Tugas jurnal 01

5
Studi Prospektif Randomisasi ‘double blind’ intratekal fentanyl dan dexmedetomidine yand ditambahkan pada bupivacaine dosis rendah untuk anestesi spinal pada operasi abdominal segmen bawah Abstrak: Latar belakang: Efek potensial kerja cepat dari obat opioid lipofilik fentanyl dan selektif α agonis dexmedetomidine digunakan untuk mengurangi dosis yang diperlukan oleh bupivacaine dan efek samping dan juga untuk memperpanjang efek analgesik. Pada penelitian ini, kami bertujuan untuk mencari tahu mengenai kualitas anestesi yang lebih baik antara bupivacaine dosis rendah dan fentanyl atau bupivacaine dosis rendah dan dexmedetomidine. Metode: Studi prospektif randomisasi ‘double blind’ dilakukan di pelayanan kesehatan tingkat tiga pada 150 pasien yang diambil secara acak dan kemudian dibagi menjadi dua kelompok menggunakan tabel randomisasi komputer. Kelompok F (n=75) mendapatkan bupivacaine 0,5 % (0,8 ml) + fentanyl 25 ưg (0,5 ml) + larutan saline 0,3 ml dan kelompok D (n=75) mendapatkan bupivacaine 0,5 % (0,8 ml) + dexmedetomidine 5 ưg (0,05 ml) + larutan saline 0,75 ml, bupivacaine diencerkan menjadi 0,25 (1,6 ml), disuntik secara intratekal. Waktu untuk memblok sensor setinggi segmen T10, level tertinggi blok sensor (PSBL), waktu untuk mencapai blok tertinggi, waktu di antara dua regresi segmen (.TTSR), derajat blok motorik, efek samping, dan perbedaan antara dua kelompok dalam mencapai blok sensor setinggi T10 (P>0,05) dan TTSR (P>0,05), waktu untuk mencapai PSBL (P>0,05), dan skala bromage (P>0,050) signifikan. PSBL (P=0,000) dan saat obat analgesik mulai bekerja (P=0,000) signifikan. Semua pasien secara hemodinamik

description

Jurnal translate anestesi

Transcript of Tugas jurnal 01

Page 1: Tugas jurnal 01

Studi Prospektif Randomisasi ‘double blind’ intratekal fentanyl dan dexmedetomidine yand ditambahkan pada bupivacaine dosis rendah untuk

anestesi spinal pada operasi abdominal segmen bawah

Abstrak:

Latar belakang: Efek potensial kerja cepat dari obat opioid lipofilik fentanyl dan selektif α agonis dexmedetomidine digunakan untuk mengurangi dosis yang diperlukan oleh bupivacaine dan efek samping dan juga untuk memperpanjang efek analgesik. Pada penelitian ini, kami bertujuan untuk mencari tahu mengenai kualitas anestesi yang lebih baik antara bupivacaine dosis rendah dan fentanyl atau bupivacaine dosis rendah dan dexmedetomidine.

Metode: Studi prospektif randomisasi ‘double blind’ dilakukan di pelayanan kesehatan tingkat tiga pada 150 pasien yang diambil secara acak dan kemudian dibagi menjadi dua kelompok menggunakan tabel randomisasi komputer. Kelompok F (n=75) mendapatkan bupivacaine 0,5 % (0,8 ml) + fentanyl 25 ưg (0,5 ml) + larutan saline 0,3 ml dan kelompok D (n=75) mendapatkan bupivacaine 0,5 % (0,8 ml) + dexmedetomidine 5 ưg (0,05 ml) + larutan saline 0,75 ml, bupivacaine diencerkan menjadi 0,25 (1,6 ml), disuntik secara intratekal. Waktu untuk memblok sensor setinggi segmen T10, level tertinggi blok sensor (PSBL), waktu untuk mencapai blok tertinggi, waktu di antara dua regresi segmen (.TTSR), derajat blok motorik, efek samping, dan perbedaan antara dua kelompok dalam mencapai blok sensor setinggi T10 (P>0,05) dan TTSR (P>0,05), waktu untuk mencapai PSBL (P>0,05), dan skala bromage (P>0,050) signifikan. PSBL (P=0,000) dan saat obat analgesik mulai bekerja (P=0,000) signifikan. Semua pasien secara hemodinamik stabil dan tidak ada perbedaan signifikan dalam efek samping yang didapatkan.

Kesimpulan: Kedua kelompok mendapatkan anestesi yang adekuat untuk operasi abdominal segmen bawah dengan hemodinamik stabil. Dexmedetomidine lebih superior dibanding fentanyl karena memfasilitasi penyebaran blok dan memiliki durasi efek analgesik yang lebih lama pasca operasi.

Keyword: Dexmedetomidine, fentanyl, bupivacaine dosis rendah, opioid, anestesi spinal

Page 2: Tugas jurnal 01

Pendahuluan

Anestesi spinal merupakan teknik sederhana dengan onset kerja yang cepat. Walau bagaimanapun, penggunaan obat anestesi seperti lidokain mempunyai efek neurotoksik dan sekarang telah diganti penggunaannya dengan bupivacaine. Dosis rutin bupivacaine dikatakan memperpanjang intensitas sensorik dan blok motorik serta blok simpatis yang signifikan, yang mana tidak diinginkan oleh beberapa pasien. Pengenceran bupivacaine dosis rendah membatasi distribusi blok spinal dan menghasilkan pemulihan yang cepat, tetapi tidak memiliki level adekuat untuk blok sensorik. Efek potensial dari opioid fentanyl lipofilik kerja singkat dan beberapa agonis dexmedetomidine selektif α2 digunakan untuk menurunkan dosis kebutuhan bupivacaine dan efek sampingnya. Spinal tambahan ini tidak hanya digunakan untuk menurunkan efek samping dari anestetik lokal, tetapi juga untuk memperpanjang analgesia.

Untuk opioid lipofilik, seperti fentanyl dan sufentanil, risiko dari depresi pernafasan terbatas hanya untuk dua jam pertama dari penyuntikan intratekal. Hal ini disebabkan karena fentanyl lebih larut lemak dibanding morfin, risiko dari depresi pernafasan yang disebabkan oleh penyebaran rostral akibat narkotik yang dimasukkan secara intraspinal ke pusat pernafasan dapat dikurangi.

Reseptor agonis intratekal α2 memiliki aksi antinosiseptif untuk nyeri somatik dan viseral. Dexmedetomidine menunjukkan spesifitas yang lebih terhadap reseptor α2 (α2/α1 1600:1) dibandingkan dengan klonidin (α2/α1 200:1). Beberapa studi menunjukkan bahwa reseptor agonis α2 ketika diinjeksikan secara intratekal akan menambah efek analgesia yang yang tersedia dari dosis subterapeutik anestesi lokal seperti bupivacaine karena efek sinergis dengan sedikit efek hemodinamik.

METODE

Setelah mendapatkan persetujuan dari Komite Etika Institusional, studi randomisasi prospektif ‘double blind’ ini dilakukan pada pelayanan kesehatan tingkat tiga pada 150 pasien dengan kedua jenis kelamin yang berumur 18 sampai 60 tahun, yang termasuk status fisik ASA tingkat I dan II yang akan melakukan operasi elektif abdominal segmen bawah (contohnya operasi urologi dan prosedur operasi umum) di bawah anestesi spinal. Pasien dengan riwayat operasi tulang belakang, infeksi pada lokasi injeksi, koagulopati, hipovolemik, peningkatan tekanan intrakranial, penyakit neurologis yang tidak dapat dijelaskan, deformitas tulang belakang, masalah dalam komunikasi, hipersensitivitas pada anestesi lokal, penggunaan opioid dan dexmedetomidine dikeluarkan dalam studi ini.

Ukuran sampel dikalkulasi berdasarkan penelitian sebelumnya, menggunakan waktu standar deviasi penggunaan analgesik pertama kali (TFAR). Untuk mendeteksi perbedaan nilai rata-rata pada dua jam pertama di antara kelompok TFAR dengan α = 5 % dan 1-β = 90 %, 74 pasien dibutuhkan pada kelompok penelitian. Oleh karena itu, 75 pasien dimasukkan ke dalam tiap kelompok.

Page 3: Tugas jurnal 01

Daftar randomisasi digenerasikan oleh komputer dan pasien dialokasi secara acak menjadi dua kelompok. (Kelompok F- Fentanyl dan Kelompok D – Dexmedetomidine) 75 pasien di tiap kelompok dan dilakukan informed consent. Pasien tidak mendapatkan premedikasi. Umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan pasien diukur. Parameter vital dimonitor menggunakan elektrokardiogram. tekanan arteri non invasif, dan saturasi oksigen periferal. Obat intratekal disiapkan oleh anestesiologis dan tidak mencakup pada penelitian dan dimasukkan dengan ahli anestesiologi lain yang buta dan dilakukan anestesi spinal. Volume obat, ukuran syringe, dan warna obat disamakan pada kedua kelompok.

Anestesi spinal dilakukan pada semua pasien dengan posisi lateral decubitus pada meja operasi dengan sudut 5-10 posisi tredelenburg. Posisi ini dilakukan sepanjang operasi. Melalui pencegahan aseptik, menggunakan jarum 25 G Quincke, punktur pertengahan spinal dilakukan pada level L2-L3.

Pada kelompok F, injeksi bupivacaine 0,5 % (0,8 ml) + fentanyl 0,5 ml (25 ưg) + larutan saline 0,3 ml, (untuk konsentrasi akhir 0,25 % dan volume 1,6 ml bupivacaine) dimasukkan secara intratekal. Pada kelompok G, dexmedetomidine pertama dilarutkan pada larutan saline dan mendapatkan dosis 5 ưg pada 0,5 ml. Kemudian, bupivacaine diinjeksikan 0,5 % (0,8 ml) + dexmedetomidine 0,5 ml (5 ưg) + larutan saline 0,3 ml, (untuk konsentrasi akhir 0,25 % dan volume 1,6 ml bupivacaine) dimasukkan secara intratekal. Obat dimasukkan dalam sepuluh detik menggunakan 2 cc dispo dengan orientasi kepala jarum tipe bevel. Pasien diposisikan supine dengan cepat setelah injeksi obat. Penyelesaian injeksi tidak diambil waktunya selama induksi anestesi.