Tugas Khusus Riani Ya-1
-
Upload
didi-ajjah-cukup -
Category
Documents
-
view
27 -
download
3
description
Transcript of Tugas Khusus Riani Ya-1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iDAFTAR ISI........................................................................................................ iiDAFTAR TABEL................................................................................................ iiiDAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang............................................................................................... 11.2. Tujuan............................................................................................................ 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................2.1. Definisi Stroke...............................................................................................2.2. Klasifikasi Stroke...........................................................................................2.3. Faktor Risiko Stroke......................................................................................2.4. Penatalaksanaan Stroke..................................................................................
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN...........................................................3.1. Waktu dan Tempat Pengkajian......................................................................3.2. Metode Pengkajian.........................................................................................
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan....................................................................................................5.2. Saran..............................................................................................................
DAFTAR ACUAN...............................................................................................LAMPIRAN.........................................................................................................
i Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Resiko Stroke............................................................................. 4
ii Universitas
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Identitas Pasien...............................................................................Lampiran 2. Catatan Medis Perawatan IGD........................................................Lampiran 3. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi....................................Lampiran 4. Hasil Laboratorium.........................................................................Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Fisik (Vital Sign)..............................................Lampiran 6. Profil Pengobatan............................................................................1. Regimen Terapi Pengobatan.................................................................2. Daftar Obat Pulang...............................................................................Lampiran 7. Sifat Farmakologis Obat.................................................................Lampiran 8. Analisis Kesesuaian Dosis Obat.....................................................Lampiran 9. Daftar Drug Related Problem.........................................................
iii Universitas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk
dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases
atau NCD). NCD merupakan penyebab kematian terbesar didunia.
Kematian akibat NCD diproyeksikan meningkat 15% secara global antara
tahun 2010 dan 2020, hingga mencapai 44 juta kematian.
Data WHO menunjukan bahwa pada tahun 2012, angka kematian
penduduk dunia akibat kanker mencapai 8,2 juta kasus. Bahkan,
diperkirakan akan meningkat menjadi 22 juta kasus dalam dua dekade
berikutnya. Lebih dari 60% kasus ini terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah, seperti di Afrika, Asia, Amerika
Tengah, dan Amerika Selatan. Penyakit kanker masih merupakan
penyebab tersering kematian kedua akibat penyakit di AS, menyebabkan
hampir 500.000 kematian pada tahun 2008. Penyakit kanker adalah suatu
penyakit yang ditandai oleh hilangnya mekanisme kontrol normal yang
mengatur kesintasan, poliferasi, dan diferensiasi sel (Katzung et al.2013).
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementrian Kesehatan
(Kemenkes), Prof. Dr. Agus Purwadianto menyatakan prevalensi penyakit
kanker cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per
1000 penduduk atau jumlahnya diperkirakan menyentuh angka 347.792
orang penderita. Penyebab penyakit kanker adalah Panjanan lingkungan
yang merupakan faktor terpenting. Karsinogen kimia (terutama yang ada
di asap rokok) serta zat warna azo, aflaktoksin, asbestos, benzen, dan
rodon telah terbukti sebagai penyebab utama beragam kanker pada
manusia. Beberepa virus diperkirakan berperan dalam etilogi berbagai 1 Universitas Indonesia
kanker pada manusia contoh hepatitis B dan hepatitis C. Adanya golongan
gen lainnya yang dikenal sebagai gen penekan tumor, mungkin mengalami
delesi atau mutasi yang menyebabkan terbentuknya fenotipe neoplastik
(Katzung et al.2013).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor : 553/MENKES/S.K/1994 merupakan salah satu bagian
Rumah Sakit yang berada dibawah pengawasan dan koordinasi wakil
direktur penunjang medik.Sebagai fasilitator instalasi farmasi Rumah Sakit
berfungsi melakukan pekerjaan dan memberikan pelayanan kefarmasian
secara menyeluruh khususnya kepada pasien, profesional kesehatan rumah
sakit serta masyarakat pada umumnya. Pekerjaan dan pelayanan instalasi
farmasi rumah sakit meliputi kegiatan seperti pemilihan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, pemusnahan,
penarikan kembali sediaan farmasi, pelayanan resep, pelayanan informasi
obat, konseling, pemantauan efek sampimg obat dan pemantauan terapi
obat.
Pemantauan terapi obat menurut Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik dalam pedoman pemantauan terapi obat merupakan
salah satu proses pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Kegiatan tersebut mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara
pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki dan
rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat
harus harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara
teratur pada periode tertentu agar keberhasilan atau kegagalan terapi dapat
diketahui.
Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai resiko
mengalami masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan
obat, serta respon pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya
masalah terkait obat. Hal tersebut menyebabkan perlunya dilakukan
pematauan terapi obat dalam praktek profesi untuk mengoptimalkan efek
terapi dan meminimalkan efek samping.
Rumah sakit umum pusat Fatmawati merupakan rumah sakit
rujukan yang menyediakan bermacam-macam pelayanan kesehatan salah
satunya pelayanan bagi penderita penyakit kanker, yaitu pelayanan
kemoterapi. Sebagaimana yang diketahui bahwa pasien kemoterapi
memerlukan tindakan pengobatan seperti pembedahan atau radioterapi dan
kemoterapi. Penggunaan obat-obat kemoterapi menimbulkan efek samping
yang perlu diwaspadai, sehingga penggunaan obat-obat kemoterapi
memerlukan pemantauan terapi secara berkesinambungan.
Pada kesempatan praktik kerja profesi apoteker (PKPA) ini penulis
mengkaji pada pasien penderita kanker ovarium dan nasofaring. Tugas ini
menjelaskan pemantauan terapi obat pada pasien rawat inap diruang
Kemoterapi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
B. Tujuan
a. Melakukan pemantauan terapi obat pada pasien kanker ovarium dan
kanker nasofaring
b. Mampu memahami tujuan dan parameter terapi.
c. Mampu memberikan intervensi dan saran pengobatan terhadap terapi
obat yang diberikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi PTO
Pemantauan terapi obat (PTO) dalah suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, rasional bagi pasien.
Kegiatan tersebut mencakup : pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat,
respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi
perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara
berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar
keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui. Apoteker sebagai bagian
dari tim pelayanan kesehatan memiliki peran penting dalam PTO. Pengetahuan
penunjang dalam melakukan PTO adalah patofisiologi penyakit, farmakoterapi
serta interprestasi hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik (Depkes
2009).
Masalah-masalah utama yang dihadapi dalam pematauan terapi obat diantaranya :
1) Polifarmasi
2) Reaksi yang merugikan
3) Kesalahan obat
4) Ketidaktepatan penggunaan obat
5) Kepatuhan pasien
6) Duplikasi
7) Interaksi antara obat-obat yang digunakan.
B. Cakupan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat mencakup pengkajian dari :
1. Ketepatan terapi dan regimen obat pasie
2. Ketepatan penggunaan obat
3. Ketepatan rute, jadwal, dan metode pemberian dosis obat
4. Ketepatan informasi yang diberikan pada pasien
5. Tingkat kepatuhan pasien dengan regimen obat yang tertulis
6. Interaksi obat4 Universitas Indonesia
5
7. Data laboratorium klinik dan farmakokinetik untuk mengevaluasi efikasi
terapi obat serta untuk mengantipasi efek samping, toksisitas atau efek
yang merugikan.
8. Tanda fisik dan gejala klinik yang relevan dengan terapi obat pasien
(Hidayat 2015).
Dalam melakukan pemantauan terapi obat maka harus dilakukan seleksi
pasien. Seleksi pasien dapat dilakukan berdasarkan (Depkes 2009) :
1. Kondisi pasien
a. Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga
menerima polifarmasi
b. Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika
c. Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal
d. Pasien geriatri dan pediatri
e. Pasien hamil dan menyusui
f. Pasien dengan perawatan intensif
2. Obat
a. Jenis obat
Pasien yang menerima obat dengan resiko tinggi seperti :
1) Obat dengan indeks terapi sempit
2) Obat yang bersifat nefrotoksik
3) Sitostatika
4) Antikoagulan
5) Obat yang sering menimbulkan ROTD
6) Obat kardiovaskuler
b. Komleksitas regimen
1) Polifarmasi
2) Variasi rute pemberian
3) Variasi aturan pakai
4) Cara pemberian khusus.
6
C. Penggunaan Obat Yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional bertujuan untuk menjamin pasien
mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya untuk periode
waktu yang telah ditentukan dan harga terjangkau. Penggunaan obat
dikatakan rasional jika memenuhi kriteria (Depkes 2009) :
1. Tepat diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat.
2. Tepat indikasi penyakit
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik, sehingga harus diberikan
secara tepat.
3. Tepat pemilihan obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih harus yang
memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
4. Tepat dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi
obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar
terapi yang diharapkan.
5. Tepat cara pemberian
6. Tepat interval waktu pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis,
agar mudah di taati oleh pasien.
7. Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing.
Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya
akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan.
8. Waspada terhadap efek samping
Pemberian obat berpotensi menimbulkan efek samping, yaitu efek yang tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi.
9. Tepat penilaian kondisi pasien
7
Respon individu terhadap efek obat sangat beragam.
10. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta
tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau. Untuk efektif dan aman
serta terjangkau, digunakan obat-obatan dalam daftar obat esensial.
Pemilihan obat dalam daftar obat esensial didahulukan dengan
mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh para pakar
dibidang pengobatan dan klinis.
11. Tepat informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam
menunjang keberhasilan terapi.
12. Tepat tindak lanjut (follow up)
Pada saat memutuskan pemeberian terapi, harus sudah dipertimbangkan
upaya tindak lanjut yang diperlukan.
13. Tepat penyerahan obat (dispensing)
Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat
dan pasien sendiri sebagai konsumen. Dalam menyerahkan obat petugas
harus memberikan informasi yang tepat kepada pasien.
14. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan
minum obat umumnya terjadi pada keadaan berikut :
a. Jenis dan jumlah obat yang diberikan terlalu banyak.
b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering.
c. Jenis sediaan obat terlalu beragam.
d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi.
e. Pasien tidak mendaptkan informasi/ penjelasan cukup mengenai cara
minum/menggunakan obat.
f. Timbulnya efek samping atau efek ikutan tanpa diberikan penjelasan
terlebih dahulu.
8
D. Rekomendasi Terapi
Rekomendasi Terapi merupakan proses penting dalam menentukan
terapi berahasil atau tidak. Tujuan utama pemberian terapi obat adalah
peningkatan kualitas hidup pasien, yang dapat dijabarkan sebagai berikut (Depkes
2009) :
1) Menyembuhkan penyakit
2) Menghilangkan atau mengurangi gejala klinis pasien
3) Menghambat progesivitas penyakit
4) Mencegah kondisi yang tidak diinginkan
Beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan tujuan terapi antara lain :
derajat keparahan penyakit dan sifat penyakit (akut atau kronis). Pilihan terapi
dari berbagai alternatif yang ada ditetapkan berdasarkan : efikasi, keamanan,
biaya, regimen yang mudah dipatuhi (Depkes 2009)
E. Rencana Pemantauan
Tujuan perencanaan pematauan untuk memastikan pencapaian efek terapi
dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. Rencana pemantauan terdiri dari
(Depkes 2009) :
1. Penetapan
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih parameter
pemantauan, antara lain :
a. Karakteristik obat
b. Efikasi terapi dan efek merugikan dari regimen
c. Perubahan fisiologi pasien
d. Efisiensi pemeriksaan laboratorium terdiri dari : kepraktisan
pemantauan, ketersediaan, biaya pemantauan
2. Menetapkan sasaran terapi (end point)
Penetapan sasaran akhir didasarkan pada nilai/gambaran normal atau
yang disesuaikan dengan pedoman terapi. Apabila menentukan sasaran terapi
yang diinginkan, apoteker harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
9
a. Faktor khusus pasien seperti umur dan penyakit yang bersamaan
diderita pasien
b. Karakteristik obat
Bentuk sediaan, rute pemberian dan cara pemberian akan
mempengaruhi sasaran terapi yang diinginkan.
c. Efikasi dan toksisitas
3. Menetapkan frekuenasi pemantauan
Frekuensi pematauan tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan
resiko yang berkaitan dengan terapi obat. Pasien dengan kondisi stabil tidak
memerlukan pematauan yang sering. Berbagai faktor yang mempengaruhi
frekuensi pematauan antara lain :
a. Kebutuhan khusus dari pasien
b. Karakteristik obat pasien
c. Biaya dan kepraktisan pematauan
d. Permintaan tenaga kesehatan lain
Data pasien yang lengkap, mutlak dibutuhkan dalam PTO tetapi pada
kenyataannya data penting terukur sering tidak ditemukan sehingga PTO
tidak dapat dilakukan dengan baik. Hal tersebut menyebabkan penggunaan
data subyektif sebagai dasar PTO. Jika parameter pemantauan tidak dapat
digantikan dengan data subjektif maka harus diupayakan adanya data
tambahan..
Keberhasilan dicapai ketika hasil pengukuran parameter klinis sesuai
dengan sasaran terapi yang telah ditetapkan. Apabila hal tersebut tidak
tercapai, maka dapat dikatakan mengalami kegagalan mencapai sasaran
terapi. Penyebab kegagalan tersebut antara lain : kegagalan menerima terapi,
perubahan fisiologi/kondisi pasien, perubahan terapi pasien dan gagal terapi.
Salah satu metode sistematis yang dapat digunakan dalam PTO adalah
Subjective Objective Assessment Planning (SOAP).
S : Subjective
Data subjective adalah gejala yang dilakukan oleh pasien.
10
O : Objective
Data objective adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan.
Tanda-tanda objective mencakup tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh,
denyut nadi, kecepatan pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik.
A : Assessment
Berdasarkan data subjektif dan objektif dilakukan analisa untuk menilai
keberhasilan terapi, meminimalkan efek yang tidak dikehendaki dna
kemungkinan adanya masalah baru terkait obat.
Plan : Plan
Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah menyusun
rencana yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Rekomendasi
yang dapat diberikan :
a) Memberikan alternatif terapi, menghentikan pemberian obat,
memodifikasi dosis atau interval pemberian, merubah rute pemberian.
b) Mengedukasi pasien
c) Pemeriksaan laboratorium
d) Perubahan pola makan atau penggunaan nutrisi parenteral/enteral
e) Pemeriksaan parameter klinis lebih sering
4. Tindak Lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh apoteker harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait.
Kerjasama dengan tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mengoptimalkan
pencapain tujuan terapi. Informasi dari dokter tentang kondisi pasien yang
menyeluruh diperlukan untuk menetapkan target terapi yang optimal.
Kegagalan terapi dapat disebabkan karena ketidakpatuhan pasien dan
kurangnya informasi obat. Sebagai tindak lanjut pasien harus mendaptkan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) secara tepat. Informasi yang tepat
sebaiknya :
11
a) Tidak bertentangan/berbeda dengan informasi dari tenaga kesehatan
lain
b) Tidak menimbulkan keraguan pasien dalam menggunakan obat
c) Dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat
F. Kanker Ovarium
1. Definisi Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim
(kanker) pada satu atau dua bagian indung telur. Indung telur sendiri
merupakan bagian salah satu organ reproduksi yang sangat penting bagi
perempuan. Dari organ reproduksi ini dihasilkan telur atau ovum, yang
kelak bila bertemu sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan). Indung
telur merupakan sumber utama penghasil hormon reproduksi
perempuan, seperti hormon dan progesteron (Insrawati. 2009) kanker
ovarium adalah adalah kanker atau tumor ganas yang berasal dari
ovarium dengan berbagai tipe histologi, yang dapat mengenai semua
umur (Rasjidi. 2010). Berbagai faktor yang diperkirakan sebagai faktor
penting dalam mekanisme kanker ovarium adalah sebagai berikut :
a. Faktor Genetik
Faktor genetik adalah keluarga yang menderita keganasan ini
meningkatkan resiko terkena kanker ovarium. Pada umumnya
kanker ovarium epitel bersifat sporadis, 5-10% adalah pola herediter
atau familial. Risiko seorang wanita untuk mengidap kanker
ovarium adalah sebesar 1,6%. Angka risiko penderita yang memiliki
satu saudara sebesar 5% dan akan meningkat menjadi 7% bila
memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium
(Rasjidi.2010).
b. Usia
Kanker ovarium pada umumnya ditemukan pada usia diatas 40
tahun. Angka kejadian akan meningkat semakin bertambahnya
12
semakin bertambahnya usia. Mayoritas kanker ovarium muncul
setelah seorang perempuan melewati masa menopause.
c. Faktor Hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala yang berhubungan
dengan menopause berhubungan dengan peningkatan risiko kanker
ovarium baik dari insiden maupun tingkat mortalitasnya.
Peningkatan risiko secara spesifik terlihat pada wanita dengan
penggunaan hormon estrogen tanpa disertai progesteron karena
peran progesteron yaitu menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel
ovarium. Pada kehamilan, tingginya kdar progesteron akan
membantu menurunkan risiko tumor ganas ovarium(Rasjidi. 2010)
(Nasution. 2011).
2. Manifestasi Klinik
Klasifikasi kanker ovarium belum ada keseragamannya, namun tidak
perbedaan sifat fundamental. Menurut International Federation of
Ginecologic and Obsetries (FIGO), kanker ovarium dibagi dalam 3
kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor dan kemudian masing-
masing kelompok terdiri dari berbagai spesifikasi sesuai histopatologi.
a. Kanker Berasal dari Epitel Permukaan
Kanker yang berasal dari epitel permukaan merupakan golongan
terbanyak dan sebagian besar 85% kanker ovarium berasal dari
golongan ini. Lebih dari 80% kanker ovarium epitel ditemukan pada
wanita pascamenopause dimana pada usia 62 tahun adalah kanker
ovarium epitel paling sering ditemui (Busmar.2006).
b. Kanker Berasal dari Sel Germinal Ovarium
Tumor ini lebih banyak pada wanita umur dibawah 30 tahun.
c. Kanker berasal dari Stroma Korda Seks Ovarium (Sex Cord Stromal)
Tumor yang berasal dari sex cord stromal adalah tumor yang tumbuh
dari satu jenis. Kira-kira 10% dari tumor ganas ovarium berasal dari
kelompok ini. Pada penderita tumor sel granulosa, umur muda atau
pubertas terdapat keluhan perdarahan pervagina, pertumbuhan seks
13
sekunder lain payudara membesar dengan kolostrum, pertumbuhan
rambut pada ketiak dan pubis yang disebut pubertas prekoks.
3. Klasifikasi stadium
Kanker di ovarium terdiri dari berbagai jenis dan multi kompleks. Hal ini
akan menjadi sulit dalam hal menentukan histogenesisnya. Kanker yang
berasal dari epitel, dimulai dengan adanya inklusi epitel permukaan pada
stroma yang berkembang menjadi kista. Selain itu, letak tumor tersembunyi
dalam rongga perut dan sangat berbahaya itu dapat menjadi besar tanpa
disadari oleh penderita, makanya diperlukan stadium kanker agar kita
mengetahui seberapa jauh penyebaran kanker tersebut.
Tabel 1. Klasifikasi stadium kanker ovarium
Stadium Kanker
ovarium primer
Kategori
Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites
berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan dipermukaan luar,
kapsul utuh.
Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada
asites berisi sel ganas, tidak ada tumor dipermukaan luar,
kapsul intak
Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor
dipermukaan luar satu atau kedua ovarium, atau dengan
kapsul pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau
dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan
perluasan ke panggul
IIa Perluasan dan atau metastasis ke uterus atau tuba
IIb Perluasan jaringan pelvis lainnya
IIc Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau
14
dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti
mikroskopik metastatis kavum peritoneal diluar pelvis,
dan atau metastatis ke kelenjar limfe regional.
IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negatif secara histologik dan dikonfirmasi secara
mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan
peritoneum abdominal
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
di permukaan peritoneum dan terbukti secara
mikroskopik diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar
getah bening negatif.
IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm
dan/ataukelenjar getah bening retropertoneal atau inguinal
positif.
Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu ata kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya
positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga
metastasis ke parenkim liver.
Diagnosa
Stadium kanker ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah laparatomi.
Penentuan stadium dengan laparatomi lebih akurat, oleh karena perluasan
tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi (sitolgi
atau hispatologi) sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan dan lebih
akurat.
4. Penatalaksanaan Terapi
Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium, derajat
diferensiasi, fertlitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan utama adalah
15
operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya, dan bila perlu
diberikan terapi adjuvant seperti kemoterapi, radioterapi, dan terapi bantuan.
a. Sitologi
Jika pada surgical staging ditemukan cairan peritoneum atau asites, cairan
tersebut harus diambil utuk pemeriksaan sitologi. Sebaliknya, jika cairan
peritoneum atau asites tidak ada, harus dilakukan pembilasan kavum
abdomen dan cairan bilasan tersebut diambil sebagian untuk pemeriksaan
sitologi.
b. Kemoterapi
Keganasan ovarium tidak dapat diembuhkan tuntas hanya dengan operasi,
kemoterapi, antikanker merupakan tindakan penting yang tidak boleh
absent dalam prinsip terapi gabungan terhadap kanker ovarium, lebih
efektif untuk pasien yang sudah berhasil menjalani operasi sitoreduksi.
c. Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1
dan T2 (FIGO: Tingkat 1 dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau
seluruh rongga perut. Radioterapi juga dapat diberikan pada kepada
penyakit yang tingkatnya agak lanjut, tetapi akhir-akhir ini banyak
diberikan bersama kemoterapi, baik sebelumnya atau sesudahnya sebagai
adjuvans, radio-sensitizer maupun radio-enchancer (Prawirohardjo.2009).
G. Kanker Nasofaring (Kementrian Kesehatan RI 2011)
1. Definisi Kanker Nasofaring
Merupakan keganasan yang muncul pada daerah nasofaring (area diatas
tenggorokan dan dibelakang hidung. Karsinoma ini merupakan kegananasan
tipe sel skuamosa. KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif
(perbandingan pasien pria dan wanit adalah 2,18 : 1) dan 60% pasien berusia
antara 25 hingga 60 tahun.
Di indonesia, karsinoma nasofaring merupakan salah satu jenis
keganasan yang sering ditemukan, berada pada urutan keempat kanker
16
terbanyak di Indonesia setelah kanker leher rahim, kanker payudara dan
kanker paru.
2. Manifestasi Klinis
Pada stadium dini tumor ini sulit dikenali, penderita biasa nya datang pada
stadium lanjut saat sudah muncul benjolan pada leher, terjadi gangguan syaraf
atau metastatis jauh. Gejala yang muncul dapat berupa hidung tersumbat,
epistaksis ringan, tinitus, telinga terasa penuh, otalgia, diplopia dan neuralgia
trigeminal (saraf III, IV, V dan VI) dan munculan benjolan pada leher.
3. Klasifikasi Stadium
Klasifikasi TNM (AJCC/UICC 2002)
Tumor primer (T)
TX tumor primer tidak dapat dinilai
T0 tidak terdapat tumor primer
TIS karsinoma in situ
Metastasis Jauh (m)
MX metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 tidak terdapat metastatis jauh
M1 terdapat metastatis jauh
Pengelompokan Stadium(Stage Grouping)
Tabel 2. Klasifikasi stadium kanker ovarium
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0
T2a N1 M0
T2b N0 M0
T2b N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2a N2 M0
17
T2b N2 M0
T3 N0 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IVA T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stasium IVB: Semua T , N3, M0
Stasium IVC: semua T, semua N,M0
4. Diagnosa
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
a. Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga, gejala mata, dan saraf, serta
gejala metastasis/leher. Gejala yang muncul dapat berupa hidung
tersumbat, epistaksis ringan, tinitus, telinga terasa penuh, otalgia, diplopia
dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V dan VI) dan munculan benjolan
pada leher.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan status generalis dan status
lokalis, pemeriksaan nasofaring (rinoskopi posterio dan nasofaringoscopi
fiber/rigid.
c. Pemeriksaan penunjang
Berupa pemeriksaan laboratorium, radiologi dan biopsi.
5. Penatalaksanaan Terapi
Penatalaksaan terapi dapat mencakup radiasi, kemoterapi, kombinasi
keduanya, yang didukung dengan terapi simptomatik sesuai dengan
gejala.
18
a. Radioterapi
Radioterapi sebagai pengobatan terpilih yang berdiri sendiri pada
karsinoma nasofaring telah diakui sejak lama dan banyak dilakukan di
berbagai sentra dunia. Radiasi diberikan pada seluruh stadium (I, II, III, IV
lokal) tanpa metastasis jauh (M1 dengan sasaran radiasi tumor primer dan
KBG leher dan supralavikula. Radiasi dapat diberikan dalam bentuk :
1) Radiasi eksterna yang mencakup tumor bed (nasofaring) beserta
kelenjar getah bening leher, dengan dosis 66 Gy pada T1-2 atau 70
Gy pada T3-4 disertai penyinaran kelenjar supraklavikula dengan
dosis 50 Gy.
2) Radiasi intrakaviter sebagai radiasi booster pada tumor primer
diberikan dengan dosis 4x3Gy sehari 2 kali.
3) Bila diperluka booster pada kelenjar getah bening diberikan
penyinaran dengan elektron.
b. Kemoterapi
Kombinasi radiokemoterapi sebagai radiosensitizer terutama
diberikan pada pasien dengan T3-T4 dan M2-N3. Kemoterapi sebagai
radiosensitizer diberikan preparat platinum based 30-40 mg/m2 sebanyak 6
kali, setiap minggu sekali 2,5 – 3 jam sebelum dilakukan radiasi.
c. Obat-obatan simptomatik
Keluhan yang biasa timbul saat sedang diradiasi terutama adalah
akibat reaksi akut pada mukosa mulut, berupa nyeri untuk mengunyah dan
menelan. Keluhan ini dapat dikurangi dengan obat kumur yang
mengandung antiseptik dan adstringen (diberikan 3-4x sehari). Bila ada
tanda-tanda moniliasis dapat diberikan antimikotik. Pemberiaan obat obat
yang mengandung anatesi lokal dapat mengurangi keluhan nyeri saat
menelan. Sedangkan untuk keluhan utama misalnya nausea, anoreksia, dan
sebagainya dapat diberikan terapi simptomatik.
19
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 1–2 Oktober 2015 yang
bertempat di Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
B. Metode Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan berasal dari hasil observasi
langsung pada pasien Rawat Inap di Ruang Kemoterapi dengan melihat
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), hasil wawancara; yaitu
hasil serangkaian tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang
terlibat dalam perawatan pasien seperti perawat, keluarga pasien dan
pasien itu sendiri, serta penelusuran literatur yang dipublikasikan dan
berkaitan dengan kanker Naso Faring dan Ovarium.
Tahapan mengkaji DRP pada pasien :
1. Memilih pasien sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
2. Menentukan pasien yang dikaji.
3. Mengumpulkan data yang dibutuhkan meliputi vital sign, data lab
pendukung dan regimentasi obat.
4. Menyusun dan menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui DRP
yang terjadi.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan pembahasan pengkajian pengobatan kasus 1
1. DATA PASIENa. Identitas Pasien
Nama : Ny. Nani KasdiNo. RM : 01378507Alamat : Bogor, Jawa BaratUmur : 59 tahun 8 bulanJenis Kelamin : PerempuanBB/TB : 55 kg/ 150 cmRuang : GPS 1 Jaminan : JKN AskesMRS : 27 September 2015KRS : 01 Oktober 2015
b. Riwayat PasienRiwayat penyakit : HipertensiRiwayat Sosial : Tidak AdaRiwayat Pengobatan : Candesartan 8 mg tablet
Amlodipin 5 mg tablet Bisoprolol 5 mg tablet
Riwayat Alergi : Tidak Ada2. SUBYEKTIF
a. Keluhan Utama : Pusing, mata berbayang ± selama 1 minggub. Diagnosa : Kanker Naso Faring (KNF)
3. OBJEKTIFa.Tanda-tanda vital :
Hasil Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital:
b.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium :
Tanda Vital Kondisi Normal Tanggal Pemeriksaan
27/9/15 28/9/15 29/9/15 30/9/15 1/10/15Suhu 36-37,5 0C 36 36 36 36,5 36,5Nadi 80-100 x/menit 80 84 84 84 84Pernafasan/RR 18-20 x/menit 20 20 20 20 20Tekanan Darah ˂ 120/90 x/menit 130/80 120/80 170/90 140/70 120/80
KesadaranMata Gcs 4Verbal Gcs 5Motorik Gcs 6
21
Hasil Pemeriksaan Darah lengkap
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Tanggal Hasil
Hematologi 28/9/15Hemoglobin 11,7 – 15,5 g/dl 11,9Hematokrit 33 – 45 % 38Leukosit 5,0 – 10,0 ribu/ul 5,5Trombosit 150 – 440 ribu/ul 306Eritrosit 3,80 – 5,20 ribu/ul 4,03VER/NER/KHER/RDWVER 80,0– 100,0 fi 92,9HER 26,0 – 34,0 pg 29,6KHER 32,0– 336,0 g/dl 31,8RDW 11,5-14,5 % 14,1HITUNG JENISBasofil 0-1 % 1Eusinofil 1,0 – 3,0 % 2Netrofil 50-70 % 64Limfosit 20-40 % 26Monosit 2,0 – 8,0 % 5Luc < 4,5 % 2
c. Hasil Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada
22
4. ASSESMENTa. Terapi pasien :
No Nama Obat Paten/Generik
Regimen DosisTgl
MulaiTgl Stop
Tanggal Pemberian28/9/15 29/9/15 30/9/15 01/9/15
Waktu Dosis P S S M P S S M P S S M P S S MA Obat Non
ParenteralAmlodipin 5 mg 29 sept
2015√ √ √
B Obat Parenteral
1. Ondansentron 8 mg
28 sept 2015
01 okt 2015
√ √ √ √2. Dexamethasone 5 mg √ √ √ √3. Ranitidin 50 mg √ √ √ √4. Taxotere 111,7
mg√ √ √ √
5. Cisplatin 111,7 mg
√ √ √ √
6. Curacyl 111,7 mg
√ √ √ √
C. Cairan IntravenaNaCl 0,9 % 24 Jam 20 tpm 28 sept
201501 okt 2015
√ √ √ √
b. Profil obat1) Taxotere Inj (Katzung.2013)
Komposisi : DocetaxelIndikasi : Terapi lini kedua pada kanker payudara stadium
lanjut, kanker paru non sel kecil, kanker prostat, kanker lambung, kanker kepala dan leher, kanker ovarium stadium lanjut refrakter-platinum, kanker kandung kemih.
Dosis : Penggunaan dengan kombinasi cisplatin dan flourouracil secara I.V 75 mg/m2setiap 3 minggu sekali
Efek samping : Hipersensitivitas, neurotoksisitas, retensi cairan.Kontraindikasi : Riwayat hipersensitif hebat terhadap obat docetaxel
atau polisorbat 80, pasien dengan jumlah neutrofil <1500 sel/mm3 , hamil, menyusui, gangguan fungsi hati berat.
23
Mekanisme kerja : Menghambat mitosis dengan cara bertindak sebagai racun gelendong mitotik melalui pembentukan iakatan yang berafinitas tinggi dengan mikrotubulus dan guanosintrifosfat serta menyebabkan inhibisi signifikan mitosis dan pembelahan sel
2) Curacyl (Katzung.2013)Komposisi : 5- FlourouracilIndikasi : Kanker kolorektum, kanker anus, kanker payudara,
kanker gastroesofagus, kanker kepala dan leher, kanker hepatoseluler.
Mekanisme kerja : 5- Flourourasil (5-FU) bersifat inaktif dalam bentuk induknya dan memerlukan pengaktifan melalui suatu rangkaian kompleks reaksi enzimatik mejadi metabolit ribosil dan deoksiribosil nukleotida. Salah satu metabolit ini, 5-flouro-2’-deoksiuridin-5’-monofosfat (fdUMP), membentuk suatu kompleks terikat kovalen dengan enzim timdilat sintase dan folat 5, 10 – metilentetrahdrofolat tereduksi, suatu reaksi yang sangat penting dalam sintesis denovo timdilat. Hal ini menyebabkan inhibi sintesis DNA melalui “thymineless death”. 5-FU diubah menjadi 5-fluorouridin-5’trifosfat (FUTP), yang kemudian dapat digabungkan ke dalam RNA, dan mempengaruhi proses translasi RNA dan mRNA. 5-FU juga diubah menjadi 5-fluorodeoksiuridin-5’-trifosfat (fdUTP), yang dapat digabungkan ke dalam DNA sel, menyebabkan inhibisi sntesis dan fungsi DNA. Karena itu, sitotoksisitas 5-FU diperkirakan terjadi karena kombinasi efek pada proses-proses yang berkaitan dengan DNA dan RNA.
Efek samping : Mual, mukositis, diare, depresi sumsum tulang, neurotoksisitas.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, pasien dengan penurunan fungsi sumsum tulang belakang, pasien yang berpotensi infeksi serius, kehamilan.
3) Ranitidin Inj (Katzung.2013)Komposisi : Ranitidin
24
Indikasi : Penyakit refluks gastroesofagus (Gastroesophageal Refkux Disease, GERD), penyakit tukak peptik, dispepsia non-tukak, pencegahan pendarahan akibat gastritis terkait stres.
Mekanisme kerja : Mengurangi sekresi asam yang dirangsang oleh histamin serta oleh gastrin dan bahan kolinomimetik melalui dua mekanisme. Pertama, histamin yang dibebeskan dari sel ECL oleh gastrin atau rangsangan vagus dihambat untuk mengikat reseptor H2 di sel parietal. Kedua, terjadinya blokade reseptor H2menyebabkan efek stimulasi langsung sel perietal oleh gastrin atau asetilkolin sehingga sekresi asam berkurang.
Dosis : Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6-8 jam. Encerkan injeksi 50mg dalam larutan NaCl 0,9% atau larutan injeksi i.v lain yang cocok sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5mg/mL (total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4 mL/menit (dengan waktu 5 menit) Intermittent infusion : 50 mg (2 mL) tiap 6-8 jam. Encerkan injeksi 50mg dalam larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5mg/mL (total volume 100mL). Kecepatan infus tidak lebih dari 5-7 mL/menit (dengan waktu 15 – 20 menit). Infus kontinyu : 150 mg Ranitidine diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan i.v. lain yang cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6.25 mg/jam selama 24 jam. Untuk penderita sindrom Zollinger-Ellison atau hipersekretori lain, Ranitidine injeksi harus diencerkan dengan larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sehingga diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL. Kecepatan infus dimulai 1 mg/kg BB/jam dan harus disesuaikan dengan keadaan penderita.
Efek samping :Terbatas dan tidak bebahaya; aritmia, vasculitis, pusing, halusinasi, sakit kepala, confusion, mengantuk, vertigo, eritema multiforme, kemerahan, pankreatitis, anemia haemolitic acquired, agranulositosis, anemia aplastik, granulositopenia, leukopenia, trombositopenia,
25
pansitopenia, gagal hati, anafilaksis, reaksi hipersensitivitas.
Kontraindikasi : Penderita yang hipersnsitif terhadap Ranitidine.
4) Ondanstron Inj (Katzung.2013) Komposisi : Ondansetron Indikasi : Mual dan muntah imbas kemoterapi, mual dan muntah
pascaoperasi dan pascaradiasi. Mekanisme kerja : Memblokade reseptor 5-HT3 sentral di pusat muntah dan
chemoreceptor trigger zone, tetapi terutama melalui blokade reseptor 5-HT3 perifer di saraf eferen spinal dan vagus usus ekstrinsik.
Dosis : Mual dan muntah imbas kemoterapi, Obat-obat ini paling efektif jika diberikan sebagai dosis tunggal dengan penyuntikan intravena 30 menit sebelum pemberian kemoterapi dengan dosis 8 mg/vial.
Efek samping :Toksisitas gastrointestinal yang jarang, tetapi serius, konstipasi, serangan kolitis iskemik, aldosteron
5) Dexamethason InjKomposisi : DexamethasoneIndikasi : InflamasiMekanismekerja : Menghambat konversi fosfolipid menjadi asam arakidonat
dan asam arakidonat menjadi leukotrin melalui kemampuannya mengikat enzim lipogenase.
Dosis : oral, injeksi I.V dan I.M 0,75 – 9 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 6-12 jam
Efek samping : Kecemasan, agitasi, sakit kepala, penurunan penglihatan, menurunkan volume urin, depresi mental,
6) NaCl 0,9%
Komposisi : NaCl 0,9%Indikasi : Kehilangan cairan tubuh, dehidrasiDosis : Disesuaikan dengan kebutuhan cairan, umumnya 30-40 mL/kg BB/hari pada dewasa.Efek samping : Demam, infeksi, flebitis, nyeri pada tempat suntikan,
ekstravasasi.Kontraindikasi : Kondisi hypernatremia, hiperhidrasi, turbiditas dan/atau karet
penutup telah terbuka.
Perhatian : Gangguan ginjal, retensi cairan dan natrium
26
c. Problem medik dan analisa drug related problem pasien
1) Problem Medik yang terjadi terkait dengan obat yang diberikan meliputi :
Problem Medik Terkait Obat YaTida
kMasalah MI Efektivitas Terapi
M1.1 Obat tidak efektif atau pengobatan gagal √
M1.2 Efek obat tidak optimal √
M1.3 Efek obat salah (idiosinkrasi) √
M1.4 Ada indikasi yang tidak diterapi √
M2 Reaksi Obat yang Tidak Dikehendakai (ROTD) √
M2.1 Pasien menderita ROTD bukan alergi √
M2.2 Pasien menderita ROTD alergi √
M2.3 Pasien menderita efek toksik √
M3 Biaya Pengobatan √
M3.1 Biaya pengobatan lebih mahal dari yang diperlukan √
M3.2 Obat tidak diperlukan √
M4 Lain-lain
M4.1
Pasien tidak puas dengan terapi yang diterimanya meskipun √
terapi tersebut optimal baik dari segi efektivitasnya maupun
biaya
M4.2 Keluhan pasien/ masalah tidak jelas, √
tidak termasuk ketiga kategori masalah terkait obat diatas Peyebab P1 Pemilihan Obat
P1.1Pemilihan obat tidak tepat (bukan untuk indikasi yang paling √
tepat) termasuk penggunaan obat yang kontraindikasi
Tidak ada indikasi penggunaan obat atau indikasi obat tidak
Jelas
P1.3Kombinasi obat-obat atau obat-makanan tidak tepat termasuk √
kejadian interaksi obat
P1.4Duplikasi kelompok terapi atau bahan aktif yang tidak tepat √
27
P1.5 Ada indikasi tetapi obat tidak diresepkan √
P1.6Banyak obat (kelompok terapi atau bahan aktif yang berbeda) √
diresepkan untuk indikasi yang sama P1.7 Tersedia obat yang lebih hemat biaya √
P1.8Kebutuhan obat yang bersifat sinergis/preventif tidak diresepkan √
P1.9 Ada indikasi baru dan obat belum diresepkan √ P2 Pemilihan Bentuk Sediaan P2.1 Bentuk sediaan yang tidak tepat √ P3 Pemilihan Dosis P3.1 Dosis obat terlalu rendah √ P3.2 Dosis obat terlalu tinggi √ P3.3 Pengaturan dosis kurang sering √ P3.4 Pengaturan dosis terlalu sering √
P3.5Tidak dilakukan Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD) √
P3.6 Masalah terkait farmakokinetika obat yang memerlukan √ penyesuaian dosis P3.7 Perburukan/perbaikan kondisi sakit yang memerlukan √ penyesuaian dosis P4 Penentuan Lama Pengobatan √ P4.1 Lama pengobatan terlalu pendek √ P4.2 Lama pengobatan terlalu panjang √ P5 Proses penggunaan obat
P5.1Waktu penggunaan obat atau interval pemberian dosis tidak tepat √
P5.2Menggunakan obat lebih sedikit dari pedoman pengobatan atau √
pemberian melebihi aturan penggunaan (over-administered)
P5.3Menggunakan obat berlebih (overused) tau pemberian obat √
melebihi aturan penggunaan (over-administered) P5.4 Obat tidak diminum atau tidak diberikan √
P5.5Minum obat yang salah satu atau memberikan obat yang salah √
P6 Logistik (kefarmasian) P6.1 Obat yang diresepkan tidak tersedia √ P6.2 Kesalahan peresepan (dalam hal menulis resep) √ P6.3 Kesalahan peracikan obat (dispensing error √ P7 Pasien P7.1 Pasien lupa minum obat √ P7.2 Pasien menggunakan obat yang tidak diperlukan √ P7.3 Pasien makan-makanan yang berinteraksi dengan obat √ P7.4 Penyimpanan obat oleh pasien tidak tepat √
28
P8 Lain-lain P8.1 Lain-lain,sebutkan P8.2 Penyebab tidak jelas √Intervensi I0 Tanpa Intervensi √ I1 Pada Tataran Penulis Resep I1.1 Hanya memberi informasi kepada penulis resep √
I1.2Menanyakan atau mengkonfirmasikan MTO kepada penulis resep √
I1.3 Intervensi diajukan, disetujui oleh penulis resep √ I1.4 Intervensi diajukan, tidak disetujui oleh penulis resep √ I1.5 Intervensi diajukan, hasil tidak diketahui √ I2 Pada Tataran Pasien I2.1 Konseling pengobatan pasien √ I2.2 Penyediaan informasi tertulis √ I2.3 Pasien dirujuk ke penulis resep √ I2.4 Dibicarakan dengan anggota keluarga/pemberi perawatan √ I3 Pada Tataran Obat I3.I Mengubah jenis obat √ I3.2 Mengubah dosis obat √ I3.3 Mengubah Formulasi Obat √ I3.4 Mengubah aturan penggunaan obat √ I3.5 Obat dihentikan √ I3.6 Obat baru mulai diberikan √ I4 Lainnya I4.1 Intervensi lainnya (sebutkan) √ I4.2 Efek Samping dlaporkan kepada pihak yang berwenang √ H0 Hasil Intervensi tidak diketahui H0.0 Hasil Intervensi tidak diketahui √ H1 Masalah terselesaikan dengan tuntas H1.0 Masalah terselesaikan secara tuntas √ H2 Masalah terselesaikan Sebagian H2.0 Masalah terselesaikan Sebagian √ H3 Masalah Tidak Terselesaikan
H3.1Masalah tidak terselesaikan, kerja sama dengan pasien kurang √
H3.2Masalah tidak terselesaikan, kerja sama dengan penulis resep √
Kurang H3.3 Masalah tidak terselesaikan, intervensi tidak efektif √
H3.4 Tidak ada kebutuhan atau kemungkinan untuk menyelesaikan √
masalah
29
2) Drug Related Problem (DRP) yang terkait obat dalam resep meliputi :
Kategori Uraian DRP Cara Mengatasi
Obat tanpa indikasi - -
Indikasi tanpa obat - -
Obat tidak sesuai - -
Dosis kurang - -
Dosis berlebih - -
Reaksi tidak diinginkan
- -
Interaksi Obat Dexamethason+Amlodipin Dexamethasone dapat menurunkan efek amlodipin dalam menurunkan tekanan darah.Cisplatin+TaxotereKombinasi ini mungkin akan meningkatkan resiko gangguan sarafDexamethasone+Taxotere
Dianjurkan melakukan pemantauan dan gunakan kombinasi dengan hati-hati.
Dianjurkan melakukan pemantauan dan gunakan kombinasi dengan hati-hatiDianjurkan melakukan pemantauan dan gunakan kombinasi dengan hati-hati
5. PLAN
30
Plan yang dilakukan pada kasus pengobatan ini meliputi :a. Memberikan alternatif terapi, memodifikasi dosis atau interval pemberian.
b. Mengedukasi pasien.
c. Pemeriksaan laboratorium.
d. Perubahan pola makan atau penggunaan nutrisi parenteral/enteral.
e. Melakukan pemeriksaan parameter klinik sesering mungkin untuk
mengetahui perekembangan pasien terhadap pengobatan yang dilakukan.
6. MONITORING
Tabel 7. Monitoring
Nama Obat Subjective Therapeutic Subjective Toxic Objective
Therapeutic Objective Toxic
Ondansetron
Berkurangnya rasa mual yang
terjadi pasca kemoterapi
Sakit kepala, konstipasi, panas dan
kemerahan kepalaTidak Ada
Memantau gejala, terjadinya epigastrum
RanitidinGejala nyeri
pada lambung berkurang
Gangguan gastrointestinal. Sakit
kepala, pusing, mengantuk, insomnia,
vertigo
Tidak Ada
Memantau terjadinya gejala
halusinasi dan depresi
Dexamethason
Gejala nyeri pasca
kemoterapi berkurang
Tidak ada Tidak Ada
Memantau terjadinya gejala tukak lambung,
hipoglikemi, lemah otot.
Taxotere
Dapat terlihat melalui data laboratorium
pasien
Gangguan gastrointestinal Tidak ada
Memantau terjadinya
mielosupresi disertai
neurotropenia, retensi cairan.
Curacyl
Dapat dilihat melalui data laboratorium
pasien
Gangguan Gastrointestinal Tidak Ada
Memantau terjadinya
mukositis, depresi sumsum tulang
belakang, neurotoksisitas
31
Cisplatin
Dapat terlihat melalui data laboratorium
pasien
Gangguan gastrointestinal Tidak Ada
Memantau terjadi nefrotoksisitas,
neuropati sensorik perifer, dan
disfungsi saraf.
7. Konselinga. Saya perkenalkan diri terlebih dahulu sebagai seorang apoteker
b. Saya persilahkan keluarga ibu nani untuk duduk dan menanyakan identitas
ibu nani kepada keluarganya, kemudian saya bertanya apakah ibu nani ada
waktu sebentar untuk konseling obat yang diperolehnya.
c. Setelah ibu nani merasa nyaman dan tidak keberatan untuk diberikan
konseling tentang obat yang diperolehnya dan konseling dapat dimulai.
d. Ibu nani merupakan pasien rawat inap di RSUP Fatmawati sehingga hal -
hal yang dikonselingkan tidak terlalu banyak. Selanjutnya saya bertanya
kepada keluarga ibu tien apa gejala-gejala yang dirasakan terkait
penyakitnya tersebut dan sejak kapan gejala-gejala tersebut muncul dan
bagaimana cara dia mengatasi gejala-gejala itu sebelum periksa ke dokter.
e. Selanjutnya saya menjelaskan tentang pengobatan kemoterapi yang di
gunakan ibu nani, efek pengobatan kemoterapi yang dialami oleh ibu nani
dan hal-hal yang perlu diperhatikan pasca menjalani kemoterapi.
f. Kemudian beritahu keluarga ibu nani tentang hal-hal yang harus
diperhatikan untuk mengurangi luasnya paparan kanker nasofaring, selain
dengan kemoterapi, seperti olah raga yang teratur, pola makan yang baik
dan istirahat yang cukup.
g. Terakhir saya ucapkan terimakasih kepada ibu nani atas waktunya dan
nomer telpon saya supaya apabila ada yang tidak dimengerti keluarga ibu
nani maka keluarga ibu nani dapat bertanya via telpon.
8. PEMBAHASAN
Berdasarkan data subjektif yang tercatat dalam rekam medis, kondisi pasien
selama di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dalam kondisi sadar, dan keluhan
yang dialami pasien yaitu pusing dan mata berbayang-bayang.
32
Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi pada pasien yang
terdiri atas pemeriksaan fisik (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi dan
kecepatan pernafasan), pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik
lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dapat terukur. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan data yang berhubungan dengan
diagnosis, mengacu pada hasil pemeriksaan sebelumnya.
Pasien didiagnosis menderita Kanker Naso Faring (KNF). Berdasarkan terapi
yang diberikan, maka dilakukan penilaian sebagai berikut pasien diberikan
Amlodipin digunakan sebagai antihipertensi karena tekanan darah pasien yang
cenderung naik sehingga diharapkan dengan pemberian amlodipin tekanan darah
pasien bisa kembali stabil. Ondansetron, ranitidin, dan dexamethasone digunakan
untuk pre medikasi kemoterapi kemudian diberikan obat sitostatik seperti
taxotere, cisplatin dan curacyl yang digunakan untuk mengobati Kanker Naso
Faring (KNF) dan pasien juga diberikan infus NaCl 0,9% sebagai pengganti
kehilangan cairan tubuh, sehingga tubuh memiliki energi kembali untuk
melakukan metabolismenya dan juga sebagai sumber kalori.
Analisis masalah terkait obat adalah :
i. Pada kasus ini tidak terdapat indikasi yang tidak terobati. Semua indikasi
(diagnosis dan keluhan) mendapatkan obat yang sesuai dengan indikasinya.
ii. Pemberian obat tanpa indikasi : tidak ada
iii. Pemilihan obat tidak tepat : tidak ada
iv. Dosis terlalu tinggi : tidak ada
v. Dosis terlalu rendah : tidak ada
vi. Reaksi obat yang tidak dikehendaki : tidak ditemukan adanya gejala reaksi obat
yang tidak dikehendaki selama masa terapi pasien.
vii. Interaksi obat : Ada (Dexamethason+Amlodipin, Cisplatin+Taxotere, dan
Dexamethasone+Taxotere)
Planning yang dapat dilakukan oleh Apoteker sehubungan dengan terapi pasien
adalah sebagai berikut : Kepada pasien menganjurkan untuk minum obat sesuai
anjuran dokter, tidak menambah dosis atau menghentikan obat secara mendadak
tanpa konsultasi dengan dokter, dan laporkan kepada dokter, perawat atau
apoteker apabila terjadi efek samping.
33
Kepada perawat, memberikan info kepada perawat tentang obat-obatan apa saja
yang digunakan pada terapi pasien beserta dosis juga aturan pemakaiannya
sehingga pemantauan dapat lebih maksimal, memberitahukan tentang efek
samping obat yang mungkin terjadi, dan monitor tekanan darah, pernafasan, nadi,
suhu serta perkembangan kesehatan pasien.
Kepada dokter, mendiskusikan terkait interaksi obat yang terjadi, mendiskusikan
dengan dokter efek samping yang mungkin terjadi dari obat yang diminum pasien.
9. KESIMPULAN
Dalam kasus ini parameter pemantauan pasien yang dapat dilakukan ialah
memeriksa kondisi fisik pasien (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, dan
pernafasan), pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan diagnostik lainnya untuk
memastikan tepat atau tidak terapi yang diberikan kepada pasien setelah pasien
mendapatkan terapi hingga pasien diperbolehkan perawatan rawat jalan. Dalam
kasus ini, DRP yang terjadi adalah interaksi Adanya interaksi obat yang terjadi
yaitu penggunaan Dexamethason+Amlodipin, Cisplatin+Taxotere, dan
Dexamethasone+Taxotere meskipun interaksi obat ini tidak terjadi tapi selalu ada
resiko efek lain yang timbul akibat interaksi obat-obat tersebut.
34
B. KASUS 2 1. DATA PASIEN
a. Identitas PasienNama : Ny. Yulia FaridaNo. RM : 01360447Alamat : Puri Kartika, CiledugUmur : 62 TahunJenis Kelamin : PerempuanBB/TB : 100 kg/ 180 cmRuang : Lantai 2 utaraJaminan : JKN AskesMRS : 29 September 2015KRS : 02 Oktober 2015
b. Riwayat PasienRiwayat penyakit : Ca OvariumRiwayat Sosial : Tidak AdaRiwayat Pengobatan : Tidak AdaRiwayat Alergi : Tidak Ada
2. SUBYEKTIFa. Keluhan Utama : Pendarahan sejak pukul 03.00, pusing dan
mual-mual b. Diagnosa : Ca Ovarium residif post laparastomi
3. OBEKTIFa. Tanda-tanda vital :
Hasil Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :
Tanda Vital Kondisi Normal Tanggal Pemeriksaan
29/9/15 30/9/15 1/10/15 2/10/15Suhu 36-37,5 0C 36,5 36,5 36,6 36,5Nadi 80-100 x/menit 98 86 90 86Pernafasan/RR 18-20 x/menit 20 20 20 20Tekanan Darah ˂ 120/90 x/menit 140/70 150/80 140/80 140/70
KesadaranMata Gcs 4Verbal Gcs 5Motorik Gcs 6
35
b. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
c. Hasil Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada
Jenis Pemeriksaan Nilai RujukanTanggal Hasil
30/9/15HematologiHemoglobin 11,7 – 15,5 g/dl 12,6Hematokrit 33 – 45 % 39Leukosit 5,0 – 10,0 ribu
/ul8,1
Trombosit 150 – 440 ribu/ul
288
Eritrosit 3,80 – 5,20 ribu/ul
4,60
VER/NER/KHER/RDWVER 80,0– 100,0 Fi 84,7HER 26,0 – 34,0 Pg 27,3KHER 32,0– 336,0 g/dl 32,2RDW 11,5-14,5 % 16,1
36
4. ASSESMENTa. Terapi pasien :
No Nama Obat Paten/Generik
Regimen Dosis Tgl Mulai
Tgl Stop
Tanggal Pemberian28/9/15 29/9/15 30/9/15 01/9/15
Waktu Dosis P S S M P S S M P S S M P S S MA Obat Non
Parenteral1. Asam Mefenamat 3x 500
mg21 sept 2015
√ √ √ √ √ √ √ √
2. Profenid 100 mg
√ √ √
B Obat Parenteral
1. Transamin 3x 500 mg
√ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Omeprazol 2x 40 mg √ √ √ √ √ √3. Carboplatin 600
mg√
4. Avastin 800 mg
√
5. Ceftriaxone 1x 2 g √ √ √ √6. Vitamin C 1x 400
mg√ √ √ √
7. Vitamin K 1x 1 Amp
√ √ √ √
C. Cairan Intravena
1. NaCl 0,9 % 24 Jam 20 tpm
28 sept 2015
01 okt
2015
√
2. Ringer Laktat
b. Profil obat1) Asam mefenamat
Komposisi : Asam MefenamatIndikasi : InflamasiMekanisme kerja : Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja isoenzim COX-1 dan COX-2 Dosis : Oral 250 mg-500 mg setiap 4 jam sekali,
maksimum terapi selama 1 minggu
37
Efek samping : Kecemasan, agitasi, ansietas, penurunan penglihatan, menurunkan volume urin, iritasi, depresi mental.
2) Profenid (DIH.2010)Komposisi : KetoprofenIndikasi : Obat analgetik antiinflamasi bukan steroid yang
digunakan untuk inflamasi kronik/abartikuler, gout, atritis akut, osteoatritis, remathoid atritis
Mekanisme kerja : Membentuk ikatan silang intra dan antar untai DNA, mengikat protein nukleus dan sitoplasma (Katzung 2013).
Dosis obat : Maksimum 300mg sehari(4.3 mg/kg/hari 70 kg)
Efek samping : Mual dan muntah, nefrotoksisitas, neuropati sensorik perifer, ototoksisitas, disfungsi saraf (Katzung 2013).
3) Transamin (Katzung.2013)Komposisi : Traxenamic acidIndikasi : Pengobatan jangka pendek untuk perdarahan atau
risiko perdarahan yang berhubungan dengan peningkatan fibrinolisis atau fibrinogenolisis
Mekanisme kerja : Asam traneksamat bekerja dengan cara memblok ikatan plasminogen dan plasmin terhadap fibrinDosis : Oral 25mg/kg sebanyak 3-4 kali perhari, Injeksi
I.V 10 mg/kg sebanyak 3-4 kali sehari untuk pasien yang dapat oral
Efek samping : Gangguan pencernaan, mual, muntah, anoreksia, eksantema, sakit kepala.
Kontraindikasi : Riwayat tromboembolik, perdarahan subaraknoid, penderita dengan pembekuan intravaskular aktif.
4). Omeprazole InjKomposisi : OmeprazoleIndikasi : Pengobatan pada gastritis dan tukak lambungMekanisme kerja: Memblok enzim K+/H+-ATP Ase secara ireversibel
sehingga menghambat pompa proton (H+) dan selanjutnya menghambat sekresi HCl
Dosis : Per Oral : 20 mg sehari 2 kali
38
Efek samping : Diare, nyeri lambung, mual, dan sakit kepalaKontraindikasi : Hipersensitif
5). Ceftriaxone InjKomposisi : CeftriaxoneIndikasi : Infeksi yang disebabkan oleh pathogen yang sensitif terhadap ceftriaxone, seperti : Infeksi saluran nafas Infeksi THT, Infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, Infeksi tulang, sendi dan jaringan lemak, Infeksi Intra abdominal, Infeksi genital (termasuk gonore), profilaksis perioperative dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.Mekanisme kerja : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein –penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga ;menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik (autolysin dan murein hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat.Dosis :Dewasa dan anak > 12 Tahun dan anak BB > 50 kg : 1-2 gram satu kali sehari. Pada infeksi berat yang disebabkan organisme yang moderat sensitive, dosis dapat dinaikkan sampai 4 gram satu kali sehariEfek samping : Kulit : Rash (2%) ; Saluran cerna : diare (3%) ; Hepar : peningkatan transaminase (3,1% - 3,3%); Ginjal : peningkatan BUN (1%); Hematologi : eosinophilia (6%), thrombositosis (5%), leukopenia (2%);Lokal : Nyeri selama injeksi (I.V 1%). Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi silang).
6). Infus NaCl 0,9 %
Komposisi : NaCl 0,9%Indikasi : Kehilangan cairan tubuh, dehidrasi hipotonis dan isotonisDosis dan aturan pakai : Disesuaikan dengan kebutuhan cairan, umumnya30-40 mL/kg BB/hari pada dewasa.Efek samping : Demam, infeksi, flebitis, nyeri pada tempat suntikan, ekstravasasi.Kontraindikasi : Kondisi hypernatremia, hiperhidrasi, turbiditas dan/atau karet penutup telah terbuka.Perhatian : Gangguan ginjal, retensi cairan dan natrium
7). Ringer LaktatKomposisi : Natrium Laktat, NaCl, KCl, CaCl2
Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasiDosis : Injeksi Intravena sesuai dengan kondisi pasien
39
Efek samping : Trombosis vena, flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan
8). Avastin Komposisi : BevacizumabIndikasi : Kombinasi regimen pengobatan kemoterapi pada kanker serviksDosis dan aturan pakai : 15 mg/kg infus intravena Efek samping : Mual, muntah,nyeri perut
9). CarboplatinKomposisi : CarboplatinIndikasi : Pengobatan kanker nasofaring, kanker serviks, kanker prostatDosis dan aturan pakai : Pengobatan tunggal 360 mg/m2 secara infus intravena, Pengobatan dengan kombinasi 300 mg/m2 secara infus intravena dengan cyclophosphamide 600 mg/m2 infus intravenaEfek samping : Anemia, mual, muntah, trombositopeniaKontraindikasi : hipersensitifitas, penurunan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui
c. Problem medik dan analisa drug related problem pasien :1) Problem Medik yang terjadi terkait dengan obat yang diberikan
meliputi :
Problem Medik Terkait Obat Ya TidakMasalah MI Efektivitas Terapi
M1.1 Obat tidak efektif atau pengobatan gagal √
M1.2 Efek obat tidak optimal √
M1.3 Efek obat salah (idiosinkrasi) √
M1.4 Ada indikasi yang tidak diterapi √
M2 Reaksi Obat yang Tidak Dikehendakai (ROTD) √
M2.1 Pasien menderita ROTD bukan alergi √
M2.2 Pasien menderita ROTD alergi √
M2.3 Pasien menderita efek toksik √
M3 Biaya Pengobatan √
M3.1 Biaya pengobatan lebih mahal dari yang diperlukan √
M3. Obat tidak diperlukan √
40
2 M4 Lain-lain
M4.1
Pasien tidak puas dengan terapi yang diterimanya meskipun √
terapi tersebut optimal baik dari segi efektivitasnya maupun
biaya
M4.2 Keluhan pasien/ masalah tidak jelas, √
tidak termasuk ketiga kategori masalah terkait obat diatas Peyebab P1 Pemilihan Obat
P1.1Pemilihan obat tidak tepat (bukan untuk indikasi yang paling √
tepat) termasuk penggunaan obat yang kontraindikasi
Tidak ada indikasi penggunaan obat atau indikasi obat tidak
Jelas
P1.3Kombinasi obat-obat atau obat-makanan tidak tepat termasuk √
kejadian interaksi obat
P1.4Duplikasi kelompok terapi atau bahan aktif yang tidak tepat √
P1.5 Ada indikasi tetapi obat tidak diresepkan √
P1.6Banyak obat (kelompok terapi atau bahan aktif yang berbeda) √
diresepkan untuk indikasi yang sama P1.7 Tersedia obat yang lebih hemat biaya √
P1.8Kebutuhan obat yang bersifat sinergis/preventif tidak diresepkan √
P1.9 Ada indikasi baru dan obat belum diresepkan √ P2 Pemilihan Bentuk Sediaan P2.1 Bentuk sediaan yang tidak tepat √ P3 Pemilihan Dosis P3.1 Dosis obat terlalu rendah √ P3.2 Dosis obat terlalu tinggi √ P3.3 Pengaturan dosis kurang sering √ P3.4 Pengaturan dosis terlalu sering √
P3.5Tidak dilakukan Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD) √
P3.6 Masalah terkait farmakokinetika obat yang memerlukan √ penyesuaian dosis P3.7 Perburukan/perbaikan kondisi sakit yang memerlukan √ penyesuaian dosis P4 Penentuan Lama Pengobatan √ P4.1 Lama pengobatan terlalu pendek √ P4.2 Lama pengobatan terlalu panjang √ P5 Proses penggunaan obat
41
P5.1Waktu penggunaan obat atau interval pemberian dosis tidak tepat √
P5.2Menggunakan obat lebih sedikit dari pedoman pengobatan atau √
pemberian melebihi aturan penggunaan (over-administered)
P5.3Menggunakan obat berlebih (overused) tau pemberian obat √
melebihi aturan penggunaan (over-administered) P5.4 Obat tidak diminum atau tidak diberikan √
P5.5Minum obat yang salah satu atau memberikan obat yang salah √
P6 Logistik (kefarmasian) P6.1 Obat yang diresepkan tidak tersedia √ P6.2 Kesalahan peresepan (dalam hal menulis resep) √ P6.3 Kesalahan peracikan obat (dispensing error √ P7 Pasien P7.1 Pasien lupa minum obat √ P7.2 Pasien menggunakan obat yang tidak diperlukan √ P7.3 Pasien makan-makanan yang berinteraksi dengan obat √ P7.4 Penyimpanan obat oleh pasien tidak tepat √ P8 Lain-lain P8.1 Lain-lain,sebutkan P8.2 Penyebab tidak jelas √Intervensi I0 Tanpa Intervensi √ I1 Pada Tataran Penulis Resep I1.1 Hanya memberi informasi kepada penulis resep √
I1.2Menanyakan atau mengkonfirmasikan MTO kepada penulis resep √
I1.3 Intervensi diajukan, disetujui oleh penulis resep √ I1.4 Intervensi diajukan, tidak disetujui oleh penulis resep √ I1.5 Intervensi diajukan, hasil tidak diketahui √ I2 Pada Tataran Pasien I2.1 Konseling pengobatan pasien √ I2.2 Penyediaan informasi tertulis √ I2.3 Pasien dirujuk ke penulis resep √ I2.4 Dibicarakan dengan anggota keluarga/pemberi perawatan √ I3 Pada Tataran Obat I3.I Mengubah jenis obat √ I3.2 Mengubah dosis obat √ I3.3 Mengubah Formulasi Obat √ I3.4 Mengubah aturan penggunaan obat √ I3.5 Obat dihentikan √ I3.6 Obat baru mulai diberikan √ I4 Lainnya
42
I4.1 Intervensi lainnya (sebutkan) √ I4.2 Efek Samping dlaporkan kepada pihak yang berwenang √ H0 Hasil Intervensi tidak diketahui H0.0 Hasil Intervensi tidak diketahui √ H1 Masalah terselesaikan dengan tuntas H1.0 Masalah terselesaikan secara tuntas √ H2 Masalah terselesaikan Sebagian H2.0 Masalah terselesaikan Sebagian √ H3 Masalah Tidak Terselesaikan
H3.1Masalah tidak terselesaikan, kerja sama dengan pasien kurang √
H3.2Masalah tidak terselesaikan, kerja sama dengan penulis resep √
Kurang H3.3 Masalah tidak terselesaikan, intervensi tidak efektif √
H3.4 Tidak ada kebutuhan atau kemungkinan untuk menyelesaikan √
masalah
2) Drug Related Problem (DRP) yang terkait obat dalam resep meliputi :
Kategori Uraian DRP Cara Mengatasi
Obat tanpa indikasi - -
Indikasi tanpa obat - -
Obat tidak sesuai - -
Dosis kurang - -
Dosis berlebih - -
Reaksi tidak diinginkan
- -
Interaksi Obat Ketoprofen+AsamMefenamatKetoprofen akan meningkatkan efek asam mefenamat dengan kompetensi pada kliren di ginjal
Dianjurkan melakukan pemantauan dan gunakan kombinasi dengan hati-hati.
43
8. PLANPlan yang dilakukan pada kasus pengobatan ini meliputi :
a. Memberikan alternatif terapi, memodifikasi dosis atau interval pemberian.
b. Mengedukasi pasien.
c. Pemeriksaan laboratorium.
d. Perubahan pola makan atau penggunaan nutrisi parenteral/enteral.
e. Melakukan pemeriksaan parameter klinik sesering mungkin untuk
mengetahui perekembangan pasien terhadap pengobatan yang dilakukan.
9. MONITORING
Nama Obat Subjective Therapeutic Subjective Toxic Objective
Therapeutic Objective Toxic
Asam Mefenamat
Gejala nyeri yang dialami
pasien berkurang
Kecemasan, agitasi, ansietas, penurunan
penglihatanTidak Ada Memantau fungsi
ginjal
Profenid
Gejala nyeri yang dialami
pasien berkurang
Mual dan muntah, nefrotoksisitas,
neuropati sensorik perifer, ototoksisitas,
disfungsi saraf
Tidak ada Memantau fungsi hati, pencernaan
Transamin
Gejala pendarahan yang dialami
pasien berkurang
Gangguan pencernaan, mual, muntah, anoreksia,
sakit kepala.
Tidak ada
Memantau terjadinya gejala hypotensi, mual
dan muntah.
Omeprazole
Gejala mual yang dialami
pasien berkurang
Diare, nyeri lambung, mual, dan sakit kepala Tidak ada Tidak ada
Carboplatin
Dapat dilihat melalui data laboratorium
pasien
Anemia, mual, muntah,
trombositopeniaTidak ada Tidak Ada.
Avastin
Dapat dilihat melalui data laboratorium
pasien
Mual, muntah, nyeri perut Tidak ada Tidak Ada
Ceftriaxone Gejala infeksi yang dialami
pasien Dermatitis kulit, diare,
peningkatan
Tidak ada Tidak ada
44
berkurang
transaminase pada hati, eosinophilia, thrombositosis,
leukopenia
10. Konseling
a. Saya perkenalkan diri terlebih dahulu sebagai seorang apoteker
b. Saya persilahkan keluarga ibu yulia untuk duduk dan menanyakan
identitas ibu yulia kepada keluarganya, kemudian saya bertanya apakah
ibu yulia ada waktu sebentar untuk konseling obat yang diperolehnya.
c. Setelah ibu yulia merasa nyaman dan tidak keberatan untuk diberikan
konseling tentang obat yang diperolehnya dan konseling dapat dimulai.
Ibu yulia merupakan pasien rawat inap di RSUP Fatmawati sehingga hal -
hal yang dikonselingkan tidak terlalu banyak. Selanjutnya saya bertanya
kepada keluarga ibu yulia apa gejala-gejala yang dirasakan terkait
penyakitnya tersebut dan sejak kapan gejala-gejala tersebut muncul dan
bagaimana cara dia mengatasi gejala-gejala itu sebelum periksa ke dokter.
d. Selanjutnya saya menjelaskan tentang pengobatan kemoterapi yang di
gunaka ibu yulia, efek pengobatan kemoterapi yang dialami oleh ibu yulia
dan hal-hal yang perlu diperhatikan pasca menjalani kemoterapi.
e. Kemudian beritahu keluarga ibu yulia tentang hal-hal yang harus
diperhatikan untuk mengurangi luasnya paparan kanker melanoma, selain
dengan kemoterapi, seperti mengurangi paparan sinar matahari langsung,
olah raga yang teratur, pola makan yang baik dan istirahat yang cukup.
f. Terakhir saya ucapakan terimakasih kepada ibu yulia atas waktunya dan
nomer telpon saya supaya apabila ada yang tidak dimengerti keluarga ibu
yulia maka keluarga ibu yulia dapat bertanya via telpon.
9. PEMBAHASAN
45
Berdasarkan data subjektif yang tercatat dalam rekam medis, kondisi pasien
selama di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dalam kondisi sadar, dan keluhan
yang dialami pasien yaitu pendarahan yang disertai pusing dan mual-mual.
Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi pada pasien yang
terdiri atas pemeriksaan fisik (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi dan
kecepatan pernafasan), pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik
lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dapat terukur. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan data yang berhubungan dengan
diagnosis, mengacu pada hasil pemeriksaan sebelumnya.
Pasien didiagnosis menderita Kanker Ovarium. Berdasarkan terapi yang
diberikan, maka dilakukan penilaian sebagai berikut pasien diberikan Asam
mefenamat dan profenid digunakan sebagai antiinflamasi drugs karena pasien
mengeluhkan nyeri pada bagian perut pada sisi bawah dan nyeri pada anus.
Transamin injeksi diberikan untuk menghentikan pendarahan yang terjadi pada
pasien, sedangkan ceftriaxone diberikan untuk mengurangi infeksi yang terjadi
saat pendarahan. Omeprazole digunakan untuk pre medikasi kemoterapi untuk
mengurangi asam lambung kemudian diberikan obat sitostatik seperti avastin, dan
carboplatin yang digunakan untuk mengobati kanker ovarium dan pasien juga
diberikan infus NaCl 0,9% sebagai pengganti kehilangan cairan tubuh, sehingga
tubuh memiliki energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan juga
sebagai sumber kalori.
Analisis masalah terkait obat adalah :
i. Pada kasus ini tidak terdapat indikasi yang tidak terobati. Semua indikasi
(diagnosis dan keluhan) mendapatkan obat yang sesuai dengan indikasinya.
ii. Pemberian obat tanpa indikasi : tidak ada
iii. Pemilihan obat tidak tepat : tidak ada
iv. Dosis terlalu tinggi : tidak ada
v. Dosis terlalu rendah : tidak ada
vi. Reaksi obat yang tidak dikehendaki : tidak ditemukan adanya gejala reaksi obat
yang tidak dikehendaki selama masa terapi pasien.
vii. Interaksi obat : Ada (ketoprofen+asam mefenamat)
46
Planning yang dapat dilakukan oleh Apoteker sehubungan dengan terapi pasien
adalah sebagai berikut : Kepada pasien menganjurkan untuk minum obat sesuai
anjuran dokter, tidak menambah dosis atau menghentikan obat secara mendadak
tanpa konsultasi dengan dokter, dan laporkan kepada dokter, perawat atau
apoteker apabila terjadi efek samping.
Kepada perawat, memberikan info kepada perawat tentang obat-obatan apa saja
yang digunakan pada terapi pasien beserta dosis juga aturan pemakaiannya
sehingga pemantauan dapat lebih maksimal, memberitahukan tentang efek
samping obat yang mungkin terjadi, dan monitor tekanan darah, pernafasan, nadi,
suhu serta perkembangan kesehatan pasien.
Kepada dokter, mendiskusikan terkait interaksi obat yang terjadi, mendiskusikan
dengan dokter efek samping yang mungkin terjadi dari obat yang diminum pasien.
10. KESIMPULAN
Dalam kasus ini parameter pemantauan pasien yang dapat dilakukan ialah
memeriksa kondisi fisik pasien (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, dan
pernafasan), pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan diagnostik lainnya untuk
memastikan tepat atau tidak terapi yang diberikan kepada pasien setelah pasien
mendapatkan terapi hingga pasien diperbolehkan perawatan rawat jalan. Dalam
kasus ini, DRP yang terjadi adalah interaksi asam mefenamat dengan ketoprofen
meskipun interaksi obat ini tidak terjadi tapi kemungkinan efek lain muncul dapat
terjadi karena interaksi kedua obat tersebut.
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik. Jakarta.
Anonim. 2012. Drug Information Handbook Edisi 21. American Pharmacists
Association.
Anonim. 2015. Drug Interaction Program. www.drugs.com
Anonim. 2015. Drug Information Program. www.mims.com
Akbar, Muhammad. 2014. Laporan Tugas Khusus Pemantauan Terapi Obat
Pasien Tuberculosa RS Hasan Sadikin. Universitas Jenderal Achmad
Yani. Bandung.
Katzung, B. G, 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8. Salemba Medika.
Jakarta.
Zaman, Nanizar., Joenoes. 2009. Ars Prescribendi. Resep yang Rasional.
Edisi 1. Surabaya : Airlangga University Press.
48
Lampiran 8.Analisis Kesesuaian Dosis Obat
No Nama Obat Dosis Literatur Dosis diberikan Keterangan 1 Neurobion 5000 Kasus berat 1 ampul/ hari melalui injeksi IM intragluteal dalam 1 amp/ 24 jam sesuai 2 Citicoline Neuroprotective: Dosis untuk terapi stroke dengan pembekuan darah: 500-
2000 mg/hari 2 X 1000 Sesuai
3 Parasetamol Dewasa Oral : 325 – 650 mg jika perlu setiap 4-6 jam. DM dewasa tidak boleh melebihi 4g/hari
500 mg jika suhu tubuh 37,30C
Sesuai
4 Reotal 200-300 mg dalam 250-500 mL cairan infus untuk 120-180 menit setiap pagi dan malam. Tidak lebih 1200 mg/24 jam
300 mg/12jam Sesuai
5 Novorapid 0,5-1 unit/kg/hari 3x4 Unit Tidak sesuai 6 Lovenox 1 mg/kg subcutaneously every 12 hours 2x0,6
(60 mg/0,6 mL) Sesuai
7 Ranitidin 50 mg setiap 6-8 jam 2x1 amp (50mg/ampul)
Sesuai
8 Ceftriaxone >12tahun dosis 1-2 g/hari 1 gr/12 jam Sesuai 9 Aspillet stroke iskemik akut dalam waktu 48 jam dari onset gejala harus diberikan
aspirin (160-325 mg / hari) 2x1 tab(80 mg)
Sesuai
10 Neurodex 2-3 tab/hari 2x1 tab Sesuai 11 Asam
traneksamat 500-1000 mg IV atau 500-2500 IV drip 500 mg/8 jam Sesuai
12 Simvastatin Initially dose : 10 mg/hari. Berat sampai sedang 5 mg/hari. Maksimal 40 mg/hari
20 mg/24 jam Sesuai