Tugas OB Bu Tatik
-
Upload
wahyu-ningtyas -
Category
Documents
-
view
20 -
download
4
description
Transcript of Tugas OB Bu Tatik
1.1. Berdasarkan artikel “Managing Successful Change“Berdasarkan artikel “Managing Successful Change“ , apa yang harus diperhatikan, apa yang harus diperhatikan
organisasi dalam mengelola perubahan?organisasi dalam mengelola perubahan?
Perusahaan melakukan perubahan untuk dapat bertahan. Namun merupakan hal yang
sulit untuk meyakinkan anggota organisasi dalam menerima perubahan. Seringkali mereka
merasa frustasi dan susah untuk beradaptasi pada masa transisi. Kegagalan dalam suatu
perubahan tentunya menghabiskan biaya yang banyak (Edmons, 2011 : 349).
Menurut Suprihatmi (2006 : 186), perubahan merupakan tindakan beralihnya suatu
organisasi dari kondisi saat ini menuju kondisi masa yang akan datang yang diinginkan guna
meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Mengapa suatu organisasi perlu melakukan perubahan?
Karena lingkungan organisasi secara terus menerus mengalami perubahan,sehingga organisasi
perlu melakukan perubahan kalau ingin tetap eksis dan sukses di masa mendatang.
Edmons (2011 : 350) mengatakan bahwa banyak faktor yang bisa membawa perubahan
organisasi, dari adanya pengaruh internal sampai adanya perubahan eksternal dalam perilaku
konsumen, atau pergeseran dalam bentang industri.
Di antara penyebab yang paling umum adalah:
Perubahan pemerintah atau undang-undang.
Merger dan akuisisi.
Tantangan pertumbuhan ke pasar global.
Perubahan structural
Exit Strategy
Pengenalan atas proses baru
Adanya strategi re-organisasi
Agar siap dalam menghadapi perubahan, diperlukan perencanaan yang dimulai
jauh sebelum perubahan itu terjadi. Beberapa hal yang perlu dilakukan agar perubahan
dapat berhasil adalah :
Orang orang dalam organisasi
Orang orang dalam organisasilah yang menjadi kunci dari keberhasilan suatu perubahan
dimana terdapat manajer yang mengelola dan leader sebagai pemimpin. Manajer harus fokus
dalam sistem dan struktur organisasi, sedangkan leader harus inovatif, mengembangkan dan
siap dalam tantangan status quo. Manajer dan leader harus dapat memilah pengaruh dan skill
yang mereka miliki dalam posisi mereka di setiap hirarki. Mereka harus dapat
1 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
mengkombinasikan skill tersebut untuk membantu membangun tim yang memiliki
komitmen dan motivasi dalam menghadapi perubahan (Edmons , 2011 : 350).
Menurut Ambarwati (2003 : 156 – 157), kepemimpinan yang diperlukan sebagai agen
perubah dalam hal ini adalah pemimpin yang konsisten, dan mampu turut berpartisipasi
dalam setiap proses perubahan yang akan dilakukan serta bebas dari kolusi, korupsi dan
nepotisme. Pemimpin yang tidak hanya pandai memberi instruksi saja tetapi pemimpin yang
bisa menjadi fasilitator, koordinator, konselor dan motivator bagi semua anggota organisasi,
serta mendukung proses perubahan melalui upaya penciptaan organisasi pembelajaran
sebagai bagian budaya organisasi. Pemimpin yang mengimplementasikan program
perubahan mempunyai komitmen untuk membuat perubahan fundamental dalam perilaku
organisasional. Fokus atau inti dari proses perubahan adalah prinsip pembelajaran dalam
organisasi yang memungkinkan individu untuk tidak mempelajari perilaku atau kebiasaan
masa lalu dan mempelajari cara-cara baru dalam memecahkan masalah organisasi.
Perhatikan reaksi terhadap perubahan
Reaksi yang terjadi bisa bermacam - macam. Ketakutan adalah salah satu alasan yang paling
umum dalam penolakan perubahan. Ketakutan akan ketidaktahuan, kegagalan, kehilangan
atau meninggalkan zona yang nyaman. Perubahan pasti akan membawa berbagai tingkat
energi dan komitmen serta ketegangan dan konflik, tetapi semua reaksi ini merupakan
sumber penting dari perubahan yang sehat. Beberapa orang akan menjadi lebih berkomitmen
atau antusias daripada yang lain, beberapa orang lainnya bereaksi negatif dan dapat
bertahan, sehingga sangat berguna untuk memiliki strategi di tempat untuk menangani
konflik potensial. Menurut Edmons (2011 : 351), energi dan komitmen untuk mengubah
biasanya dapat dibagi menjadi empat kategori karakter dan masing- masing harus ditangani
dengan cara yang tepat:
1. Blocker. Mereka yang mencoba untuk mencegah terjadinya perubahan , harus
memiliki daya dan energi berkurang.
2. Sleepers. Mereka yang tidak peduli tentang perubahan atau tidak
menyadari hal itu, perlu disadarkan akan perubahan.
3. Preachers. Mereka cenderung di posisi kekuasaan, yang pendapatnya penting, tetapi
mereka tidak mempertimbangkan untuk mengubah prioritas.
2 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
4. Champions. Mereka adalah para pendukung dan pelaksana aktif perubahan. Banyak
atau tidaknya champion, penting untuk menjaga mereka sepenuhnya agar tetap
terlibat setiap saat.
Usaha untuk melakukan perubahan tidak selalu berlangsung dengan mulus, sebagian
besar akan menghadapi resistensi baik dari tingkat individual, kelompok, atau
organisasional. Resistensi (penolakan) terjadi dalam usaha mempertahankan kemapanan
yang telah memberikan keuntungan dan manfaat di masa lalu, karena itu perlu langkah-
langkah dalam mengatasi resistensi terhadap perubahan (Suprihatmi, 2006 : 186).
Berdasarkan Newstrom (2011 : 364), resistensi terhadap perubahan terdiri dari setiap
perilaku karyawan dirancang untuk menghilangkan kepercayaan, menunda, atau
mencegah pelaksanaan perubahan pekerjaan. Karyawan menolak perubahan karena
perubahan membutuhkan keamanan, interaksi sosial, status, kompetensi, ata self esteem.
Teamwork
Dalam mengatasi apa yang harus dilakukan dan bagaimana hal itu akan dicapai perlu ada
tim yang efektif yang menetapkan bawah pengaturan misi, perencanaan dan tujuan.
Peranan tim perlu didefinisikan dan hubungan interpersonal dalam tim perlu dikelola.
Tim yang disfungsional bekerja dengan ketegangan, penuh konflik dan fokus pada tugas
yang ada saja. Oleh karena itu, untuk mencapai perubahan yang berhasil, perlu ada
keterbukaan dan dukungan tim. dicapai(Edmons, 2011 : 352).
Training for change
Menurut Edmons (2011 : 352), skill untuk mengelola perubahan dapat dipelajari, oleh
karena itu training dapat diindentifikasikan sebagai elemen penting dalam proses
perubahan jika proyek dapat dilakukan dengan tepat waktu dan sesuai budget. Training
dalam manajemen perubahan dapat membantu menyediakan pengetahuan lebih dalam
atas prinsip dan pemahaman tentang bagaimana mengimplementasikan manajemen
perubahan dalam organisasi
Change Management ”buy - in”
Beberapa faktor yang memiliki kontribusi signifikan terhadap perubahan, antara lain :
a) Buy – in dari manajemen front line dan karyawan
b) Tim proyek yang berpengalaman dan dapat dipercaya
c) Pendekatan yang sudah terorganisasi dan direncanakan
3 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
Berdasarkan Newstrom (2011 : 370), perubahan memiliki tahapan sebagai berikut:
Unfreezing. Proses adaptasi terhadap perubahan maupun pola persepsi sosial teradap
stimuli rule dan tujuan dari perubahan yang dilakukan oleh perusahaan.
Changing. Proses penerimaan berupa perubahan perilaku dan performa sesuai dengan
visi dan tujuan restrukturisasi perusahaan.
Refreezing. Proses re-evaluasi terhadap kebijakan dan dampaknya terhadap performa
kinerja dan produktifitas perusahaan
Menurut Robin (1994 : 429), yang tersirat dari proses perubahan tiga tahap ini
adalah pengakuan bahwa pengenalan perubahan saja tidak akan membuat pasti bahwa
kondisi sebelum perubahan akan hilang ataupun fakta bahwa perusahaan tersebut dapat
bertahan.
2.2. Bagaimana pendapat Saudara tentang artikel pada butir 1 tersebut dan apa rekomendasiBagaimana pendapat Saudara tentang artikel pada butir 1 tersebut dan apa rekomendasi
Saudara terkait dengan artikel tersebut? Jelaskan!.Saudara terkait dengan artikel tersebut? Jelaskan!.
Dari penjelasan pada jurnal tersebut, perusahaan melakukan perubahan untuk
dapat bertahan. Jurnal tersebut menjelaskan bagaimana organisasi memahami pentingnya
pengelolaan perubahan organisasi dalam iklim yang tidak menentu pada kondisi ekonomi
saat ini. Bagaimana pelatihan dalam manajemen perubahan dapat membantu memberikan
pengetahuan yang lebih dalam lagi tentang prinsip dan pemahaman akan bagaimana
penerapan dan pengelolaan perubahan dalam organisasi. Jika metode dalam manajemen
perubahan ditangani dengan benar,
perubahan dapat membawa sukses, mencapai tujuan dan sasaran dan sesuai budget.
Pada kenyataannya, perubahan tidak dapat sepenuhnya akan berhasil. Padahal
perusahaan perlu bereaksi dengan cepat terhadap revolusi global, sementara di tingkat
lokal dan nasional perusahaan perlu berkembang jika mereka ingin tetap eksis. Sudut
pandang ini memberikan organisasi-organisasi dengan kesadaran untuk bersiap-siap akan
perubahan, yang kemungkinan akan mengarah pada probabilitas sukses yang lebih besar.
Menurut Suprihatmi (2006 : 186), perubahan merupakan tindakan beralihnya
suatu organisasi dari kondisi saat ini menuju kondisi masa yang akan datang yang
diinginkan guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Mengapa suatu organisasi perlu
melakukan perubahan? Karena lingkungan organisasi secara terus menerus mengalami
4 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
perubahan,sehingga organisasi perlu melakukan perubahan kalau ingin tetap eksis dan
sukses di masa mendatang.
Menurut Ambarwati (2003 : 158). permasalahan yang muncul dalam organisasi
lebih banyak disebabkan oleh kukuhnya menerapkan kebiasaan lama dan bukan karena
dinamika pasar yang berlangsung saat ini. Tapi manajer sering mengabaikan hal ini dan
lebih terpaku melihat lingkungan luar dan masa depan, seolah-olah proyeksi pasar yang
tepat di masa depan dapat memberikan identitas baru bagi organisasi. Padahal
pengalaman masa lalu sangat berarti bagi organisasi, dan perilaku individu ditentukan
oleh masa lalunya daripada oleh apa yang ada dihadapannya. Dengan mempelajari masa
lalu maka kita dapat mengerti hal-hal yang kurang baik dan dapat melakukan perubahan-
perubahan yang diperlukan sehingga tidak sampai terulang lagi di masa yang akan
datang.
3.3. Berdasarkan artikel “Internal Communication during Change Management” bagaimana Berdasarkan artikel “Internal Communication during Change Management” bagaimana
komunikasi internal dalam organisasi berkontribusi dalam manajemen perubahan?komunikasi internal dalam organisasi berkontribusi dalam manajemen perubahan?
Berdasarkan jurnal Kitchen and Dally (2002: 47), komunikasi internal memiliki peranan dalam
Manajemen Perubahan yang dapat dieksplorasi, anatara lain:
- Mengapa program perubahan manajemen sering salah?
- Bagaimana kegagalan dihindari?
- Bagaimana risiko yang terkait dengan perubahan dapat dikurangi
Agar berhasil dalam mengelola orang , memerlukan komunikasi, menurut Hargie dan Tourish
(1993) dalam Kitchen and Dally (2002 : 47), kualitas komunikasi di antara orang- orang yang
membentuk sebuah organisasi merupakan variabel penting dalam menentukan keberhasilan
organisasi. Beberapa penulis bahkan telah menemukan hubungan positif antara arus informasi
dalam organisasi dan tingkat absensi dan produktivitas (Schweiger dan Denisi, 1991). Intinya,
"internal komunikasi terjalin bersama dengan proses pengorganisasian dan dengan struktur
organisasi, lingkungan, kekuasaan dan budaya, banyak para teoritis berpendapat bahwa
organisasi tidak akan ada tanpa komunikasi" (Grunig, 1992). Oleh karena itu, komunikasi
internal tidak hanya merupakan variabel penting dalam kaitannya untuk mencapai keberhasilan
organisasi, juga merupakan prekursor bagi keberadaan organisasi juga (Kitchen and Dally,
2002 : 47).
5 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
Manajemen Perubahan mengimplikasikan upaya untuk memahami dinamika
industry dimana bisnis harus beroperasi sebagaimana dinamika internal itu sendiri.
Berdasarkan pada pemahaman ini, manajemen harus secara proaktif mengelola sumber
daya dengan sedemikian rupa untuk memenuhi pasar dan kebutuhan organisasi.
Perubahan dalam suatu organisasi terjadi karena merupakan respon untuk menanggapi
bisnis dan keadaan ekonomi serta untuk proses manajerial persepsi, pilihan dan tindakan''
(Pettigrew, 1985 dalam Kitchen and Dally, 2002 : 47).
Menurut Newstrom (2011 : 368), beberapa perubahan kadang berasal dari dalam
organisasi, namun kadang berasal dari lingkungan eksternal. Pemerintah membentuk
beberapa peraturan/hukum yang harus dipatuhi oleh organisasi. Adanya perkembangan
teknologi menyebabkan produk harus mengalami perubahan, karena competitor
memperkenalkan pelayanan terbaru mereka, sehingga suatu organisasi harus tanggap
akan itu. Pelanggan, serikat buruh, komunitas, dan hal- hal lain yang menginisiatifkan
terjadinya perubahan dapat menjadi tekanan.
Mengetahui apa yang mendorong perubahan serta kemampuan organisasi untuk
mengelola perubahan juga penting. Gilgeous (1997) dalam Kitchen and Dally (2002 : 47)
menyajikan faktor eksternal dan internal sebagai alasan untuk memulai perubahan
program dalam organisasi:
Faktor Eksternal : Teknologi baru, perubahan marketplace, perubahan harapan
konsumen, kegiatan pesaing, mutu dan standar, perundang-undangan dan nilai-nilai
politik yang berlaku dan siklus ekonomi.
Faktor Internal : Ini berhubungan dengan filosofi manajemen, struktur organisasi, budaya
serta sistem internal meliputi kekuasaan dan kontrol.
Dalam Kitchen and Dally (2002 : 48), Dawson (1994) menunjukkan bahwa
pemicu perubahan eksternal dan internal saling tergantung. Matheson dan Matheson
(1998), meringkas faktor-faktor yang menghambat keberhasilan dalam pelaksanaan
manajemen perubahan sebagai berikut:
. Fokus internal
. Kurangnya kredibilitas;
. Kerahasiaan;
. Kurangnya keterampilan yang tepat;
. Kurangnya sumber daya;
. Kurangnya kedisiplinan;
. Kurangnya strategi;
. Penyalahgunaan metrik;
6 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
. Kecenderungan untuk menyederhanakan;
. Keengganan untuk berubah;
. Kekuasaan dan politik.
Faktor-faktor yang disebutkan dari Kitchen and Dally (2002 : 49) oleh Matheson dan
Matheson (1998) tersebut pada dasarnya melihat bagaimana informasi tentang perubahan
disebarluaskan dalam organisasi dan bagaimana informasi dapat ditafsirkan oleh karyawan. Bagi
kebanyakan organisasi, proses ini bukanlah hal yang positif seperti kebanyak program
perubahan yang dimiliki perusahaan ``distinct tilt'' terhadap kegagalan (Kotter, 1996).
Pada jurnal tulisan Kitchen and Dally (2002 : 49), berkomunikasi dengan karyawan perlu
untuk perubahan dan bagaimana hal itu dapat dicapai adalah penting untuk keberdahasilan
pengelolaan perubahan. Bagaimana karyawan terlibat dalam proses perubahan sering
digambarkan sebagai faktor penentu dari apakah perubahan organisasi dapat dicapai atau tidak
(Peters dan Waterman, 1982; Porter, 1985; Kanter, 1983; Heller, 1998; Clarke dan Clegg, 1998).
Hal ini sebagian karena `` Karyawan adalah bagian dari kelompok-kelompok yang penting untuk
sebuah organisasi. Tergantung pada persepsi organisasi dalam mengkomunikasikan pesan-pesan
positif atau negatif terhadap anggota kepentingan lainnya dan koalisi baik di dalam maupun di
luar perusahaan. Publik eksternal ini meliputi stakeholder yang mencakup masyarakat, tokoh
masyarakat, kelompok keuangan, politisi, dan kelompok konsumen'' (Kitchen, 1997).
Menurut Robbins (1994 : 421), perubahan diprakarsai oleh kekuatan- kekuatan tertentu.
Kekuatan tersebut dijalankan di dalam organisasi oleh seorang agen perubahan. Agen tersebut
memilih tindakan intervensinya, artinya ia memilih apa yang harus di ubah. Pelaksanaan dari
intervensi tersebut terdiri dari dua bagian : apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Dari jurnal yang ditulis oleh Kitchen and Dally (2002 : 49), perubahan bukan hanya tentang
bagaimana tindakan seseorang, tetapi juga tentang bagaimana mereka berpikir. Ini membentuk
dasar untuk hubungan antara perubahan manajemen dalam organisasi dengan komunikasi
internal dilakukan dengan penuh tanggung jawab untuk membuat perubahan terjadi.
Dalam Kitchen and Dally (2002 : 49), definisi tentang komunikasi internal tidak terlalu
banyak, baik dalam akademis atau praktisi, tetapi fungsi ini banyak dibahas dalam komunikasi
karyawan (Argenti, 1998), komunikasi organisasi (Grunig, 1992) dan komunikasi perusahaan
atau bisnis (Kitchen, 1997; Rawlins, 1993; Oliver, 1997). Organisasi memiliki struktur formal
dan informal (Rosengren, 2000). Menurut Pearson dan Thomas (1997) komunikasi yang efektif
berarti manajer harus juga mengetahui tentang karyawan:
7 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
. Must know. Kunci pekerjaan informasi khusus.
. Should know. Penting tetapi diinginkan sebagai informasi bagi organisasi informasi,
. Could know. Relatif tidak penting.
Menurut Nurrohim dan Anatan (2009 : 2), kesuksesan organisasi sangat dipengaruhi oleh
kapabilitas dan kompetensi masing-masing individual dan kerjasama antar anggota tim dalam
organisasi. Dalam menjalin kerjasama untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya
komunikasi. Ditinjau berdasarkan teknis pelaksanaannya, komunikasi dapat dirumuskan sebagai
kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang lain dan
sesudah menerima pesan serta memahami sejauh mana kemampuannya, penerima pesan
menyampaikan tanggapan melalui media tertentu kepada orang yang menyampaikan pesan
tersebut kepadanya. Dalam Nurrohim dan Anatan (2009 : 2), Argiris (1994) mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang, kelompok, atau organisasi (sender)
mengirimkan informasi (massage) pada orang lain, kelompok, atau organisasi (receiver). Proses
komunikasi umumnya mengikuti beberapa tahapan. Pengirim pesan mengirimkan informasi pada
penerima informasi melalui satu atau beberapa sarana komunikasi. Proses berlanjut dimana
penerima mengirimkan feedback atau umpan balik pada pengirim pesan awal. Dalam proses
tersebut terdapat distorsi-distorsi yang mengganggu aliran informasi yang dikenal dengan noise.
Menurut Aryanti (2002 : 39), komunikasi akan menjadi efektif tergantung pengaruhi dari
saluran komunikasi formal, struktur organisasi, spesialisasi jabatan, pemilikan informasi,
jaringan komunikasi dalam organisasi. Artinya faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dengan
bijaksana oleh pihak manajemen perusahaan agar perilaku karyawan terbentuk dalam sebuah
pola perilaku etis. Komunikasi efektif juga bisa dicapai dengan memahami model komunikasi
non verbal (bahasa tubuh) seperti kontak mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, sosok
dan postur tubuh. Dengan pemahaman dan apa yang harus dilakukan pada sebuah komunikasi
non verbal maka diharapkan individu dalam organisasi dapat berkomunikasi dengan efektif dan
pola perilaku etis dapat terbentuk.
Dalam Kitchen and Dally (2002 : 50), komunikasi dianggap sebagai kunci dalam
keberhasilan pelaksanaan perubahan karena merupakan alat untuk mengumumkan, menjelaskan
atau mempersiapkan orang untuk berubah dan mempersiapkan mereka untuk hal yang positif dan
negatif efek dari perubahan yang akan datang (Spike dan Lesser, 1995). Komunikasi internal
juga dapat meningkatkan komitmen untuk mengubah serta mengurangi kebingungan dan
8 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
resistensi untuk itu (Lippitt, 1997). Grunig (1992) lebih lanjut menyatakan bahwa komunikasi
internal akan menjadi kunci untuk keunggulan dan efektifitas organisasi. Berdasarkan fakta
bahwa komunikasi internal memiliki peran dalam pelaksanaan perubahan, penting untuk
memahami apa faktor menghambat atau memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam organisasi.
Organisasi memerlukan pendekatan yang berbeda untuk komunikasi internal dan faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan meliputi: jenis bisnis, ukuran bisnis, organisasi budaya, gaya
manajerial, sumber daya keuangan, staf dan stabilitas atau volatilitas dari lingkungan bisnis
(Kitchen, 1997).
Menurut Suwarto ( 2010: 199), Beberapa hambatan bagi komunikasi yang efektif yaitu :
kerangka acuan, menyimak secara efektif, kata putus nilai (value judgement), kredibilitas
sumber, masalah semantic, penyaringan, bahasa kelompok, perbedaan status, tekanan waktu, dan
beban layak (overload). Hal- hal tersebut dapat muncul baik dalam komunikasi organisasi
maupun komunikasi antarpribadi.
DeGreene (1982) dalam Kitchen and Daly (2002 : 50), mengutip banyak kesulitan yang
mengakibatkan masalah komunikasi dalam organisasi. Ini termasuk masalah transmisi seperti
proses komunikasi one side (especially downward); penekanan informasi; kesalahan dalam
fakta-fakta yang dikomunikasikan, gosip dan rumor, dan distorsi yang disengaja. Dia juga
menyatakan bahwa penerima informasi mungkin salah menafsirkan informasi yang diberikan,
sengaja melakukan kesalahan, atau mereka mungkin tidak mendengarkan. Tapi faktor ini tidak
mencerminkan kompleksitas lingkungan dalam suatu organisasi dan bagaimana dampak pada
proses komunikasi dalam organisasi. Bahkan jenis bahasa yang digunakan dengan karyawan
yang berbeda atau sekelompok staf akan berdampak pada efektivitas komunikasi internal
perusahaan. Satu masalah penting dalam bidang komunikasi karyawan adalah aturan yang
digunakan untuk berkomunikasi dalam perusahaan. Penelitian oleh Gilsdorf (1998)
menggarisbawahi bahwa 20 persen dari jenis tertentu masalah komunikasi, bisa saja dicegah atau
diatasi dengan adanya pedoman kebijakan komunikasi. Bratton dan Gold (1999) menguraikan
apa yang mereka lihat sebagai keharusan untuk komunikasi yang sukses dalam organisasi.
Mereka menekankan bahwa:
Komunikasi merupakan dasar dari proses pengorganisasian;
Memahami komunikasi organisasi dapat memberikan wawasan ke strategi manajemen;
Harus ada komitmen dari manajemen senior untuk komunikasi;
9 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
Keterampilan kepemimpinan yang efektif, meliputi keterampilan komunikasi;
Manajemen harus bertanggung jawab untuk menyusun dan memelihara sistem
komunikasi;
Kombinasi tulis dan tatap muka saluran yang terbaik;
Pesan harus dianggap relevan dengan karyawan;
Pesan harus konsisten dengan tindakan;
Pelatihan keterampilan untuk peningkatan efektivitas system komunikasi;
Sistem komunikasi harus dimonitor dan dievaluasi.
Model komunikasi organisasi meliputi :
Context : lingkungan-histori-ekologi, budaya, teknilogi, material dan kondisi ekonomi,
tujuan dan goal, dan orang atau anggota
Shape and form : faktor-faktor yang paling berpengaruh adalah budaya organisasi, pola
dari interaksi, hubungan dalam organisasi, dan jaringan untuk komunikasi organisasi;
Messages : meliputi content, simbol, dan kode (verbal atau non verbal).
Methods and modality of communication : meliputi saluran-saluran, media dan teknologi
dari komunikasi;
Communication activities : pengorganisasian, koordinasi, atau pengonttrolan; memimpin
atau memotivasi; pemecahan masalah dan pembuatan keputusan; mengatur konflik,
negosiasi, dan tawar menawar; mempengaruhi perubahan dan pengembangan organisasi.
Perspektif ini menunjukkan bagaimana multidimensi dapat menyelesaikan masalah internal
komunikasi. Model tersebut juga menunjukkan bagaimana komunikasi internal dan faktor yang
mempengaruhinya dapat mempengaruhi organisasi dan perubahan. Oleh karenanya, organisasi
dan bisnis perlu menanamkan sikap positif terhadap perubahan.
4.4. Berikan saran bagaimana hal tersebut diterapkan dalam organisasi. Jelaskan!Berikan saran bagaimana hal tersebut diterapkan dalam organisasi. Jelaskan!
Adanya kemajuan revolusioner dalam teknologi dan pemberdayaan konsumen yang
simultan, ditambah dengan perubahan permintaan - adalah salah satu kekuatan revolusioner yang
berdampak pada organisasi di seluruh dunia. Dalam konteks organisasi yang dinamis perlu
mengevaluasi ulang tujuan. Proses evaluatif akan membantu mereka untuk memutuskan
perubahan mana yang strategis atau operasional, yang nantinya harus dilakukan untuk
melestarikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Sementara itu, organisasi menyadari
10 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
pentingnya komunikasi yang baik, mereka sering merasa kesulitan untuk menempa hubungan
antara apa yang dikatakan dan apa yang akan dilakukan. Karena itulah perlu untuk
mengeksplorasi hubungan antara perubahan dengan komunikasi internal manajemen. Pada
akhirnya nanti hal ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana komunikasi internal
memberikan kontribusi pada keberhasilan.
Bagi beberapa karyawan, perubahan berarti moving away dari berbagai rutinitas dan
system menuju masa depan yang penuh ketidakpastian. Memahami komitmen menuju arah baru
tidak pernah mudah, terutama di perusahaan besar. Orang pintarpun tidak jarang membuat
kesalahan dan kegagalan langsung, bahkan dalam perusahaan terkenal. Sementara itu, dari jurnal
Kitchen and Dally (2002 : 52), Kotter (1996) mencatat bahwa manajer yang kurang
berkomunikasi seringkali tidak hanya dalam jumlah kecil. Karyawan hanya dapat bekerja efektif
jika mereka dapat berpartisipasi dalam organisasi dan mereka hanya dapat berpartisipasi jika
mereka sepenuhnya diberitahu'' (Kitchen, 1997).
Beberapa perusahaan kebal terhadap perubahan, memahami kebutuhan untuk perubahan
penting, tapi bagaimana memahami agar perubahan akan tercapai. Jika komunikasi internal
merupakan isu utama yang berkaitan dengan keberhasilan pelaksanaan program manajemen
perubahan, maka memahami hunbung yang bisa membuktikan kepentingan untuk seluruh
perusahaan karena mereka tidak hanya untuk menyesuaikan keadaan, tetapi juga untuk terobosan
internasional agresif bisnis. Atau dengan cara lain, perubahan tidak evolusi tapi revolusioner.
Dengan demikian, komunikasi karyawan memiliki peran penting dalam manajemen perubahan.
11 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
Referensi :
Ambarwati, Sri Dwi Ari.2003. ’ Mengelola Perubahan Organisasional: Isu Peran Kepemimpinan
Transformasional dan Organisasi. Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 2. No.8 : 155 – 176.
Aryanti, Nel. 2002. ‘Membentuk Komunikasi Efektif dalam Dunia Kerja’. Jurnal Ilmiah
“Manajemen & Bisnis” Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Vol. 02 No. 01 : 33 – 40.
Edmons, John. 2011. ‘Managing Successful Change”. Industrial and Commercial Training.
Vol.43, No.6 : 349 – 353.
Newstrom, John W. 2011. ‘Organizational Behavior : Human Behavior at Work’. New York:
Mc.Graw-Hill Companies.
Nurrohim, Hassan dan Lina Anatan. 2009. ‘Efektifitas Komunikasi dalam Organisasi’. Jurnal
Manajemen. Vol 7, No.4.
Philip J. Kititchen and Finbarr Daly. 2002. ‘Internal Communication During Change
Management’. Corporate Communication: An International Journal. Vol 7, No.1 : 46 –
53.
Robbins. Stephen P. 1994. ‘Teori Organisasi : Struktur, Desain, dan Aplikasi’. Edisi
Terjemahan. Jakarta : Penerbit Arcan.
Suprihatmi.S.W. 2006. ‘Peranan Manajemen Perubahan dalam Pertumbuhan Organisasi’. Jurnal
Ekonomi dan Kewirausahaan. Vol.6, No.2 : 186 – 192.
12 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r
Suwarto. 2010. ‘Perilaku Keorganisasian’. Edisi Revisi. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya.
13 | O r g a n i z a t i o n a l B e h a v i o r