tutorial
-
Upload
seftianisita -
Category
Documents
-
view
39 -
download
2
description
Transcript of tutorial
Skenario A Blok 16 Tahun 2013
Diego, anak laki-laki, usia 30 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa
bicara dan tidak bisa duduk diam. Diego hanya bisa mengoceh dengan kata-kata
yang tidak dimengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali
tidak bereaksi terhadap panggilan. Diego juga selalu bergerak kesana kemari
tanpa tujuan. Senang bermain dengan bola, tetapi tidak suka bermain dengan anak
lain.
Diego anak pertama dari Ibu usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan
38 minggu. Selama hamil Ibu Diego pernah mengalami demam dan sering
mengonsumsi daging mentah tetapi periksa kehamilan dengan teratur ke Sp.OG.
Riwayat persalinan lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.500 gram.
Diego bisa tengkurap pada usia 6 bulan, berjalan pada usia 12 bulan, tidak ada
riwayat kejang, dan tidak ada keluarga yang menderita kelainan seperti ini.
Pemeriksaan Fisis dan Pengamatan:
Berat badan 17 kg, tinggi badan 92 cm, lingkaran kepala 50 cm. Tidak ada
gambaran dismorfik. Anak sadar, tapi tidak mau kontak mata dan tersenyum
kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Anak selalu
bergerak kesana kemari tanpa tujuan.
Ketika diberikan bola, dia menyusun bola-bola secara berjejer, setelah selesai lalu
dibongkar, kemudian disusun berjejer lagi, dan dilakukan berulang-ulang.
Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang di ulang-ulang. Tidak mau bermain dengan
anak lain. Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan.
Tidak bisa bermain pura-pura (imaginatif). Tidak melihat ke benda yang ditunjuk.
Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan oleh orang lain.
Pemeriksaan fisik umum, neurologis dan laboratorium dalam batas normal.
Tes pendengaran normal.
1
I. Klarifikasi Istilah
1. Demam : Peningkatan temperature tubuh di atas normal
2. Imaginatif : Mempunyai atau menggunakan imaginasi atau bersifat
khayalan.
3. Dismorfik : Kelainan morfologi atau bentuk tubuh.
4. Kejang : Kontraksi involunter atau serangkaian kontraksi dari otot-
otot volunter.
5. Reaksi : Respon terhadap rangsangan ; Status mental atau
emosional yang berkembang di dalam situasi yang khusus.
6. Kontak mata : Kejadian ketika 2 orang melihat mata satu sama lain pada
saat yang sama.
II. Identifikasi Masalah
1. Diego, anak laki-laki, usia 30 bulan, dibawa ke klinik karena :
Belum bisa bicara,
Tidak bisa duduk diam,
Hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh
orang tuanya dan orang lain,
Tidak bereaksi terhadap panggilan,
Bergerak kesana kemari tanpa tujuan,
Senang bermain dengan bola, tetapi tidak suka bermain dengan anak
lain.
2. Riwayat kehamilan Ibu:
Mengandung pada usia 31 tahun,
Melahirkan spontan pada kehamilan 38 minggu,
Pernah mengalami demam dan sering mengonsumsi daging mentah,
Memeriksa kehamilan dengan teratur ke Sp.OG.
3. Riwayat Tumbuh Kembang Diego:
Bisa tengkurap pada usia 6 bulan,
Berjalan pada usia 12 bulan,
Tidak ada riwayat kejang.
2
4. Pemeriksan Fisik dan Pengamatan
Tidak mau kontak mata dan tersenyum kepada pemeriksa,
Tidak menoleh ketika dipanggil namanya.
Anak selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan.
Ketika diberikan bola, dia menyusun bola-bola secara berjejer, setelah
selesai lalu dibongkar, kemudian disusun berjejer lagi, dan dilakukan
berulang-ulang.
Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang di ulang-ulang.
Tidak mau bermain dengan anak lain.
Menarik tangan ibunya untuk meminta bantuan.
Tidak bisa bermain pura-pura (imaginatif).
Tidak melihat ke benda yang ditunjuk dan tidak bisa menunjuk benda
yang ditanyakan oleh orang lain.
III. Analisis Masalah
1. Bagaimana tumbuh kembang anak yang normal?
Tahap perkembangan normal anak:
3
2. Bagaimana hubungan riwayat kehamilan Ibu dengan kondisi anak
sekarang?
Bakteri yang terkandung dalam daging mentah misalnya listeria yang
menyebabkan keguguran dan janin meninggal dalam kandungan, bakteri
salmonella penyebab keguguran dan toxoplasma penyebab janin
berkondisi abnormal serta e.coli pemicu kerusakan usus dan ginjal semasa
kehamilan. Hal ini dapat memicu kondisi Diego yang kemungkinan
didiagnosis menderita autis.
Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan menyelidiki terhadap
protein otak dari contoh darah bayi yang baru lahir. Empat sampel protein
dari bayi normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi empat sampel
berikutnya mempunyai kadar protein tinggi yang kemudian ditemukan
bahwa bayi dengan kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi
autisme dan keterbelakangan mental. Nelson menyimpulkan autisme
terjadi sebelum kelahiran bayi. (riwayat makan daging mentah)
Infeksi saluran kencing, panas tinggi dan Depresi, Wilkerson dkk telah
melakukan penelitian terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism
4
dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan kejadian infeksi saluran
kencing, panas tinggi dan depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak autism. (demam pada masa kehamilan).
3. Apa diagnosis banding pada kasus ini?
Kriteria Autism Tuli
kongenital
Gangguan
berbahasa
reseptif khas
Retardasi
mental berat
Usia 0-3 tahun Sejak lahir <2 tahun <18 tahun
JK Anak laki-
laki >
perempuan
Laki-laki dan
perempuan
sama
Laki-laki dan
perempuan sama
Kemamp
uan
komunika
si
Sangat buruk,
biasanya
belum bisa
berbicara
sesuai
usianya
Perkembanga
n bicara tak
terganggu,
namun
kurang bisa
komunikasi
karena sulit
mendengar
Buruk Beterampilan
berbahasa
buruk
Interaksi
sosial
Sangat buruk,
bertatapan
mata sangat
sulit
dilakukan
Buruk, sulit
berinteraksi
Baik, seperti
anak normal
Interaksi
sosial buruk
perilaku perilaku dan
interest nya
sangat
terbatas,
Tidak ada
gangguan
motorik
Tidak ada
gangguan
Terdapat
gangguan
motorik
5
diulang-ulang
dan
stereotipik
4. Bagaimana penegakan diagnosis, pemeriksaan penunjang, dan apa
diagnosis kerja pada kasus ini?
Pemeriksaan Penunjang:
1. Tes-tes psikologi
a. Tes PEP-R (Psycho Educational Profile Revised)
Tes ini digunakan untuk anak yang terganggu perkembanganya dan
dipakai pada anak-anak dengan usia kronologis 6 bulan-7 tahun. Tes
PEPR ini memberikan informasi tentang fungsi perkembangan seperti
imitasi, persepsi, keterampilan motorik halus, keterampilan motorik kasar,
koordinasi mata dan tangan, performansi kognitif dan kognisi verbal.
b. Vineland Social Maturity Scale
2. Diagnosis yang berhubungan dengan retardasi mental
Dalam beberapa kasus autisme berhubungan dengan retardasi mental,
umumnya pada kriteria Moderate Mental Retarded, IQ 35-50 (DSM IV,
1995)
3. Hubungannya dengan hasil laboratorium
Ditemukan bahwa ada perbedaan aktivitas serotonin namun tidak begitu
terlihat jelas
4. Hubungannya dengan kondisi kesehatan umum
Beberapa simptom kelainan neurologis terlihat pada penyandang autis,
seperti refleks yang primitif, keterlambatan penggunaan tangan yang
dominan, dsbnya.
6
Pemeriksaan Penunjang: CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)
A Alo Anamnesis Ya Tidak
1 Apakah anak anda senang diayun-ayun atu
diguncang-guncang naik turun di paha anda?
2 Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak
lain?
3 Apakan anak anda suka memanjat-manjat,
seperti memenjat tangga?
4 Apakah anak anda suka bermain “cilukba”,
“petak umpet”?
5 Apakah anak pernah bermain seolah-olah
membuat secangkir teh menggunakan mainan
berbentuk cangkir dan teko, atau permainan
lainnya?
6 Apakah anak pernah menunjuk atau meminta
sesuatu dengan menunjuk jari?
7 Apakah anak pernah menggunakan jari untuk
menunjuk ke sesuatu agar anak anda melihat
kesana?
8 Apakah anak dapat bermain dengan meinan
yang kecil (mobil atau kubus)?
7
CHATChecklist for Autism in ToddlersNama : Diego Tanggal Pemeriksaan : Umur : 30 bulan Nama Pemeriksa :
9 Apakah anak pernah memberikan suatu benda
untuk menunjukkan sesuatu?
Pengamatan Ya Tidak
1 Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak
mata) dengan pemeriksa?
2 Usahakan menarik perhatian anak, kemudian
pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksa
sambil mengatakan: “ Lihat itu ada bola (atau
mainan lain)”. Perhatikan mata anak, apakah ia
melihat ke benda yang ditunjuk, bukan melihat
tangan pemeriksa?
3 Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan
gelas/ cangkir dan teko. Katakan pada anak :”
Buatkan secangkir susu buat mama.”
4 Tanyakan pada anak : “ Tunjukkan mana gelas.”
(Gelas dapat diganti dengan nama benda lain yang
dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak
menunjukkan benda tersebut dengan jarinya? Atau
sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke
suatu benda?
5 Apakah anak dapat menumpuk beberapa kubis/
balok menjadi suatu menara?
Interpretasi:
8
1) Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2, B3,
dan B4
2) Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan A7 dan B4
3) Kemungkinan gangguan perkembangan lain : tidak bisa melakukan >3
4) Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3
Keterangan: :
Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling penting. Anak yang tidak bisa melakukan
hal-hal tersebut ketika di uji 2 kali (jarak 1 bulan) semua kemudian terdiagnosis
sebagai autis ketika berumur 20 - 42 bulan. Tetapi anak dengan keterlambatan
perkembangan yang menyeluruh juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu
perlu menyingkirkan kemungkinan retardasi mental
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Austitik
A. Keenam (atau lebih) hal dari (1), (2), (3), dengan sedikitnya dua
dari (1), dan satu masing-masing dari (2) dan (3):
(1) Hendaya kualitatif dalam hal interaksi sosial, seperti yang
ditujukan oleh sedikitnya dua dari hal berikut:
(a) Hendaya yang nyata dalam hal penggunaan berbagai
perilaku nonverbal seperti pandangan mata dengan mata,
ekspresi wajah, postur tubuh, dan sikap untuk mengatur
interaksi sosial
(b) Kegagalan mengembangkan hubungan sebaya yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
(c) Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi
kesenangan, minat, atau pencapaian dengan orang lain
(cth. Dengan tidak menunjukkan, membawa, atau
menunjukkan objek minat)
9
(d) Tidak adanya timbal-balik sosial atau emosional
(2) Hendaya kualitatif dalam hal komunikasi seperti yang
ditunjukkan dengan sedikitnya salah satu dari dibawah ini:
(a) Keterlambatan atau tidak adanya perkembangan bahasa
lisan (tidak disertai dengan upaya untuk
mengompensasikan melalui cara komunikasi alternative
seperti sikap atau mimik)
(b) Pada orang dengan pembicaraan yang adekuat, hendaya
yang nyata dalam hal kemampuannya untuk memulai atau
mempertahankan pembicaraan dengan orang lain
(c) Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang atau
bahasa yang aneh
(d) Tidak adanya berbagai permainan sandiwara spontan atau
permainan pura-pura sosial yang sesuai dengan tingkat
perkembangan
(3) Pola perilaku, minat, dan aktivitas stereotipik berulang, dan
berbatas, yang ditujukan oleh sedikitnya salah satu dari
berikut ini:
(a) Meliputi preokupasi terhadap salah satu atau lebih pola
minat yang stereotipik dan terbatas yang abnormalbaik
dalam intensitas atau focus
(b) Tampak terlalu dekat dengan rutinitas atau ritual yang
spesifik serta tidak fungsional
(c) Manerisme motorik berulang dan stereotipik (cth. Ayunan
atau memuntir tangan atau jari, atau gerakan seluruh
tubuh yang kompleks)
(d) Preokupasi persisten terhadap bagian dari objek.
B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada sedikitnya salah satu
area ini, dengan onset sebelum 3tahun:
(1) Interaksi sosial
10
(2) Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial, atau
(3) Permainan simbolik atau khayalan
C. Gangguan ini tidak disebabkan oleh gangguan Rett atau
gangguan disintegrasi masa kanak-kanak
Dari American Psychiatric Assosiation. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington, DC: American Psychiatric
Assosiation; copyright 2000 dengan izin.
Diagnosis Kerja:
A. (1) yang termasuk (a), (b)
(2) yang termasuk (a), (d)
(3) yang termasuk (a)
B. (1), (2), (3)
C. Tidak disebabkan oleh gangguan Rett atau gangguan disintegrasi masa
kanak-kanak.
Diagnosis kerja: Gangguan Perkembangan Pervasif: Gangguan
Autistik.
Diagnosis Multiaksial:
11
5. Apa etiologi dan faktor risiko pada kasus ini?
Etiologi
Dysfungsi Neurologi(sindrom perilaku)
Bakteri pada daging mentah
Faktor Resiko:
Laki-laki
Memiliki saudara yang mengalami autis
Riwayat keluarga
Adanya gangguan perkembangan seperti Fragile X syndrome
Faktor lingkungan : infeksi, paparan logam berat, bahan bakar,
phenol pada plastik, merokok, alkoholisme, obat, vaksin, pestisida,
dll.
Umur orang tua, resiko pada ayah yang mempunyai anak pada usia
>40 tahun.
Faktor Psikososial dan keluarga
12
Anak dengan autism, seperti anak dengan gangguan lain dapat
berespon melalui gejala yang memburuk pada stressor psikososial
termasuk perselisihan keluarga, kelahiran saudara kandung, atau
pindahnya keluarga. Beberapa anak dengan gangguan autistic dapat
sangat sensitive bahkan terhadap perubahan kecil di dalam keluarga
serta lingkungan sekitarnya.
Faktor Imunologis
Terdapat beberapa laporan yang mengesankan bahwa
ketidakcocokan imunologis dapat turut berperan di dalam
gangguan autistic. Limfosit beberapa anak autistic bereaksi dengan
antibody maternal, suatu fakta yang meningkatkan kemungkinan
jaringan saraf embrionik atau ekstraembrionik rusak selama gestasi.
Faktor Biokimia
Pada beberapa anak autistic, meningkatnya asam homovanilat
(metabolit dopamine utama) di dalam cairan serebrospinal
menyebabkan meningkatnya stereotype dan penarikan diri.
6. Bagaimana epidemiologi?
Prevalensi
Gangguan autistik diyakini terjadi dengan angka kira-kira 5 kasus per
10.000 anak (0,05 persen). Laporan mengenai angka gangguan autistik
berkisar antara 2 hingga 20 kasus per 10.000. Berdasarkan definisi, onset
gangguan autistik adalah sebelum usia 3 tahun, meskipun pada beberapa
kasus, gangguan ini tidak dikenali hinggan anak berusia lebih tua.
Distribusi jenis kelamin
Gangguan autistic 4 hingga 5 kali lebih sering pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan. Anak perempuan dengan gangguan
autistik lebih besar kemungkinan memiliki retardasi mental yang berat.
7. Bagaimana patofisiologi?
13
14
Patofisiologi
1. Perubahan struktur cerebelum dan brain stem
2. Penurunan miror neuron di gyrus lobus frontalis
Miror neuron berfungsi untuk perhatian individu terhadap orang lain
a. Disfungsi mirror neuron di insula dan korteks anterior cingulate
absence of empathy
b. Defisit miror menuron di gyrus angularis language difficulties
3. The saliance landscape theory
a. Pada anak normal : informasi dimasukkan ke amygdala (Pusat
emosi limbic sistem) dan menimbulkan respon emosional
b. Pada anak autis : hantaran dari korteks visual dan amigdala
menimbulkan respon yang buruk atau berlebihan di amygdala
15
merangsang sistem saraf autonom meningkatkan heart rate
anak menghindari tatap muka untuk menurunkan stress
Pada saliance landscpae theory ada hubungannya dengan epilepsi
lobus temporal yang tidak terdeteksi, dimana kejadian ini lebih
tinggi dibandingkan yang terdeteksi. Epilepsi dapat menyebabkan
hantaran impuls acak yang berulang pada sistem limbic sehingga
dapat mengganggu koneksi visuacl cortex dan amygdala
8. Apa manifestasi klinis pada kasus ini?
Secara umum ada beberapa gejala autisme yang akan tampak semakin
jelas saat anak usia 3 tahun:
• Gangguan komunikasi verbal maupun non verbal, seperti terlambat
bicara, mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat
dimengerti, echolalia, dst.
• Gangguan dalam bidang interaksi sosial, menghindari kontak mata, tidak
melihat ketika dipanggil, menolak untuk dipeluk, suka bermain sendiri,
dll.
• Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang
berlebih dan kekurangan seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun dilain
waktu terkesan pandangan mata kosong, melakukan permainan yang sama
dan monoton.
• Gangguan pada bidang perasaan/emosi, seperti kurangnya empati,
simpati dan toleransi, kadang-kadang tertawa sendiri dan marah tanpa
sebab yang nyata dan sering mengamuk bila tidak mendapat apa yang
diinginkannya.
• Gangguan dalam persepsi sensoris seperti mencium-cium dan mengigit
mainan atau benda, bila mendengar suara tertentu langsung menutup
telinga, tidak menyukai rabaan dan pelukan.
16
Kerusakan Otak Pada Anak Autistik
Seperti yang telah dipaparkan di atas, otak merupakan bagian
terpenting. Menurut para ahli, perkembangan otak yang paling pesat
adalah ketika anak berada pada 5 tahun pertamanya. Menurut Hardiono
SpA(K) dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI,
pada penderita autis terdapat pola pertumbuhan otak yang berbeda
dengan anak normal. perbedaan tersebut adalah :
Terjadi percepatan pertumbuhan otak secara abnormal dengan
fungsi abnormal pada usia pra natal sampai usia 2 atau 3 tahun.
Yaitu adanya Pembesaran volume otak tidak merata yang
terdapat hanya pada bagian tertentu (pada substansi putih otak
besar dan otak kecil serta substansi kelabu otak besar).Namun
mulai usia 6 tahun sampai remaja, terjadi perlambatan
pertumbuhan otak sehingga volume otak pada remaja dan
dewasa yang autis lebih kecil dibanding otak normal.
Pertumbuhan saraf otak yang menunjukkan kondisi growth
without guidance dimana kematian dan petumbuhan sel secara
tak beraturan, sehingga menekan pertumbuhan sel saraf lain.
Seperti berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps. Dipicu oleh
Peningkatan neurokimia otak yang berlebihan (brain-derived
neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal
peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat
kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur
penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan
perkembangan jalinan sel saraf.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau
sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel
Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal
masa kehamilan. Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye
sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang
17
menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika
dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat
seperti thalidomide.
Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih
lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target,
overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar
bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis (lobus
frontalis mempunyai fungsi sebagai aktivitas motorik,
intelektual, perencanaan konseptual, aspek kepribadian, dan
aspek produksi bahasa). Kemper dan Bauman menemukan
berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan
otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses
memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang
berperan dalam proses memori).
Ditambahkan pula oleh dr Chatijah Satrio Wibowo SpKJ dari
Bagian Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas Kedokteran UnPad,
menyatakan bahwa bahan kimia otak yang kadarnya abnormal
pada penyandang autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine
(5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel
saraf. Sehingga anak autis cendrung agresivitas, hiperaktivitas,
dan perilaku menyakiti diri sendiri.
9. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini?
Tatalaksana (PsikoFarmako)
Pemberian haloperidol (Haldol) menurunkan gejala perilaku
dan mempercepat belajar. Obat menurunkan hioeraktivitas,
stereotipik, menarik diri, kegelisahan, hubungan objek abnormal,
iritabilitas, dan afek yang labil. Haloperidol dapat digunakan
untuk obat jangka panjang.
Fenfluramine (Pondimin) menurunkan kadar serotonin darah.
18
Naltroxone (Trexan) antagonisopiat
Lithium (Eskalith) diberikan pada perilaku agresif atau melukai
diri sendiri jika medikasi lain gagal.
Edukasi
Orang tua jangan menganggap anaknya yang autis itu sebagai
beban atau musibah
Si anak harus sering diajak keluar rumah, bersama orang tuanya
agara si anak menyadari bahwa ada dunia lain diluar dunianya
sendiri
Orang tua harus memberikan dukungan penuh pada anaknya,
karena anak autis membutuhkan dukungan dari orang2 di
sekitarnya agar bs sembuh
Preventif
Diagnosis dini saat kehamilan.
10. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Vitam : Bonam
Fungsionam : Ad Bonam
Sanationam : Ad Bonam
Pada gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan
mampu menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis yang
baik,. Kira-kira dua pertiga orang dewasa autisme bergantung sepenuhnya
atau setengah bergantung pada keluarga atau di rumah sakit jiwa. Hanya 1-
2% dapat hidup normal dan berstatus independent, dan 5-20% mendapat
status normal borderline.
11. Apa saja komplikasi pada kasus ini?
a. Anak autis yang tidak terdeteksi secara dini akan mengalami
gangguan bicara, interaksi social dan perilaku yang menetap.
19
b. Self-injury
c. Gangguan depresi saat remaja
12. Apa KDU pada kasus ini?
2 : Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk
pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti
sesudahnya.
IV. Kerangka Konsep
20
Ibu Hamil Faktor risiko:
Usia Kelamin Konsumsi daging mentah
V. Hipotesis
21
Diego, Laki-laki, 30 bulan
Autis
Belum bisa bicara Mengoceh dengan
kata-kata yang tidak dimengerti
Tidak bisa bermain imaginasi
Tidak bisa kontak mata dan senyum
Tidak mau bermain dengan anak lain
Tidak bereaksi dengan panggilan
Tidak bisa duduk diam Menyusun bola,
dibongkar, berulang-ulang.
Gangguan komunkasi
dan imaginatif
Gangguan interaksi
sosial Gangguan perilaku
Diego, laki-laki 30 bulan belum bisa bicara dan duduk diam karena menderita
Autism.
VI. Sintesis
Pokok
Bahasan
What I know What I don’t
know
(Learning
Issues)
What I have
to prove
How I will
learn
Tumbuh
Kembang
Anak
Perkembangan
pediatric
normal:
verbal,
motorik, sosial
Perbedaan
anak normal
dan anak autis
Buku Ajar
Ilmu
Kesehatan
Anak UI,
Internet
Autis Etiologi,
Patofisiologi,
Manifestasi
klinis anak
Autis
Prevalensi
Autis di
Indonesia
Tatalaksana
yang tepat
Buku Ajar
Psikiatri
Klinis,
Internet,
Jurnal
1. Tumbuh Kembang Anak
Perkembangan Pediatric Normal
Perkembangan normal seorang anak dapat dinilai dari beberapa aspek meliputi
: (MedlinePlus)
Gross motor : Mengontrol pergerakan kepala, duduk, dan berjalan.
Fine motor : Memegang sendok, memungut benda-benda kecil.
Sensori : Melihat, mendengar, merasakan, menyentuh, membau.
Bahasa : Dapat berbicara dan memahami perkataanya, mengerti apa
yang orang tua mereka dan teman-teman lain katakan.
Sosial : Dapat bermain bersama dengan anggota keluarga dan
anak-anak lain.
22
Berikut parameter dari setiap aspek dari beberapa literature :
a. Verbal
Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)
Umur Language
1 bulan Bersuara. Memperhatikan bel.
4 bulan Tertawa, membuat dan memperdengarkan suara.
7 bulan Berteriak dengan senang membuat suara. Mendengarkan suaranya sendiri.
10 bulan Mengucapkan 1 kata. Memperhatikan namanya.
1 tahun Dapat mengucapkan 2 kata atau lebih.
1,5 tahun Berkata-kata tanpa arti. Mengenal gambar.
2 tahun Memakai perkataan yang tidak berarti. Mengerti beberapa petunjuk mudah.
3 tahun Berbicara lengkap dalam kalimat. Menjawab pertanyaan yang mudah.
4 tahun Memakai kata penghubung. Mengetahui kata tambahan.
5 tahun Berbicara lancar. Bertanya “mengapa ?”
b. Motorik
Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)
Umur Motor Behavior Adaptive
1 bulan Kepala merebah, tonic neck reflex,
tangan mengepal.
Melihat sekitarnya, tracking eye movement ada
tapi terbatas.
4 bulan Kepala tak merebah lagi, letak simetris,
tangan terbuka.
Tracking eye movement baik, menggenggam
benda yang diberikan padanya.
7 bulan Duduk dengan sokongan kedua tangan,
memegang kubus, melihat dan
Memindahkan kubus dari satu tangan ke tangan
23
menyentuh kancing. yang lain.
10 bulan Duduk tanpa sokongan tangan,
merangkak hingga berdiri.
Bermain dengan 2 kubus, yang satu disentuhkan
dengan yang lain
1 tahun Berjalan dengan bantuan, duduk
bersila. Mengetahui arti kancing,
memasukan dan mengambilnya dari
botol.
Memindahkan kubus kedalam cangkir.
1 6/12 bulan Berjalan tanpa jatuh. Duduk sendiri di
kursi kecil. Menyusun tumpukan
dengan 3 kubus.
Mengeluarkan kancing dari botol.
Meniru coretan garis lurus.
2 tahun Berlari.
Menyusun tumpukan dari 6 kubus.
Meniru coretan garis lingkaran.
3 tahun Berdiri dengan 1 kaki tanpa jatuh.
Membuat tumpukan dari 10 kubus.
Membuat jembatan dengan 3 kubus. Meniru
gambar silang.
4 tahun Berjinjit. Membuat pintu gerbang dengan 5 kubus.
Menggambar orang.
5 tahun Berjinjit dengan kaki bergantian. Dapat menghitung 10 sen.
c. Sosial
Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)
Umur Status Interaksi
Sosial
Tindakan
0-1 bulan Belum ada Menangis & Diam, dipengaruhi oleh stimuli eksternal
Dapat melihat wajah orang.
2-4 bulan Awal reaksi sosial Tertawa dan tersenyum bila melihat wajah orang.
Bermain dengan tangan dan pakaian, mengenal botol dan
bersiap-siap untuk makan.
5-6 bulan Kontak sosial aktif Minta perhatian ortu dengan membuat suara atau menyentuh
24
ortu.
8-12 bulan Perkembangan social
aktif
Membedakan wajah marah & tidak dengan memalingkan
muka. Membedakan suara.
Bertindak ramah pada orang yang dikenal, dan malu pada
orang yang belum dikenal.
1-2 tahun Penyempurnaan social
aktif
Anak mencari mengharapkan ada teman bermain, mencari
teman sebaya.
Memberikan mainan bila diminta.
2-4 tahun Masa membangkang Anak berulang-ulang mengatakan “saya mau” dan akan
marah bila tidak terpenuhi.
Sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh
ortunya.
5-6 tahun Masa adaptasi Anak mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan, krn pd
masa ini terdapat perkembangan kesadaran kewajiban dan
pekerjaan.
> 6 tahun Masa berpikir dan
emosi
Anak mulai malas bekerja (harus dirangsang). Anak mulai
tahu membenci dan menyanyangi orang lain, serta menilai
sikap lingkungan terhadapnya.
> 9 tahun Masa mandiri Anak sedikit mulai menetang pimpinan dan mencari jalannya
sendiri.
2. Autis
Definisi
Autisme berasal dari kata autis yang berarti sendiri, pasien
penderita autisme merasa memiliki dunianya sendiri. Biasanya mereka
masa bodoh dengan apa yang terjadi di lingkungannya.
Interaksi dengan lingkungan dapat bersifat:
a. Hipersensitif terhadap suara seperti suara AC, bahkan suara pemotong
rumput.
25
b. Hiposensitif, bila jatuh tidak merasa sakit, kulit terluka juga tidak
sakit. Tidak takut akan bahaya.
Keterangan di atas menjelaskan bahwa autism dapat memiliki interaksi
yang berbeda di antaranya hiposensitif yang ada pada scenario.
Epidemiologi
Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada
anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.
Etiologi :
Dahulu : Faktor psikologis Bruno Bettelheim : Teori Frigid Mother
Sekarang : Gangguan Neurobiologis pada Susunan Syaraf Pusat (SSP)
Faktor risiko :
Gangguan pada Susunan syaraf Pusat disebabkan oleh :
- Faktor genetik
- Gangguan pertumbuhan sel otak janin, infeksi virus, jamur, pendarahan,
keracunan selama hamil muda
- Gangguan Pencernaan
- Keracunan logam berat (Pb, Hg, Cad)
- Gangguan auto imunity
FAKTOR GENETIK :
Mutasi genetik : penyebab multi faktor
26
Telah ditemukan lebih dari 7 gen yang berhubungan dgn autisme , perlu
beberapa gen untuk menimbulkan gejala autisme.
GANGGUAN NEUROBIOLOGIS :
- Cerebellum
- Lobus Parietalis kiri / kanan
- Lobus Frontalis
- Sistem Limbik
- Kerusakan pada myelin sel otak dan bagian dalam (endothel) pembuluh
darah otak.
- Gangguan Neurotransmitter
GANGGUAN PENCERNAAN :
- Peradangan dari mucosa usus (autistic enterocolitis)
- Leaky gut syndrome
- Enzim Pencernaan yg kurang
- Terlalu banyak jamur dalam usus (yeast overgrowth)
- Kekurangan enzim sehingga makanan tidak dicerna secara sempurna
Protein yg sulit dicerna :
Casein ( Susu sapi / domba ), Gluten (Gandum), Casein dan Glutein :
rangkaian 20 asam amino, seharusnya terpecah dengan sempurna.
Peptide : 2 ?3 rantai asam amino yg diserap oleh darah dialirkan ke otak.
Di Otak menjadi casomorphin dan gluteomorphin.
27
MEKANISME TERJADINYA AUTISME
Biasanya pasien autis mengalami kehilangan kemampuan sistem imunitas
sehingga terjadi inflamatory. Cytokine diproduksi secara berlebihan dalam
darah putih, kadarnya meningkat dan hal itu menyebabkan terjadinya
abnormal neurology.
Percobaan telah dilakukan terhadap pengaruh asupan gluten dan kasein ke
dalam makanan yang akan dikonsumsi oleh anak normal dibandingkan
dengan anak penderita autis. Dalam kedua darah anak tersebut dianalisa
kandungan cytokine-nya, ternyata kandungan cytokine dalam darah
penderita autis meningkat jauh lebih tinggi daripada darah anak normal.
Peningkatan cytokine tersebut dapat menjadi penyebab secara genetik
yang kelak akan menyebabkan timbulnya penyakit autisme.
Reaksi Opioid adalah suatu reaksi yang paling merusak. Hal itu biasanya
diakibatkan oleh terjadinya kebocoran usus (leaky guts). Sekitar 50%
pasien autis mengalami kebocoran usus sehingga terjadi
ketidakseimbangan flora usus.
Peptida hasil pemecahan gluten atau kasein dikirim ke otak dan kemudian
ditangkap reseptor opioid. Hal ini menyebabkan autisme, kondisi reaksi
opioid menyerupai kondisi seperti baru mengkonsumsi obat-obatan serupa
morphin atau heroin.
Pada saat dalam kandungan ternyata penderita autis mengalami
peningkatan jumlah protein dalam darah, yaitu 3X lebih besar dari anak
yang kemudian terlahir normal dan setelah kelahiran terus meningkat
hingga mencapai 10X normal. Pada anak normal tidak terjadi mengalami
kenaikan. Peningkatan jumlah protein darah yang abnormal pada penderita
ini dapat mengacaukan proses migrasi sel normal atau bahkan mematikan
sel selama masa perkembangan sistem saraf berlangsung. Perlu diingat
bahwa pertumbuhan saraf selama embrio penting untuk membentuk
formasi sistem saraf pusat dan sel otak yang baru.
28
Tatalaksana
Tatalaksana (PsikoFarmako)
Pemberian haloperidol (Haldol) menurunkan gejala perilaku
dan mempercepat belajar. Obat menurunkan hioeraktivitas,
stereotipik, menarik diri, kegelisahan, hubungan objek abnormal,
iritabilitas, dan afek yang labil. Haloperidol dapat digunakan
untuk obat jangka panjang.
Fenfluramine (Pondimin) menurunkan kadar serotonin darah.
Naltroxone (Trexan) antagonisopiat
Lithium (Eskalith) diberikan pada perilaku agresif atau melukai
diri sendiri jika medikasi lain gagal.
Edukasi
Orang tua jangan menganggap anaknya yang autis itu sebagai
beban atau musibah
Si anak harus sering diajak keluar rumah, bersama orang tuanya
agara si anak menyadari bahwa ada dunia lain diluar dunianya
sendiri
Orang tua harus memberikan dukungan penuh pada anaknya,
karena anak autis membutuhkan dukungan dari orang2 di
sekitarnya agar bs sembuh
Preventif
Diagnosis dini saat kehamilan.
Prognosis
Vitam : Bonam
Fungsionam : Ad Bonam
Sanationam : Ad Bonam
Pada gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ diatas 70
dan mampu menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis
29
yang baik,. Kira-kira dua pertiga orang dewasa autisme bergantung
sepenuhnya atau setengah bergantung pada keluarga atau di rumah
sakit jiwa. Hanya 1-2% dapat hidup normal dan berstatus independent,
dan 5-20% mendapat status normal borderline.
Komplikasi
a. Anak autis yang tidak terdeteksi secara dini akan mengalami
gangguan bicara, interaksi social dan perilaku yang menetap.
b. Self-injury
c. Gangguan depresi saat remaja
VII. Kesimpulan : Hipotesis hari pertama benar. Diego mengalami autis:
gangguan komunikasi, gangguan interaksi dan gangguan perilaku.
30
Daftar Pustaka
Maslim, Rudi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK- Unika Atmajaya.
Sadock, Benjamin J dan Sadock, Virginia A. 2010. Kaplan dan Sadock: Buku
Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC.
31