TUGAS PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN - · PDF filependuduk yang terus meningkat dalam kondisi...
Transcript of TUGAS PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN - · PDF filependuduk yang terus meningkat dalam kondisi...
i
TUGAS PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN
“ LIMBAH PERTAMBANGAN
PASIR BESI ”
Disusun Kelompok 2 :
1. Damas Fahmi Assena NIM : 161240000500
2. Suriya Siang Iyang NIM : 161240000529
3. Nor Huda Widiana NIM : 161240000530
4. M. Rizky Helmi B. NIM : 161240000545
5. Efa Mulyasari NIM : 161240000547
6. M. Bahrudin Yusuf NIM : 161240000582
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLGI UNISNU JEPARA
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat,
Hidayah dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun hasil laporan observasi tentang pencemaran
lingkungan ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam laporan ini, kami akan membahas
mengenai “Pertambangan Pasir”.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Desti Setiyowati, S.Pi., M.Si. selaku dosen mata
kuliah Pengantar Ilmu Lingkungan yang telah memberikan tugas ini. Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mendasar pada hasil laporan ini. Oleh karena itu saran serta kritik yang dapat
membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna penyempurnaan selanjutnya.
Harapan kami semoga ini bisa membantu menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isinya sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Demikian hasil ini kami buat, semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jepara, 6 Januari 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerusakan Lingkungan ....................................................................................... 2
2.2 Kegiatan Penambangan ....................................................................................... 3
BAB III. METODE
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 4
3.2 Pedekatan Penelitian ...................................................................................... 4
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................................ 4
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 4
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Pertambangan Dan Pasir Besi ....................................................... 5
4.2 Potensi Pertambangan Pasir Besi Di Desa Trengguli ....................................... 5
4.3 Kegiatan Pertambangan Pasir Besi Di Desa Trengguli .................................... 6
4.4 Dampak Dari Keberadaan Tambang Pasir Besi Di Desa Trengguli ................. 8
4.5 Dampak Fisik Lingkungan ............................................................................. 10
4.6 Prinsip-prinsip dalam model pengelolaan lingkungan penambangan pasir ...... 12
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 13
5.2 Saran ............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah lingkungan seperti pencemaran, kerusakan dan bencana dari tahun ke tahun masih terus
berlangsung dan semakin luas. Kondisi tersebut tidak hanya menyebabkan menurunnya kualitas
lingkungan tetapi juga memberikan dampak yang sangat serius bagi kesehatan dan jiwa manusia.
Buruknya kualitas lingkungan, di antaranya disebabkan antara lain oleh pertambahan penduduk yang
semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya.
Kerusakan sumber daya alam terus mengalami peningkatan, baik dalam jumlah maupun sebaran
wilayahnya. Secara fisik kerusakan tersebut disebabkan oleh tingginya eksploitasi yang dilakukan,
bukan hanya dalam kawasan produksi yang dibatasi oleh daya dukung sumber daya alam, melainkan
juga terjadi di dalam kawasan lindung dan konservasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Kerusakan
tersebut disebabkan baik oleh usaha-usaha komersial yang secara sah mendapat ijin maupun oleh
individu-individu yang tidak mendapat ijin.
Kerusakan lingkungan karena eksploitasi tanah/lahan juga terjadi di Kabupaten Jepara. Jumlah
penduduk yang terus meningkat dalam kondisi ekonomi yang lesu mengakibatkan merebaknya petani
lapar yang mengubah lahan pertanian menjadi pertambangan bahan galian C (pasir besi) tanpa
memperhatikan konservasi lahan. Hal ini misalnya terjadi di salah satu desa di Bangsri, yaitu di Desa
Trengguli.
Melihat kenyataan tersebut, perlu adanya penelitian tentang kajian dampak lingkungan baik fisik
maupun sosial ekonomi kegiatan penambangan pasir besi di Desa Trengguli Kecamatan Bangsri
Kabupaten Jepara sehingga diperoleh gambaran dampak lingkungan yang terjadi atau akan terjadi kelak
kemudian hari. Dengan mengetahui dan memperhatikan gambaran kerusakan lingkungan tersebut
diharapkan ada kebijakan pemerintah kabupaten yang nantinya dapat digunakan dalam pengelolaan
lingkungan hidup baik dari sisi masyarakat, kelembagaan maupun aturan hukum sehingga lingkungan
hidup di Kabupaten Jepara agar tetap lestari.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pertambangan dan pasir besi.
2. Bagaimana potensi pertambangan pasir besi.
3. Bagaimana kegiatan pertambangan pasir besi.
4. Bagaimana dampak dari keberadaan tambang pasir besi.
2
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini untuk memecahkan dan menjawab pertanyaan pada masalah penelitian,
yaitu :
1. Untuk menganalisis tingkat erosi di lokasi penambangan pasir besi.
2. Untuk menganalisis dampak lingkungan dan sosial ekonomi kegiatan penambangan pasir besi.
3. Mengajukan model pengelolaan lingkungan lokasi penambangan pasir besi.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada Pemerintah Kabupaten Jepara bagi
pelaksanaan pengelolaan lingkungan lokasi penambangan pasir besi di Desa Trengguli Kecamatan
Bangsri Kabupaten Jepara.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerusakan Lingkungan
Definisi perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan sektoral selama ini terus memperbesar eksploitasi sumber daya alam, sementara itu
kebutuhan untuk melakukan konservasi dan perlindungan sumber daya alam tidak dapat dijalankan
sebagaimana mestinya. Akibatnya adalah semakin banyaknya kerusakan lingkungan, banjir, longsor,
pencemaran air sungai, dan lain-lain.
Masih banyak manusia yang bersikap tidak tahu atau tidak mau peduli dan tidak butuh pandangan
dan manfaat jangka panjang sumber daya alam, sekaligus tidak peduli dengan tragedi kerusakan
lingkungan yang terjadi. Bagi mereka, kesejahteraan material sesaat menjadi kepedulian utama dan pada
saat yang sama mengabaikan berbagai tragedi kerusakan lingkungan yang umumnya padahal justru
mendatangkan kerugian bagi mereka juga dan bahkan bagi orang lain yang tidak tahu menahu
(Kartodihardjo, dkk., 2005).
3
2.2 Kegiatan Penambangan
Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Akan tetapi sangat
disayangkan bahwa pada umumnya setelah manusia berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah,
mereka mengabaikan fungsi tanah, bahkan merusak dan selanjutnya menelantarkan tanah itu sendiri (
Kartasapoetra, dkk, 2005 ).
Usaha penambangan merupakan usaha melakukan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, produksi, dan
penjualan. Menurut Rahmi (1995), penggolongan bahan-bahan galian adalah sebagai berikut :
Golongan a, merupakan bahan galian strategis, yaitu strategis untuk perekonomian Negara serta
pertahanan dan keamanan Negara
Golongan b, merupakan bahan galian vital, yaitu dapat menjamin hajat hidup orang banyak,
Contohnya besi, tembaga, emas, perak dan lain-lain
Golongan c, bukan merupakan bahan galian strategis ataupun vital, karena sifatnya tidak langsung
memerlukan pasaran yang bersifat internasional. Contohnya marmer, batu kapur, tanah liat, pasir,
yang sepanjang tidak mengandung unsur mineral.
Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok
Pertambangan menyebutkan bahawa pertambangan rakyat adalah suatu usaha pertambangan bahan-
bahan galian dari semua golongan a, b dan c yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan
atau gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk pencairan sendiri. (As’ad, 2005). Pertambangan
rakyat dilakukan oleh rakyat, artinya dilakukan oleh masyarakat yang berdomisili di area pertambangan
secara kecil-kecilan atau gotong royong dengan alat-alat sederhana. Tujuan mereka adalah untuk
meningkatkan kehidupan sehari-hari. Dilaksanakan secara sederhana dan dengan alat sederhana, jadi
tidak menggunakan teknologi canggih, sebagaimana halnya dengan perusahaan pertambangan yang
mempunyai modal besar dan memakai teknologi canggih.
Kegiatan penambangan rakyat dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia serta biologi tanah melalui
pengupasan tanah lapisan atas, penambangan, pencucian serta pembuangan tailing. Penambangan rakyat
yang tidak memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya dengan
bahaya erosi dan tanah longsor karena hilangnya vegetasi penutup tanah (As’ad, 2005 ).
Kegiatan pertambangan mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan, antara lain perubahan
bentang alam, perubahan habitat flora dan fauna, perubahan struktur tanah, perubahan pola aliran air
permukaan dan air tanah dan sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan dampak dengan
intensitas dan sifat yang bervariasi. Selain perubahan pada lingkungan fisik, pertambangan juga
mengakibatkan perubahan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Dampak kegiatan pertambangan terhadap lingkungan tidak hanya bersumber dari pembuangan
limbah, tetapi juga karena perubahan terhadap komponen lingkungan yang berubah atau meniadakan
4
fungsi-fungsi lingkungan. Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula areal dampak
yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen, atau
tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula. Perubahan topografi tanah, termasuk karena
mengubah aliran sungai, bentuk danau atau bukit selama masa pertambangan, sulit dikembalikan kepada
keadaannya semula.
III. METODE
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Reseach) yaitu penelitian yang langsung
terjun lokasi untuk memperoleh data yang dalam hal ini adalah masyarakat setempat. Penelitian ini
dilaksanakan di wilayah Kabupaten Jepara yang kami khususkan wilayah Bangsri desa Trengguli.
3.2 Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif
menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi, sikap dan pandangan
yang menggejala di dalam masyarakat, hubungan antar variabel, pertentangan dua kondisi atau lebih,
pengaruh terhadap suatu kondisi. yang dalam penelitian ini membahas tentang pertentangan masyarakat
kepada pihak penambang pasir besi.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Desa di Desa Trengguli Kecamatan Bangsri Provinsi Jawa Tengah,
yang mana desa ini merasakan dampak dari penambangan pasir besi tersebut.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang
diselidiki. Ini penyusun gunakan untuk memperoleh data yang diperlukan baik langsung maupun tidak
5
langsung. Dalam melakukan observasi selama penelitian ini dilaksanakan di daerah yang terkena
dampak langsung maupun tidak langsung yang masih dalam wilayah Kabupaten Jepara.
b. Wawancara
Dilakukan sebagai pelengkapa untuk memperoleh data dengan memakai pokok-pokok wawancara
sebagai pedoman agar wawancara terarah. Wawancara ini dilakukan dengan mengambil informansi dari
pihak masyarakat yang terkena dampak dari penambangan secara langsung maupun tidak langsung.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mengambil data dari dokumen yang merupakan suatu pencatatan
formal dengan bukti otentik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Pertambangan Dan Pasir Besi
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan
(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral,batubara, panas bumi,
migas,dll). Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran
dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral
tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit. Titaniferous magnetit
adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi
terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Kegunaannya pasir besi ini selain untuk
industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen. Di dalam Ensiklopedi
Nasional Indonesia disebutkan bahwa pasir besi adalah bijih laterit dengan kandungan pokok berupa
mineral oksida besi. Pasir besi biasanya mengandung juga beberapa mineral oksida logam lain, seperti
vanadium, titanium, dan krominum, dalam jumlah kecil. Pasir yang mengandung bijih besi ini adalah
bahan galian yang mengandung mineral besi, yang dapat digunakan secara ekonomis sebagai bahan
baku pembuatan besi logam atau baja. Persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah kandungan
besinya harus lebih dari 51,5 persen.
4.2 Potensi Pertambangan Pasir Besi Di Desa Trengguli
Pasir besi merupakan salah satu bahan industri yang potensial yang ada di Indonesia, salah
satunya yang ada di desa Trengguli, Kecamatan Bangsri, Jepara. Potensi yang dimiliki oleh desa
Trengguli ini banyak menarik minat para pengusaha yang ingin mengusahakan agar dapat menambang.
6
Karena mengandunng persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah kandungan besinya harus lebih
dari 51,5 persen.
4.3 Kegiatan Pertambangan Pasir Besi Di Desa Trengguli
Kegiatan penambangan pasir besi di daerah ini sehari-hari dikerjakan oleh kelompok, dimana
setiap kelompok beranggotakan 5 orang bahkan lebih yang bekerja secara bersama-sama dimulai dari
menggali pasir, kemudian dimuat ke dalam truk lalu kemudian dipindahkan ke tempat penampungan
sementara. Setiap kelompok menghasilkan pasir besi yang berbeda-beda tergantung kemampuan
kelompoknya masing-masing, mulai dari 3 truk sampai 10 truk (berisi 3 meter kubik atau lebih,
tergantung dari jenis truknya). Para penambang di pertambangan ini kebanyakan menggunakan alat-alat
modern, untuk mengeruk pasir besi atau sejenis becko (escapator). Tapi ada juga yang masih
menggunakan alat-alat tradisional seperti sekop dan cangkul. Sebenarnya kedua alat yang digunakan
para penambang ini sama-sama punya kelebihan dan kelemahan, alat tradisional memungkinkan para
penambang untuk bekerja lebih lama (menyerap tenaga kerja) dan tidak merusak lingkungan, sedangkan
alat modern tidak menyerap tenaga kerja karena hanya mengoperasikan seorang operator dan cenderung
merusak lingkungan, karena alat modern tersebut mengangkutnya kesana kemari dan cenderung
merusak jalan dan infrastruktur lainnya.
Gambar I. Tempat galian pasir besi
7
Gambar II. Tempat penyimpanan sementara pasir besi
Gambar III. Sampel bentuk pasir besi
8
4.4 Dampak Dari Keberadaan Tambang Pasir Besi Di Desa Trengguli
Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di Trengguli khususnya di daerah sekitar
penambangan pasir besi banyak memberikan respon terhadap aktivitas penambangan tersebut, baik
respon positif maupun respon negatif. Kebanyakan diantaranya memberikan respon negatif atau kurang
setuju dengan kegiatan penambangan tersebut karena dirasakan merusak lingkungan. Dampak positif
yang dirasakan yaitu salah satunya adalah dapat Menyerap tenaga kerja, Masyarakat disekitar
penambangan memang merasa terbantu dengan adanya penambangan pasir ini karena mereka bisa ikut
bekerja menjadi buruh disana, bagi sebagian masyarakat memang menyadarinya karena pertambangan
tersebut memberikan sedikit keringanan beban perekonomian. Disamping itu tambang pasir besi
memiliki daya tarik tersendiri keberadaannya, dimana pada awal keberadaannya menjadi daya tarik bagi
Trengguli untuk menarik masyarakat luar, karena masyarakat lain ingin mengetahui keberadaan dan
keadaan tambang besi tersebut. Sementara itu dampak yang paling negatif adalah:
1. Rusaknya jalan raya Kerusakan yang paling parah akibat dari kegiatan pertambangan pasir besi ini
adalah rusaknya jalan penghubung ke jalan raya. Karena diperparah dengan adanya kegiatan
pengangkutan pasir besi, dengan hilir mudiknya truk-truk besar yang mengangkut pasir besi tersebut.
Masyarakat menyayangkan keadaan tersebut dimana keadaan ini membuat mereka tidak nyaman.
Gambar IV. Jalan raya yang rusak berat
9
2. Tingkat polusi udara yang meningkat Hal ini disebabkan oleh hilir mudiknya truk-truk pengangkut
pasir besi yang melintas, yang membawa pasir tersebut dari daerah Bangsri ke daerah lain, khususnya
daerah Jepara dan sekitarnya.
3. Rusaknya area pesawahan atau pertanian warga Lahan pertanian warga menjadi rusak akibat kegiatan
pertambangan ini, diduga aliran air yang ke persawahan menjadi terganggu, akibatnya sawah warga
menjadi cepat kering.
Gambar V. Lahan warga yang tidak produktif lagi
Bekas galian pasir besi Dari keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan tambang pasir
besi masih menjadi kontroversi di tengah-tengah masyarakat luas. Dimana masyarakat lebih merasakan
dampak negaif dari pada dampak positifnya, masyarakat menyayangkan keadaan tersebut dimana
pengelolaan sumber daya alam haruslah lebih mengutamakan kepentingan luas, disinilah peran berbagai
pihak dibutuhkan untuk memperbaiki keadaan semua.
10
4.5 Dampak Fisik Lingkungan
Dampak fisik lingkungan dengan adanya kegiatan penambangan pasir di Desa Trengguli adalah
sebagai berikut :
Hilangnya sebagian lapisan tanah karena tanah yang diruntuhkan sebelum pasir tidak disimpan
atau disendirikan tetapi dicampur dengan pasir yang ada untuk dijual. Hilangnya lapisan tanah
menyebabkan kesuburan tanah hilang sehingga tanah tidak produktif lagi dan berubah menjadi lahan
kritis.
Gambar VI. Tanah yang berubah fungsinya
Hilangnya tanaman-tanaman penutup dan pelindung tanah, hal ini dapat menyebabkan aliran
permukaan menjadi meningkat karena tidak adanya tanaman pelindung, apalagi bila pada saat musim
hujan. Lokasi penambangan pasir yang merupakan tanah dengan kemiringan landai - curam berpotensi
terjadinya aliran permukaan yang besar, apalagi bila tidak ada tanaman.
Adanya perubahan tata guna lahan yang dahulunya diperuntukkan bagi pertanian tanaman pangan
lahan kering menjadi lahan pasir dan batu. Lahan yang dulu hijau dan penuh dengan tanaman berubah
menjadi lahan tandus yang penuh dengan tumpukan pasir dan batu atau banthak.
11
Gambar VII. Perubahan tata guna lahan
Munculnya air tanah di permukaan karena terpotongnya alur tanah, hal ini disebabkan karena
lokasi penggalian pasir termasuk dalam dengan kondisi lahan yang kemiringannya curam. Apabila hal
ini dibiarkan terns berlanjut maka persediaan air tanah bagi tempat lain yang berada di bagian lebih
bawah akan berkurang, terutama pada saat musim kemarau.
Rusaknya jalan desa yang dilalui truk-truk pengangkut pasir/kerikil/batu karena konstruksi jalan
desa tidak dibuat khusus untuk truk-truk bermuatan pasir, perbaikan sudah dilakukan namun beberapa
lama kemudian sudah mengalami kerusakan yang sama. Truk-truk yang melebihi tonase jalan semakin
memperparah kerusakan jalan desa.
Terjadinya polusi udara berupa debu di sekitar jalan yang dilalui truk pengangkut pasir sehingga
apabila ada truk lewat maka pejalan kaki atau pengguna sepeda motor memilih berhenti agar jauh dari
truk serta menutup muka dan hidung untuk menghindari debu yang beterbangan.
12
4.6 Prinsip-prinsip dalam model pengelolaan lingkungan penambangan pasir
Perencanaan pengelolaan lingkungan akan efektif bila memperhatikan sektor ekonomi, sosial dan
lingkungan sehingga kebijakan yang diambil sebagai keputusan tidak hanya kebijakan yang bersifat
secara teknis lingkungan namun juga beberapa kebijakan yang terkait. Pada penelitian ini kebijakan
model pengelolaan lingkungan lokasi penambangan pasir di Desa Trengguli dilaksanakan dengan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
Mewujudkan pemberdayaan masyarakat
Sumaryadi (2005) menyatakan bahwa pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan harkat
lapisan masyarakat dan pribadi manusia. Tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah untuk
membantu pengembangan manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat lemah, rentan, miskin,
marjinal dan kaum kecil, selain itu juga untuk memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat
tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat.
Lima strategi pemberdayaan masyarakat menurut Ismawan dalam Sumaryadi (2005) dilaksanakan
dalam pengelolaan lingkungan, meliputi :
1) program pengembangan sumber daya manusia
2) program pengembangan kelembagaan kelompok
3) program pemupukan modal swasta
4) program pengembangan usaha produktif
5) program penyediaan informasi tepat guna
Pencapaian tujuan pengelolaan lingkungan hidup akan tercapai jika semua stakeholders termasuk
juga masyarakat dilibatkan secara intensif, karena masyarakat memiliki pola penyelesaian masalah
maupun komitmen untuk terlibat dalam pembangunan secara luas. Substansi lingkungan hidup beserta
dampak pengelolaannya secara langsung berakibat pada masyarakat, maka keterlibatan masyarakat akan
mepermudah penyelesaian masalah yang timbul dari berbagai kegiatan pembangunan yang berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Melaksanakan pembangunan berkelanjutan
Paradigma pembangunan berkelanjutan harus menjadi acuan utama dalam setiap jenis kegiatan
pembangunan daerah. Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (WCED) mendefinisikan
bahwa pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan
datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Agar penyelenggaraan pembangunan tetap efektif
maka harus dipastikan bahwa pembangunan yang dilaksanakan harus aspiratif, rendah resiko dan
konflik lingkungan. Segenap komponen pengelola lingkungan hidup yang terdiri dari delapan pelaku
13
lingkungan hidup harus dilibatkan (Tangkilisan dalam As’ad, 2005). Pelaku lingkungan hidup tersebut
adalah :
Birokrasi sebagai fasilitator
Legislatif sebagai kontrol
Yudikatif sebagai penegak hukum
LSM sebagai pendamping
Perguruan Tinggi sebagai lembaga konsultatif
Pengusaha sebagai pihak yang bertanggung jawab
Masyarakat sebagai pihak yang melaksanakan
Tokoh masyarakat sebagai pemimpin
Mewujudkan kepemerintahan yang baik
Mardiasmo dalam As’ad (2005) mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah
untuk menciptakan good governance atau kepemerintahan yang baik. Menurut UNDP dalam As’ad
(2005) karakteristik pemerintahan yang baik adalah adanya participation, rule of law, transparency,
responsivenes, consensus orientation, equity, effectiveness and efficiency, accountability.
Memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
Aspek ekonomi, sosial dan lingkungan harus diperhatikan untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan. Salah satu syarat dalam pembangunan berwawasan lingkungan adalah bahwa
pembangunan itu sarat dengan nilai, dalam arti bahwa pembangunan harus diorientasikan untuk
mencapai tujuan ekologis, sosial dan ekonomi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Kajian Dampak Lingkungan Kegiatan Penambangan
Pasir di Kabupaten Jepara adalah sebagai berkut :
1. Kegiatan penambangan pasir menimbulkan dampak terhadap fisik lingkungan maupun sosial
ekonomi masyarakat. Dampak terhadap fisik lingkungan yaitu adanya lahan yang rawan longsor,
adanya sedimentasi pasir di sungai, potensi terjadinya banjir di daerah bawah dengan
meningkatnya sedimentasi sungai, hilangnya bahan organik tanah sehingga tanah tidak subur,
hilangnya lapisan tanah sehingga lahan tidak produktif, terjadi perubahan struktur tanah,
terjadinya polusi udara berupa debu, sebagian jalan desa menjadi rusak, terpotongnya alur air
14
tanah, kenyamanan dan keamanan lingkungan berkurang, lahan menjadi tandus dan kritis (penuh
banthak), tidak adanya vegetasi penutup tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan
tanah, perubahan tata guna lahan, berkurangnya ketersediaan air, hilangnya sebagian
pemandangan yang indah dan sejuk, serta lahan tidak teratur dan berlubang- lubang. Dampak
positif dari aspek sosial ekonomi yang dirasakan masyarakat Desa Trengguli yaitu adanya
peningkatan pendapatan dari buruh tani menjadi tenaga kerja di penambangan pasir, peningkatan
kesejahteraan bagi pemilik tanah, pengurangan angka pengangguran, peningkatan pemasukan bagi
desa, tumbuhnya kegiatan dan pemasukan uang secara rutin bagi karang taruna yang mengelola
retribusi, adanya waktu luang yang lebih untuk keluarga bagi beberapa penjual makanan, adanya
ketenangan dengan kepastian penghasilan yang diperoleh, adanya keuntungan bagi masyarakat
umum berupa pembangunan beberap fasilitas umum seperti masjid, gapuro, penerangan jalan dan
lain sebagainya.. Dampak negatif dari aspek sosial ekonomi yang dirasakan pada masyarakat
penambang yaitu kurangnya keamanan saat bekerja sehingga sering menyebabkan adanya
kecelakaan seperti retak atau patah tulang maupun luka-luka ringan pada kaki, tangan, mata atau
gangguan pernafasan. Dampak negatif bagi masyarakat bukan penambang adalah adanya
ketidaknyamanan kaum perempuan setempat yang bukan tenaga kerja di penambangan pada saat
melintas/berada di lokasi penambangan, sebagian masyarakat merasa sedih dan kecewa dengan
kerusakan lingkungan yang ada namun tidak dapat berbuat apa-apa, hilangnya mata pencaharian
utama sebagai petani pada masyarakat yang menjual tanahnya, waktu yang dibutuhkan petani
menuju ke lahan pertanian menjadi lebih lama dan sulit dengan terputusnya jalan dan penuh
dengan luabng-lubang bekas galian, sebagian petani mengeluarkan tenaga dan waktu untuk
membuat jalan baru ke lahan pertanian mereka, berkurangnya kenyamanan pengguna jalan karena
adanya polusi udara saat truk melintas, waktu yang dibutuhkan pengendara sepeda motor dan
pejalan kaki lebih lama karena harus berhenti sementara waktu saat truk melintas, saluran irigasi
di atas lokasi penambangan berpotensi menjadi rusak dengan meluasnya lokasi penambangan.
Perhitungan kerugian lingkungan tersebut belum termasuk biaya reklamasi lahan serta dampak
kerusakan lingkungan seperti polusi udara, menyusutnya air kolam dan lain sebagainya.
Keuntungan yang diperoleh sama sekali tidak sebanding dengan kerugian yang dialami sehingga
adanya kegiatan penambangan pasir berdasarkan perhitungan valuasi ekonomi sama sekali tidak
menguntungkan.
5.2 Saran
Saran yang peneliti ingin sampaikan dalam upaya pengelolaan lingkungan lokasi penambangan
pasir di Desa Trengguli, Bangsri adalah sebagai berikut :
1. Dugaan adanya laju erosi yang tinggi dengan tingkat bahaya erosi berat dan sangat berat di lokasi
penambangan pasir. Tindakan pengendalian erosi dapat dilakukan dengan tindakan agronomis,
15
pengelolaan tanah dan tindakan mekanis. Diharapkan dengan adanya program / kegiatan
pengendalian erosi maka laju erosi dapat ditekan sehingga kerusakan lingkungan yang terjadi tidak
semakin parah.
2. Dengan adanya dampak kegiatan penambangan pasir berupa dampak fisik dan dampak sosial
ekonomi baik positif maupun negatif, maka diperlukan suatu upaya pengelolaan lingkungan agar
dampak negatif yang terjadi tidak semakin meluas atau semakin parah. Dampak fisik berupa
kerusakan lingkungan harus segera ditanggulangi secara terpadu.
3. Pengelolaan lingkungan lokasi penambangan pasir pada setiap tahap kegiatannya sejak dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan, harus selalu melibatkan masyarakat
setempat secara utuh dan nyata sehingga benar-benar terwujud pemberdayaan masyarakat. Salah
satu model pengelolaan lingkungan yang mungkin dapat diterapkan adalah perencanaan
pengelolaan lingkungan lokasi penambangan pasir menjadi salah satu lokasi agrowisata. Model
perencanaan pengelolaan lingkungan tersebut di atas membutuhkan waktu, biaya dan tenaga yang
tidak sedikit sehingga dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat sangat dibutuhkan.
Kegiatan pembangunan dengan pemberdayaan masyarakat memang membutuhkan waktu yang
lama dan dana tidak sedikit, namun keberhasilan dalam setiap program akan dapat terwujud secara
nyata dan berkelanjutan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dengan adanya perubahan
paradigma pembangunan yaitu pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai
berikut :
a. Para pemimpin dan aparat pemerintah harus mempunyai pemahaman yang jelas mengenai
konsep pemberdayaan
b. Konsep pemberdayaan mengasumsikan adanya perubahan dalam budaya termasuk di
dalamnya budaya organisasi dan perusahaan
c. Masyarakat harus mengubah dirinya dan menghilangkan mental conditioning (ketakutan,
kebingungan, ketidaknyamanan, kecenderungan tidak berubah, kurang percaya diri) yang ada
dalam diri mereka.
d. Proses pemberdayaan bukan sesuatu yang instan, proses ini membutuhkan waktu dan berbeda
dari individu ke individu
DAFTAR PUSTAKA
As’ad, 2005, Thesis : Pengelolaan Lingkungan pada Penambangan Rakyat ( Studi Kasus Penambangan Intan Rakyat di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Propinsi Kalimantan Selatan ).
Kartodihardjo, H., Safitri, M., Ivalerina, F., Khan A., Tjendronegoro, S.M.P., 2005, Di Bawah Satu Payung Pengelolaan Sumber Daya Alam, Suara Bebas, Jakarta.
16
Kartasapoetra, G., Kartasapoetra, A.G.dan Sutedjo, M.M., 2005, Teknologi Konservasi Tanah dan Air, Cetakan Kelima, Rineka Cipta, Jakarta.
Rahim, F., 1995, Sistem dan Alat Tambang, Akademi Teknik Pertambangan Nasional, Banjarbaru.
Sumaryadi, N., 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat, Citra Utama, Jakarta.
SlideShare,2017 http://www.slideshare.net/search/slideshow.