Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis
Transcript of Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis
TUGAS PBL
SKENARIO 4
Disusun oleh : KELOMPOK 21
Semester 2
No. Nama NPM
1. EVELINE KUMALASARI 097001002. VERAWATI 097001023. FERDINA HARJOTO 097001044. NI WAYAN KARTIKA C. 097001065. META ANDHARASTA 097001086. IVA JAYA M. 097001107. BAYU TRI PRATAMA PUTRA 097001128. FLORENSIA ORISA P A 097001149. PUTU NGURAH PRADNYA WIBAWA 0970011810. DEBORA SINGGIH 0970012011. LUCKY FITVITA EKA BRILLYANTI 09700124
PEMBIMBING TUTOR : dr. Laksomono Pratiknyo
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2009/2010
DAFTAR ISI
COVER JUDUL.............................................................................................................................. i
.
DAFTAR ISI....................................................................................................................................1
BAB I SKENARIO....................................................................................................................2
BAB II KATA KUNCI..................................................................................................................3
BAB III PROBLEM.......................................................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................................9
A. Batasan.......................................................................................................................9
B. Anatomi /Histologi /Fisiologi /Patofisiologi /Patomekanisme..................................9
C. Jenis – jenis Penyakit yang Berhubungan................................................................11
D. Gejala Klinis............................................................................................................13
E. Pemerikasaan Fisik Penyakit....................................................................................13
F. Pemeriksaan Penunjang Penyakit.............................................................................14
BAB V HIPOTESIS AWAL ( Differential Diagnosis )..............................................................15
BAB VI ANALISIS DARI DIFFFERENTIAL DIAGNOSIS....................................................16
A. Gejala Klinis
B. Pemeriksaan Fisik
C. Pemeriksaan Penunjang
BAB VII HIPOTESIS AKHIR (Diagnosis).................................................................................25
BAB VIII MEKANISME DIAGNOSIS......................................................................................26
A. Mekanisme Berupa Bagan Sampai Tercapainya Diagnosis
BAB IX STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH...........................................................28
A. Penatalaksanaan.......................................................................................................28
B. Prinsip Tindakan Medis...........................................................................................28
BAB X PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI..............................................................................29
A. Cara Penyampain Prognosis Kepada Pasien / Keluarga Pasien...............................29
B. Tanda Untuk Merujuk Pasien...................................................................................29
C. Peran Pasien / Keluarga Untuk Penyembuhan.........................................................29
D. Pencegahan Penyakit................................................................................................30
BAB I
Skenario 4
Seorang Pasien datang ke dokter dengan keluhan susah tidur malam hari karena sesak napas
yang sering membuatnya terbangun di malam hari disertai dengan batuk-batuk.
BAB II
Kata Kunci
1. Susah tidur
Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti
gangguan fungsional saat bangun. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau
akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan
diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif.
Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan
menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur. Banyak penderita insomnia
tergantung pada obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat
sedatif memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan
bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut.
Diagnosa
Spesialis tidur kedokteran memenuhi syarat untuk mendiagnosis berbagai gangguan tidur.
Pasien dengan berbagai penyakit termasuk sindrom fase tidur tertunda sering salah
didiagnosis sebagai Insomnia.
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
Pola tidur penderita.
Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
Tingkatan stres psikis.
Riwayat medis.
Aktivitas fisik.
Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual.
Penyebab
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki
berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.
Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul
bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau
ketakutan. Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.
Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga
berubah, dimana stadium 4 menjadi lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan
pada semua stadium lebih banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering
membuat orang tua berfikir bahwa mereka tidak cukup tidur. Pola terbangun pada dini
hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal tetapi
terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali. Kadang mereka tidur
dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur. Terbangun pada dini hari, pada usia
berapapun, merupakan pertanda dari depresi. Orang yang pola tidurnya terganggu dapat
mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan
bangun pada saatnya tidur.
Hal ini sering terjadi sebagai akibat dari:
Jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat).
Bekerja pada malam hari.
Sering berubah-ubah jam kerja.
Penggunaan alkohol yang berlebihan.
Efek samping obat (kadang-kadang).
Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke, penyakit Alzheimer).
Cara Mengatasi & Menyembuhkan Insomnia / Penyakit Sulit Tidur :
1. Menjalani pola hidup sehat misalnya tidak merokok, tidak begadang, tidak memakai
narkoba, tidak minum alkohol, dll.
2. Memiliki jadwal tidur yang cukup dan normal.
3. Memilih lingkungan yang tenang, sehat dan nyaman untuk tidur.
4. Berolah raga secara rutin dan teratur.
5. Makan secara teratur, sehat dan cukup agar selama tidur tidak lapar.
6. Hindari minum terlalu banyak minuman yang mengandung kafein seperti kopi,
coklat, teh, dsb.
2. Sesak napas
Sesak nafas adalah perasaan yang dirasakan oleh seseorang mengenai ketidaknyamanan
atau kesulitan dalam bernapas. Sesak napas dapat disebabkan oleh gangguan dalam
sistem pernapasan (hidung, tenggorokan paru-paru) atau gangguan yang berasal dari luar
paru-paru (jantung).
Tanda-tanda dari sesak napas dapat berupa :
Peningkatan jumlah frekuensi napas (dewasa >20x/menit; anak >30x/menit;
bayi>40x/menit)
Kebiruan pada sekitar bibir, ujung-ujung jari (sianosis)
Adanya suara napas tambahan seperti ngorok, serak, grok-grok, atau mengi.
Penyebab kegawatdaruratan karena sesak napas dapat berupa :
Asma : batuk, mengi
Infeksi paru (pneumonia) : batuk, panas, sesak napas
Alergi (pembengkakan pada tenggorok yang menyebabkan terjadinya sumbatan) :
riwayat makan makanan yang menyebabkan alergi (seafood, kacang, telur, dll)
Sakit jantung (disertai nyeri dada)
Trauma dada (kecelakaan yang mengenai dada) : riwayat benturan keras di daerah
dada, sesak napas, nyeri dada, ada kerusakan pada dada (patah tulang), perdarahan
3. Terbangun di malam hari
Jantung adalah organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh bagian tubuh
Anda. Jantung bagian kanan akan memompa darah ke paru-paru. Di paru-paru, darah
menerima oksigen (O2). Kemudian, darah yang mengandung banyak oksigen ini
mengalir kembali ke jantung bagian kiri. Dari sini darah dialirkan ke seluruh organ tubuh.
Setelah tubuh menggunakan oksigen yang terkandung dalam darah, darah dialirkan
kembali ke jantung sebelah kanan dan proses sirkulasi darah dimulai kembali. Jika proses
ini terganggu, maka akibat lebih lanjut dari keadaan ini dinamakan gagal jantung.
Gagal jantung adalah suatu keadaan kelainan fungsi jantung yang berakibat
jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Karena jantung sudah lemah, hanya sedikit darah yang dapat dialirkan pada setiap kali
memompa. Dengan berkurangnya darah yang mengalir dalam tubuh, berarti oksigen yang
dapat dialirkan ke seluruh tubuh pun akan berkurang. Dengan demikian gagal jantung
dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ tubuh. Misalnya, jika kerja ginjal
(berfungsi membantu pengeluaran cairan yang berlebihan) terganggu, maka cairan akan
tertimbun di berbagai bagian tubuh seperti hati, tungkai bawah, saluran pencemaran dan
pagu-paru.
Banyak kondisi yang dapat melemahkan dan mengganggu kerja jantung.
Beberapa kondisi dapat merusak otot jantung, jantung bekerja lebih keras sehingga
jantung akan melemah akibat digunakan secara berlebihan. Faktor predisposisi gagal
jantung adalah penyakit yang menimbulkan penurunan fungsi ventrikel (bilik jantung)
seperti penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, kelainan katup jantung (kelainan
jantung bawaan), dan serangan jantung. Sedangkan meningkatnya asupan garam,
ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, infark miokard akut (mungkin
yang tersembunyi), hipertensi, aritmia akut (gangguan irama jantung), infeksi atau
demam, anemia, kehamilan, gangguan kelenjar gondok (tiroroksikosis), dan diabetes
(kencing manis) juga berperan menyebabkan terjadinya gagal jantung.
GejalaPenyakit
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung
terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal jantung kongestif (bagian
jantung kanan dan kiri mengalami gangguan). Gejala dan tanda yang timbul pun berbeda.
Pada gagal jantung kiri terjadi sesak nafas, tersengal-sengal saat beraktivitas yang berat,
lemah dan cepat lelah, terbangun pada malam hari karena batuk dan sesak nafas.
Kadang sesak nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang berbaring, karena
cairan bergerak ke dalam paru-paru. Penderita sering terbangun dan bangkit untuk
menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi. Duduk menyebabkan cairan mengalir
dari paru-paru sehingga penderita lebih mudah bernafas. Kebanyakan dari penderita
gagal jantung tidur dengan posisi setengah duduk untuk menghindari dari sesak.
4. Batuk
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh
di saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakitatau reaksi tubuh
terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lender, makanan, debu, asap, dan
sebagainya.
Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk
(hidung, saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan
lewat saraf ke pusat batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi sinyal kepada otot-
otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga terjadilah batuk.
Batuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronis,
keduanya dikelompokkan berdasarkan waktu. Batuk akut adalah batuk yang berlangsung
kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi
dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis
berulang. Batuk kronis berulang yang sering menyerang anak-anak adalah
karena asma, tuberkolosis (TB), dan pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari). Pertusis adalah
batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis. Pertussis dapat dicegah
dengan imunisasi DPT. Ada beberapa macam penyebab batuk :
1. Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas yang
merupakan gejala flu.
2. Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).
3. Alergi
4. Asma atau tuberculosis
5. Benda asing yang masuk kedalam saluran napas
6. Tersedak akibat minum susu
7. Menghirup asap rokok dari orang sekitar
8. Batuk Psikogenik. Batuk ini banyak diakibatkan karena
masalah emosi dan psikologis.
BAB III
Problem
Penyakit apa yang mempunyai keluhan insomnia karena sesak napas yang sering
membuat pasien terbangun di malam hari, disertai dengan batuk-batuk?
BAB IV
PEMBAHASAN
Batasan
Bronkitis Akut
ANATOMI
Bronkitis ( bronchitis ) adalah peradangan ( inflamasi ) pada selaput lendir ( mukosa ) bronchus ( saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru). Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit.
Penyebab Bronkitis infeksiosa adalah virus, bakteri dan (terutama) organisme yang
menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia). Serangan bronkitis berulang bisa
terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun.
Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
Sinusitis kronis Bronkiektasis Alergi Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh berbagai jenis debu Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur
dioksida dan bromin Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida Tembakau dan rokok lainnya.
HISTOLOGI
Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat
bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya
penyakit, bukan berat ringannya penyakit.
Bronkitis Kronik yaitu penyakit dengan gangguan batuk kronik dengan dahak yang
banyak terjadi hampir tiap hari minimal tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-
turut. Produksi dahak yang berlebihan ini tidak disebabkan oleh penyakit tuberkulosis atau
bronkiektasis. Dasar kelainannya ialah Hipersekresi mucus bronkus dan penyumbatan jalan
napas.
Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga
beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu,
terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.
FISIOLOGI
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk
pertukaran gas. Sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa
udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan
juga mengeluarkannya.
Bernapas terutama digerakkan oleh otot diafragma di bawah. Jika otot ini mengerut,
ruang yang menampung paru-paru akan meluas, dan begitu pula sebaliknya. Tulang rusuk juga
dapat meluas dan mengerut sedikit. Akibatnya, udara terhirup masuk dan terdorong keluar paru-
paru melalui trakea dan tube bronkial atau bronchi, yang bercabang-cabang dan ujungnya
merupakan alveoli, yakni kantung-kantung kecil yang dikelilingi kapiler yang berisi darah. Di
sinioksigen dari udara berdifusi ke dalam darah, dan kemudian dibawa oleh hemoglobin.
Darah terdeoksigenisasi dari jantung mencapai paru-paru melalui arteri paru-paru dan,
setelah dioksigenisasi, beredar kembali melalui vena paru-paru.
Bronchus adalah kaliber jalan udara pada sistem pernapasan yang membawa udara ke
paru-paru. Tidak terdapat pertukaran udara yang terjadi pada bagian paru-paru
ini. Bronkitis merupakan peradangan pada bronkus. Terdapat dua tipe utama, yaitu akut dan
kronik.
PATOFISIOLOGI
Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan. Frekuensi angka
kesakitan Bronkitis kronis lebih kerap terjadi pada pria dibanding wanita. Hanya saja hingga kini
belum ada angka perbandingan yang pasti. Usia penderita Bronkitis kronis lebih sering dijumpai
di atas 50 tahun.
Bronkitis kronis dapat dipicu oleh paparan berbagai macam polusi industri dan tambang,
diantaranya: batubara, fiber, gas, asap las, semen, dan lain-lain. Faktor-fakor penyebab tersering
pada Bronkitis kronis adalah: asap rokok (tembakau), debu dan asap industri, polusi udara.
Berdasarkan waktu berlangsungnya penyakit, Bronkitis kronis berlangsung lebih dari 6
minggu. keluhan pada Bronkitis kronis cenderung lebih berat dan lebih lama. Hal ini
dikarenakan pada Bronkitis kronis terjadi penebalan (hipertrofi) otot-otot polos dan kelenjar serta
berbagai perubahan pada saluran pernapasan.
Secara klinis, Bronkitis kronis merupakan penyakit saluran pernapasan yang ditandai
dengan batuk berdahak sedikitnya 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut.
Keluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis, yaitu
Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin banyak
dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat
dijumpai batuk darah.
Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.
Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik).
pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krok-krok terutama saat
inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas.
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan
keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with obstruction ),
ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi.
Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis oleh
dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru,
EKG, analisa gas darah.
JENIS-JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
1. Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah
merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.
Polisitemia menyebabkan darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya
kecepatan aliran darah ketika darah melalui pembuluh yang kecil. Jika penyakitnya berat,
bisa menyebabkan pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah. Kulit tampak
kemerahan atau kebiruan.Serta tampak lemas, pernafasannya cepat, refleks
menghisapnya lemah dan denyut jantungnya cepat.
Resiko terjadinya polisitemia ditemukan pada seseorang yang menderita tekanan
darah tinggi (hipertensi), merokok, penderita diabetes, tinggal di daerah pegunungan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil hitung jenis
darah.
Polisitemia dapat diatasi dengan Membuang darah bisa membantu mengurangi
kelebihan sel darah merah,tetapi juga menyebabkan berkurangnya volume darah dan
memperburuk gejala polisitemia. Karena itu dilakukan transfusi ganti parsial untuk
membuang sebagian darah dan menggantinya dengan plasma dalam jumlah yang sama.
2. Emfisema
Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran napas, karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.
Gejala :
Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis Kronis
Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai
membungkuk
Bibir tampak kebiruan
Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
Batuk menahun.
Penyebab :
Bronkhitis Kronis yang berkaitan dengan merokok
Mengisap asap rokok/debu
Pengaruh usia.
Komplikasi :
Sering mengalami infeksi ulang pada saluran pernapasan
Daya tahan tubuh kurang sempurna
Proses peradangan yang kronis di saluran napas
Tingkat kerusakan paru makin parah.
Pencegahan :
Berhenti merokok
Patuhi perturan keamanan di tempat kerja seperti memakai masker.
GEJALA KLINIS
Identitas
Nama : Tn. Jono
Umur : 50 tahun
Alamat : Jln. Kenjeran gg.II/17, Surabaya
Pekerjaan : pedagang kerupuk ikan
Keluhan utama
Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang
Pasien sering mengeluh napasnya sering sesak sejak 6 bulan yang lalu. Saat tidur
malam hari sering terbangun karena napasnya sesak disertai dengan batuk-batuk dan
keringat dingin. Sesak napas tidak hanya terasa malam hari, dan saat istirahat pun
terasa sesak.
Pasien mengeluh batuk-batuk yang seringkali kambuh disertai dahak putih kental.
Tidak pernah batuk ada darahnya.
Pasien mudah capek dan terasa lemah.
Pasien merokok 1-2 pak per hari.
Riwayat penyakit dahulu
Sering batuk lama. Tidak pernah batuk darah.
Pemeriksaan Fisik Penyakit
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 165 cm
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign :
Tekanan Darah : 120/80
Nadi : 94 x/ menit
Suhu : 37oC
Respiratory rate: 28 x/menit
Inspeksi :
1. Kepala/Leher
Anemia : -
Icterus : -
Sianosis : -
Dispnea : +
Pembesaran kgb. : -
2. Abdomen
Supel : negatif
Meteorismus : negatif
Bising usus : positif normal
3. Hepar : tak teraba
4. Lien : tak teraba
5. Ekstremitas : akral hangat
Pemeriksaan Penunjang Penyakit
a. Lab.Darah
Leukosit meningkat sedikit
Hitung jenis : monosit meningkat
b. Foto Thorax
Corakan bronkovaskuler meningkat
BAB V
Hipotesis Awal (Differential Diagnosis)
Diagnosa Fungsional
Bronkitis Kronis
Diagnosa Komplikasi
-
Diagnosa Kausa
Merokok
BAB VI
Analisis dari Differential Diagnosis
Gejala Klinis, Pemeriksaan Fisik, dan Pemeriksaan Penunjang
Penyakit yang diggunakan sebagai Differential Diagnosis, antara lain :
1. Asma
Penyakit asma (Bronchial asthma; Exercise-induced asthma)adalah suatu
keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.
Penyebab
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap
rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan.
Penyempitan ini menjadi penyabab asma dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti
serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronkimengalami kejang dan jaringan
yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan
pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran
udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus
berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga
bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang
bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya:
- kontraksi otot polos
- peningkatan pembentukan lendir
- perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.
Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka
kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di
dalam rumah atau bulu binatang.
Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi
yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca
dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan
leukotrien. Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma
melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan
saluran udara.
Gejala
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering
terbebas dari gejala asma dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang
singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu
mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita
suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis
atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang
berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama
terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma
terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.
Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma
adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam
beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa
hari.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk
kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya
gejala. Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul
rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan
banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk
berbicara karena sesaknya sangat hebat.
Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti
tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali)
dan sianosis(kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen
penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipin telah
mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna,
Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan
udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar
organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.
Diagnosa
Diagnosa asma ditegakkan berdasarkan gejala asma yang khas. Untuk
memperkuat diagnosa asma bisa dilakukan pemeriksaan spirometri berulang. Spirometri
juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran udara dan untuk memantau
pengobatan. Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit
alergi bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma.
Jika diagnosisnya masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui
faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial challenge test.
Pengobatan
Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal.
Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan
rutin untuk mencegah serangan.
Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat asma terbaik untuk mengurangi
serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin
dipicu oleh olahraga.
Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-
adrenergik. Bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik
(misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat,
gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada
reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya
memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya
albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator
yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik.
Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya
berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih
panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan
untuk mencegah serangan.
Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang
dihirup) dan sangat efektif.
2. TBC
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
adalah suatu penyakityang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar denngan
bakeri Mikrobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya erasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini
bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat
menginfeksi hamper seluruh organ tubuh seperti : paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh
yang paling serng terkena yaitu paru-paru.
Jenis-jenis :
Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
Tuberkulosis pada sistem saraf
Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
Tuberkulosis millier
Gejala Klinis
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadabg-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
Perasaan tidak enak (malaise)dan lemah.
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara napas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura, dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis, gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
Pemeriksaan Fisik
Tergantung dari organ yang terkena
Pada TB paru tergantung luas kelainan biasanya pada apeks lobus atas (S1 dan S2)
dan apeks lobus bawah (S6), dapat ditemukan berbagai bunyi napas pokok pada
auskultasi.
Pada pleurisy TB tergantung dari jumlah cairan di rongga pleura, pada perkusi
pekak, auskultasi suara napas melemah sampai hilang.
Pada limfadenitis TB, pembesaran kegb leher, ketiak dapat menjadi “cold abscess”
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang ini juga bertujuan menentukan klasifikasi TB (jika
terbukti) yang akan berdampak pada jenis pengobatan yang dilakukan. Pemeriksaan
yang cukup penting adalah pemeriksaan radiologi, pemeriksaan bakteriologi,
pemeriksaan darah, dan pemeriksaan uji kulit.
Pemeriksaan radiologi standar ialah foto rontgen dada (paru) dari arah depan
dengan atau tanpa foto (tampak samping) lateral. Pada pemeriksaan foto toraks TB dapat
member gambaran bermacam-macam bentuk (multiform) sehingga sering disebut sebagai
the great mitator.
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai kelainan TB yang masih aktif, bila
didapatkan gambaran bayangan berawan/nodular di bagian atas paru, gambaran kavitas
(lubang pada paru), terutama lebih dari satu yang dikelilingi oleh bayangan opak (putih)
berawan atau nodular, bayangan bercak milier (berbintik-bintik putih seukuran jarum
pentul) yang berupa gambaran nodul-nodul (bercak bulat) miliar yang tersebar pada
lapangan paru, dan gammbaran berupa efusi pleura.
3. Efusi Pleura
Efusi Pleura (Fluid in the chest; Pleural fluid) adalah pengumpulan cairan di
dalam rongga pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang
melapisi paru-paru dan rongga dada.
Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan
kedua lapisan pleura. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura
adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di
dada. Penyebab lainnya adalah:
- pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam
rongga pleura
- kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian
mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
- gangguan pembekuan darah.
Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya
mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.
Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses
parumenyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
- Pneumonia
- Infeksi pada cedera di dada
- Pembedahan dada
- Pecahnya kerongkongan
- Abses di perut.
Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu
cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh
penyumbatan saluran karena adanya tumor.
Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi
karena efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid.
Penyebab
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi
permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan
membungkus paru-paru).
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan
normal di dalam paru-paru.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung
kongestif.
2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali
disebabkan oleh penyakit paru-paru.
Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi
obat, asbetosis dan sarkoidosismerupakan beberapa contoh penyakit yang bisa
menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah: Gagal jantung Kadar protein darah yang rendah Sirosis Pneumonia Blastomikosis Koksidioidomikosis Tuberkulosis Histoplasmosis Kriptokokosis Abses dibawah diafragma Artritis rematoid Pankreatitis Emboli paru Tumor Lupus eritematosus sistemik Pembedahan jantung Cedera di dada Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin) Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul
ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan
semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa
penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- batuk
- cegukan
- pernafasan yang cepat
- nyeri perut.
Diagnosa
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:o Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
o CT scan dada CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanyapneumonia, abses paru atau tumor
o USG dada USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
o Torakosentesis Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
o Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
o Analisa cairan pleura Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
Pengobatan
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan
terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan
penekanan maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran
cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atau
selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk
menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak
1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan
sebuah selang melalui dinding dada.
Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.
Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka
pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat
sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan
untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).
Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka
panjang.
Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan
cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat. Pengaliran cairan dan pemberian obat
antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut.
Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura.
Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya
larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan
menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat
pengumpulan cairan tambahan.
Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.
Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan
bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase). Jika perdarahan terus
berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan
tindakan pembedahan.
Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran
getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor
yang menyumbat aliran getah bening.
BAB VII
Hipotesis akhir (diagnosis)
Dari beberapa differential diagnosis dapat diketahui beberapa ciri yang tidak sesuai
dengan ciri – ciri penyakit yang diderita pasien pada skenario di atas, antara lain :
1. Asma
Tidak ada sianosis
Sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi ngik-ngik dimana seringnya
gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh
keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi. Sedangkan pasien
mengalami sesak pada malam hari maupun ketika istirahat
Orang dewasa pada usia sekitar tigapuluh tahunan sedangkan pasien Usia 50 tahun
2. TBC
Tidak batuk berdarah
3. Efusi Pleura
Tidak ada akumulasi cairan pada paru
BAB VIII
Mekanisme Diagnosa
Mekanisme Berupa B agan Sampai Terjadinya Diagnosis
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
Keadaan Umum : baik
Vital sign :
Tekanan Darah : 120/80
Nadi : 94 x/ menit
Suhu : 37oC
Respiratory rate: 28 x/menit
Inspeksi :
1. Kepala/Leher
Anemia : -
Icterus : -
Sianosis : -
Dispnea : +
Pembesaran kgb. : -
2. Abdomen
Supel : negatif
Meteorismus : negatif
Bising usus : positif normal
3. Hepar : tak teraba
4. Lien : tak teraba
5. Ekstremitas : akral hangat
Lab.darah :
Leukosit meningkat sedikit Hitung jenis : monosit meningkat
Foto thorax :
Corakan bronkovaskuler meningkat
RPD :
Sering batuk lama. Tidak pernah batuk darah.
RPK :
-
RK :
Merokok 1-2 pak per hari
DIAGNOSA Bronkitis Kronis
Anamnesa
Nama : Tn.Jono
Umur : 50 tahun
Alamat : Jl.Kenjeran gg.II/17, Surabaya
Pekerjaan : pedagang kerupuk ikan
RPS :
Pasien sering mengeluh napasnya sering sesak sejak 6 bulan yang lalu. Saat tidur malam hari sering terbangun karena napasnya sesak disertai dengan batuk-batuk dan keringat dingin. Sesak napas tidak hanya terasa malam hari, dan saat istirahat pun terasa sesak.
Pasien mengeluh batuk-batuk yang seringkali kambuh disertai dahak putih kental. Tidak pernah batuk ada darahnya.
Pasien mudah capek dan terasa lemah. Pasien merokok 1-2 pak per hari.
BAB IX
Strategi Penyelesaian Masalah
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan, meliputi:
Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan
faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan,
diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang
cukup, makan makanan bergizi.
Oksigenasi (terapi oksigen)
Ekspektorant adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga
napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl
guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin,
aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas
atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya
untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis.
Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin
dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata
mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika
masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.
Antibiotika digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi oleh
infeksi kuman ( Hinfluenzae, S.pneumoniae, M.catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika
(pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil
pemeriksaan.
Prinsip Tindakan Medis
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi hipersekresi bronkus, sumbatan jalan napas, dan infeksi
bronkus, serta gagal napas.
BAB X
Prognosis dan Komplikasi
- Prognosa : baik
karena tidak ada komplikasi pada jaringan lain
- Komplikasi : tidak ada
Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien / Keluarga Pasien
Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganan tentang Bronkitis kronis.
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit bronchitis
kronis dapat disembuhkan secara total
Pada pasien penyakit bronkitis kronis diberikan obat-obat pengencer dahak, bronkodilator,
dan oksigenasi.
Tanda untuk Merujuk Pasien
Kondisi pasien masih memungkinkan untuk dilakukan pengobatan. Pasien juga masih
dalam keadaan sadar penuh serta belum terlihat adanya komplikasi yang terjadi dari penyakit
bronchitis kronis ini sehingga dokter belum perlu untuk melakukan tanda merujuk untuk pasien.
Peran Pasien / Keluarga untuk Penyembuhan
Peran Pasien :
1. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
2. Selalu kontrol secara rutin ke dokter
Peran Keluarga Pasien :
1. Beri semangat pada pasien dalam menghadapi penyakit ini
2. Ingatkan pasien untuk selalu melaksanakan perintah dokter
3. Selalu beri perhatian pada pasien
4. Temani pasien selama melakukan pengobatan
5. Lakukan pendekatan dan komunikasi
Pencegahan Penyakit
Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko
bronkitis kronis dan emphysema.
Berolahraga secara rutin dapat membantu memperkuat otot-otot pernafasan sehingga
penderita bronkitis kronis dapat bernafas lebih baik.
Hindari zat pencemar udara yang menyebabkan peradangan saluran nafas tersebut.