. Gelombang P : durasi 0,08 sec; amplitudo 0,2 mV; bifasik pada V1. PR interval : 0,16 sec. Kompleks QRS : durasi 0,12; amplitudo 1.4 mV(>35 kotak kecil); RSR’ pada lead II, III, avf; Q patologis pada V1-V3. Segmen ST: ST elevasi V1-V3 . Gelombang T : normal
Kesan : sinus rhythm dengan RBBB incomplete, left atrial enlargement, old anteroseptal infark, LVH
0 Cor : kardiomegali (CTR> 50%)0 Aorta tidak melebar, tidak elongasio dan tidak terdapat kalsifikasi0 Paru : corakan bronkovaskular <2/3 lapang paru, tidak terdapat infiltrat0 Hilus tidak melebar, tidak suram dan tidak menebal0 Sudut Sinus costofrenikus lancip
RESUME0 Pria 53 tahun datang dengan keluhan nyeri dada kiri menembus
punggung sejak 5 jam SMRS. Keluhan tersebut dirasakan timbul tiba-tiba disertai dengan keringat dingin dan seluruh badan terasa lemas. Keluhan ini tidak pernah dialami sebelumnya. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berlangsung kurang lebih selama lebih dari 10 menit. Riwayat merokok 12-16 batang rokok (+).
0 Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kelainan adanya pembesaran batas jantung kiri. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan leukosit, peningkatan kreatinin darah, asidosis metabolik dan tidak ada peningkatan enzim jantung. Pada Pemeriksaan EKG terdapat old anteroseptal infark, RBBB incomplete, left atrial enlargement, LVH. Pada pemeriksaan rontgen thorax terdapat kesan kardiomegali.
0DIAGNOSIS KERJA0Unstable Angina Pectoris0Hipertensi grade II
0DIAGNOSIS BANDING0Non ST-elevasi Infark Miokard0ST-elevasi Infark Miokard
0PEMERIKSAAN ANJURAN0Angiografi koroner0Echocardigraphy
TATALAKSANA
0 Penatalaksanaan di IGDIVFD RA/24 jamO2 4L/menitAspilet 160 mg 2 tabClopidrogel 360 mg 2 tabSimvastatin 20 mgLasix 1x 1 ampBisoprolol 1x1.5 mgAmblodipin 1x5mg
0 Penatalaksanaan di CVCU-Flamboyan Aspilet 1x80 mg Clopidrogel 1x75mg Simvastatin 1x10mg Amblodipin 1x5mg Bisoprolol 1x25mg Codein 2x10mg Diovan 1x80mg Alprazolam 1x0.5mg ISDN 3x5mg Lovenox 2x0.6 mg Lasix 1x1mg
PROGNOSIS
0Ad vitam : dubia ad bonam0Ad functionam : dubia ad malam0Ad sanationam : dubia ad malam
Tinjauan Pustaka
0Angina Pektoris
Angina pektoris merupakan suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu dada
seperti ditekan benda berat, seperti ditusuk-tusuk dan nyeri sering menjalar kelengan kiri atau ke kedua
lengan.
Klasifikasi Angina pektoris tak stabil yaitu:1. Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2
bulan, dimana angina cukup berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari.
2. Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan.
3. Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.
Faktor Resiko 0 Faktor resiko mayor
1.Dislipidemia2.Merokok3.DM4.Hipertensi
0 Faktor Resiko Minor1. Kurangnya aktifitas fisik2. Stress emosional3. Pemakaian kontrasepsi oral4. Hiperuricemia5. Makanan tinggi karbohidrat
Patofisiologi
0STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak setelah oklusi total
trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya.
Gejala klinis0Nyeri dada berlangsung >30 menit, retrosternal, berlokasi
di tengah atau dada kiri, menjalar ke rahang, punggung, atau lengan kiri.
0 Sifat nyeri: seperti tertekan benda berat, terbakar, ditusuk-tusuk,diremas.
0Dapat disertai dg sesak napas,keringat dingin,mual muntah,lemas,pusing,perasaan melayang, pingsan
0Gejala muncul dg tiba-tiba dan intensitas yg tinggi serta tidak hilang dg istirahat kecurigaan IMA
Diagnosis Diagnosis STEMI ditegakkan berdasarkan 0anamnesis nyeri dada yang khas
0gambaran EKG adanya depresi segmen ST ≥1 mm atau T-inverted
0Pemeriksaan enzim jantung, tidak ada kenaikan troponin maupun CK-MB
0Pemeriksaan fisik0Seringkali tidak ada yang khas.0Pemeriksaan fisik sewaktu angina dapat tidak
menunjukkan kelainan. 0Pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel
dan murmur sistolik di daerah apeks. 0Frekuensi denyut jantung dapat menurun, menetap, atau
meningkat pada waktu serangan angina
0 Pemeriksaan penunjang0 EKG0 Ekokardiografi 0 Rontgen Thoraks0 Pemeriksaan Laboratorium
Tatalaksana
0Diagnosis cepat0menghilangkan nyeri dada0penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang
mungkin dilakukan0pemberian antitrombotik dan terapi antiplatelet
Tatalaksana umum0 Penilaian dan stabilisasi hemodinamik0 Monitoring EKG0 Oksigen0 Nitrogliserin/ nitrat0 Aspirin0 Morfin0 Beta blocker
0 Terapi reperfusi0 Fibrinolitik0 PCI
farmakoterapi
Komplikasi
0 Infark Miokardium 0Aritmia (takiaritmia, bradiaritmia)0Disfungsi diastolik atau sistolik0Gagal jantung,0Syok kardiogenik
Prognosis
080% UAP dapat distabilkan dalam 48 jam setelah diberi terapi medikamentosa secara tepat
Killip
Kelas Definisi Proporsi pasien Mortalitas(%)
ITidak ada tanda gagal jantung
kongestif40-50% 6
II+ S3 dan/atau ronki basah di
basal paru30-40% 17
III Edema paru akut 10-15% 30-40
IV Syok kardiogenik 5-10% 60-80
Skor risiko TIMI
0merupakan salah satu dari beberapa stratifikasi risiko pasien infark dengan ST elevasi, yakni:
Risk score untuk STEMI
Faktor risiko (bobot) Skor risiko/mortalitas 30 hari (%)
Usia 65-74 (2) atau usia >75 (3)
0(0,8) / 1(1,6)
DM/HT/angina (1) 2(2,2)
SBP<100 (3) 3(4,4)
HR >100 (2) 4(7,3)
Klasifikasi killip II-IV (2)
5(12,4)
Berat <67 kg (1) 6(16,1)
ST elevasi anterior atau LBBB (1)
7(23,4)
Waktu ke reperfusi >4jam (1)
8(26,8)
(skor maksimum 14 poin) >8(35,9)
Terima kasihWassalamualaikum wr wb
Faktor Pencetus Angina
0 Tekanan emosi
0 Aktiviti fisikal yang memerlukan bekalan darah yang lebih ke jantung
0 Makan terlalu banyak sehingga menyebabkan lebih banyak darah menuju
0 ke perut bagi membantu penghadaman
0 Alkohol
http://www.merckmanuals.com/professional/cardiovascular_disorders/coronary_artery_disease/acute_coronary_syndromes_acs.html
http://circ.ahajournals.org/content/121/13/1544/F8.expansion.html
diagnosis
0Anterior ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI), ONSET 2 Jam KILLIP I TIMI 3/14
0Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisura, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
0Plak koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid.
0Pada STEMI gambaran patologik klasik terdiri dari trombus merah kaya fibrin, yang dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI memberi respons terhadap terapi trombolitik.
0 Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, serotonin, epinefrin) memicu aktivasi trombosit memproduksi dan melepaskan Tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten); memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein IIb/IIa mjd reseptor dg afinitas tinggi terhadap vWF dan fibrinogen, yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan silang platelet dan agregasi.
0 Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang rusak. Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi thrombin, yang kemudian mengonversi fibrinogen menjadi fibrin
0 Arteri koroner yang terlibat (culprit) kemudian akan mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri dari agregat trombosit dan fibrin.
0 Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.
Tatalaksana umum
0 Penilaian dan stabilisasi hemodinamik0 Monitoring EKG0 Oksigen. harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen
arteri <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
0 Nitrogliserin (NTG). Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada, NTG juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh darah koroner yang terkena infark atau pembuluh darah kolateral. Tidak diberi pd pasien dengan TD sistolik <90 mmHg / dicurigai menderita infark ventrikel kanan
0Morfin. Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulangi dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg.
0Aspirin. Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pada spektrum SKA. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukkal dengan dosis 160-325 mg di UGD. Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.
0 Penyekat beta. Untuk mengurangi nyeri dada. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60 kali/menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan rhonki <10 cm dari diafragma. 15 menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam, dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.
0 Terapi reperfusi. Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI berkembang menjadi pump failure atau takiaritmia ventrikular yang maligna. Sasaran terapi reperfusi adalah door-to-needle time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau door-to-balloon time untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit.
Seleksi strategi reperfusi
Mempertimbangkan:0Waktu onset gejala
0 Waktu onset untuk terapi fibrinolitik merupakan prediktor penting luas infark dan outcome pasien. Terapi fibrinolisis yang diberikan dalam 3 jam pertama terkadang menghentikan infark miokard dan secara dramatis menurunkan angka kematian.
0 Sebaliknya, kemampuan memperbaiki arteri yang mengalami infark menjadi paten, kurang lebih tergantung pada lama gejala pasien yang menjalani PCI. Beberapa laporan menunjukkan tidak ada pengaruh keterlambatan waktu terhadap laju mortalitas jika PCI dikerjakan setelah 2-3 jam setelah gejala.
0 Penyekat beta. 0 Terapi reperfusi. Reperfusi dini akan memperpendek lama
oklusi koroner, meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI berkembang menjadi pump failure atau takiaritmia ventrikular yang maligna.
0 Sasaran terapi reperfusi adalah door-to-needle time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau door-to-balloon time untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit.
Seleksi strategi reperfusi
Mempertimbangkan:0Waktu onset gejala
0 Waktu onset untuk terapi fibrinolitik merupakan prediktor penting luas infark dan outcome pasien. Terapi fibrinolisis yang diberikan dalam 3 jam pertama terkadang menghentikan infark miokard dan secara dramatis menurunkan angka kematian.
0 Sebaliknya, kemampuan memperbaiki arteri yang mengalami infark menjadi paten, kurang lebih tergantung pada lama gejala pasien yang menjalani PCI. Beberapa laporan menunjukkan tidak ada pengaruh keterlambatan waktu terhadap laju mortalitas jika PCI dikerjakan setelah 2-3 jam setelah gejala.
0Risiko STEMI0 Beberapa model telah dikembangkan yang membantu
dokter dalam menilai risiko mortalitas pada pasien STEMI. Jika estimasi mortalitas dengan fibrinolisis sangat tinggi, seperti pada pasien dengan syok kardiogenik, bukti klinis menunjukkan strategi PCI lebih baik.
0Risiko perdarahan0 Semakin tinggi risiko perdarahan dengan terapi fibrinolisis,
semakin kuat keputusan untuk memilih PCI. Jika PCI tidak tersedia, manfaat terapi reperfusi farmakologis harus mempertimbangkan manfaat dan risiko.
0Waktu yang dibutuhkan untuk transportasi ke laboratorium PCI0 Untuk fasilitas yang dapat mengerjakan PCI, penelitian
menunjukkan PCI lebih superior dari reperfusi farmakologis. Jika composite end point kematian, infark miokard rekuren nonfatal atau stroke di analisis, superioritas PCI terutama dalam hal penurunan laju infark miokard nonfatal berulang.
Fibrinolisis0 Target terapi reperfusi adalah aliran TIMI grade 3
(menunjukkan perfusi pembuluh yang mengalami infark dengan aliran normal), karena perfusi pada yang terkena infark menunjukkan hasil yang lebih baik dalam membatasi luasnya infark, mempertahankan fungsi ventrikel kiri dan menurunkan laju mortalitas jangka pendek dan panjang.
0 tPA dan aktivator plasminogen spesifik fibrin lain sepeti rPA dan TNK lebih efektif daripada streptokinase dalam mengembalikan perfusi penuh, aliran koroner TIMI grade 3 dan memperbaiki survival sedikit lebih baik.
0
Obat fibrinolisis:0 Streptokinase (SK). Merupakan fibrinolitik nonspesifik fibrin.
Pasien yang pernah terpajan dengan SK tidak boleh diberikan pajanan selanjutnya karena terbentuknya antibodi. Reaksi alergi sering ditemukan. Manfaat mencakup harganya yang murah dan insidens perdarahan intrakkkranial yang rendah.
0 Tissue plasminogen activator (tPA, alteplase). GUSTO-1 trial menunjukkan penurunan mortalitas 30 hari sebesar 15% pada pasien yang mendapat tPA disbanding SK. Namun harganya lebih mahal dari SK dan risiko perdarahan intrakranial sedikit lebih tinggi.