Tugas Makalah Teori Akuntansi
-
Upload
dwi-mart-diantono -
Category
Documents
-
view
2.378 -
download
133
description
Transcript of Tugas Makalah Teori Akuntansi
TEORI AKUNTANSI
M A K A L A H
Dibuat sebagai salah satu tugas
pada Mata Kuliah Dasar Akuntansi
Oleh
DWI MART DIANTONO
NIM. 12101143
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARASEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
RAJA HAJI TANJUNGPINANG
2013
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya telah memberikan petunjuk,
kesehatan, kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyajikan
Makalah yang berjudul “Teori Akuntansi”. Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-
pokok bahasan yang disusun sebagai bahan penambah wawasan untuk mahasiswa
dalam mendalami akuntansi.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sari Wahyunie, SE,
M.Ak selaku dosen mata kuliah Dasar Akuntansi atas bimbingan dan
pengarahannya selama memberikan materi perkuliahan. Disadari bahwa dengan
kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, masih dirasakan banyak
kekurangan, Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Tanjungpinang, Maret 2013
DWI MART DIANTONO
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………...……………….....…………................................
KATA PENGANTAR……………………...........................................................
DAFTAR ISI……………………….…………………………..…………..........
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................
B. Tujuan.........................................................................................
.
BAB II STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
A. Hakikat Struktur Teori Akuntansi...............................................
B. Tujuan Laporan Keuangan..........................................................
C. Postulat
Akuntansi.......................................................................
D. Konsep Teoritis Akuntansi..........................................................
E. Prinsip Dasar Akuntansi..............................................................
F. Standar Akuntansi.......................................................................
BAB III TEORI AKUNTANSI DAN PERUMUSANNYA
A. Teori Akuntansi...........................................................................
B. Teori dan Pembuat Kebijakan
Akuntansi....................................
C. Sifat Teori Akuntansi..................................................................
D. Periodisasi Teori Akuntansi........................................................
E. Metode Perumusan
(Konstruksi).................................................
F. Pendekatan dalam Perumusan Teori...........................................
G. Perumusan Teori Akuntansi di Indonesia...................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................
.
i
ii
iii
1
2
3
6
8
9
10
17
18
22
25
26
28
30
36
38
38
39
iii
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu wilayah negara merupakan
suatu hasil rancangan dan pengembangan untuk mencapai suatu tujuan sosial
tertentu. praktik akuntansi tersebut tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, seperti faktor sosial, ekonomi, politis, dsb. dan hal itu menyebabkan
praktik akuntansi dalam suatu wilayah negara tertentu bisa tidak sama dengan
praktik akuntansi di negara lainnya.
Untuk melaksanakan suatu praktik akuntansi yang baik, tidak cukup
hanya mempelajari akuntansi secara praktik saja. Karena dibalik praktik akuntansi
terdapat berbagai gagasan, asumsi dasar, konsep, penjelasan, dan sebagainya,
yang semuanya terangkum dalam teori akuntansi. Teori akuntansi sendiri
merupakan suatu pengetahuan yang menjelaskan mengapa praktik akuntansi
berjalan seperti yang ada sekarang. Di dalam praktik akuntansi terdapat beragam
permasalahan yang harus dipecahkan. Menyelesaikan permasalahan-permasalahan
tersebut tidak cukup hanya dengan mengandalkan pengalaman semata, namun
untuk mencapai praktik akuntansi yang baik dan sehat, maka dalam
menyelesaikan masalah juga diperlukan landasan teori yang sehat dan baik pula.
Teori akuntansi merupakan bagian penting dari praktik akuntansi.
pengetahuan terhadap teori akuntansi akan mengimbangi berbagai keterbatasan
pengalaman dan kemampuan praktis dalam menyelesaikan masalah. Dengan teori
akuntansi orang akan dapat melihat suatu permasalahan dengan perspektif yang
lebih luas dan terinci, dan tanpa teori yang melandasinya, praktik akuntansi yang
baik dan sehat bisa dipastikan tidak akan tercapai.
1
B. TUJUAN
1. Memahami pengertian dari teori akuntansi
2. Mengetahui pengklasifikasian dari teori akuntansi
3. Memahami bagaimana aspek sasaran teori dari teori akuntansi
4. Mengetahui fungsi dari teori akuntansi
5. Mengetahui apa yang menjadi tujuan teori akuntansi
2
BAB II
STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
A. HAKIKAT STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Pendekatan dan metodologi apapun yang digunakan dalam penyusunan
teori akuntansi, kerangka acuan yang dihasilkan didasarkan pada serangkaian
elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi. Struktur
teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen sebagai berikut :
1) Suatu pernyataan mengenai tujuan dari laporan keuangan.
2) Suatu pernyataan dari postulat dan konsep teoritis dari akuntansi yang terkait
dengan asumsi-asumsi lingkungan dan hakikat unit akuntansi. Postulat dan
konsep teoritis ini diturunkan dari pernyataan tujuan.
3) Suatu pernyataan mengenai prinsip-prinsip akuntansi dasar berdasarkan
postulat maupun konsep teoritis.
4) Sekelompok teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi.
Dalam pengembangan teori akuntansi selain pertimbangan kemampuan
untuk menjelaskan atau meramalkan, juga harus dipertimbangkan kesanggupan
teori tersebut untuk mengukur risiko, atau probabilitas prediksi untuk berfungsi
sebagai pernyataan yang tepat atas kejadian di masa depan.
Teori akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tingkat utama, yaitu:
3
TUJUAN LAPORAN
KEUANGANPOSTULAT
AKUNTANSIKONSEP TEORITIS
AKUNTANSIPRINSIP DASAR
AKUNTANSISTANDAR
AKUNTANSI
1. Teori Sintaksis
2. Teori Interpretasional
3. Teori perilaku (pragmatis)
1. Teori Sintaksis
Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan
pelaporan keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang
sedang berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap
situasi tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian
tertentu.
Teori-teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi antara lain teori
praktek akuntansi tradisional (oleh Ijiri dan Sterling) yang disebut model Ijiri,
model ini menerangkan praktek akuntansi tradisional yang ditekankan pada sistem
biaya historis/ harga perolehan (historical cost system). Diperlukan untuk
memperoleh pandangan yang lebih luas tentang praktek yang sedang berlangsung.
Teori ini memungkinkan untuk dievaluasi secara lebih tepat, juga memungkinkan
pengevaluasian terhadap praktek-praktek yang ada, yang tidak sesuai dengan teori
tradisional. Teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi dapat diuji untuk
melihat konsistensi logis dalam teori itu, atau untuk melihat apakah teori-teori itu
bener-bener dapat meramalkan apa yang dikerjakan akuntan. Pengujian lain
menunjukkan bahwa meskipun teori tradisional tidak lengkap, namun sudah
menunjukkan variabel-variabel yang relevan.
2. Teori Interpretasional (semantis)
Teori ini berkonsentrasi pada hubungan antara gejala (obyek atau
kejadian) dan istilah atau simbol yang menunjukkannya.
Teori-teori yang berhubungan dengan interpretasi (semantik) diperlukan
untuk memberikan pengertian dalil-dalil akuntansi yang bertujuan meyakinkan
bahwa penafsiran konsep oleh para akuntan sama dengan penafsiran para pemakai
laporan akuntansi.
4
Pada umumnya, konsep akuntansi tidak dapat diinterpretasikan dan tidak
mempunyai arti selain sebagai hasil prosedur akuntansi tertentu. Misalnya, laba
akuntansi merupakan konsep buatan yang mencerminkan kelebihan pendapatan
atas beban sesudah menerapkan aturan tertentu untuk mengukur pendapatan dan
beban. Teori interpretasi memberikan interpretasi yang berguna terhadap konsep
buatan dan menilai prosedur akuntansi alternatif berdasarkan interpretasi. Namun,
konsep-konsep umum sering tidak dapat diinterpretasikan dan diberi pengertian
yang berbeda oleh para peneliti yang berbeda. Misalnya, nilai tidak memiliki
interpretasi khusus. Current value (nilai saat ini/nilai berlaku) akan mempunyai
pengertian yang sama, sebelum menginterpretasikan kita harus melihat
subkonsepnya dahulu sehingga terdapat kesepakatan yang jelas mengenai
interpretasinya. Konsep nilai sekarang dari jasa yang akan datang, arus kas yang
didiskontokan (discounted cash flows), harga pasar berlaku (current market
prices), dan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value) semuanya
merupakan subkonsep dari nilai berlaku (current value) dan masing-masing dapat
diberi aturan interpretasi khusus.
Contoh penerapan teori interpretif adalah sebagai berikut: pengukuran
nilai persediaan pada saat ini, langkah pertama adalah menunjukkan sub konsep
untuk menerapkan aturan interpretasi khusus. Jika harga beli berlaku yang dipilih
maka current value dapat didefinisikan sebagai harga tukar untuk suatu barang di
pasar pembelian pada tanggal neraca. Jika harga pasar tidak ada dapat dianggap
harga pasar tidak layak pakai, maka alternatifnya adalah menilai prosedur
akuntansi lain yang tersedia dalam kondisi interpretasi ini.
Pembuktian teori ini dapat diperoleh dari riset yang dilakukan untuk
menentukan apakah pemakai informasi akuntansi memahami makna yang
dimaksudkan oleh pembuat informasi, apakah telah konsisten dengan teori yang
ada.
3. Teori Perilaku (pragmatik)
Teori ini menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi
terhadap perilaku atau keputusan. Penekanan dalam perkembangan teori akuntansi
5
adalah penerimaan orientasi komunikasi dan pengambilan keputusan. Sasarannya
pada relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan
dan perilaku berbagai individu atau kelompok sebagai akibat penyajian informasi
akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak eksternal terhadap manajemen dan
pengaruh umpan balik terhadap tindakan para akuntan dan auditor. Jadi, teori
perilaku mengukur dan menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis, dan
sosiologis dari prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannya.
B. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
Neraca
Laporan laba rugi
Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus
kas atau laporan arus dana
Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi nonkeuangan.
6
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan
manajemen (bahasa Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa
yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar
mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya,
keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau
keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Menurut APB (The Accounting Principle Board) yang bernaung dibawah
AICPA mengeluarkan pernyataan nomor 4 yang berjudul “Basic Concepts and
Accounting Principle for Business Enterprise.” Tujuan laporan keuangan adalah:
1. Tujuan Khusus
Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi
keuangan lainnya sesuai GAAP (General Accepted Accounting Principle).
2. Tujuan Umum
a. Informasi sumber-sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan.
b. Informasi sumber laba
c. Menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba
d. Informasi perubahan harta dan kewajiban
e. Informasi relevan lain yang dibutuhkan
3. Tujuan Kualitatif
a. Relevan
b. Dapat dimengerti
c. Dapat dicek kebenarannya
d. Netral
e. Tepat waktu
f. Dapat diperbandingkan
g. Lengkap
Pemakai Laporan Keuangan
Investor
Karyawan
Pemberi Pinjaman
7
Pemasok dan Kreditor usaha lainnya
Pelanggan
Pemerintah
Masyarakat
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif
pokok yaitu :
Dapat Dipahami
Relevan
Keandalan
Dapat diperbandingkan
C. POSTULAT AKUNTANSI
Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan
kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang sudah berterima umum
karena kesesuaiannya dengan (untuk menopang dan mewujudkan) tujuan laporan
keuangan yang menggambarkan aspek/lingkungan ekonomi, politik, sosiologis
dan hukum suatu lingkungan di mana akuntansi itu beroperasi
1. Postulat Entitas
Postulat Entitas menyatakan bahwa setiap perusahaan merupakan
unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan
lain. Postulat ini memungkinkan akuntan membedakan antara transaksi bisnis
dan individu: akuntan melaporkan transaksi perusahaan, bukan transaksi
pemilik perusahaan.
2. Postulat Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Postulat Kelangsungan Usaha menyatakan bahwa entitas akuntansi
akan terus beroperasi untuk melaksanakan proyek, komitmen, dan aktivitas
yang sedang berjalan. Postulat mengasumsikan bahwa perusahaan tidak
diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa mendatang yang dapat diketahui
8
dan sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi untuk periode waktu
yang tidak tertentu.
3. Postulat Unit Pengukur (Unit of Measure)
Postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah
pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat
diukur dalam satuan moneter.
4. Postulat Periode Akuntansi
Postulat ini menyatakan bahwa laporan keungan yang
menggambarkan perubahan dalam kesejahteraan perusahaan seharusnya
diungkapkan secara periodik.
D. KONSEP TEORITIS AKUNTANSI
Pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri atau disebut
juga aksioma yang sudah diterima karena kesesuaiannya dengan tujuan laporan
keuangan, yang menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang berperan dalam
ekonomi pasar yang ditandai oleh adanya pengakuan pada pemilikan pribadi
(kapitalisme).
Beberapa kemungkinan teori yang dipakai yaitu:
1. The Proprietory Theory
Menurut konsep ini, entity adalah sebagai agen, perwakilan atau
penugasan dari pengusaha atau pemilik. Tujuan utamanya adalah menentukan
dan menganalisa kekayaan bersih perusahaan yang merupakan hak si pemilik.
2. The Entity Theory
Teori ini menganggap entity sebagai sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari pihak yang menanamkan modal ke dalam perusahaan dan unit
usaha itulah yang menjadi pusat perhatian yang harus dilayani bukan pemilik.
Dengan demikian yang menjadi perhatiannya adalah income
3. The Fund Theory
9
Teori ini menganggap unit usaha merupakan sumber ekonomi
(funds) dan kewajiban yang ditetapkan sebagai pembatasan-pembatasan
terhadap penggunaan aset tersebut. Perhatian teori ini adalah asset.
Penggunaan aset menjadi pusat perhatian. Teori ini berorientasi pada
laporan sumber dan penggunaan dana. Teori ini umumnya sangat berguna
untuk lembaga pemerintah dan lembaga non profit.
4. Enterprise Theory
Pusat perhatiannya adalah keseluruhan pihak atau konsisten yang
terlibat atau yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan. Munculnya employee reporting, human
resources accounting, value added reporting, enviromental accounting,
socio-economic accounting merupakan fenomena yang sejalan dengan teori
enterprise ini.
5. Commander Theory
Teori ini menganggap bahwa yang harus diperhatikan adalah
mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan kontrol
ekonomi atas pengembangan yang efektif terhadap suatu lembaga.
Perhatiannya adalah pertanggung jawaban dalam mengelola kekayaan yang
diamanahkan kepadanya
6. The Investor Theory
Teori ini menganggap bahwa yang perlu diperhatikan adalah
investor/kreditur (specific equities) dan residual equities (pemegang saham)
E. PRINSIP DASAR AKUNTANSI
Prinsip dasar akuntansi adalah prinsip sifat-sifat yang mendasari
akuntansi dan seluruh outputnya (laporan keuangan) yang menjadi dasar dalam
pengembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun
laporan keuangan.
10
1. The Cost Principle
Sering disebut dengan historical cost, yaitu dasar penelaian yang
tepat untuk mencatat perolehan barang. dengan kata lain, setiap perkiraan
dinilai berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal perolehan
2. The Revenue Principle
Laba bersih diakui dengan mengurangi pendapatan dengan beban,
ditambahkan atau dikurangi dengan keuntungan atau kerugian perusahaan
yang berasal dari penjualan, pertukaran, atau penggantian aktiva lainnya.
Menjelaskan tiga hal, yaitu :
a. Sifat dan komponen revenue
Revenue dapat di interpretasikan sebagai
1. Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang atau
jasa
2. Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan
3. Produk perusahaan yang dihasilkan pada penciptaan barang atau jasa
oleh perusahaan selama periode waktu tertentu.
Pandangan-pandangan mengenai komponen pendapatan :
Pandangan Luas (komprehensif)
Memasukkan semua penghasilan dari aktivitas bisnis dan investasi
Pandangan Sempit
Memasukkan hasil dari aktivitas penghasil pendapatan dan
mengeluarkan laba investasi serta keuntungan dan kerugian dari
penjualan aktiva tetap. Pandangan ini mengharuskan pemisahan
yang jelas antara pendapatan dengan keuntungan dan kerugian.
b. Pengukuran Revenue
Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap,
seperti kerugian piutang tak tertagih, memerlukan penyesuaian untuk
menghitung ekuivalen kas bersih yang sesungguhnya atau nilai
diskontoan sekarang atas klaim uang dan secara konsekuen harus
dikurangkan ketika harus menghitung revenue.
11
Untuk transaksi non-kas, nilai pertukaran sama dengan nilai
pasar yang wajar barang/jasa yang diberikan atau diterima, mana yang
lebih mudah dan jelas menghitungnya. Pendapatan diukur dalam hal ini
adalah produk atau jasa yang dipertukarkan dalam transaksi “wajar”.
Nilai ini mewakili ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto
atas uang yang diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang
ditransfer oleh perusahaan pelanggannya
c. Waktu Pengakuan Revenue
.Pada umunya, diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh
sepanjang seluruh tahapan dari seluruh siklus operasi (yaitu selam
penerimaan pesanan, produksi, penjualan dan penagihan). Akuntan
menggunakan prinsip realisasi untuk memilih “kejadian penting” untuk
penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba.
Dasar Pengakuan Pendapatan:
Dasar Akrual
Pendapatan diakui secara umum diakui selama produksi dalam
situasi berikut :
a) Pendapatan sewa, bunga, dan kondisi yang diakui ketika
diperoleh, dengan adanya perjanjian atau kontrak sebelumnya
yang menspesifikasikan peningkatan perlahan-lahan dalam
klaim terhadap pelanggan.
b) Seorang individu atau sekelompok orang yang memberikan jasa
profesional atau jasa serupa dapat menggunakan basis akrual
dengan lebih baik untuk pengakuan pendapatan, dengan adanya
fakta bahwa hakikat dari klaim terhadap pelanggan adalah suatu
fingsi dari proposi jasa yang diberikan.
c) Pendapatan atas kontrak jangka panjang diakui berdasarkan
kemajuan konstruksi atau “persentase penyelesaian”. Persentase
penyelesaian dihitung sebagai:
12
Estimasi teknik dari pekerjaan yang dilakukan sampai
tanggal tersebut dibandingkan dengan total pekerjaan yang
akan diselesaikan dalam hal kontrak
Total biaya yang terjadi sampai tanggal tersebut
dibandingkan dengan total biaya yang diestimasikan untuk
total proyek di dalam kontrak tersebut.
d) Pendapatan atas kontrak biaya plus pembiayaan tetap
e) Perubahan aktiva akibat pertumbuhan menimbulkan pendapatan
Dasar Kejadian Penting
a) Waktu penjualan
b) Penyelesaian produk
c) Penerimaan pembayaran setelah penjualan
Dasar Penjualan, Dasar ini dibenarkan karena :
a) Harga dari produk tersebut diketahui dengan pasti
b) Pertukaran telah difinalisasi dengan pengantaran barang,
sehingga mengarah pada pengetahuan yang objektif atas biaya
yang terjadi
c) Dalam hal realisasi, penjualan merupakan kejadian penting
Dasar Penyelesaian Produksi
Untuk pengakuan pendapatan dibenarkan ketika ada pasar yang
stabil dan harga yang stabil untuk komoditas standar.
Dasar Pembayaran
Untuk pengakuan pendapatan dibenarkan ketika penjualan akan
dibuat dan ketika penilaian yang cukup akurat tidak dapat diberikan
kepada produk yang akan ditransfer.
3. Matching Principle (Prinsip Pengaitan)
Prinsip ini menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam
periode yang sama dengan pendapatan terkait yaitu pendapatan diakui dalam
suatu periode tertentu menurut prinsip pendapatan, dan beban terkait
13
kemudian diakui. Asosiasi ini paling bak dilakukan ketika hal tersebut
mencerminkan hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan.
Asosiasi antara pendapatan dengan beban tergantung pada salah satu
dari empat kriteria berikut ini :
1. Pengaitan langsung dari biaya yang habis masa berlakunya dengan suatu
pendapatan (misalnya harga pokok penjualan dilaitkan dengan penjualan
tersebut)
2. Pengaitan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya pada
periode tersebut (misalnya gaji pimpinan perusahaan untuk periode
tersebut)
3. Alokasi biaya sepanjang periode yang memperoleh manfaat dari biaya
tersebut (misalnya depresiasi)
4. Membebankan semua biaya lainnya dalam periode terjadinya, kecuali
dapat ditunjukkan bahwa biaya-biaya tersebut memiliki manfaat masa
depan (misalnya beban iklan)
4. Objectivity Principle (Prinsip Objektivitas)
Akuntan menggunakan prinsip objektivitas untuk membenarkan
pilihan prosedur pengukuran. Tetapi prinsip ini memiliki interpretasi berbeda;
1. Pengukuran objektif adalah ukuran yang bersifat ‘’tidak memihak’’ dalam
arti bebas dari bias pribadi si pengukur.
2. Pengukuran objektuf adalah pengukuran variabel yang didasarkan pada
bukti-bukti.
3. Pengukuran objektif adalah ‘’kesepakatan diantara sekelompok pengamat
atau pengukur tertentu’’
4. Ukuran dari penyebaran distribusi pengukuran dapat digunakan sebagi
indicator dari tingkat objektivitas pengukuran tersebut.
5. Consistency Principle (Prinsip Konsistensi)
Prinsip ini menganggap bahwa kejadian ekonomi yang serupa
sebaliknya dicatat dan dilaporkan dengan cara konsisten dari periode ke
periode. Konsisitensi adalah batasan pengguna untuk memfasilitasi keputusan
pengguna dengan memastikan dapat diperbandingkannya laporan keuangan
14
dari suatu perusahaan sepanjang waktu, sehingga meningkatkan kegunaan
laporan keuangan.
Prinsip ini tidak menghalangi suatu perusahaan untuk mengubah
prosedur akuntansinya ketika hal tersebut dibenarkan oleh situasi yang
berubah, atau jika prosedur alternative lebih baik. Sesuai dengan APB
opinion No.20 perubahan yang membenarkan perubahan adalah;
1. Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi
2. Perubahan dalam estimasi akuntansi
3. Perubahan dalam entitas pelaporan.
6. Disclosure Principle (Prinsip Pengungkapan Penuh)
Seluruh informasi yang relevan seharusnya disajikan dalam laporan
keuangan dengan mudah dipahami. Pengungkapan penuh mengharuskan
laporan keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat
kejadian-kejadian ekonomi yang telah memegaruhi perusahaan selama
periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna
membuatnya berguna dan tidak menyesatkan bagi investor.
Skinner menarik perhatian pada bebrapa masalah yang sebaiknya
menjadi subjek dari pengungkapan penuh;
1. Rincian dari kebijakan dan metode akuntansi, terutama ketika penilaian
dibutuhan dalam penerapan metode akuntansi, ketika metode tersebut
bersifat khusus bagi entitas pelaporan tersebut, atau ketiak metode
akuntansi alternative digunakan.
2. Informasi tambahan untuk membantu dalam analisis investasi atau untuk
mengindikasikan hak dari berbagai pihak yang memiliki klaim atas
entitas pelaporan.
3. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau meetode
penerapannya dan dampak dari perubahan semacam itu.
4. Aktiva, keajiban, biaya, dan pendpatan, yang dihasilkan dari transaksi
dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan pengendalian dengan
direktur atau pjabat yang memiliki huungan istimewa dengan entitas
tersbut.
15
5. Aktiva, kewaiban, dan komitmen kontijen.
6. Transaksi keuangan atau nonoperasi lainnya yang terjadi setelah tanggal
neraca yang memiliki dampak material terhadap possi keuangan entitas
terebut.
7. Conversatism Principle (Prinsip Konservatisme)
Adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa
prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi
yang relevan dan andal. Menganggap ketika mimilih antara dua atau lebih
teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi
yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas
pemegang saham. Prinsip ini mengharuskan akuntan memiliki sikap
pesimistis secara umumketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan
keuangan.
Sterling menyebut konservatisme sebagai ‘’prinsip penilaian
akuntansi yang paling kuno dan mungkin paling bertahan’’. Konservatisme
masih digunakan dalam beberapa situasi yang memerlukan penilaian akuntan,
seperti memilih umur estimasi manfaat dan nilai sisa dari aktiva untuk
akuntansi depresiasi dan konsekuensi aturan dari penerapan kosep.
8. Materiality Principle (Prinsip Materialitas)
Adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi. Menganggap
bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang
signifikan dapat ditangani secara cepat, tanpa mempedulikan apakah hal
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
Secara umum otoritas akuntansi telah meninggalkan penerapan materialitas
kepada penilaian akuntan, dan pada saat yang sama menekankan pentingnya
hal tersebut. Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional.
Kebanyakan menekankan padaperanan akuntan dalam menginterpretasikan
apa yang material dan apa yang tidak.
9. Uniformity and Comparability Principle (Prinsip Keseragaman dan
Komparabilitas)
16
Prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama
oleh perusahaan yang berbeda. Tujuan utama adalah mencapai komparabilitas
laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang diciptakan oleh
penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
Dukungan utama untuk keseragaman adalah klaim bahwa hal itu akan ;
1. Mengurangi keragaman penggunaan prosedur akuntansi dan
ketidakcukupan praktik akuntansi
2. Memungkinkan perbandingan yang berarti atas lapran keuangan dari
perusahaan yang berbeda.
3. Memperbaiki kepercayaan dalam laporan keuangan.
4. Mengarah pada intervensi dan speraturan pemerintah mengenai praktik
akuntansi.
F. STANDAR AKUNTANSI
Standar akuntansi adalah peraturan-peraturan khusus yang dijabarkan
dari prinsip dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perlakuan
pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi atau kejadian – kejadian
tertentu yang dialami oleh suatu lembaga (entity) organisasi atau perusahaan.
Standar Akuntansi Indonesia adalah PSAK, yang mengadopsi dari GAAP
(General Accepted Accounting Principles) dan IFRS (International Financial
Reporting Standard).
Adapun ketetapan GAAP bersumber dari:
1. Standar Interprestasi FASB, Opini APB, dan Buletin Riset Akuntansi AICPA
2. Buletin Teknis FASB, Pedoman Audit dan Akuntansi Industri AICPA, dan
Statement of Position AICPA
3. Konsensus EITF FASB dan Buletin Praktik AICPA
4. Interprestasi Akuntansi AICPA, Pedoman Implementasi FASB dan Praktik-
praktik yang Dipakai Secara Luas dalam Industri
17
BAB III
TEORI AKUNTANSI DAN PERUMUSANNYA
A. TEORI AKUNTANSI
Pada awal dipraktekkannya akuntansi bahkan sampai beberapa tahun
kemudian tidak ada teori akuntansi. Selama tidak adanya struktur teori akuntansi
formal, maka yang terjadi adalah banyaknya alternative metode pencatatan yang
berlaku dalam praktek sehingga menimbulkan kebingungan masyarakat. Vernon
Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai berikut :
1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi menyusun
standarnya.
2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi
dalam hal tidak adanya standar resmi.
3. Menentukan batas dalam hal melakukan “judgement” dalam penyusunan
laporan keuangan.
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap
informasi yang disajikan laporan keuangan.
5. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.
Sedangkan hendriksen (1982) mengemukakan kegunaan teori akuntansi
sebagai berikut :
1. Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur dan
praktek akuntansi
2. Memberikan pedoman terhadap praktek dan prosedur akuntansi yang baru.
Teori adalah susunan konsep, definisi, dan dalam menyajikan pandangan
yang sistematis, fenomena dengan menunjukkan hubungan antara variable yang
satu dengan yang lain dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.Webster’s Third New International Dictionary mendefinisikan teori
sebagai suatu susunan yang saling berkaitan tentang hipotesa, konsep, dan prinsip
pragmatis yang membentuk kerangka acuan untuk bidang yang dipertanyakan.
McDonald memberikan tiga elemen teori :
18
1. Membuat kode sebagai symbol fenomena.
2. Mengkombinasikannya sesuai dengan peraturan.
3. Menerjemahkannya ke dalam fenomena yang sebenarnya terjadi.
Vernon Kam (1986) menganggap bahwa teori akuntansi adalah suatu
system yang komprehensif, dimana termasuk postulat dan teori yang berkaitan
dengannya. Dia membagi unsur teori dalam beberapa elemen, yaitu postulat atau
asumsi dasar, definisi, tujuan akuntansi, prinsip atau standar, dan prosedur atau
metode-metode.
Keneth S. Most (1982) mendefinisikan teori sebagai suatu pernyataan
sistematik mengenai peraturan atau prinsip yang mendasari atau memandu suatu
set fenomena. Teori bisa juga dianggap sebagai kerangka atau susunan ide,
penjelasan fenomena dan prediksi prilaku yang akan datang. Teori akuntansi
adalah cabang akuntansi yang terdiri dari pernyataan yang sistematik tentang
prinsip dan metodologi yang membedakannya dengan praktek. Karena teori
adalah penjelasan, tetapi tidak semua penjelasan itu teori. Teori adalah penjelasan
yang sistematik dan scientific. Dia menambahkan bahwa teori memiliki tiga
dimensi, yaitu :
1. Reductnionism yang berarti bahwa teori itu di mulai dari asumsi-asumsi
dimana teori itu tidak langsung merujuk ke obyek yang diobservasi (yang
dipersepsikan) dan bukan pula pernyataan yang dapat diuji kebenarannya.
Tetapi dia merupakan bahan rujukan untuk mengamati fenomena dan sejenis
alat yang lebih cepat dapat dirujuk ke fenomena yang diamati.
2. Instrumentalism yang berarti bahwa teori adalah sebuah instrument atau alat
menghitung yang akan digunakan untuk menilai pernyataan tentang suatu
observasi. Disini peranan teori adalah menjelaskan dan meramalkan.
3. Realism yang berarti bahwa teori adalah sekumpulan proposisi atau dalil yang
merupakan pernyataan atau kebenaran atau ketidakbenaran tentang dunia
nyata, fenomena, atau obyek.
Eldon S. Hendriksen (1970) mengutip definisi Eric I. Kohler, sepakat
menerima definisi teori sebagai suatu set proporsi termasuk aksioma, teorema
bersama definisi dan peraturan, kesimpulan formaldan informal yang diarahkan
19
untuk menjelaskan suatu gabungan fakta atau kelompok kegiatan yang kongkret
atau yang abstrak. Sedangkan menurut hendriksen sendiri teori adalah satu set
susunan hipotesa, konsep dan prinsip pragmatis yang membentuk kerangka umum
referensi untuk suatu bidang yang dipertanyakan.
Sedangkan teori akuntansi didefinisikan sebagai alasan yang logis dalam
bentuk suatu set prinsip yang luas yang (1) memberikan kerangka umum dari
rujukan di mana prinsip akuntansi dapat di nilai, (2) pedoman pengembangan
praktek dan prosedur yang baru. Teori akuntansi bisa juga menjelaskan pratek
yang berlaku saat ini dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
praktek tersebut. Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan suatu set
prinsip yang logis yang saling terkait yang membentuk kerangka umum sebagai
rujukan untuk menilai dan mengembangkan praktek akuntansi yang baik.
Godfrey dkk (1992) menyatakan bahwa teori dapat didefinisikan dalam
berbagai cara misalnya, teori adalah system deduktif yaitu berupa pernyataan yang
mengurangi generalisasi, yang lain menganggap bahwa teori adalah suatu susunan
ide yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu. Teori bisa juaga secara sederhana
dijelaskan sebagai alasan logis yang mendasari suatu pernyataan keyakinan.
Apakah teori diterima atau di tolak tergantung pada kemampuannya meramalkan
realitas, kemampuannya menjelaskan pratek akuntansi, dan kemampuannya
menjadi dasar pengembangan paraktek akuntansi tersebut.
Dari beberapa definisi ini dapat di simpulkan bahwa akuntansi memiliki
teori akuntansi. Beberapa pandangan tentang teori :
Teori ini merupakan kristalisasi dari fenomena empiris yang terjadi yang
digambarkan dalam bentuk dali-dalil yang disimpilkan dari fenomena dan
disajikan dalam bentuk kalimat-kalimat pendek yang berlaku secara umum. Teori
biasanya diambil dari berbagai riset demi riset sehingga sampai pada suatu
kesimpulan yang dapat berlaku unruk semua, universal, logis, konsisten, dapat
diramalkan, obyektif.
Obyek penelitian adalah fenomena social dan ekonomi. Fenomena ini
dikaji, diteliti dan lahirlah suatu kesimpilanatau tesa, dari riset dan kesimpulan
lain ditemukan anti tesa dan lahirlah sintesa sehingga mengkristal menjadi teori
20
yang selanjutnya akan dikaji berulang kali. Sepanjang suatu teori dapat
mempertahankan diri darikritikan dan verifikasi, maka dia tetap menjadi teori
yang confirm dan masih berlaku.
Memang poper memperkenalkan pandangan “Falsification View”
menurut pandangan ini apapun yang dilakukan dalam dunia ilmiah tidak akan
mampu memberikan pernyataan absolute karenaapa yang bisa dilakukan peneliti
atau ilmuwan hanya percobaan demi prcobaan, trial and error, pengujian hipotesa.
Suatu teori bisa benar pada waktu kurun tertentu dan belum tentu benar pada
kurun waktu yang lain.
Menurut Lee D. Parker hanya “allah knows the true”. Hanya tuhan yang
mengetahui yang benar, peneliti hanya mampu mendekati kebenaran hakiki itu.
Menurut Poper apa yang bisa dilakukan teori adalah menolak atau menunjukkan
hipotesa atau teori yang salah. Kita hanya mampu membuktikan bahwa hipotesa,
pernyataan atau teori ini salah. Ini berarti bahwa pencarian teori itu melalui proses
demi proses (refinement). Suatu teori mungkinbenar untuk keadaan tertentu bukan
pada keadaan lain.
Sejalan dengan pendapat ini maka Imre Lakatos membagi dua unsur ilmu
yaitu:
1. Negative heuristic yang merupakan Inti utama penelitian yang menjelaskan
asumsi dasar dari suatu Ilmu. Unsure ini tidak bisa difalsifikasi, ia adalah
bersifat dogmatic yang harus diterima kebenarannya.
2. Positive heuristic merupakan “bumper” atau “belt” yang melingkungi “hard
core” tadi. Ini yang terkena falsifikasi dan ini yang menjadi obyek riset para
ilmuwan.
Kemudian muncul Kuhnian paradigm atau disebut juga ”disciplinary
matrics”. Menurut Kuhn (1970) teori ilmiah dan perkembangan ilmu memiliki
sifat revolusi artinya terjadi proses yang terus menerus untuk mengubah suatu
teori yang tidak sesuai lagi (incompatible) dan menggantinyadengan teori yang
lain. Menurut Kuhn siklus ilmu itu dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pre-science, di sini tidak ada ide atau ilmu yang umum.
2. Perkembangan berbagai pemikiran (school of thoght)
21
3. Munculnya paradigm yang dominan.
4. Muncul anomaly
5. Timbul krisis ilmu
Setelah krisis ilmu terjadi maka proses kembali ke awal, munculnya
berbagai perkembangan pemikiran (nomor 2).
Kalau berbicara mengenai teori akuntansi maka yang dimaksudkan
adalah kristalisasi fenomena yang dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat
(preposition) yang disimpulkan dari fenomena interaksi bisnis etities dan pemakai
laporan keuangan.Berdasarkan pernyataan ini maka semestinya teori itu harus
melihat dan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan evolusi dari interaksi
pemakai laporan keuangan dan situasi bisnis.
Pemakai laporan keuangan menentukan tujuan laporan keuangan.
Mereka inilah yang diminta pendapatnya untuk apa mereka mengganakan laporan
keuangan. Dari pendapat ini para ahli merumuskan postulat, konsep, prinsip dasar,
dan akhirnya dapat dijabarkan tehknik pencatatan akuntansi.
B. TEORI DAN PEMBUAT KEBIJAKAN AKUNTANSI
Teori akuntansi berkaitan erat dengan penyusunan kebijaksanaan
akuntansi. Teori bersama faktor politik dan kondisi dan sistem ekonomi akan
menentukan pembuatan kebijakan akuntansi.
Dalam penyusunan kebijaksanaan akuntansi yang akan dijadikan sebagai
dasar dalam praktek atau tehnik akuntansi di pengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain :
1. Teori Akuntansi
2. Faktor politik
3. Kondisi ekonomi
Hal ini membuktikan bahwa kita harus mempelajari teori akuntansi untuk
dapat merumuskan kebijaksanaan yang tepat.Lambat atau cepat,struktur akuntansi
mestinya mengikuti evolusi perkembangan masyarakat.Perkembangan itu tentu
akan mempengaruhi konsep, postulat akuntansi, prinsip dasar akuntansi, dan
22
akhirnya tehnik ( metode pencatatan) akuntansi. Biasanya postulat, konsep, dan
prinsip dasar akuntansi lebih bersifat jangka panjang dibandingkan dengan
penggunaan teknik atau prosedur pencatatannya.Jika kita lihat struktur ini maka
wilayah teori akuntansi itu mencakup perumusan postulat,konsep,prinsip
dasar,dan tehnik dasar akuntansi.
Kenyataan ini telah digambarkan dalam APB statement Nomor 4 sebagai
berikut :
Prinsip akuntansi yang berlaku sekarang adalah merupakan hasil evolusi
yang diperkirakan akan terus berlaku seterusnya.Perubahan bisa saja terjadi pada
tingkat metode pancatatan (GAAP). GAAP ini berubah sebagai respon terhadap
perubahan ekonomi dan kondisi sosial,teknologi dan ilmu pengetahuan
baru,permintaan para pemakai laporan keuangan yang mengharapkan informasi
yang lebih bermanfaat.Sifat dinamis akuntansi kauangan itu dalam merespon
perubahan keadaan menambah kegunaan informasi yang di sajikan.
Perubahan ini tentu tidak bisa dilaksanakan begitu saja.Perubahan harus
dilakukan berdasarkan prinsip dalam kerangka teori akuntansi dan disiplinnya
sendiri.disinilah hubungan antara teori akuntansi dengan prinsip akuntansi
(GAAP) itu Teori ini harus debatable,refutable,arguable ,justifiable,terhadap kritik
dan argumen baru yang di ungkapkan masyarakat.Proses ini di sebut dengan
proses verivication theory, Teori yang tidak memiliki sifat itu maka rumusan
prinsip yang dilahirkan akan rapuh.
Teori akuntansi oleh karenanya harus lahir dari proses kontruksi teori dan
sekaligus verifikasi teori .Jika suatu teori tidak dapat bertahan pada proses
verifikasi maka teori harus diganti dengan teori yang lebih baik ukurannya pada
akhirnya kembali pada respon yang diberikan masyarakat pada output akuntansi
itu.
Committe on Accounting theory and verifikation mengungkapkan
pendapatnya dalam konteks ini sebagai berikut : ”Teori ilmiah memberikan
kepastian pengharapan atau ramalan tertentu tentang fenomena, jika fenomena
yang diperkirakan ini terjadi maka teori disebut ”confirm”sebaliknya jika
fenomena tidak terjadi maka di sebut ”anomalies”yang berarti harus dicari teori
23
batu atau modifikasi terhadap teori lama. Tujuan penyusunan teori baru dan
modifikasi teori lama adalah upaya mengubah anomalies menjadi confirm atau
anggapan fenomena yang terjadi sesuai dengan kejadiannya.”
Teori akuntansi akan dapat bermanfaat apabila rumusan teori itu dapat
dijadikan sebagai alat untuk meramalkan apa yang akan diharapkan mungkin
terjadi dimasa yang kan datang. Kalau demikian halnya maka mestinya setiap
negara harus memiliki dan merumuskan teori akuntansinya sendiri yang
disimpulkan dari kondisi dan fenomena ekonomi sosial yang dimilikinya.Bukan
mengambil alih sepenuhnya dari susunan teori akuntansi negara lain.
Hadibroto (Media Akuntansi 1988) menekankanpentingnya teori akuntansi.
Menurut beliau ada sinyalemen yang berkembang yang menggangap bahwa
seolah teori akuntansi tidak di butuhkan.Alasan yang mendasarri pemikiran ini
adalah bahwa akuntansi bukanlah merupakan suatu disiplin ilmu yang dapat
menjelaskan semua gejala-gejala akuntansi dalam prakteknya. Akuntansi bersifat
teknis prosedural dia sama seperti mesin saja tidak memerlukan kreasi-kreasi atau
inisiatif baru.
Pandangan ini adalah keliru,apa yang terdapat dalam aliran Positive
Accounting Theory yang di pakai oleh watts dan zimmerman misalnya
menjelaskan bahwa teori bukan aturan untuk memilih antara prosedur akuntansi
yang satu dengan yang lainnya. Misalnya memilih prosedur yang lebih
mencerminkan proses ”matching”pendapatan dan beban. Akan tetapi lebih
luas.Teori akuntansi dapat memberikan penjelasan mengenai praktek akuntansi,
menjawab dan menjelaskan semua fenomena yang melatar belakangi penerapan
suatu metode dalam praktek akuntansi. Misalnya, mengapa perusahan yang satu
menggunakan metode depresiasi di percepat (Accelerated Depreciation)sedangkan
perusahan lain menggunakan metode garis lurus.
Teori dapat didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang berdasarkan
metode ilmiah atau logika. Teori terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Asumsi-asumsi termasuk definisi variabel-variablenya dan logika yang
menghubungkan antar variabel tersebut.Asumsi-asumsi, definisi logika
24
dipergunakan untuk mengatur, menganalisa, memahami, gejala empiris yang
menjadi perhatian.
2. Himpunan hipotesa-hipotesa yang penting. Sedangkan hipotesa merupakan
anggapan awal dari sebuah fenomena atau masalah yang akan
dianalisa.Tujuan teori akuntansi adalah menjelaskan dan meramalkan praktek
akuntansi.
Teori akuntansi dapat menjelaskan mengapa perusahaan lebih cenderung
menggunakan metode LIFO daripada FIFO. Teori akuntansi akan dapat
memprediksi atau menemukan gejala akuntansiyang belum diketahui. Misalnya
teori akuntansi dapat memberikan hipotesa mengenai sifat – sifat perusahaan yang
menggunakan metode LIFO dibandingkan dengan menggunakan FIFO.
Untuk memperkuat argumen bahwa akuntansi merupakan disiplin ilmu
yang didasari oleh metode ilmiah,maka akuntansipun mengalami perkembangan
disiplin ilmunya. Watts dan Zimmernan menjelaskan perkembangan dari tiori
akuntansi dari normatif ke teori akuntansi positif dan dewasa ini berkembang ke
arah Teori Akuntansi interpretatif. Dimana masing-masing dalam menyusun teori
tersebut terdapat berbagai pendekatan. Misalnya dalam teori akuntansi positif
dilakukan pendekatan ekonomi dan perilaku (behavior)
C. SIFAT TEORI AKUNTANSI
Dari penjelasan maka teori akuntansi dapat kita rumuskan sebagai
berikut:
Teori akuntansi adalah suatu konsep definisi dalil yang menyajikan
secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan
antara variabel dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud
dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin muncul,Hendriksen
menilai teori akuntansi sebagai satu susunan prinsip umum akan dapat :
1. Memberikan kerangka acuan yang umum dari mana praktek akuntansi dinilai.
25
2. Teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti
perkembangan ekonomi ,sosial,teknologi dan ilmu pengetahuan yang
demikian cepat.
Oleh karena itu tepatlah kesimpulan ahmed belkaoui yang menyatakan
bahwa tidak ada teori akuntansi yang lengkap apada setiap kurun waktu. Oleh
karena itu teori akuntansi harus juga mencakup semua literatur akuntansi yang
memberikan pendekatan yang berbeda-beda satu sama lain.Senada dengan
kesimpulan ini American Accounting Association’s Committe On Concepts and
Standard For External Reports yang menyebutkan bahwa :
1. Tidak ada teori akuntansi keuangan yang lengkap yang mencakup dan
memenuhi keinginan semua keadaan dan waktu dengan efektif oleh
karenanya.
2. Di dalam literatur akuntansi keuangan yang ada bukan teori akuntansi tetapi
kumpulan teori yang dapat dirumuskan mengatasi perbedaan-perbedaan
persyaratan yang diinginkan para pemakai laporan keuangan.
Untuk perumuan teori akuntansi memang tidak dapat hanya
mengandalkan teori akuntansi ansich,harus menggunakan literatur akuntansi dan
disiplin ilmu lain yang relevan. Namun teori akuntansi merupaka instrumen yang
sangat penting dalam menyusun dan memverifikasi prinsip akuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk disajikan pada para
pemakainya.
D. PERIODISASI TEORI AKUNTANSI
Godfrey dkk (1992) membuat periodisasi teori akuntansi sebagai berikut:
1. Pre-theory period (1492-1800)
Peragalo mengemukakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang dirumuskan
sejak Pacioli sampai pada awal abad ke-19. kalaupun ada saran-saran atau
26
pertanyaan-pertanyaan belum dapat digolongkan sebagai teori atau
pernyataan yang sistematis.
2. General scientific period (1800-1955)
Dalam periode ini sudah ada pengimbangan teori yang penekanannya
baru berupa penjelasan terhadap praktek akuntansi. Di sini sudah ada kerangka
kerja untuk menjelaskan dan mengembangkan praktek akuntansi. Akuntansi
dikembangkan berdasarkan metode empiris yang mengutamakan pengamatan atas
kenyataan sehari-hari atau realitas bukan didasarkan pada logika. Laporan AAA
”A Tentative Statement of Accounting Principles Affecting Corporate Reports
pada tahun 1938 serta laporan AICPA tentang A Statement of Accounting
Principle (Sanders, Hatfield dan Moore) merupakan dua contoh perumusan teori
akuntansi berdasarkan metode empiris atau disebut era general scientific ini.
3. Normative period (1956-1970)
Dalam periode ini perumus teori akuntansi mencoba merumuskan
“norma-norma” atau “praktek akuntansi yang baik”. Kalau dalam periode
sebelumnya menekankan kepada ”APA” yang terjadi dalamperiode ini
”Bagaimana seharusnya” dilakukan, ”What should be”. Pada periode ini muncul
kritik terhadap konsep ”historical cost” dan pendukung adanya ”conceptual
framework”. Beberapa terbitan laporan pada era ini adalah: An Inquiry into the
Nature of Accounting oleh Goldberg yang diterbitkan pada tahun 1965, AAA
menerbitkan A Statement of Basic Accounting Theory.
4. Specific Scientific Period (1970-sekarang)
Periode ini disebut juga “positive era”. Di sini teori akuntansi tidak
cukup hanya dengan sifat normatif tetapi harus bisa diuji kebenarannya. Norma
dinilai subyektif jadi harus diuji secara positif. Pendekatan normatif dikritik
karena:
(1) teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesa.27
(2) teori normatif didasarkan pada pertimbangan subyektif.
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang
subyektif maka tidak bisa diterima begitu saja harus dapat diuji secara empiris
agar memiliki dasar teori yang kuat. Pada periode ini data empiris sudah banyak
tersedia kemudian teknik-teknik statistik dan teknik yang menggunakan disiplin
lain untuk melakukan pengujian sudah demikian banyak sehingga memudahkan
melakukan pengujian. Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk
menerangkan dan meramalkan praktek akuntansi. Salah satu contoh dalam
penggunaan teori positif ini adalah hipotesa ”bonus plan”.
Hipotesa ini menunjukkan bahwa manajemen yang remunerasinya
didasarkan pada bonus maka mereka akan berusaha memaksimasi pendapatannya
melalui pendekatan akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga bonusnya
tinggi. Dalam penyusunan laporan keuangan manajemen tentu akan memilih
standar akuntansi yang dapat menaikkan laba atau bonus mereka. Teori ini akan
dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku manajemen dalam mana bonus plan
diberlakukan. Watts dan Zimmerman pendukung konsep ini dalam bukunya
Positive Accounting Theory menyatakan bahwa keuntungan pendekatan ini
adalah bahwa regulator bisa meramalkan konsekuensi ekonomis dari berbagai
kebijakan atau praktek akuntansi.
Menurut Godfrey dkk pada akhir-akhir ini ada kecenderungan
munculnya perbedaan antara Riset Academics dan Riset Profesional yang
sebelumnya dinilai seragam. Riset Academics tetap dalam pendekatan positif
yang umumnya menekankan pada peran dan pengaruh informasi akuntansi
sedangkan Profesional agak condong pada pendekatan normatif yang umumnya
menekankan upaya untuk menyeragamkan praktek akuntansi agar lebih
bermanfaat bagi praktisi.
E. METODE PERUMUSAN (KONSTRUKSI)
Dalam literatur kita akan bingung menemukan berbagai penggolongan
dan istilah yang beragam untuk menjelaskan metode perumusan ini serta serta
sifat dan tata caranya. Kita akan mencoba merangkum berbagai pendapatan ini
28
sehingga dapat menggambarkan metode yang terdapat dalam
literatur.Merumuskan teori akuntansi mesti memiliki metode. Dari berbagai
pendapat dan praktek, Belkaoui dan Godfrey mengemukakan dalam literatur
dikenal beberapa metode:
1. Metode Deskriftif (pragmatic) yaitu teori akuntansi mencoba
menjawab pertanyaan ”APA”.
Dalam metode ini akuntansi dianggap sebagai seni yang tidak dapat
dirumuskan dan karenanya metode perumusan teori akuntansi harus bersifat
menjelaskan atau descriptive. Dia menjelaskan dan menganalisa praktek yang ada
dan diterima sekarang. Di sini diamati perilaku akuntan dalam berhubungan
dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Metode ini disebut juga deskriptive
accounting atau deskriptive theory of accounting. Beberapa contoh prinsip
akuntansi yang menggunakan metode ini adalah buku Paul Grady: Inventory of
General Accepted Accounting Principle for Business En terprises, APB Statement
No. 4, Skinners and Ijiri.
2. Psychological pragmatic
Di sini diamati reaksi dari pemakai laporan keuangan terhadap output
akuntansi itu (laporan keuangan) yangdisusun dari berbagi aturan, standar ,
prinsip atau pedoman. Jika ada reaksi maka dianggap bahwa ternyata akuntansi itu
bermanfaat dan relevan. Namun diakui juga bisa saja terjadi reaksi yang tidak
logis dari pengguna laporan keuangan sehingga bukan saja reaksi itu disebabkan
laporan keuangan.
3. Metode Normatif (1950-1960) yaitu teori akuntansi mencoba
menjawab pertanyaan ”APA YANG SEMESTINYA”.
Di sini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti
tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Metode ini
disebut juga normative accounting research atau normative theory of accounting. 29
Metode ini berguna dalam hal membahas isu “true income” dan “decision
usefulness”. Metode ini diatur antara lain oleh: Moonitz, Sprouse and Moonitz, A
Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dari AAA, Edward and Bell,
Chambers.
4. Metode Positive (1970an)
Yaitu suatu metode yang diawali dari suatu teori atau model ilmiah yang
sedang berlaku atau diterima umum. Berdasarkan teori ini maka dirumuskan
problem penelitian untuk mengamati perilaku atau fenomena nyata yang tidak ada
dalam teori. Kemudian dikembangkan teori untuk menjelaskan fenomena tadi dan
dilakukan penelitian secara terstuktur dan peraturan yang standar dengan
melakuklan perumusan masalah, penyusunan hipotesa, pengumpulan data dan
pengujian statistik ilmiah. Sehingga diketahui apakah hipotesa yang dirumuskan
diterima atau tidak.
Para pendukung ini menyebut metode inilah yang digolongkan sebagai
”ilmiah” karena menggunakan peraturean yang terstruktur dan data empiris yang
objektif dan model statistik matematik yang bersifat logik. Dalam penggolongan
lain disebut metode kuantitatif (Quantitatif Research). Namun bukan berarti
metode ini tidak mendapatkan kritik. Disamping metode kuantitatif ini dibuat juga
penggolongan lain yaitu metode kualitatif (Qualitatif Research).
Metode kualitatif tidak harus didasarkan pada model yang terstruktur dan
analisa yang menggunakan matematik atau statistik. Disamping penggolongan
berdasarkan kuantitatif dan kualitatif ada juga penggolongan Scientific Research
dan Naturalistic Research. Scientific disamakan dengan positive atau quantitative
sedangkan Naturalistic disamakan dengan metode kualitatif.
F. PENDEKATAN DALAM PERUMUSAN TEORI
Teori adalah rumusan yang direduksi dari kenyataan atau praktek.
Menurut Godfrey dkk (1992) dalam mengaitkan antara teori (dunia abstrak) dan
kenyataan (dunia pengalaman) dikenal 3 hubungan dalam struktur teoritis:
30
1. Syntactis
Di sini teori itu dirumuskan dalam bentuk hubungan logis. Hubungan itu
dirumuskan dalam bentuk aturan seperti aturan bahasa (grammar), aturan
matematik dan sebagainya. Biasanya rumusan teori menggunakan sylogism yang
memberikan hubungan logis. Sylogism tidak dimaksudkan menyatakan kebenaran
tetapi hanya hubungan logis, seperti: Premis
1. Seluruh perkiraan aktiva bersaldo debet Premis
2. Biaya Sewa bersaldo debet,Kesimpulan: Biaya sewa adalah aktiva
Rangkaian premis dan kesimpulan di atas itu merupakan bahasa teori
dalam permainan logika. Tidak seluruhnya stuktur silogisme itu bisa menjamin
kebenaran. Syntactis hanya menggambarkan dunia kenyataan dalam bentuk
bahasa ilmiah atau teori.
2. Semantic
Di sini teori menghubungkan konsep dasar dari suatu teori ke obyek
nyata. Hubungan ini dituangkan dalam bentuk aturan yang sesuai atau definisi
operasional. Semantic menyangkut hubungan kata, tanda atau simbol dari
kenyataan. Sehingga teori ini lebih mudah dipahami, realistik dan berarti.
Misalnya Kesamaan akuntansi Aktiva = Utang + Modal.
3. Pragmatic
Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis. Di sini hubungan pragmatis
itu berkaitan dengan pengaruh kata-kata, simbol terhadap manusia. Akuntansi
dianggap memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang. Teori
akuntansi dianggap harus bermanfaat bagi pengambil keputusan sehingga
informasi akuntansi juga harus sesuai dengan kebutuhan para pengambil
keputusan ini.Teori harus mampu merumuskan kebenaran sehingga teori ini harus
terus-menerus diuji dan diverifikasi.
31
Ada 3 kriteria atau pihak atau sumber yang memiliki wewenang
menentukan kebenaran:
1. Dogmatic, suatu pernyataan atau teori dapat kita sebut benar jika pihak yang
menyampaikannya memiliki wewenang untuk menyampaikan kebenaran itu
dan ini tidak perlu diuji lagi. keyakinan kepada kebenaran ini hanya
berdasarkan pada kepercayaan, keyakinan atau iman seseorang. Sumber
dogma ini misalnya berasal dari keyakinan agama, kharisma seseorang,
jabatan, indoktrinasi, dan lain sebagainya. Dalam akuntansi ada beberapa
lembaga yang dikenal otoritasnya dalam menelorkan teori akuntansi misalnya
AAA, FASB, IAI dan sebagainya.
2. Self evident, di sini kebenaran dibuktikan oleh pengetahuan umum,
pengamatan, pengalaman. Misalnya disebutkan bahwa akuntansi
menggunakan harga pasar. Pernyataan ini rasanya tidak perlu lagi diuji
kebenarannya karena sudah terbukti sendiri berdasarkan pengetahuan,
pengalaman dan pengamatan kita.
3. Scientific, di sini kebenaran itu dibuktikan oleh suatu metode ilmiah. Teori
dirumuskan, diuji dan seterusnya berulang secara terus-menerus. Metode
ilmiah ini sangat beragam dan akan kita bahas berikut ini.Perumusan Teori
Akuntansi
Dalam literatur dikenal beberapa pendekatan dalam merumuskan teori
akuntansi. Masing-masing penulis memberikan metode yang diikutinya. Dalam
bab ini kita pakai saja penjelasan dari Belkaoui tentang pendekatan dalam
perumusan teori akuntansi sebagai berikut:
I. Pendekatan informal yang dibagi dalam:
1. Pragmatis, Praktis, Non teoritis
Dalam metode ini perumusan teori akuntansi. Didasarkan pada
keadaanpraktek di lapangan. Di sini yang menjadi pertimbangan adalah hal-hal
32
yang berguna untuk menyelesaikan persoalan secara praktis. Menurut pendekatan
ini prinsip akuntansi yang dipakai adalah didasarkan pada kegunaannya bagi para
pemakai laporan keuangan dan relevansinya dengan proses pengambilan
keputusan.
2. Otoriter
Dalam metode ini yang merumuskan teori akuntansi adalah organisasi
profesi yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengatur praktek
akuntansi. Biasanya organisasi profesipun tetap memperhatikan aspek praktis dan
pragmatis. Oleh karena itu maka pendekatan otoriter ini digolongkan juga sebagai
pragmatis.
II. Pendekatan Teoritis yang dibaginya dalam:
1. Deduktif
Dalam metode ini perumusan teori dimulai dari perumusan dalil dasar
akuntansi (postulat dan prinsif akuntansi) dan selanjutnya dari rumusan dasar ini
diambil kesimpulan logistentang teori akuntansi mengenai hal yang dipersoalkan.
Jadi perumusan dimulai dari dalil umum kepada dalil khusus. Pendekatan ini
dilakukan dalam penyusunan struktur akuntansi di mana dirumuskan dahulu
tujuan laporan keuangan, rumusan postulat, kemudian prinsip, dan akhirnya lebih
khusus menyusun teknik akuntansi.
Dalam hal ini teori diuji dari posisinya dalam menampung keinginan
praktek. Jika pemakai dalam praktek diterima maka dianggap teori itu diterima
atau verified, sebaliknya jika tidak diterima disebut falsified.Beberapa pendukung
metode ini adalah: Paton, Canning, Sweeney, MacNeal, Alexander, Edward and
Bell, Moonitz, dan Sprouse and Moonitz.
33
2. Induktif
Dalam metode ini penyusunan teori akuntansi didasarkan pada beberapa
observasi dan pengukuran khusus dan akhirnya dari berbagi sample dirumuskan
fenomena yang seragam atau berulang (informasi akuntansi) dan diambil
kesimpulan umum (postulat dan prinsip akuntansi). Tahap yang dilalui adalah:
1. Mengumpulkan semua observasi.
2. Analisis dan golongan observasi berdasarkan hubungan yang berulang-ulang
dan sejenis, seragam, mirip.
3. Ditarik kesimpulan umum dan prinsip akuntansi yang menggambarkan
hubungan yang berulang-ulang tadi.
4. Kesimpulan umum diuji kebenarannya.
Tidak seperti pendekatan deduktif, dalam pendekatan induktif ini
kebenaran dan kepalsuan dalil tidak tergantung pada dalil lainnya, tetapi harus
melalui pengujian empiris. Dalam pendekatan induktif kebenaran suatu dalil
tergantung pada pengamatan terhadap contoh yang cukup dari hubungan kasus
yang berulang-ulang dan seragam. Para teoritisi yang menggunakan pendekatan
ini adalah: Hatfield, Gilman, Littlelton, Paton and Littlelton, dan Ijiri
3. Etik
Dalam pendekatan ini digunakan konsep kewajaran , keadilan, pemilikan,
dan kebenaran. Patillo menyebutkan dalam metode ini standar dasarnya adalah
etika, metodenya logis dan ”coherent” dan penerapannya di lapangan. Jadi
sebenarnya dimensi yang diutamakan dalam perumusan teori itu diutamakan dari
sudut etikanya, tanpa menyebut bahwa pendekatan lain tidak beretika. Pendekatan
ini diperkenalkan oleh D.R. Scott.
Menurut beliau kriteria yang harus digunakan dalam perumusan teori
akuntansi adalah keadilan dengan memperlakukan pihak yang berkaitan secara
adil. Disajikan kebenaran dalam arti laporan yang benar dan akurat tanpa
mengundang salah tafsir, dan kewajaran dalam arti penyajiannya wajar, tidak bias,
dan tidak sebagian-sebagian. Dalam buku lain dikenal dengan ”Pendekatan
Peristiwa” (Event Approach) artinya dalam perumusan teori kita harus
34
memperhatikan semua pihak jangan hanya memperhatikan pihak-pihak tertentu
saja. Pendekatan ini mirip pendekatan etik ini.
4. Sosiologis
Dalam pendekatan ini yang menjadi perhatian utama dalam perumusan
teori akuntansi adalah dampak sosial dari teknik akuntansi. Jadi yang menjadi
perhatian bukan pemakai langsung akuntansi tetapi juga masyarakat secara
keseluruhan. Pendekatan inilah sebagai embrio Socio Economic Accounting atau
Social Responsibility Accounting. Pendekatan ini seolah merupakan perluasan
dari konsep etik dimana yang menjadi focus perhatian adalah kesejahteraan
seluruh masyarakat bukan saja pemilik.
Menurut konsep ini prinsip akuntansi dinilai dari penerimaan dari seluruh
pihak terhadap laporan keuangan, khususnya yang melaporkan tentang dampak
perusahaan terhadap masyarakat. Akuntansi dalam model ini harus dapat
memberikan pertimbangan dalam mengambil kesimpulan terhadap kesejahteraan
masyarakat. Para penulis yang mengkaji isu ini adalah Belkaoui dan Beams dan
Fertig, Ladd, Littlelton, dan Zimmerman.
5. Ekonomi
Pendekatan ekonomi dalam perumusan teori akuntansi menekankan pada
kontrol pada perilaku indikator makro ekonomi atau generar economic welfare
yang menghasilkan perumusan teknik akuntansi. Sehingga dalam pemilihan
teknik akuntansi didasarkan pada dampaknya pada ekomomi nasional. Misalnya
teknik LIFO lebih menarik daripada FIFO pada masa inflasi. Dari pendekatan ini
maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Teknik dan kebijaksanaan akuntansi harus dapat menggambarkan realitas
ekonomi.
b. Pilihan terhadap teknik akuntansi harus tergantung pada konsekuensi
ekonomis.
35
6. Eklektif
Jika dalam perumusan teori akuntansi digunakan tidak hanya satu
pendekatan, tetapi berbagai kombinasi pendekatan maka disebut eklektif.Dari
literatur lain kita mengenal pendekatan komunikatif (communication theory)
dalam perumusan teori akuntansi. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bedford dan
Baldouni yang menganggap bahwa akuntansi adalah sebagai suatu sistem yang
terpadu dalam proses komunikasi. Di sini dirumuskan informasi apa yang perlu
dan disajikan oleh perusahaan kepada para pembaca agar mereka dapat
menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan. ASOBAT (A Statement
of Basic Accounting Theory) termasuk menggunakan teori ini.
Banyak lagi pendekatan lain yang perlu dikemukakan di sini antara lain:
behavioral approach, yang menekankan pada aspek perilaku yang ditimbulkan
oleh informasi akuntansi, pragmatic, nontheoretical approach (perumusannya
tidak didasarkan pada dasr teori yang berlaku. Keadaan ini terjadi pada periode
awal perkembangan akuntansi), theory of account approach yang melihat
akuntansi dari aspek hubungan antara perkiraan yang dibangun dari dasar teori
double entry.
G. PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI DI INDONESIA
Sampai saat ini Indonesia masih belum berupaya untuk merumuskan
teori maupun standar akuntansinya sendiri. Kita masih tetap menggunakan teori
atau standar akuntansi Amerika atau terakhir dari IASC (International Accounting
Standard Committee) sebagai dasar pengembangan akuntansi di Tanah Air.
Standar Akuntansi Keuangan maupun Pernyataan Standar Pemeriksaan masih
mengadopsi atau menerjemahkan standar atau pedoman dari Amerika atau IASC
dengan berbagai modifikasi minor.
Upaya yang baru dilakukan oleh profesi akuntansi adalah perumusan
prinsip akuntansi Indonesia namun belum menyentuh dasar teori akuntansinya.
Dalam sebuah kuliahnya di gedung baja (1991), Belkaoui menganjurkan agar
setiap negara memiliki teori akuntansi sendiri termasuk Indonesia. Menurut beliau
teori akuntansi lahir dari kondisi, lingkungan, dan situasi ekonomi dan sosial yang
36
ada disuatu negara yang tentu akan berbeda dengan negara lainnya. Akibatnya
kita tidak akan tepat jika menggunakan teori akuntansi yang dilahirkan dari negara
lain dengan situasi dan kondisi yang berbeda dengan negara kita.
Menurut penulis buku ini, tentu sangat ideal dan tidak akan mungkin
dapat kita wujudkan dalam jangka pendek. Namun pada dasarnya kita harus
membuat agenda menuju ke sana. Oleh karena itu para peneliti akuntansi,
pemerintah, Fakultas Ekonomi serta Kantor Akuntan Publik sudah selayaknya
memikirkan permasalahan ini dengan upaya yang intens untuk melakukan
berbagai penelitian akuntansi. Sebelum hal itu terwujud maka sebaiknya profesi
dan pemerintah sudah harus melakukan upaya-upaya dalam perumusan teori dan
standar akuntansi Indonesia yang digali dari kondisi kita. Dan tentu saja teori
akuntansi yang sudah ada khususnya dari negara lain seperti dari Amerika dapat
kita jadikan sebagai dasar atau pedoman dalam merumuskan teori kita atau
mengisi teori yang masih lowong.
37
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah ini, kita dapat mengambil suatu kesimpulan
teori akuntansi merupakan penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip luas
yang memberikan kerangka dan acuan umum yang dapat digunakan untuk menilai
praktek akuntansi. Teori akuntansi dapat dikelompokkan berdasarkan tingkatan
yaitu teori sintaktis, interpretational, dan teori perilaku. Sedangkan menurut dasar
pemikiran, dikelompokan menjadi deduktif dan induktif.
B. SARAN
Di dalam perguruan tinggi, hal yang dikaji berkaitan dengan akuntansi
tidak cukup mencakup kajian akuntansi secara praktik namun juga secara teori,
perguruan tinggi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan
akuntansi secara teori. Sebagai agen pengembangan dan perubahan, perguruan
tinggi harus mampu untuk mengembangkan teori-teori yang telah ada agar
akuntansi agar dapat berkembang menjadi lebih baik.
38
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, Ahmed Riahi. (2001). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta:
Salemba Empat.
Hendriksen. (2000). Accounting Theory. 9th Edition.
www.google.com
39