Tugas Studi Islam

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini moral bangsa ini semakin hancur dan hilang hal ini terbukti dengan adanya perilaku-perilaku amoral yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia terutama kaum muda. Sikap amoral yang sekarang semakin merajalela di kehidupan masyarakat dan malah sudah dianggap biasa dan wajar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya yang membiarkan begitu saja tanpa dibekali adanya pengetahuan- pengetahuan agama yang dijadikan pedoman hidup dalam mengarunggi kehidupanya didunia. Salah satu kunci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan menitikberatkan pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap keluarga bahwasanya pendidikan akhlak terutama pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan ditanamkan dalam diri seorang anak. Dalam proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama kali ditanamkan nilai-nilai akhlak terhadap diri sendiri karena semua hal itu dimulai dari diri kita sendiri, setelah diri kita benar-benar tertanam nilai akhlak maka secara otomatis dapat menjalar dalam aspek-aspek kehidupan yang lain. 1

description

studi islam

Transcript of Tugas Studi Islam

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDewasa ini moral bangsa ini semakin hancur dan hilang hal ini terbukti dengan adanya perilaku-perilaku amoral yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia terutama kaum muda. Sikap amoral yang sekarang semakin merajalela di kehidupan masyarakat dan malah sudah dianggap biasa dan wajar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya yang membiarkan begitu saja tanpa dibekali adanya pengetahuan- pengetahuan agama yang dijadikan pedoman hidup dalam mengarunggi kehidupanya didunia.Salah satu kunci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan menitikberatkan pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap keluarga bahwasanya pendidikan akhlak terutama pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan ditanamkan dalam diri seorang anak. Dalam proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama kali ditanamkan nilai-nilai akhlak terhadap diri sendiri karena semua hal itu dimulai dari diri kita sendiri, setelah diri kita benar-benar tertanam nilai akhlak maka secara otomatis dapat menjalar dalam aspek-aspek kehidupan yang lain.Pada makalah ini dibahas mengenai akhlak terhadap diri sendiri Semoga dengan adanya makalah ini dapat mempermudah kita dalam berakhlak kepada diri kita, dan dapat menjadikan kita menjadi orang yang benar-benar berakhlak dan menjadi seorang muslim yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.

B. Rumusan MasalahDalam makalah ini ada beberapa rumusan masalah antara lain :1. Apa Pengertian Akhlak Kepada Diri Sendiri ?2. Apa pengertian Hak Tubuh ?3. Apa Pengertian Manajemen Diri ?4. Apa Pengertian Cita-Cita dan Harapan ?

C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :1. Untuk mengetahui pengertian akhlak kepada diri sendiri. 2. Untuk mengetahui pengertian hak tubuh.3. Untuk mengetahui pengertian manajemen diri.4. Untuk mengetahui pengertian cita-cita dan harapan.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Kepada Diri SendiriYang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut.

1. DengkiOrang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahap minyak. (H.R. Abu Dawud)

2. Munafikorang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat. (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisai)

B. Hak TubuhManusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia terdapat dua unsur yakni unsur jasmani (jasad) dan unsur rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak dimana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing.1. Hak terhadap jasmania. Senantiasa menjaga kebersihan Islam menjadikan kebersihan sebagian dari iman. Seorang muslim harus bersih/suci badan, pakaian dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah SWT. Disamping suci dari kotoran juga suci dari hadas.Allah SWT berfirman :Artinya : mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: haid itu adalah kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci, maka campurilah mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-ornag yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah : 222)

b. Menjaga makan dan minumnya Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati. Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.Allah SWT berfirman :Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. An Nahl:114)

c. Menjaga Kesehatankesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan amanah dari-Nya. Riyadhah atau latihan jasmani sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimanapun riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah.Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, Mumin yang kuat lebih dicintai Allah dari mumin yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah Qodarulloh wa maa syaaa faal, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi. (HR. Muslim)

d. Berbusana yang islamiManusia mempunyai budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-bagian badannya ada yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup auratnya dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuat pakaian sebagai penutup badan. Allah SWt berfirman :Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS. Al Araf:26)

2. Hak terhadap Akala. Menuntut IlmuMenuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Sebuah hadits Rasulullah SAW menggambarkan : Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. (HR. Ibnu Majah) Seorang mumin, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika telah selesai kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mumin adalah yang senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan dirinya. Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

b. Memiliki spesialisasi ilmu yang dikuasaiSetiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, teknik, politik dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.

c. Mengajarkan ilmu pada orang lainTermasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya. Firman Allah SWT : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (An-Nahl:43)

d. Mengamalkan Ilmu dalam kehidupanDiantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan ilmunya dalam alam nyata. Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya. Firman Allah SWT : Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. As-Shaff: 2-3)

e. Bertaubat dan menjauhkan diri dari dosa besarBertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan datang. Allah SWtT berfirman :Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At- Tahrim : 8)

f. BermuraqabahMuraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.

g. Bermushabahmuhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya. Kalau termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan membersihkannya.Firman Allah SWT : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr : 18)

h. MujhadahMujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan. Jika seorang Muslim menyadari bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan berjuang dengan menyatakan perang kepadanya untuk menentang ajakannya, menumpas hawa nafsunya. Firman Allah SWT : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf : 53)

C. Manajemen DiriManajemen diri adalah sebuah seni dan usaha untuk menata diri kita dari aspek perencanaan diri (konsep diri), pengorganisasian diri dan evaluasi diri menurut waktu yang tersedia agar sesuai dengan yang kita cita-citakan.Manajemen diri ini sangat penting karena ketika seseorang memanajemeni dirinya berarti dia selalu bersikap waspada, memiliki perencanaan yang jelas, dan selalu mengawasi diri sendiri, walaupun pada pelaksanaannya gagal dalam satu waktu dan berhasil pada kesempatan lain.Sarat utama kesuksesan anda dalam kehidupan ini terletak pada keberhasilan menerapkan manajemen diri, dan bagaimana berinteraksi dengan diri sendiri secara efektif. Kegagalan anda berinteraksi dengan diri sendiri akan mengakibatkan kegagalan dalam kehidupan ini.Manajemen diri bagi seorang muslim tentu saja harus berlandaskan pada aturan-aturan yang termaktub dalam Al-Quran maupun Al-Hadits. Hal ini sekaligus untuk membuktikan bahwa aturan-autran dalam Islam itu bersifat kaffah (sempurna) sehingga setiap aktivitas kaum muslimin tidak lepas dari aturannya. Khususnya bagaimana seorang pribadi muslim mengatur penampilan diri, hubungan dengan orang lain, mengatur emosi dan tutur kata, juga tentang manajemen waktu.

1. Manajemen Penampilan DiriBanyak sekali hadits-hadits yang memerintahkan kaum muslimin untuk mengatur penampilan dirinya, diantaranya :a) Sesungguhnya Allah itu indah dan senang dengan keindahan. Bila seseorang diantara kamu (bermaksud) menemui kawan-kawannya hendaklah dia merapikan dirinya. (HR Muslim)b) Apabila kamu memelihara rambut, hendaklah dimuliakan (disisir, dirapihkan agar tidak acak-acakan) (HR Abu Dawud dan Ath Thahawi)c) Siapa yang mengenakan pakaian, hendaklah kenakan yang bersih. (HR Ath-Thahawi)d) Janganlah seseorang diantara kalian berjalan dengan hanya memakai sandal sebelah, pakailah keduanya, atau tanggalkan keduanya (HR. Muttafaq Alaih)e) Allah tidak akan melihat pada seseorang yang menyeret-nyeret bajunya secara berlebihan (karena sombong) (HR. Muttafaq Alaih).Berdasarkan hadits-hadits di atas dapat kita simpulkan bahwa Islam mengatur umatnya agar berpenampilan rapi, bersih, dan pantas. Islam pun mengatur agar penampilan diri kita tidak berlebihan dan tidak menimbulkan kesombongan.

2. Manajemen interaksi dengan orang lainMengatur hubungan dengan orang lain akan menjadi kunci dalam kehidupan kita, karena sebagaimana yang kita fahami bahwa kita tidak mungkin menjalani hidup ini sendirian, pasti dibutuhkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Berikut adalah hadits-hadits yang bisa dijadikan panutan bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain:a) Sebarkanlah salam diantara kalian (HR Muslim)b) Jangan meremehkan sedikitpun (enggan melakukan) perbuatan maruf meskipun hanya menjumpai kawan dengan wajah yang ceria. (HR Muslim)c) Abu hurairah ra berkata, sesungguhnya Rasulullah tidak pernah berbicara dengan seseorang melainkan beliau menghadapkan wajahnya pada wajah teman bicaranya dan Rasulullah tidak berpaling darinya sebelum selesai berbicara. (HR Ath-Thabrani)d) Hak seorang muslim terhadap muslim yang lain ada enam: apabila engkau bertemu dengannnya ucapkanlah salam, apabila dia mengundangmu maka hadirilah, apabila dia meminta nasehatmu maka nasihatilah dia, apabila dia bersin maka doakanlah dia, apabila dia sakit maka tengoklah, apabila dia meninggal maka antarkanlah.(HR Muslim)Hadits-hadits di atas memberikan petunjuk kepada kita bahwa hubungan kita dengan orang lain harus dilandasi dengan itikad untuk saling memberi kebaikan, sehingga orang akan merasa nyaman ketika berhubungan dengan kita. Berwajah ceria dan menghadapkan wajah kepada lawan bicara merupakan salah satu etika dasar dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dari hadits di atas terbersit pula kewajiban ketika berinteraksi dengan orang lain yaitu untuk saling memperhatikan satu sama lainnya baik ketika sehat maupun sakit, bahkan sampai meninggal sekalipun, masih terdapat hak dari orang yang hidup kepadanya.

3. Manajemen emosi, tutur kata dan tingkah lakuTuntunan Islam dalam mengatur tingkah laku kita tercermin dalam beberapa hadits berikut:a) Seseorang (baru benar-benar dikatakan) muslim adalah (manakala) muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya. (HR Bukhari-Muslim)b) Barang siapa membanggakan diri sendiri, dan berjalan dengan angkuh, maka dia menghadap Allah sementara Allah murka kepadanya. (HR Ahmad)c) Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya (hal itu) akan menghapusnya. Dan bergaulah dengan manusia dengan akhlak yang luhur. (HR Attirmidzi)d) Orang kuat itu bukanlah pegulat, tetapi yang bisa menahan dirinya ketika marah (HR. Muttafaq Alaih)Sebagai seorang muslim kita harus mampu mengatur emosi, tutur kata, dan tingkah laku diantaranya dengan cara: setiap kata yang kita ucapkan harus dihindarkan dari perkataan dusta atau bohong apalagi fitnah; tidak diperbolehkan untuk membangga-banggakan diri sendiri akan tetapi harus senantiasa bermuhasabah untuk mengetahui kekurangan-kekurangan diri; tidak mengumbar emosi/amarah tetapi diusahakan untuk diredam. Dalam hadits lain Rasululloh menganjurkan kita jika sedang marah dianjurkan untuk duduk, apabila masih marah maka kita dianjurkan untuk berbaring dan jika masih tetap marah, maka kita dianjurkan untuk berwudhu agar rasa marah bisa reda, sekalipun emosi kita sudah memuncak jikalau harus memukul, kita dilarang untuk memukul bagian muka karena muka menggambarkan kehormatan seseorang sehingga dengan demikian kalaupun emosi kita dikeluarkan kita masih bisa menjaga kehormatan diri kita dan orang lain.

4. Manajemen WaktuSebagaimana Allah Swt telah mewanti-wanti kita di dalam surah al-Ashr, bahwa pada hakekatnya kita berada pada kerugian, yakni bagi orang-orang yang tidak mampu mengatur waktu dan melewatkan waktu tanpa digunakan untuk beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.Rasulullah pernah menyebutkan tiga hal yang tidak bisa ditarik kembali yakni : anak panah yang telah melesat dari panahnya, perkataan yang telah diucapkan, dan waktu yang telah dilewati. Oleh karena itu setiap muslim wajib mengatur waktunya sedemikian rupa agar setiap detik yang dilewatinya bisa berbuah pahala amal kebaikan bagi dirinya.Membuat komitmen untuk mengontrol waktu merupakan langkah pertama bagi manajemen waktu yang sukses.Manajemen waktu secara tertulis tidak hanya membuat rencana lebih efektif, namun juga akan memperdalam komitmen terhadap tujuan.D. Cita-Cita dan Harapan

1. Cita- CitaCita-cita (Al Himmah) berasal dari kata Ha-ma-ma yang artinya keinginan untuk melakukan suatu pekerjaan.Dengan demikian cita-cita (Al Himmah) adalah motivasi (daya dukung) untuk melakukan pekerjaan. Cita-cita ada yang bersifat tinggi atau rendah. Ada orang yang bercita-cita tinggi, setinggi langit dan ada juga yang bercita-cita sederhana, hina dan rendah hingga tingkatan yang paling buruk.Di antara akhlak Islam adalah berhias diri dengan cita-cita tinggi. Bercita-cita tinggi adalah ketika seseorang menganggap kecil atau sepele sesuatu yang dibawah sebuah cita-cita yang paling tinggi. Adapun dikatakan orang yang bercita-cita rendah adalah pada saat seseorang tidak berhasrat untuk sebuah prestasi yang tinggi dan ridha dengan sesuatu yang biasa-biasa saja. Syaikhul Islam berkata: Orang awam sering mengatakan bahwa Harga diri setiap orang tergantung pada apa yang menjadikan dia dilihat baik, adapun orang-orang tertentu (ulama) mengatakan Harga diri seseorang sesuai dengan keinginannya.Cita-cita tinggi akan melahirkan kesungguhan, memompa semangat untuk maju dan tidak mau tercecer di barisan orang-orang yang rendah dan hina. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Barangsiapa yang memiliki cita-cita yang tinggi dan jiwanya memiliki kekhusyukan maka dia telah memiliki (sumber) segala akhlak mulia. Sedangkan orang yang rendah cita-citanya dan hawa nafsunya telah melampaui batas maka itu artinya dia telah bersifat dengan setiap akhlak yang rendah dan tercela. Jiwa-jiwa yang mulia tidak merasa ridha kecuali terhadap perkara-perkara yang mulia, tinggi, dan baik dampaknya. Sedangkan jiwa-jiwa yang kerdil dan hina menyukai perkara-perkara yang rendah dan kotor sebagaimana halnya seekor lalat yang senang hinggap di barang-barang yang kotor. Jiwa-jiwa yang mulia tidak akan merasa ridha terhadap kezaliman, perbuatan keji, mencuri, demikian pula tindakan pengkhianatan, sebab jiwanya lebih agung dan lebih mulia daripada harus melakukan itu semua. Sedangkan jiwa-jiwa yang hina justru memiliki karakter yang bertolak belakang dengan sifat-sifat yang mulia itu.

2. HarapanDalam islam, harapan berasal dari kata Rajaa, Yarjuu, Rajaun yang berarti harapan atau berharap. Raja atau harapan yang dikehendaki oleh islam adalah harapan yang ditujukan kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Dzat yang berkuasa di muka bumi, untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta yang terpenting adalah mengharap rahmat dan keridhaan Allah SWT.Dalam Islam, harapan itu tidak lantas di diamkan saja tanpa ada doa dan upaya untuk bekerja keras melakukan hal yang bisa mewujudkan harapan. Harapan mempunyai 3 unsur penting, yaitu :

a. IkhtiarIkhtiar berasal dari bahasa Arab (Ikhtiyar)yang berarti mencari hasil yang lebih baik. Secara istilah, yaitu usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya baik yang berupa material, spiritual, kesehatan, ataupun masa depannyaagar tujuan hidupnya selamat dan sejahtera dunia akhirat bisa terpenuhi.

b. TawakkalOrang yang bertawakkal adalah orang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.

c. DoaDoa menjadi penetu dari terwujudnya harapan. Dalam islam, doa tidak hanya sekedar yang terucap tatkala seseorang telah menyelesaikan ibadah sholatnya. Selain ikhtiar dan tawakkal yang harus ada dalam harapan, juga harus ada doa.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanAkhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Yang termasuk berakhlak kepada diri sendiri adalah memenuhi segala kewajiban terhadap diri sendiri untuk memenuhi hak jasmani maupun rohani. Dalam berakhlak kepada diri sendiri diperlukan manajemen diri sebagai usaha untuk menata diri kita menjadi lebih baik.

B. SaranManusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna. Oleh karena itu kita harus memelihara kesempurnaan itu dengan membentengi diri kita dengan akhlak yang baik dan memenuhi segala hak tubuh kita. Agar akhlak kepada diri selalu terjaga maka kita harus memanajemeni diri dengan berlandaskan kepada Al Quran dan Hadis.

DAFTAR PUSTAKA

Yogi Prames.Akhlak Seorang Muslim Kepada Dirinya Sendiri.02 April 2013. http://yogiprames.blogspot.com/2013/02/akhlak-seorang-muslim-kepada-dirinya.html

Divta. Iqbal.Akhlak Terhadap Diri Sendiri. 19 November 2012.http//blog.umy.ace.id/divtaiqbal/2012/19/akhlak-terhadap-diri-sendiri.html

S.Dhuhuriah. Teori Expectancy Feeling (Harapan) Dalam Perpesktif Islam. http://www.academia.edu/8844204/Teori_Expectancy _Feeling_Harapan_Dalam_Perspektif_Psikologi_Islam

1