Tumor to Tumor Metas2
-
Upload
hilya-kholida -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
description
Transcript of Tumor to Tumor Metas2
METASTASIS TUMOR KE TUMOR : PERTIMBANGAN PEMERIKSAAN
PATOLOGI DAN PENCITRAAN NEUROLOGIS
Patricia Moody1, Kevin Murtagh2, Sarat Piduru2, Steven Brem3 , Reed Murtagh2, Arnyn
M Rojjani1,4,5
Abstrak : Fenomena metastasis tumor ke tumor yang telah dilaporkan dalam literature
pada lebih dari satu abad. Akan tetapi, fenomena ini menyisakan secara wajar suatu hal
yang luar biasa, dengan kurang dari 100 kasus dideskripsikan selama waktu tersebut.
Hampir beberapa tumor jinak maupun tumor ganas dapat menjadi penerima, tetapi
meningioma telah diimplikasikan sebagai neoplasma intracranial yang paling umum
menjadi tempat tujuan metastasis. Neoplasma donor paling sering berasal dari karsinoma
paru dan karsinoma mammae, meskipun jarang kasus – kasus metastasis dari tumor
primer yang telah dilaporkan. Kami melaporkan disini terdapat tiga contoh kasus
metastasis yang jarang terjadi. Seri kasus ini melaporkan pertama kali yang
didokumentasinkan misalnya adenokarsinoma rectal. Selain itu, kami melaporkan dua
kasus metastasis adenokarsinoma prostat ke meningioma; saat ini hanya tiga kasus yang
telah dipublikasikan. Pengertian “ metastasis tumor ke tumor “ dan “tumor tumbukan”
ditujukan sebagai rincian patologis. Keterbatasan teknik pencitraan radiologis standar
seperti CT scan standar dan MRI standar, yang tidak bisa memungkinkan identifikasi
keberadaan metastasis dalam meningioma dibandingkan dengan metode pencitraan
neurologis dengan dasar fisiologi, seperti perfusi MR dan strectoskopi MR, yang menjadi
lebih berguna dalam studi histologi diferensiasi tumor non invasif.
Kata Kunci : Metatasis Tumor ke tumor, meningioma, adenokarcinoma, pencitraan
neurologis, patologi.
1
Pendahuluan
Fenomena metastasis tumor ke tumor telah dideskripsikan dalam literatur pada
beberapa tahun sejak Fried mempublikasikan dokumentasi kasus pertama dari metastasis
karsinoma bronkogenik ke meningioma pada tahun 1930 [1, 2]. Akan tetapi, hal ini secara
wajar menyisakan sesuatu yang luar biasa dengan lebih sedikit dari 100 kasus yang telah
dideskripsikan. Hampir beberapa tumor jinak dan tumor ganas dapat menjadi penerima,
tetapi meningioma telah diimplikasikan / disebutkan sebagai neoplasam intracranial yang
paling umum menjadi tempat metastasis.[2,4] Literatur yang mendalam mencari hasil
dokumentasi 84 kasus dari fenomena tumor dalam tumor ini, dimana donor neoplasma
yang paling sering adalah berasal dari karsinoma mammae, diikuti karsinoma paru .[2,3,5].
Sisi primer yang kurang umum yang dihasilkan seperti metastasis yang telah dilaporkan,
tetapi tidak terbatas pada ginjal dan jarang pada prostat maupun organ genitourinaria lain.
Kami menampilkan tiga kasus adenokarsinoma, metastasis ke meningioma intracranial,
dengan tinjauan yang ada pada literatur.
Laporan Kasus
Kasus 1
Laki – laki 77 tahun keluhan awal dengan buang air besar yang tidak teratur, perdarahan
rectal dan didiagnosis melalui colonoscopy dan biopsy dengan adenokarsinoma rectal
berdiferensiasi buruk. Pada saat mendiagnosis, aktifitas metastasis jauh dari penyakit ini
didapatkan negatif. Kemudian pasien menjalani reseksi anterior bawah dan secara
patologis menunjukkan adenokarsinoma berdiferensiasi sedang menginvasi menuju
lapisan serosa. Batas distal dari sampel pembedahan dan sebanyak 15 / 25 nodus
limfonodi menunjukkan keseluruhannya positif adanya metastasis adenokarsinoma.
Setelah operasi, pasien diterapi dengan kemoterapi adjuvant dan radiasi.
Sekitar satu tahun kemudian, pasien kembali datang ke klinik saluran pencernaan
mengeluh adanya massa di tempurung kepalanya, dengan kehilangan memori jangka
pendeknya dan kesulitan berbicara. Pencitraan MRI dari otak menunjukkan lesi – lesi
multipel intracranial. Lesi bertingkat extra axial yang luas dalam region pterional kiri
2
yang diobservasi. Lesi ini memiliki karakteristik meningioma dan menciptakan efek
massa di atas lobus temporalis dan fisurra Silvii. Lesi bertingkat intrakranial yang berupa
kistik atau hemoragik juga terlihat pada lobus temporal kiri hanya anteromedial pada lesi
yang tercatat sebelumnya (Gambar 1A). Lesi ekstraaksial sekunder pada vertex dicatat
pada beberapa karakteristik meningioma. Akan tetapi, lesi ini merusak kortek dan muncul
menjadi sumbatan pada sinus sagitalis superior yang dicurigai sebagai metastasis. Paling
tidak terdapat tiga lesi bertingkat lain yang berbentuk cincin subsentimeter yang terlihat
berserakan melewati kedua hemisfer dan dipikirkan sebagai gambaran metastasis.
Pada craniotomi temporal frontal kiri ditunjukkan dengan reseksi pada dua lesi yang jelas
dalam lobus temporal kiri. Pemeriksaan patologi pasca pembedahan menunjukkan bahwa
lesi ekstraaksial dalam region pterional adalah nyata berupa meningioma dan lesi
intraaksial dalam lobus temporal kiri adalah metastasis dari adenocarsinoma. Dalam
potongan dari meningioma, terdapat metastasis adenokarsinoma yang jelas. Tumor ini
secara langsung bermetastasis ke meningioma tanpa melibatkan jaringan otak dan
menunjukkan tumor yang padat seperti pulau – pulau dari adenokarsinoma yang
terisolasi, seluruhnya dikelilingi oleh menigioma. (Gambar 1B). Metastasis
adenokarsinoma memiliki karakteristik histologi dan imunohistokimia pada cytokeratin
20 dan Cdx 2 yang menginformasikan asal colorectal (Gambar 1 C dan 1D). Pasien
memiliki sedikit rangkaian peristiwa pasca operasi dan dikirim ke bagian onkologi untuk
memulai kemoterapi.
Kasus 2
Laki – laki 58 tahun dengan riwayat metastasis kanker prostat (Gleason 8) didiagnosis
pada bulan November, 2006, melibatkan beberapa area, termasuk tulang belakang dan
ektremitas bawah sebelah kanan, ditunjukkan 18 bulan kemudian keluhan hilangnya
sensasi dan kelemahan yang progresif pada ibu jari kaki dan tungkai kiri. Sebelumnya dia
diobati dengan radiasi dan kemoterapi, dan dilaporkan bahwa gejala – gejala ini hilang
setelah dilakukan pengobatan. Dia mencatat bahwa kelemahan dirasakan memberat dari
arah kaudal naik ke atas sampai lutut dan dia merasa mulai menyeret tungkainya.
Pemeriksaan fisik yang ditemukan terdapat hasil yang bermakna pada kekuatan 4 / 5
3
dengan dorsofleksi sendi kaki kiri dan kekuatan 3 / 5 dengan sendi telapak kaki kiri
dalam keadaan flexi. Dia juga memperlihatkan gaya berjalan sedikit melangkah tinggi ke
depan ( high steppage ) pada sisi kiri.
Pada pemeriksaan MRI dengan kontras pada bulan Agustus 2008 menunjukkan
metastasis tulang yang difus dengan tidak ada bukti adanya lesi pada medulla spinalis
atau penekanan di daerah epidural. Pada pemeriksaan MRI dengan kontras pada otaknya
menampakkan dasar duramater, lesi ukuran 2,4 x 2,6 cm yang berlokasi di area korteks
motorik primer pada region frontal kanan dengan jumlah edema vasogenik yang
bermakna (Gambar 1E). Temuan radiologis lebih konsisten dengan meningioma dari
pada metastasis adenokarsinoma prostat. Setelah itu dia menjalani kraniotomi frontal
kanan dan reseksi pada tumor.
Terdapat dua gambaran histologi secara morfologi pada daerah yang jelas; epitel,
komponen kelenjar dengan nucleus yang lebih besar dan nucleoli yang lebih menonjol
(Gambar 1F dan 1G) dan area kedua dengan pola sinsial dan secara fokal bentuk pola
berputar. Pemeriksaan pada imunohistokimia menunjukkan cytoeratin Cam 5.2 PSA
secara langsung positif dan komponen PSAP immunoreaktif adenokarsinoma
dimasukkan dalam meningioma klasik (Gambar 1H).
Kasus 3
Seorang pria 57 tahun dengan riwayat karsinoma prostat, Gleason 8, didiagnosis pada
bulan Agustus 2006 dengan hasil pemindaian tulang positif pada daerah vertebra thorakal
sama halnya yang ditunjukkan pada calvaria tiga tahun kemudian pada opini kedua
mengenai perawatannya. Pada waktu terdiagnosis, dia memilih menolak rekomendasi
biopsi untuk mengevaluasi kemungkinan adanya metastasis dan diobati dengan terapi
hormonal. Dia mengeluh adanya onset baru rasa pusing, kehilangan konsentrasi selama
mengendarai mobil dan saat percakapan, dan kelemahan pada telapak tangan kanan.
Pada pemeriksaan MRI menggambarkan massa yang luas sebesar 6 cm pada frontal kiri
yang mengandung darah berbatasan pada penonjolan area dari hiperstosis calvaria. Baik
komponen intraaksial dan ekstraksial teridentifikasi. Tumor menciptakan efek mass
4
dengan dikelilingi edema vasogenik (Gambar 1). Lesi yang dirasakan baik dari
metastasis tumor atau meningioma. Setelah itu dia menjalani craniotomy frontal kiri
dengan reseksi tumor total secara penuh dengan duraplasti dan cranioplasti. Pemeriksaan
histopatologis tumor ini menunjukkan temuan yang serupa pada yang dilaporkan pada
kasus sebelumnya dengan metastasis karsinoma prostat dikelilingi area dari meningioma
(Gambar 1J). Penanda sebelumnya yang positif untuk CAM 5.2 dan PSA bercampur
baur dalam meningioma (Gambar 1K dan 1 L).
Gambar 1A Potongan coronal T1 MRI dengan kontras menunjukkan peninggian dari
meningioma pterional, dengan tanda ekor dural secara superior dan lesi metastasis
melibatkan bagian anteromedial dari tumor. Meskipun secara radiografi tumor tumbukan
5
terlihat. B. Bagian yang ditandai H dan E mengilustrasikan metastasis adenokarsinoma
yang dikelilingi seluruhnya oleh meningioma yang terlihat. Pembesaran 200x C.
Imunohistokimia pada Cytokeratin 20 mendukung tumor ini berasal dari colorectal pada
komponen metastasis yang dijelaskan sebagai area yang padat dan pulau – pulau tumor
immunoreaktif. Cytokeratin 20 bagian immunoreaktif. Pembesaran asal 200x. D.
Immunihistokimia dari Cdx 2 mengonfirmasikan asal tumor dan menjelaskan area padat
dan pulau – pulau dari tumor immunoreaktif. Cdx-2 bagian imunorekatif. Pembesaran
asal 200x. E. MRI menunjukkan masa di frontal kiri seluas 6 cm yang mengandung
batasan darah pada area penonjolan hyperostosis calvaria. Baik komponen – komponen
ekstraaksial dan intraaksial teridentifikasi. Tumor menciptakan efek massa dengan
dikelilingi edema vasogenik. F dan G. Bagian golongan H & E mengilustrasikan dua
area yang jelas secara morfologi; komponen epitel kelenjar ( tanda panah hitam ) dan area
kedua dengan pola sinsial dan menjelasakan secara baik adanya badan psamomma ( tanda
panah putih ) teridentifikasi. Pada pembesaran yang lebih besar nucleus besar dan
penonjolan nucleoli dari adenokarsinoma prostat jelas terlihat. Gambar sisipan
menunjukkan bentuk menigotelial yang baik yang terlihat preparat hapus. (Perbesaran
100x dan 400x). H. Komponen metastasis adenokarsinoma pada tumor merupakan
antibodi immunoreaktif prostat yang spesifik. Pemeriksaan immunohistokimia pada
PSAP. Pad perbesaran 200x. I. MRI menunjukkan dasar duramater, lesi dengan ukuran
2,4 x 2,6 cm berlokasi pada area cortex frontal kanan dengan beberapa edema vasogenik.
Lesi ini menunjukkan beberapa heterogenitas dengan area tersendiri yang jelas dalam
tumor yang dibedakan dari tumor sekitarnya yang lebih luas. J. Bagian H&E
mengilustrasikan metastasis adenokarsinoma prostat ( tanda panah tebal ) pada
meningioma. Perbesaran asal 200x, K dan L. Komponen adenokarsinoma prostat pada
tumor menunjukkan reaksi cytokeratin Cam5.2 yang jelas. Pemeriksaan imunohistokimia
pada Cytokeratin 5.2. perbesaran asal 100x dan 200x.
6
Pembahasan
Semua laporan kasus disusun dan ditampilkan pada Table 1. Tidak ada kasus metastasis
adenokarsinoma rectal pada meningioma yang teridentifikasi pada pencarian kami dalam
literature, dan hanya terdapat tiga kasus sebelumnya dari adenikarsinoma prostat yang
dilaporkan.
Tabel 1. Rangkuman dari metastasis tumor ke tumor yang dilaporkan dalam literature
Sisi primer # dari
kasus
Referensi
Paru
Mammae
Renal
Kulit
Prostat
Colon
Colorectal
Ovarium/cervix
Neuroendokrin
Kelenjar saliva
Perut
11
52
7
2
5
1
1
2
1
1
1
21;8;22;23;24;25;1;26;6;14;27
28;29;16;30;3;31;32;33;34;35;36;37;38;39;40;41;42;43;
44;15;45;46;47;18
48;49;50;51;17;3;52
9;8
53;54;55 dan dua kasus yang dilaporkan pada seri ini
56
Satu kasus dilaporkan pada seri ini
57;58
59
60
61
Pengertian istilah “ metastasis tumor ke tumor “ dan “ tumor tumbukan” sering
dibingungkan satu dengan yang lain dan penggunaan literature yang tidak benar. Tumor
tumbukan diidentifikasi sebagai dua neoplasma yang berdampingan yang menyerang satu
sama lain. Metastasis tumor ke tumor telah terbukti lebih sulit untuk diidentifikasi,
dengan beberapa kreteria tujuan yang sama untuk memenuhi golongan pengkasifikasian.
Hal ini termasuk a) focus metastasis paling tidak sebagian harus dikitari oleh bagian yang
jinak., secara histologis jaringan tumor tuan rumah yang jelas terlihat; dan b) keberadaan
7
karsinoma primer harus dibuktikan dan disesuaikan dengan metastasis (6,7). Selain itu,
Takei dan Powell (8) menegaskan kepentingan dari epicenter tumor metastasis ketika
mengevaluasi terhadap tumor ke tumor yang sebenarnya. Ketiga kasus kami memenuhi
kriteria tersebut.
Banyak perdebatan telah mengakibatkan banyak persoalan mengapa meningioma
merupakan tumor susunan saraf pusat yang paling sering terjadi pada perhentian dari
metastasis. Beberapa tambahan kejadian pada kejadian yang kebetulan ketika yang lain
lebih mendekati teori (3,5). Peningkatan frekuensi telah dihipotesiskan untuk
menghubungkan pada karakteristik klinis dan biologis pada meningioma, seperti kejadian
yang lebih tinggi di antara neoplasma intrakranial, tingkat pertumbuhan yang lambat,
hipervaskularisasi dan kandungan lipid dan kolagen yang tinggi (2,3,9–13). Semua
karakteristik ini menciptakan keuntungan, lingkungan yang tidak kompetitif yang
mendukung pertumbuhan tumor. Sebaliknya, perkiraan bahwa badan psamoma pada
meningioma memberikan beberapa derajat perlindungan dari penanaman metastasis,
telah diuraikan secara terperinci, tetapi hal ini tidak secara luas diterima secara perspektif [14]. Penelitian terbaru telah memfokuskan pada hubungan antara sel tumor meningitelial
dan sel tumor metastasis. Watanabe dkk [15], berpendapat bahwa ekspresi yang tinggi dari
penempelan molekul sel E-cadherin baik pada meningioma dan adenokarsinoma
mammae bisa berperan sangat menonjol pada penyebaran benih metastasis. Hal ini akan
menjelaskan mengapa karsinoma mammae merupakan neoplasma metastasis yang paling
sering dideskripsikan [3,15]. Molekul – molekul yang terlibat pada pengrusakan
penempelan sel dan pengaruh imunologi juga telah dipostulasikan untuk memebuat
kontribusi yang bermakna pada fenomena ini [3,16]
Penggolongan dari biologi tumor merupakan hal yang penting pada informasi prognosis
dan pengelolaan pasien yang tepat. Teknik pencitraan radiologi secara rutin seperti CT
scan dan MRI, tidak dapat dipercaya diluar keberadaan metastasis pada meningioma.
Pada CT scan, metastasis pada meningioma bisa muncul sebagai area hipodens atau
ketika dihubungkan dengan komponen nekrotik sebagai area hipodens. MRI
8
konvensional bisa menunjukkan karakteristik tanda yang atipikal yang memberi kesan
keberadaan tumor yang lain pada meningioma, seperti yang terlihat pada kasus ini [17].
Metode pencitraan neurologis yang berdasarkan fisiologi, seperti pada MR perfusi dan
MR spektroskopi, mungkin merupakan metode yang tidak invasif yang berguna dalam
mendiferensiasikan histologi tumor. Pencitraan MR perfusi mengandalkan pada
perbedaan hemodinamik pada mikrovaskularisasi untuk membedakan di antara tipe - tipe
jaringan yang unik. Jaringan – jaringan yang memiliki vaskularisasi tinggi dengan
kumpulan kapiler yang rapat, seperti pada meningioma, akan menunjukkan intensitas
tetesan tanda T2 yang lebih besar, dan oleh sebab itu volume darah serebral regional
( rCBV ) yang lebih besar. Selain itu, adenokarsinoma dikarenakan kandungan mucinnya
yang tinggi, memiliki celah kapiler yang lebih difus yang berhungungan dengan tanda
intenistas tetesan T2 yang lebih kecil dan rCBV [18]. Perbedaan ini bisa memfasilitasi
perbedaan di antara tipe jaringan sebelumnya pada beberapa intervensi pembedahan dan
dapat membantu pengelolaan pasien dengan benar.
Spektroskopi MR yang menyediakan komposisi metabolic untuk contoh jaringan
bersama – sama dengan pencitraan MR konvensional merubah proporsi dari diagnosis
kasus secara benar pada lesi intracranial yang tidak dapat ditentukan dengan hanya
pencitraan MR saja [19] Peningkatan pada rasio lipid / creatinin dan rasio alanin/creatinin
telah sanggup ungtuk membedakan metastasis dan meningioma dari tumor intracranial
yang lain, secara respektif. Derajat keganasan dari lesitelah dikaitkan dengan
meningkatnya rasio laktat / creatinin.[20] Observasi ini membuat MR spektroskopi berguna
dalam mengidentifikasi sel – sel metastasis dalam meningioma. Bahkan, temuan
histopatologi menyisakan hanya metode yang memungkinkan mendiagnosis kejadian
yang unik ini. Sebagai konsekuensinya, ketika mengevaluasi lesi yang dicurigai, ahli
patologi harus mengetahui sejumlah variasi meningioma, kemungkinan dari primer dari
keberadaannya yang belum diketahui asalnya, selain itu pada keberadaan dari riwayat
medisnya.
9