Tugas Individu Manajemen Desain I
-
Upload
muhammad-risfan-badrus-salam -
Category
Documents
-
view
63 -
download
5
description
Transcript of Tugas Individu Manajemen Desain I
Tugas Manajemen Desain
SEJARAH MANAJEMEN DESAIN
KEBIJAKAN & STRATEGI DESAIN DI SEBUAH INDUSTRI KREATIF DI
BANDUNG
REKAWHANA ROTAN
Jalan Setiabudhi 108, Bandung
Muhammad Risfan Badrus Salam
17510019
SEJARAH MANAJEMEN DESAIN
Manajemen muncul karena urgensi pengelolaan desain. Mulanya desain belum terlalu
dikelola dengan baik, misalnya desain yang kurang kompetitif atau bahkan elemen pelaku
desain yang kurang kompeten. Maka dari itu perlu ada peraturan atau perancangan mengenai
seluruh proses dan aspek desain.
Manajemen yang diterapkan meliputi desain, bisnis dan logistik. Fakta bahwa desain
dapat menjadi alat untuk bersaing antarmanufaktur merupakan salah satu pendorong
manajemen desain, yang pada akhirnya akan mengunggulkan desain itu sendiri. Desain dalam
arti sempit sebatas bidang Research and Development saja. Dalam arti luas desain bukan hanya
melingkupi fisik saja namun holistik, yaitu luar, dalam dan komunikasinya kepada konsumen.
Manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian mulai dari
proses bahan baku > produksi operasi > pemasaran > produk > konsumen.
Salah satu ahli manajemen yang berkontribusi dalam perancangan ini adalah Peter
Behrens. Kontribusi awal dalam merancang manajemen menunjukkan bagaimana desain yang
berbeda disiplin ilmu yang dikoordinasikan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis di tingkat
perusahaan dan menunjukkan pemahaman awal desain sebagai kekuatan kompetitif di tingkat
nasional.
1907: Pendirian Deutscher Werkbund (Kerja Federasi Jerman) di Munich oleh arsitek
dan dua belas dua belas perusahaan bisnis sebagai usaha yang disponsori oleh negara ditujukan
untuk dapat lebih bersaing dengan Britania Raya dan Amerika Serikat dengan mengintegrasikan
kerajinan tradisional dan industri-teknik produksi massal. Perancang dan arsitek Jerman, Peter
Behrens dikenal sebagai konsultan/perancang eksternal seluruh identitas korporat (logotype,
desain produk, publikasi, dll) dari AEG (Allgemeine Elektrizitäts Gessellschaft) dan pertama
dikenal sebagai desainer industri dalam sejarah. Karyanya untuk AEG pertama demonstrasi
besar-besaran dari kelangsungan hidup dan vitalitas dari Werkbund 's inisiatif dan tujuan dan
dapat dianggap sebagai kontribusi pertama untuk merancang sebuah model manajemen.
1914: Keberhasilan Deutscher Werkbund menginspirasi sekelompok desainer Inggris,
industrialis dan para pebisnis (yang telah melihat model gagasan pengorganisasiannya di
Pameran Werkbund di Cologne) untuk mendirikan Asosiasi Desain dan Asosiasi Industri dan
berkampanye untuk melibatkan dukungan pemerintah yang lebih besar dalam promosi desain
yang baik.
1933-1945: Adolf Hitler, menginstrumentasikan peran desain, arsitektur dan
propaganda pada masa kekuasaannya, yang bertahun-tahun meneladaninya dan ditampilkan
melalui Reichsparteitage di Nurnberg pada 5 September. Heinrich Himmler melibatkan
beberapa kegiatan desain untuk Hitler, termasuk semua seragam-hitam- alias seragam militer
SS (dirancang oleh Prof Karl Diebitsch dan Walter Heck pada tahun 1933), kamp konsentrasi
Dachau (dirancang oleh Theodor Eicke dan prototipe untuk kamp konsentrasi Nazi lainnya) dan
Wewelsburg (re-designnya ditugaskan pada Heinrich Himmler pada tahun 1944).
1936: Olivetti disewa Giovanni Pintori (publisitas departemen) dan dipromosikan
Marcello Nizzoli (desain produk departemen) untuk mengembangkan desain menjadi filosofi
perusahaan yang komprehensif. Perusahaannya kemudian menjadi terkenal karena perhatian
untuk merancang melalui desain korporat kegiatan, yang dipahami sebagai kontribusi awal
untuk merancang manajemen.
1944: Di Britania Raya, British Design Council didirikan pada 1944 oleh pemerintah
dalam masa perang dan Inggris sebagai Dewan Desain Industri, dengan tujuan "untuk
mempromosikan semua produk-produk buatan Inggris yang praktis dan pengembangannya.”
1949: The Royal College of Art (London) kemudian memulai program penelitian pada
prinsip-prinsip seni dan desain dalam kaitannya dengan proses-proses industri dan komersial.
1951: di Chicago seorang industrialis Walter Paepcke dari Container Corporation of
America mendirikan Konferensi Desain Aspen di Amerika Serikat setelah Perang Dunia II sebagai
cara untuk membawa bisnis dan desainer bersama-sama - untuk kepentingan keduanya. Pada
tahun 1951, konferensi pertama topik, "Desain sebagai fungsi dari manajemen," dipilih untuk
menjamin partisipasi masyarakat bisnis. Setelah beberapa tahun, bisnis berhenti menghadiri
pemimpin karena peningkatan partisipasi desainer mengubah dialog, dengan fokus bukan pada
perlunya kerjasama antara bisnis dan desain, tetapi lebih pada bisnis kegagalan masyarakat
untuk memahami nilai desain.
KEBIJAKAN & STRATEGI DESAIN DI SEBUAH INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG
Nama industri: REKAWHANA ROTAN
Pemilik (narasumber): Pak Ahmad
Alamat: Jalan Setiabudhi No. 106
1. Analisis bisnis melalui identifikasi variabel eksternal dan identifikasi variabel internal
a. Belum berhasilnya perusahaan melakukan efisiensi dan efektivitas, dan masih
adanya kemungkinan ancaman pasokan bahan baku dari pemasok
b. Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia yang ada, terutama dalam
menghadapi tujuan jangka panjang
c. Belum bisa melakukan penjualan langsung kepada konsumen di luar neger (masih
tergantung buyer/agen)
d. Masih lemahnya aspek produksi terutama pada unit pengawasan mutu dalam
rangka memenuhi targe market share perusahaan (mutu, harga, model dan lain-lain)
sehingga perusahaan tidak memunyai posisi tawar yang baik terhadap pengrajin dan
para agen/buyer, perlunya penerapan struktur organisasi yang lebih operasional
dengan lebih memberikan fungsi dan tugas masing-masing divisi baik per unit kerja
maupun manusia yang memegang posisinya.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap lingkungan internal dan eksternal
perusahaan, maka dapat diketahui faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan,
ancaman dan peluang perusahaan. Faktor-faktor tersebut, yaitu:
a. Kekuatan
Lokasi strategis yang terletak di Jalan Setiabudhi merupakan sentra industri
pengolajan rotan Kota Bandung, “Kalo orang-orang di Bandung atau wisatawan
yang ke Bandung, mau beli rotan diarahinnya kesini mas…” ujar Pak Ahmad; Harga
relatif murah; citra dari agensi yang baik dan terus terjaga; daya tarik industri ini
masih cukup tinggi
b. Kelemahan
Promosi dan branding yang hampir tidak dilakukan, sehingga tidak adanya biaya
pemasaran dari industri; belum dimanfaatkannya jalur-jalur informasi pasar yang
ada baik melalui jaringan internet, rekan bisnis, budaya sekitar, majalah, pameran,
dan sebagainya; modal yang terbatas, terutama dalam pemenuhan para buyer
karena keterbatasan kemampuan dalam melakukan promosi; kualitas SDM di bidang
manajemen yang masih kurang mendukung dibanding pesaing besar seperti industri
besar lain; kurangnya penciptaan desain dalam melakukan inovasi
c. Peluang
Seiring dengan perubahan sosial yaitu meningkatnya kebutuhan dan taraf hidup
konsumen terutama di daerah Jabodetabek dan Bandung maka akan semakin
terbuka bagi perusahaan untuk meningkatkan daya beli melalui promosi yang
gencar; perluasan pangsa pasar ang ada dan informasi pasar; perubahan sosial dan
gaya hidup masyarakat baik dari yang muda hingga orang-orang tua; semakin
besarnya minat konsumen terhadap produksi dari rotan; Bandung sebagai creative
city dapat menjadi peluang pengembangan industri kreatif rotan;
d. Ancaman
Banyaknya persaingan dalam industri ini bukan hanya dari industri kreatif yang
sebanding, industri manufaktur rotan massal juga menjadi ancaman karena produk
yang dihasilkan cenderung mirip atau sejenis. Berpindahnya agen/buyer kepada
industri kreatif lain karena tidak adanya kontrak kerjasama yang lebih mengikat,
karena kerja sama selama ini hanya berupa subkontrak); peningkatan kualitas
produk oleh pesaing yang ada baik di lingkup Kota Bandung maupun nasional serta
internasional; semakin terbatasnya pengadaan bahan baku yang mutu di dalam
negeri untuk jangka panjang dan pasokan yang tergantung dari pemasok;
kemungkinan akan dibukanya kemudahan ekspor rotan mentah ke luar neger; hal ini
sangat krusial karena isu yang marak adalah tentang ekspor bahan mentah rotan,
bukan kerajinan. Jika isu itu benar-benar terjadi maka bukan hanya industri kreatif
Bandung yang akan hancur, maka Cirebon, Sumatera, Kallimantan bahkan komoditi
utama Indonesia juga akan habis tereksploitasi tanpa ada manfaat positif yang
didapat. Beda hal dengan jika yang diekspor adalah kerajinan rotan, kreativitas anak
bangsa akan menaik, citra budaya Indonesia semakin kuat, budidaya rotan akan
menuju ke arah yang positif.
2. Sintesis terhadap Keunggulan & Kelemahan Perusahaan
Dari hasil identifikasi faktor-faktor SWOT di atas, didapatkan beberapa alternatif
strategi yang dapat dilakukan oleh industri yaitu:
a. Analisis pengadaan bahan baku
Alternatif analisis ini dapat dilakukan untuk melihat sejauh mana efisiensi dan
efektivitas dari biaya bahan baku dan produksi yang dikeluarkan. Efisiensi biaya
bahan baku berhubungan dengan pengadaan dan pembelian bahan baku yang lebih
murah dan efisiensi biaya produksi yaitu dengan menekan biaya kesalahan produksi
dan pemberian bahan baku yang tepat perhitungannya kepada pengrajin sehingga
tidak ada sisa bahan baku yang terbuang percuma.
b. Analisis penguasaan pasar ekspor/pemasaran
Berdasarkan kebijakan jangka panjang dan dalam rangka penguasaan pasar dan
distribusi, perusahaan perlu melakukan aliansi strategi dengan perusahaan lain.
Dalam penetapan aliansi strategi, industri perlu memerhatikan posisi perusahaan
lain yang memiliki kemampuan yang saling tergantung dan dapat saling bekerja
sama jika sudah didapat melalui pemanfaatan informasi dari alainsi tersebut. Di
samping itu untuk memperpendek rantai nilai penjualan kepada konsumen perlu
dilakukan dengan berani manuver pemasaran strategi ekspor langsung
c. Analisis pengembangan desain produk
Berdasarkan kondisi rekawhana rotan saat ini yang memproduksi barang sesuai
dengan segmen pasarnya yaitu golongan menengah ke bawah, bukan berarti
masalah mutu dan desain diabaikan. Pengembangan dan penelitian cenderung tidak
pernah dilakukan oleh industri , akan tetapi dengan memanfaatkan lembaga
penelitian pemerintah, contohnya Departemen Perindustrian, Departemen
Perdagangan, Departemen Koperasi, majalah-majalah dan katalog, dapat
dimanfaatkan oleh industri dalam mengembangkan desain produk yang didapat
sesuai dengan kondisi pasar yang ada. Dengan pengembangan desain yang baik dan
terus berinovasi, produk yang dihasilkan sulit ditiru karena berdasar informasi yang
diterima baik dari industri lain maupun dari institusi dalam negeri sesuai dengan
permintaan pasar. Kondisi seperti ini diharap akan memperkuat penentuan harga
yang akan berpengaruh ke profit industri.
d. Analisis pengembangan sumber daya manusia
Untuk mendukung pengembangan desain produk, diperlukan tenaga yang inovatif
dan kreatif serta memunyai keterampilan yang memadai dan untuk menciptakan
tenaga kerja yang terampil perlu dilakukan pembinaan yang lebih mendalam
terutama pembinaan terhadap para pengrajin / subproduksi. Peningkatan keahlian
dan pengetahuan tetnang desain pengembangan sumber daya manusia dapat
dilakukan melalui kerja sama dengan institusi terkait baik dari perguruan tinggi,
suatu kelebihan bagi industri ini karena berada di Bandung, dimana program studi
desain di ITB adalah yang terbaik di Indonesia, selain itu pembinaan yang dilakukan
oleh Departemen Koperasi dan PKM, Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
lembaga swadaya masyarakat bahkan konsultan swasta.
3. Strategi generic porter / strategi bersaing:
Pengrajin memasok bahan baku rotan Kalimantan dan Sumatera dari Cirebon.
Pembelian barang baku harus dalam jumlah yang besar. Komoditi yang besar ini
merupakan nilai positif karena sisa bahan yang belum terpakai dapat dimanfaatkan
untuk produksi selanjutnya (efisiensi bahan). Rancangan yang dikerjakan oleh pengrajin
cenderung konvensional, pola anyaman dan bentuk produk telah kerap diproduksi maka
proses pengerjaan terbilang mudah. Harga jual berkisar Rp. 2.000.000,00 – Rp.
5.500.000,00 untuk masing-masing set. Harga ini terbilang rata-rata dengan kualitas
produk yang cukup bersaing. Meskipun harga yang rendah juga merupakan ancaman
bagi produsen karena konsumen belum tentu selalu memilih barang karena harganya.
Strategi yang menarik adalah pekerja hanya dipekerjakan saat permintaan pasar tinggi
saja, sehingga biaya gaji pekerja dapat ditekan.
Strategi yang dirasa kurang dari industri ini adalah diferensiasi atau keunikan
produk dibanding industri kreatif yang bergerak pada bidang yang sama. Pola produksi
dan tren produk yang dikembangkan terbilang mirip dengan pengrajin yang
bersebelahan, pola penjualan mereka juga cenderung sama: bekerja karena ada
permintaan pasar, dan hanya menyediakan 5-6 set furnitur untuk ready stock di tempat
tersebut. Maka dari itu produk yang ditawarkan cenderung mirip dan sejenis. Barang
ready stock tersebut kerap dibeli oleh wisatawan yang berkunjung ke Bandung, atau
penduduk yang sedang membutuhkan perlengkapan rumah tangga. Hal tersebut dapat
menjadi fokus diferensiasi, selama barang yang ditawarkan oleh industri memenuhi
kebutuhan konsumen, contohnya seorang pasangan muda yang mencarikan anaknya
kuda-kudaan goyang dari rotan, dan mereka bertiga terlihat sangat tertarik pada produk
di rekawhana rotan.
4. Strategi pemasaran
Segmentasi pasar: dari beragam pasar yang dipenuhi oleh industri ini, dapat
ditarik garis besar bahwa mereka cenderung menargetkan pada keluarga yang mapan,
dengan umur di atas 30 tahun, pendapatan di atas kapita, daerah Jabodetabek dan
Bandung, dengan kepribadian yang klasik. Produk yang ditawarkan berkesan klasik,
mementingkan fungsi, dan harganya terjangkau
Target pasar: dari segmen pasar tersebut, industri ini telah memiliki strategi
desain yang tepat, sumber daya yang dimiliki dirasa mumpuni untuk memenuhi pasar,
jangkauan wilayah juga dapat diatasi dengan ekspedisi dan pengiriman yang semakin
mudah. Sayangnya industri ini masih kurang mampu bersaing karena pesaingnya
cenderung teman atau tetangga sendiri. Ada keinginan pengrajin untuk merambah ke
pola pengerjaan yang lebih modern atau lebih advanced, tapi mereka terkendala di
modal finansial.
Penempatan produk: berdasarkan imej produk, barang yang diproduksi telah
cocok dengan kondisi geografis masyarakat Bandung – Jakarta dan sekitarnya.
Kenyamanan pada setiap furnitur akan menimbulkan respon yang positif dari
konsumen, sayangnya produk rotan yang diproduksi kurang variatif dan inovatif.
5. Citra produk: aspek visual dari rekawhana rotan adalah klasik, natural, repetitif,
tradisional, ringan dan matang
KLASIK
TRADISIONAL MODERN
FUTURISTIK
6. Sistem desain dan pengembangan produk untuk menciptakan produk yang memiliki
nilai keunggulan bersaing
Proses dan organisasi desain di rekawhana rotan cenderung belum sempurna.
Tidak ada desainer, atau Pak Ahmad sendiri sebagai desainer utama. Sisi positif dari hal
ini adalah jalur komando dan koordinasi menjadi tidak terlalu kompleks, cukup dari Pak
Ahmad kepada pengrajin, namun metodologi desain tidak berjalan dengan baik, mereka
cenderung memproduksi barang yang desainnya telah ada dan bersifat di luar kepala.
Kerap para konsumen datang membawa rancangan mereka sendiri atau foto produk
yang telah ada. Desain-desain yang inovatif cenderung jarang diciptakan, seperti yang
telah dibahas pada poin 1.
Untuk memudahkan pelaksanaan keempat alternatif pada poin pertama,
dukungan operasional harus dipertimbangkan seperti meningkatkan fasilitas fisik dan
non fisik. Strategi ini perlu mendapat dukkungan dari masing-masing pihak, yaitu
pengusaha untuk inovaasi di dalam manajemen perusahaan itu sendiri, lembaga
penelitian pemerintah dan swasta untuk pengembangan teknologi yang tebatu dan
sumber daya manusia khususnya dalam pengembangan produksi industri pengolahan
rotan, peranan atase perdagangan atau institusi di Indonesia dalam hal informasi pasar
yang dibutuhkan baik berupa pangsa, desain dan mutu yang sedang populer di pasar.
untuk lebih berjalan dengan baik kerjasama yang dilakukan dari berbagai pihak
diperlukan suatu etika dan moral dari masing-masing pelakunya sehingga kerja sama
yang dilakukan dapat bersifat saling menguntungkan. Yang paling penting dalam
menentukan strategi aliansi yaitu dengan menyamakan visi dan misi perusahaan yang
bersanguktan dalam melihat kondisi persaingan di masa mendatang.
Di dalam pengembangan bisnis perusahaan di masa mendatang diperlukan
adanya komitmen dari pihak manajemen untuk merubah kondisi saat ini dengan melihat
adanya peluang bagi industri untuk merubah kondisi saat ini dengan melihat adanya
peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya lebih besar dari kondisi saat
ini. Industri berkemungkinan untuk mengembangkan atau memperluas pasarnya
dengan meningkatkan efisiensi produksi dengan meningkatkan kapasistas pabrik
pengolahannya, serta harus ditunjang dengan keuangan yang kuat, sehingga peluang
tersebut dapat dimanfaatkan industri dengan baik.
Untuk menjamin kualitas dan pasokan bahan baku yang didapat, industri dapat
meninjau kembali sistem kerja sama saat ini di dalam menghadapi kelangkaan dan tata
niaga bahan baku rotan di masa mendatang dengan melakukan pendekatan dalam
bentuk kemitraan dengan pemasok, pasokan bahan baku berasal dari daerah lain yang
jauh lokasinya dari pabrik sebaiknya diperhitungkan biaya transportasinya. Untuk
menjaga kelangsungan industri dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat
perlu diperhatikan penerapan strategi aliansi dalam memasarkan hasil produksi industri.
Akan tetapi untuk melangkah ke arah tersebut perlu dilakukan pembenahan di semua
lini manajemen industri.
Konstentrasi terhadap bidang desain perlu dimunculkan sesegera mungkin
karena desain adalah alat untuk bersaing antar industri. Desain harus dikelola dengan
baik agar lebih kompetitif dan kompeten. Manajemen desain yang baik akan mengarah
kepada pengembangan produk yang maksimal sehingga produk-produk Rekawhana
Rotan memilliki nilai keunggulan bersaing,