tugas hidi
-
Upload
tomy-satria-wardhana -
Category
Documents
-
view
98 -
download
2
Transcript of tugas hidi
HUBUNGAN INTERNASIONAL ZAMAN DAULAT
UMAYYAH, ABBASIYAH DAN UTSMANIYAH
Disusun Oleh
Irna Chysara
2011130024
Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
A.Pendahuluan
Peradaban Islam, merupakan kajian yang sangat aktual sepanjang masa. Sejarah
perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekira 13
abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madinah (622-632M), Masa
Daulat Khulafaur Rasyidin (632-661M), Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa
Daulat Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani.
Sejak berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin, kemudian berpindah ke Daulat
Umayyah yang pusat pemerintahannya berada di Damaskus. Setelah Daulat Ummayyah
berakhir pada tahun 750 M, maka pusat peradaban Islam selanjutnya dikuasai oleh Daulat
Abbasiyah yang pusat pemerintahannya berada di Baghdad. Setelah kekuasaan Daulat
Abbasiyah runtuh maka bergantilah menjadi Daulat Utsmaniyah yang pusat
pemeintahannya berada di turki.
Di masa pemerintahan daulat-daulat tersebut banyak tercipta kerjasama maupun
konflik antar wilayah. Sehingga terlihat jelas Hubungan Internasional yang timbul akibat
interaksi-interaksi wilayah-wilayah tersebut.
Dengan merujuk pada uraian-uraian di atas, kelihatan bahwa pembahasan tentang
Daulat Umayyah, Abbasiyah dan Utsmaniyah sangat menarik untuk dikembangkan.
B. Pokok Permasalahan
Agar pembahasan ini dapat terarah dan tersistematis, maka pokok permasalahan
di atas dirinci ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Hubungan Internasional pada masa Daulat Umayyah ?
2. Bagaimana Hubungan Internasional pada masa Daulat Abbasiyah ?
3. Bagaimana Hubungan Internasional pada masa Daulat Utsmaniyah ?
C. Landasan Teori
Teori yang digunakan adalah teori pendekatan sejarah. Dimana sejarah pada masa
daulat-daulat Islam merupakan masa kejayaan Islam yang tidak terlupakan. Wilayah
kekuasaan islam tersebar di seluruh dunia. Maka keadaan Islam pada masa sekarang tidak
terlepas dari sejarah yang melatarbelakanginya
Dasar hukum hubungan luar negeri dalam Islam adalah berlandaskan ketentuan
Shari’ah. Sumber hukum otentik dalam Shari’ah itu sendiri adalah al-Qur’āa dan tradisi
Nabi (Sunnah). Turunan dari Shari’ah tersebut adalah hukum Islam atau biasa disebut
sebagai Fiqh yang meliputi permasalahan-permasalahan yang banyak ditemukan dalam
kehidupan keseharian manusia (Al-Mawdudi, 2002).
D. Analisis
PERIODE DAULAT UMAYYAH
Masa Kedaulatan Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa
orang Khalifah besar Bani Umayyah ini adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M),
Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar
bin Abdul Aziz (717- 720 M) dan Hasyim bin Abdul Malik (724- 743 M).
Awal berlangsungya periode Daulat Umayyah lebih memprioritaskan pada
perluasan wilayah kekuasaan. Ekspansi wilayah yang sempat terhenti pada masa Khalifah
Utsman dan Khalifah Ali dilanjutkan kembali oleh Daulat Umayyah. Pada zaman
Muawiyah, Tunisia ditaklukkan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah
Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya
melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur
yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik. Dia
mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh,
Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan
dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Al-Walid bin
Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan
ketertiban, dimana umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang
berjalan kurang lebih sepuluh tahun, tercatat bahwa pada tahun 711 M merupakan suatu
ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, benua Eropa. Serangan
ini merupakan ekspedisi militer arab yang terakhir dan penuh sensasi seta berhasil
memperluas wilayah islam dengan dikuasainya wilayah eropa. 1
1 Hitti, Philip K, History Of The Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2010 hal 268
Setelah Al-Jazair dan Marokko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, panglima
pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara
Marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal
dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan
demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordova,
dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Sevi'e, Elvira
dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova.
Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari
rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Pada zaman
Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee.
Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan
menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam
peperangan yang terjadi di luar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur
kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat
di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat,
wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah
itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia
Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan
Kirgis di Asia Tengah.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam
pembangunan di berbagai bidang. Pada bidang pengembangan keilmuan, Daulat
Umayyah mengawalinya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan startegis. Adalah
Khalifah Abdul Malik (685-705M) merupakan Khalifah pertama yang berhasil
melakukan berbagi pembenahan administrasi pemerintahan dimana beliau
memerintahkan penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan dan kenegaraan di seluruh wilayah Islam yang membentang dari
Pegunungan Thian Shan di sebelah Timur sampai Pegunungan Pyrenees di Sebelah Barat
termasuk dalam berbagai administrasi kenegaraan lainnya yang pada perkembangan
selanjutnya Bahasa Arab menjadi bahasa umum sebagai bahasa pengantar dunia (lingua
franca), juga menjadi bahasa diplomatik antar Bangsa diantara Barat dan Timur bahkan
berkembang menjadi bahasa ilmiah sampai kepada zaman renaissance.
Pada bidang lainnya, pembangunan yang dilakukan Muawiyah diantaranya
mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang
lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata dan mencetak mata uang. Khalifah Abdul Malik mengubah mata uang
Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia
mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.2
Keberhasilan Khalifah Abdul Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik
(705-715 M) seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan
pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang
terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga
membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya,
pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Pada lapangan perdagangan yakni pada saat peradaban Islam telah menguasai
dunia perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M), dimana pesisir lautan
Hindia sampai ke Lembah Sind, sehingga terjalin kesatuan wilayah yang luas dari Timur
sampai Barat yang berimplikasi terhadap lancarnya lalu-lintas dagang di dataran antara
Tiongkok dengan dunia belahan Barat pegunungan Thian Shan melalui Jalan Sutera (Silk
Road) yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula jalur perdagangan melalui Teluk
Parsi, Teluk Aden yang menghubungkannya dengan kota-kota dagang di sepanjang
pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung pada
kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”.
PERIODE DAULAT ABBASIYAH
2 Hitti, Philip K, History Of The Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2010 hal 272
Kerajaan Abbasiyah yang berkedudukan di Baghdad, merupakan satu kerajaan
yang dinasabkan kepada Abul Abbas, paman Rasulullah s.a.w. Kerajaan ini terdiri dar
atas 37 raja yang susul menyusul. Pada masa kerajaan ini, Islam mencapai puncak
kejayaan dis egala bidang kehidupan, dan merupakan satu kerajaan Islam yang paling
panjang umurnya. 3
Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih
memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada
perluasan wilayah. Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah
merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan
filsafat. Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam.
Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan
(keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan
yang pesat. Secara politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan
bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode
ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun
filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban
Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Pada masa
pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan
menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli.
Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan
Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi
dengan perpustakaan yang besar.
3 .Fachruddin, Fuad Mohd , Perkembangan Kebudayaan Islam, Jakarta : bulan bintang, 1985, hal 73
Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid
mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat
ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah
berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak
terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap
berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang
lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M)
hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum,
terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan
sejarah.
Berbagai pusat pendidikan tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-
perpustakaan besar bermunculan di Cordova, Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad,
Damaskus, dan Bukhara, dimana pada saat yang sama telah mengungguli Eropa yang
tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan kebudayaan dan politik
baik dari kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman kekhilafahan dilakukan
dalam kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan agama
dan suku yang plural.
Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan
yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiyah sangat jelas terlihat pada lahirnya para
ilmuwan muslim yang mashur dan berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika,
kedokteran), Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia, Al-Khawarizmi (Algorism) pada
ilmu matematika, Al-Kindi (filsafat), Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi), Abu
Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik, Ibnu Sina (Avicenna) yang
dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern, Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang
filsafat, Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai
bidang ilmu pengetahuan.
Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu
pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan
bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran,
penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya
diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau
enlightenment (pencerahan) di Eropa.
Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi
kegelapan, tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul.
Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman Daulat Abbasiyah saat kepemimpinan Harun
Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang
penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup
dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka merasa
ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa
berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih
mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu.
Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan
hanya pada aspek mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya
dalam aspek fisik material. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh William Drapper:
“Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling
beradab di Eropa, 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko
buku, masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia,
dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-
lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara kondisi di London 7 abad sesudah itu
(yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris berabad-abad sesudah
zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah
sampai mata kakinya ke dalam lumpur”.
Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah
kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang
Kristen pimpinan Charlemagne.
Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya
Islam ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun
pemerintahan yang berpusat di Andalusia.
Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah
pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa
internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad
di Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya
gilang-gemilang.
Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu
Spanyol menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan
adanya Universitas Cordova. Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai
universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis,
Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen dari berbagai negara di
Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna
menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. untuk kemudian
pulang dan menggunakannya secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-
masing bangsanya.
Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan
menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang
sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan
sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian
diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi
terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan.
Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova,
Sevilla, Granada dan Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi
seluruh penjuru dunia terlebih Cordova, Sevilla, Granada yang merupakan bagian dari
kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh
dan berkembangnya peradaban modern Hubungan Internasional.
Hubungan internasional
Di abad ke-9 ini, Raja Harun Al-Rasyid sudah menjalin hubungan diplomasi
dengan raja Frank, Raja Charlemagne. Mereka menjalin persekutuan ini memiliki
maksud masing-masing. Charlemagne menjalin hubungan dengan Harun untuk
menghadapi Bizantium. Hal ini dimanfaatkan Harun untuk menghadapi Umayyah di
Spanyol. Kedekatan hubungan ini ditandai dengan pertukaran duta besar dan hadiah
berupa bahan pakaian, gajah, dan rempah-rempah.
Berbeda dalam hubungan diplomasi, penguasa Abbasiyah dengan Bizantium
berseteru dalam kurun waktu lebih dari satu abad lamanya. Di antaranya raja Al-Mahdi
pertama yang mengumandangkan perang suci melawan Bizantium dan dilanjutkan oleh
anaknya, Harun. Di bawah komando Harun lah pasukan Arab telah mencapai Bosporus
yang menyebabkan Ratu Irene dipaksa menandatangani perjanjian memalukan dan
membayar upeti sebanyak 70-90 ribu dinar yang pada akhirnya pun perjanjian ini
diingkari oleh penerus Ratu Irene, Nicephorus I. Selain itu, Harun melancarkan
penyerbuannya dari kota Raqqah dan perbatasan Suriah. Masa pemerintahan Harun inilah
merupakan masa kegemilangan (keemasan) yang dicapai oleh Dinasti Abbasiyah. Hanya
pada tahun 838 terjadi upaya penguasaan daerah di seberang Taurus yang dilancarkan
oleh al-Mu’tashim dengan persenjataan yang lebih lengkap, berhasil mencapai pusat
daratan Romawi. 4
Sistem Pemerintahan
Saat kekukasaan islam di masa Dinasti Abbasiyah di bawah kepemimpinan Al-
Mahdi mengalami perkembangan pesat yang bergerak ke wilayah Timur Asia Tengah,
4 Yusuf Al-Isy, Dinasti Abbasiyah, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2009 hal. 81
Hindia, dan perbatasan Cina. Bahkan umat islam mampu memasuki selat Bosporus (selat
penghubung benua Eropa dan Asia) yang membuat ratu Irene tak berkutik dan berjanji
membayar upeti.
Sumber sejarah lain menyebutkan bahwa di masa Harun Al-Rasyid justru
dimulainya masa keemasan.5 Buktinya Baghdad saat pemerintahan Harun menjadi pusat
dunia dengan tingkat kemakmuran yang dapat menyaingi Bizantium. Kemewahan-
kemewahan menghiasi istana kerajaan.
Sumber pemasukan negara yang menunjang keeksistensinya didapat dari pajak
berupa zakat yang dibebankan atas tanah produktif, hewan ternak, emas dan perak,
barang dagangan, dan harta lainnya yang bisa berkembang. Pemasukan inilah yang
memperlihatkan akan kemakmuran yang tinggi selama abad pertama masa kekuasaan
mereka.6
Wilayah yang dikuasai dinasti ini pada masa kekhalifahan di Baghdad meliputi
Saudi Arabia, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina,
Libanon, Mesir, Libia, Turki, Armenia, Tunisia, Al-Zajair, Maroko, Spanyol, Afganistan,
Pakistan dan sekitar daerah laut Kospra. Namun seluruh daerah kekuasaan di atas tidak
seluruhnya di bawah kekuasaan Abbasiyah, seperti Andalusia (Spanyol), Afrika Utara,
Syam, dan India, dan lainnya. Hal ini dikarenakan dinasti ini menerapkan sistim
demokrasi yang merata, bukan dipegang oleh bangsa Arab sendiri. Sehingga setiap
daerah memiliki wewenang untuk memimpin daerahnya masing-masing. Pusat
pemerintahan Abbasiyah sendiri bukan di Seria (ibu kota Dinasti Umayyah), tetapi
beralih ke Iraq,tepatnya di kota Baghdad di dunia Barat.
5 Hitti, Philip K, History Of The Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2010 hal 378
6 Hitti, Philip K, History Of The Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2010 hal 398
PERIODE DAULAT UTSMANIYAH
Pasca berakhirnya keluasaan Daulat Abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut
dengan kepemimpinan Daulat Utsmaniyah. Daulat Utsmaniyah yang juga dikenal dengan
sebutan Kesultanan atau Kekaisaran Turki Ottoman, didirikan oleh Bani Utsman, yang
selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 s.d. 1923) dipimpin oleh 36 orang
sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil.
Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad.
Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi dengan
Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya. Pada abad ke-16 dan ke-17,
Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan
lautnya yang kuat. Luas wilayah Turki Usmani pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni
mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia, Mesir, Libia,
Tunis, dan Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan
Rumania di Eropa.
Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19,
sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Musuh-musuh Islam membutuhkan
waktu selama satu abad untuk melepaskan ikatan ideologi Islam dari tubuh umat Islam,
yang pada akhirnya tanggal 3 Maret 1924 M yang bertepatan dengan tanggal 28 Rajab
1342 Hijriah, melalui Mustafa Kemal Attaturk yang merupakan agen Inggris dan anggota
Freemasonry (sebuah organisasi Yahudi), membubarkan institusi Kekhilafahan Islam
terakhir di Turki dan menggantikannya dengan Republik Turki. Pada tahun 1923 Kemal
attaturk menandatangani kesepakatan dengan orang-orang Yahudi dan antek-anteknya
yang diberinama kesepakatan Luzan, isinya ialah :
1. Pemutusan semual hal yang berhubungan dengan Islam dan Turki
2. Menghapuskan khilafah Islam untuk selama-lamanya
3. Mengeluarkan khalifah dan pendukung khilafah dan Islam dari negeri Turki serta
mengambil harta khalifah
4. Mengambil undang-undang sipil sebagai pengganti undang-undang Syariah
Maka, sejak saat itu ideologi Islam benar-benar terkubur ditandai dengan
dihilangkannya institusi khilafah oleh majelis nasional Turki dan diusirnya Khalifah
terakhir.
E. Penutup
a) kesimpulan
Dari analisis di atas, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa :
Daulat Umayyah
Pada masa Daulat Umayyah hubungan internasional dititikberatkan dengan cara
ekspansi untuk memperluas wilayah, bahkan dengan cara ekspedisi militer. Konstruksi
politik luar negeri dibangun dengan dasar penyebaran Islam melalui penaklukkan-
penaklukkan. Umat Islam berhasil mengembangkan territorial kekuasaan mereka hingga
Spanyol di ujung barat dan India di ujung selatan. Dengan demikian, kekuatan politik
luar negeri dibangun atas relasi yang saling mendukung. Selain lewat jalur poitik
hubungan internasional juga dibina dalam bidang ekonomi, dimana wilayah kekuasaan
Daulat Umayyah menjadi jalur perdagang yang juga merupakan persinggahan bangsa-
bangsa eropa.
Daulat Abbasiyah
Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih
memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada
perluasan wilayah. Pada Daulat Abbasiyah bidang politik menurun, namun pada masa
Daulat Abbasiyah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berkembang pesat. Banyak
ilmuwan Islam yang menjadi tokoh internasional. Bahkan peradaban di wilayah
kekuasaan Islam lebih unggul dibandingkan dengan bangsa Barat. Sehingga Daulat
Abbasiyah memberi pengaruh besar pada kemajuan peradaban Barat.
Daulat Utsmaniyah
Daulat Utsmaniyah yang juga dikenal dengan sebutan Kesultanan atau Kekaisaran
Turki Ottoman. Pada masa kesultanan Utsmaniyah wilayah menjadi pusat interaksi Barat
dan Timur. Kesultanan Utsmaniyah merupakan salah satu kekuatan yang ditakuti dunia,
karena memiliki angkatan laut yang sangat besar. Wilayah kekuasaannya pun sangat luas
meliputi hampir seluruh Asia, Afrika dan Eropa.
b) rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka adapun saran penulis yaitu sebagai berikut:
1. Mengajak pembaca untuk terus mempelajari tentang sejarah peradaban Islam.
2. Mempelajari hubungan internasional pada zaman Daulat-daulat Islam.
3. Membangun kembali semangat keilmuan agar Islam bisa Berjaya
Daftar Pustaka
Hitti, Philip K, History Of The Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010
Yusuf Al-Isy, Dinasti Abbasiyah, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2009
Fachruddin, Fuad Mohd, Perkembangan Kebudayaan Islam, Jakarta : bulan bintang,
1985
http://www.dudung.net/artikel-islami/jejak-kegemilangan-umat-islam-dalam-pentas-
sejarah-dunia.html
( diakses : 26 Oktober 2012 pukul : 08.33)
http://pustakailmudotcom.wordpress.com/2012/10/25/masa-kegemilangan-dinasti-
abbasiyah/
(diakses : 26 Oktober 2012 pukul : 09.33)