Tugas Kimia Organik Kliping

download Tugas Kimia Organik Kliping

of 4

Transcript of Tugas Kimia Organik Kliping

Bahan kimia yang ada pada kemasan pangan seperti senyawa PB, semikarbazid (SEM) dan ester ftalat (DEHP dan DIDP) perlu dihindari dari pangan yang sifatnya agresif.

Hal ini karena salah satu faktor yang mengendalikan besarnya migrasi yaitu pangan agresif, selain itu durasi kontak yang lama dan suhu kontak yang tinggi juga berpengaruh.

"Kemasan pangan perlu dihindari dari pangan agresif karena mempermudah bahan kimia berbahaya bermigrasi ke makanan yang berkontak langsung," tutur Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya BPOM, Drs. Mustofa, Apt, Mkes.

Pangan agresif menurut Mustofa yang memiliki sifat asam, panas dan berminyak.

"Asinan, gorengan panas dan berminyak merupakan contoh pangan agresif yang mudah sekali terpapar bahan kimia dari kemasan pangan plastik," ungkap Mustofa ditulis Sabtu (19/10/2013).

Pangan asam seperti asinan bersifat mudah menarik senyawa berbahaya dalam kemasan dan mengontaminasi ke cairan asinan.Gorengan atau rendang, bila makanan tersebut menempel pada kemasan plastik maka senyawa berbahaya yang ada akan mengontaminasi makanan dan mengganggu kesehatan yang mengonsumsinya.

"Kalau rendang saat ditutupi plastik bila tidak menyentuh ya nggak apap-apa tetapi kalau menyentuh itu yang berbahaya," jelas Mustofa. (Mia/Mel) (Melly Febrida) - See more at:

Bahan tambahan pangan atau BTP semakin marak digunakan produsen makanan untuk jajanan. Melebihi kadarnya, BTP bisa berisiko bagi kesehatan. Makanan apa saja yang rentan akan hal ini?

Bocah-bocah Sekolah Dasar begitu riangnya menanti jajanan minuman aneka warna dan beragam rasa. Tanpa disadari ada bahaya mengintai dari makanan dan minuman seperti jajanan para bocah ini.

Bahaya dari Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang berlebihan untuk mempercantik tampilan, menambah rasa, hingga mengawetkan makanan. Bila kadarnya berlebihan BTP bisa membahayakan kesehatan seperti dilaporkan Liputan 6 Siang, Senin (30/9/2013).

"Pangan ilegal kita tidak tahu apa yang ditambahkan di situ. Bisa saja cemarannya melebihi ketentuan," kata Deputi BPOM Bidang Pengawasan Keamanan Pangan, DR. Roy Sparingga PhD.

BTP di antaranya berupa zat pengkarbonasi yang biasa ditemukan dalam minuman bersoda, pengemulsi yang bisa mengentalkan makanan, penguat rasa, pengawet, hingga zat pewarna. Kadar BTP yang tak sesuai takaran jelas membahayakan.

Orangtua sebaiknya mengawasi konsumsi jajanan anak sekolah. Es menduduki peringkat teratas makanan yang mengandung bahan tambahan pangan tidak sesuai standar. Diikuti minuman mengandung pewarna dan sirup, kemudian jelly atau agar-agar.

Beragam pangan beredar di pasaran dari cair, emulsi, padat, semipadat dan serbuk atau bubuk. Ini merupakan imbas dari perkembangan selera konsumen, gaya hidup, teknologi informasi sehingga medorong inovasi produk pangan.

Demi keamanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mesti rajin melakukan uji laboratorium terhadap kandungan yang ada pada pangan tersebut.

Saat ini BPOM sedang memfokuskan penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang beredar di pasaran, di antaranya pewarna, pemanis atau perisai.

"Kini banyak beredar pangan yang diberikan BTP, untuk itu kami (BPOM) selalu melakukan uji laboratorium untuk meningkatkan keamanan pangan," ujar Deputi Bidang Pengawasan Kemanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM, DR. Roy Sparringa, PhD saat ditemuiLiputan6.com, Jumat (26/9/2013).

BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.

Roy menegaskan BTP bukan sesuatu hal yang perlu ditakutkan. "BTP bukan sesuatu yang perlu ditakutkan, yang bahaya itu adalah ketika penggunaannya berlebih atau tingkat konsentratnya melebihi anjuran," tuturnya.

Fungsi BTP sendiri yaitu mengawetkan pangan, memberikan warna, meningkatkan kualitas pangan, memperbaiki tekstur, meningkatkan cita rasa.

BPOM menetapkan pengaturan penggunaan BTP dalam pangan yaitu nama dan golongan BTP yang diizinkan, tujuan penggunaan, batas maksimal, dan bahan yang dinyatakan terlarang sebagai BTP.

"Jadi bahan pangan sebelum beredar di pasaran, kami (BPOM) akan meneliti terlebih dahulu dan menanyakan tentang kandungan di dalamnya. Kalau sudah sesuai dengan kriteria keamanan pangan setelah itu baru beredar," ungkap Roy.

Untuk penggemar tahu, ada kabar buruk yang perlu Anda waspadai. Menurut Deputi Bidang Pengawasan Keamaan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM, DR. Roy Sparriga PhD, kebanyakan tahu yang beredar di pasaran telah terpapar bahan kimia berbahaya.

"Ini bisa dibilang kabar buruk untuk penggemar tahu. Setelah dilakukan beberapa pengujian tahu kini telah terpapar boraks dan formalin," ujarnya ditulis Kamis (26/9/2013).

Dr. Roy menambahkan tidak hanya tahu, kerupuk gendar, kerupuk bewarna cerah juga terpapar bahan kimia tersebut.

"Memang enak seperti tahu, kerupuk gendar, kerupuk bewarna, kita makan itu seperti menabung racun untuk masa depan. Untuk itu perlu ketelitian dan pemahaman agar tidak salah membeli bahan pangan," tambahnya.

Untuk mengenalinya memang terkadang sulit karena menurut Staff BPOM yang bertugas di Laboratorium, Ratna mengatakan para produsen sudah lebih pintar dalam penggunaan bahan kimia.

"Secara fisik mungkin lebih terlihat keras dan kenyal, ini setelah diuji sudah terpapar boraks dan formalin. Untuk itu perlu pengujian labooratorium," katanya.