Tutorial TUMBANG Pediatric
-
Upload
yoga-alfian-noor -
Category
Documents
-
view
54 -
download
5
description
Transcript of Tutorial TUMBANG Pediatric
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Tutorial
Klinik
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
GIZI KURANG + CEREBRAL PALSY
Oleh:
Andi Nursabhrina Julianti 06.55382.00325.09
M. Aldy Angry 05.48840.00241.09
Pembimbing:
dr. Fatchul Wahab, Sp.A
LABORATORIUM/SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FK UNMUL – RSUD A. W. SJAHRANIE
SAMARINDA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebenarnya istilah cerebral pada CP dianggap kurang tepat, karena
kerusakan dapat mengenai cerebral cortex, basal ganglia, pontine atau midbrain
subcortical centers atau cerebellum. Juga istilah palsy tidak tepat karena dalam
kenyataannya paralise pada CP jarang ditemukan, tetapi yang nampak adalah
gerakan yang berlebihan dan gangguan kontrol motorik. Sebagian besar penderita
CP lahir premature atau mengalami komplikasi saat persalinan dan hal tersebut
merupakan hasil dari kekurangan oksigen selama kelahiran. Kekurangan oksigen
tersebut merusak jaringan otak yang sensitif mengendalikan fungsi pergerakan.
Asosiasi CP dunia memperkirakan > 500.000 penderita CP di Amerika.
Disamping peningkatan dalam prevensi dan terapi penyebab CP, jumlah anak-
anak dan dewasa yang terkena CP tampaknya masih tidak banyak berubah atau
meningkat sedikit selama 30 tahun terakhir. Hal tersebut sebagian mungkin karena
banyak bayi premature yang mengalami masa kritis dan bayi-bayi lemah banyak
yang berhasil diselamatkan dengan kemajuan di bidang kegawatdaruratan
neonatologi. Yang patut disayangkan, banyak dari bayi-bayi tersebut mengalami
masalah perkembangan system saraf atau menderita kerusakan neurologis.
Penelitian banyak dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut terutama pada
bayi-bayi yang mengalami masalah pernapasan dan penggunaan terapi medikasi
untuk mencegah perdarahan otak sebelum atau segera setelah lahir. Angka
kejadian CP berkisar 1,2-2,5 anak per 1000 anak usia sekolah dini. Satu penelitian
menunjukkan prevalensi CP congenital derajat sedang sampai berat mencapai 1,2
per 1000 anak usia 3 tahun. Angka harapan hidup penderita CP tergantung dari
tipe CP dan beratnya kecacatan motorik. Penelitian di Negara yang sudah
berkembang menunjukkan bahwa prevalensi CP tidak menurun pada setiap
kelompok berat lahir. Dengan meningkatnya bayi BBLR yang dapat
diselamatkan, dimana merupakan factor risiko CP.
Identifikasi dini CP pada bayi akan memberikan kesempatan kepada
pasien untuk mendapatkan penanganan optimal dalam upaya memperbaiki
kecacatan sensoris dan mencegah timbulnya kontraktur. Riset biomedis berhasil
dakam memperbaiki teknik diagnostik misalnya imaging cerebral canggih dan
analisis gait modern.
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut
dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai.Jika keseimbangan tadi
terganggu, misalnya pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan
pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi protein, dan jika berlangsung
lama akan timbul masalah yang dikenal dengan KEP berat atau gizi buruk.
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas pasien :
• Ruang perawatan : Melati
• Nama : An. A
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 1 tahun 9 bulan
Identitas Orang Tua
• Nama Ayah : Tn.T
• Umur : 30 tahun
• Pekerjaan : Swasta
• Pendidikan Terakhir : SMA
• Ayah perkawinan ke : 1
• Nama Ibu : Ny.NH
• Umur : 21 tahun
• Pekerjaan : IRT
• Pendidikan Terakhir : SMA
• Ibu perkawinan ke : 1
Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan terhadap ayah dan Ibu pasien pada tanggal 6
Agustus 2012.
Keluhan utama
Kejang
R i wayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami kejang 5-6x sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi
karena dipicu oleh demam yang dialami oleh pasien. Kejang berlangsung < 1
menit, dan disertai muntah. Demam juga dirasakan sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Keluarga pasien mengaku pasien tidak batuk, pilek,
ataupun diare.
Keluarga Pasien mengeluhkan adanya keterlambatan dalam tumbuh
kembang, dimana pasien tidak bisa berbicara dengan lancar dan tidak bisa
berjalan. Pasien hanya bisa tengkurap dan miring kiri kanan. Saat tengkurap
pun, leher pasien belum terlalu kuat untuk mennopang dan mengangkat
kepalanya. Pasien juga belum bisa untuk duduk
Saat ini pasien mengkonsumsi makanan seperti bubur ataupu nasi yang dalam
sehari bisa 3 – 4 kali. Hanya saja akhir-akhir ini keluarga pasien
memperhatikan pola minum susu pasien yang mulai agak berkurang. Menurut
ibu pasien, untuk soal makanan pasien masih kuat
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien juga pernah mengalami hal serupa yaitu kejang
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama. Tidak ada
anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakt serupa.
Riwayat Kehamilan
• Pemeliharaan Prenatal : pernah
• Periksa di : Puskesmas dan Klinik
• Penyakit kehamilan : tidak ada
• Obat-obatan yang sering diminum : tablet penambah darah dan vitamin.
Riwayat Kelahiran :
• Lahir di : Rumah Sakit
• di tolong oleh : Bidan
• Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan 10 hari
• Jenis partus : Spontan
• Pemeliharaan postnatal : Ya
• Periksa di : Posyandu
• Keluarga berencana : Suntik 3 bulan
Pertumbuhan dan perkembangan anak :
• Berat badan lahir : 2500 gram
• Panjang badan lahir : 55 cm
• Tersenyum : lupa
• Miring : 8 bulan
• Tengkurap : 9 bulan
• Duduk : -
• Gigi keluar : ibu lupa
• Merangkak : -
• Berdiri : -
• Berjalan : -
• Berbicara dua suku kata : ibu lupa
• Masuk TK : -
• Masuk SD : -
Riwayat Makan Minum anak :
• ASI : dari lahir sampai usia 2 bulan
• Dihentikan : ya
• Alasan : ASI tidak produksi lagi
• Susu sapi/buatan : ya
• Jenis susu buatan :susu Nutrilon
• Takaran : 3 sendok 80 cc
• Frekuensi : 3 – 4 x/ hari
• Buah : 6 bulan
• Bubur susu : 7 bulan
• Tim saring : 8 bulan
• Makanan padat dan lauknya : 1 tahun 7 bulan
Keterangan :: Laki-laki: Perempuan: Pasien
Riwayat Imunisasi :
ImunisasiUsia Saat Imunisasi
I II III IV
BCG +
2 bulan//////// /////// ///////
Polio +
2 bulan//////// /////// ///////
Campak //////// ///////// //////// ///////
DPT +
2 bulan
+
4 bulan//////// ///////
Hepatitis B +
0 hari////// /////// ///////
Pedigree :
Keadaan Sosial Ekonomi :
• Pasien tinggal dan dirawat oleh ibu dan ayah kandung.
• Konsumsi untuk keluarga pasien berasal dari penghasilan ayah pasien
sebagai pekerja swasta
• Pasien dan keluarga tinggal di sebuah rumah yang berdinding beton,
beratap seng dan lantai dari bahan semen.
• Dalam satu rumah dihuni oleh 5 orang, yaitu: Ayah dan ibu pasien, kae
serta nenek dari pihak ibu pasien, serta pasien sendiri.
• WC dan KM berada didalam rumah. WC: 10 m dari rumah, dan KM: 5 m
dari rumah.
• Sumber air: air hujan, air minum: air hujan yang dimasak.
• Listrik: ada
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal : 6 Agustus 2012
Antropometri
• Berat badan : 7,7 kg
• Panjang Badan : 77 cm
• BMI : Kg/m2
• Lingkar Kepala : 43 cm
• Lingkar Lengan Atas : 15 cm
Tanda Vital
• Nadi : 100 x/menit (reguler,isi cukup, kuat angkat)
• Frekuensi napas : 30 x/menit
• Suhu aksiler : 37,3⁰C
Keadaan Umum
• Kesan sakit : Sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• Status Gizi : kurang
Rumus Behrman
BB ideal = 2n + 8 = 10 kg
Status gizi = BB sekarang/BB ideal x 100% = 7,7kg/10kg x 100%
= 77% (gizi kurang)
Kepala
• Rambut : hitam
• Mata : cowong (-), edema pre orbita (-/-), anemis (-), ikterik (-),
pupil 3mm/3mm, Reflek cahaya +/+, strabismus (+/+)
• Hidung : sumbat (-), bau (-), selaput putih (-)
• Telinga : Bersih, Bau (-), sakit (-)
• Mulut : lidah bersih, tonsil dan faring tidak hiperemi
Leher
• Pembesaran kelenjar : (-)
• Kaku kuduk : (-)
Kulit
Dalam batas normal
Pulmo
• Inspeksi : simetris, seirama gerakan nafas, retraksi (-)
• Palpasi : krepitasi (-), fremitus raba dekstra sama dengan sinistra
• Perkusi : sonor
• Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS VI midclavicula line sinistra
• Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS VI midclavicula line sinistra
• Perkusi : Batas Kiri = ICS VI Midclavicula line sinistra
Batas Kanan = ICS III Parasternal line dextra
• Auskultasi : S1/S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi : datar, venektasi (-), penonjolan massa (-)
• Palpasi : lemas, organomegali (-), nyeri tekan (+) kuadran kiri
kanan bawah
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas
• Akral Hangat, sianosis (-), edema (-), KGB inguinal (-)
Pemeriksaan R efleks :
Refleks fisiologi :
• Refleks patella : +/+
• Refleks Achilles : +/+
• Refleks tendo biceps : +/+
• Refleks triceps : +/+
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah ( 1 Agustus 2012) :
Hemoglobin : 6,6 g/dl
Leukosit : 7.000/mm3
Trombosit : 243.000/mm3
Hematrokit : 19,5 %
GDS : 57
Usulan pemeriksaan
Diagnosis Banding :
- Epilepsi
Penatalaksanaan:
IVFD D5 ¼ NS 600cc/hr
Ceftriaxone inj 2 x 37,5 mg
Dilantin 2 x 40 mg pulv
Depakene syrup 2 x 0,8 cc
Makan bubur
Follow Up Ruangan
Tanggal Anamnesa Pemeriksaan
Fisik
Terapi, diagnosa, &
Pemeriksaan Penunjang
1
Agustus
2012
Hari 1
Kejang 5-6 x,
berlangsung < 1
menit, muntah
(+), demam (+)
CM, N :
130x/mnt, RR :
34x/menit, T:
38 C, an (-/-), rh
(-/-), wh (-/-)
BB : 7 kg
Terapi :
IVFD RL 10 tpm
Paraetamol syrup 4x ½
cth
Luminal 3 x 20 mg
Domperidone 3 x ½ cth
ac
Diagnosa : Kejang Demam +
Cerebral Palsy
2
Agustus
2012
H 2
Kejang 3x pagi
hari, demam (+),
muntah (-),
BAB(-)
CM, N :
160x/menit, RR
: 34x/ menit, T :
37,5 C, an (-/-),
rh (-/-), wh (-/-),
BB : 7,8 kg
Terapi :
IVFD D5 ¼ NS
800cc/hr
Amoxycillin inj 3 x
220 mg
Dilantin inj 2 x 18 mg
Domperidone syrup 3x
½ cth
Pamol syrup 3 x ¾ cth
Diagnosa : Kejang demam +
Cerebral Palsy
3
Agustus
2012
H 3
Kejang 2x,
demam (-),
muntah (-), mual
(+)
CM, N :
108x/menit, RR
: 30x/menit, T :
37 C, rh (-/-),
wh (-/-),
Terapi :
IVFD D5 ¼ NS
600cc/hr
Amoxycillin inj 3 x
220 mg
Dilantin inj 2 x 30 mg
Domperidone syrup 3x
½ cth
Pamol syrup 3 x ¾ cth
Diagnosa : Kejang demam +
Cerebral Palsy
4
Agustus
2012
H 4
Kejang 1 x,
demam (-),
muntah (-), BAB
cair 1x, ampas
(-)
CM, N :
142x/menit, RR
: 34x/menit, T :
37,0 C, an (-/-),
rh (-/-), wh (-/-),
Terapi :
IVFD D5 ¼ NS
600cc/hr
Amoxycillin inj 3 x
220 mg
Dilantin inj 2 x 40 mg
Pamol syrup 3 x ¾ cth
Makan bubur
Diagnosa : Kejang demam +
Cerebral Palsy
6
Agustus
2012
H 5
Demam saat
malam hari,
kejang (-),
muntah (-), BAB
cair (-)
CM, N :
146x/menit, RR
: 30x/menit, T :
37,3 C, an (-/-),
rh (-/-), wh (-/-),
BB : 7,5 kg
Terapi :
IVFD D5 ¼ NS
600cc/hr
Ceftriaxone inj 2 x 37,5
mg
Dilantin inj 2 x 40 mg
Pamol syrup 3 x ¾ cth
Depakene syrup 2 x 0,8
cc
Makan bubur
Diagnosa : Kejang demam +
Cerebral Palsy
7
Agustus
2012
H 6
Demam (-),
kejang (-),
muntah (-), BAB
cair (-)
CM, N :
100x/menit, RR
: 30x/menit, T :
37,3 C, an (-/-),
rh (-/-), wh (-/-),
BB : 7,5 kg
Terapi :
IVFD D5 ¼ NS
600cc/hr
Ceftriaxone inj 2 x 375
mg
Dilantin 2 x 40 mg pulv
Depakene syrup 2 x 0,8
cc
Makan bubur
Diagnosa : Kejang demam +
Cerebral Palsy
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
CEREBRAL PALSY
Definisi
Cerebral palsy adalah suatu kelaianan gerakan dan postur yang tidak
progresif, oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada otak yang sedang
bertumbuh/matang. Hal ini disebabkan oleh kerusakan nonprogressive pada otak
saat prenatal, perinatal ataupun postnatal. CP bukanlah penyakit tunggal tetapi
suatu perusakan sekunder dari neuromotor sindrom yang terjadi akibat adanya lesi
di otak. Kerusakan pada otak adalah permanen dan tidak bisa diobati tetapi
akibatnya dapat diminimalkan. Semua lesi nonprogressive pada sistem saraf
pusat( CNS) yang terjadi sepanjang yang 2 tahun pertama kehidupan dianggap
sebagai CP. Selain itu, gangguan gerak dan keseimbangan pasien mungkin
mungkin merupakan manifestasi dari disfungsi cerebral.
Etiologi
Umumnya etiologi dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Prenatal
Gangguan pertumbuhan prenatal, infeksi terjadi dalam kandungan ( missal
cytomegalovirus, rubella, toxoplasmosis, syphilis), radiasi sinar X, asphyxia in
utero ( abruptio plasenta, plasenta previa, maternal anoxia, kelainan umbilicus,
premature separation dari plasenta, perdarahan plasenta), keracunan dalam
kehamilan, dan lain-lain.
2. Perinatal
Anoxia/hypoxia, perdarahan otak, prematuritas, postmaturitas, partus lama,
jaundice misalnya pada kelainan rhesus dan ABO incompatibility.
3. Postnatal
Semua kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan otak,
seperti trauma capitis, meningitis, encephalitis.
Ada kecenderungan untuk mengeluarkan kasus-kasus yang memenuhi
kriteria CP secara umum dari diagnose sebagai CP bila penyebabnya dapat
ditegakkan degan pasti, misalnya penderita post-encephalitis, postmeningitis, dan
perdarahan karena trauma capitis.
Klasifikasi
Umumnya klasifikasi didasarkan pada simtomatologi dan topografinya.
Menurut Molnar CP diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, seperti yang terlihat
pada Tabel.
Tipe Frekuensi
Sebgrup Seluruhnya
Spastic 50%
Monoparesis Jarang
Hemiparesis 5:10
Congenital (3:10)
Postnatal (1:10)
Diplegia 2:10
(paraparesia)
Triplegia Jarang
Quadriparesis 3:10
(tetraplegia)
Athetoid 20%
(dyskinetic, dystonic)
Rigid 4%
Ataxia 1%
Tremor Jarang
Atonic (Hypotonic) Jarang
Mixed 25%
Spastic-athetoid 2:3
Rigid-spastic 1:3
Spastic-ataxic Jarang
CP spastic
Spastisitas didefinisikan sebagai peningkatan fisiologis dari ketahanan otot untuk
gerak pasif. Hal ini merupakan bagian dari gejala UMN yang ditandai dengan
hiperreflexia, klonus, respon ekstensor plantar dan refleks primitif. CP spastik
adalah bentuk paling umum dari CP (sekitar 70% sampai 80%).CP spastik secara
anatomis dibagi menjadi tiga jenis.
Hemiplegia
dimana satu sisi tubuh yang terlibat umumnya ekstremitas atas lebih terpengaruh
daripada ekstremitas bawah. Kemungkinan terjadi gangguan kejang, gangguan
penglihatan, astereognosis, dan gangguan proprioseptif. Dua puluh persen anak-
anak dengan CP spastik merupakan hemiplegia. Sebuah focal traumatis, pembuluh
darah, atau lesi infeksi adalah penyebab terbanyak kasus. Infark otak unilateral
dengan porencephaly posthemorrhagic dapat dilihat pada magnetic resonance
imaging (MRI).
Diplegia
Pada diplegia, bagian bawah kaki yang sangat terlibat dan ekstremitas atas juga
sedikit terpengaruh. Intelegensia biasanya normal, dan epilepsi jarang terjadi.
Lima puluh persen anak-anak dengan CP spastic adalah diplegia. Riwayat
premature dab berat badan lahir rendah umumnya menjadi penyebab. MRI
mengungkapkan leukomalacia periventricular ringan (PVL).
Quadriplegia
Pada quadriplegia, keempat anggota gerak, batang tubuh dan otot yang
mengendalikan mulut, lidah dan pharynx terlibat. Ketika salah satu ekstremitas
terlibat, digunakan istilah triplegia. 30% anak-anak dengan CP spastic memiliki
quadriplegia. Keterlibatan yang lebih serius dari ekstremitas bawah sering terjadi
pada bayi premature. Beberapa karena hipoksia perinatal sehingga menyebabkan
iskemik ensepalopati. MRI menggambarkan PVL.
Diskinetik
Gerakan abnormal yang terjadi ketika pasien mulai bergerak disebut diskinetisia.
Disartria, disfagia dan drooling juga ditemukan karena masalah gerakan tersebut.
Status mental umumnya normal, namun disartria parah membuat komunikasi
menjadi sulit dan mengarahkan pengamat untuk berpikir bahwa anak memiliki
gangguan intelektual.
Ataxia
Ataxia adalah hilangnya keseimbangan, koordinasi dan pengendalian motorik
halus. Otot menjadi hipotonik selama 2 tahun pertama kehidupan. Otot menjadi
normal dan ataxia menjadi jelas pada usia 2 sampai 3 tahun.
Mixed CP
Anak-anak dengan mixed CP umumnya menjadi spastisitas ringan, distonia, dan
gerakan athetoid. Ataxia mungkin merupakan komponen dari disfungsi motor
pasien. Spastic ataxic diplegia adalah jenis mixed CP yang sering dikaitkan
dengan hidrosefalus
Gejala Klinik dan Penegakan Diagnosa
Pemeriksaan perkembangan motorik, sensorik serta mental perlu
dilakukan secermat mungkin. Sesuai dengan batasannya, maka pada CP kelainan
gerak dan postur dapat berupa salah satu atau kombinasi dari spastisitas,
athetoid/diskinetik/distonik, rigiditas, ataxia, tremor, atonik/hipotonik, pada fase
dini tidak ada primitive reflex (areflexia), pada fase lanjut: menetapnya primitive
reflex dan terlambatnya timbul reflex-refleks yang sesuai usia, timbulnya synergy
pattern yang dominan, timbulnya diskinesia ( sulit melakukan gerakan volunteer)
dan associated-reaction.
Menurut Banks, kriteria untuk CP sebagai berikut:
I. Periode neonates
1. Depresi atau asimetri dari reflex primitif ( Moro reflex, rooting reflex,
sucking reflex, tonic neck reflex, palmar grasp reflex, stepping reflex).
2. Reaksi yang berlebihan terhadap stimulus.
3. Konvulsi
4. Neurologic sign local.
II. Periode infancy
1. Keterlambatan perkembangan motorik, seperti duduk dan jalan.
2. Adanya paralise spastic.
3. Adanya gerakan-gerakan involunter.
4. Menetapnya reflex primitif.
5. Tidak timbulnya atau keterlambatan timbulnya: neck righting reflex
sesudah usia 6 bulan, Landau reflex sesudah usia 10 bulan, parachute
reflex sesudah usia 1 tahun.
III. Anak yang lebih tua
1. Keterlambatan fase perkembangan (delayed developmental milestones).
2. Disfungsi dari tangan.
3. Gangguan gait.
4. Adanya spastisitas.
5. Adanya gerakan-gerakan involunter.
6. Retardasi mental.
7. Kejang-kejang (seizures).
8. Gangguan pembicaraan, pendengaran atau penglihatan.
Selain itu, menurut Levine, kelainan klinis motorik dapat dibagi menjadi 6
kategori besar (6 Major Motor Categories), yaitu:
1. Pola gerak dan postur.
2. Pola gerak oral.
3. Strabismus.
4. Tonus otot.
5. Evolusi dari reaksi postural dan Landmark.
6. Deep tendon reflex, reflex primitif, dan reflex plantar.
Sehingga disimpulkan bahwa:
1. Diagnosa CP dapat ditegakkan jika minimal terdapat 4 abnormalitas dari 6
kategori besar motorik tersebut.
2. Kriteria ini dapat membedakan secara nyata antara penderita CP dengan
yang bukan.
3. Terdapatnya satu abnormalitas dari 6 kategori besar diatas dapat membawa
kecurigaan atas CP tetapi belum bernilai diagnostik.
Manejemen
1. Pemeriksaan perkembangan motorik.
Dalam hal ini dinilai perkenbangan bayi dan anak, melalui tabulasi.
Formula yang terutama dikembangkan di rehabilitasi medic adalah
melengkapi standar pemeriksaan yang lama dengan standar perkembangan
reflex sesuai usia.
Tingkatan tumbuh kembang pada anak
2. Pemeriksaan intelegensia.
Pemeriksaan intelegensia disini adalah sama dengan pemeriksaan
derajat retardasi mental. Hal ini penting dalam memperkirakan prognosa dan
menyusun program. Tidaklah selalu mudah unutk melakukan tes intelegensia
penderita.
Terapi
1. TerapiFisik(PT) jugadisebutFisioterapi,
bertujuanuntukmembantuorangmencapai potensimerekauntukbebas
secarafisikdanmobilitas. Fisioterapi
meningkatkanberbagaigerakandanfungsimotorikkasar lainnya.
2. Terapi okupasi(OT)
kegiata
ndidesainbertujuanuntukmeningkatkankemandirianmelaluiketerampilanmo
torikhalus. OTmembantuanak-anakuntukmenggunakanperalatan
adaptifsepertimakan, tempat dudukdanbantuankamar mandi.
3. Terapi wicara bertujuan untuk membantu anak-anak berkomunikasi
dengan orang lain. Seorang anak mungkin hanya perlu bantuan untuk
mengatasi sedikit masalah artikulasi, atau dia mungkin tidak dapat
berkomunikasi secara verbal dan memerlukan sistem komunikasi non-
verbal. Sistem komunikasi alternatif meliputi gambar - gambar dan
simbol.
4. Akupuntur menggunakan penusukan jarum halus yang dirancang khusus
kedalam area tubuh spesifik untuk keperluan terapeutik, untuk
menghilangkan rasa sakitotot, atau sebagaian estesi regional.
5. Hidroterapi di kolam air hangat. Anak tidak perlu bisa berenang untuk
melakukan terapi air. Ini dapat membantu mengendurkan otot,
meningkatkan postur tubuh dan keseimbangan, mengurangi kejang otot,
dan meningkatkansirkulasi.
6. Obat-obatan
Obat untuk kondisi sekunder kadang-kadangberhubungan dengan CP,
seperti kejang. Obat juga dapat diresepkan untuk kontrol spastisitas,
terutama setelah operasi. Pengobatan yang paling banyak digunakansering
termasuk:
Diazepam (Valium): bertindak sebagai relaksan umum otak dan tubuh
Baclofen (Lioresal): blok sinyal yang dikirim dari sumsum tulang belakang
untuk kontraksiotot-otot
Dantrolene (Dantrium): mengganggu proses ototkontraksi
Obat-obatan antikolinergik - termasuk Trihexyphenidyl, Benztropine, dan
Procyclidine Hidroklorida - kadang-kadang diresepkan untuk membantu
mengurangigerakan abnormal pada individu dengan CP athetoid.
GIZI KURANG
Definisi Status gizi
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut
dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai .Jika keseimbangan
tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi dan protein lebih banyak
dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi protein, dan jika
berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal dengan KEP berat atau gizi
buruk .
Penilaian Status Gizi
Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi
dilakukan dengan interpretasi informasi dari hasil beberapa metode penilaian
status gizi yaitu: penilaian konsumsi makanan, antropometri,
laboratorium/biokimia dan klinis Diantara beberapa metode tersebut, pengukuran
antropometri adalah relatif paling sederhana dan banyak dilakukan .
Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu
pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LILA).
Dari beberapa pengukuran tersebut BB, TB dan LILA sesuai dengan umur adalah
yang paling sering digunakan untuk survey sedangkan untuk perorangan,
keluarga, pengukuran BB dan TB atau panjang badan (PB) adalah yang paling
dikenal.
Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan
apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Untuk hal
tersebut maka berat badan dan tinggi badan hasil pengukuran dibandingkan
dengan suatu standar internasional yang dikeluarkan oleh WHO. Status gizi tidak
hanya diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-
sendiri, tetapi juga merupakan kombinasi antara ketiganya. Masing-masing
indikator mempunyai makna sendiri-sendiri.
a. Indikator BB/U
Menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah
berubah, namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur
juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator ini dapat dengan mudah dan cepat
dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi
dalam jangka waktu pendek; dan dapat mendeteksi kegemukan.
b. Indikator TB/U
Dapat menggambarkan status gizi masa lampau atau masalah gizi kronis.
Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Berbeda
dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu singkat, baik pada anak
maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa tidak dapat lagi
dinormalkan. Pada anak Balita kemungkinkan untuk mengejar pertumbuhan
tinggi badan optimal masih bisa sedangkan anak usia sekolah sampai remaja
kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan masih bisa tetapi kecil
kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal. Dalam keadaan normal
tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan TB
relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang
gizi terhadap pertumbuhan TB baru terlihat dalam waktu yang cukup lama.
Indikator ini juga dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk .
c. Indikator BB/TB
Merupakan pengukuran antropometri yang terbaik karena dapat
menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini atau masalah gizi
akut. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan
normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada
percepatan tertentu. Dengan demikian berat badan yang normal akan proporsional
dengan tinggi badannya. Ini merupakan indikator yang baik untuk menilai status
gizi saat ini terutama bila data umur yang akurat sering sulit diperoleh. Untuk
kegiatan identifikasi dan manajemen penanganan bayi dan anak balita gizi buruk
akut, maka WHO & Unicef merekomendasikan menggunakan indikator BB/TB
dengan cut of point < -3 SD WHO 2006 (WHO & Unicef, 2009).
Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita) *
INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS **)
Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Gizi Lebih > +2 SDGizi Baik >= -2 SD sampai +2 SDGizi Kurang < -2 SD sampai >= -3 SDGizi Buruk < -3 SD
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Normal > = -2 SDPendek (Stunted) < -2 SD
Berat badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Gemuk > +2 SDNormal >= -2 SD sampai +2 SDKurus (wasted) < -2 SD sampai >= -3 SDKurus sekali < -3 SD
Definisi Gizi kurang
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan.
Defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapatkan makanan
cukup bergizi dalam
Etilogi
a. Jumlah makanan yang di makan kurang.
Asupan makanan yang kurang diantara lain disebabkan oleh :
Tidak tersedianya makanan secara adekuat
Anak tidak cukup mendapat gizi seimbang
Pola makan yang salah
b. Penyakit.
Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara
negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana
kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman
endemisitas penyakit tertentu.
Patofisiologi
Gizi kurang biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Gizi
kurang umumnya terjadi pada balita dengan keadaan lahir BBLR (bayi berat lahir
rendah) atau dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Tidak tercukupinya
makanan dengan gizi seimbang serta kondisi kesehatan yang kurang baik dengan
kebersihan yang buruk mengakibatkan balita atau anak-anak menderita gizi
kurang yang dapat bertambah menjadi gizi buruk atau kurang energi kalori. Pada
akhirnya anak tersebut akan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
Manifestasi Klinis
Kekurangan gizi ini secara umum mengakibatkan gangguan diantaranya :
Pertumbuhan
Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan
sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut
menjadi rontok
Produksi tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak
kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi
malas, dan merasa lemas
Pertahanan tubuh
Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang
infeksi seperti batuk, pilek dan diare
Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada anak dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara
permanen seperti perkembangan IQ dan motorik yang terhambat
Perilaku
Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak
tenang, cengeng dan apatis.
Perubahan rambut dan kulit.
Rambut kepala mudah dicabut dan tampak kusam, kering, halur, jarang
dan berubah warna. Sedangkan pada kulit terdapat garis-garis kulit yang
lebih dalam dan lebar, hiperpigmentasi serta bersisik.
Pembesaran hati
Anemia
Kelainan kimia darah.
Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit
meninggi, dan kadar kolesterol serum rendah.
Komplikasi
Malnutrisi Energi Protein (MEP) berat yang dikenal dengan :
Kwashiorkor
Marasmus
Marasmik-kwashiorkor
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan gizi kurang :
Pemberian makanan yang mengandung protein, tinggi kalori, cairan,
vitamin dan mineral.
Penanganan segera penyakit penyerta (misalnya diare)
Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya gizi untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak pada orang tua dan anggota keluarga
Sebaiknya tidak memberikan makanan kecil seperti permen, cokelat dan
susu menjelang waktu makan
Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi
dinaikkan bertahap setiap hari (makan dalam porsi kecil tetapi sering)
Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang beraneka ragam
untuk meningkatkan selera makan
Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke Posyandu atau fasilitas
kesehatan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
anak.
BAB IV
PEMBAHASAN
Anamnesa:
• Demam disertai
kejang
• Terhambatnya
pertumbuhan dan
perkembangan
sehingga sampai
saat ini belum
bisa duduk,
berdiri, ataupun
berjalan,
mengucapkan
kata hanya 1 atau
2 kata
• BB saat ini 7,7
kg. Nutrisi yang
diberikan yaitu
susu formula 3 x
80 cc, dan
diberikan
makanan
tambahan seperti
nasi, bubur, serta
buah
Pada cerebral palsy juga ditemukan adanya
kejang pada beberapa anak
Cerebral palsy sendiri suatu kelaianan gerakan
dan postur yang tidak progresif, oleh karena
suatu kerusakan/gangguan pada otak yang
sedang bertumbuh/matang. Dan apabila dilihat
dari criteria milestone memang pasien dengan
cerebral palsy mengalami keterlambatan
tumbuh kembang
Sesuai dengan perhitungan Rumus Behrmann
dan termasuk gizi kurang. Pada beberapa anak-
anak cerebral palsy ditemukan gizi yang kurang
bahkan buruk karena adanya kesulitan makan &
menelan akibat dari masalah motorik dimulut,
selain itu karena gangguan nutria juga bisa
menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat dan
rentan terhadap infeksi. Disarankan agar bisa
memeberikan makan yang semi solid seperti
nasi lembek, bubur ataupun sayuran yang sudah
dihancurkan
Pemeriksaan Fisik
• Strabismus pada
kedua mata
Pada beberapa anak dengan cerebral palsy juga
bisa terjadi strabismus, sehingga harus cepat
dikoreksi karena akan dapata menimbulkan
penglihatan ganda
Penatalaksanaan:
• Anti kejang
• Anti demam
• Antibiotik
• Advis untuk
nutrisi
Pada anak-anak dengan CP harus diperhatikan
kesehatan dan nutrisinya, karena apabila anak
tersebut mengalami gizi kurang berarti akan
rentan mendapatkan infeksi dan apabila hall itu
terjadi bisa memicu naiknya suhu tubuh, selain
itu harus diperhatikan bahwa anakan dengan
cerebral palsy juga bisa untuk terjadi kejang
Prognosa:
• Bonam apabila
pasien diterapi
sedini mungkin
Untuk anak-anak dengan CP sebaiknya segera
diterapi sedini mungkin untukmenghindari
adanya komplikasi berat
DAFTAR PUSTAKA
1. Hamid D. et al. Ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi (physiatry). Unit
Rehabilitasi Medik FK UNAIR Surabaya 1992; 117-140
2. Fox, AM. A guide to cerebral palsy. Canadian Cerebral Palsy Association
1991;14-20
3. Grether, JK., et al. The California cerebral palsy project. Pediatric prenatal
epidemiologi 1992;6-339
4. Plioplys AV, et al. survival rate among children with severe neurologic
disabilities. Southern med j 1998; 91-161
5. O’Shea TM, et al. Trends in mortality and cerebral palsy in a
geographically based cohort of very low birth weight neonates born
between 1982-1994. Pediatrics 1998;101:624
6. Becker N. and Yalcin S. the HELP Guide To Cerebral Palsy 2nd edition.
Global HELP 2010;7-120