Tumbuh Kembang Pada Anak
-
Upload
aldo-muhammad-hamka -
Category
Documents
-
view
34 -
download
12
description
Transcript of Tumbuh Kembang Pada Anak
Tumbuh Kembang pada Anak
Agrippina Perdiani
102010264
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat
sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Tujuan Ilmu Tumbuh Kembang adalah mempelajari berbagai hal yang berhubungan
dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik,
mental, dan sosial. Juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif, serta mencari penyebab dan mencegah keadaan tersebut.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
A. Faktor genetik atau herediter
Faktor genetik atau herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai modal
dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak. Faktor ini meliputi bawaan, jenis kelamin, ras,
dan suku bangsa.1-3 Gen akan diwariskan orang tua kepada keturunannya. Orang tua yang
bertubuh besar akan mempunyai anak yang menyerupai dirinya. Sebaliknya, orang tua yang
bertubuh kecil akan memiliki anak yang tubuhnya relatif kecil pula.1 Disamping itu, banyak
penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, sperti sindrom Down, dll.2
Pertumbuhan dan perkembangan anak laki-laki cenderung lebih cepat daripada anak
perempuan. Begitu pula dengan ras dan suku bangsa, hal ini dapat dilihat pada suku bangsa
tertentu yang memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi, seperti orang Asia cenderung
lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan orang Eropa atau lainnya.3
B. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat
meliputi lingkungan prenatal (lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal
(lingkungan setelah bayi lahir).2,3
1. Lingkungan prenatal
a. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil,
lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati.2
Gambar 1. Pengaruh gizi ibu terhadap tumbuh kembang
b. Zat kimia atau toksin yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol, atau
kebiasaan merokok oleh ibu hamil.
c. Hormon-hormon yang mencakup hormon somatotropin, plasenta, tiroid, dan insulin.
Peran hormon somatotropin (growth hormone), yaitu disekresi kelenjar hipofisis janin
sekitar minggu ke-9 dan produksinya meningkat pada minggu ke-20. Hormon
plasenta berperan dalam nutrisi plasenta. Peran hormon tiroid belum jelas, tetapi jika
terdapat defesiensi hormon ini, dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan susunan
saraf pusat yang dapat mengakibatkan retardasi mental. Insulin berfungsi untuk
pertumbuhan janin melalui pengaturan keseimbangan glukosa darah.
d. Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.
e. Infeksi dalam kandungan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
f. Stress dapat mempengaruhi kegagalan tumbuh kembang janin.
g. Faktor imunitas dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin karena
menyebabkan terjadinya abortus atau karena ikterus.
h. Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan dalam plasenta sehingga
kemungkinan bayi lahir dengan berat badan yang kurang
2. Lingkungan postnatal
a. Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana seseorang atau masyarakat
mempersepsikan pola hidup sehat, hal ini dapat terlihat apabila kehidupan atau
perilaku mengikuti budaya yang ada sehingga kemungkinan besar dapat menghambat
dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai contoh, anak yang dalam usia
tumbuh kembang membutuhkan makanan yang bergizi, namun karena terdapat adat
atau budaya tertentu yang melarang makan dalam masa tertentu padahal makanan
tersebut dibutuhkan untuk perbaikan gizi, maka tentu akan mengganggu atau
menghambat masa tumbuh kembang.
b. Status sosial ekonomi
Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya
pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial
ekonomi rendah. Demikian juga dengan anak berpendidikan rendah, tentu akan sulit
untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau
tidak meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan
kesehatan lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak.
c. Nutrisi
Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selain masa
pertumbuhan. Dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin,
dan air. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau kurang terpenuhi maka dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
d. Iklim dan cuaca
Misalnya pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah
diperoleh, narnun pada saat musim yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat
musim kemarau penyediaan air bersih akan sumber makanan sangatlah sulit.
e. Olahraga atau latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur
serta dapat meningkatkan stimulasi perkembangan tulang, otot, dan pertumbuhan sel
lainnya. Dari aspek sosial, anak menjadi mudah berinteraksi dengan teman sesuai
dengan jenis olahraganya.
f. Posisi anak dalam keluarga
Secara umum, anak pertama atau tunggal memiliki kemampuan intelektual
lebih menonjol dan cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang
dewasa, namun dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena
tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara kandungnya. Sedangkan pada
anak kedua atau anak tengah, kecenderungan orang tua yang merasa sudah biasa
dalam merawat anak lebih percaya diri sehingga kemampuan anak untuk beradaptasi
lebih cepat dan mudah, meskipun dalam perkembangan intelektual biasanya kurang
apabila dibandingkan dengan anak pertamanya, kecenderungan tersebut juga
bergantung pada keluarga.
g. Status kesehatan
Hal ini dapat terlihat apabila anak berada dalam kondisi sehat dan sejahtera,
maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebaliknya.
Sebagai contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai puncak dalam
pertumbuhan dan perkembangan, namun apabila saat itu pula terjadi penyakit kronis
yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh
kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis. Beberapa kondisi yang
dapat memengaruhi tumbuh kembang anak misalnya adanya kelainan perkembangan
fisik atau disebut cacat fisik (bibir sumbing, strabismus atau juling, kaki bengkok, dan
lain-lain), adanya kelainan dalam perkembangan saraf (seperti gangguan motorik,
gangguan bicara, atau gangguan personal sosial), adanya kelainan perkembangan
mental (seperti retardasi mental), adanya kelainan perkembangan perilaku (seperti
hiperaktif, gangguan belajar, depresi), dan lain-lain.
h. Hormon
Hormon somatotropin berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan
dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon
tiroid berperan menstimulasi metabolism tubuh.1-4
Kebutuhan Dasar Anak
A. Asuh (kebutuhan fisik-biomedis)
Meliputi asupan gizi/pangan, imunisasi, pengobatan jika sakit, sandang,
papan/pemukiman yang layak/tempat tinggal, higiene perorangan, sanitasi lingkungan,
kesegaran jasmani, dan rekreasi.
B. Asih (kebutuhan emosional)
Kebutuhan rasa aman, kasih sayang, diperhatikan, dihargai, pengalaman baru, pujian,
dan tanggung jawab untuk belajar mandiri. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan
yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak
untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial.
Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin
rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini
mungkin, misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan
kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada
tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi, yang disebut "Sindrom
Deprivasi Maternal". Kasih sayang dari orang tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan
yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
C. Asah (kebutuhan akan stimulasi mental dini)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal daiam proses belajar (pendidikan dan pela-
tihan) pada anak. Proses pembelajaran, pendidikan, dan pelatihan yang diberikan sedini
mungkin dan sesuai, terutama pada usia 4-5 tahun (golden year). Dengan begitu, akan
terwujud perkembangan metal-psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya.2,5
Penilaian Pertumbuhan Fisik pada Anak secara Antopometri
A. Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan
semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan
tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selain
menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat digunakan
sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.
Adapun cara menentukan berat badan sebagaimana tampak pada Gambar 2 dan 3. Penilaian
berat badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standar NCHS (National Center for
Health Statistics) yaitu menggunakan persentil sebagai berikut: persentil ke 50-3 dikatakan
normal, sedangkan persentil kurang atau sama dengan tiga termasuk kategori malnutrisi.
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu menggunakan
persentase dari median sebagai berikut: antara 80-100% dikatakan malnutrisi sedang dan
kurang dari 80% dikatakan malnutrisi akut (wasting). Penilaian berat badan berdasarkan
tinggi badan menurut standar baku NCHS yaitu menggunakan persentil sebagai berikut:
persentil 75-25 dikatakan normal, persentil 10-5 dikatakan malnutrisi sedang, dan kurang
dari persentil 5 dikatakan malnutrisi berat. Selain penggunaan standar baku NCHS juga dapat
digunakan kartu menuju sehat (KMS).
B. Pengukuran tinggi badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat
dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Cara pengukuran dapat dilihat pada gambar 2 dan 3. Penilaian tinggi badan
berdasarkan usia menurut WHO dengan standar baku NCHS yaitu menggunakan persentase
dari median sebagai berikut: lebih dari atau sama dengan 90% dikatakan normal, sedangkan
kurang dari 90% dikatakan malnutrisi kronis (abnormal).
C. Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai
pertumbuhan otak. Dengan penilaian ini, dapat dideteksi secara dini apabila terjadi
pertumbuhan otak mengecil yang abnormal (mikrosefali) yang dapat mengakibatkan adanya
retardasi mental atau pertumbuhan otak membesar yang abnormal (volume kepala
meningkat) yang dapat disebabkan oleh penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan kurva lingkar kepala sebagaimana
tampak pada gambar 4.
D. Pengukuran lingkar lengan atas
Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, namun penilaian ini
tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila dibandingkan dengan berat
badan. Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada anak.3,6
Gambar 2. Kurva pertumbuhan fisik anak laki-laki Gambar 3. Kurva pertumbuhan fisik anank perempuan
usia 0-36 bulan menurut persentil NCHS usia 0-36 bulan menurut persentil NCHS
Gambar 4. Grafik lingkar kepala anak laki-laki dan perempuan
Penilaian Perkembangan pada Anak secara DDST II
Penilaian DDST ini menilai perkembangan anak dalam empat faktor, di antaranya
penilaian terhadap:
1. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Misalnya makan sendiri, dan lain-lain.
2. Motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk
menggambar, memainkan dan memegang sesuatu benda, pemecahan masalah, serta
koordinasi mata-tangan, dan lain-lain.
3. Bahasa
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara (mendengar), mengikuti
perintah dan berbicara spontan. Misalnya tertawa, berbicara satu atau lebih kata, dan lain-
lain.
4. Motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Misalnya duduk,
berjalan, dan lain-lain.2,6
Dengan persyaratan tes sebagai berikut:
1. Lembar formulir DDST II.
2. Alat bantu atau peraga seperti benang sulaman merah, kismis, kerincingan dengan gagang
kecil, balok-balok warna (1 inchi), botol kecil bening dengan lubang 5/8, bel kecil, bola tenis,
pensil merah, boneka kecil dengan botol susu/sendok kecil, cangkir plastil dengan
gagang/pegangan, kertas kosong.
Adapun cara pengukuran DDST dijabarkan sebagai berikut:
1. Tentukan usia anak pada saat pemeriksaan.
2. Tarik garis pada lembar DDST II sesuai dengan usia yang telah ditentukan.
3. Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang ada mulai dari
motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal sosial.
4. Tenlukan basil penilaian apakah normal, meragukan, atau abnormal sesuai dengan gambar 5.
a. Dikatakan abnormal apabila terdapat 2 keterlambatan/lebih pada 2 sektor atau 2
keterlambatan/lebih pada 1 sektor ditambah 1 keterlambatan pada 1 sektor/lebih.
b. Dikatakan meragukan apabila terdapat 2 keterlambatan/lebih pada 1 sektor atau terdapat
1 keterlambatan pada 1 sektor/lebih.
c. Dapat juga dengan menentukan ada tidaknya keterlambatan pada masing-masing sektor
bila menilai setiap sektor atau tidak menyimpulkan gangguan perkembangan
keseluruhan.3,7
Gambar 5. Denver Developmental Screening Test II
Gizi pada Anak
Nutrisi adalah termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan dimana anak
sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak.
Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan &
perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi, selain mempengaruhi pertumbuhan,
juga mempengaruhi perkembangan otak. Sampai umur 6 bulan Air Susu Ibu (ASI) adalah
makanan yang ideal untuk bayi baik ditinjau dari segi kesehatan fisis maupun psikis.
Asi mempunyai kadar laktosa tinggi yang diperlukan otak bayi. Pertumbuhan otak
manusia lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan otak jenis makhluk hidup lainnya.
Karenanya memerlukan zat-zat yang sesuai untuk mendorong pertumbuhan otaknya dengan
sempurna.
Pemberian makanan tambahan yang tepat akan memberikan hasil-hasil yang lebih baik
bagi pertumbuhan anak. Namun demikian, akan lebih sempurna apabila makanan tambahan yang
diberikan dalam bentuk yang seimbang. Oleh karena kebutuhan dan pemenuhannya sangat
tergantung pada ibu dan keluarga, pengetahuan tentang gizi harus dikuasai oleh ibuAeluarga
melalui penyuluhan gizi.
Kebutuhan akan energi pada anak untuk tumbuh kembang didapat dari nutrien-nutrien.
Pada umumnya kebutuhan energi adalah sbb. :
1. Bayi rata-rata: 110 kkalori/kg BB/hari
2. Anak 1 - 3 tahun : 100 kkalori/Kg BB/hari
3. Anak 4 - 6 tahun : 90 kkalori/Kg BB/hari
4. Anak 7 - 9 tahun : 80 kkalori/Kg BB/hari
5. Anak laki-laki 10-12 tahun : 60-70 kkalori/Kg BB/hari
6. Anak laki-laki 13-18 tahun : 50-60 kkalori/Kg BB/hari
7. Anak perempuan 10-12 tahun : 50-60 kkalori/Kg BB/hari
8. Anak perempuan 13-18 tahun : 40-50 kkalori/Kg BB/hari
Nutrien-nutrien dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu:
1. Golongan pembangun : protein hewani dan protein nabati, dibutuhkan kira-kira 2 - 3 gram
Ag BBAari. Protein hewani: ikan, daging, susu, telur dan sebagainya. Protein nabati: tahu,
tempe, kacang-kacangan, beras, gandum dan sebagainya.
2. Golongan sumber tenaga : karbohidrat, lemak dsb. Misalnya beras, kentang, gandum, susu,
ubi, singkong, maizena dan sebagainya.
3. Golongan pelindung: mikro nutrien (besi, kalsium, seng, mangan dan sebagainya), vitamin-
vitamin dan air.
Pengaturan makanan pada bayi:
1. 0-6 bulan: ASI eklusif/susu formula + Fe
2. 6-7 bulan: ASI/susu formula + Fe, bubur sereal bayi + Fe, juice buah dan sayuran saring
3. 7-9 bulan: ASI/susu formula + Fe, bubur sereal bayi + Fe, juice buah, sayuran, daging saring,
roti gandum
4. 10-12 bulan: ASI/susu formula + Fe, juice buah vitamin C, sayuran, buah, dan daging
giling4,8
Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi
penyakit.
Jenis-jenis imunitas:
1. Aktif didapat secara alami. Sistem kekebalan membuat antibodi setelah terpajan penyakit.
2. Pasif didapat secara alami. Antibodi terhadap penyakit didapat secara pasif dan alamiah
(misal melalui plasenta dan kolostrum).
3. Aktif didapat secara buatan. Diberikan atau diinjeksikan secara medis substansi yang
menstimulasi respons imun melawan penyakit tertentu.
4. Pasif didapat secara buatan. Antibodi diinjeksikan untuk memberikan kekebalan tanpa
menstimulasi respons imun.
A. Vaksin BCG (Bacillus Calmatte Guerin)
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis
(TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan (Depkes: 0-12 bulan). BCG ulangan
tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin disuntik intrakutan di daerah insersio m. deltoideus dengan dosis untuk bayi
<1 tahun sebanyak 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml. Pada bayi perempuan dapat diberikan
suntikan di paha kanan atas.
Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah
suntikan, limfadenitis, regionalis, dan reaksi panas. Imunisasi BCG penting bagi anak balita
dalam pencegahan TBC milier, otak dan tulang karena masih tingginya kejadian TBC pada
anak.
B. Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT, merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
difteri, npertusis, dan tetanus. DPT dapat diberikan pada usia > 6 minggu, secara terpisah
atau secara kombinasi dengan hepatitis B atau HiB. DPT ini merupakan vaksin yang
mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Imunisasi DPT diberikan melalui intramuskular.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi
pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
ensefalopati, dan syok.
C. Vaksin Polio
Imunisasi polio, merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Ada 2 jenis vaksin
polio, yaitu vaksin Salk (berisi virus polio yang telah dimatikan dan diberikan parenteral
secara suntik) dan vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan
secara oral dalam bentuk pil atau cairan), di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin.
D. Vaksin campak
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak
karena termasuk penyakit menular. Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, sedangkan
campak-2 diberikan saat program BIAS SD kelas 1 pada usia 6 tahun. Imunisasi campak
diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam
pada tempat suntikan dan panas.
E. Vaksin Hepatitis B
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B.
Imunisasi ini diberikan sedini mungkin segera setelah bayi lahir. Imunisasi dasar diberikan 3
kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1, dan lima bulan antara suntikan 1.
Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. Pada anak vaksin diberikan
secara intramuskular di daerah pangkal lengan atas (m.deltoid), sedangkan pada bayi di
daerah paha. Efek samping berupa efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam
ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.
F. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Pemberian vaksin ini mencegah penyakit campak, gondong, campak jerman. Harus
diberikan secara suntikan subkutan setelah usia 12 bulan ketika efektivitas antibodi maternal
telah menghilang.
G. Vaksin Hib (Hemophilus influenzae tipe B)
Imunisasi ini melindungi terhadap beberapa penyakit serius yang disebabkan oleh
Hib, mencakup meningitis, septisemia, selulitis, arthritis, epiglottis, dsb. Diberikan secara
suntikan subkutan.
H. Vaksin Varicela
Vaksin varicela zoster merupakan vaksin kuman yang hidup yang diberikan setelah
usia 12 bulan. Diberikan secara suntikan subkutan.9
Berikut tabel jadwal imunisasi:
Usia yang dianjurkan Imunisasi
Saat lahir HBV
1-2 bulan HBV
2 bulan DPT, Hib, OPV
4 bulan DPT, Hib, OPV
6 bulan DPT, Hib
6-18 bulan HBV, OPV
12-15 bulan Hib, MMR
15-18 bulan DPT
4-6 tahun DPT, OPV
11-12 tahun MMR
14-16 tahun Td
Gambar 6. Jadwal imunisasi 2008 yang direkomendasikan IDAI
Pediatri Sosial
Pediatri sosial meliputi anak dalam keadaan sehat maupun sakit yang hidup di dalam
lingkungan sekelompok manusia atau masyarakat dimana ia tumbuh dan berkembang. Penelitian
di Europa menunjukkan bahwa anak kelompok sosial, baik ukuran tinggi tubuh lebih panjang
dibandingkan dengan anak keluarga buruh rendah; perbedaan itu jauh lebih kurang 2,5 cm pada
usia 3 tahun dan lebih kurang 4,5 cm pada usia remaja. Perbedaan dalam ukuran berat badan
mempunyai kecendrungan yang sama seperti di atas, namun perbedaannya tidak begitu besar.
Jumlah anggota keluarga berperan pula dalam pertumbuhan, yaitu pada keluarga kecil
pertumbuhan anak lebih baik dibandingkan pada keluarga besar. Lingkungan keluarga
merupakan sumber yang paling dekat untuk memenuhi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak.
Faktor determinan yang penting di dalam keluarga adalah persiapan kehidupan keluarga
(jasmani,mental dan sosial), kerukunan yang harmonis, pendidikan orang tua, penghasilan orang
tua, sosial budaya, kondisi rumah (ventilasi, air bersih/terlindung, jamban,luas lantai), higiene &
sanitasi lingkungan dan waktu yang cukup untuk bimbingan anak : asih, asuh dan asah.2
Kesimpulan
Tumbuh kembang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Lingkungan yang
baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan
menghambatnya. Pentingnya ibu dalam ekologi anak, sebagai "para genetik" faktor, yaitu
pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh psikobiologisnya terhadap
tumbuh kembang postnatal dan perkembangan kepribadian anak. Juga pentingnya menyusui
dalam tumbuh kembang anak. Diperlukan stimulasi dalam tumbuh kembang anak, deteksi dan
penanganan dini, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia kelak.
Daftar Pustaka
1. Widyastuti D, Widyani R. Panduan perkembangan anak 0-1 tahun. Jakarta: Puspa Swara,
2006.h.5-12
2. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC, 1995.h.1-31
3. Hidayat A. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika, 2008.h.8-34
4. Supartini Y. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC, 2004.h.101-13
5. Febry BA, Marendra Z. Buku pintar menu balita. Jakarta: Wahyu Media, 2008.h.10
6. Nugroho HSW. Petunjuk praktis: denver developmental screening test. Jakarta: EGC,
2009.h.6
7. Hidayat A. Asuhan neonatus, bayi, dan balita. Jakarta: EGC, 2008.h.14-6
8. Khomsan A, Ridhayani S. 50 menu sehat untuk tumbuh kembang anak usia 0-24 bulan.
Jakarta: AgroMedia Pustaka, 2008.h.13-23
9. Muscari ME. Panduan belajar keperawatan pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC, 2005.h.171-8