Tugas Ebn Susi, Ratna
description
Transcript of Tugas Ebn Susi, Ratna
PROPOSAL EBN
KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR
OLEH:
SUSI KOMALA SARI
RATNA FITRI YENTI
VII. A KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penelitian ini direncankan untuk mengevaluasi kualitas hidup pasien luka bakar dan
factor yang mempengaruhi kualitas hidup dengan jangka panjang dan jangka pendek.Kualitas
hidup pasien yang berhubungan dengan kesehatan berkurang setelah mengalami luka bakar.
Kualitas hidup pasien luka bakar dipengaruhi oleh cedera luka bakar, tingkat keparahan
lokasi luka bakar dan komplikasi lanjut dari kulitas hidup pasien luka bakar.
1.1 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah apakah
ada hubungan antara cedera luka bakar, tingkat keparahan lokasi luka bakar dan komplikasi
lanjut dengan kulitas hidup pasien luka bakar.
1.2 TUJUAN EBN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara cedera luka bakar, tingkat keparahan lokasi
luka bakar dan komplikasi lanjut dengan kulitas hidup pasien luka bakar.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi cedera luka bakar di Rumah Sakit Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi tahun 2015.
b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat keparahan lokasi luka bakar di Rumah Sakit
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.
c. Diketahui distribusi frekuensi komplikasi lanjut luka bakar di Rumah Sakit Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.
d. Diketahui distribusi frekuensi kualitas hidup pasien luka bakar di Rumah Sakit
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.
e. Diketahui hubungan cedera luka bakar dengan kualitas hidup pasien luka bakar di
Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.
f. Diketahui hubungan tingkat keparahan lokasi luka bakar dengan kualitas hidup
pasien luka bakar di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.
g. Diketahui hubungan komplikasi lanjut luka bakar dengan kualitas hidup pasien
luka bakar di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015.
1.3 MANFAAT
Penelitian bermanfaat untuk mengetahui kualitas hiduppasien luka bakar dan bias
diaplikasikan
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR
Kualitas hidup adalah ukuran konseptual atau operasional yang sering digunakan dalam
situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada pasien.Cedera luka bakar
sagat mempengaruhi kualitas hidup pasien yang mengalami cedera luka bakar karena bekas luka
bakar dapat mengganggu pasien dalam karier, kehidupan sosial, bahkan kehidupan pribadi
pasien (Brooker.2008)
Kualitas hidup pasien luka bakar adalah konsep dimana menekankan sejauh mana dampak
penyakit pada penderita luka bakar dengan suatu tindakan rehabilitasi medik meningkatkan
kualitas hidup pasien luka bakar untuk menilai hasil dari sebuah perawatan dan manfaat dari
sebuah pilijan pemgobatan.
2.1.1 Meningkatkan Kualitas Hidup Pasein Luka Bakar Dengan Cara: Rehabilitasi
Rehabilitasi berasal dari bahasa Inggris, re- berarti kembali dan abilitation artinya
kemampuan.Jadi rehabilitasi medik merupakan usaha medis yang dilakukan untuk
mengembalikan atau menjaga kemampuan atau fungsi organ tubuh.Dikatakan rehabilitasi
merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hidup pada penderita luka bakar karena
rehabilitasi berguna untuk mencegah terjadinya skar atau gangguan fungsi alat tubuh setelah
penanganan luka bakar selesai.
Rehabilitasi merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hidup pada penderita luka
bakar, di mana tujuan utama rehabilitasi adalah mencegah terjadinya skar atau gangguan fungsi
alat tubuh setelah penanganan luka bakar selesai.
2.2 CEDERA LUKA BAKAR
Cedera luka bakar sagat mempengaruhi kualitas hidup pasien yang mengalami cedera luka
bakar,karena pasien yang dengan cedera luka bakar akan mengalami seperti
turunnya kepercayaan diri karena bekas luka bakar sehingga dapat mengganggu
pasien dalam karier, kehidupan sosial, bahkan kehidupan pribadi pasien.Cedera luka
bakar dapat menyebabkan banyak kerugian,luka bakar yang tidak di tangani dengan
benar akan menurunkan kualitas hidup seseorang secara signifikan.
Jika Anda mengalami luka bakar, ada beberapa cara menanganinya. Langkah
pertama, mendeteksi sumber cedera dan lokasi rawan kecelakaan luka bakar itu.
Tidak jarang seseorang yang menderita luka bakar, menjadi kehilangan kepercayaan
diri karena memiliki bekas luka bakar yang terlihat jelas di tubuh. "Turunnya
kepercayaan diri karena bekas luka bakar tentu dapat mengganggu pasien dalam
karier, kehidupan sosial, bahkan kehidupan pribadi pasien," kata Irena.
perawatan luka bakar kini semakin holistik. Para ahli mulai memikirkan, mulai dari
pencegahan, pengobatan, hingga ke perawatan bekas luka bakar. "Semua dilakukan
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Saat ini, perawatan bekas luka bakar yang dianggap efektif oleh para ahli kesehatan
menggunakan silikon gel. "Terapi tersebut dianggap reltif aman, tepat sasaran, mudah
diperoleh dan digunakan, serta lebih ekonomis dibanding terapi lainnya seperti laser,
operasi atau injeksi.
2.3 TINGKAT KEPARAHAN LOKASI LUKA BAKAR
Beratnya suatu luka bakar ditentukan dari ukuran dan kedalamannya.Semakin berat suatu
luka bakar maka makin memungkinkan terjadinya kontraktur, sehingga lebih menyulitkan
rehabilitasi.
2.3.1 Kedalaman Luka Bakar
a. Derajat I (luka bakar superficial)
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai
dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7
hari.
b. Derajat II (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada lapisan epitel
yang tersisa.Dengan adanya sisa sel epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri
dalam 10-12 hari.Kerusakan kapiler dan iritasi ujung saraf sensorik yang terjadi di
dermis menyebabkan luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri
dibandingkan luka bakar superficial.Timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar
dari pembuluh karena permeabilitas dinding meningkat. Luka bakar derajat II
dibedakan menjadi :
Derajat II dangkal (IIA), hanya mengenai epidermis dan lapisan atas corium,
elemen-elemen epitel sebanyak. Karenanya penyembuhan akan mudah dalam
1-2 minggu tanpa terbentuk sikatri
Derajat II dalam (IIB), sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit, penyembuhan
lebih lama 3-4 minggu dan disertai pembentukkan parut hipertrofi
c. Derajat III
Luka bakar derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis atau
organ yang lebih dalam.Tidak ada lagi elemen epitel yang hidup sehingga untuk
mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit (skin graft).Koagulasi
protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada
bula dan tidak nyeri.Ini dapat menimbulkan kontraktur dan skar hipertropik.
d. Derajat IV
Mengenai jaringan lemak,otot, tendon, dan tulang
2.4 KOMPLIKASI LANJUT LUKA BAKAR
a. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama.Bila infeksi berat, maka penderita dapat
mengalami sepsis.Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk
kombinasi.Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya
tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi
kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
b. Curling’s ulcer (ulkus Curling)
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10.Terjadi
ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis.Antasida
harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat.Pada
endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
c. Gangguan Jalan nafas
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari
pertama.Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.Penanganan dengan
jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian
kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
d. Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin,
aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
e. Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan
f. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut
2.5 PENGERTIAN LUKA BAKAR
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald),
tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia,
serta sengatan matahari (sunburn) (Moenadjat, 2001).
Menurut Aziz Alimul Hidayat, A, (2008 Hal : 130) luka bakar adalah kondisi atau terjadinya
luka akibat terbakar, yang hanya disebabbkan oleh panas yang tinggi, tetapi oleh senyawa kimia,
llistrik, dan pemanjanan (exposure) berlebihan terhadap sinar matahari.
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,air
panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah,luka bakar ini
bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun
estetika. (Kapita Selekta kedokteran edisi 3 jilid 2).
Luka bakar merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di Amerika Serikat.Pasien
luka bakar biasanya memerlukan pengawasan yang lama dalam rehabilitasi, rekonstruksi dan
dukungan psikologis.Kualitas penanganan luka bakar tidak lagi diukur hanya dari kelangsungan
hidup, tetapi juga penampilan dan fungsi organ kedepannya dan diharapkan penanganan luka
bakar dapat menjadi lebih baik dengan mengembalikan pasien kedalam lingkungan rumah dan
masyarakat seperti keadaan sebelum sakit. Tujuan ini dapat tercapai dengan adanya kerjasama
tim penanganan luka bakar.
Luka bakar parah terkadang membuat si penderita atau pasien memerlukan dukungan sosial,
emosional, hingga rehabilitasi.Misalnya luka bakar yang menyebabkan keterbelakangan mental,
kecacatan, atau disebabkan kekerasan pada anak.Luka bakar bahkan bisa berujung trauma,
seperti patah tulang dan hilang kesadaran.
2.6 ETIOLOGI LUKA BAKAR
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia. Ketika kulit
terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak panas
pada kulit dan ketebalan kulit (Schwarts et al, 1999).
2.7 FASE LUKA BAKAR
Perjalanan penyakit pada luka bakar terbagi dalam tiga fase
1. Fase awal (fase akut atau fase syok)
Pada fase ini permasalahan utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada
saluran nafas (misalnya cedera inhalasi), gangguan mekanisme bernafas oleh karena
adanya eskar melingkar dada atau trauma multiple di rongga thoraks dan gangguan
sirkulasi (keseimbangan cairan-elektrolit, syok hipovolemia). Selain itu dapat juga terjadi
nekrosis extremitas yang mengalami compartement syndrome
2. Fase setelah syok berakhir (fase sub akut)
Masalah utama fase ini adalah SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome)
dan MODS (Multy-system Organ Dysfunction Syndrome) dan sepsis. Ketiganya
merupakan dampak atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama (cedera
inhalasi, syok) dan masalah yang bermula dari kerusakan jarin
3. Fase Lanjut atau fase penyembuhan
Fase ini berlangsung sejak penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.
Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari maturasi jaringan dan penyulit dari luka
bakar, berupa parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena
kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan
berlangsung lama.
Tujuan utama dalam penilaian kulit yang terkena luka bakar adalah menentukan
beratnya luka bakar. Beratnya suatu luka bakar ditentukan dari ukuran dan
kedalamannya.Semakin berat suatu luka bakar maka makin memungkinkan terjadinya
kontraktur, sehingga lebih menyulitkan rehabilitasi.
2.8 FAKTOR YANG BISA MEMPENGARUHI BEKAS LUKA BAKAR
1) usia yang menentukan kecepatan kulit untuk regenerasi dan sembuh. Semakin tua usia
seseorang, proses penyembuhan bekas lukanya semakin lama.
2) jenis kulit. Orang Afrika dan Asia dengan pigmen kulit cenderung gelap biasanya lebih
sensitif terhadap terbentuknya bekas luka, misalnya keloid.
3) lokasi luka. Jika luka terjadi pada jaringan otot aktif, misalnya punggung, kaki, pundak,
dan persendian tubuh lain, maka bekas luka yang ditinggalkan lebih nyata ketimbang
luka terjadi pada jaringan otot kurang aktif.
4) infeksi dan komplikasi. Infeksi pada luka membuat peluang terbentuknya bekas luka
menjadi abnormal.
2.9 REHABILITASI MEDIK DENGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PASIEN
LUKA BAKAR
2.9.1 Tujuan Rehabilitasi
a. Mencegah kecacatan
b. Meringankan derajat disabilitas
c. Memaksimalkan fungsi-fungsi yang masih ada
d. Mencapai kapasitas fungsional yang berdiri sendiri
Kelangsungan hidup pasien merupakan satu-satunya alat ukur keberhasilan dari
penanganan pasien luka bakar.Akhir-akhir ini inti obyektif perawatan terhadap semua spek
pasien luka bakar berintegrasi pada kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat pasien.Inti
obyektif ini telah menjadi dasar penanganan luka bakar setelah penutupan luka bakar akut.
Rehabilitasi medik memiliki peranan yang penting sekali untuk mendapatkan fungsi
organ tubuh yang optimal.Banyak pasien menjadi waspada pada penampilannya selama tahap
rehabilitasi dan mungkin membutuhkan konsultasi psikiatrik atau pengobatan anti
depresan.Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat.
Perhatian harus diberikan pada ekstremitas yang menggunakan bidai agar tetap pada
posisi yang tepat dan memaksimalkan area pergerakan (Range Of Movement).Kontraktur kulit
dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat yang berat
terutama bila parut tersebut berupa keloid.Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang
intensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah.
Pada cacat yang berat mungkin diperlukan ahli jiwa untuk mengembalikan rasa percaya
diri penderita dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi terutama jika cacat mengenai
wajah dan tangan.
2.9.2 Latihan Terapi (Therapeutic Exercise)
Latihan sebaiknya dimulai pada hari terjadinya trauma bakar dan seharusnya dilanjutkan
sampai semua luka menutup dan hingga melewati masa aktif pembentukan skar. Fibroblast, yang
merupakan unsur terpenting dalam pembentukan kontraktur, berperan pada luka bakar dalam 24
jam pertama dan aktif hingga 2 tahun setelah terjadinya trauma bakar. Latihan rutin setiap
harinya dapat mencegah berkurangnya kelenturan dan berkurangnya ROM sendi yang dapat
ditimbulkan oleh kontraktur.
Adapun latihan terapi yang dapat diterapkan pada pasien luka bakar adalah sebagai berikut:
a. Stretching (peregangan)
Latihan peregangan dilakukan untuk mencegah kontraktur atau penarikan
anggota gerak.Latihan peregangan ini biasa sangat efektif jika dilakukan secara
perlahan-lahan sampai skar memutih atau memucat. Jika luka bakar mengenai
lebih dari satu persendian, skar akan terihat lebih memanjang apabila latihan ini
berjalan baik.
b. Strengthening (penguatan)
Latihan penguatan dilakukan untuk mencegah kelemahan pada alat gerak
akibat immobilisasi yang lama. Latihan ini diakukan dengan memberikan latihan
gerakan aktif secara rutin kepada pasien untuk melatih otot-otot ekstremitas,
misalnya jalan biasa, jalan cepat, sit up ringan dan mengangkat beban. Jika pasien
kurang melakukan latihan ini maka akan menyebabkan otot-otot pada sendi bahu
dan proksimal paha akan melemah. Latihan ini sebaiknya dilakukan segera
mungkin pada masa penyembuhan luka bakar untuk mengurangi rasa sakit dan
tidak nyaman pada pasien.
c. Endurance (ketahanan)
Latihan ketahanan dilakukan untuk mencegah terjadinya atrofi dan
penurunan daya tahan pada otot akibat dari perawatan yang lama di RS. Latihan
ketahanan dilakukan dengan latihan bersepeda, sit up dan latihan naik turun
tangga. Selain mencegah terjadinya atrofi, latihan ini juga dapat melancarkan
sistem sirkulasi.
d. Latihan Gerak Kordinasi
Latihan kerja dalam kehidupan sehari-hari .Dilakukan dengan melatih
kemampuan mandiri pasien luka bakar seperti mandi, makan, minum, dan bangun
tidur. Semua harus dilatih sesegera mungkin karena ahli terapi dan pasien luka
bakar tidak dapat selalu bersama 24 jam sehari untuk melakukan terapi. Aktivitas
harian sangat membantu untuk mencegah kontraktur jika pasien dapat
menerapkannya di rumah.
e. Latihan Peningkatan Keterampilan
Latihan Peningkatan Keterampilan dilakukan untuk mencegah terjadinya
atrofi pada otot-otot kecil pada tangan.Latihan ini dilakukan dengan melatih
kemampuan menulis, menggambar, dan mengetik.Latihan ini biasa juga
dilakukan dengan menggunakan terapi bola.Pasien dilatih untuk megenggam
secara berulang-ulang sebuah bola yang terbuat dari spon/gabus dengan kedua
tangannya.
2.9.3 Rehabilitasi pada Pasien Luka Bakar Fase Kritis (Fase Akut dan Sub Akut)
Untuk mencapai tujuan jangka panjang,upaya rehabilitasi harus dimulai dari awal
terjadinya trauma bakar. Latihan fisik dan terapi memiliki peranan penting pada penanganan akut
pasien luka bakar, walaupun telah diberikan resusitasi pada pasien luka bakar yang luas dan
kritis.Jika rehabilitasi terlambat dilakukan pada masa tertentu, maka dapat terjadi kontraksi
kapsul sendi serta pemendekan tendon dan otot.Ini semua dapat terjadi dengan cepat. Beberapa
tindakan rehabilitasi akut pada pasien luka bakar yaitu:
Ranging (full ROM) pasif
Latihan ranging pasif pada pasien luka bakar yang kritis dapat mencegah
terjadinya kontraktur.Latihan dan posisi ini berupa penggerakan anggota
gerak secara penuh, dengan kata lain full range of motion.Ini sebaiknya
dilakukan dua kali dalam sehari.Beriringan dengan latihan ini, perlu
diperhatikan luka, rasa sakit, tingkat kecemasan, jalan nafas dan sirkulasi
pasien.Pemberian obat perlu dilakukan sebelum sesi latihan untuk membantu
meningkatkan kualitas hasil latihan dan mengurangi ketidaknyamanan
pasien.Latihan posisi ini sangat penting tapi tidak efektif dan tidak manusiawi
jika pasien merasa cemas dan nyeri.Latihan ranging ini dapat dilakukan
bersamaan dengan pada saat baju pasien diganti dan saat pembersihan luka
untuk mengurangi pemberian obat pada pasien.
Pencegahan deformitas
Antideformity position jika dilakukan dengan benar maka dapat
meminimalkan terjadinya pemendekan tendon, lig.collateral dan kapsul sendi
serta mengurangi edema pada ekstremitas. Walaupun splint mulai jarang
diterapkan sejak beberapa tahun yang lalu, tapi beberapa ahli berpendapat
bahwa splint yang diakukan dengan benar dapat mencegah kontraktur.
Deformitas flexi pada leher dapat diminimalkan dengan thermoplastic neck
splint.Ekstensi cervikal bisa diterapkan pada hampir semua pasien yang kritis
akibat luka bakar.
Pencegahan kontraktur
Pencegahan kontraktur dapat dilakukan dengan memposisikan pasien
dengan prinsip melawan arah sendi yang dapat menyebabkan
kontraktur.Kontraktur adduksi pada daerah axilla dapat dicegah dengan
memasang splint axilla dengan posisi pasien abduksi pada sendi bahu.
Kontraktur flexi pada elbow joint dapat diminimalisir dengan menggunakan
splint statis pada elbow joint dengan posisi ekstensi. Splint dapat diganti
dengan menggunakan alat-alat yang dapat mempertahankan posisi pasien
dalam keadaan ROM penuh.
Menjalin hubungan dengan pasien dan keluarga pasien
Perawatan serius terhadap pasien luka bakar merupakan awal dari
pembinaan hubungan jangka panjang dengan pasien dan keluarganya. Oleh
karena itu pasien dan keluarganya harus mengetahui siapa ahli terapinya dan
mengerti dasar-dasar terapi yang akan dijalani oleh pasien agar pasien dapat
menjalani terapi dengan baik.
2.9.4 Rehabilitasi pada Pasien Luka Bakar Fase Penyembuhan
Rehabilitasi pada pasien luka bakar menjadi lebih sulit pada fase penyembuhan. Ini
disebabkan karena pasien menjadi lebih peduli dan hati-hati terhadap apa yang akan terjadi
terhadap dirinya dan sering timbul rasa segan terhadap ahli terapinya. Ini dapat mengakibatkan
timbulnya rasa tidak nyaman pada pasien dalam menjalani terapi. Prinsip utama yang dijalankan
pada rehabilitasi fase penyembuhan ini adalah:
1) Melanjutkan ranging pasif
2) Meningkatkan ranging aktif dan strengthening (penguatan)
Perbedaan ranging aktif dan pasif adalah kuantitas gerakan.Ranging aktif
lebih sering dilakukan full ROM dibandingkan dengan ranging pasif.Pada fase
kritis (akut dan subakut), yang dilakukan adalah ranging pasif untuk mencegah
timbulnya rasa nyeri yang berlebihan pada pasien.Sedangkan pada fase
penyembuhan dilakukan ranging aktif karena rasa nyeri sudah mulai berkurang
dan pada fase ini potensi terjadinya kontraktur sangat besar.
3) Melatih aktivitas harian (makan, minum, jalan, duduk, tidur dan mandi)
4) Mulai melatih kegiatan bekerja, bermain dan belajar
Penanganan Skar (Scar Management) Pembentukan skar merupakan dari
luka bakar. Skar bersifat dinamis dan terus tumbuh seiring dengan proses
maturasinya. komplikasiJika hal ini terus terjadi, maka dapat mengakibatkan
timbulnya kontraktur yang dapat mengurangi pergerakan. Baik pasien maupun
petugas kesehatan berkewajiban bekerja sama untuk menangani pembentukan
skar ini dan mengurangi potensi untuk terjadinya kontraktur.
2.10 TATALAKSANA ATAU PENGOBATAN YANG DI LAKUKAN UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR
a. Melakukan pencegahan agar tidak terjadi cedera luka bakar
b. Memberikan pengobatan pasien yang mengalami cedera luka bakar
c. Memberikan layanan perawatan pada pasien yang sudah mengalami cedera luka
bakar.
d. Melakukan terapi Dermatix Ultra adalah silikon gel yang teruji klinis dapat
menyamarkan bekas luka bakar.
Dermatix, silikon gel yang dapat menghilangkan bekas luka bakar, dapat
diaplikasikan dengan mudah pada luka bakar yang mulai mengering.Penggunaan
Dermatix relatif mudah, aman, dan murah bila dibandingkan dengan jenis terapi
lainnya dengan hasil yang memuaskan.
Namun, Dermatix hanya digunakan pada luka bakar yang mulai
mengering.Semakin cepat bekas luka bakar mendapatkan perawatan dengan
Dermatix, semakin maksimal hasil yang dapat diperoleh,” hal ini juga
dapatmeningkatkan kualitas hidup pasien luka bakar.
2.11 PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti
dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang
menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena
jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem ·
c. Langkah pertama yang paling benar saat menangani luka bakar adalah dengan
mendinginkan luka menggunakan air mengalir bersuhu ruang
d. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi
protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api
dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan
mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Akan tetapi cara ini tidak dapat
dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi.
e. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma
yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan
pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder.
2.12 PERAWATAN LUKA BAKAR UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP
PASIEN
Perawatan luka bakar yang tepat sangatlah penting, karena tindakan yang salah dapat
menimbulkan dampak negatif pada kondisi fisik, emosional, dan finansial pasien.Selain rasa
sakit yang berkepanjangan, perawatan luka bakar yang tidak tepat dapat menimbulkan bekas
luka yang mengganggu kehidupan sehari-hari.
Tidak jarang pasien mengalami penurunan kepercayaan diri karena bekas luka bakar
mengganggu penampilan.Selain itu, perawatan luka bakar yang tidak tepat dapat memperpanjang
masa perawatan serta penurunan fungsi organ tubuh, selain tentunya menghabiskan biaya yang
lebih besarSetelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan
perawatan luka.Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka.
Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang
minimal.Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki
beberapa fungsi:
1. pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur.
2. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi
3. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan
meminimalkan timbulnya rasa sakit Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka
bakar.
4. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan
kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk
mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan
5. Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama
luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut
lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara
yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver
skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)
6. Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok
kulit (early exicision and grafting
BAB 3
ANALISA PENERAPAN EBN
3.1 TINJAUAN EBN
3.1.1 Masalah Klinik
A. Judul
1. Hasil Prediksi Dan Kualitas Hidup Pasien Luka Bakar Yang Dirawat Di Unit
Perawatan Intensif.
2. Kualitas Hidup Pasien Luka Bakar.
3. Kualitas Kesehatan Yang Berhubungan Kehidupan Jangka Panjang Setelah Luka
Bakar Sangat Tergantung Pada Pra Penyakit Dan Masalah Psikososial Dan
Kehilangan Karena Luka Bakar Itu Sendiri.
B. PICO
P(Population)
1. Selama jangka waktu lima tahun pada luka bakar, pasien yang berpartisipasi dalam
penelitian ini adalah sebanyak 50 orang.
2. melibatkan 70 pasien luka bakar rawat inap di departemen bedah
3. Sebanyak 156 pasien berpartisipasi pada penilaian luka bakar ini selama 12 bulan ( 40
perempuan dan 116 laki-laki )
I (Intervensi)
1. Melakukan penilaian kualitas hidup pada pasien luka bakar dengan melihat tingkat
keparahan fisik pasien.
2. Melakukan penilaian pada pasien luka bakar dengan melihat tingkat keparahan luka
bakar,fisik individu,motivasi pasien.
3. Melakukan penilaian pada pasien luka bakar dengan cara membandingkan pasien yang
sehat dengan pasien yang mengalami luka bakar,dengan menilai demensi fisik,fungsi fisik
dan peran fisik
C (comparation)
1. Dari jurnal yang pertama didapatkan kualitas hidup dipengaruhi oleh konsekuensi dari
cedera,kesehatan psikologis dan fisik
2. Dari jurnal yang kedua didapatkaan Kualitas hidup pada pasien luka bakar di pengaruhi
oleh tingkat keparahan luka bakar dan keadaan fisik pasien
3. Dari jurnal yang keempat didapatkan hasil kualitas hidup pasien luka bakar dipengaruhi
oleh demensi fisik dan peran fisik
O (Outcome)
1. Di dapatkan hubungan yang singnifikan antara kualitas hidup pasien luka bakar dengan
konsekuensi cedera,kesehatan psikologis dan fisik pasien
2. Di dapatkan hubungan antara kualitas hidup pasien luka bakar dengan tingkat keparahan
luka bakar itu sendiri
3. Di dapatkan hubungan yang signifikan antar kualitas hidup pasien luka bakr dengan
demensi fisik dan peran fisik pasien
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulakan bahwa ke tiga jurnal ini saling berkaitan dalam hal penilaian kualitas
hidup pasien luka bakar,dengan menilai tingkat keparahan luka bakar,dan keadaan fisik pasien.
3.1.2 Penelusuran literature
www.quqlity of life patien of bourn pdf.journal
3.1.3 Fadilitas
Menggunakan koisoner,wawancara dan observasi
3.1.4 Reabilitas
Menggunakan koisoner,wawancara dan observasi
3.1.5 Inportant
3.1.5.1 Kualitas hidup
3.1.5.2 cedera luka bakar
luka bakar sehingga dapat mengganggu pasien dalam karier, kehidupan sosial,
bahkan kehidupan pribadi pasien.Cedera luka bakar dapat menyebabkan banyak
kerugian,luka bakar yang tidak di tangani dengan benar akan menurunkan kualitas
hidup seseorang secara signifikan.
3.1.5.3 Tingkat Keparahan Lokasi Luka Bakar
Beratnya suatu luka bakar ditentukan dari ukuran dan kedalamannya.Semakin
berat suatu luka bakar maka makin memungkinkan terjadinya kontraktur, sehingga
lebih menyulitkan rehabilitasi.
3.1.5.4 Komplikasi Lanjut
Komplikasi lanjut yang dapat muncul pada pasien luka bakar adalah infeksi,ulkus
curling,gangguan jalan nafas,konfulsi,kontraktur,Ganguan Kosmetik akibat jaringan
parut
3.1.6 Aplicability
Berdasalakan hasil dari ke tiga jurnal dapat diaplikasikan
a. Kualitas hidup pasien luka bakar dapat diketahui dengan cara pemberian koisoner
dan wawancara.
b. Cedera luka bakar pada pasien dapat diketahui dengan cara melakukan observasi
pada pasien luka bakar.
c. Tingkat keparahan lokasi luka bakar dapat diketahui dengan cara melakukan
observasi pada pasien luka bakar.
d. Komplikasi lanjut dapat ketahui dengan cara melakukan observasi dan wawancara
3.2 PENELITIAN PENELITIAN TERKAIT
HASIL PREDIKSI DAN KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR YANG
DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF
3.2.1 judul : Hasil Prediksi Dan Kualitas Hidup Pasien Luka Bakar Yang Dirawat Di Unit
Perawatan Intensif.
3.2.2 Peneliti: Vittorio Pavoni, Lara Gianesello*, Laura Paparella, Laura Tadini
Buoninsegni and Elisabetta Barboni
3.2.3 Tujuan: Ditujukan untuk Mengevaluasi kualitas hidup pasien luka bakar jangka Pendek
dan jangka panjang
3.2.4 Metode:Sebuah studi prospektif observasional-dilakukan dalam ICU sebuah rumah
sakit Universitas berafiliasi. Logistik analisis regresi digunakan untuk
mengidentifikasi faktor memprediksi di rumah sakit mortality. EQ-5D kuesioner
digunakan untuk menilai jangka panjang peserta dilaporkan sendiri kesehatan umum.
3.2.5 Hasul ukur: pasien yang mengalami luka bakar 54,5 ± 18,1. 44% dan 10% Meninggal
di ruang ICU dan di bangsal
3.2.6 Sampel : 50 Pasien Berpartisipasi dalam penelitian ini
3.2.7 Hasil:
Selama jangka waktu lima tahun, 50 Pasien Berpartisipasi dalam penelitian ini. Usia rata-
rata mereka adalah 53,8 ± 19,8; mereka memiliki dari% TBSA terbakar rata-rata 54,5 ±
18,1. 44% dan 10% dari Rawatts Meninggal di ICU dan di bangsal setelah ICU debit,
masing-masing. Indeks Baux, SAPS II dan SOFA pada masuk ke ICU, komplikasi
infeksi dan pernapasan, dan waktu luka bakar pertama eksisi luka yang ditemukan
memiliki signifikannilai prediktif untuk rumah sakit mortality. Tingkat kesehatandari
semua yang selamat adalah lebih buruk daripada sebelum cedera. Masalah dalam lima
dimensi studied hadir sebagai berikut: mobilitas (moderat 68,5%; ekstrim 0%), perawatan
diri (moderat 21%; ekstrim 36,9%), Kegiatan Biasa (moderat 68,5%;Ekstrim 21%), nyeri
/ ketidaknyamanan (moderat 68,5%; ekstrim10,5%), kecemasan / depresi (36,9% sedang;
ekstrim42,1%).
3.2.8 Kesimpulan:
Pasien di bakar parah, indeks Baux, keparahan illness pada masuk ke ICU, komplikasi,
dan waktu pertama eksisi luka bakar adalah kontributor utama kematian di rumah sakit.
Kualitas hidup dipengaruhi oleh Konsekuensi dari cedera kedua di kesehatan psikologis
dan fisik.
KUALITAS HIDUP PASIEN LUKA BAKAR.
3.2.1 Judul: Kualitas Hidup Pasien Luka Bakar
3.2.2 Peneliti: 1Prerna Malik, 2Rajinder Garg, 3Kuldip C. Sharma, 4Purushotam Jangid,
5Anil Gulia 1,4,5Department of Psychiatry, PGIMS, Rohtak, Haryana2Department of
Psychiatry, Gian Sagar Medical College & Hospital, Banur.3Department of
Psychiatry, Government Medical College, Patiala.
3.2.3 Tujuan:Penelitian ini direncanakan untuk menilai kualitas hidup dan faktor yang
mempengaruhi itu pada pasien dengan luka bakar.
3.2.4 Metode:Ini studi rumah sakit berdasarkan cross sectional
3.2.5 Hasil ukur: Semua pasien menjalani penilaian kejiwaan rinci menggunakan
Klasifikasi Internasional Penyakit-10 (ICD-10) dan dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok A berisi membakar pasien dengan morbiditas psikiatri dan sisanya pasien
luka bakar tanpa morbiditas psikiatri termasuk dalam Grup B. Selanjutnya, kedua
kelompok sasaran Kualitas Skala Hidup (QOL) untuk menilai kualitas hidup.
3.2.6 Sampel:yang melibatkan 70 burn pasien rawat inap
3.2.7 Hasil:Kualitas hidup miskin di bakar luka pasien dan dipengaruhi oleh tingkat
keparahan luka bakar. Morbiditas psikiatri ditemukan faktor penting yang
mempengaruhi kualitas hidup pada pasien luka bakar.
3.2.8 Kesimpulan:Kualitas kehidupan luka bakar berikut ini harus dinilai pada setiap tahap
pengobatan mereka untuk penyesuaian yang lebih baik.
KUALITAS KESEHATAN YANG BERHUBUNGAN KEHIDUPAN JANGKA
PANJANG SETELAH LUKA BAKAR SANGAT TERGANTUNG PADA PRA
PENYAKIT DAN MASALAH PSIKOSOSIAL DAN KEHILANGAN KARENA
LUKA BAKAR ITU SENDIRI.
3.3.1 judul: kualitas kesehatan yang berhubungan kehidupan jangka panjang setelah luka
bakar sangat tergantung pada pra penyakit dan masalah psikososial dan kehilangan
karena luka bakar itu sendiri.
3.3.2 Peneliti:Lotti Orwelius, M Willebrand, B Gerdin, L Ekselius, Mats Fredrikson and
Folke Sjöberg
3.3.3 Tujuan:Untuk mengatahui kualitas hidup pasien luka bakar
3.3.4 Metode: Sebuah metode penelitian nasional yang meliputi 9 tahun dan diperiksa
HRQOL 12 dan 24 bulan setelah luka bakar dengan SF-36 kuesioner. Kelompok
referensi adalah dari daerah rujukan dari salah satu rumah sakit.
3.3.5 Hasil ukur : Faktor yang signifikan mempengaruhi sebagian besar dimensi HRQOL
(n = 6) setelah luka bakar adalah pengangguran, sedangkan efek hanya lebih kecil
dapat dikaitkan langsung ke luka bakar.
3.3.6 Sampel:pasien lukabakar
3.3.7 Hasil: Hasil HRQOL pasien terbakar di bawah bahwa dari kelompok referensi
terutama dalam dimensi mental, dan hanya pasien tunggal terpengaruh dalam dimensi
fisik. Faktor yang signifikan mempengaruhi sebagian besar dimensi HRQOL (n = 6)
setelah luka bakar adalah pengangguran, sedangkan efek hanya lebih kecil dapat
dikaitkan langsung ke luka bakar.
3.3.8 Kesimpulan:
Miskin HRQOL tercatat hanya sejumlah kecil pasien, dan ini adalah sebagian besar
dalam dimensi jiwa jika dibandingkan dengan kelompok disesuaikan dengan usia jenis
kelamin, dan kondisi hidup bersama. Faktor selain membakar sendiri, seperti terutama
pengangguran dan penyakit yang sudah ada, yang paling penting untuk pengalaman
HRQOL jangka panjang pada pasien ini.
BAB 4
RENCANA PELAKSANAAN EVIDENCE BASED NURSING PRACTIVE
4.1 Ditujukan pada pasien yang menjalani perawatan luka bakard diRS
4.2 Di lakukan di ruangan hemodialisa RSUD achmad mukhtar bukittinggi
4.3 Kusioner
4.4 Observasi pasien serta wawancara
4.5 Membuat lembar persetujuan menjadi responden
Rincian dana
Lembar proposal 23 lembar x 400 = 10000
Lembar kuesioner = 5000
Dana warnet 1 jam = 4000
Dana ongkos = 50.000
Bingkisan untuk pasien yang diteliti = 100.000 +
Total = Rp,169,000