Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman....

30
PENYAKIT TUNGRO PADA PADI ================================================================================= PENYAKIT TUNGRO PADA PADI BAB I : PENDAHULUAN Pemerintah memberikan perhatian yang besar dalam upaya mencapai swasembada beras yang berkesinambung-an, seperti tersirat dalam Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang ditelah dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 11 Juni 2005. Pertambahan jumlah penduduk yang terus bertambah, tingkat konsumsi beras yang masih tinggi, alih fungsi lahan sawah serta sasaran produksi padi yang harus dicapai merupakan tantangan berat yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya. Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Fenomena Iklim (DFI) merupakan salah satu kendala di dalam pencapaian produksi. Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi karena memiliki potensi kerusakan yang tinggi. Penyebaran dapat meluas dengan cepat terutama apabila faktor-faktor pendukung perkembangannya tersedia seperti kepadatan populasi vektor utama wereng hijau (Nephotettix virescens) dan sumber infeksi. Penanaman varietas padi yang peka, dan pertanaman yang tidak serentak serta faktor lingkungan terutama musim hujan dan kelembaban yang tinggi juga menguntungkan bagi perkembangan wereng hijau. Infeksi penyakit tungro pada tanaman padi dapat terjadi sejak tanaman di persemaian. Pada daerah pertanaman padi yang serentak infeksi penyakit tungro sebagian besar mulai terjadi setelah tanam. Kehilangan hasil padi akibat serangan tungro sangat bervariasi, tergantung pada umur tanaman dan intensitas serangan. Semakin muda stadia tanaman terinfeksi, semakin besar kehilangan hasilnya. Kisaran kehilangan hasil pada stadia yang terinfeksi 2 – 12 minggu setelah tanam (mst) antara 90 – 20%. Pada intensitas serangan ringan kehilangan hasil diperkirakan mencapai 15%, intensitas serangan sedang mengakibatkan kehilangan hasil lebih kurang 35%, intensitas serangan berat mengakibatkan kehilangan hasil lebih kurang 59%. Apabila kehilangan hasil mencapai 79% keatas maka daerah serangan dinyatakan sebagai puso. Serangan penyakit tungro yang cukup luas di Indonesia dilaporkan terjadi pada tahun 1976 yang tersebar di 7 provinsi, namun dewasa ini perkembangan serangan semakin pesat, serangan telah tersebar di semua provinsi yang meliputi 153 kabupaten. Eksplosi penyakit tungro telah terjadi beberapa kali antara lain di Sumatera Selatan tahun 1969 - 1970, Nusa Tenggara Barat

Transcript of Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman....

Page 1: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI

BAB I : PENDAHULUANPemerintah memberikan perhatian yang besar dalam upaya mencapai swasembada beras yang berkesinambung-an, seperti tersirat dalam Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang ditelah dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 11 Juni 2005. Pertambahan jumlah penduduk yang terus bertambah, tingkat konsumsi beras yang masih tinggi, alih fungsi lahan sawah serta sasaran produksi padi yang harus dicapai merupakan tantangan berat yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya. Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Fenomena Iklim (DFI) merupakan salah satu kendala di dalam pencapaian produksi.

Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi karena memiliki potensi kerusakan yang tinggi. Penyebaran dapat meluas dengan cepat terutama apabila faktor-faktor pendukung perkembangannya tersedia seperti kepadatan populasi vektor utama wereng hijau (Nephotettix virescens) dan sumber infeksi. Penanaman varietas padi yang peka, dan pertanaman yang tidak serentak serta faktor lingkungan terutama musim hujan dan kelembaban yang tinggi juga menguntungkan bagi perkembangan wereng hijau.

Infeksi penyakit tungro pada tanaman padi dapat terjadi sejak tanaman di persemaian. Pada daerah pertanaman padi yang serentak infeksi penyakit tungro sebagian besar mulai terjadi setelah tanam. Kehilangan hasil padi akibat serangan tungro sangat ber-variasi, tergantung pada umur tanaman dan intensitas serangan. Semakin muda stadia tanaman terinfeksi, semakin besar kehilangan hasilnya. Kisaran kehilangan hasil pada stadia yang terinfeksi 2 – 12 minggu setelah tanam (mst) antara 90 – 20%. Pada intensitas serangan ringan kehilangan hasil diperkirakan mencapai 15%, intensitas serangan sedang mengakibatkan kehilangan hasil lebih kurang 35%, intensitas serangan berat mengakibatkan kehilangan hasil lebih kurang 59%. Apabila kehilangan hasil men-capai 79% keatas maka daerah serangan dinyatakan sebagai puso.

Serangan penyakit tungro yang cukup luas di Indonesia dilaporkan terjadi pada tahun 1976 yang tersebar di 7 provinsi, namun dewasa ini perkembangan serangan semakin pesat, serangan telah tersebar di semua provinsi yang meliputi 153 kabupaten. Eksplosi penyakit tungro telah terjadi beberapa kali antara lain di Sumatera Selatan tahun 1969 - 1970, Nusa Tenggara Barat 1980 - 1981, dan Bali tahun 1980/1981 serta tahun 1983/1984, dengan luas serangan rata-rata lebih dari 2.000 hektar. Fluktuasi serangan tungro yang terjadi di masing-masing provinsi endemis sangat bervariasi tergantung kondisi setempat. Peningkatan serangan penyakit tungro terjadi mulai pada bulan Oktober – Nopember dengan puncak serangan terjadi antara bulan Februari - Maret. Rata-rata luas serangan tungro 5 tahun terakhir mencapai 12.689 ha terinfeksi dan diantaranya 638 ha puso. Perkiraan kehilangan hasil mencapai 11.000 ton gabah setara dengan Rp 20 milyar.

Sebelum tahun 1969, penyakit tungro merupakan penyakit yang belum berbahaya, tetapi dalam jangka waktu 30 tahun terakhir ini penyakit tersebut merupakan salah satu

Page 2: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

OPT penting. Pada saat ini penyakit tungro masih timbul endemis di beberapa provinsi terutama Bali, Nusa Tenggara Barat, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Selatan.

Penyakit tungro merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus berbentuk bulat dan batang ditularkan oleh serangga wereng hijau dan juga wereng loreng. Oleh karena itu upaya pengendaliannya terutama harus ditujukan kepada eradikasi sumber infeksi dan pengendalian vektornya. Selain itu upaya pencegahan serangan tungro dengan penanaman varietas tahan, bertanam secara serentak dan budidaya tanaman sehat, dengan pengelolaan tanaman terpadu (PTT).

Pengendalian penyakit tungro secara terpadu perlu dilakukan, baik mencakup aspek teknik pengendaliannya maupun gerakan operasionalnya. Kedisiplinan aparat pemerintah dan petugas dalam melakukan penyuluhan dan penyediaan sarana pertani-an bagi para petani serta kepedulian kelompok tani, merupakan faktor kunci dalam pengendalian penyakit tungro.

BAB II PENYAKIT TUNGRO1. Gejala dan Identifikasi

Istilah "tungro" berasal dari bahasa Tagalog di Philipina yang berarti pertumbuhan terhambat (pertumbuhan kerdil). Di Indonesia, tungro dikenal dengan bahasa daerah setempat, sesuai dengan gejala penyakit yang tampak. Di Jawa dikenal sebagai penyakit menthek, di Kalimantan disebut penyakit habang, petani Bali menyebut penyakit kebebeng, petani Sulawesi Selatan menyebut Celapance dan petani Sulawesi Tengah menyebut Kanja.

Rumpun tanaman yang sakit tungro menunjukkan pertumbuhan terhambat, warna daun berubah menjadi kuning sampai kuning jingga. Perubahan warna daun bermula dari ujung daun, meluas ke bagian pangkal daun. Pada daun tersebut terlihat bercak-bercak berwarna coklat karat. Kadang-kadang gejala kuning pada tanaman yang masih muda dapat hilang karena bertambahnya umur tanaman sehingga seolah-olah tanaman menjadi sembuh. Apabila diteliti tanaman tersebut masih banyak mengandung virus. Gejala perubahan warna daun tergantung kepada varietas tanaman, umur tanaman pada saat terinfeksi, dan keadaan lingkungan pertumbuhan.

Page 3: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 1. Gejala serangan tungro

Tanaman yang terinfeksi tumbuh kerdil, jumlah anakan sedikit, helaian daun dan pelepah daun memendek. Pada bagian bawah helaian daun muda terjepit oleh pelepah daun, sehingga daunnya terpuntir atau menggulung sedikit. Malai pendek, gabah tidak terisi sempurna atau kebanyakan hampa dan terdapat bercak-bercak coklat yang menutupi malai.

Infeksi tungro pada tanaman tua (umur di atas 50 hari setelah tanam) kurang berpengaruh terhadap produksi dan tanaman tidak menampakkan gejala serangan sampai panen. Namun singgang yang tumbuh setelah dipanen memperlihatkan gejala serangan yang khas.

Infeksi pada varietas padi yang rentan seperti Pelita, Cisadane, dan IR 64 menunjukkan gejala yang nyata (jelas), sedangkan infeksi pada varietas tahan seperti Semeru, IR 42, IR 72, IR 74, menunjukkan gejala yang kurang nyata.

Gejala mirip tungro juga dapat disebabkan oleh agensia lain atau keracunan/kekurangan unsur hara tertentu, salah satu contohnya adalah kekurangan Nitrogen.

Untuk mengidentifikasi secara cepat tanaman terinfeksi virus tungro dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Gejala dan sebaran penyakit tungro

Serangan penyakit tungro di lapangan dapat diketahui secara cepat dengan cara mengamati gejala yang khas yaitu serangan tersebar secara sporadis dan mengelompok. Gejala seperti ini dapat dibedakan dengan gejala tanaman kekurangan/keracunan unsur hara tertentu, dimana gejalanya lebih merata hampir di seluruh areal pertanaman. Apabila ditemukan serangan sporadik di lapangan, maka hal ini merupakan adanya indikasi tanaman terserang tungro.

Page 4: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

b. Uji iodium

Uji ini tidak selalu akurat dan tidak spesifik, tetapi dapat membantu identifikasi penyakit tungro.

Cara pertama : 

- Daun tanaman sakit (daun ke- 2 dan ke- 3) dipotong sepanjang 10 - 15 cm.

- Klorofil pada daun dihilangkan dengan cara merebus potongan daun dalam cairan alkohol 96% selama 30 menit, atau dengan merendam daun dalam alkohol 96% selama 24 jam.

- Potongan daun kemudian direndam dalam larutan iodium selama 10 menit.

- Cuci dalam alkohol 96% untuk menghilangkan sisa larutan iodium pada daun.

- Apabila warna potongan daun berubah menjadi biru berarti contoh tanaman tadi positif ditulari virus.

Cara Kedua :

- Menggunakan daun kedua dan ketiga dari atas. Daun dipotong sepanjang ¾ nya.

- Siapkan campuran iodium tincture dengan air (dengan perbandingan 1 : 4), lalu celupkan ujung potongan daun kedalamnya selama 15 - 20 menit.

- Tanda negatif tampak dari reaksi coklat muda sedangkan positif adalah coklat tua.

c. Uji penularan

Uji penularan dapat dilakukan dengan dua cara :

Cara pertama :

- Tanaman sakit yang dibawa dari lapang disungkup dengan kasa tahan serangga.

- Wereng hijau sebanyak 100 - 200 ekor dimasukkan ke sungkup tersebut dan dipelihara hingga semai padi sudah siap diinokulasi.

- Semai padi berumur 5 - 10 hari setelah sebar (hss) disungkup dengan kasa, kemudian 25 - 50 ekor wereng infektif dimasukkan ke dalamnya dan dibiarkan menghisap tanaman selama 24 jam.

- Setelah itu, wereng dibunuh dan tanaman dipelihara hingga gejala muncul, yaitu kurang lebih 7 - 14 hari setelah inokulasi.

Cara kedua :

- Sebelum ke lapang, semai padi (umur 7 hari), sudah disiapkan.

Page 5: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

- Wereng hijau yang ditangkap dari lapang dapat digunakan untuk menginokulasi semai padi di atas. Jumlah wereng tiap tanaman adalah 5 ekor.

- Selanjutnya mengikuti cara pertama.

d. Uji Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assays (ELISA)

ELISA merupakan uji serologi yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi virus, termasuk virus tungro, karena relatif mudah, cepat, sensitif, akurat dan dapat digunakan untuk skala besar. Metode ini menjadi sangat sensitif dan akurat, karena penggunaan antibodi yang khas hanya bereaksi dengan virus yang bersangkutan. Untuk menguji tungro, diperlukan dua jenis antibodi, yaitu untuk virus tungro bulat dan virus tungro batang.

Prinsipnya pada metode ini, larutan antibodi dituangkan pada permukaan cawan-cawan mini pada piring ELISA dan diinkubasi. Cawan dibilas, cairan contoh tanaman dituangkan dan diinkubasi, setelah dibilas cawan diisi larutan konjugat dan diinkubasi. Cawan sekali lagi dibilas dan larutan substrat yang bening dituangkan ke cawan. Dalam waktu 10 - 30 menit apabila terjadi perubahan warna menjadi kuning maka contoh tanaman mengandung virus (positif) dan sebaliknya apabila tidak berubah warna berarti negatif.

e. Uji PCR

PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan teknik laboratorium yang dapat menggandakan asam nukleat (DNA) virus di dalam mesin pengganda DNA. Virus tungro batang ataupun virus tungro bulat baik yang terdapat dalam contoh tanaman padi atau dalam tubuh wereng hijau dapat dideteksi, walaupun kadarnya sangat kecil.

Dibandingkan dengan ELISA, PCR dapat 1000 - 10.000 kali lebih akurat dan sensitif.

Secara garis besar, PCR meliputi tahap-tahap ekstraksi DNA dari contoh tanaman, penggandaan DNA dengan menggunakan primer khusus, visualisasi hasil penggandaan DNA dalam gel agarose melalui cara elektroforesis, terakhir gel tersebut diwarnai (staining) dengan ethidium bromida, sehingga pita-pita DNA virus dapat diamati dengan jelas, sedangkan dari contoh tanaman tidak terinfeksi virus, tidak ada pita DNA.

2. Penyebab Penyakit (Virus tungro)

Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus, yaitu virus tungro batang berukuran panjang 100 - 300 nano meter (nano meter = satu per sejuta mili meter) dan lebarnya 30 - 35 nano meter, sedangkan virus tungro bulat bergaris tengah 30 nano meter.

Page 6: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 2. Elektron mikrograp virus-virus tungro, partikel bentuk bulat (kiri), partikel bentuk batang (kanan)

Apabila kedua virus menginfeksi tanaman padi, gejala yang ditimbulkan khas tungro adalah kerdil, kuning jingga dan adanya bercak coklat karat. Tidak seperti virus tungro bulat yang tidak tampak efeknya, virus tungro batang dapat menimbulkan gejala khas tungro, tapi lebih ringan. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi masing-masing virus dalam patosistem tungro (ekosistem penyakit tungro-padi). Walaupun virus tungro bulat tidak menimbulkan gejala penyakit, tetapi sangat penting pada peranannya dalam penularan oleh vektor. Tanpa adanya virus ini penyakit tungro tidak tersebar. Akan tetapi karena sifat virus ini tidak mudah terdeteksi, maka seringkali tanaman terinfeksi tidak teramati. Itulah sebabnya pada saat awal, serangan penyakit tungro tidak tampak.

3. Penular Penyakit (Vektor)

Serangga penular virus tungro terutama adalah wereng hijau (Nephotettix virescens Distant, N. nigropictus (Stal), N. malayanus dan N. parvus). Wereng loreng Recilia dorsalis (Motsch) dapat juga sebagai penular virus tungro, namun kurang efisien.

Balitpa LPPM LP3 - Bogor

Gambar 3. Serangga penular penyakit tungro N. virescens (kiri), N. nigropictus (tengah), R. dorsalis (kanan)

Rentang efisiensi penularan virus oleh populasi Nephotettix virescens antara 35 - 83%, dibandingkan dengan N. nigropictus yang rentang efisiensinya antara 0 - 27%. Spesies wereng hijau lainnya seperti N. malayanus dan N. parvus memiliki kemampuan menularkan virus berturut-turut 40% dan 7% lebih rendah dari N. virescens.

Saat ini N. virescens mendominasi komposisi spesies wereng hijau di Pulau Jawa dan Bali. N. nigropictus terutama pada musim hujan kadang-kadang mendominasi komposisi spesies wereng hijau di Kalimantan Selatan dan pada beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan ada kecenderungan pergeseran dominasi N. virescens ke N. nigropictus.

Bila ada sumber virus, intensitas serangan penyakit tungro sangat erat hubungannya dengan fluktuasi populasi vektor. Fluktuasi kerapatan populasi N. virescens sangat beragam tergantung pola pertanaman. Pada tanam tidak serentak, pola umum pertumbuhan kerapatan populasi wereng hijau hanya meningkat sekali, puncak kerapatan populasi terjadi pada pertengahan pertumbuhan tanaman padi. Sedangkan pada tanam serentak kepadatan populasi meningkat terus atau tidak meningkat sama

Page 7: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

sekali. Pada pola tanam serentak emigrasi imago mempengaruhi fluktuasi kerapatan populasi sedangkan pada pola tanam serentak dipengaruhi keberadaan musuh alami.

4. Musuh Alami Serangga Penular

Musuh alami bisa berupa predator, parasit maupun patogen. Beberapa jenis musuh alami hama padi pada umumnya dan wereng hijau pada khususnya adalah sebagai berikut :

a. Predator

1) Laba-laba Serigala (Lycosa pseudoanulata)

Laba-Iaba ini aktif mencari dan memburu mangsanya. Kemampuan memangsanya tinggi antara lain tergantung dari ukuran mangsa dan keaktifan dari mangsa. Mangsa yang lebih besar akan diperlukan lebih kecil jumlahnya dibandingkan dengan mangsa yang kecil. Kemampuan predator ini menangkap dan memangsa hama yang kurang aktif seperti nimfa N. virescens, sangat kecil sekitar 0,293 - 3,75 ekor/hari. Demikian juga terhadap imago yang sangat aktif (lincah), laba-laba ini hanya dapat menangkap 0,13 ekor/hari pada ruangan 35 x 35 x 35 cm, tetapi kemampuan memangsanya tinggi, dapat mencapai 20 ekor/hari bila laba-Iaba diberi mangsa imago wereng hijau pada tabung berdiameter 3 cm dan panjang 15 cm.

Kemampuan memangsa predator ini terhadap wereng coklat dapat mencapai 10 - 20 ekor imago/hari atau 15 - 20 nimfa/hari. Beberapa jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, hama putih, hama putih palsu dan lalat bibit.

Laba-laba ini mempunyai ukuran 5 - 18 mm dengan ciri-ciri pada bagian punggungnya terdapat 3 buah garis dan pada tubuh bagian 'cephalothorax' depannya terdapat tanda bentuk Y serta disekitar matanya berwarna gelap (hitam). Kebiasaan hidupnya berada di bagian bawah batang atau di atas permukaan air pada siang hari dan pada malam hari biasanya berada pada daun bagian atas. Rentangan hidupnya 100 hari dan jumlah telur yang dihasilkan 380/betina.

Laba-laba betina dan jantan dapat dibedakan dengan melihat palpus yang menyerupai sarung tinju di kedua samping kepala yang hanya dijumpai pada jenis betina. Adapun predator yang dimaksud seperti pada gambar 4 berikut :

Page 8: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 4. Lycosa pseudoanulata

2) Laba-laba Bermata Jalang (Oxyopes javanus)

Laba-laba ini merupakan laba-laba aktif yang memburu mangsanya. Jenis mangsanya wereng batang coklat, wereng hijau, wereng punggung putih (8 ekor/hari), wereng zigzag, lalat padi, hama putih dan hama putih palsu. Laba-Iaba ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: ukuran 7 - 10 mm, pada tungkai terdapat duri-duri yang panjang dengan mata berbentuk segi enam. Rentang hidup 150 hari dengan jumlah telur yang dihasilkan 350/betina. Adapun predator yang dimaksud sebagaimana gambar 5 berikut :

Gambar 5. Oxyopes javanus

Page 9: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

3) Laba-laba Berahang Empat (Tetragnatha spp.)

Laba-Iaba ini tidak begitu aktif menyerang mangsanya. Disiang hari laba-Iaba ini banyak diam dan dimalam hari aktif membuat sarang dan mangsa yang terjerat oleh sarangnya baru ditangkap serta dimakan. Jenis serangga yang dimangsa adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng pungguh putih, wereng hijau, wereng punggung putih, wereng zigzag dan lalat padi.

Ciri-ciri predator tersebut sebagai berikut: panjang tubuh 10 - 25 mm, memiliki rahang, tungkai-tungkainya panjang dan dalam keadaan diam/beristirahat sering terjulur dalam satu garis. Rentang hidupnya 150 hari dan jumlah telur yang dihasilkan 120 butir/betina. Kebiasaan hidupnya adalah berada pada daun dimana laba-laba tersebut membentuk sarangnya. Adapun predator tersebut sebagaimana gambar 6 berikut :

Gambar 6. Tetragnatha spp.

4) Kepik Permukaan Air (Microvellia douglasi atrolineata)

Kepik ini hidupnya bergerombol dipermukaan air dan sangat aktif menyerang hama/serangga yang jatuh dipermukaan air dan tertarik oleh sinar.

Jenis mangsa predator ini adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, larva penggerek batang padi dan yang baru menetas.

Kepik ini panjangnya 1,5 mm dengan ciri-ciri pada bagian bahu melebar, warna bahu hitam mengkilat, tungkai-tungkainya terletak pada jarak yang sama disepanjang tubuhnya dan alat mulutnya tipe mengisap. Rentang hidupnya 45 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina adalah 100 butir. Adapun predator yang dimaksud sebagaimana gambar 7 berikut :

Page 10: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 7. Microvellia douglasi atrolineata

5) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis)

Kepik ini berwarna hijau dan biasanya dijumpai pada tempat yang hamanya tinggi. Predator ini aktif memburu mangsa dan gerakannya seperti wereng coklat dan pada malam hari mempunyai silat tertarik terhadap cahaya sinar. Jenis mangsanya wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, wereng zig-zag dan lalat padi.

Predator tersebut mempunyai ukuran tubuh 2,5 - 3,25 mm dengan ciri-ciri berwarna hijau terang dan pada bagian kepala dan bahu terdapat warna hitam. Alat mulut predator ini bertipe mengisap. Rentang hidupnya 30 hari dan seekor betina dapat menghasilkan telur 30 butir. Predator ini hidup pada tanaman padi, gulma dan tanaman lain. Adapun predator tersebut sebagaimana gambar 8 berikut :

Page 11: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 8. Cyrtorhinus lividipennis

6) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)

Predator ini aktif mencari mangsa pada malam hari dan dapat berenang di air atau pada bagian tanaman. Jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, wereng punggung putih dan larva ulat bulu yang masih muda.

Predator ini mempunyai ukuran 7 mm dengan ciri-ciri sayapnya hanya separuh tubuh, ujung abdomen berwarna biru, tubuh bergaris-garis dan alat mulutnya bertipe mengunyah. Rentang hidupya 90 - 110 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina sebanyak 24 butir. Adapun predator tersebut sebagaimana gambar 9 berikut:

Gambar 9. Paederus fuscipes

7) Kumbang Karabid (Ophionea nigrofasciata)

Predator ini aktif mencari mangsa pada siang hari dan dapat berenang. Jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, wereng punggung putih, ulat bulu, ulat jengkal dan penggerek batang padi. Tempat hidupnya di pangkal batang atau di tanah yang tidak berair.

Predator ini mempunyai ukuran panjang tubuh 8 mm dengan ciri-ciri tubuh mengkilat, kulit halus, kepala dan perut bagian tengah berwarna hitam kebiru-biruan. Atau mulutnya bertipe mengunyah. Rentang hidupnya 15 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina adalah 45 butir. Adapun predator tersebut sebagaimana gambar 10 berikut :

Page 12: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 10. Ophionea nigrofasciata

8) Capung jarum (Agriocnemis spp.)

Kinjeng dom atau sering juga disebut capung kecil biasanya dijumpai di bawah tajuk tanaman dan bila hinggap pada batang tanaman tubuhnya mengarah lurus ke bawah. Capung ini merupakan predator wereng hijau, wereng coklat, wereng punggung putih dan hama putih palsu.

Predator ini mempunyai panjang tubuh 30 mm dengan ciri-ciri tubuhnya ramping berwarna merah oranye atau abu-abu kebiru-biruan dan sayapnya mempunyai bentuk jaringan yang rumit. Rentang hidupnya 10-30 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina adalah 30 butir. Adapun predator tersebut sebagaimana gambar 11 berikut :

Gambar 11. Agriocnemis spp.

Page 13: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

9) Belalang Bertanduk Panjang (Conocephalus longipennis)

Predator ini sangat aktif dipagi hari, merupakan predator telur penggerek batang dan predator wereng coklat, wereng hijau, wereng zig-zag dan wereng punggung putih.

Predator ini mempunyai panjang tubuh 25 - 32 mm dan mempunyai ciri khas antenanya 2 - 3 kali panjang tubuhnya dan tubuh berwarna hijau. Tempat hidupnya pada daun atau malai tanaman padi.

Rentang hidup predator ini 110 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina berkisar antara 15 - 30 butir. Adapun predator tersebut sebagaimana gambar 12 berikut :

Gambar 12. Conocephalus longipennis

10) Kumbang Koksinelid (Synharmonia octomaculata)

Kumbang ini merupakan predator wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng hijau, wereng zig-zag, aphis, hama putih palsu dan penggerek batang padi. Larva predator ini aktif memangsa secara berkelompok.

Predator ini mempunyai ukuran tubuh 6 - 7 mm. Kumbang dewasa berbentuk bundar memanjang berwarna kuning, tubuh larva beruas-ruas dengan alat mulut mengunyah. Tempat hidupnya pada seluruh bagian tanaman. Rentang hidupnya 150 hari dengan jumlah telur yang diletakkan oleh seekor betina adalah 45 butir. Adapun predator tersebut seperti pada gambar 13 berikut :

Page 14: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 13. Synharmonia octomaculata

b. Parasit Wereng Hijau

Ada beberapa musuh alami wereng hijau khususnya dari jenis parasit telur yang umumnya dari ordo Hymenoptera yaitu famili Mymaridae (Anagrus sp.), famili Trichogrammatidae ( Paracentrobia sp.) dan dari ordo Diptera. Parasit yang stadia serangga dewasanya hidup bebas di luar mangsa disebut parasitoid.

Beberapa spesies serangga parasit nimfa dan imago antara lain Pseudogonatopus sp. (Hymenoptera: Drynidae) dan Pipunculid sp. (Diptera) seperti berikut :

1) Anagrus optabilis (Perkins)

Mempunyai ukuran tubuh dengan panjang sekitar 0,8 mm. Tubuh berwarna kuning pucat dengan musonotum abu-abu pucat. Parsitoid ini termasuk kedalam ordo Hymenoptera dan Famili Mymaridae. Disamping sebagai parsitoid telur wereng hijau Nephotettix spp. juga merupakan parasitoid wereng batang coklat Nilaparvata lugens. Adapun parasit tersebut sebagaimana gambar 14 berikut :

Page 15: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 14. Anagrus optabilis (Perkins)

2) Gonatocerus spp.

Panjang tubuh 1.8 mm dengan warna tubuh keabu-abuan. Parasitoid ini termasuk kedalam ordo Hymenoptera, famili Memarydae. Merupakan parasitoid telur wereng hijau Nephotettix spp. dan wereng batang coklat N. lugens.. Parasitoid ini mempunyai daya parasitoid yang tinggi terhadap wereng hijau yaitu dapat mencapai 70%. Adapun parasit tersebut sebagaimana gambar 15 berikut :

Page 16: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 15. Gonatocerus spp.

3) Paracentrobia garuda Subba Rao

Panjang tubuh 1.5 mm, tubuh berwarna kekuningan dengan mata faset berwarna merah. Bagian depan dan belakang coxae dan femur berwarna coklat tua dan coxae bagian tengah berwarna pucat. Bagian targit 1 – 4 dari abdomen berwarna coklat tua. Parsitoid ini termasuk kedalam ordo Hymenoptera, famili Trichogrammatidae. Merupakan parasit telur penting wereng hijau Nephotettix spp. Disamping itu juga merupakan parasitoid telur wereng batang coklat N.lugens. Adapun parasitoid tersebut sebagaimana gambar 16 berikut :

Gambar 16. Paracentrobia garuda Subba Rao

4) Pipunculus mutilattus Loew

Panjang tubuh 3 mm, dengan kepala yang besar dimana hampir seluruh bagian kepala tertutup oleh sepasang mata berwarna merah. Tergolong kedalam ordo Diptera (lalat). Merupakan parasitoid nimfa dan imago penting wereng hijau N. virescens dan N. nigropictus. Serangga yang terparasit tidak dapat menghasilkan telur.

Berdasarkan hasil sweeping pada surveillance tungro di Jawa Tengah Kabupaten Klaten, Batang, Pekalongan dan Banyumas) serta di Yogyakarta (Kabupaten Sleman) Pebruari 1987, wereng hijau hasil sweeping rata-rata 29,92% serangga jantan dan 47,68% serangga betina terparasit oleh Pipunculid. Serangga yang teparasit tidak dapat berkembang dengan baik. Dari data tersebut menunjukkan bahwa Pipunculid mempunyai potensi yang tinggi sebagai parasit wereng hijau.

Berdasarkan hasil sweeping yang dilaksanakan di beberapa kabupaten di Bali seperti Kabupaten Badung dijumpai beberapa jenis parasit telur seperti Gonatocerus sp., Anagrus sp., Paracentrobia sp. dan Mymar sp.

Page 17: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Percobaan pendahulan inventarisasi dan identifikasi parasit telur wereng hijau di Jatisari, yang dilaksanakan pada bulan Juli 1987 menunjukkan adanya parasit telur wereng hijau yaitu Paracentrobia sp. dan Gonatocerus sp. Adapun parasitoid tersebut sebagaimana gambar 17 berikut :

Gambr 17. Pipunculus multilattus Loew

5) Pseugogonatopus hospes Perkins

Panjang tubuh 4 mm. Tubuh berwarna hitam dengan bagian kaki yaitu coxae dan tarsi, bagian tengah femur dan tibia dan kaki bagian belakang berwarna pucat, serta bagian depan femur dan tibia cokklat tua. Serangga ini merupakan parasitoid pada stadia nimfa dan sebagai predator pada stadia imago. Merupakan parasitoid wereng daun dan wereng batang padi. Parsitoid ini termasuk ke dalam ordo Hymenoptera. Adapun parasitoid tersebut sebagaimana gambar 18 berikut : 

Page 18: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 18. Pseogogonatopus hospes Perkeins

c. Patogen

Jamur entomopatogen Beauveria bassiana dan Metharizium anisopliae secara alami menginfeksi wereng hijau. Aplikasi wereng hijau dengan konsentrasi 2,0 x 107 konidium/ml (10 g jamur bersama mediumnya/100 ml aquades) untuk B. bassiana dan konsentrasi 1,4 x 107 konidium/ml (10 g jamur bersama mediumnya/100 ml aquades) dapat menyebabkan kematian pada 3 - 14 hari setelah aplikasi (HSA). Lethal time 50% populasi (LT50) untuk jamur B. bassiana dicapai 7,57 hari, sedangkan untuk perlakuan dengan jamur M. anisopliae dicapai 8,39 hari. Aplikasi jamur entomopatogen Metarhizium menekan keperidian dan kepadatan populasi wereng hijau tetapi tidak mempengaruhi kepadatan populasi musuh alami (laba-laba). Adapun jenis patogen tersebut sebagaimana gambar 19 berikut :

Gambar 19 . Patogen wereng hijau

5. Daur Penyakit dan Tanaman Inang

Vektor menularkan virus-virus tungro secara semi persisten. Vektor menjadi infektif setelah mengisap cairan tanaman sakit selama minimal 30 menit dan serangga ini dapat memindahkan virus ke tanaman sehat pada saat mengisap tanaman sehat selama 15 menit. Masa inkubasi di dalam tanaman adalah 6 - 14 hari. Serangga dapat langsung menularkan virus setelah mengisap tanaman sakit dan dapat mempertahankan virus di dalam tubuhnya (masa retensi) selama tidak lebih dari 5 hari. Setelah masa ini, serangga menjadi tidak infektif, dan kembali lagi menjadi infektif setelah mengisap tanaman sakit.

Virus ini tidak ditularkan melalui telur serangga, dan juga tidak dapat menular melalui biji, tanah, air, angin dan secara mekanis (misal pergesekan antara bagian tanaman yang sakit dengan yang sehat).

Nimfa wereng hijau juga dapat menularkan virus ini, tetapi menjadi tidak infektif setelah ganti kulit.

Infeksi tungro dapat terjadi mulai di persemaian. Pada fase persemaian sampai dengan 45 hari setelah tanam (hst) sangat sensitif terhadap infeksi virus tungro. Apabila infeksi terjadi pada fase persemaian maka gejala tungro mungkin tampak pada tanaman umur

Page 19: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

14 - 21 hari setelah tanam (hst). Tanaman muda yang terinfeksi merupakan sumber inokulum efektif di lapangan.

Selama satu periode pertumbuhan tanaman padi terjadi 2 puncak-tambah-rumpun-terinfeksi yaitu pada saat 28 hst dan 56 hst. Puncak infeksi pertama disebabkan oleh serangga imigran pada 14 hst, sedangkan puncak infeksi kedua disebabkan infeksi yang terjadi saat 42 hst oleh keturunan serangga imigran.

Gambar 20. Daur transmisi virus (semi persisten) Sumber inokulum penyakit tungro adalah bibit ceceran gabah (voluntir), singgang serta rumput inang yang terinfeksi. Tanaman inang tungro selain padi adalah rumput belulang (Eleusine indica), rumput bebek atau tuton (Echinochloa colonum), jajagoan (Echinochloa crusgali), juhun randan (Ischaemum rugosum), tapak jalak atau rumput katelan (Dactyloctenium aegyptium), rumput asinan (Paspalum distichum) dan padi liar (Oryza spp.). Adapun serangga dan voluntir sebagaimana gambar 21 berikut :

Page 20: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Gambar 21. Singgang (kiri) dan voluntir (kanan)

N. virescens hanya dapat berkembang dengan baik dan menjadi penular yang efisien pada padi. N. nigropictus dapat berkembang dengan baik pada rerumputan, meskipun dapat berkembang pada padi dan dapat menularkan virus dari rerumputan ke tanaman padi. Tanaman inang selain padi bagi wereng hijau adalah jajagoan (Echinochloa crusgalli) dan kolomento (Leersia hexandra). Adapun jenis tanaman inang sebagaimana gambar 22 berikut :

Gambar 22. Tanaman inang P. distichum (L. ) Auct. (kiri atas). E. crusgalli (L.) Beauv. (kanan atas), E. indica (L.) Gaertn. (kiri bawah). L. hexandra (L.) Swartz. (kanan bawah) BAB III PENGENDALIAN

Page 21: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Pengendalian penyakit tungro dilakukan secara dini dengan menerapkan sistem pengendalian penyakit secara terpadu, yaitu eradikasi sumber infeksi (tanaman sakit, singgang, voluntir dan rumput-rumputan inang), penggunaan varietas tahan, budidaya tanaman sehat dan pengendalian serangga penular.

Strategi pengendalian yang direkomendasikan tergantung pada ekosistem, antara lain mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi pola fluktuasi kerapatan vektor (migrasi atau peran musuh alami), sumber inokulum (luas, intensitas, stadia tanaman, varietas, inang selain padi dan spesies wereng hijau), pertanaman yang diamankan (varietas, stadia dan luasan), serta faktor lingkungan abiotik (musim) dan biotik (pola tanam).

Budidaya tanaman sehat dianjurkan dengan menerapkan PTT yang mensinergikan komponen pengelolaan lahan, air, tanaman dan OPT. Komponen budidaya utama dalam PTT seperti pemberian pemupukan berimbang berdasarkan pengelolaan hara spesifik lokasi dan irigasi berseling akan memperbaiki vigor tanaman serta menghambat perkembangan hama-penyakit, disamping itu dengan pemberian bahan organik akan meningkatkan arthropoda netral yang menjadi mangsa musuh alami (pemangsa).

Pengendalian vektor dengan insektisida kimiawi harus dilakukan secara bijaksana berdasarkan hasil monitoring agar penggunaannya efisien dan efektif dan tidak berdampak buruk pada lingkungan. Pengendalian vektor secara hayati menggunakan insektisida nabati, bio-insektisida atau patogen serangga tidak dapat disamakan dengan pengendalian insektisida kimiawi. Pengendalian hayati dimulai sejak ditemukan vektor dan dilakukan berulang secara periodik sampai stadia rentan tanaman terhadap infeksi tungro terlewati.

Strategi dan rekomendasi pengendalian penyakit tungro pada kondisi lapangan sebagai berikut:

1. Tanam Serentak

Hamparan sawah disebut tanam serentak apabila minimal pada luasan 20 ha dijumpai stadia tanaman yang hampir seragam. Sumber serangan adalah tanaman musim sebelumnya yang terinfeksi virus pada saat tanaman umur 45 - 60 hst dengan intensitas serangan lebih dari 1%. Sumber migran dapat dari lapangan yang bersangkutan dan atau dari hamparan, baik dari dalam petakan maupun galengan yang ditumbuhi rerumputan dan terdapat spesies wereng hijau lainnya selain N. virescens terutama N. nigropictus.

Rekomendasi pengendalian sesuai tahapan budidaya padi untuk pertanaman berikutnya adalah:

a. Eradikasi sumber inokulum. Diupayakan 5 hari sebelum semai lahan sudah terbebas dari sumber inokulum. Tanah segera diolah untuk mencegah adanya sumber inokulum, pada singgang atau voluntir. Bila mungkin tanam padi dengan cara tabur benih langsung (tabela) menggunakan alat-tabela setelah petakan dibersihkan dan diratakan.

b. Varietas tahan. Varietas tahan tungro yang telah dilepas dapat digolongkan menjadi varietas tahan wereng hijau (vektor) dan varietas tahan virus tungro. Varietas tahan wereng hijau yang telah dilepas beragam sumber tetua tahannya namun beragam juga mutunya. Disamping itu untuk daerah endemis tertentu seperti di Nusa Tenggara Barat

Page 22: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

wereng hijau telah beradaptasi (efektif menularkan tungro) untuk semua golongan varietas tahan wereng hijau. Varietas tahan wereng hijau digolongkan menjadi T0-T4 berdasarkan sumber tetua tahannya. Varietas yang tergolong dalam golongan T0 tidak memiliki gen tahan. Termasuk dalam golongan T0 adalah varietas-varietas IR5, Pelita, Atomita, Cisadane, Cikapundung, dan Lusi. Varietas yang tergolong dalam golongan T1 memiliki gen tahan Glh1. Termasuk dalam golongan ini adalah varietas-varietas IR20, IR30, IR26, IR46, Citarum, dan Serayu. Varietas yang tergolong dalam golongan T2 memiliki gen tahan Glh 6. Termasuk dalam golongan ini adalah varietas-varietas IR32, IR38, IR36, IR47, Semeru, Asahan, Ciliwung, Krueng Aceh dan Bengawan Solo. Sedang varietas yang termasuk dalam golongan T3 memiliki gen tahan Glh 5. Termasuk dalam golongan ini adalah IR50, IR48, IR54, IR52 dan IR64. Varietas yang termasuk dalam golongan T4 memiliki gen tahan glh4. yang termasuk dalam golongan ini adalah IR66, IR70, IR72, IR68, Barumun dan Klara. Varietas tahan virus tungro yang telah dilepas adalah Tukad Petanu, Tukad Balian, Tukad Unda, Kalimas dan Bondoyudo.

c. Waktu Tanam Yang Tepat. Tanaman padi peka terhadap infeksi tungro sampai umur 45 hst. Usahakan menghindari infeksi pada periode tersebut dengan mengatur waktu tanam. Waktu tanam yang tepat dapat ditentukan dengan mengetahui fluktuasi bulanan kerapatan populasi wereng hijau dan intensitas tungro. Atur waktu tanam agar saat terjadi puncak kerapatan populasi dan intensitas tungro, tanaman telah berumur lebih dari 45 hst. Waktu tanam tepat untuk pantai Barat Sulawesi Selatan tidak banyak berubah, sedangkan untuk pantai Timur mengalami perubahan maju satu bulan. Daerah tanam serentak lainnya perlu dipelajari waktu tanam tepat untuk tanam padi, karena pola fluktuasi kerapatan wereng hijau dan intensitas tungro sangat bersifat spesifik lokasi.

d. Konsevasi musuh alami (pemangsa) dan pengendalian hayati. Pematang dibersihkan setelah tanaman umur 30 hst bila tidak terdapat rerumputan inang, atau pematang yang telah dibersihkan diberi mulsa sebagai tempat berlindung musuh alami, terutama pemangsa. Pengendalian tungro dengan insektisida nabati seperti Sambilata atau Mimba dan patogen serangga seperti Metharizium harus dilakukan secara dini sejak tanaman umur 14 hst dan diulang secara periodik minimal seminggu sekali sampai tanaman padi melewati fase rentan infeksi (28-35 hst), sebab secara alamiah umumnya perkembangan musuh alami terlambat dibanding wereng hijau.

e. Monitoring ancaman di pesemaian. Pemantauan wereng hijau di pesemaian dilakukan dengan jaring serangga sebanyak 10 ayunan untuk mengevaluasi kerapatan populasi wereng hijau. Di samping itu juga perlu dilakukan uji iodium untuk mengetahui intensitas tungro pada 20 daun padi 15 hari setelah semai (hss). Jika hasil perkalian antara jumlah wereng hijau dan persentase daun terinfeksi sama atau lebih dari 75, maka pertanaman terancam tungro, lakukan pengendalian dengan insektisida kimiawi untuk menekan kerapatan populasi imago migran infektif.

f. Tanam sistem legowo. Penanaman dengan cara legowo dua baris atau empat baris dapat menekan pemencaran wereng hijau sehingga mengurangi penularan tungro.

g. Monitoring ancaman saat tanaman muda. Amati tanaman bergejala tungro. Apabila terdapat 5 rumpun tanaman dengan bergejala tungro dari 10.000 rumpun tanaman (intensitas 0,05%) saat tanaman berumur 2 mst atau satu rumpun tanaman bergejala tungro dari 1.000 rumpun (intensitas 0,1 %) tanaman saat berumur 21 hst tanaman terancam. Eradikasi selektif tanaman bergejala, dan diikuti dengan aplikasi insektisida kimiawi.

Page 23: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

h. Pengendalian dengan insektisida kimiawi. Apabila berdasarkan hasil monitoring saat tanaman berumur hingga 3 mst diketahui tanaman terancam, vektor perlu segera dikendalikan dengan insektisida kimiawi yang telah terdaftar dan diizinkan yang berbahan aktif imidacloprid, tiametoksan, etofenproks, atau karbofuran.

i. Mengurangi pemencaran vektor. Kondisi air sawah tetap dijaga pada kapasitas lapang (macak-macak), sebab sawah yang kering merangsang pemencaran wereng hijau, sehingga memperluas penyebaran tungro.

j. Perbaikan pola tanam. Pada jangka menengah dan jangka panjang usahakan menanam palawija diantara musim tanam padi atau tanam palawija di pematang sebagai tempat berlindung musuh alami.

2. Tanam Tidak Serentak

Hamparan sawah disebut tidak tanam serentak apabila dalam satu hamparan dijumpai berbagai stadia tanaman. Sumber inokulum adalah tanaman umur 35 - 63 hst, singgang 28 hari setelah panen, pesemaian dan juga voluntir. Migrasi berlangsung terus menerus dari tanaman fase generatif ke tanaman fase vegetatif. Sebagian kecil migrasi terjadi dari galengan yang ditumbuhi rerumputan dan terdapat spesies wereng hijau N. nigropictus.

Rekomendasi pengendalian sesuai tahapan budidaya padi untuk pertanaman berikutnya adalah:

a. Tanam varietas tahan. Varietas tahan tungro yang telah dilepas dapat digolongkan menjadi varietas tahan wereng hijau (vektor) dan varietas tahan virus tungro. Varietas tahan wereng hijau yang telah dilepas beragam sumber tetua tahannya namun beragam juga mutunya. Disamping itu untuk daerah endemis tertentu, misalnya di Nusa Tenggara Barat wereng hijau telah beradaptasi (efektif menularkan tungro) untuk semua golongan varietas tahan wereng hijau. Varietas tahan virus tungro yang tersedia saat ini yaitu Tukad Unda, Tukad Balian, Tukad Petanu, Kalimas, dan Bondoyudo.

b. Monitoring ancaman di persemaian. Pemantauan wereng hijau di pesemaian dilakukan dengan jaring serangga sebanyak 10 ayunan untuk mengevaluasi kerapatan populasi wereng hijau. Di samping itu juga perlu dilakukan uji yodium untuk mengetahui intensitas penyakit tungro pada 20 daun padi pada 15 hari setelah semai. Jika hasil perkalian antara jumlah wereng hijau dan persentase daun terinfeksi sama atau lebih dari 75%, maka pertanaman terancam tungro, lakukan pengendalian dengan insektisida kimiawi untuk menekan kerapatan populasi imago migran infektif.

c. Pengendalian hayati. Pengendalian tungro dengan insektisida nabati seperti Sambilata atau Mimba dan patogen serangga seperti Metharizium harus dilakukan dini sejak di persemaian dan diulang secara periodik minimal seminggu sekali sampai tanaman padi melewati fase rentan infeksi (28–35 hst), sebab secara alamiah umumnya perkembangan musuh alami terlambat dibanding wereng hijau.

d. Tanam sistem legowo. Penanaman dengan cara legowo dua baris atau empat baris dapat menekan pemencaran wereng hijau sehingga mengurangi penularan tungro.

e. Monitoring ancaman saat tanaman muda. Amati tanaman bergejala tungro. Apabila terdapat lima gejala penularan tungro dari 10.000 rumpun tanaman saat berumur 14 hst atau satu gejala tungro dari 1.000 rumpun tanaman saat berumur 21 hst

Page 24: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

tanaman terancam. Cabut tanaman bergejala dan segera lakukan pengendalian kuratif dengan insektisida kimiawi.

f. Pengendalian kuratif dengan insektisida kimiawi. Apabila berdasarkan hasil monitoring saat tanaman muda sampai tanaman 21 mst diketahui tanaman terancam, vektor segera dikendalikan dengan insektisida kimiawi yang mempunyai kemampuan mengendalikan cepat seperti insektisida dengan bahan aktif imidacloprid, tiametoksan, etofenproks, atau karbofuran.

g. Mengurangi pemencaran vektor. Kondisi air sawah tetap dijaga pada kapasitas lapang (macak-macak), sebab sawah yang kering merangsang pemencaran wereng hijau, sehingga memperluas penyebaran tungro

h. Perbaikan pola tanam. Usahakan secara bertahap dapat tanam serentak minimal pada luasan 20 ha dan menanam palawija diantara musim tanam padi atau menanam palawija di pematang.

BAB IV PENUTUPPangan khususnya beras semakin dituntut untuk aman bagi konsumen, oleh karena itu proses produksi yang ramah lingkungan dalam pengendalian OPT dilakukan dengan pendekatan PHT.

Keberhasilan pengendalian penyakit tungro ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan pengendalian penyakit tungro adalah dengan menerapkan budi daya tanaman sehat yang meliputi tanam serentak, pergiliran tanaman dan varietas, pupuk berimbang serta penggunaan varietas tahan. Pengendalian dengan penggunaan pestisida kimiawi hanya bersifat sebagai pendukung khususnya bila komponen pengendalian lainnya belum dapat diterapkan secara maksimal.

Musuh alami merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu. Untuk menjaga kelestarian ekosistem dan mengurangi penggunaan insektisida kimiawi maka pemanfaatan musuh alami baik predator, parasitoid maupun patogen serangga perlu terus diupayakan melalui pelestarian maupun introduksi.

DAFTAR PUSTAKAAnonimous. 1981. Penyakit Tungro dan Pengendaliannya. Gema Penyuluhan Pertanian : 18/IV/81. Proyek Penyuluhan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan - S.P. Bimas, Jakarta.

Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Padi dan Kedelai, Jakarta.

Hibino, H. and R. C. Cabunagan. 1986. Rice tungro associated viruses and their relation to host plants and vector leathopper. Trop. Agr. Res. Ser. 19: 173-182.

Ling, K.C. 1972. Rice Virus Diseases. International Rice Research Institute. Los Banos Philippines.

Page 25: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================

Muhsin, M. 1998. Teknik ELISA untuk mendeteksi virus-virus tungro padi. Prosiding Temu Ilmiah Tahunan Bioteknologi Pertanian 1998. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor.

Muhsin, M. 1998. Deteksi virus tungro sperikal dari tanaman padi dengan teknik reverse transcription polymerase chaim reaction. Prosiding Temu Ilmiah Tahunan Bioteknologi Pertanian 1998. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor.

Sama, S., A. Hasanuddin, I. Manwan, R.C. Cabunagan and H. Hibino. 1991 Integrated rice tungro disease management in South Sulawesi, Indonesia. Crop Protection 10: 34-40.

Soetarto, A., Jasis, S.W. G. Subroto, M. Siswanto dan E. Sudiyanto. 2001. Sistem peramalan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) mendukung sistem produksi padi berkelanjutan. Dalam Implementasi Kebijakan Strategis untuk Meningkatkan Produksi Padi Berwawasan Agribisnis dan Lingkungan. Las eds. Puslibang Tanaman Pangan. 247 hal.

Suzuki, Y., I K. R. Widrawan, I G. N. Gede, I N. Raga, Yasis and Soeroto. 1992. Field epidemiology and forecasting technology of rice tungro disease vectored by green leathopper. JARQ 26: 98-104.

Suzuki, dkk. 1992. Tungro dan Wereng Hijau. Kerjasama Teknis Indonesia-Jepang Bidang Perlindungan Tanaman (ATA-162). Direktorat Perlindungan Tanaman. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta.

Syam M. Dan Wurjandari D. 2005. Masalah Lapang Hama Penyakit Hara pada Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Tjandrakirana, dkk. 1990. Musuh Alami Organisme Pengganggu Tanaman Padi. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta.

Wasiati A., dkk. 2003. Pedoman Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi. Direktorat Perlindungan Tanaman. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Jakarta.

Widiarta, I.N. , D. Kusdiaman, dan A. Hasanuddin. 1999. Dinamika populasi Nephotettix virescens pada dua pola tanam padi sawah. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 5: 42-49.

Widiarta, I.N. 2005. Wereng Hijau (Nephotettix virescens Distant). Dinamika populasi dan strategi pengendaliannya sebagai vektor penyakit tungro. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 24 : 85-92.

Last Updated ( Saturday, 01 March 2008 )

[ Back ]

Page 26: Tunggo - Mutsanna's Weblog | Just another … · Web viewDirektorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Paket Teknologi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dalam Pengendalian Organisme

PENYAKIT TUNGRO PADA PADI=================================================================================