tugas TABM.docx
-
Upload
nurjannahismi -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of tugas TABM.docx
-
7/22/2019 tugas TABM.docx
1/8
TEKNIK ANALISA BILOGI MOLEKULER
Tipe Modifikasi PCR dan Resume Jurnal
Ismi Nurjannah 125130101111058
2012-D
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
-
7/22/2019 tugas TABM.docx
2/8
Reaksi berantai polimerase (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah suatu metode
enzimatis untuk melipatgandakan secara eksponensial suatu sekuen nukleotida tertentu
dengan cara in vitro. Metode ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1985 oleh Kary B.
Mullis, seorang peneliti di perusahaan CETUS Corporation. Pada awal perkembangannya
metode PCR hanya digunakan untuk melipatgandakan molekul DNA, namun kemudiandikembangkan lebih lanjut sehingga dapat digunakan pula untuk melipatgandakan dan
melakukan kuantitasi molekul mRNA. Saat ini metode PCR telah banyak digunakan untuk
berbagai macam manipulasi dan analisis genetik.
Metode PCR tersebut sangat sensitif, sehingga dapat digunakan untuk
melipatgandakan satu molekul DNA. Metode ini juga sering digunakan untuk memisahkan
gen-gen berkopi tunggal dari sekelompok sekuen genom. Dengan menggunakan metode
PCR, dapat diperoleh pelipatgandaan suatu fragmen DNA (110 bp, 510 9 mol) sebesar
200.000 kali setelah dilakukan 20 siklus reaksi selama 220 menit (Mullis dan Fallona, 1989).
Hal ini menunjukkan bahwa pelipatgandaan suatu fragmen DNA dapat dilakukan secaracepat. Kelebihan lain metode PCR adalah bahwa reaksi ini dapat dilakukan menggunakan
komponen dalam jumlah sangat sedikit, misalnya DNA cetakan (template) yang diperlukan
hanya sekitar 5 g, oligonukleotida yang diperlukan hanya sekitar 1 mM dan reaksi ini bisa
dilakukan dalam volume 50100 l.
Berikut adalah komponen yang diperlukan untuk reaksi PCR, yaitu:
1. DNA cetakan / DNA targetMerupakan keseluruhan DNA sampel yang di dalamnya terkandung fragmen DNA
target.2. Primer
Primer adalah suatu oligonukleotida yang memiliki 10 sampai 40 pb (pb = pasangan
basa) dan merupakan komplementer dari DNA target. Pemilihan primer yang tidak
sesuai dapat menyebabkan tidak terjadinya reaksi polimerasi antara gen target dengan
primer. Berikut adalah kriteria pemilihan primer, yaitu :
a. Panjang primer : 15-30 pbb. Kandungan GC sekitar 50%c. Temperatur penempelan kedua primer tidak jauh berbedad. Urutan nukleotida yang sama harus dihindarie. Tidak boleh terjadiself dimmer, pair dimmer, atau hairpin
3. DNA PolimeraseMerupakan enzim yang stabil dalam pemanasan dan umumnya digunakan enzim Taq
DNA polimerase (Taq = Thermus aquaticus). Enzim ini tetap stabil mengamplifikasi
DNA walaupun amplifikasi berjalan pada suhu mendekati titik didih air.
4. Buffer / DaparBuffer atau dapar yang digunakan umumnya mengandung MgCl2 Yang
mempengaruhi stabilitas dan kerja enzim polimerase.
5. dNTPS
-
7/22/2019 tugas TABM.docx
3/8
dNTPS atau deoxynukleotide Triphosphates merupakan suatu nukleotida bebas yang
berperan dalam perpanjangan primer melalui pembentukkan pasangan basa dengan
nukleotida dari DNA target
PCR merupakan suatu teknik amplifikasi DNA secara in vitro yang mampumengamplifikasi segmen tertentu dari keseluruhan genom bakteri. Proses amplifikasi PCR
melibatkan variasi suhu yang mendekati suhu didih air, jadi diperlukan enzim polimerase
yang tetap stabil dalam temperatur yang tinggi. Pada proses PCR, enzim polimerase yang
digunakan berasal dari bakteri Thermusaquaticus (Taq) yang hidup di lingkungan bersuhu
lebih dari 90 oC. Berikut adalah tiga tahap pengulangan yang penting dalam proses PCR
yaitu
1. DenaturasiPada tahap ini molekul DNA dipanaskan sampai suhu 94 oC yang menyebabkan
terjadinya pemisahan untai ganda DNA menjadi untai DNA tunggal. Untai DNA
tunggal inilah yang menjadi cetakan bagi untai DNA baru yang akan Dibuat
2. Penempelan (Annealing)Enzim Taq polimerase dapat memulai pembentukan suatu untai DNA baru jika ada
seuntai DNA berukuran pendek (DNA yang mempunyai panjang sekitar 10 sampai 30
pasang basa) yang menempel pada untai DNA target yang telah terpisah. DNA yang
pendek ini disebut primer. Agar suatu primer dapat menempel dengan tepat pada
target, diperlukan suhu yang rendah sekitar 55 0C selama 30-60 detik.
3. Pemanjangan (Ektension)Setelah primer menempel pada untai DNA target, enzim DNA polimerase akan
memanjangkan sekaligus membentuk DNA yang baru dari gabungan antara primer,DNA cetakan dan nukleotida.
Ketika tiga tahap di atas dilakukan pengulangan, maka untai DNA yang baru dibentuk
akan kembali mengalami proses denaturasi, penempelan dan pemanjangan untai DNA
menjadi untai DNA yang baru. Pengulangan proses PCR akan menghasilkan amplifikasi
DNA cetakan baru secara eksponensial.
Sejak pertama kali diperkenalkan, teknik PCR telah berkembang sangat pesat dan
diaplikasikan untuk bemacam-macam tujuan, baik untuk riset dasar maupun aplikasi praktis.
Pada aspek metodologinya, teknik PCR yang pertama kali diperkenalkan memerlukan banyak
kondisi khusus untuk menjamin keberhasilannya. Sebagai contoh, pada awalnya teknik PCR
hanya digunakan untuk mengamplifikasi molekul DNA dengan menggunakan DNA sebagai
bahan awal (starting material) yang akan digunakan sebagai cetakan.Dalam hal ini molekulDNA yang aakan diamplifikasi harus diisolasi terlebih dahulu dari sel atau jaringan.
Perkembangan lebih lanjut teknik ini memungkinkan para peneliti menggunakan molekul
RNA sebagai bahan awal, yaitu dengan berkembangnya teknik Reverse Trancriptase PCR
(RT-PCR). Selain itu, sekarang juga dikembangkan teknik PCR yang tidak memerlukan
langkah isolasi molekul DNA terlebih dahulu sebelum diamplifikasi. Dalam hal ini PCR
dapat dilakukan dengan menggunakan sel atau jaringan sebagai bahan awal tampa harus
melakukan isolasi DAN secara khusus. Dengan teknik ini, PCR dapat dilakukan di dalam sel
-
7/22/2019 tugas TABM.docx
4/8
atau jaringan tersebut sehingga teknik ini dikenal sebagai PCR In Situ. Selain itu, teknik PCR
sekarang juga dapat dilakukan secara efisien untuk amplifikasi molekul DNA yang
panjang.terdapat beberapa tipe danmodifikasi dari PCR yaitu :
1. REAL-TIME PCRTeknik ini dikembangkan untuk melakukan analisis terhadap molekul RNA hasiltranskripsi yang terdapat dalam jumlah sangat sedikit di dalam sel. Sebelum
teknik ini dikembangkan, analisis terhadap molekul mRNA biasanya dilakukan
dengan metode hibridisasi In Situ, northern blot, dot blot, atau slot blot, analisis
menggunakan S1 nuklease, atau dengan metode pengujian proteksi RNAse
(RNAse protection assay). Teknik RT-PCR dikembangkan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan metode PCR yang lain. RNA tidak dapat digunakan
sebagai cetakan pada teknik PCR, oleh karena itu perlu dilakukan proses
transkripsi balik (reverse transcription) terhadap molekul mRNA sehingga
diperoleh molekul cDNA (complementary DNA). Molekul cDNA tersebut
kemudian digunakan sebagai cetakan dalam proses PCR. Teknik RT-PCR ini
sangat berguna untuk mendeteksi ekspresi gen, untuk amplifikasi RNA sebelum
dilakukan cloning dan analisis, maupun untuk diagnosis agensia infektif maupun
penyakit genetik. Teknik RT-PCR memerlukan enzim transcriptase balik (DNA
polymerase) yang bisa menggunakan molekul DNA (cDNA) sebagai cetakan
untuk menyintesis molekul cDNA yang komplementer dengan molekul RNA
tersebut. Beberapa enzim yang bisa digunakan antara lain mesophilic viral reverse
transcriptase (RTase) yang dikode oleh virus avian myoblastosis (AMV) maupun
oleh virus moloney murine leukemia (M-MuLV), dan Tth DNA polymerase.
RTase yang dikode oleh AMV maupun M-MuLV bersifat sangat prosesif danmampu menyintesis cDNA sampai sepanjang 10 kb, sedangkan Tth DNA
polymerase mampu menyintesis cDNA sampai sepanjang 1-2 kb.
Berbeda dengan Tth DNA polymerase, enzim RTase AMV dan M-MuLV
mempunyai aktivitas RNAse H yang akan meyebabkan terjadinya degradasi RNA
dalam hybrid RNA-cDNA. Aktivitas semacam ini dapat merugikan jika
berkompetisi dengan proses sintesis DNA selama proses produksi untai pertama
cDNA. Enzim RTase yang berasal dari M-MuLV mempunyai akyivitas RNase H
yang lebih rendah dibanding dengan yang berasal dari AMV.
Enzim M-MuLV mencapai aktivitas maksimum pada suhu 37o C, sedangkan
enzim AMV pada suhu 42o C dan Tth DAN polymerase mencapai aktivitas
maksimum pada suhu 60-70o C. Penggunaan enzim M-M-MuLV kurang
menguntungkan jika RNA yang digunakan sebagai cetakan mempunyai struktur
sekunder yang ekstensif. Di lain pihak, penggunaan Tth DNA polymerase kurang
menguntungkan jika ditinjau dari kebutuhan enzim ini terhadap ion Mn karena ion
Mn dapat mempengaruhi ketepatan (fidelity) sintesis DNA. Meskipun demikian,
enzim Tth DNA polymerase mempunyai keunggulan karena dapat digunakan
untuk reaksi transkripsi balik sekaligus proses PCR dalam satu langkah reaksi.
Reaksi transkripsi balik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa macam
primer yaitu :
-
7/22/2019 tugas TABM.docx
5/8
a. Oligo(dT) sepanjang 12-18 nukleotida yang akna melekat pada ekor poli(A)pada ujung 3 mRNA mamalia. Primer semacam ini pada umumnya
akan menghasilkan cDNA yang lengkap.
b. Heksanukleotida acak yang akan melekat pada cetakan mRNA yangkomplementer pada bagian manapun. Primer semacam ini akanmenghasilkan cDNA yang tidak lengkap (parsial).
c. Urutan nukleotida spesifik yang dapat digunakan secara selektif untukmenyalin mRNA tertentu.
2. Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)RT-PCR merupakan singkatan Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction.
Seperti namanya, proses RT-PCR merupakan bagian dari proses PCR biasa.
Perbedaanya dengan PCR yang biasa, pada proses ini berlangsung satu siklus
tambahan yaitu adanya perubahan RNA menjadi cDNA (complementary DNA)
dengan menggunakan enzim Reverse Transkriptase. Reverse Transcriptase adalah
suatu enzim yang dapat mensintesa molekul DNA secara in vitro menggunakan
template RNA. Seperti halnya PCR biasa, pada pengerjaan RT-PCR ini juga
diperlukan DNA Polimerase, primer, buffer, dan dNTP. Namun berbeda dengan
PCR, templat yang digunakan pada RT-PCR adalah RNA murni. Oleh karena
primer juga dapat menempel pada DNA selain pada RNA, maka DNA yang
mengkontaminasi proses ini harus dibuang. Untuk proses amplifikasi mRNA yang
mempunyai poly(A) tail pada ujung 3, maka oligo dT, random heksamer, maupun
primer spesifik untuk gen tertentu dapat dimanfaatkan untuk memulai sintesa
cDNA.
3. NestedPCRMerupakan suatu teknik perbanyakan (replikasi) sampel DNA menggunakan
bantuan enzim DNA polymerase yang menggunakan dua pasang primer untuk
mengamplifikasi fragmen. Dengan menggunakan nested PCR, jika ada fragmen
yang salah diamplifikasi maka kemungkinan bagian tersebut diamplifikasi untuk
kedua kalinya oleh primer yang kedua. Dengan demikian, nested PCR adalah PCR
yang sangat spesifik dalam melakukan amplifikasi. Nested PCR dan PCR biasa
berguna untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu dalam jumlah banyak.
Dimana pada nested PCR digunakan 2 pasang primer sedangkan pada PCR biasa
hanya menggunakan 1 pasang primer. Oleh karena itu hasil fragmen DNA dari
nested PCR lebih spesifik (lebih pendek) dibandingkan dengan PCR biasa. Waktu
yang diperlukan dalam reaksinested PCR lebih lama daripada PCR biasa karena
pada nested PCR dilakukan 2 kali reaksi PCR sedangkan pada PCR biasa hanya 1
kali reaksi PCR. Selain itu, keuntungan nested PCR adalah meminimalkan
kesalahan amplifikasi gen dengan menggunakan 2 pasang primer. Mekanisme
kerja dari nested PCR sendiri yakni pada Fase Denaturasi, Pertama-tama DNA
mengalami denaturasi lalu memasuki fase penempelan. Fase Penempelan,
sepasang primer pertama melekat di ke dua utas tunggal DNA dan
mengamplifikasi DNA di antara kedua primer tersebut dan terbentuklah produk
PCR pertama. Fase pemanjangan, produk PCR pertama tersebut dijalankan pada
proses PCR kedua di mana pasangan primer kedua (nested primer) akan
-
7/22/2019 tugas TABM.docx
6/8
mengenali sekuen DNA spesifik yang berada di dalam fragmen produk PCR
pertama dan memulai amplifikasi bagian di antara kedua primer tersebut. Hasilnya
adalah sekuens DNA yang lebih pendek daripada sekuens DNA hasil PCR
pertama.
4.
MULTIPLEX-PCRMultiplex PCR merupakan beberapa set primer dalam campuran PCR tunggal
untuk menghasilkan amplikon dari berbagai ukuran yang spesifik untuk sekuens
DNA yang berbeda. Dengan penargetan gen sekaligus, informasi tambahan dapat
diperoleh dari lari-tes tunggal yang tidak akan membutuhkan beberapa kali reagen
dan lebih banyak waktu untuk melakukan. temperatur Annealing untuk masing-
masing set primer harus dioptimalkan untuk bekerja dengan benar dalam reaksi
tunggal, dan ukuran amplikon. Artinya, panjangnya pasangan basa harus berbeda
cukup untuk membentuk band yang berbeda ketika divisualisasikan dengan
elektroforesis gel
5. PCR-ELISAPCR-ELISA merupakan metode yang digunakan untuk menangkap asam nukleat
yang meniru prinsip dari enzim linked immunosorbant yang terkait. Dimana
dalam sebuah pengujian hibridisasi hasil produk dari PCR akan terdeteksi dengan
metode ini. Dengan metode inilah dapat dilakukan pengukuran sequen internal
pada produk PCR. Metode ini lebih dipilih karena lebih murah dibandingkan
metode Real Time PCR. PCR-ELISA telah digunakan sejak akhir 1980-an dan
telah berkembang untuk mendeteksi sequen tertentu dalam produk PCR.
Meskipun banyak metode yang tersedia untuk mendeteksi sequentersebut, ELISA
PCR berguna untuk mendeteksi dan membedakan antara beberapa sasaran darisequen yang diinginkan. ELISA PCR ini jugaberguna untuk screening beberapa
sampel, terutama bila jumlah sampel tidak menjamin. Salah satu aspek yang
paling berguna dari PCR-ELISA adalah kemampuannya dalam membedakan
antara produk reaksi perubahan polimerase yang dihasilkan dari seperangkat
primer yang mengandung variasi sequen, yaitu sequen yang bervariasi antar
primer.
-
7/22/2019 tugas TABM.docx
7/8
Resume Jurnal
Judul jurnal : Identification of Meat Species by Polymerase Chain Reaction (PCR)
Technique
Banyak metode yang dapat digunakan dalam identifikasi asal spesies dari daging
mentah termasuk didalamnya sensor analisis, perbedaan histologi yang pada daging dapat
digunakan sebagai acuan dalam identifikasi asal daging dalam hal ini yang dimaksud asal
daging adalah jenis hewan ap, selain itu dapat juga menggunakan acuan jenis jaringan lemak,
level glikogen dan jaringan otot yang dgunakan dalam uji elektroforesis dan DNA hibridisasi.
Namun dua metode tersebut memilki kekurangan dalam spesifitas, compleksitas, biaya uji
yang mahal dan beberapa syarat data dasar tentang perbedaan komposisi protein sehingga
diperlukan metode yang lebih baik lagi.
Dalam biologi molekular terdapat beberapa teknik ang dapat digunakan dalamidentifikasi baik pada tumbuhan hewan ataupun pada bakteri diantaranya adalah PCR
(polymerase chain reaction), RLFP (restriction fragment length polymorphism), dan RAPD
(random amplified polymorphic DNA). Tehnik tersebut juga dapat digunakan dalam
indentifikasi asal daging mentah. Dengan menggunakan metode PCR identifikasi daging
dilakukan dengan menggunakan primer spesies spesifik yang menggunakan sensitifitas dari
uji sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat.
Dalam melakukan uji digunakan sampel dari jaringan otot(daging) dari berbagai
hewan yaitu kambing, babi, kuda,kucing, dan anjing. Yang dicampurkan pada daging sapi
dengan konsentrasi yang berbeda beda. Daging sebelumnya dihaluskan dan dicampur denganmerata
DNA diekstraksi dari sampel daging dengan sampel dihomogenkan dengan larutan
TNES 4 ml yang mengandung 20 mM Tris dengan pH 8,0, 150 M NaCl dan 10 M. Dalam
tabung poyprophilen kemudian 750 l hasil homogenisasi di mmasukan ke tabung ependorf
1,5 ml kemudian ditambahkan proteinase K dan 10 % SDS campuran itu kemudian di
homogenkan lalu disimpan pada suhu 58 c selama 8 jam kemudian ditambahkan Nacl 6 M
disentrifugasi kemudian lapisan teratasnya sebanyak 400 mikro liter dipindahkan ke tabung
lain dan ditambah dengan 300 l phenol choloroform isoamyl alcohol dan dilanjutkan pada
tahap-tahap selanjutnya hingga didapatkan ekstraksi DNA yang diinginkan. Kemudian DNA
yang telah di ekstraksi digunakan dalam PCR.
Dilakukan perbandingan antara DNA yang didapat dengan DNA asal masing masing
hewan dan didapatkan hasil yaitu tidak ada interaksi atau terjadinya reaksi antara DNA dari
masing masing jenis daging sehingga DNA dari tiap jenis daging hewan tetap terdetaksi
saling memisah. Tdak ada primer yang saling bereaksi silang dengan DNA dari spesies lain.
Uji ini berhasil pada pencampuran 5% 2,5% 1% dan 0,5% tapi tidak terbaca pada campuran
0,1 %.
-
7/22/2019 tugas TABM.docx
8/8
Identifikasi asal spesies daging dan produk asal daging penting dilakukan karena
sebab-sebab kesehatan, etika dan ekonomi. Jika dibandingkan dari beberapa teknik analisis
yang ada diantaranya adalah immunodifusi, immunoelektroforesis, isoelectric focusing, dan
hibridaisasi DNA dalam penentuan atau identifikasi spesies asal daging. Hibridisasi DNA
lebih dapat diandalkan karena lebih sensitif walaupun dalam pelaksanaannya lebih rumit danmembutuhkan wakktu yang lebih lama. Selain itu biaya yang diperlukan juga cukup besar.
Sedangkan dengan menggunakan teknik PCR dapat dilakukan identifikasi atau di deteksi
adanya campuran daging dari spesies lain pada daging sapi dengan kadar 0,5% dengan
menggunakan teknik duplex PCR. Hal ini menunjukan bahwa teknik PCR juga memiliki
spesifitas yang tinggi dan dapat mendeteksi adanya campuran lain dalam daging ataupun
bahan lainnya dalam jumlah kecil dan dapat digunakan dalam pemeriksaan pemalsuan bahan
makanan.
Dalam pengolahan daging dengan lebih dari 1 jenis spesies daging, bisa saja terjadi
kontaminasi yaitu tercampurnya sebagian daging ke jenis daging lainnya karena selamaproses menggunakan peralatan yang sama. Dengan alalisis PCR dapat dideteksi adanya
kontaminasi atau campuran pada daging ataupun pemalsuan produk karena spesifitasnya
yang tinggi maka walaupun kontaminasinya cukup rendat tetap dapat di identifikasi.
Teknik PCR bisa jadi sangat berguna untuk efektifitas kontrol konsumen terhadap
produk asal hewan khususnya daging dan pemalsuannya. Selain itu dapat juga digunakan
untuk monitoring pakan ternak ruminansia dari bahan asal hewan yang banyak dilarang di
berbagai negara karena dapat menyebabkan bovine spongiform enchephalophathy