TUGAS TERSTRUKTUR pestisida

download TUGAS TERSTRUKTUR pestisida

of 18

Transcript of TUGAS TERSTRUKTUR pestisida

TUGAS TERSTRUKTUR PESTISIDA DAN BIOPESTISIDADampak Negatif dari Pemakaian Pestisida

Oleh:Nama:1. Anggita Daneswari(A1L01212. Ricky Yuliawan (A1L012149)3. Sella Wulandari (A1L012151)Kelas: Agroteknologi C

Semester:Genap 2013/2014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANAGROTEKNOLOGIPURWOKERTO2014

I. Pendahuluan

A. Latar BelakangKondisi pertanian di Indonesia di masa mendatang akan banyak mengarah untuk kepentingan agroindustri. Salah satu bentuknya akan mengarah pada pola pertanian yang makin monokultur, baik itu pada pertanian darat maupun akuakultur. Dengan kondisi tersebut, maka berbagai jenis penyakit yang tidak dikenal atau menjadi masalah sebelumnya akan menjadi kendala bagi peningkatan hasil berbagai komoditi agroindustri. Peningkatan di bidang pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan/sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan mengekspor hasil ke luar negeri.Sarana-sarana yang mendukung peningkatan hasil di bidang pertanian ini adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida.Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikanjasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain.Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Diketahui bahwa pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanamandan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagaidewa penyelamat yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.Di Indonesia,disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan danpetani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi.Gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menjadi penyebab hama dan penyakit pada tanaman membuat pelaku usaha budidaya tanaman mengalami kerugian. Segala upaya untuk mengurangi kerugia atas serangan OPT ini telah dilakukan oleh petani. Petani menggunakan bibit tanaman yang bebas dari dari OPT, pengolahan lahan dan perawatan lahan. Jika petani masih merasa kurang puas, maka petani akan menggunakan pestisida sebagai jan pintas untuk mengurangi OPT. Semakin lama pestisida semakin memiliki peran yang penting dalam pertanian. Hal ini membuat perdagagan pestisida tiap watu mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pestisida sendiri adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama.

B. Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan pestisida?2. Bagaimanakah dampak negatif dari penggunaan pestisida dan upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi dampak dari penggunaan pestisida terhadap kerusakan lingkungan air?3. Apakah yang dimaksud fungisida, macam dan dampak daripada penggunaannya?

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pestisida

Pestisida (Inggris : pesticide) berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti mematikan/racun. Jadi pestisida adalah racun hama. Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia.Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan atasperedaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida, pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanianb. Memberantas rerumputanc. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkand. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuke. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan atau ternakf. Memberantas atau mencegah hama-hama airg. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutanh. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkanpenyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi denganpenggunaan pada tanaman, tanah atau air.Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah sebagai berikut:1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang.2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman (Djojosumarto, 2004)Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-beda,karena itu dikenal banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan menurut berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur kimianya dan berdasarkan bentuknya.Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan yaitu(Wudianto, 2001):1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga.2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisadigunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan.3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri.4. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda/cacing.5. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-laba.6. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang, siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di tambak.8. Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulmaSedangkan jika dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Ekha, 1988):1. Racun perutPestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut.2. Racun kontakPestisida jenis racun kontak, membunuh hewan sasaran dengan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran nafas. 3. Racun gasJenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruanganruangan tertutup.Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Meliala 2005, berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :1. Golongan organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain. Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.2. Golongan organophosfat misalnya diazonin dan basudinGolongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkanpopulasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada organokhlor.3. Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lainGolongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisidaorganophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetapcepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan,tetapi toksik yang kuat untuk tawon.4. Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40ECSalah satu pernafasan dalam sel hidup melalui proses pengubahan ADP (Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi sesuai dengankebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel.Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yangdiperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.5. PyretroidSalah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.6. FumigantFumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uapatau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.7. PetroleumMinyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida. Minyak tanahyang juga digunakan sebagai herbisida.8. AntibiotikMisanya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida.

B. Dampak Penggunaan Pestisida1) Dampak Pestisida Terhadap Pengguna PestisidaRisiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah, dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidaksadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Djojosumarto, 2004).Sering kali orang tidak menyadari bahwa mereka keracunan pestisida karena gejala-gejalanya mirip dengan masalah kesehatan lainnya misalnya pusing dan kudis. Juga, karena kebanyakan gejala-gejala ini tidak muncul dengan cepat, seperti gangguan sistem syaraf atau kanker, orang tidak menyadari bahwa penyakit mereka mungkin disebabkan oleh pestisida (Quijano, 1999).Selainkeracunan langsung,dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadiakibat sisa racun (residu)pestisidayang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari.Apabila jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut.Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen.Residu pestisida di dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia.Masalah residu ini, terutama terdapat pada tanaman sayur-sayuran seperti kubis, tomat, petsai, bawang, cabai, anggur dan lain-lainnya. Sebab jenis-jenis tersebut umumnya disemprot secara rutin dengan frekuensi penyemprotan yang tinggi, bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam semusim. Bahkan beberapa hari menjelang panenpun, masih dilakukan aplikasi pestisida. Publikasi ilmiah pernah melaporkandalam jaringan tubuhbayi yang dilahirkan seorang Ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut cacattubuh sekaligus cacat mental.Masalah residu pestisida pada produk pertanian dijadikan pertimbangan untuk diterima atau ditolak negara importir. Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering ditolak di luar negeri karena residu pestisida yang berlebihan. Pemberitahuan oleh media massa bahwa ekspor cabai Indonesia ke Singapura tidak dapat diterima dan akhirnya dimusnahkan karena residu pestisida yang melebihi ambang batas. Demikian juga pruduksi sayur mayur dari Sumatera Utara, pada tahun 80-anmasih diterima pasar luar negeri. Tetapikurun waktu belakangan ini, seiring dengan perkembangan kesadaran peningkatan kesehatan, sayur mayur dari Sumatera Utara ditolak konsumen luar negeri,dengan alasan kandungan residu pestisida yangtidak dapat ditoleransi karena melampaui ambang batas.Pada tahun 1996, pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian sebenarnya telah membuat keputusan tentang penetapan ambang batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian.Namun pada kenyatannya,belum banyak pengusaha pertanian atau petani yang perduli. Dan baru menyadari setelah ekspor produk pertanian kita ditolak oleh negara importir, akibat residu pestisida yang tinggi. Diramalkan, jika masih mengandalkan pestisida sintesis sebagai alat pengendali hama, pemberlakuan ekolabelling dan ISO 14000 dalam era perdagangan bebas, membuat produk pertanian Indonesia tidak mampu bersaing dan tersisih serta terpuruk di pasar global.

2) Dampak Pestisida Terhadap Lingkungan AirDibalik manfaatnya yang besar, pestisida memiliki dampak yang cukup merugikan pada pemakaiannya. Pestisida dapat merusak ekosistem air yang berada di sekitar lahan pertanian. Jika pestisida digunakan, akan menghasilkan sisa-sisa air yang mengandung pestisida. Air yang mengandung pestisida ini akan mengalir melalui sungai atau aliran irigasi (Dhavie, 2010).Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Apabila air telah tercemar maka kehidupan manusia terganggu. Ini merupakan bencana besar. Hampir semua mahluk hidup dimuka bumi ini memerlukan air. Apabila air sudah tercemar, maka dapat menyebabkan kerugian bagi umat manusia. Air yang sudah tercemar oleh limbah industri, rumah tangga dan lain-lain tidak dapat dipergunakan, karena sudah tercemar. Apabila digunakan dapat menimbulkan berbagai penyakit menular. Salah satunya penyakit Hepatitis A. Virus ini sering berada pada makanan yang telah terkontaminasi seperti pada susu, makanan daging, buah-buahan mentah yang dikunsumsi langsung tanpa dicuci terlebih dahulu, dan masih banyak lagi penyakit yang diakibatkan oleh pencemaran air, yaitu : folio, kolera, typus, dysentri amoeba dan cacingan.Selain itu dampak dari pencemaran air itu sangat banyak dan berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.Selain itu dampak pencemaran air dapat menimbulkan keracunan, yang dapat dikategorikan dalam beberapa macam yaitu keracunan cadmium,keracunan kobalt, keracunan air raksa dan keracunan inteksida .Ketiga bahan seperti Kadmium, Kobalt dan Air Raksa biasanya terdapat di limbah-limbah industri. Sedangkan yang keempat yaitu bahan insektisida berasal dari persawahan karena untuk meningkatkan produksi pangan untuk menghindari hama. Lambat laun bahan-bahan berbahaya yang masuk ke tubuh menyebabkan terganggunya fungsi organ-organ di dalam tubuh sehingga menimbulkan kerusakan.Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi atas 4 kelompok, yaitu:1.Dampak terhadap kehidupan biota airBanyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya.Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah yang sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.2.Dampak terhadap kualitas air tanahPencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.3.Dampak terhadap kesehatanPeran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, air sebagai sarang insekta penyebar penyakit, jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri, air sebagai media untuk hidup vector penyakit.Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa4. Dampak terhadap estetika lingkunganDengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.

C. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi dampak dari penggunaan pestisida terhadap kerusakan lingkungan airUntuk mengatasi dampak dari penggunaan pestisida sebaiknya kita dapat melakukan pencegahan agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah / limbah industri secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan. Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya jumlah logam-logam berat yang masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh melalui pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung logam berat meskipun diperlukan dalam jumlah kecil. Penumpukan logam-logam berat ini terjadi dalam tumbuh-tumbuhan karena terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak terjadi penumpukan logam-logam berat, maka limbah industri hendaknya dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Proses pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada proses penanggulangan terhadap pencemaran yang telah terjadi.Pengenceran dan penguraian polutan air tanah sulit sekali karena airnya tidak mengalir dan tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob, jadi air tanah yang tercemar akan tetap tercemar dalam waktu yang lama, walau tidak ada bahan pencemaran yang masuk. Oleh karena itu banyak usaha untuk menjaga agar tanah tetap bersih, misalnya:a. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah pemukiman atau perumahanb. Pembuangan limbah industri diatur sehinga tidak mencemari lingkungan atau ekosistemc. Pengawasan terhadap penggunaan jenis- jenis pestisida dan zat zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemarand. Memperluas gerakan penghijauane. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkunganf. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungannyag. Melakukan intensifikasi pertanian

D. Pengertian FungisidaFungisida adalah pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan penyebab penyakit. Fungisida dapat berbentuk cair (paling banyak digunakan), gas, butiran, dan serbuk. Perusahaan penghasil benih biasanya menggunakan fungisida pada benih, umbi, transplan akar, dan organ propagatif lainnya, untuk membunuh cendawan pada bahan yang akan ditanam dan melindungi tanaman muda dari cendawan patogen. Selain itu, penggunaan fungisida dapat digunakan melalui injeksi pada batang, semprotan cair secara langsung, dan dalam bentuk fumigan (berbentuk gas yang disemprotkan).

E. Penggolongan FungisidaFungisida dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu fungisida selektif (fungisida sulfur, tembaga, quinon, heterosiklik) dan non selektif (fungisida hidrokarbon aromatik, anti-oomycota, oxathiin, organofosfat, fungisida yang menghambat sintesis sterol, serta fungisida sistemik lainnya), (Hriday Chaube, V.S. Pundhir, 2006).Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemiklokal. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dannonsistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya.1. Fungisida NonsistemikFungisida nonsistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan didalam jaringan Tanaman. Fungisida nonsistemik hanya membentuklapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida inihanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miseliajamur yang menempel di permukaan tanaman. Karena itu,fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit. Akibatnya, fungisida nonsistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus-menerusterlindungi dari infeksi baru.2. Fungisida SistemikFungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas (melaluidalam sel). Pada umumnya fungisida sistemikditranslokasikan ke bagian atas (akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar (basipetal). Kelebihan fungisida sistemik antara lain: Bahan aktif langsung menuju ke pusat infeksi di dalam jaringan tanaman, sehingga mampu menghambat infeksi cendawan yang sudah menyerang di dalam jaringan tanaman. Fungisida ini dengan cepat diserap oleh jaringan tanaman kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tanaman sehingga bahan aktif dan residunya tidak terlalu tergantung pada coverage semprotan, selain itu bahan aktif juga tidak tercuci oleh hujan. Oleh karena itu, aplikasinya tidak perlu terlalu sering.3. Fungisida Sistemik LokalFungisida sistemik local diabsorbsi oleh jaringantanaman, tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian tanamanlainnya. Bahan aktif hanya akan terserap ke sel-seljaringan yang tidak terlalu dalam dan tidak sampai masuk hingga pembuluh angkut.Menurut mekanisme kerjanya, fungisida dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:1. Multisite Inhibitor Multisite inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat beberapa proses metabolisme cendawan. Sifatnya yang multisite inhibitor ini membuat fungisida tersebut tidak mudah menimbulkan resistensi cendawan. Fungisida yang bersifat multisite inhibitor (merusak di banyak proses metabolisme) ini umumnya berspektrum luas. Contoh bahan aktifnya adalah maneb, mankozeb, zineb, probineb, ziram, thiram.

2. Monosite InhibitorMonosite inhibitor disebut juga sebagai site specific, yaitu fungisida yang bekerja dengan menghambat salah satu proses metabolisme cendawan, misalnya hanya menghambat sintesis protein atau hanya menghambat respirasi. Sifatnya yang hanya bekerja di satu tempat ini (spectrum sempit) menyebabkan mudah timbulnya resistensi candawan. Contoh bahan aktifnya adalah metalaksil, oksadisil, dan benalaksil (Salisbury, 1992).Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian (Semangun, Haryono. 1996).

F. Dampak fungisida1. Terhadap KesehatanBeberapa Jenis penyakit yang telah diteliti dapat diakibatkan oleh pengaruh samping penggunaan senyawa pestisida (fungisida) antara lain leukimia, myaloma ganda, limphomas, sarcomas jaringan lunak, kanker prostae, kanker kulit, kanker perut, melanoma, penyakit otak, penyakit hati, kanker paru, tumor syaraf dan neoplasma indung telur.

2. Terhadap Lingkungana. Dapat membunuh binatang-binatang tanah yang terkena sampai pada kedalaman 15 cmb. Pada kadar yang tinggi fungisida dapat membunuh jazad yang hidup di dalam air.c. Pada hewan invertebrata dapat berupa timbulnya pembentukan kekebalan (resisten) ataupun resurgensi.

KESIMPULAN

1. Pestisida merupakan bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia.2. Resiko yang dapat ditimbulkan bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis.3. Pestisida dapat merusak ekosistem air yang berada di sekitar lahan pertanian.4. Dampak dari pencemaran air itu sangat banyak dan berdampak luas, yaitu dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya.5. Untuk mengatasi dampak dari penggunaan pestisida sebaiknya kita dapat melakukan pencegahan antara lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah / limbah industri secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan. Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian.6. Fungisida adalah pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan penyebab penyakit. Yang terbagi atas 3 macam berdasarkan cara kerjanya yaitu fungisida sistemik, sistemik lokal dannonsistemik. Dan menurut mekanisme kerjanya terbagi atas 2 macam yaitu Multisite Inhibitor dan monosite inhibitor.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, George W. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Direktorat Perlindungan Tanaman. 2000. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan. Departemen Pertanian, Jakarta.Mujim, Subli. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan ( Buku Ajar ).Universitas Lampung. Bandar Lampung.Sudir, Suprihanto, dan Suparyono. 2001. Pengaruh jenis dan waktu aplikasi fungisida terhadap beberapa penyakit dan hasil padi. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah PFI, Bogor, 2224 Agustus 2001. Semangun, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta.